Bab 2 - Widyatama Repository

advertisement
BAB II
TINJUAN PUSTAKA
2.1
Manajemen
2.1.1 Pengertian Manajemen
Manajemen berperan dalam mengkombinasikan faktor-faktor produksi,
proses manajemen terdiri dari kegiatan-kegiatan utama yang disebut dengan
fungsi-fungsi manajemen. Fungsi manajemen yang dimaksud adalah fungsi
perencanaan, fungsi pengorganisasian, fungsi pengarahan, dan fungsi pengawasan
atau pengendalian.
Pengertian manajemen banyak dikemukakan oleh para ahli dengan berbagai
definisi yang mempunyai ragam penekanan yang berbeda. Hal ini disebabkan
karena manajemen merupakan cabang dari ilmu sosial, sehingga batasan yang
diberikan sangat tergantung pada sudut pandang para pembuat definisi tersebut.
Menurut Stoner dan Freeman (2000:10) mengatakan:
Manajemen adalah suatu proses perencanaan, pengorganisasian,
kepemimpinan, dan pengendalian upaya anggota organisasi dan
proses penggunaan semua lain-lain sumber daya organisasi untuk
tercapainya tujuan organisasi yang telah ditetapkan .
Menurut Hasibuan (2002:2) mengatakan:
Manajemen adalah ilmu dan seni mengatur pemanfaatan sumber
daya manusia dan sumber-sumber daya lainnya secara efektif dan
efesien untuk mencapai suatu tujuan tertentu .
Dari definisi diatas penulis dapat menarik kesimpulan bahwa :
Manajemen
adalah
proses
perencanaan,
pengorganisasian,
kepemimpinan, pengarahan dan pengawasan kegiatan-kegiatan dalam
suatu organisasi tersebut melalui perantara orang-orang .
2.2
Manajemen sumber daya manusia (MSDM)
2.2.1 Pengertian Manajemen Sumber Daya Manusia
Manajemen sumber daya manusia mempunyai perencanaan tersendiri dan
perencanaannya sangat penting karena sumber daya manusialah penggerak
sumber daya lainnya. Selain itu sumber daya manusia, sumber daya sebagai
mahluk hidup yang mempunyai perasaan, kebutuhan dan tujuan yang berbeda satu
sama lainnya.
Manajemen sumber daya manusia merupakan bidang manajemen yang
berusaha untuk mengatasi setiap permasalahan perusahaan yang menyangkut
karyawan yang ada diperusahaan dan berusaha agar semua tenaga kerja yang ada
tersebut mengembangkan prestasi secara maksimal, baik secara individu maupun
kelompok.
Tujuan yang paling penting dari manajemen sumber daya ini yaitu
memeperoleh dan menempatkan orang-orang yang berkualitas sesuai dengan
keahliannya, sehingga dicapai the right main in the right place yang merupakan
salah satu syarat pokok didalam perusahaan untuk mencapai keberhasilan.
Jadi jelas manajemen sumber daya manusia menitik beratkan pada soal
kepegawaian atau personalia dalam suatu organisasi tertentu dengan kata lain
bahwa manajemen sumber daya manusia membahas masalah personalia yang
berkaitan dengan perusahaan sehingga dapat dicapai efektivitas dan efesiensi
pemanfaatan tenaga kerja sebagai sumber daya yang terbatas.
Pengertian manajemen sumber daya manusia di uraikan sebagai berikut:
Menurut Mangkunegara (2000:2) menyatakan:
Manajemen sumber daya manusia merupakan suatu
pengorganisasian, pengkoordinasian, pelaksanaan, dan
terhadap pengadaan, pengembangan, pemberian
pengingtegrasian, pemeliharaan, dan pemisahan tenaga
rangka mencapai tujuan organisasi
perencanan,
pengawasan
balas jasa,
kerja dalam
Adapun definisi yang ditulis oleh B.Flippo (1999:5) Mengatakan bahwa:
Manajemen personalia adalah perencanaan, pengorganisasian,
pengarahan, pengendalian dari pengadaan, pengembangan,
kompensasi, pengintegrasian, pemeliharaan, dan pemberhentian
karyawan dengan maksud terwujudnya tujuan perusahaan, individu
karyawan dan masyarakat
Dari pernyataan di atas penyusun menyimpulkan tak ada perbedan yang
prinsipil diantara mereka, umumnya mereka berpendapat fokus manajemen
sumber daya manusia adalah manusia sebagai tenaga kerja menurut fungsi-fungsi
manajemen (perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, pengawasan) agar
efektif dan efesien dalam mewujudkan tujuan perusahaan, karyawan dan
masyarakat.
