1 ABSTRAK PENGARUH STATUS SOSIAL

advertisement
ABSTRAK
PENGARUH STATUS SOSIAL EKONOMI KELUARGA TERHADAP
PARTISIPASI POLITIK PEMILIH PEMULA PADA PEMILU
LEGISLATIF 2014
(Suatu Studi Di Desa Tempok Kecamatan Tompaso Kabupaten Minahasa)
Oleh
Roland Pantow
Partisipasi politik masyarakat dalam pemilihan umum merupakan aspek
penting dari demokratisasi dalam sebuah negara. Masyarakat yang baru pertama
kali memberikan suaranya dalam pemilu dikategorikan sebagai pemilih pemula.
Tingkat partisipasi politik pemilih pemula ditentukan oleh banyak faktor salah
satunya adalah faktor status sosial ekonomi keluarga. Penelitian ini mencoba
membuktikan sejauh mana hubungan antara status sosial ekonomi keluarga
(variabel X) terhadap partisipasi politik pemilih pemula (variabel Y) pada pemilu
legislatif 2014. Penelitian ini berlokasi di Desa Tempok Kec. Tompaso Kab.
Minahasa. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pemilih pemula yang
terdaftar dalam Daftar Pemilih Tetap (DPT) di Desa Tempok Kec. Tompaso,
kemudian ditentukan 40 sampel berdasarkan rumus Taro Yamane. Dari jumlah
sampel yang telah ditentukan tersebut, diambil 40 sampel pemilih pemula dengan
menggunakan teknik Simple Random Sampling. Untuk pengumpulan data
digunakan kuesioner yang telah diuji validitas dan reliabilitas butir-butir soalnya.
Selanjutnya dilakukan pengujian persyaratan yaitu uji normalitas dengan program
SPSS (Statistical Product and Service Solution) dan pengujian linieritas.
Berdasarkan hasil analisis penelitian menggunakan regresi sederhana di peroleh Ȳ
= 37,195 + 0,583 X. Hasil tersebut menunjukan bahwa antara variabel X dengan
variabel Y yaitu terdapat hubungan signifikan yang linear. Kemudian berdasarkan
hasil analisis menggunakan korelasi pearson product momen diperoleh koefisien
korelasi (r) = 0,583 sedangkan koefisien determinasi (r2) = 0,3398. Hasil tersebut
menunjukan bahwa tingkat koefisien korelasi antara status sosial ekonomi
keluarga terhadap partisipasi politik pemilih pemula sebesar 0.583 adalah cukup
kuat berdasarkan hasil interpretasi. Sedangkan koefisien determinasi sebesar 34%.
Dengan hasil ini dapat dijelaskan bahwa partisipasi politik pemilih pemula
ditentukan oleh status sosial ekonomi keluarga sebesar 34% sedangkan 66%
ditentukan oleh faktor-faktor lain. Selanjutnya berdasarkan hasil pengujian
signifikansi diperoleh bahwa nilai taraf kesalahan α = 0.05 dan sampel n = 40, uji
dua pihak dan dk = n-2 = 40-2 = 38 sehingga diperoleh ttabel = 2,024. Ternyata
thitung lebih besar dar ttabel , atau 4,416 ≥ 2,024 , maka Ha diterima artinya korelasi
antara status sosial ekonomi keluarga dan partisipasi politik pemilih pemula
sebesar 0,583 adalah signifikan dan berlaku untuk seluruh populasi.
Kata Kunci : Partisipasi Politik, Pemilih Pemula, Status Sosial Ekonomi
Keluarga
1
PENDAHULUAN
Dalam pemerintahan demokrasi, rakyat memiliki peranan penting dalam
urusan negara. Hal ini memberikan suatu keleluasaan bagi rakyat Indonesia untuk
ikut berpartisipasi dalam kegiatan politik, seperti terwujud dalam UUD 1945
Pasal 28, bahwa “Kemerdekaan berserikat dan berkumpul, mengeluarkan pikiran
dengan lisan dan tulisan dan sebagainya ditetapkan dengan undang-undang”.
Artinya, negara menjamin hak kolektifitas (hak bersama-sama) dalam melakukan
kegiatan kolektif termasuk kegiatan politik.
