BAB II BAHAN RUJUKAN 2.1 Kinerja 2.1.1 Pengertian Kinerja Kinerja adalah Kinerja berasal dari kata job performance atau actual performance yang berarti prestasi kerja atau prestasi sesungguhnya yang dicapai oleh seseorang. Pengertian kinerja (prestasi kerja) adalah hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh seorang pegawai dalam melaksanakan fungsinya sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan kepadanya. Menurut Nurlaila (2010:71), ”Performance atau kinerja merupakan hasil atau keluaran dari suatu proses”. Menurut Luthans (2005:165), “kinerja adalah kuantitas atau kualitas sesuatu yang dihasilkan atau jasa yang diberikan oleh seseorang yang melakukan pekerjaan”. 2.1.2 Jenis kinerja Keberhasilan organisasi tergantung kepada kinerja para peserta organisasi yang bersangkutan dan unsur manusialah yang memegang peranan sangat penting dalam menentukan keberhasilan mencapai tujuan organisasi. Adapun menurut Sofa, 2013 di dalam organisasi di kenal tiga jenis kinerja yakni: a. Kinerja strategik Kinerja strategik biasanya berkaitan dengan strategi dalam penyesuaian terhadap ligkungannya dan kemampuan di mana suatu organisasi berada. Biasanya kebijakan strategik di pegang oleh top manajer, karena menyangkut strategi menghadapi pihak luar, dan juga kinerja strategik harus mampu membuat visi kedepan tentang kondisi makro ekonomi negara yang berpengaruh pada kelangsungan organisasi. b. Kinerja administratif Kinerja administratif berkaitan dengan kinerja administrasi organisasi. Termasuk didalamnya tentang struktur administratif yang mengatur 7 8 hubungan otoritas (wewenang) dan tanggung jawab dari orang yang menduduki jabatan atau bekerja pada unit-unit kerja yang terdapat dalam organisasi. Disamping itu, kinerja administratif berkaitan dengan kinerja dari mekanisme aliran informasi antar unit kerja dalam organisai,agar tercapai sinkronisasi kerja antar unit kerja. c. Kinerja operasional. Kinerja operasional berkaitan dengan efektifitas penggunaan setiap sumber daya yang digunakan organisasi. Kemampuan mencapai efektifitas penggunaan sumberdaya (modal, bahan baku, teknologi dan lain-lain) tergantung kepada sumberdaya manusia yang mengerjakan. 2.2 Laporan Keuangan 2.2.1 Pengertian Laporan Keuangan Laporan keuangan adalah catatan informasi keuangan suatu perusahaan pada suatu periode akuntansi yang dapat digunakam untuk menggambarkan kinerja perusahaan tersebut. Dalam PSAK No. 1 (2009) disebutkan bahwa tujuan laporan keuangan adalah suatu penyajian terstruktur dari posisi keuangan dan kinerja keuangan suatu entitas. Menurut Ikatan Akuntan Indonesia (2012:5) mengemukakan laporan keuangan yaitu, “Laporan keuangan merupakan struktur yang menyajikan posisi keuangan dan kinerja keuangan dalam sebuah entitas”. Tujuan umum dari laporan keuangan ini untuk kepentingan umum adalah penyajian informasi mengenai posisi keuangan (financial position), kinerja keuangan (financial performance),dan arus kas (cash flow) dari entitas yang sangat berguna untuk membuat keputusan ekonomis bagi para penggunanya. Untuk dapat mencapai tujuan ini, laporan keuangan menyediakan informasi mengenai elemen dari entitas yang terdiri dari aset, kewajiban, networth, beban, dan pendapatan (termasuk gain dan loss), perubahan ekuitas dan arus kas. Informasi tersebut diikuti dengan catatan, akan membantu pengguna memprediksi arus kas masa depan. Menurut Munawir (2010:5), “pada umumnya laporan keuangan itu terdiri dari neraca dan perhitungan laba-rugi serta laporan perubahan ekuitas”. Neraca menunjukkan/menggambarkan jumlah aset, kewajiban dan 9 ekuitas dari suatu perusahaan pada tanggal tertentu. Sedangkan perhitungan (laporan) laba-rugi memperlihatkan hasil-hasil yang telah dicapai oleh perusahaan serta beban yang terjadi selama periode tertentu, dan laporan perubahan ekuitas menunjukkan sumber dan penggunaan atau alasan-alasan yang menyebabkan perubahan ekuitas perusahaan. Menurut Gitman (2012:44), “Annual report that publicly owned corporations must provide to stockholders; it summarizes and documents the firms financial 2 activities during the past year”. Berdasarkan pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa laporan keuangan untuk perusahaan terdiri dari laporan-laporan yang melaporkan posisi keuangan perusahaan pada suatu waktu tertentu, yang dilaporkan dalam neraca dan perhitungan laba-rugi serta laporan perubahan ekuitas dan laporan arus kas, dimana neraca menunjukkan jumlah aset, kewajiban dan ekuitas perusahaan. Laporan laba-rugi menunjukkan hasil operasi perusahaan selama periode tertentu. Sedangkan laporan perubahan ekuitas menunjukkan sumber dan penggunaan atau alasan-alasan yang menyebabkan perubahan ekuitas perusahaan. 