Bab 2 - Widyatama Repository

advertisement
BAB II
BAHAN RUJUKAN
2.1
Kinerja
2.1.1 Pengertian Kinerja
Kinerja adalah Kinerja berasal dari kata job performance atau actual
performance yang berarti prestasi kerja atau prestasi sesungguhnya yang dicapai
oleh seseorang. Pengertian kinerja (prestasi kerja) adalah hasil kerja secara
kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh seorang pegawai dalam melaksanakan
fungsinya sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan kepadanya.
Menurut Nurlaila (2010:71), ”Performance atau kinerja merupakan hasil atau
keluaran dari suatu proses”.
Menurut Luthans (2005:165), “kinerja adalah kuantitas atau kualitas sesuatu
yang dihasilkan atau jasa yang diberikan oleh seseorang yang melakukan
pekerjaan”.
2.1.2 Jenis kinerja
Keberhasilan organisasi tergantung kepada kinerja para peserta organisasi
yang bersangkutan dan unsur manusialah yang memegang peranan sangat penting
dalam menentukan keberhasilan mencapai tujuan organisasi.
Adapun menurut Sofa, 2013 di dalam organisasi di kenal tiga jenis kinerja
yakni:
a. Kinerja strategik
Kinerja strategik biasanya berkaitan dengan strategi dalam penyesuaian
terhadap ligkungannya dan kemampuan di mana suatu organisasi berada.
Biasanya kebijakan strategik di pegang oleh top manajer, karena
menyangkut strategi menghadapi pihak luar, dan juga kinerja strategik
harus mampu membuat visi kedepan tentang kondisi makro ekonomi
negara yang berpengaruh pada kelangsungan organisasi.
b. Kinerja administratif
Kinerja administratif berkaitan dengan kinerja administrasi organisasi.
Termasuk didalamnya tentang struktur administratif yang mengatur
7
8
hubungan otoritas (wewenang) dan tanggung jawab dari orang yang
menduduki jabatan atau bekerja pada unit-unit kerja yang terdapat dalam
organisasi. Disamping itu, kinerja administratif berkaitan dengan kinerja
dari mekanisme aliran informasi antar unit kerja dalam organisai,agar
tercapai sinkronisasi kerja antar unit kerja.
c. Kinerja operasional.
Kinerja operasional berkaitan dengan efektifitas penggunaan setiap
sumber daya yang digunakan organisasi. Kemampuan mencapai efektifitas
penggunaan sumberdaya (modal, bahan baku, teknologi dan lain-lain)
tergantung kepada sumberdaya manusia yang mengerjakan.
2.2
Laporan Keuangan
2.2.1 Pengertian Laporan Keuangan
Laporan keuangan adalah catatan informasi keuangan suatu perusahaan
pada suatu periode akuntansi yang dapat digunakam untuk menggambarkan
kinerja perusahaan tersebut. Dalam PSAK No. 1 (2009) disebutkan bahwa tujuan
laporan keuangan adalah suatu penyajian terstruktur dari posisi keuangan dan
kinerja keuangan suatu entitas.
Menurut Ikatan Akuntan Indonesia (2012:5) mengemukakan laporan
keuangan yaitu, “Laporan keuangan merupakan struktur yang menyajikan
posisi keuangan dan kinerja keuangan dalam sebuah entitas”. Tujuan umum
dari laporan keuangan ini untuk kepentingan umum adalah penyajian informasi
mengenai posisi keuangan (financial position), kinerja keuangan (financial
performance),dan arus kas (cash flow) dari entitas yang sangat berguna untuk
membuat keputusan ekonomis bagi para penggunanya. Untuk dapat mencapai
tujuan ini, laporan keuangan menyediakan informasi mengenai elemen dari entitas
yang terdiri dari aset, kewajiban, networth, beban, dan pendapatan (termasuk gain
dan loss), perubahan ekuitas dan arus kas. Informasi tersebut diikuti dengan
catatan, akan membantu pengguna memprediksi arus kas masa depan.
Menurut Munawir (2010:5), “pada umumnya laporan keuangan itu
terdiri dari neraca dan perhitungan laba-rugi serta laporan perubahan
ekuitas”. Neraca menunjukkan/menggambarkan jumlah aset, kewajiban dan
9
ekuitas dari suatu perusahaan pada tanggal tertentu. Sedangkan perhitungan
(laporan) laba-rugi memperlihatkan hasil-hasil yang telah dicapai oleh perusahaan
serta beban yang terjadi selama periode tertentu, dan laporan perubahan ekuitas
menunjukkan sumber dan penggunaan atau alasan-alasan yang menyebabkan
perubahan ekuitas perusahaan.
Menurut Gitman (2012:44), “Annual report that publicly owned
corporations must provide to stockholders; it summarizes and documents the
firms financial 2 activities during the past year”.
Berdasarkan pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa laporan
keuangan untuk perusahaan terdiri dari laporan-laporan yang melaporkan posisi
keuangan perusahaan pada suatu waktu tertentu, yang dilaporkan dalam neraca
dan perhitungan laba-rugi serta laporan perubahan ekuitas dan laporan arus kas,
dimana neraca menunjukkan jumlah aset, kewajiban dan ekuitas perusahaan.
Laporan laba-rugi menunjukkan hasil operasi perusahaan selama periode tertentu.
Sedangkan laporan perubahan ekuitas menunjukkan sumber dan penggunaan atau
alasan-alasan yang menyebabkan perubahan ekuitas perusahaan.
