Kisah Dua Putra Adam

advertisement
Kisah Dua Putra Adam
KISAH DUA PUTRA ADAM
Ditulis oleh: Al-Ustadz Abu Muhammad Harits
Sesungguhnya, wajib atas setiap muslim mengimani segala yang diberitakan di dalam AlQur’an. Termasuk dalam hal ini, kisah dua putra Adam yang dikisahkan oleh Allah Subhanahu
wa ta’ala dalam Al-Qur’anul Karim. Kisah ini menjelaskan betapa buruknya akibat
kedengkian, kezaliman, dan kejahatan serta permusuhan dalam kisah dua putra Adam
tersebut, baik pemberian nama mereka itu shahih atau tidak [1]
Baik disebabkan perebutan calon istri, sebagaimana dinukil sebagian ulama, ataukah sebab
lainnya. Yang jelas, tujuannya adalah kita memahami sebab dan akibat yang sama berikut
hukum yang diberlakukan di balik kisah tersebut.
Allah Subhanahu wa ta’ala berfirman:
Ceriterakanlah kepada mereka kisah kedua putra Adam (Habil dan Qabil) menurut yang
sebenarnya, ketika keduanya mempersembahkan korban, maka diterima dari salah seorang
dari mereka berdua (Habil) dan tidak diterima dari yang lain (Qabil). Ia berkata (Qabil): “Aku
pasti membunuhmu!” Berkata Habil: “Sesungguhnya Allah hanya menerima (korban) dari
orang-orang yang bertakwa. Sungguh kalau kamu menggerakkan tanganmu kepadaku untuk
membunuhku, aku sekali-kali tidak akan menggerakkan tanganku kepadamu untuk
membunuhmu. Sesungguhnya aku takut kepada Allah, Rabb semesta alam. Sesungguhnya
aku ingin agar kamu kembali dengan (membawa) dosa (membunuh)ku dan dosamu sendiri,
maka kamu akan menjadi penghuni neraka, dan yang demikian itulah pembalasan bagi
orang-orang yang zalim.”
ForumSalafy.net - Menjalin Ukhuwwah Diatas Minhaj Nubuwwah
Kisah Dua Putra Adam
Yakni, seandainya engkau memulai untuk membunuhku, maka aku tidak akan memulainya.
Aku pun tidak akan membalas seperti yang engkau lakukan. Tapi aku hanya mengingatkan
engkau kepada Allah Rabb semesta alam.
Artinya, dia tidak ingin membela dirinya [2] bila dibunuh oleh saudaranya. Meskipun dia
lebih kuat dan mampu mengalahkan saudaranya. Lalu Habil menerangkan apa sebabnya dia
tidak ingin membalas (sebagaimana ayat):
“Sesungguhnya aku takut kepada Allah, Rabb semesta alam.”
Itulah alasan mengapa dia tidak ingin membalas. Orang yang takut kepada Allah Subhanahu
wa ta’ala, tidak akan berani berbuat dosa, terlebih dosa-dosa besar.
Namun Qabil tidak bergeming mendengar nasihat tersebut. Dia tetap pada keinginannya
membunuh Habil. Maka Habil beralih menakut-nakutinya dengan azab Allah Subhanahu wa
ta’ala, memberikan targhib dan tarhib. Habil berkata kepada Qabil (sebagaimana dalam
ayat):
“Sesungguhnya aku ingin agar kamu kembali membawa dosa (membunuh)ku dan dosamu
sendiri, maka kamu akan menjadi penghuni neraka, dan yang demikian itulah pembalasan
bagi orang-orang yang zalim.”
Artinya, aku ingin agar kamu kembali kepada Rabb kita pada hari kiamat dengan dosa
pembunuhan yang kau lakukan terhadapku dan dosa yang kau bawa selama hidupmu,
sehingga dengan sebab itu engkau menjadi penghuni neraka, kekal di dalamnya.
Na’udzubillahi min dzalik.
Namun, targhib dan tarhib ini pun tidak berguna bagi Qabil. Sebab, setan telah menguasai
dan memenuhi hatinya dengan hasad dan dendam kepada saudaranya. Akhirnya:
“Maka hawa nafsu Qabil menjadikannya menganggap remeh membunuh saudaranya.”
Hawa nafsunya membangkitkan keberaniannya, bahkan membuatnya memandang indah
sehingga dia pun membunuhnya.
“Maka jadilah ia seorang di antara orang-orang yang merugi.”
Dia menyesal karena tidak tahu apa yang harus diperbuatnya terhadap mayat saudaranya.
