HUBUNGAN ANTARA PEKERJAAN DAN MOTIVASI IBU MENYUSUI DENGAN PELAKSANAAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DI WILAYAH KERJA UPTD PUSKESMAS DTP PANONGAN KECAMATAN JATITUJUH KABUPATEN MAJALENGKA TAHUN 2015 Oleh : Lina Siti Nuryawati ABSTRAK Pemberian ASI secara Eksklusif selama 6 bulan dan diteruskan sampai usia 2 tahun disamping pemberian Makanan Pendamping ASI secara adekuat merupakan salah satu intervensi efektif dapat menurunkan Angka Kematian Bayi. Cakupan ASI Eksklusif pada tahun 2014 di wilayah kerja UPTD Puskesmas Panongan yaitu sebesar 18,76% masih belum mencapai target yang diharapkan sebesar 80%. Rendahnya cakupan ASI Eksklusif dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya adalah paritas dan dukungan suami. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan pekerjaan dan motivasi ibu dengan pelaksanaan pemberian ASI Eksklusif di Wilayah Kerja UPTD Puskesmas DTP Panongan Kabupaten Majalengka Tahun 2015. Jenis penelitian ini adalah kuantitatif dengan menggunakan pendekatan penelitian cross sectional. Populasi pada penelitian ini adalah seluruh ibu menyusui yang memiliki bayi usia 7-11 bulan di wilayah kerja UPTD Puskesmas DTP Panongan pada tahun 2015 sebanyak 218 ibu menyusui dengan jumlah sampel sebanyak 68 orang. Sampel yang diambil menggunakan teknik Simple Random Sampling. Analisis data dalam penelitian ini adalah univariat menggunakan dsitribusi frekuensi dan bivariat menggunakan uji chi square dengan α (0,05). Hasil penelitian menunjukkan kurang dari setengah ibu menyusui tidak memberikan ASI Eksklusif, kurang dari setengahnya ibu menyusui dengan motivasi rendah, kurang dari setengahnya ibu menyusui bekerja. Ada hubungan antara motivasi ibu dengan pemberian ASI Eksklusif. Tidak ada hubungan antara pekerjaan ibu dengan pemberian ASI Eksklusif di wilayah kerja UPTD Puskesmas Panongan Kecamatan Jatitujuh Kabupaten Majalengka Tahun 2015 Saran ditunjukan bagi Petugas kesehatan agar meningkatkan wawasan ibu menyusui melalui kegiatan–kegiatan penyuluhan dengan melibatkan kader dan tokoh masyarakat, memberikan konseling khususnya pada ibu menyusui Kata Kunci : Pemberian ASI Eksklusif, Motivasi dan Pekerjaan Ibu. ABSTRACT Exclusive breastfeeding for 6 months and continued until the age of 2 years in addition to the provision of adequately Complementary feeding is one of the effective interventions can lower IMR. Coverage of exclusive breastfeeding in 2013 in the working area UPTD Panongan Health Center in the amount of 18.76% still has not reached the expected target of 80%. Exclusive breastfeeding low coverage can be influenced by several factors, such as parity and support her husband. The purpose of this study was to determine the relationship of work and motivation of mothers with the implementation of exclusive breastfeeding in the Work Area Health Center UPTD DTP Panongan Majalengka 2015. This research is a quantitative study using a cross-sectional approach. The population in this study were all lactating mothers with infants aged 7-11 months in the working area UPTD Panongan DTP health centers in February 2015 as many as 218 nursing mothers with a sample size of 68 people. Samples were taken using simple random sampling technique. Analysis of the data in this study is the use of univariate and bivariate frequency dsitribusi using the chi square test with α (0.05). The results showed less than half the mothers not breastfeeding Exclusive breastfeeding, less than half of breastfeeding mothers with low motivation, less than half of nursing mothers work. There is a relationship between maternal motivation with exclusive breastfeeding. There is no relationship between maternal employment with exclusive breastfeeding in the work area UPTD Panongan the District Health Center Jatitujuh Majalengka 