Human Capital - PortalHR.com

advertisement
PortalHR.com adalah portal internet yang mengkhususkan diri pada isu-isu sumber
daya manusia (Human Resource). Portal ini diluncurkan bulan Februari 2007 dan sejak
itu telah menjadi partner para praktisi maupun konsultan HR dalam menjalankan
pekerjaan mereka.
Visi PortalHR.com
Menjadi sumber referensi terpercaya di bidang Sumber Daya Manusia di Indonesia serta turut
mengembangkan bidang Sumber Daya Manusia sebagai bagian penting dalam strategi organisasi.
Content
Kolom
Klinik HR
Klinik HR adalah kanal konsultasi online, merupakan salah satu
menu interaktif yang disediakan PortalHR.com. Klinik HR menjawab
berbagai pertanyaan seputar Hubungan Karyawan, Organisasi &
Kepemimpinan, Compensation & Benefit, HRIS, Rekrutmen & Seleksi,
Outsourcing, dan Karir.
Wajah HR
Kanal ini menampilkan tulisan para pakar sumber daya manusia,
entrepreneur, praktisi dan pemerhati bidang sumber daya manusia,
tentang pandangan mereka mengenai masalah yang berkaitan
dengan sumber daya manusia.
portalMajalah
HR Human Capital
Wajah HR menampilkan profil praktisi-praktisi SDM atau entrepreneur
muda, tentang kiprah, pengalaman dan pandangan mereka tentang
pengelolaan sumber daya manusia di perusahaan.
Berita HR
Info-info terkini di bidang sumber daya manusia disajikan
hangat dalam kanal Berita HR yang meliputi berita di bidang
Rekrutmen, Karir, Organisasi, IT, serta Event sumber daya
manusia. Berita HR di-update setiap saat, mengikuti dinamika
dunia sumber daya manusia.
Event HR
Info event yang berhubungan dengan bidang HR bisa diakses
melalui PortalHR.com. Pengunjung dapat melakukan pendaftaran
secara langsung melalui registrasi online.
PortalHR.com bekerja sama dengan Majalah Human Capital sebagai
media partner. Di kanal Majalah Human Capital ini, artikel-artikel
yang terdapat di Majalah Human Capital, baik edisi terbaru maupun
edisi-edisi sebelumnya, dapat dibaca dalam proporsi tertentu.
Direktori
PortalHR.com juga menyediakan kanal Direktori yang merupakan
buku kuning penyedia jasa konsultasi SDM di seluruh Indonesia yang
dapat diakses secara online. Direktori ini menjadi sumber data bagi
perusahaan dan perorangan yang membutuhkan jasa konsultasi
SDM. Kategori yang terdapat dalam Direktori PortalHR.com adalah
Outsourcing, Rekrutmen, Training, Konsultan HR, Software HR,
Sertifikasi HR, Assessment. Lembaga-lembaga dengan lingkup bisnis
tersebut, dapat mendaftarkan diri di ruang direktori PortalHR.com.
Tips
Berbagai tips singkat yang berguna bagi karyawan, manajemen,
maupun praktisi SDM disajikan di kanal ini dan di-update secara
berkala.
Resensi Buku
Resensi Buku menyajikan ulasan singkat buku-buku yang
berhubungan dengan bidang sumber daya manusia, baik
buku terbaru maupun buku popular.
Gudang Data
PortalHR.com menyediakan kebutuhan database SDM seperti HR
Tools, Peraturan Perundang-undangan atau Regulasi, Templates, Job
Description, dan Whitepaper yang dibutuhkan praktisi SDM,
management, entrepreneur serta karyawan, yang dapat ditemukan
dalam kanal Gudang Data. Konten Gudang Data akan terus
bertambah seiring dengan meningkatnya kebutuhan database SDM.
Pengguna dapat mengusulkan tambahan database SDM yang
dibutuhkan kepada redaksi.
25
HC Magazine/068/November2009
mei 01-16.indd 1
5/10/10 1:48:19 PM
HC 74 MEI 2010
06
Paparan
24
Wacana
Economic Rebound dan Pengelolaan
Human Capital
44
Leadership
Meneruskan “Tongkat Estafet”
di Perusahaan Keluarga
46
Pijakan
Mengkaji Ulang Jumlah SP di
Perusahaan
26
Strategi HC
Melejitkan Perusahaan Melalui
Perubahan Perilaku
29
Kolom KM
Berbagilah Sekarang Juga!
30
Korporasi Holcim
PT Holcim Indonesia Tbk.
SDM Sebagai Senjata Terbaik
48
Rekrutmen
Fenomena Social Media
dan Tren Rekrutmen
50
Wisdom
Friendrich Rummel
Filosofi Matematika dan Manusia
52
Akademia
Menuju Kampus
Global - Technopreneur
33
Inspirasional
Never Settle for Less
36
Hubungan Industrial
Amuk Pekerja dan Kecerdasan
Manajer
55
Edukasi
Membangun Link & Match
Perguruan Tinggi & Dunia Usaha
58
Usaha
Meraih Sukses dari Jahe Merah
38
Pengembangan
Berkarier di AirAsia,
Langit adalah Batasanya
61
KOlom UKM
62
Hirmansyah S. Thaib
Bos yang Gemar Membaca dan Turun ke Bawah
Perisalah, Inovasi Membanggakan
Karya Anak Bangsa
CEO
mei 01-16.indd 2
66
Rehat
Ayo, Dukung Taman Nasional Komodo!
68
Esmud
Omar Ramadan
Membangun Sistem yang
Menyejahterakan Organisasi
69
Komunitas
Dari Jejaring Sosial, Jadi Gerakan Sosial
Shared Service Unit
41
2
06
Teknologi
72
Seleb
Arie Dagienkz
Learning by Doing
HC Mei 2010
5/10/10 1:48:21 PM
Jika sistem dan fondasinya tidak kuat, malah
akan menghambat pekerjaan. Kalaupun ada,
biasanya hanya pengaturan jam kerja (sistem
shift).
Firdanianty
Pemimpin
Redaksi
HC Magazine
Pembaca yang budiman,
Ketika sedang asyik menulis, tiba-tiba handphone
saya berdering. Di kejauhan terdengar suara sahabat
saya.
“Fir, lagi di mana?”
”Di rumah,” jawab saya singkat.
”Oh, hari ini nggak kerja? Sedang cuti atau kurang
sehat?” tanyanya.
”Tidak dua-duanya,” kata saya, ”hari ini saya
menyelesaikan tulisan di rumah.”
”Wah, enak sekali...,” komentar sahabat saya diiringi
tawa.
Sahabat saya benar. Jadi penulis memang enak,
karena bisa bekerja di mana saja. Saya menulis
naskah ini pun di rumah, ditemani pisang goreng
dan suara celoteh anak saya. Di masa lalu, bekerja
seperti ini dianggap aneh dan tidak sesuai peraturan.
Prinsip yang diusung adalah datang ke kantor pada
pukul 8 atau 8.30 WIB dan pulang pada pukul 17
atau 17.30 WIB.
Tidak ada yang salah dengan sistem kerja yang
diatur oleh waktu. Di beberapa perusahaan jam
kerja yang mengikat memang diperlukan, dan
sebagai cara untuk menilai kedisiplinan karyawan.
Di pabrik, misalnya, para pekerja rata-rata sudah
mulai bekerja pada pukul 8 pagi dan menyelesaikan
pekerjaannya pukul 5 sore.
Demikian pula di perusahaan jasa (services).
Rasanya belum ada sistem yang mengatur pelayanan
terhadap nasabah/klien dari rumah. (Barangkali
sudah ada, tapi saya belum mengetahuinya). Besar
kemungkinan, sangat sulit menerapkan sistem
flexi-time pada pekerja pabrik dan perusahaan jasa.
Tetapi di dunia jurnalistik kondisinya berbeda.
Kegiatan jurnalistik tidak mengenal jam
kerja, meski dalam proses penulisannya tetap
dibatasi oleh waktu. Beberapa tahun lalu ketika
mengejar seorang bankir yang banknya hampir
kolaps, saya sudah berada di depan rumahnya
pada pukul 6 pagi. Ngobrol dengan satpam
adalah salah satu cara untuk mendapatkan
informasi yang saya perlukan, sambil
menunggu narasumber yang saya incar keluar
dari rumahnya.
Di lain waktu, saya pernah mewawancarai
seorang narasumber kunci pada pukul 11
malam, dan wawancara baru selesai lewat
tengah malam. Nah, bisa dibayangkan betapa
tidak beraturannya jam kerja seorang jurnalis.
Di media yang mengusung berita-berita
investigasi, cara kerja jurnalisnya bisa lebih
’gila’ dan hampir dipastikan tidak mengenal
waktu.
Meski demikian, saya tahu beberapa media
ada yang menerapkan jam kerja seperti orang
kantoran. Pada akhirnya, semua kembali
kepada jenis pekerjaan yang ditekuni dan
kesepakatan antara karyawan dan perusahaan.
Khusus perusahaan media, narasumber menjadi
salah satu faktor yang dipertimbangkan dalam
menetapkan tenggat waktu.
Pembaca HC yang setia, di paparan edisi ini
kami menyoroti hasil survei Towers Watson
mengenai pergerakan gaji. Salah satu isu yang
mencuat adalah fleksibilitas waktu. Di beberapa
perusahaan, hal ini sudah menjadi pilihan.
Karyawan bahkan rela melepas sebagian
benefits-nya asalkan mendapat kelonggaran
jam kerja. Tentu, peran HR menjadi sangat
kritis mengingat mayoritas praktisi HR masih
mengaitkan kehadiran karyawan di kantor
dengan disiplin kerja. Gaji besar memang
penting, tetapi memiliki keseimbangan hidup
jauh lebih penting. n
Pemimpin Umum
N. Krisbiyanto
Pemimpin Perusahaan
Malla O. Latief
Wakil Pemimpin Perusahaan
Pangeran MR
Pemimpin Redaksi
Firdanianty
Redaktur Pelaksana
Rudi Kuswanto
Redaktur
Anung Prabowo
Redaksi
Rina Suci Handayani
Desain Grafis
Lina Destianti
Liputan Advetorial
Ade Ahyad Nadrie
Iklan dan Pelanggan
Iwan Setiawan
Promotion & Event
Linda Lubna
Administrasi & Sirkulasi
Fauzan Mahda
Keuangan
Kurniawati
Umum
Rudi
Alamat Redaksi, Tata Usaha,
Iklan & Promosi
BINA MEGA COMPLEX
JL. BUNCIT PERSADA NO. B8
WARUNG BUNCIT
JAKARTA SELATAN 12760
T. (021) 7919 0322
F. (021) 7919 0155
Bank
a/n PT Bina Semesta Giartha Lestari
BCA Cab. Sunrise Garden Jakarta
No. Rek. 650.0306040
HC Mei 2010
mei 01-16.indd 3
3
5/10/10 1:48:22 PM
perilaku
kesewenang-wenangan
yang
tercermin lewat kata-katanya. Untuk itu, perlu
ada pemahaman budaya dan karakter pekerja
Indonesia bagi pekerja asing yang bekerja di
Indonesia.
Maskan Abid
(
([email protected]
m
m)
Blora
Cerita Kantin Kejujuran
Beberapa waktu lalu saya membaca berita
di media online bahwa beberapa kantin
kejujuran yang digagas KPK di sekolah
maupun di instansi pemerintah tidak
berjalan dengan baik atau bangkrut.
Memang tidak semuanya bangkrut,
namun fakta tersebut cukup membuat kita
mengelus dada, bahwa ternyata moralitas
pelajar kita masih kurang.
Belajar dari Batam,
Harmonisasi Lokal dan
Asing
Akhir April 2010, Indonesia mencatat
sejarah kelam di ranah hubungan industrial.
Aksi penghinaan yang dilakukan atasan
yang kebetulan pekerja asing terhadap
buruh lokal direspons dengan kerusuhan
yang melibatkan ribuan buruh pabrik.
Ironisnya, kerusuhan terjadi di salah satu
kawasan industri ternama Indonesia,
Batam. Kejadian tersebut hanya contoh
dari sekian banyak hubungan yang tidak
harmonis antara pekerja asing dengan
lokal pada situasi hubungan kerja atasan
dan bawahan. Tentu saja, saya yakin tidak
semua pekerja asing memandang rendah
pekerja lokal.
Melihat latar belakang kasus tersebut,
saya sepakat dengan pernyataan dari
Menakertrans, bahwa pekerja asing harus
dibekali kemampuan memahami budaya
serta karakter pekerja Indonesia. Selain itu,
komunikasi yang baik antara atasan-bawahan
harus terus dijaga melalui pertemuanpertemuan formal maupun informal.
Yang paling utama adalah, menerapkan
keseimbangan atau keadilan bagi pekerja lokal
maupun asing. Kasus Batam merupakan titik
klimaks dari seringnya atasan menunjukkan
4
mei 01-16.indd 4
Pembelajaran moral, utamanya kejujuran,
menjadi solusi untuk mengatasi masalah
tersebut. Sehingga anak memiliki nilai
moral yang tertanam pada dirinya. Seakanakan dia memiliki semacam pengendali
internal. Di sisi lain, orangtua, masyarakat,
dan lingkungan, ikut berperan dalam
pembangunan dan pengembangan moral
generasi mendatang.
Pendidikan moral bukan hanya diajarkan
secara teoritis melainkan dibutuhkan
keteladanan dari orangtua dan guru dalam
kehidupan sehari-hari. Sering dikatakan
bahwa manusia adalah makhluk peniru,
menirukan apa yang dilihat oleh matanya.
Entah itu baik ataupun buruk, akan terekam
dalam otak kecilnya. Tinggal kita, orangtua
serta pendidik, menanamkan aspek
moralitas kepada anak-anak kita sehingga
ke depan akan semakin baik kualitas SDM
di negeri ini.
Didiek N
Jakarta Selatan
Kesenjangan dalam Dunia
Pendidikan
Kesenjangan dalam dunia pendidikan tak
hanya terjadi pada peserta didik, tetapi
juga dialami oleh para pendidik. Keadaan
seperti ini sudah tidak bisa dipungkiri lagi
mulai dari PNS maupun Non-PNS sampai
pada bidang dan non-bidang.
Sebenarnya program dari PGRI untuk lebih
meningkatkan kesejahteraan pegawai nonPNS sangat tepat, sehingga bisa menjadi
nilai plus dalam memangkas kesenjangan
yang terjadi di antara keduanya. Namun,
jika kita lihat kesenjangan yang terjadi
dalam suatu bidang yang tak seharusnya
terjadi, ini perlu tanda tanya besar.
Misalnya, di suatu sekolah terdapat
guru yang bukan berlatar belakang ilmu
pendidikan dipekerjakan sebagai pendidik,
justru yang memiliki latar belakang ijazah
pendidikan tak memiliki kesempatan untuk
dipekerjakan sebagai pendidik. Apa yang
akan terjadi?
Untuk memperbaiki mutu pendidikan
di negara kita, perlu ditinjau kembali
tentang tenaga pendidiknya. Tidak
hanya menyalahkan anak yang tidak
bisa memahami materi yang dipelajari,
tapi kita lihat dulu bagaimana guru
menyampaikan materi. Apakah mudah
dipahami anak atau malah membuat
anak bingung? Jika tenaga pendidiknya
sesuai dengan jalurnya (on the track)
Insya Allah akan dapat meningkatkan
mutu pendidikan di Indonesia.
Shabry
Bandung
Rubrik Tanya Jawab HR
Saya seorang staf HR di Cirebon. Sekadar
memberi masukan, bagaimana jika majalah
Human Capital membuat rubrik tanya
jawab seputar HR yang pertanyaannya
diambil dari permasalahan yang dialami
praktisi HR sehari-hari, seperti mengatasi
demo, kenaikan gaji, serta meningkatkan
kinerja karyawan yang selama ini terlihat
santai dikarenakan masalah senioritas?
Terima kasih.
Ningsih
Cirebon
Jawaban Redaksi:
Ibu Ningsih yang baik, terima kasih atas
masukannya. Saran dari Ibu akan kami
pertimbangkan.
Redaksi Majalah Human Capital
HC Mei 2010
5/10/10 1:48:24 PM
sekilas
Travelling Nyaman Bareng Creditcard OCBC
NISP Liquid Platinum
Jakarta, 8 April 2010 – Perjalanan
domestik maupun ke mancanegara
menjadi lebih mudah dan nyaman
dengan hadirnya Kartu Kredit OCBC
NISP Liquid Platinum yang diluncurkan
oleh Bank OCBC NISP bekerjasama
dengan Visa Internasional. Acara
peluncuran, dilaksanakan di OCBC
NISP Tower dihadiri oleh Direktur
Consumer Banking - Bank OCBC NISP
– Rudy N Hamdani, Group Lifestyle
& Payment Products Regional Head - OCBC Bank- Lynn Gaspar,
serta Country Manager Visa International – Ellyana Fuad.
Selain kenyamanan dan keselamatan dalam melakukan perjalanan,
Kartu Kredit OCBC NISP Liquid Platinum juga menawarkan nilai
lebih untuk setiap transaksi di luar negeri. Saat ini wisatawan sering
khawatir mengenai nilai kurs yang tinggi. Kini dengan hadirnya
Kartu Kredit OCBC NISP Liquid Platinum selain pemegang kartu
mendapatkan keuntungan dari tingkat konversi mata uang yang
kompetitif, pemegang kartu juga akan memperoleh point reward
ganda dari setiap transaksi internasional.
2nd Anniversary Ary Suta Center
Jakarta, 12 April 2010 – Bertempat di Ballroom XXI Jakarta
Theater, Jakarta, Ary Suta Center (ASC) menggelar perayaan ulang
tahun keduanya. Acara yang kental dengan nuansa warna hijau
ini dihadiri oleh beberapa mantan
pejabat dan kaum intelektual.
Mantan
penasihat
presiden,
Adnan Buyung Nasution juga
terlihat di deretan kursi terdepan.
Putri proklamator Indonesia,
Sukmawati Soekarnoputri juga
tampak diantara undangan.
Pada kesempatan yang sama,
ASC juga memberikan lifetime
achievement award kepada Adnan Buyung Nasution dan Prof.
Dr. I Gusti Ngurah Agung. Menurut pendiri ASC, I Putu Ary
Suta, Adnan memiliki keberanian moral dan sudah mengenal
domain perjuangan sejak awal. Sedangkan I Gusti Ngurah Agung,
merupakan role model pencapaian akademik tertinggi.
Acara yang mengangkat tema ‘nurturning, intelligence
leadership strategy and critical thingking’, digelar sebagai wujud
konsistensi ASC untuk membangung kompetensi, menciptakan
nilai dan semangat yang kompetitif dengan mengedepankan
intelektualitas sebagai pondasi. Dalam sambutannya, Putu Ary
Suta mengatakan, manusia akan berhenti menjadi manusia jika
manusia berhenti berfikir.
Agency Kick Off Asuransi Sinarmas 2010
Jakarta, 14 April 2010 – Asuransi Sinarmas (ASM) kembali
menggelar ‘Agency Kick Off’ yang khusus diselenggarakan untuk
memotivasi para Agency/Partner ASM untuk meraih penghasilan
besar dan reward perjalanan ke mancanegara. Acara yang digelar di
Ballroom Plaza Sinarmas, Jakarta, ini sekaligus juga sebagai ajang
apresiasi kinerja para Agency/Partner ASM yang berprestasi di
tahun sebelumnya. Penghargaan dibagi ke dalam empat kategori,
tiga Top Producer dan The Rising Star.
Tahun ini, ASM memberikan alternatif produk simas kapal dan
juga produk-produk affinity. Pemasaran melalui jalur agency
yang sudah di rintis ASM sejak 1994 selalu menunjukkan hasil
yang menggembirakan dari tahun ke tahun. Pada 2009, agency
berhasil membukukan premi Rp 96,023 miliar dengan jumlah
kantor agency sebanyak delapan kantor cabang dan jumlah
partner sebanyak 5.163 orang. 2010 ini, ASM menargetkan
untuk membuka 10 kantor cabang agency baru, jumlah partner
sebanyak 20.000 orang dan target produksi sebesar Rp 150
miliar.
Opening Aceh Coffee Corner
Jakarta, 16 April 2010 – Musik melayu khas daerah Aceh
mengalun di salah satu sudut lantai dasar Hotel Bidakara, Jakarta.
Beberapa orang tamu duduk santai di tempat yang disediakan.
Tidak lama setelah mantan Gubernur Aceh Abdullah Puteh
bersama isteri datang, acara pun dimulai dengan tarian yang juga
khas Aceh. Suasana sudut Bidakara malam itu memang penuh
dengan Aceh. Maklum, malam itu merupakan pembukaan coffee
shop Aceh Coffee Corner (ACC).
Aceh Coffee Corner merupakan satu-satunya coffee shop khas
Aceh yang ada di Jakarta. Kopi di ACC didatangkan langsung
dari wilayah yang dikenal dengan Serambi Mekah tersebut.
ACC tidak hanya menyediakan kopi, makanan khas Aceh seperti
timpan hingga mie pun bisa ditemukan di sini. Cita rasa kopi
Aceh memang telah dikenal luas sejak lama. Penikmatnya bukan
hanya dari dalam negeri, namun telah menembus kalangan
internasional. Bahkan diberitakan, kopi Aceh telah menjadi
primadona di sebuah cafe di Negara Bagian Seattle.
14 Artis Top Luncurkan Lagu “Rindu
Bersatu”
Jakarta, 21 April 2010 – Empat belas artis
dan grup band papan atas meluncurkan lagu
dan RBT (ring back tone) berjudul “Rindu
Bersatu.” Mereka adalah Gita Gutawa, ST12,
Ungu, Changcuters, Rio Febrian, Kangen
Band, Sherina, Nidji, D’masiv, Vierra,
Kotak, Alexa, Geisha dan Azura. Peluncuran
berlangsung Rabu, 21 April 2010, di Hotel
Nikko, Jakarta.
Para artis yang tercatat menguasai 80 persen pangsa musik
nasional ini tergabung dalam empat perusahaaan label
terkemuka, yakni: Warner Music Indonesia, Musica Studio,
Sony Music, dan Trinity Optima Production. Sutradara kawakan
Rizal Mantovani bertindak sebagai sutradara video klip. Lagu
ini diproduksi dari hasil kolaborasi keempat label.
Digagas keempat perusahaan label di atas bersama VIVA Group,
program ini diinspirasi oleh gerakan Indonesia Unite yang
lahir sebagai respons spontan sejumlah anak muda Indonesia
terhadap peristiwa pengeboman Hotel J.W. Marriott dan Hotel
Ritz Carlton, 17 Juli 2009 lalu.
HC Mei 2010
mei 01-16.indd 5
5
5/10/10 1:48:25 PM
Memasuki paruh kedua 2010, nuansa krisis global berangsur
meredup dan berganti dengan tanda-tanda pertumbuhan. Seiring
dengan makin membaiknya kondisi ekonomi, peran HR pun
makin diperlukan. Selain menyiapkan talent-talent baru, tahun ini
banyak perusahaan yang menyatakan sanggup menaikkan gaji
karyawannya.
Rudi Kuswanto
6
mei 01-16.indd 6
HC Mei 2010
5/10/10 1:48:27 PM
D
inamika
HR
berjalan seirama
dengan kondisi
bisnis.
Banyak
orang
yang
meyakini krisis
beranjak surut di
pertengahan tahun ini. Dengan begitu,
praktisi HR pun harus mempersiapkan
diri untuk mengantisipasi keadaan.
Bila divisi bisnis mulai sibuk menata
strategi untuk menghadapi pasar yang
bertumbuh, sepatutnya orang HR ikut
mengimbangi.
Ditemui HC beberapa waktu lalu,
Managing Consultant Towers Watson,
Lilis Halim, menjelaskan hasil temuan
salary survey yang baru dikeluarkan
oleh Towers Watson. ”Kita sudah tidak
bicara krisis. Namun demikian, kita
jangan terlena dengan kondisi saat
paparan
Lilis mengajak perusahaan untuk
melakukan aksi nyata. “Misalnya, dalam
hal rekrutmen. Tahun lalu banyak
yang freeze hiring sehingga tidak
ada rekrutmen sama sekali, bahkan
SDM yang keluar pun tidak dicari
penggantinya. Sekarang perusahaan
harus agresif merekrut SDM di pasar.
Pilihannya merekrut sekarang atau nanti
tapi mendapat sisanya,” ujarnya.
reward yang tepat bagi karyawan dan
para eksekutifnya. Perbedaan dari dua
peristiwa ini, menurut Sylvano, pada
krisis ‘97 merupakan krisis domestik,
di mana cadangan Indonesia belum
sekuat sekarang. “Jadi, krisis finansial di
Amerika tidak terlalu berpengaruh. Tetap
ada pengaruh, tapi tidak sebesar 10 tahun
lalu. Terbukti, growth Indonesia masih
lumayan. Ketika hampir sebagian besar
negara Asia minus growth, Indonesia
dan China masih positif growth,” papar
Sylvano.
Sinyal positif juga disampaikan oleh
General Manager HayGroup, Sylvano
Damanik.
Menurutnya,
dibanding
krisis pada 1997, krisis finansial yang
terjadi di Amerika hanya sedikit
berpengaruh terhadap perekonomian
Indonesia. Karena itu, tak heran jika ada
perusahaan yang sanggup memberikan
Dampak positif ekonomi baik secara
global maupun domestik inilah yang
tergambar dari hasil salary survey
yang dilaksanakan oleh Towers Watson.
Consultan Towers Watson Dian Febrianti,
menerangkan, jumlah responden survei
terdiri dari perusahaan-perusahaan lokal
dan multinational dari berbagai industri.
ini. Sekarang saatnya untuk bangkit,”
katanya bersemangat.
HC Mei 2010
mei 01-16.indd 7
7
5/10/10 1:48:27 PM
paparan
Survei berjalan selama 3-4 bulan. “Untuk salary survey per industri yang dilaksanakan
secara regular atau tahunan, biasanya dimulai dari kuartal 2 dan laporan dikirimkan
pada kuartal 3-4,” tambahnya. (Tabel 1-Participants in February 2010)
rata (average) kenaikan gaji (salary
increase) secara keseluruhan, meliputi
overall levels di semua industri. Untuk
2010, rata-rata salary increase secara
keseluruhan yang dibujetkan perusahaan
adalah 8.8%. Namun, bukan berarti
setiap perusahaan memberikan salary
increase yang sama sebesar itu (8.8%).
“Perlu diketahui, ini bukan berarti
setiap level besarnya sama. Bisa jadi ada
perusahaan yang memberikan salary
increase yang sama untuk semua level
tapi ada juga yang membedakan,” papar
Dian. (Tabel 2-Salary Increase Budget for
year 2010)
Perbandingan salary increase Indonesia
di antara negara Asia Pacific terlihat
pada Tabel 3-AP Salary Increase Rates:
2008-2010, sementara rekam jejak
salary increase di Indonesia dari tahun
ke tahun terlihat pada Tabel 4-Market
Movement in Indonesia: 2002-2010.
Lebih rinci salary increase yang
dilakukan oleh masing-masing industri
terlihat pada Tabel 5-Salary Increase by
Industri: 2008-2010, sedangkan salary
increase berdasarkan level karyawan
tergambar pada Tabel 6-Salary Increase
by Employee’s Level: 2008-2010.
Dari sisi filosofi, imbuh Dian, salary survey diadakan dengan maksud agar hasilnya
dapat digunakan oleh perusahaan sebagai referensi dalam melakukan salary review.
“Perusahaan dalam melakukan salary review ingin mengetahui apa yang dilakukan
oleh kompetitor mereka. Misalnya, berapa salary yang dibayarkan perusahan lain?”
lanjutnya.
Selain itu, perusahaan juga dapat mengetahui tren yang sedang terjadi di pasar
(market), di mana posisi remunerasi mereka dibanding pasar, berapa besar
perusahaan harus membayar untuk bisa meng-attract dan meretensi karyawan.
“Untuk mengetahui hal ini tidak cukup hanya dengan menebak-menebak. Tapi
perusahaan membutuhkan data yang valid dan mewakili keadaan atau tren di pasar.
Untuk itulah salary survey diadakan,” Dian menjelaskan.
Secara garis besar, salary increase budget yang ditampilkan adalah gambaran rata-
8
mei 01-16.indd 8
Sementara itu, Sylvano menyebutkan, ada
faktor lain yang berpengaruh terhadap
pendistribusian kekayaan perusahaan
(baca: kenaikan gaji) kepada karyawan
maupun jajaran eksekutifnya, yakni
faktor tren atau realita. Menurutnya,
lima hingga tiga tahun terakhir kenaikan
gaji di Indonesia relatif lebih kecil, ratarata 9,8%. “Kalau kita melihat market
Indonesia secara umum, gaji naik terus.
Itu yang saya selalu bilang, satu hal yang
hampir naik terus di Indonesia adalah
gaji. Terlepas dari produktivitasnya
seperti apa,” katanya.
Meski
begitu,
ia
mengingatkan,
employment cost yang terus naik ini
HC Mei 2010
5/10/10 1:48:29 PM
paparan
output-nya
berfluktuasi,
sehingga
menyebabkan cost of business di
Indonesia menjadi mahal. Ditambah lagi
output per kapita yang belum setinggi
negara-negara lain menjadi masalah
tersendiri. “Selama ini Indonesia dikenal
sebagai negara yang employment costnya masih rendah,” katanya.
Sylvano
menilai,
secara
makro
kemampuan
perusahaan
untuk
membayar karyawan dan level eksekutif
masih bisa lebih tinggi di 2010 karena
proyeksinya lebih bagus dibanding
tahun lalu. “Yang perlu kita pertanyakan
adalah, bagaimana cara mendistribusikan
kemampuan yang lebih tinggi ini secara
tepat. Bisa saja perusahaan membayar
lebih
karyawannya
dengan
cara
menyamaratakan setiap orang. Namun,
apakah itu cara yang tepat?” ujarnya
balik bertanya.
Yang perlu mendapat perhatian khusus,
lanjut Sylvano, pemberian reward pada
level manajemen ke atas. “Pasar kita
bukan hanya domestik, paling tidak
regional. Memang hanya terjadi di
industri tertentu, seperti telekomunikasi
dan finance. Kita perlu merekrut talent
dari Malaysia atau Arab. Sebaliknya,
orang-orang kita juga direkrut ke sana.
Di tingkat profesional, seperti engineer
di petrochemical industry, kita lihat
mereka pindah ke Timur Tengah karena
perusahaan di sana berani menerapkan
tax free dan memberikan fasilitas
mewah. Di samping itu, negara-negara
ini memiliki kemampuan membayar
yang jauh lebih besar,” paparnya.
Pertanyaan pentingnya, menurut Sylvano,
bagaimana
me-retain
orang-orang
terbaik? “Memang di sana belum tentu
seindah yang mereka bayangkan. Tapi
bagaimanapun, cost of developing good
talent jauh lebih murah daripada mengacquire talent. Kalau kita kehilangan
orang, untuk menggantinya lebih mahal daripada jika kita mempertahankan orang
itu,” tuturnya sambil mengingatkan, persaingan dengan negara tetangga menjadi
satu hal yang perlu diperhatikan pula. Ia mengungkapkan, dibanding negara-negara
Asean, fee level di Indonesia relatif masih menengah ke bawah. Walaupun ia mengakui
di level tertentu – biasanya posisi senior manajer ke atas – gaji orang Indonesia bisa
lebih mahal dari negara-negara Asean lainnya.
HC Mei 2010
mei 01-16.indd 9
9
5/10/10 1:48:31 PM
paparan
Sylvano mengajak introspeksi kenapa
hal itu bisa terjadi. “Sering kali kita tidak
memiliki perencanaan yang bagus terhadap
skill apa yang kita butuhkan ke depan.
Misalnya, seorang direktur produksi tibatiba membutuhkan 10 engineer. Karena
kepepet akhirnya perusahaan mencari
secepat mungkin berapa pun ongkosnya,”
ujarnya. Lain ceritanya jika direktur
produksi tersebut sudah tahu kebutuhan
SDM di perusahaan dalam tiga tahun ke
depan. Hal ini bisa dilihat dari tingkat
produksi yang dihasilkan, sehingga ia dapat
memperkirakan perlu penambahan berapa
orang. Dengan demikian, ia bisa melakukan
rekrutmen dari awal untuk entry level,
bukan di posisi yang mengharuskan
perusahaan mengeluarkan investasi tinggi.
Dalam kaitannya dengan human capital
dan wacana pay increase, Silvano
menegaskan, supply and demand
menjadi salah satu kuncinya. Hal
kedua yang tidak kalah penting adalah
memerhatikan keinginan orang. “Ini yang
membuat kenapa ada saja karyawan yang
masuk kategori ‘kutu loncat’ dan meski
tidak terlalu banyak, karyawan jenis ini
bisa merusak sistem. Dampaknya tentu
menyebabkan cost semakin tinggi,”
ujarnya.
Toh bagi Sylvano, sesungguhnya tidak
masalah membayar gaji karyawan dengan
nilai tinggi selama kontribusi yang
diberikannya kepada perusahaan juga
tinggi. “Dari riset yang kami lakukan, kita
tahu bahwa outstanding performance,
pay-nya itu bisa mencapai dua sampai
tiga kali lebih besar dari pada average
performance. Output-nya bisa sampai
10 kali average performance. Waktu itu
studi ini kami lakukan terhadap orangorang di bagian sales,” ia menjelaskan.
berbasis capital intensif seperti manufaktur, terkadang untuk mempertahankan
marginnya harus menekan elemen cost lain. Sementara di industri services, yang
lebih bersifat intellectual intensive, karena tidak menggunakan raw material maka
bisa membayar lebih tinggi,” tuturnya.
Namun
demikian,
Sylvano
me­
ngembalikannya kepada kemampuan
perusahaan. “Kita tahu industri yang
Dari data salary survey Towers Watson, Lilis mengungkapkan, managing talent
masih menjadi wacana yang menarik. Berkaitan dengan isu ini, perusahaan membagi
kriteria karyawan di organisasi ke dalam dua kelompok, yaitu: high performance/top
10
mei 01-16.indd 10
HC Mei 2010
5/10/10 1:48:35 PM
paparan
performers serta critical skill. “Banyak
perusahaan
memandang
penting
cara memilah-milah karyawan. Kalau
melakukan rekrutmen di posisi critical
skill, bukan berarti menganaktirikan
bagian lain. Tapi critical skill ini memang
jantung perusahaan. Orang-orang inilah
yang harus diberikan retention program
secara khusus,” ujar Lilis.
Berbicara mengenai cost cutting dari
riset Towers Watson, Lilis menyebutkan,
kondisi
keuangan
perusahaan
mendorong lahirnya berbagai kebijakan
termasuk isu pemotongan biaya. “Survei
ini dilakukan setelah awal tahun sehingga
isu cost cutting masih terdengar. Dalam
hal ini mereka lebih banyak melakukan
reducing cost seperti mengurangi bonus
atau reduce salary increase budget.
Tapi kalau high performing atau top
performing companies yang ditandai
dengan pencapaian target, mereka tidak
melakukan cost cutting atau pengurangan
karyawan,” tambahnya. (Tabel 7-Cost
Cutting Measures)
Lilis mengakui, isu cost cutting saat
ini sudah tidak relevan lagi. “Tren
yang
muncul
sekarang
adalah,
bagaimana
perusahaan
melakukan
improve performance, dan bagaimana
membedakan top performers dan
yang bukan. Selain ingin performancenya diakui, karyawan juga mengarah
kepada flexible working schedule atau
menciptakan working life balance,”
ujarnya. Ia mengingatkan, dalam
survey ditemukan juga bagaimana
kompetisi untuk mendapatkan critical
skill employee itu masih berlangsung.
“Perusahaan terlihat agresif untuk
merekrut talent yang masuk area critical
skill. Perusahaan yang performancenya kurang bagus jelas mengalami
kesulitan untuk mendapatkan critical
skill employee dibanding top performing
companies,” tutur Lilis yakin.
HC Mei 2010
mei 01-16.indd 11
11
5/10/10 1:48:40 PM
paparan
Menariknya, data survei juga menyebutkan,
mayoritas responden (72,7%) sangat yakin
dengan kondisi perekonomian saat ini.
(Tabel 8-How the business according to
Indonesia-based companies). Menurut
Lilis, pasca krisis mayoritas perusahaan
(82,3%) dalam tiga bulan terakhir setuju
untuk melakukan investasi pada aspek
sumber daya manusia (SDM) secara
agresif melalui rekrutmen karyawan baru.
Sehubungan dengan rencana perekrutan,
level
professional/non-managerial
(seperti konsultan atau para engineer di
perusahaan minyak dan gas) menempati
prioritas teratas. Ketika ditanyakan kepada
partisipan, apakah perusahaan masih
menawarkan peluang bagi karyawan baru
dalam tiga bulan ke depan, yang menjawab
setuju justru bertambah banyak (86,4%).
(Tabel 9-10 Hiring Plans)
Bagaimana para praktisi HR menyikapi
hasil survei ini? Menurut Dian, praktisi
HR bisa menyikapinya dengan bijak. Dian
menuturkan, salary survey memberi
gambaran yang sedang terjadi di pasar,
baik secara external equity/market
competitiveness maupun market trend.
“Hasil survei ini bisa digunakan oleh
perusahaan sebagai referensi dalam
melakukan analisa untuk salary review,”
katanya menandaskan.
“Dengan melihat hasil survei ini, praktisi HR
jadi lebih paham dan tanggap terhadap tren
dan praktik yang terjadi di pasar serta bisa
melakukan analisa perbandingan salary
terhadap pasar,” ujarnya. Selain melihat
ke external (market) competitiveness,
Dian menyarankan, perusahaan juga
melihat ke internal equity (kesetaraan di
perusahaan), filosofi reward, serta kondisi
dan kemampuan perusahaan. n
Liputan: Ade Ahyad Nadrie
12
mei 01-16.indd 12
HC Mei 2010
5/10/10 1:48:44 PM
paparan
Merancang paket kompensasi dan benefits
(komben) yang membuat para talent ’betah’ di
perusahaan bisa dikatakan gampang-gampang
susah. Selain mempertimbangkan kondisi
keuangan perusahaan, praktisi HR juga harus
bisa menangkap aspirasi talent yang cenderung
tak ingin menetap lama di suatu perusahaan.
Firdanianty
HC Mei 2010
mei 01-16.indd 13
13
5/10/10 1:48:46 PM
paparan
T
ahukah Anda, topik
pembicaraan
apa
yang paling diminati
karyawan? Ya, Anda
benar.
Kenaikan
gaji
merupakan
isu hangat yang
selalu dinanti-nantikan karyawan. Jika
pertanyaan tersebut dilempar kepada
100 karyawan, dapat dipastikan jawaban
paling banyak adalah kenaikan gaji.
Selain gaji, jawaban kedua tertinggi –
bisa jadi – benefits atau program insentif.
Dan, jawaban berikutnya kemungkinan
adalah promosi.
yang menarik di era kompetitif adalah
yang dapat memotivasi karyawan untuk
menghasilkan kinerja terbaik. Jadi,
bukan sekadar dilihat dari besaran dan
jenisnya, namun juga hubungan yang
positif dengan kinerja individu.
Di samping itu, komben yang menarik
juga dilihat dari sisi perusahaan.
