Jurnal Sistem Teknik Industri Volume 7, No. 1 Januari 2006 ANALISA KEKUATAN TARIK DAN STRUKTUR MIKRO DARI BAJA KONSTRUKSI BANGUNAN TERHADAP PERUBAHAN TEMPERATUR Syawaldi Dosen Jurusan Teknik Mesin Universitas Islam Riau Abstract: Besides beauty and freshment there is other factor which very become priority from someone in memanfaatkan a building, good that house, white colars and also other bustle center. The factor strength from the building this research will analyse interesting strength and micro structure from building steel to change of temperature. Analysis (done/conducted) to U iron 40 by using strength K concrete 225. In this research is (done/conducted) examination network that is: Heatreatment, Metalografi Test and Tensile Test. Each; Every this examination is supporting each other result of research, first step spesimen cor first with concrete by using K standart 225, later;then heated in stove with temperature 600 oC refrigeration of air, 600 water quenc media o C, 700 quenc media oC irrigate and 800 quenc media oC irrigate afterwards continued with metalografitest and is last test tensile From result of examination obtained result that temperature 600 [(fire/ burning) temperature] nature of mechanic from spesimen do not experience of change of which signifikan and this (fire/burning) case of U iron 40 can be re-used pursuant to nature of its mechanic. Keywords: difference temperature, difference of cooler media, combustion duration and cooling rate 66 data yang riel, di mana pada saat kebakaran kita memadamkan api dengan air dan ada juga kasus di mana kebakaran berhenti tanpa adanya pemadaman dengan api. Setelah dibakar dalam tungku, langkah selanjutnya adalah melakukan uji tarik dengan standar ASTM A 370. Setelah dilakukan uji tarik maka kita telah mengetahui sifat mekaniknya.Untuk memperkuat data kita maka kita melakukan pengujian metalografi test yaitu pengujian untuk mengetahui struktur mikro dari spesimen yang kita teliti. Dari hasil pengujian yang dilakukan maka diperoleh data komposisi karbon dari spesimen yaitu dengan kadar karbon 0,2 %. Ini berarti besi tergolong baja hypo. Data mekanis yang diperoleh dari hasil uji tarik diketahui bahwa pada kondisi awal, temperatur 6000C dengan pendinginan air dan 6000C dengan pendinginan udara tidak mengalami perubahan yang signifikan, ini bisa dilihat pada gambar 1.1 di bawah ini. Kekuatan Tarik Pada Temperatur 600 Kekuatan Tarik (MPa) I. PENDAHULUAN Selain keindahan interior dan exterior sebuah bangunan, ada hal lain yang amat penting diperhatikan yaitu kekuatan konstruksi bangunan yang ditopang oleh besi konstruksi bangunan (besi tulangan). Dengan adanya musim kemarau atau konsleting listrik biasanya merupakan faktor pemicu terjadinya kebakaran pada sebuah bangunan atau gedung. Yang jadi persoalan adalah pengaruh yang terjadi pada saat kebakaran serta pasca kebakaran terhadap bangunan. Oleh karena itu dilakukanlah sebuah penelitian, yang mengangkat suatu persoalan pengaruh kebakaran terhadap besi tulangan. Besi tulangan yang digunakan amatlah beragam di antaranya besi U22, U24, U32, U37, U39, U40, U48. Pada penelitian ini yang dibahas hanyalah besi U40. Adapun metode penelitian yang dilakukan adalah melakukan pengujian komposisi, heat treatment, pengujian metalografi serta pengujian kekuatan tarik. Langkah pertama, terlebih dahulu kita memotong besi U40 seukuran spesimen uji tarik, kemudian