88 VII. DAMPAK PERUBAHAN KEBIJAKAN TARIF IMPOR, KUOTA IMPOR, DAN FAKTOR EKSTERNAL 7.1. Validasi Model Hasil validasi model tahun 2000 sampai dengan tahun 2010 dapat dilihat pada Tabel 22. Indikator validasi statistik yang digunakan adalah Root Mean Squares Percent Error (RMSPE) yang berguna untuk mengukur seberapa jauh nilai-nilai variabel endogen hasil estimasi menyimpang dari alur nilai-nilai aktualnya dalam ukuran relatif (persen) dan Theil’s Inequality Coefficient (U) untuk mengevaluasi kemampuan model bagi analisis simulasi historis. Suatu estimasi model pada umumnya dikatakan valid jika nilai RMSPE dan U-Theil semakin kecil. Tabel 22. Hasil Validasi Model Impor Bawang Merah di Indonesia Tahun 2000-2010 No 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. Variabel ABM QBM QSBM QDRT QDNRT QDBM MBM PMBMR PKBMR 10. PPBMR Rata-rata RMSPE 12.4947 12.5425 12.3436 7.6741 20.6874 7.7296 34.8239 8.8799 20.0712 12.4869 14.9734 U theil 0.0643 0.0683 0.0645 0.0429 0.0962 0.0376 0.1597 0.0436 0.0888 Nama Variabel Luas areal panen bawang merah Produksi bawang merah Penawaran bawang merah Permintaan bawang merah rumahtangga Permintaan bawang merah non rumahtangga Permintaan bawang merah total Impor bawang merah Harga riil bawang merah impor Harga riil bawang merah di tingkat konsumen 0.0671 Harga riil bawang merah di tingkat produsen 0.0733 Hasil validasi menunjukkan bahwa nilai RMSPE berkisar antara 7.6741 persen sampai dengan 34.8239 persen. Nilai statistik U-Theil pada model persamaan ini berkisar antara 0.0376 sampai dengan 0.1597. Hal ini menunjukkan bahwa secara umum model memiliki daya prediksi yang baik. Model yang 89 dibangun juga memiliki daya prediksi yang cukup valid untuk melakukan simulasi historis. 7.2. Dampak Perubahan Kebijakan Tarif Impor, Kuota Impor, dan Faktor Eksternal terhadap Penawaran, Permintaan, dan Harga Bawang Merah Simulasi kebijakan yang dilakukan terdiri dari delapan skenario kebijakan antara lain penerapan tarif impor bawang merah sebesar 20 persen, penerapan tarif impor bawang merah sebesar 12.5 persen, penerapan tarif impor bawang merah sebesar 40 persen, penghapusan tarif impor bawang merah menjadi sebesar nol persen, penurunan harga riil bawang merah dunia sebesar 12 persen, penurunan kuota impor bawang merah sebesar 50 persen, kombinasi penerapan tarif impor bawang merah sebesar sembilan persen dan penurunan harga dunia sebesar 12 persen, serta kombinasi penghapusan tarif impor bawang merah dan penurunan harga dunia sebesar 12 persen. 7.2.1. Penerapan Kebijakan Tarif Impor Bawang Merah Sebesar 20 Persen Alternatif kebijakan tarif impor bawang merah sebesar 20 persen merupakan sebuah kebijakan harmonisasi tarif tahap II yang diterapkan untuk negara-negara MFN atau negara-negara yang tidak melakukan perjanjian perdagangan bebas dengan Indonesia. Tarif impor bawang merah negara MFN awalnya adalah sebesar 25 persen, dan mulai turun menjadi 20 persen pada tahun 2011. Alternatif ini digunakan untuk melihat dampak kebijakan tarif impor sebesar 20 persen terhadap variabel endogen yang ada jika kebijakan tersebut diterapkan. 90 Tabel 23. Hasil Simulasi Penerapan Kebijakan Tarif Impor Bawang Merah Sebesar 20 Persen Variabel Satuan Nilai Dasar ABM QBM QSBM QDRT QDNRT QDBM MBM PMBMR PKBMR PPBMR Ha Ton Ton Ton Ton Ton Ton Rp/Kg Rp/Kg Rp/Kg 92 129.1000 832 033.0000 893 921.0000 490 760.0000 410 766.0000 901 526.0000 69 817.6000 2 013.7000 6 564.4000 4 420.4000 Nilai Simulasi 92 184.0000 832 607.0000 886 358.0000 490 701.0000 410 759.0000 901 459.0000 61 680.4000 2 410.7000 6 569.5000 4 423.0000 Perubahan Unit Persentase 54.9000 0.0596 574.0000 0.0690 -7 563.0000 -0.8460 -59.0000 -0.0120 -7.0000 -0.0017 -67.0000 -0.0074 -8 137.2000 -11.6549 397.0000 19.7150 5.1000 0.0777 2.6000 0.0588 Hasil simulasi pada Tabel 23 menunjukkan bahwa dengan penerapan tarif impor bawang merah sebesar 20 persen menyebabkan terjadi peningkatan harga riil bawang merah impor sebesar 19.7150 persen. Peningkatan harga riil bawang merah impor mengakibatkan penurunan impor bawang merah ke