BAB II

advertisement
Bab II. Landasan Teori
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Pendahuluan
Proyek gedung bertingkat, terutama proyek U-Residence bukanlah sesuatu
yang baru, apa yang berubah merupakan sesuatu yang baru adalah deminsi dari
proyek tersebut, baik dari segi kwalitas maupun kwantitas, Sejalan dengan
perubahan tersebut timbul persaingan yang ketat, hal ini mendorong para
pengusaha/praktisi mencari dan menggunakan cara-cara pengelolaan, metode
serta teknik yang paling baik, sehingga penggunaan sumber daya benar-benar
efektif dan efisien.
Dalam hal ini mengelola kegiatan dengan menggunakan konsep manajemen
proyek merupakan langkah yang relative baru, dimana konsep ini ditandai dengan
menerapkan suatu pendekatan, metode dan teknik tertentu pada pemikiranpemikiran manajemen dengan tujuan meningkatkan daya guna dalam rangka
mengahadapi kegiatan yang dinamis dan non-rutin, yaitu kegiatan proyek
kontruksi.
Adapun pengertian manajemen adalah proses merencanakan, mengorganisir,
memimpin dan pengendalian kegiatan anggota serta sumber daya yang lain untuk
mencapai sasaran organisasi (Perusahaan) yang telah ditentukan. Yang dimaksud
dengan proses adalah mengerjakan sesuatu dengan pendekatan tenaga, keahlian,
peralatan, dana dan informasi (Soeharto, 2014).
Sedangkan pengertian manajemen proyek muncul dikarenakan penggunaan
manajemen itu sendiri yang telah berhasil mengelola kegiatan operatioanal rutin
II-1
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Bab II. Landasan Teori
lingkungan yang stabil, dirasakan kurang mampu dan tidak cukup efisien untuk
mengelola kegiatan proyek kontruksi yang sejatinya penuh dengan dinamika dan
perobahan cepat, sehingga hasilnya pun tidak bisa optimal.
Sehubungan denga itu, dilihat dari wawasan manajemen berdasarkan fungsi
dan gabungan dengan pendekatan system, maka yang dimaksud dengan
manajemen proyek yaitu merencanakan, mengorganisir, memimpin, dan
mengendalikan sumber daya perusahaan untuk mencapai tujuan jangka pendek
yang telah ditentukan, serta menggunakan pendekatan system dan hirarki (arus
kegiatan) vertical dan horizontal (Kerzner, 1982).
Manajemen proyek sendiri terbagi menjadi bagian-bagian ilmu yaitu project
scope mangement, project time management, project cost management, Project
qualiti management, project human resourses management, Project comunication
mangement, project risk management, project procurment management, dan
project imtegration management (Project Management Institute, 1996). Pada
penelitian yang akan di analisis adalah dari segi pengaturan waktu, dalam hal ini
yaitu project time management.
2.2 Sistem Manajemen Waktu.
Adapun pengertian manajemen waktu proyek adalah proses merencanakan,
memyusun dan mengendalikan jadwal kegiatan proyek. Manajemen waktu
termasuk ke dalam proses yang akan diperlukan untuk memastikan waktu
penyelesaian suatu proyek. Sistem manajemen waktu berpusat pada perjalan atau
tidaknya perencanaan dan penjadwalkan proyek. Dimana dalam perencanaan dan
II-2
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Bab II. Landasan Teori
penjadwalan
tersebut
telah
disediakan
pedoman
yang
spesifik
untuk
menyelesaikan aktivitas proyek dengan lebih cepat dan efesien.
2.3 Aspek-Aspek Manajemen Waktu
Dasar yang dipakai pada sistem manajemen waktu yaitu perencanaan
operational dan penjadwalan yang selaras dengan durasi proyek yang sudah
ditetapkan. Dalam hal ini penjadwalan digunakan untuk mengontrol aktivitas
proyek setiap harinya. Adapun aspek-aspek manjemn waktu yaitu menentukan
pennjadwalan proyek, mengukur dan membuat laporan dari kemajuan proyek,
membandingkan penjadwalan dengan kemajuan proyek sebenarnya dilapangan,
menentukan akibat yang ditimbulkan oleh perbandingan jadwal dengan kemajuan
di lapangan pada akhir pemyelesaian proyek, merencanakn penanganan untuk
mengatasi akibat tersebut, yang terakhir memperbaharui kembali penjadwalan
proyek (clogh and Scars, 1991). Sedangkan aspek-aspek manajemen waktu itu
sendiri merupakan proses yang saling berurutan satu dengan yang lainnya.