2.2.2 Pemakai Laporan Keuangan Menurut Harahap (2010:7), pengguna laporan keuangan adalah sebagai berikut: 1. Pemilik Perusahaan Bagi pemilik perusahaan, laporan keuangan untuk menilai prestasi atau hasil yang diperoleh manajemen, engetahui hasil dividen yang akan diterima, menilai posisi keuangan perusahaan dan pertumbuhannya, mengetahui nilai saham dan laba per lembar saham, sebagai dasar untuk memprediksi kondisi perusahaan di masa mendatang dan sebagai dasar untuk mempertimbangkan, menambah, atau mengurangi investasi. 2. Manajemen Perusahaan Bagi manajemen perusahaan, laporan keuangan ini digunakan sebagai alat untuk mempertanggung jawabkan pengelolaan kepada pemilik, mengukur tingkat biaya dari setiap kegiatan operasi perusahaan, divisi, bagian, atau segmen tertentu, mengukur tingkat efisiensi dan tingkat keuntungan 10 perusahaan, divisi, atau segmen, menilai hasil kerja individu yang diberi tugas dan tanggung jawab, menjadi bahan pertimbangan dalam menentukan perlu tidaknya diambil kebijaksanaan baru dan memenuhi ketentuan dalam undang-undang, peraturan, anggaran dasar, pasar modal, dan lembaga regulator. 3. Investor Bagi investor, laporan keuangan ini digunakan untuk mengetahui prospek keuntungan dan perkembangan perusahaan selanjutnya, sehingga para investor dapat mengetahui jaminan atas investasinya dalam kondisi keuangan janka pendek. 4. Kreditur dan Banker Bagi kreditur dan bankir laporan keuangan ini digunakan untuk menilai kondisi keuangan dan hasil usaha perusahaan baik jangka pendek maupun dalam jangka panjang, menilai kualitas jaminan kredit/ investasi untuk menopang kredit yang akan diberikan, menilai dan memprediksi prospek keuntungan yang mungkin diperoleh dari perusahaan atau menilai rate of return perusahaan, dan menilai kemampuan likuiditas, solvabilitas, rentabilitas perusahaan sebagai dasar dalam pertimbangan keputusan kredit. 5. Pemerintah Bagi pemerintah laporan keuangan ini digunakan untuk menghitung dan menetapkan jumlah pajak yang harus dibayar, sebagai dasar dalam penetapan-penetapan kebijakan baru, menilai apakah perusahaan memerlukan bantuan atau tindakan lain dan menilai kepatuhan perusahaan terhadap aturan yang ditetapkan. 2.3 Bank 2.3.1 Pengertian Bank Menurut Undang-Undang Perbankan, “bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentukbentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak”. 11 Menurut para ahli : 1. Prof. G.M. Verryn Stuart (2015), “Pengertian Bank ialah badan usaha yang wujudnya ialah memuaskan keperluan orang lain, dengan cara memberikan kredit yang berupa uang yang diterimanya dari orang lain, sekalipun dengan cara dengan menambah uang baru (kertas atau logam)”. 2. Dr. B.N. Ajuha (2015), “Pengertian Bank adalah Tempat menyalurkan modal dari mereka yang tidak dapat menggunakan secara menguntungkan kepada mereka yang dapat membuatnya dapat lebih produktif untuk dapat keuntungan masyarakat”. 2.3.2 Jenis Bank Jenis bank di Indonesia menurut Drs. H. Malayu S.P. Hasibuan (2015) : Bank Sentral, yakni jenis bank yang bertugas untuk menerbitkan uang kertas dan juga uang logam untuk dapat dijadikan sebagai alat pembayaran yang sah di dalam suatu negara dan juga mempertahankan konversi uang yang dimaksud terhadap emas maupun perak maupun keduanya. Bank Umum, yakni jenis bank yang bukan saja dapat untuk meminjamkan ataupun menginvestasikan berbagai jenis tabungan yang diperolehnya, namun tetapi juga dapat memberikan pinjaman dari menciptakan sendiri suatu uang giral. Bank Perkreditan Rakyat (BPR), yaitu jenis bank yang melaksanakan kegiatan usaha dengan secara konvensional maupun yang didasarkan pada suatu prinsip syariah yang dalam kegiatannya tidak dapat memberikan jasa di dalam lalu lintas pembayaran. Bank Syariah, yakni jenis bank yang beroperasi dengan berdasarkan prinsip bagi hasil maupun sesuai dengan kaidah ajaran islam mengenai hukum riba. 12 2.3.3 Fungsi Bank Fungsi Bank menurut Drs. H. Malayu S.P. Hasibuan (2015) : 1. Fungsi Bank Sebagai Agent Of Trust fungsi bank sebagai agent of trust ialah suatu lembaga yang berlandasakan pada suatu kepercayaan. Dasar utama pada kegiatan perbankan yaitu kepercayaan, baik itu sebagai penghimpun dana ataupun penyaluran dana. Dalam hal tersebut Masyarakat akan mau menyimpan dana dananya di bank apabila dilandasi dengan kepercayaan. 