BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Community Relations 2.1.1 Definisi

advertisement
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Community Relations
2.1.1
Definisi Komunitas (Community)
Dalam konteks PR makna komunitas itu tidak bersifat tunggal.
Menurut Frank Jefkins komunitas adalah kelompok orang yang tinggal
disekitar wilayah operasi satu organisasi.
Menurut Steward E. Perry dalam Iriantara (2004:24), dalam CED
Definations and Terminology memandang ada dua makna komunitas
yaitu; pertama komunitas sebagai kategori yang mengacu pada orang yang
saling berhubungan berdasarkan nilai-nilai dan kepentingan bersama yang
khusus. Dan kedua secara khusus menunjuk pada satu kategori manusia
yang berhubungan satu sama lain karena didasarkan pada lokalitas tertentu
yang sama yang karena kesamaan lokalitas itu secara tidak langsung
membuat mereka mengacu pada kepentingan dan nilai-nilai yang sama.
Menurut mantan staf community relations di Illinois Bell
Telephone ini, komunitas bukan lagi sekedar kumpulan orang yang tinggal
pada lokasi yang sama tapi juga menunjukan terjadinya interaksi di antara
kumpulan orang tersebut.3
Komunitas lokal adalah masyarakat yang bermukim atau mencari
nafkah di sekitar pabrik, kantor, tempat pelatihan, tempat peristirahatan.
3
Yosal Iriantara, Community Relations konsep dan Aplikasi, Bandung: Simbiosa Rekatama Media, 2013, 22. 9 Prinsip kegiatan public relations adalah mengharmonisasikan hubungan
antara perusahaan beserta manajer dan karyawannya dengan masyarakat di
sekitar perusahan.
Dalam pelaksanaan fungsi Public Relations, komunitas lokal
dipandang sebagai suatu kesatuan dengan perusahan yang memberi
manfaat timbal balik, hubungan timbal balik dengan rasa memiliki
dibutuhkan oleh perusahaan agar perusahaan memperoleh dukungan
komunitas, pentingnya peran komunitas dalam lingkungan perusahaan
memang tidak bisa diabaikan begitu saja, sehingga untuk berinteraksi dan
mengambil manfaat dirinya diperlukan adanya hubungan yang baik
dengan komunitas.
Hubungan komunitas bagi suatu perusahaan adalah sangat penting
karena keberadaan perusahaan selalu merupakan bagian dari suatu
kelompok masyarakat dan hidup ditengahnya, baik dipemukiman
penduduk, maupun ditempat produksi perusahaan oleh karena itu,
hubungan dengan komunitas haruslah baik, harmonis, dan saling
mendukung agar tercipta suatu kondisi dan lingkungan perusahaan yang
dibentuk atas dasar dukungan dan kepercayaan anggota masyarakat
lainnya.
2.1.2
Pengertian Community Relations
Menurut Gregory yang dikutif oleh Yosal Irianta, mendefinisikan
community relations atau hubungan komunitas adalah hubungan bisnis
yang saling menguntungkan dengan satu atau lebih stakeholders, untuk
10 11 meningkatkan reputasi perusahaan menjadi sebuah perusahaan yang baik
bagi masyarakat.4
Hubungan dialektis antara perusahaan dan komunitas banyak
mengubah praktik bisnis yang dijalankan berbagai perusahaan. Satu
diantaranya adalah perubahan praktik community relations yang
dijalankan perusahaan. Community relations tak lagi dijalankan untuk
kepentingan perusahaan belaka, seperti untuk mendapatkan laba dan
meminimalkan resiko gangguan dari komunitas, melainkan perusahaan
juga terlibat langsung menangani permasalahan yang muncul pada
komunitas dan lingkungan terdekatnya. Community relations pada
dasarnya adalah kegiatan public relations. Dalam konteks PR, tanggung
jawab sosial korporat itu diimplementasikan dalam program dan kegiatan
community relations. Bisa juga dinyatakan, community relations
merupakan bentuk tanggung jawab sosial korporat. Wajar bila berbagai
perusahaan di Indonesia baik barang maupun jasa kini sudah menjalankan
tanggung jawab sosialnya itu dalam bentuk program dan kegiatan
community relations. Wilbur J. Peak dalam karyanya “community
relations” yang dimuat dalam Lesly’s Public Relations Handbook (Onong
Uchjana Efendy, 1992:149), mendefinisikan hubungan dengan komunitas
sebagai
hubungan
dengan
komunikasi
sebagai
fungsi
hubungan
masyarakat, merupakan partisipasi suatu lembaga yang berencana aktif
dan sinambung dengan masyarakat di dalam suatu komunitas untuk
4
Yosal Irianta. Community Relations, Bandung: Simbiosa RekatamaMedia, 2004, 21. 12 memelihara dan membina lingkungannya demi keuntungan kedua pihak,
lembaga dan komunitasnya. John W. Right (1991: 66) memaparkan
penjelasan bahwa community relations is an area of Public Relations
practice that incorporates relations with the community which the
organizations part (community relations adalah salah satu bagian dari
public relations yang berhubungan dengan komunitas perusahaan itu
berada).
Jerold mendefinisikan community relations sebagai peningkatan
partisipasi dan posisi organisasi dalam sebuah komunitas melalui berbagai
upaya untuk kemaslahatan bersama bagi organisasi dan komunitas.
DeMartin
menyatakan
community
relations
sebagai
cara
berinteraksi dengan berbagai publik yang saling terkait dengan operasi
organisasi.5 Selanjutnya dijelaskan DeMartinis bahwa komunitas tersebut
mencakup klien, lingkungan, pejabat publik, lembaga pemerintah dan
lembaga
lain.
Namun
konsep
DeMartinis
menunjukan
bahwa
sesungguhnya apa yang dinamakan publik dalam public relations itu
adalah komunitas.
2.1.3
Manfaat Community Relations
Manfaat community relations yang dibangun berdasarkan visi
tanggung jawab sosial koorporat itu memang bisa dipetik oleh kedua belah
pihak.
Ini
sejalan
dengan
prinsip
kemaslahatan
bersama
yang
dikembangkan melalui berbagai program dan kegiatan public relations.
