Jurnal Dinamika, April 2016, halaman 9-30 ISSN 2087 - 7889 Vol. 07. No. 1 PEMANFAATAN EKSTRAK BAWANG MERAH DAN ASAM ASETAT SEBAGAI PENGAWET ALAMI BAKSO Hasrianti, Nururrahmah, Nurasia Program Studi Kimia, Fakultas Sains Universitas Cokroaminoto Palopo Email: [email protected] ABSTRAK Bawang merah mempunyai sifat antimikroba sehingga dapat menghambat pertumbuhan bakteri yang dapat merusak makanan.Paduan antara asam asetat (cuka pasar) dan ekstrak bawang merah diharapkan dapat digunakan sebagai pengawet alami pada bakso.Adapun tujuan dari penelitian ini adalah (1).Untuk mengetahui efektivitas ekstrak bawang merah dan asam asetat sebagai pengawet alami bakso, (2). Untuk mengetahui waktu optimum ekstrak bawang merah dan asam asetat yang efektif digunakan sebagai pengawet alami pada bakso. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni sampai Juli 2015 di Laboratorium Bahan Alam Fakultas Sains Universitas Cokroaminoto Palopo. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah perendaman dengan pengawet dari campuran asam asetat dan ekstrak bawang merah dengan variasi konsentrasi 5%, 10%, 15%, 20% dan 25%,selanjutnya dilakukan pengujian organoleptik terhadap ekstrak bawang merah dan asam asetat sebagai bahan pengawet pada bakso. Hasil yang diperoleh yaitu ekstrak bawang merah dan asam asetat cukup efektif sebagai bahan pengawet alami bakso dan ekstrak bawang merah dan asam asetat dengan konsentrasi 15% dapat dimanfaatkan sebagai pengawet alami bakso selama 11 hari.Penelitian ini diharapkan dapat dikembangkan menjadi salah satu data akurat bagi calon penelitian lain yang sejalan dengan penelitian ini. Kata kunci: Bawang merah, bakso, uji organoleptik PENDAHULUAN aman pada proses pengolahannya selain Pangan merupakan kebutuhan dasar bagi harus bebas bahan pengawet, penggunaan manusia yang harus dipenuhi setiap saat. bahan tambahan makanan (pewarna dan Oleh karena itu pangan yang tersedia di penambah cita rasa) harus menggunakan masyarakat harus layak dikonsumsi (fit to bahan-bahan yang diijinkan, serta higienis. consumption) dan aman untuk dikonsumsi Kualitas pangan akhir-akhir ini menjadi (safe to consumption). Selain itu hendaknya salah satu fokus pangan tersedia secara cukup, bermutu, diakibatkan bergizi, dan beragam. Pengolahan produk- berbagai produk hasil peternakan dalam kaitannya makanan seperti munculnya beras plastik, untuk menciptakan produk pangan yang kerupuk plastik, daging oplosan sampai oleh masalah pemerintah.Hal karena ini kemunculan mengenai kualitas 9 Hasrianti, Nururrahmah, Nurasia (2016) penggunaan bahan pengawet mayat pada degeneratif makanan. Penggunaan pengawet ini dapat terakumulasi di dalam tubuh dalam waktu memunculkan berbagai macam penyakit yang lama.Berdasarkan peraturan Menteri seperti kerusakan pada fungsi saraf, fungsi Kesehatan hati hingga penyakit kanker. 722/MenKes/Per/IX/1988, Bahan pengawet merupakan bahan kimia formalin seperti kanker apabila RI telah dilarang No. boraks dan penggunaannya yang dapat mencegah atau menghambat karena dapat menimbulkan efek negatif pada proses tubuh seperti keracunan, kanker, dan lain- fermentasi (pembusukan), pengasaman, atau penguraian lain terhadap makanan yang oleh Kesadaran dan perhatian masyarakat mikroorganisme sehingga makanan tidak terhadap keamanan makanan yang mereka mudah rusak atau menjadi busuk (Chung konsumsi telah berkembang dengan pesat dan dalam sehingga penelitian telah banyak diarahkan penggunaannya sering terjadi pelanggaran untuk menemukan bahan pengawet baru seperti penggunaan dosis pengawet yang yang dapat mengawetkan produk pangan tidak tepat atau penggunaan bahan lain yang dengan baik dan aman bagi kesehatan.Saat bukan bahan tambahan pangan. ini Geopfert, disebabkan lain. 1970) namun metode pengawetan dengan Bakso merupakan produk olahan daging menggunakan asam-asam organik telah yang rentan terhadap penggunaan pengawet berkembang di masyarakat, secara teori karena sifatnya yang cepat rusak. Bakso penurunan pH menciptakan lingkungan yang memiliki kandungan nutrisi yang tinggi, pH tidak mendekati netral, kadar air yang juga tinggi tumbuh.Asam-asam organik yang sering menyebabkan relatif digunakan dalam pengawetan makanan singkat yaitu sekitar 12 jam sampai 1 hari, seperti asam sitrat, asam askorbat, dan asam sehingga banyak produsen atau pedagang laktat bakso menggunakan bahan pengawet untuk 2006).Pada penelitian ini digunakan asam memperpanjang umur simpan. Pada proses organik berupa asam asetat (cuka pasar) pengolahannya, ditambahkan pada pengawetan produk bakso. Penggunaan boraks atau formalin untuk memperpanjang rempah pada penelitian ini akan dititik umur simpan bakso. Boraks dan formalin beratkan diketahui rempah yang dapat menutupi rasa asam dari umur dapat simpannya terkadang menyebabkan penyakit disukai oleh (Widyaningsih, kepada sifat mikroba dan dari untuk Murtini, komponen 10 