Indonesia menjadi sebesar 11.6549 persen, sehingga penawaran bawang merah juga ikut menurun sebesar 0.8460 persen. Penawaran bawang merah yang semakin rendah serta meningkatnya harga riil bawang merah impor menyebabkan peningkatan harga riil bawang merah domestik baik di tingkat konsumen maupun di tingkat produsen masing-masing sebesar 0.0777 persen dan 0.0588 persen. Akibat meningkatnya harga riil bawang merah di tingkat konsumen menyebabkan permintaan bawang merah baik rumahtangga maupun non rumahtangga mengalami penurunan masing-masing sebesar 0.0120 persen dan 0.0017 persen, sehingga permintaan bawang merah nasional menurun sebesar 0.0074 persen. Adanya peningkatan harga riil bawang merah yang diuntungkan adalah produsen. Peningkatan harga riil bawang merah di tingkat produsen sebesar 91 0.0588 persen menjadi sebuah insentif bagi petani untuk meningkatkan luas areal penennya sebesar 0.0596 persen, sehingga produksi bawang merah juga ikut meningkat sebesar 0.0690 persen. 7.2.2. Penerapan Kebijakan Tarif Impor Bawang Merah Sebesar 12.5 Persen Perubahan tarif impor bawang merah menjadi sebesar 12.5 persen berdampak terhadap seluruh variabel endogen yang terdapat didalam model khususnya harga riil bawang merah. Hasil simulasi pada Tabel 24 menunjukkan bahwa dampak kebijakan tersebut terutama pada harga riil bawang merah impor. Impor bawang merah akibat penerapan tarif impor sebesar 12.5 persen turun sebesar 6.5433 persen. Hal ini disebabkan oleh meningkatnya harga riil bawang merah impor sebesar 11.1536 persen. Tabel 24. Hasil Simulasi Penerapan Kebijakan Tarif Impor Bawang Merah Sebesar 12.5 Persen Variabel ABM QBM QSBM QDRT QDNRT QDBM MBM PMBMR PKBMR PPBMR Satuan Ha Ton Ton Ton Ton Ton Ton Rp/Kg Rp/Kg Rp/Kg Nilai Dasar Nilai Simulasi 92 129.1000 832 033.0000 893 921.0000 490 760.0000 410 766.0000 901 526.0000 69 817.6000 2 013.7000 6 564.4000 4 420.4000 92 158.2000 832 339.0000 889 659.0000 490 727.0000 410 761.0000 901 489.0000 65 249.2000 2 238.3000 6 567.2000 4 421.8000 Perubahan Unit Persentase 29.1000 0.0316 306.0000 0.0368 -4 262.0000 -0.4768 -33.0000 -0.0067 -5.0000 -0.0012 -37.0000 -0.0041 -4 568.4000 -6.5433 224.6000 11.1536 2.8000 0.0427 1.4000 0.0317 Akibat penurunan impor yang lebih kuat dibandingkan dengan peningkatan produksi bawang merah nasional maka menyebabkan penawaran bawang merah turun sebesar 0.4768 persen. Penurunan penawaran bawang merah menyebabkan harga riil bawang merah baik di tingkat konsumen maupun produsen meningkat masing-masing sebesar 0.0427 persen dan 0.0317 persen. 92 Peningkatan harga riil bawang merah di tingkat produsen tersebut hanya dapat meningkatkan luas areal panen bawang merah sebesar 0.0316 persen dan produksi bawang merah sebesar 0.0368 persen. Peningkatan harga riil bawang merah di tingkat konsumen menyebabkan konsumen mengurangi konsumsinya meskipun dalam jumlah yang sangat kecil. Penurunan permintaan bawang merah baik rumahtangga maupun non rumahtangga masing-masing adalah sebesar 0.0067 persen dan 0.0012 persen 7.2.3. Penerapan Kebijakan Tarif Impor Bawang Merah Sebesar 40 Persen Komitmen tarif impor bawang merah di Indonesia dalam forum WTO masih cukup tinggi yaitu maksimum sebesar 40 persen. Alternatif kebijakan ini dibuat untuk melihat seberapa besar respon perekonomian bawang merah di Indonesia ketika diterapkan tarif impor maksimum. Hasil simulasi penerapan kebijakan tarif impor bawang merah sebesar 40 persen dapat dilihat pada Tabel 25. Tabel 25. Hasil Simulasi Penerapan Kebijakan Tarif Impor Bawang Merah Sebesar 40 Persen Variabel Satuan Nilai Dasar ABM QBM QSBM QDRT QDNRT QDBM MBM PMBMR PKBMR PPBMR Ha Ton Ton Ton Ton Ton Ton Rp/Kg Rp/Kg Rp/Kg 92 129.1000 832 033.0000 893 921.0000 490 760.0000 410 766.0000 901 526.0000 69 817.6000 2 013.7000 6 564.4000 4 420.4000 Nilai Simulasi 92 252.7000 833 320.0000 877 555.0000 490 629.0000 410 752.0000 901 381.0000 52 163.7000 2 870.3000 6 575.5000 4 426.1000 Perubahan Unit Persentase 123.6000 0.1342 1 287.0000 0.1547 -16 366.0000 -1.8308 -131.0000 -0.0267 -14.0000 -0.0034 -145.0000 -0.0161 -17 653.9000 -25.2857 856.6000 42.5386 11.1000 0.1691 5.7000 0.1289 Penerapan tarif impor sebesar 40 persen mampu meningkatkan harga riil bawang merah impor sebesar 42.5386 persen. Hal tersebut menyebabkan impor 93 bawang merah menurun sebesar 25.2857 persen. Penawaran bawang merah merupakan penjumlahan produksi bawang merah dan impor bawang merah dikurangi ekspor bawang merah, sehingga penurunan impor menyebabkan penurunan penawaran bawang merah sebesar 1.8308 persen. Penurunan jumlah bawang merah yang ditawarkan menyebabkan harga riil bawang merah di tingkat konsumen meningkat sebesar 0.1691 persen dan harga riil bawang merah di tingkat produsen juga meningkat sebesar 0.1289 persen. Peningkatan harga bawang merah di tingkat produsen tersebut menjadi insentif bagi petani untuk meningkatkan produksi bawang merah sebesar 0.1547 persen. Dari sisi konsumen peningkatan harga riil bawang merah di tingkat konsumen menyebabkan permintaan bawang merah baik rumahtangga maupun non rumahtangga menurun masing-masing sebesar 0.0267 persen dan 0.0034 persen. 7.2.4. Penghapusan Tarif Impor Bawang Merah Globalisasi perdagangan dunia secara tidak langsung mengharuskan setiap negara untuk mengurangi bahkan menghapuskan hambatan perdagangan baik hambatan tarif maupun non tarif. Indonesia saat ini telah melakukan perjanjian perdagangan bebas dengan negara-negara anggota ASEAN dan China, sehingga tarif impor untuk komoditas bawang merah yang termasuk dalam Early Harvest Package (EHP) telah diturunkan menjadi nol persen mulai tahun 2006. Penghapusan tarif impor bawang merah ini kemungkinan besar akan segera diikuti oleh negara-negara lainnya. Hasil simulasi penghapusan tarif impor bawang merah dapat dilihat pada Tabel 26. 94 Tabel 26. Hasil Simulasi Penghapusan Tarif Impor Bawang Merah Variabel ABM QBM QSBM QDRT QDNRT QDBM MBM PMBMR PKBMR PPBMR Satuan Ha Ton Ton Ton Ton Ton Ton Rp/Kg Rp/Kg Rp/Kg Nilai Dasar 92 129.1000 832 033.0000 893 921.0000 490 760.0000 410 766.0000 901 526.0000 69 817.6000 2 013.7000 6 564.4000 4 420.4000 Nilai Simulasi 92 115.3000 831 893.0000 895 161.0000 490 772.0000 410 766.0000 901 537.0000 71 197.1000 1 951.1000 6 563.4000 4 419.8000 Perubahan Unit Persentase -13.8000 -0.0150 -140.0000 -0.0168 1 240.0000 0.1387 12.0000 0.0024 0.0000 0.0000 11.0000 0.0012 1 379.5000 1.9759 -62.6000 -3.1087 -1.0000 -0.0152 -0.6000 -0.0136 Penghapusan tarif impor bawang merah menjadi nol persen berdampak terhadap seluruh variabel endogen yang terdapat di dalam model. Penghapusan tarif pada komoditas bawang merah akan menurunkan harga riil bawang merah impor sebesar 3.1087 persen. Akibatnya adalah impor bawang merah menjadi meningkat sebesar 1.9759 persen dan penawaran bawang merah meningkat sebesar 0.1387 persen. Adanya keterkaitan antara penawaran bawang merah dengan harga riil bawang merah domestik menyebabkan harga riil bawang merah di tingkat konsumen turun sebesar 0.0152 persen dan harga riil bawang merah di tingkat produsen turun sebesar 0.0136 persen. Penurunan harga riil bawang merah di tingkat produsen menjadi disinsentif bagi petani bawang merah untuk meningkatkan hasil usahataninya, sehingga menyebabkan penurunan luas areal panen dan produksi bawang merah masing-masing sebesar 0.0150 persen dan 0.0168 persen. Sementara itu, penurunan harga riil bawang merah di tingkat konsumen menyebabkan peningkatan permintaan bawang total sebesar 0.0012 persen. 95 7.2.5. Penurunan Harga Riil Bawang Merah Dunia Sebesar 12 Persen Kebijakan yang diterapkan di New Zealand sebagai negara rujukan harga dunia bawang merah sangat mempengaruhi besar kecilnya harga riil bawang merah impor. Kebijakan yang menyebabkan penurunan harga riil bawang merah dunia akan berdampak meningkatkan impor bawang merah ke Indonesia. Hasil simulasi penurunan harga riil bawang merah dunia sebesar 12 persen dapat dilihat pada Tabel 27. Penurunan harga riil bawang merah dunia akan berdampak pada penurunan harga riil bawang merah impor sebesar 5.9492 persen. Penurunan harga riil bawang merah impor tersebut akan diikuti