dicor dengan semen melalui standar K225 dengan lama pengerasan 28 hari, tujuannya untuk dapat memperoleh kondisi riel dilapangan. Selanjutnya spesimen dibakar dalam tungku dengan temperatur 6000C dengan waktu penahanan 1 jam. Setelah itu kita dinginkan. Dalam pendinginan ini ada dua cara yaitu pendinginan dengan media quench air dan ada juga pendinginan dengan udara bebas. Pembedaan ini bertujuan untuk mendapatkan 590 588 586 584 582 580 578 576 574 kondisi awal air udara Media Quench Gambar 1.1 Kekuatan Tarik Analisa Kekuatan Tarik dan Struktur ... Syawaldi Walaupun dari grafik dilihat kekuatan tarik dengan media pendingin udara tinggi, namun itu dianggap tidak signifikan karena skala pada kekuatan tarik pada grafik itu kecil. Untuk menunjang data tersebut di bawah ini terdapat gambar struktur mikro untuk kondisi awal, temperature 6000C dengan pendinginan air dan 6000C dengan pendinginan udara. berbeda. Ini disebabkab karena pada temperatur 6000C fasa belum berubah, hal ini disebabkan karena pada temperatur 6000C belum melewati garis eutektoid atau garis keseimbangan. Hal tersebut dapat dilihat pada gambar berikut. Struktur pada kondisi awal Struktur pada kondisi temperatur 6000C pendinginan udara Struktur pada kondisi temperatur 6000C pendinginan air Dari gambar strutur yang telah ditampilkan diketahui bahwa struktur dari spesimen yang diteliti adalah martensit. Dapat dilihat bahwa struktur pada kondisi awal, temperatur 6000C dengan pendinginan air dan 6000C dengan pendinginan udara tidak jauh Gambar 1.2 Diagram Keseimbangan Besi Karbon Gambar 1.1 menunjukkan diagram keseimbangan besi karbon sebagai dasar dari bahan yang berupa besi baja. Selain karbon pada besi dan baja terkandung kira-kira 0,25% Si, 0,3-1,5% Mn dan unsur pengotor lain seperti P, S, dsb. Karena unsur-unsur ini tidak memberikan pengaruh utama pada diagram fasa, maka diagram fasa tersebut dapat digunakan. Pada paduan besi karbon terdapat fasa karbida yang disebut sementit dan juga grafit, grafit lebih stabil dari pada sementit. Pada besi cor kestabilan tersebut merupakan pertanyaan. Gambar 1 merupakan diagram Fe-Fe3C (sementit mempunyai kadar C = 6,67%). Titik penting dalam fasa ini adalah: A: Titik cair besi B: Titik-titik pada cairan yang ada hubungannya dengan reaksi peritektik H: Larutan padat δ yang ada hubungannya dengan reaksi peritektik Kelarutan karbon maksimum adalah 0,10%. 67 Jurnal Sistem Teknik Industri Volume 7, No. 1 Januari 2006 J: Titik peritektik. Selama pendinginan austenit pada komposisi J, fasa γ terbentuk dari larutan padat δ pada komposisi H dan cairan pada komposisi B. N: Titik transformasi dari besi δ besi y, titik trasnformasi A4 dari besi murni. C: Titik eutektik. Selama pendinginan fasa y dengan komposisi E dan sementit pada komposisi F (6,67% C) terbentuk dari cairan pada komposisi C. Fasa eutektik ini disebut ledeburit. E: Titik yang menyatakan fasa y, ada hubungan dengan reaksi eutektik. Kelarutan maksimum dari karbon 2,14%. Paduan besi karbon sampai pada komposisi ini disebut baja. G: Titik transformasi basi y besi α. Titik transformasi A3 untuk besi. P: Titik yang menyatakan ferit, fasa α. Ada hubungan dengan reaksi eutektoid. Kelarutan maksimum dari karbon kira-kira 0,02%. S: Titik eutektoid. Selama pendinginan, ferit pada komposisi P dan sementit pada komposisi K (sama dengan F) terbentuk simultan dari austenit pada komposisi S. reaksi eutektoid ini