5
Ibid. 20. 13 Karena itu penting untuk disadari bahwa program-program community
relations bukanlah program dari perusahaan untuk komunitas, melainkan
program perusahaan dan komunitas dikembangkan melalui berbagai
program dan kegiatan public relations. Karena itu penting untuk disadari
bahwa program-program community relations bukanlah program dari
perusahaan untuk komunitas, melainkan program perusahaan dan
komunitas.6
Tanggung jawab sosial korporate sendiri dijalankan organisasi
bisnis
pada
dasarnya
untuk
mempertahankan
keberlanjutannya.
Tantangannya bagaimana praktisi PR memberikan kontribusinya dalam
mengupayakan keberlanjutan ini, yakni PR yang membangun saling
pengertian
dengan
komunitas,
meningkatkan
hubungan
dengan
stakeholders utama dan menjaga lisensi operasi bagi bisnis dan organisasi
untuk menjalankan inti keberlanjutan ini.
2.2
Program Community Relatios
Community Relations merupakan sebuah program yang dilandasi
kebijakan (policy) organisasi. Dengan memandang community relations
sebagai kebijakan maka bisa tampak seberapa besar dan seberapa jauh
komitmen perusahaan terhadap komunitasnya.7 Setiap perusahaan tentu
memiliki kebijakan sendiri. Kebijakan pada dasarnya merupakan pedoman
umum untuk pengambilan keputusan pada seluruh perusahaan. Kebijakan
memiliki makna ganda. Kebijakan bisa berupa kerangka kerja yang
6
7
Ibid. 71. Ibid. 91. menjadi pedoman pengambilan keputusan dalam hal tertentu dan
menunjukkan maksud - maksud yang lebih besar dan bisa pula rencana
umum tindakan.
Program community relations yang dijalankan oleh divisi
kehumasan suatu perusahaan, tak bisa lepas dari kebijakan yang ditempuh
perusahan untuk mencapai tujuan perusahaan yang sudah ditetapkan
sebelumnya. Kebijakan community relations dari divisi kehumasan itu
menjadi pedoman untuk pelaksanaan kegiatan tersebut yang dilakukan
perusahaan.
Dalam konteks community relations, program community relations
satu organisasi yang biasanya berjangka panjang disusun sebagai
perencanaan strategis dan merupakan bagian dari rencana strategis
organisasi. Sedangkan kegiatan community relations satu organisasi
disusun dengan pendekatan rencana operasional yang berjangka pendek.
Kegiatan community relations tersebut merupakan bagian atau penjabaran
dari program community relations organisasi.
Manajemen strategis pada dasarnya merupakan upaya organisasi
untuk menyesuaikan dengan lingkungannya yang terus berubah.
Manajemen strategis adalah proses menyelaraskan kemampuan internal
organisasi yang berupa kekuatan dan kelemahan dengan peluang dan
ancaman yang dihadapi di dalam lingkungan eksternal organisasi. 8
8
Ibid. 103. 14 15 Menurut Wheelen dan Hunger membuat rumusan manajemen
strategis sebagai serangkaian keputusan dan tindakan organisasi yang
menentukan kinerja jangka panjang sebuah perusahaan. Dalam manajemen
strategis
pengkajian
(scanning)
lingkungan,
perumusan
strategis
(perencanaan jangka panjang atau perencanaan strategis), Implementasi
strategis, serta evaluasi dan kontrol. Karena itu, manajemen strategis
memberi penekanan pada pemantauan serta evaluasi peluang dan ancaman
lingkungan eksternal dari kacamata kekuatan dan kelemahan organisasi.
Dengan demikian, dalam manajemen strategis diperhitungkan faktorfaktor eksternal dengan mengkaji peluang dan ancaman, serta faktor-faktor
internal organisasi dengan mengkaji kekuatan dan kelemahannya.
Program community relations merupakan pedoman umum yang
menghubungkan antara perumusan strategi organisasi dan implementasi
strategi tersebut. Strategi yang dirumuskan di atas kertas kemudian
dijabarkan melalui kebijakan saat diterapkan.
2.3
Management Public Relations
2.3.1
Pengertian Manajemen
Managemen berasal dari kata “to manage” yang berarti mengatur,
mengurus atau mengelola. Dari arti tersebut secara substantive makna
menajemen mengandung unsur-unsur kegiatan yang bersifat pengelolaan.
Kata manajemen juga diambil dari bahasa Prancis kuno yang memiliki arti
seni melaksanakan dan mengatur. 9
9
Kadar Nurzaman, Manajemen Perusahaan, Bandung: CV Pustaka Setia, 2014, 13 16 Malayu S.P. Hasibuan menjelaskan bahwa manajemen dalam
bahasa Inggris artinya to manage, yaitu mengatur. Oleh karena itu,
menurutnya, pertanyaan yang muncul adalah tentang apa yang diatur,
mengapa harus diatur, siapa yang mengatur, bagaimana mengaturnya dan
dimana harus diatur.10
Menurut Mary Parker Follet manajemen adalah suatu seni untuk
melaksanakan
suatu
pekerjaan
melalui
orang
lain.
Definisi
ini
memfokuskan pada kenyataan bahwa para manajer mencapai suatu tujuan
organisasi dengan cara mengatur orang-orang lain untuk melaksanakan
apa saja yang perlu dalam pekerjaan itu, bukan dengan cara melaksanakan
pekerjaan itu oleh dirinya sendiri.11
Dalam pelaksanaan pekerjaannya seorang praktisi/humas akan
menggunakan
konsep-konsep
manajemen
untuk
mempermudah
pelaksanaan tugas-tugasnya. Bahwa proses humas (tahapan fact finding,
planning,
pendekatan
communicating,
manajerial.
evaluation)
Untuk
sepenuhnya
keperluan
mengacu
pembahasan
pada
manajemen
hubungan masyarakat, maka sementara manajemen itu dapat dirumuskan
sebagai suatu proses dari kelompok orang-orang yang secara koordinatif,
memimpin kegiatan-kegiatan tertentu untuk mencapai tujuan-tujuan
bersama.
Manajemen PR dapat dikatakan sebagai penerapan fungsi-fungsi
manajemen (perencanaan, pengorganisasian, penstaffan, pemimpinan dan
10
Malayu S.P. Hasibuan, Manajemen Dasar, Pengertian dan Masalah, Gunung Agung, Jakarta, Cet. 1, 1996, hlm. 1 11
Nurzaman, op.cit., 15 17 evaluasi) dalam kegiatan-kegiatan humas. Manajemen humas berarti
melakukan penelitian berbagai kegiatan komunikasi yang disponsori oleh
organisasi. Bentuk kegiatan komunikasi bisa berupa kegiatan kecil sampai
pada kegiatan yang sangat komplek.