Manajemen sumber daya manusia akan menunjukan bagaimana
seharusnya perusahaan mengembangkan, mengelola, menggunakan, dan
memelihara karyawan dalam jumlah kualitas yang tepat, oleh karena itulah
manajemen sumber daya manusia sangat penting peranannya dalam organisasi.
Dengan demikian menurut: P. Siagian (2002:48) faktor-faktor yang dapat
mempengaruhi perencanaan sumber daya manusia ada dua yaitu faktor yang
berasal dari luar organisasi itu sendiri (eksternal) maupun faktor yang berasal dari
lingkungan organisasi (Internal) :
a. Faktor Eksternal
Yang dimaksud dengan faktor-faktor eksternal adalah berbagai hal yang
pertumbuhan dan perkembangannya berada diluar kemampuan organisasi
untuk mengendalikannya. Adapun yang tergolong kepada faktor eksternal
yaitu:
1 Situasi ekonomi
2 Sosial dan budaya
3 Politik
4 Peraturan Undang-undang
5 Teknologi
6 Persaingan
b. Faktor Internal
Yang dimaksud dengan faktor-faktor internal adalah berbagai kendala
yang terdapat didalam organisasi itu sendiri adapun foktor internal itu
yaitu :
1 Rencana strategik
2 Anggaran
3 Estimasi produksi dan penjualan
4 Usaha dan kegiatan baru
5 Rencana organisasi dan tugas pekerjaan
2.2.2 Fungsi Operasional Manajemen Sumber daya Manusia
Untuk dapat memperoleh g ambaran yang lebih jelas mengenai bidang
kegiatan manajemen sumber daya manusia, penulis akan menguraikan fungsifungsi manajemen sumber daya manusia menurut B. Flipo (1999:5-7)
1. Fungsi manajemen
a) Perencanaan (Planning)
Bagi manajer yang efektif menyadari bahwa bagiian terbesar dari waktu
mereka harus disediakan untuk perencanaan. Perencanaan berarti
penentuan program personalia yang akan membantu tercapainya sasaran
yang telah disusun untuk perusahaan
b) Pengorganisasian (Organizing)
Organisasi adalah alat untuk mencapai tujuan. Jika telah ditentukan bahwa
fungsi-fungsi personalia tertentu akan membantu ke arah tercapainya
sasaran perusahaan, maka manajer personalia haruslah membentuk
organisasi dengan merancang susunan dari pada berbagai hubungan antara
jabatan, personalia dan faktor-faktor fisik.
c) Pengarahan (Directing)
Paling tidak dalam teori, kita sekarang mempunyai rencana dan organisasi
untuk melaksanakan fungsi tersebut. Mungkin nampak fungsi logis
berikutnya adalah fungsi operasi yakni melakukan pekerjaan.
d) Pengendalian (Controlling)
Pengendalian adalah fungsi manajerial yg berhubungan dengan pengaturan
kegiatan agar sesuai dengan rencana personalia yang sebelumnya telah
dirumuskan berdasarkan analisis terhadap sasaran dasar organisasi.
2. Fungsi operasional
a) Pengadaan (Procourement)
Hal-hal yang dilakukan dalam kaitan ini adalah penentuan sumber daya
manusia yang dibutuhkan dan perekrutannya, seleksi, dan penempatan.
b) Pengembangan (Development)
Pengembangan merupakan peningkatan ketrampilan melalui pelatihan
yang perlu untuk prestasi kerja yang tepat. Ini merupakan kegiatan yang
sangat penting dan akan terus berkembang karena perubahan-perubahan
teknologi, reorganisasi pekerjaan, tugas manajemen yang semakin rumit.
c) Kompensasi (Competition)
Fungsi ini dirumuskan sebagai balas jasa yang memadai dan layak kepada
personalia untuk sumbangan mereka kepada tujuan organisasi.Integrasi
d) Integrasi (Integration)
Integrasi merupakan usaha untuk menghasilkan usaha untuk menghasilkan
rekonsiliasi (kecocokan) yang layak atas kepentingan-kepentingan
perorangan (individu), masyarakat, dan organisasi.
e) Pemeliharaan (Maintenance)
Pemeliharaan adalah kegiatan pemelihara kebutuhan sumber daya manusia
yang dimiliki. Wujud dari hasil pemeliharaan sumber daya ini akan
membuat angkatan kerja memiliki kemauan dan mampu untuk bekerja.
f) Pemutusaan hubungan kerja (Separation)
Jika fungsi pertama manajemen personalia adalah untuk mendapatkan
karyawan, adalah logis bahwa fungsi terakhir adalah untuk memutuskan
hubungan kerja dan mengembalikan orang-orang tersebut kepada
masyarakat. Organisasi bertanggung jawab untuk melaksanakan proses
pemutusan kerja sesuai dengan persyaratan-persyaratan yang telah
ditentukan dan menjamin bahwa warga masyarakat.