dinamakan transformasi A, dan fasa eutektoid ini dinamakan perlit. Gs: Garis yang menyatakan hubungan antara temperatur dan komposisi, di mana mulai terbentuk ferit dari austenit. Garis ini disebut garis A3. ES: Garis yang menyatakan hubungan antara temperatur dan komposisi; di mana mulai terbentuk sementit dari austenit, dinamakan garis Acm. A2: Titik transformasi magnetik untuk besi atau ferit. II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Ilmu Kekuatan Bahan Ilmu kekuatan bahan adalah kumpulan pengetahuan yang membahas hubungan antara gaya intern, deformasi, dan beban luar. Dalam metode analisa umum yang dipergunakan dalam ilmu kekuatan bahan, langkah pertama ialah memisalkan bahwa bagian konstruksi itu dalam keadaan seimbang. Persamaan keseimbangan statis diterapkan terhadap gaya yang bekerja pada bagian konstruksi dengan gaya-gaya intern yang melawan bekerjanya beban luar. Ini dilakukan dengan membuat sebuah bidang melalui benda tersebut pada titik tinjauan. Bagian benda yang terletak pada satu sisi bidang 68 potong ditiadakan dan diganti dengan gaya yang dikerjakannya pada penampang potong bagian benda yang masih tinggal. Karena gaya yang bekerja di potongan bebas (free body) menyebabkan terjadinya keadaan seimbang, maka persamaan keseimbangan dapat diterapkan. Gaya tahan intern biasanya dinyatakan sebagai tegangan yang bekerja pada luas tertentu, sehingga gaya intern sama dengan integral tegangan kali diferensial luas di mana tegangan itu bekerja. Agar nilai integral ini dapat dihitung, perlu diketahui distribusi tegangan pada bidang potong. Distribusi tegangan itu ditentukan dengan mengamati dan mengukur distribusi regangan dalam bagian konstruksi, sebab tegangan tidak dapat diukur secara fisik. Tetapi, karena tegangan itu sepadan dengan regangan untuk deformasi kecil, maka penentuan distribusi regangan memberikan distribusi tegangan. Asumsi penting dalam ilmu kekuatan bahan adalah bahwa benda yang sedang dianalisa itu kontinu homogen dan isotropis. Benda kontinu ialah benda yang tidak memiliki kekosongan (voids) atau rongga dari jenis apapun. Benda itu homogen kalau mempunyai sifat identik pada semua titik. Benda itu dianggap isotropis terhadap sesuatu sifat kalau sifat itu tidak berubah-ubah dengan arah atau orientasi. Sifat yang berubah-ubah dengan orientasi terhadap sesuatu sistem sumbu disebut anisotropies. Sedangkan bahan teknik seperti baja, besi cor, dan alumunium tampak dapat memenuhi kondisi ini jika dipandang pada skala besar (gross scale), dengan mudah dapat dlihat dengan menggunakan mikroskop, bahwa bahan tersebut tidaklah homogen dan isotropis. Sebagian besar bahan teknik tersusun atas lebih dari satu fasa (phase) dengan sifat mekanis yang berbeda-beda sehingga dalam skala mikro benda tersebut heterogen. Selanjutnya bahkan logam fasa tunggal biasanya akan memperlihatkan segregasi kimia dan karena itu sifatnya tidak akan identik dari titik ke titik. Logam tersusun atas suatu agregat butir-butir kristal yang mempunyai sifat berbeda dalam arah kristalografis yang berbeda pula. Karena temperatur di bawah garis eutectoid dan lama pembakaran 1 jam serta pendinginan yang cepat maka tika mengalami perubahan yang signifikan. Dari hasil penelitian yang dilakukan maka diperoleh hipotesa bahwa besi tulangan pada saat kebakaran tidak Analisa Kekuatan Tarik dan Struktur ... Syawaldi mengalami perubahan sifat mekanis yang signifikan, ini berarti besi tulangan jenis U40 pasca kebakaran dapat digunakan kembali berdasarkan sifat mekanisnya. 