Manajemen PR (humas) dikatakan sebagai penerapan fungsi-fungsi
manajemen (perencanaan, pengorganisasian, penstaffan, pemimpinan dan
evaluasi) dalam kegiatan-kegiatan humas. Manajemen humas berarti
melakukan penelitian, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi terhadap
berbagai kegiatan komunikasi yang disponsori oleh organisasi. Betuk
kegiatan komunikasi bisa berupa kegiatan kecil sampai pada kegiatan yang
sangat komplek seperti konferensi pers dengan menggunakan satelit.
Keberadaan PR dalam suatu organisasi terutama di fungsikan
untuk menunjang fungsi-fungsi manajemen perusahaan untuk mencapai
tujuan
bersama.
Kaitan
antara
PR
dengan
konsep
manajemen
menghasilkan pemahaman akan pentingnya public relations, seperti
dinyatakan oleh Mc Elreath:12
“Manajemen
PR
berarti
melakukan
penelitian,
perencanaan,
pelaksanaandan evaluasi terhadap berbagai kegiatan komunikasi yang
disponsori oleh organisasi. Bentuk kegiatan komunikasi dapat berupa
penerbitan brosur perusahaan, pertemuan-pertemuan kelompok kecil
sampai pada kegiatan yang sangat kompleks seperti konferensi pers
dengan menggunakan satelit”.
12
McElreath,.Managing Systematic and Ethical Public Relations Campaigns, Second Edition. Brown & Benchmark Publisher,1997,126. 18 Dari pernyataan tersebut manajemen PR dipahami sebagai bentuk
pengelolaan
public
manajemen
yaitu
relations
dengan
dengan
menjalankan
menerapkan
fungsi-fungsi
penelitian,
perencanaan,
pelaksanaan dan evaluasi terhadap program yang dijalankan.
1. Penelitian
Pada dasarnya, penelitian merupakan cara yang digunakan untuk
memperoleh informasi dari publik baik internal maupun eksternal
untuk memahami masalah yang dihadapi dengan akurat dan metode
ilmiah.13
2. Perencanaan dan Pemrograman
Perencanaan dan pemrograman merupakan segala informasi atau data
masukan atau input yang diperoleh berkaitan dengan hal atau
permasalahan yang di hadapi kedalam bentuk rencana tindakan untuk
pemecahannya.
Perencanaan
PR
merupakan
suatu
proses
berkesinambungan dan selalu memerlukan peninjauan agar tindakan
yang diambil sesuai dengan aturan yang ditetapkan. Sejumlah prinsip
harus diperhatikan dalam perencanaan program antara lain: sifat waktu
dan lingkungan. Perencanaan juga harus memperhatikan situasi di
dalam maupun di luar organisasi, serta pihak-pihak yang terlibat dalam
perencanaan tersebut.
13
Silih Agung Wasesa, Strategi Public Relations, Jakarta: Gramedia, 2006, 131. 19 3. Pelaksanaan program
Pelaksanaan program merupakan tahap dimana rencana program yang
telah ditetapkan dilaksanakan atau diimplementasikan ke dalam suatu
bentuk program aksi sebagai langkah nyata pemecahan masalah PR
yang dihadapi. Pelaksanaan program ini dapat berupa program
tindakan maupun program komunikasi yang kesemuanya merupakan
cara atau proses untuk mencapai tujuan yang telah di tetapkan.
4. Evaluasi
Merupakan suatu tahapan yang di laksanakan untuk menentukan atau
memperlihatkan nilai suatu program termasuk pengelolaan maupun
hasil atau dampak pelaksanaannya. Melalui evaluasi, PR akan
mengetahui
faktor-faktor
yang
menjadi
kegagalan
ataupun
keberhasilan suatu program, sehingga dapat ditentukan langkahlangkah selanjutnya yang seharusnya dilakukan. Pada dasarnya tujuan
sentral PR adalah untuk menunjang manajemen yang berupaya
mencapai tujuan organisasi atau perusahaan. Meskipun tujuan setiap
organisasi berbeda tergantung dari sifat organisasi tersebut, tetapi
dalam kegiatan humas terdapat kesamaan yakni membina hubungan
yang harmonis antara organisasi dengan public dalam membentuk citra
positif.
Menurut Tondowidjojo, kegiatan PR haruslah sistematis dan
terencana, tetapi kadang-kadang juga perlu untuk berimprovisasi dan
berinovasi.
Suatu
kebijakan
harus
dipertimbangkan,
dirumuskan,
20 direncanakan dan evaluasi. Untuk itu diperlukan analisis data yang
diperoleh tentang organisasi dan lingkungannya. Seberapa jauh PR harus
menapakan kakinya ke peran internal atau fungsi eksternal, tentu saja
sepenuhnya tergantung pada kebijakan manajemen.14
Menurut Rhenald Kasali bahwa fungsi PR dalam manajemen
adalah
fungsi
manajemen
yang
bertujuan
menciptakan
dan
mengembangkan persepsi terbaik bagi suatu lembaga, organisasi,
perusahaan atau produknya terhadap segemen masyarakat, yang
kegiatannya langsung ataupun tidak langsung mempunyai dampak bagi
masa depan organisasi, lembaga dan perusahaan.15
2.3.2
Ruang Lingkup Manajemen
Dari berbagai pengertian yang telah dikemukakan, dapat
diklasifikasikan ruang lingkup manajemen, terutama dilihat dari unsur
yang harus ada dalam manajemen. Sebagai ilmu, manajemen memiliki
teori dan kerangka pikir yang sudah teruji, terutama berhubungan dengan
teori manajemen ilmiah, organisasi klasik, teori perilaku organisasi.
Teori manajemen ilmiah menfokuskan kajiannya pada pentingnya
keberadaan manajer dan perannya dalam suatu organisasi atau perusahaan.
Menurut teori manajemen ilmiah, penciptaan iklim yang kondusif bagi
perusahaan sangat bergantung pada sumber daya manusia yang
menggerakan perusahaan. Hal tersebut karena perusahaan yang sumber
14
John Tondowidjojo, Dasar‐Dasar Public Relation, Jakarta: Grasindo, 2004, 62‐63 Kasali, Rhenal, Manajemen Public Relations, Konsep dan Aplikasinya di Indonesia, Jakarta: Grafitti, 1994. 15
daya manusianya lemah, meskipun memiliki modal dan fasilitas yang
memadai, tidak akan meraih keberhasilan.
