BAB 2 LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Strategi Strategi adalah metode yang digunakan oleh organisasi untuk bergerak dari satu posisi ke posisi yang lain Grede (2008). Bergerak dalam artinya adalah ketika perusahaan menetapkan strategi maka hal ini akan berdampak kepada perusahaan. Dampak tersebut dapat membuat perusahaan menjadi berkembang dan maju ataupun dapat membuat kinerja perusahaan menurun.Perubahaan tersebutlah yang membuat perusahaan tersebut bergerak. Sedangkan menurut Sjafrizal (2008), strategi adalah cara untuk mencapai tujuan berdasarkan analisa terhadap factor internal dan eksternal. Faktor internal yangndimaksud adalah faktor lingkungan perusahaan baik dari segi kekuatan ataupun kelemahan yang dimiliki.Sedangkan faktor eksternal yaitu peluang dan ancaman yang didapat dari faktor diluar perusahaan. Menurut David (2006, p17) strategi adalah alat untuk mencapai tujuan jangka panjang yang membutuhkan keputusan manajemen tingkat atas dan sumber daya perusahaan yang maksimal.Karena strategi adalah alat untuk mencapai tujuan, maka strategi harus terkoordinasi dan terintegrasi serta tindakan – tindakan yang telah diatur untuk memberdayakan sumber daya yang ada dan untuk mendapatkan keuntungan bersaing (Hitt, 2003, p23). Menurut Sun Tzu dalam buku The Art of War For Managers yang disusun oleh Gerald A. Michaelson (2004:53), strategi adalah proses perencanaan. Strategi adalah perang di atas kertas.Strategi adalah melakukan hal yang benar.Strategi adalah berupaya meraih kemenangan sebelum pertempurannya. Dari teori-teori di atas maka dapat disimpulkan bahwa strategi adalah suatu upaya dan tindakan yang dapat dilakukan oleh perusahaan untuk bisa bersaing dengan para kompetitor. 11 12 2.1.2 Pengertian Manajemen Strategi Menurut David (2010 :4), “Seni dan pengetahuan dalam merumuskan, mengimplementasikan, serta mengevaluasi keputusan-keputusan lintas- fungsional yang memampukan sebuah organisasi mencapai tujuannya”. Wheelen dan Hunger (2008) dalam Amir (2011 :7), mendefinisikan manajemen strategi sebagai “Sekumpulan keputusan dan tindakan manajerial yang menentukan kinerja perusahaan dalam jangka panjang. Keputusan itu meliputi : perumusan strategi, implementasi strategi, serta evaluasi dan kontrol”. Menurut Siagin (2007:7) manajemen strategis adalah serangkaian keputusan dan tindakan mendasar yang dibuat oleh manajemen puncak dan diimplementasi oleh seluruh jajaran suatu organisasi dalam rangka tujuan organisasi tersebut. Berdasararkan pendapat diatas, dapat disimpulkan bahwa Manajemen strategis adalah suatu proses manajemen di dalam suatu perusahaan yang berguna dalam merumuskan keputusan yang menghasilkan strategi untuk dapat mencapai tujuan. 2.1.2.1 Proses dan Tahap – tahap manajemen strategi Menurut David (2010 :6-8), proses manajemen strategi terdiri atas tiga bagian yaitu: 1. Perumusan strategi mencangkup pengembangan visi dan misi, identifikasi peluang dan ancaman eksternal suatu organisasi, kesadaran kekuatan dan kelemahan internal, penetapan tujuan jangka panjang, pencarian strategistrategi alternatif, dan pemilihan strategi tertentu untuk mencapai tujuan. Isu-isu perumusan strategi mencangkup penentuan bisnis apa yang akan dimasuki, bisnis apa yang tidak akan dijalankan, bagaimana mengalokasikan sumber daya, perlukah ekspansi atau diversifikasi operasi dilakukan, perlukah perusahaan terjun ke pasar Internasional, perlukah merger atau penggabungan usaha dibuat, dan bagaimana menghindari pengambilalihan yang merugikan. 2. Penerapan strategi mengharuskan perusahaan untuk menetapkan tujuan tahunan, membuat kebijakan, memotifasi karyawan, dan 13 mengalokasikan sumber daya, sehingga strategi-strategi yang telah dirumuskan dapat dijalankan. Penerapan strategi mencangkup pengembangan budaya yang suportif pada strategi, penciptaan struktur organisasional yang efektif, pengerahan ulang upaya-upaya pemasaran, penyiapan anggaran, pengembangan serta pemanfaatan sistem informasi, dan pengaitan kompensasi karyawan dengan kinerja organisasi. 3. Penilaian strategi adalah tahap terakhir dalam manajemen strategis. Manajer harus tahu kapan ketika strategi tertentu tidak dapat berjalan dengan baik; penilaian atau evaluasi strategi merupakan cara utama untuk memperoleh informasi semacam ini. Semua strategi terbuka untuk dimodifikasi di masa yang akan datang karena berbagai faktor eksternal dan internal terus menerus berubah. Tiga aktivitas penilaian strategi yang mendasar adalah (1) peninjauan ulang faktor-faktor eksternal dan internal yang menjadi landasan bagi strategi saat ini, (2) pengukuran kinerja, (3) pengambilan langkah korektif. 2.1.2.2 Fungsi Manajemen Strategi Greenley menyatakan dalam buku David, Fred R, (2010:26) bahwa manajemen strategis menawarkan keuntungan-keuntungan sebagai berikut : 1. Memungkinkan identifikasi, memprioritasan, dan pemanfaatan peluang yang muncul. 2. Menyediakan pandangan yang objektif tentang persoalanpersoalan manajemen. 3. Merepresentasikan sebuah kerangka kerja untuk aktivitas koordinasi dan kontrol yang lebih baik. 4. Meminimalkan efek-efek dari kondisi dan perubahan yang tidak menguntungkan. 5. Memungkinkan keputusan-keputusan besar yang mampu mendukung tujuan yang telah ditetapkan secara lebih baik. 6. Memungkinkan alokasi yang lebih efektif dari waktu dan sumber daya untuk mengejar peluang yang telah di identifikasi. 14 7. Memungkinkan pengalokasian sumberdaya yang lebih sedikit untuk memperbaiki kesalahan atau membuat berbagai keputusan. 8. Menciptakan kerangka kerja bagi komunikasi internal antar personil. 9. Membantu mengintegrasikan perilaku individual menjadi upaya bersama. 10. Menyediakan landasan untuk mengklarifikasi tanggung jawab individual. 