Bab 2 - Widyatama Repository

advertisement
14
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Investasi
Pada umumnya informasi mengenai laba bersih perusahaan dapat
diperoleh berbagai pihak, apabila perusahaan telah berstatus go public, maka
perusahaan tersebut telah memberikan sebagian kepemilikannya untuk dapat
dimiliki oleh pihak lain, baik individu maupun kelompok. Pasar modal merupakan
salah satu tempat untuk bisa memiliki sebagian kepemilikan berupa saham.
Terdapat beberapa pengertian investasi, yaitu:
Menurut Tendelilin (2010: 2) investasi dapat didefenisikan sebagai
berikut:
“Investasi adalah komitmen atas sejumlah dana atau sumber daya lainnya
yang dilakukan pada saat ini, dengan tujuan memperoleh sejumlah keuntungan di
masa yang akan datang.”
Martono dan Agus (2010: 138) menjelaskan bahwa investasi merupakan:
“Penanaman dana yang dilakukan oleh suatu perusahaan ke dalam suatu
aset dengan harapan memperoleh pendapatan di masa yang akan datang.”
Sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa investasi adalah suatu kegiatan
penanaman sejumlah dana yang dilakukan oleh pemberi modal pada saat ini
dengan harapan mendapatkan keuntungan di masa yang akan datang.
14
15
2.1.1
Tujuan Investasi
Untuk mencapai suatu efektivitas dan efisiensi dalam keputusan, maka
diperlukan ketegasan akan tujuan yang diharapkan (Fahmi dan Yovi, 2011: 6).
Begitu pula halnya dalam bidang investasi, perlu menetapkan tujuan yang hendak
dicapai, yaitu:
a.
Terciptanya keberlanjutan (continuity) dalam investasi tersebut.
b.
Terciptanya profit yang maksimum atau keuntungan yang diharapkan .
c.
Terciptanya kemakmuran bagi para pemegang saham.
d.
Turut memberikan andil bagi pembangunan bangsa.
2.1.2
Bentuk-bentuk Investasi
Fahmi dan Yovi (2011: 7) menjelaskan bahwa pada umumnya dalam
aktivitas investasi terdapat dua bentuk, yaitu:
a.
Investasi nyata (real investment)
Investasi nyata secara umum melibatkan aset berwujud, seperti tanah,
mesin-mesin atau pabrik.
b.
Investasi keuangan (financial investment)
Investasi keuangan melibatkan kontrak tertulis, seperti saham biasa
(common stock) dan obligasi (bond).
2.1.3
Proses Investasi
Setiap melakukan keputusan investasi selalu memerlukan proses yang
mana proses tersebut memberikan gambaran setiap tahap yang akan ditempuh
16
oleh perusahaan. Menurut Fahmi dan Yovi (2011: 9), secara umum proses
manajemen investasi meliputi lima langkah, yaitu:
1.
Menetapkan sasaran investasi
Penetapan sasaran, artinya melakukan keputusan yang bersifat fokus atau
menempatkan target sasaran terhadap yang akan diinvestasikan.
Penetapan sasaran investasi sangat disesuaikan dengan apa yang
ditujukan pada investasi tersebut.
2.
Membuat kebijakan investasi
Pada tahap proses yang kedua ini menyangkut dengan bagaimana
perusahaan mengelola dana yang berasal dari saham, obligasi dan lainnya
untuk kemudian didistribusikan ke tempat-tempat yang dibutuhkan.
Perhitungan pendistribusian dana ini haruslah dilakukan dengan prinsip
kehati-hatian (prudential principle) karena berbagai hal akan dapat
timbul pada saat dana tersebut tidak mampu untuk ditarik kembali.
3.
Memilih strategi portofolio
Memilih strategi menyangkut keputusan peranan yang akan diambil oleh
pihak perusahaan, yaitu apakah bersifat aktif atau pasif saja. Pada saat
perusahaan melakukan investasi aktif maka semua kondisi tentang
perusahaan akan dengan cepat tergambarkan di pasar saham. Investasi
aktif akan selalu mencari informasi yang tersedia dan kemudian
selanjutnya mencari kombinasi portofolio yang paling tepat untuk
dilaksanakan. Sedangkan secara pasif hanya dapat dilihat pada indeks
17
rata-rata saja atau berdasarkan pada reaksi pasar saja tanpa ada sikap
atraktif.
4.
Memilih aset
Pihak perusahaan berusaha memilih aset investasi yang nantinya akan
memberi keuntungan yang tertinggi.
5.
Mengukur dan mengevaluasi kinerja
Tahap ini menjadi tahap re-evaluasi bagi perusahaan untuk melihat
kembali apa yang telah dilakukan selama ini dan apakah tindakan yang
telah dilakukan selama ini benar-benar maksimal atau belum maksimal.
Jika belum maka sebaiknya segera melakukan perbaikan agar kerugian
tidak akan terjadi.
2.1.4
Keputusan Investasi
Tugas manajer keuangan yang dilakukan secara rutin adalah bagaimana
mengatur aliran dana agar operasi perusahaan berjalan dengan baik. Di samping
tugas rutin tersebut, manajer keuangan mempunyai tugas yang cukup berat yaitu
membuat keputusan investasi. Keputusan ini sangat penting dengan semakin
besarnya dan berkembangnya perusahaan. Semakin perusahaan berkembang,
maka manajemen dituntut mengambil keputusan investasi, seperti pembukaan
cabang, perluasan usaha, maupun pendirian perusahaan lainnya (Sutrisno, 2012:
121). Menurut Sudana (2011: 6) menyatakan bahwa keputusan investasi dapat
mempengaruhi nilai perusahaan karena dengan komposisi investasi yang baik
18
akan dapat menarik investor untuk berinvestasi pada perusahaan tersebut.
Terdapat beberapa pengertian keputusan investasi, yaitu:
Pengertian keputusan investasi menurut Sutrisno (2012: 5) :
“Keputusan investasi adalah masalah bagaimana manajer keuangan harus
mengalokasikan dana ke dalam bentuk-bentuk investasi yang akan dapat
mendatangkan keuntungan di masa yang akan datang.”
Pujiati dan Erman (2009) mendefinisikan keputusan investasi sebagai
berikut :
“Keputusan investasi merupakan keputusan yang dikeluarkan perusahaan
terkait dengan kegiatan perusahaan untuk melepaskan dana pada saat
sekarang dengan harapan untuk mengahasilkan arus dana masa
mendatang dengan jumlah yang lebih besar dari yang dilepaskan pada
saat investasi awal, sehingga harapan perusahaan untuk selalu tumbuh
dan berkembang akan semakin jelas dan terencana.”
Pengertian keputusan investasi menurut Martono dan Agus (2010: 4),
yaitu:
“Keputusan investasi merupakan keputusan terhadap aset apa yang akan
dikelola oleh perusahaan. Keputusan investasi berpengaruh secara
langsung terhadap besarnya rentabilitas investasi dan aliran kas
perusahaan untuk waktu-waktu yang akan datang .”
Dari beberapa pengertian keputusan investasi, maka dapat disimpulkan
bahwa keputusan investasi adalah keputusan mengalokasikan dana ke dalam
bentuk-bentuk investasi yang akan menghasilkan keuntungan di masa yang akan
datang. Manajer keuangan dalam menjalankan fungsi penggunaan dana harus
selalu mencari alternatif-alternatif investasi untuk kemudian dianalisa, dan dari
hasil analisa itu harus diambil keputusan alternatif investasi mana yang akan
dipilih (Riyanto, 2010: 5). Keputusan investasi perusahaan sangat dipengaruhi
19
oleh kesempatan investasi, karena semakin besar kesempatan investasi yang
menguntungkan maka investasi yang dilakukan semakin besar, dalam hal ini
manajer berusaha mengambil peluang-peluang tersebut untuk memaksimalkan
kesejahteraan pemegang saham (Hidayat, 2010).
2.1.5
Teori yang Melatarbelakangi Keputusan Investasi
1)
Signalling Theory
Menurut Brigham dan Houston (2001: 78) isyarat atau sinyal adalah
salah satu tindakan yang diambil perusahaan untuk memberi petunjuk bagi
investor tentang bagaimana manajemen memandang prospek perusahaan. Sinyal
ini berupa informasi mengenai apa yang sudah dilakukan oleh manajemen untuk
merealisasikan keinginan publik.
Teori ini pertama kali dikemukakan oleh Michael Spense di dalam
artikelnya tahun 1973. Teori tersebut menyatakan bahwa pengeluaran investasi
memberikan sinyal positif terhadap pertumbuhan perusahaan di masa yang akan
datang, sehingga meningkatkan harga saham sebagai indikator nilai perusahaan
(Wahyudi dan Pawestri, 2006: 5). Teori ini menunjukkan bahwa pengeluaran
investasi yang dilakukan oleh perusahaan memberikan sinyal, khususnya kepada
investor maupun kreditur bahwa perusahaan tersebut akan tumbuh di masa
mendatang.