2. Fungsi Bank Sebagai Agent Of Development Fungsi bank ialah sebagai agent of development ialah suatu lembaga yang memobilisasi dana berguna untuk pembangunan ekonomi suatu negara. Kegiatan bank tersebut berupa penghimpun dan juga penyalur dana sangatlah diperlukan bagi lancarnya suatu kegiatan perekonomian di sektor riil. Dalam hal tersebut bank memungkinkan masyarakat itu untuk melakukan kegiatan untuk investasi, distribusi, dan juga kegiatan konsumsi barang serta jasa, mengingat bahwa kegiatan investasi , distribusi dan juga konsumsi tidak terlepas dari adanya penggunaan uang. 3. Fungsi Bank Sebagai Agent Of Services Fungsi bank sebagai agent of service ialah merupakan lembaga yang memberikan suatu pelayanan kepada masyarakat. Dalam hal tersebut bank memberikan jasa pelayanan perbankan kepada masyarakat agar masyarakat tersebut merasa aman dan juga nyaman dalam menyimpan dananya itu. Jasa yang ditawarkan didalam bank tersbut sangat erat kaitannya dengan suatu kegiatan perekonomian masyarakat secara umum. 13 2.4 Investasi 2.4.1 Pengertian Investasi Investasi menurut Sunariyah (2011) : “Investasi adalah penanaman modal untuk satu atau lebih aktiva yang dimiliki dan biasanya berjangka waktu lama dengan harapan mendapatkan keuntungan di masa – masa yang akan datang”. Dengan kata lain tujuan penanaman dana yang dilakukan investor adalah untuk mendapatkan keuntungan dimasa – masa yang akan datang. Definisi investasi menurut Relly dan Brown (2013:3) : “Investasi adalah setiap dollar yang diinvestasikan akan memberikan return dimasa datang sesuai dengan jangka waktu investasi, tingkat inflasi dan kondisi ekonomi yang akan datang. Ada dua faktor yang terdapat dalam pengertian tersebut, yaitu : waktu dan risiko”. Kebutuhan akan investasi terus bertambah karena ketidakpastian di masa yang akan datang selalu ada. Seiring dengan berkembangan zaman, instrumen investasi juga semakin beragam jenisnya. Reksadana sebagai salah satu instrumen investasi dengan berbagai keunggulan seperti halnya hanya membutuhkan modal relatif sedikit, memiliki ragam jenis sesuai dengan risk dan return dikelola oleh tenaga profesional tampkanya dapat menjadi solusi instrumen investasi bagi masyarakat. 2.4.2 Tujuan Investasi Menurut Irham Fahmi (2012:3) Dalam investasi terdapat 4 tujuan, yaitu : 1. Terciptanya keberlanjutan (continuity) dalam investasi tersebut. 2. Terciptanya profit yang maksimum atau keuntungan yang diharapkan (profit actual). 3. Terciptanya kemakmuran bagi para pemegang saham. 4. Turut memberikan andil bagi pembangunan bangsa. Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa tujuan dari investasi, yaitu mengaharapkan pendapat return yang lebih besar atas investasi yang telah dilakukan untuk hasil yang diperoleh pada masa yang akan datang (Irhan Fahmi, 2013). 14 2.4.3 Risiko investasi Investor dalam mengambil setiap keputusan investasi adalah selalu berusaha untuk meminimalisir berbagai risiko yang timbul, baik resiko yang bersifat jangka pendek maupun risiko yang bersifat jangka panjang. Setiap perubahan berbagai kondisi mikro maupun makro ekonomi akan turut mendorong terbentuknya berbagai kondisi yang mengharuskan seorang investor memutuskan apa yang harus dilakukan dan strategi apa yang akan diterapkan agar ia tetap memperoleh return yang diharapkan. Dari pernyataan diatas dapat disimpulkan bahwa risiko investasi dapat diartikan sebagai kemungkinan terjadinya perbedaan antara actual return and expected return (Irhan Fahmi, 2013). Terdapat beberapa jenis resiko dalam investasi : 1. Resiko Suku Bunga Naik turunnya suku bunga perbankan baik deposito, tabungan dan pinjaman akan mempengaruhi keputusan publik dalam menetapkan keputusannya, yaitu jika suku bunga bank mengalami kenaikan maka publik akan menyimpan dananya di bank seperti dalam bentuk deposito, namun jika suku bunga bankterjadi penurunan maka publik akan mempengaruhi dana tersebut untuk membeli saham. 2. Risiko Pasar Kondisi risiko pasar tergambar pada fluktuasi pasar, krismon, dan resesi ekonomi. 3. Risiko Inflasi Daya beli masyarakat pada saat inflasi terjadi penurunan, namun pada saat inflasi stabil atau rendah maka daya beli masyarakat akan terjadi peningkatan. 4. Risiko Bisnis Perkembangan dalam bidang trend, mode, dan dinamika lainnya telah mampu mempengaruhi berbagai keputusan publik dalam melakukan pembelian. 15 5. Risiko Finansial Memakai utang dalam membiayai perusahaan, maka akan menyebabkan utang terjadi peningkatan hingga berefek pada risiko yang ikut meningkat juga sehingga otomatis risiko finansial akan ikut meningkat. 6. Risiko Likuiditas Menyangkut kemampuan likuiditas perusahaan dalam memenuhi kebutuhan jangka pendeknya 7. Risiko Nilai Tukar Mata Uang Risiko mata uang, naik turunnya nilai mata uang suatu negara saat dikonversikan dengan mata uang negara lainnya. 8. Risiko Negara (Contry Risk) Menyangkut dengan kerusuhan politik, kudeta militer, dan pemberontakan lainnya. 