Global Worming Oleh: Dr. Said Aziz, M.Sc Perubahan iklim yang sangat extrim diseluruh dunia akhir2 ini telah membuat kita cemas terhadap resiko yang bakal kita hadapi kedepannya, dalam keadaan demikian kita mulai saling menyalahi satu sama lainnya. Sebagian besar para ahli kebumian menyatakan terjadinya perubahan iklim yang sangat ekstrim pada saat ini adalah disebabkan oleh pengaruh efek rumah kaca. Negara maju menyalahkan Negara berkembang yang membabat hutan tanpa mempertimbangkan keseimbangan, menggunakan batubara sebagai pembangkit energy listrik, dll. Padahal sebenarnya perubahan alam merupakan fenomena alam yang tidak bisa dihindari. Perubahan iklim tersebut terjadi oleh karena adanya perubahan orbit bumi terhadap matahari. Perubahan iklim khususnya berupa pemanasan global yang dibicarakan oleh banyak pihak dapat terjadi oleh adanya pemanasan global yang dimaknai sebagai kenaikan suhu rata-rata permukaan bumi dan laut. Pemanasan global tersebut dan pendinginan permukaan bumi terus berlangsung bergantian yang disebut Glacial dan Interglacial, siklus ini sudah terjadi sejak 2 juta tahun lalu dan terus terjadi sampai saat ini. Abad ke 20 ini diprediksi terjadi berlangsung pemanasan global dan permukaan air laut akan bergerak naik, meskipun tanpa ulah manusia atau disebut Interglacial period. Pemanasan global tersebut mengakibatkan naiknya suhu rata-rata permukaan bumi sehingga es kutub dapat mencair dan menjadikan permukaan laut naik. Perubahan iklim tersebut secara umum dapat mengganggu kondisi kesehatan, pertanian, dan kehutanan, yang pada akhirnya terjadi kegagalan pertanian yang menyebabkan kekurangan pangan dunia. Jadi secara ilmiah; penumpukan emisi CO2 di atmosfir yang disebabkan oleh kegiatan manusia (Antropogenic)seperti pemakaian bahan bakar minyak bumi (Fosil Fuel), perusakan hutan (deforestation), dan pengolahan lahan (landuse). Secara global factor manusia pengaruhnya sangat sedikit terhadap perubahan iklim yang kita hadapi sekarang ini. Khusus di Indonesia akhir2 ini terlihat perubahan cuaca dan musim yg sulit diperediksi sebelumnya, biasanya di Indonesia musim kemarau selalu terjadi antara Mei sd Agustus, namun sekarang sulit diprediksi. Bulan Agustus sekarang ini hujan dimana2 bahkan banyak wilayah yg tergenang banjir. Sebagian besar ilmuwan (scientist) menganggap kejadian alam akhir2 ini sebagian utamanya adalah akibat ulah manusia. Karena mereka menganggap pembabatan hutan yang dilakukan manusia sudah melewati ambang batas yang seharusnya.. Akibat pembabatan hutan dan peningkatan emisi gas CO2 ini maka terjadilah perubahan iklim yang luar biasa dan mendatangkan bencana alam yang dahsyat bagi kehidupan semua machluk yg ada di muka bumi terutama manusia. Mereka juga memprediksi apabila penebangan hutan tdk sagera di hentikan maka dalam dekade ini permukaan air laut akan naik 20 sd 40 cm. Hal ini akan mengancam kehidupan manusia yg berada di pinggir pantai, terutama negara-negara yang sebagian wilayahnya dikelilingi pantai, seperti; Indonesia , Fiji, Jepang, di Asia dan Belanda, Perancis, Inggeris di Eropa dll. Negara-negara ini merasa terancam ketenangannya terutama penduduknya yg tinggal dipinggir pantai. Dengan dasar inilah maka negara maju mengadakan satu kesepakatan dengan negara berkembang agar negara berkembang memperhatikan effect dari pemanasan global. Ujung2nya yang harus bekorban banyak adalah negara berkembang. Mereka harus menjaga hutan yang yang masih ada meskipun hutan tsb sbg sumberdaya mereka utk