14 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Investasi Pada umumnya informasi mengenai laba bersih perusahaan dapat diperoleh berbagai pihak, apabila perusahaan telah berstatus go public, maka perusahaan tersebut telah memberikan sebagian kepemilikannya untuk dapat dimiliki oleh pihak lain, baik individu maupun kelompok. Pasar modal merupakan salah satu tempat untuk bisa memiliki sebagian kepemilikan berupa saham. Terdapat beberapa pengertian investasi, yaitu: Menurut Tendelilin (2010: 2) investasi dapat didefenisikan sebagai berikut: “Investasi adalah komitmen atas sejumlah dana atau sumber daya lainnya yang dilakukan pada saat ini, dengan tujuan memperoleh sejumlah keuntungan di masa yang akan datang.” Martono dan Agus (2010: 138) menjelaskan bahwa investasi merupakan: “Penanaman dana yang dilakukan oleh suatu perusahaan ke dalam suatu aset dengan harapan memperoleh pendapatan di masa yang akan datang.” Sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa investasi adalah suatu kegiatan penanaman sejumlah dana yang dilakukan oleh pemberi modal pada saat ini dengan harapan mendapatkan keuntungan di masa yang akan datang. 14 15 2.1.1 Tujuan Investasi Untuk mencapai suatu efektivitas dan efisiensi dalam keputusan, maka diperlukan ketegasan akan tujuan yang diharapkan (Fahmi dan Yovi, 2011: 6). Begitu pula halnya dalam bidang investasi, perlu menetapkan tujuan yang hendak dicapai, yaitu: a. Terciptanya keberlanjutan (continuity) dalam investasi tersebut. b. Terciptanya profit yang maksimum atau keuntungan yang diharapkan . c. Terciptanya kemakmuran bagi para pemegang saham. d. Turut memberikan andil bagi pembangunan bangsa. 2.1.2 Bentuk-bentuk Investasi Fahmi dan Yovi (2011: 7) menjelaskan bahwa pada umumnya dalam aktivitas investasi terdapat dua bentuk, yaitu: a. Investasi nyata (real investment) Investasi nyata secara umum melibatkan aset berwujud, seperti tanah, mesin-mesin atau pabrik. b. Investasi keuangan (financial investment) Investasi keuangan melibatkan kontrak tertulis, seperti saham biasa (common stock) dan obligasi (bond). 2.1.3 Proses Investasi Setiap melakukan keputusan investasi selalu memerlukan proses yang mana proses tersebut memberikan gambaran setiap tahap yang akan ditempuh 16 oleh perusahaan. Menurut Fahmi dan Yovi (2011: 9), secara umum proses manajemen investasi meliputi lima langkah, yaitu: 1. Menetapkan sasaran investasi Penetapan sasaran, artinya melakukan keputusan yang bersifat fokus atau menempatkan target sasaran terhadap yang akan diinvestasikan. Penetapan sasaran investasi sangat disesuaikan dengan apa yang ditujukan pada investasi tersebut. 2. Membuat kebijakan investasi Pada tahap proses yang kedua ini menyangkut dengan bagaimana perusahaan mengelola dana yang berasal dari saham, obligasi dan lainnya untuk kemudian didistribusikan ke tempat-tempat yang dibutuhkan. Perhitungan pendistribusian dana ini haruslah dilakukan dengan prinsip kehati-hatian (prudential principle) karena berbagai hal akan dapat timbul pada saat dana tersebut tidak mampu untuk ditarik kembali. 3. Memilih strategi portofolio Memilih strategi menyangkut keputusan peranan yang akan diambil oleh pihak perusahaan, yaitu apakah bersifat aktif atau pasif saja. Pada saat perusahaan melakukan investasi aktif maka semua kondisi tentang perusahaan akan dengan cepat tergambarkan di pasar saham. Investasi aktif akan selalu mencari informasi yang tersedia dan kemudian selanjutnya mencari kombinasi portofolio yang paling tepat untuk dilaksanakan. Sedangkan secara pasif hanya dapat dilihat pada indeks 17 rata-rata saja atau berdasarkan pada reaksi pasar saja tanpa ada sikap atraktif. 4. Memilih aset Pihak perusahaan berusaha memilih aset investasi yang nantinya akan memberi keuntungan yang tertinggi. 5. Mengukur dan mengevaluasi kinerja Tahap ini menjadi tahap re-evaluasi bagi perusahaan untuk melihat kembali apa yang telah dilakukan selama ini dan apakah tindakan yang telah dilakukan selama ini benar-benar maksimal atau belum maksimal. Jika belum maka sebaiknya segera melakukan perbaikan agar kerugian tidak akan terjadi. 2.1.4 Keputusan Investasi Tugas manajer keuangan yang dilakukan secara rutin adalah bagaimana mengatur aliran dana agar operasi perusahaan berjalan dengan baik. Di samping tugas rutin tersebut, manajer keuangan mempunyai tugas yang cukup berat yaitu membuat keputusan investasi. Keputusan ini sangat penting dengan semakin besarnya dan berkembangnya perusahaan. Semakin perusahaan berkembang, maka manajemen dituntut mengambil keputusan investasi, seperti pembukaan cabang, perluasan usaha, maupun pendirian perusahaan lainnya (Sutrisno, 2012: 121). Menurut Sudana (2011: 6) menyatakan bahwa keputusan investasi dapat mempengaruhi nilai perusahaan karena dengan komposisi investasi yang baik 18 akan dapat menarik investor untuk berinvestasi pada perusahaan tersebut. Terdapat beberapa pengertian keputusan investasi, yaitu: Pengertian keputusan investasi menurut Sutrisno (2012: 5) : “Keputusan investasi adalah masalah bagaimana manajer keuangan harus mengalokasikan dana ke dalam bentuk-bentuk investasi yang akan dapat mendatangkan keuntungan di masa yang akan datang.” Pujiati dan Erman (2009) mendefinisikan keputusan investasi sebagai berikut : “Keputusan investasi merupakan keputusan yang dikeluarkan perusahaan terkait dengan kegiatan perusahaan untuk melepaskan dana pada saat sekarang dengan harapan untuk mengahasilkan arus dana masa mendatang dengan jumlah yang lebih besar dari yang dilepaskan pada saat investasi awal, sehingga harapan perusahaan untuk selalu tumbuh dan berkembang akan semakin jelas dan terencana.” Pengertian keputusan investasi menurut Martono dan Agus (2010: 4), yaitu: “Keputusan investasi merupakan keputusan terhadap aset apa yang akan dikelola oleh perusahaan. Keputusan investasi berpengaruh secara langsung terhadap besarnya rentabilitas investasi dan aliran kas perusahaan untuk waktu-waktu yang akan datang .” Dari beberapa pengertian keputusan investasi, maka dapat disimpulkan bahwa keputusan investasi adalah keputusan mengalokasikan dana ke dalam bentuk-bentuk investasi yang akan menghasilkan keuntungan di masa yang akan datang. Manajer keuangan dalam menjalankan fungsi penggunaan dana harus selalu mencari alternatif-alternatif investasi untuk kemudian dianalisa, dan dari hasil analisa itu harus diambil keputusan alternatif investasi mana yang akan dipilih (Riyanto, 2010: 5). Keputusan investasi perusahaan sangat dipengaruhi 19 oleh kesempatan investasi, karena semakin besar kesempatan investasi yang menguntungkan maka investasi yang dilakukan semakin besar, dalam hal ini manajer berusaha mengambil peluang-peluang tersebut untuk memaksimalkan kesejahteraan pemegang saham (Hidayat, 2010). 2.1.5 Teori yang Melatarbelakangi Keputusan Investasi 1) Signalling Theory Menurut Brigham dan Houston (2001: 78) isyarat atau sinyal adalah salah satu tindakan yang diambil perusahaan untuk memberi petunjuk bagi investor tentang bagaimana manajemen memandang prospek perusahaan. Sinyal ini berupa informasi mengenai apa yang sudah dilakukan oleh manajemen untuk merealisasikan keinginan publik. Teori ini pertama kali dikemukakan oleh Michael Spense di dalam artikelnya tahun 1973. Teori tersebut menyatakan bahwa pengeluaran investasi memberikan sinyal positif terhadap pertumbuhan perusahaan di masa yang akan datang, sehingga meningkatkan harga saham sebagai indikator nilai perusahaan (Wahyudi dan Pawestri, 2006: 5). Teori ini menunjukkan bahwa pengeluaran investasi yang dilakukan oleh perusahaan memberikan sinyal, khususnya kepada investor maupun kreditur bahwa perusahaan tersebut akan tumbuh di masa mendatang. Signaling theory menekankan kepada pentingnya informasi yang dikeluarkan oleh perushaan kepada pihak di luar perusahaan. Informasi merupakan unsur penting bagi investor dan pelaku bisnis karena informasi pada 20 hakekatnya menyajikan keterangan, catatan atau gambaran baik untuk keadaan masa lalu, saat ini maupun masa yang akan datang. Informasi tersebut akan berguna bagi investor di pasar modal sebagai alat analisis untuk mengambil keputusan investasi. Pada saat informasi diumumkan dan semua pelaku sudah menerima informsi tersebut, pelaku pasar terlebih dahulu menginterpretasikan dan menganalisis informasi tersebut sebagai sinyal baik atau sinyal buruk. Jika pengumuman tersebut dianggap sebagai sinyal baik bagi investor, maka terjadi perubahan volume perdagangan saham. 