PENGARUH PENGUNGKAPAN LAPORAN KEUANGAN, LABA AKUNTANSI, SUKU BUNGA SBI, DAN UANG BEREDAR TERHADAP HARGA SAHAM SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial Untuk Memenuhi Syarat-syarat Meraih Gelar Sarjana Ekonomi Oleh: Juniadhi Fajar NIM : 104082002653 JURUSAN AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI DAN ILMU SOSIAL UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1430 H/2009 M Abstract This research concerned with analysis of Stock Price influenced by Disclosure of Financial Statment, Accounting Earning, SBI, and Money Supply by using multiple regression method. The data in this research was taken from Property and Real Estate Companies listed in Indonesia Stock Exchange. By using purposive sampling method, had choosen 19 companies which can be used as sample. The goal of this research is to find out the influence of Disclosure of financial statment, Accounting Earning, SBI, and Money Supply simultanously and partialy to Stock Price. Based of this research, showed that Disclosure of financial statement, Accounting Earning, SBI, and Money Supply have significant influence simultanously to stock price. But partialy only Accounting Earning and SBI have significant influence to Stock Price.. Key word : Disclosure of financial statment, Accounting Earning, SBI, Money Supply and Stock Price PENGARUH PENGUNGKAPAN LAPORAN KEUANGAN, LABA AKUNTANSI, SUKU BUNGA SBI, DAN UANG BEREDAR TERHADAP HARGA SAHAM Oleh: Juniadhi Fajar Abstrak Penelitian ini menganalisis harga saham yang dipengaruhi oleh pengungkapan laporan keuangan, laba akuntansi, suku bunga SBI, dan uang beredar di Bursa Efek Indonesia dengan metode analisis regresi berganda. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah perusahaan yang tergolong perusahaan properti dan real estat yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Dengan metode purposive sampling diperoleh 19 perusahaan yang dapat dijadikan sampel. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh variabel independen secara simultan dan secara parsial terhadap harga saham. Berdasarkan pengujian tersebut, diperoleh bahwa pengungkapan laporan keuangan laba akuntansi, suku bunga SBI, dan uang beredar secara simultan berpengaruh signifikan terhadap harga saham. Sedangkan secara parsial hanya laba akuntansi dan suku bunga SBI yang berpengaruh signifikan terhadap harga saham. Kata kunci : Pengungkapan Laporan Keuangan, Laba Akuntansi, Suku Bunga SBI, dan uang beredar KATA PENGANTAR Assalamu’alaikum Wr. Wb. Segala puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah senantiasa selalu mencurahkan segala rahmat dan nikmatnya kepada setiap umatNya sehingga sekarang penulis dapat menyelesaikan penelitian dan penulisan skripsi ini. Salawat serta salam penulis panjatkan kepada Rasulullah Muhammad SAW beserta keluarganya, sahabat dana pengikutnya dan semoga kita semua mendapat safa’atnya nanti di hari akhir. Skripsi ini berjudul “Pengaruh Pengungkapan Laporan Keuangan, Laba Akuntansi, Suku Bunga SBI, dan Uang Beredar Terhadap Harga Saham. (Studi pada perusahaan properti dan real estat yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia)”, skripsi ini disusun sebagai syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana Ekonomi (SE) di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Penulis sadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna, tetapi inilah hasil kerja maksimal yang dapat penulis berikan. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi para pembaca umumnya dan khususnya bagi penulis sendiri. Selama penyusunan skripsi ini, banyak sekali pihak yang telah membantu sehingga penyusunan skripsi ini akhirnya bisa terselesaikan dengan baik. Pada kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang membantu skripsi dari penyusunan awal sampai akhir. Penulis ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada: 1. Kedua Orang tua yang telah memberikan dorongan doa, nasehat, kasih sayang dan memberikan dorongan moril serta materi dengan tak henti-hentinya. 2. Kedua Saudara ku, Ka Nita dan Arman terima kasih untuk doa dan dukungannya. 3. Puji Saraswati terima kasih atas bantuannya doa dan supportnya selama ini. Kamu adalah salah satu cahaya semangat aku sayang. Terima kasih buat Mahdi atas segala bantuannya dan supportnya selama ini, anda adalah teman yang sangat baik. 4. Bapak Yahya Hamja, MM, PhD, selaku dosen pembimbing I yang telah berkesampatan untuk berkenan memberikan waktunya untuk membaca dan mengoreksi selama penyusunan skripsi ini. 5. Ibu Yessi Fitri, SE.,Ak, M.Si selaku dosen pembimbing II yang telah berkenan memberikan waktunya untuk mengoreksi segala kesalaha-kesalah skripsi ini serta memberikan arahan selama penyusunan skripsi ini berlangsung. 6. Bapak. Prof. DR.Abdul Hamid, MS, selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial. 7. Bapak. Afif Sulfa, SE, Ak, M.Si selaku Ketua Jurusan Akuntansi. 8. Bapak. Ibu Yessi Fitri, SE.,Ak, M.Si, selaku Sekretaris Jurusan Akuntansi. 9. Seluruh Dosen Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial yang telah memberikan ilmu pengetahuan yang bermanfaat bagi penulis selama masa perkuliahan. 10. Seluruh Staf dan Karyawan Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial, khususnya bagian akademik yang telah membantu dalam kegiatan administrasi penulis. 11. Teman-teman seperjuangan dalam penulisan skripsi, Nursawal Indrayana, Elly Juliansyah, Wendy, habib Sanusi, terima kasih atas semangatnya. 12. Sahabat-sahabat serta teman-teman di Akuntansi B dan yang lainnya: Widya, Rahma, DW, Aris. S dan Herlin, Adi. Dan anak-anak yang masih berjuang Anca, Kibleh, Andi Awaludin, Artha, Agin, Faat, Epenk, dan Iyokz ayo semangat untuk cepat sukses dan lulus. 13. Semua rekan dan teman-teman yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu terimakasih atas semua persahabatan yang telah terjalin selama ini. Penulis telah berusaha melakukan jerih payah semaksimal mungkin dalam menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Dengan segala kerendahan hati penulis menerima saran maupun kritik yang dapat menjadikan skripsi ini lebih baik. Penulis berharap semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi semua pihak. Wassalamu’alaikum Wr.Wb. Jakarta, November 2009 Juniadhi Fajar DAFTAR ISI LEMBAR PENGESAHAN......................................................................... i LEMBAR UJIAN KOMPREHENSIF ....................................................... ii LEMBAR UJIAN SKRIPSI ....................................................................... iii DAFTAR RIWAYAT HIDUP.................................................................... iv ABSTRACT ................................................................................................ v ABSTRAK................................................................................................... vi KATA PENGANTAR................................................................................. vii DAFTAR ISI ............................................................................................... ix DAFTAR TABEL ....................................................................................... xiii DAFTAR GAMBAR................................................................................... xiv DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................... xv BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian ................................................ 1 B. Rumusan Masalah Penelitian............................................ 6 C. Tujuan dan Manfaat Penelitian......................................... 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengungkapan ................................................................. 9 1. Pengertian Pengungkapan .......................................... 9 2. Kriteria Pengungkapan .............................................. 9 3. Jenis Pengungkapan .................................................. 12 4. Tujuan Pengungkapan ............................................... 13 B. Pengungkapan Dalam Laporan Keuangan ....................... 