oleh peningkatan impor bawang merah sebesar 3.5749 persen. Hal ini tentu saja berdampak pada peningkatan penawaran bawang merah sebesar 0.2583 persen. Tabel 27. Hasil Simulasi Penurunan Harga Riil Bawang Merah Dunia Sebesar 12 Persen Variabel ABM QBM QSBM QDRT QDNRT QDBM MBM PMBMR PKBMR PPBMR Satuan Ha Ton Ton Ton Ton Ton Ton Rp/Kg Rp/Kg Rp/Kg Nilai Dasar Nilai Simulasi 92 129.1000 832 033.0000 893 921.0000 490 760.0000 410 766.0000 901 526.0000 69 817.6000 2 013.7000 6 564.4000 4 420.4000 92 111.1000 831 846.0000 896 230.0000 490 779.0000 410 768.0000 901 546.0000 72 313.5000 1 893.9000 6 562.9000 4 419.5000 Perubahan Unit Persentase -18.0000 -0.0195 -187.0000 -0.0225 2 309.0000 0.2583 19.0000 0.0039 2.0000 0.0005 20.0000 0.0022 2 495.9000 3.5749 -119.8000 -5.9492 -1.5000 -0.0229 -0.9000 -0.0204 Adanya keterkaitan antara penawaran bawang merah dengan harga riil bawang merah domestik menyebabkan harga riil bawang merah merah di tingkat konsumen turun sebesar 0.0229 persen dan harga riil bawang merah di tingkat produsen turun sebesar 0.0204 persen. Penurunan harga di tingkat produsen menjadi disinsentif bagi petani bawang merah untuk meningkatkan produksinya 96 sehingga produksi bawang merah mengalami penurunan sebesar 0.0225 persen dan luas areal panennya turun sebesar 0.0195 persen. 7.2.6. Penerapan Kebijakan Penurunan Kuota Impor Bawang Merah Sebesar 50 Persen Kebijakan domestik yang ingin dilihat dampaknya dalam penelitian ini terhadap variabel endogen yang dibangun dalam model adalah penurunan kuota impor bawang merah sebesar 50 persen. Hasil simulasi yang telah dilakukan menunjukkan bahwa penurunan kuota impor bawang merah sebesar 50 persen berdampak meningkatkan luas areal panen bawang merah sebesar 0.2892 persen dan meningkatkan produksi bawang merah sebesar 0.3312 persen. Tabel 28. Hasil Simulasi Penerapan Kebijakan Penurunan Kuota Impor Bawang Merah Sebesar 50 Persen Variabel ABM QBM QSBM QDRT QDNRT QDBM MBM PMBMR PKBMR PPBMR Satuan Ha Ton Ton Ton Ton Ton Ton Rp/Kg Rp/Kg Rp/Kg Nilai Dasar Nilai Simulasi 92 129.1000 832 033.0000 893 921.0000 490 760.0000 410 766.0000 901 526.0000 69 817.6000 2 013.7000 6 564.4000 4 420.4000 92 395.5000 834 789.0000 860 206.0000 490 488.0000 410 735.0000 901 223.0000 34 908.8000 2 013.7000 6 587.5000 4 432.3000 Perubahan Unit Persentase 266.4000 0.2892 2 756.0000 0.3312 -33 715.0000 -3.7716 -272.0000 -0.0554 -31.0000 -0.0075 -303.0000 -0.0336 -34 908.8000 -50.0000 0.0000 0.0000 23.1000 0.3519 11.9000 0.2692 Kebijakan tersebut menyebabkan impor bawang merah yang masuk ke Indonesia menjadi terbatas, sehingga menurunkan penawaran bawang merah nasional sebesar 3.7716 persen. Rendahnya bawang merah yang ditawarkan di dalam negeri berdampak pada penurunan harga bawang merah baik di tingkat konsumen maupun produsen masing-masing sebesar 0.3519 persen dan 0.2692 persen. Hal ini tentu saja berdampak pada penurunan permintaan bawang merah baik rumahtangga maupun non rumahtangga. Permintaan bawang merah 97 rumahtangga turun sebesar 0.0554 persen dan permintaan bawang merah non rumahtangga turun sebesar 0.0075 persen. 7.2.7. Kombinasi Penerapan Tarif Impor Bawang Merah Sebesar Sembilan Persen dan Penurunan Harga Riil Bawang Merah Dunia Sebesar 12 Persen Kombinasi Penerapan tarif impor bawang merah dan penurunan harga riil bawang merah dunia sebesar 12 persen digunakan untuk melihat seberapa besar minimal kebijakan tarif impor yang dapat diterapkan guna melindungi petani bawang merah dalam negeri ketika terjadi penurunan harga bawang merah dunia. Hasil kombinasi kebijakan tersebut menunjukkan bahwa penerepan tarif impor bawang merah sebesar sembilan persen masih dapat meningkatkan harga riil bawang merah impor sebesar 1.2067 persen meskipun harga riil bawang merah dunia mengalami penurunan sebesar 12 persen. Peningkatan harga riil bawang merah impor tersebut berdampak pada penurunan impor bawang merah sebesar 0.5831 persen dan penurunan penawaran bawang merah sebesar 0.0461 persen (Tabel 29). Tabel 29. Hasil Simulasi Kombinasi Penerapan Tarif Impor Bawang