2.2.2 Pemakai Laporan Keuangan
Menurut Harahap (2010:7), pengguna laporan keuangan adalah sebagai
berikut:
1. Pemilik Perusahaan
Bagi pemilik perusahaan, laporan keuangan untuk menilai prestasi atau
hasil yang diperoleh manajemen, engetahui hasil dividen yang akan
diterima, menilai posisi keuangan perusahaan dan pertumbuhannya,
mengetahui nilai saham dan laba per lembar saham, sebagai dasar untuk
memprediksi kondisi perusahaan di masa mendatang dan sebagai dasar
untuk mempertimbangkan, menambah, atau mengurangi investasi.
2. Manajemen Perusahaan
Bagi manajemen perusahaan, laporan keuangan ini digunakan sebagai alat
untuk mempertanggung jawabkan pengelolaan kepada pemilik, mengukur
tingkat biaya dari setiap kegiatan operasi perusahaan, divisi, bagian, atau
segmen tertentu, mengukur tingkat efisiensi dan tingkat keuntungan
10
perusahaan, divisi, atau segmen, menilai hasil kerja individu yang diberi
tugas dan tanggung jawab, menjadi bahan pertimbangan dalam
menentukan perlu tidaknya diambil kebijaksanaan baru dan memenuhi
ketentuan dalam undang-undang, peraturan, anggaran dasar, pasar modal,
dan lembaga regulator.
3. Investor
Bagi investor, laporan keuangan ini digunakan untuk mengetahui prospek
keuntungan dan perkembangan perusahaan selanjutnya, sehingga para
investor dapat mengetahui jaminan atas investasinya dalam kondisi
keuangan janka pendek.
4. Kreditur dan Banker
Bagi kreditur dan bankir laporan keuangan ini digunakan untuk menilai
kondisi keuangan dan hasil usaha perusahaan baik jangka pendek maupun
dalam jangka panjang, menilai kualitas jaminan kredit/ investasi untuk
menopang kredit yang akan diberikan, menilai dan memprediksi prospek
keuntungan yang mungkin diperoleh dari perusahaan atau menilai rate of
return perusahaan, dan menilai kemampuan likuiditas, solvabilitas,
rentabilitas perusahaan sebagai dasar dalam pertimbangan keputusan
kredit.
5. Pemerintah
Bagi pemerintah laporan keuangan ini digunakan untuk menghitung dan
menetapkan jumlah pajak yang harus dibayar, sebagai dasar dalam
penetapan-penetapan
kebijakan
baru,
menilai
apakah
perusahaan
memerlukan bantuan atau tindakan lain dan menilai kepatuhan perusahaan
terhadap aturan yang ditetapkan.
2.3
Bank
2.3.1 Pengertian Bank
Menurut Undang-Undang Perbankan, “bank adalah badan usaha yang
menghimpun
dana dari
masyarakat dalam bentuk
simpanan
dan
menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentukbentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak”.
11
Menurut para ahli :
1. Prof. G.M. Verryn Stuart (2015), “Pengertian Bank ialah
badan usaha yang wujudnya ialah memuaskan keperluan
orang lain, dengan cara memberikan kredit yang berupa uang
yang diterimanya dari orang lain, sekalipun dengan cara
dengan menambah uang baru (kertas atau logam)”.
2. Dr. B.N. Ajuha (2015), “Pengertian Bank adalah Tempat
menyalurkan
modal
dari
mereka
yang
tidak
dapat
menggunakan secara menguntungkan kepada mereka yang
dapat membuatnya dapat lebih produktif untuk dapat
keuntungan masyarakat”.
2.3.2 Jenis Bank
Jenis bank di Indonesia menurut Drs. H. Malayu S.P. Hasibuan (2015) :

Bank Sentral, yakni jenis bank yang bertugas untuk menerbitkan
uang kertas dan juga uang logam untuk dapat dijadikan sebagai alat
pembayaran yang sah di dalam suatu negara dan juga
mempertahankan konversi uang yang dimaksud terhadap emas
maupun perak maupun keduanya.

Bank Umum, yakni jenis bank yang bukan saja dapat untuk
meminjamkan ataupun menginvestasikan berbagai jenis tabungan
yang diperolehnya, namun tetapi juga dapat memberikan pinjaman
dari menciptakan sendiri suatu uang giral.

Bank
Perkreditan Rakyat
(BPR),
yaitu jenis
bank
yang
melaksanakan kegiatan usaha dengan secara konvensional maupun
yang didasarkan pada suatu prinsip syariah yang dalam kegiatannya
tidak dapat memberikan jasa di dalam lalu lintas pembayaran.

Bank Syariah, yakni jenis bank yang
beroperasi dengan
berdasarkan prinsip bagi hasil maupun sesuai dengan kaidah ajaran
islam mengenai hukum riba.
12
2.3.3 Fungsi Bank
Fungsi Bank menurut Drs. H. Malayu S.P. Hasibuan (2015) :
1. Fungsi Bank Sebagai Agent Of Trust
fungsi bank sebagai agent of trust ialah suatu lembaga yang
berlandasakan pada suatu kepercayaan. Dasar utama pada kegiatan
perbankan yaitu kepercayaan, baik itu sebagai penghimpun dana
ataupun penyaluran dana. Dalam hal tersebut Masyarakat akan mau
menyimpan dana dananya di bank apabila dilandasi dengan
kepercayaan.