14 1. Pengungkapan Atas Data Kuantitif ............................ 14 2. Pengungkapan Atas Data Non Kuantitatif .................. 14 3. Pengungkapan Atas Peristiwa Kemudian ................... 16 C. Peraturan Tentang Pengungkapan Laporan Keuangan di Indonesia …………………………………………….. . 18 1. Undang-undang no.3 1983 tetang pendaftaran Perusahaan …………………………………………... 19 2. Peraturan Pemerintah no.64 tahun 1999 Tentang laporan tahunan …………………………… . 19 3. Persyaratan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No. 50 Tahun 2007 ………………………………….. 19 D. Laporan Keuangan …………………………………...… . 19 1. Pengertian Laporan Keuangan ……………………….19 2. Tujuan Laporan Keuangan ………………………….. 20 3. Karatristik Laporan Keuangan ……………………….22 4. Pemakai Laporan keuangan …………………………. 24 E. Pasar Modal ……………………………………… .......... 26 1. Pengertian Pasar Modal ……………………………... 26 2. Tujuan Pasar Modal …………………………………. 28 3. Manfaat Pasar Modal ……………………………….. 28 4. Tugas Bursa Efek ………………………………… .... 30 F. Saham …………………………………………………….31 1. Jenis-jenis Saham …………………………………….31 2. Keuntungan Membeli Saham ………………………...34 3. Kerugian Membeli Saham …………………………... 35 G. Laba ………………………………………………………35 1. Pengertian Laba ………………………………………35 2. Tujuan Pelaporan Laba ……………………………… 37 3. Konsep Laba ……………………………………….... 38 H. Suku Bunga SBI ……………………………………….... 42 I. Uang Beredar …………………………………………..... 43 J. Penelitian Sebelumnya ………………………………… .. 45 K. Kerangka Penelitian …………………………………… .. 49 L. Perumusan Hipotesis ……………………………………..50 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Ruang Lingkup Penelitian ................................................ 51 B. Metode Penentuan Sampel ............................................... 51 C. Metode Pengumpulan Data .............................................. 52 1. Data Sekunder ………………………………………. 52 2. Metode Kepustakaan ……………………………….. . 52 3. Metode Observasi ………………………………….... 52 D. Teknis Analisis ………………………………………….. 52 1. Metode Skoring ……………………………………... 53 2. Uji Normalitas …………………………………….. ... 54 3. Uji Asumsi Klasik …………………………………. .. 54 4. Uji Signifikan ……………………………………… .. 57 5. Persamaan Regresi Berganda ……………………… .. 58 E. Operasi Variabel Penelitian dan Pengukurannya ……….. 59 1. Variabel Independen ……………………………….... 60 2. Variabel Dependen ………………………………….. 63 BAB IV PENEMUAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Objek Penelitian .................................. 64 1. PT Bhuwanatala Indah Permai Tbk (BIP) …………... 64 2. PT Sentul City Tbk (BKSL) ………………………… 64 3. PT Duta Anggada Reality Tbk (DART) …………….. 65 4. PT Duta Pertiwi Tbk (DUTI) ………………………... 66 5. PT Bakrieland Development (ELTY) ......................... 67 6. PT Fortune Indonesia (FORU).................................... 68 7. PT Gowa Makasar Tourism Development (GMTD) ... 69 8. PT Jaya Real Properti (JRPT) ………………………..70 9. PT Kawasan Industri Jababeka Tbk (KIJA) ………… 71 10. PT Lamicitra Nusantara Tbk (LAMI) ………………..72 11. PT Lippo Cikarang (LPCK) ………………………… 72 12. PT Lipo Karawaci (LPKR) ………………………….. 73 13. PT Modernland Realty Tbk (MDLN) ………………. 74 14. PT Indonesia Prima Property Tbk (OMRE) ………… 74 15. PT Pakuwon Jati Tbk (PWON) ……………………... 76 16. PT Panca Wiratma Sakti (PWSI) …………………… 76 17. PT Surya Indah Permata Tbk (SIIP) ………………… 78 18. PT Suryamas Duta Makmur Tbk (SMDM) …………..79 19. PT Summarecon Tbk (SMRA) ……………………… 79 B. Penemuan dan Pembahasan.............................................. 80 1. Statistik Deskriptif ..................................................... 80 2. Uji Normalitas............................................................ 81 3. Uji Asumsi Klasik ...................................................... 83 4. Uji Hipotesis .............................................................. 90 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan...................................................................... 98 B. Implikasi……………………………………………….….99 DAFTAR PUSTAKA..................................................................................... 100 LAMPIRAN DAFTAR TABEL Nomor Keterangan Halaman 2.1 Perbedaan penelitian ini dengan penelitian Edi Kartono (2008) dan Adi Sujarwo (2007) ...................................................................................48 4.1 Statistik Deskriptif...............................................................................80 4.2 Hasil Uji Multikolinearitas sebelum outlier.........................................84 4.3 Hasil Uji Multikolinearitas setelah outlier...........................................85 4.4 Hasil Uji Autokorelasi (Run Test) sebelum outlier.....................................................................................88 4.5 Hasil Uji Autokorelasi (Run Test) setelah outlier.......................................................................................89 4.6 Koefisien Determinasi (Adjusted R Square)........................................90 4.7 Uji Signifikansi Simultan (Uji F)........................................................ 91 4.8. Uji Signifikansi Parameter Individual (Uji Statistik t)........................ 93 DAFTAR GAMBAR Nomor Keterangan Halaman 2.1 Model Hubungan Pengaruh Tingkat Pengungkapan Akuntansi, Laba Akuntansi, Suku Bunga SBI dan Uang Beredar Terhadap Harga Saham…………………………………………….49 4.1 Hasil Uji Normalitas sebelum outlier ……………………………..82 4.2 Hasil Uji Normalitas setelah outlier…………………….................83 4.3 Hasil Uji Heteroskedastisitas sebelum outlier …………………….86 4.4 Hasil Uji Heteroskedastisitas setelah outlier ………………...........87 DAFTAR LAMPIRAN Nomor Keterangan Halaman 1 Sampel Emiten Penelitian (Perusahaan Properti dan Real Estat)…. 104 2 Tingkat Pengungkapan ……………………………………………. 105 3 Item Scoring Pengungkapan Laporan Tahunan ………………….... 107 4 Peraturan Nomor VIII.G.2 tentang Laporan Tahunan ...................... 111 5 Suku Bunga Bank Indonesia (Suku Bunga SBI) ...............................118 6 Uang Beredar ……………………………………………………… 130 7 Hasil Data Output Semua Perusahaan Sampel ………………......... 131 8 Uji Harga Saham Perusahaan Properti dan Real Estat Sebelum Outlier …………………………………………………… 133 9 Uji Harga Saham Perusahaan Properti dan Real Estat Setelah Outlier …………………………………………………….. 136 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Penggunaan informasi akuntansi seperti laporan keuangan telah sangat meluas di kalangan dunia usaha. Dan informasi merupakan kebutuhan utama para investor. Laporan keuangan digunakan untuk berbagai kebutuhan oleh berbagai pihak. Penyusunan laporan keuangan dalam perkembangannya merupakan produk utama dari akuntansi keuangan yang didasarkan pada Standar Akuntansi Keuangan (SAK). SAK dapat sebagai prosedur akuntansi yang digunakan untuk menyusun laporan keuangan. Suatu informasi dianggap informatif jika informasi tersebut mampu mengubah kepercayaan para pengambil keputusan. Investor di pasar modal berkepentingan dengan informasi kinerja perusahaan. Salah satu informasi yang dapat digunakan oleh investor adalah laporan keuangan. Penggunaan informasi keuangan dapat melalui laporan keuangan oleh pihak luar (outsiders) yaitu membuat keputusan investasi dalam menempatkan sumberdaya yang akan di investasikan. Laporan keuangan dirancang untuk mengetahui kemampuan atas solvency dan profitability perusahaan. Laporan keuangan juga merupakan pijakan utama dalam menentukan pilihan investasi, meski dalam transaksi saham harian tidak sedikit investor yang melakukan transaksi by issue (sesuai dengan kondisi pasar saat itu). Dengan berpedoman pada laporan keuangan, investor tidak terombang- ambing oleh isu karena memiliki pedoman yang kuat terhadap investasinya. Ketidakpastian informasi sering terjadi ketika perdagangan saham tengah berlangsung. Isu dan rumor selalu mewarnai pergerakan harga saham. Pada kondisi ini, maka laporan keuangan yang disajikan emiten merupakan pedoman yang tidak terbantahkan, karena selain pedoman dari hasil sebuah kinerja dalam periode tertentu, laporan keuangan juga mampu memberikan ekspektasi kepada investor saham. Bagi sebagian investor, keberadaan laporan keuangan ini diperlukan untuk mengukur sejauh mana kinerja perusahaan