Bagi perusahaan, paket komben yang
kompetitif harus diimbangi dengan
kinerja karyawan yang tinggi. ”Itu
sebabnya jenis-jenis kompensasi yang
berhubungan dengan ’kepemilikan’
organisasi. ”Tujuan dasarnya adalah
memberikan nilai tambah (valueadd) bagi stakeholders, baik dari sisi
finansial maupun non-finansial,” kata
Irwan. Dengan dana perusahaan yang
ada batasnya dan harus dimanfaatkan
seefisien mungkin untuk menjalankan
organisasi dan mencapai tujuannya, ia
menilai, setiap rupiah tentu harus dapat
memberikan nilai tambah.
”Hal ini dapat dilakukan dengan
menghubungkan compensation and
benefits dengan sistem performance
Meski baru sebatas dugaan, tak dapat
disangkal bahwa komben memiliki daya
tarik yang sangat kuat bagi siapa pun
yang menyebut dirinya karyawan. Ketika
memaparkan hasil surveinya kepada
majalah Human Capital beberapa waktu
lalu, Managing Consultant Towers
Watson, Lilis Halim, mengungkapkan
hal senada. ”Annual incentive program
merupakan program yang paling dihargai
karyawan dan dinilai paling efektif untuk
meretain karyawan,” ujarnya.
Yang menarik, Lilis melanjutkan,
persepsi karyawan terhadap program
reward terus berubah seiring munculnya
generasi baru yang memiliki keinginan
berbeda dengan generasi terdahulu.
“Generasi sekarang hanya melihat cash
program. Percuma saja dikasih benefit
banyak, karena mereka tidak tertarik.
Inilah salah satu temuan menarik yang
muncul dari hasil riset, dan ini terlihat
di hampir semua industri,” ungkapnya
serius.
Di sinilah, praktisi HR dituntut untuk
memahami
dan
sebisa
mungkin
mengakomodasi kebutuhan tersebut
demi mempertahankan talent di
perusahaan. Konsultan SDM Irwan Rei,
mengakui, kompensasi dan benefits
14
mei 01-16.indd 14
karyawan atas organisasi, seperti saham,
stock-option, profit-sharing dan lainlain menjadi menarik bagi karyawan
maupun perusahaan,” ungkap Irwan.
Selain memiliki hubungan yang jelas
dan positif antara kinerja karyawan dan
organisasi, ”Susah dan senang, kinerja
baik dan buruk, akan menjadi tanggung
jawab bersama antara karyawan dan
organisasi,” katanya menambahkan. Irwan berpendapat, cara menyelaraskan
komben dengan strategi bisnis perlu
dikaitkan
dengan
nilai
tambah
management, di mana ada kaitan yang
jelas antara tingkat kompensasi yang
diberikan dengan kinerja karyawan
maupun organisasi, dan kompensasi
dengan bobot pekerjaan yang ada,”
paparnya.
Secara praktis, Irwan melihat, sebaiknya
perusahaan memberikan kenaikan gaji,
bonus dan insentif sesuai pencapaian
KPI (Key Performance Indicators). KPI
inilah yang menjadi indikator pencapaian
target-target kinerja organisasi dalam
menjalankan strategi bisnis. ”Contohnya,
HC Mei 2010
5/10/10 1:48:46 PM
paparan
kalau strategi perusahaan adalah
meningkatkan penjualan atau kepuasan
pelanggan, maka besaran bonus atau
insentif perlu dikaitkan dengan sejauh
mana karyawan maupun perusahaan
mencapai target penjualan atau tingkat
kepuasan pelanggan,” ia memberi
contoh.
Variasi Paket Komben
Untuk menyusun dan merancang
paket komben, banyak hal yang perlu
diperhatikan oleh praktisi HR. Irwan
membaginya ke dalam beberapa
variabel.
Pertama,
komposisi.
Misalnya, gaji pokok, tunjangan,
bonus, dan insentif, maupun benefits
yang beragam, mulai dari kacamata,
rawat inap, rawat jalan, kendaraan,
club membership dan lain-lain.
Menurut Irwan, pemberian komben yang
bertujuan untuk memotivasi karyawan
memiliki tingkat efektivitas yang bervariasi.
Bisa jadi, ada karyawan yang lebih tertarik
gaji, sementara yang lain lebih tertarik
pada benefits. Yang satu lebih menyukai
gaji pokok besar, sementara yang lain lebih
suka gaji pokok tidak terlalu besar, namun
bonus yang sangat kompetitif sesuai kinerja
karyawan.
Kedua, tingkat competitiveness. Irwan
mengatakan, perusahaan harus tahu
seberapa menariknya paket komben
yang dia berikan kepada karyawan
dibandingkan pasar atau perusahaan
lain. ”Kalau terlalu kecil, risikonya
karyawan akan pindah ke perusahaan lain
yang bisa memberikan gaji lebih tinggi.
Sementara kalau (terlalu) besar, memang
mudah menarik talenta yang diperlukan
untuk bergabung di organisasi, namun
bila tidak diimbangi dengan kinerja, hal
ini akan memberatkan bujet perusahaan,”
tutur Irwan.
Ketiga, hubungan dengan kinerja. Dalam
hal ini, perlu dibangun hubungan yang
jelas dan positif antara berbagai jenis
kompensasi dan benefits dengan kinerja
individu maupun organisasi. ”Misalnya,
kalau kinerja individu dan organisasi
meningkat, maka tingkat bonus atau insentif
pun meningkat, demikian juga sebaliknya.
Contoh lain, karyawan memperoleh benefit
tertentu bila dapat menunjukkan tingkat
kinerja tertentu,” paparnya.
Irwan melihat, ada dua tantangan utama
dalam merancang komben. Pertama,
efektivitas. Sehubungan dengan ini,
perusahaan harus bisa menyimpulkan,
sejauh mana dana komben yang diberikan
efektif dalam meningkatkan motivasi
dan kinerja karyawan? Sebagai contoh,
mana yang lebih baik bagi karyawan
maupun perusahaan, gaji pokok besar
tanpa bonus atau insentif, atau gaji
tidak terlalu tinggi ditambah bonus
berbasis kinerja yang besar? Pilihan lain,
gaji kecil plus kendaraan dan fasilitas
benefits yang menarik, atau gaji lebih
besar tanpa benefits yang berlimpah?
”Implementasikan pemikiran ini untuk
berbagai jenis (demografi) karyawan di
dalam organisasi. Mana yang paling pas
untuk meningkatkan motivasi dan kinerja
karyawan?,” katanya menyarankan.
Tantangan kedua, lanjut Irwan,
keterbatasan bujet. Organisasi memiliki
dana terbatas, sehingga setiap rupiah
perlu dimanfaatkan sebaik-baiknya.
Makin tinggi nilai kompensasi, akan
makin menarik bagi karyawan. Namun,
seberapa jauh perusahaan mampu
memenuhi
keinginan
karyawan
di tengah persaingan yang tinggi
untuk mendapatkan talent terbaik
di pasar? Hal lain yang juga perlu
dipertimbangkan, menurut Irwan,
sejauh mana kenaikan anggaran
komben akan diimbangi dengan
kenaikan kinerja karyawan dan
organisasi?
Tabel. Monetary Vs Non-monetary
Monetary
Non-monetary
Annual bonuses
Flexible work schedules
Stock grants
Advancement opportunities
Stock options
Career development
Sumber: Towers Watson
HC Mei 2010
mei 01-16.indd 15
15
5/10/10 1:48:47 PM
paparan
berdampak kepada motivasi karyawan
untuk memberikan kontribusi yang lebih
optimal dibanding perusahaan B di mana
karyawan yang berprestasi mendapat
apresiasi yang sama dengan karyawan
pemalas. Karyawan yang memiliki
kinerja tinggi akan berpikir, buat apa saya
kerja capek-capek, toh dapatnya sama
dengan teman saya yang kerjanya malasmalasan. Akhirnya, perusahaan seperti
ini sulit mendapatkan karyawan yang
performance-nya bagus. Sedangkan di
perusahaan A semua orang terpacu dan
termotivasi untuk berprestasi,” papar
Lilis.
Jadi, bagaimana solusinya? “Efektivitas
kompensasi dan benefits dapat dicapai
“Generasi sekarang hanya melihat cash program. Percuma saja
dikasih benefit banyak, karena mereka tidak tertarik. Inilah salah
satu temuan menarik yang muncul dari hasil riset, dan ini terlihat di
hampir semua industri”
(Lilis Halim)
Lilis
membenarkan,
membedakan
performa karyawan dalam bentuk
pemberian bonus atau variable pay,
juga berkaitan dengan financial
performance
perusahaan.
Ia
menganalogikan,
ada
dua perusahaan, A dan
B. Perusahaan A sangat
membedakan
perlakuan
terhadap top performers
dengan karyawan biasa.
Hasil
akhirnya
ternyata
perusahaan
A
lebih
bagus
kontribusinya terhadap financial
performance dibanding perusahaan
B yang memberi perlakuan sama
kepada karyawannya.
“Praktik
16
mei 01-16.indd 16
di
perusahaan
A
akan
terutama dengan menghubungkan
kompensasi dengan kinerja individu
dan organisasi. Secara praktis, ini dapat
dilakukan dengan menghubungkan
besaran bonus, insentif maupun
kenaikan
gaji
dengan
kinerja karyawan maupun
organisasi,” jawab Irwan.
Ia menambahkan, keterbatasan
bujet dapat disiasati dengan
membangun
sistem
komben
yang bersifat variabel. Besarannya
dibuat sangat kompetitif sehingga
diharapkan karyawan dapat mencapai
kinerja tertentu. ”Ini disebut pay at
risk, artinya tingkat kompensasi yang
tinggi dapat dicapai karyawan bila
diimbangi dengan kinerja yang tinggi.
HC Mei 2010
5/10/10 1:48:49 PM
PortalHR.com adalah portal internet yang mengkhususkan diri pada isu-isu sumber
daya manusia (Human Resource). Portal ini diluncurkan bulan Februari 2007 dan sejak
itu telah menjadi partner para praktisi maupun konsultan HR dalam menjalankan
pekerjaan mereka.
Visi PortalHR.com
Menjadi sumber referensi terpercaya di bidang Sumber Daya Manusia di Indonesia serta turut
mengembangkan bidang Sumber Daya Manusia sebagai bagian penting dalam strategi organisasi.
Content
Kolom
Klinik HR
Klinik HR adalah kanal konsultasi online, merupakan salah satu
menu interaktif yang disediakan PortalHR.com. Klinik HR menjawab
berbagai pertanyaan seputar Hubungan Karyawan, Organisasi &
Kepemimpinan, Compensation & Benefit, HRIS, Rekrutmen & Seleksi,
Outsourcing, dan Karir.
Wajah HR
Kanal ini menampilkan tulisan para pakar sumber daya manusia,
entrepreneur, praktisi dan pemerhati bidang sumber daya manusia,
tentang pandangan mereka mengenai masalah yang berkaitan
dengan sumber daya manusia.
portalMajalah
HR Human Capital
Wajah HR menampilkan profil praktisi-praktisi SDM atau entrepreneur
muda, tentang kiprah, pengalaman dan pandangan mereka tentang
pengelolaan sumber daya manusia di perusahaan.
Berita HR
Info-info terkini di bidang sumber daya manusia disajikan
hangat dalam kanal Berita HR yang meliputi berita di bidang
Rekrutmen, Karir, Organisasi, IT, serta Event sumber daya
manusia. Berita HR di-update setiap saat, mengikuti dinamika
dunia sumber daya manusia.
Event HR
Info event yang berhubungan dengan bidang HR bisa diakses
melalui PortalHR.com. Pengunjung dapat melakukan pendaftaran
secara langsung melalui registrasi online.
PortalHR.com bekerja sama dengan Majalah Human Capital sebagai
media partner. Di kanal Majalah Human Capital ini, artikel-artikel
yang terdapat di Majalah Human Capital, baik edisi terbaru maupun
edisi-edisi sebelumnya, dapat dibaca dalam proporsi tertentu.
Direktori
PortalHR.com juga menyediakan kanal Direktori yang merupakan
buku kuning penyedia jasa konsultasi SDM di seluruh Indonesia yang
dapat diakses secara online. Direktori ini menjadi sumber data bagi
perusahaan dan perorangan yang membutuhkan jasa konsultasi
SDM. Kategori yang terdapat dalam Direktori PortalHR.com adalah
Outsourcing, Rekrutmen, Training, Konsultan HR, Software HR,
Sertifikasi HR, Assessment. Lembaga-lembaga dengan lingkup bisnis
tersebut, dapat mendaftarkan diri di ruang direktori PortalHR.com.
Tips
Berbagai tips singkat yang berguna bagi karyawan, manajemen,
maupun praktisi SDM disajikan di kanal ini dan di-update secara
berkala.
Resensi Buku
Resensi Buku menyajikan ulasan singkat buku-buku yang
berhubungan dengan bidang sumber daya manusia, baik
buku terbaru maupun buku popular.
Gudang Data
PortalHR.com menyediakan kebutuhan database SDM seperti HR
Tools, Peraturan Perundang-undangan atau Regulasi, Templates, Job
Description, dan Whitepaper yang dibutuhkan praktisi SDM,
management, entrepreneur serta karyawan, yang dapat ditemukan
dalam kanal Gudang Data. Konten Gudang Data akan terus
bertambah seiring dengan meningkatnya kebutuhan database SDM.
Pengguna dapat mengusulkan tambahan database SDM yang
dibutuhkan kepada redaksi.
25
HC Magazine/068/November2009
mei 01-16.indd 1
5/10/10 1:48:19 PM
HC 74 MEI 2010
06
Paparan
24
Wacana
Economic Rebound dan Pengelolaan
Human Capital
26
Strategi HC
Melejitkan Perusahaan Melalui
Perubahan Perilaku
29
Kolom KM
Berbagilah Sekarang Juga!
30
Korporasi Holcim
PT Holcim Indonesia Tbk.
SDM Sebagai Senjata Terbaik
44
Leadership
Meneruskan “Tongkat Estafet”
di Perusahaan Keluarga
46
Pijakan
Mengkaji Ulang Jumlah SP di
Perusahaan
48
Rekrutmen
Fenomena Social Media
dan Tren Rekrutmen
50
Wisdom
Friendrich Rummel
Filosofi Matematika dan Manusia
52
Akademia
Menuju Kampus
Global - Technopreneur
33
Inspirasional
Never Settle for Less
36
Hubungan Industrial
Amuk Pekerja dan Kecerdasan
Manajer
55
Edukasi
Membangun Link & Match
Perguruan Tinggi & Dunia Usaha
58
Usaha
Meraih Sukses dari Jahe Merah
38
Pengembangan
Berkarier di AirAsia,
Langit adalah Batasanya
61
KOlom UKM
62
Hirmansyah S. Thaib
Bos yang Gemar Membaca dan Turun ke Bawah
Perisalah, Inovasi Membanggakan
Karya Anak Bangsa
2
mei 01-16.indd 2
66
Rehat
Ayo, Dukung Taman Nasional Komodo!
68
Esmud
Omar Ramadan
Membangun Sistem yang
Menyejahterakan Organisasi
69
Komunitas
Dari Jejaring Sosial, Jadi Gerakan Sosial
Shared Service Unit
41
CEO
06
Teknologi
72
Seleb
Arie Dagienkz
Learning by Doing
HC Mei 2010
5/10/10 1:48:21 PM
Jika sistem dan fondasinya tidak kuat, malah
akan menghambat pekerjaan. Kalaupun ada,
biasanya hanya pengaturan jam kerja (sistem
shift).
Firdanianty
Pemimpin
Redaksi
HC Magazine
Pembaca yang budiman,
Ketika sedang asyik menulis, tiba-tiba handphone
saya berdering. Di kejauhan terdengar suara sahabat
saya.
“Fir, lagi di mana?”
”Di rumah,” jawab saya singkat.
”Oh, hari ini nggak kerja? Sedang cuti atau kurang
sehat?” tanyanya.
”Tidak dua-duanya,” kata saya, ”hari ini saya
menyelesaikan tulisan di rumah.”
”Wah, enak sekali...,” komentar sahabat saya diiringi
tawa.
Sahabat saya benar. Jadi penulis memang enak,
karena bisa bekerja di mana saja. Saya menulis
naskah ini pun di rumah, ditemani pisang goreng
dan suara celoteh anak saya. Di masa lalu, bekerja
seperti ini dianggap aneh dan tidak sesuai peraturan.
Prinsip yang diusung adalah datang ke kantor pada
pukul 8 atau 8.30 WIB dan pulang pada pukul 17
atau 17.30 WIB.
Tidak ada yang salah dengan sistem kerja yang
diatur oleh waktu. Di beberapa perusahaan jam
kerja yang mengikat memang diperlukan, dan
sebagai cara untuk menilai kedisiplinan karyawan.
Di pabrik, misalnya, para pekerja rata-rata sudah
mulai bekerja pada pukul 8 pagi dan menyelesaikan
pekerjaannya pukul 5 sore.
Demikian pula di perusahaan jasa (services).
Rasanya belum ada sistem yang mengatur pelayanan
terhadap nasabah/klien dari rumah. (Barangkali
sudah ada, tapi saya belum mengetahuinya). Besar
kemungkinan, sangat sulit menerapkan sistem
flexi-time pada pekerja pabrik dan perusahaan jasa.
Tetapi di dunia jurnalistik kondisinya berbeda.
Kegiatan jurnalistik tidak mengenal jam
kerja, meski dalam proses penulisannya tetap
dibatasi oleh waktu. Beberapa tahun lalu ketika
mengejar seorang bankir yang banknya hampir
kolaps, saya sudah berada di depan rumahnya
pada pukul 6 pagi. Ngobrol dengan satpam
adalah salah satu cara untuk mendapatkan
informasi yang saya perlukan, sambil
menunggu narasumber yang saya incar keluar
dari rumahnya.
Di lain waktu, saya pernah mewawancarai
seorang narasumber kunci pada pukul 11
malam, dan wawancara baru selesai lewat
tengah malam. Nah, bisa dibayangkan betapa
tidak beraturannya jam kerja seorang jurnalis.
Di media yang mengusung berita-berita
investigasi, cara kerja jurnalisnya bisa lebih
’gila’ dan hampir dipastikan tidak mengenal
waktu.
Meski demikian, saya tahu beberapa media
ada yang menerapkan jam kerja seperti orang
kantoran. Pada akhirnya, semua kembali
kepada jenis pekerjaan yang ditekuni dan
kesepakatan antara karyawan dan perusahaan.
Khusus perusahaan media, narasumber menjadi
salah satu faktor yang dipertimbangkan dalam
menetapkan tenggat waktu.
Pembaca HC yang setia, di paparan edisi ini
kami menyoroti hasil survei Towers Watson
mengenai pergerakan gaji. Salah satu isu yang
mencuat adalah fleksibilitas waktu. Di beberapa
perusahaan, hal ini sudah menjadi pilihan.
Karyawan bahkan rela melepas sebagian
benefits-nya asalkan mendapat kelonggaran
jam kerja. Tentu, peran HR menjadi sangat
kritis mengingat mayoritas praktisi HR masih
mengaitkan kehadiran karyawan di kantor
dengan disiplin kerja. Gaji besar memang
penting, tetapi memiliki keseimbangan hidup
jauh lebih penting. n
Pemimpin Umum
N. Krisbiyanto
Pemimpin Perusahaan
Malla O. Latief
Wakil Pemimpin Perusahaan
Pangeran MR
Pemimpin Redaksi
Firdanianty
Redaktur Pelaksana
Rudi Kuswanto
Redaktur
Anung Prabowo
Redaksi
Rina Suci Handayani
Desain Grafis
Lina Destianti
Liputan Advetorial
Ade Ahyad Nadrie
Iklan dan Pelanggan
Iwan Setiawan
Promotion & Event
Linda Lubna
Administrasi & Sirkulasi
Fauzan Mahda
Keuangan
Kurniawati
Umum
Rudi
Alamat Redaksi, Tata Usaha,
Iklan & Promosi
BINA MEGA COMPLEX
JL. BUNCIT PERSADA NO. B8
WARUNG BUNCIT
JAKARTA SELATAN 12760
T. (021) 7919 0322
F. (021) 7919 0155
Bank
a/n PT Bina Semesta Giartha Lestari
BCA Cab. Sunrise Garden Jakarta
No. Rek. 650.0306040
HC Mei 2010
mei 01-16.indd 3
3
5/10/10 1:48:22 PM
perilaku
kesewenang-wenangan
yang
tercermin lewat kata-katanya. Untuk itu, perlu
ada pemahaman budaya dan karakter pekerja
Indonesia bagi pekerja asing yang bekerja di
Indonesia.
Maskan Abid
(
([email protected]
m
m)
Blora
Cerita Kantin Kejujuran
Beberapa waktu lalu saya membaca berita
di media online bahwa beberapa kantin
kejujuran yang digagas KPK di sekolah
maupun di instansi pemerintah tidak
berjalan dengan baik atau bangkrut.
Memang tidak semuanya bangkrut,
namun fakta tersebut cukup membuat kita
mengelus dada, bahwa ternyata moralitas
pelajar kita masih kurang.
Belajar dari Batam,
Harmonisasi Lokal dan
Asing
Akhir April 2010, Indonesia mencatat
sejarah kelam di ranah hubungan industrial.
Aksi penghinaan yang dilakukan atasan
yang kebetulan pekerja asing terhadap
buruh lokal direspons dengan kerusuhan
yang melibatkan ribuan buruh pabrik.
Ironisnya, kerusuhan terjadi di salah satu
kawasan industri ternama Indonesia,
Batam. Kejadian tersebut hanya contoh
dari sekian banyak hubungan yang tidak
harmonis antara pekerja asing dengan
lokal pada situasi hubungan kerja atasan
dan bawahan. Tentu saja, saya yakin tidak
semua pekerja asing memandang rendah
pekerja lokal.
Melihat latar belakang kasus tersebut,
saya sepakat dengan pernyataan dari
Menakertrans, bahwa pekerja asing harus
dibekali kemampuan memahami budaya
serta karakter pekerja Indonesia. Selain itu,
komunikasi yang baik antara atasan-bawahan
harus terus dijaga melalui pertemuanpertemuan formal maupun informal.
Yang paling utama adalah, menerapkan
keseimbangan atau keadilan bagi pekerja lokal
maupun asing. Kasus Batam merupakan titik
klimaks dari seringnya atasan menunjukkan
4
mei 01-16.indd 4
Pembelajaran moral, utamanya kejujuran,
menjadi solusi untuk mengatasi masalah
tersebut. Sehingga anak memiliki nilai
moral yang tertanam pada dirinya. Seakanakan dia memiliki semacam pengendali
internal. Di sisi lain, orangtua, masyarakat,
dan lingkungan, ikut berperan dalam
pembangunan dan pengembangan moral
generasi mendatang.
Pendidikan moral bukan hanya diajarkan
secara teoritis melainkan dibutuhkan
keteladanan dari orangtua dan guru dalam
kehidupan sehari-hari. Sering dikatakan
bahwa manusia adalah makhluk peniru,
menirukan apa yang dilihat oleh matanya.
Entah itu baik ataupun buruk, akan terekam
dalam otak kecilnya. Tinggal kita, orangtua
serta pendidik, menanamkan aspek
moralitas kepada anak-anak kita sehingga
ke depan akan semakin baik kualitas SDM
di negeri ini.
Didiek N
Jakarta Selatan
Kesenjangan dalam Dunia
Pendidikan
Kesenjangan dalam dunia pendidikan tak
hanya terjadi pada peserta didik, tetapi
juga dialami oleh para pendidik. Keadaan
seperti ini sudah tidak bisa dipungkiri lagi
mulai dari PNS maupun Non-PNS sampai
pada bidang dan non-bidang.
Sebenarnya program dari PGRI untuk lebih
meningkatkan kesejahteraan pegawai nonPNS sangat tepat, sehingga bisa menjadi
nilai plus dalam memangkas kesenjangan
yang terjadi di antara keduanya. Namun,
jika kita lihat kesenjangan yang terjadi
dalam suatu bidang yang tak seharusnya
terjadi, ini perlu tanda tanya besar.
Misalnya, di suatu sekolah terdapat
guru yang bukan berlatar belakang ilmu
pendidikan dipekerjakan sebagai pendidik,
justru yang memiliki latar belakang ijazah
pendidikan tak memiliki kesempatan untuk
dipekerjakan sebagai pendidik. Apa yang
akan terjadi?
Untuk memperbaiki mutu pendidikan
di negara kita, perlu ditinjau kembali
tentang tenaga pendidiknya. Tidak
hanya menyalahkan anak yang tidak
bisa memahami materi yang dipelajari,
tapi kita lihat dulu bagaimana guru
menyampaikan materi. Apakah mudah
dipahami anak atau malah membuat
anak bingung? Jika tenaga pendidiknya
sesuai dengan jalurnya (on the track)
Insya Allah akan dapat meningkatkan
mutu pendidikan di Indonesia.
Shabry
Bandung
Rubrik Tanya Jawab HR
Saya seorang staf HR di Cirebon. Sekadar
memberi masukan, bagaimana jika majalah
Human Capital membuat rubrik tanya
jawab seputar HR yang pertanyaannya
diambil dari permasalahan yang dialami
praktisi HR sehari-hari, seperti mengatasi
demo, kenaikan gaji, serta meningkatkan
kinerja karyawan yang selama ini terlihat
santai dikarenakan masalah senioritas?
Terima kasih.
Ningsih
Cirebon
Jawaban Redaksi:
Ibu Ningsih yang baik, terima kasih atas
masukannya. Saran dari Ibu akan kami
pertimbangkan.
Redaksi Majalah Human Capital
HC Mei 2010
5/10/10 1:48:24 PM
sekilas
Travelling Nyaman Bareng Creditcard OCBC
NISP Liquid Platinum
Jakarta, 8 April 2010 – Perjalanan
domestik maupun ke mancanegara
menjadi lebih mudah dan nyaman
dengan hadirnya Kartu Kredit OCBC
NISP Liquid Platinum yang diluncurkan
oleh Bank OCBC NISP bekerjasama
dengan Visa Internasional. Acara
peluncuran, dilaksanakan di OCBC
NISP Tower dihadiri oleh Direktur
Consumer Banking - Bank OCBC NISP
– Rudy N Hamdani, Group Lifestyle
& Payment Products Regional Head - OCBC Bank- Lynn Gaspar,
serta Country Manager Visa International – Ellyana Fuad.
Selain kenyamanan dan keselamatan dalam melakukan perjalanan,
Kartu Kredit OCBC NISP Liquid Platinum juga menawarkan nilai
lebih untuk setiap transaksi di luar negeri. Saat ini wisatawan sering
khawatir mengenai nilai kurs yang tinggi. Kini dengan hadirnya
Kartu Kredit OCBC NISP Liquid Platinum selain pemegang kartu
mendapatkan keuntungan dari tingkat konversi mata uang yang
kompetitif, pemegang kartu juga akan memperoleh point reward
ganda dari setiap transaksi internasional.
2nd Anniversary Ary Suta Center
Jakarta, 12 April 2010 – Bertempat di Ballroom XXI Jakarta
Theater, Jakarta, Ary Suta Center (ASC) menggelar perayaan ulang
tahun keduanya. Acara yang kental dengan nuansa warna hijau
ini dihadiri oleh beberapa mantan
pejabat dan kaum intelektual.
Mantan
penasihat
presiden,
Adnan Buyung Nasution juga
terlihat di deretan kursi terdepan.
Putri proklamator Indonesia,
Sukmawati Soekarnoputri juga
tampak diantara undangan.
Pada kesempatan yang sama,
ASC juga memberikan lifetime
achievement award kepada Adnan Buyung Nasution dan Prof.
Dr. I Gusti Ngurah Agung. Menurut pendiri ASC, I Putu Ary
Suta, Adnan memiliki keberanian moral dan sudah mengenal
domain perjuangan sejak awal. Sedangkan I Gusti Ngurah Agung,
merupakan role model pencapaian akademik tertinggi.
Acara yang mengangkat tema ‘nurturning, intelligence
leadership strategy and critical thingking’, digelar sebagai wujud
konsistensi ASC untuk membangung kompetensi, menciptakan
nilai dan semangat yang kompetitif dengan mengedepankan
intelektualitas sebagai pondasi. Dalam sambutannya, Putu Ary
Suta mengatakan, manusia akan berhenti menjadi manusia jika
manusia berhenti berfikir.
Agency Kick Off Asuransi Sinarmas 2010
Jakarta, 14 April 2010 – Asuransi Sinarmas (ASM) kembali
menggelar ‘Agency Kick Off’ yang khusus diselenggarakan untuk
memotivasi para Agency/Partner ASM untuk meraih penghasilan
besar dan reward perjalanan ke mancanegara. Acara yang digelar di
Ballroom Plaza Sinarmas, Jakarta, ini sekaligus juga sebagai ajang
apresiasi kinerja para Agency/Partner ASM yang berprestasi di
tahun sebelumnya. Penghargaan dibagi ke dalam empat kategori,
tiga Top Producer dan The Rising Star.
Tahun ini, ASM memberikan alternatif produk simas kapal dan
juga produk-produk affinity. Pemasaran melalui jalur agency
yang sudah di rintis ASM sejak 1994 selalu menunjukkan hasil
yang menggembirakan dari tahun ke tahun. Pada 2009, agency
berhasil membukukan premi Rp 96,023 miliar dengan jumlah
kantor agency sebanyak delapan kantor cabang dan jumlah
partner sebanyak 5.163 orang. 2010 ini, ASM menargetkan
untuk membuka 10 kantor cabang agency baru, jumlah partner
sebanyak 20.000 orang dan target produksi sebesar Rp 150
miliar.
Opening Aceh Coffee Corner
Jakarta, 16 April 2010 – Musik melayu khas daerah Aceh
mengalun di salah satu sudut lantai dasar Hotel Bidakara, Jakarta.
Beberapa orang tamu duduk santai di tempat yang disediakan.
Tidak lama setelah mantan Gubernur Aceh Abdullah Puteh
bersama isteri datang, acara pun dimulai dengan tarian yang juga
khas Aceh. Suasana sudut Bidakara malam itu memang penuh
dengan Aceh. Maklum, malam itu merupakan pembukaan coffee
shop Aceh Coffee Corner (ACC).
Aceh Coffee Corner merupakan satu-satunya coffee shop khas
Aceh yang ada di Jakarta. Kopi di ACC didatangkan langsung
dari wilayah yang dikenal dengan Serambi Mekah tersebut.
ACC tidak hanya menyediakan kopi, makanan khas Aceh seperti
timpan hingga mie pun bisa ditemukan di sini. Cita rasa kopi
Aceh memang telah dikenal luas sejak lama. Penikmatnya bukan
hanya dari dalam negeri, namun telah menembus kalangan
internasional. Bahkan diberitakan, kopi Aceh telah menjadi
primadona di sebuah cafe di Negara Bagian Seattle.
14 Artis Top Luncurkan Lagu “Rindu
Bersatu”
Jakarta, 21 April 2010 – Empat belas artis
dan grup band papan atas meluncurkan lagu
dan RBT (ring back tone) berjudul “Rindu
Bersatu.” Mereka adalah Gita Gutawa, ST12,
Ungu, Changcuters, Rio Febrian, Kangen
Band, Sherina, Nidji, D’masiv, Vierra,
Kotak, Alexa, Geisha dan Azura. Peluncuran
berlangsung Rabu, 21 April 2010, di Hotel
Nikko, Jakarta.
Para artis yang tercatat menguasai 80 persen pangsa musik
nasional ini tergabung dalam empat perusahaaan label
terkemuka, yakni: Warner Music Indonesia, Musica Studio,
Sony Music, dan Trinity Optima Production. Sutradara kawakan
Rizal Mantovani bertindak sebagai sutradara video klip. Lagu
ini diproduksi dari hasil kolaborasi keempat label.
Digagas keempat perusahaan label di atas bersama VIVA Group,
program ini diinspirasi oleh gerakan Indonesia Unite yang
lahir sebagai respons spontan sejumlah anak muda Indonesia
terhadap peristiwa pengeboman Hotel J.W. Marriott dan Hotel
Ritz Carlton, 17 Juli 2009 lalu.
HC Mei 2010
mei 01-16.indd 5
5
5/10/10 1:48:25 PM
Memasuki paruh kedua 2010, nuansa krisis global berangsur
meredup dan berganti dengan tanda-tanda pertumbuhan. Seiring
dengan makin membaiknya kondisi ekonomi, peran HR pun
makin diperlukan. Selain menyiapkan talent-talent baru, tahun ini
banyak perusahaan yang menyatakan sanggup menaikkan gaji
karyawannya.
Rudi Kuswanto
6
mei 01-16.indd 6
HC Mei 2010
5/10/10 1:48:27 PM
D
inamika
HR
berjalan seirama
dengan kondisi
bisnis.
Banyak
orang
yang
meyakini krisis
beranjak surut di
pertengahan tahun ini. Dengan begitu,
praktisi HR pun harus mempersiapkan
diri untuk mengantisipasi keadaan.
Bila divisi bisnis mulai sibuk menata
strategi untuk menghadapi pasar yang
bertumbuh, sepatutnya orang HR ikut
mengimbangi.
Ditemui HC beberapa waktu lalu,
Managing Consultant Towers Watson,
Lilis Halim, menjelaskan hasil temuan
salary survey yang baru dikeluarkan
oleh Towers Watson. ”Kita sudah tidak
bicara krisis. Namun demikian, kita
jangan terlena dengan kondisi saat
paparan
Lilis mengajak perusahaan untuk
melakukan aksi nyata. “Misalnya, dalam
hal rekrutmen. Tahun lalu banyak
yang freeze hiring sehingga tidak
ada rekrutmen sama sekali, bahkan
SDM yang keluar pun tidak dicari
penggantinya. Sekarang perusahaan
harus agresif merekrut SDM di pasar.
Pilihannya merekrut sekarang atau nanti
tapi mendapat sisanya,” ujarnya.
reward yang tepat bagi karyawan dan
para eksekutifnya. Perbedaan dari dua
peristiwa ini, menurut Sylvano, pada
krisis ‘97 merupakan krisis domestik,
di mana cadangan Indonesia belum
sekuat sekarang. “Jadi, krisis finansial di
Amerika tidak terlalu berpengaruh. Tetap
ada pengaruh, tapi tidak sebesar 10 tahun
lalu. Terbukti, growth Indonesia masih
lumayan. Ketika hampir sebagian besar
negara Asia minus growth, Indonesia
dan China masih positif growth,” papar
Sylvano.
Sinyal positif juga disampaikan oleh
General Manager HayGroup, Sylvano
Damanik.
Menurutnya,
dibanding
krisis pada 1997, krisis finansial yang
terjadi di Amerika hanya sedikit
berpengaruh terhadap perekonomian
Indonesia. Karena itu, tak heran jika ada
perusahaan yang sanggup memberikan
Dampak positif ekonomi baik secara
global maupun domestik inilah yang
tergambar dari hasil salary survey
yang dilaksanakan oleh Towers Watson.
Consultan Towers Watson Dian Febrianti,
menerangkan, jumlah responden survei
terdiri dari perusahaan-perusahaan lokal
dan multinational dari berbagai industri.
ini. Sekarang saatnya untuk bangkit,”
katanya bersemangat.
HC Mei 2010
mei 01-16.indd 7
7
5/10/10 1:48:27 PM
paparan
Survei berjalan selama 3-4 bulan. “Untuk salary survey per industri yang dilaksanakan
secara regular atau tahunan, biasanya dimulai dari kuartal 2 dan laporan dikirimkan
pada kuartal 3-4,” tambahnya. (Tabel 1-Participants in February 2010)
rata (average) kenaikan gaji (salary
increase) secara keseluruhan, meliputi
overall levels di semua industri. Untuk
2010, rata-rata salary increase secara
keseluruhan yang dibujetkan perusahaan
adalah 8.8%. Namun, bukan berarti
setiap perusahaan memberikan salary
increase yang sama sebesar itu (8.8%).
“Perlu diketahui, ini bukan berarti
setiap level besarnya sama. Bisa jadi ada
perusahaan yang memberikan salary
increase yang sama untuk semua level
tapi ada juga yang membedakan,” papar
Dian. (Tabel 2-Salary Increase Budget for
year 2010)
Perbandingan salary increase Indonesia
di antara negara Asia Pacific terlihat
pada Tabel 3-AP Salary Increase Rates:
2008-2010, sementara rekam jejak
salary increase di Indonesia dari tahun
ke tahun terlihat pada Tabel 4-Market
Movement in Indonesia: 2002-2010.
Lebih rinci salary increase yang
dilakukan oleh masing-masing industri
terlihat pada Tabel 5-Salary Increase by
Industri: 2008-2010, sedangkan salary
increase berdasarkan level karyawan
tergambar pada Tabel 6-Salary Increase
by Employee’s Level: 2008-2010.
Dari sisi filosofi, imbuh Dian, salary survey diadakan dengan maksud agar hasilnya
dapat digunakan oleh perusahaan sebagai referensi dalam melakukan salary review.
“Perusahaan dalam melakukan salary review ingin mengetahui apa yang dilakukan
oleh kompetitor mereka. Misalnya, berapa salary yang dibayarkan perusahan lain?”
lanjutnya.
Selain itu, perusahaan juga dapat mengetahui tren yang sedang terjadi di pasar
(market), di mana posisi remunerasi mereka dibanding pasar, berapa besar
perusahaan harus membayar untuk bisa meng-attract dan meretensi karyawan.
“Untuk mengetahui hal ini tidak cukup hanya dengan menebak-menebak. Tapi
perusahaan membutuhkan data yang valid dan mewakili keadaan atau tren di pasar.
Untuk itulah salary survey diadakan,” Dian menjelaskan.
Secara garis besar, salary increase budget yang ditampilkan adalah gambaran rata-
8
mei 01-16.indd 8
Sementara itu, Sylvano menyebutkan, ada
faktor lain yang berpengaruh terhadap
pendistribusian kekayaan perusahaan
(baca: kenaikan gaji) kepada karyawan
maupun jajaran eksekutifnya, yakni
faktor tren atau realita. Menurutnya,
lima hingga tiga tahun terakhir kenaikan
gaji di Indonesia relatif lebih kecil, ratarata 9,8%. “Kalau kita melihat market
Indonesia secara umum, gaji naik terus.
Itu yang saya selalu bilang, satu hal yang
hampir naik terus di Indonesia adalah
gaji. Terlepas dari produktivitasnya
seperti apa,” katanya.
Meski
begitu,
ia
mengingatkan,
employment cost yang terus naik ini
HC Mei 2010
5/10/10 1:48:29 PM
paparan
output-nya
berfluktuasi,
sehingga
menyebabkan cost of business di
Indonesia menjadi mahal. Ditambah lagi
output per kapita yang belum setinggi
negara-negara lain menjadi masalah
tersendiri. “Selama ini Indonesia dikenal
sebagai negara yang employment costnya masih rendah,” katanya.