2. Fungsi Bank Sebagai Agent Of Development
Fungsi bank ialah sebagai agent of development ialah suatu
lembaga yang memobilisasi dana berguna untuk
pembangunan
ekonomi suatu negara. Kegiatan bank tersebut berupa penghimpun dan
juga penyalur dana sangatlah diperlukan bagi lancarnya suatu kegiatan
perekonomian di sektor riil. Dalam hal tersebut bank memungkinkan
masyarakat itu untuk melakukan kegiatan untuk investasi, distribusi,
dan juga kegiatan konsumsi barang serta jasa, mengingat bahwa
kegiatan investasi , distribusi dan juga konsumsi tidak terlepas dari
adanya penggunaan uang.
3. Fungsi Bank Sebagai Agent Of Services
Fungsi bank sebagai agent of service ialah merupakan lembaga
yang memberikan suatu pelayanan kepada masyarakat. Dalam hal
tersebut
bank
memberikan
jasa
pelayanan
perbankan
kepada
masyarakat agar masyarakat tersebut merasa aman dan juga nyaman
dalam menyimpan dananya itu. Jasa yang ditawarkan didalam bank
tersbut sangat erat kaitannya dengan suatu kegiatan perekonomian
masyarakat secara umum.
13
2.4
Investasi
2.4.1 Pengertian Investasi
Investasi menurut Sunariyah (2011) :
“Investasi adalah penanaman modal untuk satu atau lebih aktiva
yang dimiliki dan biasanya berjangka waktu lama dengan harapan
mendapatkan keuntungan di masa – masa yang akan datang”.
Dengan kata lain tujuan penanaman dana yang dilakukan investor adalah
untuk mendapatkan keuntungan dimasa – masa yang akan datang.
Definisi investasi menurut Relly dan Brown (2013:3) :
“Investasi adalah setiap dollar yang diinvestasikan akan memberikan
return dimasa datang sesuai dengan jangka waktu investasi, tingkat
inflasi dan kondisi ekonomi yang akan datang. Ada dua faktor yang
terdapat dalam pengertian tersebut, yaitu : waktu dan risiko”.
Kebutuhan akan investasi terus bertambah karena ketidakpastian di masa
yang akan datang selalu ada. Seiring dengan berkembangan zaman, instrumen
investasi juga semakin beragam jenisnya. Reksadana sebagai salah satu instrumen
investasi dengan berbagai keunggulan seperti halnya hanya membutuhkan modal
relatif sedikit, memiliki ragam jenis sesuai dengan risk dan return dikelola oleh
tenaga profesional tampkanya dapat menjadi solusi instrumen investasi bagi
masyarakat.
2.4.2 Tujuan Investasi
Menurut Irham Fahmi (2012:3) Dalam investasi terdapat 4 tujuan, yaitu :
1. Terciptanya keberlanjutan (continuity) dalam investasi tersebut.
2. Terciptanya profit yang maksimum atau keuntungan yang diharapkan
(profit actual).
3. Terciptanya kemakmuran bagi para pemegang saham.
4. Turut memberikan andil bagi pembangunan bangsa.
Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa tujuan dari investasi,
yaitu mengaharapkan pendapat return yang lebih besar atas investasi yang telah
dilakukan untuk hasil yang diperoleh pada masa yang akan datang (Irhan Fahmi,
2013).
14
2.4.3 Risiko investasi
Investor dalam mengambil setiap keputusan investasi adalah selalu
berusaha untuk meminimalisir berbagai risiko yang timbul, baik resiko yang
bersifat jangka pendek maupun risiko yang bersifat jangka panjang. Setiap
perubahan berbagai kondisi mikro maupun makro ekonomi akan turut mendorong
terbentuknya berbagai kondisi yang mengharuskan seorang investor memutuskan
apa yang harus dilakukan dan strategi apa yang akan diterapkan agar ia tetap
memperoleh return yang diharapkan.
Dari pernyataan diatas dapat disimpulkan bahwa risiko investasi dapat
diartikan sebagai kemungkinan terjadinya perbedaan antara actual return and
expected return (Irhan Fahmi, 2013).
Terdapat beberapa jenis resiko dalam investasi :
1. Resiko Suku Bunga
Naik turunnya suku bunga perbankan baik deposito, tabungan dan
pinjaman akan mempengaruhi keputusan publik dalam menetapkan
keputusannya, yaitu jika suku bunga bank mengalami kenaikan maka
publik akan menyimpan dananya di bank seperti dalam bentuk deposito,
namun jika suku bunga bankterjadi penurunan maka publik akan
mempengaruhi dana tersebut untuk membeli saham.
2. Risiko Pasar
Kondisi risiko pasar tergambar pada fluktuasi pasar, krismon, dan resesi
ekonomi.
3. Risiko Inflasi
Daya beli masyarakat pada saat inflasi terjadi penurunan, namun pada saat
inflasi stabil atau rendah maka daya beli masyarakat akan terjadi
peningkatan.
4. Risiko Bisnis
Perkembangan dalam bidang trend, mode, dan dinamika lainnya telah
mampu mempengaruhi berbagai keputusan publik dalam melakukan
pembelian.
15
5. Risiko Finansial
Memakai utang dalam membiayai perusahaan, maka akan menyebabkan
utang terjadi peningkatan hingga berefek pada risiko yang ikut meningkat
juga sehingga otomatis risiko finansial akan ikut meningkat.
6. Risiko Likuiditas
Menyangkut
kemampuan
likuiditas
perusahaan
dalam
memenuhi
kebutuhan jangka pendeknya
7. Risiko Nilai Tukar Mata Uang
Risiko mata uang, naik turunnya nilai mata uang suatu negara saat
dikonversikan dengan mata uang negara lainnya.
8. Risiko Negara (Contry Risk)
Menyangkut dengan kerusuhan politik, kudeta militer, dan pemberontakan
lainnya.