Teori organisasi klasik ini membicarakan tugas manajemen yang
pertama diperkenalkan oleh B.I. Fayol yaitu pembahasan mengenai hal
technical (kegiatan memproduksi dalam pengorganisasian), commercial
(kegiatan membeli bahan dan menjual produk), financial (kegiatan
pembelanjaan), security (kegiatan menjaga keamanan), accountancy
(kegiatan akuntansi), dan managerial (melaksanakan fungsi manajemen).
Dalam konteks manajemen strategis, menurut Wheelen dan Hunger
terdapat tiga pengawasan yaitu pertama pengawasan strategis yang
berkenaan arah dasar strategis organisasi dalam artian hubungan organisasi
tersebut dengan lingkungannya; kedua pengawasan taktis yang berkenaan
dengan pelaksanaan rencana strategis; ketiga pengawasan operasional
yang berkenaan dengan kegiatan jangka pendek organisasi.16
2.4
Corporate Social Responsibility (CSR)
2.4.1. Sejarah Corporate Social Responsibility (CSR)
Konsep tanggung jawab sosial perusahaan (CSR) tidak terlepas
dari waktu dan telah menjadi pemikiran para pembuat kebijakan sejak
lama. Perhatian para pembuat kebijakan terhadap CSR menunjukkan telah
adanya kesadaran bahwa terdapat potensi timbulnya dampak buruk dari
kegiatan usaha. Dampak buruk tersebut tentunya harus direduksi
16
Opcit. 138. 21 22 sedemikian rupa sehingga tidak membahayakan masyarakat sekaligus
tetap ramah terhadap iklim usaha.
Istilah CSR di Indonesia semakin populer digunakan sejak tahun
1990-an. Beberapa perusahaan sebenarnya telah lama melakukan CSA
(Corporate Social Activity) atau “aktivitas sosial perusahaan”. Walaupun
tidak menamainya sebagai CSR, secara faktual aksinya mendekati konsep
CSR yang merepresentasikan bentuk “peran serta” dan “kepedulian”
perusahaan terhadap aspek sosial dan lingkungan. Melalui konsep
investasi sosial perusahaan “seat belt”, sejak tahun 2003 Departemen
Sosial
tercatat
sebagai
lembaga
pemerintah
yang
aktif
dalam
mengembangkan konsep CSR dan melakukan advokasi kepada berbagai
perusahaan nasional. Kepedulian sosial perusahaan terutama didasari
alasan bahwasanya kegiatan perusahaan membawa dampak (for better or
worse), bagi kondisi lingkungan dan sosial-ekonomi masyarakat,
khususnya di sekitar perusahaan beroperasi. Selain itu, pemilik perusahaan
sejatinya bukan hanya shareholders atau para pemegang saham.
Melainkan pula stakeholders, yakni pihak-pihak yang berkepentingan
terhadap eksistensi perusahaan.17
2.4.2. Definisi Community Social Responsibility
Menurut Sri Rejeki Hartono, aktifitas menjalankan perusahaan
adalah suatu kegiatan yang dilakukan secara terus-menerus dalam
pengertian yang tidak terputus-putus, kegiatan tersebut dlakukan secara
17
Opcit. 55. 23 terang-terangan dalam pengertian sah/legal, dan dalam rangka untuk
memperoleh keuntungan, baik untuk diri sendiri maupun orang lain.18
Tanggung jawab sosial merupakan suatu ide bahwa bisnis memiliki
tanggungjawab tertentu kepada masyarakat selain mencari keuntungan
(the persuit of profits). Baru-baru ini istilah corporate social responsibility
(CSR) mencakup pengertian yang lebih luas, menuju social responcibility
dan social leadership.
Tanggung jawab sosial dapat pula diartikan sebagai ”merupakan
kewajiban
perusahaan
untuk
merumuskan
kebijakan,
mengambil
keputusan, dan melaksanakan tindakan yang memberikan manfaat kepada
masyarakat”.19
Definisi dari CSR telah di kemukakan oleh banyak pakar.
Diantaranya adalah definisi yang dikemukakan oleh Magnan & Ferrel
yang mendefinisikan CSR sebagai “A business acts in socially responsible
manner when decision and actions account for and balance diverse
stakeholder
interest”.
Definisi
ini
menekankan
kepada
perlunya
memberikan perhatian secara seimbang terhadap kepentingan berbagai
stakeholder yang beragam dalam setiap keputusan dan tindakan yang
diambil para pelaku bisnis melalui perilaku yang secara sosial bertanggung
jawab.
Sedangkan Komisi Eropa membuat definisi yang lebih praktis yang
pada dasarnya bagaimana perusahaan yang secara sukarela memberikan
18
19
Sri Rejeki Hartono, Hukum Ekonomi Indonesia, Malang: Bayu Media, 2007, 15. Amin Widjaja Tunggal, Corporate Social Responcibility, Jakarta: Harvindo, 2008, 30. 24 kontribusi bagi terbentuknya masyarakat yang lebih baik dan lingkungan
yang lebih bersih. Sedangkan Elkington mengemukakan bahwa sebuah
perusahaan yang menunjukan tanggung jawab sosialnya akan memberikan
perhatian kepada peningkatan kualitas perusahaan (profits); masyarakat,
khususnya komunitas sekitar (people); serta lingkungan hidup (planet
earth).20
Trinidads & Tobacco Bureau of Standards mendefinisikan CSR
sebagai komitmen usaha untuk bertindak secara etis, beroperasi secara
legal dan berkontribusi untuk peningkatan ekonomi bersamaan dengan
peningkatan kualitas hidup karyawan dan keluarganya, komunitas lokal,
dan masyarakat yang lebih luas.21
Definisi CSR menurut World Business Council on Sustainable
Development adalah komitmen dari bisnis/perusahaan untuk berperilaku
etis
dan
berkontribusi
terhadap
pembangunan
ekonomi
yang
berkelanjutan, seraya meningkatkan kualitas hidup karyawan dan
keluarganya, komunitas lokal dan masyarakat luas.
Definisi lain, CSR adalah tanggung jawab perusahaan untuk
menyesuaikan diri terhadap kebutuhan dan harapan stakeholders
sehubungan dengan isu-isu etika, sosial dan lingkungan.