Sylvano
menilai,
secara
makro
kemampuan
perusahaan
untuk
membayar karyawan dan level eksekutif
masih bisa lebih tinggi di 2010 karena
proyeksinya lebih bagus dibanding
tahun lalu. “Yang perlu kita pertanyakan
adalah, bagaimana cara mendistribusikan
kemampuan yang lebih tinggi ini secara
tepat. Bisa saja perusahaan membayar
lebih
karyawannya
dengan
cara
menyamaratakan setiap orang. Namun,
apakah itu cara yang tepat?” ujarnya
balik bertanya.
Yang perlu mendapat perhatian khusus,
lanjut Sylvano, pemberian reward pada
level manajemen ke atas. “Pasar kita
bukan hanya domestik, paling tidak
regional. Memang hanya terjadi di
industri tertentu, seperti telekomunikasi
dan finance. Kita perlu merekrut talent
dari Malaysia atau Arab. Sebaliknya,
orang-orang kita juga direkrut ke sana.
Di tingkat profesional, seperti engineer
di petrochemical industry, kita lihat
mereka pindah ke Timur Tengah karena
perusahaan di sana berani menerapkan
tax free dan memberikan fasilitas
mewah. Di samping itu, negara-negara
ini memiliki kemampuan membayar
yang jauh lebih besar,” paparnya.
Pertanyaan pentingnya, menurut Sylvano,
bagaimana
me-retain
orang-orang
terbaik? “Memang di sana belum tentu
seindah yang mereka bayangkan. Tapi
bagaimanapun, cost of developing good
talent jauh lebih murah daripada mengacquire talent. Kalau kita kehilangan
orang, untuk menggantinya lebih mahal daripada jika kita mempertahankan orang
itu,” tuturnya sambil mengingatkan, persaingan dengan negara tetangga menjadi
satu hal yang perlu diperhatikan pula. Ia mengungkapkan, dibanding negara-negara
Asean, fee level di Indonesia relatif masih menengah ke bawah. Walaupun ia mengakui
di level tertentu – biasanya posisi senior manajer ke atas – gaji orang Indonesia bisa
lebih mahal dari negara-negara Asean lainnya.
HC Mei 2010
mei 01-16.indd 9
9
5/10/10 1:48:31 PM
paparan
Sylvano mengajak introspeksi kenapa
hal itu bisa terjadi. “Sering kali kita tidak
memiliki perencanaan yang bagus terhadap
skill apa yang kita butuhkan ke depan.
Misalnya, seorang direktur produksi tibatiba membutuhkan 10 engineer. Karena
kepepet akhirnya perusahaan mencari
secepat mungkin berapa pun ongkosnya,”
ujarnya. Lain ceritanya jika direktur
produksi tersebut sudah tahu kebutuhan
SDM di perusahaan dalam tiga tahun ke
depan. Hal ini bisa dilihat dari tingkat
produksi yang dihasilkan, sehingga ia dapat
memperkirakan perlu penambahan berapa
orang. Dengan demikian, ia bisa melakukan
rekrutmen dari awal untuk entry level,
bukan di posisi yang mengharuskan
perusahaan mengeluarkan investasi tinggi.
Dalam kaitannya dengan human capital
dan wacana pay increase, Silvano
menegaskan, supply and demand
menjadi salah satu kuncinya. Hal
kedua yang tidak kalah penting adalah
memerhatikan keinginan orang. “Ini yang
membuat kenapa ada saja karyawan yang
masuk kategori ‘kutu loncat’ dan meski
tidak terlalu banyak, karyawan jenis ini
bisa merusak sistem. Dampaknya tentu
menyebabkan cost semakin tinggi,”
ujarnya.
Toh bagi Sylvano, sesungguhnya tidak
masalah membayar gaji karyawan dengan
nilai tinggi selama kontribusi yang
diberikannya kepada perusahaan juga
tinggi. “Dari riset yang kami lakukan, kita
tahu bahwa outstanding performance,
pay-nya itu bisa mencapai dua sampai
tiga kali lebih besar dari pada average
performance. Output-nya bisa sampai
10 kali average performance. Waktu itu
studi ini kami lakukan terhadap orangorang di bagian sales,” ia menjelaskan.
berbasis capital intensif seperti manufaktur, terkadang untuk mempertahankan
marginnya harus menekan elemen cost lain. Sementara di industri services, yang
lebih bersifat intellectual intensive, karena tidak menggunakan raw material maka
bisa membayar lebih tinggi,” tuturnya.
Namun
demikian,
Sylvano
me­
ngembalikannya kepada kemampuan
perusahaan. “Kita tahu industri yang
Dari data salary survey Towers Watson, Lilis mengungkapkan, managing talent
masih menjadi wacana yang menarik. Berkaitan dengan isu ini, perusahaan membagi
kriteria karyawan di organisasi ke dalam dua kelompok, yaitu: high performance/top
10
mei 01-16.indd 10
HC Mei 2010
5/10/10 1:48:35 PM
paparan
performers serta critical skill. “Banyak
perusahaan
memandang
penting
cara memilah-milah karyawan. Kalau
melakukan rekrutmen di posisi critical
skill, bukan berarti menganaktirikan
bagian lain. Tapi critical skill ini memang
jantung perusahaan. Orang-orang inilah
yang harus diberikan retention program
secara khusus,” ujar Lilis.
Berbicara mengenai cost cutting dari
riset Towers Watson, Lilis menyebutkan,
kondisi
keuangan
perusahaan
mendorong lahirnya berbagai kebijakan
termasuk isu pemotongan biaya. “Survei
ini dilakukan setelah awal tahun sehingga
isu cost cutting masih terdengar. Dalam
hal ini mereka lebih banyak melakukan
reducing cost seperti mengurangi bonus
atau reduce salary increase budget.
Tapi kalau high performing atau top
performing companies yang ditandai
dengan pencapaian target, mereka tidak
melakukan cost cutting atau pengurangan
karyawan,” tambahnya. (Tabel 7-Cost
Cutting Measures)
Lilis mengakui, isu cost cutting saat
ini sudah tidak relevan lagi. “Tren
yang
muncul
sekarang
adalah,
bagaimana
perusahaan
melakukan
improve performance, dan bagaimana
membedakan top performers dan
yang bukan. Selain ingin performancenya diakui, karyawan juga mengarah
kepada flexible working schedule atau
menciptakan working life balance,”
ujarnya. Ia mengingatkan, dalam
survey ditemukan juga bagaimana
kompetisi untuk mendapatkan critical
skill employee itu masih berlangsung.
“Perusahaan terlihat agresif untuk
merekrut talent yang masuk area critical
skill. Perusahaan yang performancenya kurang bagus jelas mengalami
kesulitan untuk mendapatkan critical
skill employee dibanding top performing
companies,” tutur Lilis yakin.
HC Mei 2010
mei 01-16.indd 11
11
5/10/10 1:48:40 PM
paparan
Menariknya, data survei juga menyebutkan,
mayoritas responden (72,7%) sangat yakin
dengan kondisi perekonomian saat ini.
(Tabel 8-How the business according to
Indonesia-based companies). Menurut
Lilis, pasca krisis mayoritas perusahaan
(82,3%) dalam tiga bulan terakhir setuju
untuk melakukan investasi pada aspek
sumber daya manusia (SDM) secara
agresif melalui rekrutmen karyawan baru.
Sehubungan dengan rencana perekrutan,
level
professional/non-managerial
(seperti konsultan atau para engineer di
perusahaan minyak dan gas) menempati
prioritas teratas. Ketika ditanyakan kepada
partisipan, apakah perusahaan masih
menawarkan peluang bagi karyawan baru
dalam tiga bulan ke depan, yang menjawab
setuju justru bertambah banyak (86,4%).
(Tabel 9-10 Hiring Plans)
Bagaimana para praktisi HR menyikapi
hasil survei ini? Menurut Dian, praktisi
HR bisa menyikapinya dengan bijak. Dian
menuturkan, salary survey memberi
gambaran yang sedang terjadi di pasar,
baik secara external equity/market
competitiveness maupun market trend.
“Hasil survei ini bisa digunakan oleh
perusahaan sebagai referensi dalam
melakukan analisa untuk salary review,”
katanya menandaskan.
“Dengan melihat hasil survei ini, praktisi HR
jadi lebih paham dan tanggap terhadap tren
dan praktik yang terjadi di pasar serta bisa
melakukan analisa perbandingan salary
terhadap pasar,” ujarnya. Selain melihat
ke external (market) competitiveness,
Dian menyarankan, perusahaan juga
melihat ke internal equity (kesetaraan di
perusahaan), filosofi reward, serta kondisi
dan kemampuan perusahaan. n
Liputan: Ade Ahyad Nadrie
12
mei 01-16.indd 12
HC Mei 2010
5/10/10 1:48:44 PM
paparan
Merancang paket kompensasi dan benefits
(komben) yang membuat para talent ’betah’ di
perusahaan bisa dikatakan gampang-gampang
susah. Selain mempertimbangkan kondisi
keuangan perusahaan, praktisi HR juga harus
bisa menangkap aspirasi talent yang cenderung
tak ingin menetap lama di suatu perusahaan.
Firdanianty
HC Mei 2010
mei 01-16.indd 13
13
5/10/10 1:48:46 PM
paparan
T
ahukah Anda, topik
pembicaraan
apa
yang paling diminati
karyawan? Ya, Anda
benar.
Kenaikan
gaji
merupakan
isu hangat yang
selalu dinanti-nantikan karyawan. Jika
pertanyaan tersebut dilempar kepada
100 karyawan, dapat dipastikan jawaban
paling banyak adalah kenaikan gaji.
Selain gaji, jawaban kedua tertinggi –
bisa jadi – benefits atau program insentif.
Dan, jawaban berikutnya kemungkinan
adalah promosi.
yang menarik di era kompetitif adalah
yang dapat memotivasi karyawan untuk
menghasilkan kinerja terbaik. Jadi,
bukan sekadar dilihat dari besaran dan
jenisnya, namun juga hubungan yang
positif dengan kinerja individu.
Di samping itu, komben yang menarik
juga dilihat dari sisi perusahaan.
Bagi perusahaan, paket komben yang
kompetitif harus diimbangi dengan
kinerja karyawan yang tinggi. ”Itu
sebabnya jenis-jenis kompensasi yang
berhubungan dengan ’kepemilikan’
organisasi. ”Tujuan dasarnya adalah
memberikan nilai tambah (valueadd) bagi stakeholders, baik dari sisi
finansial maupun non-finansial,” kata
Irwan. Dengan dana perusahaan yang
ada batasnya dan harus dimanfaatkan
seefisien mungkin untuk menjalankan
organisasi dan mencapai tujuannya, ia
menilai, setiap rupiah tentu harus dapat
memberikan nilai tambah.
”Hal ini dapat dilakukan dengan
menghubungkan compensation and
benefits dengan sistem performance
Meski baru sebatas dugaan, tak dapat
disangkal bahwa komben memiliki daya
tarik yang sangat kuat bagi siapa pun
yang menyebut dirinya karyawan. Ketika
memaparkan hasil surveinya kepada
majalah Human Capital beberapa waktu
lalu, Managing Consultant Towers
Watson, Lilis Halim, mengungkapkan
hal senada. ”Annual incentive program
merupakan program yang paling dihargai
karyawan dan dinilai paling efektif untuk
meretain karyawan,” ujarnya.
Yang menarik, Lilis melanjutkan,
persepsi karyawan terhadap program
reward terus berubah seiring munculnya
generasi baru yang memiliki keinginan
berbeda dengan generasi terdahulu.
“Generasi sekarang hanya melihat cash
program. Percuma saja dikasih benefit
banyak, karena mereka tidak tertarik.
Inilah salah satu temuan menarik yang
muncul dari hasil riset, dan ini terlihat
di hampir semua industri,” ungkapnya
serius.
Di sinilah, praktisi HR dituntut untuk
memahami
dan
sebisa
mungkin
mengakomodasi kebutuhan tersebut
demi mempertahankan talent di
perusahaan. Konsultan SDM Irwan Rei,
mengakui, kompensasi dan benefits
14
mei 01-16.indd 14
karyawan atas organisasi, seperti saham,
stock-option, profit-sharing dan lainlain menjadi menarik bagi karyawan
maupun perusahaan,” ungkap Irwan.
Selain memiliki hubungan yang jelas
dan positif antara kinerja karyawan dan
organisasi, ”Susah dan senang, kinerja
baik dan buruk, akan menjadi tanggung
jawab bersama antara karyawan dan
organisasi,” katanya menambahkan. Irwan berpendapat, cara menyelaraskan
komben dengan strategi bisnis perlu
dikaitkan
dengan
nilai
tambah
management, di mana ada kaitan yang
jelas antara tingkat kompensasi yang
diberikan dengan kinerja karyawan
maupun organisasi, dan kompensasi
dengan bobot pekerjaan yang ada,”
paparnya.
Secara praktis, Irwan melihat, sebaiknya
perusahaan memberikan kenaikan gaji,
bonus dan insentif sesuai pencapaian
KPI (Key Performance Indicators). KPI
inilah yang menjadi indikator pencapaian
target-target kinerja organisasi dalam
menjalankan strategi bisnis. ”Contohnya,
HC Mei 2010
5/10/10 1:48:46 PM
paparan
kalau strategi perusahaan adalah
meningkatkan penjualan atau kepuasan
pelanggan, maka besaran bonus atau
insentif perlu dikaitkan dengan sejauh
mana karyawan maupun perusahaan
mencapai target penjualan atau tingkat
kepuasan pelanggan,” ia memberi
contoh.
Variasi Paket Komben
Untuk menyusun dan merancang
paket komben, banyak hal yang perlu
diperhatikan oleh praktisi HR. Irwan
membaginya ke dalam beberapa
variabel.
Pertama,
komposisi.
Misalnya, gaji pokok, tunjangan,
bonus, dan insentif, maupun benefits
yang beragam, mulai dari kacamata,
rawat inap, rawat jalan, kendaraan,
club membership dan lain-lain.
Menurut Irwan, pemberian komben yang
bertujuan untuk memotivasi karyawan
memiliki tingkat efektivitas yang bervariasi.
Bisa jadi, ada karyawan yang lebih tertarik
gaji, sementara yang lain lebih tertarik
pada benefits. Yang satu lebih menyukai
gaji pokok besar, sementara yang lain lebih
suka gaji pokok tidak terlalu besar, namun
bonus yang sangat kompetitif sesuai kinerja
karyawan.
Kedua, tingkat competitiveness. Irwan
mengatakan, perusahaan harus tahu
seberapa menariknya paket komben
yang dia berikan kepada karyawan
dibandingkan pasar atau perusahaan
lain. ”Kalau terlalu kecil, risikonya
karyawan akan pindah ke perusahaan lain
yang bisa memberikan gaji lebih tinggi.
Sementara kalau (terlalu) besar, memang
mudah menarik talenta yang diperlukan
untuk bergabung di organisasi, namun
bila tidak diimbangi dengan kinerja, hal
ini akan memberatkan bujet perusahaan,”
tutur Irwan.
Ketiga, hubungan dengan kinerja. Dalam
hal ini, perlu dibangun hubungan yang
jelas dan positif antara berbagai jenis
kompensasi dan benefits dengan kinerja
individu maupun organisasi. ”Misalnya,
kalau kinerja individu dan organisasi
meningkat, maka tingkat bonus atau insentif
pun meningkat, demikian juga sebaliknya.
Contoh lain, karyawan memperoleh benefit
tertentu bila dapat menunjukkan tingkat
kinerja tertentu,” paparnya.
Irwan melihat, ada dua tantangan utama
dalam merancang komben. Pertama,
efektivitas. Sehubungan dengan ini,
perusahaan harus bisa menyimpulkan,
sejauh mana dana komben yang diberikan
efektif dalam meningkatkan motivasi
dan kinerja karyawan? Sebagai contoh,
mana yang lebih baik bagi karyawan
maupun perusahaan, gaji pokok besar
tanpa bonus atau insentif, atau gaji
tidak terlalu tinggi ditambah bonus
berbasis kinerja yang besar? Pilihan lain,
gaji kecil plus kendaraan dan fasilitas
benefits yang menarik, atau gaji lebih
besar tanpa benefits yang berlimpah?
”Implementasikan pemikiran ini untuk
berbagai jenis (demografi) karyawan di
dalam organisasi. Mana yang paling pas
untuk meningkatkan motivasi dan kinerja
karyawan?,” katanya menyarankan.
Tantangan kedua, lanjut Irwan,
keterbatasan bujet. Organisasi memiliki
dana terbatas, sehingga setiap rupiah
perlu dimanfaatkan sebaik-baiknya.
Makin tinggi nilai kompensasi, akan
makin menarik bagi karyawan. Namun,
seberapa jauh perusahaan mampu
memenuhi
keinginan
karyawan
di tengah persaingan yang tinggi
untuk mendapatkan talent terbaik
di pasar? Hal lain yang juga perlu
dipertimbangkan, menurut Irwan,
sejauh mana kenaikan anggaran
komben akan diimbangi dengan
kenaikan kinerja karyawan dan
organisasi?
Tabel. Monetary Vs Non-monetary
Monetary
Non-monetary
Annual bonuses
Flexible work schedules
Stock grants
Advancement opportunities
Stock options
Career development
Sumber: Towers Watson
HC Mei 2010
mei 01-16.indd 15
15
5/10/10 1:48:47 PM
paparan
berdampak kepada motivasi karyawan
untuk memberikan kontribusi yang lebih
optimal dibanding perusahaan B di mana
karyawan yang berprestasi mendapat
apresiasi yang sama dengan karyawan
pemalas. Karyawan yang memiliki
kinerja tinggi akan berpikir, buat apa saya
kerja capek-capek, toh dapatnya sama
dengan teman saya yang kerjanya malasmalasan. Akhirnya, perusahaan seperti
ini sulit mendapatkan karyawan yang
performance-nya bagus. Sedangkan di
perusahaan A semua orang terpacu dan
termotivasi untuk berprestasi,” papar
Lilis.
Jadi, bagaimana solusinya? “Efektivitas
kompensasi dan benefits dapat dicapai
“Generasi sekarang hanya melihat cash program. Percuma saja
dikasih benefit banyak, karena mereka tidak tertarik. Inilah salah
satu temuan menarik yang muncul dari hasil riset, dan ini terlihat di
hampir semua industri”
(Lilis Halim)
Lilis
membenarkan,
membedakan
performa karyawan dalam bentuk
pemberian bonus atau variable pay,
juga berkaitan dengan financial
performance
perusahaan.
Ia
menganalogikan,
ada
dua perusahaan, A dan
B. Perusahaan A sangat
membedakan
perlakuan
terhadap top performers
dengan karyawan biasa.
Hasil
akhirnya
ternyata
perusahaan
A
lebih
bagus
kontribusinya terhadap financial
performance dibanding perusahaan
B yang memberi perlakuan sama
kepada karyawannya.
“Praktik
16
mei 01-16.indd 16
di
perusahaan
A
akan
terutama dengan menghubungkan
kompensasi dengan kinerja individu
dan organisasi. Secara praktis, ini dapat
dilakukan dengan menghubungkan
besaran bonus, insentif maupun
kenaikan
gaji
dengan
kinerja karyawan maupun
organisasi,” jawab Irwan.
Ia menambahkan, keterbatasan
bujet dapat disiasati dengan
membangun
sistem
komben
yang bersifat variabel. Besarannya
dibuat sangat kompetitif sehingga
diharapkan karyawan dapat mencapai
kinerja tertentu. ”Ini disebut pay at
risk, artinya tingkat kompensasi yang
tinggi dapat dicapai karyawan bila
diimbangi dengan kinerja yang tinggi.
HC Mei 2010
5/10/10 1:48:49 PM
paparan
Bagi perusahaan ini juga mengurangi
biaya tetap (fixed-cost) kompensasi dan
benefits dengan membagi risiko biaya
kepada karyawan,” Irwan menjelaskan.
Monetary Vs Non-Monetary
Ketika HC bertanya tentang jenis
reward monetary dan non-monetary,
Irwan
menjawabnya
bersemangat.
“Good point. Tentu tujuannya untuk
menarik dan memotivasi karyawan
pilihan agar memiliki kinerja yang
tinggi dan memberikan nilai tambah
bagi organisasi,” katanya. “Walau uang
menjadi motivator, ini bukan satusatunya faktor dalam meningkatkan
motivasi karyawan. Masih ada faktor lain
(non-monetary) seperti lingkungan kerja,
sarana dan prasana kerja, hubungan antar
rekan kerja dan atasan, kepemimpinan,
kecocokan kompetensi dan keinginan
dengan pekerjaan yang dilakukan, serta
kesempatan untuk mengembangkan diri,
merupakan faktor-faktor penting lainnya
dalam meningkatkan motivasi karyawan
dalam bekerja,” ia menerangkan panjang
lebar.
Pertumbuhan perusahaan demikian
beragam, ada yang baru tumbuh namun
ada pula pemain lama. Penerapan
komben pun beragam, tergantung
dari cara melihatnya dan
kemampuan perusahaan
dalam memenuhinya. Di
perusahaan global dan
multinasional, Irwan
mengungkapkan,
sudah
umum
d i k e n a l
istilah “flexi-
time” dalam bekerja, maupun “flexiblebenefits” dalam pemberian benefits.
“Namun
di
organisasi
lokal,
penerapan
sistem
reward
for
performance di mana ada hubungan
yang positif dan jelas antara tingkat
gaji,
bonus
maupun
kenaikan
gaji yang diterima dengan kinerja
karyawan dan organisasi, baru
sebatas tren,” kata Irwan. ”Suatu
saat setelah perusahaan-perusahaan
ini bertumbuh, bisa saja mereka
memperbaiki sistem kompensasi
dan benefits-nya dan mengadopsi
sistem yang lebih maju seperti flexibenefits dan flexi-time,” ujarnya
memprediksi.
Menurutnya, perusahaan perlu mencari
model sistem dan program yang
dapat memotivasi karyawan dalam
memberikan nilai tambah, serta dapat
diterima dari sisi biaya yang dibutuhkan.
Dalam praktiknya, organisasi sebaiknya
tidak perlu terpaku pada norma-norma
pasar dan bila perlu menjadi trend
setter. “Contohnya, organisasi-organisasi
yang masuk dalam best companies to
work menerapkan sistem dan program
kompensasi maupun benefits yang
beragam dan kreatif, mulai dari laundry,
makan pagi-siang-malam gratis, sampai
subsidi untuk membeli hybrid car,”
ungkapnya.
Irwan memberi contoh pengalamannya
saat bekerja di Hewitt Associates.
“Hewitt Associates menyediakan makan
pagi-siang-malam gratis di kantor
mereka di US. Juga, menerapkan flexitime maupun gaya berpakaian businesscasual di tempat kerja,” ungkapnya.
Irwan berpendapat, yang dilakukan
Hewitt Associates bukan praktik
umum di pasar, namun sahsah saja dan layak diterapkan
selama
tujuan
akhirnya
tercapai, yakni menarik dan
”Sebaiknya
perusahaan
memberikan
kenaikan gaji,
bonus dan
insentif sesuai
pencapaian KPI
(Key Performance
Indicators)”
(Irwan Rei)
HC Mei 2010
mei 17-32.indd 17
17
5/10/10 1:49:57 PM
paparan
memotivasi karyawan dalam bekerja
dan menghasilkan yang terbaik bagi
perusahaan.
ruangan yang ekspresif
dengan tema-tema
negara,” ujarnya.
Lilis
mengakui,
di
Indonesia
implementasi sistem flexi-time belum
umum dilakukan. ”Kalau di perusahaan
media mungkin sudah biasa, di konsultan
juga demikian. Ambil contoh Towers
Watson di Jepang, ruangan kantornya
dibikin plong. Ruangan meeting saja
yang diperbanyak, jadi sudah tidak
disekat-sekat meja kerja lagi. Mereka
hanya memiliki semacam loker yang
dilengkapi roda agar karyawan mudah
menaruh barang-barangnya seperti
pulpen, bahkan telepon pun masuk ke
kotak itu. Loker ini tinggal didorong
dan bisa dipindah-pindah. Di mana ada
meja kosong mereka bisa gunakan untuk
bekerja. Setelah selesai kerja dirapikan
kembali dan dimasukkan ke dalam kotak
masing-masing,” papar Lilis mengenai
keunikan yang dilihatnya.
Pergerakan bisnis
yang
dinamis
tentu
menuntut
orang HR harus
mau
mengubah
paradigmanya. Bekerja
tidak harus berada di
kantor dengan ruangan yang
disekat-sekat. Dengan adanya konsep
flexi-time, seorang praktisi HR tidak
bisa lagi menuntut kehadiran karyawan
pada pukul 8 pagi. ”Sudah nggak model
lagi. Orang HR harus berubah karena
kenyataannya semua juga berubah. Yang
penting tetap ada deadline dan target
yang akan dicapai,” Lilis menandaskan.
Desain semacam itu diakuinya untuk
mendukung fungsi kerja konsultan yang
lebih banyak keluar bertemu klien. Kantor
hanya berfungsi sebagai tempat menerima
tamu atau klien. ”Pertimbangan lainnya,
harga sewa ruangan di sana (Jepang)
mahal. Dengan konsep ini kantor tidak
perlu berukuran besar. Menurut saya,
sangat menarik, selain bisa menghemat,
mereka juga membuat
Barangkali, yang dikhawatirkan oleh
kebanyakan praktisi HR dari penerapan
sistem flexi-time adalah memastikan
bahwa setiap individu bertanggung jawab
terhadap pekerjaannya. Di sini, sistem
monitoring dan controlling merupakan
dua hal yang sangat menentukan
kelancaran pekerjaan karyawan. Namun,
hal itu pun tidak perlu dirisaukan.
”Dengan outlook calendar kita tinggal
‘klik’ untuk mengetahui posisi karyawan
berada di mana,” ujar Lilis.
Di beberapa perusahaan, ungkap Lilis, flexitime berarti karyawan boleh datang agak
siang dari jam kantor asal memberitahu
terlebih dahulu. Sehingga, “Kalau ada yang
mencari bisa diketahui keberadaannya
di mana. Yang penting, dalam sehari
seseorang ditargetkan bekerja selama
8 jam sesuai aturan pemerintah.
Seandainya dia datang jam 9 dan
menggunakan istirahat selama satu
jam, berarti dia akan pulang jam 6
sore,” Lilis mencontohkan.
”Jika dia baru datang jam 11, otomatis
pulangnya juga lebih malam. Atau, bila
18
mei 17-32.indd 18
karyawan minta izin
pulang sore karena
ada keperluan lain,
dia datang ke kantor
lebih pagi dari jam
biasanya,”
Lilis
menambahkan.
Dia mengakui,
sistem flexi-time
yang seperti itu sering
mengalami kendala karena
penggunaan jam kantor yang di luar
jam kerja (office hours). Sebagaimana
diketahui, beberapa gedung di wilayah
Jakarta mengenakan biaya tambahan
bagi pemakaian listrik di atas jam
tertentu. ”Ini juga harus dihitung. Ada
gedung yang selewat jam 6 sore secara
otomatis listrik dan AC-nya akan padam,”
tuturnya memberitahu.
Di Towers Watson sendiri, Lilis
mengungkapkan,
sekarang
sudah
berubah. ”Dulu kami bebas pulang jam
berapa saja. Sekarang saya mengajak
teman-teman agar menjalani work-life
balance dan sepakat untuk menghentikan
aktivitas pekerjaan pada jam 7 malam,”
paparnya.
Tentu, sistem kerja dan pengaturan
flexi-time akan berimplikasi ke dalam
paket komben. Dalam merancang
paket komben yang dapat memotivasi
karyawan,
Irwan
menyarankan,
karyawan bisa memberi masukan
tentang sistem, program dan kebijakan
yang menarik dan efektif untuk
diterapkan. ”Tidak berarti seluruh
keinginan karyawan dapat dipenuhi,
karena hal ini menyangkut biaya.
Namun, melibatkan karyawan di dalam
prosesnya akan meningkatkan rasa
memiliki dan memotivasi karyawan
untuk memberikan yang terbaik bagi
organisasi,” katanya yakin. n
Liputan: Rina Suci Handayani HC Mei 2010
5/10/10 1:49:57 PM
Ruky menyebutkan, ada empat
variabel strategis yang perlu
menjadi
perhatian
praktisi
HR dalam mendesain sistem
remunerasi, yaitu keselarasan
internal
(aspek
keadilan),
keselarasan
eksternal
(aspek
persaingan di pasaran tenaga
kerja), kontribusi karyawan (apa
yang harus mereka lakukan untuk
mendapat remunerasi tambahan),
dan pengelolaan (aspek pendanaan
dan komunikasi).
K
onsultan
Manajemen
Sumber Daya Manusia
(SDM),
Achmad
S.
Ruky,
menyatakan,
strategi
remunerasi
harus selaras dengan
strategi modal insani (human capital).
Selanjutnya, strategi modal insani pun
diselaraskan dengan strategi bisnis.
Maksudnya, strategi bisnis menjelaskan
yang akan dilakukan perusahaan untuk
merealisasikan
visinya.
Sedangkan
strategi modal insani akan menentukan
jenis dan tingkat kompetensi yang
dibutuhkan perusahaan, dan akhirnya
sistem remunerasi yang ditawarkan
kepada karyawan.
“Selama ini tantangan praktisi
HR dalam mendesain sistem
remunerasi terletak pada diri
sendiri. Maksudnya, banyak yang
berpikir bahwa remunerasi lebih
terkait pada aspek teknis seperti
evaluasi jabatan, job grade,
struktur gaji, merit, dan sebagainya.
Padahal remunerasi sangat terkait
dengan strategi bisnis dan strategi
SDM,” kata Mantan Direktur
Human Resources Mercedez-Benz (19941998), ini memastikan.
Lulusan
Master
of
Business
Administration (MBA) dari Melbourne
University Business School, Australia,
ini berpandangan, dalam era yang
kompetitif manajemen harus meninjau
ulang strategi human capital-nya,
termasuk strategi remunerasinya.
“Perusahaan seharusnya menerapkan
strategi yang berbeda, misalnya
menyerahkan
pekerjaan-pekerjaan
yang non-core kepada pihak lain
dengan sistem outsourcing dan fokus
kepada kegiatan bisnis inti (core
business),” tuturnya menyarankan.
Implikasinya
perusahaan
harus
berusaha menerapkan strategi dan
sistem “remunerasi berbasis kinerja”.
Mantan Direktur HR Indofood Group
(1986-1989),
ini
mengungkapkan,
ada tiga strategi dalam manajemen
remunerasi yang kini sudah banyak
diterapkan praktisi HR. Pertama, praktisi
HR telah meninggalkan remunerasi
multi-komponen yang terdiri dari banyak
tunjangan di luar gaji atau upah pokok.
Kedua, praktisi HR telah menerapkan
remunerasi yang dikaitkan dengan
kinerja (pay for performance). Dan
ketiga, praktisi HR telah menerapkan
upah berbasis keterampilan (skilled
based pay). “Sejak 16 tahun lalu,
sebenarnya telah terjadi reformasi dalam
manajemen remunerasi di dunia usaha,”
ujarnya meyakinkan.
Sementara itu, mengenai reward berbasis
kinerja,Rukymenyatakan,banyakkaryawan
yang selalu berpikir bahwa reward berbasis
kinerja sama dengan sistem merit. “Kalau
bicara sistem merit, yang ada di benak
karyawan adalah kenaikan gaji setahun
sekali berdasarkan hasil evaluasi penilaian
prestasi kerja karyawan (performance
appraisal),” ungkapnya.
Menurut Ruky, reward berbasis kinerja
banyak bentuknya. Ada reward yang
diberikan kepada semua karyawan
tanpa kecuali, yang diperoleh dari
kinerja perusahaan secara keseluruhan.
Ada pula pemberian reward yang
didasarkan pada kinerja individu, dan
kombinasi antara kinerja perusahaan
dan individu. Menurut Ruky, sementara
ini yang banyak dipraktikkan adalah
kombinasi antara kinerja perusahaan
dan individu. n Anung Prabowo
HC Mei 2010
mei 17-32.indd 19
19
5/10/10 1:49:58 PM
paparan
S
epanjang 2009 kita melihat ada pemangkasan
besar-besaran dalam investasi sumber daya
manusia (SDM) di seluruh dunia. Pemangkasan
biaya yang dilakukan perusahaan dimulai
dari pengurangan gaji, meniadakan/menunda
rekrutmen, hingga terpaksa melakukan PHK
besar-besaran. Banyak perusahaan yang menggeser biaya gaji
pokok, tetapi untuk porsi benefits sedikit sekali. Tahun lalu juga
terlihat, biaya imbalan kerja umumnya meningkat terutama
pada biaya medis.
Melalui surveinya Towers Watson
(TW) melihat di 2010 mulai terlihat
tanda-tanda optimisme meski
masih disertai sikap kehati-hatian.
Asia Pacific memegang peranan
penting pada masa rebound
tahun ini, dengan pandangan
yang berbeda terhadap bisnis. Di
seluruh kawasan, sebagian besar
sektor
bisnis
mengharapkan
pertumbuhan yang lebih baik
dibandingkan 2009, terutama
melihat indikator positif yang
sinyalnya dilemparkan oleh China
dan India. Yang menjadi catatan,
masih ada keprihatinan tentang
kekurangan talent dalam jangka
pendek maupun kehilangan talenttalent kunci.
Survei dilakukan di 532 perusahaan dari 8 pasar di wilayah Asia
Pacific, meliputi China Daratan, Hong Kong, India, Indonesia,
Malaysia, Filipina, Singapura dan Vietnam. Para responden
survei terutama adalah para eksekutif senior di bidang HR.
Mereka diminta menjawab pertanyaan tentang manfaat
karyawan sehubungan dengan tantangan utama yang dihadapi,
awareness di antara karyawan, pengeluaran, employee benefits
preferences, dan hal-hal strategis lainnya. Intisari survei
tergambar pada Tabel 01-Employee prefered benefits in AP
dan Tabel 02-Additional benefits offered by employers in AP.
n Rudi Kuswanto
Di sinilah peran praktisi HR
sangat diperhitungkan dalam
upaya meningkatkan penawaran
guna mempertahankan talent
kuncinya. Langkah memberikan
paket benefits yang menarik
akan sangat menentukan upaya
tersebut. TW yang banyak terlibat
dengan para top eksekutif HR
dari berbagai kawasan di seluruh
dunia
berbagi
pandangan
mereka mengenai tren benefits
yang disajikan dalam laporan
“Employee
Benefits
Trend
Survey” ini.
20
mei 17-32.indd 20
HC Mei 2010
5/10/10 1:50:00 PM
profil paparan
PT Asuransi Jiwa Generali Indonesia
“We Listen,
We Learn and
We Improve”
E
kspresi cerah dan lega tersirat di wajah
karyawan PT Asuransi Jiwa Generali Indonesia,
usai mengadakan rangkaian workshop tentang
employee benefits di Hotel Mulia, Jakarta, April
lalu. Sebelum dekorasi panggung dibongkar,
semua kru berfoto bersama. HC merasakan
kebersamaan dan keakraban di antara mereka.
Generali Indonesia (GI) memang masih seumur bayi.
Perusahaan joint venture ini berdiri pada 8 Agustus 2008
dan kini baru memiliki 70 karyawan. Walau demikian, GI
yang menyasar pasar korporasi atau kumpulan ini mampu
membukukan pertumbuhan bisnis yang signifikan. “Hasil yang
kami capai di luar perkiraan. Dalam waktu 2 tahun kami berhasil
menangani 100 perusahaan dengan anggota lebih dari 25 ribu
orang,” ungkap Edi Tuhirman, CEO Generali Indonesia.
Pertumbuhan bisnis yang menggembirakan ini berdampak
positif kepada karyawan GI. “Ya, tahun ini ada kenaikan
gaji karyawan,” kata Edy yang percaya pada pertumbuhan
jangka panjang. Karena itu dalam merumuskan kompensasi
dan benefits (komben) bagi karyawan GI, menurutnya perlu
mempertimbangkan kepentingan jangka panjang.
Mengingat GI adalah perusahaan multinasional, maka standar
komben yang diterapkan pun sesuai dengan peraturan Generali
pusat di negara asalnya, Italia. “Kami punya standar global.
Dalam implementasinya kami menggunakan sentuhan lokal.
Kami bekerja sama dengan HR manager GI dalam memberikan
warna lokal,” Edy membuka strategi.
Mengapa Edy sangat mementingkan sentuhan lokal? Ia
menjawab bahwa sentuhan lokal merupakan daya tarik bagi
karyawan GI. “Saya rasa di manapun berada, local touch
menjadi daya tarik untuk karyawan Generali. Ada interaksi
antara manusia dan lingkungan kerja,” kata Edy. Saking
pentingnya, ia menganalogikan interaksi sebagai pijakan dalam
membentuk sinergi.
Menurut Edy, terbentuknya sinergi membentuk kinerja dan
memberikan efek bola salju, yaitu meningkatkan kinerja dan
profit bisnis. Maka, suasana di GI pun dibuat serius tapi santai,
terbuka, dan sedikit birokrasi. ”Kita sangat open door. Anda
bisa lihat saya, saya bisa lihat Anda. Saya bisa duduk bersamasama mereka di kursi mereka. Jadi kita bekerja sebagai tim,”
Edy menjelaskan. Terbukti, selama dua tahun ini karyawan
GI melihat benefit tidak melulu dari materi, tapi juga suasana
bekerja.
HC Mei 2010
mei 17-32.indd 21
21
5/10/10 1:50:01 PM
profil paparan
bertaruh bahwa perusahaannya memberikan coverage yang
lebih tinggi dibandingkan yang lain. “GI salah satu yang tertinggi.
Contohnya, perusahaan lain memberi 5 ke karyawannya, GI
memberi 6,” katanya mantap.
Apakah ada efeknya? Ia mengungkapkan, sejak 2008 turnover
GI sangat kecil, yakni di bawah 5%. “Selama dua tahun baru
dua orang yang keluar,” ungkap alumni Teknik Elektro dari
Universitas Brawijaya, ini. Ditanya tentang flexible time di GI,
Edy merasa industri jasa belum tepat bila menerapkan flexible
time. Pasalnya, GI termasuk industri jasa yang harus melayani
orang. “Kami perusahaan jasa dan sulit untuk melayani klien
dari rumah. Jadi dalam bekerja kami pakai konsep tradisional,”
tuturnya.
Rumus terakhir adalah, GI menyesuaikan komben dengan pasar.
Komben yang efektif dan efisien adalah komben yang kompetitif
dan sesuai dengan kelas pekerjaan karyawan. ”Tidak lebih rendah
ataupun terlalu tinggi, kami menjaga keseimbangan,” tutur Edy.
Bisnis inti GI adalah menyediakan employee benefit bagi
karyawan. Karena itu GI memulainya dari dalam. ”Salah
satu bisnis kami adalah menyediakan employee benefit, yaitu
program kesehatan. Harapan saya cuma satu, bukan hanya
klien kami yang sehat tapi karyawan kami juga sehat,” kata
Edy. Dengan memulainya dari diri sendiri, setidaknya GI telah
memberikan perasaan tenang bagi karyawan. ”Kalau mereka
dapat yang terbaik, kerja tenang dan yakin kalau ada apa-apa
dijamin oleh perusahaan, mereka akan bekerja dengan baik,”
Edy menambahkan.