berjalan sesuai harapan, baik secara individu maupun disetarakan dengan industri sejenis lainnya. Laporan keuangan yang tidak memberikan tingkat pengungkapan yang memadai oleh sebagian investor dipandang sebagai laporan keuangan yang penuh dengan resiko (Juniarti et. al. 2003 dalam Kartono 2008). Penyajian informasi laba melalui laporan keuangan merupakan fokus kinerja perusahan yang penting dibandingkan dengan pengukuran kinerja yang mendasarkan pada meningkat atau menurunnya modal perusahaan. Fokus kinerja tersebut mengukur keberhasilan atau kegagalan bisnis dalam mencapai tujuan operasi yang profitable. Keyakinan manajemen dengan pertumbuhan kinerjanya pada laba menjadikan dorongan untuk memberikan kepuasan kepada investor dalam penetapan kebijakan dividen dan harga saham, mengingat suatu kenaikan dividen dan harga saham memberikan sinyal bahwa laba perusahaan telah tumbuh secara permanen. Diketahui bahwa di saat suku bunga naik, maka biaya yang harus dikeluarkan perusahaan akan meningkat, sehingga akan mengurangi laba perusahaan. Perubahan pada kurs juga akan mempengaruhi tingkat kompetitif suatu perusahaan yang kemudian mempengaruhi tingkat kompetitif suatu perusahaan atau struktur cost of fund, hal tersebut dapat membawa pengaruh terhadap harga saham suatu perusahaan. Di samping mempengaruhi kondisi tersebut maka dari faktor-faktor yang umumnya dijadikan informasi untuk pengembalian keputusan adalah konsisi ekonomi makro, kinerja industri dan perusahaan. Tandelilin (2001) mengemukakan bahwa beberapa variabel makro meliputi, tingkat inflasi, tingkat bunga deposito, dan jumlah uang yang beredar. Analisis ekonomi di bangun atas dasar asumsi variabel-variabel ekonomi makro yang berpengaruh secara sistematik terhadap keberhasilan pencapaian laba perusahaan. Naik serta turunnya laba seiring dengan variasi naik serta turunnya tingkat pengembalian investasi saham yang direfleksikan oleh rasio perdagangan saham. Penelitian yang sebelumnya menguji pengaruh tingkat pengungkapan laporan keuangan, laba akuntansi dan, variabel-variabel makro dengan harga saham telah ada dilakukan dengan berbagai hasil kesimpulan penelitian. Irawan (2006) meneliti tentang faktor-faktor yang mempengaruhi kelengkapan pengungkapan laporan keuangan pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEJ. Berdasarkan analisis regresi berganda dapat di ketahui bahwa variabel bebas yaitu Debt to Equity Ratio (DER), Current Ratio (CURRANT), Return on Total Aset (ROA), porsi saham publik (PUB), ukuran perusahaan (Size), umur perusahaan (MUR), Operating Profit Margin (OPM), Net Profit Margin (NPM), Return on Equity (ROE) dan status perusahaan secara bersama-sama berpengaruh signifikan terhadap tingkat kelengkapan pengungkapan laporan keuangan tahunan perusahaan yaitu sebesar 13,6% sedangkan 86% dipengaruhi oleh faktor-faktor lain diluar model. Sovi (2008) meneliti tentang pengaruh tingkat ketaatan pengungkapan wajib dan luas pengungkapan sukarela terhadap kualitas laba. Dalam penlitian tersebut tidak berhasil membuktikan hipotesis yang diajukan bahwa, tingkat ketaatan pengungkapan wajib dan luas pengungkapan sukarela secara parsial berpengaruh positif terhadap kualitas laba yang diukur dengan Ernings Response Coefficients (ERC). Selain itu peneliti juga tidak berhasil membuktikan bahwa tingkat ketaatan pengungkapan wajib dan luas pengungkapan sukarela secara bersama-sama berpengaruh terhadap kualitas ERC. Hasil penelitian Triyono dan Hartono (2000) dalam Atikah, dkk (2004;436) membuktikan bahwa laba akuntansi berpengaruh terhadap harga saham tetapi laba akuntansi tidak berpengaruh terhadap return saham, yang berarti laba akuntansi mempunyai kandungan informasi hanya terhadap harga saham. Penelitian Haqqi (2008) meneliti hubungan kausalitas antara suku bunga SBI, nilai tukar rupiah, uang yang beredar, dan inflasi terhadap harga saham syariah. Dalam penelitian tersebut disimpulkan bahwa uang beredar (M2) mempunyai hubungan terhadap indeks harga saham JII secara jangka panjang, sedangkan untuk SBI tidak memiliki hubungan terhadap Harga Saham. Penelitian ini merupakan pengembangan dari beberapa penelitian yang dilakukan oleh, (1) Kartono (2008) yang meneliti tentang pengaruh tingkat pengungkapan laporan keuangan, dividen, dan ekuitas terhadap harga saham. Pada penelitian tersebut memberikan kesimpulkan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan pada tingkat pengungkapan keuangan dan dividen terhadap harga saham. (2) Sujarwo (2007) menganalisa pengaruh kandungan informasi laba akuntansi dan komponen arus kas terhadap harga saham. Perbedaan antara penelitian ini dengan penelitian replikasi yang telah dijelaskan sebelumnya adalah, (1) penelitian ini hanya memakai variabel tingkat pengungkapan laporan keuangan sebagai variabel independen dan harga saham sebagai variabel dependen yang terdapat dalam judul penelitian Kartono (2008). (2) sedangkan dalam penelitian Sujarwo (2007) penelitian ini hanya memakai variabel laba akuntansi sebagai variabel independen dan harga saham sebagai variabel dependen. (3) penelitian ini menambahkan variabel makro yaitu variabel uang beredar dan suku bunga SBI sebagai variabel independen. Dwiridotjahjono (2006:36) varibel-variabel ekonomi makro perlu mendapatkan serius oleh investor karena merupakan determinan utama dalam menentukan rate of return yang disyaratkan dari investasi pada saham suatu perusahaan. Dari uraian di atas peneliti melakukan penelitian dalam bentuk skripsi yang berjudul Pengaruh Tingkat Pengungkapan Laporan Keuangan, Laba Akuntansi, Suku Bunga SBI, Uang beredar, Tehadap Harga Saham. B. Rumusan Masalah Penelitian Masalah dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut: 1. Apakah tingkat pengungkapan laporan keuangan, laba akuntansi, uang yang beredar, dan suku bunga SBI berpengaruh signifikan secara simultan terhadap harga saham ? 2. Apakah tingkat pengungkapan laporan keuangan, laba akuntansi, uang yang beredar, dan suku bunga SBI berpengaruh signifikan secara parsial terhadap harga saham ? 3. Variabel independen manakah yang paling berpengaruh signifikan terhadap harga saham? C. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian Sesuai dengan rumusan masalah penelitian, tujuan dari penelitian ini adalah: a. Untuk menganalisis pengaruh signifikan tingkat pengungkapan laporan keuangan, laba akuntansi, uang yang beredar, dan suku bunga SBI secara simultan terhadap harga saham. b. Untuk menganalisis pengaruh signifikan tingkat pengungkapan laporan keuangan, laba akuntansi, uang yang beredar, dan suku bunga SBI secara parsial terhadap harga saham. c. Untuk menganalisis variabel independen manakah yang paling dominan berpengaruh signifikan terhadap harga saham. 2. Manfaat Penelitian a. Investor Hasil penelitian ini dapat dijadikan bahan informasi untuk mengetahui keadaan keuangan perusahaan sehingga dapat dimanfaatkan oleh para investor dalam pengambilan keputusan investor dari pasar modal. b. Emiten Agar dapat dijadikan pertimbangan dalam membuat laporan keuangan. c. Penulis Dapat menerapkan Ilmu Ekonomi jurusan Akuntansi, khususnya dalam Akuntansi Manajemen yang telah diperoleh selama masa perkuliahan. d. Akademis Penelitian ini memberikan bukti empiris tentang bagaimana pengaruh tingkat pengungkapan laporan keuangan, laba akuntansi, suku bunga SBI dan uang beredar terhadap harga saham. Selain itu juga dapat memperkaya bahan kajian atau referensi di bidang keuangan dan pasar modal untuk penelitian yang akan datang. e. Mahasiswa dan Masyarakat Dapat sebagai bahan bacaan yang bermanfaat untuk menambah ilmu pengetahuan. BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengungkapan 1. Pengertian Pengungkapan Menurut Siegel dan Shim (2005:147) pengungkapan adalah informasi yang diberikan sebagai lampiran pada laporan keuangan dalam bentuk catatan kaki atau tambahan serta informasi ini menyediakan penjelasan posisi keuangan dan hasil operasi perusahaan. Informasi penjelasan mengenai kesehatan keuangan dapat diberikan dalam laporan pemeriksaan. Semua materi harus disingkapkan termasuk informasi kuantitatif (seperti komponen dolar dalam persediaan) dan kualitatif (seperti tuntutan hukum) yang akan sangat membantu pengguna laporan keuangan. 