2015. Suggestions indicated for HCWs to improve insight nursing mothers through counseling activities involving cadres and public figures, particularly counseling on breastfeeding mothers . Keywords: Exclusive Breastfeeding, Motivation and Job Mother. PENDAHULUAN Upaya pemerintah yang nyata guna meningkatkan derajat kesehatan masyarakat salah satunya didasari oleh Undang-Undang Kesehatan RI Nomor 36 Tahun 2009 pasal 3, yang menjelaskan bahwa pembangunan kesehatan bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya, sebagai investasi bagi pembangunan sumber daya manusia yang produktif secara sosial dan ekonomis (UU Kesehatan RI, 2009:5). Dalam menilai derajat kesehatan masyarakat terdapat beberapa indikator yang dapat digunakan. Indikator-indikator tersebut umumnya tercermin dalam kondisi morbiditas, mortalitas dan status gizi. Derajat kesehatan masyarakat di Indonesia digambarkan melalui Angka Kematian Bayi (AKB), Angka Kematian Balita (AKABA), Angka Kematian Ibu (AKI) dan angka morbiditas beberapa penyakit. Kematian ibu, bayi dan balita merupakan suatu gambaran masyarakat yang mempunyai derajat kesehatan yang rendah (Depkes RI, 2010:35). World Health Organization (WHO) memperkirakan AKB di dunia pada tahun 2007 sebesar 13,7 juta. Penyebabnya adalah BBLR 10,5%, kelahiran preterm 18,5% dan Intra Uterine Growth Retardation (IUGR) 19,8%. Angka kematian bayi di negaranegara ASEAN pada tahun 2007 di Singapura 3/1000 per kelahiran hidup, Malaysia 5,5/1000 per kelahiran hidup, Thailand 17/1000 per kelahiran hidup, Vietnam 18/1000 per kelahiran hidup, dan Philipina 26/1000 per kelahiran hidup (Depkes RI, 2007). Menurut Survey Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2012 Angka Kematian Bayi (AKB) di Indonesia sebesar 32 per 1000 kelahiran hidup dimana target Millenium Development Goals (MDG’s) tahun 2015 yaitu 26 per 1000 kelahiran hidup. Sedangkan untuk Angka Kematian Neonatal (AKN) pada tahun 2012 sebesar 18 per 1000 kelahiran hidup (Depkes RI, 2012). Berdasarkan Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat (2011:7) menyatakan bahwa di Jawa Barat pada tahun 2010, AKB mencapai 40,87 per 1.000 kelahiran hidup dan AKN sebesar 21 per 1000 kelahiran hidup. Sedangkan menurut Dinas Kesehatan Majalengka pada tahun 2015 jumlah kematian bayi sebanyak 299 orang (1,36%) dari 21.988 kelahiran hidup. Penyebab kematian bayi di Kabupaten Majalengka pada tahun 2015 yaitu (Berat Bayi lahir Rendah (BBLR), asfiksia, ikterus dan infeksi) 186 orang (62,2%), kelainan bawaan 13 orang (4,24%), pneumonia 19 orang (6,35%), diare 4 orang (1,33%), kelainan saraf 5 orang (1,67%), dan penyebab lainnya 72 orang (24,08%) (Dinkes Majalengka, 2015). Penyebab utama kematian bayi dan balita adalah diare dan pneumonia dan lebih dari 50% kematian balita didasari oleh kurang gizi (Sitaresmi, 2010). Pemberian ASI secara eksklusif selama 6 bulan dan diteruskan sampai usia 2 tahun disamping pemberian Makanan Pendamping ASI (MP ASI) secara adekuat terbukti merupakan salah satu intervensi efektif dapat menurunkan Angka Kematian Bayi (AKB) (Sitaresmi, 2010). Menurut Depkes RI (2011) cakupan pemberian ASI eksklusif pada bayi 0–6 bulan di Indonesia menunjukkan penurunan dari 61,5 % tahun 2010 menjadi 61,1% pada tahun 2011, dari target yang diharapkan sebesar 80%. Data Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat tahun 2015, cakupan ASI eksklusif di Jawa Barat mencapai 42,35% (Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat, 2015). Suganda (2009) mengemukakan jumlah balita di Provinsi Jawa Barat tahun 2015 sebesar 3.817.303 dengan prosentase balita yang disusui lebih dari 24 bulan sebesar 34,12%, 12-23 bulan sebesar 39,80 dan kurang dari 12 bulan sebesar 26,08%. Berdasarkan data Dinas Kesehatan Kabupaten Majalengka cakupan ASI eksklusif pada