BAB I PENDAHULUAN

advertisement
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Penelitian
Setiap Manajer perusahaan mempunyai tujuan untuk meningkatkan nilai
perusahaan melalui implementasi keputusan keuangan yang terdiri dari keputusan
investasi, keputusan pendanaan dan kebijakan deviden. Oleh sebab itu dalam
pelaksanaannya harus dilakukan dengan hati-hati dan tepat, mengingat bahwa
setiap keputusan keuangan yang diambil akan mempengaruhi keputusan keuangan
lainnya
dan
akan
berdampak
terhadap
pencapaian
tujuan
perusahaan.
Meningkatnya nilai perusahaan dapat menarik para investor menanamkan
modalnya, para investor ini akan berharap dengan investasi yang ditanamkan
mereka akan mendapatkan tingkat return yang menguntungkan. Dalam hal ini
Manajer harus memutuskan apakah laba yang diperoleh dalam satu periode akan
dibagikan seluruhnya atau hanya sebagian yang dibagikan sebagai deviden dan
sisanya ditahan oleh perusahaan. Menurut Rozeff (1982) dan Easterbook (1984)
bahwa deviden dapat digunakan untuk mengurangi agency cost yang timbul dari
adanya perbedaan kepentingan dalam perusahaan. Perbedaan antara manajer
sebagai pengelola perusahaan dan pemegang saham sebagai pemilik (owners).
Tidak jarang pihak manajemen perusahaan mempunyai tujuan lain yang mungkin
bertentangan dengan tujuan utama perusahaan. Perbedaan tujuan inilah yang
menyebabkan konflik. Pengaruh dari konflik antara manager dan pemilik inilah
yang menyebabkan menurunnya nilai perusahaan.
1
2
Quick ratio adalah rasio keuangan yang digunakan untuk mengukur
kemampuan perusahaan dalam membayar kewajiban jangka pendek dengan
menggunakan asset yang lebih likuid. Perusahaan yang mempunyai tingkat
likuiditas yang tinggi mengindikasikan kesempatan bertumbuh perusahaan
cenderung tinggi. Semakin likuid perusahaan maka semakin tinggi tingkat
kepercayaan kreditur dalam memberikan dananya.
Retur on Asset (ROA) merefleksikan seberapa banyak perusahaan telah
memperoleh hasil atas seluruh sumber daya keuangan yang ditanamkan pada
perusahaan (Munawir, 2002:269). Retur on Asset (ROA) yang semakin besar
menunjukan bahwa kinerja perusahaan semakin baik, karena return semakin
besar. Penelitian mengenai Return on Asset (ROA) terhadap nilai perusahaan
menunjukan hasil yang tidak konsisten. Dari penelitian Sparta (2000) dalam
penelitiannya yang menguji pengaruh ROA, DER dan DPR terhadap PBV pada
lembaga keuangan bank di BEI periode 1992-1996. Kesimpulan penelitiannya
ialah bahwa keputusan pendanaan dan pembayaran dividen tidak berarti bagi
investor di BEI sehingga saham-saham bank di BEI diminati bukan karena
penerimaan dividen, tetapi karena capital gain yaitu memperoleh return saham
dari kenaikan harga saham bank, jadi motif holdingnya bersifat jangka pendek.
Kesimpulan ini memberikan gambaran bahwa perkembangan harga yang diwakili
perubahan-perubahan PBV dan ROA merupakan variabel penting. Berdasarkan
Tabel 1.1 dibawah, penelitian yang dilakukan oleh Tito Perdana Putra (2007),
menunjukkan bahwa pada Tahun 2004-2005, terdapat fenomena gap dimana ROA
menunjukkan trend yang meningkat. Hal tersebut tidak searah dengan PBV yang
3
menunjukkan trend yang menurun. Hal tersebut tidak sesuai dengan hasil
penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Sparta (2000) yang menunjukkan adanya
pengaruh positif Return On Assets (ROA) terhadap Price Book Value (PBV).