2.5 Pasar Modal 2.5.1 Pengertian Pasar Modal Pasar modal merupakan pertemuan pihak-pihak yang memiliki kelebihan dan kekurangan dana dengan cara memperjualbelikan surat berharga/sekuritas. Pasar modal merupakan sarana investasi yang memiliki jangka waktu lebih dari satu tahun seperti saham maupun obligasi (Tandelilin, 2010). Pasar modal harus bersifat likuid dan efisien agar dapat menarik para investor. Pasar modal dikatakan likuid jika penjual dapat menjual dan pembeli dapat membeli surat berharga/sekuritas dengan cepat. Sedangkan pasar modal dikatakan efisien jika harga dari surat berharga/sekuritas mencerminkan nilai dari perusahaan secara akurat. 2.5.2 Instrumen Pasar Modal Terdapat beberapa instrumen penting yang berada di dalam pasar modal. Setiap instrumen tersebut memberikan return dan risiko yang berbeda-beda. Menurut Jogiyanto (2013) menjelaskan ada empat instrumen pasar modal, yaitu: 1. Saham Saham merupakan hak kepemilikan dalam suatu perusahaan. saham terdiri dari 3 jenis yaitu Saham Biasa (Common Stock), Saham Preferen 16 (Preffered Stock), dan Saham Treasuri (Treasury Stock). Saham merupakan instrumen pasar modal yang menawarkan keuntungan paling tinggi sehingga banyak diminati oleh para investor. 2. Obligasi Obligasi (bond) merupakan utang jangka panjang yang akan dibayarkan kembali pada saat jatuh tempo dengan bunga yang tetap jika ada. Bunga dari obligasi bersifat tetap sehingga dalam Reksa Dana jenis instrumen ini sering dikenal sebagai Reksa Dana pendapatan tetap. Jenis ini memberikan keuntungan yang relatif kecil namun memiliki potensi kerugian yang kecil pula. 3. Instrumen Derivatif Instrumen derivatif merupakan sekuritas yang nilainya merupakan turunan dari suatu sekuritas lain sehingga nilai instrumen derivatif sangat tergantung dari harga sekuritas lain yang ditetapkan sebagai patokan. Ada beberapa jenis instrumen derivatif diantaranya warrant, right issue, option dan futures. 4. Reksa Dana Reksa Dana merupakan sertifikat yang menjelaskan bahwa pemiliknya menitipkan sejumlah dana kepada perusahaan Reksa Dana untuk digunakan sebagai modal berinvestasi baik di pasar modal maupun di pasar uang. Perusahaan Reksa Dana akan menghimpun dana dari investor untuk kemudian diinvestasikan dalam bentuk portofolio yang dibentuk oleh Manajer Investasi. 2.6 Reksadana 2.6.1 Pengertian Reksa Dana Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal menyebutkan bahwa ”Reksa Dana adalah wadah yang dipergunakan untuk menghimpun dana dari masyarakat pemodal untuk selanjutnya diinvestasikan dalam portofolio efek oleh Manajer Investasi”. 17 2.6.2 Karakteristik Reksa Dana Menurut Manurung (2008) ada beberapa karakteristik dalam suatu Reksa Dana, yaitu: a. Kumpulan dana dan pemilik. Reksa Dana merupakan kumpulan dana dan pemilik (investor) Dana yang terkumpul dalam suatu Reksa Dana berasal dari beberapa investor yang dikumpulkan dan diserahkan kepada Manajer Investasi untuk dikelola. Hal tersebut menunjukkan bahwa suatu Reksa Dana merupakan kumpulan dana dari beberapa investor. b. Diinvestasikan pada efek yang dikenal dengan instrumen investasi. Dana yang dikumpulkan dari masyarakat tersebut diinvestasikan ke dalam instrumen investasi seperti rekening koran, deposito, surat utang jangka pendek, surat utang jangka panjang, obligasi dan obligasi konversi, serta efek saham. Manajer Investasi melakukan investasi pada masingmasing instrumen tersebut dengan besaran yang berbeda-beda sesuai perhitungan Manajer Investasi untuk mencapai tujuan investasi yaitu tingkat pengembalian yang diharapkan. c. Reksa Dana dikelola oleh Manajer Investasi. Manajer Investasi merupakan pihak yang bertanggung jawab mengenai dana yang diinvestasikan oleh para investor. Manajer Investasi harus memiliki ijin resmi dari BAPEPAMLK untuk mengelola dana dari para investor. Kinerja dari suatu Reksa Dana dapat menjadi acuan baik buruknya suatu Manajer Investasi. d. Reksa Dana merupakan instrumen investasi jangka menengah dan panjang. Karakteristik yang keempat ini merupakan karakteristik yang tidak tertulis secara jelas tetapi merupakan karakteristik yang tersirat dari konsep tersebut. Jangka menengah dan jangka panjang merupakan refleksi dari investasi Reksa Dana tersebut karena umumnya Reksa Dana melakukan investasi kepada instrumen investasi jangka panjang seperti Medium Term Notes (MTN), obligasi dan saham. Melalui konsep 18 karakteristik tersirat ini maka Reksa Dana tidak dapat dianggap sebagai pesaing dari deposito produk perbankan tersebut. Reksa Dana dianggap produk pelengkap dari produk yang ditawarkan perbankan. Bank-bank yang sudah maju atau sudah