Apakah unsur finansial dianggap penting? Edy tegas menjawab,
“tentu penting tapi bukan satu-satunya.” Ia menilai, uang bukan
faktor utama mengapa orang mau bergabung di GI. Dalam
merumuskan komben, Edy berpendapat, keterbukaan untuk
menjadi insan yang produktif dan kerja sama tim adalah daya
tarik tersendiri. ”Kami sangat percaya pada kerja sama tim dan
keterbukaan. Karyawan GI mau mendengar (listen), belajar
(learn) dan menyempurnakan (improve). Hal itulah yang ingin
kami bangun ke depan,” paparnya tentang nilai-nilai GI.
“Untuk merumuskan kompensasi dan benefit pun kami
menggunakan nilai-nilai ini,” ungkap Edy. “We listen, we learn
and we improve,” katanya lagi. Menurut Edy, itulah yang
dilakukan GI dalam setiap aspek, bukan hanya merumuskan
komben yang efektif dan efisien saja.
Berdasarkan benchmark yang dilakukan GI terhadap
perusahaan asuransi joint venture di Indonesia, Edy berani
22
mei 17-32.indd 22
Salah seorang karyawan GI yang bergabung sejak awal
perusahaan berdiri, Petrus Patipatta, komben bukan melulu
soal uang. Menurutnya, manusia tidak pernah ada puasnya.
Hari ini bisa mendapatkan gaji tiga kali lipat, namun tiga
bulan kemudian angka itu menjadi biasa saja. “Generali
mengajak seluruh karyawan sebagai satu keluarga. Bagi saya
kompensasi bukan satu-satunya ukuran, tapi bagaimana
orang-orang di dalam perusahaan dapat bekerja sama
dengan baik,” katanya kepada HC.
Petrus membayangkan, betapa tidak tenangnya bekerja di
perusahaan yang tidak kompak dan tidak bisa dijadikan
lahan berkarya. “Kebayang tidak, orang yang punya
kompensasi bagus tapi ribut melulu dengan rekan kerjanya?
Kan tidak nyaman. Ketenangan bekerja adalah fokus utama
saya,” katanya mengakui. Selain itu, ia melanjutkan, GI
menjadi tempat bagi karyawan untuk berkarya. Dengan
menumbuhkan rasa memiliki, Petrus berusaha memberikan
yang terbaik untuk GI.
“Kamu pergi ke Generali mana pun, akan menemukan
karyawan Generali sudah puluhan tahun berkarya,” katanya.
Mengapa? ”Karena Generali mampu menghadirkan suasana
rumah. Saya termasuk yang paling awal bergabung di GI.
Saya merasakan hubungan dengan atasan, rekan, dan
bawahan begitu baik,” ungkap Petrus yang merasa suasana
seperti itu membuatnya merasa berkomunikasi dengan
anak-anaknya di rumah.
Keterbukaan mengenai jenjang karier juga menjadi daya
tarik bagi Petrus. ”Komben yang terpenting adalah, semua
orang dinilai berdasarkan value yang dia berikan kepada
perusahaan,” tuturnya menyimpulkan. n Rina Suci Handayani
HC Mei 2010
5/10/10 1:50:01 PM
profil paparan
PT Allianz Life Indonesia
Memulai dengan Proses Job Analysis
dan Job Evaluation
perusahaan dibanding dengan posisi lainnya (baik internal
maupun benchmark external dengan industri sejenis) sebagai
dasar untuk menentukan job grading. “Job grading tersebut
akan digunakan untuk menghubungkan posisi dengan paket
remunerasinya,” ia memaparkan.
Proses yang dilakukan selanjutnya adalah menentukan pay
structure dengan berpedoman pada konsep 3P, yaitu Pay for
Position (pay structure didasarkan pada bobot dan nilai sebuah
posisi atau jabatan), Pay for Person (pay structure harus
cukup fleksibel untuk mengakomodir perbedaan kompetensi,
pengalaman dan perkembangan individu), dan Pay for
Performance (pay structure yang didasarkan pada kinerja
dan performa individu). “Salah satu faktor yang tak kalah
penting dalam strategi remunerasi adalah manajemen kinerja
(performance management),” tuturnya menambahkan.
S
ebagai salah satu pilar dalam Human Resources
Framework, sebuah desain paket remunerasi
yang efektif harus dibuat sejalan dengan visi dan
misi serta kebutuhan bisnis perusahaan. Mengacu
pada konsep tersebut, Senior Vice President
Chief HR and Compliance Officer PT Allianz
Life Indonesia, Mursosan Wiguna, memastikan, strategi SDM
di Allianz Indonesia selaras dengan strategi bisnis. “Untuk
mendukung hal tersebut ditentukan pula strategi remunerasi,”
ujarnya.
Mursosan menjelaskan, strategi remunerasi yang tepat akan
membantu perusahaan dalam merekrut karyawan yang
tepat, dengan kombinasi skills dan kompetensi yang sesuai
dengan kebutuhan perusahaan demi mencapai tujuan bisnis.
Ia mengungkapkan, implementasi strategi remunerasi di
Allianz Indonesia dimulai dengan proses job analysis dan job
evaluation untuk mendapatkan bobot relatif suatu posisi dalam
Ia mengungkapkan, seluruh karyawan Allianz Indonesia
memiliki target tahunan yang harus dicapai. Pada tingkat middle
management sampai top executive mempunyai target yang
dituangkan dalam “Target Letter” yang memuat dua komponen
pokok, yaitu target perusahaan dan target individu dengan
komposisi 30:70. Setiap key performance indicator (KPI)
karyawan ditentukan dan disepakati ukuran keberhasilannya
secara transparan mengacu pada kriteria: specific, measurable,
attainable, realistic, time-limited (SMART).
“Selain mencantumkan target perusahaan, setiap manajer juga
memiliki people target. Ini menandakan concern kami pada
pengembangan sumber daya manusia terutama leadership para
manajer, termasuk pengembangan learning culture dan follow
up leadership, serta engagement survey,” tutur Mursosan
seraya melanjutkan, harmonisasi menjadi kunci penting dalam
implementasi integrated remuneration concept.
Menurut Mursosan, jenis remunerasi bagi karyawan Allianz
Indonesia secara umum dibagi menjadi dua, yaitu karyawan
sales dan non-sales. Karyawan non-sales akan menerima
komponen gaji, benefit, dan bonus tahunan yang disesuaikan
dengan kinerja perusahaan dan kinerja individu, sedangkan
karyawan sales selain mendapat gaji dan manfaat lain, juga
memperoleh sales incentive atau sales bonus di luar bonus
tahunan. n Anung Prabowo
HC Mei 2010
mei 17-32.indd 23
23
5/10/10 1:50:03 PM
wacana
Economic Rebound dan
Pengelolaan Human Capital
Octa Melia Jalal
S
aat ini dunia usaha diprediksi
mengalami economic rebound
atau suatu keadaan daya
balik setelah terjadinya krisis
keuangan baru-baru ini.
Bagaimana praktisi Human
Capital memastikan bahwa perusahaan
telah siap untuk mengambil segala
peluang yang ditawarkan
pada saat
economic rebound?
secara konseptual, pengertian economic
rebound adalah suatu kondisi di mana
keadaan usaha di suatu wilayah atau
negara mulai membaik secara perlahan
setelah mengalami krisis ekonomi yang
hebat. Biasanya keadaan ini disebabkan
beberapa aspek, seperti pemulihan
24
mei 17-32.indd 24
keuangan, bantuan dari pemerintah, serta
harapan para pelaku industri terhadap
keadaan yang lebih baik.
Menurut kamus Webster, rebound
merupakan suatu gerakan membalik,
mengarah ke atas, berdampak pada
pemulihan dari adanya kondisi buruk
sebelumnya. Berdasarkan pengalaman
Indonesia saat economic rebound
beberapa tahun lalu, perbaikan keadaan
ekonomi seperti ini memunculkan
berbagai peluang bagi perusahaan.
Peluang-peluang
itu
menuntut
ketersediaan human capital, baik secara
kuantitas maupun kualitasnya. Terlebih
bagi perusahaan yang mendapatkan
peluang pasar atau bisnis baru,
dipastikan mereka membutuhkan jumlah
dan kompetensi human capital yang
terkadang tidak tersedia di perusahaan
tersebut.
Pada awal 2009, PPM Manajemen
mengadakan riset terhadap puluhan
praktisi human capital mengenai sikap
perusahaan mereka dalam menghadapi
krisis keuangan. Dari hasil riset tersebut
disimpulkan, sebagian besar perusahaan
dengan skala ekonomi menengah dan kecil
cenderung bereaksi terhadap krisis dengan
mengurangi kegiatan pengembangan
kompetensi, sebagian lain menghentikan
kegiatan rekrutmen tenaga baru bahkan
HC Mei 2010
5/10/10 1:50:04 PM
wacana
”Human capital lag yang terjadi saat ini merupakan realita dari konsep human
capital planning atau perencanaan modal insani yang diperkenalkan oleh
para ahli sumber daya manusia (SDM), khususnya oleh Jac Fitz-enz”
Pertama, mereka harus menganalisis
berapa jumlah dan kompetensi human
capital yang dibutuhkan, kemudian
dianalisis tingkat kesulitannya guna
mengembangkan kompetensi itu, serta
waktu yang tersedia untuk pemenuhannya
dan kebutuhan perusahaan untuk meretain. Bila memungkinkan, perusahaan
retain
dapat mengembangkan orang-orang
dari dalam dengan dukungan program
pengembangan yang memadai.
beberapa perusahaan menyatakan akan
mengurangi jumlah human capitalnya. Sikap yang berbeda dilakukan oleh
perusahaan skala besar seperti Unilever.
Berdasarkan
pengalaman
mereka
menghadapi krisis pada 1997, Unilever
paham bahwa di saat krisis mereka tetap
harus menyiapkan human capital-nya
untuk menghadapi situasi economic
rebound yang pasti akan terjadi.
Perusahaan-perusahaan
yang
di
masa krisis telah menyiapkan human
capital menghadapi keadaan economic
rebound, tidak akan mengalami
kesulitan dalam mengelola human
capital-nya karena mereka sudah
berada di jalur yang benar. Namun,
bagi perusahaan-perusahaan yang
pada saat krisis justru mengurangi
jumlah human capital dan kehilangan
beberapa orang yang berkompetensi
tinggi, sementara perusahaan tidak
melakukan peningkatan kompetensi
secara internal, dapat dipastikan saat
ini mereka mengalami human capital
lag (kesenjangan human capital)
yang pada akhirnya akan melemahkan
perusahaan dalam mengambil peluang
usaha. Untuk membantu perusahaan
yang mengalami situasi seperti ini, ada
beberapa upaya strategis yang dapat
ditempuh para praktisi human capital
dalam mengatasi kelangkaan human
capital.
Permasalahan yang lebih besar adalah,
perusahaan
membutuhkan
human
capital dalam waktu cepat dan tingkat
kompetensi yang tinggi, sehingga sulit
dikembangkan sendiri. Apabila pekerjaan
tersebut bukan merupakan pekerjaan
inti (core) dari bidang usaha yang
dijalankan, perusahaan dapat melakukan
kegiatan alih daya atau outsourcing. Jika
memerlukan human capital dengan
kompetensi tinggi dan kebutuhan masa
kerja tertentu serta tidak panjang,
perusahaan dapat menggunakan jasa
konsultan atau special hire.
Salah satu contoh dari kegiatan ini
adalah, saat beberapa bank melakukan
proses merger, perusahaan dapat
merekrut seseorang yang berpengalaman di bidang tersebut untuk membangun
suatu platform teknologi informasi
perbankan yang sama. Setelah platform
tersebut selesai dan dapat diterapkan
dalam kegiatan operasional, jasa tenaga
ahli sudah tidak diperlukan lagi dan
diteruskan oleh pejabat dari bank itu
sendiri.
Human capital lag yang terjadi saat ini
merupakan realita dari konsep human
capital planning atau perencanaan modal
insani yang diperkenalkan oleh para ahli
sumber daya manusia (SDM), khususnya
oleh Jac Fitz-enz. Dalam meramalkan
kebutuhan human capital, ada beberapa
pertimbangan yang perlu dikaji, antara
lain: keadaan persaingan, kebutuhan
produk/jasa,
perubahan
organisasi
maupun kebijakan pemerintah.
Dalam tindak lanjutnya, terdapat
beberapa teknik yang diterapkan
dalam meramalkan kebutuhan human
capital tersebut, seperti: analisa tren,
audit SDM, rencana suksesi human
capital dan membandingkan dengan
perusahaan
sejenis.
Berdasarkan
berbagai perhitungan tersebut, ditarik
suatu kesimpulan, apakah terjadi suatu
kekurangan/defisit
human
capital,
atau sebaliknya terdapat kelebihan atau
surplus human capital.
Apabila terjadi kekurangan human
capital, maka kekosongan tersebut
perlu diisi melalui kegiatan rekrutmen
dan pengembangan human capital.
Sedangkan bila terdapat kelebihan
human capital, sebaiknya dilakukan
rasionalisasi atau mutasi.
Menarik untuk disimak hasil temuan Ken
Kaufman, seorang konsultan perusahaan
di Amerika, bahwa economic rebound
berjalan lebih cepat daripada kegiatan
penempatan tenaga kerja. Berdasarkan
risetnya, 44% dari pengusaha berencana
meningkatkan produktivitas pegawai
serta 33% dari pengusaha tersebut
ingin meningkatkan efisiensi produksi.
Kenyataannya, pengusaha cenderung
berharap lebih banyak sumbangsih
yang diberikan oleh human capital di
perusahaan. Tak hanya itu, pengusaha
juga berkeinginan meningkatkan aspek
teknologi dan otomasi kegiatan, ketimbang
merekrut human capital baru. n
HC Mei 2010
mei 17-32.indd 25
25
5/10/10 1:50:04 PM
strategi hc
saja, pada 1993 Pama masih mencatat
pendapatan sebesar Rp 81 miliar. Lima
belas tahun kemudian, tepatnya pada
2008, pendapatan perusahaan mencapai
Rp 15,5 triliun. Tahun lalu (2009) telah
meningkat menjadi Rp 16,5 triliun. “Kami
melakukan peningkatan revenue 225 kali
dalam waktu 15 tahun. Dalam jangka waktu
yang sama, net income after tax mencapai
356 kali. Saat Pama berusia 20 tahun, kami
bercita-cita revenue perusahaan mencapai
Rp 30 triliun dengan net income Rp 300
miliar,” demikian Yuli menguraikan.
Menurunnya produktivitas dan daya saing
perusahaan bisa jadi karena perilaku karyawan
yang kurang baik. Bagaimana mengubahnya?
Berikut ini pengalaman PT Pamapersada Nusantara
yang berhasil mengubah perilaku karyawan hingga
mampu melesatkan pen­dapatan perusahaan.
Rina Suci Handayani
”S
emangat Pagi!” Kata-kata itu menggaung lantang dari
direksi PT Pamapersada Nusantara (Pama). Suaranya
bergelora membakar semangat karyawan yang berada di
suatu ruangan untuk apel pagi pada pukul 8. ”Semangat
Pagi!” Serentak karyawan Pama menyambut salam yang
menjadi ikon perusahaan ini. Ucapan salam menjadi
pemompa semangat bagi karyawan untuk menjalani
tantangan kerja di hari itu. Alhasil, semua karyawan mulai dari level operator,
supervisor, manajer dan top manajemen, memulai hari dengan senyum dan
semangat yang menggelora.
Itulah suasana pagi yang terlihat di Pama. Anak perusahaan PT Astra International
ini tercatat sebagai salah satu pemain besar dan disegani di industri tambang batu
bara di Indonesia. Salam ”semangat pagi” tampaknya mudah dilakukan. Namun,
di baliknya menyimpan berbagai kisah tentang perubahan perilaku karyawan yang
mendorong kemajuan Pama, baik dari segi profit maupun daya saingnya.
“Pama adalah operator pertambangan yang beroperasi di seluruh Indonesia.
Terutama di Kalimantan dan sempat di Freeport, Papua,” kata Tri Yuli Adriana,
Head of Human Capital Development Department PT Pamapersada Nusantara
saat memberikan presentasi di Binus Business School, Jakarta, April lalu. Beberapa
tahun terakhir, Pama membuat lompatan bisnis yang mencengangkan. Bayangkan
26
mei 17-32.indd 26
Apa rahasia keberhasilan Pama? Nah, ini
yang menarik. Yuli membeberkan bahwa
lompatan besar itu terkait erat dengan
perubahan perilaku karyawan Pama.
Selama ini ia mengamati, orang Indonesia
tidak kalah pintar dari orang asing. “Kita
punya teknologi, sistem dan kompetensi
yang sama dengan SDM dari luar negeri.
Tapi kenapa kita tidak bisa memberikan
kualitas produk yang sama dengan orang
di luar negeri?” tanya Yuli menelisik.
”Kuncinya adalah akuntabilitas,” jawabnya
yakin.
Yuli menjelaskan, akuntabilitas mencakup
tiga hal penting, yaitu kompetensi,
keberanian, dan komitmen. Kompetensi
bisa diasah dan ditingkatkan lewat
pelatihan dan praktik. “Kalau kita bicara
tentang produktivitas dan daya saing,
kaitannya dengan keberanian dan
komitmen,” ungkapnya.
Untuk meningkatkan kompetensi, saat
ini caranya mudah saja. Melalui internet
semua orang bisa memiliki kemampuan
dan pengetahuan yang sama. ”Masalahnya,
ketika kita mengeksekusi kompetensi,
apakah kita punya keberanian?” tanyanya.
Sulit mengungkapkan pendapat di
depan umum, itulah salah satu contoh
lemahnya keberanian yang sering
ditemui di Indonesia. Selain itu, Yuli
menilai, masyarakat kita cenderung tidak
membiarkan orang melakukan kegagalan.
”Kalau kita tidak pernah memberikan
ruang untuk melakukan kegagalan sejak
dini, kita tidak akan pernah memiliki
HC Mei 2010
5/10/10 1:50:04 PM
strategi hc
bisnis membuat turnover tinggi. Ada
banyak atasan karbitan yang belum
waktunya menjadi atasan,” kata Yuli
seraya menjelaskan bahwa akibat hal ini
terjadi disharmoni di banyak unit kerja.
Yang namanya perubahan tentu bertahap.
Demikian pula di Pama, perubahan
diawali
dengan
mengidentifikasi
perilaku
yang
tidak
mendukung
(unsupportive behaviour) di setiap unit.
“Kami mengidentifikasi unsupportive
behaviour yang terjadi di suatu unit
kerja yang kecil-kecil. Sekecil apa pun
unsupportive behaviour itu, membuat
Pama berpotensi tidak memiliki daya
saing,” kata Yuli menandaskan.
orang-orang yang berani,” komentarnya.
Ia percaya bahwa keberanian perlu
dibentuk sejak kecil dengan cara
mempraktikkannya secara langsung
(learning by doing). Tapi bila kadar
keberanian dan komitmen sudah telanjur
kurang, menurut Yuli, solusinya adalah
mengatur perubahan perilaku atau
managing behaviour change. ”Kami memanage behaviour melalui management
culture,” katanya menambahkan.
Sebelumnya,
karyawan
Pama
menganggap perilaku bukan hal yang
penting dalam bekerja. Yuli menilai,
hal-hal kecil yang dianggap remeh
oleh karyawan dapat menghemat biaya
operasional hingga miliaran rupiah.
”Satu contoh, operator kami punya
kebiasaan istirahat siang. Mereka tidur
selama 15 menit dengan AC menyala. Itu
berlangsung bertahun-tahun sejak Pama
ada, tidak ada yang mengingatkan dan
itu dianggap biasa,” ungkap Yuli blakblakan.
Setelah dievaluasi oleh team fuel
management, AC yang menyala selama
satu menit bisa menghabiskan 15 liter
bahan bakar. ”Bayangkan 15 liter X
15 menit/satu orang. Belum jumlah
operatornya. Kita tahu harga solar di
industri lebih mahal. Selama ini tidak
ada yang mengingatkan karena dianggap
biasa,” urainya. Dari contoh kecil itu,
Yuli
menyimpulkan,
peningkatan
produktivitas, daya saing, dan kenaikan
revenue, bisa dimulai dari perubahan
perilaku.
Pama merekrut karyawan baru sebanyak
2 – 3 ribu orang per tahun. Sebagian
besar merupakan operator dengan latar
belakang pendidikan lulusan SMA.
Culture shock otomatis terjadi di level
ini karena pendapatan yang mereka
terima tiap bulan relatif besar, yaitu Rp
4,5 – 5 juta per orang termasuk upah
lembur. ”Bayangkan, yang biasanya tidak
pernah pegang uang banyak jadi punya
pendapatan besar. Belum lagi booming
Bila sudah teridentifikasi, langkah
berikutnya adalah melakukan perubahan
paradigma
atau
paradigm
shift
yang dilanjutkan dengan pemberian
contoh (lead by role model). Sekadar
gambaran, karyawan Pama punya
kebiasaan menyeberang sungai dengan
menggunakan motor boat. Namun, ada
paradigma bahwa orang yang memakai
life jacket adalah orang yang tidak
berpengalaman, tidak bisa berenang,
dan penakut. ”Karyawan memilih tidak
memakai life jacket daripada dicap
penakut,” ungkapnya.
Nah, perlu waktu untuk mengubah
paradigma tersebut. Menurut Yuli, jika
kampanye perubahan dilakukan secara
konsisten, paradigma karyawan akan
berubah. ”Perubahan yang gagal biasanya
terjadi karena sosialisasinya terhenti di
tengah jalan,” tambahnya.
Dengan
bergesernya
paradigma,
perusahaan lalu membentuk kelompokkelompok sebagai role model. ”Hanya
segelintir orang yang kami jadikan agen
perubahan. Tanpa role model, susah
mencontohkannya,” ujar Yuli memberi
alasan. Di Pama, role model bukan
hanya berasal dari orang-orang yang
disenangi. Perusahaan juga mencari
role model dari orang-orang yang
perilakunya sulit. “Orang yang sulit itu
biasanya suka mencari perhatian dan
HC Mei 2010
mei 17-32.indd 27
27
5/10/10 1:50:05 PM
strategi hc
eksitensi. Yang saya lakukan adalah
menjadikan orang-orang sulit ini
sebagai promotor yang didengarkan.
Biasanya mereka mau dan senang, dan
akhirnya berkontribusi ke behaviour
change,” tutur Yuli.
Langkah berikutnya adalah trial & error,
yaitu membiarkan setiap orang berani
mencoba dan melakukan kesalahan.
Setidaknya, ada empat sampai enam
orang yang mempunyai tugas sebagai
promotor perubahan perilaku atas unit
kerjanya. Mereka berlatih dan mendapat
perlengkapan.
”Kami
menjadikan
mereka orang-orang istimewa sebagai
panutan untuk melakukan perubahan
dan mengidentifikasi masalah di setiap
unit kerjanya,” ungkap Yuli.
Trial and error akan membuahkan
keuntungan. Karyawan akan tahu cara
mana yang tepat dan tidak. Dengan
berjalannya waktu, perusahaan akan
mendapatkan benefit
dari trial &
error tersebut. ”Setelah itu mereka
meminta kelompoknya dan orang di
luar kelompoknya untuk ikut berubah.
Konsep yang kami gunakan untuk
melakukan perubahan ini seperti
di multi level marketing,” ujar Yuli
membuka rahasia. Adaptasi dari sistem
multi level marketing ini dirasakannya
cukup efektif. Setelah perilaku yang
buruk berubah, langkah berikutnya
dapat dilakukan, yaitu perumusan
norma kelompok. ”Terakhir, muncul
perilaku
yang
mendukung
atau
supportive
behaviour,”
katanya
menuntaskan.
Pama memiliki jargon “6et Into Your
Blood” (dibaca: Get into Your Blood).
Nilai ini berkaitan erat dengan program
28
mei 17-32.indd 28
kultur Pama. Setiap karyawan wajib
mengetahui enam nilai ini, yaitu
synergized team, act responsibility, cope
with any challenge and make it happen,
continuous improvement, safety health
& environment is our way of life, dan
add value to stakeholders. Nyatanya,
tidak semua karyawan tahu mengenai
nilai inti ini.
Yuli
menekankan,
sosialisasi
nilai inti mutlak dilakukan secara
berkesinambungan.
“Yang
paling
penting adalah, bagaimana hal itu
masuk ke dalam keseharian karyawan.
Apakah sudah berdampak kepada
produktivitas karyawan? Apakah sudah
menjadi daya saing perusahaan? Jadi,
harus ada tolok ukurnya,” katanya
menegaskan. ”Setelah sosialisasi, kami
melakukan internalisasi,” lanjutnya.
Langkah
pertama
dari
proses
internalisasi adalah membangun selsel. Yuli menjelaskan, setiap sel terdiri
dari 4 – 5 orang yang disebut mitra
pengubah (MP). Saat ini tersebar 1.200
agen perubahan di Pama dari total 15
ribu karyawan.
Yuli sadar betul bahwa divisi HR tidak
mungkin bekerja sendirian. Karena itu
pihaknya membentuk komite culture
management sebanyak 12 orang.
”Kami minta 12 petinggi Pama menjadi
komite, 10 orang berasal dari non-HR
dan dua orang dari HR. Semua strategi
dan policy ke depan yang akan kami
lakukan dihasilkan oleh 12 orang ini,”
tuturnya
seraya
mengungkapkan,
komite menggelar rapat rutin setiap
Senin pagi selama satu jam untuk
meng-update program mereka. Yuli
menggambarkan komite ini sebagai
think-thank perubahan perilaku di
Pama.
Menjadi salah satu mitra pengubah (MP)
dilakoni Elizabeth Widi Susanti, staf
HR Organization Development Officer
PT Pamapersada Nusantara. “Saya
excited ketika ditunjuk menjadi MP.
Menurut saya, ini merupakan strategi
human capital yang bagus. Karena MP
diposisikan sebagai problem solver dalam
menghadapi kasus-kasus di lapangan,”
kata gadis yang biasa dipanggil Liza, ini.
“Kami me-review rencana setiap saat.
Jika ada yang mandeg, kami pikirkan
caranya untuk mendapatkan solusi,”
paparnya. Liza menyadari, kemampuan
komunikasi yang baik, keterbukaan,
dan mau menerima masukan orang
lain adalah modal utama dalam
menjalankan misi MP. “Yang menarik
dari pengalaman menjadi mitra
pengubah adalah bertemu dengan
banyak orang. Saya jadi tahu bagaimana
tips dan trik menghadapi orang. Tidak
ada teorinya, tapi kalau menjalankan
dan merasakannya sendiri, otomatis
akan tahu strateginya,” raut wajah
senangnya menandaskan.
Pama sudah membuktikan bahwa
perilaku dan kultur bisa diatur dan
diukur. Jika perubahan ini terbukti
berhasil meningkatkan produktivitas
dan pendapatan Pama, bukan mustahil
cara ini juga dapat diimplementasikan
di tempat lain. Tapi ingat, identifikasi
dahulu masalahnya, baru melakukan
perubahan yang terencana. n
HC Mei 2010
5/10/10 1:50:06 PM
kolom km
Berbagilah Sekarang
Juga!
Alvin Soleh dan Arief Adi Wibowo
S
atu permasalahan yang sering KM Plus hadapi tiap
kali membantu organisasi membangun budaya
berbagi (sharing) adalah keengganan manusia di
organisasi tersebut untuk membagi pengetahuan
yang mereka miliki ke orang lain. Ada bermacam
alasan di balik keengganan ini. Biasanya, orang
menolak sharing karena menganggap pengetahuan itu
merupakan keunikan mereka. Mereka takut jika orang lain
mengetahuinya, lalu menguasai pengetahuan tersebut. Orang
yang takut sharing menganggap pengetahuan yang dimiliki
adalah modal untuk meraih posisi tawar terhadap perusahaan.
Misalnya, untuk memperoleh remunerasi yang lebih tinggi.
Celakanya, kebanyakan organisasi menganggap kemandekan
sharing tidak berakibat apa-apa pada kinerja, terlebih bila
organisasi sedang berada di puncak performa. Biasanya
organisasi baru menyadari akibatnya setelah performa
perusahaan menurun, yang salah satunya ditandai dengan
kemandekan ide-ide baru. Bisa juga, ketika orang kunci yang
menguasai pengetahuan penting di perusahaan pergi atau
pensiun. Ketika organisasi mengalami kebuntuan total dalam
berinovasi, posisinya dengan segera diserobot oleh pesaing di
pasar. Bila itu terjadi, barulah organisasi menyadari bahwa
sharing adalah proses yang sangat penting di era ekonomi
pengetahuan ini.
Memang, tak mudah menanamkan budaya berbagi karena ini
menyangkut hati atau keinginan manusia. Bahkan, sharing
tidak ditentukan oleh canggihnya KM Portal atau teknologi
yang Anda pasang di organisasi. Jadi, pahamilah alasan di balik
mengapa orang enggan melakukan sharing, lalu berangkatlah
dari sana untuk mulai membangun budaya ini.
Pertama, yang perlu dilakukan adalah membangunkan
kesadaran setiap orang di organisasi bahwa mereka butuh
sharing. Singkirkan ketakutan mereka dengan memberikan
pemahaman tentang bagaimana era ekonomi pengetahuan
bekerja. Ciri utama era ekonomi pengetahuan adalah kecepatan
luar biasa dalam penciptaan dan akses terhadap pengetahuan
baru. Siapa pun dengan mudahnya dapat mengakses
pengetahuan dari mana saja. Jadi, mengunci pengetahuan
untuk diri sendiri hanyalah sebuah kesia-siaan.
Riset menunjukkan bahwa orang yang sukses di era pengetahuan
adalah mereka yang gemar melakukan sharing. Mengapa? Dari
aktivitas sharing sebenarnya seseorang sedang membangun
reputasi. Orang lain akan mengenalnya sebagai pakar terhadap
pengetahuan tertentu. Dan, lewat sharing orang akan
mendapatkan network yang lebih luas. Di samping itu, orang
yang gemar sharing biasanya adalah makhluk pembelajar yang
baik. Semakin sering sharing, mereka memiliki passion untuk
belajar lebih banyak lagi. Sekali lagi, kesadaran manusia adalah
kunci sukses dalam membangun budaya berbagi.
Kedua, agar budaya sharing bekerja dengan baik dalam
membangun kompetensi individu dan meningkatkan
kinerja organisasi, maka bangunlah framework. Keeping
them (sharing process) is the name of the game. Setelah
kesadaran terbangun, pahami pengetahuan penting
yang dimiliki organisasi lalu buatlah perencanaan
untuk menjadikan pengetahuan itu terus mengalir dan
berkembang baik. Pemetaan pengetahuan (seperti pernah
dibahas pada majalah Human Capital edisi 73-April 2010)
memiliki peranan penting agar proses sharing berjalan
sesuai kebutuhan bisnis. Selanjutnya, hasil dari proses
sharing perlu di-capture melalui pencatatan yang baik.
Dengan begitu, semua anggota dapat menikmati hasil
sharing tersebut dengan mudah. Sebuah peran yang hanya
bisa dilakukan lewat bantuan teknologi informasi. n
Alvin Soleh
Founder KM-Plus & Learning-Lead
([email protected], www.kmplus.co.id)
Arief Adi Wibowo
Consultant
([email protected])
HC Mei 2010
mei 17-32.indd 29
29
5/10/10 1:50:07 PM
korporasi
kebutuhan pasar ritel dan pembangunan rumah
di dalam negeri maupun proyek infrastruktur dan
komersial. Kapasitas produksi Holcim Indonesia
dan anak perusahaannya mencapai 8,3 juta ton
per tahun. Selain itu, Holcim membangun bisnis
waralaba (franchise) untuk bisnis Solusi Rumah
dan Holcim Beton.
T
idak banyak pemain di industri semen tanah
air. Tercatat hanya beberapa nama perusahaan
yang ‘bertarung’ di lahan ini. Salah satunya PT
Holcim Indonesia Tbk, yang merupakan bagian
dari Holcim, group perusahaan semen terbesar
di dunia dan memiliki pasar yang kuat di lebih
dari 70 negara di dunia. Sebelumnya, Holcim Indonesia dikenal
dengan nama PT Semen Cibinong Tbk. (SMCB). Sejak 1 Januari
2006, SMCB resmi berganti nama menjadi Holcim Indonesia
diikuti juga oleh anak perusahaannya PT Trumix Beton yang
menjadi PT Holcim Beton. Sejatinya, perusahaan semen asal
Swiss ini masuk secara resmi ke Semen Cibinong pada 13
Desember 2001. Saat ini Holcim melalui Holderfin B.V. tercatat
menguasai 77,33 persen saham di PT Holcim Indonesia Tbk dan
sisanya dimiliki publik yakni pemodal asing dan lokal masingmasing sebesar 11,14 persen dan 11,52 persen.
Holcim Indonesia merupakan perusahaan penyedia layanan dan
bahan bangunan berbahan semen dengan kegiatan operasional
di dua negara, Malaysia dan Indonesia, yang memenuhi
30
mei 17-32.indd 30
Dari
sisi
sumberdaya
manusia
(SDM),
perusahaan
yang
memiliki
karyawan
tetap sekitar 25.00 orang ini telah sukses
membangun konsep pendidikan yang cukup
kuat bagi karyawannya. “Yang membangunnya
adalah almarhum Timothy Mackay (CEO yang
menjadi korban bom teroris di Kuningan pada
Juli 2009), dibantu oleh Eamon Ginley, CEO
Holcim Indonesia sekarang, yang pada waktu
itu adalah Direktur Manufacturing,” ungkap
Direktur Human Resources Holcim Indonesia
Rully Safari. Bagi Rully, yang sebelumnya berkarir di Nokia
Siemens Network, sistem yang cukup matang tersebut
merupakan senjata terbaik Holcim dalam membedakan
perusahaan di tengah pasar yang kompetitif, yaitu dengan
optimalisasi karyawan (SDM) yang dimilikinya. Berpatokan
pada penilaian tersebut, Holcim terus meningkatkan mutu
karyawan melalui program pengembangan dan pelatihan
formal, baik di dalam perusahaan (Holcim Academy)
maupun di luar.
“Kalau saya lihat, hampir semua perusahaan memiliki
sistem,” kata Rully. Di Holcim sendiri, ada yang disebut
individual development plan. Perencanaan ini berlaku
bagi seluruh karyawan. Di sinilah, atasan melihat
pengembangan apa yang bisa dilakukan bagi karyawan
tersebut. Setiap ada diskusi tentang kinerja, hasil
kinerja atau tantangan, dibarengi juga diskusi tentang
pengembangan karyawan. “Sistem itu kita namakan dialog.
Dua orang ini harus berbicara. Antara atasan-bawahan
harus saling terbuka, kerjasama. Jadi, pengembangan itu
dimulai dari sana,” tambahnya.
HC Mei 2010
5/10/10 1:50:07 PM
korporasi
Selanjutnya, ada juga aktivitas kedua
yang dilakukan oleh setiap tim, yaitu
succession planning. Tim mesti melihat
di departemennya sendiri, succession
planning-nya seperti apa, targetnya,
siapa calon pengganti jika si A pergi ke
pihak lain, lalu dibawahnya lagi siapa.
“Ini juga kan bagian dari pengembangan,”
ujar Rully. Masalahnya, lanjut dia, hal
tersebut merupakan proses disiplin yang
harus diikuti karyawan. “Terkadang
kelemahannya orang mau cepat. Si A
bagus, Si B tidak. Harusnya dibicarakan,
didiskusikan, kenapa si A bagus, kenapa
si B kurang.”
Fungsi HR di Holcim sendiri terbagi dua.
Pertama, HR services yang terdiri dari
dua departemen, employee relations
dan compensation and benefit. Fungsi
kedua, yaitu Holcim Academy terdiri
dari
tiga
departemen.
Pertama,
departemen
OD
(organizational
development).
Departemen
ini
mengurus soal pembentukan desain
organisasi, identifikasi talent internal,
serta rekrutmen. Kedua, learning and
developments, merupakan training
center Holcim Indonesia. Di dalamnya,
terdapat fasilitator, trainer, hingga guru
bahasa inggris. Departemen terakhir,
OPI
(organizational
performance
improvement), yang berisi para coaches.
Para coach ini bertugas layaknya internal
konsultan yang membantu bagaimana
unit-unit kerja di Holcim Indonesia
bisa meningkatkan performanya, mem­­
bangkitkan, mendorong, dan men­
diagnosa apa yang harus di improve. Tim
learning and developments, OPI, dan
talent management ini bekerja dengan
aktif. OPI dan tim HR terus memberi
dukungan kepada direktorat lain dan
memastikan perusahaan menangkap
semua peluang yang ada.
Salah satu tugas OPI pada 2009 adalah
fokus
terhadap
permasalahan
di
dalam dan di luar perusahaan, yaitu
membantu direktorat HR merampingkan
dan menetapkan standar proses bisnis
internal, serta membantu tim penjualan,
distributor eksternal dan toko ritel untuk
meningkatkan
angka
penjualan di lokasi
tertentu. Meski tugasnya
bertolak-belakang, tim
berhasil melakukannya:
membuat produk Holcim
semakin dikenal. Sejak
itu, tim HR lebih sering
berkunjung ke lokasi
operasional,
lebih
banyak
menghadiri
rapat internal dan lebih
banyak membuka diri
dan meluangkan waktu.
Tim HR juga melakukan
pendekatan
pribadi
(personal
mappers)
terhadap tiap karyawan. Rully menilai,
sebagai manusia, karyawan memiliki tread
personal dan tread professional. Bisa jadi,
salah satu dari tread tersebut terganggu
sehingga berakibat pada melemahnya
kinerja. Keberhasilan dimata manajemen
Holcim bukan sekedar menyediakan
produk dan layanan yang semakin baik
tetapi juga menjalin hubungan baik antara
seluruh direktorat dan departemen sejalan
dengan value chain Holcim.
Rully menilai, letak keberhasilan yang
paling penting dalam rangka transformasi
SDM terletak pada CEO. “Mesti dari
atas,”
ujarnya.
Karena
memang
visi utama dari orang nomor satu di
perusahaan adalah pengembangan. Ini
yang membuat perjalanannya serentak
bergerak maju. Selanjutnya, dalam
rangka melakukan improvement, langkah
awalnya adalah bagaimana management
melihat perusahaan bisa maju. Yang
paling utama, kompetensi dan skill yang
dimiliki karyawan. “Berarti kita harus
melakukan development terhadap skill
karyawan. Untuk untuk meningkatkan
skill, membutuhkan fungsi, salah
satunya adalah HR. Jadi SDMnya dulu
diperkuat, baru bisa ke sana (memajukan
perusahaan),” papar pria yang hobi naik
sepeda dan nonton ini.
Rully
juga
menambahkan
bahwa
sejak tahun 2008, Holcim Indonesia
telah menggelar ajang CEO Award, di
mana karyawan dapat memberikan
masukan berupa ide-ide yang mungkin
diimplementasikan oleh Perusahaan
untuk meningkatkan kinerja. “Kami
sadari bahwa para karyawan, karena
mempunyai rasa memiliki yang tinggi
terhadap perusahaan, merupakan motor
pendorong utama peningkatan kinerja
perusahaan. Sekitar 700 ide masuk
untuk CEO Award 2008, dan jumlahnya
meningkat untuk CEO Award 2009,”
ungkap Rully. “Ide-ide tersebut banyak
yang merupakan ide out of the box
yang pada kenyataannya membantu
percepatan
peningkatan
kinerja
perusahaan. Inilah satu lagi bukti bahwa
karyawan merupakan kapital bagi Holcim
Indonesia.”