tahun 2015 adalah 50,5% sedangkan target yang harus dicapai adalah 80% dan dari 31 Puskesmas DTP di Kabupaten Majalengka, hanya 2 Puskesmas DTP yang mencapai lebih dari 80%. Puskesmas DTP dengan cakupan terendah yang berada di Kabupaten Majalengka yaitu di wilayah kerja UPTD Puskesmas DTP Panongan yaitu sebesar 18,8% (Profil Dinkes Majalengka, 2015). ASI eksklusif atau lebih tepatnya pemberian ASI secara eksklusif adalah bayi hanya diberi ASI saja, tanpa tambahan cairan lain seperti susu formula, jeruk, madu, air putih, dan tanpa tambahan makanan padat seperti pisang, pepaya, bubur susu, biskuit, bubur nasi, dan tim (Roesli, 2005). Hingga saat ini ASI masih merupakan gizi terbaik untuk bayi, karena komposisi zat-zat gizi didalamnya secara optimal mampu menjamin pertumbuhan dan perkembangan pada kecerdasan bayi. Selain itu, ASI juga mengandung zat imonologik yang membantu melindungi bayi dari infeksi dan serangan penyakit khususnya usia 4 sampai 6 bulan pertama sejak kelahiran bayi (Depkes RI, 2005 : 53). Akibat bila bayi tidak diberi ASI yaitu bayi tidak memperoleh zat kekebalan sehingga mudah mengalami sakit, bayi juga tidak mendapatkan makanan bergizi dan berkualitas tinggi sehingga akan menghambat pertumbuhan dan perkembangan kecerdasannya (Depkes, 2005). Menurut Soetjiningsih, (2005) juga menambahkan bahwa anak yang menderita diare akut akan lebih cepat sembuh apabila ASI tetap diberikan. Akibat pada ibu yang tidak memberikan ASI pada bayinya dapat mengalami perdarahan setelah persalinan dan berisiko terkena kanker payudara dan kanker rahim (Depkes, 2003). Berdasarkan hasil studi pendahuluan yang dilakukan pada bulan September tahun 2015 didapatkan cakupan ASI Eksklusif pada tahun 2015 di wilayah kerja UPTD Puskesmas DTP Panongan yaitu sebesar 18,8% masih belum mencapai target yang diharapkan sebesar 80%. Motivasi ibu untuk memberikan ASI eksklusif di wilayah kerja UPTD Puskesmas DTP Panongan masih rendah, hal ini dapat dilihat dari 15 Ibu yang di wawancarai sebanyak 9 orang (60%) dengan motivasi rendah dan sebagian besar penduduknya bekerja seperti petani, wiraswasta dan pedagang. Dari 14 ibu yang bekerja terdapat 4 orang (28,57%) yang menyusui bayinya secara ASI ekslusif. Belum tercapainya target pemberian ASI eksklusif kemungkinan dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor salah satunya adalah pekerjaan dan motivasi ibu untuk memberikan ASI eksklusif. Penelitian Maisyatul (2012) di wilayah kerja UPTD Puskesmas DTP Panongan didapatkan ibu yang bekerja dan memberikan ASI eksklusif sebanyak 12,3% lebih tinggi dibandingkan dengan ibu yang tidak bekerja dan memberikan ASI eksklusif sebesar 36,7%. Dari hasil uji chi square didapatkan p value 0,006 < 0,005 yang berarti ada hubungan antara pekerjaan dengan pemberian ASI Eksklusif. Menurut Wirawan (2009) motivasi seorang ibu sangat menentukan di dalam pemberian ASI eksklusif selama 6 bulan. Disebutkan bahwa dorongan dan dukungan dari pemerintah, petugas kesehatan dan dukungan keluarga serta dari tempat ibu bekerja menjadi penentu timbulnya motivasi pada ibu menyusui. Motivasi itu mempunyai arti dorongan, motivasi inilah yang mendorong seseorang untuk berperilaku, beraktivitas untuk mencapai tujuan. Motivasi bisa METODELOGI PENELITIAN datang dari dalam diri individu itu sendiri atau dari luar individu. Motivasi itu ada atau terjadi karena adanya kebutuhan seseorang yang harus segera beraktivitas mencapai tujuan (Rusmi, 2009). Selain itu menurut Ekiawati, (2010) menjelaskan bahwa ibu yang bekerja memiliki waktu yang terbatas untuk menyusui bayinya, selain itu tenaga yang terkuras selama bekerja biasanya menjadikan ibu terlalu letih untuk menyusui bayinya. Bekerja umumnya merupakan kegiatan yang menyita waktu sehingga bagi ibu-ibu yang bekerja akan mempunyai pengaruh terhadap