Pemanfaatan Ekstrak Bawang Merah dan Asam Asetat sebagai Pengawet Alami Bakso asam asetat yang digunakan terhadap produk digunakan sebagai pengawet alami pada dan tidak mempengaruhi sifat antimikroba bakso ? dari asam organik itu sendiri. Tujuan penelitian ini adalah: Bawang merah merupakan salah satu 1. Penelitian ini bertujuan rempah yang biasa digunakan sebagai bahan mengetahui tambahan pada makanan.Bawang merah ini bawang merah dan berfungsi dalam meningkatkan cita rasa sebagai pengawet alami pada bakso khas pada makanan.Makanan yang 2. Untuk efektifitas untuk mengetahui asam berapa ekstrak asetat waktu menggunakan bawang merah menjadi lebih optimum ekstrak bawang merah dan gurih dan nikmat.Selain berfungsi sebagai asam asetat yang efektif digunakan bahan tambahan makanan, bawang merah sebagai pengawet alami pada bakso. juga mempunyai sifat antimikroba sehingga Adapun manfaat dari penelitian ini dapat menghambat pertumbuhan bakteri adalah : yang dapat merusak makanan. 1. Bagi penulis, diharapkan dapat Paduan antara asam asetat (cuka pasar) menambah wawasan dan pemahaman dan ekstrak bawang merah diharapkan dapat penulis mengenai masalah yang akan digunakan sebagai pengawet alami pada diteliti. bakso dan diterima secara sensori serta 2. Sebagai bahan informasi kepada penggunaannya lebih murah secara ekonomi masyarakat dalam memanfaatkan ekstrak dibandingkan dengan pengawet sintetik bawang merah dan asam asetat sebagai yang bahan pengawet alami. beredar di pasaran sehingga diharapkan dapat menggantikan penggunaan pengawet sintetik pada pembuatan bakso. Berdasarkan maka masalah latar yang belakang tersebut, diangkat dalam penelitian ini adalah: 1. Bagaiman efektivitas ekstrak bawang merah dan asam asetat sebagai pengawet 3. Sebagai informasi untuk penjual bakso akan manfaat ekstrak bawang merah dan asam asetat sebagai bahan pengawet alami. 4. Bagi pihak lain, menambah khasanah ilmu dan sebagai dasar untuk penelitian selanjutnya. alami bakso ? 2. Berapa waktu optimum ekstrak bawang merah dan asam asetat yang efektif 11 Hasrianti, Nururrahmah, Nurasia (2016) TINJAUAN PUSTAKA a. Komposisi Bakso Bakso didefinisikan sebagai daging yang Dalam pembuatan bakso disamping dihaluskan, dicampur dengan tepung pati, daging diperlukan bahan-bahan yang lain lalu dibentuk bulat-bulat dengan tangan seperti: sebesar kelereng atau lebih besar dan a. Daging, dging dicuci bersih kemudian dimasukkan ke dalam air panas jika ingin digiling sebagai campuran pada saat dikonsumsi.Untuk membuat adonan bakso, pengulean dengan tepung terigu. potong-potong kecil daging, kemudian b. Tepung, yang digunakan umumnya cincang halus dengan menggunakan pisau tepung tapioka, gandum, atau tepung aren tajam atau blender.Setelah itu daging diuleni dapat digunakan secara sendiri-sendiri dengan es batu atau air es (10-15% berat maupun campuran dalam jumlah 10- daging) dan garam serta bumbu lainnya 100% atau lebih dari berat daging. sampai menjadi adonan yang kalis dan c. Pati, semakin tinggi kandungan patinya plastis sehingga mudah dibentuk.Sedikit semakin demi sedikit ditambahkan tepung kanji agar harganya. Pada umumnya bakso yang adonan lebih mengikat.Penambahan tepung bermutu kadar patinya rendah, sekitar kanji 15% cukup 15-20% berat daging (Ngadiwaluyo dan Suharjito, 2003). Dalam kesegaran pembuatan dan mempengaruhi jenis mutu bakso daging dari rendah mutu serta murah d. Garam dapur dan bumbu (bawang, daging, seledri, serta MSG), digunakan sebagai sangatlah adonan penyedap untuk mendapatkan bakso rasa yang enak. tersebut.Oleh karena itu, digunakan jenis e. Es, digunakan untuk mempertahankan daging yang baik dan bermutu tinggi. suhu rendah untuk menghasilkan emulsi Sebaikknya dipilih jenis daging yang masih yang baik. segar, berdaging tebal, dan tidak banyak Berdasarkan jenis daging yang lemak sehingga rendemennya tinggi. Selain digunakan sebagai bahan untuk membuat itu, cara pengolahan bakso juga sangat bakso, maka dikenal berbagai jenis bakso mempengaruhi mutu bakso yang dihasilkan, seperti bakso ikan, bakso babi, dan bakso misalnya jika lemak atau kulit terambil, sapi.Penggolongan bakso sapi menjadi tiga warna bakso yang dihasilkan kotor atau agak kelompok masing-masing bakso daging, abu-abu (Wibowo, 1995). bakso urat, bakso aci.Penggolongan itu 12 Pemanfaatan Ekstrak Bawang Merah dan Asam Asetat sebagai Pengawet Alami Bakso dilakukan atas perbandingan jumlah tepung mengandung boraks yang berfungsi pati dan jumlah serta jenis daging yang sebagai digunakan dalam pembuatan bakso.Bakso pengenyal kemudian diuleni sampai daging dibuat dengan menggunakan daging homogen dengan dicetak. jumlah dibandingkan yang tepung digunakan.Bakso besar pati yang kempal dan dan mudah 4. Pencetakan Bakso Biasanya bakso dicetak menggunakan menggunakan pati dalam jumlah yang lebih tangan, dibentuk bulat-bulat dengan besar dibandingkan jumlah daging