11. Mendorong hadirnya pemikiran kedepan. 12. Menyediakan pendekatan yang kooperatif, terintegrasi, dan antusias untuk menangani persoalan dan peluang. 13. Mendorong perilaku yang positif terhadap perubahan. 14. Menciptakan kedisiplinan dan formalitas pada manajemen bisnis 2.1.2.3 Konsep Manajemen Strategi Gambar 2.1 : Konsep manajemen strategi Sumber : Fred R. David 2.1.2.4 Manfaat manajemen Strategi Menurut Pearce and Robinson (2008 : 13-14) dengan pendekatan manajemen strategis, manajer pada semua tingkatan 15 perusahaan berinteraksi dalam perencanaan dan implementasinya. Sebagai akibatnya, konsekuensi perilaku manajemen strategis serupa dengan pengambilan keputusan partisipatif.Oleh karena itu, penilaian yang akurat mengenai dampak dari formulasi strategi terhadap kinerja organisasi tidak hanya memerlukan kriteria evaluasi keuangan, tetapi juga non keuangan-pengukuran dampak berbasis perilaku.Faktanya, mendorong konsekuensi perilaku yang positif memungkinkan perusahaan untuk mencapi tujuan keuangannya. Namun, tanpa memedulikan profitabilitas dari perencanaan strategis, beberapa dampak perilaku dari manajemen strategis meningkatkan kesejahteraan perusahaan : 1. Aktivitas formulasi strategi memperkuat kemampuan perusahaan untuk mencegah timbulnya majalah. Manajer yang mendorong memerhatikan perencanaan akan terbantu dalam mengawasi dan memprediksi tanggung jawab oleh bawahan yang mengetahui perlunya perencanaan strategis. 2. Keputusan strategis berbasis kelompok kemungkinan besar akan diambil dari alternatif terbaik yang tersedia. Proses manajemen strategis menghasilkan keputusan yang lebih baik karena interaksi kelompok menghasilkan variasi strategi yang lebih banyak dan prediksi yang didasarkan pada sudut pandang khusus dari anggota-anggota kelompok meningkatkan proses penyaringan pilihan. 3. Keterlibatan karyawan dalam formulasi strategi meningkatkan pemahaman mereka mengenai hubungan antara produktivitas dengan imbalan pada setiap rencana strategis, sehingga hal ini akan meningkatkan motivasi mereka. 4. Kesenjangan dan timpah tindih aktivitas antarindividu dan kelompok akan berkurang karena partisipasi dalam formulasi strategi mengklarifikasi perbedaan peran. 5. Resistensi terhadap perubahaan akan berkurang. Meskipun peserta dalam formulasi strategi mungkin tidak akan lebih senang dengan keputusan yang mereka ambil sendiri dibandingkan keputusan yang diambil secara otoriter, kesadaran lebih besar terhadap 16 parameter yang membatasi pilihan yang tersedia membuat mereka lebih mungkin menerima keputusan tersebut. 2.1.2.5 Penerapan Manajemen Strategi Menurut David, Fred (2009:248) strategi alternatif yang dapat dijalankan perusahaan dapat dikelompokkan menjadi 11 tindakan. Banyak organisasi menjalankan dua strategi atau lebih secara bersamaan, namun strategi kombinasi dapat sangat beresiko jika dijalankan terlalu jauh, sehingga harus ditetapkan strategi yang menjadi prioritas utama untuk dijalankan. Strategi Definisi Integrasi ke depan Memperoleh kepemilikan atau kendali yang lebih besar atas distributor atau peritel Integrasi ke belakang Mengupayakan kepemilikan atau kendali yang lebih besar atas pemasok perusahaan Integrasi horizontal Mengupayakan kepemilikan atau kendali yang lebih besar atas pesaing Penetrasi pasar Mencari pangsa pasar yang lebih besar untuk produk atau jasa yang sudah ada sekarang melalu pemasaran yang lebih gencar. Pengembangan pasar Memperkenalkan produk atau jasa yang sudah ada ke wilayah geografis baru. Pengembangan produk Mencoba meningkatkan penjualan dengan memperbaiki produk atau jasa yang sudah ada atau 17 mengembangkan yang baru. Diversifikasi horisontal Menambah produk atau jasa baru, tidak terkait untuk pelanggan yang sudah ada. Diversifikasi konglomerasi Menambah produk atau jasa baru yang tidak terkait untuk pelanggan baru. Diversifikasi konsentris Menambah produk atau jasa baru yang masih terkait dengan produk utama. Strategi penciutan Strategi menonaktifkan beberapa bagian perusahaan yang kurang maksimal. Strategi divestasi Menjual satu suh divisi atau bagian dari suatu organisasi. Strategi likuidasi Menjual semua aset sebuah perusahaan sesuai nilai terlihat yang dengan untuk menutup semua kredit atau hutang. Tabel 2.1 Tabel Strategi Korporasi Sumber: David, Fred (2009) 2.1.3 Formulasi Strategi 2.1.3.1 Mengembangkan visi dan misi Visi menurut Jatmiko (2003:102) adalah gambaran kondisi yang akan diwujudkan oleh organiasasi/perusahaan di masa mendatang. Visi biasanya dinyatakan dalam suatu pernyataan yang terdiri dari satu atau beberapa kalimat singkat.Untuk mewujudkan kondisi yang digambarkan dalam visi, organisasi/perusahaan perlu merumuskan strategi. Dalam proses perumusan atau formulasi strategi, visi organisasi dijabarkan ke dalam misi. Dalam proses 18 perencanaan strategis, misi ini kemudian dijabarkan ke dalam sasaransasaran strategis dengan ukuran-ukuran atau standar pencapaiannya. Visi yang efektif menurut A.Usmara (2006:16) paling tidak harus memiliki karakteristik pokok berikut ini: 1. Visi menggambarkan bentuk aktivitas atau organisasi kelak di masa depan, sering kali bahkan masa depan yang masih jauh. 2. Visi menyatakan dengan jelas mengenai sederetan kemungkinan yang menjadi kepentingan terbesar sebagian orang yang menghadapi risiko dalam situasi itu; konsumen, para pemegang saham, karyawan. Sebaliknya, visi yang buruk, apabila diikuti, cenderung mengabaikan kepentingankepentingan yang logis dari sebagian kelompok. 3. Visi yang efektif itu realistis. Visi semacam itu bukan fantasi yang menyenangkan yang tidak memiliki peluang untuk direalisasikan. Visi yang tidak efektif sering kali mempunyai kualitas yang tidak nyata atau hanya merupakan fantasi. 