kehidupan keluarga. Pekerjaan terkadang mempengaruhi keterlambatan ibu untuk memberikan ASI secara eksklusif. Secara teknis hal itu dikarenakan kesibukan ibu sehingga tidak cukup untuk memperhatikan kebutuhan ASI (Depkes RI, 2005). Bagi ibu-ibu bekerja bila tetap ingin memberikan ASI eksklusif, ASI perah menjadi pilihan. ASI perah maksudnya adalah ASI yang dipompa, lalu disimpan untuk kemudian diberikan kepada bayi dengan media botol. Namun cara penyimpanan ASI perah tak boleh sembarangan, karena sedikit saja kelalaian bisa membuat susu beracun untuk bayi. Bayi yang diberi formula akan kenyang dan cenderung malas untuk menyusu sehingga pengosongan payudara menjadi tidak baik. Akibatnya payudara menjadi bengkak sehingga ibu kesakitan, dan akhirnya produksi ASI memang betul menjadi kurang (IDAI, 2010). Berdasarkan uraian tersebut maka penulis merasa tertarik untuk melakukan penelitian tentang “Hubungan antara Pekerjaan dan Motivasi Ibu Menyusui dengan Pelaksanaan Pemberian ASI Eksklusif di Wilayah Kerja UPTD Puskesmas DTP Panongan Kabupaten Majalengka Tahun 2015”. Desain penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan pendekatan cross sectional yaitu suatu penelitian dimana variabel-variabel yang termasuk efek diobservasi sekaligus pada waktu yang sama (Notoatmodjo, 2002:148). Populasi pada penelitian ini adalah seluruh ibu menyusui yang memiliki bayi usia 7-11 bulan di wilayah kerja UPTD Puskesmas DTP Panongan pada tahun 2015 sebanyak 218 ibu menyusui, dan sampel dalam penelitian ini adalah sebanyak 68 ibu menyusui. Pengambilan sampel menggunakan proportional to size dengan Simple Random Sampling di masing- masing desa yang ada di wilayah kerja UPTD Puskesms Panongan. Pengumpulan data dilakukan melalui wawancara dengan dengan menggunakan kuesioner secara langsung terhadap ibu menyusui yang memiliki bayi lebih dari 6 bulan yang ada di wilayah kerja UPTD Puskesmas DTP Panongan tahun 2015. Untuk kuesioner motivasi, penilaian kuesionernya yaitu : penilaian pernyataan positif untuk Sangat Setuju diberi skor 4, Setuju skor 3, Tidak Setuju skor 2 dan Sangat Tidak Setuju skor 1. Sedangkan untuk penilaian pernyataan negatif untuk Sangat Setuju diberi skor 1, Setuju skor 2, Tidak Setuju skor 3 dan Sangat Tidak Setuju skor 4. HASIL PENELITIAN 1. Gambaran Pemberian ASI Eksklusif di Wilayah Kerja UPTD Puskesmas Panongan Kecamatan Jatitujuh Kabupaten Majalengka tahun 2015. Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Pemberian ASI Eksklusif di Wilayah Kerja UPTD Puskesmas Panongan Kecamatan Jatitujuh Kabupaten Majalengka Tahun 2015 ASI Eksklusif f % Tidak Eksklusif 47 69.1 Eksklusif 21 30.9 Total 68 100.0 Berdasarkan tabel 4.1 didapatkan ibu menyusui yang memberikan ASI Eksklusif sebanyak 21 orang (30.9%) dan ibu menyusui yang tidak memberikan ASI Eksklusif sebanyak 47 orang (69.1%). 2. Gambaran Motivasi Ibu di Wilayah Kerja UPTD Puskesmas Panongan Kecamatan Jatitujuh Kabupaten Majalengka Tahun 2015 Tabel 4.2 Motivasi Rendah Tinggi Total Distribusi Frekuensi Motivasi Ibu di Wilayah Kerja UPTD Puskesmas Panongan Kecamatan Jatitujuh Kabupaten Majalengka Tahun 2015 f 29 39 68 Berdasarkan tabel 4.2 didapatkan ibu menyusui dengan motivasi tinggi % 42.6 57.4 100.0 sebanyak 39 orang (57.4%) dan ibu menyusui dengan motivasi rendah sebanyak 29 orang (42.6%). 3. Gambaran Pekerjaan Ibu di Wilayah Kerja UPTD Puskesmas Panongan Kecamatan Jatitujuh Kabupaten Majalengka tahun 2015 Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Pekerjaan Ibu di Wilayah Kerja UPTD Puskesmas Panongan Kecamatan Jatitujuh Kabupaten Majalengka tahun 2015 Pekerjaan Ibu Bekerja Tidak Bekerja f 16 52 % 23.5 76.5 Total 68 100.0 Berdasarkan tabel 4.3 didapatkan ibu menyusui yang bekerja sebanyak 16 orang (23.5%), ibu menyusui yang tidak bekerja sebanyak 52 orang (76.5%). 