2) Fisherian’s Theory Teori ini pertama kali dikemukakan oleh Irving Fisher (Kodrat dan Christian, 2009: 16) yang merupakan ekonom neoklasik berkembangsaan Amerika. Teori tersebut menyatakan bahwa dengan adanya asimetri informasi antara investor dengan manajemen maka investor sebagai pihak luar tidak dapat melihat perilaku manajemen dalam membuat keputusan investasi sehingga akan melakukan investigasi perilaku manajer melalu sisi lain. Asymmetric information adalah kondisi di mana suatu pihak memiliki informasi yang lebih banyak daripada pihak lain. Misalnya, pihak manajemen perusahaan memiliki informasi yang lebih banyak dibandingkan dengan pihak investor di pasar modal. Perilakuperilaku manajer lainnya yang dapat menunjukkan pembuatan keputusan investasi adalah melalui kebijakan struktur modal. Asymmetric information memberikan efek yang nyata pada keputusan keuangan maupun pasar financial. 21 2.1.6 Mengukur Tingkat Keputusan Investasi Keputusan investasi yang dilakukan oleh manajemen perusahaan menunjukkan bahwa perusahaan tersebut memiliki pilihan-pilihan atau kesempatan investasi (investment opportunity set – IOS) untuk meningkatkan pertumbuhan perusahaan. Secara umum dapat dikatakan bahwa IOS menggambarkan tentang luasnya kesempatan atau peluang investasi bagi suatu perusahaan, namun sangat bergantung pada pilihan pengeluaran modal yang dilakukan perusahaan di masa yang akan datang. Hal tersebut yang menyebabkan IOS tidak dapat di observasi sehingga membutuhkan indikator untuk mengukurnya. (Hartono dan Hasnawati dalam Purnamasari, 2015) Kallapur dan Trombley (Hasnawati, 2005: 118), tiga indikator IOS yang banyak digunakan dalam penelitian sebelumnya adalah: (1) Indikator IOS berdasarkan harga, mendasarkan pada perbedaan antara asset dan nilai pasar saham. Jadi indikator ini sangat tergantung pada harga saham. Indikator ini mendasarkan pada suatu ide yang menyatakan bahwa prospek pertumbuhan perusahaan secara parsial dinyatakan dengan harga saham, selanjutnya perusahaan yang memiliki pertumbuhan tinggi akan memiliki nilai pasar yang lebih tinggi secara relatif dari aktiva-aktiva yang dimiliki (assets in place). Rasio-rasio yang telah digunakan beberapa penelitian yang berkaitan dengan indikator pasar yaitu: 1. Market to book value of equity 2. Tobin’s Q 22 3. Ratio of property, plant and equipment to firm value 4. Ratio of depreciation to firm value 5. Market to book value of asset 6. Earning to price ratio (2) Indikator IOS berdasarkan investasi, menunjukkan tingkat aktivitas investasi yang tinggi dan berkaitan secara positif dengan nilai IOS suatu perusahaan. Perusahaan yang memiliki IOS yang tinggi seharusnya juga memiliki suatu tingkatan investasi yang tinggi pula dalam bentuk aktiva yang ditempatkan atau yang diinvestasikan dalam bentuk aktiva tetap atau suatu hasil operasi yang diproduksi dari aktiva yang telah diinvestasikan. Rasio yang sering digunakan oleh peneliti antara lain: 1. Rasio investment to net sales 2. Rasio capital expenditure to book value of asset 3. Rasio capital expenditure to market value of asset (3) Indikator IOS berdasarkan pengukuran varian, mengungkapkan suatu opsi akan menjadi lebih bernilai jika menggunakan variabilitas ukuran untuk memperkirakan besarnya opsi yang tumbuh seperti variabilitas return yang mendasari peningkatan aktiva. Ukuran yang digunakan dalam beberapa penelitian antara lain: 1. Variance of total returns 2. Market model beta 3. The variance of asset deflated sales 23 Indikator IOS yang digunakan dalam penelitian ini adalah Market to Book Value of Equity Ratio (MBVE), dengan rumus sebagai berikut: MBVE = Jumlah Saham Beredar × Harga Penutupan Saham Total Ekuitas Market to Book Value of Equity adalah rasio nilai buku ekuitas terhadap nilai pasar, merupakan alat untuk mengukur IOS yang di anggap paling baik untuk menggambarkan IOS perusahaan. Menurut Nurcahyo dan Putriani (2009: 7) menyebutkan bahwa investment opportunity dapat diukur melalui rasio nilai buku ekuitas (market to book value of equity). Maksud pemilihan indikator ini karena dapat mencerminkan besarnya return dari aktiva yang ada dan investasi yang diharapkan di masa yang akan datang akan melebihi return dari ekuitas yang diinginkan. Apabila suatu perusahaan dapat memanfaatkan modalnya dengan baik dalam menjalankan usaha, maka semakin besar kemungkinan perusahaan tersebut diperkirakan akan meningkat dan pada akhirnya semakin meningkat pula nilai suatu perusahaan. Dimana jika rasio ini tinggi berarti perusahaan tersebut memiliki pertumbuhan aktiva dan ekuitas yang besar. 2.2 Keputusan Pendanaan Setiap perusahaan menginginkan adanya kelangsungan operasinya dan pertumbuhan di masa yang akan datang. Salah satu keputusan penting yang harus dilakukan manajer keuangan dalam kaitannya dengan kelangsungan operasi perusahaan adalah keputusan pendanaan atau keputusan struktur modal. 24 Keputusan pendanaan yang diambil perusahaan ini harus dapat mempengaruhi nilai perusahaan (Haruman, 2008: 153). Terdapat beberapa pengertian mengenai keputusan pendanaan, yaitu : Efni, Hadiwidjojo, Salim dan Rahayu (2012: 130) menjelaskan bahwa keputusan pendanaan berkaitan dengan: “Keputusan perusahaan dalam mencari dana untuk membiayai investasi dan menentukan komposisi sumber pendanaan. Pendanaan perusahaan dapat dikelompokkan sumber dananya, yaitu pendanaan internal dan pendanaan eksternal. Pendanaan internal merupakan pendanaan yang berasal dari dalam perusahaan, yaitu laba ditahan, sedangkan pendanaan eksternal, yaitu pendanaan hutang (debt financing), ekuitas (equity financing) dan hybrid securities.” Irawati (2006: 3) mendefinisikan keputusan pendanaan sebagai berikut: “Keputusan pendanaan adalah keputusan manajemen keuangan dalam melakukan pertimbangan dan analisis perpaduan antara sumber-sumber dana yang paling ekonomis bagi perusahaan untuk mendanai kebutuhankebutuhan investasi serta kegiatan operasional perusahaannya.” Pengertian keputusan pendanaan menurut Harmono (2011: 231): “Keputusan pendanaan adalah menganalisis kondisi sumber pendanaan perusahaan baik melalui utang maupun modal yang akan dialokasikan untuk mendukung aktivitas operasi perusahaan, baik dalam investasi modal kerja ataupun aset tetap.” Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa keputusan pendanaan adalah keputusan perusahaan dalam mencari sumber dana yang akan dipergunakan perusahaan untuk membiayai investasi perusahaan. Keputusan pendanaan ini sering disebut juga sebagai kebijakan struktur modal. Pada keputusan ini manajer keuangan dituntut untuk mempertimbangkan dan menganalisis kombinasi dari sumber-sumber dana yang ekonomis bagi perusahaan guna mendanai kebutuhankebutuhan investasi serta kegiatan usahanya. 