2.5
Pasar Modal
2.5.1 Pengertian Pasar Modal
Pasar modal merupakan pertemuan pihak-pihak yang memiliki kelebihan
dan kekurangan dana dengan cara memperjualbelikan surat berharga/sekuritas.
Pasar modal merupakan sarana investasi yang memiliki jangka waktu lebih dari
satu tahun seperti saham maupun obligasi (Tandelilin, 2010). Pasar modal harus
bersifat likuid dan efisien agar dapat menarik para investor. Pasar modal
dikatakan likuid jika penjual dapat menjual dan pembeli dapat membeli surat
berharga/sekuritas dengan cepat. Sedangkan pasar modal dikatakan efisien jika
harga dari surat berharga/sekuritas mencerminkan nilai dari perusahaan secara
akurat.
2.5.2 Instrumen Pasar Modal
Terdapat beberapa instrumen penting yang berada di dalam pasar modal.
Setiap instrumen tersebut memberikan return dan risiko yang berbeda-beda.
Menurut Jogiyanto (2013) menjelaskan ada empat instrumen pasar modal, yaitu:
1. Saham
Saham merupakan hak kepemilikan dalam suatu perusahaan. saham terdiri
dari 3
jenis yaitu Saham Biasa (Common Stock), Saham Preferen
16
(Preffered Stock), dan Saham Treasuri (Treasury Stock). Saham
merupakan instrumen pasar modal yang menawarkan keuntungan paling
tinggi sehingga banyak diminati oleh para investor.
2. Obligasi
Obligasi (bond) merupakan utang jangka panjang yang akan dibayarkan
kembali pada saat jatuh tempo dengan bunga yang tetap jika ada. Bunga
dari obligasi bersifat tetap sehingga dalam Reksa Dana jenis instrumen ini
sering dikenal sebagai Reksa Dana pendapatan tetap. Jenis ini memberikan
keuntungan yang relatif kecil namun memiliki potensi kerugian yang kecil
pula.
3. Instrumen Derivatif
Instrumen derivatif merupakan sekuritas yang nilainya merupakan turunan
dari suatu sekuritas lain sehingga nilai instrumen derivatif sangat
tergantung dari harga sekuritas lain yang ditetapkan sebagai patokan. Ada
beberapa jenis instrumen derivatif diantaranya warrant, right issue, option
dan futures.
4. Reksa Dana
Reksa Dana merupakan sertifikat yang menjelaskan bahwa pemiliknya
menitipkan sejumlah dana kepada perusahaan Reksa Dana untuk
digunakan sebagai modal berinvestasi baik di pasar modal maupun di
pasar uang. Perusahaan Reksa Dana akan menghimpun dana dari investor
untuk kemudian diinvestasikan dalam bentuk portofolio yang dibentuk
oleh Manajer Investasi.
2.6
Reksadana
2.6.1 Pengertian Reksa Dana
Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal menyebutkan
bahwa ”Reksa Dana adalah wadah yang dipergunakan untuk menghimpun
dana dari masyarakat pemodal untuk selanjutnya diinvestasikan dalam
portofolio efek oleh Manajer Investasi”.
17
2.6.2 Karakteristik Reksa Dana
Menurut Manurung (2008) ada beberapa karakteristik dalam suatu Reksa
Dana, yaitu:
a. Kumpulan dana dan pemilik.
Reksa Dana merupakan kumpulan dana dan pemilik (investor)
Dana yang terkumpul dalam suatu Reksa Dana berasal dari beberapa
investor yang dikumpulkan dan diserahkan kepada Manajer Investasi
untuk dikelola. Hal tersebut menunjukkan bahwa suatu Reksa Dana
merupakan kumpulan dana dari beberapa investor.
b. Diinvestasikan pada efek yang dikenal dengan instrumen investasi.
Dana yang dikumpulkan dari masyarakat tersebut diinvestasikan ke
dalam instrumen investasi seperti rekening koran, deposito, surat utang
jangka pendek, surat utang jangka panjang, obligasi dan obligasi konversi,
serta efek saham. Manajer Investasi melakukan investasi pada masingmasing instrumen tersebut dengan besaran yang berbeda-beda sesuai
perhitungan Manajer Investasi untuk mencapai tujuan investasi yaitu
tingkat pengembalian yang diharapkan.
c. Reksa Dana dikelola oleh Manajer Investasi.
Manajer Investasi merupakan pihak yang bertanggung jawab
mengenai dana yang diinvestasikan oleh para investor. Manajer Investasi
harus memiliki ijin resmi dari BAPEPAMLK untuk mengelola dana dari
para investor. Kinerja dari suatu Reksa Dana dapat menjadi acuan baik
buruknya suatu Manajer Investasi.
d. Reksa Dana merupakan instrumen investasi jangka menengah dan
panjang.
Karakteristik yang keempat ini merupakan karakteristik yang tidak
tertulis secara jelas tetapi merupakan karakteristik yang tersirat dari
konsep tersebut. Jangka menengah dan jangka panjang merupakan refleksi
dari investasi Reksa Dana tersebut karena umumnya Reksa Dana
melakukan investasi kepada instrumen investasi jangka panjang seperti
Medium Term Notes (MTN), obligasi dan saham. Melalui konsep
18
karakteristik tersirat ini maka Reksa Dana tidak dapat dianggap sebagai
pesaing dari deposito produk perbankan tersebut. Reksa Dana dianggap
produk pelengkap dari produk yang ditawarkan perbankan. Bank-bank
yang sudah maju atau sudah memiliki priority banking akan menawarkan
Reksa Dana sebagai produk investasi jangka panjang.
e. Reksa Dana merupakan produk investasi yang berisiko.