Dari uraian diatas kita dapat mengetahui secara jelas pengertian dan fungsi
manajemen sumber daya manusia (MSDM), dimana seluruh kegiatan melakukan
fungsi manajemen sumber daya manusia tersebut untuk mewujudkan sasaran
pokok manajemen sumber daya manusia, yaitu mendaya gunakan secara optimal
sumber daya manusia didalam organisasi.
Manajemen sumber daya manusia tidak hanya memperhatikan kegiatan
perusahaan tetapi juga memperhatikan kebutuhan para karyawan dan tuntutan
masyarakat luas. Peranan manajemen sumber daya manusia adalah
memperhatikan ketiga kekuatan utama, yaitu perusahaan, karyawan, dan
masyarakat menuju tercapainya efektivitas organisasi. Dengan kata lain seorang
manajer sumber daya manusia dituntut untuk mampu mengelola sumber daya
manusia yang dimiliki perusahaan, agar terbentuk sumber daya yang bermutu dan
agar mampu untuk mengelola sumber daya manusia yang dimiliki, seorang
manajer sumber daya manusia melaksanakan fungsi-fungsi manajemen sumber
daya manusia, merupakan tugas utama yang harus dilaksanakan dalam
menyelenggarakan seluruh aktivitas pengelolaan sumber daya manusia.
Dari uraian diatas kita dapat mengetahui secara jelas pengertian dan fungsi
manajemen sumber daya manusia (MSDM), dimana seluruh kegiatan melakukan
fungsi manajemen sumber daya manusia tersebut untuk mewujudkan sasaran
pokok manajemen sumber daya manusia, yaitu mendaya gunakan secara optimal
sumber daya manusia didalam organisasi. Manajemen sumber daya manusia tidak
hanya memperhatikan kegiatan perusahaan tetapi juga memperhatikan kebutuhan
para karyawan dan tuntutan masyarakat luas. Peranan manajemen sumber daya
manusia adalah memperhatikan ketiga kekuatan utama, yaitu perusahaan,
karyawan, dan masyarakat menuju tercapainya efektivitas organisasi.
Dengan kata lain seorang manajer sumber daya manusia dituntut untuk mampu
mengelola sumber daya manusia yang dimiliki perusahaan, agar terbentuk sumber
daya yang bermutu dan agar mampu untuk mengelola sumber daya manusia yang
dimiliki, seorang manajer sumber daya manusia melaksanakan fungsi-fungsi
manajemen sumber daya manusia, merupakan tugas utama yang harus
dilaksanakan dalam menyelenggarakan seluruh aktivitas pengelolaan sumber daya
manusia.
2.3
Kompensasi
2.3.1 Pengertian kompensasi
Kompensasi yang meliputi pembayaran uang tunai secara lengsung, imbalan
tidak langsung dalam bentuk benefit dan pelayanan (jasa), dan insentif untuk
memotivasi karyawan agar tingkat produktivitas yang lebih tinggi adalah
komponen yang sangat menentukan dalam hubungan kerja. Jika dikelola dengan
tepat, kompensasi dapat membantu organisasi dalam mencapai tujuannya,
mendapatkan, memelihara dan mempertahankan pekerjaan-pekerjaan yang
produktif.Untuk memperoleh gambaran kompensasi yang lebih jelas berikut ini
disampaikan beberapa definisi dari para ahli:
Menurut Marwansyah dan Mukaram (2000 : 127),
Kompensasi merupakan penghargaan /imbalan langsung maupun
tidak langsung, finansial maupun non finansial, sebagai balas jasa
kontribusi mereka terhadap pencapaiaan tujuan organisasi
Sedangkan menurut Hasibuan (2002 : 118),
Kompensasi adalah merupakan semua pendapatan yang berbentuk
uang, barang, langsung atau tidak langsung yang diterima karyawan
sebagai imbalan atas jasa yang diberikan kepada perusahaan .