memiliki priority banking akan menawarkan Reksa Dana sebagai produk investasi jangka panjang. e. Reksa Dana merupakan produk investasi yang berisiko. Berisikonya Reksa Dana dikarenakan instrumen investasi yang menjadi portofolio Reksa Dana dan pengelola Reksa Dana yang bersangkutan. Berisikonya Reksa Dana karena harga instrumen portofolionya yang berubah tiap waktu. Contohnya bila Reksa Dana tersebut berisikan obligasi maka kebijakan Bank Indonesia meningkatkan suku bunga akan membuat harga obligasi mengalami penurunan. Manajer Investasi yang mengelola portofolio juga bisa membuat Reksa Dana tersebut berisiko dengan tindakan disengaja maupun tidak disengaja. Misalkan ada dana tunai yang masuk ke Reksa Dana dan Manajer Investasi sedang mengadakan rapat seharian dan lupa melakukan penempatan dana sehingga pengembalian Reksa Dana turun. 2.6.3 Manfaat Investasi Reksada Reksadana merupakan instrumen yang menguntungkan bagi para investor. Manfaat diperoleh jika melakukan investasi pada reksadana menurut Irham Fahmi (2012:64), yaitu : a. Tingkat pengambilan yang potensial Tingkat pengembalian yang diharapkan investor dari investasi pada reksadana adalah: a) Deviden dan atau bunga, yang dapat diterima dari manajer investasi. b) Keuntungan atau capital gain dari peningkatan nilai aktiva bersih. b. Diversifikasi Suatu portofolio reksadana yang terdiri dari berbagai macam efek yang dapat dimiliki investor dengan biaya yang relative sedikit. Dimana tarif yang ditawarkan oleh reksadana rendah yaitu Rp100.000. 19 c. Pengelolaan secara profesional Investor tidak perlu melakukan analisa efek karena tugas tersebut sudah dilakukan manajer investasi yang profesional. d. Likuiditas Reksadana terbuka sangat likuid karena investor dapat menjual unit miliknya kapan saja kepada manajer investasi. 2.6.4 Jenis Reksa Dana Memahami jenis reksadana yang tersedia , sangatlah perlu untuk mengetahui mengenai instrumen dimana reksadana melakukan investasi, karakteristik potensi keuntungan serta risiko yang akan terjadi. Reksadana dapat dilihat dari beberapa sudut pandang, antara lain : Jenis reksadana berdasarkan struktur lembaga. Menurut Sri Hermuningsih (2012:251) : 1. Reksdana berbentuk perseroan (PT) Reksadana yang berbentuk PT memiliki badan hukum tersendiri. Reksadana tersebut beroperasi sebagai penjual unit penyertaan. Konsekuensi reksadana sebagai perseroan adalah harus memilikin anggaran dasar, direksi dan kekayaan sendiri, pemegang saham. Yang membedakannya dengan jenis perseroan lain, harus memperoleh izin mengelola reksadana dari Bapepam. Direksi dari reksadana ini kemudian akan menunjuk manajer investasi sebagai pengelola administrasi dana masabah. 2. Reksadana Kontrak Investasi Kolektif (KIK) Reksadana berbentuk KIK bukanlah badan hukum tersendiri, sehingga untuk mengoperasikan reksadana jenis ini tidak perlu didirikan PT khusus. Dengan kata lain, manajer investasi bisa langsung mengambail inisiatif untuk membentuk KIK bersama bank kustodian atau kontrak. Kontrak ini akan meningkat seluruh pemegang unit penyertaan yang mempercayakan dananya bersama – sama kepada manajer investasi. Wewenang dari manajer investasi kolektif tersebut sedangkan wewenang bank kustodian adalah melaksanakan penitipan kolektif atas dana tersebut. 20 Jenis reksadana berdasarkan jenisnya Menurut Irfan Fahmi (2012:64) : 1. Reksa Dana tertutup Reksa Dana tertutup adalah Reksa Dana yang transaksi perdagangan Unit Penyertaan dilakukan melalui bursa saham. Unit Penyertaan Reksa Dana tertutup sama seperti saham. pemegang saham Reksa Dana tertutup harus menjual ke bursa melalui broker saham untuk mendapatkan dananya. Jumlah saham Reksa Dana tertutup tidak berubah-ubah dari waktu ke waktu terkecuali adanya tindakan perusahaan. Harga saham Reksa Dana tertutup bervariasi sesuai dengan portofolionya. Biasanya harga saham Reksa Dana tertutup selalu lebih rendah dari Nilai Aktiva Bersihnya karena adanya biaya transaksi. Reksa Dana tertutup ini sudah tidak ada lagi di Indonesia, dimana sebelumnya hanya satu yang berdiri yaitu Reksa Dana BDNI. 2. Reksa Dana terbuka Reksa Dana terbuka yaitu Reksa Dana dimana pemegang unit menjual unitnya langsung kepada Manajer Investasi terkecuali Exchange Traded Fund (ETF). Manajer Investasi wajib membeli Unit Penyertaan yang dijual kembali oleh investor. Harga Unit Penyertaan ditentukan oleh harga penutupan perdagangan pada hari yang bersangkutan. Investor tidak mengetahui harga jual atau beli dari Unit Penyertaan dan akan diketahui pada esok harinya. Artinya investor tidak bisa melakukan arbitrase pada Reksa Dana. Reksa Dana dapat juga diklasifikasikan berdasarkan Jenis investasinya. Menurut