2.2 Perilaku Elastik dan Plastik Pengalaman memperlihatkan bahwa semua bahan padat dapat diubah bentuknya apabila mengalami pembebanan luar. Selanjutnya didapat bahwa sampai dengan batas (limiting loads) tertentu, benda padat akan memperoleh kembali ukuran aslinya bilamana beban ditiadakan, Hal ini dikenal dengan perlakuan elastik. Beban batas yang kalau dilampaui menyebabkan bahan tidak dapat kembali ke bentuk semua dinamakan perlakuan plastik. Untuk sebagian besar bahan selama beban tidak melampaui natsa elastik, deformasi sepadan dengan beban. Hubungan ini dikenal dengan hukum hooke, hal ini lebih sering dinyatakan sebagai tegangan sepadan dengan regangan. Hukum hooke mensyaratkan bahwa hubungan beban deformasi itu linier. Deformasi elastik dalam bahan cukup kecil dan memerlukan instrumen yang sangat peka untuk mengukurnya. Alat ini akan memperlihatkan bahwa batas elastis logam jauh lebih rendah dari harga yang biasanya diukur dalam pengujian teknik logam. Karena alat ukur akan menjadi lebih peka, batas elastik menurun, sehingga untuk sebagian besar logam hanya didapat suatu daerah beban agak sempit di mana hukum hooke berlaku dengan ketat. Tetapi ini terutama hanya untuk kepentingan akademis. Untuk desain rekayasa hukum hooke tetap merupakan suatu hubungan yang benar-benar berlaku (quite valid). 2.2.1 Deformasi Tarik Logam Ulet Data dasar tentang sifat mekanis logam ulet (ductile metal) diperoleh dari percobaan uji tarik, di mana sebuah benda uji dengan disain tertentu mengalami beban aksial yang semakin besar sampai benda uji patah. Data yang diperoleh dari uji tarik pada umumnya digambarkan sebagai diagram teganganregangan Gambar 2.1 Garis Lengkung Regangan Tarik Tepikal Tegangan- Gambar 2.1 memperlihatkan sebuah garis lengkung tegangan-regangan untuk logam seperti alumunium atau tembaga. bagian awal linier garis lengkung OA merupakan daerah elastis di mana hukum hooke ditaati. Titik A adalah batas elastis yang didefinisikan sebagai tegangan yang terbesar yang dapat ditahan oleh logam tanpa mengalami regangan permanen apabila beban ditiadakan. Penentuan batas elastis cukup rumit, bukan percobaan rutin dan tergantung dari kepekaan instrumen pengukur regangan. Itulah sebabnya batas elastis itu sering disebut batas proposional (batas utama), yaitu titik A’. Batas proposional ialah tegangan di mana garis lengkung tegangan-regangan menyimpang dari kelinierannya. Kemiringan garis lengkung tegangan-regangan di daerah ini ialah modulus elastis. Untuk keperluan rekayasa, batas perilaku elastis yang berguna adalah kekuatan luluh (yield strength) yaitu titik B. kekuatan luluh didefinisikan sebagai tegangan yang akan menghasilkan deformasi permanen dalam jumlah kecil yang pada umumnya sama dengan regangan sebesar 0,002. Dalam Gambar 2.1 regangan permanen ini, atau offset, ialah OC. Deformasi plastik mulai kalau batas elastis dilampaui. Kalau deformasi plastik benda uji bertambah besar, logam menjadi lebih kuat (pengerasan-regangan; strein hardening), sehingga yang diperlukan untuk memanjangkan benda uji bertambah besar pada peregangan selanjutnya. Akhirnya beban mencapai suatu harga maksimum. Beban maksimum yang dibagi oleh luas asli benda uji ialah kekuatan tarik maksimum. Untuk logam yang ulet, garis tengah benda uji mulai mengecil dengan cepat melampaui beban maksimum, sehingga beban yang diperlukan untuk meneruskan deformasi terus turun sampai batas uji patah. Karena tegangan rata-rata didasarkan luas asli beban uji, maka tegangan rata-rata pun turun dari beban 69 Jurnal Sistem Teknik Industri Volume 7, No. 1 Januari 2006 maksimum sampai patah. 