Itulah kejahatan pertama dalam sejarah peradaban manusia. Pemicunya adalah hasad. Jadi,
ForumSalafy.net - Menjalin Ukhuwwah Diatas Minhaj Nubuwwah
Kisah Dua Putra Adam
hasad adalah kemaksiatan pertama yang dengan itu Allah Subhanahu wa ta’ala didurhakai di
muka bumi.
Inilah salah satu pangkal terjadinya kekafiran di muka bumi.
Kisah ini menunjukkan pula kepada kita bahwa setiap orang yang memperoleh nikmat tentu
akan menjadi sasaran kedengkian dari orang yang bersifat dengki.
Seperti diungkapkan:
َ
‫ﺖ‬
ْ َ ‫وَإِذا أراد َ اﻟﻠ ُﻪ ﻧَﺸْ َﺮ ﻓَﻀﻴﻠَﺔٍ ﻃُﻮِﻳ‬
َ
ِ‫ﺣﺴـﻮد‬
َ ‫ن‬
َ ‫ح ﻟَﻬﺎ ﻟِﺴـﺎ‬
َ ‫أﺗـﺎ‬
ُ ‫ﻟَﻮْ َﻻ اﺷْ ﺘِﻌَﺎ‬
‫ت‬
ْ ‫ﻤﺎ ﺟﺎوَ َر‬
َ ‫ﺎرِ ﻓِﻴ‬‫ل اﻟﻨ‬
ُ ‫ﻌﺮ‬
ِ‫ف اﻟْﻌَﻮْد‬
ِ ‫ﻴﺐ ﻋ ُْﺮ‬
ُ ِ‫ف ﻃ‬
َ ‫َﻣﺎ ﻛَﺎ‬
َ ُ‫ن ﻳ‬
Dan jika Allah ingin tersebarnya keutamaan yang tergulung
Dia bentangkan untuknya lisan orang yang dengki
Kalau bukan karena nyala api pada apa yang di dekatnya
Niscaya tak akan dikenal harumnya kayu gaharu
Orang yang dengki itu, tidak ridha dengan qadha dan qadar Allah Subhanahu wa ta’ala serta
pembagian-Nya.
Al-Hasan Al-Bashri menasihatkan: ”Wahai Bani Adam (manusia), mengapa engkau
mendengki saudaramu? Kalau sesuatu yang diberikan kepadanya itu adalah kemuliaan
baginya, maka mengapa engkau dengki kepada orang yang dimuliakan oleh Allah Subhanahu
wa ta’ala? Dan kalau bukan, maka untuk apa engkau dengki kepada orang yang tempat
kembalinya adalah neraka?” [3]
Orang yang dengki adalah musuh bagi kenikmatan yang Allah Subhanahu wa ta’ala berikan.
‘Aun bin ‘Abdillah memberi nasihat kepada Al-Fadhl bin Al-Muhallab yang saat itu menjadi
gubernur Wasith: ”Hati-hatilah, jauhilah olehmu sifat dengki. Karena yang mendorong anak
Adam membunuh saudaranya adalah ketika dia dijangkiti rasa dengki kepada saudaranya.”
Iri dan dengki adalah kezaliman. Karena dia mengharapkan hilangnya nikmat yang Allah
Subhanahu wa ta’ala berikan kepada seseorang.
Dengki(4) ini asalnya diharamkan, kecuali pada dua tempat, sebagaimana disebutkan dalam
ForumSalafy.net - Menjalin Ukhuwwah Diatas Minhaj Nubuwwah
Kisah Dua Putra Adam
sabda Nabi Shalallahu ‘alaihi wa sallam:
“Tidak boleh dengki kecuali pada dua hal; seseorang yang Allah beri harta lalu dipakai untuk
dihabiskan di jalan al-haq; dan seseorang yang diberi Allah hikmah lalu dia memutuskan
dengan hikmah itu dan mengajarkannya. [5]
Dengki adalah penyakit berbahaya yang pernah menjangkiti bangsa manusia sebelum kita.
Rasulullah halallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
“Telah datang dan menyebar kepada kamu penyakit umat manusia sebelum kamu; (yaitu)
dengki dan kebencian; yang ini merupakan pencukur. Saya tidak katakan dia mencukur
rambut, tetapi mencukur agama. [6]
Ibnul Qayyim mengatakan bahwa rukun kekafiran ada empat, yaitu:
– Kibr (sombong, merasa besar)
– Hasad (iri, dengki)
– Marah
– Syahwat [7]
Kibr ini, didefinisikan sendiri oleh Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa sallam:
“Kibr (sombong) artinya ialah menolak kebenaran dan meremehkan manusia.” (HR. Muslim)
Bersemayamnya sifat ini di dalam diri seorang manusia akan menjadi penghalang baginya
untuk tunduk.