yang ukuran sedang dan ada pula yang dicetak digunakan.Bakso urat dengan menggunakan dengan ukuran besar. dalam dibuat biar pengawet dengan daging aci lebih pengental, jumlah lebih besar 5. Perebusan dibandingkan jumlah pati, dan daging yang Sebelum penyajian dalam bentuk bakso digunakan adalah daging yang banyak kuah, bakso tersebut direbus lagi kurang mengandung jaringan ikat (Elviera, 1998). lebih 5 menit untuk melunakkan dan b. Pembuatan Bakso mengenyalkan bakso agar enak bila Secara umum, pembuatan bakso melalui dimakan dalam penyajiannya biasa 5 tahapan yaitu: ditambahkan dengan mie, bumbu-bumbu 1. Pencucian dan kuah (Lanita S, 1996). Daging yang telah ditimbang dicuci bersih, kemudian dimasukkan kedalam wadah. c. Standar Mutu dan Nilai Gizi Bakso Cara yang paling mudah untuk menilai mutu bakso yaitu dengan menilai mutu 2. Penggilingan sensoris atau mutu organoleptiknya. Hasil Daging yang telah dicuci bersih, pengujian mutu sensoris ini dapat diperkuat dimasukkan kedalam mesin giling.Pada dengan waktu mikrobiologis yang tentu saja memerlukan penggilingan ditaburi tepung terigu supaya daging tidak lengket. 3. Pengulenan peralatan, fisik, dan kimiawi, tenaga dan khusus (Purnomo, 1990). Paling tidak ada lima Setelah daging digiling berbentuk gumpalan teknik, pengujian daging kemudian parameter sensoris yang perlu dinilai, yaitu diuleni penampakan, warna, bau, rasa, dan tekstur. ditambahkan dengan bumbu-bumbu dan Adanya jamur atau lendir perlu diamati, ditambah dengan bleng yang diduga terlebih jika bakso sudah disimpan lama. 13 Hasrianti, Nururrahmah, Nurasia (2016) Kriteria dan deskripsi mutu sensoris dapat beberapa bakso ditampilkan pada Tabel 2. dilihat pada Tabel 1 , sedangkan nilai gizi Paremeter Penampakan Bakso Daging Bakso Ikan Bentuk bulat, halus, berukuran Bentuk halus, berukuran seragam, bersih cemerlang tidak seragam, bersih, cemerlang, kusam, sedikitpun tidak tidak kusam berjamur dan tidak berlendir Warna Cokela tmuda cerah atau sedikit Putih merata tanpa warna agakkemerahan atau cokelat asing lain. muda hingga cokelat muda agak keputihan atau abu-abu. Warna tersebut merata tanpa warna lain yang menggangu Bau Bau khas daging segar rebus Bau khas ikan segar rebus dominan, tanpa bau tengik, dominan dan bau bumbu masam, basi atau busuk, bau tajam. Tidak terdapat bau bumbu cukup tajam amis, tengik, masam, basi, atau bau busuk Rasa Rasa lezat, enak, rasa daging Rasa enak, lezat, rasa ikan dominan menonjol dan rasa tetapi bumbu dominan sesuai jenis ikan dan tidak rasa bumbu menonjol tetapi berlebihan. Tidak terdapat rasa tidak asing yang mengganggu terdapat berlebihan. rasa asing Tidak yang mengganggu dan tidak terlalu asin. Tekstur Tekstur kompak, elastis, kenyal, Tekstur kompak, tidak liat, tetapi tidak iat atau membal, elastis, tidak ada serat daging, tidak ada serat daging, tidak tanpa duri dan tulang, tidak lembek. Tidak basah berair dan lembek, tidak basah berair, tidak rapuh dan tidak rapuh. Sumber: Wibowo, (1995). 14 Pemanfaatan Ekstrak Bawang Merah dan Asam Asetat sebagai Pengawet Alami Bakso 2.2 Tinjauan Umum Tentang Bawang merah diantaranya protein, mineral, sulfur, antosianin, kaemferol, karbohidrat, dan serat Merah Menurut Tjitrosoepomo (1993) klasifikasi dari tanaman bawang merah adalah sebagai berikut: (Rodrigues, 2003). b. Khasiat bawang Merah Mengonsumsi bawang dalam Kingdom : Plantae masakan Divisio : Spermatophyta dikonsumsi Subdivisio : Angiospermae mempunyai bau yang sangat tajam dan perih Class : Monocotyledonae dimata.Bawang merah memiliki banyak Ordo : Liliaceae khasiat bagi kesehatan seprti pencegah Family : Liliales kanker lambung, kanker kolorektal, kanker Genus : Allium prostat, Species : Allium Cepa perut.Bawang a. Kandungan gizi bawang Merah Bawang merah mengandung sangat merah sedap.Namun langsung, kanker esofagus merah kalori, juga kanker mempunyai hati karena adanya kandungan folat dalam bawang Vitamin B-6 dan Mangan (Mn).Bawang mencegah kelebihan merah pembekuan dalam mengandung dan merah khasiat dalam mengatur tidur dan suasana karbohidrat, serat, gula, protein, vitamin C, juga bawang jika sejumlah merah. Kandungan folat homosistein tubuh yang ini dari dapat kandungan kalsium, zat besi, asam folat, mencegah darah dan nutrisi lain untuk magnesium, fosfor dan kalium antioksidan mencapai otak. Homosistein mempengaruhi quercetin dan sulfur.Umbi bawang merah produksi hormone serotonin, dopamine dan mengandung senyawa - senyawa yang norepinephrine yang mengatur tidak hanya dipercaya berkhasiat sebagai antiinflamasi suasana hati, tetapi juga tidur dan nafsu dan antioksidan seperti kuersetin yang makan yang baik. bertindak sebagai agen untuk mencegah sel Kandungan sulfide methylallyl dan asam kanker. Kuersetin, selain memiliki aktivitas amino sulfur sebagai antioksidan, juga dapat beraksi memberikan efek penurunan pada kadar sebagai antikanker pada regulasi siklus sel, kolesterol berinteraksi dengan reseptor estrogen (ER) meningkatkan pada kadar kolesterol baik tipe II dan menghambat enzim tirosin kinase manfaat bawang merah juga mengontrol (Klohs, 1997). Kandungan lain dari bawang tekanan darah tinggi dan membuka arteri jahat pada bawang dalam darah merah, dan 15 Hasrianti, Nururrahmah, Nurasia (2016) yang tersumbat sehingga meningkatkan bakterisida, dan dapat menurunkan kesehatan jantung. kolesterol jahat(LDL) dalam darah c. Senyawa Aktif Bawang Merah secara efektif Allisin dan Alliin Alliin berupa hemihidrat yang tidak berwarna C6H11NO2S.