II-3
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Bab II. Landasan Teori
Menentukan
penjadwalan
Mengukur dan membuat
laporan kemajuan
Membandingkan kemajuan dilapangan
dengan penjadwalan
Menentukan akibat yang
ditimbulkan pada akhir
penyelesain
Merencanakan penanganan
untuk mengatasi akibat tersebut
Memperbaharui
penjadwalan proyek
Gambar 2.1 Sistem Manajemen Waktu
(Sumber : Clough and Scars, 1991)
2.3.1 Menetukan Penjadwalan Proyek
Penjadwalan proyek adalah daftar urutan waktu operational proyek yang
berguna sebagai pokok garis pedoman pada saat proyek dilaksanakan. Pada tahab
ini harus dibuat suatu daftar pekerjaan sesuai dengan kesatuan aktivitas yang
mudah ditangani secara bersamaan. Tujuan memecah lingkup aktivitas dan
II-4
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Bab II. Landasan Teori
menyusun urutannya antara lain untuk meningkatkan akurat kurun waktu
penyelesain proyek.
Adapun langkah-langkah dalam menentukan penjadwalan proyek, yaitu (soeharto,
2014) :
1. Identifikasi aktivitas (Work Breakdwon Structure).
2. Penyusunan urutan kegiatan.
3. Perkiraan kurun waktu.
4. Penyusunan jadwal.
2.3.1.1 Indentifikasi Aktivitas (Work Breakdwon Structure).
Proses penjadwalan diawali dengan mengindentifikasi aktivitas proyek.
Setiap aktivitas diindetifikasi agar dapat dimonitor dengan mudah dan dapat
dimengerti pelaksananya, sehingga tujuan proyek yang telah ditentukan dapat
dilaksanakan sesuai dengan jadwal.
Dalam mengidentifikasi kegiatan sebaikanya tidak terlalu sedikit dalam
pembagiannya karena akan membatasi keefektifan dalam perencanaan dan
kontrol, juga sebaiknya tidak terlalu banyak dalam pembagiannya karena juga
akan membingungkan bagi penggunanya. Dalam penentuan level detail WBS
sebaiknya berdasarkan :
1. Kebutuhan pengguna scedule.
2. Tipe aktivitas (biaya, keamanan, kualitas)
3. Ukuran, kompleksitas, dan tipe proyek.
4. Pengalaman.
II-5
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Bab II. Landasan Teori
5. Persediaan informasi yang didapat.
6. Karakteristik sumber daya.
Dalam pengembangan WBS sebaiknya berdasarkan beberapa pembagian :
1. Wilayah geografi.
2. Area konstruksi.
3. Elemen-elemen bangunan.
4. Jenis pekerjaan.
5. Departemen.
Beberapa hal yang dapat dipakai sebagai pedoman menyusun WBS (Ervianto,
2004) :
1. Susunan WBS dibuat bertingkat (level) menurut ketelitian spesifikasi
2. pekerjaannya.
3. Susunan WBS dibuat atas dasar penguraian yang diskrit dan logis.
4. Jumlah level sesuai dengan kebutuhan tingkat pengelolanya.
5. Jumlah
elemen
pekerjaan
tiap
level
sesuai
dengan
kebutuhan
pemgelolanya.
6. Tiap elemen WBS diberi nomor, dengan penomoran yang sesuai dengan
tingkat level-nya.
7. Elemen pekerjaan dalam WBS merupakan pekerjaan yang terukur.
II-6
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Bab II. Landasan Teori
2.3.1.2 Penyusunan Urutan Kegiatan.
Setelah diuraikan menjadi komponen-komponen, lingkup proyek disusun
kembali menjadi urutan kegiatan sesuai dengan logika ketergantungannya
(jaringan kerja).
Didalam penyusunan urutan kegiatan adalah bagaimana meletakan kegiatan
tersebut ditempat yang benar, apakah arus bersamaan?, setelah pekerjaan yang
lain selesai sebelum pekerjaan yang lain selesai. Pada penyusunan urutan kegiatan
sendiri ada beberapa informasi yang harus diperhatikan yaitu :
1. Technological constraints, yang meliputi metode kontruksi, prosedur dan
kualitas.