Pendapat Schemerhom yang dikutip oleh Edi Suharto memberi
definisi tanggung jawab sosial perusahaan sebagai suatu kepedulian
20
Opcit. 10‐12. Reza Rahman, Corporate Social Responsibility: Antara teori dan kenyataan, Yogyakarta: Media Pressindo, 2009, 11. 21
25 organisasi bisnis untuk bertindak dengan cara-cara mereka sendiri dalam
melayani kepentingan organisasi dan kepentingan publik eksternal. 22
Sedangkan Petkoski dan Twose (2003) mendefinisikan CSR
sebagai komitmen bisnis untuk berperan untuk mendukung pembangunan
ekonomi, bekerjasama dengan karyawan dan keluarganya, masyarakat
lokal dan masyarakat luas, untuk meningkatkan mutu hidup mereka
dengan berbagai cara yang menguntungkan bagi bisnis dan pembangunan.
Secara
umum,
corporate
social
responsibility
merupakan
peningkatan kualitas kehidupan mempunyai arti adanya kemampuan
manusia sebagai individu anggota komunitas untuk dapat menggapi
keadaan sosial yang ada dan dapat menikmati serta memanfatkan
lingkungan hidup termasuk perubahan-perubahan yang ada sekaligus
memelihara, atau dengan kata lain merupakan cara perusahaan mengatur
proses usaha untuk memproduksi dampak positif pada suatu komunitas,
atau merupakan suatu proses yang penting dalam pengaturan biaya yang
dikeluarkan dan keuntungan kegiatan bisnis dari stakeholders baik secara
internal (pekerja, shareholders, dan penanaman modal) maupun eksternal
kelembagaan pengaturan umum, angota-anggota komunitas, kelompok
komunitas sipil dan perusahaan lain).
2.4.3. Sifat CSR
Latar belakang mengapa perusahaan perlu mempertimbangkan
corporate social responsibility terdiri dari beragam macam alasan dalam
22
Edi Suharto, Pekerjaan Sosial di Dunia Industri memperkuat Tanggung Jawab Sosial Perusahaan (CSR), Bandung: PT. Refika Aditama, 2007, 102. 26 pelaksanaannya, misalnya karena ada isu-isu pluralism, reputation, the
demand of public opinion, dan licences to operate.23 Isu-isu tersebut
menjadi dasar perusahaan untuk melakukan tanggung jawab sosialnya. Isu
tentang reputasi menjadi bagian penting dalam pertimbangan perusahaan
melakukan social responsibility.
Penerapan
program
CSR
merupakan
salah
satu
bentuk
implementasi dari konsep tata kelola perusahaan yang baik (Good
Coporate Governance). Konsep ini mencakup berbagai kegiatan dan
tujuannya adalah untuk mengembangkan masyarakat yang sifatnya
produktif dan melibatkan masyarakat didalam dan diluar perusahaan baik
secara langsung maupun tidak langsung, meski perusahaan hanya
memberikan kontribusi sosial yang kecil kepada masyarakat tetapi
diharapkan mampu mengembangkan dan membangun masyarakat dari
berbagai bidang. Berikut adalah beberapa sifat dari CSR itu sendiri adalah:
1. Program Pengembangan Masyarakat (Community Development/CD);
2. Program Pengembangan Hubungan/Relasi dengan publik (Relations
Development/RD).
Sasaran
dari
Program
CSR
adalah
pemberdayaan
SDM,
pemberdayaan ekonomi masyarakat sekitar daerah operasi, pembangunan
fasilitas sosial/umum, dan pengembangan kesehatan masyarakat,
Konsep Corporate Social Responsibility adalah pengintegrasian
kepedulian terhadap masalah sosial dan lingkungan hidup kedalam operasi
23
Philip J. Kitchen, Public Relation: Principles and Practice, 1st Edition:Thomson Business Press, 1997, 130. bisnis perusahaan dan interaksi sukarela antara perusahaan dan para
stakeholders-nya.24
Konsep Corporate Social Responsibility melibatkan tanggung
jawab kemitraan antara pemerintah, lembaga, sumberdaya komunitas, juga
komunitas lokal (setempat).25 Kemitraan ini tidaklah bersifat pasif atau
statis. Kemitaraan ini merupakan tanggung jawab bersama secara sosial
antara stakeholders. Konsep kedermawanan perusahaan (corporate
philantrophy) dalam tanggung jawab sosial tidaklah lagi memadai karena
konsep tersebut tidaklah melibatkan kemitraan tanggung jawab perusahaan
secara sosial dengan stakeholders lainnya. Tanggung jawab sosial
perusahaan (corporate social responsibility) pada dasarnya juga terkait
dengan budaya perusahaan (corporate culture) yang ada dipengaruhi oleh
etika perusahaan yang bersangkutan. Budaya perusahaan terbentuk dari
para individu sebagai anggota perusahaan yang bersangkutan dan biasanya
dibentuk oleh system dalam perusahaan. Sistem perusahaan khususnya
alur dominasi para pemimpin memegang peranan penting dalam
pembentukan budaya perusahaan, pemimpin perusahaan dengan motifasi
yang kuat dalam etikanya yang mengarah pada kemanusiaan akan dapat
memberikan nuansa budaya perusahaan secara keseluruhan. Seiring waktu
berlalu, corporate philanthropy (CP) kemudian berkembang menjadi
corporate social responsibility (CSR).
24
25
Opcit. 49. Ibid.103. 27 2.4.4. Teori Corporate Social Responsibility (CSR)
Ada berbagai macam teori yang berkembang di dalam ilmu
komunikasi. Teori-teori tersebut menjadi dasar pemikiran atas penelitian
penelitan di bidang komunikasi serta aplikasi langsung dalam praktik
kegiatan komunikasi sehari hari.
Salah satu penggunaan teori dalam
praktik kegiatan komunikasi sehari hari adalah digunakannya teori tersebut
untuk mendasari kegiatan CSR (Corporate Social Responsibility) dari
suatu perusahaan.26 Sebagaimana hakekatnya untuk mendasari, teori
digunakan untuk memberi landasan terhadap kegiatan apa saja, bagaimana
kegiatan tersebut, serta efek apa yang akan terjadi jika kegiatan tersebut
dilangsungkan. Oleh karena itu, sebaiknya kegiatan CSR menggunakan
teori-teori komunikasi yang relevan untuk mendasari kegiatannya agar
nantinya jelas tahapan serta hasil apa saja yang ingin diperoleh.