Lebih lanjut Hasibuan (2002 : 118), mengelompokkan kompensasi
kedalam dua bentuk umum, yaitu :
a) Kompensasi langsung (direct compensation) berupa gaji, upah dan upah
insentif.
b) Kompensasi tidak langsung (Inderect compensation atau Employee
Welfare atau kesejahteraan karyawan) berupa program kesejahteraan
sosial, program jaminan sosial dan program pelayanan karyawan, seperti
tunjangan kesehatan, asuransi dan fasilitas kantor (rumah dinas, mobil
dinas).
Penjelasan :
a) Gaji adalah balas jasa yang dibayarkan kepada pekerja secara periodik
yang tetap serta mempunyai jaminan pasti.
b) Upah adalah balas jasa yang dibayarkan kepada pakerja harian dengan
berpedoman atas perjanjian yang disepakati membayarnya.
c) Upah Insentif adalah balas jasa yang diberikan kepada karyawan tertentu
dikarenakan prestasinya diatas prestasi standar.
Menurut Mondy dan Noe, yang dikutip oleh Marwansah dan Mukaram (2000 :
130) membagi kompensasi sebagai berikut :
1. Kompensasi Finansial
Kompensasi finansial terbagi lagi menjadi dua macam yaitu :
a) Kompensasi finansial langsung, terdiri atas pembayaran yang diterima
oleh seseorang berbentuk gaji/upah, gaji, bonus, dan komisi.
b) Kompensasi finansial tidak langsung meliputi semua balas jasa
finansial yang tidak termasuk kedalam kompensasi finansial langsung
seperti tunjangan-tunjangan, asuransi, bantuan sosial karyawan, dan
sebagainya.
2 Kompensasi Non finansial
Terdiri atas berbagai bentuk kepuasan yang diterima seseorang dari
pekerjaan yang diterima seseorang dari pekerjaan itu sendiri, atau berupa
lingkungan psikologis dan/atau lingkungan fisik tempat seseorang itu
bekerja. Kepuasan yang berasal dari pekerjaan misalnya tugas-tugas yang
menarik, tantangan, tanggung jawab, peluang untuk mengenbangkan diri.
Kepuasan yang berasal dari lingkungan kerja misalnya rekan-rekan yang
menyenangkan, atasan yang kompeten, dan kondisi kerja yang nyaman.
2.3.2 Fungsi dan Tujuan Pemberian Kompensasi
Suatu cara perusahaan meningkatkan prestasi kerja, motivasi dan kepuasan
kerja karyawan, masalah kompensasi mungkin merupakan fungsi manajemen
yang paling sulit dan membingungkan. Tidak hanya karena pemberian
kompensasi merupakan salah satu tugas yang paling kompleks tetapi juga salah
satu aspek yang paling berarti bagi karyawan. Balas jasa yang diberikan karyawan
pasti memiliki fungsi dan tujuan tertentu.
Menurut Soeprihanto yang dikutip oleh Martoyo (2000 : 128-129), fungsi
pemberian kompensasi antara lain :
1 Pengalokasian sumber daya secara efisien.
Fungsi ini menunjukkan bahwa pemberian kompensasi yang cukup baik
pada karyawan yang berprestasi baik, akan mendorong para karyawan
untuk bekerja dengan lebih baik, kearah pekerjaan-pekerjaan yang lebih
produktif. Dengan kata lain ada kecenderungan para karyawan dapat
bergeser atau berpindah dari tempat kerja yang kompensasinya rendah
ketempat kerja yang kompensasinya tinggi dengan cara menunjukkan
prestasi kerja yang lebih baik.
2 Penggunaan sumber daya manusia secara lebih efisien dan efektif.
Dengan memberikan kompensasi yang tinggi kepada seorang karyawan
mengandung implikasi bahwa organisasi akan menggunakan tenaga
karyawan tersebut dengan seefektif dan seefisien mungkin. Sebab dengan
cara demikian organisasi yang bersangkutan akan memperoleh manfaat
dan/atau keuntungan yang semaksimal mungkin. Disinilah produktivitas
karyawan sangat menentukan.
3 Mendorong stabilitas dan pertumbuhan ekonomi.
Sebagai akibat alokasi dan penggunaan sumber daya manusia dalam
organisasi yang bersangkutan secara efektif dan efisien tersebut maka
diharapkan sistem pemberian kompensasi tersebut secara langsung dapat
membantu stabilisasi organisasi, dan secara tidak langsung ikut andil
dalam mendorong stabilisasi dan pertumbuhan ekonomi negara secara
keseluruhan.