25 2.2.1 Struktur Modal Struktur modal merupakan masalah yang sangat penting dalam pengambilan keputusan mengenai pembelanjaan perusahaan, karena harus memaksimalkan profit bagi keputusan modal sendiri dan keuntungan yang diperoleh harus lebih besar daripada biaya modal sebagai akibat penggunaan struktur modal tersebut. Struktur modal merupakan struktur financial yang terdiri atas hutang dan modal sendiri. Terdapat beberapa pengertian mengenai struktur modal, antara lain: Menurut Fahmi (2013: 184) : “Struktur modal merupakan gambaran dari bentuk proporsi finansial perusahaan yaitu antara modal yang dimiliki yang bersumber dari utang jangka panjang (long-term liabilities) dan modal sendiri (shareholders’ equity) yang menjadi sumber pembiayaan perusahaan.” Menurut Sugiarto (2009: 1) struktur modal perusahaan merupakan : “Bagian dari struktur keuangan perusahaan yang mengulas tentang cara perusahaan mendanai asetnya, dengan demikian terkait fungsi mendapatkan dana dari manajemen keuangan.” Menurut Brigham dan Weston (2005: 150): “Struktur modal yang ditargetkan adalah bauran atau perpaduan dari utang, saham preferen, saham biasa yang dikehendaki perusahaan dalam struktur modalnya.” Dari pengertian-pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa struktur modal adalah hasil dari keputusan pendanaan (financing decision) yang intinya menentukan komposisi bagaimana suatu perusahaan didanai baik dengan modal 26 sendiri maupun dengan modal pinjaman. Jika suatu perusahaan dalam memenuhi kebutuhan dananya atau modalnya lebih mengutamakan pemenuhan modal yang tersumber dari dalam modal perusahaan, akan mengurangi ketergantungan dari pihak luar. Tetapi jika kebutuhan modalnya semakin besar karena pertumbuhan perusahaan sedangkan modal sendirinya terbatas, perusahaan dapat menggunakan modal asing yang berasal dari luar perusahaan. Penggunaan dari masing-masing jenis modal tersebut memiliki pengaruh yang berbeda terhadap laba yang dihasilkan oleh perusahaan. Menurut Haruman (2008: 153-154) menyatakan bahwa, apabila sumber pendanaan internal tidak mencukupi, maka perusahaan akan mengambil sumber pendanaan dari luar, salah satunya dari hutang. Apabila pendanaan di danai melalui hutang, maka akan terjadi efek tax deductible. Artinya, perusahaan yang memiliki hutang akan membayar bunga pinjaman yang dapat mengurangi penghasilan kena pajak, yang dapat memberi manfaat bagi pemegang saham. Pengurangan pajak ini akan menambah laba perusahaan dan dana tersebut dapat dipakai untuk investasi perusahaan di masa yang akan datang ataupun untuk membagikan dividen kepada para pemegang saham. Apabila hal tersebut dapat dilakukan oleh perusahaan, maka penilaian investor akan meningkat. Sehingga pendanaan memiliki pengaruh terhadap nilai perusahaan. 2.2.2 Teori Struktur Modal Pendekatan-pendekatan yang dilakukan oleh Van Horne dan Wachowicz (2005: 234) adalah sebagai berikut: 27 1. Pendekatan Laba Bersih (Net Income Approach) Menurut pendekatan laba bersih, biaya modal pinjaman dan biaya modal sendiri tidak dipengaruhi oleh struktur modal, tetapi biaya modal keseluruhan dapat diturunkan dengan jalan meningkatkan leverage sehingga nilai perusahaan dapat ditingkatkan. 2. Pendekatan Laba Operasi Bersih (Net Operating Income Approach) Pendekatan Net Operating Income (NOI), jika struktur modal berubah, biaya modal pinjaman tetap, akan tetapi biaya modal sendiri naik. Kenaikan modal pinjaman yang biayanya murah diimbangi dengan kenaikan biaya modal sendiri, sehingga biaya modal sendiri tidak berubah pada semua tingkat leverage. 3. Pendekatan Tradisional (Traditional Approach) Pendekatan Tradisional ini berpendapat bahwa biaya modal sendiri akan meningkatkan pada kenaikan leverage, disamping itu biaya pinjaman juga dapat meningkat bila melebihi tingkat tertentu. Oleh karena itu akan terdapat suatu titik dimana biaya modal keseluruhan merupakan titik terendah dan itu akan mencerminkan struktur modal yang optimal. 4. Pendekatan Modigliani Miller (Modigliani Miller Approach) Pendekatan Modigliani Miller (MM) menyatakan bahwa nilai perusahaan adalah tidak bergantung atau tidak dipengaruhi struktur modal. Pendapat MM didasarkan pada ide bahwa tidak menjadi masalah bagaimana perusahaan membagi struktur modalnya diantara hutang, saham preferen dan saham biasa. Menurut MM harga saham atau nilai perusahaan baik 28 yang tidak menggunakan hutang atau yang menggunakan hutang, akhirnya sama. Pendekatan teori struktur modal menurut Brigham dan Houston (33: 2001) adalah sebagai berikut: 1. Teori Trade-Off Argumen-argumen terdahulu mengarah pada perkembangan yang disebut dengan “teori trade-off dari leverage”, di mana perusahaan menyeimbangkan manfaat dari pendanaan dengan utang (perlakuan pajak perseroan yang menguntungkan). Di dalam teori trade-off menyatakan bahwa setiap perusahaan memiliki tingkat hutang yang optimal di dalam struktur modalnya disebabkan oleh keuntungan dan biaya dari hutang. Artinya, perusahaan yang memiliki hutang akan membayar bunga pinjaman yang dapat mengurangi penghasilan kena pajak, yang dapat memberi manfaat bagi pemegang saham. Pengurangan pajak ini akan menambah laba perusahaan dan dana tersebut dapat dipakai untuk investasi perusahaan di masa yang akan datang ataupun untuk membagikan dividen kepada para pemegang saham. 2. Teori Penginsyaratan MM mengasumsikan bahwa investor memiliki informasi yang sama mengenai prospek perusahaan seperti yang dimiliki manajer ini disebut kesamaan informasi. Akan tetapi, dalam kenyataannya manajer mempunyai informasi yang lebih baik daripada investor luar, hal ini dinamakan ketidaksamaan informasi. Jadi teori ini merupakan suatu 29 tindakan yang diambil oleh manajemen perusahaan yang memberi petunjuk bagi investor tentang bagaimana manajemen memandang prospek perusahaan. Teori alternatif untuk struktur modal berhubungan dengan isyarat yang diberikan kepada investor melalui keputusan suatu perusahaan untuk menggunakan hutang atau saham dalam memperoleh modal baru. Penggunaan saham merupakan isyarat negatif, sedangkan penggunaan hutang merupakan isyarat positif atau paling tidak merupakan isyarat yang netral. Akibatnya, perusahaan berusaha menghindari penerbitan saham dengan mempertahankan suatu kapasitas cadangan untuk meminjam, dan ini berarti menggunakan lebih sedikit utang pada saat-saat “normal” daripada yang disarankan oleh teori tradeoff. 2.2.3 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Struktur Modal Pemilihan bentuk sumber pembiayaan sangat berpengaruh terhadap struktur modal perusahaan. Di samping itu, baik buruknya struktur modal akan mempunyai pengaruh yang berakibat langsung terhadap posisi keuangan perusahaan. Oleh karena itu, sebelum suatu perusahaan membuat kebijakankebijakan yang berhubungan dengan struktur modal akan terlebih dahulu perlu dianalisis hal-hal yang berpengaruh terhadap struktur modal itu sendiri. Menurut Brigham dan Houston (2001: 39) menjelaskan bahwa terdapat faktor-faktor yang mempengaruhi pengambilan keputusan struktur modal, yaitu: 30 1. Stabilitas penjualan Perusahaan dengan penjualan yang relatif stabil dapat lebih aman memperoleh lebih banyak pinjaman dan menanggung beban tetap yang lebih tinggi dibandingkan dengan perusahaan yang penjualannya tidak stabil. 2. Struktur aset Perusahaan yang aktivanya sesuai untuk dijadikan jaminan kredit cenderung lebih banyak menggunakan banyak utang. Aktiva multiguna yang dapat digunakan oleh banyak perusahaan merupakan jaminan yang baik, sedangkan aktiva yang hanya digunakan untuk tujuan tertentu tidak begitu baik untuk dijadikan jaminan. 3. Leverage operasi Perusahaan dengan leverage operasi yang lebih rendah akan lebih mampu menerapkan leverage keuangan, karena perusahaan tersebut akan memiliki risiko usaha yang lebih rendah. 4. Tingkat pertumbuhan Perusahaan yang tumbuh dengan pesat harus lebih banyak mengandalkan modal eksternal. Namun, pada saat yang sama perusahaan yang tumbuh dengan pesat sering menghadapi ketidakpastian yang lebih besar, yang cenderung mengurangi keinginannya untuk menggunakan utang. 