Dalam bukunya, Corporate Social Responsibility, Nor Hadi
menulis Landasan Teoritis Corporate Social Responsibility yaitu:
1) Teori legitimasi (legitimacy theory)
Legitimasi masyarakat merupakan faktor strategis bagi perusahaan
dalam rangka mengembangkan perusahaan ke depan.27 Hal itu, dapat
dijadikan sebagai wahana untuk mengontruksi strategi perusahaan,
terutama terkait dengan upaya memposisikan diri di tengah lingkungan
26
Tirta N. Mursitama, Corporate Sosial Responsibility: Teori dan Implementasi, Jakarta:INDEF, 2011, 78. 27
Nor Hadi, Corporate Social responsibility, 87. 28 masyarakat yang semakin maju. Menurut Gray, R.H. mengemukakan
pendapatnya yang dikutip oleh Nor Hadi dalam bukunya Corporate
Social Responsibility bahwa legitimasi merupakan pandangan sistem
berorientasi organisasi dan masyarakat memungkinkan kita untuk
fokus pada peran informasi dan keterbukaan dalam hubungan antara
organisasi, negara, individu dan kelompok.28 Definisi tersebut
mengisyaratkan, bahwa legitimasi merupakan sistem pengelolaan
perusahaan yang berorientasi pada keberpihakan masyarakat. Untuk
itu, sebagai suatu sistem yang mengedepankan keberpihakan kepada
society, operasi perusahaan harus sesuai dengan harapan masyarakat.
2) Teori Stakeholders (stakeholders theory)
Teori ini membahas bahwa perusahaan bukanlah entitas yang hanya
beroperasi untuk kepentingannya sendiri namun harus memberikan
manfaat bagi stakeholdersnya yaitu pemegang saham, kreditor,
konsumen, supplier, pemerintah, masyarakat. Dengan demikian,
keberadaan suatu perusahaan sangat dipengaruhi oleh dukungan yang
diberikan oleh stakeholders kepada perusahaan tersebut. Kelangsungan
hidup perusahaan tergantung pada dukungan stakeholders dan
dukungan tersebut harus dicari sehingga aktivitas perusahaan adalah
untuk mencari dukungan tersebut. Makin powerful stakeholders,
makin besar usaha perusahaan untuk beradaptasi. Pengungkapan sosial
dianggap sebagai bagian dari komunikasi antara perusahaan dengan
28
Ibid, hlm. 87 29 stakeholdersnya. Karena berbagai perusahaan menginginkan dukungan
agar kelangsungan hidupnya terus berjalan, mereka menjadikan
stakeholders (masyarakat dalam ruang lingkup perusahaan) adalah
kepentingan kedua setelah kepentingan perusahaan yaitu mencari
keuntungan. Sehingga, perusahaan menerapkan perusahaan ramah dan
peduli lingkungan yang kini sudah bukan merupakan suatu tanggung
jawab lagi, melainkan kewajiban yang harus dilakukan oleh suatu
perusahaan. Oleh karena itu, Stakeholders Theory ini dapat dinyatakan
sebagai teori yang melandasi akan adanya CSR, dimana penerapan
teori stakeholders tersebut yaitu dengan melaksanakan beberapa
kegiatan kepada stakeholders, mulai dari melakukan kegiatan yang
dapat
mensejahterakan
masyarakat dan perbaikan lingkungan,
pemberian dana untuk pemeliharaan fasilitas umum, sumbangan untuk
desa atau fasilitas masyarakat yang bersifat sosial dan berguna untuk
masyarakat banyak khususnya masyarakat yang berada pada lingkup
perusahaan tersebut berada. CSR memiliki peranan penting dalam
menjaga hubungan perusahaan dengan pihak eksternal, terutama
lingkungan sosial. Lingkungan sosial merupakan bagian yang sangat
berkaitan dengan perusahaan karena lingkungan sosial merupakan
bagian yang paling dekat dengan perusahaan. Seperti halnya mahluk
lain, perusahaan juga tidak dapat hidup sendiri, melainkan ada faktor
pendukung, salah satunya adalah lingkungan sosial. Lingkungan sosial
merupakan penyedia sumber daya alam serta sumber daya manusia
30 31 bagi perusahaan. Oleh karena itu diperlukan adanya hubungan baik
antara perusahaan dengan lingkungan sosial. Dalam teori komunikasi,
hubungan antara perusahaan dengan lingkungan eksternal maupun
internal termasuk dalam Teori Sistem.
Stakeholders adalah semua pihak baik internal maupun eksternal yang
memiliki hubungan baik bersifat mempengaruhi maupun dipengaruhi,
bersifat langsung maupun tidak langsung oleh perusahaan. Stakeholder
is a group or an organization.29
Dengan demikian, stakeholders merupakan pihak internal maupun
eksternal, seperti: pemerintah, perusahaan lain, masyarakat sekitar,
masyarakat umum, lingkungan international, lembaga di luar
perusahaan (LSM dan sejenisnya), lembaga pemerhati lingkungan,
para pekerja perusahaan dan lain sebagainya yang keberadaannya
sangat
mempengaruhi
dan
dipengaruhi
perusahaan.
Batasan
stakeholders tersebut di atas mengisyaratkan bahwa perusahaan
hendaknya
memperhatikan
stakeholders,
karena
pihak
yang
mempengaruhi dan dipengaruhi baik secara langsung maupun tidak
langsung atas aktivitas serta kebijakan yang diambil dan dilakukan
perusahaan. Jika perusahaan tidak diperhatikan stakeholders maka
akan menuai protes dan dapat mengeliminasi legitimasi stakeholders.
3) Teori kontrak sosial (social contract teory)
Dalam perspektif manajemen kontemporer, social contract theory
29
Ibid, hlm. 93 32 menjelaskan hak kebebasan individu dan kelompok termasuk society,
yang dibentuk berdasarkan kesepakatan-kesepakatan yang saling
menguntungkan bagi anggotanya.30
Dalam konteks perusahaan dengan stakeholders, kontrak sosial
mengisyaratkan bahwa perusahaan berusaha untuk memastikan bahwa
operasinya harus sesuai dengan harapan masyarakat sehingga dapat
dikatakan legitimat. Hal itu sejalan dengan konsep legitimacy theory
bahwa legitimasi dapat diperoleh manakala terdapat kesesuaian antara
keberadaan perusahaan tidak mengganggu atau sesuai dengan
eksistensi sistem nilai yang ada dalam masyarakat dan lingkungan.