Sedangkan tujuan dari pemberian kompensasi menurut Hasibuan (2002:
138), antara lain :
1. Ikatan kerja sama
Dengan memberikan kompensasi maka terjalinlah ikatan kerja sama
majikan dengan karyawannya. Dimana karyawan harus menyediakan
tugas-tugasnya dengan baik, pengusaha/majikan wajib membayar
kompensasi itu sesuai dengan perjanjian yang telah disepakati bersama.
e) Kepuasan Kerja
Dengan balas jasa, karyawan dapat memenuhi kebutuhan-kebutuhannya
seperti kebutuhan fisik, status, sosial, egoistiknya sehingga ia memperoleh
kepuasan dari hasil jabatannya itu.
f) Pengadaan efektif
Jika program kompensasi ditetapkan cukup besar, maka pengadaan
karyawan ang Qualilified untuk perusahaan itu akan lebih mudah.
g) Motivasi
Jika balas jasa yang diberikan cukup besar, menejer akan lebih mudah
memotivasi bawahannya.
h) Disiplin
Dengan pemberian balas jasa yang cukup besar maka disiplin karyawan
semakin baik. Maka mereka akan menyadari dan menaati peraturanpereturan yang berlaku.
i) Stabilitas karyawan
Program kompensasi atas prinsip adil dan layak maka stabilitas karyawan
lebih terjamin karena turn over relatif kecil.
7 Pengaruh serikat buruh
Dengan program kompensasi yang baik pengaruh serikat buruh dapat
dihindarkan dan karyawan akan berkonsentrasi pada pekerjaan masingmasing.
8 Pengaruh pemerintah
Jika program ini sesuai dengan undang-undang perburuhan yang berlaku
seperti batas gaji/upah minimum maka intervensi pemerintah dapat
terhindar.
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa pemberian balas jasa ini
hendaknya memberikan kepuasan pada semua pihak. Baik pihak karyawan,
pengusaha, pemerintah dan konsumen. Fungsi dan tujuan pemberian kompensasi
diatas bukan merupakan aturan-aturan, tetapi lebih sebagai pedoman-pedoman.
Semakin padu dengan pedoman-pedoman itu maka pemberian kompensasi itu
akan semakin efektif.
2.3.3 Tantangan-tantangan yang Mempengaruhi Kebijakan Kompensasi
Penentuan besarnya kompensasi dipengaruhi oleh beberapa tantangan,
menurut Handoko (2000 : 158) ada tujuh faktor yang mempengaruhi kebijakan
kompensasi, yaitu :
1 Suplai dan permintaan tenaga kerja
Beberapa jenis pekerjaan mungkin harus dibayar lebih tinggi dari pada
yang ditunjukkan oleh nilai relatifnya karena desakan kondisi pasar.
2 Serikat karyawan
Lemah atau kuatnya serikat karyawan mencerminkan kemampuan
organisasi karyawan tersebut untuk menguatkan kuatnya pengaruh mereka
pada penentuan tingkat kompensasi. Semakin kuat kekuatan serikat berarti
semakin kuat posisi perundingan karyawan dalam penetapan tingkat
gaji/upah mereka.
3 Produktivitas
Perusahaan harus memperoleh laba dalam melanjutkan kelangsungan
hidup dan tumbuh. Tanpa hal ini, perusahaan tidak akan bisa lagi bersaing.
Oleh karena itu perusahaan tidak dapat lagi membeyar para karyawannya
melebihi kontribusi mereka pada karyawannya melalui produktifitas
mereka. Bila hal ini terjadi (Bisa karena kelangkaan atau kekuatan serikat
karyawan), perusahaan biasanya merancang kembali pekerjaan-pekerjaan,
melatih karyawan baru untuk menaikkan suplai, atau melakukan
otomatisasi.
4 Kesediaan untuk membayar
Bukan merupakan satu pernyataan yang berlebihan bahwa perusahaan
sebenarnya ingin membayar kompensasi secara adil dan layak. Oleh
karena itu, perusahaan juga merasa para karyawan seharusnya melakukan
pekerjaan sesuai dengan gaji/upah yng mereka terima. Manajemen perlu
menolong para karyawan untuk meningkatkan produktivitas mereka agar
kompensasi lebih tinggi dapat dibayar.