4. Hubungan antara Motivasi Ibu dengan Pemberian ASI Eksklusif di Wilayah Kerja UPTD Puskesmas Panongan Kecamatan Jatitujuh Kabupaten Majalengka Tahun 2015 Tabel 4.4 Hubungan antara Motivasi Ibu dengan Pemberian ASI Eksklusif di Wilayah Kerja UPTD Puskesmas Panongan Kecamatan Jatitujuh Kabupaten Majalengka Tahun 2015 P Pemberian ASI Eksklusif v a l u e Total Motivasi Tidak Rendah Tinggi f 28 19 % 96.6 48.7 F 1 20 % 3.4 51.3 f 29 39 % 100 100 Jumlah 47 69.1 21 30.9 68 100 Ya Berdasarkan tabel 4.4 diatas dapat dilihat bahwa ibu dengan motivasi rendah yang tidak memberikan ASI Eksklusif sebesar 96.6%, sedangkan ibu dengan motivasi tinggi yang tidak memberikan ASI Eksklusif sebesar 48.7%. 5. Hubungan antara Pekerjaan Ibu dengan Pemberian ASI Eksklusif di wilayah kerja UPTD Puskesmas Panongan 0,000 Hasil uji chi square nilai p (0,000) < 0,05, H0 ditolak yang berarti ada hubungan antara motivasi ibu dengan pemberian ASI Eksklusif di Wilayah Kerja UPTD Puskesmas Panongan Kecamatan Jatitujuh Kabupaten Majalengka Tahun 2015. Kecamatan Jatitujuh Majalengka Tahun 2015 Kabupaten Tabel 4.5 Hubungan antara Pekerjaan Ibu dengan Pemberian ASI Eksklusif di wilayah kerja UPTD Puskesmas Panongan Kecamatan Jatitujuh Kabupaten Majalengka Tahun 2015 p Pemberian ASI Eksklusif v a l u e Total Pekerjaan Ibu Tidak Bekerja Tidak Bekerja F 12 35 % 75.0 67.3 f 4 17 % 25.0 32.7 f 16 52 % 100 100 Jumlah 47 69.1 21 30.9 68 100 Ya Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa ibu yang bekerja dan tidak memberikan ASI Eksklusif sebesar 75.0%, sedangkan ibu menyusui yang tidak bekerja dan tidak memberikan ASI Eksklusif sebesar 67.3%. Hasil uji chi square nilai p (0,759) > 0,05, H0 gagal 0,759 ditolak yang berarti tidak ada hubungan antara pekerjaan ibu dengan pemberian ASI Eksklusif di wilayah kerja UPTD Puskesmas Panongan Kecamatan Jatitujuh Kabupaten Majalengka Tahun 2015. PEMBAHASAN a. Gambaran Pemberian ASI Eksklusif di wilayah kerja UPTD Puskesmas Panongan Kecamatan Jatitujuh Kabupaten Majalengka Tahun 2015 Berdasarkan hasil penelitian lebih dari setengah responden ibu tidak memberikan ASI Eksklusif di wilayah kerja UPTD Puskesmas Panongan Kecamatan Jatitujuh Kabupaten Majalengka Tahun 2015. Masih adanya ibu yang tidak memberikan ASI Eksklusif dapat dikarenakan proses penerimaan informasi tentang manfaat ASI Eksklusif masih kurang, selain itu kesadaran ibu menyusui untuk hidup sehat masih kurang. Departemen Kesehatan RI, (2002) dalam laporannya menyatakan bahwa rendahnya hasil cakupan pemberian ASI Eksklusif dipengaruhi oleh pengetahuan ibu hamil tentang pemberian ASI eksklusif juga dapat dipengaruhi oleh faktor lain yang meliputi usia ibu, Motivasi, pendidikan, Pekerjaan Ibu dan keluarga serta dukungan dari petugas kesehatan seperti dokter, perawat dan bidan Siregar (2004) menuturkan ASI selalu merupakan makanan terbaik untuk bayi walaupun ibu sedang sakit, hamil, haid atau kurang gizi. ASI tanpa bahan makanan lain dapat mencukupi kebutuhan pertumbuhan usia sekitar enam bulan pertama kehidupan, dianjurkan agar pada masa ini bayi hanya diberikan ASI. b. Gambaran Motivasi Ibu di wilayah kerja UPTD Puskesmas Panongan Kecamatan Jatitujuh Kabupaten Majalengka Tahun 2015 Berdasarkan hasil penelitian didapatkan kurang dari setengah responden ibu menyusui dengan motivasi rendah di wilayah kerja UPTD Puskesmas Panongan Kecamatan Jatitujuh Kabupaten Majalengka Tahun 2015. Masih adanya ibu dengan motivasi rendah akan berdampak pada tidak tercapainya pemberian ASI secara Eksklusif. Menurut Wirawan (2009) motivasi seorang ibu sangat menentukan di dalam pemberian ASI eksklusif selama 6 bulan. Disebutkan bahwa dorongan dan dukungan dari pemerintah, petugas kesehatan dan dukungan keluarga serta dari tempat ibu bekerja menjadi penentu timbulnya motivasi pada ibu