½H2O Alilpropil disulfide Seperti flavonoid, senyawa ini juga bersifat bentuk hipolipidemik atau jarumtumpul yang diperoleh dari mampumenurunkan hasil menggunakan darah. Khasiat lainnya yaitu sebagai pelarut aseton. Titik leburnya 164- antiradang.Kandungan sulfur dalam 166oC (dengan mengeluarkan gas), bawang merah sangat baik untuk praktis larut dalam air.Allisin dan mengatasi Alliin bersifat hipolipidemik, yaitu radang dapat kongesti bronchial rekristalisasi menurunkan kadar kolesteroldarah. Mengonsumsi satu kadar reaksiradang, hati, Fitosterol lemak terutama bronchitis, maupun Fitosterol adalah suing bawang merah segar dapat golongan lemak yang hanya bisa meningkatkan kadalkolesterol baik diperoleh (HDL) sebesar 30 %. Senyawa ini tumbuhan atau yang lebih dikenal juga sebagai lemak nabati. Jenis lemak ini berfungsi yaitu sebagaiantiseptik, menghambat pertumbuhan dari cukupaman minyak untuk dikonsumsi, mikroorganisme. termasuk Flavonoid Bahan aktif ini dikenal penyakit kardiovaskuler.Oleh karena sebagai itu, antiinflamasi atau anti radang. Jadi, bawangmerah bisa digunakan radang untuk hati menyembuhkan oleh tumbuh- para penggunanya penderita justru akan menyehatkan jantung. Flavonol Flavonol bersama (hepatitis), radang kuersetin dan kuersetin glikosida, radang tonsil memiliki efek farmakologis sebagai (tonsillitis), radang pada cabang bahan antibiotic alami. Hal ini tenggorokan dikarenakan kemampuannya untuk sendi(arthritis), (bronchitis),serta radang anak telinga (atitis media). menghambat pertumbuhan virus, Flavonoid juga berguna sebagai bakteri, maupun cendawan. Senyawa bahanantioksidan alamiah, sebagai 16 Pemanfaatan Ekstrak Bawang Merah dan Asam Asetat sebagai Pengawet Alami Bakso ini juga mampu bertindak sebagai dengan keluarnya tripropanalsulfoksi antikoagulan dan anti kanker. da, akan muncul pula bau menyengat Pektin merupakan yang merupakan aroma khas bawang golongan polisakarida yang sukar merah. Bau ini berasal dari senyawa dicerna. Oleh karena itu, seperti pada propil flavonoid, pektin bersifat metildisulfide. Ketika bawang merah menurunkan kadar kolesterol. ditumis atau digoreng, senyawa ini juga mempunya menebarkan aroma harum. Baik Bahan Senyawa ini ini kemampuan mengendalikan tripropanal dan propel sulfoksida, disulfida, Saponin Saponin termasuk senyawa disulfide dapat berfungsi sebagai penting dalam bawang merah, yang stumulansia memiliki cukup banyak khasiat. aktivitas fungsiorgan-organ tubuh. Senyawa Jadi, senyawa-senyawa ini sangat ini berperan sebagai maupun propil pertumbuhan bakteri. atau perangsang berguna mencegah kepekaan saraf maupun kerja enzim penggumpalan juga dapat darah. berfungsi sebagaiekspektoran, yaitu untuk propilmetil antikoagulan, yang berguna untuk Saponin disulfide merangsangfungsi pencernaan. Kandungan senyawa alisinlah yang mengencerkan dahak. membuat bawang merah beraroma tajam Tripropanal sulfoksidaKetika umbi yang bagi sebagian orang merupakan bau bawang merah diiris atau dilukai, tidak sedap. Aroma ini makin menguat akan gas setelah siung dipotong atau diiris. Industri ini farmasi di Jerman telah berhasil mengisolasi termasuk salah satu senyawa aktif alisin, dan dikemas dalam bentuk tablet. eteris dalam bawang merahyang Bawang Merah merupakan campuran bahan- menyebabkan keluarnya air mata bahan kimiawi yang sangat kompleks, dan (lakrimator). Agar mata tidak pedih para dan berair saat mengiris bawang bahan-bahan makanan yang sebenarnya merah, simpanlah bawang merah memiliki khasiat paling hebat dalam 2009). keluar tripropanalsulfoksida. lemari Gas pendingin selama ilmuwan masih memperdebatkan (Irianto, kurang lebih 30 menit. Bersamaan 17 Hasrianti, Nururrahmah, Nurasia (2016) 1. Asam Asetat Cuka telah dikenal manusia sejak dahulu kala. Dahulu kala cuka dihasilkan oleh karonilasi metanol.Sisanya dihasilkan melalui metode-metode alternative. Produksi total asam asetat merupakan hasil samping dari setengahnya diproduksi di Amerika Serikat. pembuatan bir atau anggur. Penggunaan Eropa memproduksi sekitar 1 juta ton per asam asetat sebagai pereaksi kimia juga tahun. 