Adapun hasad yang artinya adalah keinginan agar lenyapnya kenikmatan yang diperoleh
orang lain, walaupun dia sendiri tidak memperolehnya. Sifat ini akan menghalangi pemiliknya
untuk menerima dan memberi nasihat.
Rasa marah akan menghalangi pemiliknya dari sifat adil dan tawadhu’. Sedangkan syahwat
akan menghalangi pemiliknya dari ibadah.
Maka, apabila kesombongan itu runtuh, mudahlah bagi seseorang untuk tunduk. Jika sifat
hasad ini lenyap niscaya mudahlah baginya menerima dan memberi nasihat. Kemudian,
apabila rasa marah ini runtuh, mudahlah dia bersikap adil dan rendah hati (tawadhu’). Jika
rukun syahwat ini juga runtuh maka mudahlah baginya untuk bersabar, memiliki sifat ‘iffah
(menjaga kehormatan dirinya), lebur dalam ibadah.
ForumSalafy.net - Menjalin Ukhuwwah Diatas Minhaj Nubuwwah
Kisah Dua Putra Adam
Hancur leburnya gunung-gunung dari tempatnya, lebih mudah dibandingkan lenyapnya
keempat pilar ini dari mereka yang diuji dengannya. Terlebih lagi jika keempatnya telah
menjadi watak atau kepribadian yang melekat dan kokoh. Karena tidak akan mungkin lurus
suatu amal dikerjakan jika keempat hal ini bersemayam dalam hati seseorang. Jiwa tidak
akan menjadi suci dengan kekalnya keempat pilar ini.
ForumSalafy.net - Menjalin Ukhuwwah Diatas Minhaj Nubuwwah
Kisah Dua Putra Adam
mementingkan dirinya daripada Penciptanya. Sedangkan cara paling ampuh memperbaiki hal
ini adalah dengan mengembalikannya untuk merasa marah dan ridha karena Allah
Subhanahu wa ta’ala semata.
Adapun syahwat, obatnya adalah lurusnya ilmu dan ma’rifat. Setiap kali dia membuka pintu
syahwat ini, semakin terhalanglah dia dari ilmu dan ma’rifat tersebut.
Terakhir, rasa marah. Seperti binatang buas, jika pemiliknya melepasnya, niscaya dia akan
menerkam pemiliknya. Syahwat itu seperti api yang dinyalakan pemiliknya lalu membakar
segalanya. Sedangkan kesombongan (kibr) seperti pemberontak yang menggulingkan
seorang raja dari kekuasaannya. Kalau dia tidak membinasakanmu, maka dia tentu
mengusirmu dari dekatnya. Dan hasad, seperti permusuhan yang kita lancarkan kepada
orang yang lebih kuat dan berkuasa daripada kita.
Orang yang mampu mengalahkan syahwat dan rasa marahnya, niscaya setan pun takut
mendekati bayangan orang tersebut. Sebaliknya, orang yang dikalahkan oleh syahwat dan
rasa marahnya, maka dia justru takut kepada bayangan khayalnya sendiri. Demikian uraian
Ibnul Qayyim
Adapun Qabil, semakin panik. Tidak tahu apa yang harus dilakukannya terhadap mayat
saudaranya. Akhirnya dia memikul jenazah itu beberapa hari sampai Allah Subhanahu wa
ta’ala kirim dua ekor gagak, lalu salah satunya mengorek tanah untuk menutupi bangkai
gagak lainnya. Allah Subhanahu wa ta’ala berfirman:
Kemudian Allah menyuruh seekor burung gagak menggali-gali di bumi untuk memperlihatkan
kepadanya (Qabil) bagaimana dia seharusnya menguburkan mayat saudaranya. Berkata
Qabil: “Aduhai celaka aku, apakah aku tidak mampu berbuat seperti burung gagak ini, lalu
aku dapat menguburkan mayat saudaraku ini?” Karena itu, jadilah dia seorang di antara
orang-orang yang menyesal.