Sejak 2007, Holcim merintis inovasi
produk dan layanan terbarunya
‘Solusi Rumah’ yang sesuai namanya
merupakan
solusi
terintegrasi
membangun rumah. Solusi Rumah
adalah layanan satu atap bagi calon
pemilik rumah maupun pemilik rumah
yang ingin merenovasi rumahnya.
Keunggulan Solusi rumah terletak pada
sistem konstruksi dan desain rumah
yang berkualitas, yang memudahkan
pengerjaan
konstruksi
sehingga
bangunan dapat selesai dalam waktu
yang lebih singkat, dan didukung
dengan fasilitas pembiayaan dari
lembaga keuangan yang terpercaya. n
HC Mei 2010
mei 17-32.indd 31
31
5/10/10 1:50:08 PM
korporasi
32
mei 17-32.indd 32
HC Mei 2010
5/10/10 1:50:10 PM
inspirasional
Never Settle for Less
Anthony Dio Martin
S
aya mengalami kesulitan untuk menerjemahkan
istilah tersebut. Mungkin terjemahan yang paling
mendekati adalah, “Jangan mau menerima
sesuatu yang nilainya lebih rendah daripada
yang kamu inginkan atau harapkan”. Itulah kirakira makna yang paling penting dari prinsip ‘Never
Settle for Less’. Prinsip ini, kalau kita renungkan,
dapat kita kaitkan dalam hal merekrut atau mencari sumber
daya yang cocok. Seringkali karena kondisi, kita mengorbankan
kualitas ataupun hasil, hanya karena merasa tidak ada pilihan
lain. Akibatnya, hasil yang kita peroleh jauh di luar harapan
dan keinginan kita.
Untuk memahami prinsip never settle for less, mari kita
belajar dari biografi aktor Sylvester Stallone. Sampai-sampai
dalam berbagai kisah inspirasional, termasuk dalam seminarseminarnya Anthony Robbis, motivator dunia, kisah hidup
Sylvester Stallone seringkali menjadi legenda.
Tahukah Anda bagaimana Sylvester Stallone memulai kariernya?
Awalnya, Stallone lahir dari keluarga miskin di Amerika. Sejak
remaja, Stallone sudah bercita-cita menjadi aktor. Ia mencoba
melamar dan casting di hampir 1.500 agency. Namun, tidak
pernah berhasil. Suatu hari, Stallone menyaksikan pertandingan
tinju Mohammad Ali yang menginspirasinya menulis sebuah
naskah film yang diberinya judul, “Rocky”.
Setelah selesai, Stallone menghadapi masalah, siapa yang
tertarik untuk membeli nasakahnya? Ia mencoba menawarkan
naskahnya kepada berbagai perusahaan film, tapi tidak ada
yang mau. Salah satu alasannya, film dengan latar belakang
tinju tidak terlalu laku di pasaran. Sampai akhirnya, ada
sebuah perusahaan yang tertarik membeli naskah film tersebut
dengan harga $125.000, sejumlah uang yang menggiurkan bagi
Stallone.
Namun, Stallone ingat, keinginannya adalah menjadi seorang
aktor terkenal, bukan hanya seorang penulis naskah film.
Akhirnya, Stallone mencoba membujuk perusahaan film
tersebut, agar dialah yang menjadi aktor utamanya. Mereka
menolak, karena cara bicara maupun bahasa tubuh Stallone
yang tidak terlalu menjanjikan. Akhirnya, tawar menawar
pun menjadi alot, karena Stallone tidak mau menjual naskah
tersebut jika bukan dia yang menjadi pemeran utamanya.
Bahkan, Stallone sempat ditawari nyaris $350.000. Sejumlah
uang yang sangat banyak mengingat saat itu ia sendiri hampir
tak mampu membayar sewa apartemennya sendiri. Namun,
Stallone tetap menolak karena ingat keinginannya adalah
menjadi seorang aktor.
Akhirnya, perusahaan film itu menyerah dan menyetujui
Stallone menjadi pemeran utama dengan bayaran hanya
$35.000 untuk naskahnya plus bonus persentase tertentu
jika film itu laku di pasaran. Belakangan diketahui bahwa
perusahaan film tersebut mengizinkan Stallone berperan
hanya karena tidak ingin merugi dengan membayar aktor
film terkenal yang mahal untuk film yang belum menjanjikan.
Stallone sendiri harus rela kehilangan lebih dari $300.000
yang nyaris diraihnya jika ia langsung menjual naskah filmya.
Di luar dugaan, pada waktu film Rocky selesai dan diedarkan,
film itu bukan hanya laris manis, tapi bahkan menjadi box
office! Dengan biaya pembuatan 1 juta dollar, keuntungan yang
berhasil diraih 200 juta dollar. Stallone sendiri dianugerahi
piala Oscar atas bakat aktingnya!
Inilah kisah paling luar biasa soal prinsip never settle for less.
Prinsip ini berlaku dalam kehidupan pribadi maupun kehidupan
organisasi kita. Rekan saya menolak tawaran kerja yang biasabiasa saja dan berjuang luar biasa untuk mendapatkan posisi
di sebuah perusahaan terkemuka, hingga ia mendapatkannya.
Sebuah organisasi pun, menolak mendapatkan sumber daya
yang asal-asalan dan membiarkan suatu posisi kosong hingga
ada kandidat yang tepat.
Intinya, ketika kita tahu mengenai kualitas diri maupun
organisasi terbaik yang bisa kita dapatkan, janganlah kita
cepat berkompromi untuk kualitas yang rendah. Never
settle for less. n
Anthony Dio Martin
Trainer dan penulis buku-buku best seller
Host program radio Smart Emotion di SmartFM dan
Host program televisi ‘EQ Inspiration’ di Q-TV
(www.anthonydiomartin.com)
HC Mei 2010
mei 33-48.indd 33
33
5/10/10 12:01:36 PM
korporasi
PT Propernas Griya Utama
semangat sinergi antar perusahaan
BUMN. Katakanlah sebuah perusahaan
BUMN memiliki lahan di lingkungan
perkotaan yang NJOP-nya cenderung Rp.
4 – 5 juta. Dengan harga yang demikian
tinggi, lahan tersebut sudah tidak cocok
untuk dikembangkan sebagai rusunami
(rumah susun sederhana milik). Melalui
sinergi dengan Propernas, perusahaan
BUMN tersebut dapat memanfaatkan
lahan bagi kepentingan rakyat kalangan
tertentu sehingga tidak merugikan
BUMN tersebut. “Kita hitung harga tanahnya sesuai dengan kondisi
pasar. Kemudian dihitung bukan sebagai rusunami lagi. Kita bicara
yang tidak bersubsidi,” kata Chavidz. Propernas tidak membatasi
pada kalangan BUMN saja. Pemilik swasta yang kesulitan
mengembangkan lahan ditengah kota juga dapat bermitra dengan
Propernas.
Tumbuh dan Besar
Bersama Perumnas
K
ebutuhan tempat tinggal bagi seluruh rakyat dari
berbagai tingkat kehidupan mutlak diperlukan.
Jika selama ini pemerintah, melalui Persahaan
Umum Pembangunan Perumahan Nasional (Perum
Perumnas), menyediakan perumahan murah bagi
rakyat kecil (sosial), sejak Februari 2009, Perum
Perumnas menyasar pasar kalangan berada (komersial) melalui
anak perusahaannya PT Propernas Griya Utama.
Ditemui di ruang kerjanya, Direktur Utama PT Propernas Griya Utama
Chavidz Ma’ruf menjelaskan ide dasar pembentukan Propernas yang
bermain di pasar premium. Sehingga nantinya, Perum Perumnas
sebagai induk Propernas dapat lebih fokus pada visi dan misinya
dalam menyediakan perumahan untuk rakyat kecil. “Propernas
memiliki porsi rakyat juga. Tapi yang menengah-atas,” ungkapnya.
Selain itu, pembentukan Propernas juga bertujuan mengembangkan
lahan perkotaan yang berdasarkan nilai jual objek pajaknya (NJOP)
sulit dikembangkan menjadi rumah sederhana sehat (RSH).
Dengan segmentasi pasar yang disasarnya, keberadaan Propernas
dapat menjadi solusi Perum Perumnas guna mengimplementasikan
34
mei 33-48.indd 34
Chavidz juga menjelaskan tiga tugas yang diemban Propernas.
Pertama, Propernas merupakan perusahaan commercial property
development. Artinya, sebagai pengembang properti yang
komersial atau yang tidak bersubsidi. Kedua, Propernas juga dapat
berfungsi sebagai perusahaan property management, atau sebagai
pengelola properti baik itu kawasan maupun berupa gedung.
Tugas ketiga, sebagai kontraktor dan supplier. “Seperti yang
kita bangun di New Eramas Residence, Jakarta. Kami laksanakan
sendiri sebagai kontraktor,” ujar Chavidz sambil membandingkan
dengan proyek Propernas di Balikpapan yang menggunakan sub
kontraktor melalui pola tender terbatas.
Dari sisi sumberdaya manusia (SDM), Propernas sejak awal memiliki
pemikiran slim employee. Tidak banyak tenaga kerja yang dihire Propernas. Chavidz menjelaskan hal tersebut terkait dengan
strategi Propernas. Seluruh proses bisnis, dimulai dari proses
perencanaan, pembangunan dan pemasaran menggunakan jasa
pihak ketiga (outsource). Karyawan Propernas cukup melakukan
adminsitrasi serta memonitor seluruh proses kerja tersebut.
“Paling nanti kita mengangkat karyawan by project. Di kantor
pusat cukup ramping saja,” katanya. Sebagai perusahaan baru
yang memiliki modal terbatas, lanjut Chavidz, Propernas lebih
mengedepankan membangun kepercayaan dari para stakeholder.
“Yang ingin saya tampilkan kepada publik, perumahan yang
dibangun propernas memiliki kelas tersendiri,” ujar pria yang
berkarir di Perumnas sejak 1981 ini.
Dengan konsep slim employee, Propernas juga ingin memberi
kesempatan kepada para professional sekaligus juga mengedukasi
bagi masyarakat. “Sekarang ini lulusan S1 bercita-cita jadi
karyawan, jadi pegawai negeri. Kalau semuanya seperti itu,
bagaimana SDM Indonesia bisa berkembang,” kata Chavidz. Dia
mencontohkan, pada saat rekanan konsultan Propernas melakukan
presentasi, yang maju dari perusahaan konsultan tersebut
HC Mei 2010
5/10/10 12:01:38 PM
korporasi
semuanya anak-anak muda. “Wawasan
dan cara penyampaiannya sudah sangat
bagus.” Disamping itu, konsultan tersebut
seringkali menggunakan tenaga freelancer.
Di mata Chavidz, tenaga freelancer yang
kebanyakan anak muda ini memiliki
kemampuan, namun tidak terikat sebagai
karyawan. “Mereka itu pengusaha. Sejauh
jaringan dan performanya bagus, mereka
akan sering mendapat proyek. Jadi akan
banyak sekali perusahaan yang tumbuh,”
tandasnya.
Lokasi kantor seluas 150 m2 yang
ditempati pun bukan tanpa alasan.
Space yang dimiliki di kantor Perumnas
sebetulnya masih cukup untuk Propernas.
Namun, dengan alasan ingin membangun
budaya kerja baru, Chavidz meminta izin
berkantor terpisah dengan Perumnas.
“Saya ingin kultur yang baru. Makanya
tenaga yang ada di Propernas muda-muda.
Saya ingin mencetak mereka menjadi lebih
profesional,” kata Chavidz mantap.
Sebagai nahkoda yang ditunjuk Perumnas,
Chavidz memiliki impian Propernas dapat
tumbuh dan besar bersama Perumnas.
“Apa pun ceritanya, Propernas ini adalah
anak perusahaan Perumnas. Semakin
nama Perumnas indah dimata mitra kami,
semakin indah juga Propernas,” kata
penyuka olahraga ini. Apalagi, lanjutnya,
baik Kementerian Perumahan Rakyat
maupun Kementerian BUMN saat ini sangat
mendukung peran Perumnas. Dalam
menjalankan bisnisnya, Propernas bisa saja
mendapat alihan proyek dari Perumnas.
Chavidz juga menyimpan harapan agar
perekonomian Indonesia bisa lebih stabil
sehingga perhatian pemerintah, baik pusat
maupun daeerah, terhadap dunia properti
dapat lebih fokus. Hal ini terkait dengan
penataan tata ruang. Insinyur Teknik Sipil
Institut Sains dan Teknologi Nasional (ISTN)
ini seringkali menemukan ketidaksinergian
antara ide yang dimilikinya untuk
menggarap suatu pemukiman dengan
sumberdaya pemerintah daerah yang ada
di daerah. Dia berharap ke depannya,
masing-masing pemerintah daerah sudah
memiliki sumberdaya yang memadai.
Selain itu, rancangan tata ruang harus
dalam skala besar.
Di masa lalu, cerita Chavidz, pemerintah
pusat, Departemen Pekerjaan Umum dan
Menteri Perumahan Rakyat punya konsep
yang namanya kawasan siap bangun (KASIBA).
Kasiba adalah sebuah model pembangunan
berskala besar dimana diharapkan disetiap
kota memiliki kasiba. Dalam kasiba,
terdapat LISIBA (lingkungan siap bangun).
“Katakanlah kasibanya 1000 hektar (Ha),
nanti lisibanya ada yang 20 Ha, 30 Ha, 10 Ha.
Ada menengah-bawah, ada menengah-atas,
ada perkantoran,” kata Chavidz merinci
apa itu Kasiba. Dia berharap konsep seperti
itu dapat diteruskan. Sebab, jika dibiarkan
seperti sekarang, developer kecil atau besar
membangun seenaknya sendiri. Akibatnya,
lingkungan tidak tertata dengan baik. n
HC Mei 2010
mei 33-48.indd 35
35
5/10/10 12:01:39 PM
hubungan industrial
seorang eksekutif secara tidak langsung
untuk memiliki (sense of ownership).
mendapatkan rasa aman dan nyaman,
Jika perusahaan sedang perlu disewa
dan merasa telah berprestasi kalau bisa
(hiring), dan jika sudah tidak diperlukan
menunjukkan kesalahan atau ketololan
maka dibuang (fired).
pihak lain, yang dalam hal ini adalah
pekerja.
memiliki perusahaan di mana ia bekerja
Memang menggelikan, tapi itulah yang
sering terjadi dalam praktik industrial.
R
infrastruktur
Orang akan merasa senang kalau bisa
tinggal dalam kelemahan orang lain atau
kekonyolan situasi di luar. Akibatnya, tipe
ibuan buruh galangan manajer seperti itu bukannya menjadi
kapal
di
Drydocks aset perusahaan malah menjadi beban
Batam
mengamuk, liabilitas bagi korporasi baik secara fisik
m e ­­l u l u h l a n t a k k a n maupun retaknya hubungan industrial.
pabrik dan membuat
sebagian besar pekerja expatriate India Inilah
diungsikan
untuk
mencegah
salah
satu
potret
hubungan
cidera industrial kita. Banyak korporasi yang
fisik. Apa yang membuat kegaduhan itu gagal menjadi medium yang memberikan
terjadi?
Kalau orang secara mental merasa
kesempatan kepada para pekerjanya
untuk menemukan hidup yang penuh arti
Jika ditelusuri lebih dalam, peristiwa alias bermakna. Karena itu, diperlukan
tersebut terjadi akibat dari perlakuan manajer yang cerdas untuk membangun
dan terlibat di dalamnya, ia akan bekerja
habis-habisan. Meskipun lelah secara
fisik, tetapi hatinya senang. Pikiran dan
perasaannya akan bergairah, karena
telah
memberikan
kontribusi.
Ada
perasaan meaningful sebagai pekerja.
Dampaknya terhadap organisasi akan
positif. Produktivitas akan meningkat
dan initiatif juga melonjak. Organisasi
dan
korporasi
akan memiliki
daya
saing yang tinggi, menghasilkan profit,
dan sanggup memberikan kompensasi
yang menggiurkan. Pemilik pun pasti
senang mendapat deviden dan melihat
organisasinya tumbuh menjadi medium
untuk meningkatkan harkat hidup dan
mencapai
tujuan
bisnis.
Sedangkan
yang tidak adil. Celakanya, pihak yang kompetensi tersebut.
terlibat berbeda secara fisik sehingga
korporasi yang gagal menjadi medium
stereotip
visi dan misinya.
rasial
ikut
bermain
melipatgandakan kerusakan.
Bagaimana
mencegahnya
dan Setiap orang akan bisa tersulut kalau
ia secara mental tidak merasa memiliki
agar
kejadian seperti itu tidak terjadi di
organisasi Anda?
terhadap tempatnya bekerja dan tidak
terlibat di dalamnya. Dan, itu terjadi
bila standard perlakuan industrial yang
diterapkan adalah template yang sudah
Tindakan manajer dalam kasus Drydocks usang. Misalnya, masih banyak orang yang
Batam mungkin terjadi karena ia merasa berpikir dengan konsep zaman industri
insecured dengan dirinya. Ada luka batin dan menganggap pekerja sebagai suku
yang menganga, yang perlu disembuhkan cadang dari organisasi. Istilahnya hanya
terlebih dahulu. Tanpa pemulihan itu, orang sewaan (hired), bukan disiapkan
36
mei 33-48.indd 36
adalah, jika tidak mampu mewujudkan
Mungkin Anda berpikir, hal itu tidak
logis, kurang ideal dan tidak masuk akal
secara bisnis. Bagaimana dengan tujuan
utama bisnis, yaitu untuk memperoleh
profit yang sebesar-besarnya?
Profit hanya sebuah konsekuensi logis.
Kalau organisasi mampu mewujudkan
visi dan misinya, maka profit pasti datang
dengan sendirinya. Sebaliknya, kalau
HC Mei 2010
5/10/10 12:01:39 PM
hubungan industrial
learning
center
atas,
seorang
satu direktur penerbitan di Kelompok
International Tbk. Salah
Kompas Gramedia mengatakan, ”Wah,
satu
PT
misi
organisasi
sampean makin lama makin ’vertikal’
di
antaranya:
saja.” Mungkin Mas Adhi benar. Tetapi,
peluang
saya justru merasa makin ’horizontal’.
menciptakan
perseroan belum tentu untung, malah
di
teman, Mas Adhi, yang juga salah
mereka
”we must make profit” besar-besar,
konsep
anak
Tractor,
perusahaan
itu, meskipun di palang pintu tertulis:
Membaca
Astra
United
tidak memahami cara berpikir seperti
PT
bagi insan perusahaan
Menurut
untuk
meningkatkan
numpang lewat ini’ harus menjadi
saya,
hidup
yang
status
sosial
dan
medium untuk rahmat dan berkah bagi
aktualisasi diri melalui
orang lain. Kata senior saya di IPB, Paulus
kinerjanya. Mereka juga
Bambang, organisasi dan korporasi harus
bertekad membantu pelanggan meraih
menjadi ’Built to Bless’. Namun tanpa
keberhasilan
kerinduan, pemahaman dan empati,
usaha
interaksi
yang
melalui
pemahaman
komprehensif
berkelanjutan.
dan
Sungguh
organizasi akan berubah menjadi ’Build
to Blast’. Meledak jadi debu. n
kemungkinan bangkrut.
suatu misi yang amat baik. Sebagai
konsekuensinya organisasi ini makin
Hendrik Lim
Saya teringat seorang teman, Thio
sehat dan menghasilkan profit yang
Pengusaha dan Konsultan
Tjoen Hok. Dia adalah manajer di
membuat para investor tersenyum.
([email protected])
HC Mei 2010
mei 33-48.indd 37
’cuma
37
5/10/10 12:01:40 PM
pengembangan
Berkarier di
Langit adalah Batasnya
Bayangkan, seorang ground staff berpindah kuadran menjadi pilot profesional. Ada pula
yang mencapai karier sebagai station manager. Inilah yang terjadi di AirAsia. Bagaimana
setiap orang di perusahaan penerbangan ini mampu mengembangkan kariernya?
Rina Suci Handayani
W
ajah-wajah ceria berusia 30 tahunan
terlihat penuh semangat di website
AirAsia. Demikian pula gambar
yang terpampang di iklan media
cetak. Wajah berciri khas Asia itu
menyiratkan optimisme dan energi
yang berlimpah. Di dalamnya terpancar optimisme yang kuat
untuk berkarier di perusahaan penerbangan ini hingga langit
adalah batasnya.
Bagaimana AirAsia Indonesia? Sama dengan induknya di Kuala
Lumpur, Malaysia, AirAsia Indonesia (AAI) pun memberikan
kesempatan yang sama kepada seluruh karyawan untuk
berkarier setinggi-tingginya. Menurut
Cecilia
Sri
Hayani, People Department Manager AAI, dalam
mengembangkan karier karyawan, pihaknya perlu memetakan
kompetensi dan kemampuan setiap orang.
”Dalam people development di AirAsia, setiap karyawan
diharapkan mampu bekerja mutli-dimensi. Seperti ground
staff,, bukan hanya tahu tentang sales counter tapi juga tahu
staff
tentang trading,” kata Cecilia saat menjadi pembicara di forum
Leadership yang diadakan oleh Dunamis Consulting beberapa
waktu lalu.
Mengapa karyawan AirAsia dituntut multidimensi? Cecil menjelaskan, tujuannya
agar setiap orang
tanggap
d e n g a n
perubahan, baik perubahan
bisnis maupun diri sendiri. AirAsia
selalu memprioritaskan karyawan untuk
mengisi posisi lowong di perusahaan. ”Biasanya kalau
38
mei 33-48.indd 38
HC Mei 2010
5/10/10 12:01:41 PM
pengembangan
ada posisi lowong kita akan umumkan
ke internal lebih dahulu,” kata Cecilia
yang berpembawaan tenang dan santun
ini. Mutasi dan rotasi sudah biasa terjadi
di perusahaan ini. Contohnya, Cecilia
sendiri pernah dimutasi ke kantor pusat
di Malaysia sebagai Head of Operation of
People Department agar lebih memahami
profesionalitas di level regional.
Dengan jumlah karyawan 1.200 orang,
AAI yang selalu merekrut orang setiap
bulan ini tidak merasa kewalahan
memfasilitasi
pengembangan karier
karyawannya.
Sebenarnya,
untuk mencapai posisi yang lebih
tinggi di AAI, bisa dikatakan tidak
mudah. ”Mulai dari kelompok kecil,
biasanya mereka dirotasi. Ada tim
leader sebagai supervisor yang melihat
kompetensi anak buahnya,” ujar Cecilia.
Promosi hanya bisa didapatkan lewat
tes kompetensi dan kemampuan. Bila
ada posisi yang lowong dan kandidat
internal memenuhi kompetensi sesuai
dengan kebutuhan, posisinya bisa naik
atau berubah ke level yang lebih tinggi.
Menurut Cecilia, AAI punya
maksud mengapa semua
orang berkesempatan yang
sama untuk mengembangkan
diri. ”Kami ingin memberi
kesempatan belajar ke setiap individu.
Mereka diberi latihan on the job
training,” jawab Cecilia. Akademi milik
AirAsia Malaysia disiapkan sebagai
tempat pelatihan bagi generasi penerus
AirAsia. ”Training yang dilakukan di
akademi di Kuala Lumpur memakan
waktu cukup lama dengan standar yang
ketat,” katanya. Perpanjangan tangan dari
Malaysia, AAI pun membentuk pelatihan
sendiri. ”Kami juga membentuk trainertrainer dan punya tim,” tambah Cecilia.
Inilah yang Cecilia sebut sebagai
proses AirAsia mengangkat potensi
orang-orangnya. Dalam hal ini, peran
para leader sangat besar karena yang
mengajukan kesempatan agar karier
seseorang bisa naik adalah atasannya.
”Setelah mendapatkan rekomendasi
dari atasannya, selanjutnya di-review
lagi oleh tim people department untuk
mengikuti proses seleksi berikutnya,”
Cecilia menjelaskan.
Cecilia berkisah tentang seorang ground
staff yang menjadi Pilot. Ini adalah
lompatan profesi yang sangat signifikan,
namun di AirAsia hal itu sangat mungkin
terjadi. “Kami punya program bernama
Cadet Program. Perusahaan bekerja sama
dengan bank untuk menggelontorkan
personal loan,”
loan ungkap Cecilia. Cadet
Program adalah program pembentukan
pilot yang direkrut dari karyawan
internal yang kompeten dan memenuhi
persyaratan.
“Misalnya, petugas ground staff ingin
menjadi pilot tapi tidak mampu sekolah
pilot karena tidak ada biayanya. Maka,
mereka diberi kesempatan untuk mengikuti
Cadet Program dan mendapat personal
loan dari perusahaan sebesar Rp 500 juta
per orang,” tutur Cecilia. Menurutnya,
upaya tersebut merupakan salah satu
bentuk investasi AirAsia terhadap para
pilot. “Kalau pendidikannya sudah selesai,
pilot yang bersangkutan akan mencicil
pinjamannya ke perusahaan. Jadi ada
ikatan dinas,” ungkapnya.
Namun demikian, ia mengakui, tidak
semua orang lulus seleksi untuk menjadi
calon pilot. ”Syarat untuk menjadi pilot
sangat ketat,” katanya, “bisa saja ada
keinginan, tapi kemampuan belum
tentu ada.” Menjadi pilot memang tidak
mudah. Yang pasti, tidak boleh ada cacat
fisik dan jiwa. Cecilia memaparkan,
tiap enam bulan pilot harus mengecek
kesehatannya. Kalau terdiagnosa penyakit
anemia atau kolesterol, misalnya, sudah
pasti tidak diizinkan terbang. ”Ketat
sekali,” ujarnya menandaskan.
Selain menjadi pilot, ada pula ground
staff yang mengawali kariernya sebagai
pengurus tiket kini menjadi station head
di Bandung. ”Ada yang mulai dari jabatan
rendah sampai level eksekutif. Saat ini
kita bekerja sama dengan Jamsostek
membuat program beasiswa. Jadi
memang setiap orang diberi kesempatan
yang sama,” kata Cecilia.
Bangkit Adi Winanto, Station Manager
AirAsia di Bandung, adalah buktinya.
Seperti yang Cecilia katakan, setiap
lowongan kosong di AirAsia selalu
HC Mei 2010
39
5/10/10 12:01:43 PM
pengembangan
”Kami mau mendekatkan diri
dengan people, karena setiap
orang adalah unik,” komentar
Cecilia.
Ia
berpendapat
bahwa keunikan orang-orang
di AirAsia diyakini mampu
memberikan kontribusi positif.
Di mata Cecilia, keunikan
dan
perbedaan
mampu
membangun sinergi hingga
menumbuhkan
kecepatan
kepercayaan.
”Tumbuhlah
speed of trust yang akhirnya
bisa menggapai profit dan
mengefisienkan biaya menjadi
lebih rendah lagi,” katanya.
memprioritaskan karyawan internal.
“Saya bergabung dengan AirAsia dan di
tempatkan di Bandung karena ada posisi
kosong sebagai Guest Service Assistance
(GSA),” kata Bangkit yang berkarier di
Bandung sejak 12 April 2004 dan mengisi
posisi GSA pada 10 Oktober 2005.
Bangkit mengakui bahwa AirAsia selalu
memberikan kesempatan bagi stafnya
untuk mengembangkan diri, bahkan
sejak bergabungnya seorang karyawan
di AirAsia. “Saya banyak mendapat
pengalaman yang sangat bermanfaat
untuk pengembangan diri dan karier,”
aku pria yang diangkat menjadi Care
Taker Station Manager AirAsia Bandung
pada 12 September 2007 dan akhirnya
diangkat menjadi Station Manager
AirAsia Bandung pada 17 Desember
2007, ini.
Selain keinginan untuk maju, Bangkit
berbagi resep karier di AirAsia. “Hal
yang paling utama menurut saya adalah
loyalitas kepada perusahaan, diikuti
dengan kejujuran dan kerja keras dalam
bekerja,” katanya. Selain itu, mengasah
40
mei 33-48.indd 40
skill dengan mengikuti setiap program
dan peraturan perusahaan adalah logika
dalam mengembangkan karier.
Menurut Bangkit, pengembangan diri
dan karier dapat dioptimalkan dengan
bekal pengetahuan yang dimiliki. Ia
yakin, setiap orang di AirAsia punya
kesempatan yang sama dengan catatan
jika mau menekuni bidang masingmasing, dan menjalaninya dengan penuh
tanggung jawab.
Sayangnya, tidak semua orang mau
mengambil kesempatan itu. ”Paling
hanya 10 orang saja yang mau belajar dan
mengambil kesempatan tersebut,” Cecilia
mengakui. Posisi lain pun terbuka untuk
setiap ground staff yang menginginkan
perubahan karier. Misalnya menjadi
pramugari. ”Secara umum prosesnya
sama, yang membedakan adalah
persyaratan kompetensinya saja,” kata
Cecilia.
Sadar betul bahwa bisnisnya lekat dengan
orang, maka nama People Department
dipilih mewakili urusan SDM di AirAsia.
Sejak
awal
berdiri,
Cecilia mengakui, AirAsia
menekankan
budaya
keterbukaan. Transparansi.
Ia yakin, semua karyawan
bisa dipercaya. Karena itu
fasilitas kantor – misalnya
intranet – tidak dibatasi. ”Kami
menekankan, kalau Anda dipercaya
janganlah mengkhianati,” pesannya
dengan tegas.
AirAsia memang sangat bangga dengan
jargonnya bahwa ”Langit adalah
Batasnya”. Seperti halnya pesawat
yang terbang menembus awan, seakan
mendekati langit. ”Iya, langit sebagai
batasnya,” tegas Cecilia bersemangat.
Intinya adalah, setiap orang yang
mampu menangkap peluang untuk
berkembang di AirAsia bisa mencapai
level
setinggi-tingginya.
”Kalau
punya kompetensi dan tahu caranya,
kemudian perilakunya cocok, kenapa
tidak?” ujar Cecilia.
Sejatinya, langit adalah batas pandang
manusia. Jika di atas langit masih ada
langit, barangkali karyawan di AirAsia
pun tak segan menembusnya hingga
ke lapisan teratas. Ini menunjukkan
bahwa AirAsia ingin bersungguhsungguh
mengembangkan
orangorangnya. Karena, langit memang tidak
berbatas. n
HC Mei 2010
5/10/10 12:01:44 PM
ceo
Di lingkungan kerjanya, dia dikenal
sebagai pemimpin yang memberi
teladan dan menjadi inspirasi bagi
karyawan. Ia juga tak menjaga jarak
dengan bawahannya. Kepeduliannya
yang besar terhadap pengembangan
SDM membawa perusahaannya
makin berkembang dan memiliki
nilai tambah bagi stakeholders.
Anung Prabowo
abat tangannya terasa kuat. Kesahajaan dan keramahtamahan terpancar dari raut wajah lelaki bernama
Hiramsyah Sambudhy Thaib manakala HC memasuki
ruangannya yang luas. Jabatan tinggi sebagai Presiden
Direktur & Chief Executive Officer (CEO) PT Bakrieland
Development Tbk. tak membuatnya harus mengambil
jarak dengan orang lain. Maklum, Hiramsyah adalah sosok
yang tumbuh dan dibesarkan dalam lingkungan yang kondusif,
berpendidikan, penuh kasih sayang, religius, dan berjiwa
sosial.
Tidak banyak pemimpin perusahaan yang waktunya banyak
dihabiskan untuk terlibat dalam proses pengembangan
kompetensi karyawan. Hiramsyah justru sebaliknya. Ia
berkomitmen penuh terhadap peningkatan kualitas sumber
daya manusia (SDM) di lingkungan kerjanya. “Sebagai CEO
HC Mei 2010
41
5/10/10 12:01:45 PM
ceo
bikin in-house training sebulan
sekali dengan mendatangkan para
pebisnis atau motivator ternama.
Saya juga sering menjadi coach
untuk memberikan arahan kepada
karyawan baik mengenai bisnis
maupun konsultasi karier,” tutur
pria yang gemar traveling dan
mengoleksi mobil kuno, ini.
Pria kelahiran Jakarta, 7 Mei
1962, ini mengaku senang berbagi
pengetahuan
dan
pengalaman
kepada orang lain. Terlebih,
Hiramsyah
gemar
membaca
sehingga asupan pengetahuan dan
wawasannya terbilang luas. Bahkan,
menurutnya, ruang terbesar di
rumahnya adalah perpustakaan
pribadi. Ia sendiri menargetkan
membaca buku paling tidak dua
buku dalam sebulan. Buku yang
sering ia baca umumnya berkaitan
dengan pengembangan diri, dan
yang terkait dengan profesinya
seperti buku-buku manajemen,
properti, dan kepemimpinan. Saat
ini koleksi buku di perpustakaan
pribadinya mencapai sekitar 1.000
buku.
sudah sewajarnya jika 100% waktu
saya untuk mengurusi SDM,” katanya
menandaskan. Ia yakin bila masalah SDM
bisa ditangani dengan baik, masalah yang
lain pun terselesaikan dengan baik. Ini
tidak hanya berlaku di lingkungan kerja,
melainkan juga pada tataran negara,
begitu pendapatnya.
“Kita tahu Indonesia memiliki sumber
daya alam yang sangat berlimpah
dibandingkan Singapura. Tetapi kenapa
rakyat Singapura lebih makmur daripada
rakyat Indonesia? Apa masalahnya?
Nah, masalahnya terletak pada kualitas
sumber daya manusia yang kurang
dioptimalkan,” paparnya. Oleh karena
itu, Hiramsyah selalu berupaya untuk
menggenjot kualitas karyawan di
lingkungan Bakrieland dengan berbagai
pembelajaran, baik melalui in-house
training maupun coaching. “Kami
42
mei 33-48.indd 42
Berbicara
mengenai
karyawan,
Hiramsyah berani mengatakan bahwa
karyawan Bakrieland tidak ada yang
tergolong deadwood (tidak berguna).
Sejauh ini, ia berupaya memperlakukan
karyawan dengan cara yang tepat.
Sebut saja, pemberian remunerasi yang
kompetitif, pelatihan dan pengembangan
sesuai kebutuhan karyawan, serta
jenjang karier yang jelas. Selanjutnya,
pemimpin di perusahaan harus bisa
memberi dorongan kepada karyawan
untuk meningkatkan dirinya.
“Pemimpin
harus
membimbing,
mengajari, dan menempatkan anak
buahnya di tempat yang tepat, serta
memberikan tugas-tugas sesuai dengan
kemampuan mereka,” ujarnya. Bukti
keseriusan perusahaan ini dalam
mengembangkan karyawan terwujud
dalam bentuk program pelatihan dan
pengembangan. Berdasarkan Laporan
Keuangan Tahun 2009, biaya pelatihan
dan pengembangan karyawan yang
dikeluarkan Bakrieland pada tahun 2008
mencapai Rp 896,2 juta.
Sebagai pucuk pimpinan, Hiramsyah
mengibaratkan dirinya sebagai dirigen
yang mengatur harmonisasi semua
fungsi departemen di perusahaan, di
antaranya departemen human capital,
keuangan, marketing, dan legal. “Jadi,
saya harus mampu menempatkan
diri untuk memerhatikan semua
departemen secara seimbang,” ujarnya.
Karena itu, tak heran jika perusahaan
mampu bangkit ketika ditempa krisis
berulang kali. Hal ini lantaran hubungan
manajemen dan karyawan terjalin
harmonis. “Saya menyebut karyawan
kami memiliki mental die hard alias
nggak ada matinya, dan militan,”
tuturnya
seraya
mengungkapkan,
jumlah karyawan Bakrieland sekitar
3.000 orang. ”Dari jumlah tersebut, 30%
tergolong superior dan selebihnya normal
tanpa ada deadwood,” ujar Hiramsyah
menegaskan.
Keterikatan
karyawan
kepada
perusahaan,
disampaikan
lulusan
Arsitektur dari Institut Teknologi
Bandung (ITB), ini tak lepas dari
upayanya menjalankan visi perusahaan
yang disesuaikan dengan keinginan
stakeholders.
Bakrieland
memiliki
visi menjadi perusahaan terkemuka
di dunia dalam bidang real estate,
properti, infrastruktur, dan usaha
terkait. Selanjutnya, visi perusahaan
perlu didukung dengan model bisnis
yang sesuai dengan perkembangan saat
ini. Tentunya, Hiramsyah melanjutkan,
model bisnis Bakrieland mengarah
kepada perusahaan jasa properti yang
terintegrasi
(integrated
property
company), serta mampu memberikan
nilai tambah dan manfaat kepada seluruh
pemangku kepentingan.
Nilai tambah yang dimaksud adalah
menciptakan inovasi dan kreativitas.
“Karyawan dituntut untuk kreatif dan
HC Mei 2010
5/10/10 12:01:46 PM
ceo
melakukan inovasi. Mereka juga harus
fleksibel untuk mengikuti perubahan
dan menjadi lebih baik tanpa harus
dipaksa oleh shock therapy. Inilah
tantangan terbesar CEO dan direktur
human capital,” tutur Hiramsyah sambil
tersenyum.
deliver adalah proses eksekusi dalam
merealisiasikan
program-program
yang telah direncanakan. Tiga tahapan
ini harus bersinergi dan konsisten
untuk mendukung semua departemen
di perusahaan,” ungkap pengagum
Soekarno dan John F. Kennedy, ini.
Dalam
memandang
pertumbuhan,
Hiramsyah berharap, perusahaan dapat
tumbuh pesat secara berkesinambungan
(sustainable
exponential
growth).
“Pencapaian membutuhkan dua hal,
yaitu sistem dan orang. Artinya, semua
orang (karyawan) harus benar-benar
di-manage dengan sistem yang bagus,
sehingga terbentuk kesadaran pada
diri masing-masing orang untuk selalu
berubah,” katanya memastikan.
Agar ketiga hal tersebut dapat dipahami
oleh karyawan, menurutnya, CEO
harus bisa menjadi komunikator yang
baik. Kebetulan, Hiramsyah termasuk
penganut ajaran Ki Hadjar Dewantara
dan sangat menghayati pesan yang
disampaikan oleh pendiri Taman Siswa,
ini. Yaitu, ing ngarso sung tulodo (di
depan memberi teladan), ing madya
mangun karso (di tengah membangun
kemauan), dan tut wuri handayani
(mendorong dari belakang).
Sesuai tagline Bakrieland, yaitu dream,
design, dan deliver, Hiramsyah memiliki
tugas untuk memastikan semua tahapan
yang dilakukan perusahaan berjalan
sesuai rencana. “Dream artinya citacita, keinginan, atau harapan. Design
adalah
proses
perencanan.
Dan,
Sebisa mungkin ia berusaha menerapkan
ajaran itu di lingkungan kerjanya. Sebagai
masinis di perusahaan, ia dituntut
berada di depan dan menjadi panutan
bagi karyawan. Dalam keseharian,
ia sering berinisiatif menyambangi
karyawan ketimbang memanggil mereka
untuk menghadap ke ruang kerjanya. Ia
juga tak segan berada di garis belakang.
Dari posisi ini, ia bisa melihat apakah
lokomotif yang dikomandaninya sudah
sanggup mengangkut semua anak
buahnya hingga tidak ada yang tertinggal
di belakang.