1,51 juta ton pertahun dihasilkan sudah di mulia sejak lama. Asam asetat cair melalui daur ulang, sehinggah total pasar adalah pelarut protik hidrofilik (polar), mirip asam asetat mencapai 6,51 juta ton per seperti air dan etanol. Asam asetat memiliki tahun. Perusahaan produsnr asam asetat konstanta dielektrik yang sedang yaitu 6,2, terbesar adalah Celanese dan BP Chemicals, sehingga ia bisa melarutkan baik senyawa Samsung, polar seperti garam anorganik dan gula (Rosmayanti, 2014).Asam asetat merupakan maupun senyawa non-polar seperti minyak salah satu bahan kimia yang digunakan dan unsur-unsur seperti sulfur dan iodin. dalam pembuatan vinil asetat monomer Asam asetat bercampur dengan mudah (VAM), asam teraptik yang dimurnikan dengan pelarut polar atau nonpolar lainnya (PTA), seperti air, klorofom dan heksana. Sifat monokloroasetat (MCA), dan ester asetat. kelarutan dan kemudahan bercampur dari Pemggunaan terbesar untuk asam asetat asam asetat ini memuatnya digunakan secara adalah luas dalam insudtri kimia. memproduksi vinil asetat monomer (VAM). Eastman, asetat sebagai asetat ton per dnia diperkirakan Asam juta asetat berbagai bakteri penghasil asam asetat, dan Asam asetat di produksi secar sintetis 5 asam dan Etanolkem anhidrat, bahan juga tahun, baku digunakan asam untuk untuk maupun secara alami melalui fermentasi pembuatan asam tereptalik yang dimurnikan bakteri. Sekarang hanya 10% dari produksi (PTA), yang mana merupakan bahan anatara asam asetat dihasilkan melalui jalur alami, penting untuk berbagai aplikasi, termasuk namun kebanyakan hukum yang mengatur serat poliester, botol untuk air dan minuman bahwa asam asetat yang terdapat dalam cuka ringan, film fotografis dan pita magnetik. haruslah berasal dari proses biologis. Dari asam asetat yang diproduksi oleh industri kimia, 75% diantaranya diproduksi melalui 18 Pemanfaatan Ekstrak Bawang Merah dan Asam Asetat sebagai Pengawet Alami Bakso 2. Sifat Fisik dan Kimia Asam Asetat Tabel 3. Sifat fisik dan kimia asam asetat Bentuk : cairan Warna : Tidak Berwarna Bau : Tajam Nilai pH (50g/H2O) : (20°C) 2,5 Kekentalan Dinamik : (20°C) 1,22 mm/s Kekentalan Kinematik : (20°C) 1,77 Titik Lebur : (17C) Titik Didih : 116-118 Suhu Penyalaan :485°C Titik Nyala :39°C Batas ledakan : Lebih rendah 4 vol %, lebih tinggi 19,9 Tekanan uap : (20°C) 1,54 hPa Densitas uap relatif : 2,07 Densitas : (20°C) 1,05 g/cm Kelarutan dalam air : (20°C) dapat larut Log Pow :-0,17 Fator Biokonsentrasi :1 Indeks Refraksi : (20°C) 1,37. Vol % Sumber: Rosmayanti, 2014 Asam asetat memiliki banyak manfaat bagi kehidupan manusia, tidak hanya itu asam asetat juga berperan dalam makanan, serta untuk menambah rasa sedap pada masakan. b. asam asetat digunakan sebagai pereaksi perindustrian dan kesehatan, yaitu: kimia untuk menghasilkan berbagai a. Di dalam industri makanan asam asetat senyawa kimia. Sebagian besar (40-45%) digunakan sebagai pengatur keasaman, dari asam asetat dunia digunakan sebagai pemberi rasa asam dan aroma dalam bahan untuk memproduksi monomer 19 Hasrianti, Nururrahmah, Nurasia (2016) vinil asetat (vinyl acetate monomer, Cara dingin VAM). a. Maserasi c. Selain itu asam asetat juga digunakan Maserasi merupakan proses perendaman dalam produksi anhidrida asetat dan juga sampel pelarut organik yang digunakan pada ester. Peggunaaan asam asetat lainnya, temperatur ruangan. Proses ini sangat termasuk penggunaan dalam cuka relatif menguntungkan kecil. bahan alam karena dengan perendaman Sekitar larutan 12,5% untuk makanan. Untuk isolasi senyawa sampel tumbuhan akan terjadi pemecahan d. Ragen untuk analisa. e. dalam dinding sel akibat pebedaan tekanan antara membuat putih timbal didalam dan diluar sel sehinggah metabolit (Rosmayanti, 2014). sekunder yang ada dalam sitoplasma akan 3. Metode Ekstraksi terlarut dalam pelarut organik dan ekstrak Ekstraksi adalah proses penarikan suatu senyawa akan sempurna karena dapat diatur komponen (zat terlarut) dari larutannya lama dalam air oleh suatu pelarut lain yang tidak Pemilihan pelarut untuk proses maserasi bercampur dengan menggunakan pelarut akan memberikan efektifitas yang tinggi yang sesuai. Ektraksi pelarut menyangkut dengan memperhatikan kelarutan senyawa distribusi solut di antara dua fasa cair yang bahan alam pelarut tersebut. Secara umum tidak bercampur. Posisi zat-zat terlarut pelarut metanol merupakan pelarut yang antara dapat paling banyak digunakan dalam proses banyak isolasi senyawa organik bahan alam, karena dua cairan yang bercampur menawarkan kemungkinan yang tidak menarik untuk pemisahan analisis. Ekstraksi pelarut dapat dapat perendaman melarutkan yang seluruh dilakukan. golongan metabolit sekunder. merupakan suatu lngkah penting dalam Prinsip dari ekstraksi maserasi adalah urutan yang menuju kesesuatu produk penyarian zat aktif yangdilakukan dengan murninya organik, cara merendam serbuk dalam caira penyari anorganik, atau biokimia (Simanjuntak, yang sesuai selam sehari atau beberapa pada 2008) temperatur kamar terlindungi dari cahaya, dalam laboratorium Beberapa metode ekstraksi senyawa cairan