4. Visi yang efektif cukup jelas untuk memotivasi tindakan, juga cukup fleksibel untuk memungkinkan terciptanya inisiatif. Visi yang buruk kadang-kadang terlalu kabur, atau justru terlalu spesifik. 5. Visi yang efektif mudah untuk dikomunikasikan. Visa yang tidak efektif tidak bisa diwujudkan. Menurut David (2009:84), pernyataan misi adalah sebuah deklarasi tentang alasan keberadaan suatu organisasi. Pertanyaan misi harus menjawab pertanyaan paling penting, “apakah bisnis kita?”.Pertanyaan misi yang jelas sangat penting untuk menetapkan tujuan dan merumuskan strategi. Terkadang juga diistilahkan sebagai pernyataan keyakinan (creed statement), sebuah peryataan maksud, pernyataan filosofi, pernyataan kepercayaan, pernyataan prinsip – prinsip bisnis, atau pernyataan yang “menentukan bisnis kita”, pernyataan misi menjelaskan ingin menjadi apa suatu organisasi dan siapa saja yang coba dilayaninya. Semua organisasi memiliki alasan 19 kenapa mereka ada, meskipun bila para penyusun strategi tidak secara sadar mentransformasikan alasan ini ke dalam bentuk tulisan. Menurut Pierce dan Robinson (2008:31), Misi perusahaan adalah pernyataan luas dan kekal mengenai niat suatu perusahaan. Misi ini mencakup filosofi dari para pengambil keputusan strategis perusahaan, menyatakan citra yang ingin diproyeksikan oleh perusahaan., mencerminkan konsep diri perusahaan, dan mengindikasikan bidang produk atau jasa utama perusahaan, serta kebutuhan utama konsumen yang berusaha untuk dipenuhi oleh perusahaan. Dapat disimpulkan pula bawah misi adalah alasan mengapa perusahaan itu didirikan.Visi dan misi memberikan manajer kesatuan arah yang melebihi kepentingan pribadi, kepentingan sempit dan semata. Selain itu visi dan misi mendatangkan rasa pengharapan yang sama di antara semua tingkatan dan angkatan karyawan. 2.1.4 Pengertian Lingkungan Internal Menurut David (2009:176), Lingkungan internal merupakan upaya mengidentifikasi dan mengevaluasi kekuatan serta kelemahan perusahaan dalam area fungsional bisnis, termasuk manajemen, pemasarang, keuangan, produksi atau operasi, penelitian dan pengembangan, serta sistem informasi manajemen. Kekuatan merupakan kondisi kekuatan yang terdapat didalam organisasi, proyek, atau konsep bisnis.Kekuatan yang dianalisis merupakan kekuatan yang memiliki potensi dalam mendukung organisasi, sedangkan kelemahan merupakan kondisi kelemahan yang dimiliki organisasi, proyek, atau bisnis itu sendiri. Kelemahan akan mempengaruhi kinerja perusahaan kedepannya. Semua organisasi memeliki kekuatan dan kelemahan dalam area fungsional bisnis. Tidak ada bisnis yang sama kuatnya atau sama lemahnya di semua area. Pada intinya, mengidentifikasi dan mengevaluasi kekuatan dan kelamahan organisasi dalam area fungsional suatu bisnis adalah aktivitas manajemen yang sangat penting.Organiasi berusaha untuk menumbuhkan kekuatan internal untuk mengimbangi eksternal sehingga memiliki keunggulan dan mengurangi kelemahan. Beradasarkan David (2009:177) kekuatan internal dapat dibagi menjadi enam katagori yaitu: 20 Kekuatan Manajemen. Kekuatan Pemasaran. Kekuatan Keuangan/Akutansi. Kekuatan Produk/Operasi Kekuatan Penelitian dan Pengembangan. Kekuatan Sistem Informasi Manajemen. 2.1.5 Pengertian Lingkungan Eksternal Lingkungan eksternal mencakup sejumlah variabel (peluang dan ancaman) yang berada di luar organisai dan dalam jangka pendek biasanya tidak dapat dikontrol oleh pimpinan puncak organisasi. (Hariadi,2005,p7). Menurut Hitt (2001,p52), sebuah peluang adalah kondisi dalam lingkungan umum yang dapat membantu suatu perusahaan mencapai daya sain strategi. Sebuah ancaman adalah suatu kondisi dalam lingkungan umum yang dapat menghambat usaha-usaha perusahaan untuk mencapai daya saing strategi. Peluang dan ancaman eksternal mengacu pada ekonomi, sosisal, budaya, demografi, lingkungan, politik, hukum, pemerintah, teknologi, serta tren kompetisi dankejadian yang secara signifikan dapat menguntungkan atau membahayakan organisasi di masa depan. Peluang dan ancaman sebagian besar berada di luar kendali organisasi- sehingga disebut eksternal. (David,2006,p13). 2.1.6 Lima Strategi Bersaing Porter Lima kekuatan porter adalah kerangka untuk menganalisis industri dan pengembangan strategi bisnis yang dikembangkan oleh Michael Porter pada 1979. Menggunakan konsep-konsep pengembangan, organisasi industri ekonomi untuk menurunkan lima kekuatan yang menentukan intensitas kompetitif dan karena itu daya tarik dari pasar. Porter menyatakan bahwa kelima kekuatan bersaing tersebut dapat mengembangkan strategi persaingan dengan mempengaruhi atau mengubah kekuatan tersebut agar dapat memberikan situasi yang menguntungkan bagi perusahaan. Untuk menyusun rancangan strategi yang baik dan agar dapat menduduki posisi yang kompetitif dalam industrinya maka perusahaan harus 21 dapat meminimumkan dampak kelima kekuatan tersebut. Situasi persaingan dalam suatu industri ditentukan oleh lima kekuatan persaingan seperti yang terlihat dalam gambar berikut : Gambar 2.2 : Lima Strategi Bersaing Porter Sumber : Perpustakaan Binus Menurut Porter, ada 5 kekuatan yang menpengaruhi persaingan dalam suatu industri: Potensi Masuknya Pendatang Baru Tugas-tugas penyusun strategi adalah mengidentifikasi perusahaan-perusahaan baru yang berpotensi masuk ke pasar, memonitor perusahaan saingan baru, menyerang balik jika diperlukan dan memanfaatkan kekuatan dan peluang yang ada, ketika ancaman perusahaan baru yang masuk ke pasar kuat, perusahaan yang telah ada umumnya memperkuat posisi mereka dan mengambil tindakan untuk menghambat perusahaan baru tersebut. Daya Tawar Konsumen Ketika konsumen