menyusui. Motivasi itu mempunyai arti dorongan, motivasi inilah yang mendorong seseorang untuk berperilaku, beraktivitas untuk mencapai tujuan. Motivasi bisa datang dari dalam diri individu itu sendiri atau dari luar individu. Motivasi itu ada atau terjadi karena adanya kebutuhan seseorang yang harus segera beraktivitas mencapai tujuan (Rusmi, 2009). Proses terjadinya motivasi biasanya dipengaruhi oleh faktor dari dalam diri / faktor internal dan dari luar diri/faktor eksternal. Motivasi ibu untuk menyusui bayinya dapat dikatakan mempunyai peranan besar dalam pemberian ASI secara eksklusif, karena persiapan menyusui dari masa kehamilan sudah dapat dibentuk, ibu-ibu yang memeriksakan kehamilannya ke bidan sudah dapat diberikan informasi mengenai ASI eksklusif. Penyuluhan tentang pentingnya ASI eksklusif oleh bidan seharusnya dimulai dari kunjungan pertama ibu hamil (K1), kunjungan ke empat (K4) sampai ibu melahirkan (Evline, 2010). c. Gambaran Pekerjaan Ibu di wilayah kerja UPTD Puskesmas d. Hubungan Motivasi Ibu Menyusui dengan Pemberian ASI Eksklusif di Wilayah Kerja UPTD Puskesmas Panongan Kecamatan Jatitujuh Kabupaten Majalengka Tahun 2015 Panongan Kecamatan Jatitujuh Kabupaten Majalengka Tahun 2015 Berdasarkan hasil penelitian didapatkan sebagian kecil ibu menyusui yang ada di wilayah kerja UPTD Puskesmas Panongan Kecamatan Jatitujuh Kabupaten Majalengka Tahun 2015 adalah bekerja. Pada ibu yang tidak bekerja dapat disebabkan karena latar belakang pendidikan yang rendah dan lapangan pekerjaan yang kurang memadai, hal ini akan berdampak pada penerimaan informasi yang kurang tentang ASI Eksklusif. Departemen Kesehatan RI, (2002) dalam laporannya menyatakan bahwa rendahnya hasil cakupan pemberian ASI Eksklusif dipengaruhi oleh pengetahuan ibu hamil tentang pemberian ASI eksklusif juga dapat dipengaruhi oleh faktor lain yang meliputi usia ibu, motivasi, pendidikan, pekerjaan, pekerjaan ibu dan keluarga serta dukungan dari petugas kesehatan seperti dokter, perawat dan bidan. Menurut Ekiawati, (2010) menjelaskan bahwa ibu yang bekerja memiliki waktu yang terbatas untuk menyusui bayinya, selain itu tenaga yang terkuras selama bekerja biasanya menjadikan ibu terlalu letih untuk menyusui bayinya. Bekerja umumnya merupakan kegiatan yang menyita waktu sehingga bagi ibu-ibu yang bekerja akan mempunyai pengaruh terhadap kehidupan keluarga. Pekerjaan terkadang mempengaruhi keterlambatan ibu untuk memberikan ASI secara eksklusif. Secara teknis hal itu dikarenakan kesibukan ibu sehingga tidak cukup untuk memperhatikan kebutuhan ASI (Depkes RI, 2005). Berdasarkan hasil penelitian ada hubungan antara motivasi ibu dengan Pemberian ASI Eksklusif di wilayah kerja UPTD Puskesmas Panongan Kecamatan Jatitujuh Kabupaten Majalengka Tahun 2015. Hasil tersebut menunjukan bahwa pada ibu dengan motivasi tinggi akan lebih baik dalam pemberian ASI Eksklusif, hal ini dikarenakan dorongan dari diri sendiri dan keluarga untuk menyusui sangat kuat sampai Eksklusif. Menurut Wirawan (2009) motivasi seorang ibu sangat menentukan di dalam pemberian ASI eksklusif selama 6 bulan. Disebutkan bahwa dorongan dan dukungan dari pemerintah, petugas kesehatan dan dukungan keluarga serta dari tempat ibu bekerja menjadi penentu timbulnya motivasi pada ibu menyusui. Motivasi itu mempunyai arti dorongan, motivasi inilah yang mendorong seseorang untuk berperilaku, beraktivitas untuk mencapai tujuan. Motivasi bisa datang dari dalam diri individu itu sendiri atau dari luar individu. Motivasi itu ada atau terjadi karena adanya kebutuhan seseorang yang harus segera beraktivitas mencapai tujuan (Rusmi, 2009). e. Hubungan Pekerjaan Ibu dengan Pemberian ASI Eksklusif di Wilayah Kerja UPTD Puskesmas Panongan Kecamatan Jatitujuh Kabupaten Majalengka Tahun 2015. Hasil penelitian menunjukan