2.3 Perilaku Ulet Dan Perilaku Getas Perilaku umum bahan yang dibebani dpat diklasifikasikan sebagai ulet atau getas, tergantung apakah bahan itu memperlihatkan kemampuan untuk mengalami deformasi plastik atau tidak. Bahan yang getas adanya deformasi akan patah hampir pada batas elastis(gambar 2.2) sedang logam getas seperti misalnya besi cor putih, memperlihatkan plastik dalam jumlah kecil sebelum patah (gambar 2.2-b). keuletan yang memadai merupakan suatu pertimbangan rekayasa yang penting, sebab keuletan memberikan kesempatan kepada bahan untuk distribusi ulang tegangan setempat. Bilamana tegangan di sekitar takik dan pada kosentrasi tegangan lain kebetulan tidak perlu diperhatikan, ada kemungkinan membuat disain untuk situasi statis atas dasar tegangan rata-rata. Tetapi dengan bahan yang getas, tegangan yang dialokasikan terus menerus bertambah besar, apabila tidak terjadi luluh lokal (local yielding). Akhirnya terbentuklah retak pada satu atau lebih konsentrasi tegangan yang menjalar dengan cepat. Bahkan apabila tidak terdapat kosentrasi tegangan dalam logam getas, perpatahan akan tetap terjadi dengan tiba-tiba, sebab tegangan luluh praktis identik dengan kekuatan tarik. Penting untuk dicatat, bahwa kegetasan bukan merupakan sifat mutlak logam. Logam seperti misalnya Tungsten yang getas pada temperatur kamar dan ulet pada temperatur tinggi. hidrostatik atau tekanan oleh benda yang satu pada benda yang lainnya, disebut gaya permukaan (surface forces). Gaya yang terbagi pada volume benda seperti misalnya gaya grafitasi, gaya magnetik atau gaya inersia (untuk benda yang bergerak), disebut gaya badan (body forces). Kedua jenis gaya badan yang paling umum dijumpai dalam praktek rekayasa ialah gaya sentrifugal sebagai akibat gaya rotasi berkecepatan tinggi dan gaya sebagai akibat perbedaan temperatur pada benda (tegangan termal). Gambar 2.3 (a) Benda seimbang karena pengaruh kerja gaya luar P1, … P5, (b) gaya yang bekerja pada bagian benda Pada umumnya gaya tidak akan terbagi merata pada sembarang penampang melintang benda yang dilukiskan dalam Gambar 2.3a guna memperoleh tegangan di suatu titik O dalam bidang misalnya mm, bagian 1 benda dihilangkan dan digantikan oleh sistem gaya luar pada mm, yang akan menahan tiap-tiap titik di bagian 2 benda dalam posisi yang sama seperti sebelum bagian 1 dihilangkan. Ini adalah situasi di Gambar 2.3b setelah itu ambil bidang seluas ΔA yang mengelilingi titik O dan melihat bahwa gaya ΔP bekerja pada luas ini. Apabila luas ΔA dengan terus menerus diperkecil menjadi nol, harga batas perbandingan ΔP/ΔA ialah tegangan di titik O pada bidang mm benda 2. ΔP Gambar 2.2 (a) Garis Lengkung Teg-Reg untuk Bahan yang Getas Sempurna (Perilaku Ideal), (b) Garis Lengkung Teg-Reg untuk Logam Getas dengan Sedikit Keuletan 2.4 Konsep Tegangan dan Jenis Tegangan Tegangan didefinisikan sebagai gaya tiap satuan luas. Terdapat dua jenis gaya luar yang dapat bekerja pada benda yaitu gaya permukaan dan gaya badan. Gaya yang terbagi pada permukaan benda seperti misalnya tekanan 70 lim ΔA = σ ……………............