Signaling theory menekankan kepada pentingnya informasi yang
dikeluarkan oleh perushaan kepada pihak di luar perusahaan. Informasi
merupakan unsur penting bagi investor dan pelaku bisnis karena informasi pada
20
hakekatnya menyajikan keterangan, catatan atau gambaran baik untuk keadaan
masa lalu, saat ini maupun masa yang akan datang. Informasi tersebut akan
berguna bagi investor di pasar modal sebagai alat analisis untuk mengambil
keputusan investasi. Pada saat informasi diumumkan dan semua pelaku sudah
menerima informsi tersebut, pelaku pasar terlebih dahulu menginterpretasikan dan
menganalisis informasi tersebut sebagai sinyal baik atau sinyal buruk. Jika
pengumuman tersebut dianggap sebagai sinyal baik bagi investor, maka terjadi
perubahan volume perdagangan saham.
2)
Fisherian’s Theory
Teori ini pertama kali dikemukakan oleh Irving Fisher (Kodrat dan
Christian, 2009: 16) yang merupakan ekonom neoklasik berkembangsaan
Amerika. Teori tersebut menyatakan bahwa dengan adanya asimetri informasi
antara investor dengan manajemen maka investor sebagai pihak luar tidak dapat
melihat perilaku manajemen dalam membuat keputusan investasi sehingga akan
melakukan investigasi perilaku manajer melalu sisi lain. Asymmetric information
adalah kondisi di mana suatu pihak memiliki informasi yang lebih banyak
daripada pihak lain. Misalnya, pihak manajemen perusahaan memiliki informasi
yang lebih banyak dibandingkan dengan pihak investor di pasar modal. Perilakuperilaku manajer lainnya yang dapat menunjukkan pembuatan keputusan investasi
adalah melalui kebijakan struktur modal. Asymmetric information memberikan
efek yang nyata pada keputusan keuangan maupun pasar financial.
21
2.1.6
Mengukur Tingkat Keputusan Investasi
Keputusan investasi yang dilakukan oleh manajemen perusahaan
menunjukkan
bahwa
perusahaan
tersebut
memiliki
pilihan-pilihan
atau
kesempatan investasi (investment opportunity set – IOS) untuk meningkatkan
pertumbuhan
perusahaan.
Secara
umum
dapat
dikatakan
bahwa
IOS
menggambarkan tentang luasnya kesempatan atau peluang investasi bagi suatu
perusahaan, namun sangat bergantung pada pilihan pengeluaran modal yang
dilakukan perusahaan di masa yang akan datang. Hal tersebut yang menyebabkan
IOS tidak dapat di observasi sehingga membutuhkan indikator untuk
mengukurnya. (Hartono dan Hasnawati dalam Purnamasari, 2015)
Kallapur dan Trombley (Hasnawati, 2005: 118), tiga indikator IOS yang
banyak digunakan dalam penelitian sebelumnya adalah:
(1)
Indikator IOS berdasarkan harga, mendasarkan pada perbedaan antara
asset dan nilai pasar saham. Jadi indikator ini sangat tergantung pada
harga saham. Indikator ini mendasarkan pada suatu ide yang menyatakan
bahwa prospek pertumbuhan perusahaan secara parsial dinyatakan
dengan
harga
saham,
selanjutnya
perusahaan
yang
memiliki
pertumbuhan tinggi akan memiliki nilai pasar yang lebih tinggi secara
relatif dari aktiva-aktiva yang dimiliki (assets in place). Rasio-rasio yang
telah digunakan beberapa penelitian yang berkaitan dengan indikator
pasar yaitu:
1. Market to book value of equity
2. Tobin’s Q
22
3. Ratio of property, plant and equipment to firm value
4. Ratio of depreciation to firm value
5. Market to book value of asset
6. Earning to price ratio
(2)
Indikator IOS berdasarkan investasi, menunjukkan tingkat aktivitas
investasi yang tinggi dan berkaitan secara positif dengan nilai IOS suatu
perusahaan. Perusahaan yang memiliki IOS yang tinggi seharusnya juga
memiliki suatu tingkatan investasi yang tinggi pula dalam bentuk aktiva
yang ditempatkan atau yang diinvestasikan dalam bentuk aktiva tetap
atau suatu hasil operasi yang diproduksi dari aktiva yang telah
diinvestasikan. Rasio yang sering digunakan oleh peneliti antara lain:
1. Rasio investment to net sales
2. Rasio capital expenditure to book value of asset
3. Rasio capital expenditure to market value of asset
(3)
Indikator IOS berdasarkan pengukuran varian, mengungkapkan suatu
opsi akan menjadi lebih bernilai jika menggunakan variabilitas ukuran
untuk memperkirakan besarnya opsi yang tumbuh seperti variabilitas
return yang mendasari peningkatan aktiva. Ukuran yang digunakan
dalam beberapa penelitian antara lain:
1. Variance of total returns
2. Market model beta
3. The variance of asset deflated sales
23
Indikator IOS yang digunakan dalam penelitian ini adalah Market to
Book Value of Equity Ratio (MBVE), dengan rumus sebagai berikut:
MBVE =
Jumlah Saham Beredar × Harga Penutupan Saham
Total Ekuitas
Market to Book Value of Equity adalah rasio nilai buku ekuitas terhadap
nilai pasar, merupakan alat untuk mengukur IOS yang di anggap paling baik
untuk menggambarkan IOS perusahaan. Menurut Nurcahyo dan Putriani (2009: 7)
menyebutkan bahwa investment opportunity dapat diukur melalui rasio nilai buku
ekuitas (market to book value of equity). Maksud pemilihan indikator ini karena
dapat mencerminkan besarnya return dari aktiva yang ada dan investasi yang
diharapkan di masa yang akan datang akan melebihi return dari ekuitas yang
diinginkan. Apabila suatu perusahaan dapat memanfaatkan modalnya dengan baik
dalam menjalankan usaha, maka semakin besar kemungkinan perusahaan tersebut
diperkirakan akan meningkat dan pada akhirnya semakin meningkat pula nilai
suatu perusahaan. Dimana jika rasio ini tinggi berarti perusahaan tersebut
memiliki pertumbuhan aktiva dan ekuitas yang besar.
2.2
Keputusan Pendanaan
Setiap perusahaan menginginkan adanya kelangsungan operasinya dan
pertumbuhan di masa yang akan datang. Salah satu keputusan penting yang harus
dilakukan manajer keuangan dalam kaitannya dengan kelangsungan operasi
perusahaan adalah keputusan pendanaan atau keputusan struktur modal.
24
Keputusan pendanaan yang diambil perusahaan ini harus dapat mempengaruhi
nilai perusahaan (Haruman, 2008: 153). Terdapat beberapa pengertian mengenai
keputusan pendanaan, yaitu :
Efni, Hadiwidjojo, Salim dan Rahayu (2012: 130) menjelaskan bahwa
keputusan pendanaan berkaitan dengan:
“Keputusan perusahaan dalam mencari dana untuk membiayai investasi
dan menentukan komposisi sumber pendanaan. Pendanaan perusahaan
dapat dikelompokkan sumber dananya, yaitu pendanaan internal dan
pendanaan eksternal. Pendanaan internal merupakan pendanaan yang
berasal dari dalam perusahaan, yaitu laba ditahan, sedangkan pendanaan
eksternal, yaitu pendanaan hutang (debt financing), ekuitas (equity
financing) dan hybrid securities.”
Irawati (2006: 3) mendefinisikan keputusan pendanaan sebagai berikut:
“Keputusan pendanaan adalah keputusan manajemen keuangan dalam
melakukan pertimbangan dan analisis perpaduan antara sumber-sumber
dana yang paling ekonomis bagi perusahaan untuk mendanai kebutuhankebutuhan investasi serta kegiatan operasional perusahaannya.”
Pengertian keputusan pendanaan menurut Harmono (2011: 231):
“Keputusan pendanaan adalah menganalisis kondisi sumber pendanaan
perusahaan baik melalui utang maupun modal yang akan dialokasikan
untuk mendukung aktivitas operasi perusahaan, baik dalam investasi
modal kerja ataupun aset tetap.”
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa keputusan pendanaan adalah
keputusan perusahaan dalam mencari sumber dana yang akan dipergunakan
perusahaan untuk membiayai investasi perusahaan. Keputusan pendanaan ini
sering disebut juga sebagai kebijakan struktur modal. Pada keputusan ini manajer
keuangan dituntut untuk mempertimbangkan dan menganalisis kombinasi dari
sumber-sumber dana yang ekonomis bagi perusahaan guna mendanai kebutuhankebutuhan investasi serta kegiatan usahanya.
25
2.2.1
Struktur Modal
Struktur modal merupakan masalah yang sangat penting dalam
pengambilan keputusan mengenai pembelanjaan perusahaan, karena harus
memaksimalkan profit bagi keputusan modal sendiri dan keuntungan yang
diperoleh harus lebih besar daripada biaya modal sebagai akibat penggunaan
struktur modal tersebut. Struktur modal merupakan struktur financial yang terdiri
atas hutang dan modal sendiri. Terdapat beberapa pengertian mengenai struktur
modal, antara lain:
Menurut Fahmi (2013: 184) :
“Struktur modal merupakan gambaran dari bentuk proporsi finansial
perusahaan yaitu antara modal yang dimiliki yang bersumber dari utang
jangka panjang (long-term liabilities) dan modal sendiri (shareholders’
equity) yang menjadi sumber pembiayaan perusahaan.”