berbelanja dalam volume besar, daya tawar mereka dapat merepresentasikan kekuatan besar yang dapat mempengaruhi intensitas persaingan di suatu industri. Daya tawar konsumen lebih tinggi ketika produk yang dibeli adalah standar atau tidak terdifferensiasi. Jika demikian konsumen sering kali dapat menegosiasikan harga jual, cakupan garansi, dan paket-paket aksesoris dalam pengertian yang luas. Daya Tawar Pemasok Daya tawar pemasok mempengaruhi intensitas persaingan di suatu industri, khususnya ketika terdapat sejumlah besar pemasok, atau ketika hanya terdapat sedikit bahan mentah pengganti 22 yang bagus, atau ketika biaya peralihan ke bahan mentah yang lain sangat tinggi. Akan menguntungkan kepentingan baik pemasok maupun produsen untuk saling membantu dengan harga yang masuk akal, kualitas yang baik, pengembangan layar yang baru, pengiriman yang tepat waktu, dan biaya persediaan yang lebih rendah, sehingga meningkatkan profitabilitas jangka panjang dari semua pihak yang berkepentingan. Potensi Pengembangan Produk Pengganti Dibanyak industri perusahaan bersaing ketat dengan produsen produkproduk pengganti. Di industri lain hadirnya produk-produk pengganti itu untuk harga yang dapat dibebankan sebelum konsumen beralih ke produk pengganti. Batas tertinggi harga setara dengan batas tertinggi laba dan kompetisi yang lebih intens antara pesaing. Besarnya tekanan kompetitif yang berasal dari pengembangan produk pengganti, biasanya ditunjukkan oleh rencana pesaing untuk memperluas kapasitas produksi selain angka penjualan dan pertumbuhan laba mereka. Persaingan Antar Perusahaan Saingan Persaingan antar perusahaan saingan biasanya merupakan yang paling hebat dari lima kekuatan kompetitif. Strategi yang dijalankan oleh sebuah perusahaan dapat berhasil hanya sejauh iya menghasilkan keunggulan kompetitif atas strategi yang dijalankan perusahaan pesaing. Perubahan dalam strategi dalam suatu perusahaan bisa jadi ditanggapi dengan 22 langkah balasan, seperti penurunan harga, peningkatan kualitas, penambahan fitur, penyediaan layanan, perpanjangan garansi, dan pengintensifan iklan. 2.1.7 Menentukan tujuan jangka panjang Menurut David (2009:244-245) Tujuan jangka panjang mempresentasikan hasil–hasil yang di harapkan dari pelaksanaan strategi tertentu.Strategi mempresentasikan berbagai tindakan yang perlu diambil untuk mencapai tujuan jangka panjang. Kerangka untuk waktu bagi tujuan dan strategi harus konsisten, biasanya berkisar antara dua sampai lima tahun. Tujuan harus kuantitatif, dapat diukur, realistis, dapat dimengerti, menantang, 23 hierarkis, mungkin untuk dicapai, dan kongruen antara unit organisasional.Tiap – tiap tujuan juga harus terkait dengan garis waktu.Tujuan jangka panjang diperlukan di tingkat perusahaan, divisional, dan fungsional dari suatu organisasi. Dapat disimpulkan bahwa, tujuan jangka panjang adalah suatu target di masa depan dalam kurun waktu lebih dari satu tahun ataupun lebih. 2.2 Alat Analisis ( Tahap Input, Tahap Pencocokan, Tahap pengumpulankeputusan ) Tahap Input 2.2.1 Matriks Evaluasi factor Eksternal (IFE) Menurut David (2009), Matriks IFE (Internal Factor Evaluation) adalah alat perumusan strategi ini meringkas dan mengevaluasi kekuatan dan kelemahan dalam area-area fungsional bisnis, dan juga menjadi landasan untuk mengidentifikasi serta mengevaluasi hubungan di antara area tersebut. Penilaian intuitif digunakan dalam pengembangan Matriks IFE, sehingga tampilan ilmiahnya tidak boleh ditafsirkan sebagai bukti bahwa teknik ini benar-benar tanpa celah.Pemahaman menyeluruh mengenai faktor-faktor yang tercakup di dalamnya lebih penting daripada angka angka yang ada. Menurut Wheleen dan Hunger (2004:101) untuk mengembangkan table Internal Factor Analysis Summary (IFAS), harus ditempuh dengan langkah langkah sebagai berikut: • Pada kolom 1 (Internal Factors) buatlah daftar 5-10 kekuatan (strength) dan kelemahan (weaknesses) paling penting yang dihadapi perusahaan. • Pada kolom 2 (Weight/bobot), berikanlah bobot untuk masing-masing faktor dari kisaran bobot 1,0 (sangat penting/most important) sampai ke bobot 0,0 (tidak penting/not important). Pembobotan didasarkan pada kemungkinan pengaruh faktor yang dibobot terhadap posisi strategis perusahaan saat ini. Semakin tinggi bobot, maka semakin penting faktor tersebut berpengaruh terhadap keberhasilan perusahaan saat ini maupun berapapun jumlah faktor yang dibobot dalam IFAS. 24 • Pada kolom 3 (Rating/Peringkat), berikanlah peringkat untuk masingmasing faktor. Peringkat berkisar antara 5,0 (sangat baik/outstanding) sampai 1,0 (buruk/poor) yang didasarkan pada tanggapan para manajer saat ini terhadap faktor-faktor yang dianalisis. Masing-masing peringkat menunjukkan pertimbangan yang diberikan para manajer tentang seberapa baik manajemen perusahaan saat ini di dalam menghadapi masing-masing faktor eksternal tersebut. • Pada kolom 4 (weighted score/nilai tertimbang), kalikanlah bobot pada kolom 2 dengan peringkat masing-masing faktor yang terdapat di kolom 3 untuk memperoleh nilai tertimbang. Nilai tertimbang berkisar dari 5,0 (sangat bagus/outstanding) sampai 1,0 (buruk/poor) dengan nilai rata-rata sebesar 3,0 (average). • Pada kolom 5 (comments) diberikan catatan mengapa faktor-faktor tertentu dipilih atau pada kolom komentar dapat pula disampaikan bagaimana bobot dan peringkat ditetapkan. • Terakhir jumlahkan masing-masing nilai tertimbang yang ada pada kolom 4 untuk memperoleh jumlah nilai tertimbang total bagi suatu perusahaan. Jumlah keseluruhan nilai tertimbang menunjukkan seberapa baik suatu perusahaan memberikan respons terhadap berbagai faktor yang saat ini ada atau diharapkan ada dalam lingkungan internal perusahaan. Nilai tertimbang keseluruhan, dapat digunakan untuk membandingkan nilai perusahaan dibanding nilai pesaing dalam satu industri. Nilai tertimbang keseluruhan rata-rata bagi industri adalah sebesar 3. 