tidak ada hubungan antara pekerjaan Ibu dengan pemberian ASI Eksklusif di wilayah kerja UPTD Puskesmas Panongan Kecamatan Jatitujuh Kabupaten Majalengka Tahun 2015. Hal ini dikarenakan pada ibu yang bekerja terbukti banyak yang memberikan ASI Eksklusif dan pada ibu yang tidak bekerja ditemukan juga yang tidak memberikan ASI Ekslusif, hal ini dikarenakan adanya pengaruh dari keluarga dan budaya setempat. Kemalasari ( 2008 ) bahwa proporsi ibu menyusui yang paling banyak adalah tidak bekerja. Ibu yang tidak bekerja dianggap mempunyai waktu luang yang banyak dalam memberikan ASI pada bayi, padahal pekerjaan bukan alasan untuk ibu tidak memberikan ASI, ibu harus tetap memberikan ASI pada bayinya ketika bekerja ataupun tidak bekerja. Rohani ( 2009 ) menyatakan bahwa proporsi ibu yang tidak bekerja lebih banyak memberikan ASI pada bayinya, sedangkan ibu yang bekerja dianggap sibuk dan tidak mempunyai waktu untuk menyusui bayinya. Ibu bekerja akan memberikan keputusan untuk lebih banyak memberikan susu botol daripada harus menyusui bayinya. Ibu yang memeilih untuk memberikan susu botol pada bayinya tidak mengetahui dampak dari pemberian susu dengan botol ini. KESIMPULAN DAN SARAN a. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan mengenai “Hubungan antara Pekerjaan dan Motivasi Ibu Menyusui dengan Pelaksanaan Pemberian ASI Eksklusif di Wilayah Kerja UPTD Puskesmas Panongan Kecamatan Jatitujuh Kabupaten Majalengka Tahun 2015” dapat disimpulkan beberapa hal sebagai berikut : 1. Kurang dari setengah responden ibu menyusui tidak memberikan ASI Eksklusif di wilayah kerja UPTD Puskesmas Panongan Kecamatan Jatitujuh Kabupaten Majalengka Tahun 2015 2. Kurang dari setengahnya ibu menyusui dengan motivasi rendah di wilayah kerja UPTD Puskesmas Panongan Kecamatan Jatitujuh Kabupaten Majalengka Tahun 2015 3. Kurang dari setengahnya ibu menyusui bekerja di wilayah kerja UPTD Puskesmas Panongan Kecamatan Jatitujuh Kabupaten Majalengka Tahun 2015 4. Ada hubungan antara motivasi ibu dengan pemberian ASI Eksklusif di Wilayah Kerja UPTD Puskesmas Panongan Kecamatan Jatitujuh Kabupaten Majalengka Tahun 2015 5. Tidak ada hubungan antara pekerjaan ibu dengan pemberian ASI Eksklusif di wilayah kerja UPTD Puskesmas Panongan Kecamatan Jatitujuh Kabupaten Majalengka Tahun 2015 b. Saran Berdasarkan penelitian yang diperoleh, maka saran dalam penelitian ini yaitu : 1. Bagi Institusi Pendidikan Agar menambah sarana dan prasarana informasi tentang riset ilmiah dan menambah kepustakaan yang berhubungan dengan kebutuhan mahasiswa dalam melakukan penelitian. 2. Bagi Lahan Penelitian Petugas kesehatan agar meningkatkan wawasan ibu menyusui melalui kegiatan– kegiatan penyuluhan dengan melibatkan kader dan tokoh masyarakat, memberikan konseling khususnya pada ibu menyusui. Memperbanyak sarana informasi yang mudah diakses oleh ibu, seperti penyediaan papan informasi, penyebaran leaflet sampai ke desa-desa, iklan dimedia masa, program acara diradio. 3. Bagi Ibu Menyusui Pada ibu menyusui dengan motivasi rendah dan ibu menyusui yang bekerja, Ibu hendaknya berkonsultasi dengan petugas kesehatan agar tidak salah dalam memahami dalam pemberian ASI Eksklusif dan lebih aktif lagi dalam pencarian infromasi melalui kegiatan membaca buku, 4. Bagi Peneliti Peneliti agar mengkaji kembali hasil penelitian yang telah didapat dan menambah wawasan mahasiswa terutama dalam melakukan penelitian. 5. Bagi Peneliti Lain Agar mencoba variabel lain yang mempengaruhi pemberian ASI Ekslusif dan mencoba untuk menggunakan rancangan atau desain penelitian yang disesuaikan dengan data penelitian. DAFTAR PUSTAKA Ambarwati, 2008. Asuhan Kebidanan Nifas. Yogyakarta. Cendekia. Press. _________, 2009. Asuhan Kebidanan Komunitas. Yogyakarta: Nuha. Medika Andrianny. 