5 Kemampuan untuk membayar
Tanpa memperhatikan semua faktor lainnya, dalam jangka panjang,
realisasi pemberian kompensasi tergantung pada kemampuan membayar
perusahaan. Seperti telah disebutkan diatas, kemampuan membeyar
tergantung pada pendapatan dan laba yang diraih, dimana hal ini
dipengaruhi oleh produktivitas karyawan yang tercermin dalam biaya
tenaga kerja.
6 Berbagai kebijaksanaan penggaji/upahan dan penggajian
Hampir semua organisasi mempunyai kebijaksanaan-kebijaksanaan yang
mempengaruhi penggaji/upahan dan penggajian. Salah satu kebijaksanaan
yang umumnya adalah memberikan kenaikan gaji/upah, yang sama
besarnya kepada para karyawan anggota serikat buruh maupun karyawan
yang bukan anggota serikat buruh. Banyak perusahaan yang mempunyai
kebijaksanaan pembayaraan bonus (premium) diatas diatas gaji/upah dasar
untuk meminimumkan perputaran karywan atau untuk menarik para
karyawan terbaik. Perusahaan-perusahaan lain mungkin juga menetapkan
kenaikan kompensasi secara otomatis bila indeks biaya hidup naik.
7 Kendala kendala pemerintah
Tekanan-tekanan eksternal dari pemerintah dengan segala peraturannya
mempengaruhi penetapan kompensasi perusahaan. Peraturan gaji/upah
minimum, gaji/upah kerja lembur, dan pembatas umur untuk tenaga kerja
anak-anak, merupakan beberapa contoh kendala kebijaksanaan
kompensasi yang berasal dari pemerintah.
Didalam pemberian balas jasa harus memperlihatkan prinsip keadilan
dalam menetapkan kompensasinya. Bila seorang karyawan menerima kompensasi
dari perusahaan, keadilan bukan berarti bahwa segala sesuatu dibagi sama rata.
Keadilan harus dihubungkan dengan pengorbanan (input) dengan penghasilan
(output).
2.4 Semangat Kerja
2.4.1 Pengertian Semangat Kerja
Setiap perusahaan menginginkan agar setiap karyawan memiliki semangat
kerja yang tinggi, semangat kerja ini di butuhkan agar aktivitas-aktivitas
perusahaan dalam mencapai tujuan dapat berjalan lancar. Semangat kerja
merupakan suatu sifat yang harus dipunyai oleh setiap karyawan sehingga
sehingga pekerjaan yang dikerjakan tidak saja cepat selesai namun mutunya juga
baik, pengertian tentang semangat kerja adalah:
Menurut Nitisemito (1996:160) semangat kerja adalah
Melakukan pekerjaan secara lebih giat. Sehingga dengan demikian
pekerjaan akan dapat diharapkan lebih cepat dan lebah baik .
Menurut Hasibuan (2002:105) semangat kerja adalah
Keinginan dan kesungguh-sungguhan seseorang menjalankan
pekerjaannya dengan baik serta berdisiplin untuk mencapai prestasi
kerja yang maksimal, semangat kerja ini dapat merangsang seseorang
untuk berkarya dan berkreativitas dalam melakukan pekerjaannya .
Dari pendapat di atas ditarik kesimpulan yaitu bahwa semangat kerja adalah:
Suatu kondisi rohani dan jasmani manusia terhadap kerjaan dan
lingkungan sehingga pekerjaannya dapat diselesaikan dengan cepat dan
baik .
2.4.2 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Semangat Kerja
Pada umumnya semangat kerja timbul karena adanya kepuasan karyawan
yang bersangkutan baik materi maupun non materi.
Menerut Nitisemito (1996 : 101), ada beberapa cara untuk meningkatkan
semangat kerja, cara-cara tersebut antara lain :
1 Gaji
Setiap perusahaan seharusnya memberikan gaji yang cukup kepada
karyawannya, pengertian cukup sangat relatif sifatnya oleh karenanya, cukup
disini adalah jumlah yang mampu dibayarkan tanpa menimbulkan kerugian
pada perusahaan, jumlah gaji tersebut akan mampu memberikan semangat dan
kegairah kerja pada karyawan, bahwa yang dimaksud dalam bentuk-bentuk
lain, misal : jatah beras, perawatan kesehatan, fasilitas perumahan dan
sebagainya.