Di dalam kisah ini terdapat banyak pelajaran yang dapat diambil, di antaranya:
1. Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
“Dan siapa yang melakukan satu sunnah yang buruk lalu diamalkan (orang lain)
sepeninggalnya, maka dia menanggung dosanya dan dosa orang-orang yang mengamalkan
ForumSalafy.net - Menjalin Ukhuwwah Diatas Minhaj Nubuwwah
Kisah Dua Putra Adam
sunnah itu sepeninggalnya, tanpa mengurangi dosa mereka sedikitpun. [8]
Beliau Shalallahu ‘alaihi wa sallam juga bersabda:
“Tidak ada satu pun jiwa yang terbunuh secara zalim melainkan atas Ibnu Adam yang
pertama bagian dari darahnya. Karena dialah yang mula-mula melakukan sunnah (tuntunan/
contoh)pembunuhan. [9]
Karena itu pula Allah Subhanahu wa ta’ala berfirman:
“Oleh karena itu Kami tetapkan (suatu hukum) bagi Bani Israil, bahwa: barangsiapa yang
membunuh seorang manusia, bukan karena orang itu (membunuh) orang lain, atau bukan
karena membuat kerusakan di muka bumi, maka seakan-akan dia telah membunuh manusia
seluruhnya. Dan barangsiapa yang memelihara kehidupan seorang manusia, maka seolaholah dia telah memelihara kehidupan manusia semuanya.” (Al-Maidah: 32)
2. Kejinya tindak pembunuhan dan betapa besar hukumannya di sisi Allah Subhanahu wa
ta’ala, bahkan Allah Subhanahu wa ta’ala berfirman:
“Dan barangsiapa yang membunuh seorang mukmin dengan sengaja, maka balasannya ialah
Jahannam, kekal ia di dalamnya dan Allah murka kepadanya, dan mengutukinya serta
menyediakan azab yang besar baginya.” (An-Nisa’: 93)
Di dalam hadits shahih, Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
“Sungguh, lenyapnya dunia ini lebih ringan atas Allah dibandingkan terbunuhnya seorang
muslim. [10]
Karena Allah Subhanahu wa ta’ala menciptakan dunia ini untuknya agar dia melintasinya
menuju kampung akhirat dan menjadikan dunia ini sebagai ladang. Sehingga, siapa yang
melenyapkan orang yang dunia ini diciptakan untuknya, berarti dia sedang berusaha untuk
melenyapkan dunia.
Di dalam sebuah hadits, Nabi Shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
“Tidak ada satu dosa yang lebih pantas disegerakan Allah hukumannya di dunia bersamaan
dengan apa yang Allah persiapkan untuk pelakunya di akhirat, daripada kezaliman dan
memutuskan silaturrahmi.[11]
Sementara kedua dosa ini dilakukan oleh Qabil terhadap Habil. Dia melakukan kezaliman
ForumSalafy.net - Menjalin Ukhuwwah Diatas Minhaj Nubuwwah
Kisah Dua Putra Adam
dengan membunuh Habil saudara kandungnya serta memutuskan silaturrahmi.
3. Hasad (dengki) itu sudah ada dalam di dalam diri manusia.
Al-Hasan Al-Bashri mengatakan: ”Tidak ada satu jasad pun melainkan ada hasad di
dalamnya.” Akan tetapi orang yang beriman tentu berusaha menjauhinya, karena yakin akan
kejelekannya.
Alangkah tepat ungkapan ini:
ْ ُ‫أَﻻ َ ﻗ‬
‫ﺳﺪًا‬
ِ ‫ﺣﺎ‬
َ ‫ﺎت ﻟِﻲ‬
َ َ‫ﻦ ﺑ‬
َ ِ‫ﻞ ﻟ‬
ْ ‫ﻤ‬
ْ َ ‫أَﺗﺪري ﻋَﻠَﻰ ﻣﻦ أ‬
ْ ‫ت‬
‫ب‬
َ َ ‫اﻷَد‬
َ
َ ‫ﺳﺄ‬
َ
ِْ َ
ْ َ‫أ‬
‫ﺤﺎﻧ َ ُﻪ‬
َ ْ ‫ﺳﺒ‬
ُ ِ‫ت ﻋَﻠَﻰ اﻟﻠﻪ‬
َ
َ ‫ﺳﺄ‬
‫ﺐ‬
َ َ‫ ْﻟ َ ﺑ َ ﻟِﻲ َﻣﺎ وَﻫ‬㠭㤳⁝⁔‭ㄮ㜵㠠味⁛⠆㠭㤳⁝⁔䨠〮〰〠味⁛�ꨩ㤳⁝⁔䨠ⴰ⸸㜹⁔猠َ ‫ْأَد‬
ForumSalafy.net - Menjalin Ukhuwwah Diatas Minhaj Nubuwwah
Kisah Dua Putra Adam
yang diperebutkan oleh mereka yang berlomba meraihnya. Masing-masing dengki kepada
saingannya sehingga saingannya tidak berhasil menduduki jabatan tersebut. Kedengkian
inilah yang menjadi sebab kenifaqan ‘Abdullah bin Ubai bin Salul.