penyari akan masuk ke dalam sel organik bahan alam yang umum digunakan melewati dindig sel. Isi sel akan larut karena antara lain: adanya perbedaan konsentrasi antara larutan 20 Pemanfaatan Ekstrak Bawang Merah dan Asam Asetat sebagai Pengawet Alami Bakso di dalam sel dengan di luar sel. Larutan yang terjadinya sirkulasi pelarut yang selalu konsetrasinya tinggi akan terdesak keluar membasahi sampel. Proses ini sangat baik dan diganti oleh cairan penyari dengan untuk senyawa yang tidak terpengaruh oleh konsentrasi rendah (proses difusi). Peristiwa panas. tersebut b. Digesti berlangsung sampai terjadi keseimbangan konsentrasi antara larutan di Digesti adalah maserasi dengan luar sel dan di dalam sel. Selama proses pengadukan kontinu pada temperatur yang maserasi lebih tinggi dari temperatur kamar yaitu dilakukan pengaduk dan penggantian cairan penyari setiap hari. pada suhu 40-50°C. Endapan yang diperoleh dipisahkan dan c. Refluks filtratnya dari Refluks adalah ekstraksi dengan pelarut yang pada temperatur titik didihnya selama waktu sederhana, sedang kerugiannya antara lain tertentu dan dalam jumlah pelarut terbatas waktu yang diperlukan untuk mengestrak yang sampel cukup lama, cairan penyari yang pendingin balik. digunakan lebih d. Infus digunakan untuk metode dipekatkan. ini ialah Keuntungan peralatannya konstan dengan adanya tidak dapat bahan-bahan yang Infus adalah ekstraksi menggunakan mempunyai tekstur keras seperti benzoin, pelarut air pada temperatur penangas air tiraks, dan lilin (Simanjuntak, 2008). (bejana infus tercelup dalam penangas air b. Perkolasi mendidih, temperatur terukur 90°C) selama Perkolasi banyk, relatif merupakan proses 15 menit. melewatkan pelarut organik pada sampel e. Dekok sehingga pelarut akan membawa senyawa organik bersama-sama pelarut. Tetapi efektifitas dari proses ini hanya akan lebih Dekok adalah ekstrasi dengan pelarut air pada temperatur 90°C selama 30 menit(Simanjuntak, 2008). besar untuk senyawa organik yang sangat mudah larut dalam pelarut yang digunakan. Cara Panas a. Sokletasi Menggunakan soklet dengan pemanasan METODE PENELITIAN Pelaksanaan Kegiatan Penelitian dilaksanakan pada bulan Juni – Juli 2015 di Laboratorium Bahan dan pelarut akan dapat dihemat karena 21 Hasrianti, Nururrahmah, Nurasia (2016) Alam FSAINS Universitas Cokroaminoto di atas stirer dengan kecepatan 30 rpm pada Palopo suhu ruang selama 1 jam.Setelah distirer, 1. Pengumpulan dan Preparasi Sampel maserasi selama 24 jam kemudian disaring Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah ekstrak bawang merah untuk mendapatkan ekstraknya. b. Pembuatan Pengawet dari Campuran dan asam asetat dimana bawang merah di Asam Asetat dan Ekstrak Bawang Merah dapatkan dipasar, yang mana hanya pada dengan Konsentrasi 5%, 10%, 15%, 20% bagian buahnya saja yang di ambil untuk di dan 25%. ekstraksi, dan asam asetat yang digunakan Ekstrak bawang merah yang diperoleh yaitu asam asetat yang di dapatkan dipasar dicampurkan dengan asam organik yaitu dalam kemasan botol kemudian asam asetat asam asetat dengan perbandingan 10 : 1 di campurkan dengan ekstrak bawang merah yaitu, 100 ml ekstrak bawang merah dan 10 sebagai bahan pengawet alami pada bakso. ml asam asetat. Metode pengawetan yang a. Pembuatan Ekstrak Bawang Merah digunakan Bawang merah segar dicuci bersih terlebih dahulu. Selanjutnya diiris adalah perendaman dengan larutan pengawet konsentrasi pengenceran tertentu.Konsentrasi pengenceran yang memanjang dengan ketebalan 1-2 mm dibuat adalah 5%, 10%, 15%, 20% dan setelah itu bawang merah di hancurkan 25%.Waktu menggunakan blender, setelah itu.Ekstraksi menit.Kemudian dilakukan pengujian bawang merah dilakukan dengan ekstraksi terhadap bakso yang diberi perlakuan bertingkat metode maserasi (perendaman) pengawetan menggunakan perubahan pelarut air.Perbandingan perendaman untuk yang selama melihat terjadi 10 perubahanselama bawang merah dengan pelarut adalah 1:1, penyimpanan. Parameter yang diuji adalah yaitu 50 g bawang merah dengan 1000 ml tekstur, warna,aroma uji organoleptik. pelarut dalam erlenmeyer dan ditempatkan 2. Metode Pengawetan Kontrol, tidak mendapat perlakuan dengan larutan asam asetat dan ekstrak K : bawang merah. Perendaman bakso ke dalam larutan asam asetat dan ekstrak bawang merah A : dengan pengenceran tertentu selama 10 menit. 3. Konsentrasi Larutan Pengawet 22 Pemanfaatan Ekstrak Bawang Merah dan Asam Asetat sebagai Pengawet Alami Bakso Kontrol, tanpa perendaman dengan larutan asam asetat dan ekstrak bawang A putih 0 Perendaman bakso dengan larutan asam asetat dan ekstrak bawang merah A dengan konsentrasi larutan biang sebesar 5%. 1 Perendaman bakso dengan larutan asam asetat dan ekstrak bawang merah A dengan konsentrasi larutan biang sebesar 10%. 2 Perendaman bakso dengan larutan asam asetat dan ekstrak bawang merah A dengan konsentrasi larutan biang sebesar 15%. 