2 Kebutuhan Rohani
Untuk memenuhi kebutuhan rohani perusahaan bukan hanya menyediakan
tempat ibadah tetapi juga perusahaan harus memenuhi kebutuhan
karyawannya untuk dihargai, kebutuhan keikut sertaan, ebutuhan ketentraman
jiwa dan sebagainya.
3 Harga diri karyawan
Banyak cara pemimpin menunjukkan sikap menghargai karyawan. Misalnya,
jika karyawan melakukan kesalahan pemimpin tidak memarahi didepan
umum, sebaliknya jika karyawan berprstasi maka berilah ia penghargaan atau
pujian.
4 Posisi yang tepat
Setiap perusahaan harus mampu menempatkan karyawannya pada posisi yang
tepat, artinya tempatkan mereka pada posisi yang sesuai dengan keterampilan
masing-masing. Ketidak tepatan menempatkan posisi karyawan akan
menyebabkan pekerjaan menjadi kurang lancar dan tidak akan menghasilkan
hasil yang masimal.
5 Kesempatan untuk maju
Semangat kerja akan timbul jika mereka mempunyai harapan untuk maju, jadi
hendaknya perusahaan memberikan kesempatan kepada karyawannya
berikanlah penghargaan yang sesuai dengan prestasinya, penghargaan itu
dapat berupa hadiah, kenaikan gaji, kenaikan pangkat, promosi jabatan.
6 Loyalitas karyawan
Kesetiaan dan loyalitas karyawan terhadap perusahaan dapat menimbulkan
rasa tanggung jawab dan menciptakan semangat kegairahan kerja. Untuk
menciptakan loyalitas karyawan terhadap perusahaan pemimpin harus
mengusahakan agar karyawan merasa senasib dengan perusahaan.
Sedangkan menurut Saydam (2000 : 28), faktor-faktor yang
mempengaruhi keberhasilan dalam pembinaan semangat kerja karyawan adalah :
1 Penerapan super Visi yang baik
Seperti diketahui bahwa para karyawan yang sedang melakukan pekerjaannya
perlu didampingi supervisor, agar pelaksanaan pekerjaan dapat lebih terarah
dan tepat mutu.
2 Kodisi kerja yang menyenangkan
Kondisi kerja yang menyenangkan menjadi dambaan setiap karyawan
karena bekerja bagi sebagian orang bukan hanya mengharapkan
kompensasi yang tinggi, tetapi lebih luas dari itu.
3 Kesempatan untuk berpartisipasi
Kesempatan berpartisipasi artinya adanya kesempatan bagi para karyawan
diikutsertakan dalam setiap kegiatan perusahaan.
4 Hubungan antar manusia yang harmonis
Hubungan antar manusia yang harmonis berarti suatu sistempergaulan
yang orang seorang saling percaya, saling hormat satu sama lain.
5 Adanya aturan main yang jelas
Aturan main yang jelas maksudnya adalah segala peraturan tertulis yang
dikeluarkan perusahaan yang diinformasikan kepada karyawan.
Berdasarkan uraian diatas penulis menyimpulkan bahwa banyak cara
untuk meningkatkan semangat kerja karyawan baik yang bersifat material maupun
non material, dengan demikian karyawan akan bekerja sama dan disiplin untuk
mencapai tujuan bersama tanpa paksaan. Faktor-faktor tersebut diatas
menimbulkan kepuasan dalam bekerja, yang sejalan denganitu menimbulkan
semangat dan gairah kerja. Sedangkan kombinasi cara yang paling tepat
tergantung kepada situasi dan kondisi perusahaan tersebut.
2.4.3 Indikator-indikator Semangat Kerja
Manusia pada dasarnya bekerja agar dapat memenuhi kebutuhan hidupnya,
selain itu manusia mempunyai kebutuhan untuk memdapatkan tempat kerja yang
layak. Tempat kerja yang layak itulah sebagai salah satu penunjang timbulnya
semangat kerja.
Adapun menurut Nitisemito (1996 : 160) beberapa hal yang perlu
diperhatikan dalam menilai semangat kerja adalah:
1. Produktivitas Kerja
Salah satu indikatornya adalah produktivitas, karena produktivitas kerja
adalah suatu perbandingnan antara sejumlah keluaran (output) dengan
sejumlah masukan(input). Dimana variabel input adalah sejumlah tenaga
kerja dan output adalah julah produkyang dihasilkan
produktivitas yang menurun dapat terjadi karena kemalasan, penundaan
pekerjaan, kejenuhan dari karyawa tersebut. Semuanya merupakan indikator
menurunnya semangat dan gairah kerja.