(2.1) ΔA→0 Arah tegangan sesuai arah gaya resultan P dan umum dengan kemiringan terhadap ΔA. Tegangan yang sama di titik O di bidang mm akan diperoleh, seandainya potongan bebas dikonstruksi dengan menghilangkan bagian 2 benda padat. Tetapi tegangan akan berlainan disembarang bidang lainnya yang melalui titik O, seperti misalnya titik nn. Sulit untuk menggunakan tegangan yang membuat sudut terhadap luas di mana tegangan Analisa Kekuatan Tarik dan Struktur ... Syawaldi itu bekerja. Tegangan total dapat diuraikan (resolved) dalam dua komponen, yaitu tegangan normal σ yang tegak lurus pada ΔA dan tegangan geser (shearing atau shear stress) τ yang terletak pada bidang mm. Untuk melukiskan titik ini, perhatikan Gambar 2.4. Gaya P membuat sudut θ dengan garis normal z terhadap bidang luas A juga bidang melalui garis normal dan gaya P saling berpotongan dengan bidang A sepanjang garis putus-putus yang membuat sudut φ dengan sumbu y. tegangan normal diberikan oleh: σ= P cos θ A ……………...........(2.2) Tegangan geser dalam bidang bekerja sepanjang garis OC dan besarnya ialah: τ= P sin θ A ………………............(2.3) Gambar 2.4 Uraian Tegangan Total dalam Komponennya Tegangan geser ini selanjutnya dapat diuraikan dalam komponen yang sejajar dengan arah x dan y yang terletak dalam bidang tersebut. P sin θ sin φ ...……….............(2.4) A P Arah y τ = sin θ cos φ ............………...(2.5) A Arah x τ = Karena itu suatu bidang pada umumnya dapat memiliki satu tegangan normal dan dua tegangan geser yang bekerja pada bidang itu. 2.5 Konsep Regangan dan Jenis Regangan Regangan linier rata-rata didefinisikan sebagai perbandingan perubahan panjang terhadap panjang awal dengan dimensi yang sama. e= δ Lo = ΔL L − Lo …………….........(2.6) = Lo Lo di mana: e = regangan linier rata-rata δ = deformasi ΔL = perubahan panjang L0 = panjang mula-mula Sejalan dengan itu tegangan di sebuah titik, regangan di sebuah titik ialah perbandingan deformasi terhadap panjang ukur (gage length), jika panjang ukur mendekati nol. Sering lebih bermanfaat untuk mendefinisikan regangan sebagai perubahan ukuran linier dibagi dengan harga ukuran seketika itu juga (instanteneous value). Lf dL ...….................(2.7) = ln Lo L Lo ε =∫ Lf Persamaan di atas mendefinisikan regangan alamiah (natural strain) atau regangan sesungguhnya. Regangan sesungguhnya digunakan dalam hal kekenyalan dan pembentukan logam. Deformasi elastis sebuah benda tidak hanya akan mengakibatkan perubahan panjang sebuah elemen linier dalam benda itu, melainkan dapat pula mengakibatkan perubahan sudut antara dua buah garis sembarang. Perubahan sudut dalam sudut siku dikenal sebagai regangan geser. Gambar 2.5 melukiskan regangan yang dihasilkan oleh regangan murni pada muka sebuah kubus. Sudut di A yang besar awalnya sama dengan 900, diperkecil oleh penerapan tegangan geser sebesar θ. Regangan geser γ sama dengan perpindahan (displacement) a dibagi dengan jarak antara bidang h. Perbandingan a/h adalah tangen sudut yang dilalui oleh elemen dalam rotasinya. Untuk sudut kecil, tangen sudut sama dengan sudut dalam radial. Karena itu regangan geser sering dinyatakan sebagai sudut rotasi γ = a = tan θ = θ ………..........(2.8) h Gambar 2.5 Regangan Putus Geser 71 Jurnal Sistem Teknik Industri Volume 7, No. 1 Januari 2006 2.6 Sifat Bahan Secara garis besar sifat-sifat logam dapat dibagi menjadi lima kelompok besar yaitu: 1. Sifat Densitas Dalam kesehariannya densitas lebih dikenal dengan istilah berat jenis atau kepadatan. Setiap logam dan bahan-bahan yang lainnya pasti mempunyai densitas yang berbedabeda. 