2.2.2 Matriks Profil Kompetitif (CPM) Menurut David (2006), Matriks Profil Kompetitif (Competitive Profile Matrix—CPM) mengidentifikasikan pesaing utama perusahaan serta kekuataan dan kelemahan mereka dalam hubungannya dengan posisi strategis dari perusahaan. CPM merupakan sebuah alat manajemen strategis yang penting untuk mengidentifikasi kekuatan dan kelemahan pesaing utama dalam hubungannya dengan posisi strategis perusahaan.CPM menunjukkan gambaran yang jelas 25 tentang titik kuat dan titik lemah relatif perusahaan terhadap pesaing mereka. Penilaian CPM diukur berdasarkan faktor penentu keberhasilan, dimana setiap faktor yang diukur dalam skala yang sama untuk setiap perusahaan, namun dengan rating bervariasi sehingga memudahkan untuk dilakukan analisis komparatif. Dalam CPM, analisis dilakukan secara keseluruhan, baik itu faktor internal maupun eksternal. Hal ini berbeda dengan penilaian kondisi internal dan eksternal perusahaan melalui Internal Factor Evaluation (IFE) dan External Factor Evaluation (EFE) dimana hanya masing-masing faktor internal dan eksternal saja 2.2.3 Matriks Evaluasi factor Eksternal (EFE) Menurut Wheelen and Hunger (2004:73), untuk mengembangkan tabel EFE harus ditempuh dengan langkah-langkah sebagai berikut: • Pada kolom 1 (External Factors) buatlah daftar 5-10 peluang (opportunities) dan ancaman (threats) paling penting yang dihadapi perusahaan. • Pada kolom 2 (weight/bobot), berikanlah bobot untuk masing-masing faktor dari kisaran bobot 1,0 (sangat penting/most important) sampai bobot 0,0 (tidak penting/not important). Pembobotan didasarkan pada kemungkinan pengaruh faktor yang dibobot terhadap posisi strategis perusahaan saat ini. Semakin tinggi bobot, maka semakin penting faktor tersebut berpengaruh terhadap keberhasilan perusahaan saat ini maupun di masa mendatang. Jumlah seluruh bobot harus sama dengan 1,0, berapapun jumlah faktor yang dibobot di dalam EFAS. • Pada kolom 3 (rating/peringkat), berikanlah peringkat untuk masingmasing faktor. baik/outstanding) Peringkat berkisar dari 5,0 (sangat sampai 1,0 (buruk/poor) yang didasarkan pada tanggapan para manajer saat ini terhadap faktor-faktor yang dianalisis. Masing-masing peringkat menunjukkan pertimbangan yang diberikan para manajer tentang seberapa baik manajemen perusahaan saat ini di dalam menghadapi masing-masing external factors. • Pada kolom 4 (weighted score/nilai tertimbang), kalikanlah bobot pada kolom 2 dengan peringkat masing-masing faktor yang terdapat 26 di kolom 3 untuk memperoleh nilai tertimbang. Nilai tertimbang berkisar dari 5,0 (sangat bagus/outstanding) sampai 1 (buruk/poor) dengan nilai rata-rata sebesar 3,0 (average). • Pada kolom 5 (comments) diberikan catatan mengapa faktor-faktor tertentu dipilih atau pada kolom komentar dapat pula disampaikan bagaimana bobot dan peringkat ditetapkan. • Yang terakhir jumlahkan masing-masing nilai tertimbang yang ada pada kolom 4 untuk memperoleh jumlah nilai tertimbang total bagi suatu perusahaan. Jumlah keseluruhan nilai tertimbang menunjukkan seberapa baik suatu perusahaan memberikan respons terhadap berbagai faktor yang saat ini ada atau diharapkan ada dalam lingkungan eksternal perusahaan. Nilai tertimbang keseluruhan, dapat digunakan untuk membandingkan nilai perusahaan dibanding nilai pesaing dalam satu industri. Nilai tertimbang keseluruhan rata-rata bagi industri adalah sebesar 3 (Wheelen dan Hunger, 2004:101). Tahap Pencocokan 2.2.4 Matriks SWOT SWOT adalah singkatan dari S ( Strength/kekuatan ), W (weakness/kelemahan), O (Opportunity/peluang), T (Threat/ancaman). Menurut David (2009:327) matriks SWOT merupakan perangkat pencocokan yang penting untuk membantu manajer mengembangkan empat tipe strategi SO-WO-ST-WT. • Strategi SO atau strategi kekuatan-peluang menggunakan kekuatan internal perusahaan untuk memanfaatkan peluang eksternal. Jika perusahaan mempunyai kelemahan besar, perusahaan akan berusaha keras untuk menagatasinya dan membuatnya menjadi kekuatan. Kalau menghadapi ancaman besar, sebuah organisasi akan berusaha menghindarinya agar dapat memusatkan perhatian pada peluang. • Strategi WO atau strategi kelemahan-peluang bertujuan untuk memperbaiki kelemahan dengan memanfaatkan peluang eksternal. 27 • Strategi ST atau strategi kekuatan-ancaman menggunakan perusahaan untuk menghindari atau mengurangi dampak ancaman eksternal. • Strategi WT atau strategi kelemahan-ancaman merupakan taktik defensive yang diarahkan untuk mengurangi kelemahan internal dan menghindari ancaman eksternal. 2.2.5 Matriks Internal – Eksternal (IE) Menurut David (2009:344) matriks IE menempatkan berbagai divisi dari suatu organisasi dalam sembilan sel. Matriks IE serupa dengan matriks BCG dalam arti keduanya menempatkan berbagai divisi dari organisasi di dalam diagram skematis. Matriks IE didasarkan pada dua dimensi kunci: total nilai IFE yang diberi bobot pada sumbu X dan total nilai EFE yang diberi bobot pada sumbu Y. Diagram matriks IE dapat diidentifikasi dalam 9 sel strategi, tetapi pada prinsipnya kesembilan sel tersebut dapat dikelompokkan menjadi 3 strategi utama, yaitu: 1. Growth Strategy yang merupakan pertumbuhan perusahaan itu sendiri (sel 1,2,5) atau upaya diversifikasi (sel 7 & 8) 2. Stability Strategy adalah strategi yang diterapkan tanpa mengubah arah strategi yang diterapkan. 