Berisikonya Reksa Dana dikarenakan instrumen investasi yang
menjadi portofolio Reksa Dana dan pengelola Reksa Dana yang
bersangkutan.
Berisikonya
Reksa
Dana
karena
harga
instrumen
portofolionya yang berubah tiap waktu. Contohnya bila Reksa Dana
tersebut berisikan obligasi maka kebijakan Bank Indonesia meningkatkan
suku bunga akan membuat harga obligasi mengalami penurunan. Manajer
Investasi yang mengelola portofolio juga bisa membuat Reksa Dana
tersebut berisiko dengan tindakan disengaja maupun tidak disengaja.
Misalkan ada dana tunai yang masuk ke Reksa Dana dan Manajer
Investasi sedang mengadakan rapat seharian dan lupa melakukan
penempatan dana sehingga pengembalian Reksa Dana turun.
2.6.3 Manfaat Investasi Reksada
Reksadana merupakan instrumen yang menguntungkan bagi para investor.
Manfaat diperoleh jika melakukan investasi pada reksadana menurut Irham
Fahmi (2012:64), yaitu :
a. Tingkat pengambilan yang potensial
Tingkat pengembalian yang diharapkan investor dari investasi pada
reksadana adalah:
a) Deviden dan atau bunga, yang dapat diterima dari manajer investasi.
b) Keuntungan atau capital gain dari peningkatan nilai aktiva bersih.
b. Diversifikasi
Suatu portofolio reksadana yang terdiri dari berbagai macam efek yang
dapat dimiliki investor dengan biaya yang relative sedikit. Dimana tarif
yang ditawarkan oleh reksadana rendah yaitu Rp100.000.
19
c. Pengelolaan secara profesional
Investor tidak perlu melakukan analisa efek karena tugas tersebut sudah
dilakukan manajer investasi yang profesional.
d. Likuiditas
Reksadana terbuka sangat likuid karena investor dapat menjual unit
miliknya kapan saja kepada manajer investasi.
2.6.4 Jenis Reksa Dana
Memahami jenis reksadana yang tersedia , sangatlah perlu untuk
mengetahui mengenai instrumen dimana reksadana melakukan investasi,
karakteristik potensi keuntungan serta risiko yang akan terjadi. Reksadana dapat
dilihat dari beberapa sudut pandang, antara lain :
Jenis
reksadana
berdasarkan
struktur
lembaga.
Menurut
Sri
Hermuningsih (2012:251) :
1. Reksdana berbentuk perseroan (PT)
Reksadana yang berbentuk PT memiliki badan hukum tersendiri.
Reksadana
tersebut
beroperasi
sebagai
penjual
unit
penyertaan.
Konsekuensi reksadana sebagai perseroan adalah harus memilikin
anggaran dasar, direksi dan kekayaan sendiri, pemegang saham. Yang
membedakannya dengan jenis perseroan lain, harus memperoleh izin
mengelola reksadana dari Bapepam. Direksi dari reksadana ini kemudian
akan menunjuk manajer investasi sebagai pengelola administrasi dana
masabah.
2. Reksadana Kontrak Investasi Kolektif (KIK)
Reksadana berbentuk KIK bukanlah badan hukum tersendiri, sehingga
untuk mengoperasikan reksadana jenis ini tidak perlu didirikan PT khusus.
Dengan kata lain, manajer investasi bisa langsung mengambail inisiatif
untuk membentuk KIK bersama bank kustodian atau kontrak. Kontrak ini
akan meningkat seluruh pemegang unit penyertaan yang mempercayakan
dananya bersama – sama kepada manajer investasi. Wewenang dari
manajer investasi kolektif tersebut sedangkan wewenang bank kustodian
adalah melaksanakan penitipan kolektif atas dana tersebut.
20
Jenis reksadana berdasarkan jenisnya Menurut Irfan Fahmi (2012:64) :
1. Reksa Dana tertutup
Reksa Dana tertutup adalah Reksa Dana yang transaksi perdagangan Unit
Penyertaan dilakukan melalui bursa saham. Unit Penyertaan Reksa Dana
tertutup sama seperti saham. pemegang saham Reksa Dana tertutup harus
menjual ke bursa melalui broker saham untuk mendapatkan dananya.
Jumlah saham Reksa Dana tertutup tidak berubah-ubah dari waktu ke
waktu terkecuali adanya tindakan perusahaan. Harga saham Reksa Dana
tertutup bervariasi sesuai dengan portofolionya. Biasanya harga saham
Reksa Dana tertutup selalu lebih rendah dari Nilai Aktiva Bersihnya
karena adanya biaya transaksi. Reksa Dana tertutup ini sudah tidak ada
lagi di Indonesia, dimana sebelumnya hanya satu yang berdiri yaitu Reksa
Dana BDNI.
2. Reksa Dana terbuka
Reksa Dana terbuka yaitu Reksa Dana dimana pemegang unit menjual
unitnya langsung kepada Manajer Investasi terkecuali Exchange Traded
Fund (ETF). Manajer Investasi wajib membeli Unit Penyertaan yang dijual
kembali oleh investor. Harga Unit Penyertaan ditentukan oleh harga
penutupan perdagangan pada hari yang bersangkutan. Investor tidak
mengetahui harga jual atau beli dari Unit Penyertaan dan akan diketahui
pada esok harinya. Artinya investor tidak bisa melakukan arbitrase pada
Reksa Dana.