2. Kriteria Pengungkapan Informasi yang dilaporkan dalam laporan keuangan harus dapat dipahami oleh mereka yang mempunyai pengertian memadai mengenai aktifitas bisnis dan ekonomi serta cenderung untuk mempelajari informasi tersebut dengan ketekunan yang sewajarnya. Menurut Sovi (2008:5) ada tiga kriteria dalam pengungkapan yaitu: a. Pengungkapan memadai (adequate disclosure) Memadai berarti menyiratkan jumlah pengungkapan minimum yang sejalan dengan tujuan negatif sehingga membuat laporan tersebut tidak menyesatkan. b. Pengungkapan wajar ( fair disclosure) Wajar menyiratkan suatu tujuan etika, yaitu memberikan perlakuan yang sama pada semua calon pembaca. c. Pengungkapan penuh (full dsiclosure) Lengkap menyiratkan penyajian seluruh informasi yang relevan. Lengkap bukan berarti terlalu banyak informasi sehingga penyajian rincian yang tidak penting dapat menyembunyikan informasi yang signifikan dan relevan, namun tujuannya adalah agar laporan keuangan dapat membantu pengambilan keputusan terbaik. Banyak perusahaan-perusahaan saat ini yang kurang cenderung mengungkapkan lebih banyak informasi keuangannya dengan berbagai argumentasi yang kadang tidak realistis dan tidak mendapat dukungan banyak pihak yang berkepentingan antara lain: a. Pengungkapan yang membantu pesaing dan akan merugikan pemegang saham. b. Serikat pekerja akan memperoleh keuntungan dengan tawar menawar upah dengan pengungkapan informasi keuangan yang lengkap. c. Investor sering dinyatakan tidak dapat memahami kebijakan dan prosedur akuntansi. d. Sumber lain terkadang dianggap mampu menyediakan informasi tersebut dengan biaya yang lebih rendah daripada jika diberikan oleh oleh perusahaan dalam laporan keuangannya. e. Tidak adanya pengetahuan tentang kebutuhan para investor. Banyak perusahaan yang tidak mengungkapkan informasi yang cukup dalam laporan keuangannya menuntut adanya regulasi (peraturan) yang menentukan isi dan format laporan keuangan serta memuat ketentuanketentuan spesifik yang berhubungan dengan pengungkapan. Menurut Theodorus (1985:222) keberatan-keberatan yang diajukan perusahaan untuk menambah disclosure adalah: a. Disclosure hanyalah akan membantu kompetitor dan merugikan pemegang saham dari perusahaan yang men-disclose. b. Serikat-serikat buruh mendapat keuantungan dalam perundinganperundingan kerja bersama. Sebenarnya disclosure akan membuat suasana perundingan menjadi lebih sehat. c. Sering adanya kesangsian mengenai kemampuan para investor untuk mengerti kebijaksanaan dan prosedur akuntansi, sehingga full disclosure hanyalah akan menyesatkan mereka. Tuduhan inipun sebenarnya tidak mempunyai dasar karena para analis keuangan dan investment bankers mempunyai penguasaan yang baik terhadap kebijaksanaan akuntansi. d. Salah satu argumen yang memang mempunyai dasar adalah bahwa laporan keuangan bukanlah satu-satunya sumber informasi keuangan. 3. Jenis Pengungkapan. Menurut Sovi (2008:4) ada dua jenis pengungkapan dalam hubungannya dengan persyaratan yang ditetapkan oleh standar dan regulasi, yaitu: a. Pengungkapan Wajib (mandatory disclousure) Pengungkapan Wajib merupakan pengungkapan minimum yang disyaratkan oleh peraturan yang berlaku. Peraturan tentang standar pengungkapan informasi bagi perusahaan yang telah melakukan penawaran umum dan perusahaan publik yaitu, Peraturan No. VIII.G.7 tentang Pedoman Penyajian Laporan Keuangan dan Peraturan No. VIII.G.2 tentang Laporan Tahunan. Peraturan tersebut diperkuat dengan Keputusan Ketua Bapepam No. Kep-17/PM/1995, yang selanjutnya diubah melalui Keputusan Ketua Bapepem No. Kep38/PM/1996 yang berlaku bagi semua perusahaan yang telah melakukan penawaran umum dan perusahaan publik. Peraturan tersebut diperbaharui dengan Surat Edaran Ketua Bapepam No. SE02/PM/2002 yang mengatur tentang penyajian dan pengungkapan laporan keuangan emiten atau perusahaan publik untuk setiap jenis industri. b. Pengungkapan Sukarela (voluntary disclosure) Salah satu cara meningkatkan kredibilitas perusahaan adalah melalui pengungkapan sukarela secara lebih luas untuk membantu investor dalam memahami strategi bisnis manajemen. Pengungkapan Sukarela merupakan pengungkapan butir-butir yang dilakukan secara sukarela oleh perusahaan tanpa diharuskan oleh peraturan yang berlaku. Sedangkan dari sumber PSAK dapat disimpulkan bahwa informasi lain atau informasi tambahan (telaahan keuangan yang menjelaskan karakteristik utama yang mempengaruhi kinerja perusahaan, posisi keuangan perusahaan, kondisi ketidakpastian, laporan mengenai lingkungan hidup, laporan nilai tambah) adalah merupakan pengungkapan yang dianjurkan (tidak diharuskan) dan diperlukan dalam rangka memberikan penyajian yang wajar dan relevan dengan kebutuhan pemakai. Luas pengungkapan mengalami perkembangan dari waktu ke waktu, dipengaruhi oleh perkembangan ekonomi, sosial budaya suatu negara, teknologi informasi, kepemilikan perusahaan dan peraturan-peraturan yang dikeluarkan oleh lembaga yang berwenang. 4. Tujuan Pengungkapan Salah satu tujuan pelaporan keuangan adalah pengadaan informasi bagi pengambilan keputusan. Hal ini memerlukan pengungkapan data keuangan yang memadai. Menurut Theodorus (1986:223) tujuan yang positif dari pengungkapan pada laporan keuangan adalah untuk memberikan informasi yang penting dan relevan kepada pemakai-pemakai laporan keuangan sehingga dapat membantu mereka dalam membuat keputusan dengan cara yang baik. Menurut PSAK No. 50 (2007:50.13) tujuan dari pengungkapan adalah untuk menyediakan informasi guna meningkatkan pemahaman mengenai signifikansi instrumen keuangan terhadap posisi keuangan, kinerja dan arus kas entitas, serta membantu penilaian jumlah, waktu, dan tingkat kepastian arus kas masa depan yang terkait dengan instrumen tersebut. B. Pengungkapan Dalam Laporan Keuangan Menurut Theodorus (1985:223) terdapat beberapa pengungkapan dalam laporan keuangan yaitu: 1. Pengungkapan Atas Data Kuantitatif a. Memusatkan perhatian kepada metode pengukuran dan pelaporan probabilistic data dan bukannya kepada jumlah-jumlah yang deterministic. b. Melakukan pengungkapan pada tingkat accuracy yang berbedabeda. c. Melakukan perincian-perincian mengenai segmen-segmen usaha yang disajikan. d. Menyampaikan data ramalan (forecast data) karena investor justru tertarik kepada masa depan perusahaan. 2. Pengungkapan Atas Data Non Kuantitatif Ada dua data non kuantitatif yang akan dibahas, yakni : kebijaksanaan akuntansi dan perubahan akuntansi. a. Kebijaksanaan Akuntansi Beragamnya prosedur akuntansi yang digunakan banyak perusahaan bahkan dalam perusahaan yang sama menyebabkan komparabilitas antara laporan keuangan menjadi sulit. Salah satu alternatif untuk keseragamannya adalah mengurangi jumlah alternatif. Cara lain selain mengurangi jumlah alternatif adalah dengan mengungkapkan metodemetode spesifik yang digunakan dalam setiap kasus dengan asumsi bahwa pembaca dapat menyajikan kembali laporan akuntansi itu guna mencapai komparabilitas. Informasi tentang kebijakan akuntansi yang digunakan perlu untuk menghasilkan penyajian laporan keuangan yang wajar. Bagimanapun juga pengungkapan mengenai kebijaksanaan akuntansi akan dapat memberikan kemungkinan untuk melakukan interpretasi yang lebih baik dari ikhtisar keuangan perusahaan dan karenanya dapat mempengaruhi pengambilan keputusan investasi. Atas dasar asumsi inilah Accounting Principle Board dalam opini No. 22 menyimpulkan bahwa informasi mengenai kebijaksanaan akuntansi yang diterapkan, merupakan suatu keharusan bagi penyajian ikhtisar keuangan secara layak. b. Perubahan Akuntansi Penggunaan prinsip akuntansi secara konsisten telah lama dianggap sebagai sesuatu yang sangat penting dalam menilai kegiatan perusahaan di masa yang lalu dan dalam melakukan proyeksi atas kegiatan-kegiatan kemudian hari. APB dalam opini No. 20 mendukung pandangan ini, tetapi juga menyatakan bahwa apabila perubahan ini memang dapat dibenarkan, maka harus ada keterangan mengenai alasan untuk membenarkan perubahan tersebut serta perubahan tersebut harus diungkapkan dalam laporan keuangan ketika perubahan dilakukan disertai justifikasi untuk perubahan itu. Menurut Theodorus (1985:225) perubahan akuntansi mencakup perubahan prinsip akuntansi, taksiran akuntansi, dan unit pelaporan (reporting entity). 