2. Tingkat Absensi
Untuk mengetahui kondisi semangat kerja kita dapat melihat dari tingkat
absensi, absensi merupakan data yang menyangkut disiplin kerja para
karyawan karena dari absensi dapat diketahui beberapa karyawan yang tidak
hadir dengan alasan sakit, izin atau mangkir dalam satu tahun. Apabila
tingkat absensi dari suatu perusahaan rendah, berarti semangat kerja
karyawan meningkat, karena semakin sedikit tingkat tak masuk kerja karena
alasan-alasan tersebut diatas. Perusahaan mencari cara untuk menekan
tingkat absensi ini dari tahun ke tahun, perlu diteliti apa alasan yang paling
sering sehingga karyawa tidak hadir jika karena alasan sakit maka
perusahaan harus memperkatikan kondisi tempat kerja dan menyediakan
fasilitas-fasilitas kesehatan jika mangkir maka perusahaan harus mencari
cara agar karyawan bersemangat kerja salah satunya dengan cara
mengadakan promosi jabatan.
3. Penilaian Prestasi
Penilaian prestasi kerja merupakan penilai terhadap halis suatu kerja
seseorang untuk mengetahui apakah pekerjaan tersebut telah dilaksanakan
sebagaimana mestinya sesuai dengan standar-standar yang telah ditetapkan
4. Disiplin Waktu Kerja
Indikator lain dalam semangat kerja adalah disiplan kerja karena disiplan
kerja menunjukan kehadiran waktu pegawai ditampat kerja pada waktu yang
tepat maka terlihat adanya semangat karja karyawan yang semakin besar.
2.5
Hubungan kompensasi dengan Semangat Kerja
Kompensasi merupakan dorongan atau motivasi yang diberikan kepada
seseorang dalam bentuk uang agar orang tersebut mau bekerja dengan baik,
sedangkan seseorang mau bekerja dengan baik, apabila orang tersebut mempunyai
perasaan senang terhadap pekerjaan yang dilakukannya, dengan kata lain orang
tersebut mempunyai semangat kerja dalam dirinya. Seperti yang dikatakan
Martoyo (2000 : 124), yaitu :
Penggaji/upahan kompensasi dimaksudkan untuk memberikan
gaji/upah atau gaji yang berbeda, tetapi bukan disarkan pada
evaluasi jabatan, namun ditentukan karena perbedaan prestasi
kerja .
Berdasarkan pendapat diatas, kompensasi merupakan hal yang dapat
menimbulkan minat pada karyawan agar cenderung untuk melakukan kegiatan
yang diharapkan oleh manejer atau dengan kata lain, kompensasi merupakan
motif yang didisain untuk meningkatkan semangat kerja karyawan.
Adapun yang menjadi masalah disini, adalah bagaimana untuk
menciptakan semangat kerja tersebut. Apabila seorang pimpinan ingin
menciptakan semangat kerja bagi karyawannya, maka pimpinan harus dapt
memenuhi kebutuhan karyawannya, baik berupa kebutuhan jasmani atau rohani.
Diantara kebutuhan-kebutuhan karyawan tersebut adalah kebutuhan akan
penghargaan atas prestasi yang diberikan perusahaan berupa kompensasi. Walau
bagaimanapun juga, uang dimasa kini masih merupakan alat untuk memotivasi
yang sangat efektif untuk digunakan. Jadi dengan demikian, perusahaan selain
harus dapt memenuhi kebutuhan-kebutuhan karyawan, maka harus juga
memberikan kompensasi, sebab dengan diberikannya kompensasi, karyawan akan
merasa dihargai karena adnya penghargaan atas prestasi mereka yang telah
diberikannya kepada perusahaan tidaklah sia-sia, tetapi mendapat imbalan.
Dengan dihargainya prestasi mereka maka karyawan akan merasa senang
dan bersemangat dalam melakukan pekerjaannya, yang mana apabila karyawan
merasa senang dan bersemangat dalam melakukan perejaan tersebut, maka akan
timbul prestasi kerja baik yang dapat menciptakan produktivitas tinggi.
Jadi dengan melihat pernyataan dan uraian diatas jelaslah bahwa
kompensasi erat sekali kaitannya dengan semangat kerja, karena dengan
diberikannya kompensasi oleh perusahaan, maka semangat kerja karyawan akan
meningkat.
Download