Jogiyanto (2010), terdapat beberapa jenis Reksa Dana di Indonesia, yaitu: 1. Reksa Dana Saham Menurut Bapepam IV. C.3, Reksa Dana Saham merupakan Reksa Dana yang portofolionya minimum 80% asetnya diinvestasikan pada bursa saham. Reksa Dana jenis ini memiliki return yang paling tinggi sekaligus risiko yang tinggi karena saham merupakan instrumen investasi yang memiliki nilai paling fluktuatif dibandingkan instrumen yang lain. Reksa 21 Dana saham merupakan Reksa Dana untuk jangka panjang. Keuntungan memilih Reksa Dana Saham dibandingkan langsung membeli saham ke bursa efek adalah investor tidak perlu bingung untuk memilih dan mengawasi investasi yang dimilikinya karena sudah dikelola oleh pihak manajer investasi. 2. Reksa Dana Pendapatan Tetap Reksa Dana Pendapatan Tetap Merupakan Reksa Dana yang berinvestasi sedikitnya 80% dari portofolio yang dikelola berupa utang. Portofolio tersebut mencakup bunga, deposito, obligasi, dan juga SBI. Reksa Dana jenis ini termasuk jenis Reksa Dana yang memiliki tingkat return menengah begitu juga dengan risikonya dengan jangka waktu antara 1 sampai 3 tahun. Reksa Dana pendapatan tetap memberikan keuntungan berupa dividen yang dibayarkan secara teratur (per bulan ataupun tahun). Investasi jenis ini cocok bagi para pemodal yang tidak mau mengambil risiko tinggi namun dengan pengembalian return yang cukup tinggi. 3. Reksa Dana Pasar Uang Reksa Dana Pasar Uang Merupakan jenis Reksa Dana yang menyertakan 100% dana dalam pasar uang seperti deposito, obligasi, maupun SBI yang memiliki waktu jatuh tempo kurang dari satu tahun. Reksa Dana ini memberikan tingkat risiko paling rendah diikuti dengan return yang rendah pula. Investasi jenis ini cocok bagi para investor dengan dana yang terbatas dan mengharapkan return yang teratur. 4. Reksa Dana Terproteksi Reksa Dana Terproteksi Merupakan Reksa Dana yang nilai pokok investasinya terproteksi jika dicairkan pada akhir periode. Investor yang akan melakukan pencairan sebelum periode perjanjian akan mengalami kerugian karena Reksa Dana ini tidak membuat nilai pokok awal investasi sama dengan akhir periodenya. Hal itu bertujuan untuk menanggulangi para investor yang ingin mengambil dana sebelum periode yang telah ditetapkan sebelumnya. Investasi jenis ini umumnya berlangsung selama 3-5 tahun. 22 5. Reksa Dana Campuran Reksa Dana Campuran Reksa Dana jenis ini dapat dikatakan merupakan gabungan dari beberapa jenis Reksa Dana dengan proporsi yang fleksibel. Investasi ini terdiri dari efek utang maupun ekuitas berupa saham, obligasi, deposito, dan instrumen lain. 2.6.5 Pengelolaan Reksa Dana Pengelolaan investasi dapat diartikan sebagai proses mengelola uang atau sering disebut pengelolaan portofolio. Manurung (2008) menjelaskan ada lima tahapan dalam pengelolaan Reksa Dana, yaitu: 1. Penentuan tujuan investasi 2. Pembentukan kebijakan investasi 3. Pemilihan strategi portofolio 4. Pemilihan aset 5. Pengukuran dan evaluasi kinerja Pengelolaan Reksa Dana Menurut Pratomo (2009), Reksa Dana dikelola oleh 2 pihak, yakni: 1. Manajer Investasi Manajer Investasi memiliki tanggung jawab untuk menganalisa dan memilih jenis investasi yang tepat dan menguntungkan. Manajer Investasi merupakan suatu perusahaan yang melakukan pengelolaan portofolio efek milik investor. Untuk dapat melakukan pengelolaan Manajer Investasi harus memiliki ijin dari Bapepam-LK. 2. Bank Kustodian Bank Kustodian merupakan bank yang bertindak sebagai penyimpan kekayaan dari para investor yang menginvestasikan kekayaannya ke dalam suatu Reksa Dana. Dana yang tersimpan dari investor yang meliputi suratsurat berharga seperti saham, obligasi, SBI, dan lainnya disimpan atas nama Reksa Dana di Bank Kustodian. 2.6.6 Istilah yang terkait dalam Reksa Dana Menurut Rudiyanto (2013), istilah yang terkait dalam reksadana sebagai berikut : 23 1. NAB (Nilai Aktiva Bersih) NAB (Nilai Aktiva Bersih) merupakan jumlah dana bersih yang dikelola dan diperoleh oleh Reksa Dana dan sering disebut dengan AUM (Asset Under Management). 2. Unit Penyertaan Unit Penyertaan merupakan satuan yang digunakan dalam investasi pada Reksa Dana. Semakin banyak jumlah unit penyertaan, semakin banyak investor pada suatu Reksa Dana tersebut. 3. NAB/Unit Penyertaan NAB/Unit Penyertaan merupakan harga yang dimiliki oleh suatu Reksa Dana. Dalam hal ini Investor suatu Reksa Dana baru dapat mengetahui harga keesokan harinya (transaksi sebelum jam 12 siang per hari ini) 4. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) Indeks Harga Saham Gabungan adalah indeks yang mencerminkan nilai representatif atas rata-rata semua saham perusahaan yang telah mencatatkan sahamnya di Bursa Efek Indonesia. IHSG menjadi indikator kinerja bursa saham paling utama di Bursa Efek Indonesia. 