2. Managerial constraints, yang meliputi sumber daya, waktu, biaya, dan
kualitas.
3. External constraints, yang meliputi cuaca, peraturan, dan bencana alam
yang tak terduga.
2.3.1.3 Pekiraan Kurun Waktu (durasi)
Setelah jaringan kerja, masing-masing komponen kegiatan diberikan
perkiraan kurun waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan kegiatan yang
bersangkutan, juaga perkiraan sumber daya yang diperlukan untuk untuk
menyelesaikan kegiatan tersebut.
Durasi suatu aktivitas adalah panjangnya waktu pekerjaan mulai dari star
sampai finish pekerjaan yang dilakukan atau sudah selesai suatu pekerjaan yang
telah dilakuakan sesuai dengan kontrak yang telah disepakati dan di tanda tangani
oleh owner dengan kontraktor.
II-7
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Bab II. Landasan Teori
Ada 2 pendekatan dalam menentukan duras aktivitas adalah :
1. Pendekatan teknik, meliputi memeriksa persediaan sumber daya (a),
mencatat produtivitas sumber daya (b), memeriksa kualitas pekerjaan (c),
kemudian menentukan durasi.
2. Pendekatan pratek, meliputi pengalaman dan keputusan.
2.3.1.4 Penyusunan Jadwal (scedule)
Jaringan kerja yang masing-masing komponen kegiatannya telah diberi kurun
waktu kemudian secara keseluruhan dianalisa dan dihitung kurun waktu
penyelesain proyek, sehingga dapat diketahui jadwal induk dan jadwal unutk
pelaksanaan pekerjaan dilapangan.
Didalam menyusun jadwal masukan-masukan yang diperlukan yaitu jenisjenis aktivitas, urutan setiap aktivitas, durasi waktu aktivitas, kalender (jadwal
hari), dan asumsi-asumsi yang diperlukan.
Schedule di bagi menjadi 2 bagian utama yaitu Master Schedule dan Detailed
Schedule. Master schedule berikan kegiatan-kegiatan utama dari suatu proyek
yang dibuat untuk level executive management, sedangkan Detailed schedule
merupakan bagian dari Master Schedule yang berisikan detail dari kegiatankegiatan utama yang dibuat untuk membantu para pelaksana dalam mengerjakan
dilapangan.
Macam-macam dari schedule dapat dibagi menjadi 2 yaitu Bagan Balok dan
Jaringan keraja (CPM). Dimana keduanya mempunyai kelebihan dan kekurangan
seperti yang dijelaskan dibawah ini :
II-8
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Bab II. Landasan Teori
1. Bagan Balok (BAR/GANTT Chart)
Metode bagan balok diperkenalkan oleh H.L Grantt, dengan tujuan
mengindentifikasi unsur waktu dan urutan dalam merencanakan urutan dalm suatu
kegiatan yang terdiri dari waktu mula, waktu penyelesaian dan pada saat
pelaporan. Bagan balok mudah dibuat dan di pahami sehingga amat berguna
sebagai alat komunikasi dalam penyelengaraan proyek.
Bagan balok dapat dibuat secara manual atau dengan mengunakan komputer.
Bagan ini tersusun pada koordinat X dan Y. Pada sumbu tegak lurus X, dicatat
pekerjaan atau elemen-elemen atau paket kerja dari hasil penguraian lingkup suatu
proyek dan di gambar sebagai balok. Sedangkan pada koordinat sumbu Y, tertulis
satuan waktu, misalnya hari, minggu, atau bulan.
Penggunaan metode bagan balok sangat terbatas karena mempunyai
kelemahan-kelemahan seperti tidak menunjukan secara spesifik hubungan
ketergantungan antara satu kegiatan dengan yang lain sehingga sulit untuk
mengetahui dampak yang diakibatkan oleh keterlambatan suatu kegiatan terhadap
jadwal keseluruhan proyek, sukar mengadakan perbaikan atau pembaharuan
(updating) karena umumnya harus dilakukan dengan membuat bagan balok baru,
selain itu juga tidak cocok untuk proyek yang berukuran sedang dan besar atau
yang bersifat kompleks disebabkan kurangnya kemampuan penyajian secara
sistematis karena harus menyusun sedimikian besar jumlah kegiatan yang
mencapai puluhan ribu dam memiliki keterkaitan antara satu kegiatan dengan
yang lainnya.