Tabel 1.1
Rata-rata dari ROA, DER, EPS, Beta Saham, DPR dan PBV Pada Perusahaan Real Estate
dan Property Yang Listed di BEI Periode 2004-2006
Variabel
2004
2005
2006
ROA
1,98
2,82
3,15
DER
1,06
2,02
2,1
EPS
53,6
114,54
53,26
DPR
46,23
54,37
81,91
PBV
0,86
0,77
7,02
Sumber : ICMD yang diolah
Tujuan dari sebuah perusahaan adalah memaksimalkan nilai perusahaan
khususnya bagi pemilik. Hal tersebut dapat ditunjukan dengan peningkatan
earning per share (EPS) perusahaan. Faktor yang memperngaruhi EPS salah
satunya adalah Debt to Assets Ratio (DAR). Rasio ini mengukur persentase
keseluruhan aktiva yang dibiayai dari hutang. Rasio ini menunjukan faktor resiko
yang dihadapi investor, semakin tinggi rasio ini akan mengakibatkan resiko
financial perusahaan semakin tinggi. Hal ini dapat mempengaruhi harga dan
volume saham suatu perusahaan. Debt to Assets Ratio (DAR) memperlihatkan
proporsi penggunaan hutang yang dimiliki dan seluruh kekayaan yang dimiliki,
supaya aman porsi hutang harus lebih kecil terhadap aktiva. Menurut Harahap
(2005) pemegang saham atau manajemen mengharapkan rasio Debt to Assets
4
Ratio (DAR) ini besar. Karena perusahaan yang memiliki tingkat hutang yang
tinggi dengan beban tetap tinggi akan mengurangi beban pajak dan memberikan
keuntungan bagi perusahaan. Tentu saja hal ini akan mempengaruhi laba bersih
bagi pemegang saham bisa termasuk deviden, di lain pihak resiko karena
kewajiban untuk membayar hutang lebih diutamakan (Harahap, 2007:303). Di sisi
yang berbeda hutang juga memperbesar kemungkinan kebangkrutan perusahaan
dalam hal ini kan berdampak buruk kepada persepsi investor terhadap kinerja
keuangan perusahaan terkait.
Aktivitas menggambarkan efektivitas perusahaan dalam mengoperasikan
dana yang dimiliki. Aktivitas perusahaan yang efisien dan efektif dapat
mempengaruhi laba dan arus kas perusahaan yang pada akhirnya akan menambah
nilai perusahaan. Semakin efisien penggunaan seluruh aktiva perusahaan untuk
menunjang kegiatan penjualan menunjukan semakin besar TATO. Hal ini
menunjukkan
bahwa kinerja perusahaan semakin
baik sehingga dapat
meningkatkan laba (Kasmir:2009). Peningkatan nilai perusahaan dapat dicapai
jika perusahaan mampu beroperasi dengan mencapai laba yang ditargetkan,
melalui laba yang diperoleh tersebut perusahaan akan mampu memberikan
deviden kepada pemegang saham, meningkatkan pertumbuhan perusahaan dan
mempertahankan kelangsungan hidupnya. Hal lain yang dihadapi perusahaan
dalam mencapi tujuan berkisar pada hal-hal yang bersifat fundamental, misal :
tidak ada kemampuan perusahaan untuk mengelola sumber daya yang dimiliki
secara efektif dan efisien, kurang konsisten terhadap sistem pemisahan antara
manager dan pemegang saham, sehingga secara praktis perusahaan kurang
5
optimal meminimalkan konflik kepentingan yang terjadi dalam perusahaan, dan
tidak adanya kemampuan perusahaan untuk menciptakan kepercayaan pada
penyandang dana ekstern.
Firm size merupakan tolok ukur besar kecilnya suatu perusahaan, yang
biasanya dinilai dari aktiva perusahaan. Semakin besar perusahaan, maka semakin
besar juga beban yang ditanggung oleh perusahaan. Semakin besar perusahaan
memberikan karakter bahwa perusahaan lebih kritis, sehingga menuntut untuk
menyajikan laporan keuangan yang lebih akurat.