3. Retenchment Strategy (sel 3,6,9) adalah usaha memperkecil atau mengurangi usaha yang dilakukan oleh perusahaan. Berikut ini adalah penjelasan mengenai sembilan strategi yang ada dalam sel matriks IE: 1. Sel I: Konsentrasi melalui Integrasi Vertikal. Perumbuhan melalui konsentrasi dapat dilalui integrasi dengan cara backward integration atau forward integration. Hal ini merupakan strategi utama untuk perusahaan yang memiliki posisi kompetitif pasar yang kuat (high market share) dalam berdaya tarik tinggi. 2. Sel II dan V Konsentrasi melalui Integrasi Horizontal. Strategi pertumbuhan melalui integrasi horizontal adalah kegiatan yang memperluas perusahaan dengan cara membangun di lokasi yang lain dan meningkatkan produk serta jasa. 28 3. Sel III Turnaround. Strategi ini tepat bagi perusahaan pada daya tarik industri tinggi ketika masalah-masalah perusahaan mulai dirasakan tapi belum kritis. Strategi ini dilakukan oleh perusahaan dengan cara melakukan penghematan pada operasional perusahaan. 4. Sel IV Stability. Strategi berdiam diri mungkin tepat untuk dijadikan sebagai strategi sementara yang memungkinkan bagi perusahaan untuk menggabungkan semua sumber daya yang dimilikinya setelah mengalami pertumbuhan yang cepat dari suatu industri yang kemudian menghadapi suatu masa depan yang tidak pasti. 5. Sel VI Divestasi adalah strategi yang tepat bagi perusahaan yang berada pada posisi kompetisi lemah dan dengan daya tarik industri menengah. 6. Sel VII Diversifikasi Konsentris. Strategi pertumbuhan melalui diversifikasi umumnya dilakukan pada perusahaan yang memiliki kondisi competitive position sangat kuat tetapi nilai daya tarik industrinya rendah. 7. Sel VIII Diversifikasi Konglomerat. Strategi pertumbuhan melalui kegiatan bisnis yang tidak saling berhubungan dapat dilakukan jika perusahaan menghadapi competitive position yang tidak terlalu kuat dan nilai daya tarik industrinya sangat rendah. Tekanan strategi ini lebih pada sinergi finansial daripada product market synergy (seperti yang terdapat pada diversifikasi). 8. Sel IX Bangkrut atau Likuiditas. Likuiditasi adalah strategi yang dilakukan dengan menjual sebagian atau seluruh perusahaan atau produk perusahaan yang ada dengan tujuan mendapatkan uang untuk membayar seluruh obligasi perusahaan dan kemudian menyerahkan sisanya pada pemegang saham. 2.2.6 Matriks Strategi Besar (Grand Strategy) (David, 2011:348-349) Matriks Strategi Besar adalah alat yang populer untuk merumuskan strategi alternatif.Semua organisasi dapat diposisikan di salah satu dari empat kuadran strategi Matriks Strategi Besar.Untuk divisi-divisi suatu perusahaan dapat dilakukan hal yang 29 serupa. Matriks Strategi Besar didasarkan pada dua dimensi evaluatif: posisi kompetitif dan pertumbuhan pasar (industri). Strategi yang tepat untuk dipertimbangkan organisasi ditampilkan dalam urutan daya tarik di setiap kuadran matriks tersebut. Perusahaan-perusahaan yang berada dalam Kuadran I Matriks Strategi Besar memiliki posisi strategis yang sempurna.Untuk perusahaanperusahaan tersebut, konsentrasi pada pasar (penetrasi pasar dan pengembangan pasar) dan produk (pengembangan produk) yang ada saat ini merupakan strategi yang sesuai.Bukan hal yang bijak bagi sebuah perusahaan Kuadran I untuk beralih secara mendasar dari keunggulan kompetitifnya yang sudah mapan. Bila perusahaan Kuadran I mempunyai kelebihan sumber daya, maka integrasi ke belakang, integrasi ke depan, atau integrasi horizontal bisa menjadi strategi efektif. Ketika suatu perusahaan Kuadran I terlalu berpatokan dengan satu produk tertentu, diversifikasi terkait kiranya dapat membantu mengurangi risiko yang berkaitan dengan lini produk yang sempit.Perusahaan-perusahaan Kuadran I memiliki sumber daya yang memadai untuk mengambil keuntungan dari berbagai peluang eksternal yang muncul di banyak bidang.Mereka bisa mengambil risiko secara agresif jika perlu. Perusahaan-perusahaan yang terletak di Kuadran II perlu secara serius mengevaluasi pendekatan mereka terhadap pasar.Walaupun industri mereka tengah tumbuh, mereka tidak mampu bersaing secara efektif, dan mereka perlu mencari tahu mengapa pendekatan perusahaan saat ini tidak efektif dan bagaimana perusahaan dapat memperbaiki daya saingnya.Oleh karena perusahaan-perusahaan Kuadran II berada di industri dengan pasar yang bertumbuh cepat, strategi intensif (sebagai kebalikan dari strategi integratif atau diversifikasi) biasanya menjadi pilihan pertama untuk dipertimbangkan. Namun demikian, jika perusahaan kurang memiliki kompetensi khusus atau keunggulan kompetitif, integrasi horizontal dapat menjadi alternatif lain yang bagus. Sebagai pilihan terakhir, divestasi atau likuidasi dapat 30 dipertimbangkan. Divestasi dapat menyediakan dana yang diperlukan untuk mengakuisisi bisnis lain atau membeli kembali saham. Organisasi-organisasi Kuadran pertumbuhannya lambat III bersaing di industri serta memiliki posisi yang kompetitif lemah.Berbagai perusahaan ini harus segera membuat perubahan drastis untuk menghindari penurunan lebih jauh dan kemungkinan likuidasi.Pengurangan (penciutan) biaya dan aset yang ekstensif harus dilakukan pertama kali.Strategi alternatifnya adalah dengan mengalihkan sumber daya dari bisnis saat ini ke bidang yang lain (diversifikasi).Jika kesemuanya itu gagal, pilihan terakhir untuk bisnis Kuadran III adalah divestasi atau likuidasi. Tahap terakhir, bisnis-bisnis Kuadran IV memiliki posisi kompetitif yang kuat namun berada di dalam industri yang pertumbuhannya lambat. Perusahaan-perusahaan ini mempunyai kekuatan untuk mengadakan program diversifikasi ke bidang-bidang pertumbuhan baru yang lebih menjanjikan: karakteristik perusahaan-perusahaan Kuadran IV adalah memiliki tingkat arus kas yang tinggi serta kebutuhan pertumbuhan internal yang terbatas dan sering kali dapat menjalankan strategi diversifikasi terkait atau tak terkait dengan berhasil. Perusahaan-perusahaan Kuadran IV juga bisa melakukan usaha patungan. 