Di mata Lea Nikusdiandi, Kepala
Divisi Marketing & PR PT Bakrieland,
Hiramsyah diakui sebagai sosok
pemimpin yang sering turun ke bawah.
”Beliau sering meluangkan waktu
untuk memberikan perhatian kepada
karyawan di tingkat bawah,” ujarnya.
Tak heran jika Hiramsyah bisa masuk
ke segala lapisan, mulai dari pramu
kantor dan sopir, hingga investor dan
komisaris. “Dengan hobinya yang suka
membaca, Pak Hiramsyah bisa memacu
karyawan untuk giat membaca sehingga
sama-sama memiliki pengetahuan yang
luas. Karyawan pasti malu bila bosnya
mengetahui informasi tentang sesuatu,
sedangkan kita sebagai karyawan
belum tahu,” tutur Lea berpendapat. n
HC Mei 2010
mei 33-48.indd 43
43
5/10/10 12:01:47 PM
leadership
Meneruskan
“Tongkat Estafet”
di Perusahaan
Keluarga
Suksesi menjadi agenda yang sangat penting
bagi perusahaan keluarga. Keberhasilan
suksesi akan menentukan keberlangsungan
hidup perusahaan dalam jangka panjang
dari satu generasi ke generasi berikutnya.
Bagaimana penerapannya?
Anung Prabowo
S
alah urus dalam pengelolaan suksesi bisa berakibat
fatal. Banyak contoh perusahaan yang dibangun selama
puluhan tahun oleh generasi pertama ambruk dalam
hitungan cepat lantaran kecerobohan yang dilakukan
generasi kedua atau ketiga. Harus diakui, suksesi sering
menimbulkan masalah yang dipicu oleh persoalan nonteknis dan adanya muatan emosi dalam pelaksanaannya. Ini karena
perusahaan keluarga tidak secara formal dan sistematis mengelola
persoalan suksesi. Tak heran jika akhirnya kurang terkelola dengan
baik.
Survei yang dilakukan di seluruh dunia (Lansberg, 1999) menunjukkan
rendahnya “survival rate” perusahaan keluarga. Data menunjukkan,
hanya 30% perusahaan keluarga di seluruh dunia yang mampu
bertahan sampai generasi kedua. Artinya, 70% perusahaan keluarga
gagal untuk meraih sukses di tangan generasi kedua. Salah satu
faktor utama rendahnya survival rate ini terletak pada lemahnya
perencanaan suksesi. Fakta lainnya menunjukkan, 20% perusahaan
keluarga di Amerika Serikat (AS) yang mampu bertahan melampaui
60 tahun pada keluarga yang sama. Kenyataan juga menunjukkan, di
44
mei 33-48.indd 44
negara maju seperti AS, hanya 28% dari perusahaan
keluarga yang mempunyai rencana suksesi dengan hatihati, sedangkan yang lain hanya menyiapkan warisan.
Bagaimana di Indonesia? Dari hasil survei The
Jakarta Consulting Group, perusahaan-perusahaan
keluarga di Indonesia ternyata belum semuanya
menyiapkan penerus melalui perencanaan suksesi
untuk memimpin perusahaan. Responden yang telah
menyiapkan penerus melalui perencanaan suksesi
sebanyak 67,8% sedangkan yang lain (32,2%) tidak
atau belum menyiapkannya. Managing Partner The
Jakarta Consulting Group, AB Susanto – dalam
tulisannya berjudul “Suksesi dalam Perusahaan
Keluarga” – mengatakan, salah satu masalah
yang muncul pada pergantian antar generasi atau
multigenerasi adalah tidak adanya keinginan
generasi lama untuk berbagi kekuasaan dengan
generasi penerus.
Menurut Susanto, suksesi yang efektif dalam perusahaan
keluarga yaitu merencanakan sedini mungkin dengan
melibatkan anggota keluarga. Artinya, pendiri harus
mulai mengambil dua langkah ke belakang (to take two
steps back) agar generasi penerus dan para profesional
bisa mengambil satu langkah ke depan. “Founder
(pendiri) dianggap sebagai tokoh yang wibawanya
besar, tahu semua koneksi, dan bila ia mengambil
satu langkah yang lain tidak berani maju. Apabila ini
tidak dilakukan oleh founder, regenerasi tidak akan
berjalan,” paparnya.
Di lingkup bisnis kecantikan, nama Martha Tilaar dikenal
sebagai salah satu pengusaha yang sukses. Di usianya
yang tidak bisa dikatakan muda, CEO Martha Tilaar
HC Mei 2010
5/10/10 12:01:49 PM
leadership
Group ini mulai mewariskan kerajaan
bisnisnya kepada putrinya, Wulan Tilaar.
Dalam seminar “Coaching Leadership:
Turning Good Into Great Leaders” yang
diselenggarakan PPM Manajemen, awal
April lalu, Wulan menceritakan kapan ia
menerima kepercayaan dari ibunya untuk
mengurusi sebagian anak perusahaan
Martha Tilaar.
Ia mengakui, sejak kecil sang ibu
telah mempersiapkan dirinya untuk
menggantikan posisi tersebut suatu saat
kelak. Wulan kecil sudah akrab dengan
usaha yang digeluti sang ibu. Setiap hari
sepulang sekolah, ia pasti melihat orangorang sedang belajar make up, menata
rambut, dan aktivitas lainnya di salon
milik ibunya. Bahkan, kala itu, ibunya
selalu membiasakan Wulan datang ke
acara-acara yang bersifat formal dan
bertemu dengan orang-orang di bisnis
kecantikan. “Saya termasuk anak yang
penurut. Jadi kalau ibu mengajak jalan,
pasti saya ikut,” kenang anak ketiga dari
empat bersaudara ini. Setelah beranjak
dewasa, Wulan bersama anggota
keluarga lainnya sempat menjaga stand
Martha Tilaar di Pekan Raya Jakarta
(PRJ). Semua itu dilakukan bukan karena
terpaksa, tapi dengan kesenangan untuk
membantu usaha keluarga.
Setelah menempuh pendidikan
SMA di Santa Theresia,
Jakarta,
W u l a n
memutuskan
untuk melanjutkan pendidikannya di
bidang graphic design di College of
Mount St. Joseph-Cincinnati, Amerika
Serikat. Tak puas dengan pendidikan
sarjana, wanita kelahiran Jakarta,
13 Juli 1977, ini meneruskan ke
Boston University, mengambil bidang
periklanan-komunikasi massa. Setelah
merampungkan
pendidikannya
di
Boston, Wulan mulai terjun di bisnis
keluarga secara profesional pada tahun
2005. Kali pertama masuk ke perusahaan
milik ibunya, ia tak langsung mendapat
kepercayaan untuk memegang kendali.
Awalnya Wulan dimasukkan ke art
department (departemen seni) yang
sesuai bidang kuliahnya.
Merasa kurang tantangan, Wulan
memutuskan untuk mengurusi dan
bertanggung jawab di Martha Tilaar
Salon & Day Spa dan Puspita Martha
International Beauty School. Sejak
itulah Wulan belajar banyak hal
sekaligus
melakukan
pembenahan
agar perusahaan yang ditanganinya
semakin baik. Setelah empat tahun
menjadi Deputy General Manager yang
membawahi empat anak perusahaan,
yakni Martha Tilaar Salon & Day Spa,
Puspita Martha International Beauty
School, Cipta Busana Martha Tilaar,
dan Art & Beauty Martha Tilaar, Wulan
merencanakan untuk memperkenalkan
tradisi dan kecantikan wanita Indonesia
kepada dunia internasional.
“Mimpi
saya
adalah
membawa
perusahaan go international. Seperti
Shisedo yang asli buatan Jepang bisa
dikenal di seluruh dunia. Untuk target
jangka pendek, kami ingin menguasai
market Asia meski produk kami
sekarang sudah beredar di
kawasan Asia, seperti
Malaysia,
Brunai
Darussalam, dan
perusahaan terletak pada sumber daya
manusia yang berkualitas dan komitmen
dari pemilik untuk mempertahankan
bisnis. “Selama ini kami konsisten dan
memegang komitmen terhadap apa yang
kami jalani. Kami mencoba kreatif untuk
menampilkan sesuatu yang unik dan
berbeda dengan produk lain,” katanya.
Wulan
mengungkapkan,
ibunya
memegang teguh prinsip disiplin, jujur,
inovasi, tekun, dan ulet atau disingkat
DJITU. ”Ibu adalah superwomen –
pekerja keras dan sangat ulet. Sementara
ini saya belum sampai pada titik itu.
Saya masih menjalankan proses ke
arah sana,” katanya berterus terang. Ia
mengakui, sang ibu masih ikut mengurusi
perusahaan meski tak sebesar dulu.
Boleh dikata, sebagian besar kebijakan
dan pengelolaan perusahaan sudah
diserahkan kepada anak-anak.
Kendati Wulan sudah didaulat sebagai
pengganti Martha Tilaar di masa
mendatang, hal itu tak menyebabkan
pertentangan antarsaudara kandung
yang terlibat di perusahaan ini.
Menurutnya, baik kakak, adik, serta
dua saudara lainnya sudah memiliki
tugas dan tanggung jawab masingmasing di perusahaan. Di luar tanggung
jawabnya
memimpin
perusahaan,
Wulan tak melupakan perannya sebagai
ibu sekaligus istri. Ia mengatakan,
selalu meluangkan waktu untuk kedua
anaknya, Anjani Anatolia Widarto
dan Atira Aurealia Widarto. n
Singapura,”
tuturnya
bersemangat.
Wulan menyadari, kunci sukses
HC Mei 2010
mei 33-48.indd 45
45
5/10/10 12:01:49 PM
pijakan
Mengkaji Ulang Jumlah
SP di Perusahaan
Guna mendukung suasana kondusif bagi dunia usaha, pemerintah perlu mengkaji ulang
jumlah minimal pekerja dalam pembentukan serikat pekerja atau serikat buruh (SP/SB)
di satu perusahaan. Banyaknya SP/SB di perusahaan dikhawatirkan bakal menyulitkan
perumusan perjanjian kerja bersama (PKB).
Anung Prabowo
E
uforia reformasi yang dimulai awal 1998 dan ratifikasi
Konvensi International Labour Organization (ILO) No.
87 mengenai kebebasan berserikat telah mendorong
pembentukan Serikat Pekerja/Serikat Buruh (SP/SB)
baru di Indonesia. Hingga September 2009, tercatat SP
di tingkat perusahaan yang berafiliasi dengan federasi
SP/SB sebanyak 437 dengan anggota mencapai 97.924 orang. Di luar itu,
jumlah federasi SP/SB nonkonfederasi sebanyak 1.868 dengan anggota
851.751 orang, sedangkan federasi SP Badan Usaha Milik Negera (BUMN)
sekitar 170 dengan anggota 58.547 orang.
Melihat perkembangannya, pemerintah melalui
Depnakertrans menyatakan akan mengkaji ulang
Undang-undang (UU) No. 21 tahun 2000 tentang SP/
SB, khususnya terkait jumlah minimal pekerja dalam
pembentukan serikat pekerja di satu perusahaan.
“Memang usulan perubahan UU tersebut perlu
dicermati lebih lanjut. Apakah usulan perubahan
mengenai pembentukan SP/SB bisa efektif bagi
perjuangan pekerja/buruh, tetapi tetap mendukung
suasana kondusif bagi dunia usaha,” kata Menteri
Tenaga Kerja dan Transmigrasi (Menakertrans),
Muhaimin Iskandar seusai pertemuan CEO
Gathering HR Mining Group di Jakarta, beberapa
waktu lalu.
Muhaimin mengungkapkan, sejauh ini terdapat
kesamaan ide antara pihak pengusaha dengan SP/
SB. Pengusaha memandang syarat jumlah minimal
pembentukan SP/SB dinilai tidak efektif. Alasannya,
terlalu kecil untuk membentuk SP/SB. Demikian
pula pihak SP/SB menyatakan kurang efektif dengan
jumlah anggota yang begitu kecil untuk menjadi
saluran perjuangan hak-hak pekerja di perusahaan.
Sesuai UU No. 21 tahun 2000 Pasal 5 ayat (2),
setiap SP/SB dibentuk oleh sekurang-kurangnya
10 pekerja/buruh. Pembentukan SP/SB bertujuan
untuk memberikan perlindungan, pembelaan hak
dan kepentingan serta meningkatkan kesejahteraan
bagi pekerja/buruh dan keluarganya.
“Perlu ada penelitian dan pengkajian sebagai upaya
penyempurnaan untuk menentukan jumlah ideal
46
mei 33-48.indd 46
HC Mei 2010
5/10/10 12:01:51 PM
pijakan
pekerja yang bisa membentuk SP/
SB. Jangan terlalu sedikit,” Muhaimin
menegaskan. Sementara itu, Ketua Dewan
Pengurus Nasional Asosiasi Pengusaha
Indonesia (Apindo), Djimanto, mengaku
setuju dengan adanya perubahan
ketentuan jumlah minimal pekerja yang
akan membentuk SP/SB. Ia menilai
jumlah minimal pekerja yang disyaratkan
hanya 10 orang terlalu sedikit, sehingga
patut diubah sesuai kondisi saat ini.
“Proses ini perlu dikaji lebih lanjut agar
efektif,” ujarnya dalam kesempatan yang
sama.
Muhaimin menyampaikan, dari data
Ditjen PHI dan Jamsostek Depnakertrans
hingga akhir 2009 tercatat sekitar
91 federasi serikat dengan anggota
3.338.597 orang dan tiga konfederasi
yang diakui pemerintah. Konfederasi
itu adalah Konfederasi Serikat Pekerja
Seluruh Indonesia (KSPSI), Konfederasi
Serikat Pekerja Indonesia (KSPI), dan
Konfederasi Serikat Buruh Seluruh
Indonesia (KSBSI). Selain itu, masih
ada satu lagi konfederasi serikat
pekerja, yaitu Kongres Aliansi Serikat
Buruh Indonesia (KASBI). Meski sudah
tercatat dan memenuhi syarat sebagai
konfederasi, pemerintah kurang melirik
eksistensi KASBI. Sebagai contoh, tak
ada pengurus atau anggota KASBI yang
duduk di lembaga Tripartit Nasional.
Di tempat berbeda, Presiden KSBSI
Rekson Silaban mengatakan, masalah
utama pembentukan SP/SB bukan
hanya terletak pada jumlah minimum
pekerja. Menurutnya, yang paling utama
adalah pemerintah harus melakukan
verifikasi terhadap SP/SB yang ada,
baik dari sisi kepengurusan maupun
keanggotaannya di seluruh tingkatan,
mulai dari perusahaan sampai provinsi.
“Dengan verifikasi pengusaha menjadi
tahu dengan siapa mereka layak bermitra
dan tidak ada lagi pengurus SP/SB yang
saling mengklaim,” ungkapnya.
Rekson menambahkan, verifikasi dapat
dilakukan dengan melihat kepengurusan
dan jumlah perjanjian kerja yang
dihasilkan. Hal itu merupakan indikator
dari keaktifan SP/SB bermitra dengan
pengusaha. “Pemerintah juga jangan
terlalu mudah menerima pendaftaran
SP/SB yang mengklaim dirinya pengurus
nasional tanpa membuktikan perwakilan
di provinsi-provinsi,” katanya.
Menurut Sekjen Organisasi Pekerja
Seluruh Indonesia, Timboel Siregar,
semestinya Menakertrans tak hanya fokus
dalam jumlah minimum pembentukan
SP. Ia mengambil contoh perusahaan
yang memiliki lebih dari satu SP/SB,
yaitu PT Garuda Indonesia. Sekadar
info, Garuda memiliki empat SP/SB,
terdiri dari Serikat Karyawan Garuda
(SEKARGA), Asosiasi Pilot Garuda (APG),
Ikatan Awak Kabin Garuda Indonesia
(IKAGI), dan Serikat Pekerja Awak Kabin
PT Garuda Indonesia (SPAKGI).
Manajer Senior Hubungan Industrial
PT Garuda Indonesia, Rizkan Hasana,
menceritakan,
awalnya
karyawan
Garuda tergabung dalam Korps Pegawai
Republik Indonesia (Korpri). Pada 2004
Garuda memiliki satu SP/SB, SEKARGA.
Dua tahun berikutnya, ketika pembuatan
Perjanjian Kerja Bersama (PKB),
terbentuk pula tiga SP/SB sesuai profesi
di perusahaan penerbangan pelat merah
ini, yaitu APG, IKAGI, dan SPAKGI.
“Awalnya, tiga SP (APG, IKAGI, dan
SPAKGI) itu merupakan ikatan profesi di
Garuda. Namun karena dalam UU No. 21
tahun 2000 dimungkinkan bisa menjadi
SP, maka mereka membuat SP. Meski
namanya tetap asosiasi dan ikatan, tetapi
prinsipnya ketiga asosiasi dan ikatan
itu adalah SP,” Rizkan menjelaskan.
Sejauh ini keanggotaan SKARGA bersifat
umum. Artinya, semua karyawan boleh
mendaftar.
Rizkan mengakui, kendala memiliki
SP/SB lebih dari satu di perusahaan
adalah saat proses perundingan PKB.
“Sebenarnya tuntutan mereka masih
bersifat umum, yakni berkaitan
dengan kesejahteraan. Adapun yang
khusus, misalnya mengenai ketentuan
jam kerja. Kami mengelompokkan
pegawai Garuda menjadi dua kategori,
yaitu pegawai udara dan pegawai
darat. Pegawai darat jam kerjanya
mulai 07.30-16.30. Sementara pegawai
udara seperti pilot dan awak kabin
berdasarkan
jadwal
penerbangan
mereka,”
tuturnya
menerangkan.
Ia menyatakan, jumlah SP/SB yang
lebih dari satu, menjadikan hubungan
industrial di perusahaan lebih dinamis
lantaran mereka saling memberikan
kritik dan saran.
Menurut
Rizkan,
kunci
sukses
menciptakan hubungan industrial
yang harmonis di perusahaan terletak
pada sikap manajemen dan SP/SB yang
lebih mengedepankan dialog sosial. Di
samping itu, sikap saling menghargai
dalam menyelesaikan konflik hubungan
industrial juga harus dikedepankan.
“Manajemen dan karyawan harus lebih
terbuka dalam menjalin komunikasi
untuk menciptakan iklim hubungan
industrial yang kondusif. Hal ini
merupakan cerminan bahwa SP/SB
adalah mitra strategis manajemen
dalam menumbuhkembangkan bisnis,”
katanya. Apalagi, kini ada Lembaga
Kerja Sama (LKS) Bipartit. Lembaga
ini merupakan forum komunikasi,
konsultasi, dan musyawarah mengenai
ketenagakerjaan antara manajemen
dan wakil pekerja atau SP/SB di tingkat
perusahaan. n
HC Mei 2010
mei 33-48.indd 47
47
5/10/10 12:01:51 PM
rekrutmen
Fenomena Social Media
dan Tren Rekrutmen
Berkembangnya social media sudah tidak bisa dibendung lagi. Praktisi HR pun
diharapkan lebih peduli dengan perkembangan teknologi. Mengapa?
Rudi Kuswanto
P
ertumbuhan data pengguna social media seperti
Facebook (FB), Twitter, dan Myspace di Tanah
Air sangat fenomenal. Khusus FB saja, per 5
April 2010 tercatat sekitar 21,5 juta akun yang
berasal dari Indonesia, sedangkan Twitter sudah
menembus angka 5 juta akun lebih. Ke depan
jumlah ini akan bertambah terus.
Dalam catatan seorang online specialist, Nukman Luthfie,
jumlah 21,5 juta akun jelas lompatan yang luar biasa, mengingat
di akhir 2008 pengguna FB di Indonesia baru tercatat 1,5 juta
akun. Artinya, dalam rentang waktu itu setiap bulan diperkirakan
ada penambahan 1 juta akun baru di FB. “Menariknya, pemilik
akun ini melengkapi dengan data diri selengkap mungkin yang
secara suka rela diserahkan ke Facebook. Tidak saja nama dan
alamat email, tetapi juga latar belakang pendidikan, pekerjaan,
hobi, hingga jalinan pertemanan! Ini jelas data-data yang
sangat penting,” katanya.
Menanggapi fenomena ini, Manajer HR & GA Kompas.com,
M. Trinovita memberikan pandangan. ”Prinsipnya begini,
kalau kita bicara manusia normal, pada dasarnya manusia
adalah makhluk sosial yang punya needs untuk menjalin
relasi dengan orang lain, berbagi dengan orang lain, dan
48
mei 33-48.indd 48
bersama-sama dengan orang lain. Intinya membutuhkan
orang lain. FB pun bisa digunakan sebagai personal
branding,” tuturnya.
Apakah ke depan social media bisa menjadi alat bantu untuk
melakukan rekrutmen? Menjawab pertanyaan ini, Trinovita
berpendapat, dalam proses rekrutmen yang dilakukan adalah
menggali sebanyak mungkin data tentang kandidat agar dapat
dilihat sedekat apa kualifikasi yang dimiliki oleh kandidat
dengan kualifikasi yang dibutuhkan untuk mengisi suatu
posisi. “Penggalian ini bisa melalui berbagai cara. Tentu
yang sistematis, etis, dan teruji keandalannya. Apakah FB
atau Twitter bisa dijadikan salah satu alat bantu rekrutmen?
Jawabannya bisa ya, bisa tidak,” ujarnya menandaskan.
Ia menjelaskan, dikatakan bisa dilakukan jika rekruter adalah
seseorang yang mumpuni dalam menganalisis setiap data,
pernyataan, keterangan, dan apa pun materi yang tercantum
dalam FB atau Twitter seseorang. Namun, bila rekruter bukan
seseorang yang fasih dalam melakukan penggalian data, maka
data sebanyak apa pun yang diperlihatkan seseorang di jejaring
sosial tidak berarti apa-apa. “Jadi, informasi di social media
tidak serta-merta bisa diambil, karena orang tidak selalu
mengatakan, mengungkapkan, dan menampilkan ‘the real him
HC Mei 2010
5/10/10 12:01:53 PM
rekrutmen
or her’-nya. Ada yang ‘menyamar’, ada
juga yang asal bikin data, dan belum
tentu datanya akurat,” papar Trinovita
sambil menekankan, kuncinya adalah
perlunya analisis yang benar tentang
semua yang ditampilkan di situ, apakah
data itu valid atau sampah.
Trinovita sepakat bahwa orang HR
lumrahnya tidak gagap teknologi.
Apalagi yang terkait langsung dengan
dunia HR, seperti FB/Twitter, karena
media ini bukan hanya menjadi habit
tetapi gaya hidup karyawan. “Orang HR
idealnya memahami bahwa social media
sudah menjadi bagian dari kehidupan
karyawan. Orang HR yang ingin lebih jauh
memahami karyawannya, perlu memiliki
keterlibatan yang proporsional dengan
karyawan agar mempunyai wawasan dan
dilakukan melalui webcam atau jaringan
teknologi seperti yang digunakan untuk
teleconference. Tes-tes tertentu pun
dilakukan melalui teknologi, misalnya
tes intelegensi atau tes kecepatan
ketelitian, atau inventori lainnya. Dengan
semakin tingginya ‘sense of technology’
masyarakat, maka rekrutmen di tahuntahun mendatang akan sangat kental
dengan teknologi,” tuturnya.
Untuk urusan social media seperti FB dan
Twitter, Yodhia Antariksa, blogger yang
juga konsultan SDM ini menawarkan
wacana berbeda. Dikaitkan dengan
rekrutmen dan soal serius lainnya, ia
menilai aplikasi FB/Twitter tidak begitu
cocok. “Dua aplikasi ini, kalau diamati
lebih digunakan oleh para user sebagai
saluran untuk berbincang tentang
baik mengenai manfaatnya, banyak orang
berpikiran yang namanya social media
hanya ajang untuk kegiatan pleasure dan
fun. Padahal banyak hal positif yang bisa
diambil,” ujarnya.
Konsultan rekrutmen yang berbasis di
Jakarta ini memberitahu, salah satu
manfaat bagi seorang kandidat yang
memiliki profil di LinkedIn adalah,
bisa menunjukkan eksistensi pribadi.
“Dengan fitur koneksi dan rekomendasi,
kredibilitas seseorang bisa terangkat,” ia
menambahkan.
Sedangkan manfaat bagi perusahaan,
semakin
banyak
karyawannya
yang memiliki akun di LinkedIn
membuktikan
bahwa
perusahaan
tersebut memiliki citra yang positif. Ia
“Selain tidak tersosialisasi dengan baik mengenai manfaatnya, banyak orang
berpikiran yang namanya social media hanya ajang untuk kegiatan pleasure
dan fun. Padahal banyak hal positif yang bisa diambil”
(Haryo Utomo Suryosumarto)
pertimbangan yang cukup baik tentang
karyawan tersebut. FB dan Twitter dalam
konteks tertentu bisa menjadi salah satu
jembatan bagi HR untuk mengetahui dan
mendapatkan masukan tentang kondisi
atau situasi karyawan maupun keadaan
kantor. Tentu dengan prinsip cover both
side,” katanya mengingatkan.
Di Kompas.com sendiri, imbuh Trinovita,
praktik rekrutmen sudah dilakukan
secara online. “Sudah pasti. Karena
kami adalah perusahaan online, kami
harus menerapkan ‘online way’ dan
mengharuskan calon karyawan untuk
memiliki ‘online habit’ juga,” tegasnya.
Ia memandang, tren rekrutmen ke depan
akan mengarah pada teknologi minded.
Bukan sekadar proses seleksi lamaran
melalui teknologi, tetapi wawancara
pun dilakukan melalui teknologi, dan
ini sudah banyak terjadi. “Wawancara
beragam hal secara ringan. Untuk
proses rekrutmen, aplikasi LinkedIn
justru lebih powerful. Memang, para
anggotanya rata-rata orang kantoran di
level manajer hingga direktur. Sejak awal
mereka menggunakan aplikasi ini untuk
kebutuhan profesional,” ungkapnya.
Yodhia menambahkan, LinkedIn memang
sangat bagus dan banyak headhunter
yang menganggapnya sebagai sarana
yang baik untuk menjaring kandidat yang
hebat. “Anggotanya memang sedikit, tapi
jauh lebih berkualitas dan kontennya pas
dengan kebutuhan HR atau para rekruter.
Di Amerika, LinkedIn sudah jadi barang
wajib bagi setiap rekruter,” tegasnya.
Principal sekaligus founder Headhunter
Indonesia, Haryo Utomo Suryosumarto
membenarkan, social media seperti
LinkedIn belum terlalu familiar di Tanah
Air. “Selain tidak tersosialisasi dengan
mencontohkan, salah satu perusahaan
oil and gas memiliki ‘aturan tidak
tertulis’ bahwa setiap karyawannya
harus
terintegrasi
dengan
situs
LinkedIn ini. “Memang kalau melihat
negatifnya, ini bisa menjadi pisau
bermata dua. Karyawan yang nampang
di LinkedIn adalah sasaran tembak
dari perusahaan lain atau kompetitor,”
katanya.
Sebagai seorang headhunter, Haryo
mengaku terbantu dengan adanya
LinkedIn. “Dalam proses rekrutmen,
ketika database tidak mencukupi, pasang
iklan juga tidak berhasil menemukan
calon yang sesuai, saya justru menemukan
kandidat yang baik di LinkedIn,” ujarnya
terus terang. Tak jarang ia mengaku
mendapat klien potensial maupun
kerja sama bisnis yang menguntungkan
dari media sosial yang satu ini. Nah,
bagaimana dengan Anda? n
HC Mei 2010
mei 49-64.indd 49
49
5/10/10 1:52:48 PM
wisdom
Ia menemukan cinta pada ilmu matematika. Dalam pandangannya, matematika
memiliki keindahan dan di dalamnya tersimpan filosofi yang dalam. Apa yang
dia lihat dari ilmu yang mengandalkan logika ini?
Rina Suci Handayani
K
etika tengah mencari ruang yang tertera dalam
undangan PT Allianz Life Indonesia, HC melihat
seorang lelaki berkulit putih dan bertubuh
jangkung yang sedang mengamati ruangan
kosong. Bahasa tubuhnya mengungkapkan, ia
sedang menanti orang. Mimiknya tenang saja,
tidak menyiratkan kecemasan atau kepanikan. Namun, tersirat
antusiasme. Saat itu juga HC yakin akan berkenalan dengan
lelaki tersebut.
Pukul 10.00 WIB HC mendapat jawaban untuk masuk ke ruang
pertemuan yang telah disediakan. Benar saja, lelaki kulit putih
yang kami lihat sebelumnya juga berada di sana dan menyambut
kami dengan ramah. ”Welcome, thanks for coming,” katanya
penuh empati menyambut para wartawan.
Namanya sangat lekat dengan dialek Jerman. Friedrich Rummel,
begitulah nama lengkapnya. HC agak kesulitan melafalkan
namanya. “Panggil saya Frieder,“ sarannya memaklumi lidah
para wartawan yang belepotan menyebut namanya. Frieder
mengaku menyukai tugasnya sekarang di Allianz Insurance
Management sebagai Chief Human Resources Officer Asia
Pacific and Middle East. Uniknya, latar belakang Frieder jauh
dari ilmu mengelola orang. ”Saya doktor di bidang matematika,”
ia mengungkapkan dirinya.
Di mata Frieder, matematika adalah ilmu yang menantang
sekaligus menghibur. “Selain itu, matematika merupakan
fondasi dari berbagai disiplin ilmu,” aku Frieder. Aplikasinya
bukan sekadar 1+1=2. Ia menemukan prinsip-prinsip yang
50
mei 49-64.indd 50
HC Mei 2010
5/10/10 1:52:49 PM
wisdom
terkait dengan interaksi antar manusia
ketika menelisik matematika lebih
dalam. Menurutnya, matematika dapat
membantu
memecahkan
masalah.
Caranya? “Fokus untuk mengerti setiap
situasi, lalu mengaplikasikan cara berpikir
logis,” Frieder membagi rahasianya.
Frieder mengamini bahwa manusia berada
di antara logika dan emosi. Berdasarkan
pengalamannya, berinteraksi dengan
orang akan membuka keran emosi
lebih deras jika tidak diimbangi dengan
fakta. Bila itu yang terjadi, maka tercipta
ketidakseimbangan antara logika dan
emosi. ”Ilmu matematika membantu
agar sejalan dengan fakta. Sangat penting
untuk mengerti batasan antara fakta
dan emosi. Sering kita temukan, ketika
berinteraksi dengan orang emosi kita
lebih menguasai daripada fakta,” tutur
pria kelahiran Korbach, Germany, 5 Juli
1955, ini dengan bijak.
Pemilik kredo ‘Love Thy Neighbor as
Thyself’ ini dikenal sebagai pribadi
yang kebapakan dan ngemong. Setiap
kunjungannya ke Allianz Life Indonesia,
Frieder selalu menyempatkan berbincang
lebih akrab dengan tim HR-nya. Sekadar
ngobrol ringan dan juga perbincangan
serius.
“Beliau lebih dekat dan familiar, sangat
kebapakan jadi cocok dengan kultur
orang Asia,” kata Mursosan Wiguna,
Senior VP Chief HR & Compliance Officer
Allianz Life Indonesia. Mursosan menilai,
Frieder mampu menjaga keseimbangan
antara logika dan emosi. Di samping
itu, Frieder memegang teguh prinsip
hubungan humanis. “Pendekatan beliau
kepada setiap orang melalui relationship.
Misalnya, bertanya mengenai kabar
keluarga dari karyawan,” katanya.
Belajar HR dengan Freider membuka
cakrawala Mursosan lebih dalam
lagi. “Kami menyebutnya suhu. Dia
sangat layak menjadi konsultan,”
tutur Mursosan memuji koleganya.
Ada pengalaman menarik yang masih
terekam di benak Mursosan. Suatu
hari, Frieder meninjau ulang program
kompensasi dan benefit yang Mursosan
rancang. “Ia berpembawaan tenang dan
memberikan timbal balik dengan sangat
bijak,” ujar Mursosan seraya menirukan
komentar Frieder, “Mursosan, tolong
lihat kembali. Program kamu sudah
bagus, tapi tolong cari cara agar semua
orang bisa win-win.”
Mursosan menilai bahwa Frieder bukan
hanya mengaplikasikan matematika
untuk merancang program kompensasi
dan benefit. Lebih dari itu, “Ia bisa
melihat dari sudut pandang berbeda.
Yaitu, menjadikan semua orang
‘menang’. Itulah yang saya tangkap
tentang filosofinya bahwa ia melihat
matematika sampai ke tingkat yang
paling dalam,” Mursosan memaparkan.
Selain itu, ia tak memungkiri bahwa
Frieder punya passion yang sangat
tinggi di bidang HR.
Kendati sering bepergian melintasi
banyak negara, Frieder ternyata seorang
family man. Baginya pengalaman hidup
yang paling berharga adalah kelahiran
tiga anaknya dan menjalani hidup
berasama istrinya. ”Menghabiskan
waktu dengan keluarga, olah raga lari,
membaca, dan bermain catur adalah
hobi saya,” ungkap ayah dari Marius,
Julian, dan Olivia, ini. Warisan terbaik
yang pernah Frieder dapatkan adalah
teladan dari ayahnya. ”Saya sangat
bahagia bila suatu hari nanti anakanak saya memandang saya dengan
hormat sebagai teladan mereka. Sama
halnya saya melihat ayah sebagai
teladan saya,” jawabnya tentang filosofi
hidupnya.
Kepada HC Frieder berpesan, dalam
menjalani hidup yang penting adalah
mau melihat dan peduli terhadap
pengembangan seseorang. Ia meyakini
bahwa setiap orang mampu membuat
perbedaan dan mencapai kesuksesan.
“Saya suka berbicara tentang visi
pribadi. Yakni, sebuah bayangan
yang membimbing saya untuk lebih
mengembangkan
diri,”
katanya
berharap.
Frieder memandang bahwa setiap orang
harus mempunyai visi. ”Tanpa visi,
hidup hanya terjadi begitu saja. Visi
akan membimbing kita untuk menjadi
pribadi yang terbaik,” kata suami dari
Ilse Rummel ini dengan bijak.
Baginya, tidak ada gelas yang setengah
kosong. ”Saya selalu melihat gelas
setengah penuh,” ujarnya. Dia berharap
bisa belajar lebih banyak lagi. Untuk
itu, yang ia lakukan adalah merancang
goal baru. “Saya sangat bahagia bila
bisa mencapai pembelajaran dan
melayani sesama sepanjang hidup
saya,” katanya menutup obrolan. n
HC Mei 2010
mei 49-64.indd 51
51
5/10/10 1:52:49 PM
akademia
Global-Technopreneur
Tanggung jawab yang dia emban terbilang berat. Menjadi rektor di universitas
yang baru beroperasi, jelas bukan pekerjaan enteng. Hasrat yang tinggi, menjadi
senjata paling ampuh bagi wanita enerjik ini dalam menjalani rutinitinasnya
yang padat.
M
Rudi Kuswanto
elihat dari dekat
Universitas
Bakrie (UB), tidak
lengkap jika tidak
mengenal
sosok
rektornya. Ditemui
HC di ruang kerjanya, Prof. Ir. Sofia W.
Alisjahbana, M.Sc., Ph.D, menceritakan
bagaimana universitas ini bertransisi.
Sofi, begitu ia biasa disapa, menjelaskan
proses perubahan kampus yang awalnya
dikenal dengan nama Bakrief School of
Management (BSM) ini. Kisah perguruan
tinggi ini dimulai pada 2006, setelah
terjadi alih kelola dari STIE Mulia Persada
menjadi STIE BSM dengan program studi
(prodi) Manajemen di bawah naungan
YPB (Yayasan Pendidikan Bakrie).
Setahun berikutnya, ada penambahan
satu prodi, yakni Akuntansi.
Sofi menerangkan, setelah pihaknya
mengantongi izin nomor 102/D/0/2009
tertanggal 16 Juli 2009 melalui SK
Mendiknas RI, BSM resmi menjadi
Universitas Bakrie dengan 10 prodi.
“Tentu untuk memenuhi standard
universitas yang besar dengan porgram
yang lengkap tidak bisa dilakukan
secara instan. Target kami Agustus ini
akan menambah tiga prodi baru, yaitu
Teknik Informatika, Sistem Informasi
dan Ilmu Komunikasi sehingga tahun
ini menjadi lima prodi selain yang sudah
ada, Manajemen dan Akuntansi. Secara
52
mei 49-64.indd 52
bertahap, di tahun berikutnya UB akan
menambah tiga program studi lagi,” tutur
saudara ipar Kepala Bappenas ini.
Saat ini jumlah mahasiswa UB
mencapai 682 orang. Sebanyak 70%nya adalah penerima beasiswa dari YPB,
yang dananya berasal dari CSR KUB
(corporate social responbility kelompok
usaha Bakrie). Mahasiswa-mahasiswa
ini, lanjut Sofi, direkrut dari 33 provinsi
melalui seleksi yang ketat. Setiap tahun
YPB akan menyediakan kursi bagi sekitar
220 mahasiswa penerima beasiswa.
Sofi mengaku siap menerima amanah
menjadi rektor dan berkeinginan untuk
mewujudkan visi UB menjadi perguruan
tinggi yang berwawasan global dan sejalan
dengan kepentingan nasional, berbasis
teknologi ramah lingkungan, serta
menghasilkan technopreneur dengan
kompetensi berkualitas internasional.
Sofi bergabung dengan UB sejak dua
tahun lalu. Mulanya, ia ditunjuk sebagai
ketua tim panitia khusus yayasan untuk
mempersiapkan rancangan berdirinya
UB. Ia terlibat aktif untuk penyiapan
kampus baru UB yang telah disediakan
di Lido, Sukabumi. “Pihak yayasan telah
menyiapkan lahan seluas 100 hektar
yang akan dijadikan kawasan kampus
terpadu,” tambah ibu dua putri ini, Irene
(14) dan Tiana (7).
Kiprah Sofi di dunia pendidikan
sebenarnya
sudah
cukup
lama.
Sebelum bergabung dengan UB, Sofi
dipercaya sebagai wakil rektor bidang
akademik di Universitas Tarumanegara.
Dibesarkan dalam keluarga dosen,
kelahiran Bandung, 21 September 1962,
ini mengaku terinspirasi oleh sosok
ayahnya, Wiratman Wangsadinata yang
menjadi dosen Teknik di ITB, Bandung.
Setelah meraih gelar Insinyur Teknik
dari ITB, Sofi berturut-turut meneruskan
ke jenjang pendidikan yang lebih
tinggi hingga meraih gelar doktor dari
University of Wisconsin-Madison, AS,
1992.
Tidak hanya belajar sebagai mahasiswa,
Sofi ternyata juga memiliki kemampuan
mengajar. Ia mendapat kesempatan
sebagai Asistem Dosen ketika menimba
ilmu S2 di Engineering Mechanics
Department di University of WisconsinMadison, AS. Baginya dunia mengajar
seperti panggilan jiwa. “Saya sempat
bekerja sebagai konsultan setelah
kembali dari luar negeri. Namun passion
saya lebih kuat untuk mengajar. Karena
itulah saya akhirnya balik ke kampus,”
ungkap istri dari Rian Alisjahbana, ini.