Kriteria untuk mencapai suatu pemerintahan yang demokratis dan ideal
selalu menuntut berbagai hal. Salah satu yang menjadi indikator suatu
pemerintahan yang demokratis mampu kita lihat dari partisipasi politik
masyarakat tersebut. Partisipasi politik adalah keikutsertaan warga negara biasa
dalam menentukan segala keputusan yang menyangkut atau mempengaruhi
kehidupannya dalam bernegara berdasarkan kesadaran sendiri.
Tingkat partisipasi politik masyarakat tentunya berbeda-beda dari
masyarakat yang satu dengan yang lainnya, sesuai dengan prilaku politik dari
masyarakat tersebut. Perilaku politik merupakan hasil dari manifestasi sikap
politik. Salah satu faktor yang mempengaruhi sikap politik masyarakat adalah
tingkat status sosial ekonomi. Disamping faktor tersebut, adapun faktor-faktor lain
yang mempengaruhi, diantaranya adalah faktor komunikasi politik, tingkat
kesadaran politik, tingkat pengetahuan masyarakat terhadap proses pengambilan
keputusan, kontrol masyarakat terhadap kebijakan publik, lingkungan, nilai
budaya, dan lain-lain (Sudjino Sastroatmodjo, 1995 : 7).
Bagi mereka yang berusia 17-21 tahun, memilih dalam Pemilu merupakan
pengalaman pertama kali. Mayoritas pemilih pemula adalah pelajar (SMA),
mahasiswa, dan pekerja muda. Ada juga kalangan yang menyebutkan bahwa
TNI/Polri yang baru pensiun dan kembali menjadi warga sipil yang memiliki hak
memilih, juga dikategorikan sebagai Pemilih Pemula.
Secara psikologis, Pemilih Pemula memiliki karakteristik yang berbeda
dengan orang- orang tua pada umumnya. Pemilih Pemula cenderung kritis,
mandiri, independen, anti status quo atau tidak puas dengan kemapanan, pro
perubahan dan sebagainya. Karena belum punya pengalaman memilih dalam
2
pemilu, Pemilih Pemula perlu mengetahui dan memahami berbagai hal yang
terkait dengan pemilu.
Selain memiliki banyak kelebihan, Pemilih Pemula juga memiliki
kekurangan, yakni belum memiliki pengalaman memilih dalam pemilu. Karena
belum punya pengalaman memilih dalam pemilu, pada umumnya banyak dari
kalangan mereka yang belum mengetahui berbagai hal yang terkait dengan
pemilihan umum. Mereka juga tidak tahu bahwa suaranya sangat berarti bagi
proses politik di negaranya. Bahkan tidak jarang mereka enggan berpartisipasi
dalam pemilu dan memilih ikut-ikutan tidak mau menggunakan hak pilihnya alias
golongan putih (golput).
Pada tanggal 9 April 2014 yang lalu masyarakat Indonesia kembali
menentukan hak politiknya lewat pemilihan anggota DPR, DPD dan DPRD.
Adapun jumlah Daftar Pemilih Tetap (DPT) untuk Pemilu Legislatif 2014 tercatat
185.826.024 orang yang memiliki hak pilih. Berdasarkan data KPU, ada sekitar
18.334.458 pemilih pemula yang mempunyai hak pilih (Harian Tribun, Sabtu 10
Mei 2014). Pada Pemilu 2004, jumlah Pemilih Pemula sekitar 27 juta dari 147 juta
pemilih (18.4 %). Pada Pemilu 2009 sekitar 36 juta pemilih pemula dari 171 juta
pemilih (21 %). Dari data tersebut dapat dilihat bahwa jumlah pemilih pemula
tergolong besar. Namun besarnya jumlah pemilih pemula tidak dibarengi dengan
partisipasi politik pemilih pemula dalam pemilu. Tingkat partisipasi pemilih
pemula cenderung masih rendah. Rendahnya tingkat partisipasi politik ini
dipengaruhi oleh banyak faktor.
