PENDAHULUAN Latar Belakang Probiotik didefinisikan sebagai kultur tunggal atau campuran mikrobia hidup yang apabila diaplikasikan pada unggas memberikan efek yang menguntungkan inang karena kemampuannya memperbaiki sifat mikroflora endogenous sehingga memperbaiki keseimbangan mikrobia jalur digesti. Pemberiannya sejak awal kehidupan, berarti memberikan mikrobia hidup secara langsung untuk membantu unggas tersebut agar lebih cepat atau lebih awal dalam membentuk keseimbangan mikroflora ususnya. Hal ini sangat berguna khususnya pada pemeliharaan unggas secara intensif dengan waktu yang relatif singkat. Penggunaan antibiotik terutama sebagai pemacu pertumbuhan atau lebih dikenal dengan animal growth promoters (AGP) untuk semua ternak termasuk pemberiannya pada unggas telah dilarang sejak awal tahun 2006 di negara Uni Eropa maupun negara-negara maju lainnya. Larangan penggunaan antibiotik sangat terkait dengan keamanan pangan dan kesehatan masyarakat. Pemakaian antibiotik secara terus-menerus dapat menimbulkan residu pada daging dan telur unggas serta membentuk bakteri yang tahan terhadap antibiotik (Donoghue, 2003; Castanon, 2007). Salah satu pilihan sebagai alternatif pengganti antibiotik adalah suplementasi probiotik. Hal ini dikarenakan suplementasi probiotik dinilai lebih aman bagi produk peternakan yang dihasilkan dan memberikan manfaat dalam menjaga kesehatan usus.Probiotik yang ideal bagi unggas harus memenuhi beberapa kriteria diantaranya dapat menjadi penghuni asli usus dan mampu beraderensi secara baik pada sel epitel usus. Mekanisme probiotik dalam menjaga kesehatan usus yaitu dengan cara memproduksi zat antibakteri yang dapat melawan infeksi bakteri patogen. Probiotik yang efektif akan tercermin dari ekspresi biologis yang diperlihatkan melalui peningkatan performan inangnya. Performan yang optimal dapat tercapai karena peranan probiotik disamping meningkatkan fungsi pertahanan usus terhadap patogen juga memperbaiki kecernaan nutrien. Secara tidak langsung probiotik merangsang produksi asam lemak rantai pendek (short chain fatty acids; SCFA) yang dapat menstimulasi perbaikan struktur usus. Peningkatan struktur usus terjadi karena SCFA memacu perbanyakan sel epitel usus, sehingga bidang absorbsi nutrien menjadi lebih luas dan absorbsi nutrien menjadi lebih optimal. Seperti dijelaskan oleh Ahmad (2006) bahwa target probiotik bakteri asam laktat (BAL) pada unggas mengarah pada perbaikan sistem imun yang dapat terbentuk melalui tiga cara yaitu (a) mempertinggi aktivitas makrofag dan mempertinggi kemampuan fagositosis mikrobia atau partikel karbon, (b) peningkatan produksi antibodi IgG dan IgM serta interferon (non-specific antiviral agent), dan (c) peningkatan antibodi lokal pada permukaan mukosa seperti yang dapat ditemukan pada dinding usus (IgA). Spleen dan bursa fabricius merupakan organ yang bertanggung jawab terhadap sistem imun pada unggas. Sel limfosit T dan limfosit B dibentuk pada kedua organ tersebut sehingga berat dan histomorfologi pada spleen dan bursa fabricius dapat memberikan informasi terhadap kondisi imun dalam tubuh. Berdasarkan uraian tentang penggunaan probiotik pada unggas diatas maka, dalam penelitian ini mempelajari tentang pengaruh suplementasi probiotik BAL indigenous terhadap peningkatan bioefisiensi dan respon imun pada puyuh jantan. Tujuan dan Manfaat Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh suplementasi probiotik BAL indigenous terhadap bioefisiensi dan respon imun pada puyuh jantan. Hasil dari penelitian ini diharapkan mampu memberikan informasi ilmiah manfaat suplementasi probiotik BAL indigenous bagi unggas untuk manajemen pemeliharaan yang aman bagi inang dan produk yang dihasilkan.