Menjadi dosen, dalam pandangan Sofi,
cukup berat karena selain dituntut
memiliki kompetensi yang diukur dari
sertifikasi profesi, juga mahasiswa
HC Mei 2010
5/10/10 1:52:50 PM
akademia
sekarang lebih terbuka dan dinamis. “Selain harus
sabar, menjadi dosen adalah panggilan hati. Saya
bisa mencapai posisi sekarang dari nol, tidak
langsung ke top management. Di Amerika pun saya
melewati teaching assistant cukup lama, kemudian
menjadi peneliti dan terlibat dalam menata sistem
di sekolah bisnis Universitas Tarumanegara. Ini saya
jalani karena memang saya suka dunia pendidikan,”
tutur Sofi memberitahu rahasia kesuksesannya
menjadi dosen.
Biografi
Sofi melihat, salah satu tantangan perguruan tinggi,
termasuk UB, dalam menghadapi persaingan global
adalah kemampuan menempatkan diri sejajar
dengan universitas-universitas terkemuka lainnya
di dunia. Untuk mencapai tujuan tersebut, segenap
komponen dan sistem nilai di perguruan tinggi
yang dapat menaikkan kelasnya hingga menjadi
universitas bertaraf internasional (world class
university), harus dikembangkan dengan sungguhsungguh.
“Unsur penting dan utama untuk mencapai tingkatan
tersebut adalah Etika Akademik yang mengandung
nilai-nilai moral. Ini harus dimiliki oleh seluruh
tenaga pendidik dan unsur kependidikan dalam
melaksanakan aktivitas akademik,” katanya. Ia
menyadari, menjadi world class university bukan
satu-satunya faktor yang menjadi penentu kriteria
pada pendidikan tinggi di negara berkembang. Di
matanya, tuntutan peran dalam pengembangan
kesejahteraan rakyat merupakan hal yang lebih
mendesak.
Di lain pihak, lanjut Sofi, persaingan global
memerlukan kemampuan dari segenap perguruan
tinggi di Indonesia untuk dapat menggerakkan
seluruh daya dan upayanya agar mencapai langkahlangkah stratejik secara sinergis. “Untuk mencapai
tujuan jangka panjangnya, perguruan tinggi harus
meletakkan dasar yang kuat melalui pembangunan
karakter dan memiliki etika akademik yang rasional,
obyektif dan normatif. Etika akademik harus
menjadi unsur fundamental dalam menghadapi
perkembangan sosial, ekonomi, politik, budaya dan
iptek,” ujarnya.
Menanggapi kiprah dan kontribusinya di kampus baru
UB, Ketua Lembaga Pengabdian Kepada Masyarakat
(LPM), Dr. Regina J. Arsjah, S.E., M.Si. Ak berkomentar,
“Profesionalitas Ibu Sofi tidak diragukan lagi karena
beliau sudah sampai ke tahapan Guru Besar dalam
bidangnya. Beliau sudah 18 tahun di dunia akademis,
HC Mei 2010
mei 49-64.indd 53
53
5/10/10 1:52:50 PM
akademia
sehingga
seluk-beluk
kehidupan akademis pasti
dihayati dengan sungguhsungguh,” imbuh Regina.
Sedangkan
dari
sisi
kepribadian, Regina menilai,
Sofi merupakan sosok yang
menyenangkan,
hangat,
murah
senyum,
cepat
menjalin pertemanan, fun
dan berjiwa muda. “Pokoknya
mengobrol dengan beliau
biarpun baru kenal, seperti
mengobrol dengan teman
lama. Seru,” ujarnya sambil berharap, Sofi bisa menghadirkan
atmosfir akademis yang lebih kental di lingkungan UB, baik ke
mahasiswa, dosen maupun ke staf internal, sehingga visi dan
misi kampus bisa terwujud lebih cepat dan lebih baik.
Senada dengan Regina, Rustam Fauzi yang merupakan ujung
tombak UB dalam merekrut calon mahasiswa berprestasi,
54
mei 49-64.indd 54
menilai Sofi sebagai seorang top leader yang tidak
diragukan profesionalitasnya. “Saya melihat beliau orang
yang low profile dan memiliki semangat kerja yang tinggi.
Kita berharap di bawah kepemimpinannya Universitas
Bakrie ke depan menjadi universitas yang berkualitas
dan diperhitungkan secara nasional maupun regional,”
tambahnya. n
HC Mei 2010
5/10/10 1:52:52 PM
edukasi
posisi baru maupun yang ditinggalkan
pendahulunya. Pada saat dia memegang
kekuasaan, dia akan mewarnai masa
depan bangsanya,” tutur pakar akuntansi
syariah ini.
Sofyan menilai, PT harus bertekad
menghasilkan lulusan yang berkualitas
untuk memberi arah yang benar bagi
perjalanan bangsa ini. “Tidak ada pilihan
lain kecuali pemerintah harus memberi
perhatian penuh untuk membantu PT
agar bisa mencapai tujuan menghasilkan
sumber daya manusia (SDM) yang
berkualitas baik secara profesional
maupun akhlaq,” lanjutnya.
Setiap tanggal 2 Mei kita memperingati Hari Pendidikan
Nasional (Hardiknas). Tiap kali pula kita mengajukan
pertanyaan yang sama: sudah membaikkah kualitas
pendidikan di negara kita? Mengapa masih banyak
lulusan sarjana yang tak dapat terserap oleh dunia
usaha?
Rudi Kuswanto
A
rah kebijakan pendidikan nasional
yang menjadi prioritas pembangunan
pendidikan 2010-2014 secara garis besar
didorong untuk mencapai pertumbuhan
ekonomi yang didukung keselarasan
antara ketersediaan tenaga terdidik
dengan
kemampuan
menciptakan
lapangan kerja atau kewirausahaan, serta menjawab kebutuhan
dunia usaha. Berbicara tentang keterkaitan antara lulusan
sarjana dengan dunia usaha, tentu tak lepas dari sistem dan
kualitas pembelajaran di perguruan tinggi (PT).
Guru Besar Akuntansi dari Universitas Trisakti, Sofyan Syafri
Harahap, menganalogikan PT sebagai jantung negara. “PT
adalah oase yang bisa membawa negara menuju arah yang
semakin baik atau sebaliknya, semakin jelek. Lulusan PT
akan memasuki pasar dan mengisi posisi yang kosong, baik
Di tempat yang berbeda, Direktur MBIPB, Arief Daryanto menekankan, PT perlu
memerhatikan sisi permintaan (demand)
di pasar. Maklum, dunia usaha berkembang
begitu cepat dan masalah yang dihadapi juga
semakin kompleks. “Untuk menghadapi
dinamika dan masalah tentu dibutuhkan
SDM yang berkualitas,” tuturnya. Di sisi
penawaran (supply), ia melanjutkan,
jumlah SDM yang memenuhi kualifikasi
masih jauh dari harapan. “Kita kalah
bersaing dengan negara-negara tetangga
yang sudah melakukan investasi jauh lebih
awal,” ujarnya.
Arief memberi contoh. Menurut standar dibutuhkan
entrepreneur minimal 2% dari jumlah penduduk. Faktanya,
jumlah entrepreneur di Indonesia masih kurang dari 0,1%,
sementara di Singapura mencapai 7%. “Adanya gap antara
kebutuhan SDM dengan kualitas yang dihasilkan, menuntut
lembaga pendidikan harus bekerja keras untuk menutupi
kesenjangan tersebut,” katanya. Karena itu, Arief menilai, peran
PT sangat strategis. Kualitas SDM yang dibutuhkan dalam
menghadapi globalisasi tidak cukup hanya lulusan pendidikan
dasar dan menengah.
Sofyan mengungkapkan, PT dapat menerapkan program
link & match dengan dunia luar. Misalnya, menjalin kerja
sama dengan pemerintah dan pelaku pasar. Dalam hal ini,
pemerintah yang menetapkan software, peraturan, dan
motivasi, sedangkan pasar, pengusaha, dan sektor riil harus
mau membuka diri untuk membantu. “Saling bekerja sama,
menyiapkan data dan memberikan akses kepada PT supaya
PT dapat memecahkan masalahnya, sekaligus mengangkat
isu-isu di lapangan untuk dikaji dan dijadikan materi
kuliah,” papar Sofyan.
HC Mei 2010
mei 49-64.indd 55
55
5/10/10 1:52:53 PM
edukasi
mendongkrak kompetensi dan
memutakhirkan materi kuliah,”
ujarnya.
Arief mengusulkan, dunia usaha
sebagai user dan penyandang dana
harus bersedia berbagi pengalaman
dengan mahasiswa. Bentuknya bisa
bermacam-macam, seperti kuliah
umum atau sebagai pembicara tamu,
menyediakan tempat magang dan
penelitian bagi mahasiswa tingkat
akhir, serta secara reguler memberi
masukan kepada PT mengenai
perkembangan dunia usaha yang
perlu diakomodasi oleh kurikulum
PT.
Sementara itu, menurut Arief, konsep
link & match harus bisa menjawab
tiga masalah yang sering dikeluhkan.
Pertama, lulusan PT sering dianggap
tidak siap pakai oleh dunia usaha. Hal ini
menunjukkan adanya gap antara sistem
dan materi yang diajarkan di kampus
dengan perkembangan yang terjadi di
dunia usaha.
Kedua, mismatch antara SDM yang
dibutuhkan oleh bangsa dan dunia
usaha dengan SDM yang dihasilkan
oleh lembaga pendidikan. Sebagai
contoh,
Indonesia
membutuhkan
tenaga yang ahli di bidang ilmu-ilmu
dasar (basic sciences) dan tenaga
terampil (politeknik). Sayangnya, tidak
banyak PT yang membuka jurusan ini,
di samping mahasiswa yang tertarik
untuk mendalami bidang tersebut
juga tidak banyak. Calon mahasiswa
menganggap ilmu dasar lebih sulit
daripada ilmu terapan. Sedangkan
56
mei 49-64.indd 56
untuk
politeknik,
kebanyakan
beralasan, kurang bergengsi karena
lulusannya bukan sarjana.
Dan ketiga, ketidakharmonisan sistem
remunerasi di berbagai bidang pekerjaan.
“Para peneliti di bidang ilmu-ilmu
dasar tidak mendapatkan reward yang
sepantasnya. Demikian pula di bidang
agribisnis yang merupakan unggulan
Indonesia, reward yang diberikan
kalah kompetitif dengan sektor lain
seperti perbankan dan migas,” katanya
mengingatkan.
Dengan mempertimbangkan ketiga
mismatch tersebut, Arief berpendapat
bahwa membangun kerja sama yang
erat antara PT, dunia usaha, dan
pemerintah mutlak diperlukan guna
menghasilkan lulusan yang lebih siap
pakai. “PT harus bersedia membuka
diri untuk menyerap perkembangan
di pasar dan menggunakannya untuk
Di sisi lain, Arief melanjutkan,
dunia usaha dapat berinvestasi
dan menggunakan kepakaran PT
untuk melakukan riset. Sehingga,
kompetensi PT semakin terasah.
Dengan begitu, dunia usaha tidak
perlu lagi mengeluhkan hasil riset
PT yang dinilai tidak membumi.
“Hal yang sama dapat dilakukan
oleh pemerintah sebagai penentu
kebijakan. Kerja sama tidak hanya
terbatas pada bidang pendidikan,
tetapi juga dapat berupa joint-action di
lapangan,” imbuhnya.
Tidak hanya sebatas wacana, Arief
memaparkan,
pihaknya
sudah
melakukan action. “Kami di MBIPB telah merintis pengembangan
perusahaan yang melibatkan tiga
stakeholders. IPB bekerja sama
dengan Pemerintah Daerah dan PTPN
mendirikan perusahaan pengolahan
kelapa
sawit
yang
melibatkan
masyarakat
sebagai
plasma,”
ungkapnya.
Perusahaan ini, Arief menerangkan,
menjadi laboratorium tempat ke­
tiga
stakeholders
saling
belajar
dan memanfaatkan kelebihan serta
memahami karakter dan kebutuhan
masing-masing.
“Bekal
pelajaran
dan pemahaman ini dapat dibawa PT
ke kampus untuk ditransfer kepada
HC Mei 2010
5/10/10 1:52:58 PM




M
g
p
m
edukasi
Selain itu, lanjut Sofia, UB menyelenggarakan
program corporate internship di KUB maupun
di luar KUB, kunjungan ke UKM sebagai
bagian dari kurikulum, dan inkubator bisnis
yang digunakan untuk mengembangkan jiwa
kewirausahaan mahasiswa. “Lingkungan
seperti ini mendorong mahasiswa untuk
memperoleh beasiswa wirausaha mandiri dari
Kopertis,” tambahnya.
mahasiswa,” ujarnya sambil menyebut istilah ABG untuk
kerja sama yang melibatkan ketiga pihak ini. Yakni, A adalah
Academician atau kalangan perguruan tinggi, B adalah Business
dan G adalah Government.
Universitas Bakrie juga melakukan langkah serupa. “Modal
kami berupa link industri yang kuat dan mahasiswa-mahasiswa
pilihan, sehingga ke depan kami berharap dapat tumbuh
besar dan berprestasi,” kata Rektor Universitas Bakrie (UB),
Sofia Alisjahbana. Link yang dimaksud Sofia adalah kerja
sama dengan KUB (kelompok usaha Bakrie), yaitu dengan
menghadirkan CEO KUB untuk memberikan kuliah di hadapan
para mahasiswa.
Baik Sofyan maupun Arief mengakui,
implementasi program link & match di PT
masih memiliki kendala. Sofyan menilai,
pemerintah belum punya konsep. “PT
masih dilihat sebagai cost, bukan investasi.
Seyogyanya dana PT harus besar. Selain itu,
pemerintah harus menutup semua Badan
Litbang di instansi pemerintah. Tugas itu
sebaiknya diserahkan kepada PT, sehingga
para dosen tidak hanya mengajar, tetapi
juga meneliti,” ujarnya.
Sementara itu, Arief menyarankan untuk membangun
kesadaran kolektif. Semua stakeholders yang berkepentingan
terhadap lulusan PT harus mau bekerja sama. Ia menambahkan,
ego masing-masing pihak menyebabkan PT selama ini berjalan
sendiri. Hal ini harus diredam karena akan menyebabkan tidak
pernah terpecahkannya masalah link and match. ”Untuk itu
diperlukan champion dan pionir dari masing-masing kelompok
untuk melakukan terobosan di lapangan, dan menunjukkan
kepada yang lain bahwa kerja sama yang erat dari ketiga
stakeholders akan menghasilkan lulusan yang dapat diterima
oleh semua pihak,” kata Arief. n






































































Bonus alat ukur COCI




























Mengapa perusahaan Anda tidak tumbuh? Bisa jadi SDM di perusahaan Anda memiliki COCI rendah. Ikuti seminar COCI
guna mengukur kepuasan kerja, komitmen, tingkat stres, loyalitas, burnout karyawan & semua aspek kerja SDM di
perusahaan Anda yang terangkum dalam indeks COCI. Indeks COCI berguna untuk mendeteksi, memantau tren kinerja SDM,
memprediksi & laporan evaluasi SDM dari tahun ke tahun ke BOD. Langsung praktek dan diberikan alat pengukuran COCI.
Selasa, 8 Juni 2010, pk. 09.00-16.00
Hotel Santika Premiere, Jl. KS Tubun 7, Jakarta
Pembicara: Istijanto Oei, MComm (research expert dan praktisi riset)
Investasi (sebelum 30 Mei) : Rp 1.750.000  Rp 1.200.000 /orang

Daftar 2 orang sekaligus dari satu perusahaan yang sama cukup bayar Rp 2.000.000/ 2 orang
Cara pembelian tiket: Transfer Rp 1.200.000 untuk 1 orang atau Rp 2.000.000 untuk 2 orang sekaligus ke rekening
BCA no. 445-0130171 atas nama: Istijanto, lalu info ke SMS 08174961875 atau fax bukti transfer ke (021) 7511367
beserta nama & nomer HP Anda. Info: www.istijanto.com, SMS 08174961875, email: [email protected]
Fasilitas: coffee break, lunch, CD, alat ukur COCI, buku “Riset Sumber Daya Manusia” terbaru
mei 49-64.indd 57
Mei 2010
Media HC
partner:
57
5/10/10 1:53:10 PM
usaha
K
isah seonggok
jahe merah
t e l a h
mengubah
D a r u l
Mahbar dan
keluarganya. Ketika dua tahun
silam memutuskan memilih
jalan menjadi pengusaha, ia
tak membayangkan hidupnya
berjalan seperti sekarang.
Keputusannya untuk keluar
dari pekerjaan mapan yang
telah dibinanya selama 13
tahun lebih di sebuah bank
perkreditan rakyat di Lubuk
Linggau, Sumatera Selatan,
mulanya banyak mengundang
tanya.
Toh,
keyakinan
Darul
menuntunnya
untuk
menggeluti
dunia
jahe.
Keinginannya untuk mandiri,
meski belum sempurna,
kini seakan terjawab dan
mulai kelihatan wujudnya.
Puncaknya
pada
acara
Pesta Wirausaha 2010 di
Jakarta, April lalu, Darul
memproklamirkan konsep
usaha Red Ginger Corner
(RGC) kepada masyarakat
luas.
Kejelian menangkap usaha terbukti bisa mengubah nasib
seseorang. Sekarung jahe yang hendak dibuang, justru
menjadi berkah yang mampu membalikkan keadaan.
Darul menjelaskan, RGC merupakan bisnisnya yang kedua
setelah ia sukses meluncurkan produk jahe merah instan Cap
Cangkir Mas. Minuman sehat berbahan jahe buatan Darul yang
ditawarkan dalam bentuk kemasan toples dan sachet, ini sudah
beredar di pulau Jawa, bahkan ke Bali, NTB, Kalimantan,
Sulawesi, dan Sumatera.
Rudi Kuswanto
yang ditargetkan,” katanya mengakui. Darul menceritakan,
perjalanannya dengan jahe merah bertolak saat ia melepas
jabatan Direktur Utama di sebuah bank di kota Pempek,
Palembang. Ia menyebut posisi itu diraihnya dengan kerja
keras selama puluhan tahun.
Ia mengaku, salah satu distributornya di Karawang
berhasil menembus jaringan ritel modern milik Grup
Matahari, Hypermart. Bahkan, dalam waktu dekat Darul
akan membuka dua gerai lagi di Bandung, serta dalam
tahap penjajakan dengan pengelola Bandara SoekarnoHatta untuk memasang displai produk di bandara paling
ramai itu.
“Saya memulai karier di bank tersebut mulai dari bawah,
bermula dari tenaga officer. Karier saya terus meningkat.
Saya naik menjadi supervisor, kemudian dipercaya menjadi
kepala bagian sampai posisi direktur dan terakhir sebagai
direktur utama di BPR tersebut,” tutur bapak tiga putraputri ini. Di sinilah ia merenung. Setelah mencapai posisi
direktur utama, apa lagi yang bisa ia raih? Di samping itu,
ia mengakui adanya keinginan kuat untuk berwirausaha.
Darul akhirnya memutuskan untuk resign.
Melihat geliat bisnisnya yang menanjak lumayan cepat,
Darul optimistis target penjualan Rp 1 miliar per bulan
dapat diraihnya. “Memang saat ini baru sekitar 20% dari
Ia pindah ke Jakarta pada 23 Februari 2008. “Saya
mengajukan permohonan pengunduran diri untuk pindah
58
mei 49-64.indd 58
HC Mei 2010
5/10/10 1:53:11 PM
usaha
ke ibukota. Saya mau full bisnis.
Lucunya, saya diajak teman pindah
ke Jakarta tapi tidak tahu mau bisnis
apa,” kenangnya. Ia mengaku tidak
punya cukup modal, paling hanya
untuk bertahan hidup selama beberapa
bulan. Darul tidak menampik kalau
ia dibilang bonek alias bondho
nekat. “Malah teman-teman bilang,
keputusan saya adalah keputusan yang
konyol dan tidak logis,” katanya seolah
membenarkan.
Darul
lantas
menjajal
kerasnya
kehidupan ibukota saat ia menjajakan
gula bathok, sebutan gula aren oleh orang
Palembang yang khusus untuk membuat
kuah pempek. Profesi ini ia jalani dengan
mendatangi warung pempek yang
bertebaran di Jakarta. “Nah, suplier saya
ternyata juga memasok jahe merah ke
pasar-pasar induk di Jakarta. Saya minta
sampel karena ingin memasarkannya
sekalian,” katanya.
Di saat yang sama, Darul bersama istrinya
sepakat untuk membuka rumah makan
dengan konsep pelangi rasa di ruko yang
disewanya, tempat ia dan keluarganya
tinggal di lantai dua. Konsep warungnya
adalah menggabungkan makanan khas
Jawa dan Palembang. “Istri saya orang
Jawa dan saya orang Palembang. Jadi,
ada menu rawon dan soto serta pempek
dan pindang-patin. Alhamdulillah, tiga
bulan kami tutup karena kurang laku.
Rukonya di perumahan, jadi kurang
strategis. Tapi sejak buka rumah makan
inilah saya terinsiprasi membuat
minuman jahe instan ini,” imbuhnya.
Ia melanjutkan ceritanya. Ketika minta
sampel jahe, ia dikirimi sekarung jahe
ukuran 25 kg. “Setelah dilihat ternyata
kualitasnya jelek dan ukurannya juga
kecil-kecil, jadi nggak bakalan laku
kalau dijual,” katanya mengenang.
Terbengkalailah karung jahe tersebut
di dapur, dan tinggal menunggu waktu
untuk dibuang. “Rupanya sama kakak
ipar yang juga menjadi koki kami, jahe
tersebut diolah menjadi minuman jahe
merah instan. Setelah dicoba rasanya
enak. Dari situlah saya kepikiran
mengembangkannya menjadi sebuah
bisnis,” tuturnya.
Mendapati
respons
yang
bagus
dari percobaan awal, Darul mulai
menggencarkan serangan gerilya dan
menawarkan ke tetangga maupun
internet dan milis para pengusaha. Sadar
belum sempurna dalam hal kemasan,
Darul menjual minuman jahenya dengan
sistem curah atau kiloan. “Saya ingat ada
pesanan cukup banyak hingga 25 kilo dan
ini menjadi perjuangan luar biasa buat
kami sekeluarga. Bagaimana tidak, kami
menggunakan peralatan yang ada, mulai
dari pisau, blender biasa sampai wajan
kecil yang ada di dapur. Diperasnya juga
pake tangan, sampai tangan istri saya
merah karena panasnya memeras jahe,”
ujarnya mengenang.
Ia mencoba semua saluran distribusi
termasuk menitipkan kepada guru
ngaji anaknya. Dari sinilah Darul
mendapat banyak masukan, misalnya
ada permintaan agar produknya dikemas
dalam toples dan diberi merek atau
cap agar orang bisa mengingatnya.
Menariknya, proses membuat kemasan
HC Mei 2010
mei 49-64.indd 59
59
5/10/10 1:53:12 PM
usaha
ini dilakukan Darul secara otodidak.
Tidak ada rotan akar pun berguna, begitu
prinsipnya. Untuk mengambil gambar, ia
menggunakan fitur foto dari handphone
yang tentu saja resolusinya tidak
setajam kamera digital. Ia lalu belajar
sendiri dengan membeli software dan
buku tutorial Adobe Photoshop untuk
mengolah foto, dan freehand untuk
mendesain kemasan atau brosur.
Tekad kuat dan dukungan mulai dia
rasakan. Januari 2009, ia makin serius
menekuni bisnisnya. “Usaha ini kami
mulai dengan mengerjakan sendiri,
sekarang sudah ada 15 karyawan dan
espresso, dan creamy, sambil tetap
mempertahankan original ginger-nya,”
ia menambahkan.
Langkah
berikutnya,
Darul
menawarkan peluang usaha kepada
masyarakat luas untuk memasarkan
minuman sehatnya dengan konsep
kemitraan. Untuk itu, RGC membuka
kesempatan kepada siapa pun yang
ingin mengembangkan dirinya melalui
kerja sama business oppurtunity (BO)
dengan mematok investasi sebesar Rp
5 juta. “Biaya ini hanya dibayar sekali,”
ungkapnya. Berbeda dengan franchise,
sistem BO tidak mengenal istilah
banyak orang menjadi entrepreneur.
Toh, mereka bisa tetap memasarkan
produk saya. Hanya berubah status
saja, dari sebelumnya karyawan
kini menjadi mitra. Kami membuka
kesempatan kepada yang belum punya
usaha untuk mulai berani menjalankan
bisnis,” ajaknya.
Darul berani bermimpi bahwa Red
Ginger, yang diyakininya sebagai
minuman sehat, suatu saat bisa
mendunia. “Saya memohon kepada
Tuhan agar saya diberi kesempatan
untuk memperkenalkan minuman
ini kepada seluruh dunia. Apalagi
“Saya suka mencoba hal-hal baru, sehingga
lahirlah eksperimen jahe dicampur dengan
beragam rasa mulai dari cappucino, coklat,
vanila, strawbery, espresso, dan creamy,
sambil tetap mempertahankan original
ginger-nya” (Darul Mahdar)
telah menggunakan alat mekanis. Sudah
ada mesin sachet. Dan, nggak takut
lagi tangan bengkak karena sudah ada
mesin peras. Mudah-mudahan rencana
kami untuk membuka pabrik skala
kecil berjalan lancar. Saat ini kapasitas
produksi baru 500 kg per hari. Dengan
adanya pabrik baru saya berharap
kapasitas produksinya meningkat 10
kali lipat,” ujarnya berharap.
Setelah jahe instan Cangkir Mas
menunjukkan
perkembangan
yang menggembirakan, Darul kini
berkonsentrasi untuk mengembangkan
Red Ginger Corner (RGC). “Saya
suka mencoba hal-hal baru, sehingga
lahirlah eksperimen jahe dicampur
dengan beragam rasa mulai dari
cappucino, coklat, vanila, strawbery,
60
mei 49-64.indd 60
franchise fee atau royalti fee. Saat ini
satu cup minuman jahe dijual dengan
harga Rp 5.000. Dengan asumsi
sehari terjual 40 cup, dikurangi biaya
bahan baku, karyawan satu orang,
sewa lokasi dan pengeluaran lain-lain,
Darul memperkirakan dalam 5 bulan
investasi awal segera kembali.
Dalam hal mengelola SDM, Darul
berujar, “karena jumlah karyawan
kami masih sedikit, yang lebih
cocok diterapkan adalah manajemen
kekeluargaan. Dan, kenapa saya
mengembangkan konsep RGC, karena
saya bermimpi ke depan semua
karyawan saya bisa memiliki minimal
satu gerai sendiri. Tidak masalah
mereka berkembang, karena ini sejalan
dengan visi saya untuk mengangkat
jahe ini disebutkan dalam Al-Qur’an
surat Al-Insaan ayat 17, yang intinya
bahwa di dalam surga penghuninya
akan
diberikan
minuman
yang
campurannya adalah zanjabiila atau
jahe. Hal ini menambah semangat saya
untuk menjalankan usaha ini. Jadi,
kalau ingin masuk surga, minumlah
jahe terlebih dahulu,” ujarnya sambil
tersenyum.
Manfaat
minuman
jahe
merah
dirasakan pula oleh Suyudi, karyawan
Pertamina yang tinggal di Bekasi. “Saya
berangkat dan pulang kerja biasa naik
kereta api ke Jakarta Pusat. Karena
kelamaan di perjalanan, kaki saya sering
kesemutan. Setelah mengkonsumsi
jahe merah, alhamdulillah saya tidak
pernah kesemutan lagi,” ujarnya. n
HC Mei 2010
5/10/10 1:53:14 PM
kolom ukm
Shared
Service Unit
K
adang UKM di­hadapkan
pada sebuah dilema.
Jumlah karyawan terus
bertambah
sejalan
dengan perkembangan
bisnis
yang
makin
melesat. Di saat yang sama tuntutan
efisiensi juga perlu dipertimbangkan agar
laba perusahaan tidak menjadi korban.
Di satu sisi, ketika semakin berkembang,
sebagian
UKM
bertransformasi.
Departemen atau bagian-bagian mulai
terbentuk. Ada bagian pemasaran,
pembelian, operasional, keuangan,
promosi, personalia, bahkan mungkin
teknologi informasi (TI). Ketika cabang
makin bertambah, atau tak jarang unit
bisnis baru muncul, bagian-bagian
itu pun terbentuk di tiap cabang atau
unit bisnis yang ada. Akibatnya, terjadi
duplikasi pekerjaan serupa. Dapat
dipastikan, efisiensi tidak berjalan dan
laba usaha tidak optimal.
Di sisi lain, demi alasan efisiensi,
sebagian
UKM
memberdayakan
karyawannya
sedemikian
rupa,
sehingga
cakupan
pekerjaannya
meliputi berbagai hal. Nyaris tanpa
job description. Serabutan, istilahnya.
Akibatnya, tidak hanya karyawan
menjadi kebingungan menyelesaikan
pekerjaan yang terlalu multitasking
itu, namun boleh jadi tak satu pun
pekerjaan yang terselesaikan dengan
baik. Pada gilirannya jumlah omzet
dan kualitas pelayanan pada pelanggan
bisa merosot tidak karuan.
Padahal, bisnis berkembang bukan berarti
duplikasi, tumpang tindih pekerjaan,
dan inefisiensi. Sebaliknya, efisiensi
bukan berarti kerja serabutan tanpa
arah. Pada titik ini, Shared Service Unit
bisa menjadi pilihan strategi pengelolaan
SDM dan organisasi.
Lantas, apa yang dimaksud
dengan Shared Service Unit ?
Shared Service Unit adalah sebuah
konsep
konsolidasi
fungsi-fungsi
tertentu yang serupa dari berbagai
unit bisnis atau cabang ke dalam satu
atap. Pada awalnya Shared Service
Unit diciptakan sebagai solusi efisiensi
untuk korporasi berskala besar dan
tersebar di berbagai wilayah. Namun
pada gilirannya, Shared Service Unit
juga bisa menjadi solusi yang sangat
bermanfaat bagi UKM.
Misalnya, Anda memiliki beberapa
unit bisnis: waralaba bakso, distribusi
elektronik, dan toko buku. Anda bisa
membentuk semacam perusahaan
induk kecil-kecilan yang menaungi
ketiga unit bisnis tersebut. Agar efisien,
fungsi keuangan dapat dijadikan
Shared Service Unit, yakni dipusatkan
di perusahaan induk, dan melayani
fungsi-fungsi keuangan dari ketiga unit
bisnis tersebut.
Umumnya yang dibuat menjadi Shared
Service Unit adalah fungsi-fungsi
organisasi yang tidak terkait langsung
secara spesifik dengan karakter bisnis,
misalnya keuangan, personalia, TI,
legal, atau kesekretariatan. Artinya,
pekerjaan yang dilakukan bersifat
sama, apa pun jenis bisnisnya.
Contohnya, bagian keuangan di
bisnis bakso maupun toko buku, pasti
menggunakan kaidah akuntansi yang
sama, tinggal file pembukuannya
saja yang berbeda. Tentu, tidak sama
dengan bagian operasional yang
umumnya tidak mudah digabungkan
ke dalam sebuah Shared Service Unit
karena sifat pekerjaannya berbedabeda untuk setiap unit bisnis. Misalnya,
sifat pekerjaan koki warung bakso
tentu jauh berbeda dengan penjaga
toko buku.
Manfaat Shared Service Unit begitu
banyak, di antaranya meminimalisasi
duplikasi fungsi dan pekerjaan di setiap
unit bisnis atau cabang, memangkas biaya
overhead, meningkatkan produktivitas
karyawan, serta menyatukan spesialisasi
pekerjaan ke dalam satu atap. Tentu
implementasinya di lapangan sangat
membutuhkan sistem yang rapi dan kuat
agar tidak terjadi tumpang tindih lalu
lintas pekerjaan antara Shared Service
Unit dengan unit bisnis yang berbeda.
Pada saat yang sama, job description
karyawan tetap jelas. Seorang karyawan
bagian akunting, misalnya, akan fokus
pada pekerjaan akuntansinya, tidak
tercampur dengan memasak, melayani
pelanggan, menangani pembelian, atau
lainnya. Tidak memaksa karyawan
bekerja secara serabutan. Namun
kinerjanya tetap produktif dan efisien,
karena dia menangani akuntansi atau
pembukuan dari beberapa unit bisnis
yang berada di bawah satu perusahaan
induk. Menarik bukan ? n
Lyra Puspa
Founder PILLAR|Business Accelerator
(www.PillarBusiness.com)
HC Mei 2010
mei 49-64.indd 61
61
5/10/10 1:53:15 PM
teknologi
Ilustrasi Perisalah, teknologi konversi dari suara menjadi teks. (Sumber : BPPT)
Apa jadinya kalau notulensi
dalam persidangan atau
rapat dikerjakan secara
manual? Tentu, butuh banyak
notulen dengan kemampuan
menulis cepat untuk
merekap hasilnya. Jika tidak,
beberapa informasi penting
mungkin bakal terlewat.
Namun, dalam waktu dekat
kendala ini dapat diatasi
dengan hadirnya sebuah
alat bernama Perisalah. Apa
keistimewaannya?
Rudi Kuswanto
B
erapa banyak institusi pemerintahan yang mempunyai ‘pekerjaan
rumah’ berupa transkrip hasil rapat? Bayangkan, untuk sebuah
rekaman satu jam rapat, memakan waktu tak kurang dari dua
jam untuk mentranskripnya. Padahal, yang namanya rapat sudah
menjadi kebutuhan dan berlangsung dalam intensitas yang tinggi.
Waktu untuk mentranskrip sebenarnya dapat dipangkas, tetapi
butuh biaya besar mengingat pekerjaan tersebut harus melibatkan banyak notulen.
Dalam waktu dekat, persoalan tersebut dapat diatasi. Badan Pengkajian dan
Penerapan Teknologi (BPPT) menemukan sebuah alat yang dapat melakukan
pekerjaan transkrip yang diberi nama Perisalah. Direktur BPPT, Dr. Tatang A.
Taufik, menjelaskan, Perisalah adalah sistem pengenal wicara Bahasa Indonesia
untuk solusi risalah/notulensi rapat secara otomatis. Menurutnya, penemuan alat
ini berangkat dari riset yang pernah dilakukan dua tahun lalu. Awalnya, penelitian
tersebut dikembangkan oleh LiSan, gabungan Linux dan lisan, yakni sistem pengenal
wicara Bahasa Indonesia untuk perintah komputer dan penulisan dokumen.
Dari LiSan, lanjut Tatang, fiturnya ditingkatkan menjadi SIDoBI atau Sistem Ikhtisar
Dokumen untuk Bahasa Indonesia. “Dengan SIDoBI kita bisa meringkas dokumen
sesuai yang diinginkan, misalnya ada 10 halaman bisa kita susutkan 50% atau 25%nya. Bisa juga berdasarkan jumlah karakter yang diinginkan,” tuturnya.
Saat ini tim BPPT sedang berkonsentrasi untuk menyempurnakan alat ini. “Kami
berharap Perisalah bisa dirilis awal Mei ini, sehingga tidak hanya untuk aplikasi riset
tapi bisa dikembangan ke pasar komersial,” ungkap Tatang. Ia memberitahu, pada
Rudi Kuswanto
62
mei 49-64.indd 62
HC Mei 2010
5/10/10 1:53:15 PM
teknologi
awalnya perisalah dikembangkan oleh
litbangyasa BPPT yang lebih bersifat
push-tecnology. Namun, “Beberapa
tahun belakangan kami mendorong
agar riset ini mengarah kepada market
driven. Ini yang membuat teman-teman
di BPPT lebih menyadari dan melihat
tantangan pasar yang kompleks,” Tatang
menerangkan.
Ia melihat, Perisalah memiliki potensi
pasar yang belum digarap oleh
kompetitor. “Perisalah bisa dipercepat
agar tidak kehilangan momentum.
Selain itu, kami ingin membantu
perkembangan teknologi nasional. Jadi,
bukan sebatas penguasaan teknologi
saja,” ia menambahkan.
Karena itu, lanjut Tatang, BPPT
berkonsentrasi pada pengembangan
aplikasi, sedangkan marketing bisnisnya
dipegang oleh PT Inti. “Ini kerja sama
yang win-win. Kami ingin produk dari
Litbangyasa BPPT bermuara kepada
industri. Di sisi lain, dari sisi industri
kami berharap dapat mengembangkan
bisnis lewat inovasi-inovasi teknologi.
Mudah-mudahan ke depan hal ini akan
membuka cakrawala baru pengembangan
ICT di Indonesia,” tuturnya.
Dari sisi pembiayaan, Tatang meng­
ungkapkan, dibanding total revenue yang
akan dihasilkan, biaya yang dikeluarkan
saat ini tidak seberapa. “Jelas akan jauh
lebih besar pemasukannya karena pasar
pengguna alat ini sangat luas. Misalnya,
lembaga pemerintahan baik pusat
maupun daerah, tentu sering melaku­
kan pertemuan-pertemuan. Kedua,
pengelola gedung pertemuan. Sejauh ini
gedung pertemuan hanya menyiapkan
ruangan untuk rapat. Ketika dia mampu
menyediakan fasilitas notulensi otomatis,
maka akan menjadi nilai tambah baginya.
Di samping itu, perusahaan-perusahaan
yang mempunyai agenda pertemuan
secara rutin juga menjadi sasaran kami,”
katanya antusias.
Ke depan, Tatang memaparkan, Perisalah
dapat dikembangkan ke produk lain.
“Data suara bisa dikembangkan terutama
yang berkaitan dengan natural language
processing, misalnya di industri wisata.
Dengan gadget tertentu alat ini bisa
menggantikan fungsi kamus dan seolaholah dia membawa seorang guide.
Tentu masih banyak manfaat lainnya.
Pengembangan teknologi digital adalah
sebuah keniscayaan, sehingga kalau
kita mempunya database jelas sangat
berguna,” ujarnya.
Sementara itu, Oscar Riandi,
salah
seorang
inovator
Perisalah yang HC temui di
kantor BPPT, menegaskan,
masalah
utama
dalam
membuat risalah pertemuan
selain
lamanya
proses
transkrip yang dilakukan
notulis, juga menyangkut
keamanan dan kerahasiaan
kalau pekerjaan notulensi
dikerjakan oleh pihak ketiga.
“Kita banyak melihat kasus
kebocoran data suara dan
transkrip sering menimbulkan dampak
ekonomi, sosial dan politik yang besar,”
kata Oskar memberi alasan.
Secara teknis, Oskar menerangkan,
Perisalah akan mentranskrip setiap kata
yang diucapkan peserta rapat ke dalam
bentuk tulisan, runut sesuai jam, menit
dan detiknya, sehingga dengan mudah
diketahui kapan, siapa dan berbicara
tentang apa secara realtime. Ia menyebut
Perisalah memiliki tiga fungsi utama.
Pertama, merekam suara rapat dan
mengubahnya menjadi teks transkripsi
secara otomatis dan real time. Kedua,
meringkas teks transkripsi tersebut
menjadi teks resume. Dan ketiga, menjadi
media pengelola arsip rapat.