Seperti yang diuraikan diatas bahwa faktor yang mempengaruhi partisipasi
politik pemilih pemula salah satunya adaalah tingkat status sosial ekonomi
keluarga. Maka dengan rendahnya partisipasi politik pemilih pemula, apakah yang
mempengaruhinya adalah status sosial ekonomi keluarga? Untuk itulah penelitian
ini akan menjadi studi yang membuktikan apakah ada hubungan status sosial
ekonomi keluarga terhadap partisipasi politik pemilih pemula. Dalam studi ini,
penulis mengambil objek penelitian yang berada di Desa Tempok Kec. Tompaso
Kab. Minahasa. Daerah ini merupakan daerah yang memiliki jumlah pemilih
pemula yang cukup besar dengan rata-rata masyarakatnya berada pada tingkat
ekonomi menengah ke bawah. Dengan demikian judul penelitian ini adalah
3
“Pengaruh Status Sosial Ekonomi Keluarga terhadap Partisipasi Politik Pemilih
Pemula pada Pemilu Legislatif 2014”
(Suatu Studi di Desa Tempok Kec.
Tompaso Kab. Minahasa, Sulawesi Utara).
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan diatas, maka
perumusan masalah dalam penelitian ini adalah : Seberapa besar pengaruh status
sosial ekonomi keluarga terhadap partisipasi politik pemilih pemula pada pemilu
legislatif 2014 ?
Adapun tujuan dari penulis melakukan penelitian ini adalah : Untuk
mengetahui seberapa besar pengaruh status sosial ekonomi keluarga terhadap
partisipasi politik pemilih pemula pada pemilu legislatif 2014.
KERANGKA TEORI
Hubungan antara Status Sosial Ekonomi Keluarga terhadap Partisipasi
Politik Pemilih Pemula
Salah satu aspek yang perlu diwujudkan dalam mencapai pemerintahan
yang demokratis adalah partisipasi politik. Partisipasi politik adalah tindakan
politik yang berasal dari manifestasi sikap politik. Sikap politik adalah suatu
reaksi terhadap penghayatan objek tertentu yang bersifat politik. Maka, partisipasi
politik ditentukan oleh banyak aspek yang mempengaruhinya. Salah satunya
adalah aspek soaial ekonomi. Aspek sosial ekonomi masyarakat selanjutnya, akan
membangun suatu pengetahuan politik, minat dan perhatian pada politik, serta
sikap partisipatif atau apatisnya masyarakat terhadap pemerintah (Sudijono
Sastroatmodjo, 1995:77).
Status ekonomi seseorang mempengaruhi sikap politik masyarakat yang
bisa apatis ataupun partisipatif dalam partisipasi politiknya. Frank Linderfeld
mengungkapkan bahwa status ekonomi yang rendah menyebabkan seseorang
cenderung apatis dalam berpolitik (Rafael Raga Maran, 1997:156). Sebaliknya,
Lipset dan Deutsch berpendapat bahwa tingkat pendapatan yang tinggi,
pendidikan yang tinggi, dan status sosial yang tinggi, cenderung memepengaruhi
tingginya partisipasi politik masyarakat tersebut (Miriam Budiarjo, 2008:9).
Salah satu faktor yang mempengaruhi partisipasi politik pemilih pemula
adalah faktor status sosial ekonomi (Setiajid, 2011:27). Pemilih pemula yang pada
4
umumnya masih remaja, masih bergantung pada ekonomi keluarga. Maka dari
ungkapan tersebut dapat dikatakan bahwa status sosial ekonomi keluarga
berkorelasi dan sebagai salah satu variabel yang menentukan terwujudnya
partisipasi politik pemilih pemula di dalam proses politik.
HIPOTESIS PENELITIAN
Dari dugaan dalam kerangka berpikir diatas, dapatlah dirumuskan
hipotesis penelitian sebagai berikut:
H0 : Tidak Terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara status sosial
ekonomi keluarga terhadap partisipasi politik pemilih pemula pada pemilu
legislatif 2014.
Ha : Terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara status sosial
ekonomi keluarga terhadap partisipasi politik pemilih pemula pada pemilu
legislatif 2014.
METODE PENELITIAN
Metode penelitian yang digunakan adalah kuantitatif, dengan jenis
pendekatan penelitian berdasarkan rumusan masalah asosiatif dengan bentuk
hubungan sebab akibat (kausal korelation) (Sugiyono, 2014:57). Menurut Prof. Dr.