Tabel 1.1
Rata-rata ROE,DER, Firm Size, PVB pada perusahaan Manufactur yang Listed di BEI pada
tahun 2007-2010
Variabel
ROE
DER
Firm size
PBV
2007
25,23%
0,325%
15,1
5,625
2008
27,634%
0,2875%
15,33
2,155
2009
23,504%
0,255%
15,55
2,895
2010
31,246%
0,23%
15,5
4,18
Sumber : ICMD yang diolah
Tabel diatas dalam penelitian Durrotun Nasehah (2012) menunjukan bahwa
telah terjadi fenomena gap yaitu adanya perbedaan data yang ada pada perusahaan
sampel tahun 2007-2010, hal ini ditandai dengan adanya ketidakkonsistenan
hubungan antar data. Pada tahun 2008 variabel Firm size mengalami peningkatan
tetapi nilai perusahaan (PBV) mengalami penurunan. Tahun 2009 Firm Size
mengalami peningkatan dan hal ini diikuit oleh peningkatan nilai perusahaan
(PBV), akan tetapi pada tahun 2010 saat Size Firm mengalami penurunan, Nilai
perusahaan (PBV) mengalami peningkatan. Hal ini menunjukan adanya hubungan
yang tidak konsisten antara Size Firm dengan nilai perusahaan (PBV).
6
Berdasarkan latar belakang diatas, maka peneliti mengambil judul “ANALISA
QUICK RATIO , RETURN ON ASSETS (ROA), DEBT TO ASSETS (DAR), TOTAL
ASSETS
TURNOVER
(TATO)
DAN
FIRM
SIZE
TERHADAP
NILAI
PERUSAHAAN (PBV) PADA EMITEN SEKTOR INDUSTRI MAKANAN DAN
MINUMAN YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA TAHUN 20102013”
B. Rumusan Masalah Penelitian
Berdasarkan latar belakang penelitian diatas, maka rumusan masalah
penelitian yang akan dikaji dan dianilisis oleh penulis adalah sebagai berikut:
1. Apakah Quick ratio berpengaruh terhadap nilai perusahaan (PBV) pada
emiten sektor industri makanan dan minuman?
2. Apakah return on asset ( ROA) berpengaruh terhadap nilai perusahaan
(PBV) pada emiten sektor industri makanan dan minuman?
3. Apakah debt to asset (DAR) berpengaruh terhadap nilai perusahaan (PBV)
pada emiten sektor industri makanan dan minuman?
4. Apakah total assets turn over (TATO) berpengaruh terhadap nilai
perusahaan (PBV) pada emiten sektor industri makanan dan minuman?
5. Apakah firm size berpengaruh terhadap nilai perusahaan (PBV) pada emiten
sektor industri makanan dan minuman?
7
C. Tujuan dan Kontribusi Penelitian
Sesuai dengan rumusan masalah penelitian diatas, maka tujuan yang diingin
dicapai penulis adalah
1.
Untuk mengkaji pengaruh quick ratio terhadap nilai perusahan (PBV) pada
emiten sektor industri makanan dan minuman
2.
Untuk mengkaji pengaruh return on asset (ROA) terhadap nilai perusahan
(PBV) pada emiten sektor industri makanan dan minuman
3.
Untuk mengkaji pengaruh debt to asset (DAR) terhadap nilai perusahan
(PBV) pada emiten sektor industri makanan dan minuman
4.
Untuk mengkaji pengaruh total assets turn over (TATO) terhadap nilai
perusahan (PBV) pada emiten sektor industri makanan dan minuman
5.
Untuk mengkaji pengaruh firm size terhadap nilai perusahan (PBV) pada
emiten sektor industri makanan dan minuman
Penelitian ini dilakukan dengan tujuan dapat memberikan manfaat sebagai
berikut :
1. Kontribusi Praktik
Sebagai masukan dan memberi pengetahuan serta memberi informasi
tambahan mengenai rasio keuangan yang menjadi alat pertimbangan bagi
perusahan dalam merumuskan kebijakan serta tindakan perusahaan.
8
2. Kontribusi kebijakan
Hasil penelitian ini dapat menambah masukan tentang nilai perusahaan,
dimana investor dapat melihat segala informasi untuk dapat menetapkan pilihan
untuk menanamkan modalnya, untuk manager keuangan dapat menentukan
kebijakan untuk meningkatkan kesejahteraan karyawan dan keuntungan bagi
perusahaan.
Download