Menurut Sugiarto (2009: 1) struktur modal perusahaan merupakan :
“Bagian dari struktur keuangan perusahaan yang mengulas tentang cara
perusahaan mendanai asetnya, dengan demikian terkait fungsi mendapatkan dana
dari manajemen keuangan.”
Menurut Brigham dan Weston (2005: 150):
“Struktur modal yang ditargetkan adalah bauran atau perpaduan dari
utang, saham preferen, saham biasa yang dikehendaki perusahaan dalam struktur
modalnya.”
Dari pengertian-pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa struktur
modal adalah hasil dari keputusan pendanaan (financing decision) yang intinya
menentukan komposisi bagaimana suatu perusahaan didanai baik dengan modal
26
sendiri maupun dengan modal pinjaman. Jika suatu perusahaan dalam memenuhi
kebutuhan dananya atau modalnya lebih mengutamakan pemenuhan modal yang
tersumber dari dalam modal perusahaan, akan mengurangi ketergantungan dari
pihak luar. Tetapi jika kebutuhan modalnya semakin besar karena pertumbuhan
perusahaan sedangkan modal sendirinya terbatas, perusahaan dapat menggunakan
modal asing yang berasal dari luar perusahaan. Penggunaan dari masing-masing
jenis modal tersebut memiliki pengaruh yang berbeda terhadap laba yang
dihasilkan oleh perusahaan.
Menurut Haruman (2008: 153-154) menyatakan bahwa, apabila sumber
pendanaan internal tidak mencukupi, maka perusahaan akan mengambil sumber
pendanaan dari luar, salah satunya dari hutang. Apabila pendanaan di danai
melalui hutang, maka akan terjadi efek tax deductible. Artinya, perusahaan yang
memiliki hutang akan membayar bunga pinjaman yang dapat mengurangi
penghasilan kena pajak, yang dapat memberi manfaat bagi pemegang saham.
Pengurangan pajak ini akan menambah laba perusahaan dan dana tersebut dapat
dipakai untuk investasi perusahaan di masa yang akan datang ataupun untuk
membagikan dividen kepada para pemegang saham. Apabila hal tersebut dapat
dilakukan oleh perusahaan, maka penilaian investor akan meningkat. Sehingga
pendanaan memiliki pengaruh terhadap nilai perusahaan.
2.2.2
Teori Struktur Modal
Pendekatan-pendekatan yang dilakukan oleh Van Horne dan Wachowicz
(2005: 234) adalah sebagai berikut:
27
1.
Pendekatan Laba Bersih (Net Income Approach)
Menurut pendekatan laba bersih, biaya modal pinjaman dan biaya modal
sendiri tidak dipengaruhi oleh struktur modal, tetapi biaya modal
keseluruhan dapat diturunkan dengan jalan meningkatkan leverage
sehingga nilai perusahaan dapat ditingkatkan.
2.
Pendekatan Laba Operasi Bersih (Net Operating Income Approach)
Pendekatan Net Operating Income (NOI), jika struktur modal berubah,
biaya modal pinjaman tetap, akan tetapi biaya modal sendiri naik.
Kenaikan modal pinjaman yang biayanya murah diimbangi dengan
kenaikan biaya modal sendiri, sehingga biaya modal sendiri tidak
berubah pada semua tingkat leverage.
3.
Pendekatan Tradisional (Traditional Approach)
Pendekatan Tradisional ini berpendapat bahwa biaya modal sendiri akan
meningkatkan pada kenaikan leverage, disamping itu biaya pinjaman
juga dapat meningkat bila melebihi tingkat tertentu. Oleh karena itu akan
terdapat suatu titik dimana biaya modal keseluruhan merupakan titik
terendah dan itu akan mencerminkan struktur modal yang optimal.
4.
Pendekatan Modigliani Miller (Modigliani Miller Approach)
Pendekatan Modigliani Miller (MM) menyatakan bahwa nilai perusahaan
adalah tidak bergantung atau tidak dipengaruhi struktur modal. Pendapat
MM didasarkan pada ide bahwa tidak menjadi masalah bagaimana
perusahaan membagi struktur modalnya diantara hutang, saham preferen
dan saham biasa. Menurut MM harga saham atau nilai perusahaan baik
28
yang tidak menggunakan hutang atau yang menggunakan hutang,
akhirnya sama.
Pendekatan teori struktur modal menurut Brigham dan Houston (33:
2001) adalah sebagai berikut:
1.
Teori Trade-Off
Argumen-argumen terdahulu mengarah pada perkembangan yang disebut
dengan
“teori
trade-off
dari
leverage”,
di
mana
perusahaan
menyeimbangkan manfaat dari pendanaan dengan utang (perlakuan pajak
perseroan yang menguntungkan). Di dalam teori trade-off menyatakan
bahwa setiap perusahaan memiliki tingkat hutang yang optimal di dalam
struktur modalnya disebabkan oleh keuntungan dan biaya dari hutang.
Artinya, perusahaan yang memiliki hutang akan membayar bunga
pinjaman yang dapat mengurangi penghasilan kena pajak, yang dapat
memberi manfaat bagi pemegang saham. Pengurangan pajak ini akan
menambah laba perusahaan dan dana tersebut dapat dipakai untuk
investasi perusahaan di masa yang akan datang ataupun untuk
membagikan dividen kepada para pemegang saham.
2.
Teori Penginsyaratan
MM mengasumsikan bahwa investor memiliki informasi yang sama
mengenai prospek perusahaan seperti yang dimiliki manajer ini disebut
kesamaan informasi. Akan tetapi, dalam kenyataannya manajer
mempunyai informasi yang lebih baik daripada investor luar, hal ini
dinamakan ketidaksamaan informasi. Jadi teori ini merupakan suatu
29
tindakan yang diambil oleh manajemen perusahaan yang memberi
petunjuk bagi investor tentang bagaimana manajemen memandang
prospek perusahaan. Teori alternatif untuk struktur modal berhubungan
dengan isyarat yang diberikan kepada investor melalui keputusan suatu
perusahaan untuk menggunakan hutang atau saham dalam memperoleh
modal baru. Penggunaan saham merupakan isyarat negatif, sedangkan
penggunaan hutang merupakan isyarat positif atau paling tidak
merupakan isyarat yang netral. Akibatnya, perusahaan berusaha
menghindari penerbitan saham dengan mempertahankan suatu kapasitas
cadangan untuk meminjam, dan ini berarti menggunakan lebih sedikit
utang pada saat-saat “normal” daripada yang disarankan oleh teori tradeoff.
2.2.3
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Struktur Modal
Pemilihan bentuk sumber pembiayaan sangat berpengaruh terhadap
struktur modal perusahaan. Di samping itu, baik buruknya struktur modal akan
mempunyai pengaruh yang berakibat langsung terhadap posisi keuangan
perusahaan. Oleh karena itu, sebelum suatu perusahaan membuat kebijakankebijakan yang berhubungan dengan struktur modal akan terlebih dahulu perlu
dianalisis hal-hal yang berpengaruh terhadap struktur modal itu sendiri.
Menurut Brigham dan Houston (2001: 39) menjelaskan bahwa terdapat
faktor-faktor yang mempengaruhi pengambilan keputusan struktur modal, yaitu:
30
1.
Stabilitas penjualan
Perusahaan dengan penjualan yang relatif stabil dapat lebih aman
memperoleh lebih banyak pinjaman dan menanggung beban tetap yang
lebih tinggi dibandingkan dengan perusahaan yang penjualannya tidak
stabil.
2.
Struktur aset
Perusahaan yang aktivanya sesuai untuk dijadikan jaminan kredit
cenderung lebih banyak menggunakan banyak utang. Aktiva multiguna
yang dapat digunakan oleh banyak perusahaan merupakan jaminan yang
baik, sedangkan aktiva yang hanya digunakan untuk tujuan tertentu tidak
begitu baik untuk dijadikan jaminan.
3.
Leverage operasi
Perusahaan dengan leverage operasi yang lebih rendah akan lebih
mampu menerapkan leverage keuangan, karena perusahaan tersebut akan
memiliki risiko usaha yang lebih rendah.
4.
Tingkat pertumbuhan
Perusahaan yang tumbuh dengan pesat harus lebih banyak mengandalkan
modal eksternal. Namun, pada saat yang sama perusahaan yang tumbuh
dengan pesat sering menghadapi ketidakpastian yang lebih besar, yang
cenderung mengurangi keinginannya untuk menggunakan utang.
5.
Profitabilitas
Perusahaan dengan tingkat pengembalian atas investasi yang sangat
tinggi ternyata menggunakan utang dalam jumlah yang relatif sedikit.
31
Tingkat
pengembalian
yang
tinggi
memungkinkan
perusahaan-
perusahaan melakukan sebagian besar pendanaannya melalui dana yang
dihasilkan secara internal.