Sugiyono, metode penelitian kuantitatif adalah metode penelitian yang
berlandaskan pada filsafat positivisme, digunakan untuk meneliti pada populasi
atau sampel tertentu, teknik pengambilan sampel pada umumnya dilakukan secara
random, pengumpulan data menggunakan instrumen penelitian, analisis data
bersifat kuantitatif/statistik dengan tujuan untuk menguji hipotesis yang telah
ditetapkan (Sugiyono, 2014:57).
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antar dua
variabel atau lebih, atau hubungan antara variabel bebas dengan variabel terikat
(Iskandar, 2013:64). Sebagai variabel bebas (variabel independen) adalah status
sosial ekonomi keluarga dan variabel terikat (variabel dependen) adalah
partisipasi politik pemilih pemula yang akan diuji dengan rumus statistik.
5
HIPOTESIS STATISTIK
Pengujian hipotesis melalui hipotesis statistik dapat dituliskan sebagai berikut :
H₀ : ρ = 0
Ha : ρ ≠ 0
PENGUJIAN HIPOTESIS
Untuk menguji hipotesis digunakan teknik analisis statistik yaitu analisis
regresi sederhana untuk memprediksikan variabel terikat (Y) apabila terjadi
perubahan pada variabel (X), korelasi pearson product momen untuk mengetahui
nilai hubungan variabel (X) terhadap variabel (Y), koefisien determinasi untuk
mengetahui berapa persen pengaruh variable (X) terhadap variable (Y) dan Uji
signifikan ini dilakukan untuk mengetahui apakah hubungan yang ditemukan
signifikan dan dapat digeneralisasikan atau berlaku untuk seluruh populasi.
1. Menentukan Persamaan Regresi antara Variabel X dan Y
Bentuk persamaan regresi yang di gunakan dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut : Ȳ = a + b X
Keterangan :
Y = Nilai yang diprediksikan
X = Nilai variabel independen
a = Nilai konstanta harga Y jika X = 0
b = Koefisien regresi
Tabel 18. Ringkasan Statistik X Terhadap Y
Simbol Statistik
N
ΣX
ΣX²
ΣY
ΣY²
ΣXY
Nilai Statistik
40
4671
548793
4211
446643
493687
untuk mencari persamaan di atas, langkah pertama ialah dengan mencari b
menggunakan rumus :
b=
.∑
.∑
∑ .∑
(∑ )
6
perhitungan :
∑ .∑
.∑
b=
.∑
(∑ )
=
.(
)(
) (
) (
)
.(
)
= 0,583
kemudian mencari a dengan menggunakan rumus :
a=
∑
– .∑
∑
– .∑
perhitungan :
a=
berdasarkan nilai-nilai
.
==
(
)
= 37,195
konstanta tersebut maka persamaan regresi untuk
variabel X dengan Y dapat di tentukan sebagai berikut :
Ȳ = 37,195 + 0,583 X
Hasil diatas menunjukkan bahwa antara variabel X dan variabel Y terdapat
hubungan yang linier, dimana jika variabel X mengalami peningkatan 1 (satu)
maka rata-rata variabel Y
mengalami peningkatan sebesar 0,583 pada
konstanta 37,19 sebagaimana dapat dilihat pada gambar berikut :
120
110
Ȳ = 37,19 + 0,58 X
100
90
80
0
90
0
100
110
120
130
140
Gambar 4. Grafik Persamaan Regresi Ȳ = 37,195 + 0,583 X
2. Pengujian Korelasi Pearson Product Moment
Rumus yang di gunakan dalam pengujian korelasi pearson product momen
adalah :
Keterangan :
r
=
{ . (Σ
(Σ
) − (Σ ). (Σ )
− (Σ ) }. { . Σ
− (Σ ) }
= Koefisien korelasi variabel X dan variabel Y
7
X
= Variabel bebas (Status Sosial Ekonomi Keluarga)
Y
= Variabel terikat (Partisipasi Politik Pemilih Pemula)
n
= Jumlah Sampel
kemudian untuk mencari rhitung , data-data statisktik yang di peroleh di masukan ke
dalam rumus yang ada.