3. Pengungkapan Atas Peristiwa Kemudian Banyak peristiwa sesudah tanggal neraca akan mempengaruhi keabsahan, ikhtisar-ikhtisar keuangan dan interpretasi terhadap ikhtisarikhtisar keuangan. Karena hal tersebut akan mempengaruhi pembuat keputusan berdasarkan informasi yang ada dalam ikhtisar keuangan. Peristiwa-peristiwa penting mungkin terjadi atau diketahui setelah tanggal laporan akan tetapi sebelum laporan dirampungkan, maka untuk mencapai tujuan pengungkapan, informasi tersebut harus diungkapkan dalam laporan. Ada tiga peristiwa sesudah tanggal neraca yang perlu diungkapkan: a. Peristiwa yang langsung mempengaruhi jumlah yang dilaporkan. Peristiwa ini timbul karena kurangnya informasi dalam masa akuntansi yang bersangkutan. Dengan adanya informasi yang diterima sesudah tanggal neraca, perlu adan perubahan-perubahan terhadap penilaian yang didasarkan atas taksiran-taksiran. b. Peristiwa yang dapat mengubah secara material keabsahan penilaian neraca atau hubungan antara equity holders, atau secara material mempengaruhi kegunaan laporan kegiatan dimasa yang lalu sebagai bahan prediksi. Peristiwa ini tidak mempunyai akibat langsung terhadap ikhtisar-ikhtisar tersebut. Peristiwa ini meliputi: 1) Peristiwa yang mempengaruhi secara material struktur keuangan perusahaan atau hubungan di antara para equity holders; 2) Peristiwa yang mempengaruhi pembagian dividen dikemudian hari. Contohnya adalah penerbitan atau emisi saham yang sangat besar atau pembelian/penjualan sejumlah aktiva yang merupakan persentase tinggi dari total aktiva. 3) Peristiwa yang dapat mempengaruhi secara material kegiatankegiatan atau peristiwa-peristiwa dikemudian hari. Peristiwa yang mempunyai akibat telah dapat diketahuinya income atau penilaian dimasa datang. Contohnya adalah, perubahan kondisi pasar dalam harga-harga yang mempengaruhi perusahaan, manajemen baru, penandatanganan kebijaksanaan kontrak-kontrak besar, peristiwa-peristiwa eksternal seperti perang, perubahan undangundang dan perubahan keadaan ekonomi. Menurut Simamora (2000) informasi yang harus diungkapkan dalam laporan keuangan meliputi: 1. Ringkasan metode-metode akuntansi yang dipakai dalam penyusunan laporan keuangan 2. Pengaruh rupiah dari setiap perubahan metode akuntansi selama periode berjalan 3. Setiap kontinjensi rugi (loss contingencies) yang kemungkinan memiliki pengaruh material atas posisi keuangan perusahaan 4. Ketentuan-ketentuan kontraktual yang akan mempengaruhi arus kas dimasa yang akan datang, termasuk syarat perjanjian pinjaman, program pensiun karyawan, dan komitmen untuk membeli/menjual sejumlah aktiva yang material 5. Kejadian-kejadian signifikan yang terjadi setelah tanggal neraca, namun sebelum laporan keuangan sesungguhnya diterbitkan 6. Pelanggan-pelanggan tertentu yang berpengaruh besar terhadap kegiatan usaha perusahaan 7. Transaksi-transaksi tidak biasa atau konflik kepentingan antara perusahaan dengan karyawan-karyawan kuncinya C. Peraturan Tentang Pengungkapan Laporan Keuangan di Indonesia Beberapa peraturan dan undang-undang yang pengungkapan informasi keuangan di indonesia mencakup: berkaitan dengan 1. Undang-undang no.3 tahun 1983 tentang pendaftaran perusahaan. Dalam undang-undang ini perusahaan harus menyediakan informasi yang dapat di akses publik yang diantaranya terdiri dari: nama perusahaan, informasi mengenai anggota dewan komisaris, dan dewan direktur serta modal yang diperoleh. 2. Peraturan Pemerintah No. 64 Tahun 1999 Tentang Laporan Tahunan. Peraturan pemerintah ini memperluas jangkauan perusahaan perusahaanperusahaan yang diharuskan menyediakan laporan keuangan kepada publik. Sebelumnya hanya perusahaan-perusahaan yang terdaftar di bursa saja yang diharuskan untuk melaporkan keuangan kepada publik. 3. Persyaratan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No. 50 Tahun 2007 mengenai instrumen keuangan dalam penyajian dan pengungkapan. D. Laporan Keuangan 1. Pengertian Laporan Keuangan Laporan keuangan merupakan sarana pengkomunikasian informasi keuangan utama kepada pihak-pihak diluar korporasi. Laporan ini menampilkan sejarah perusahaan yang dikuantifikasi dalam nilai moneter. Laporan keuangan (financial statement) yang sering disajikan adalah (1) neraca, (2) laporan laba rugi, (3) laporan arus kas, dan (4) laporan ekuitas pemilik atau pemegang saham. Selain itu, catatan atas laporan keuangan atau pengungkapan juga merupakan bagian integral dari setiap laporan keuangan (Kieso, 2002:3) Menurut Warren, dkk (2005:24) laporan keuangan adalah laporan akuntansi yang menghasilkan informasi setelah transaksi dan diikhtisarkan yang disiapkan berupa laporan laba-rugi, laporan ekuitas pemilik, neraca, dan laporan arus kas bagi pemakai. Sedangkan menurut Siegel dan Shim (2005:185) menyatakan laporan keuangan adalah laporan yang berisi informasi keuangan sebuah organisasi. Laporan keuangan yang diperlukan adalah neraca, laporan rugi laba, dan laporan perubahan posisi keuangan. Ketiganya dapat digabungkan dengan laporan pelengkap adalah laporan keuangan yang disesuaikan dengan tingkat inflasi. Beberapa bahan pelengkap hanya diperlukan untuk perusahaan umum. 2. Tujuan Laporan Keuangan Laporan keuangan yang disajikan oleh manajemen suatu perusahaan diperlukan karena informasi yang disajikan relatif seragam, sedangkan kebutuhan dari pemakai laporan beragam. Pihak luar perusahaan tidak terlibat dalam operasional sehari-hari sehingga mereka hanya bergantung pada laporan keuangan yang disajikan. Menurut Kieso (2002:6) tujuan pelaporan keuangan adalah untuk menyediakan informasi yang berguna bagi keputusan investasi dan kredit, menyediakan informasi yang berguna dalam menilai arus kas masa depan, dan menyediakan informasi mengenai sumber daya perusahaan, klaim terhadap sumber daya tersebut, dan perubahan di dalamnya. Pahala (2006:109) menyatakan bahwa tujuan laporan keuangan menyangkut usaha untuk mengetahui: a. Kondisi Likuiditas Jangka Pendek Pengguna informasi ingin mengetahui kesinambungan perusahaan dalam suatu waktu. Hal ini merupakan pertanyaan yang paling mendasar, yaitu memastikan bahwa dalam jangka pendek perusahaan masih memiliki cukup uang kas atau aktiva lancar lainnya untuk membiayai kegiatannya sehari-hari. b. Arus Dana (Funds Flow) Analisis digunakan untuk mengetahui bagaimana arus kas masuk dan keluar dari perusahaan saat ini dan di masa depan. Dengan memanfaatkan analisis laporan keuangan, dicoba untuk memprediksi pemasukan dan pengeluaran kas di masa depan berdasarkan laporan cash flow yang disajikan untuk suatu periode yang sudah lalu (historis). c. Struktur Permodalan dan Solvabilitas Pengguna informasi ingin mengetahui kemampuan perusahaan menghasilkan pendapatan. Pendapatan akan digunakan untuk membiayai pengeluaran dan sisanya merupakan keuntungan yang berarti menambah kekayaan pemilik saham. d. Return dari Investasi Sebagai pemilik saham di perusahaan tersebut tentu nilai saham yang ada merupakan investasi yang harus menghasilkan keuantungan atau memperbesar nilai dari periode ke periode. Return dari investasi ini memiliki minimum rate of return, yaitu opportunity cost dari modal tersebut. Artinya, pengembalian dari investasi berupa saham pada perusahaan haruslah menghasilkan keuntungan yang lebih besar ketimbang tingkat bunga SBI. e. Kinerja Operasi Perusahaan Bertujuan untuk mengetahui kemampuan perusahaan menghasilkan pendapatan dan menutupi pengeluaran sedemikian rupa hingga dapat menghasilkan laba operasi yang maksimal. Kinerja yang baik akan ditunjukkan salah satunya dengan hasil usaha atau keuntungan yang di atas rata-rata industri sejenisnya. 