II-9
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Bab II. Landasan Teori
2. Jaringan Kerja (CPM)
Jaringan kerja merupakan penyempurnaan dari metode bagan balok yang
akan menjawab pertanyaan-pertanyaan seperti beberapa lama kurun waktu
penyelesaian proyek tercepat, kegiatan mana yang bersifat kritis dan non kritis,
dan lain-lain. CPM diperkenalkan pertama kali oleh ahli matematika dari
perusahaan Du-Pont bekerja sama dengan Rand Comparation dibantu oleh team
engineer.
Pada metode CPM dikenal adanya jalur kritis, yaitu jalur yang memiliki
rangkaian componem-komponem kegiatan dengan total jumlah waktu terlama dan
menujukan kurun waktu penyelesaian proyek yang tercepat.
Pada CPM sendiri ada beberapa proses perhitungan yang harus dilakukan,
yaitu forward pass, backward pass, dan float analises. Yang kemudian
menghasilkan overall project duration, star dan finish dates, aktivity dates (ES,
EF, LS, LF), activity flostd, Critical path (critical activity). Proses menyusun
jaringan CPM dibagi beberapa langkah, dapat dilihat pada Gambar 2.2
II-10
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Bab II. Landasan Teori
I
Indentifikasi lingkup proyek dan menguraikannya
menjadi komponen-komponen kegiatatan
II
Menyusun komponen-komponen kegiatan sesuai
urutan logika ketergantungan menjadi jaringan kerja
III
Memberikan perkiraan kurun waktu masing-masing
kegiatan.
IV
Indentifikasi jalur kritis, Float dan kurun waktu
penyelesaian proyek.
V
Meningkatkan daya guna dan pemakaian sumber daya
Gambar 2.2 Proses Menyusun CPM
(Sumber : Soeharto, 1997)
3. Time-Based Diagram.
Time-Based Diagram adalah perpaduan antara GANTT/BAR chart dengan
jaringan kerja. Diamana kelebihan Time-Based adalah dapat menunjukan jadwal
kalender sebaik dengan hubungan di antara aktivitas.
2.3.2. Mengukur dan Membuat Laporan Kemajuan Proyek (Monitoring)
Evaluasi kemajuan proyek tergantung pada akurasi pengukuran dan
pembuatan laporan di lapangan (Brondon dan Gray, 1970). Laporan kemajuan
dilapangan adalah dokumen yang sangat penting dalam menganalisa kemajuan
pada akhir penyelesaian proyek. Laporan-laporan yang diperlukan meliputi
presentase penyelesaian proyek pada tiap-tiap aktivitasnya (Clough dan Sears,
II-11
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Bab II. Landasan Teori
1991). Beberapa langkah yang dilakukan dalam mengukur dan membuat laporan
kemajuan proyek, yaitu (Soeharto, 1999, Clough and Sears, 1991) :
1. Mengukur dan mencatat hasil kerja. Dalam mengukur dan pencatatan hasil
kerja ada beberapa informasi yang harus diperoleh, Yaitu :
1. Pencatatan actual star dan actual completion date.
2. Pencatatan kemajuan setiap aktivitas (Progres).
3. Perubahan durasi dari suatu aktivitas.
4. Penambahan atau pengurangan aktivitas.
5. Perubahan hubungan atau urutan dari suatu aktivitas (job logic)
6. Pencatatan laporan singkat tentang kejadian penting pada saat pengerjaan
proyek.
2. Mencatat pemakaian sumber daya.
Dalam pencatatan pemakaian sumber daya, informasi yang harus diperoleh,
yaitu: pencatatan dari macam-macam sumber daya yang dapat dipakai (alat berat,
alat pertukangan, Material)
3. Memeriksa Kualiotas
Dalam memriksa kualitas sumber daya dan hasil pekerjaan ada beberapa
informasi yang harus diperoleh yaitu :
1. Pencatatan dari macam-macam kualitas sumber daya apa saja yang
dioperiksa.
2. Pencatatan dari kualitas pekerjaan apa saja yang diperiksa.
4. Mencatat kinerja dan produktivitas.
II-12
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Bab II. Landasan Teori
Dalam pencatatan kinerja dan produktivitas pekerja informasi yang harus
diperoleh yaitu pencatatan terhadap sumber daya manusia yang melakukan
aktivitas di proyek.