2.6.7 Return dan Risiko Reksa Dana Return merupakan imbalan yang diterima investor dari suatu investasi. Halim (2001) berpendapat bahwa “return dibedakan menjadi dua, yaitu return realisasi (actual return) dan return ekspektasi (expected return)”. Return realisasi merupakan pengembalian yang dihitung berdasarkan historis. Return tersebut dapat digunakan untuk menilai kinerja perusahaan di masa lalu. Sedangkan return ekspektasi merupakan pengembalian yang diharapkan dari investasi yang akan dilakukan. Menurut Halim (2001), risiko merupakan besarnya penyimpangan antara expected return dengan tingkat pengembalian yang dicapai secara nyata (actual return). Terdapat dua jenis risiko dalam investasi. Pertama, Risiko tidak sistematis (unsystematic risk) yaitu risiko yang dapat dihilangkan dengan melakukan diversifikasi karena risiko hanya terdapat dalam satu perusahaan saja. Kedua, Risiko sistematis (systematic risk) merupakan risiko yang tidak dapat dihilangkan 24 dengan melakukan diversifikasi karena fluktuasi risiko dipengaruhi oleh faktorfaktor makro yang dapat memengaruhi pasar secara menyeluruh. Risiko Reksa Dana juga dapat disebabkan oleh beberapa hal sebagai berikut: a. Risiko menurunnya NAB Penurunan ini disebabkan oleh menurunnya perbandingan harga pasar dari instrumen investasi terhadap harga awal pembelian. b. Risiko likuiditas Risiko ini dapat terjadi apabila pemegang unit penyertaan reksadana pada salah satu Manajer Investasi tertentu melakukan penarikan dana dalam jumlah besar pada hari dan waktu yang sama. c. Risiko pasar Risiko pasar merupakan situasi dimana harga instrumen investasi mengalami penurunan yang disebabkan oleh menurunnya kinerja pasar saham atau obligasi secara drastis (bearish) yaitu harga-harga saham atau instrumen investasi mengalami penurunan harga yang sangat drastis. d. Risiko default Risiko ini terjadi jika pihak Manajer Investasi membeli obligasi milik emiten yang mengalami kesulitan keuangan padahal sebelumnya kinerja keuangan tersebut masih baikbaik saja. Risiko dapat dihindari dengan memilih Manajer Investasi yang menerapkan strategi pembelian portofolio investasi yang ketat. 2.6.8 Reksadana Bebas Pajak & Bukan Objek Pajak 1. Reksadana Bebas Pajak Maksud dari bebas pajak yaitu dimana pada awal penerbitan investasi reksadana dikenakan pajak hingga 5%. Berdasarkan Peraturan Pemerintah R.I. No. 16 Tahun 2009 (“PP No. 16 Tahun 2009”), ketentuan bebas pajak akan dihapuskan secara pelan-pelan. Pemberlakukannya adalah sebagai berikut: Dari tahun 2011 – 2013 reksa dana dikenakan pajak 5% Tahun 2014 dan seterusnya dikenakan pajak 15% (Rudiyanto, 2013). 25 2. Reksadana Bukan Objek Pajak Maksud dari reksadana bukan objek pajak yaitu dimana bila investor mendapatkan keuntungan dari reksadana tidak akan di pungut biaya pajak karena sebelumnya Manajer Investasi telah membayarkan pajak dari keuntungan tersebut beserta dengan transaksinya, sehingga dapat dikatakan bahwa keuntungan yang diterima oleh para investor dari reksadana bukan objek pajak. 2.6.9 Perhitungan kinerja yang Berkaitan 1. Indeks Harga Saham Gabungan Indeks Harga Saham Gabungan adalah indeks yang mencerminkan nilai representatif atas rata-rata semua saham perusahaan yang telah mencatatkan sahamnya di Bursa Efek Indonesia. IHSG menjadi indikator kinerja bursa saham paling utama di Bursa Efek Indonesia. Indeks Harga Saham Gabungan diperkenalkan pertama kali pada tanggal 1 April 1983 dan bertujuan untuk memberikan informasi kepada pemegang saham mengenai pergerakan seluruh harga saham, baik saham biasa maupun saham preferen yang berlaku di pasar modal. Nilai dasar yang digunakan dalam perhitungan indeks ini adalah nilai pada tanggal 10 Agustus 1982 dengan dasar perhitungan weighted average (pembobotan). IHSG juga disetarakan dengan indeks Nikkei di Jepang, Hang Seng di Hongkong dan Dow Jones/S&P 500 di New York, karena dianggap sebagai indikator perkembangan saham utama di pasar modal. Tingkat keuntungan IHSG berfungsi sebagai pembanding atau patokan dalam menilai kinerja sebuah Reksa Dana saham terhadap rata-rata kinerja saham seluruh perusahaan yang sudah listing di Bursa Efek Indonesia. Reksa Dana saham merupakan Reksa Dana yang sebagian besar penempatan investasinya pada instrumen saham dan IHSG merupakan cerminan harga saham seluruh perusahaan yang terdaftar pada Bursa Efek Indonesia. Hal ini menjelaskan bahwa kinerja Reksa Dana saham dapat dibandingkan dengan IHSG (Tandelilin, 2010). 