3. Karakteristik Laporan Keuangan Menurut Standar Akuntansi Keuangan (2007:5) laporan keuangan memiliki 4 (empat) karakteristik kualitatif pokok yang harus dipenuhi dalam menyusun laporan keuangan. Karakteristik kualitatif pokok tersebut antara lain: a. Dapat dipahami Merupakan karakteristik bahwa laporan keuangan dengan mudah dipahami oleh pemakai yang memiliki pengetahuan yang memadai tentang aktivitas ekonomi dan bisnis, akuntansi, serta mempunyai keinginan untuk mempelajari informasi. b. Relevan Informasi yang memenuhi syarat relevan, jika informasi itu dapat membantu pemakai dalam mengevaluasi peristiwa masa lalu dan memprediksi masa depan. Hasil evaluasi peristiwa masa lalu sangat berguna untuk peramalan (predictive) dan penegasan (confirmatory) atas prediksi yang dibuat untuk masa lalu. c. Materialitas Relevansi informasi dapat mempengaruhi kemampuan pemakai untuk melakukan pengambilan keputusan, hal ini berarti terdapat fakta atau kejadian yang cukup material tidak tersajikan dalam laporan keuangan. Substansi merupakan realita ekonomi yang harus disajikan walaupun transaksi itu sendiri tidak konsisten dengan apa yang tampak dari bentuk hukum. Materialitas tergantung pada besarnya pos atau kesalahan yang dinilai sesuai dengan situasi khusus dari kelalaian dalam mencantumkan atau kesalahan dalam mencatat. d. Dapat diperbandingkan Pemakai harus dapat memperbandingkan laporan keuangan perusahaan antar periode untuk mengindentifikasi kecenderungan (trend) posisi dan kinerja keuangan. Pemakai juga harus dapat memperbandingkan laporan keuangan antar perusahaan untuk mengevaluasi posisi keuangan, kinerja serta perubahan posisi keuangan secara relatif. Implikasi penting dari karakteristik kualitatif dapat diperbandingkan adalah bahwa pemakai harus mendapat informasi tentang kebijakan akuntansi yang digunakan dalam penyusunan laporan keuangan dan perubahan kebijakan serta pengaruh perubahan tersebut. 4. Pemakai Laporan Keuangan Menurut Standar Akuntansi Keuangan (2007:2), pemakai laporan keuangan meliputi: a. Investor Penanam modal beresiko dan penasihat mereka berkepentingan dengan risiko yang melekat serta hasil pengembangan dari investasi yang mereka lakukan. Mereka membutuhkan informasi untuk membantu menentukan apakah harus membeli, menahan atau menjual investasi tersebut. Pemegang saham juga tertarik pada informasi yang memungkinkan mereka untuk menilai kemampuan perusahaan untuk membayar dividen. b. Karyawan Karyawan dan kelompok-kelompok yang mewakili mereka tertarik pada informasi yang memungkinkan mereka untuk menilai kemampuan perusahaan dalam memberikan mereka untuk menilai kemampuan perusahaan dalam memberikan balas jasa, manfaat pensiun, dan kesempatan kerja. c. Pemberi Pinjaman Pemberi pinjaman tertarik dengan informasi keuangan yang memungkinkan mereka untuk memutuskan apakah pinjaman serta bunganya dapat dibayar pada saat jatuh tempo. d. Pemasok dan Kreditur Lainnya Pemasok dan kreditur usaha lainnya tertarik dengan informasi yang memungkinkan mereka untuk memutuskan apakah jumlah yang terutang akan dibayar pada saat jatuh tempo. e. Pelanggan Pelanggan berkepentingan dengan informasi mengenai kelangsungan hidup perusahaan, terutama kalau mereka terlibat dalam perjanjian jangka panjang atau tergantung perusahaan. f. Pemerintah Pemerintah dan berbagai lembaga yang berada dibawah kekuasaan berkepentingan dengan alokasi sumber daya dan karena itu berkepentingan dengan perusahaan, menetapkan kebijakan pajak sebagai dasar untuk menyusun statistik pendapatan nasional dan statistitik lainnya. g. Masyarakat Perusahaan mempengaruhi anggota masyarakat dalam berbagai cara. Laporan keuangan dapat membantu masyarakat dalam menyediakan informasi kecendrungan (trend) dan perkembangan kemakmuran serta rangkaian aktivitasnya. E. Pasar Modal. 1. Pengertian Pasar Modal Pasar modal merupakan sarana pembentuk modal dan akumulasi dana yang diarahkan, untuk meningkatkan partisipasi masyarakat dalam pengarahan dan guna menunjang pembiayaan pembangunan nasional. Pasar modal (capital market) merupakan pasar untuk berbagai instrumen keuangan jangka panjang yang bisa diperjualbelikan, baik dalam bentuk hutang (obligasi) ataupun modal sendiri (saham). Menurut Kamaruddin (2004:18), ada tiga definisi pasar modal: a. Definisi yang luas Pasar modal adalah kebutuhan sistem keuangan yang terorganisasi termasuk bank-bank komersial dan semua perantara di bidang keuangan, serta surat-surat berharga/klaim, jangka panjang dan jangka pendek, primer dan tidak langsung. b. Definisi dalam arti menengah Pasar modal adalah semua pasar yang terorganisasi dan lembagalembaga yang memperdagangkan warkat-warkat kredit (biasanya yang berjangka waktu lebih dari satu tahun) termasuk saham-saham, obligasi, pinjaman berjangka hipotek, dan tabungan serta deposito berjangka. c. Definisi dalam arti sempit Pasar modal adalah tempat pasar terorganisasi yang memperdagangkan saham-saham dan obligasi dan memakai jasa dari makelar, komisioner dan para underwriter. Pengertian pasar modal lebih spesifik lagi tercantum di dalam Undangundang Pasar Modal No.8 tahun 1995 pasal 1 angka 13: “Pasar Modal adalah kegiatan yang bersangkutan dengan penawaran umum dan perdagangan efek, perusahaan Publik yang berkaitan dengan efek yang diterbitkannya, serta lembaga dan profesi yang berkaitan dengan efek”. Dari penjelasan diatas maka dapat disimpulkan bahwa, pasar modal adalah suatu pasar yang merupakan sumber utama bagi perusahaan yang membutuhkan dana dalam jumlah yang sangat besar atau juga tempat yang mempertemukan dua kelompok yang saling berhadapan dengan kepentingan saling mengisi, yaitu emiten menerbitkan saham atau obligasi dan pemodal (investor) membeli saham atau obligasi tersebut untuk kepentingan jangka menengah atau panjang kedua belah pihak. Serta dijadikan tempat terjadinya transaksi permintaan dan penawaran dari dana jangka menengah atau panjang tersebut. Husnan (1994:246) mengemukakan bahwa pasar modal yang efisien adalah pasar yang harga sekuritas-sekuritasnya telah mencerminkan informasi yang relevan. Implikasi dari pasar efisien bahwa harga saham akan bereaksi terhadap pengumuman laporan keuangan 2. Tujuan Pasar Modal Menurut Kamaruddin (2004:19), tiga aspek dasar atau tujuan dari pasar modal yaitu: a. Mempercepat proses perluasan partisipasi masyarakat dalam kepemilikan saham-saham perusahaan. b. Pemerataan pendapatan masyarakat melalui kepemilikan saham perusahaan. c. Menggairahkan partisipasi masyarakat dalam pengarahan dan penghimpunan dana untuk digunakan secara produktif. 3. Manfaat Pasar Modal Menurut Anoraga dan Pakarti (2003:12), manfaat pasar modal terbagi menjadi tiga yaitu: bagi emiten, bagi investor, dan bagi pemerintah. a. Manfaat pasar modal bagi emiten adalah. 1) Jumlah dana yang dapat dihimpun bisa berjumlah besar. 2) Dana tersebut dapat diterima sekaligus pada saat pasar perdagangan selesai. 3) Tidak ada “convenant” sehingga manajemen dapat lebih bebas dalam pengelolaan dana atau perusahaan. 4) Solvabilitas perusahaan tinggi sehingga memperbaiki citra perusahaan. 5) Ketergantungan emiten terhadap bank menjadi kecil. 6) Cash flow hasil penjualan saham biasanya lebih besar dari harga nominal perusahaan. 7) Emisi saham cocok untuk membiayai perusahaan yang berisiko tinggi. 8) Tidak ada bebas finansial yang tetap. 10) Tidak dikaitkan dengan kekayaan penjamin tertentu. 11) Profesionalisme dalam manajemen meningkat. b. Manfaat pasar modal bagi Investor. 1) Nilai investasi berkembang mengikuti pertumbuhan ekonomi. Peningkatan tersebut tercermin pada meningkatnya harga saham yang mencapai capital gain. 2) Memperoleh dividen bagi mereka yang memiliki atau memegang saham dan bunga tetap atau bunga yang mengambang bagi pemegang obligasi. 3) Mempunyai hak suara dalam RUPS bagi pemegang saham. 4) Dapat dengan mudah mengganti instrumen investasi, misalnya dari saham A ke saham B, sehingga dapat meningkatkan keuntungan atau mengurangi risiko. 5) Dapat sekaligus melakukan investasi dalam beberapa instrumen yang mengurangi risiko. c. Manfaat pasar modal bagi pemerintah 1) Mendorong laju pembangunan. 2) Mendorong investasi. 3) Penciptaan lapangan kerja. 4) Memperkecil Debt Service Ratio (DSR). 