Merah Sebesar Sembilan Persen dan Penurunan Harga Riil Bawang Merah Dunia Sebesar 12 Persen Variabel ABM QBM QSBM QDRT QDNRT QDBM MBM PMBMR PKBMR PPBMR Satuan Ha Ton Ton Ton Ton Ton Ton Rp/Kg Rp/Kg Rp/Kg Nilai Dasar Nilai Simulasi 92 129.1000 832 033.0000 893 921.0000 490 760.0000 410 766.0000 901 526.0000 69 817.6000 2 013.7000 6 564.4000 4 420.4000 92 128.2000 832 028.0000 893 509.0000 490 758.0000 410 764.0000 901 523.0000 69 410.5000 2 038.0000 6 564.6000 4 420.4000 Perubahan Unit Persentase -0.9000 -0.0010 -5.0000 -0.0006 -412.0000 -0.0461 -2.0000 -0.0004 -2.0000 -0.0005 -3.0000 -0.0003 -407.1000 -0.5831 24.3000 1.2067 0.2000 0.0030 0.0000 0.0000 98 Adanya penurunan bawang merah yang ditawarkan berdampak pada peningkatan harga bawang merah di tingkat konsumen sebesar 0.0030 persen, namun tidak merubah harga bawang merah ditingkan produsen. Peningkatan harga bawang merah di tingkat konsumen menyebabkan permintaan bawang merah baik rumahtangga maupun non rumahtangga mengalami penurunan masing-masing sebesar 0.0004 persen dan 0.0005 persen. Sementara itu, produksi bawang merah juga mengalami penurunan sebesar 0.0006 persen. 7.2.8. Kombinasi Penghapusan Tarif Impor Bawang Merah dan Penurunan Harga Riil Bawang Merah Dunia Sebesar 12 Persen Simulasi sebelumnya menunjukkan bahwa penghapusan tarif impor dan penurunan harga dunia sebesar 12 persen akan berdampak pada penurunan luas areal panen dan produksi bawang merah di Indonesia, sehingga ketika kedua kondisi tersebut terjadi pada waktu yang bersamaan maka terjadi penurunan luas areal panen dan produksi bawang merah yang lebih besar yaitu sebesar 0.0345 persen dan 0.0397 persen (Tabel 30). Kombinasi kebijakan penghapusan tarif impor dan penurunan harga dunia sebesar 12 persen berdampak negatif terhadap harga riil bawang merah impor dan harga riil bawang merah domestik. Tabel 30. Hasil Simulasi Kombinasi Penghapusan Tarif Impor dan Penurunan Harga Riil Bawang Merah Dunia Sebesar 12 Persen ABM QBM QSBM QDRT QDNRT QDBM MBM PMBMR PKBMR PPBMR Satuan Nilai Dasar Ha Ton Ton Ton Ton Ton Ton Rp/Kg Rp/Kg Rp/Kg 92 129.1000 832 033.0000 893 921.0000 490 760.0000 410 766.0000 901 526.0000 69 817.6000 2 013.7000 6 564.4000 4 420.4000 Nilai Simulasi 92 097.3000 831 707.0000 897 470.0000 490 790.0000 410 767.0000 901 558.0000 73 693.0000 1 831.2000 6 561.9000 4 419.0000 Perubahan Unit Persentase -31.8000 -0.0345 -326.0000 -0.0392 3 549.0000 0.3970 30.0000 0.0061 1.0000 0.0002 32.0000 0.0035 3 875.4000 5.5507 -182.5000 -9.0629 -2.5000 -0.0381 -1.4000 -0.0317 99 Kombinasi kebijakan tersebut mampu menurunkan harga riil bawang merah impor sebesar 9.0629 persen. Hal tersebut menyebabkan impor bawang merah meningkat sebesar 5.5507 persen. Adanya peningkatan impor bawang merah berdampak pada peningkatan penawaran bawang merah sebesar 0.3970 persen. Peningkatan jumlah bawang merah yang ditawarkan di Indonesia menyebabkan harga riil bawang merah di tingkat konsumen menurun sebesar 0.0381 persen dan harga riil bawang merah di tingkat produsen juga menurun sebesar 0.0317 persen. Penurunan harga bawang merah di tingkat konsumen tersebut menyebabkan peningkatan permintaan bawang merah total sebesar 0.0035 persen. 7.2.9. Ringkasan Dampak Perubahan Kebijakan Tarif Impor, Kuota Impor, dan Faktor Eksternal terhadap Penawaran, Permintaan, dan Harga Bawang Merah Hasil simulasi masing-masing faktor ekonomi dapat menimbulkan dampak positif maupun negatif terhadap variabel-variabel endogen yang dibangun dalam model. Berdasarkan hasil simulasi dapat dikemukakan bahwa penerapan setiap alternatif kebijakan baik kebijakan domestik maupun kebijakan yang terjadi di negara rujukan direspon pada arah yang sama baik dalam produksi, permintaan, penawaran, impor maupun harga riil bawang merah domestik, meskipun dengan besar perubahan yang berbeda. Kebijakan yang berdampak pada peningkatan luas areal panen dan produksi bawang merah adalah penerapan tarif impor sebesar 20 persen, 12.5 persen, dan 40 persen, serta penurunan kuota impor bawang merah sebesar 50 persen. Penghapusan