5. Profitabilitas Perusahaan dengan tingkat pengembalian atas investasi yang sangat tinggi ternyata menggunakan utang dalam jumlah yang relatif sedikit. 31 Tingkat pengembalian yang tinggi memungkinkan perusahaan- perusahaan melakukan sebagian besar pendanaannya melalui dana yang dihasilkan secara internal. 6. Pajak Bunga merupakan beban yang dapat dikurangkan untuk tujuan perpajakan, dan pengurangan tersebut sangat bernilai bagi perusahaan yang terkena tarif pajak yang tinggi. Karena itu, makin tinggi tarif pajak perusahaan, makin besar manfaat penggunaan utang. 7. Pengendalian Pengaruh utang dibandingkan saham terhadap posisi pengendalian manajemen suatu perusahaan dapat mempengaruhi struktur modal. Jika manajemen saat ini memiliki kendali hak suara lebih dari 50% saham tetapi tidak berada dalam posisi untuk membeli saham tambahan lagi, maka manajemen mungkin akan memilih utang sebagai pendanaan baru. Di lain pihak, manajemen mungkin memutuskan untuk menggunakan ekuitas jika kondisi keuangan perusahaan sangat lemah sehingga penggunaan utang mungkin dapat membuat perusahaan menghadapi risiko kebangkrutan, karena jika perusahaan jatuh bangkrut, maka manajer kemungkinan akan kehilangan pekerjaannya. Akan tetapi, jika utang yang digunakan terlalu sedikit, manajemen menghadapi risiko pengambilalihan. Jadi, pertimbangan kendali dapat mengarah pada penggunaan baik itu utang maupun ekuitas karena jenis modal yang memberikan perlindungan terbaik kepada manajemen akan bervariasi 32 dari satu situasi ke situasi yang lain. Apa pun kondisinya, jika manajemen merasa tidak aman, maka manajemen akan mempertimbangkan situasi kendali. 8. Sikap manajemen Manajemen dapat melaksankan pertimbangan sendiri tentang struktur modal yang tepat. Beberapa manajemen cenderung lebih konservatif dibandingkan yang lain dan menggunakan utang dalam jumlah yang lebih kecil dibandingkan dengan rata-rata perusahaan dalam industri yang bersangkutan, sementara manajemen yang agresif menggunakan lebih banyak utang dalam usaha mendapatkan laba yang lebih tinggi. 9. Sikap pemberi pinjaman dan lembaga penilai peringkat Tanpa mempertimbangkan analisis para manajer atas faktor-faktor leverage yang tepat bagi perusahaan, sikap pemberi pinjaman dan lembaga penilai peringkat (rating agency) sering kali akan mempengaruhi keputusan struktur keuangan. Perusahaan sering kali membahas struktur modalnya dengan pihak pemberi pinjaman dan lembaga penilai peringkat serta sangat memperhatikan saran mereka. 10. Kondisi pasar Kondisi di pasar saham dan obligasi mengalami perubahan dalam jangka panjang maupun jangka pendek yang dapat sangat berpengaruh terhadap struktur modal perusahaan yang optimal. Karena itu, perusahaan yang berperingkat rendah yang membutuhkan modal terpaksa beralih ke pasar 33 saham atau pasar utang jangka pendek, tanpa memperdulikan struktur modal yang ditargetkan. 11. Kondisi internal perusahaan Kondisi internal suatu perusahaan juga dapat berpengaruh terhadap struktur modal yang ditargetkan. 12. Fleksibilitas keuangan Fleksibilitas keuangan jika dilihat dari sudut pandang operasional, berarti mempertahankan kapasitas cadangan yang memadai. Menentukan kapasitas cadangan yang memadai tersebut bersifat pertimbangan, tetapi hal itu jelas bergantung pada faktor-faktor seperti ramalan kebutuhan dana perusahaan, ramalan kondisi pasar modal, keyakinan manajemen atas ramalannya dan berbagai akibat dari kekurangan modal. 2.2.4 Mengukur Sumber Modal Perusahaan Keputusan pendanaan dalam penelitian ini diukur oleh Debt to Equity Ratio (DER) yang merupakan salah satu rasio pengelolaan modal yang mencerminkan kemampuan perusahaan untuk membiayai usaha dengan pinjaman yang disediakan oleh pemegang saham. Seperti yang diungkapkan oleh Martono dan Agus (2007: 59) bahwa: “Debt to Equity Ratio adalah perbandingan total hutang yang dimiliki perusahaan dengan modal sendiri (ekuitas).” 34 Kemudian menurut Mardiyati (2012) adalah: “Debt to Equity Ratio adalah mengukur kemampuan perusahaan dalam membayar hutang-hutang yang dimilikinya dengan modal atau ekuitas yang ada.” Keputusan pendanaan didefinisikan sebagai keputusan yang menyangkut komposisi pendanaan yang dipilih oleh perusahaan (Hasnawati, 2005). Keputusan pendanaan dapat diukur dengan menggunakan Debt to Equity Ratio (Brigham dan Houston, 2010: 143). Rasio ini menunjukkan perbandingan antara pembiayaan dan pendanaan melalui hutang dengan pendanaan melalui ekuitas. DER dapat dirumuskan sebagai berikut: π·π·π·π·π·π·π·π· π‘π‘π‘π‘ πΈπΈπΈπΈπΈπΈπΈπΈπΈπΈπΈπΈ π π π π π π π π π π = Total Hutang Total Modal Rasio ini dapat melihat seberapa jauh perusahaan dibiayai oleh pihak luar dengan kemampuan perusahaan yang digambarkan oleh modal. Para pemberi pinjaman menginginkan rasio ini rendah. Semakin rendah rasio ini, semakin tinggi tingkat pendanaan perusahaan yang disediakan oleh pemegang saham dan semakin besar batas pengaman pemberi pinjaman jika terjadi kerugian. Sedangkan semakin tinggi Debt to Equity Ratio berarti modal sendiri semakin sedikit dibandingkan dengan hutangnya. Bagi perusahaan, sebaiknya besarnya hutang tidak boleh melebihi modal sendiri agar beban tetapnya tidak terlalu tinggi. Bagi investor yang tidak suka untuk mengambil resiko, maka mereka akan menghindari untuk menanamkan modalnya pada perusahaan yang memiliki DER yang tinggi. Hal ini akan berpengaruh pada harga saham perusahaan tersebut. 35 2.3 Profitabilitas Telah kita ketahui bahwa tujuan utama yang diharapkan oleh suatu perusahaan dalam kegiatan usahanya adalah menghasilkan laba secara optimal dengan menggunakan sumber daya secara efektif dan efisiensi untuk kelangsungan hidup perusahaan. Profitabilitas merupakan hal yang penting bagi perusahaan karena disamping dapat menilai efisiensi kinerja, juga merupakan alat untuk meramal laba di masa yang akan datang dan merupakan alat pengendalian bagi manajemen. Dengan berpedoman pada profitabilitas, manajemen dapat mengambil dan menentukan langkah-langkah yang tepat untuk meningkatkan profitabilitas dimasa yang akan datang. Hasil perhitungan profitabilitas merupakan media bagi manajemen untuk menganalisa variabel-variabel penyebab kenaikan atau penurunan suatu usaha pada periode tertentu. Ada beberapa pengertian mengenai profitabilitas, diantaranya: Menurut Moeljadi (2006: 52) berpendapat bahwa: “Profitabilitas adalah kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba, baik dengan menggunakan seluruh aktiva yang ada maupun dengan menggunakan modal sendiri.” Menurut Harahap (2007: 309): “Profitabilitas menggambarkan kemampuan perusahaan mendapatkan laba melalui semua kemampuan dan sumber yang ada seperti kegiatan penjualan, kas, modal, jumlah karyawan, jumlah cabang dan sebagainya.” Sedangkan menurut Kasmir (2008: 196): “Profitabilitas merupakan rasio untuk menilai kemampuan perusahaan dalam mencari keuangan. Rasio ini juga memberikan ukuran tingkat 36 efektivitas manajemen suatu perusahaan. Hal ini ditunjukkan oleh laba yang dihasilkan dari penjualan dan pendapatan investasi. Intinya adalah penggunaan rasio ini menunjukkan efisiensi perusahaan.” Berdasarkan beberapa definisi diatas, maka dapat disimpulkan bahwa profitabilitas merupakan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba dan dapat menarik para investor untuk menanamkan dananya yang dialokasikan dalam perusahaan. Tetapi sebaliknya, jika tingkat profitabilitas yang rendah akan menyebabkan para investor menarik dananya dari perusahaan dan dapat digunakan sebagai evaluasi atas efektivitas pengelolaan dalam perusahaan tersebut. Dengan demikian untuk mengukur profitabilitas perusahaan diperlukan analisis laporan keuangan. 