2.2.7 Matriks QSPM QSPM adalah alat yang memungkinakan para penyusun strategi mengevaluasi berbagai strategi alternatif secara objektif, berdasarkan faktorfaktor keberhasilan penting eksternal dan internal yang diidentifikasi sebelumnya. Menurut David (2009), strategi-strategi pemeringkatan untuk mendapatkan daftar prioritas, hanya ada satu teknik analisis dalam literatur yang dirancang untuk menentukan daya tarik relatif dari berbagai tindakan aternatif. Teknik tersebut adalah Matriks Perencanaan Strategis Kuantitatif (Quantitative Strategic Planning MatrixQSPM), yang menyusun Tahap 3 dari 31 kerangka analisis perumusan strategi. Teknik 31 secara objektif menunjukkan strategi mana yang terbaik. QSPM menggunakan analisis input dari Tahap 1 dan hasil pencocokan dari analisis Tahap 2 untuk secara objektif menentukan strategi yang hendak dijalankan di antara strategi-strategi alternatif. 2.2.8 Jenis – jenis Strategi Alternatif Ada beberapa strategi dalam menjalankan bisnis walaupun kita baru terjun, sedang atau telah menggeluti bisnis untuk memahami situasi pasar yang tidak menentu.Jenis alternatif strategi terbagi atas 4, yaitu strategi integrasi, strategi intensif, strategi diversifikasi, dan strategi bertahan. (David, 2009) 1. Strategi-strategi Integrasi (Vertical Integration) a) Integrasi ke Depan (Forward Integration) Memperoleh kepemilikan atau meningkatkan kendali yang lebih besar atas distributor atau pengecer.Hal ini dapat dilakukan jika perusahaan mendapatkan banyak masalah dengan pendistribusian barang atau jasanya, sehingga mengganggu pendistribusian tersebut dengan sumberdaya yang dimiliki. Alasan lain, karena distribusi tersebut memiliki prospek yang baik untuk dimasuki. b) Integrasi ke Belakang (Backward Integration) Mengupayakan kepemilikan atau kendali yang lebih besar atas pemasok perusahaan.Strategi ini sangat tepat ketika pemasok perusahaan yang ada saat ini tidak bisa diandalkan, terlampau mahal, atau tidak mampu memenuhi kebutuhan perusahaan. Tujuh pedoman tentang kapan integrasi ke belakang dapat menjadi sebuah strategi yang sangat efektif: • Ketika pemasok organisasi saat ini menjadi sangat mahal, atau tidak dapat diandalkan, atau tidak mampu memenuhi kebutuhan perusahaan akan onderdil, komponen, barang rakitan, atau bahan mentah. • Ketika jumlah pemasok sedikit dan jumlah pesaing banyak. 32 • Ketika industri bersaing di sebuah industri yang berkembang pesat; ini merupakan faktor karena strategi jenis integratif (ke depan, ke belakang, dan horizontal) mengurangi kemampuan organisasi untuk melakukan diversifikasi industri yang tengah mengalami kemerosotan. • Ketika organisasi memliki baik modal maupun sumber daya manusia untuk mengelola bisnis pemasokan bahan mentahnya sendiri yang baru. • Ketika keuntungan dari harga yang stabil sangat penting; ini menjadi faktor karena organisasi dapat menstabilkan biaya bahan mentahnya dan biaya-biaya lain yang terkait dengan produknya melalui integrasi ke belakang. • Ketika pemasok saat ini memiliki margin laba yang tinggi, yang menunjukkan bahwa bisnis pemasokan produk atau jasa di suatu industri layak untuk dikembangkan. • Ketika organisasi perlu mengakuisisi atau memperoleh sumber daya yang dibutuhkannya secara cepat. c) Integrasi Horizontal (Horizontal Integration) Mengupayakan kepemilikan atau kendali yang lebih besar atas pesaing perusahaan.Salah satu tren yang paling signifikan dalam manajemen strategis saat ini adalah meningkatnya penggunaan integrasi horizontal sebagai strategi pertumbuhan.Merger, akuisisi, dan pengambilalihan antar pesaing memungkinkan meningkatnya skala ekonomi dan mendorong transfer sumber daya dan kompetensi. Lima pedoman tentang kapan integrasi horizontal dapat menjadi sebuah strategi yang sangat efektif: • Ketika organisasi dapat memperoleh karakteristik monopolistik di suatu wilayah atau kawasan tertentu tanpa bertentangan dengan aturan pemerintah yang 33 melarang “penguasaan substansial” untuk menghambat persaingan. • Ketika organisasi bersaing di sebuah industri yang sedang berkembang. Ketika meningkatnya skala ekonomi memberikan keunggulan kompetitif yang besar. • Ketika organisasi memiliki baik modal maupun sumber daya manusia yang dibutuhkan untuk mengelola dengan baik organisasi yang berekspansi. • Ketika pesaing melemah karena kurangnya keterampilan manajerial atau kebutuhan akan sumber daya tertentu yang dimiliki sebuah organisasi; perhatikan bahwa integrasi horizontal tidak akan tepat jika pesaing mempunyai kinerja buruk, sebab dalam kasus ini penjualan industri keseluruhan tengah merosot. 2. Strategi-strategi Intensif (Intensive Strategies) Kelompok strategi ini disebut sebagai strategi intensif karena mensyaratkan berbagai upaya yang intensif untuk meningkatkan posisi kompetitif perusahaan dengan produk yang ada. Kelompok strategi ini meliputi tiga strategi, yaitu: a. Penetrasi Pasar (Market Penetration) Mencari pangsa pasar yang lebih besar untuk produk atau jasa saat ini di pasar yang ada sekarang melalui upaya-upaya pemasaran yang lebih baik. Strategi ini dijalankan untuk meningkatkan market share dari produk yang ada saat ini pada pasar yang ada saat ini melalui usaha-usaha pemasaran yang lebih gencar. Strategi penetrasi pasar paling sering digunakan dan dikombinasikan dengan strategi lain. Cara melaksanakan strategi penetrasi pasar dengan mengkombinasikan pemasaran promosi dan harga, yaitu melalui antara lain menaikkan jumlah tenaga penjualan, meningkatkan anggaran iklan, menawarkan secara gencar berbagai item promosi penjualan, atau bahkan meningkatkan 34 aktivitas