tarif impor bawang merah, penurunan harga riil bawang 36 Tabel 31. Ringkasan Hasil Simulasi Perubahan Kebijakan Tarif Impor, Kuota Impor, dan Faktor Eksternal terhadap Penawaran, Permintaan dan Harga Bawang Merah (%) Variabel Satuan Nilai Dasar Perubahan S1 0.0596 0.0690 -0.8460 -0.0120 -0.0017 -0.0074 -11.6549 19.7150 0.0777 0.0588 S2 0.0316 0.0368 -0.4768 -0.0067 -0.0012 -0.0041 -6.5433 11.1536 0.0427 0.0317 S3 0.1342 0.1547 -1.8308 -0.0267 -0.0034 -0.0161 -25.2857 42.5386 0.1691 0.1289 S4 -0.0150 -0.0168 0.1387 0.0024 0.0000 0.0012 1.9759 -3.1087 -0.0152 -0.0136 S5 -0.0195 -0.0225 0.2583 0.0039 0.0005 0.0022 3.5749 -5.9492 -0.0229 -0.0204 S6 0.2892 0.3312 -3.7716 -0.0554 -0.0075 -0.0336 -50.0000 0.0000 0.3519 0.2692 S7 -0.0010 -0.0006 -0.0461 -0.0004 -0.0005 -0.0003 -0.5831 1.2067 0.0030 0.0000 92 129.1000 ABM Ha 832 033.0000 QBM Ton 893 921.0000 QSBM Ton 490 760.0000 QDRT Ton 410 766.0000 QDNRT Ton 901 526.0000 QDBM Ton 69 817.6000 MBM Ton 2 013.7000 PMBMR Rp/Kg 6 564.4000 PKBMR Rp/Kg 4 420.4000 PPBMR Rp/Kg Keterangan : S1 Penerapan kebijakan tarif impor bawang merah sebesar 20 persen S2 Penerapan kebijakan tarif impor bawang merah sebesar 12.5 persen S3 Penerapan kebijakan tarif impor bawang merah sebesar 40 persen S4 Penghapusan tarif impor bawang merah S5 Penurunan harga riil bawang merah dunia sebesar 12 persen S6 Penerapan kebijakan penurunan kuota impor bawang merah sebesar 50 persen S7 Kombinasi penerapan tarif impor bawang merah sebesar sembilan persen dan penurunan harga riil bawang merah dunia 12 persen S8 Kombinasi penghapusan tarif impor bawang merah dan penurunan harga dunia 12 persen S8 -0.0345 -0.0392 0.3970 0.0061 0.0002 0.0035 5.5507 -9.0629 -0.0381 -0.0317 101 merah dunia, kombinasi penerapan tarif impor bawang merah sebesar sembilan persen dan penurunan harga riil bawang merah dunia sebesar 12 persen, serta kombinasi penghapusan tarif impor bawang merah dan penurunan harga riil bawang merah dunia sebesar 12 persen berdampak menurunkan luas areal panen dan produksi bawang merah. Apabila dibandingkan dengan dampaknya terhadap produksi, maka beberapa kebijakan tersebut memberikan dampak yang berlawanan arah seperti terhadap penawaran bawang merah nasional, permintaan bawang merah, dan impor bawang merah. Kebijakan yang dapat meningkatkan penawaran bawang merah, permintaan bawang merah, dan impor bawang merah adalah penghapusan tarif impor bawang merah, penurunan harga riil bawang merah dunia sebesar 12 persen, serta kombinasi penghapusan tarif impor bawang merah dan penurunan harga riil bawang merah dunia sebesar 12 persen. Kebijakan yang dapat meningkatkan penawaran dan permintaan bawang merah adalah penerapan tarif impor sebesar 20 persen, 12.5 persen, dan 40 persen, penurunan kuota impor bawang merah sebesar 50 persen, serta kombinasi penerapan tarif impor bawang merah sebesar sembilan persen dan penurunan harga riil bawang merah dunia sebesar 12 persen. Kebijakan yang dapat menurunkan harga riil bawang merah domestik baik di tingkat konsumen maupun produsen adalah penghapusan tarif impor bawang merah, penurunan harga riil bawang merah dunia sebesar 12 persen, serta kombinasi penghapusan tarif impor bawang merah dan penurunan harga riil bawang merah dunia sebesar 12 persen. Sebaliknya peningkatan harga riil bawang merah domestik baik di tingkat konsumen maupun produsen dipengaruhi oleh 102 penerapan tarif impor sebesar 20 persen, 12.5 persen, 40 persen, penurunan kuota impor bawang merah sebesar 50 persen, serta kombinasi penerapan tarif impor bawang merah sebesar sembilan persen dan penurunan harga riil bawang merah dunia sebesar 12 persen. 