2.3.3. Membandingkan Jadwal dengan kemajuan dan menentukan akibat
Yang terjadi pada tanggal penyelesaian (Analisis)
Menganalisa atau mengevaluasi tidak hanya dilaukan pada akhir proyek saja,
tapi bisa juga dilakukan sewaktu-waktu apabila proyek telah terlihat ketinggalan
dari jadwal yang telah ditentukan, setelah menerima laporan kemajuan di
lapangan, informasi yang didapat kemudian dibandingkan dengan penjadwakan
proyek.
Dari perbandingan tersebut dapat dilihat aktivitas mana yang menngalami
keterlambatan, sehingga dapat ditentukan dan dianalisa akibat-akibat yang terjadi
pada tanggal penyelesaiannya. Tiap-tiap aktivitas yang mengalami keterlambatan
harus dianalisa penyebabnya, apakah dikarenakan tingkat kesulitanya yang tinggi
atau sebab lainya, sehinga keterlambatan dengan sebab dan pada aktivitas yang
sama tidak akan terulang lagi (Brandom and Gray, 1970).
Langkah-langkah dalam melakukan analisa dapat berupa :
1. Membandingkan secara berkala perencanaan kemajuan proyek dengan
kenyataan dilapangan.
2. Menentukan akibat/pengaruh yang terjadi pada tanggal penyelesaian dan
pada sasaran waktu/tanggal-tanggal penting (milestone) proyek (setelah
menerima laporan hasil perbandingan).
3. Memeriksa kemungkinan munculnya jalur kritis yang baru.
II-13
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Bab II. Landasan Teori
2.3.4 Merencakan dan Menerapkan Tindakan Pembetulan (Plan and
Implement Corective Action)
Setelah laporan kemajuan tiap aktivitas proyek dianalisa, harus dibuat
keputusan tentang bagaimana tindakan pemebetulan dan perbaikan, jika ada
aktivitas yang ketinggalan dari jadwal.
Apabila hasil, analisis menunjukan adanya indikasi penyimpangan yang
cukup berarti, maka perlu dilakukan langkah-langkah perbaikan atau pembetulan.
Tindakan pembetulan dan perbaikan dapat berupa (soeharto, 2014, Clough and
Sears, 1991) :
1. Relokasi sumber daya.
2. Menambah jumlah tenaga kerja.
3. Jadwal alternative (lembur, shif)
4. Membagi-bagi pekerjaan ke sub kontraktor.
5. Merobah metoda kerja.
6. Work Splitting (pembagian kerja dengan durasi yang lama)
2.3.5. Memperbahurui Penjadwalan Proyek (Update Operational Schedule)
Penyimpangan dari perencanaan dan penjadwalan yang sudah ditetapkan
terkadang tidak dapat diletakan, oleh karena itu bila tidak dapat diatasi dengan
cara-cara penaganan diatas, maka penjadwalan proyek tersebut perlu dipebaharui
kembali.
Tujuan dasar dari updating adalah meng-schedule ulang pekerjaan yang
sudah dilakukan dengan mengunakan status proyek yang aktual sebagai awal
mula penentuan ulang schedule project.
II-14
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Bab II. Landasan Teori
Adapun beberapa tindakan yang perlu dilakukan dalam memperbahurui
penjadwalan proyek, yaitu (Clough and Sears, 1991) :
1. Perhitungan float dari setiap aktivitas dari jadwal yang baru.
2. Perhitungan project complection date jadwal jadwal yang baru.
3. Penyesuian jadwal yang baru dengan jadwal yang sudah dikoreksi
(correcting schedule)
2. 4. Kendala-kendala Pelaksanaan Manajemen Waktu.
Dalam kenyataan dilapangannya, pelaksanaan manajemen waktu proyek
kontruksi banyak menemui kendala-kendala yang menyebabkan pelaksanaannya
tidak optimal. Dari penelitian yang telah dilakukan berapa ahli pada perusahaan
kontraktor di Indonesia sebelumnya.
Kendala-kendala yang sering dihadapi tersebut adalah :
1. Kesulitan untuk mendapatkan supliyer dan sub kontraktor yang commit
dengan schedule yang sudah dibuat bersama.
2. Kesulitan untuk mendapatkan pengawas (mandor) yang commit dengan
dengan schedule yang sudah dibuat bersama.
3. Desain yang belum selesai dan perubahan desain.
4. kurangnya koordinasi dan komunikasi dengan pelaksana dilapangan.