2. Sifat Termal Sifat thermal berkaitan erat dengan kemampuan logam atau sebuah bahan dalam mengelola panas yang diterima oleh logam tersebut. Di antara sifat termal adalah: # Kapasitas Kalor # Muai panas penyebabnya adalah karena atom yang berekspansi 3. Sifat Konduktivitas (daya hantar) Setiap benda atau logam mempunyai sifat daya hantar, baik itu daya hantar panas ataupun daya hantar listrik. Walaupun logam konduktor yang baik tetapi ia juga bersifat resistansi yaitu adanya ketidakteraturan dari posisi atom, semakin naik temperatur semakin naik pula resistansi. Selain sifat konduktor logam ada juga yang bersifat semi-konduktor. Semi konduktor ada dua tipe yaitu tipe n dan tipe P. Tipe n mempunyai kelebihan elektron, sedangkan tipe P elektronnya berkurang tempat yang kosong sebagai penghantar panas. 4. Sifat Magnet Logam juga mempunyai sifat magnet yaitu gaya tarik menarik. Sifat magnet ini terbagi menjadi 3 kelompok yaitu: 1. Fero magnetic yaitu logam yang tertarik kuat oleh magnet 2. Para magnetic yaitu logam yang tertarik tidak kuat oleh magnet 3. Dia magnetic yaitu logam yang tidak terpengaruh oleh gaya tarik magnet. 5. Sifat Mekanis Sifat mekanis logam ini sangat erat hubungannya dengan kemampuan logam untuk menghadapi pengaruh dari luar. Di antara sifat mekanis adalah sebagai berikut: ¾ Kekuatan tarik ialah kemampuan logam dalam menahan gaya tarik yang diberikan 72 ¾ Kekerasan (hardnes) kekerasan sangat dipengaruhi oleh unsur paduan yaitu karbon ¾ Keuletan (ductility) jika logam ulet maka logam tidak akan mudah patah ¾ Kekuatan (strength) ¾ Elastisitas yaitu logam akan kembali ke bentuk semula setelah gaya dihilangkan ¾ Platsis yaitu logam tidak bisa kembali ke bentuk semula setelah gaya dihilangkan ¾ Fatik yaitu logam juga mempunyai sifat lelah, jika ia sampai pada titik fatik maka logam akan patah ¾ Creep yaitu logam akan mulur biasanya dilakukan pada temperatur tinggi ¾ Torsi yaitu kemampuan logam dalam menerima gaya puntir ¾ Mampu pengerjaan mesin. KESIMPULAN Dari Pengujian yang telah dilakukan dapat diambil kesimpulan bahwa struktur yang terdapat dalam spesimen dengan jenis U 40 adalah martensit. Pada temperatur 600oC, 700oC, dan 800oC dengan menggunakan media quench air, ternyata kekuatan tarik tidak mengalami perubahan yang signifikan. Walaupun terdapat perbedaan pada media quench, ternyata kekuatan tarik pada temperatur 600oC (temperature kebakaran) tidak mengalami perubahan yang signifikan. Pendinginan yang cepat, waktu penahanan yang singkat dan temperatur yang tidak terlalu tinggi, maka sifat mekanik baja U 40 tidak mengalami perubahan yang signifikan. Dengan tidak terjadinya perubahan yang signifikan terhadap kekuatan tarik, maka sifat mekanik pada spesimen baja tulangan U 40 tidak mengalami perubahan yang berarti. Dapat ditarik kesimpulan bahwa setelah terjadinya kebakaran maka baja tulangan masih dapat digunakan berdasarkan sifat mekaniknya. DAFTAR PUSTAKA Djaprie Sriati, “Metalurgi Mekanik”, Penerbit Erlangga, Jakarta, 1990 Ms Surdia Tata, Ir Met.E. Prof, Saito Shinroku, DR. Prof,”Pengetahuan Bahan Teknik”, Pradnya Paramita. Porter D.A, Easterling K.E,” Phasa Tranbsformations In Metals And Alloy second edition”, Chapman & Hall, 1992 Avner Sidyey. H, Mc. Grow Hiil-hill,” Introduction to physical Metalurgy”,1986.