7.3. Dampak Perubahan Kebijakan Tarif Impor, Kuota Impor, dan Faktor Eksternal terhadap Kesejahteraan Produsen dan Kosumen Bawang Merah Analisis distribusi kesejahteraan yang dilakukan mencakup surplus produsen, surplus konsumen rumahtangga dan non rumahtangga, serta penerimaan pemerintah. Kesejahteraan bersih dalam penelitian ini merupakan penjumlahan dari perubahan surplus produsen, perubahan surplus konsumen, dan perubahan penerimaan pemerintah (Tabel 32). Penerapan kebijakan tarif impor sebesar 20 persen dapat meningkatkan surplus produsen sebesar Rp 2.1640 Milyar, sedangkan surplus konsumen rumahtangga dan non rumahtangga mengalami penurunan masing-masing sebesar Rp 2.5027 Milyar dan Rp 2.0949 Milyar. Peningkatan surplus produsen disebabkan oleh peningkatan harga riil bawang merah di tingkat produsen yang menjadi insentif bagi petani untuk meningkatkan produksinya. Adanya tarif impor sebesar 20 persen menyebabkan pemerintah memperoleh penerimaan yang lebih tinggi yaitu meningkat sebesar Rp 26.1800 Milyar. Hal ini disebabkan persentase peningkatan harga riil bawang merah impor lebih tinggi dibandingkan respon penurunan impor bawang merah. Kebijakan penerapan tarif impor sebesar 20 persen efisien karena net surplus masih bernilai positif, kerugian konsumen masih dapat tertutupi oleh surplus produsen dan tambahan penerimaan pemerintah. 35 Tabel 32. Dampak Perubahan Kebijakan Tarif Impor, Kuota Impor, dan Faktor Eksternal terhadap Kesejahteraan Produsen dan Konsumen Bawang Merah di Indonesia (Milyar Rp) No Skenario Simulasi 1 Penerapan kebijakan tarif impor bawang merah sebesar 20 persen Penerapan kebijakan tarif impor bawang merah sebesar 12.5 persen Penerapan kebijakan tarif impor bawang merah sebesar 40 persen Penghapusan tarif impor bawang merah Penurunan harga riil bawang merah dunia sebesar 12 persen Penerapan kebijakan penurunan kuota impor bawang merah sebesar 50 persen Kombinasi penerapan kebijakan tarif impor bawang merah sebesar sembilan persen dan penurunan harga riil bawang merah dunia sebesar 12 persen Kombinasi penghapusan tarif impor bawang merah dan penurunan harga riil bawang merah dunia sebesar 12 persen 2 3 4 5 6 7 8 Perubahan Perubahan surplus konsumen surplus Non Rumahtangga Total produsen rumahtangga 2.1640 -2.5027 -2.0949 -4.5976 Perubahan penerimaan pemerintah 26.1800 Net surplus 23.7464 1.1651 -1.3741 -1.1501 -2.5242 14.7400 13.3809 4.7463 -5.4467 -4.5594 -10.0061 56.1958 50.9360 -0.4992 -0.7488 0.4908 0.7362 0.4108 0.6162 0.9016 1.3524 -3.4563 -0.0735 -3.0539 0.5301 9.9176 -11.3334 -9.4883 -20.8217 -2.1456 -13.0497 0 -0.0982 -0.0822 -0.1804 9.2424 9.0620 -1.1646 1.2269 1.0269 2.2538 -3.4563 -2.3671 104 Penerapan kebijakan tarif impor sebesar 12.5 persen berdampak positif terhadap harga bawang merah domestik dan produksi bawang merah nasional, sehingga surplus produsen bawang merah mengalami peningkatan sebesar Rp 1.1651 Milyar, sedangkan surplus konsumen bawang merah baik rumahtanggamaupun non rumahtangga mengalami penurunan masing-masing sebesar Rp 1.3741 Milyar dan Rp 1.1501 Milyar. Penerapan tarif impor sebesar 12.5 persen mengakibatkan penerimaan pemerintah meningkat sebesar Rp 14.7400 Milyar. Dengan demikian penerapan tarif impor sebesar 12.5 persen berdampak positif bagi petani, penerimaan pemerintah, dan net surplus sehingga kebijakan tersebut masih dapat dikatakan efisien. Penerapan kebijakan tarif impor sebesar 40 persen dapat meningkatkan surplus produsen sebesar Rp 4.7463 Milyar. Peningkatan surplus produsen disebabkan oleh peningkatan harga riil bawang merah di tingkat produsen yang menjadi insentif bagi petani untuk meningkatkan produksinya. Di sisi lain, konsumen rumahtangga dan non rumahtangga mengalami kerugian akibat peningkatan harga riil bawang merah di tingkat konsumen yakni masing-masing sebesar Rp 5.4467 Milyar dan Rp 4.5594 Milyar. Adanya tarif impor sebesar 40 persen menyebabkan pemerintah memperoleh penerimaan yang lebih tinggi yakni meningkat Rp 56.1958 Milyar. Kebijakan tersebut masih efisien karena kerugian yang diterima konsumen dapat ditutupi dengan keuntungan yang diperoleh produsen serta tambahan penerimaan pemerintah, terlihat dari nilai net surplus sebesar Rp 50.9360 Milyar. Kebijakan penghapusan tarif impor bawang merah yang masuk ke Indonesia memberi keuntungan bagi konsumen bawang merah akibat terjadinya 105 penurunan harga riil bawang merah di tingkat konsumen sehingga surplus konsumen bawang merah mengalami peningkatan sebesar