6.
Pajak
Bunga merupakan beban yang dapat dikurangkan untuk tujuan
perpajakan, dan pengurangan tersebut sangat bernilai bagi perusahaan
yang terkena tarif pajak yang tinggi. Karena itu, makin tinggi tarif pajak
perusahaan, makin besar manfaat penggunaan utang.
7.
Pengendalian
Pengaruh utang dibandingkan saham terhadap posisi pengendalian
manajemen suatu perusahaan dapat mempengaruhi struktur modal. Jika
manajemen saat ini memiliki kendali hak suara lebih dari 50% saham
tetapi tidak berada dalam posisi untuk membeli saham tambahan lagi,
maka manajemen mungkin akan memilih utang sebagai pendanaan baru.
Di lain pihak, manajemen mungkin memutuskan untuk menggunakan
ekuitas jika kondisi keuangan perusahaan sangat lemah sehingga
penggunaan utang mungkin dapat membuat perusahaan menghadapi
risiko kebangkrutan, karena jika perusahaan jatuh bangkrut, maka
manajer kemungkinan akan kehilangan pekerjaannya. Akan tetapi, jika
utang yang digunakan terlalu sedikit, manajemen menghadapi risiko
pengambilalihan. Jadi, pertimbangan kendali dapat mengarah pada
penggunaan baik itu utang maupun ekuitas karena jenis modal yang
memberikan perlindungan terbaik kepada manajemen akan bervariasi
32
dari satu situasi ke situasi yang lain. Apa pun kondisinya, jika
manajemen
merasa
tidak
aman,
maka
manajemen
akan
mempertimbangkan situasi kendali.
8.
Sikap manajemen
Manajemen dapat melaksankan pertimbangan sendiri tentang struktur
modal yang tepat. Beberapa manajemen cenderung lebih konservatif
dibandingkan yang lain dan menggunakan utang dalam jumlah yang
lebih kecil dibandingkan dengan rata-rata perusahaan dalam industri
yang bersangkutan, sementara manajemen yang agresif menggunakan
lebih banyak utang dalam usaha mendapatkan laba yang lebih tinggi.
9.
Sikap pemberi pinjaman dan lembaga penilai peringkat
Tanpa mempertimbangkan analisis para manajer atas faktor-faktor
leverage yang tepat bagi perusahaan, sikap pemberi pinjaman dan
lembaga
penilai
peringkat
(rating
agency)
sering
kali
akan
mempengaruhi keputusan struktur keuangan. Perusahaan sering kali
membahas struktur modalnya dengan pihak pemberi pinjaman dan
lembaga penilai peringkat serta sangat memperhatikan saran mereka.
10. Kondisi pasar
Kondisi di pasar saham dan obligasi mengalami perubahan dalam jangka
panjang maupun jangka pendek yang dapat sangat berpengaruh terhadap
struktur modal perusahaan yang optimal. Karena itu, perusahaan yang
berperingkat rendah yang membutuhkan modal terpaksa beralih ke pasar
33
saham atau pasar utang jangka pendek, tanpa memperdulikan struktur
modal yang ditargetkan.
11. Kondisi internal perusahaan
Kondisi internal suatu perusahaan juga dapat berpengaruh terhadap
struktur modal yang ditargetkan.
12. Fleksibilitas keuangan
Fleksibilitas keuangan jika dilihat dari sudut pandang operasional, berarti
mempertahankan kapasitas cadangan yang memadai. Menentukan
kapasitas cadangan yang memadai tersebut bersifat pertimbangan, tetapi
hal itu jelas bergantung pada faktor-faktor seperti ramalan kebutuhan
dana perusahaan, ramalan kondisi pasar modal, keyakinan manajemen
atas ramalannya dan berbagai akibat dari kekurangan modal.
2.2.4
Mengukur Sumber Modal Perusahaan
Keputusan pendanaan dalam penelitian ini diukur oleh Debt to Equity
Ratio (DER) yang merupakan salah satu rasio pengelolaan modal yang
mencerminkan kemampuan perusahaan untuk membiayai usaha dengan pinjaman
yang disediakan oleh pemegang saham. Seperti yang diungkapkan oleh Martono
dan Agus (2007: 59) bahwa:
“Debt to Equity Ratio adalah perbandingan total hutang yang dimiliki
perusahaan dengan modal sendiri (ekuitas).”
34
Kemudian menurut Mardiyati (2012) adalah:
“Debt to Equity Ratio adalah mengukur kemampuan perusahaan dalam
membayar hutang-hutang yang dimilikinya dengan modal atau ekuitas yang ada.”
Keputusan pendanaan didefinisikan sebagai keputusan yang menyangkut
komposisi pendanaan yang dipilih oleh perusahaan (Hasnawati, 2005). Keputusan
pendanaan dapat diukur dengan menggunakan Debt to Equity Ratio (Brigham dan
Houston, 2010: 143). Rasio ini menunjukkan perbandingan antara pembiayaan
dan pendanaan melalui hutang dengan pendanaan melalui ekuitas. DER dapat
dirumuskan sebagai berikut:
𝐷𝐷𝐷𝐷𝐷𝐷𝐷𝐷 𝑑𝑑𝑑𝑑 𝐸𝐸𝐸𝐸𝐸𝐸𝐸𝐸𝐸𝐸𝐸𝐸 𝑅𝑅𝑅𝑅𝑅𝑅𝑅𝑅𝑅𝑅 =
Total Hutang
Total Modal
Rasio ini dapat melihat seberapa jauh perusahaan dibiayai oleh pihak luar
dengan kemampuan perusahaan yang digambarkan oleh modal. Para pemberi
pinjaman menginginkan rasio ini rendah. Semakin rendah rasio ini, semakin tinggi
tingkat pendanaan perusahaan yang disediakan oleh pemegang saham dan
semakin besar batas pengaman pemberi pinjaman jika terjadi kerugian. Sedangkan
semakin tinggi Debt to Equity Ratio berarti modal sendiri semakin sedikit
dibandingkan dengan hutangnya. Bagi perusahaan, sebaiknya besarnya hutang
tidak boleh melebihi modal sendiri agar beban tetapnya tidak terlalu tinggi. Bagi
investor yang tidak suka untuk mengambil resiko, maka mereka akan menghindari
untuk menanamkan modalnya pada perusahaan yang memiliki DER yang tinggi.
Hal ini akan berpengaruh pada harga saham perusahaan tersebut.
35
2.3
Profitabilitas
Telah kita ketahui bahwa tujuan utama yang diharapkan oleh suatu
perusahaan dalam kegiatan usahanya adalah menghasilkan laba secara optimal
dengan menggunakan sumber daya secara efektif dan efisiensi untuk
kelangsungan hidup perusahaan. Profitabilitas merupakan hal yang penting bagi
perusahaan karena disamping dapat menilai efisiensi kinerja, juga merupakan alat
untuk meramal laba di masa yang akan datang dan merupakan alat pengendalian
bagi manajemen. Dengan berpedoman pada profitabilitas, manajemen dapat
mengambil dan menentukan langkah-langkah yang tepat untuk meningkatkan
profitabilitas dimasa yang akan datang. Hasil perhitungan profitabilitas
merupakan media bagi manajemen untuk menganalisa variabel-variabel penyebab
kenaikan atau penurunan suatu usaha pada periode tertentu. Ada beberapa
pengertian mengenai profitabilitas, diantaranya:
Menurut Moeljadi (2006: 52) berpendapat bahwa:
“Profitabilitas adalah kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba,
baik dengan menggunakan seluruh aktiva yang ada maupun dengan menggunakan
modal sendiri.”
Menurut Harahap (2007: 309):
“Profitabilitas menggambarkan kemampuan perusahaan mendapatkan
laba melalui semua kemampuan dan sumber yang ada seperti kegiatan penjualan,
kas, modal, jumlah karyawan, jumlah cabang dan sebagainya.”
Sedangkan menurut Kasmir (2008: 196):
“Profitabilitas merupakan rasio untuk menilai kemampuan perusahaan
dalam mencari keuangan. Rasio ini juga memberikan ukuran tingkat
36
efektivitas manajemen suatu perusahaan. Hal ini ditunjukkan oleh laba
yang dihasilkan dari penjualan dan pendapatan investasi. Intinya adalah
penggunaan rasio ini menunjukkan efisiensi perusahaan.”
Berdasarkan beberapa definisi diatas, maka dapat disimpulkan bahwa
profitabilitas merupakan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba dan
dapat menarik para investor untuk menanamkan dananya yang dialokasikan dalam
perusahaan. Tetapi sebaliknya, jika tingkat profitabilitas yang rendah akan
menyebabkan para investor menarik dananya dari perusahaan dan dapat
digunakan sebagai evaluasi atas efektivitas pengelolaan dalam perusahaan
tersebut. Dengan demikian untuk mengukur profitabilitas perusahaan diperlukan
analisis laporan keuangan.