=
=
(Σ
) − (Σ ). (Σ )
{( . Σ
) − (Σ ) }. {( . Σ
=
=
) − (Σ ) }
40(493687) − (4671). (4211)
{(40 . 548793) − (4671) }. {(40 . 446643) − (4211) }
√
,
= 0,583
Dari hasil perhitungan dapat diketahui bahwa terdapat hubungan yang
positif sebesar 0,583 antara status sosial ekonomi keluarga terhadap partisipasi
politik pemilih pemula. Untuk dapat memberi interpretasi terhadap kuatnya
hubungan itu, maka dapat digunakan pedoaman seperti yang tertera pada tabel di
bawah ini:
Tabel 19.
Pedoman Untuk Memberikan Interpretasi Koefisien Korelasi
Interval Koefisien
Tingkat Hubungan
0,80 – 1,000
0,60 - 0,799
0,40 - 0,599
0,20 - 0,399
0,00 - 0,199
Sangat Kuat
Kuat
Cukup Kuat
Rendah
Sangat Rendah
Berdasarkan tabel diatas, maka koefisien korelasi yang ditemukan sebesar
0,583 termasuk pada kategori cukup kuat. Jadi terdapat hubungan yang cukup
kuat antara status sosial ekonomi keluarga terhadap partisipasi politik pemilih
pemula.
Untuk mencari besarnya kontribusi dari variabel X terhadap variabel Y,
digunakan rumus koefisien determinasi melalui persamaan berikut :
KP = r2 x 100%
Ket :
KP
= Nilai koefisien determinasi
8
r2
= Nilai korelasi antara variabel X dan Y
Perhitungan :
= (0,583)2 x 100%
KP
= 33.98%
= 34%
Dari hasil tersebut dapat dikatakan bahwa variabel Status Sosial Ekonomi
Keluarga memberikan kontribusi terhadap Partisipasi Politik Pemilih Pemula
sebesar 34% .
3. Pengujian Signifikansi dengan Rumus thitung
Dari perhitungan diatas diketahui korelasi yang ditemukan sebesar 0,583
termasuk pada kategori cukup kuat. Hubungan tersebut berlaku untuk sampel 40
orang (pemilih pemula). Untuk menguji signifikansi hubungan, yaitu apakah
hubungan yang ditemukan itu berlaku untuk seluruh populasi, maka perlu diuji
signifikansi dengan rumus t sebagai berikut :
Thitung=
Thitung=
Thitung=
√
√
.
√
,
,
√
.
Thitung = 4,41
Kriteria pengujian :
Jika
thitung ≥ ttabel maka terima Ha artinya signifikan dan
thitung≤ ttabel maka tolak Ha artinya tidak signifikan
Berdasarkan perhitungan diatas, nilai taraf kesalahan α = 0.05 dan sampel
n = 40, uji dua pihak dan dk = n-2 = 40-2 = 38 sehingga diperoleh ttabel = 2,024.
Ternyata thitung lebih besar dar ttabel , atau 4,416 ≥ 2,024, maka Ha diterima artinya
korelasi antara status sosial ekonomi keluarga dan partisipasi politik pemilih
pemula sebesar 0,583 adalah signifikan sehingga dapat diterima dan dapat
digeneralisasikan atau dapat berlaku untuk populasi dimana sampel 40 orang
(pemilih pemula) diambil.
9
PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN
Berdasarkan hasil analisis penelitian menggunakan regresi sederhana di
peroleh Ȳ = 37,195 + 0,583 X. Hasil tersebut menunjukan bahwa antara variabel
X yaitu Status Sosial Ekonomi Keluarga dengan variabel Y yaitu Partisipasi
Politik Pemilih Pemula terdapat hubungan signifikan yang linear, dimana jika
terjadi peningkatan pada variabel Status Sosial Ekonomi Keluarga sebesar 1 kali
maka akan terjadi peningkatan sebesar 0,583 pada variabel Partisipasi Politik
Pemilih Pemula dan apabila terjadi peningkatan sebesar 100 kali pada variabel
Status Sosial Ekonomi Keluarga, maka akan terjadi peningkatan sebesar 58,3 pada
variabel kinerja aparatur pemerintah.