4) Theory of persuasion
Teori ini bisa digunakan dalam sebagai salah satu dasar untuk
melaksanakan Corporate Social Responsibility (CSR).31 Teori ini
membahas
mengenai
cara
untuk
mempengaruhi
dalam
hal
kepercayaan (belief), nilai (value), motif (motive), perilaku (attitude),
serta kebiasaan (behavior) orang maupun khalayak mengenai suatu
hal namun tanpa tindakan yang memaksa. Teori ini menekankan
bahwa untuk membujuk (persuade) seseorang membutuhkan alasan
yang relevan dan sesuai dengan kehidupan dan lingkungan orang
yang akan dipengaruhi. Biasanya teori ini digunakan di dalam bidang
pemasaran serta periklanan, namun, teori ini juga cukup erat
kaitannya dengan bagaimana suatu perusahaan melaksanakan CSR 30
Ibid. hlm. 95 Reza Rahman, Corporate Social Responsibility : Antara Teori dan Kenyataan, Jakarta:Media Pressiondo, 2007, 156. 31
33 nya. Dalam CSR, hal yang ingin dilaksanakan tentunya membuat
khalayak percaya akan reputasi positif mereka serta reputasi dimana
keberadaan perusahaan tersebut tidak memiliki ancaman negatif
apapun bagi masyarakat. Theory of Persuasion ini kemudian akan
sangat tepat dalam membantu kegiatan CSR untuk melakukan
kegiatan persuasif-nya terutama dalam memilih metode serta efek apa
yang nantinya akan terjadi jika metode tersebut dilangsungkan.
Walaupun kegiatan CSR tujuannya bukan untuk tindak pemasaran,
akan tetapi bentuk kegiatan CSR juga bisa dibilang tidak jauh dengan
tindak pemasaran karena bagaimanapun juga mereka mengemas dan
kemudian memasarkan citra mereka ke masyarakat, walaupun, sekali
lagi, bukan tujuan tersebutlah yang menjadi fokus utama kegiatan
CSR. Oleh karena itu, persuasif sangat dibutuhkan untuk mebujuk
masyarakat agar mau menerima citra yang diberikan oleh perusahaan
tersebut dan kemudian mempercayainya sebagai sesuatu yang benar.
Jika
dilihat
dari
tujuan
awal
CSR
yaitu
melakukan
pertanggungjawaban sosial yang antara lain adalah melakukan
tindakan yang dapat membangun masyarakat di daerah sekitar
perusahaan, teori ini juga bisa dijadikan pegangan untuk mempersuasi
masyarakat agar mau melakukan hal hal yang dianggap baik oleh
perusahaan tersebut.
34 5. Teori Sistem
Teori
ini
menjelaskan
tentang
hubungan
perusahaan
dengan
lingkungan ekternal maupun internalnya.32 Teori ini juga memandang
bahwa organisasi/perusahaan merupakan bagian yang terkait serta
mampu beradaptasi dengan situasi politik, ekonomi, serta sosial di
tempat
perusahaan
itu
berada
sehingga
tujuan
dari
organisasi/perusahaan tersebut dapat tercapai. Grunig dan Dozier
menyatakan bahwa perspektif dalam teori sistem ini menjelaskan
adanya keterkaitan antara perusahaan dengan lingkungan eksternal
maupun internal. Karena organisasi/perusahaan memiliki keterkaitan
tinggi dengan lingkungan sekitarnya, misalnya tentang ketersediaan
barang mentah, para pekerja serta produksi yang dihasilkan. Dengan
adanya
Teori
Sistem
organisasi/perusahaan
inilah
dapat
para
CSR
meningkatkan
dari
hubungan
berbagai
antara
perusahaannya dengan lingkungan eksternal serta dapat melakukan
evaluasi terhadap perusahaan karena antara lingkungan sosial dan
perusahaan memiliki hubungan yang saling terkait. Selain itu dengan
adanya Teori Sistem CSR dalam perusahaan dapat terus menjaga
hubungan baik antara perusahaan dengan lingkungan dimana
perusahaan itu berada agar bisa mencapai tujuan dari perusahaan
tersebut.
32
Ibid. 165. 2.4.5. Manajemen Program Corporate Social Responsibility (CSR)
Pada dasarnya, CSR merupakan suatu tindakan yang dilakukan
oleh perusahaan dalam upaya untuk menaikkan ketertarikan publik dengan
memperhatikan tiga garis dasar (triple bottom line): People, Planet, Profit.
Konsep Corporate Social Responsibility adalah pengintegrasian
kepedulian terhadap masalah sosial dan lingkungan hidup kedalam operasi
bisnis perusahaan dan interaksi sukarela antara perusahaan dan para
stakeholders-nya. Konsep Corporate Social Responsibility melibatkan
tanggung jawab kemitraan antara pemerintah, lembaga, sumberdaya
komunitas, juga komunitas lokal (setempat). Kemitraan ini tidaklah
bersifat pasif atau statis. Kemitaraan ini merupakan tanggung jawab
bersama secara sosial antara stakeholders.
Manajemen program CSR dilakukan melalui tahapan-tahapan
berikut:
1.
Perencanaan dan Pemrograman (Plan)
Perencanaan merupakan sebuah prakiraan yang didasarkan pada
fakta dan informasi tentang sesuatu yang akan terwujud atau terjadi nanti.
Untuk mewujudkan apa yang diperkirakan itu dibuatlah suatu program.
Setiap program biasanya diisi dengan berbagai kegiatan. Kegiatan sebagai
bagian dari program merupakan langkah-langkah yang ditempuh untuk
mewujudkan program guna mencapai tujuan yang sudah ditetapkan.
35 2.
36 Tahapan implementasi (do)
Merupakan
tahap
pelaksanaan
program
Corporate
Social
Responsibility yang telah disusun pada tahap perencanaan. Berdasarkan
perencanaan yang telah ditetapkan, pembangunan/kegiatan dilaksanakan.
Pada tahap ini, perubahan atau pergeseran rencana semula sangat mungkin
terjadi. Selama perubahan terjadi dalam jumlah dan frekuensi yang wajar,
maka tidak ada yang perlu dikhawatirkan.
3.
Komunikasi
Dalam program CSR selalu ada aspek bagaimana menyusun pesan
yang ingin disampaikan kepada komunitas, serta melalui media apa dan
cara bagaimana.
4.