2.3.1
Tujuan Profitabilitas
Tujuan yang ingin dicapai suatu perusahaan adalah memperoleh laba atau
keuntungan yang maksimal. Oleh karena itu, manajemen perusahaan dalam
praktiknya dituntut harus mampu untuk memenuhi target yang telah ditetapkan
sebelumnya. Artinya besarnya keuntungan haruslah dicapai sesuai dengan yang
diharapkan. Profitabilitas adalah salah satu rasio untuk mengetahui keuntungan
yang didapatkan.
Adapun menurut Kasmir (2008:197), tujuan rasio profitabilitas bagi
perusahaan maupun bagi pihak luar perusahaan adalah :
1) Untuk mengukur keuntungan dengan cara mengukur atau menghitung
laba yang diperoleh perusahaan dalam satu periode tertentu.
37
2) Untuk menilai posisi laba perusahaan tahun sebelumnya dengan tahun
sekarang.
3) Untuk menilai perkembangan laba perusahaan dari waktu ke waktu.
4) Untuk mengukur produktifitas dari seluruh dana perusahaan yang
digunakan dari modal sendiri maupun dari modal pinjaman.
2.3.2
Mengukur Rasio Profitabilitas
Rasio profitabilitas merupakan hal yang sangat penting, tidak hanya bagi
manajemen sebagai alat ukur kinerja perusahaan, tetapi juga bagi investor dan
kreditur. Rasio ini merupakan efektifitas keseluruhan dari operasi perusahaan.
Ketika hasil analisis ini menunjukkan bahwa perusahaan memiliki kinerja
keuangan yang baik berarti nilai perusahaan itu pun meningkat.
Rasio yang dapat digunakan untuk mengukur profitabilitas menurut
Sutrisno (2012: 222) adalah sebagai berikut :
1) Profit Margin (PM)
2) Return on Asset (ROA)
3) Return on Equity (ROE)
4) Return on Investment (ROI)
5) Earning per Share (EPS)
Adapun penjelasan mengenai rasio-rasio profitabilitas tersebut adalah
sebagai berikut :
38
1.
Profit Margin
Profit Margin merupakan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan
suatu keuntungan dibandingkan dengan penjulan yang dicapai. Cara
pengukuran rasio ini adalah dengan membandingkan laba bersih setelah
pajak dengan penjualan bersih.
2.
Return on Asset
Return on Asset juga sering disebut sebagai rentabilitas ekonomis yang
merupakan ukuran perusahaan dalam menghasilkan laba dengan semua
aktiva yang dimiliki oleh perusahaan. Menurut Prastowo dan Rifka
(2002: 86) rasio ini mengukur tingkat kembalian investasi yang telah
dilakukan oleh perusahaan dengan menggunakan seluruh dana (aktiva)
yang dimilikinya.
3.
Return on Equity
Return on equity (ROE) merupakan kemampuan perusahaan dalam
menghasilkan keuntungan dengan modal sendiri yang dimiliki, sehingga
ROE ini ada yang menyebut sebagai rentabilitas modal sendiri. Menurut
Prastowo dan Rifka (2002: 87) laba yang dipakai disini adalah laba
bersih setelah pajak atau earning after tax dikurangi dividen untuk para
pemegang saham istimewa (bila ada). Hal ini dimaksudkan untuk
menggambarkan besarnya laba yang benar-benar tersedia dan tersisa bagi
pemegang saham biasa.
39
4.
Return on Investment
Return on Investment merupakan kemampuan perusahaan untuk
menghasilkan keuntungan yang akan digunakan untuk menutup investasi
yang dikeluarkan. Laba yang digunakan untuk mengukur rasio ini adalah
laba besrsih setelah pajak atau EAT.
5.
Earning per Share
Kadang-kadang pemilik juga menginginkan data mengenai keuntungan
yang diperoleh untuk setiap lembar sahamnya. Earning per share atau
laba per lembar saham merupakan ukuran kemampuan perusahaan untuk
menghasilkan keuntungan per lembar saham pemilik. Rasio yang rendah
berarti manajemen belum berhasil untuk memuaskan pemegang saham,
sebaliknya dengan rasio tinggi, kesejahteraan pemegang saham
meningkat. Keuntungan yang tersedia bagi pemegang saham biasa adalah
jumlah keuntungan dikurangi pajak, dividen dan dikurangi hak-hak lain
untuk pemegang saham prioritas.
Dalam penelitian ini penulis mengukur profitabilitas menggunakan rasio
Return on Equity
(ROE), rasio ini mengukur profitabilitas dari ekuitas atau
menggambarkan keuntungan yang akan dinikmati oleh pemegang saham.
Penjelasan lebih lanjut mengenai ROE sebagai berikut:
Rasio yang meningkat menunjukkan bahwa kinerja manajemen
meningkat dalam mengelola laba bersih (profitabilitas meningkat). Jadi dapat
dikatakan bahwa selain memperhatikan efektivitas manajemen dalam mengelola
40
investasi yang dimiliki perusahaan, investor juga memperhatikan kinerja
manajemen yang mampu mengelola sumber dana pembiayaan secara efektif untuk
menciptakan laba bersih. Secara umum tentu saja semakin tinggi return atau
penghasilan yang diperoleh semakin baik kedudukan pemilik perusahaan
(Syamsuddin, 2011:64).
Menurut Octavia (2010: 195), menyatakan bahwa Return on Equity
(ROE) merupakan salah satu indikator untuk mengetahui sejauh mana tingkat
kemampuan suatu perusahaan dalam memberikan keuntungan bagi pemodal atau
pemilik perusahaan. Semakin besar Return on Equity maka mengindikasikan
perusahaan tersebut layak untuk investasi. Ada beberapa kemungkinan yang dapat
meningkatkan Return on Equity. Meningkatnya keuntungan dengan cara
menaikkan harga, meningkatnya penjualan atau menekan pengeluaran akan
menyebabkan Return on Equity meningkat, karena biasanya ketika Return on
Equity yang tinggi diikuti pula dengan meningkatnya keuntungan yang
dihasilkana oleh perusahaan. Selain itu berkurangnya modal pemegang saham
dengan meningkatkan hutang atau mengurangi aktiva juga dapat meningkatkan
Return on Equity.
Sedangkan menurut Kasmir (2012: 204), ROE merupakan rasio untuk
mengukur laba bersih sesudah pajak dan modal sendiri. Rasio ini menunjukkan
efisiensi modal sendiri, semakin tinggi rasio ini maka semakin baik. Artinya,
posisi pemilik perusahaan semakin kuat, demikian pula sebaliknya. Secara
matematis rumus ROE dapat dinyatakan sebagai berikut:
41
𝑅𝑅𝑅𝑅𝑅𝑅𝑅𝑅𝑅𝑅𝑅𝑅 𝑂𝑂𝑂𝑂 𝐸𝐸𝐸𝐸𝐸𝐸𝐸𝐸𝐸𝐸𝐸𝐸 =
Laba setelah Pajak
Total Ekuitas
Berdasarkan beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa ROE
merupakan
rasio
yang
menggambarkan
kemampuan
perusahaan
dalam
menggunakan modal yang dimilikinya untuk menghasilkan laba setelah pajak.
Adanya pertumbuhan ROE menunjukkan prospek perusahaan yang semakin baik
karena artinya terdapat potensi peningkatan keuntungan yang diperoleh
perusahaan. Hal ini ditangkap oleh investor sebagai sinyal positif dari perusahaan
sehingga akan meningkatkan kepercayaan investor serta akan mempermudah
manajemen perusahaan untuk menarik modal dalam bentuk saham. Apabila
terdapat kenaikkan permintaan saham suatu perusahaan, maka secara tidak
langsung akan menaikkan harga saham tersebut di pasar modal.
2.4
Nilai Perusahaan
Brigham dan Erdhadt (2005: 518) mendefinisikan nilai perusahaan
sebagai berikut :
“Corporate value which is the present value of expected free cash flow,
discounted at a weighted average cost of capital.”
Nilai perusahaan merupakan nilai sekarang (present value) dari free cash
flow di masa mendatang pada tingkat diskonto sesuai rata-rata tertimbang biaya
modal. Free cash flow merupakan cash flow yang tersedia bagi investor (kreditur
dan pemilik) setelah memperhitungkan seluruh pengeluaran untuk operasional
perusahaan dan pengeluaran untuk investasi serta aset lancar bersih.
42
Nilai perusahaan menurut Gitman (2006: 352), yaitu :
“The actual amount per share of common stock that would be received if
all the firm’s assets were sold for their market value.”
Kutipan di atas dapat diartikan bahwa nilai perusahaan adalah nilai aktual
per lembar saham yang akan diterima apabila aset perusahaan dijual sesuai harga
saham.
Menurut Sujoko dan Ugy (2007) berpendapat bahwa:
“Nilai perusahaan merupakan persepsi investor terhadap tingkat
keberhasilan perusahaan yang sering dikaitkan dengan harga saham.”
Sedangkan Martono dan Agus (2010: 13):
“Memaksimumkan nilai perusahaan disebut sebagai memaksimumkan
kemakmuran pemegang saham (stakeholder wealth maximation) yang
dapat diartikan juga sebagai memaksimumkan harga saham biasa dari
perusahan (maximazing the price of the firm’s common stock).”