Kemudian berdasarkan hasil analisis menggunakan korelasi pearson
product momen diperoleh koefisien korelasi ( r ) = 0,583 sedangkan koefisien
determinasi (r2) = 0,3398. Hasil tersebut menunjukan bahwa tingkat koefisien
korelasi antara status sosial ekonomi keluarga terhadap partisipasi politik pemilih
pemula sebesar 0.583 adalah cukup kuat berdasarkan hasil interpretasi.
Dapat dijelaskan bahwa penelitian yang dilakukan terhadap pemilih
pemula yang ada di Desa Tempok Kecamatan Tompaso menghasilkan bahwa
status sosial ekonomi keluarga memiliki pengaruh yang cukup kuat terhadap
partisipasi politik pemilih pemula.
Sedangkan koefisien determinasi sebesar 33,98% yang dibulatkan 34%.
Dengan hasil ini dapat dijelaskan bahwa partisipasi politik pemilih pemula di
tentukan oleh status sosial ekonomi keluarga sebesar 34% sedangkan 66%
ditentukan oleh faktor-faktor lain yang belum di teliti dalam penelitian ini.
Selanjutnya berdasarkan hasil pengujian signifikansi diperoleh bahwa nilai
taraf kesalahan α = 0.05 dan sampel n = 40, uji dua pihak dan dk = n-2 = 40-2 =
38 sehingga diperoleh ttabel = 2,024. Ternyata thitung lebih besar dar ttabel , atau
4,416 ≥ 2,024, maka Ha diterima artinya korelasi antara status sosial ekonomi
keluarga dan partisipasi politik pemilih pemula sebesar 0,583 adalah signifikan.
Maka hipotesis yang menyatakan “Terdapat hubungan yang positif dan signifikan
antara status sosial ekonomi keluarga dan partisipasi politik pemilih pemula pada
pemilu legislatif 2014” dapat diterima dan dapat digeneralisasikan atau dapat
berlaku untuk populasi dimana sampel 40 orang (pemilih pemula) diambil.
10
KESIMPULAN DAN SARAN
Dari hasil penelitian, maka dapat diambil beberapa kesimpulan yaitu
sebagai berikut :
1. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan terhadap pemilih
pemula yang ada di Desa Tempok Kecamatan Tompaso Kabupaten
Minahasa dapat di simpulkan bahwa status sosial ekonomi keluarga
memiliki pengaruh yang cukup kuat terhadap partisipasi politik pemilih
pemula pada pemilu legislatif 2014.
2. Berdasarkan hasil analisis yang diperoleh dapat di simpulkan bahwa
hipotesis (Ha) dapat diterima yaitu hubungan (korelasi) antara status sosial
ekonomi keluarga dan partisipasi politik pemilih pemula adalah signifikan.
Maka hipotesis yang menyatakan “Terdapat hubungan yang positif dan
signifikan antara status sosial ekonomi keluarga dan partisipasi politik
pemilih pemula pada pemilu legislatif 2014” dapat diterima dan dapat
digeneralisasikan atau dapat berlaku untuk populasi dimana sampel 40
orang (pemilih pemula) diambil.
3. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan terhadap pemilih
pemula yang ada di Desa Tempok Kecamatan Tompaso Kabupaten
Minahasa dapat di simpulkan bahwa faktor status sosial ekonomi keluarga
berpengaruh sebesar 34% terhadap partisipasi politik pemilih pemula pada
pemilu legislatif 2014. Sedangkan sisanya 66% ditentukan oleh faktorfaktor lain yang belum di teliti dalam penelitian ini.
Dari hasil penelitian, maka penulis dapat memberikan saran yaitu sebagai
berikut :
1. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan dapat diketahui bahwa status
sosial ekonomi keluarga memiliki pengaruh yang cukup kuat terhadap
partisipasi politik pemilih pemula. Sehingga peneliti menyarankan agar
pemerintah, partai politik, penyelenggara pemilu dan lembaga terkait agar
dapat memperhatikan tingkat status sosial ekonomi keluarga yaitu dengan
memberikan arahan atau sosialisai kepada masyarakat bahwa pentingnya
11
peningkatan status sosial ekonomi keluarga agar partisipasi politik pemilih
pemula juga dapat ditingkatkan.
2. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan dapat diketahui bahwa status
sosial ekonomi keluarga memiliki pengaruh yang positif dan signifikan
terhadap partisipasi politik pemilih pemula, semakin tinggi status sosial
ekonomi keluarga maka semakin tinggi pula tingkat partisipasi politik
pemilih pemula. Sehingga peneliti menyarankan kepada keluarga yang
memiliki anggota keluarga yang dikategorikan sebagai pemilih pemula,
agar dapat meningkatkan status sosial ekonomi keluarga sehingga tingkat
partisipasi politik juga dapat ditingkatkan.
3. Berdasarkan hasil penelitian, penulis berpendapat bahwa sangat sulit untuk
melihat pola perilaku politik seseorang, sehingga dalam mengukur tingkat
partisipasi politik juga akan menjadi sulit, setelah penulis melakukan
penelitian di lapangan, penulis melihat bahwasanya tidak hanya variabel
status sosial ekonomi keluarga saja yang mempengaruhi partisipasi politik
pemilih pemula. Stasus sosial ekonomi keluarga dalam penelitian ini
hanya mampu menjelaskan pengaruhnya sebesar 34%, dengan kata lain
masih ada 66% faktor-faktor lain yang mempengaruhi partisipasi politik
pemilih pemula namun tidak menjadi kajian peneliti. Sebagai saran bagi
rekan-rekan mahasiswa atau siapa saja yang ingin meneliti permasalahan
partisipasi politik pemilih pemula bahwasanya masih perlu diteliti faktorfaktor lain lagi selain faktor tingkat status sosial ekonomi agar
permasalahan mengenai pola perilaku politik pemilih pemula tersebut
lebih mudah untuk dipahami.
DAFTAR PUSTAKA
Bailey, Kenneth D. 1987. Methods of Social Research. New York: The Free
Press.
Buchari, Alma. 2012. Belajar Mudah Penelitan. Bandung: Alfabeta.
Budiardjo, Miriam. 2014. Dasar-Dasar Ilmu Politik. Jakarta: Gramedia.
Gerungan, WA. 1996. Psikologi Sosial. Bandung: Eresco.
12
Hendropuspito. 1989. Sosiologi Sistematik. Jakarta: Kanisius.
Huntington, Samuel P, dan Nelson, Joan. 1990. Partisipasi Politik di Negara
Berkembang. Jakarta: Rineka Cipta.
Iskandar. 2013. Metode Penelitian Pendidikan dan Sosial. Jakarta: Referensi.
Jalaludin, Rahman. 1995. Metode Penelitian Komunikasi. Bandung: Remaja
Rodaskarya.
Kaelan. 2010. Pendidikan Pancasila. Yogyakarta: Paradigma.
Kaunang dkk. 2010. Bahan Ajar Pengantar Ilmu Pemerintahan. Manado: FISIP
UNSRAT.
Kotler, Philip & Gary Amstrong. 1997. Dasar-dasar Pemasaran, Jakarta:
Erlangga
Maran, Raga, R. 2007. Pengantar Sosiologi Politik. Jakarta: Rineka Cipta.
Riswandi. 2009. Komunikasi Politik. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Rush, Michael dan Althoff, Philip. 2003. Pengantar Sosiologi Politik. Jakarta: PT.
Raja Grafindo Persada.
Ruslan, Rosadi. 1997. Kampanye Public Relations. Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada.
Sastroatmodjo, Sudjino. 1995. Prilaku Politik. Semarang: IKIP.
Setiajid. 2011. Orientasi Politik Yang Mempengaruhi Pemilih Pemula Dalam
Menggunakan Hak Pilihnya. Semarang: Integralistik.
Sugiyono. 2014. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif Kualitatif
dan R&D. Bandung: Alfabeta.
Surbakti, Ramlan. 1992. Memahami Ilmu Politik. Jakarta: PT. Gramedia
Widiasarana Indonesia.
Soekanto, Soerjono. 2004. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada.
13
Download