5. Keterlambatan pembayaran dari ownwr kepada kontraktor.
6. Kekurangan material dan peralatan
7. Perubahan cuaca yang tidak bisa diduga.
8. Tidak adanya pekerja khusus untuk melakukan measure dilapangan.
II-15
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Bab II. Landasan Teori
9. Kurang adanya kesadaran pekerja untuk mencatat setiap pekerjaan yang
sudah dilakukan.
10. Kurangnya koordinasi atau pengawasan antara pengawas dengan pekerja.
11. Kurangnya komunikasi antara pelaksana monitoring dilapangan dengan
pembuat schedule.
12. Ketidak akuratan informasi yang didapat dari monitoring.
13. Diperlukan biaya yang besar untuk mempekerjakan tenaga kerja khusus
untuk melakukan monitoring dilapangan.
14. Kurangnya sumber daya (tenaga ahli) yang mampu menganalitis keadaan
proyek.
15. Program komputer yang kurang baik.
2.5. Standarisasi Manajemen Waktu.
Manajemen waktu itu dikatakan telah terlaksana dengan baik, bila setiap
perusahaan kontraktor tersebut melaksanakan setiap aspek-aspek dari manajemen
waktu.
Diamana aspek-aspek manajemen waktu, yaitu :
1. Menentukan penjadwalan proyek.
2. Mengukur dan membuat laporan kemajuan proyek (Monitoring)
3. Menbandingkan jadwal dengan kemajuan proyek (Analysis)
4. Merencanakan dan menerapkan tindakan pembetulan (Corective Action)
5. Memperbahurui penjadwalan proyek (Update Operatioanl Schedule)
II-16
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Bab II. Landasan Teori
2.6. Faktor Yang Mempengaruhi Manajemen Waktu.
Manajemen waktu satu orang dengan orang yang lainnya bisa berbeda. Hal ini
dikarenakan adanya faktor-faktor yang berpengaruh terhadap manajemen waktu.
Faktor-faktor tersebut antara lain, yaitu:
2.6.1. Jenis Kelamin
Penelitian Macan dan kawan-kawan (1990, h. 71) telah membuktikan
bahwa manajemen waktu mahasiswa wanita lebih baik dari pada manajemen
waktu mahasiswa pria. Hal ini ditunjang oleh pendapat yang mengatakan bahwa
bila wanita mempunyai waktu luang, mereka lebih suka mengisinya dengan
mengerjakan berbagai pekerjaan ringan dari pada hanya bersantai. Karena itu,
dapat dikatakan bahwa hampir seluruh waktunya diisi dengan kegiatan. Hal
demikian berbeda dengan kaum pria yang lebih suka menngisi waktu luangnya
dengan tidur atau bersantai (Kartono, 1989,h. 185).
2.6.2. Usia
Hasil penelitian Macan dkk (1990, h. 760) juga menunjukkan bahwa ada
hubungan positif antara usia dengan manajemen waktu. Semakin tinggi usia maka
semakin baik pula manajemen waktunya.
Semakin tinggi usia kita maka pemikiran kita akan semakin dewasa dan
pengalaman kita lebih banyak. Kita sudah dapat memikirkan dengan baik mana
yang seharusnya kita lakukan dan mana yang tidak perlu kita lakukan sehingga
semakin tinggi usia kita maka semakin baik manajemen waktu kita.
II-17
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Bab II. Landasan Teori
2.6.3. Menurut Hofer dkk (2007, h. 17-28),
Ada tiga faktor yang mempengaruhi manajemen waktu, yaitu:
1. Pengaturan diri (self-regulation) Dengan adanya pengaturan diri,
seseorang dapat mengatur waktunya dengan baik.
2. Motivasi. Seseorang yang mempunyai motivasi tinggi memiliki
manajemen waktu yang tinggi. Hal ini ditunjang oleh penelitian
Vansteenkiste dan kawan-kawan (2005, h. 472-473) yang menunjukkan
semakin tinggi motivasi internal seseorang, semakin tinggi manajemen
waktunya.
3. Pencapaian Tujuan. Seseorang yang berusaha mencapai tujuannya akan
dapat mengatur waktunya dengan baik.
Sumber: Jurnal Manajemen Waktu Ditinjau dari Motivasi Belajar pada
Mahasiswa Bekerja oleh Kathie Permatasari K. (2008)
II-18
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Download