Kesimpulan dari beberapa definisi yaitu nilai perusahaan dapat
ditentukan dari perbandingan hasil kinerja perusahaan yang terlihat dari laporan
keuangan, dimana nilai perusahaan merupakan nilai sekarang (present value) dari
free cash flow di masa mendatang pada tingkat diskonto rata-rata tertimbang biaya
modal. Memaksimumkan nilai perusahaan berarti memaksimumkan kemakmuran
pemegang saham melalui maksimalnya harga saham biasa perusahaan. Adapun
pengertian harga saham menurut Anoraga dan Piji (2006: 59) adalah:
“Harga pasar saham merupakan harga yang paling mudah ditentukan
karena merupakan harga dari suatu saham pada pasar yang sedang
berlangsung atau jika pasar sudah ditutup, maka harga pasar saham
adalah harga penutupannya (closing price).”
Pada dasarnya harga saham merupakan nilai saham di pasar atau yang
biasa disebut dengan nilai pasar atau harga pasar yang berfluktuasi dari waktu ke
43
waktu tergantung dari prospek perusahaan di masa yang akan datang. Nilai
perusahaan merupakan persepsi investor terhadap perusahaan, yang sering
dikaitkan dengan harga pasar saham. Harga pasar saham menunjukkan harga yang
bersedia dibayar oleh investor. Harga saham cenderung tinggi pada saat
perusahaan memiliki banyak kesempatan untuk berinvestasi mengingat hal
tersebut akan meningkatkan pendapatan pemegang saham. Harga saham yang
tinggi membuat nilai perusahaan juga tinggi.
2.4.1
Jenis-jenis Nilai Perusahaan
Menurut Yulius dan Tarigan (2007: 3), mengatakan bahwa terdapat
beberapa konsep nilai yang menjelaskan nilai suatu perusahaan, yaitu:
1.
Nilai Nominal
Nilai nominal adalah nilai yang tercantum secara formal dalam anggaran
dasar perseroan, disebutkan secara eksplisit dalam neraca perusahaan,
dan juga ditulis secara jelas dalam surat saham kolektif.
2.
Nilai Pasar
Nilai pasar sering disebut kurs adalah harga yang terjadi dari proses
tawar menawar di pasar saham. Nilai ini hanya bisa ditentukan jika
saham perusahaan dijual di pasar saham.
3.
Nilai Intrinsik
Nilai intrinsik merupakan konsep yang paling abstrak, karena mengacu
kepada perkiraan nilai riil suatu perusahaan. Nilai perusahaan dalam
konsep nilai intrinsik ini bukan sekedar harga dari sekumpulan aset,
44
melainkan nilai perusahaan sebagai entitas bisnis yang memiliki
kemampuan menghasilkan keuntungan di kemudian hari.
4.
Nilai Buku
Nilai buku adalah nilai perusahaan yang dihitung dengan dasar konsep
akuntansi. Secara sederhana dihitung dengan membagi selisih antar total
aset dan total utang dengan jumlah saham yang beredar.
5.
Nilai Likuidasi
Nilai likuidasi adalah nilai jual seluruh aset perusahaan setelah dikurangi
semua kewajiban yang harus dipenuhi. Nilai likuidasi dapat dihitung
dengan cara yang sama dengan menghitung nilai buku, yaitu berdasarkan
neraca performa yang disiapkan ketika suatu perusahaan akan dilikuidasi.
Dalam penelitian ini penulis lebih menekankan nilai perusahaan pada
nilai pasarnya yang dapat dilihat dari harga saham. Dengan melihat harga saham
dari suatu perusahaan, para investor dapat menilai secara garis besar kondisi dari
setiap perusahaan, karena harga saham mencerminkan nilai perusahaan itu sendiri.
Apabila harga saham perusahaan itu naik maka dapat diartikan perusahaan
tersebut memiliki kinerja yang baik, namun sebaliknya bila harga saham
perusahaan itu turun maka dapat diartikan nilai dari perusahaan itu menurun.
2.4.2
Mengukur Nilai Perusahaan
Nilai perusahaan merupakan harga yang bersedia dibayar oleh pembeli
apabila saham perusahaan tersebut dijual. Pengukuran variabel berupa nilai
45
perusahaannya dapat dilihat dari harga sahamnya. Hal ini sesuai dengan Husnan
dan Pudjiastuti (2004: 210) yang mengatakan bahwa:
“Bagi perusahaan yang menerbitkan saham di pasar modal, harga saham
yang diperjualbelikan di bursa merupakan indikator nilai perusahaan.”
Pengukuran ini sesuai dengan Hasnawati (2005: 117) yang mengatakan
bahwa:
“Secara harfiah nilai perusahaan itu sendiri diamati melalui kemakmuran
pemegang saham yang dapat diukur melalui harga saham perusahaan di pasar
modal.”
Dari pendapat-pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa nilai
perusahaan dapat diukur dengan menggunakan harga saham. Harga saham di
pasar modal terbentuk berdasarkan kesepakatan antara permintaan dan penawaran
investor, sehingga harga saham merupakan fair price yang dapat dijadikan
indikator nilai perusahaan. Semakin tinggi harga saham, maka semakin tinggi
nilai perusahaan, yang berarti kemakmuran pemegang saham juga semakin
meningkat.
Menurut Brigham dan Houston (2010: 150) terdapat beberapa
pendekatan analisis rasio dalam penilaian market value, terdiri dari pendekatan
price earning ratio (PER), price book value ratio (PBVR), market book ratio
(MBR), dividend yield ratio, dan dividend payout ratio (DPR). Dalam penelitian
ini penulis juga lebih menekankan nilai perusahaan pada harga pasar yang diukur
dengan Price Earning Ratio (PER). Price Earning Ratio merupakan bagian dari
rasio nilai pasar yang menggambarkan kondisi yang terjadi di pasar.
46
Bagi para investor semakin tinggi Price Earning Ratio maka
pertumbuhan laba yang diharapkan juga akan mengalami kenaikan. Dengan
begitu Price Earning Ratio (rasio harga terhadap laba) adalah perbandingan antara
market price per share (harga pasar per lembar saham) dengan earning per share
(laba per lembar saham) (Fahmi, 2013: 138). Rumus Price Earning Ratio sebagai
berikut:
𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃 𝐸𝐸𝐸𝐸𝐸𝐸𝐸𝐸𝐸𝐸𝐸𝐸𝐸𝐸 𝑅𝑅𝑅𝑅𝑅𝑅𝑅𝑅𝑅𝑅 (PER) =
Harga pasar per lembar saham
Laba per lembar saham
Price Earning Ratio (PER) juga dapat dipakai untuk membandingkan
kinerja antar saham atau antar sektor bahkan antar pasar dalam skala regional
ataupun global. PER menggambarkan bagaimana keuntungan perusahaan atau
emiten saham terhadap harga sahamnya, yang menunjukkan besarnya rupiah yag
harus dibayarkan investor untuk memperoleh satu rupiah earning perusahaan.
Price Earning Ratio adalah fungsi dari perubahan kemampuan laba yang
diharapkan di masa yang akan datang. Semakin besar price earning ratio, maka
semakin besar pula kemungkinan perusahaan untuk tumbuh sehingga dapat
meningkatkan nilai perusahaan.
Menurut Octavia (2010: 189) menyatakan bahwa, PER menjelaskan
perbandingan harga perlembar saham dengan EPS. Rasio yang menyatakan
seberapa besar tingkat pengembalian investasi yang ditanamkan dibandingkan
oleh laba yang diterima oleh perusahaan, dari rasio ini pemilik perusahaan dapat
menilai tingkat kelayakan investasinya. Semakin tinggi PER menunjukkan harga
47
saham yang semakin tinggi, atau sebaliknya menunjukan EPS yang menurun.
Jadi, semakin tinggi price earning ratio (PER) maka laba yang dihasilkan dari
setiap rupiahnya semakin kecil, demikian juga sebaliknya ketika price earning
ratio (PER) semakin rendah berarti laba yang dihasilkan dari setiap rupiahnya
semakin besar.
2.5
Penelitian Terdahulu
Adapun penelitian-penelitian yang dijadikan referensi pada penelitian ini
ditampilkan dalam tabel berikut:
14
48
Tabel 2.1 Rangkuman Penelitian Terdahulu
No
1
2
Judul Penelitian
Pengaruh Keputusan
Pendanaan dan Keputusan
Investasi Terhadap Nilai
Perusahaan Industri
Manufaktur di Bursa Efek
Indonesia.
(Raissa Dwi Febriani, 2014)
Indikator
- Keputusan Pendanaan
= DER (Debt to Equity
Ratio)
- Keputusan Investasi =
PER (Price Earning
Ratio)
- Nilai Perusahaan =
PBV (Price Book
Value)
Hasil Penelitian
- Keputusan pendanaan
berpengaruh terhadap nilai
perusahaan.
Keputusan investasi berpengaruh
terhadap nilai perusahaan.
- Keputusan pendanaan dan
keputusan investasi berpengaruh
terhadap nilai perusahaan.
Perbedaan
- Penulis menambahkan variabel
profitabilitas pada penelitiannya.