Evaluasi
Evaluasi merupakan keharusan pada setiap akhir program atau
kegiatan untuk mengetahui efektivitas dan efisiensi program. Berdasarkan
hasil evaluasi ini bisa diketahui apakah program bisa dilanjutkan,
dihentikan atau dilanjutkan dengan melakukan beberapa perbaikan dan
penyempurnaan. Namun dalam konteks CSR perlu diingat bahwa evaluasi
bukan hanya dilakukan terhadap penyelenggaraan program atau kegiatan
belaka. Melainkan juga dievaluasi bagaimana sikap komunitas terhadap
organisasi. Evaluasi atas sikap publik ini diperlukan karena, pada dasarnya
kegiatan CSR ini merupakan wujud tanggungjawab sosial organisasi.
2.4.6
37 Manfaat Corporate Social Responsibility (CSR)
Harapan
dari
pelaksanaan
CSR
adalah
memberdayakan
masyarakat, selain itu, jelas agar operasional berjalan lancar tanpa
gangguan. Jika hubungan antara perusahaan dan masyarakat tidak mesra,
bisa dipastikan ada masalah.33 Pelaksanaan program CSR belum
sepenuhnya diterima oleh masyarakat. Sebab itulah yang menjadi
minimnya perhatian perusahaan terhadap pelaksanaan CSR.
2.4.7. Peran PR dalam Implementasi CSR
Sesungguhnya substansi keberadaan CSR adalah dalam rangka
memperkuat keberlanjutan perusahaan itu sendiri di sebuah kawasan,
dengan jalan membangun kerjasama antar stakeholders yang difasilitasi
perusahaan tersebut dengan menyusun program-program pengembangan
masyarakat sekitarnya.34 Atau dalam pengertian kemampuan perusahaan
untuk dapat beradaptasi dengan lingkungannya, komunitas dan stakeholder
yang terkait dengannya, baik lokal, nasional, maupun global. Karenanya
pengembangan CSR ke depan seyogianya mengacu pada konsep
pembangunan yang berkelanjutan (Sustainability development).
Prinsip keberlanjutan ini mengedepankan pertumbuhan, khususnya
bagi masyarakat miskin dalam mengelola lingkungannya dan kemampuan
institusinya dalam mengelola pembangunan, serta strateginya adalah
33
34
Hendrik Budi Untung, Corporate Social Responsibility, hlm‐6. Opcit. 124. kemampuan untuk mengintegrasikan dimensi ekonomi, ekologi, dan sosial
yang menghargai kemajemukan ekologi dan sosial budaya. Kemudian
dalam proses pengembangannya tiga stakeholders inti diharapkan
mendukung penuh, di antaranya adalah; perusahaan, pemerintah dan
masyarakat.
Dalam implementasi program-program dalam CSR, diharapkan
ketiga elemen di atas saling berinteraksi dan mendukung, karenanya
dibutuhkan partisipasi aktif masing-masing stakeholders agar dapat
bersinergi, untuk mewujudkan dialog secara komprehensif. Karena dengan
partisipasi aktif para stakeholders diharapkan pengambilan keputusan,
menjalankan keputusan, dan pertanggungjawaban dari implementasi CSR
akan di emban secara bersama.Tapi dalam hal memandang dan menyikapi
CSR ke depan, sesungguhnya perlu ada kajian dan sosialisasi yang serius
di internal perusahaan dari semua departemen di dalamnya. Paling tidak
untuk menyamakan persepsi di antara pelaku dan pengambil kebijakan di
dalam satu perusahaan, karena perubahan paradigma pengelolaan
perusahaan yang terjadi saat ini, baik ditingkat lokal maupun global, tidak
serta merta dipahami oleh pengelola dan pengambil kebijakan di satu
perusahaan sehingga pemahaman akan wacana dan implementasi CSR
beragam pula, dan otomatis akan mengalami hambatan-hambatan secara
internal perusahaan.
38 39 Kesadaran tentang pentingnya mengimplementasikan CSR ini
menjadi tren global seiring dengan semakin maraknya kepedulian
masyarakat global terhadap produk-produk yang ramah lingkungan dan
diproduksi dengan memperhatikan kaidah-kaidah sosial dan prinsipprinsip hak azasi manusia (HAM).
Corporate Social Responsibility (CSR), merupakan wacana yang
sedang mengemuka di dunia bisnis atau perusahaan. Wacana ini
digunakan oleh perusahaan dalam rangka mengambil peran menghadapi
perekonomian menuju pasar bebas. Namun kenyatannya CSR tidak serta
merta dipraktekkan oleh semua perusahaan. Ada juga yang berhasil
memberikan materi riil kepada masyarakat, namun di ruang publik nama
perusahaan gagal menarik simpati orang. Hal ini terjadi karena CSR
dilakukan secara latah dan tidak didukung konsep yang baik. Sebenarnya
substansi
keberadaan
CSR
adalah
dalam
rangka
memperkuat
keberlanjutan perusahaan itu sendiri di sebuah kawasan, dengan jalan
membangun kerjasama antar stakeholders yang difasilitasi perusahaan
tersebut dengan menyusun program-program pengembangan masyarakat
sekitarnya.
Ketika kita membicarakan CSR berarti kita juga membicarakan PR
sebuah organisasi, di mana CSR merupakan bagian dari community
relations. Karena CSR pada dasarnya adalah kegiatan PR, maka langkahlangkah dalam proses PR pun mewarnai langkah-langkah CSR. Dengan
menggunakan tahapan-tahapan dalam proses PR yang bersifat siklis, maka
program dan kegiatan CSR juga dilakukan melalui pengumpulan fakta,
perumusan masalah, perencanaan dan pemrograman, aksi dan komunikasi,
serta evaluasi untuk mengetahui sikap publik terhadap organisasi.35
Untuk ke depan disarankan agar pengembangan program CSR
mengacu pada konsep pembangunan yang berkelanjutan (Sustainability
development). Prinsip keberlanjutan ini mengedepankan pertumbuhan,
khususnya bagi masyarakat miskin dalam mengelola lingkungannya dan
kemampuan institusinya dalam mengelola pembangunan, serta strateginya
adalah kemampuan untuk mengintegrasikan dimensi ekonomi, ekologi,
dan sosial yang menghargai kemajemukan ekologi dan sosial budaya.
Kemudian dalam proses pengembangannya tiga stakeholders inti
diharapkan mendukung penuh, di antaranya adalah; perusahaan,
pemerintah dan masyarakat.
35
Ibid. 125. 40 
Download