Reksa Dana dapat juga diklasifikasikan berdasarkan Jenis investasinya.
Menurut Jogiyanto (2010), terdapat beberapa jenis Reksa Dana di
Indonesia, yaitu:
1. Reksa Dana Saham
Menurut Bapepam IV. C.3, Reksa Dana Saham merupakan Reksa Dana
yang portofolionya minimum 80% asetnya diinvestasikan pada bursa
saham. Reksa Dana jenis ini memiliki return yang paling tinggi sekaligus
risiko yang tinggi karena saham merupakan instrumen investasi yang
memiliki nilai paling fluktuatif dibandingkan instrumen yang lain. Reksa
21
Dana saham merupakan Reksa Dana untuk jangka panjang. Keuntungan
memilih Reksa Dana Saham dibandingkan langsung membeli saham ke
bursa efek adalah investor tidak perlu bingung untuk memilih dan
mengawasi investasi yang dimilikinya karena sudah dikelola oleh pihak
manajer investasi.
2. Reksa Dana Pendapatan Tetap
Reksa Dana Pendapatan Tetap Merupakan Reksa Dana yang berinvestasi
sedikitnya 80% dari portofolio yang dikelola berupa utang. Portofolio
tersebut mencakup bunga, deposito, obligasi, dan juga SBI. Reksa Dana
jenis ini termasuk jenis Reksa Dana yang memiliki tingkat return
menengah begitu juga dengan risikonya dengan jangka waktu antara 1
sampai 3 tahun. Reksa Dana pendapatan tetap memberikan keuntungan
berupa dividen yang dibayarkan secara teratur (per bulan ataupun tahun).
Investasi jenis ini cocok bagi para pemodal yang tidak mau mengambil
risiko tinggi namun dengan pengembalian return yang cukup tinggi.
3. Reksa Dana Pasar Uang
Reksa Dana Pasar Uang Merupakan jenis Reksa Dana yang menyertakan
100% dana dalam pasar uang seperti deposito, obligasi, maupun SBI yang
memiliki waktu jatuh tempo kurang dari satu tahun. Reksa Dana ini
memberikan tingkat risiko paling rendah diikuti dengan return yang rendah
pula. Investasi jenis ini cocok bagi para investor dengan dana yang terbatas
dan mengharapkan return yang teratur.
4. Reksa Dana Terproteksi
Reksa Dana Terproteksi Merupakan Reksa Dana yang nilai pokok
investasinya terproteksi jika dicairkan pada akhir periode. Investor yang
akan melakukan pencairan sebelum periode perjanjian akan mengalami
kerugian karena Reksa Dana ini tidak membuat nilai pokok awal investasi
sama dengan akhir periodenya. Hal itu bertujuan untuk menanggulangi
para investor yang ingin mengambil dana sebelum periode yang telah
ditetapkan sebelumnya. Investasi jenis ini umumnya berlangsung selama
3-5 tahun.
22
5. Reksa Dana Campuran
Reksa Dana Campuran Reksa Dana jenis ini dapat dikatakan merupakan
gabungan dari beberapa jenis Reksa Dana dengan proporsi yang fleksibel.
Investasi ini terdiri dari efek utang maupun ekuitas berupa saham, obligasi,
deposito, dan instrumen lain.
2.6.5 Pengelolaan Reksa Dana
Pengelolaan investasi dapat diartikan sebagai proses mengelola uang atau
sering disebut pengelolaan portofolio. Manurung (2008) menjelaskan ada lima
tahapan dalam pengelolaan Reksa Dana, yaitu:
1. Penentuan tujuan investasi
2. Pembentukan kebijakan investasi
3. Pemilihan strategi portofolio
4. Pemilihan aset
5. Pengukuran dan evaluasi kinerja
Pengelolaan Reksa Dana Menurut Pratomo (2009), Reksa Dana dikelola
oleh 2 pihak, yakni:
1. Manajer Investasi
Manajer Investasi memiliki tanggung jawab untuk menganalisa dan
memilih jenis investasi yang tepat dan menguntungkan. Manajer Investasi
merupakan suatu perusahaan yang melakukan pengelolaan portofolio efek
milik investor. Untuk dapat melakukan pengelolaan Manajer Investasi
harus memiliki ijin dari Bapepam-LK.
2. Bank Kustodian
Bank Kustodian merupakan bank yang bertindak sebagai penyimpan
kekayaan dari para investor yang menginvestasikan kekayaannya ke dalam
suatu Reksa Dana. Dana yang tersimpan dari investor yang meliputi suratsurat berharga seperti saham, obligasi, SBI, dan lainnya disimpan atas
nama Reksa Dana di Bank Kustodian.
2.6.6 Istilah yang terkait dalam Reksa Dana
Menurut Rudiyanto (2013), istilah yang terkait dalam reksadana sebagai
berikut :
23
1. NAB (Nilai Aktiva Bersih)
NAB (Nilai Aktiva Bersih) merupakan jumlah dana bersih yang dikelola
dan diperoleh oleh Reksa Dana dan sering disebut dengan AUM (Asset
Under Management).
2. Unit Penyertaan
Unit Penyertaan merupakan satuan yang digunakan dalam investasi pada
Reksa Dana. Semakin banyak jumlah unit penyertaan, semakin banyak
investor pada suatu Reksa Dana tersebut.