- Pada indikator penelitian penulis
menggunakan MBVE untuk
keputusan investasi, ROE untuk
profitabilitas dan PER untuk
indikator nilai perusahaan.
- Subjek penelitian penulis
dilakukan pada sektor property and
real estate yang terdaftar di BEI
tahun 2012 -2014.
Faktor-Faktor yang
Mempengaruhi Nilai
Perusahaan di Sektor
Property, Real Estate &
Building Construction yang
Terdaftar di BEI Periode
2008-2012.
(Tri Wahyuni, Endang
Ernawati; Dr. Werner R
Murhadi, 2013)
- Nilai Perusahaan =
RS (Return saham)
- Keputusan Investasi =
PER (Price Earning
Ratio)
- Keputusan Pendanaan
= DER (Debt to Equity
Ratio)
- Kebijakan Dividen =
DPR (Dividend Payout
Ratio)
- Ukuran Perusahaan =
SIZE (Total Aset)
- Keputusan investasi memiliki
pengaruh positif dan signifikan
terhadap nilai perusahaan.
- Keputusan pendanaan memiliki
pengaruh negatif dan signifikan
terhadap nilai perusahaan.
- Kebijakan dividen memiliki
pengaruh positif dan tidak
signifikan terhadap nilai
perusahaan.
- Ukuran perusahaan memiliki
pengaruh positif dan signifikan
terhadap nilai perusahaan.
- Penulis hanya menggunakan
variabel keputusan investasi,
keputusan pendanaan, profitabilitas
dan nilai perusahaan.
- Pada indikator penelitian penulis
menggunakan MBVE untuk
keputusan investasi dan PER untuk
indikator nilai perusahaan.
- Subjek penelitian penulis
dilakukan pada sektor property and
real estate yang terdaftar di BEI
tahun 2012-2014.
15
49
- Profitabilitas = ROE
(Return on Equity)
- Kepemilikan
Institusional = KI
3
Pengaruh Return On Assets
(ROA), Return On Equity
(ROE) dan Investment
Opportunity Set (IOS)
Terhadap Nilai Perusahaan
pada perusahaan Manufaktur
Jenis Consumer Goods yang
Terdaftar di Bursa Efek
Indonesia.
(Helmy Fahrizal, 2013)
- Profitabilitas memiiki pengaruh
positif dan signifikan terhadap
nilai perusahaan.
- Kepemilikan institusional
memiliki pengaruh negatif dan
tidak signifikan terhadap nilai
perusahaan.
- Faktor-faktor (PER, DER, DPR,
SIZE, ROE dan KI) secara
simultan berpengaruh terhadap
nilai perusahaan.
- Return On Assets =
- Return On Aset (ROA)
ROA
berpengaruh positif dan
- Return On Equity =
signifikan terhadap nilai
ROE
perusahaan.
- Investment
- Return On Equity (ROE)
Opportunity Set (IOS)
berpengaruh negatif dan
= Market to Book Value signifikan terhadap nilai
of Equity (MBVE)
perusahaan.
- Nilai Perusahaan =
- Investment Opportunity Set
Tobins Q
(IOS) berpengaruh positif dan
signifikan terhadap nilai
perusahaan.
- Penulis menggunakan variabel
keputusan investasi, keputusan
pendanaan dan profitabilitas
terhadap nilai perusahaan. .
- Pada indikator penelitian penulis
menggunakan MBVE untuk
keputusan investasi, ROE untuk
profitabilitas, DER keputusan
pendanaan dan PER untuk indikator
nilai perusahaan.
- Subjek penelitian penulis
dilakukan pada sektor property and
real estate yang terdaftar di BEI
tahun 2012 -2014.
16
50
4
5
Pengaruh Kebijakan Dividen,
Keputusan Investasi dan
Profitabilitas Terhadap Nilai
Perusahaan pada Sektor
Pertambangan yang Go
Public di BEI periode 20072011.
(Fajar Nur Sahid, 2013)
- Kebijakan Dividen =
DPR ( Dividend
Payout Ratio)
- Keputusan Investasi =
Total Asset Growth
- Profitabilitas = ROI
(Return on Investment)
- Nilai Perusahaan =
PBV (Price Book
Value)
- Kebijakan dividen berpengaruh
terhadap nilai perusahaan.
- Keputusan Investasi tidak
berpengaruh terhadap nilai
perusahan.
- Profitabilitas berpengaruh
terhadap nilai perusahaan.
- Kebijakan dividen, keputusan
investasi dan profitabilitas
memiliki pengaruh yang
signifikan terhadap nilai
perusahaan.
Pengaruh Keputusan
Investasi, Keputusan
Pendanaan dan Kebijakan
Dividen Terhadap Nilai
Perusahaan Sub Sektor
Pertambangan Batu Bara
yang terdaftar di BEI pada
tahun 2009-2013.
(Siti Rahmah Purnamasari,
2015)
- Keputusan Investasi =
MBVE ( Market to
Book Value of Equity)
- Keputusan Pendanaan
= DAR (Debt to Assets
Ratio)
- Kebijakan Dividen =
DPR (Dividend Payout
Ratio)
- Nilai Perusahaan =
PER (Price Earning
Ratio)
- Keputusan investasi
berpengaruh positif signifikan
terhadap nilai perusahaan.
- Keputusan pendanaan tidak
berpengaruh signifikan terhadap
nilai perusahaan.
- Kebijakan dividen tidak
berpengaruh sigifikan terhadap
nilai perusahaan.
- Keputusan investasi, keputusan
pendanaan dan kebijakan dividen
secara simultan berpengaruh
terhadap nilai perusahaan.
- Penulis mengganti variabel
kebijakan dividen menjadi variabel
keputusan pendanaan.
- Pada indikator penelitian penulis
menggunakan MBVE untuk
keputusan investasi, DER untuk
keputusan pendanaan, ROE untuk
profitabilitas dan PER untuk nilai
perusahaan.
- Subjek penelitian penulis
dilakukan pada sektor property and
real estate yang terdaftar di BEI
tahun 2012 -2014.
- Penulis mengganti variabel
kebijakan dividen menjadi variabel
profitabilitas.
- Pada indikator penelitian penulis
menggunakan DER untuk keputusan
pendanaan dan ROE untuk
profitabilitas.
- Subjek penelitian penulis
dilakukan pada sektor property and
real estate yang terdaftar di BEI
tahun 2012 -2014.
17
48
51
Effect of Managerial
Ownership, Financial
Leverage, Profitability, Firm
Size and Investment
Opportunity on Dividend
Policy and Firm Value.
(Dwita Ayu Rizqia, Siti
Aisjah, Sumiati, 2013)
6
Variabel Independen:
- Managerial
Ownership = Mown
(Number of shares
owned by
commissioners and
directors: Total
common shares
outstanding)
- Financial Leverage =
DAR (Debt to Assets
Ratio)
- Profitability = ROA
(Return on Assets)
- Firm Size = Total
Assets
- Investment
Opportunity = CAPX /
A = [(book value of
fixed assets t + book
value of fixed assets t1) : Total assets]
Variabel Dependen:
- Dividend Policy =
DPR (Dividend Payout
Ratio)
- Firm Value = Tobin's
Q
- Managerial ownership and
investment opportunity negatively
effect on dividend policy.
Meanwhile, financial leverage,
profitability and firm size did not
effect on dividend policy.
- Managerial ownership,
financial leverage, profitability,
firm size, investment opportunity
and dividend policy has a
positive effect on firm value. This
shows that increase or decrease
in value of managerial
ownership, financial leverage,
profitability, firm size, investment
opportunity and dividend policy
can changes firm value of
manufacturing companies listed
on Indonesia Stock Exchange.
- Pada variabel penelitian penulis
tidak menggunakan variabel
Managerial Ownership dan Firm
Size. Dan hanya Firm Value yang
digunakan sebagai variabel dependen.
- Pada indikator penelitian penulis
menggunakan MBVE untuk
keputusan investasi, keputusan
pendanaan menggunakan DER, ROE
untuk profitabilitas dan PER untuk
indikator nilai perusahaan.
- Subjek penelitian terdahulu
dilakukan pada manufacturing
companies listed on Indonesia Stock
Exchange periode 2006-2011,
sedangkan subjek penelitian penulis
dilakukan pada sektor property and
real estate yang terdaftar di BEI
tahun 2012-2014.
18
52
The Impact of Financial
Structure, Financial
Leverage and Profitability on
Industrial Companies Shares
Value (Applied Study on a
Sample of Saudi Industrial
Companies).
(Dr. Abdallah Barakat, 2014)
- Financial Structure =
Liabilities
- Financial Leverage =
Debt Ratio
- Profitability = ROE
- Stock Price = Stock
market price
7
Sumber: Penelitian terdahulu (2012-2015)
- There is a statistically
significant direct relationship
between two independent
variables: the return on equity
and capital structure and the
dependent variable represented
by market stock price.
- There is a positive relationship
between capital structure and
return on equity upon multiple
regression analysis, it was shown
that the strongest relationship
was between capital structure
and dependent variable
(company's stock value).
