BAB V PENUTUP Pada Bab V tesis ini, dikemukakan dua hal pokok

advertisement
BAB V
PENUTUP
Pada Bab V tesis ini, dikemukakan dua hal pokok yang disajikan sebagai
pemaknaan penelitian secara terpadu, terhadap semua hasil penelitian yang diperoleh.
Dua hal pokok tersebut terdiri dari kesimpulan dan saran.
I.
Kesimpulan
Beberapa kesimpulan yang dapat ditarik dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut:
1. Kontrak antara pemerintah sebagai pengguna anggaran dan penyedia barang/jasa,
dalam hal ini kontrak tahun jamak antara PT Mora Telematika Indonesia dan
BP3TI, Kementerian Komunikasi dan Informatika merupakan kontrak pemerintah
yang tetap tunduk pada prinsip-prinsip hukum keperdataan pada umumnya, antara
lain seperti asas konsensualitas, asas kebebasan berkontrak dan asas pacta sunt
servanda. Sedangkan untuk hubungan hukum yang bersifat keperdataan, dapat
dilakukan perdamaian atau upaya hukum yang sesuai dengan prinsip hukum
keperdataan, dalam hal ini PT Mora Telematika Indonesia dan BP3TI,
Kementerian Komunikasi dan Informatika telah sepakat bahwa apabila terjadi
perselisihan maka penyelesaian dapat dilaksanakan dengan jalur musyawarah atau
dengan jalur lembaga Badan Arbitrase Nasional Indonesia (BANI) sebagaimana
diatur dalam Pasal 8.2. Syarat-Syarat Umum Kontrak dalam Perjanjian Paket
101
1/2010, Perjanjian Paket 2/2010 , Perjanjian Paket 2/2011 dan Perjanjian Paket
13/2011.
2. Kedudukan antara PT Mora Telematika Indonesia dengan BP3TI c.q.
Kementerian Komunikasi dan Informatika dalam kontrak tahun jamak (multiyear
contract) belum dapat dinyatakan mencerminkan asas keseimbangan, hal ini
dikarenakan kontrak tahun jamak (multiyear contract) sebagai bentuk dari
kontrak pengadaan barang/jasa pemerintah dibuat dalam bentuk kontrak baku
hampir seluruh klausul-klausulnya sudah dibakukan oleh pemakainya dan pihak
yang lain pada dasarnya tidak mempunyai peluang untuk merundingkan atau
meminta perubahan, dalam hal ini yang belum dibakukan hanyalah harga,
wilayah dan beberapa hal lainnya yang spesifik dari objek yang diperjanjikan.
Selain hal tersebut juga didorong adanya posisi tawar dalam pembentukan
kontrak tahun jamak (multiyear contract) yang didominasi oleh pihak yang
memiliki kedudukan lebih unggul dalam hal ini BP3TI, Kementerian Komunikasi
dan Informatika, sehingga PT Mora Telematika sebagai pihak yang lebih lemah
menyepakati kontrak tersebut karena didorong oleh kebutuhan. Meskipun kontrak
tahun jamak (multiyear contract) antara PT Mora Telematika Indonesia dengan
BP3TI, Kementerian Komunikasi dan Informatika terdapat klausula-klausula
yang secara sekilas terlihat seimbang, namun sebenarnya apabila dicermati
didalam substansinya terdapat keadaan yang berat sebelah dan cenderung lebih
102
menguntungkan satu pihak yang memiliki kedudukan lebih kuat tersebut, dalam
hal ini BP3TI, Kementerian Komunikasi dan Informatika.
3. Meskipun ditinjau dari segi regulasi perlindungan hukum terhadap Penyedia Jasa
telah cukup memadai baik sebelum terjadinya sengketa, saat terjadinya sengketa
maupun pasca terjadinya sengketa dikarenakan adanya jalur penyelesaian
perselisihan dimana BP3TI, Kementerian Komunikasi dan Informatika tetap
harus tunduk dan melaksanakan Putusan yang telah mempunyai kekuatan hukum
tetap (inkracht), namun dalam kenyataannya di lapangan, perlindungan hukum
dan jaminan atas pembayaran prestasi kepada PT Mora Telematika Indonesia
belum sepenuhnya dirasakan. Sebagaimana telah ditetapkan dalam peraturan
perundang-undangan bahwa dalam waktu 30 (tiga puluh) hari setelah Putusan
dinyatakan, maka BP3TI, 0Kementerian Komunikasi dan Informatika harus
melaksanakan putusan secara sukarela, namun banyak sekali kendala yang
dihadapi secara internal mulai dari kebijakan-kebijakan yang menyulitkan, hasil
penelaahan Ditjen terkait yang tergolong lama, serta hal-hal lainnya yang tentu
saja dapat menimbulkan ketidakpastian hukum bagi PT Mora Telematika
Indonesia sebagai pihak yang dirugikan.
II.
Saran
Adapun saran-saran dari penulis dalam tesis ini adalah mengenai pokok
permasalahan yang timbul dalam tesis ini, yaitu sebagai berikut :
103
1. Dalam proses pembuatan serta penyelenggaran kontrak tahun jamak (multiyear
contract) antara pemerintah dan swasta harus tetap tunduk pada prinsip-prinsip
hukum keperdataan pada umumnya. Seringkali pembuatan kontrak bernuansa
publik dimuat dalam bentuk kontrak baku dimana dalam pembentukan substansi
kontrak terdapat pihak yang kedudukan dan posisi tawar menawarnya jauh lebih
tinggi daripada yang lainnya, sehingga pelaksanaan asas konsensualitas dan
keseimbangan tidak dapat dinyatakan terwujud secara murni, kesepakatan dan
persetujuan oleh pihak yang lebih lemah dalam hal ini swasta seringkali didorong
oleh rasa kebutuhan.
2. Dibutuhkan adanya pembenahan dan penyempurnaan kembali terhadap peraturanperaturan yang terkait dengan pengadaan barang/jasa terutama dalam hal ini
kontrak
tahun
jamak
(multiyear
contract),
terutama
dalam
sistem
penganggarannya dan perlindungan bagi Penyedia Jasa yang terikat didalamnya.
Namun selain daripada itu, juga perlu ditinjau apakah dari regulasi atau peraturan
yang ada saat ini telah cukup efektif bagi terlaksananya perlindungan hukum bagi
Penyedia Jasa, dikarenakan pada kenyataannya dalam praktek lapangan meskipun
peraturannya telah jelas bahkan telah ada putusan lembaga peradilan yang
berkekuatan hukum tetap (inkracht) dalam pelaksanaannya masih terdapat banyak
sekali kendala terutama pada internal Pemerintah, dalam hal ini Kementerian
Komunikasi dan Informatika.
104
Download