5) Mengurangi beban anggaran bagi BUMN. 4. Tugas Bursa Efek Di Indonesia, pasar modal lebih dikenal dengan istilah bursa efek (stock exchange). Bursa Efek adalah lembaga/perusahaan yang menyelenggarakan atau menyediakan fasilitas sistem (pasar) untuk mempertemukan penawaran jual dan beli efek antar berbagai perusahaan atau perorangan yang terlibat dengan tujuan memperdagangkan efek perusahaan-perusahaan yang tercatat di bursa efek. Tugas bursa efek menurut Hendy dan Tjiptono (2001:17) a. Menyediakan sarana perdagangan efek. b. Mengupayakan likuiditas instrumen yaitu mengalirnya dana secara cepat pada pada efek-efek yang terjual. c. Menyebarluaskan informasi bursa ke seluruh lapisan masyarakat. d. Memasyarakatkan pasar modal, untuk menarik calon investor dan perusahaan yang go public. e. Menciptakan instrumen dan jasa baru. f. Membuat peraturan yang berkaitan dengan kegiatan bursa. g. Mencegah praktik transaksi yang dilarang melalui pelaksanaan fungsi pengawasan. h. Ketentuan bursa efek mempunyai kekuatan hukum yang mengikat bagi pelaku pasar modal. F. Saham Menurut Siegel dan Shim (2005:441) saham adalah bukti pemilikan dalam sebuah perusahaan dan tuntutan terhadap aktiva serta keuntungan perusahaan dimana merupakan modal resmi dari sebuah kesatuan yang dibagi menjadi lembaran saham. 1. Jenis-jenis saham a. Cara peralihan hak 1) Saham atas unjuk Pada sertifikat jenis ini tidak dituliskan namanya. Dengan pemilikan saham atas unjuk, seseorang pemilik sangat mudah untuk mengalihkan kepada orang lain karena sifatnya mirip dengan uang. Untuk itu siapa saja yang memegang sertifikat saham atas unjuk, dialah yang dianggap sebagai pemilik dan berhak untuk memperalihkannya, berhak atas pembagian dividen dan berhak untuk ikut hadir dan mengeluarkan suara dalam Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS). 2) Saham atas nama Sertifikat saham yang diatasnya tertulis nama pemiliknya. Cara peralihannya harus memenuhi suatu prosedur tertentu yaitu dengan dokumen peralihan dan kemudian nama pemiliknya dicatat dalam buku perusahaan yang khusus memuat daftar nama pemegang saham. b. Ditinjau dari segi manfaat 1) Saham biasa Saham biasa menunjukkan kepemilikan dalam perusahaan. Pemegang saham biasa merupakan pemilik sebenarnya dari perusahaan. Ciri-ciri atau karakteristik saham biasa. a) Tagihan terhadap pendapatan Sebagai pemilik perusahaan, pemegang saham biasa memiliki hak untuk sisa pendapatan setelah pemegang obligasi dan saham preferen memperoleh pembayarannya. b) Tagihan terhadap aset Saham biasa memiliki tagihan terhadap sisa pendapatan, ia juga memiliki tagihan terhadap sisa aktiva jika terjadi likuidasi. Hanya jika tagihan dari pemegang obligasi dan pemegang saham preferen telah diselesaikan, barulah tagihan pemegang saham biasa dapat dilakukan. c) Hak suara Pemegang saham biasa memilih dewan komisaris dan merupakan satu-satunya pemegang sekuritas yang memiliki hak suara. 2) Saham preferen Saham preferen memiliki banyak karakteristik baik dari saham biasa ataupun obligasi. Ciri-ciri saham preferen: a) Berbagai tingkat kelas Jika memang dikehendaki, perusahaan dapat menerbitkan lebih dari satu seri atau kelas saham preferen yang memiliki karakteristik berbeda-beda juga mempunyai prioritas yang berbeda-beda dalam melakukan tagihan terhadap aktiva dan pendapatan jika terjadi kebangkrutan. b) Tagihan terhadap aktiva pendapatan Saham preferen lebih diprioritaskan dibanding dengan saham biasa dalam melakukan tagihan terhadap aktiva jika terjadi kebangkrutan. Tagihan saham preferen dilakukan setelah obligasi dan lebih dahulu sebelum saham biasa. c) Sifat kumulatif Saham preferen kumulatif menyaratkan agar semua dividen saham preferen yang belum dibayarkan sebelumnya harus diselesaikan sebelum saham biasa diumumkan. d) Persyaratan perlindungan Persyaratan perlindungan ini biasanya memberikan hak suara jika dividen tidak dibayarkan, atau ia membatasi pembayaran dividen saham biasa jika pembayaran dana ditanam tidak terpenuhi atau jika perusahaan mengalami masalah keuangan. e) Dapat ditukar Kebanyakan saham preferen yang diterbitkan sekarang ini dapat ditukar berdasarkan kesepakatan pemegangnya menjadi sejumlah saham biasa. 2. Keuntungan Membeli Saham a. Adanya dividen atau pembagian laba usaha setiap akhir tahun, Jika perusahaan berkembang dengan baik b. Nilai saham akan terus meningkat terutama selama perusahaan mampu berkembang dengan pesat, saham dapat dijual untuk memperoleh capital gain yang diperoleh dari selisih nilai pada waktu dijual dibandingkan pada saat pembelian. Saham dapat dijadikan arena spekulasi atau adu untung. c. Nilai saham tidak akan dipengaruhi oleh inflasi, depresiasi ataupun devaluasi rupiah, sebagai assets akan tetap memiliki nilai saham, selama perusahaan masih berjalan. d. Saham merupakan assets kekayaan dengan tingkat likuiditas yang tinggi artinya dengan mudah diperjualbelikan untuk mendapatkan uang tunai dengan segera. e. Pemegang atau pemilik saham tetap memiliki hak atas sisa milik perusahaan setelah dikurangi hak para kreditor, pada saat perusahaan dibubarkan 3. Kerugian Membeli Saham a. Tidak mendapatkan dividen Perusahaan tidak dapat membagikan dividen jika perusahaan tersebut mengalami kerugian. b. Capital loss Dimana pemodal harus menjual saham dengan harga jual lebih rendah dari pada harga beli. c. Perusahaan Bangkrut atau dilikuidasi Jika suatu perusahaan bangkrut maka secara otomatis saham perusahaan tersebut akan dikeluarkan dari Bursa atau di Delist d. Saham di Delist dari Bursa (delisting) Saham yang telah di delist hanya bisa diperdagangkan di luar Bursa dengan konsekuensi tidak terdapat patokan harga yang jelas dan jika terjual biasanya dengan harga yang jauh lebih rendah dari harga sebelumnya. e. Saham disuspend Saham yang diberhentikan perdagangannya oleh Otoritas Bursa Efek. G. Laba 1. Pengertian Laba Laba akuntansi secara operasional didefinisikan sebagai perbedaan antara pendapatan yang direalisasi yang timbul dari transaksi periode tersebut dan biaya historis yang sepadan dengannya, Belkaoui (1997:233). Definisi ini mengemukakan lima ciri khas laba akuntansi: a. Laba akuntansi didasarkan pada transaksi aktual yang dilakukan oleh sebuah perusahaan (terutama pendapatan yang timbul dari penjualan barang atau jasa dikurangi biaya yang diperlukan untuk mencapai penjualan itu. b. Laba akuntansi didasarkan pada postulate periode dan berhubungan dengan prestasi keuangan perusahaan itu selama periode waktu tertentu. c. Laba akuntansi didasarkan pada prinsip pendapatan dan membutuhkan definisi, pengukuran, dan pengakuan pendapatan. d. Laba akuntansi membutuhkan pengukuran biaya dalam bentuk biaya historis bagi perusahaan, yang melahirkan kepatuhan yang ketat pada prinsip biaya. Sebuah aktiva diperhitungkan sebesar biaya perolehannya sampai penjualan direalisasi, dimana pada saat itu diakui setiap perubahan dalam nilainya. Jadi biaya adalah aktiva yang jatuh tempo atau harga pokok perolehan yang jatuh tempo. e. Laba akuntansi mensyaratkan agar pendapatan yang direalisasi dari periode itu dikaitkan pada biaya relevan yang tepat atau sepadan. Dengan demikian, laba akuntansi didasarkan pada prinsip matching. Biaya tertentu atau biaya periode yang dialokasikan serta dibandingkan (matched) dengan pendapatan dan biaya-biaya lain, dilaporkan dan dikompensasi ke depan sebagai aktiva. Biaya yang dialokasikan dan dibandingkan dengan pendapatan periode dianggap mempunyai suatu potensi jasa yang jatuh tempo. Menurut Sujarwo (2007:15) laba (earnings) adalah ukuran kinerja untuk suatu periode. Sedangkan laba seperti yang dijelaskan dalam statement of financial accounting concepts (FASB 1984) adalah pengertian yang sama dengan laba bersih (net income) yang berlaku dalam praktek saat ini, yaitu semua laba bersih untuk satu periode. Dalam penelitian Sujarwo (2007) menguji apakah laba akuntansi dan komponen arus kas berpengaruh secara signifikan terhadap harga saham. Hasil penelitian tersebut menemukan bahwa laba akuntansi dan total arus kas secara bersama-sama berpengaruh secara signifikan terhadap harga saham. Arus kas operasi, arus kas investasi, dan arus kas pendanaan secara bersama-sama berpengaruh secara signifikan terhadap harga saham. 