2005. Hubungan Paritas Ibu Menyusui dengan Cakupan ASI Eksklusif di wilayah kerja UPTD Puskesmas Sinarjati Bandung. Jurnal Ilmiah. Arikunto, 2006. Prosedur Penelitian Pendekatan Praktek. Edisi Revisi V. Jakarta: Rineka Cipta. Bahiyatun, 2009. Buku Ajar Kebidanan Asuhan Nifas Normal. Jakarta: EGC Bobak. 2005. Buku Ajar Keperawatan Maternitas. Edisi 4. Jakarta : EGC. Departemen Kesehatan RI. 2002. Modul Safe Motherhood . Jakarta : FKMUI Diana, 2007. Faktor yang Berperan dalam Kegagalan Praktik Pemberian ASI. Eksklusif. Jurnal kesehatan Semarang. Arisman Depkes Kesehatan RI. 2004. Gizi dalam Angka sampai dengan Tahun 2006. Jakarta. Direktorat Bina Gizi Masyarakat. Depkes RI. Depkes RI. 2005. Pedoman Pekan Kesehatan Nasional. Pusat Promosi Kesehatan Depkes. RI.Jakarta. Depkes RI, 2007. Standar Pelayanan Kebidanan. Jakarta. Depkes RI Departemen Kesehatan RI, 2010. Profil Kesehatan Indoensia 2010. Jakarta : Depkes RI Depkes RI, 2012. Profil Kesehatan Indoensia 2012. Jakarta : Depkes RI Dinkes Majalengka, 2012. Profil Kesehatan Kabupaten Majalengka. Majalengka : Dinkes Evline. 2010. Air Susu Ibu dan Hak Bayi. IN Pratiwi, N. A. G. I. & Purnawati, J. (Eds.) Bedah ASI. Jakarta: Ikatan Dokter Anak Indonesia. G.J Ebrahim, 2002. ASI Eksklusif. http//:www.wordpres.com. Diakses tanggal 21 Agustus 2010 Hidayat. 2007. Pengantar Konsep Dasar Keperawatan. Jakarta: Salemba. Medika Hendarawan. 2010. Makanan Sehat Untuk Bayi. Jakarta : Puspa Swara Kemalasari, S . (2008). Pengaruh karakteristik istri dan partisipasi suami terhadap pemberian ASI eksklusif di Kecamatan Setalasari Pematang Siantar, Tesis. Sumatera: USU Repository. Khomsan, 2006. Sehat dengan Makanan Berkhasiat. Editor: Irwan Suhanda. Jakarta: Penerbit Buku Kompas Khairuniyah. 2004. Asuhan Perawatan Perinatal. Jakarta: Penerbit Buku Kumala. 2003. Kamus Saku Kedokteran Dorland. Jakarta : EGC. Liliana. 2006. Hubungan Karakteristik Ibu Menyusui Dan Dukungan Suami dengan Tingkat Keberhasilan Pemberian ASI Eksklusif di Puskesmas Waypanji – Lampung Notoatmodjo. S. 2002. Metodelogi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta. ________. 2003. Ilmu Kesehatan Masyarakat, Cetakan Pertama. Jakarta : Rineka Cipta ________. 2005. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta ________. 2007. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta Pudjiadi. 2003. Ilmu Gizi Klinis pada Anak. Jakarta : Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia Racine, E. F., Frick, K.D., Strobino, D., Laura M. Carpenter,L.M., Milligan, R.,& Pugh, L.C. (2011). How motivation influences breastfeeding duration among low-income women. J HumLact, 25 (2), 173 - 18. Saifuddin. A.B. 2002. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Matemal. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. Suhaemi. 2007. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tingkat Keberhasilan ASI Eksklusif. http//:www.gudangkti.com. Diakses tanggal 30 Januari 2015 Sekaran. 2005. Metodologi Penelitian Untuk Bisnis, Jakarta: Salemba Empat. Sitaresmi, 2010. Isu Kebijakan Tentang Pemberian Asi Secara Eklusif. http://kebijakankesehatanindonesia.net/pengukuhan/221-isu-kebijakan-tentang-pemberianasi-secara-eklusif.html. Diakses tanggal 30 Januari 2015 Siregar. 2004. Pemberian ASI Eksklusif dan Faktor - faktor yang Fakultas kesehatan masyarakat.USU Mempengaruhinya. Jurnal Sunoto. 2001. Di Balik Kontrovensi ASI- Susu Formula. Jakarta: Yayasan Obor Stockdale, J. (2007). Successful breasfeeding promotion: A motivational model of informational desin applied an tested. Northern Ireland: (NHS) Researd & Development Office. UPTD Puskesmas Panongan. (2015). Data Bay dan Balitai di Puskesmas Panongani Kabupaten Majalengka tahun 2015. Majalengka: UPTD Puskesmas Panongan Yeni Yenrina dan Diah Krisnatuti. 2002. Menyiapkan Makanan Pendamping ASI.Jakarta: Puspa Swara.