2.3.1 Tujuan Profitabilitas Tujuan yang ingin dicapai suatu perusahaan adalah memperoleh laba atau keuntungan yang maksimal. Oleh karena itu, manajemen perusahaan dalam praktiknya dituntut harus mampu untuk memenuhi target yang telah ditetapkan sebelumnya. Artinya besarnya keuntungan haruslah dicapai sesuai dengan yang diharapkan. Profitabilitas adalah salah satu rasio untuk mengetahui keuntungan yang didapatkan. Adapun menurut Kasmir (2008:197), tujuan rasio profitabilitas bagi perusahaan maupun bagi pihak luar perusahaan adalah : 1) Untuk mengukur keuntungan dengan cara mengukur atau menghitung laba yang diperoleh perusahaan dalam satu periode tertentu. 37 2) Untuk menilai posisi laba perusahaan tahun sebelumnya dengan tahun sekarang. 3) Untuk menilai perkembangan laba perusahaan dari waktu ke waktu. 4) Untuk mengukur produktifitas dari seluruh dana perusahaan yang digunakan dari modal sendiri maupun dari modal pinjaman. 2.3.2 Mengukur Rasio Profitabilitas Rasio profitabilitas merupakan hal yang sangat penting, tidak hanya bagi manajemen sebagai alat ukur kinerja perusahaan, tetapi juga bagi investor dan kreditur. Rasio ini merupakan efektifitas keseluruhan dari operasi perusahaan. Ketika hasil analisis ini menunjukkan bahwa perusahaan memiliki kinerja keuangan yang baik berarti nilai perusahaan itu pun meningkat. Rasio yang dapat digunakan untuk mengukur profitabilitas menurut Sutrisno (2012: 222) adalah sebagai berikut : 1) Profit Margin (PM) 2) Return on Asset (ROA) 3) Return on Equity (ROE) 4) Return on Investment (ROI) 5) Earning per Share (EPS) Adapun penjelasan mengenai rasio-rasio profitabilitas tersebut adalah sebagai berikut : 38 1. Profit Margin Profit Margin merupakan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan suatu keuntungan dibandingkan dengan penjulan yang dicapai. Cara pengukuran rasio ini adalah dengan membandingkan laba bersih setelah pajak dengan penjualan bersih. 2. Return on Asset Return on Asset juga sering disebut sebagai rentabilitas ekonomis yang merupakan ukuran perusahaan dalam menghasilkan laba dengan semua aktiva yang dimiliki oleh perusahaan. Menurut Prastowo dan Rifka (2002: 86) rasio ini mengukur tingkat kembalian investasi yang telah dilakukan oleh perusahaan dengan menggunakan seluruh dana (aktiva) yang dimilikinya. 3. Return on Equity Return on equity (ROE) merupakan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan keuntungan dengan modal sendiri yang dimiliki, sehingga ROE ini ada yang menyebut sebagai rentabilitas modal sendiri. Menurut Prastowo dan Rifka (2002: 87) laba yang dipakai disini adalah laba bersih setelah pajak atau earning after tax dikurangi dividen untuk para pemegang saham istimewa (bila ada). Hal ini dimaksudkan untuk menggambarkan besarnya laba yang benar-benar tersedia dan tersisa bagi pemegang saham biasa. 39 4. Return on Investment Return on Investment merupakan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan keuntungan yang akan digunakan untuk menutup investasi yang dikeluarkan. Laba yang digunakan untuk mengukur rasio ini adalah laba besrsih setelah pajak atau EAT. 5. Earning per Share Kadang-kadang pemilik juga menginginkan data mengenai keuntungan yang diperoleh untuk setiap lembar sahamnya. Earning per share atau laba per lembar saham merupakan ukuran kemampuan perusahaan untuk menghasilkan keuntungan per lembar saham pemilik. Rasio yang rendah berarti manajemen belum berhasil untuk memuaskan pemegang saham, sebaliknya dengan rasio tinggi, kesejahteraan pemegang saham meningkat. Keuntungan yang tersedia bagi pemegang saham biasa adalah jumlah keuntungan dikurangi pajak, dividen dan dikurangi hak-hak lain untuk pemegang saham prioritas. Dalam penelitian ini penulis mengukur profitabilitas menggunakan rasio Return on Equity (ROE), rasio ini mengukur profitabilitas dari ekuitas atau menggambarkan keuntungan yang akan dinikmati oleh pemegang saham. Penjelasan lebih lanjut mengenai ROE sebagai berikut: Rasio yang meningkat menunjukkan bahwa kinerja manajemen meningkat dalam mengelola laba bersih (profitabilitas meningkat). Jadi dapat dikatakan bahwa selain memperhatikan efektivitas manajemen dalam mengelola 40 investasi yang dimiliki perusahaan, investor juga memperhatikan kinerja manajemen yang mampu mengelola sumber dana pembiayaan secara efektif untuk menciptakan laba bersih. Secara umum tentu saja semakin tinggi return atau penghasilan yang diperoleh semakin baik kedudukan pemilik perusahaan (Syamsuddin, 2011:64). Menurut Octavia (2010: 195), menyatakan bahwa Return on Equity (ROE) merupakan salah satu indikator untuk mengetahui sejauh mana tingkat kemampuan suatu perusahaan dalam memberikan keuntungan bagi pemodal atau pemilik perusahaan. Semakin besar Return on Equity maka mengindikasikan perusahaan tersebut layak untuk investasi. Ada beberapa kemungkinan yang dapat meningkatkan Return on Equity. Meningkatnya keuntungan dengan cara menaikkan harga, meningkatnya penjualan atau menekan pengeluaran akan menyebabkan Return on Equity meningkat, karena biasanya ketika Return on Equity yang tinggi diikuti pula dengan meningkatnya keuntungan yang dihasilkana oleh perusahaan. Selain itu berkurangnya modal pemegang saham dengan meningkatkan hutang atau mengurangi aktiva juga dapat meningkatkan Return on Equity. Sedangkan menurut Kasmir (2012: 204), ROE merupakan rasio untuk mengukur laba bersih sesudah pajak dan modal sendiri. Rasio ini menunjukkan efisiensi modal sendiri, semakin tinggi rasio ini maka semakin baik. Artinya, posisi pemilik perusahaan semakin kuat, demikian pula sebaliknya. Secara matematis rumus ROE dapat dinyatakan sebagai berikut: 41 π π π π π π π π π π π π ππππ πΈπΈπΈπΈπΈπΈπΈπΈπΈπΈπΈπΈ = Laba setelah Pajak Total Ekuitas Berdasarkan beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa ROE merupakan rasio yang menggambarkan kemampuan perusahaan dalam menggunakan modal yang dimilikinya untuk menghasilkan laba setelah pajak. Adanya pertumbuhan ROE menunjukkan prospek perusahaan yang semakin baik karena artinya terdapat potensi peningkatan keuntungan yang diperoleh perusahaan. Hal ini ditangkap oleh investor sebagai sinyal positif dari perusahaan sehingga akan meningkatkan kepercayaan investor serta akan mempermudah manajemen perusahaan untuk menarik modal dalam bentuk saham. Apabila terdapat kenaikkan permintaan saham suatu perusahaan, maka secara tidak langsung akan menaikkan harga saham tersebut di pasar modal. 2.4 Nilai Perusahaan Brigham dan Erdhadt (2005: 518) mendefinisikan nilai perusahaan sebagai berikut : “Corporate value which is the present value of expected free cash flow, discounted at a weighted average cost of capital.” Nilai perusahaan merupakan nilai sekarang (present value) dari free cash flow di masa mendatang pada tingkat diskonto sesuai rata-rata tertimbang biaya modal. Free cash flow merupakan cash flow yang tersedia bagi investor (kreditur dan pemilik) setelah memperhitungkan seluruh pengeluaran untuk operasional perusahaan dan pengeluaran untuk investasi serta aset lancar bersih. 