26 2. Alpha dan Beta Alpha adalah tingkat imbal hasil portofolio yang merupakan buah dari keputusan manajer portofolio di luar fluktuasi pasar normal. Alpha merupakan ukuran kinerja Manajer Investasi yang disesuaikan dengan risiko pasar. Alpha sangat penting untuk mempertimbangkan biaya yang dibayarkan kepada Manajer Investasi dan melihat tingkat imbal hasil dalam hitungan alpha dibanding fee yang dikeluarkan. Alpha dapat memberitahu para investor dan calon investor jika Manajer Investasi mengambil risiko berlebih untuk jumlah imbal hasil yang didapat (Tandelilin, 2010). Beta merupakan ukuran angka koefisien yang menggambarkan sensitivitas atau kecenderungan respon suatu saham terhadap pasar. Beta merupakan pengukur risiko sistematik yang tidak dapat dihilangkan karena diversifikasi. Beta dari portofolio dikatakan 1 atau risiko sistematik suatu portofolio sama dengan risiko pasar bila fluktuasi return portofolio secara statistik mengikuti fluktuasi return pasar (Tandelilin, 2010). 3. Metode Sharpe Tandelilin (2010), menjelaskan Metode Sharpe dikembangkan oleh William Sharpe. Metode Sharpe mendasarkan perhitungannya pada konsep garis pasar modal (capital market line) sebagai patok duga. Garis pasar modal menggambarkan hubungan antara return harapan dengan risiko total dari portofolio efisien pada pasar yang seimbang. Garis pasar modal dapat dipakai untuk menilai tingkat return diharapkan dari suatu portofolio yang efisien pada suatu tingkat risiko portofolio efisien tertentu. Melihat itu, metode Sharpe akan bisa dipakai untuk mengukur premi risiko untuk setiap unit risiko pada portofolio tersebut. Investor dan calon investor bisa menggunakan persamaan berikut untuk menghitung metode Sharpe yaitu: Di mana: 27 = Hasil Kinerja menggunakan metode Sharpe = rata-rata return portofolio selama periode pengamatan = rata-rata tingkat return bebas risiko selama periode pengamatan = standar deviasi return portofolio selama periode pengamatan Metode Sharpe dapat digunakan untuk membuat peringkat dari beberapa portofolio berdasarkan kinerjanya. Semakin tinggi metode Sharpe suatu portofolio dibanding portofolio lainnya, maka semakin baik kinerja portofolio tersebut. 4. Metode Treynor Tandelilin (2010), menjelaskan Metode Treynor merupakan ukuran kinerja portofolio yang dikembangkan oleh Jack Treynor. Sama halnya seperti metode Sharpe, pada metode Treynor kinerja portofolio dilihat dengan cara menghubungkan tingkat return portofolio dengan besarnya risiko dari portofolio tersebut. Perbedaannya dengan metode Sharpe 31 adalah menggunakan garis pasar sekuritas (security market line) sebagai patok duga, dan bukan garis pasar modal seperti metode Sharpe. Garis pasar sekuritas (security market line) adalah garis yang menghubungkan tingkat return harapan dari suatu sekuritas dengan risiko sistematis (beta). security market line digunakan untuk menilai sekuritas secara individual pada kondisi pasar yang seimbang, yaitu menilai tingkat return yang diharapkan dari suatu sekuritas individual pada suatu tingkat risiko sistematis tertentu (beta). Asumsi yang digunakan oleh Treynor adalah bahwa portofolio sudah terdiversifikasi dengan baik sehingga risiko yang dianggap relevan adalah risiko sistematis (diukur dengan beta). Cara mengukur metode Treynor pada dasarnya sama dengan cara menghitung metode Sharpe, hanya saja risiko yang diukur dengan standar deviasi pada metode Sharpe diganti dengan beta portofolio. Metode Treynor suatu portofolio dalam periode tertentu dapat dihitung dengan menggunakan persamaan seperti berikut ini: 28 Dimana: = Hasil Kinerja menggunakan metode Treynor = rata-rata return portofolio selama periode pengamatan = rata-rata tingkat return bebas risiko selama periode pengamatan = beta portofolio 5. Metode Jensen Tandelilin (2010), menjelaskan Metode Jensen merupakan metode yang menunjukkan perbedaan antara tingkat return aktual yang diperoleh portofolio dengan tingkat return yang diharapkan jika portofolio tersebut berada pada garis pasar modal. Persamaan untuk metode Jensen ini adalah: = Hasil Kinerja menggunakan metode Jensen = rata-rata return portofolio selama periode pengamatan = rata-rata tingkat return bebas risiko selama periode pengamatan = rata-rata return benchmark (IHSG) = beta portofolio Persamaan metode Jensen dengan metode Treynor adalah kedua metode ukuran kinerja portofolio tersebut menggunakan garis pasar sekuritas sebagai dasar untuk membuat persamaan. Sedangkan perbedaannya adalah bahwa metode Treynor sama dengan slope garis yang menghubungkan posisi portofolio dengan return bebas risiko, sedangkan metode Jensen merupakan selisih antara return portofolio dengan return portofolio yang tidak dikelola dengan cara khusus.