Rp 0.9016 Milyar. Sebaliknya surplus produsen dan penerimaan pemerintah mengalami penurunan masing-masing sebesar Rp 0.4992 Milyar dan Rp 3.4563 Milyar. Hal ini disebabkan penerimaan pemerintah dari adanya tarif impor bawang merah telah dihilangkan. Kebijakan dihapuskannya tarif impor bawang merah tidak efisien karena kerugian yang diterima produsen dan turunnya penerimaan pemerintah lebih besar dibandingkan dengan keuntungan yang diperoleh konsumen, terlihat dari nilai net surplus yang negatif sebesar Rp 3.0539 Milyar. Adanya penurunan harga riil bawang merah yang terjadi di dunia dapat mempengaruhi perubahan surplus produsen maupun surplus konsumen bawang merah di Indonesia. Penurunan harga riil bawang merah dunia sebesar 12 persen dapat menurunkan surplus produsen dan penerimaan pemerintah masing-masing sebesar Rp 0.7488 Milyar dan Rp 0.0735 Milyar. Sementara surplus konsumen baik rumahtangga maupun non rumahtangga mengalami peningkatan masingmasing sebesar Rp 0.7362 Milyar dan Rp 0.6162 Milyar. Peningkatan surplus konsumen disebabkan adanya penurunan harga riil bawang merah di tingkat konsumen akibat meningkatnya penawaran bawang merah nasional. Penerapan kebijakan penurunan kuota impor bawang merah sebesar 50 persen mampu meningkatkan surplus produsen bawang merah sebesar Rp 9.9176 Milyar. Peningkatan surplus produsen dikarenakan dibatasinya impor bawang merah yang masuk ke Indonesia sehingga bawang merah yang ditawarkan di dalam negeri turun dan harga riil bawang merah di tingkat domestik mengalami peningkatan. Di sisi lain, surplus konsumen dan penerimaan pemerintah 106 mengalami penurunan masing-masing sebesar Rp 20.8217 Milyar dan Rp 2.1456 Milyar. Secara nasional, kebijakan tersebut belum efisien untuk diterapkan di Indonesia karena keuntungan yang diterima produsen belum mampu menutupi kerugian yang diterima oleh konsumen dan pemerintah, sehingga net surplus bernilai negatif sebesar Rp 13.0497 Milyar. Kombinasi penerapan tarif impor bawang merah sebesar sembilan persen dan penurunan harga riil bawang merah dunia sebesar 12 persen tidak berpengaruh terhadap surplus produsen bawang merah di Indonesia. Hal ini mengindikasikan bahwa guna melindungi produsen bawang merah domestik ketika terjadi penurunan harga riil bawang merah di tingkat dunia sebesar 12 persen maka pemerintah dapat menerapkan tarif impor bawang merah minimal sebesar sembilan persen. Di sisi konsumen, kombinasi tersebut menyebabkan penurunan surplus konsumen baik rumahtangga maupun non rumahtangga masing-masing sebesar Rp 0.0982 Milyar dan Rp 0.0822 Milyar. Sementara penerimaan pemerintah mengalami peningkatan sebesar Rp 9.2424 Milyar. Secara nasional kombinasi kebijakan tersebut efisien untuk diterapkan di Indonesia karena net surplus bernilai positif sebesar Rp 9.0620 Milyar. Kombinasi penghapusan tarif impor bawang merah dan penurunan harga riil bawang merah dunia sebesar 12 persen menyebabkan peningkatan surplus konsumen bawang merah sebesar Rp 2.2538 Milyar. Sementara surplus produsen dan penerimaan pemerintah mengalami penurunan masing-masing sebesar Rp 1.1646 Milyar dan Rp 3.4563 Milyar. Secara nasional kebijakan tersebut tidak efisien karena net surplus yang diperoleh bernilai negatif sebesar Rp 2.3671 Milyar. 107 Secara keseluruhan dapat dikemukakan bahwa kebijakan yang cenderung berpihak kepada produsen bawang merah adalah penerapan tarif impor bawang merah sebesar 20 persen, 12.5 persen, 40 persen, serta penurunan kuota impor bawang merah sebesar 50 persen. Kebijakan yang berpihak terhadap produsen bawang merah cenderung menguntungkan secara nasional dan efisien karena kerugian konsumen bawang merah mampu tertutupi oleh kelebihan surplus produsen dan penerimaan pemerintah, kecuali penurunan kuota impor bawang merah sebesar 50 persen. Kebijakan yang cenderung berpihak kepada konsumen bawang merah cenderung menurunkan kesejahteraan nasional. Besarnya surplus konsumen bawang merah belum mampu menutupi kerugian yang diterima oleh produsen dan pemerintah seperti penghapusan tarif impor bawang merah.