42 Nilai perusahaan menurut Gitman (2006: 352), yaitu : “The actual amount per share of common stock that would be received if all the firm’s assets were sold for their market value.” Kutipan di atas dapat diartikan bahwa nilai perusahaan adalah nilai aktual per lembar saham yang akan diterima apabila aset perusahaan dijual sesuai harga saham. Menurut Sujoko dan Ugy (2007) berpendapat bahwa: “Nilai perusahaan merupakan persepsi investor terhadap tingkat keberhasilan perusahaan yang sering dikaitkan dengan harga saham.” Sedangkan Martono dan Agus (2010: 13): “Memaksimumkan nilai perusahaan disebut sebagai memaksimumkan kemakmuran pemegang saham (stakeholder wealth maximation) yang dapat diartikan juga sebagai memaksimumkan harga saham biasa dari perusahan (maximazing the price of the firm’s common stock).” Kesimpulan dari beberapa definisi yaitu nilai perusahaan dapat ditentukan dari perbandingan hasil kinerja perusahaan yang terlihat dari laporan keuangan, dimana nilai perusahaan merupakan nilai sekarang (present value) dari free cash flow di masa mendatang pada tingkat diskonto rata-rata tertimbang biaya modal. Memaksimumkan nilai perusahaan berarti memaksimumkan kemakmuran pemegang saham melalui maksimalnya harga saham biasa perusahaan. Adapun pengertian harga saham menurut Anoraga dan Piji (2006: 59) adalah: “Harga pasar saham merupakan harga yang paling mudah ditentukan karena merupakan harga dari suatu saham pada pasar yang sedang berlangsung atau jika pasar sudah ditutup, maka harga pasar saham adalah harga penutupannya (closing price).” Pada dasarnya harga saham merupakan nilai saham di pasar atau yang biasa disebut dengan nilai pasar atau harga pasar yang berfluktuasi dari waktu ke 43 waktu tergantung dari prospek perusahaan di masa yang akan datang. Nilai perusahaan merupakan persepsi investor terhadap perusahaan, yang sering dikaitkan dengan harga pasar saham. Harga pasar saham menunjukkan harga yang bersedia dibayar oleh investor. Harga saham cenderung tinggi pada saat perusahaan memiliki banyak kesempatan untuk berinvestasi mengingat hal tersebut akan meningkatkan pendapatan pemegang saham. Harga saham yang tinggi membuat nilai perusahaan juga tinggi. 2.4.1 Jenis-jenis Nilai Perusahaan Menurut Yulius dan Tarigan (2007: 3), mengatakan bahwa terdapat beberapa konsep nilai yang menjelaskan nilai suatu perusahaan, yaitu: 1. Nilai Nominal Nilai nominal adalah nilai yang tercantum secara formal dalam anggaran dasar perseroan, disebutkan secara eksplisit dalam neraca perusahaan, dan juga ditulis secara jelas dalam surat saham kolektif. 2. Nilai Pasar Nilai pasar sering disebut kurs adalah harga yang terjadi dari proses tawar menawar di pasar saham. Nilai ini hanya bisa ditentukan jika saham perusahaan dijual di pasar saham. 3. Nilai Intrinsik Nilai intrinsik merupakan konsep yang paling abstrak, karena mengacu kepada perkiraan nilai riil suatu perusahaan. Nilai perusahaan dalam konsep nilai intrinsik ini bukan sekedar harga dari sekumpulan aset, 44 melainkan nilai perusahaan sebagai entitas bisnis yang memiliki kemampuan menghasilkan keuntungan di kemudian hari. 4. Nilai Buku Nilai buku adalah nilai perusahaan yang dihitung dengan dasar konsep akuntansi. Secara sederhana dihitung dengan membagi selisih antar total aset dan total utang dengan jumlah saham yang beredar. 5. Nilai Likuidasi Nilai likuidasi adalah nilai jual seluruh aset perusahaan setelah dikurangi semua kewajiban yang harus dipenuhi. Nilai likuidasi dapat dihitung dengan cara yang sama dengan menghitung nilai buku, yaitu berdasarkan neraca performa yang disiapkan ketika suatu perusahaan akan dilikuidasi. Dalam penelitian ini penulis lebih menekankan nilai perusahaan pada nilai pasarnya yang dapat dilihat dari harga saham. Dengan melihat harga saham dari suatu perusahaan, para investor dapat menilai secara garis besar kondisi dari setiap perusahaan, karena harga saham mencerminkan nilai perusahaan itu sendiri. Apabila harga saham perusahaan itu naik maka dapat diartikan perusahaan tersebut memiliki kinerja yang baik, namun sebaliknya bila harga saham perusahaan itu turun maka dapat diartikan nilai dari perusahaan itu menurun. 2.4.2 Mengukur Nilai Perusahaan Nilai perusahaan merupakan harga yang bersedia dibayar oleh pembeli apabila saham perusahaan tersebut dijual. Pengukuran variabel berupa nilai 45 perusahaannya dapat dilihat dari harga sahamnya. Hal ini sesuai dengan Husnan dan Pudjiastuti (2004: 210) yang mengatakan bahwa: “Bagi perusahaan yang menerbitkan saham di pasar modal, harga saham yang diperjualbelikan di bursa merupakan indikator nilai perusahaan.” Pengukuran ini sesuai dengan Hasnawati (2005: 117) yang mengatakan bahwa: “Secara harfiah nilai perusahaan itu sendiri diamati melalui kemakmuran pemegang saham yang dapat diukur melalui harga saham perusahaan di pasar modal.” Dari pendapat-pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa nilai perusahaan dapat diukur dengan menggunakan harga saham. Harga saham di pasar modal terbentuk berdasarkan kesepakatan antara permintaan dan penawaran investor, sehingga harga saham merupakan fair price yang dapat dijadikan indikator nilai perusahaan. Semakin tinggi harga saham, maka semakin tinggi nilai perusahaan, yang berarti kemakmuran pemegang saham juga semakin meningkat. Menurut Brigham dan Houston (2010: 150) terdapat beberapa pendekatan analisis rasio dalam penilaian market value, terdiri dari pendekatan price earning ratio (PER), price book value ratio (PBVR), market book ratio (MBR), dividend yield ratio, dan dividend payout ratio (DPR). Dalam penelitian ini penulis juga lebih menekankan nilai perusahaan pada harga pasar yang diukur dengan Price Earning Ratio (PER). Price Earning Ratio merupakan bagian dari rasio nilai pasar yang menggambarkan kondisi yang terjadi di pasar. 46 Bagi para investor semakin tinggi Price Earning Ratio maka pertumbuhan laba yang diharapkan juga akan mengalami kenaikan. Dengan begitu Price Earning Ratio (rasio harga terhadap laba) adalah perbandingan antara market price per share (harga pasar per lembar saham) dengan earning per share (laba per lembar saham) (Fahmi, 2013: 138). Rumus Price Earning Ratio sebagai berikut: ππππππππππ πΈπΈπΈπΈπΈπΈπΈπΈπΈπΈπΈπΈπΈπΈ π π π π π π π π π π (PER) = Harga pasar per lembar saham Laba per lembar saham Price Earning Ratio (PER) juga dapat dipakai untuk membandingkan kinerja antar saham atau antar sektor bahkan antar pasar dalam skala regional ataupun global. PER menggambarkan bagaimana keuntungan perusahaan atau emiten saham terhadap harga sahamnya, yang menunjukkan besarnya rupiah yag harus dibayarkan investor untuk memperoleh satu rupiah earning perusahaan. Price Earning Ratio adalah fungsi dari perubahan kemampuan laba yang diharapkan di masa yang akan datang. Semakin besar price earning ratio, maka semakin besar pula kemungkinan perusahaan untuk tumbuh sehingga dapat meningkatkan nilai perusahaan. Menurut Octavia (2010: 189) menyatakan bahwa, PER menjelaskan perbandingan harga perlembar saham dengan EPS. Rasio yang menyatakan seberapa besar tingkat pengembalian investasi yang ditanamkan dibandingkan oleh laba yang diterima oleh perusahaan, dari rasio ini pemilik perusahaan dapat menilai tingkat kelayakan investasinya. Semakin tinggi PER menunjukkan harga 47 saham yang semakin tinggi, atau sebaliknya menunjukan EPS yang menurun. Jadi, semakin tinggi price earning ratio (PER) maka laba yang dihasilkan dari setiap rupiahnya semakin kecil, demikian juga sebaliknya ketika price earning ratio (PER) semakin rendah berarti laba yang dihasilkan dari setiap rupiahnya semakin besar. 2.5 Penelitian Terdahulu Adapun penelitian-penelitian yang dijadikan referensi pada penelitian ini ditampilkan dalam tabel berikut: 14 48 Tabel 2.1 Rangkuman Penelitian Terdahulu No 1 2 Judul Penelitian Pengaruh Keputusan Pendanaan dan Keputusan Investasi Terhadap Nilai Perusahaan Industri Manufaktur di Bursa Efek Indonesia. (Raissa Dwi Febriani, 2014) Indikator - Keputusan Pendanaan = DER (Debt to Equity Ratio) - Keputusan Investasi = PER (Price Earning Ratio) - Nilai Perusahaan = PBV (Price Book Value) Hasil Penelitian - Keputusan pendanaan berpengaruh terhadap nilai perusahaan. Keputusan investasi berpengaruh terhadap nilai perusahaan. - Keputusan pendanaan dan keputusan investasi berpengaruh terhadap nilai perusahaan. Perbedaan - Penulis menambahkan variabel profitabilitas pada penelitiannya. - Pada indikator penelitian penulis menggunakan MBVE untuk keputusan investasi, ROE untuk profitabilitas dan PER untuk indikator nilai perusahaan. - Subjek penelitian penulis dilakukan pada sektor property and real estate yang terdaftar di BEI tahun 2012 -2014. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Nilai Perusahaan di Sektor Property, Real Estate & Building Construction yang Terdaftar di BEI Periode 2008-2012. (Tri Wahyuni, Endang Ernawati; Dr. Werner R Murhadi, 2013) - Nilai Perusahaan = RS (Return saham) - Keputusan Investasi = PER (Price Earning Ratio) - Keputusan Pendanaan = DER (Debt to Equity Ratio) - Kebijakan Dividen = DPR (Dividend Payout Ratio) - Ukuran Perusahaan = SIZE (Total Aset) - Keputusan investasi memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap nilai perusahaan. - Keputusan pendanaan memiliki pengaruh negatif dan signifikan terhadap nilai perusahaan. - Kebijakan dividen memiliki pengaruh positif dan tidak signifikan terhadap nilai perusahaan. - Ukuran perusahaan memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap nilai perusahaan. - Penulis hanya menggunakan variabel keputusan investasi, keputusan pendanaan, profitabilitas dan nilai perusahaan. - Pada indikator penelitian penulis menggunakan MBVE untuk keputusan investasi dan PER untuk indikator nilai perusahaan. - Subjek penelitian penulis dilakukan pada sektor property and real estate yang terdaftar di BEI tahun 2012-2014. 15 49 - Profitabilitas = ROE (Return on Equity) - Kepemilikan Institusional = KI 3 Pengaruh Return On Assets (ROA), Return On Equity (ROE) dan Investment Opportunity Set (IOS) Terhadap Nilai Perusahaan pada perusahaan Manufaktur Jenis Consumer Goods yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia. (Helmy Fahrizal, 2013) - Profitabilitas memiiki pengaruh positif dan signifikan terhadap nilai perusahaan. - Kepemilikan institusional memiliki pengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap nilai perusahaan. - Faktor-faktor (PER, DER, DPR, SIZE, ROE dan KI) secara simultan berpengaruh terhadap nilai perusahaan. - Return On Assets = - Return On Aset (ROA) ROA berpengaruh positif dan - Return On Equity = signifikan terhadap nilai ROE perusahaan. - Investment - Return On Equity (ROE) Opportunity Set (IOS) berpengaruh negatif dan = Market to Book Value signifikan terhadap nilai of Equity (MBVE) perusahaan. - Nilai Perusahaan = - Investment Opportunity Set Tobins Q (IOS) berpengaruh positif dan signifikan terhadap nilai perusahaan. - Penulis menggunakan variabel keputusan investasi, keputusan pendanaan dan profitabilitas terhadap nilai perusahaan. . - Pada indikator penelitian penulis menggunakan MBVE untuk keputusan investasi, ROE untuk profitabilitas, DER keputusan pendanaan dan PER untuk indikator nilai perusahaan. - Subjek penelitian penulis dilakukan pada sektor property and real estate yang terdaftar di BEI tahun 2012 -2014. 16 50 4 5 Pengaruh Kebijakan Dividen, Keputusan Investasi dan Profitabilitas Terhadap Nilai Perusahaan pada Sektor Pertambangan yang Go Public di BEI periode 20072011. (Fajar Nur Sahid, 2013) - Kebijakan Dividen = DPR ( Dividend Payout Ratio) - Keputusan Investasi = Total Asset Growth - Profitabilitas = ROI (Return on Investment) - Nilai Perusahaan = PBV (Price Book Value) - Kebijakan dividen berpengaruh terhadap nilai perusahaan. - Keputusan Investasi tidak berpengaruh terhadap nilai perusahan. - Profitabilitas berpengaruh terhadap nilai perusahaan. - Kebijakan dividen, keputusan investasi dan profitabilitas memiliki pengaruh yang signifikan terhadap nilai perusahaan. Pengaruh Keputusan Investasi, Keputusan Pendanaan dan Kebijakan Dividen Terhadap Nilai Perusahaan Sub Sektor Pertambangan Batu Bara yang terdaftar di BEI pada tahun 2009-2013. (Siti Rahmah Purnamasari, 2015) - Keputusan Investasi = MBVE ( Market to Book Value of Equity) - Keputusan Pendanaan = DAR (Debt to Assets Ratio) - Kebijakan Dividen = DPR (Dividend Payout Ratio) - Nilai Perusahaan = PER (Price Earning Ratio) - Keputusan investasi berpengaruh positif signifikan terhadap nilai perusahaan. - Keputusan pendanaan tidak berpengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan. - Kebijakan dividen tidak berpengaruh sigifikan terhadap nilai perusahaan. - Keputusan investasi, keputusan pendanaan dan kebijakan dividen secara simultan berpengaruh terhadap nilai perusahaan. - Penulis mengganti variabel kebijakan dividen menjadi variabel keputusan pendanaan. - Pada indikator penelitian penulis menggunakan MBVE untuk keputusan investasi, DER untuk keputusan pendanaan, ROE untuk profitabilitas dan PER untuk nilai perusahaan. - Subjek penelitian penulis dilakukan pada sektor property and real estate yang terdaftar di BEI tahun 2012 -2014. - Penulis mengganti variabel kebijakan dividen menjadi variabel profitabilitas. - Pada indikator penelitian penulis menggunakan DER untuk keputusan pendanaan dan ROE untuk profitabilitas. - Subjek penelitian penulis dilakukan pada sektor property and real estate yang terdaftar di BEI tahun 2012 -2014. 17 48 51 Effect of Managerial Ownership, Financial Leverage, Profitability, Firm Size and Investment Opportunity on Dividend Policy and Firm Value. (Dwita Ayu Rizqia, Siti Aisjah, Sumiati, 2013) 6 Variabel Independen: - Managerial Ownership = Mown (Number of shares owned by commissioners and directors: Total common shares outstanding) - Financial Leverage = DAR (Debt to Assets Ratio) - Profitability = ROA (Return on Assets) - Firm Size = Total Assets - Investment Opportunity = CAPX / A = [(book value of fixed assets t + book value of fixed assets t1) : Total assets] Variabel Dependen: - Dividend Policy = DPR (Dividend Payout Ratio) - Firm Value = Tobin's Q - Managerial ownership and investment opportunity negatively effect on dividend policy. Meanwhile, financial leverage, profitability and firm size did not effect on dividend policy. - Managerial ownership, financial leverage, profitability, firm size, investment opportunity and dividend policy has a positive effect on firm value. This shows that increase or decrease in value of managerial ownership, financial leverage, profitability, firm size, investment opportunity and dividend policy can changes firm value of manufacturing companies listed on Indonesia Stock Exchange. - Pada variabel penelitian penulis tidak menggunakan variabel Managerial Ownership dan Firm Size. Dan hanya Firm Value yang digunakan sebagai variabel dependen. - Pada indikator penelitian penulis menggunakan MBVE untuk keputusan investasi, keputusan pendanaan menggunakan DER, ROE untuk profitabilitas dan PER untuk indikator nilai perusahaan. - Subjek penelitian terdahulu dilakukan pada manufacturing companies listed on Indonesia Stock Exchange periode 2006-2011, sedangkan subjek penelitian penulis dilakukan pada sektor property and real estate yang terdaftar di BEI tahun 2012-2014. 18 52 The Impact of Financial Structure, Financial Leverage and Profitability on Industrial Companies Shares Value (Applied Study on a Sample of Saudi Industrial Companies). (Dr. Abdallah Barakat, 2014) - Financial Structure = Liabilities - Financial Leverage = Debt Ratio - Profitability = ROE - Stock Price = Stock market price 7 Sumber: Penelitian terdahulu (2012-2015) - There is a statistically significant direct relationship between two independent variables: the return on equity and capital structure and the dependent variable represented by market stock price. - There is a positive relationship between capital structure and return on equity upon multiple regression analysis, it was shown that the strongest relationship was between capital structure and dependent variable (company's stock value). - There is a clear impact of financial structure and return on equity on company's value through investigating these variables the financial analyst can predict company future value. - Pada variabel penelitian penulis tidak menggunakan variabel financial structure. Penulis menggunakan variabel independen keputusan investasi, keputusan pendanaan dan profitabilitas. Untuk variabel dependen yaitu nilai perusahaan. - Pada indikator penelitian penulis menggunakan MBVE untuk keputusan investasi, keputusan pendanaan menggunakan DER , ROE untuk profitabilitas dan PER untuk indikator nilai perusahaan. - Subjek penelitian terdahulu dilakukan pada Sample of Saudi Industrial Companies periode 20092012, sedangkan subjek penelitian penulis dilakukan pada sektor property and real estate yang terdaftar di BEI tahun 2012-2014. 