3. NAB/Unit Penyertaan
NAB/Unit Penyertaan merupakan harga yang dimiliki oleh suatu Reksa
Dana. Dalam hal ini Investor suatu Reksa Dana baru dapat mengetahui
harga keesokan harinya (transaksi sebelum jam 12 siang per hari ini)
4. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG)
Indeks Harga Saham Gabungan adalah indeks yang mencerminkan nilai
representatif atas rata-rata semua saham perusahaan yang telah
mencatatkan sahamnya di Bursa Efek Indonesia. IHSG menjadi indikator
kinerja bursa saham paling utama di Bursa Efek Indonesia.
2.6.7 Return dan Risiko Reksa Dana
Return merupakan imbalan yang diterima investor dari suatu investasi.
Halim (2001) berpendapat bahwa “return dibedakan menjadi dua, yaitu
return realisasi (actual return) dan return ekspektasi (expected return)”.
Return realisasi merupakan pengembalian yang dihitung berdasarkan historis.
Return tersebut dapat digunakan untuk menilai kinerja perusahaan di masa lalu.
Sedangkan return ekspektasi merupakan pengembalian yang diharapkan dari
investasi yang akan dilakukan.
Menurut Halim (2001), risiko merupakan besarnya penyimpangan antara
expected return dengan tingkat pengembalian yang dicapai secara nyata (actual
return). Terdapat dua jenis risiko dalam investasi. Pertama, Risiko tidak sistematis
(unsystematic risk) yaitu risiko yang dapat dihilangkan dengan melakukan
diversifikasi karena risiko hanya terdapat dalam satu perusahaan saja. Kedua,
Risiko sistematis (systematic risk) merupakan risiko yang tidak dapat dihilangkan
24
dengan melakukan diversifikasi karena fluktuasi risiko dipengaruhi oleh faktorfaktor makro yang dapat memengaruhi pasar secara menyeluruh. Risiko Reksa
Dana juga dapat disebabkan oleh beberapa hal sebagai berikut:
a. Risiko menurunnya NAB
Penurunan ini disebabkan oleh menurunnya perbandingan harga pasar
dari instrumen investasi terhadap harga awal pembelian.
b. Risiko likuiditas
Risiko ini dapat terjadi apabila pemegang unit penyertaan reksadana
pada salah satu Manajer Investasi tertentu melakukan penarikan dana
dalam jumlah besar pada hari dan waktu yang sama.
c. Risiko pasar
Risiko pasar merupakan situasi dimana harga instrumen investasi
mengalami penurunan yang disebabkan oleh menurunnya kinerja
pasar saham atau obligasi secara drastis (bearish) yaitu harga-harga
saham atau instrumen investasi mengalami penurunan harga yang
sangat drastis.
d. Risiko default
Risiko ini terjadi jika pihak Manajer Investasi membeli obligasi milik
emiten yang mengalami kesulitan keuangan padahal sebelumnya
kinerja keuangan tersebut masih baikbaik saja. Risiko dapat dihindari
dengan memilih Manajer Investasi yang menerapkan strategi
pembelian portofolio investasi yang ketat.
2.6.8 Reksadana Bebas Pajak & Bukan Objek Pajak
1. Reksadana Bebas Pajak
Maksud dari bebas pajak yaitu dimana pada awal penerbitan investasi
reksadana dikenakan pajak hingga 5%. Berdasarkan Peraturan Pemerintah
R.I. No. 16 Tahun 2009 (“PP No. 16 Tahun 2009”), ketentuan bebas pajak
akan dihapuskan secara pelan-pelan. Pemberlakukannya adalah sebagai
berikut:

Dari tahun 2011 – 2013 reksa dana dikenakan pajak 5%

Tahun 2014 dan seterusnya dikenakan pajak 15% (Rudiyanto, 2013).
25
2. Reksadana Bukan Objek Pajak
Maksud dari reksadana bukan objek pajak yaitu dimana bila investor
mendapatkan keuntungan dari reksadana tidak akan di pungut biaya pajak
karena sebelumnya Manajer Investasi telah membayarkan pajak dari
keuntungan tersebut beserta dengan transaksinya, sehingga dapat
dikatakan bahwa keuntungan yang diterima oleh para investor dari
reksadana bukan objek pajak.
2.6.9 Perhitungan kinerja yang Berkaitan
1. Indeks Harga Saham Gabungan
Indeks Harga Saham Gabungan adalah indeks yang mencerminkan nilai
representatif atas rata-rata semua saham perusahaan yang telah
mencatatkan sahamnya di Bursa Efek Indonesia. IHSG menjadi indikator
kinerja bursa saham paling utama di Bursa Efek Indonesia. Indeks Harga
Saham Gabungan diperkenalkan pertama kali pada tanggal 1 April 1983
dan bertujuan untuk memberikan informasi kepada pemegang saham
mengenai pergerakan seluruh harga saham, baik saham biasa maupun
saham preferen yang berlaku di pasar modal. Nilai dasar yang digunakan
dalam perhitungan indeks ini adalah nilai pada tanggal 10 Agustus 1982
dengan dasar perhitungan weighted average (pembobotan). IHSG juga
disetarakan dengan indeks Nikkei di Jepang, Hang Seng di Hongkong dan
Dow Jones/S&P 500 di New York, karena dianggap sebagai indikator
perkembangan saham utama di pasar modal. Tingkat keuntungan IHSG
berfungsi sebagai pembanding atau patokan dalam menilai kinerja sebuah
Reksa Dana saham terhadap rata-rata kinerja saham seluruh perusahaan
yang sudah listing di Bursa Efek Indonesia. Reksa Dana saham merupakan
Reksa Dana yang sebagian besar penempatan investasinya pada instrumen
saham dan IHSG merupakan cerminan harga saham seluruh perusahaan
yang terdaftar pada Bursa Efek Indonesia. Hal ini menjelaskan bahwa
kinerja Reksa Dana saham dapat dibandingkan dengan IHSG (Tandelilin,
2010).