3 Perendaman bakso dengan larutan asam asetat dan ekstrak bawang merah A dengan konsentrasi larutan biang sebesar 20%. 2 Perendaman bakso dengan larutan asam asetat dan ekstrak bawang merah A dengan konsentrasi larutan biang sebesar 25%. 3 Data yang diperoleh berdasarkan dari hasil pengujian organoleptik terhadap ekstrak bawang merah dan asam asetat Penggunaan indra peraba dalam hal ini merasakan kepekaan tekstur pada sampel yang menunjukkan kualitas dari sampel. sebagai bahan pengawet pada bakso.Dari Pengujian organoleptik ini di lakukan hasil perendaman mie basah dengan larutan setiap 1 kali sehari yaitu, pada pukul (10:00 asam asetat dan ekstrak bawang merah. - sampai selesai). 1. Uji Warna Penggunaan indra penglihatan dalam mengetahui warna yang di miliki sampel HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Uji Aktivitas Antibakteri Pada sebagai indikator kuliatas sampel. Ekstrak Bawang Merah dan Asam 2. Uji Aroma Asetat Penggunaan indra pembau dalam hal Pengujian aktivitas antibakteri dengan pembauan untuk mengetahui aroma yang menggunakan Ekstrak Bawang Merah dan dapat menjadi salah satu indikator terjadinya Asam Asetat dilakukan dalam beberapa kerusaan pada sampel misalnya, saja ada variasi konsentrasi larutan biang.Konsentrasi bau yang digunakan adalah 5%, 10%, 15%, 20% busuk yang menandakan produk tersebut mengalami kerusakan pada sampel. dan 25%.Pembuatan larutan biang dengan 3. Uji Tekstur berbagai variasi konsentrasi dibuat dengan menggunakan campuran ekstrak bawang 23 Hasrianti, Nururrahmah, Nurasia (2016) merah dan larutan asam asetat yang telah dan asam asetat masing-masing 4 buah diencerkan menjadi asam asetat 5%, 10%, bakso 15%, 20% dan 25%. Ekstrak asam asetat menit.Sampel bakso yang sudah direndam diperoleh dari proses ekstraksi maserasi kemudian disimpan dalam wadah plastik (perendaman) yang dilakukan selama 24 dan diamati setiap 24 jam (1 hari) untuk jam. melihat aktivitas antibakteri dari ekstrak Sampel bakso daging yang telah dibuat, kemudian didiamkan selama 5 bawang merah tersebut. dimasukkan kedalam ekstrak bawang merah 5.1 Tabel Hasil Pengamatan Uji Aktivitas Antibakteri Ekstrak Bawang Merah dan Asam Asetat Konsentrasi Larutan Biang Kontrol 5% 10% 15% 20% 25% Hasil pengamatan Uji Perlakuan Hari Berjamur 1 2 2 2 1 3 2 4 1 9 2 9 1 11 2 11 1 6 2 7 1 5 2 6 Aktivitas merah 15% mampu mengawetkan bakso Antibakteri pada ekstrak bawang merah selama 10 hari.Adanya kandungan Alliin dapat dilihat pada Tabel 5.1. Dari tabel dalam tersebut terlihat Bahwa Bakso yang telah mematikan aktivitas bakteri yang terdapat direndam dalam Larutan dengan Konsentrasi pada bakso sehingga dapat bertahan hingga Ekstrak bawang merah dan larutan biang 10 hari. Bakso yang direndam dalam larutan 15% berjamur pada hari ke-11. Hal ini dengan konsentrasi 5% berjamur pada hari berarti konsentrasi larutan ekstrak bawang ke 3 dan ke 4 hal ini dapat dipengaruhi oleh ekstrak bawang merah dapat 24 Pemanfaatan Ekstrak Bawang Merah dan Asam Asetat sebagai Pengawet Alami Bakso karena kurangnya konsentrasi dari asam Adanya kemampuan ekstrak bawang asetat yang digunakan menyebabkan larutan merah dalam mematikan aktivitas bakteri kurang asam sehingga jamur dapat tumbuh diakibatkan oleh karena adanya kandungan dengan cepat. Pada konsentrasi larutan biang senyawa alliin.Hasil aktivitas antibakteri 25% dapat awet hingga hari ke 5 dan ke 6, ekstrak bawang merah dan asam asetat dapat diakibatkan oleh karena kondisi yang terlalu juga dilihat pada grafik 5.1. asam merusak daya tahan dari bakso daging sehingga menjadi media pertumbuhan jamur. 12 10 Hari Berjamur 8 6 4 2 0 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 Kontrol 5% 10% 15% 20% 25% Grafik 5.1 Hasil Pengamatan Uji Aktivitas Antibakteri Pada Ekstrak Bawang merah dan Asam Asetat. 25 Hasrianti, Nururrahmah, Nurasia (2016) warna.Hasil Uji warna dapat dilihat 5.2 Uji Organoleptik pada Tabel 5.2. 1. Uji Warna Uji pertama organoleptik dilakukan yang adalah uji Tabel 5.2 Hasil Pengujian Warna pada Bakso Konsentrasi Pengulangan Kontrol 5% 10% 15% 20% 25% Kategori Penilaian Warna Rata- Kategori Warna 1 2 3 4 5Rata 1 1 1 1 0 84.182 Sangat Tidak Cerah 2 1 1 1 0 84.182 Sangat Tidak Cerah 1 2 1 0 3 53.727 Tidak Cerah 2 2 1 0 3 53.727 Tidak Cerah 1 2 6 1 1 12.364 Cerah 2 2 6 1 1 12.364 Cerah 1 2 7 1 1 02.091 Cerah 2 2 7 1 1 02.091 Cerah 1 4 1 2 1 32.818 Netral 2 4 2 1 1 32.727 Netral 1 4 1 2 1 32.818 Netral 2 4 2 1 1 32.727 Netral Bakso yang direndam pada konsentrasi merah 10% dan 15% menunjukkan warna ekstrak bawang merah dan asam asetat 15% yang cerah. Sedangkan Bakso yang telah digolongkan kedalam lima kategori Warna direndam dalam ekstrak bawang merah dan yakni Sangat cerah, Cerah, Netral, Tidak asam Cerah dan Sangat Tidak Cerah. Dari hasil menunjukkan warna yang netral. pengujian terlihat bahwa bakso yang tidak 2. Uji Tekstur asetat sebesar 20% dan 