Selain fungsi tersebut, lanjut Oskar,
Perisalah juga memiliki beberapa fitur
lain, seperti edit “on the fly”, yang me­
mungkinkan notulis melakukan koreksi
terhadap kesalahan transkrip pada saat
pertemuan berlangsung. Fitur pencarian,
akan memudahkan pencarian data dan
informasi (dari sisi pembicara maupun
konten rapat). Dari sisi keamanan data
dan informasi pun cukup terjaga karena
penyimpanan data suara maupun teks
menggunakan tanda tangan digital.
Oskar menambahkan, Perisalah juga bisa
melakukan multiple meeting handling,
yakni dapat secara simultan melakukan
transkrip beberapa pertemuan yang
dilakukan di ruang berbeda sekaligus
karena control server pada sistem
multiple meeting handling memudahkan
pembagian tugas dan pengelolaan
transkrip rapat multi ruang.
Dibandingkan cara konvensional, Oskar
yakin, Perisalah memiliki beberapa
keunggulan,
seperti
meningkat­kan
akurasi dan kecepatan pembuatan risa­
lah pertemuan, meningkatkan keamanan
data dan informasi, serta menghemat
biaya notulis. “Selain itu, membantu
transparansi
proses
pengambilan
keputusan dan memiliki kemampuan
mengelola rapat yang berkelanjutan,”
ujarnya.
Bagi PT Inti, seperti disampaikan
Elfi Malano, PIC Divisi Content,
ketertarikan perusahaannya untuk ikut
menanam investasi di Perisalah karena
memiliki semangat kebersamaan untuk
mengembangkan teknologi di Tanah Air.
“Soal harga kami belum memutuskan,
tapi yang jelas ada persentase dari hasil
penjualan yang akan dikembalikan ke
BPPT untuk pengembangan ke depan,”
katanya. n
HC Mei 2010
mei 49-64.indd 63
63
5/10/10 1:53:15 PM
resensi buku
Judul Buku
: Beyond Productivity
Penulis
: Sugeng Santoso
Penerbit
: Gramedia
Halaman
: 166
Cetakan
: Pertama
Terbit
: Jakarta, 2010
K
etika berdiskusi dengan beberapa narasumber
majalah Human Capital, mereka sering melontarkan
kata ”produktivitas”. Dari yang saya dengar,
produktivitas merupakan salah satu penentu
keberhasilan individu maupun perusahaan. Apalagi di era yang
kompetitif ini, setiap orang perlu menyikapinya dengan solusi,
bukan keluhan.
April lalu kami menerima buku berjudul “Beyond Productivity”
karya Sugeng Santoso. Penulis yang mengantongi Certified
Business Performance Coach Brian Tracy’s FocalPoint
Coaching ini adalah marketer yang tekun dan konsisten
menjalani profesinya selama 10 tahun. Melalui buku ini Sugeng
ingin membagi pengalaman dan triknya kepada pembaca agar
bisa meningkatkan produktivitas hingga melebihi target.
Membaca buku ini, saya merasa dilibatkan untuk berani
merancang masa depan dengan cara meningkatkan
produktivitas. Sugeng tidak segan ‘memaksa’ pembaca agar
mau dan berani berkomitmen untuk melakukan hal yang
menyangkut masa depan. Bisa dikatakan, buku ini termasuk
buku panduan pengembangan diri. Sangat terasa pengaruh
Brian Tracy, marketer andal dan popular dari Amerika Serikat,
dan warna Stephen R. Covey di dalam buku ini.
Sugeng menulis buku ini berdasarkan pengalamannya,
dilengkapi dengan hasil pelatihan yang pernah diikutinya. Bila
muncul pertanyaan, mengapa ada orang yang bisa mencapai
produktivitas tinggi dengan modal sama, yaitu waktu 24 jam,
Sugeng memberikan jawaban singkat. ”You can’t only manage
your time, but you can only manage yourself
yourself,” tegasnya. Di
matanya, manusia di bumi ini hanya dibagi menjadi dua tipe,
yaitu Victor (Pemenang) dan Victim (Korban).
Tipe Victor mengusung jargon PROVE. ”Proactive, Responsible,
Ownership, Visionary dan Excellence,” Sugeng menguraikan
jargon PROVE. Ia juga memiliki julukan untuk tipe VICTIM,
yaitu BENDS. ”Blame, Excuses, Negative, Denial, dan Scarcity,”
katanya menambahkan.
Karena bentuknya work book, pembaca boleh memilih menjadi
pembaca aktif dan langsung mempraktikkan kiat jitu dari
Sugeng. Atau, membiarkan lembar kerja bukunya kosong,
hanya mengingatnya dan tidak mau mempraktikannya. Rasanya
trik dari Sugeng pantas untuk diterapkan karena membantu
mengembangkan diri sendiri dan meningkatkan produktivitas.
”Hidup hanya satu kali, jangan mau menjadi orang yang biasabiasa saja! Jadikanlah hidup Anda sebuah Adikarya! Grow
yourself into the best person you can be!” sulut Sugeng di akhir
tulisannya. Sugeng sudah membuktikannya, sekarang giliran
Anda! n Rina Suci Handayani
Disajikan dalam bentuk bahasa tutur, Sugeng membagi
kajiannya menjadi enam bab. Bab pertama bertema ’Mengapa
Manusia Sulit Berubah’. Kedua, ’Perubahan, Sebuah
Proses Sederhana yang Tidak Mudah Dilakukan’. Topik
ketiga, ’Apakah Produktivitas Itu?’ Keempat, ’Kunci untuk
Meningkatkan Produktivitas dan Penghasilan Anda’. Kelima
membahas ’Bagaimana Menemukan Aktivitas/Pekerjaan Anda
yang Bernilai Tinggi?’ Dan keenam, ’Menyelesaikan Pekerjaan
dengan Lebih Cepat, Lebih Baik, dan Lebih Berkualitas’.
64
mei 49-64.indd 64
HC Mei 2010
5/10/10 1:53:18 PM
referensi
a r a k t e r
m a n u s i a
dibentuk dari
kebiasaankebiasaannya.
Kebiasaan
adalah cara kita
berpikir, bertindak, dan bereaksi
secara konsisten. Kebiasaan
dapat dikontrol, bahkan dapat
dipelajari. Karena itu, kita
dapat memilih mengembangkan
kebiasaan-kebiasaan
yang
mengarahkan kita pada kesuksesan.
K
Mengembangkan kebiasaan sukses dimulai dari penguasaan
diri atau penaklukan karakter. Penaklukan diri menciptakan
kedewasaan mental. Kebiasaan sukses menuntut perubahan
sikap yang besar. Hal ini membutuhkan waktu dan menuntut
kemauan yang kuat serta komitmen untuk menjalaninya.
Menguasai diri adalah penerapan disiplin pada diri sendiri.
Socrates berkata, “Hanya ada satu filsafat: ketabahan,
pengendalian diri.” Siapa pun Anda, dan apa pun yang Anda
kerjakan, Anda dapat menjadi yang terbaik yang Anda mampu.
Keberhasilan bukan ditentukan dari kemenangan diri Anda
atas orang lain, tapi dari kemenangan diri sendiri dan prestasi
Anda.
Kebiasaan Sukses
Kebiasaan sukses adalah gabungan dari pengetahuan,
keterampilan, dan keinginan. Latihlah terus-menerus kebiasaan
baik ini dengan:
1.
2.
3.
Mengetahui APA yang harus dilakukan.
Mengetahui BAGAIMANA melakukannya.
Memiliki
KEINGINAN
yang
kuat
melakukannya.
untuk
Sesungguhnya, potensi manusia tidak ada batasnya.
Kemampuan untuk melihat diri sendiri di masa datang, upaya
untuk membuat rencana, dan tekad untuk menjalankan rencana
itu dengan baik, itulah yang membuat perbedaan!
Proses yang Membentuk Karakter
Ada orang yang secara alami memiliki karakter dengan
kebiasaan sukses. Ia memiliki keteguhan, semangat, dorongan,
dan inisiatif yang tinggi, baik dalam keadaan nyaman maupun
dalam keadaan sulit.
Memiliki kebiasaan sukses adalah kemampuan seseorang
untuk melakukan semua tindakannya dengan maksimal.
Perbedaan antara orang yang dengan kebiasaan mencapai
semua hal dengan kemampuan maksimalnya dengan orang
yang setengah hati dalam melakukan semua hal, ada pada cara
mereka memandang kehidupan.
Contoh orang yang selalu berusaha mencapai hasil maksimum
dengan kemampuan terbaiknya adalah Thomas A. Edison, Ibu
Teresa, dan Dr. Norman Vincent Peale. Mereka tak pernah
berhenti mencapai yang terbaik dalam apa saja yang mereka
lakukan, seumur hidup mereka. Mereka punya dedikasi tinggi
yang tak pernah luntur. Mereka tidak pernah melakukan segala
hal dengan suam-suam hati dan usaha yang setengah-setengah.
Akibatnya mereka cenderung berhasil di segala bidang
kehidupan mereka. Memiliki kebiasaan sukses adalah gaya
hidup mereka. Orang-orang ini memiliki karakter high achiver
(bacalah artikel Being a High Achiever di edisi sebelumnya—
Red.).
Menjadi Orang yang Berpotensi
Orang dengan kebiasaan sukses memiliki kecenderungan alami
yang kuat untuk meraih prestasi tinggi. Oleh karena itu, mereka
disebut orang yang berpotensi. Berikut ini adalah tips praktis
untuk meningkatkan potensi diri:
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
Selalu mencoba dan mencoba lagi.
Mencari potensi maksimal.
Lakukanlah yang terbaik.
Tidak takut dengan perubahan.
Hindari stagnasi dan lakukanlah inovasi.
Memiliki tujuan hidup.
Memiliki visi untuk melakukan terobosan-terobosan
baru.
Amati bagaimana orang-orang sukses berpikir dan
berperilaku.
Jangan takut mengambil risiko.
Memiliki dorongan yang besar untuk berkarya.
Berpikir saya menang—Anda menang.
Mengembangkan kebiasaan bersinergi.
Punya tekad untuk sukses.
Setia pada perkara kecil dan terdorong oleh setiap
prestasi kecil.
Selalu menyelesaikan apa yang telah dimulai.
Menjaga hati dengan waspada. n
Febe Santosa Chen
Penulis Buku Seri Character Building, “Menjadi Pribadi
Unggul”
Being a High Achiever, Gramedia Pustaka Utama, 2009
HC Mei 2010
mei 65-72.indd 65
65
rehat
Ayo, Dukung
Taman Nasional
Komodo!
Satu-satunya warisan dunia yang masih hidup
sejak zaman pra-sejarah adalah Komodo. Kini,
Taman Nasional Komodo menanti suara bangsa
Indonesia untuk memilihnya menjadi salah satu
dari 7 keajaiban dunia.
Rina Suci Handayani
ir
liurnya
sungguh
mematikan! Di dalam­
nya
terkandung
60
jenis bakteri yang dapat
menyebabkan keracunan
darah pada mangsanya.
Itulah Komodo, kadal
raksasa tertua di dunia yang berasal
dari zaman pra-sejarah namun tetap
eksis hingga hari ini. Panjangnya bisa
mencapai tiga meter dengan berat
berkisar 70–160 kilogram. Walaupun
tampak mengerikan, tapi habitatnya
di pulau Komodo menjadi daya tarik
dunia baik sebagai obyek penelitian,
konservasi,
dokumentasi,
maupun
wisata sejarah.
A
Keberadaan Komodo erat kaitannya
dengan alam di sekitarnya. Pulau Komodo
termasuk dalam wilayah Taman Nasional
Komodo (TNK) seluas 1.817 kilometer²,
yang berada di kawasan Wallacea.
Kawasan ini terletak di antara pulau
Sumbawa dan pulau Flores. Di kawasan
tersebut terdapat tiga pulau besar, yaitu
Komodo, Padar dan Rinca. Pulau Komodo
adalah yang terbesar di antara puluhan
pulau kecil di TNK. Kondisi alamnya
yang masih terjaga dengan aneka sumber
daya hayati di dalamnya, membuat TNK
ditasbihkan oleh UNESCO sebagai situs
warisan dunia atau world heritage site
pada 1990.
Di tempat lain, New7 Wonders
Foundation mengadakan pemilihan tujuh
keajaiban dunia yang baru. Kompetisi ini
menyedot perhatian masyarakat dunia
karena mereka antusias menasbihkan
keajaiban dunia yang baru. Candi
Borobudur pernah tercatat sebagai salah
satu keajaiban dunia. Dan kini, TNK
tengah berkompetisi di antara 28 finalis
lainnya untuk menjadi salah satu dari
tujuh keajaiban dunia yang baru.
Sumber: www.google.com
66
mei 65-72.indd 66
”Walaupun Taman Nasional Komodo
tidak masuk sebagai finalis tujuh
keajaiban dunia, kita tetap harus bangga
karena di tempat ini terdapat binatang
Komodo yang hanya satu-satunya di
dunia,” ungkap Esthy Reko Astuty,
HC Mei 2010
5/10/2010 4:42:39 AM
rehat
Direktur Sarana Promosi Kementerian
Kebudayaan dan Pariwisata Republik
Indonesia yang ditemui HC di ruang
kerjanya. Menurutnya, pelestarian
(konservasi) TNK merupakan tanggung
jawab bersama, bukan hanya tanggung
jawab masyarakat di sekitar pulau
tersebut.
mereka, terutama untuk memenuhi
kebutuhan di bidang pariwisata.
”Di Labuan Bajo sudah berdiri hotel
Jayakarta, dan setahu saya SDMnya adalah orang lokal. Kecuali SDM
dengan keterampilan khusus mungkin
direkrut dari luar Flores,” kata Esthy
memberitahu.
masyarakat
mau memilih
T N K .
Finalnya
tanggal
11
November
2 0 1 1 , ”
tambahnya.
Terkait
dengan
lingkungan
dan
konservasi alam, perlu digarisbawahi
bahwa TNK bukanlah fantasi Jurassic
Park layaknya film Hollywood. Kasat
mata, setiap pengunjung dapat melihat
langsung binatang purba ini. Konservasi
alam untuk mencegah kepunahan
Komodo dan taman laut di sekitarnya
juga sangat penting. Mengapa? Indira
Lacerna-Widmann, Manajer Kampanye
Bangga dari Filipina – kampanye yang
bergerak di pelestarian ekosistem dan
spesies yang terancam – berpendapat,
melestarikan alam berarti manusia
turut mengembangkan dirinya sekaligus
berinteraksi dengan kehidupan orang
lain. Bila sebuah spesies langka seperti
Komodo dan habitat laut punah, maka
keseimbangan alam akan terganggu.
Manusialah yang akan merugi. ”Kunci
kesuksesan pelestarian adalah melibatkan
dan membangun komitmen masyarakat,
yaitu guru, pelaku bisnis, anggota
legislatif, dan masyarakat awam,” papar
Indira dalam tulisannya.
Bandara Labuan Bajo di Pulau Flores
menjadi gerbang pertama menuju TNK.
Biasanya setelah mendarat dengan
pesawat kecil di Bandara Labuan Bajo,
pengunjung melanjutkan perjalanannya
ke Pulau Komodo dengan speed boat
melalui pelabuhan Labuan Bajo. ”Kalau
wisatawan yang datang semakin banyak,
otomatis dampaknya ke masyarakat juga
terasa, terutama di bidang ekonomi,”
tambahnya.
Di luar itu, Esthy berharap ada pihak yang
mau membantu membuatkan master
plan untuk TNK. Esthy mengingatkan,
jangan sampai euforia TNK sebagai salah
satu dari 7 keajaiban dunia membuat
lalai tujuan utamanya, yaitu konservasi
ekosistem. ”Kalau TNK terpilih, otomatis
kunjungan ke sana akan banyak.
Perkembangannya bukan hanya ke sektor
pariwisata, tapi juga ekonomi. Yang lebih
membanggakan adalah meningkatnya
popularitas TNK ke pentas dunia, dan
tentu jadi kebanggaan bangsa,” ujar
Esthy bersemangat.
Pengalaman Esthy melihat langsung
TNK bisa menjadi gambaran bahwa
geliat perekonomian terasa dikala TNK
makin menarik kedatangan wisatawan.
”Penduduk di sana mulai menyadari
bahwa TNK itu penting dan wisatawan
juga makin banyak yang datang,”
ujarnya menyaksikan. Esthy melihat
dampak
terhadap
pengembangan
sumber daya manusia (SDM) pun
terasa. Masyarakat setempat terpacu
untuk belajar mendalami kompentensi
Harus diakui, Departemen Kebudayaan
dan Pariwisata Republik Indonesia
sangat
gencar
menyosialisasikan
TNK agar terpilih menjadi salah satu
keajaiban dunia yang baru. ”Dampaknya
dapat meningkatkan popularitas TNK
dan Indonesia. Kami yakin, tingkat
kunjungan ke TNK dan Indonesia pun
akan meningkat,” katanya. Sistematika
New 7 Wonders Foundation adalah
berdasarkan
voting
(penghitungan
suara). Maka, Esthy berharap semua
orang Indonesia mau memberikan
suaranya lewat voting tersebut.
Pemilihnya bukan hanya dari Indonesia,
karena voting dilakukan melalui
internet. ”Pemilihnya justru banyak dari
internasional. Kami juga melakukan
kerja sama promosi dengan orang
yang punya IP address internasional,”
urainya sambil mengatakan bahwa
voting
bisa
dilakukan
dengan
mengakses situs www.new7wonders.
com. ”Kami juga mengharap dukungan
dari Presiden Republik Indonesia agar
Jalan-jalan ke TNK, Anda tidak hanya
menemukan Komodo si binatang langka.
Rangkaian TNK menyajikan desa wisata
dan taman laut yang indah. Taman laut
ini adalah surga bagi para penyelam.
Lebih dari 1.000 spesies ikan dan 253
spesies bunga karang bisa ditemui di
taman laut ini. ”Kalau mau snorkling
tidak perlu jauh-jauh ke tengah laut.
Sekitar 10-25 meter dari pantai banyak
sekali binatang dan ikan cantik yang luar
biasa,” ungkap Esthy.
Unik dan cerahnya padang savana
di Pulau Komodo menyisakan kesan
tersendiri bagi setiap pengunjung.
”Serasa berada di Jurassic Park,” cetus
seorang pengunjung dalam sebuah
rekaman video. Terpaan sinar matahari
membias pada coral-coral merah yang
pecah terkena ombak. Pantulannya
berkilau menghiasi pantai TNK. ”Sangat
cantik,” kenang Esthy. n
HC Mei 2010
mei 65-72.indd 67
67
5/10/2010 4:42:42 AM
esmud
i
suatu
workshop
knowledge
management beberapa waktu lalu,
seorang peserta mengemukakan cerita
menarik tentang hasil penelitian terhadap
dua kelompok dalam memecahkan
masalah. Kelompok pertama orang
Indonesia, dan kelompok kedua orang
Jerman. Hasil penelitian pada putaran pertama menyatakan,
orang Jerman hanya butuh waktu dua jam untuk memecahkan
masalah. Sedangkan orang Indonesia, untuk memecahkan
masalah yang sama butuh waktu hingga enam jam.
Pada penelitian putaran ke dua, kelompok yang sama
diberikan masalah serupa. Ternyata, orang Jerman berhasil
mempertahankan prestasinya dengan memecahkan masalah
selama dua jam saja. ”Bagaimana orang Indonesia?” para peserta
bertanya penasaran. “Orang Indonesia berhasil memecahkan
media tidak semudah membalikkan telapak tangan. “Yang perlu
dibangun sejak awal adalah mencari SDM yang tahu core bisnis
M-Stars (merek dagang yang dikeluarkan oleh AMP, red). Bila
sudah tahu core bisnis kami, maka bisa menarik benang merah
ke nilai-nilai perusahaan,” kata alumni Psikologi Universitas
Katolik Atmajaya dan pemegang Master Profesi Psikologi
Industri dari universitas yang sama.
Untuk mencapai tujuan organisasi menurutnya sederhana saja.
“Berlaku adil mulai dari internal,” katanya. Omar menambahkan,
ada tiga hal mendasar dalam merekrut SDM, yaitu pay for
position, pay for performance, dan pay for person. Selebihnya,
“Think big, focus, never give up, continuous learning, fun &
professional. Itulah nilai-nilai M-Stars,” papar ayah satu puteri
ini. Nilai-nilai tersebut mendukung Omar dan rekan satu
peer-nya untuk merealisasikan sistem yang menyejahterakan
organisasi. Di luar itu, Omar masih punya satu resep agar
terjalin
kekompakan
untuk menggapai visi
dan misi perusahaan.
”Utamakan kekeluargaan
supaya
kompak,”
katanya singkat. n Rina
Suci Handayani
masalah dalam waktu satu jam saja,” ungkap Omar Ramadan,
Organization Development Specialist Human Capital Division
PT Antar Mitra Prakarsa (AMP) yang mengisahkan hasil
penelitan tersebut. Seluruh peserta bertepuk tangan mendengar
akhir dari cerita yang menggembirakan itu.
Pengalaman sebagai konsultan dan akademisi mengusik
Omar untuk terjun langsung sebagai praktisi HR. Ia yakin,
sumber daya manusia (SDM) Indonesia mampu berdiri sejajar
dengan SDM mana pun. Omar melihat, sistem yang baik dapat
membantu SDM Indonesia memiliki nilai tawar yang lebih
tinggi dari saat ini. Semua itu dimulai dari organisasi. “Saya
concern di bidang organizational development (OD) yang erat
kaitannya dengan manajemen,” kata pria kelahiran Jakarta
berdarah Bugis-Belanda, ini.
Menurutnya, OD harus bisa memosisikan diri sebagai strategic
HR di perusahaan. Lebih jauh, Omar mengungkapkan minatnya
untuk membangun sistem yang menyejahterakan organisasi.
“Untuk itu harus ada tiga pilar yang bersinergi, yaitu strategic
planner & business controller, organizational development,,
dan quality management,” tuturnya.
Omar mengakui, peran OD sangat menantangnya. Terlebih,
mengembangkan SDM yang berkompetensi di bidang mobile
68
mei 65-72.indd 68
HC Mei 2010
5/10/2010 4:42:47 AM
komunitas
Sumber: www.google.com
Tidak dipungkiri lagi, gerakan sosial
yang dibangun melalui situs jejaring
sosial dengan mudahnya mendapatkan
dukungan dari banyak pihak. Sebut
saja, Indonesia Unite dan Koin Peduli.
Selain mampu menembus batas
sosial, kedua gerakan ini merupakan
bukti masih adanya kepedulian pada
bangsa Indonesia.
Anung Prabowo
etika terjadi insiden ledakan bom di Hotel JW.
Marriot dan Hotel Ritz Carlton di kawasan Mega
Kuningan, Jakarta, 17 Juli 2009 lalu, seketika
itu masyarakat kita diliputi perasaan panik dan
takut. Siapa pun tak ingin aksi terorisme terulang
lagi. Hari itu juga, masyarakat yang aktif di dunia
maya melalui situs jejaring sosial seperti Twitter dan Facebook
sontak membicarakan keprihatinan mereka terhadap serangan
terorisme di dua hotel bintang lima tersebut. Sebagian dari mereka
ada yang mengecam dengan berbagai komentar negatif, sebagian
lagi berinisiatif menggalang dukungan positif dengan memberikan
hashtag #indonesiaunite pada setiap update status di Facebook dan
Twitter.
K
Hashtag #indonesiaunite ini berisi pesan yang mengingatkan
sesama agar tidak gentar menghadapi intimidasi terorisme
HC Mei 2010
69
komunitas
sekaligus memberitahu dunia bahwa
Indonesia adalah negara yang aman
dan cinta damai. Selain itu, sebagai
bentuk dukungan #indonesiaunite,
pengguna Twitter di Indonesia mulai
mengganti avatar (foto profil) dengan
atribut merah putih atau dengan
memasang Twitter ribbon bendera
merah putih. Sejak itu pula, aktivitas
hashtag #indonesiaunite mampu
menembus tren pembicaraan nomor
satu di dunia melalui Twitter.
“Tujuannya
mengenalkan ke
anak-anak muda
tentang motif batik
dan kain tradisional
Indonesia. Bentuknya
kaos modern,
saya desain ulang
dengan memberikan
sentuhan motif batik.
Saya tahu banyak
orang Indonesia yang
nggak mau pakai
batik karena malu
atau ketinggalan
zaman”
(Iwet Ramadhan)
70
mei 65-72.indd 70
“Di hari itu banyak orang di dunia
maya yang membicarakan peristiwa
pemboman tersebut. Seperti biasa,
setiap ada aksi terorisme di negeri
ini komentar mereka selalu negatif.
Namun, di antara mereka ada yang
melontarkan ide membuat join cause
di Twitter dengan nama Indonesia
Unite,” papar Iwet Ramadhan,
salah satu penggerak terbentuknya
Indonesia Unite. Iwet menyatakan,
tujuan
dibentuknya
Indonesia
Unite adalah menularkan semangat
kebangsaan,
anti-kekerasan,
dan
mengobarkan semangat untuk bangkit
dari keterpurukan.
“Indonesia Unite adalah semangat dan
inisiatif bersama yang tidak dimonopoli
oleh individu atau kelompok tertentu,”
katanya.
Walaupun
diawali
dari
diskusi antara pengguna Twitter di
Indonesia, dan awalnya digerakkan oleh
beberapa individu, Iwet memastikan,
Indonesia Unite bukan organisasi
dengan struktur tertentu. Ini sebuah
semangat yang menyatukan dan dapat
diimplementasikan dalam berbagai
kegiatan atau gerakan, dari dan
untuk semua orang. “Indonesia Unite
merupakan spirit atau energi yang tidak
hanya dimiliki oleh saya, melainkan kita
semua untuk bersatu, tidak takut, dan
tidak menyerah untuk bangsa dan negara
kita,” tutur pria kelahiran Jakarta, 24 Juli
1981, ini.
Singkat
cerita,
komunitas
yang
mengusung slogan “Kami Tidak Takut.
We are not afraid. Fight terrorism!” ini
mendeklarasikan ’Amanat Bersama’ pada
16 Agustus 2009 pukul 23.00 WIB di
halaman kantor Majalah Rolling Stone,
Jl. Ampera Raya No. 16, Jakarta Selatan.
Hari itu bertepatan dengan peringatan
kemerdekaan Republik Indonesia ke-64.
Iwet mengatakan, Amanat Bersama ini
merupakan hasil pemikiran dan aspirasi
dari berbagai kalangan yang bersedia
memberikan masukan secara online di
wiki.indonesiaunite.com sejak 9 Agustus
dan disempurnakan pada 14 Agustus
2009. “Yang unik dari Amanat Bersama
ini adalah, isinya dibuat oleh seluruh
bangsa Indonesia lewat sebuah media
maya yang disebut Wikimedia Indonesia
Unite. Jadi, semua orang bisa memberi
masukan untuk memajukan Indonesia,”
ujarnya.
Iwet berharap, isi Amanat Bersama
dapat disebarluaskan kepada generasi
baru Indonesia dalam menumbuhkan
rasa
nasionalisme,
anti-kekerasan,
dan seruan untuk membangun negeri.
“Seribu bom mungkin bisa menggetarkan
bumi Indonesia, tapi getarannya tidak
bisa mengalahkan semangat generasi
muda dalam Indonesia Unite,” kata
penyiar radio Hard Rock Jakarta, ini,
menegaskan. Melalui website: http://
indonesiaunite.com dan akun Facebook
Profil Publik, keanggotaan Indonesia
Unite hingga saat ini sudah menembus
angka 360 ribu orang.
“Saya yakin mereka adalah orangorang yang berkompeten di bidangnya.
Kami mengatakan, kalian jangan hanya
bertanya, ’mau bikin apa lagi Indonesia
Unite?’ Tetapi kami ingin menyebarkan
semangat, ’ayo kita bikin sesuatu untuk
bangsa ini’,” tutur Iwet menantang.
Artinya, setiap orang atau kelompok
diperbolehkan
atau
dibebaskan
membuat berbagai kegiatan dengan
mengatasnamakan Indonesia Unite
selama tujuannya positif untuk bangsa
Indonesia. Bahkan, Iwet memastikan,
tidak ada syarat tertentu dan pengawasan
yang ketat. “Indonesia Unite dibentuk
untuk kepentingan bangsa ini. Jadi, kalau
HC Mei 2010
5/10/2010 4:42:49 AM
komunitas
sampai ada yang berbuat negatif, kok ya
tega banget. Di mana hati nuraninya?”
Iwet balik bertanya.
Ia mencontohkan Glenn Marsalin,
pendukung Indonesia Unite yang
menjadi pemrakarsa kaos Bolbal. Iwet
menceritakan, Bolbal adalah singkatan
dari Bolak-balik. Sebagai direktur
kreatif di perusahaan periklanan, Iwet
berinisiatif untuk memodifikasi kaoskaos yang tidak laku dijual dari para
pedagang di Senayan ketika tim sepak
bola asal Inggris, Manchester United
(MU) batal tandang ke Jakarta. “Dia
(Glenn) memborong kaos-kaos MU yang
tidak laku itu untuk dimodifikasi dengan
cara di balik, lalu di bagian luarnya
disablon dengan tulisan Indonesia
Unite,” kata Iwet menjelaskan kiprah
Glen dalam Indonesia Unite.
Aksi nyata yang dilakukan Iwet saat
ini adalah ikut melestarikan batik
tradisonal. Iwet telah memiliki label
fashion yang diberi nama Tik-Shirt (kaos
batik). “Tujuannya mengenalkan ke
anak-anak muda tentang motif batik dan
kain tradisional Indonesia. Bentuknya
kaos modern, saya desain ulang dengan
memberikan sentuhan motif batik.
Saya tahu banyak orang Indonesia yang
nggak mau pakai batik karena malu atau
ketinggalan zaman,” paparnya.
Iwet memastikan bahwa sebagian hasil
penjualan kaos batiknya itu disumbangkan
ke anak-anak Indonesia yang putus sekolah.
“Selain itu, saya membuat satu program
di radio yang tujuannya membudayakan
bahasa Indonesia di kalangan generasi
muda,” ia menambahkan.
Selama ini, kegiatan Indonesia Unite
telah menyentuh berbagai aspek,
seperti Blood For Life (donor darah),
Community for Children with Cancer
(membantu
anak-anak
penderita
kanker), dan Jakarta Green Monster
(kegiatan penghijauan area pesisir
pantai utara Jakarta). “Selain itu, ada
dua perempuan pendukung Indonesia
Unite yang mengumpulkan koin
(uang logam) dengan cara membawa
toples dan mengelilingi teman-teman
di kantornya. Hasil koin itu mereka
tukarkan ke bank, kemudian diberikan
ke anak-anak putus sekolah,” Iwet
menuturkan. Belum lama ini Indonesia
Unite juga menginspirasi empat
perusahaan label musik, 14 musisi,
Putera Sampoerna Foundation, dan
Viva Media Group dengan meluncurkan
lagu dan ring back tone (RBT) berjudul
“Rindu Bersatu”.
“Kami berharap lagu Rindu Bersatu akan
menggali dan menumbuhkan semangat
persatuan, nasionalisme, anti-kekerasan,
kreativitas, dan prestasi di kalangan anak
muda Indonesia,” kata Presiden Direktur
Viva Media Grup, Anindya Bakrie, yang
menghadiri acara peluncuran lagu dan
RBT “Rindu Bersatu” di Hotel Nikko,
Jakarta. Selaras dengan tujuannya untuk
memajukan anak muda Indonesia, 10%
hasil penjualan RBT “Rindu Bersatu”
akan didonasikan kepada program
Save A Teen dari Putera Sampoerna
Foundation. Program ini menyalurkan
beasiswa bagi generasi muda berprestasi
yang berasal dari keluarga pra-sejahtera.
Selain Indonesia Unite, gerakan sosial
yang diawali dari jejaring sosial di dunia
maya adalah Koin Peduli. Aksi sosial ini
dimulai dengan mengumpulkan recehan
atau uang logam dari masyarakat yang
digunakan untuk membantu sesama.
Ide ini muncul dari solidaritas atas kasus
yang menimpa Prita Mulyasari, tergugat
kasus pencemaran nama baik Rumah
Sakit Omni Internasional, Tangerang,
yang divonis harus membayar denda Rp
204 juta. Gerakan Koin ini dipelopori
oleh komunitas blogger, yang sering
berkumpul di angkringan Wetiga, Jl.
Langsat 1/3A, Kramat Pela, Jakarta
Selatan.
“Saya yang melihat peristiwa itu lantas
melempar wacana lewat Twitter,
’bagaimana kalau kita bikin Konser
Untuk Prita?’ Ternyata malam itu lebih
dari 50 band dan artis siap untuk tampil
gratis. MC yang mendaftar pun hampir 20
orang. Sungguh luar biasa responsnya,”
kata Adib Hidayat, penggagas ’Konser
Koin untuk Keadilan’. Ia menjelaskan,
Konser Koin untuk Keadilan – yang
dilaksanakan pada 20 Desember 2009 di
Hard Rock Cafe Jakarta – adalah bentuk
rasa kesetiakawanan dan pernyataan
sikap untuk melawan ketidakadilan agar
tidak ada lagi kasus semacam Prita di
masa mendatang. Sesuai tema konser,
“Cukup Satu Prita Saja”.
Gerakan Koin ini dianonimkan sebagai
Kepedulian Orang Indonesia. “Ide
nama itu dari Mas Remy Soetansyah
(wartawan dan pengamat musik),”
ujar Adib. Menurut Deputy Managing
Editor majalah Rolling Stone Indonesia,
gerakan Koin dimulai tanpa komando.
Setiap kegiatan yang dilakukan berawal
dari sebuah kasus sosial yang mucul
dan menjadi perhatian masyarakat luas.
“Namun, tidak semua kasus kami turun
karena anggota kami tidak mengikat.
Bahkan, sampai sekarang banyak yang
tidak saling kenal,” ungkapnya. Adib
bersama rekan-rekannya di komunitas
Koin telah melaksanakan berbagai
kegiatan, di antaranya Konser Koin
untuk Yudhie Grass Rock (musisi) dan
Konser Koin untuk Anak.
Sejauh ini, menurut Adib, komunitas Koin
tidak merekrut anggota resmi. Semua
pendukung Koin adalah mereka yang
sukarela dan tanpa pamrih mau terlibat
dalam setiap kegiatan Koin. “Saat ini
anggota Koin yang aktif kurang lebih 100
orang. Dari musisi, wartawan, dokter,
lawyer, dosen, mahasisiwa, crew band,
dan manajer band,” ujarnya menyebutkan.
Bila Koin ingin membuat acara, Adib dan
rekan-rekannya akan menginformasikan
melalui Twitter dan milis. “Siapa pun
yang mau terlibat silakan datang, ikut
meeting atau datang pas hari H,” katanya
mengajak. Ia mengaku Koin belum bersedia
menerima sponsor. Paling hanya menerima
sumbangan tanpa melibatkan brand
tertentu. Alasannya, setiap kegiatan Koin
diharapkan terlaksana tanpa keberpihakan
pada institusi tertentu. n
HC Mei 2010
mei 65-72.indd 71
71
5/10/2010 4:42:49 AM
seleb
aya bicaranya ceplas-ceplos. Rambut kribonya
yang “semrawut” adalah ciri khasnya. Namun,
di balik penampilannya yang urakan, itu, pria
yang bernama asli Arie Apriludy ini memiliki
banyak bakat. Selain sebagai penyiar radio,
orang mengenalnya sebagai presenter televisi,
dan aktor film layar lebar. Saat ditemui pada acara soft
launching KompasKarier.com di Plasa Senayan, April lalu, Arie
yang malam itu menjadi host berhasil membuat suasana lebih
ceria. Para tamu yang sebelumnya terlihat serius tak mampu
menahan tawa mendengar guyonan Arie saat memandu acara.
HC menemuinya setelah acara usai. Pria yang memiliki nama
populer Arie Dagienkz, ini mengungkap rahasianya mencairkan
suasana serius menjadi santai. “Saya menyisipkan guyonan
khas anak muda yang lagi nge-tren saat ini,” ujarnya. Selain
itu, “Seorang pemandu acara harus memiliki wawasan dan
pengetahuan yang luas. Menurut gue, penampilan itu nomor
dua,” ungkap pria kelahiran Jakarta, 7 April 1976, yang rela
mengenakan setelan jas rapi di acara tersebut. “Saya sebenarnya
lebih suka berpakaian casual,” akunya.
penyiar radio. “Gue diceburin jadi penyiar radio. Gue sendiri
nggak tahu alasannya. Menurut bos gue, gue seperti orang
‘gila’ yang cocok untuk program siarannya. Dia menyuruh gue
learning by doing,” tuturnya mengenang. Alhasil, pria yang
gemar menonton film ini bertahan sebagai penyiar Prambors
sampai 2009.
Saat ini Arie terikat kontrak sebagai penyiar di Motion, radio
yang tergabung dalam Kelompok Kompas Gramedia. Kini, Arie
berani mengatakan bahwa dia mencintai pekerjaannya sebagai
penyiar radio. “Sekarang gue menikmati pekerjaan sebagai
penyiar radio. Kalau nggak siaran, gue bisa ‘sakit’,” ujarnya
bergurau. Sebagai penyiar, ia merasa dapat berbagi pengetahuan
dan pengalaman ke pendengar. Menurutnya, penyiar yang baik
selain memiliki kemampuan teknis, juga harus peka terhadap
lingkungan di sekitarnya (sense of social). Nah, bagi Anda yang
tertarik untuk mendengar suara Arie ketika mengudara, putar
saja gelombang radio Motion di 97.5 FM pada pukul 06.0010.00 WIB dalam program “Slagi Ada”. n Anung Prabowo
Mengenai keterlibatannya di dunia hiburan, Arie mengakui, tak
pernah terpikirkan sebelumnya. “Gue nggak pernah bermimpi
masuk ke dunia entertain,” ujarnya enteng. Sebelumnya, pria
berkaca mata ini sempat “makan” bangku universitas empat
kali di negeri Kanguru, Australia. Sayangnya, semua kuliahnya
tidak ada yang beres alias tidak selesai. “Gue sempat kuliah
ilmu komputer dan keuangan, tapi nggak ada yang lulus satu
pun,” tuturnya menyesali.
Pada 1998, Arie memilih hijrah ke Jakarta. Di Ibukota, dia
sempat bekerja sebagai kontraktor selama satu tahun. “Kondisi
perusahaan saat itu tidak kondusif gara-gara krisis moneter,
akhirnya gue resign,” katanya menceritakan. Setelah itu, Arie
ditawari temannya bekerja sebagai reporter di radio Prambors,
Jakarta. “Gue hanya bertahan dua bulan. Gue nggak kuat
pressure di dunia hiburan yang selalu menuntut kreativitas.
Beda sekali dengan pekerjaan gue sebelumnya sebagai
kontraktor,” tuturnya memberi alasan.
Tak berselang lama, temannya di Prambors mengajaknya
kembali ke dunia radio. Kali ini Arie mendapat tawaran sebagai
72
mei 65-72.indd 72
HC Mei 2010
5/10/2010 4:42:50 AM
Download