publisitas. Efektivitas strategi penetrasi pasar tergantung pada beberapa faktor, antara lain: • Ketika pasar saat ini belum jenuh dengan produk atau jasa tertentu. • Tingkat pemakaian pelanggan saat ini dapat digunakan secara signifikan. • Market share pesaing turun, tetapi penjualan industri naik. • Ada korelasi positif signifikan antara kenaikan penjualan dengan kenaikan biaya pemasaran. b. Pengembangan Pasar (Market Development) Memperkenalkan produk atau jasa saat ini pada pasar baru (new market). Strategi pengembangan pasar ke new market ini dijalankan dengan memperluas area geografi baru, menambah segmen baru, mengubah dari bukan pemakai menjadi pemakai, menarik pelanggannya pesaing. Enam pedoman tentang kapan pengembangan pasar dapat menjadi sebuah strategi yang sangat efektif: • Ketika saluran-saluran distribusi baru yang tersedia dapat diandalkan, tidak mahal, dan berkualitas baik. • Ketika organisasi sangat berhasil dalam bisnis yang dijalankannya. • Ketika pasar baru yang belum dikembangkan dan belum jenuh muncul. • Ketika organisasi mempunyai modal dan sumber daya manusia yang dibutuhkan untuk mengelola perluasan operasi. • Ketika organisasi memiliki kapasitas produksi yang berlebih. • Ketika industri dasar organisasi dengan berkembang menjadi global dalam cakupannya. cepat 35 c. Pengembangan Produk (Product Development) Merupakan strategi yang dijalankan untuk meningkatkan penjualan dengan memperbaiki atau memodifikasi produk atau jasa yang ada saat ini.Menjalankan strategi ini berarti melibatkan pengeluaran biaya penelitian dan pengembangan yang besar. Pedoman yang harus dijalankan agar strategi pengembangan produk efektif adalah antara lain: • Produk berada pada tahap kedewasaan dari daur hidup produk • Pesaing menawarkan kualitas produk yang lebih baik pada harga yang bersaing • Persaingan yang tajam dalam industri yang sedang bertumbuh pesat • Kemampuan yang kuat di bidang penelitian dan pengembangan. 3. Strategi Diversifikasi (Diversification Strategies) Terdapat dua jenis umum strategi-strategi diversifikasi: a. Diversifikasi Terkait (Related Diversification) Menambah produk atau jasa yang baru namun masih berkaitan. Sebagian besar perusahaan memilih strategi diversifikasi yang terkait untuk memanfaatkan sinergisinergi berikut: • Mentransfer keahlian yang bernilai secara kompetitif, tips dan trik teknologis, atau kapabilitas lain dari satu bisnis ke bisnis yang lain. • Memadukan aktivitas-aktivitas terkait dari bisnis yang terpisah ke dalam satu operasi tunggal untuk mencapai biaya yang lebih rendah. • Memanfaatkan nama merek yang sudah dikenal luas. 36 • Kerjasama lintas bisnis untuk menciptakan kekuatan dan kapabilitas sumber daya yang bernilai secara kompetitif. b. Diversifikasi Tak Terkait (Unrelated Diversification) Menambah jasa atau produk yang baru namun tidak berkaitan.Strategi diversifikasi tak terkait lebih memilih portofolio bisnis yang sanggup memberikan kinerja keuangan yang sangat baik di industrinya sendiri, alih-alih berupaya memanfaatkan kesesuaian strategis rantai nilai di antara bisnis.Diversifikasi tak terkait melibatkan usaha untuk mencari dan mengakuisisi perusahaan-perusahaan yang asetnya bernilai rendah, atau yang secara finansial sedang tertekan, atau yang memiliki prospek pertumbuhan tinggi namun kekurangan modal investasi. Enam panduan kapan diversifikasi tak terkait bisa menjadi strategi yang efektif: • Ketika pendapatan yang dihasilkan dari produk atau jasa perusahaan saat ini akan meningkat secara signifikan dengan penambahan produk baru, yang tidak berlebihan. • Ketika suatu organisasi bersaing dalam industri yang sangat kompetitif dan atau tidak tumbuh, seperti diindikasikan oleh hasil dan margin laba industri yang rendah. • Ketika jalur distribusi organisasi saat ini dapat digunakan untuk memasarkan produk baru ke pelanggan saat ini. • Ketika produk baru memiliki pola penjualan dengan siklus terbaik dibandingkan dengan produk perusahaan saat ini. 37 4. Strategi bertahan (Defensif) a. Penciutan (Retrenchment) Penciutan terjadi mengelompokkan jika ulang suatu organisasi (regrouping) melalui pengurangan kas dan biaya untuk membalikkan penjualan dan laba yang menurun.Retrenchment didesain untuk memperkuat kompetensi dasar organisasi yang unik.Selama penciutan, penyusunan strategi bekerja dengan sumber daya yang terbatas dan menghadapi tekanan dari pemegang saham, karyawan, media.Penciutan dapat melibatkan penjualan tanah dan gedung untuk meningkatkan kas, memotong lini produk, menutup bisnis yang labanya sangat tipis, menutup pabrik yang tua dan kuno, mengotomatisasi proses, mengurangi jumlah karyawan, dan menetapkan sistem kontrol pengeluaran. b. Divestasi (Divestiture) Menjual satu divisi atau bagian dari suatu organisasi disebut divestasi.Divestasi dapat menjadi bagian dari keseluruhan strategi menyingkirkan bisnis reterenchment perusahaan yang untuk tidak menguntungkan, yang membutuhkan terlalu banyak modal atau yang tidak cocok dengan aktivitas perusahaan laninya. c. Likuidasi (Liquidation) Menjual seluruh aset perusahaan, secara terpisah-pisah atau sepotongsepotong untuk nilai rill disebut likuidasi.Likuidasi adalah pengakuan atas kekalahan, konsekuensinya dapat menjadi strategi yang sulit secara emosional. 38 2.3 Kerangka Pemikiran Untuk memperjelas pelaksanaan penelitian, maka penulis membuat kerangka penelitian sebagai berikut : PT. Anugerah Teknik Mandiri Tahap 1: Tahap Input Matriks EFE Matriks CPM Matriks IFE Tahap II: Tahap Pencocokan Matriks SWOT Matriks IE Matriks Grand Strategy Tahap III: Tahap Keputusan Matriks QSPM Rekomendasi Strategi Bisnis Yang Efektif Sumber: Penulis 2015 Gambar 2.3 Kerangka Pemikiran