Oleh karena itu, wajib atas setiap orang yang dihinggapi penyakit ini bertaubat kepada Allah
Subhanahu wa ta’ala berlindung kepada-Nya ketika hawa nafsunya mendorongnya untuk
berbuat keji terhadap orang yang dihasadinya. Bahkan dianjurkan untuk dia banyak
melakukan kebaikan terhadap orang yang dihasadinya. Mudah-mudahan Allah Subhanahu wa
ta’ala melindungi kita dari penyakit yang berbahaya ini. Membersihkan hati kita dari semua
kekotorannya sehingga kita bertemu dengan Allah Subhanahu wa ta’ala betul-betul dalam
keadaan membawa hati yang selamat.
—————————————————
Catatan Kaki:
1 Penamaan Habil dan Qabil bagi kedua putra Adam ini, berasal dari nukilan para ulama dari
Ahli Kitab, dan tidak ada satu pun nash Al-Qur’an menerangkannya, demikian pula sunnah
yang tsabit (shahih). Sehingga kita tidak bisa memastikannya begitu saja. Lihat ‘Umdatut
Tafsir Syaikh Ahmad Syakir (4/123). Tetapi untuk sekadar memudahkan kita memahami alur
cerita, kita sebut juga kedua nama tersebut, semoga dimaklumi
2 Al-Qurthubi mengatakan: “Ulama kita menyatakan bahwa dalam syariat kita dibolehkan
untuk membela diri, secara ijma’. Namun tentang wajib atau tidaknya, ada perbedaan
pendapat. Yang benar adalah wajib membela diri, karena di dalamnya terkandung nahi
munkar (melarang dari kemungkaran).” (ed)
3 Lihat Al-Lubab fi ‘Ulumil Kitab 7/282.
4 Dalam masalah ini, diistilahkan oleh ulama dengan ghibthah.
5 HR. Al-Bukhari dan Muslim dari Ibnu Mas’ud.
6 HR. At-Tirmidzi dan lainnya, dishahihkan oleh Al-Imam Al-Albani dalam Al-Irwa’ (2/290).
7 Lihat Al-Fawaid (hal. 174-176), dengan sedikit perubahan.
8 HR. Muslim
9 HR. Al-Bukhari (2/79) dan Muslim (3/1303).
ForumSalafy.net - Menjalin Ukhuwwah Diatas Minhaj Nubuwwah
Kisah Dua Putra Adam
10 HR. At-Tirmidzi dari Ibnu ‘Umar c, dishahihkan oleh Al-Albani dalam Shahihul Jami’ no.
5077.
11 HR. At-Tirmidzi dari Abu Bakrah z, dishahihkan oleh Al-Albani dalam Shahihul Jami’ no.
5704.
——————————————Sumber : Majalah Asy Syariah
Related Posts
Kisah Pembunuh 100 Jiwa
KISAH PEMBUNUH 100 JIWA Ditulis oleh: Al-Ustadz Abu Muhammad Harits Kisah ini pernah
terjadi di zaman Bani Israil dahulu kala. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menceritakannya…
Musuh-musuh Manusia ~ Bagian 2
Ditulis Oleh: Al Ustadz Abu Muhammad Idral Harits Dunia, Musuh Kedua Inilah musuh yang
kedua bagi manusia. Yang paling sering mengecoh manusia dan menggelincirkannya.
Keindahan…
Mengutamakan Orang Lain Atas Diri Sendiri
MENGUTAMAKAN ORANG LAIN ATAS DIRI SENDIRI Al-Ustadz Abu Muhammad Abdulmu’thi, Lc.
Di tengah persaingan hidup yang semakin ketat ini, sulit kita dapatkan orang yang memiliki…
Bakhil Sifat yang Tercela
BAKHIL SIFAT YANG TERCELA Ditulis oleh: Al-Ustadz Abu Ubaidah Syafruddin “Sekali-kali
janganlah orang-orang yang bakhil dengan harta yang Allah berikan kepada mereka dari
karunia-Nya menyangka, bahwa…
Kisah ‘ulama yang Fajir dan ‘Abid yang Jahil
KISAH 'ULAMA YANG FAJIR DAN 'ABID YANG JAHIL Al-Ustadz Abu Muhammad Idral Harits | | |
Siapa saja yang sudah mengenal al-haq tapi tidak mengamalkannya…
ForumSalafy.net - Menjalin Ukhuwwah Diatas Minhaj Nubuwwah
Download