26
2. Alpha dan Beta
Alpha adalah tingkat imbal hasil portofolio yang merupakan buah dari
keputusan manajer portofolio di luar fluktuasi pasar normal. Alpha
merupakan ukuran kinerja Manajer Investasi yang disesuaikan dengan
risiko pasar. Alpha sangat penting untuk mempertimbangkan biaya yang
dibayarkan kepada Manajer Investasi dan melihat tingkat imbal hasil
dalam hitungan alpha dibanding fee yang dikeluarkan. Alpha dapat
memberitahu para investor dan calon investor jika Manajer Investasi
mengambil risiko berlebih untuk jumlah imbal hasil yang didapat
(Tandelilin, 2010).
Beta merupakan ukuran angka koefisien yang menggambarkan sensitivitas
atau kecenderungan respon suatu saham terhadap pasar. Beta merupakan
pengukur risiko sistematik yang tidak dapat dihilangkan karena
diversifikasi. Beta dari portofolio dikatakan 1 atau risiko sistematik suatu
portofolio sama dengan risiko pasar bila fluktuasi return portofolio secara
statistik mengikuti fluktuasi return pasar (Tandelilin, 2010).
3. Metode Sharpe
Tandelilin (2010), menjelaskan Metode Sharpe dikembangkan oleh
William Sharpe. Metode Sharpe mendasarkan perhitungannya pada konsep
garis pasar modal (capital market line) sebagai patok duga. Garis pasar modal
menggambarkan hubungan antara return harapan dengan risiko total dari
portofolio efisien pada pasar yang seimbang. Garis pasar modal dapat dipakai
untuk menilai tingkat return diharapkan dari suatu portofolio yang efisien
pada suatu tingkat risiko portofolio efisien tertentu. Melihat itu, metode
Sharpe akan bisa dipakai untuk mengukur premi risiko untuk setiap unit
risiko pada portofolio tersebut. Investor dan calon investor bisa menggunakan
persamaan berikut untuk menghitung metode Sharpe yaitu:
Di mana:
27
= Hasil Kinerja menggunakan metode Sharpe
= rata-rata return portofolio selama periode pengamatan
= rata-rata tingkat return bebas risiko selama periode pengamatan
= standar deviasi return portofolio selama periode pengamatan
Metode Sharpe dapat digunakan untuk membuat peringkat dari beberapa
portofolio berdasarkan kinerjanya. Semakin tinggi metode Sharpe suatu
portofolio dibanding portofolio lainnya, maka semakin baik kinerja portofolio
tersebut.
4. Metode Treynor
Tandelilin (2010), menjelaskan Metode Treynor merupakan ukuran
kinerja portofolio yang dikembangkan oleh Jack Treynor. Sama halnya
seperti metode Sharpe, pada metode Treynor kinerja portofolio dilihat dengan
cara menghubungkan tingkat return portofolio dengan besarnya risiko dari
portofolio tersebut. Perbedaannya dengan metode Sharpe 31 adalah
menggunakan garis pasar sekuritas (security market line) sebagai patok duga,
dan bukan garis pasar modal seperti metode Sharpe. Garis pasar sekuritas
(security market line) adalah garis yang menghubungkan tingkat return
harapan dari suatu sekuritas dengan risiko sistematis (beta). security market
line digunakan untuk menilai sekuritas secara individual pada kondisi pasar
yang seimbang, yaitu menilai tingkat return yang diharapkan dari suatu
sekuritas individual pada suatu tingkat risiko sistematis tertentu (beta).
Asumsi yang digunakan oleh Treynor adalah bahwa portofolio sudah
terdiversifikasi dengan baik sehingga risiko yang dianggap relevan adalah
risiko sistematis (diukur dengan beta). Cara mengukur metode Treynor pada
dasarnya sama dengan cara menghitung metode Sharpe, hanya saja risiko
yang diukur dengan standar deviasi pada metode Sharpe diganti dengan beta
portofolio. Metode Treynor suatu portofolio dalam periode tertentu dapat
dihitung dengan menggunakan persamaan seperti berikut ini:
28
Dimana:
= Hasil Kinerja menggunakan metode Treynor
= rata-rata return portofolio selama periode pengamatan
= rata-rata tingkat return bebas risiko selama periode pengamatan
= beta portofolio
5. Metode Jensen
Tandelilin (2010), menjelaskan Metode Jensen merupakan metode yang
menunjukkan perbedaan antara tingkat return aktual yang diperoleh
portofolio dengan tingkat return yang diharapkan jika portofolio tersebut
berada pada garis pasar modal. Persamaan untuk metode Jensen ini adalah:
= Hasil Kinerja menggunakan metode Jensen
= rata-rata return portofolio selama periode pengamatan
= rata-rata tingkat return bebas risiko selama periode pengamatan
= rata-rata return benchmark (IHSG)
= beta portofolio
Persamaan metode Jensen dengan metode Treynor adalah kedua metode
ukuran kinerja portofolio tersebut menggunakan garis pasar sekuritas sebagai
dasar untuk membuat persamaan. Sedangkan perbedaannya adalah bahwa
metode Treynor sama dengan slope garis yang menghubungkan posisi
portofolio dengan return bebas risiko, sedangkan metode Jensen merupakan
selisih antara return portofolio dengan return portofolio yang tidak dikelola
dengan cara khusus.
Download