pembangunan bangsanya. Sekarang timbul lagi adanya larangan penggunaan batubara utk pembangkit tenaga listrik, karena kandungan CO2 nya cukup tinggi dan hal ini menurut mereka bisa menyebabkan pemanasan global. Untuk mengatasi masalah ini maka mereka menekan Negara berkembang untuk tidak membabat hutan, tdk menggunakan batubara sbg sumberdaya energi, pelarangan ini dibuatkan sanksi yang cukup besar, kita diwajibkan membayar pajak emisi kepada badan dunia, dll. Kalau tidak membayar pajak emisi kita akan di kucilkan dalam perdagangan internasional. Jadi pada akhirnya kita harus mengikuti aturan mereka. Menurut ilmu yang saya peroleh di bangku kuliah di Eropa pemanasan global itu adalah siklus alam yang memang datangnya secara periodik, seperti kita ketahui adanya musim elnino yang datangnya sekitar 10 tahun sekali. Jadi apapun yang kita lakukan apakah kita tidak bakar batubara tidak tebang hutan, Elnino tetap akan datang pada periode 10 tahun sekali. Demikian juga dengan perubahan iklim sekarang ini, menurut theory Melancovicth yang telah meneliti perubahan iklim sejak tahun 1950 dan berkesimpulan bahwa terjadinya perubahan iklim yang sangat ekstrim di permukaan bumi telah dimulai semenjak 2 juta tahan lalu atau awal Quaternary Period. Perubahan iklim ini terjadi berupa cyclus perubahan iklim yang extrim, secara regular pada jangka waktu tertentu; 10 tahun , 100 tahun, 10000 tahun, 100 000 tahun dan 1 juta tahun, yang dikenal dengan cyclus periodicity. Melancovitch melakukan penelitiannya berdasarkan hasil pemboran laut dalam, deep core drilling project di Pacific yang dilakukan bersama-sama dengan peneliti lain dari Eropa. Dia melihat adanya perubahan iklim panas - dingin (glacial dan interglacial) yang terekam dalam kandungan sediment laut dalam. Kemudian para ahli ini kembali menguji dan memperbandingkan pemboran pada es dikutub utara, hasil penelitian pada core es tsb kandungan carbon isotopnya juga terjadi perubahan sama seperti yang terdapat pada cyclus bor laut dalam. Dengan dasar inilah dia mengatakan bahwa iklim dibumi kita sangat dipengaruhi oleh cyclus periodicity yang disebakan oleh pergeseran sumbu matahari terhadap posisi bumi. Kesimpulan yang dapat kita ambil dari uraian diatas adalah perubahan cuaca dan iklim saat ini adalah akibat perputaran cyclus dari Interglacial ke Glacial, bukan karena ulah manusia. Kalaupun Ada ulah manusia hanya sedikit saja. Karena ada tidaknya ulah manusia permukaan air laut tetap akan naik dalam period ini. Bahkan 5000 tahun lalu permukaan air laut pernah naik di wilayah pacific mencapai 5 meter dari permuakaan air laut sekarang. Dan sebaliknya dalam kurun waktu yang sama permukaan air laut pernah turun hingga 50 meter dare permukaan air laut yang sekarang. Hal ini sdh dibuktikan oleh peneliti2 kita dan asing sewaktu melakukan penelitian endapan coral Dan endapan gambit di bawah permukaan laut antara Sumatera dan Malaysia (Tjia HD. et.all 1970). Sebagai penutup, maksud tulisan ini tiada lain adalah utk menambah wawasan kita dalam menghadapi tantangan alam kedepan dan kita harus sdh bisa mempersiapkan diri tentang apa yang harus dilakukan baik oleo masyarakat maupun oleh negara. Jangan sampai karena kekurangan ilmu pengetahuan, kita akhirnya jadi bulan2an pemerasan negara2 maju dan akhirnya kita terus terperangkap dalam kemiskinan karena tidak boleh lagi menggunakan sumberdaya alam kita untuk kepentingan pembangunan bangsa. Penulis Dr. Said Aziz al- Idruss President Indonesian Quaternary Research