25% diberikan pengawet ekstrak bawang merah Hasil pengujian tekstur pada bakso dan asam asetat menunjukkan bahwa bakso dapat dilihat pada Tabel 5.3.Pengkategorian sangat tidak cerah.Bakso yang di telah dibagi kedalam lima kategori yakni Sangat direndam dalam ekstrak bawang merah 5% Kenyal, Kenyal, Netral, Tidak Kenyal dan menunjukkan warna yang tidak cerah.Bakso Sangat Tidak Kenyal. yang telah direndam dalam ekstrak bawang 26 Pemanfaatan Ekstrak Bawang Merah dan Asam Asetat sebagai Pengawet Alami Bakso Tabel 5.3 Hasil Pengujian Tekstur pada Bakso Kategori Penilaian Konsentrasi Pengulangan Kontrol 5% 10% 15% 20% 25% Tekstur Rata- Kategori Tekstur 1 2 3 4 Rata 5 1 1 1 0 1 84.273 2 1 1 0 1 84.273 1 2 0 1 3 53.818 Tidak Kenyal 2 2 0 1 3 53.818 Tidak Kenyal 1 2 6 1 1 12.364 Kenyal 2 2 6 1 1 12.364 Kenyal 1 2 6 1 2 02.273 Kenyal 2 2 6 1 2 02.273 Kenyal 1 4 0 0 3 43.273 Netral 2 4 0 0 3 43.273 Netral 1 4 0 1 2 43.182 Netral 2 4 0 1 2 43.182 Netral Dari Tabel 5.3 terlihat bahwa bakso Sangat Tidak Kenyal Sangat Tidak Kenyal direndam dalam larutan biang 20% dan 25% yang tidak direndam dengan menggunakan menunjukkan tekstur bakso yang netral. ekstrak bawang merah dan asam asetat Uji Aroma menunjukkan tekstur yang sangat tidak Hasil uji Aroma dapat dilihat pada kenyal.Bakso yang direndam dalam ekstrak Tabel 5.4 mengenai pengkategorian aroma bawang merah dan asam asetat sebanyak 5% yang terdiri dari lima kategori aroma yakni menunjukkan tidak Sangat harum, Harum, Netral, Tidak harum kenyal.Bakso yang telah direndam dalam dan Sangat tidak harum.Hasil pengujian ekstrak bawang merah dan asam asetat aroma pada bakso menunjukkan bahwa sebesar 10% dan 15% menunjukkan tekstur bakso yang tidak direndam pada larutan yang kenyal.Sedangkan bakso yang telah biang ekstrak bawang merah dan asam asetat tekstur yang memiliki aroma yang sangat tidak 27 Hasrianti, Nururrahmah, Nurasia (2016) harum.Bakso yang telah direndam pada larutan biang 25% sangat tidak harum.Hal larutan asam asetat 5% memiliki aroma yang ini menunjukkan bahwa semakin tinggi tidak harum.Sedangkan bakso yang telah konsentrasi larutan biang maka tingkat direndam pada larutan biang 10% dan 15% keasamannya memiliki aroma yang netral.Bakso yang menyebabkan bakso memiliki aroma yang telah direndam pada larutan biang 20% tidak tidak harum. semakin tinggi yang harum dan bakso yang direndam pada Tabel 5. 4 Hasil Pengujian Aroma pada Bakso Konsentrasi Pengulangan Kontrol 5% 10% 15% 20% 25% Kategori Penilaian Aroma Rata- Kategori 1 2 3 4 5 Rata 1 1 1 0 1 8 4.273 2 1 1 0 1 8 4.273 1 1 1 2 0 7 4.000 Tidak Harum 2 1 1 2 0 7 4.000 Tidak Harum 1 1 5 2 1 2 2.818 Netral 2 1 5 2 1 2 2.818 Netral 1 1 1 6 2 1 3.091 Netral 2 1 1 6 2 1 3.091 Netral 1 1 1 0 4 5 4.000 Tidak Harum 2 1 1 0 4 5 4.000 Tidak Harum 1 1 1 0 0 9 4.364 2 1 1 0 0 9 4.364 KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dapat Aroma Sangat Tidak Harum Sangat Tidak Harum Sangat Tidak Harum Sangat Tidak Harum 1. Ekstrak bawang merah dan asam asetat cukup efektif sebagai bahan pengawet alami bakso. disimpulkan bahwa: 28 Pemanfaatan Ekstrak Bawang Merah dan Asam Asetat sebagai Pengawet Alami Bakso 2. Ekstrak bawang merah dan asam asetat dengan konsentrasi 15% dapat Rosmayanti, M. 2014. Material Safety Dara dimanfaatkan sebagai pengawet alami Sheet (MSDS) Asam Asetat Murni bakso selama 11 hari. (asam asetat Glasial) CH3COOH. Yogyakarta: Saran Penelitian ini diharapkan dapat Analisis Kesehatan. Poltekkes Kemenkes. dikembangkan menjadi salah satu data akurat bagi calon penelitian lain yang sejalan dengan penelitian ini. Simanjuntak, M. R. 2008. Ekstraksi dan Fraksinasi Komponen Ekstrak daun Tumbuhan Senduduk (Melastoma DAFTAR PUSTAKA malabathricum L.) serta Pengujian Andriani. 2006. Pengganti, Formalin, Asam Efek Sediaan Krim terhadap Asetat untuk Mengawetkan Daging Penyembuhan Luka Bakar. Medan: Ayam. Bogor. Farmasi. Universitas Sumatera Utara. Klohs WD, Fry DW, Kraker AJ. (1997). Tumbel, M. 2010. Analisis Kandungan Inhibitors of tyrosine kinase.Curr Boraks dalam Mie Basah yang Opin Oncol. 9:562-568. Beredar di Kota Makassar. Makssar: Kimia. Universitas Negeri Makassar. Rahayu, E, dan Berlian,N. V. A, 1999. Bawang Merah. Penebar Swadaya, Jakarta. Tritrosoepomo, 1993. Taksonomi Umum. Gajah Mada University Press: Yogyakarta. Rukmana.,1994, Bertanam Petsai & Sawi, Kanisius, Yogyakarta. Wibowo, S., 1995. Budi Daya Bawang Putih, Merah, dan Bombay. Penebar Rodrigues A., Fogliano V., Graziani G., Swadaya, Jakarta. Mendes, S., Vale, A. and Goncalves, C., 2003. Nutrition Value of Onion Regional Varieties in Northwest Portugal, EJEAFChe 2(4): 519-524. Yohana, SKD., U.H. Asmara. 1998. Kajian Nilai Gizi Bakso Sapi dan Bubur Pedas sebagaiSumber Makanan 29 Hasrianti, Nururrahmah, Nurasia (2016) Setengah Berat di Kotamadya Pontianak.Prosiding dan Gizi, Yogyakarta, 15 Desember 1998. SeminarNasional Teknologi Pangan 30