14 53 2.6 Kerangka Pemikiran 2.6.1 Pengaruh Keputusan Investasi Terhadap Nilai Perusahaan Keputusan investasi merupakan keputusan yang menyangkut mengenai menanamkan modal dimasa sekarang untuk mendapatkan hasil atau keuntungan di masa yang akan datang. Penelitian Haruman (2007: 15) menemukan bahwa investasi yang tinggi yang dilakukan perusahaan, maka akan meningkatkan nilai perusahaan. Investasi yang tinggi merupakan sinyal pertumbuhan pendapatan perusahaan di masa yang akan datang. Sinyal tersebut akan dianggap sebagai good news yang nantinya akan mempengaruhi persepsi investor terhadap kinerja perusahaan yang akhirnya akan mempengaruhi nilai perusahaan. Hal tersebut didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Wahyuni, Ernawati dan Muhardi (2013), Purnamasari (2015) serta hasil penelitian Febriani (2014), yang menunjukkan bahwa keputusan investasi berpengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan. 2.6.2 Pengaruh Keputusan Pendanaan Terhadap Nilai Perusahaan Keputusan pendanaan dapat diartikan sebagai keputusan yang menyangkut struktur keuangan perusahaan. Struktur keuangan perusahaan merupakan komposisi dari keputusan pendanaan yang meliputi hutang jangka pendek, hutang jangka panjang dan modal sendiri. Setiap perusahaan akan mengharapkan adanya struktur modal optimal, yaitu struktur modal yang dapat memaksimalkan nilai perusahaan (Fenandar dan Surya, 2012). Menurut teory trade off menyatakan bahwa penggunaan hutang akan meningkatkan nilai 15 54 perusahaan tapi hanya sampai titik tertentu. Setelah titik tersebut, penggunaan hutang justru akan menurunkan nilai perusahaan karena kenaikan keuntungan dari penggunaan hutang tidak sebanding dengan kenaikan biaya financial distress (Atmaja, 2003). Hasil penelitian Wijaya dan Bandi (2010: 17) serta Febriani (2014) memberikan konfirmasi empiris bahwa keputusan pendanaan berpengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan. Keputusan pendanaan tersebut adalah menggunakan pendanaan melalui ekuitas yang lebih banyak daripada menggunakan pendanaan melalui hutang karena dengan mengunakan pendanaan melalui ekuitas lebih banyak dapat meningkatkan nilai perusahaan. 2.6.3 Pengaruh Profitabilitas Terhadap Nilai Perusahaan Kinerja keuangan yang baik dapat dijadikan sebagai salah satu pedoman bagi investor sebagai dasar analisis investasinya. Salah satunya adalah melalui analisis rasio profitabilitas yang dapat menunjukkan efisiensi dan efektifitas pengelolaan investasi oleh perusahaan dan kemampuannya untuk mengahasilkan laba, maka harga saham akan mengalami kenaikan pula, dan akan mempengaruhi nilai perusahaan (Fahrizal, 2013: 41). Dengan rasio profitabilitas yang tinggi akan menarik minat para investor untuk menanamkan modalnya di perusahaan. Semakin diminatinya saham perusahaan tersebut oleh para investor akan mengakibatkan nilai perusahaan tersebut akan meningkat (Sofyaningsih dan Hardiningsih, 2011). Menurut Wijaya dan Hadianto (2008) menyatakan bahwa semakin tinggi profitabilitas, memungkinkan perusahaan memperoleh peringkat yang semakin tinggi pula (nilai perusahaan). Penelitian yang dilakukan oleh Sahid 16 55 (2013), Kusumawardani (2010) dan Fahrizal (2013) menunjukkan bahwa profitabilitas berpengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan, yang bermakna perusahaan akan mempunyai kemampuan untuk membagikan dividen yang cukup tinggi sehingga dapat meningkatkan kepercayaan investor terhadap nilai perusahaan. 2.6.4 Pengaruh Keputusan Investasi, Keputusan Pendanaan, dan Profitabilitas Terhadap Nilai Perusahaan Peran manajer keuangan menjadi sangat penting dalam suatu perusahaan dikarenakan tugasnya dapat mempengaruhi keadaan nilai perusahaan. Tugas dari manajer keuangan menyangkut kegiatan perencanaan, analisis dan mengendalikan kegiatan keuangan. Banyak keputusan yang harus diambil oleh manajer keuangan dari berbagai kegiatan yang harus dijalankan mereka. Tugas pokok manajer keuangan diarahkan untuk meningkatkan nilai perusahaan. Nilai perusahaan dapat dilihat dari harga saham. Tinggi rendahnya nilai perusahaan ini tentu tidak terlepas dari berbagai faktor yang mempengaruhinya. Faktor-faktor tersebut termasuk didalamnya adalah fungsi keuangan seperti keputusan investasi, keputusan pendanaan dan ditambahkan pula dengan tingkat keuntungan atau sering disebut dengan profitabilitas (Wahyuni dalam Sahid, 2013). Nilai perusahaan semata-mata ditentukan oleh keputusan investasi. Manajer perusahaan akan mencari dan menganalisa berbagai macam pilihan investasi yang nantinya akan digunakan untuk meningkatkan nilai perusahaan. Maka dengan kata lain hal ini akan menjadikan sinyal positif terhadap para 17 56 investor sehingga menanamkan modalanya pada perusahaan (Fama dalam Pramesti dan Joni, 2014). Keputusan pendanaan sering disebut juga sebagai kebijakan struktur modal. Pada keputusan ini manajer keuangan dituntut untuk mempertimbangkan dan menganalisis kombinasi dan sumber-sumber dana yang ekonomis bagi perusahaan guna mendanai kebutuhan-kebutuhan investasi serta usahanya. Oleh karena itu, salah satu tugas manajer keuangan adalah menentukan kebijakan pendanaan yang dapat memaksimalkan harga saham yang merupakan cerminan dari suatu nilai perusahaan (Harmono, 2011: 137). Dalam jurnal penelitian Haryanto dan Sugiharto (2003) mengatakan bahwa profitabilitas perusahaan adalah salah satu cara untuk menilai secara tepat sejauh mana tingkat pengembalian yang akan didapat dari aktivitas investasinya. Jika kondisi perusahaan dikategorikan menguntungkan atau menjanjikan keuntungan di masa mendatang maka banyak investor yang akan menanamkan dananya untuk membeli saham perusahaan tersebut. Hal tersebut didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Wahyuni, Ernawati dan Muhardi (2013: 14) dan Fitriana (2014) yang menyatakan bahwa secara simultan keputusan investasi, keputusan pendanaan dan profitabilitas berpengaruh secara signifikan terhadap nilai perusahaan. Dari penjelasan yang telah dibahas, maka kerangka pemikirian penelitian ini dituangkan dalam bagan berikut: 18 57 Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran Keputusan Investasi (X1) Keputusan Pendanaan Nilai Perusahaan (Y) (X2) Profitabilitas (X3) Keterangan : = Secara Simultan = Secara Parsial 2.6.5 Pengujian Hipotesis Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini merupakan pernyataan singkat mengenai hasil yang disimpulkan dari tinjauan pustaka dan merupakan uraian sementara dari permasalahan yang perlu diujikan kembali. Suatu hipotesis akan diterima jika hasil analisis data empiris membuktikan bahwa hipotesis tersebut benar, begitu juga sebaliknya. Berdasarkan teori-teori serta berbagai penelitian yang dilakukan sebelumnya, hipotesis yang dapat dikembangkan sebagai berikut: 19 58 Ha1: Keputusan investasi berpengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan. Ha2: Keputusan pendanaan berpengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan. Ha3: Profitabilitas berpengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan. Ha4: Keputusan investasi, Keputusan pendanaan, berpengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan. dan Profitabilitas