- There is a clear impact of
financial structure and return on
equity on company's value
through investigating these
variables the financial analyst
can predict company future
value.
- Pada variabel penelitian penulis
tidak menggunakan variabel
financial structure. Penulis
menggunakan variabel independen
keputusan investasi, keputusan
pendanaan dan profitabilitas. Untuk
variabel dependen yaitu nilai
perusahaan.
- Pada indikator penelitian penulis
menggunakan MBVE untuk
keputusan investasi, keputusan
pendanaan menggunakan DER ,
ROE untuk profitabilitas dan PER
untuk indikator nilai perusahaan.
- Subjek penelitian terdahulu
dilakukan pada Sample of Saudi
Industrial Companies periode 20092012, sedangkan subjek penelitian
penulis dilakukan pada sektor
property and real estate yang
terdaftar di BEI tahun 2012-2014.
14
53
2.6
Kerangka Pemikiran
2.6.1
Pengaruh Keputusan Investasi Terhadap Nilai Perusahaan
Keputusan investasi merupakan keputusan yang menyangkut mengenai
menanamkan modal dimasa sekarang untuk mendapatkan hasil atau keuntungan
di masa yang akan datang. Penelitian Haruman (2007: 15) menemukan bahwa
investasi yang tinggi yang dilakukan perusahaan, maka akan meningkatkan nilai
perusahaan. Investasi yang tinggi merupakan sinyal pertumbuhan pendapatan
perusahaan di masa yang akan datang. Sinyal tersebut akan dianggap sebagai
good news yang nantinya akan mempengaruhi persepsi investor terhadap kinerja
perusahaan yang akhirnya akan mempengaruhi nilai perusahaan. Hal tersebut
didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Wahyuni, Ernawati dan Muhardi
(2013), Purnamasari (2015) serta hasil penelitian Febriani (2014), yang
menunjukkan bahwa keputusan investasi berpengaruh signifikan terhadap nilai
perusahaan.
2.6.2
Pengaruh Keputusan Pendanaan Terhadap Nilai Perusahaan
Keputusan
pendanaan
dapat
diartikan
sebagai
keputusan
yang
menyangkut struktur keuangan perusahaan. Struktur keuangan perusahaan
merupakan komposisi dari keputusan pendanaan yang meliputi hutang jangka
pendek, hutang jangka panjang dan modal sendiri. Setiap perusahaan akan
mengharapkan adanya struktur modal optimal, yaitu struktur modal yang dapat
memaksimalkan nilai perusahaan (Fenandar dan Surya, 2012). Menurut teory
trade off menyatakan bahwa penggunaan hutang akan meningkatkan nilai
15
54
perusahaan tapi hanya sampai titik tertentu. Setelah titik tersebut, penggunaan
hutang justru akan menurunkan nilai perusahaan karena kenaikan keuntungan dari
penggunaan hutang tidak sebanding dengan kenaikan biaya financial distress
(Atmaja, 2003). Hasil penelitian Wijaya dan Bandi (2010: 17) serta Febriani
(2014) memberikan konfirmasi empiris bahwa keputusan pendanaan berpengaruh
signifikan terhadap nilai perusahaan. Keputusan pendanaan tersebut adalah
menggunakan
pendanaan
melalui
ekuitas
yang
lebih
banyak
daripada
menggunakan pendanaan melalui hutang karena dengan mengunakan pendanaan
melalui ekuitas lebih banyak dapat meningkatkan nilai perusahaan.
2.6.3
Pengaruh Profitabilitas Terhadap Nilai Perusahaan
Kinerja keuangan yang baik dapat dijadikan sebagai salah satu pedoman
bagi investor sebagai dasar analisis investasinya. Salah satunya adalah melalui
analisis rasio profitabilitas yang dapat menunjukkan efisiensi dan efektifitas
pengelolaan investasi oleh perusahaan dan kemampuannya untuk mengahasilkan
laba, maka harga saham akan mengalami kenaikan pula, dan akan mempengaruhi
nilai perusahaan (Fahrizal, 2013: 41). Dengan rasio profitabilitas yang tinggi akan
menarik minat para investor untuk menanamkan modalnya di perusahaan.
Semakin diminatinya saham perusahaan tersebut oleh para investor akan
mengakibatkan nilai perusahaan tersebut akan meningkat (Sofyaningsih dan
Hardiningsih, 2011). Menurut Wijaya dan Hadianto (2008) menyatakan bahwa
semakin tinggi profitabilitas, memungkinkan perusahaan memperoleh peringkat
yang semakin tinggi pula (nilai perusahaan). Penelitian yang dilakukan oleh Sahid
16
55
(2013), Kusumawardani (2010) dan Fahrizal (2013) menunjukkan bahwa
profitabilitas berpengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan, yang bermakna
perusahaan akan mempunyai kemampuan untuk membagikan dividen yang cukup
tinggi sehingga dapat meningkatkan kepercayaan investor terhadap nilai
perusahaan.
2.6.4
Pengaruh
Keputusan
Investasi,
Keputusan
Pendanaan,
dan
Profitabilitas Terhadap Nilai Perusahaan
Peran manajer keuangan menjadi sangat penting dalam suatu perusahaan
dikarenakan tugasnya dapat mempengaruhi keadaan nilai perusahaan. Tugas dari
manajer keuangan menyangkut kegiatan perencanaan, analisis dan mengendalikan
kegiatan keuangan. Banyak keputusan yang harus diambil oleh manajer keuangan
dari berbagai kegiatan yang harus dijalankan mereka. Tugas pokok manajer
keuangan diarahkan untuk meningkatkan nilai perusahaan. Nilai perusahaan dapat
dilihat dari harga saham. Tinggi rendahnya nilai perusahaan ini tentu tidak
terlepas dari berbagai faktor yang mempengaruhinya. Faktor-faktor tersebut
termasuk didalamnya adalah fungsi keuangan seperti keputusan investasi,
keputusan pendanaan dan ditambahkan pula dengan tingkat keuntungan atau
sering disebut dengan profitabilitas (Wahyuni dalam Sahid, 2013).
Nilai perusahaan semata-mata ditentukan oleh keputusan investasi.
Manajer perusahaan akan mencari dan menganalisa berbagai macam pilihan
investasi yang nantinya akan digunakan untuk meningkatkan nilai perusahaan.
Maka dengan kata lain hal ini akan menjadikan sinyal positif terhadap para
17
56
investor sehingga menanamkan modalanya pada perusahaan (Fama dalam
Pramesti dan Joni, 2014). Keputusan pendanaan sering disebut juga sebagai
kebijakan struktur modal. Pada keputusan ini manajer keuangan dituntut untuk
mempertimbangkan dan menganalisis kombinasi dan sumber-sumber dana yang
ekonomis bagi perusahaan guna mendanai kebutuhan-kebutuhan investasi serta
usahanya. Oleh karena itu, salah satu tugas manajer keuangan adalah menentukan
kebijakan pendanaan yang dapat memaksimalkan harga saham yang merupakan
cerminan dari suatu nilai perusahaan (Harmono, 2011: 137).
Dalam jurnal penelitian Haryanto dan Sugiharto (2003) mengatakan
bahwa profitabilitas perusahaan adalah salah satu cara untuk menilai secara tepat
sejauh mana tingkat pengembalian yang akan didapat dari aktivitas investasinya.
Jika kondisi perusahaan dikategorikan menguntungkan atau menjanjikan
keuntungan di masa mendatang maka banyak investor yang akan menanamkan
dananya untuk membeli saham perusahaan tersebut. Hal tersebut didukung oleh
penelitian yang dilakukan oleh Wahyuni, Ernawati dan Muhardi (2013: 14) dan
Fitriana (2014) yang menyatakan bahwa secara simultan keputusan investasi,
keputusan pendanaan dan profitabilitas berpengaruh secara signifikan terhadap
nilai perusahaan.
Dari penjelasan yang telah dibahas, maka kerangka pemikirian penelitian
ini dituangkan dalam bagan berikut:
18
57
Gambar 2.1
Kerangka Pemikiran
Keputusan
Investasi
(X1)
Keputusan
Pendanaan
Nilai Perusahaan
(Y)
(X2)
Profitabilitas
(X3)
Keterangan :
= Secara Simultan
= Secara Parsial
2.6.5
Pengujian Hipotesis
Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini merupakan pernyataan
singkat mengenai hasil yang disimpulkan dari tinjauan pustaka dan merupakan
uraian sementara dari permasalahan yang perlu diujikan kembali. Suatu hipotesis
akan diterima jika hasil analisis data empiris membuktikan bahwa hipotesis
tersebut benar, begitu juga sebaliknya.
Berdasarkan teori-teori serta berbagai penelitian yang dilakukan
sebelumnya, hipotesis yang dapat dikembangkan sebagai berikut:
19
58
Ha1:
Keputusan investasi berpengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan.
Ha2:
Keputusan pendanaan berpengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan.
Ha3:
Profitabilitas berpengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan.
Ha4:
Keputusan
investasi,
Keputusan
pendanaan,
berpengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan.
dan
Profitabilitas
Download