2. Tujuan Pelaporan Laba Menurut Hendriksen (2004:130) menyatakan bahwa tujuan utama pelaporan laba adalah untuk memberikan informasi yang berguna bagi mereka yang paling berkepentingan dengan laporan keuangan. Salah satu tujuan dasar yang dapat dikatakan paling penting bagi semua pemakai laporan keuangan adalah untuk membedakan antara modal yang diinvestasikan dan laba antara stock dan arus keuangan sebagai bagian dari proses akuntansi deskriptif. Tujuan yang lebih khusus meliputi penggunaan laba sebagai pengukuran efisiensi manajemen, penggunaan angka laba historis untuk membantu meramalkan keadaan usaha dan distribusi dividen di masa yang akan datang, dan penggunaan laba sebagai pengukuran keberhasilan serta sebagai pedoman pengambilan keputusan manajerial di masa yang akan datang. 3. Konsep Laba Menurut Hendriksen (2004:130) konsep laba terbagi menjadi: a. Konsep laba sintaksis (structural) Pada tingkatan sintaksis konsep income dihubungkan dengan konversi (kebiasaan) dan aturan logis serta konsisten dengan mendasarkan pada premis dan konsep yang telah berkembang dari praktek akuntansi yang ada. Konsekuensinya pada Akuntan yang sudah sejak lama dan berulang kali menggunakan istilah income menurut pandangan akuntansi merasa konsep yang mereka gunakan adalah paling tepat. Akibatnya masyarakat umum cenderung menerimanya seakan-akan memiliki interprestasi dalam dunia nyata, walaupun pengertian income menurut akuntan berbeda dengan pengertian income menurut para ekonom. Para akuntan biasanya menghitung laba bersih berdasarkan prinsip dan kaidah yang sering tidak ada hubungannya dengan fenomena dunia nyata atau akibat-akibat perilaku. Terdapat dua pengukuran laba (income measurement) pada tingkat sintaksis yaitu: 1) Pendekatan transaksi Pendekatan transaksi adalah pendekatan konvensional yang banyak digunakan oleh para akuntan. Pada prinsipnya pendekatan ini mencatat perubahan nilai eksternal maupun transaksi internal. Prosedur yang lazim dari pendekatan ini adalah mencatat revenue dan expense pada saat terjadinya berdasarkan transaksi eksternal dan maupun transaksi internal. Prosedur yang lazim dari pendekatan ini adalah mencatat revenue dan expense pada saat terjadinya berdasarkan transaksi eksternal. 2) Pendekatan aktivitas Apabila pendekatan transaksi menggunakan konsep pengakuan pada saat penjualan atau pertukaran dengan metode pembebanan akuntansi konvensional maka pendekatan aktivitas menitikberatkan pada penjelasan suatu kejadian atau aktivitas perusahaan dari pada pelaporan suatu transaksi. Income diasumsikan timbul pada terjadinya aktivitas atau kegiatan tertentu dan bukannya terjadi pada suatu transaksi. Oleh karena itu income dapat dicatat pada berbagai aktivitas perusahaan seperti: (1) pada saat perencanaan, (2) pembelian, (3) proses produksi, (4) penjualan, atau (5) mungkin pada saat penagihan. b. Konsep laba sematik (interpretatif) Pada konsep income di telaah melalui hubungannya dengan realita ekonomi. Dalam usahanya memberikan makna interpretatif dari konsep laba akuntansi (accounting income), para akuntan seringkali merujuk pada dua konsep ekonomi. Kedua konsep ekonomi tersebut adalah perubahan dari keadaan kesejahteraan dan maksimalisasi laba. 1) Konsep perubahan dari keadaan kesejahteraan sering disebut dengan istilah konsep pemeliharaan modal (capital maintenance concept). Menurut konsep ini laba (income) didefinisikan sebagai jumlah yang dapat diberikan perusahaan kepada para pemegang saham sehingga tingkat kesejahteraan atau kekayaan (capital) mereka pada akhir periode sama dengan pada awal periode. 2) Laba sebagai alat ukur efisiensi Konsep ekonom kedua yang digunakan para akuntan untuk memberi makna interpretatif dari laba akuntansi adalah maksimalisasi laba. Ukuran yang paling umum digunakan untuk pencapaian laba maksimal adalah tingkat efisiensi manajemen dalam mengelola perusahaan. Para pemakai laporan keuangan, khususnya pemakai eksternal (investor dan kreditor) sangat berkepentingan dengan kinerja perusahaan. Operasi perusahaan yang efisien berpengaruh kepada pembagian dividen dimasa yang akan datang. Efisiensi dapat didefinisikan sebagai kemampuan untuk mendapakan maksimum output dari sejumlah sumber daya tertentu, atau output konstan dengan pengunaan sumber daya sekecil mungkin, atau kombinasi sumber daya optimum dengan permintaan produk yang telah ditetapkan untuk menghasilkan tingkat pengembalian maksimal bagi pemilik modal. f. Konsep laba pragmatis Pada tingkat pragmatis, konsep income dikaitkan perilaku pengguna laporan keuangan terhadap informasi yang tersirat perusahaan. Beberapa reaksi dapat ditunjukan dari laba dengan proses pengambilan keputusan dari investor dan kreditor, reaksi harga surat berharga terhadap pelaporan income atau, reaksi umpan balik dari manajemen dan akuntan terhadap income yang dilaporakan. Berdasarkan uraian diatas konsep income sebagai alat peramalan serta income sebagai bahan pengambilan keputusan manjerial. 1) Income sebagai alat peramalan SFAC No. 1 menyatakan bahwa user khususnya investor dan kreditor ingin menilai prospek cash flow serta menggunakan laba untuk menilai earning power dan menilai resiko apabila berinvestasi atau memberikan pinjaman. Nilai perusahaan dan harga saham tergantung dari arus distribusi kas kepada pemegang saham di masa yang akan datang. Kemampuan meramalkan kinerja perusahaan di masa-masa yang akan datang ini memberikan implikasi dalam praktik-praktik akuntansi berupa rekayasa laba atau penghalusan laba (income smoothing) yang dilakukan oleh sebagian manajemen perusahaan. 2) Income sebagai bahan pengambilan keputusan manajemen laporan keuangan yang formal umumnya ditujukkan untuk para pemakai eksternal data akuntansi, tetapi para akuntan juga harus melengkapi manajemen dengan alat dan bahan baku yang dibutuhkan untuk pengendalian dan mengambil keputusan yang baik. Seperti halnya para investor umumnya berkepentingan dengan arus dividen yang akan datang, manajemen berkepentingan dengan apa yang terjadi di masa datang. Keputusan hanya dapat mempengaruhi kejadian yang akan datang. H. Suku Bunga SBI Sertifikat Bank Indonesia adalah surat berharga yang dikeluarkan oleh Bank Indonesia. SBI diterbikan oleh BI lebih ditujukan sebagai alat kebijakan moneter. SBI diterbitkan pertama kali pada tahun 1984 sebagai alternatif investasi bagi pemilik dana dengan jaminan keamanan dana yang diberikan oleh bank sentral serta pemberian tingkat suku bunga yang cukup kompetitif. Fungsi SBI tidak jauh dari treasury bill yaitu surat hutang yang diterbitkan oleh pemerintah. SBI diterbitkan dengan sistem diskonto dan tanpa warkat dengan penyelesaian transaksi 1 hari. Satuan unit SBI adalah sebesar Rp. 1 juta dengan transaksi terkecil di pasar perdana sebesar 1.000 unit atau Rp. 1 Milyar, jangka waktu SBI terdiri dari 1,2,3,6 dan 1 tahun. Metode perdagangannya dilakukan melalui sistem lelang dan non lelang. SBI memiliki prospek yang sangat bagus karena kausalitas surat utang ini dijamin langsung oleh Bank Indonesia, selain itu tingkat suku bunga SBI dijadikan rujukan oleh kalangan perbankan untuk memberikan tingkat suku bunga deposito kepada nasabahnya dan dapat juga dijadikan agunan (Syahril Ramadhan, 2002). Tingkat bunga adalah harga yang menghubungkan masa kini dan masa depan, serta merupakan variabel penting diantara variabel-variabel makro ekonomi (mankiw, 2005 : 157). Interest rate atau tingkat bunga adalah harga pasar yang mentransfer sumber daya masa lalu dan masa depan atau merupakan hasil tabungan dan biaya peminjaman (mankiw, 2005 : 494). Menurut Wyss (2001:21) disaat suku bunga meningkat investasi dalam deposito atau tabungan akan menarik bagi investor dibandingkan investasi dalam bentuk saham yang memiliki resiko yang lebih tinggi dibandingkan deposito tabungan. Namun pada saat suku bunga menurun investasi dalam bentuk deposito atau tabungan akan tidak menarik bagi investor karena hal tersebut memiliki return yang rendah. I. Uang Beredar Menurut Sadono Sukirno (2004) uang beredar adalah semua jenis uang yang beredar didalam perekonomian, yaitu uang dalam peredarannya ditambah dengan uang giral dalam bank-bank umum. Uang beredar memiliki definisi yang berbeda sesuai dengan tingkat likuiditasnya biasanya uang didefinisikan: 1. M1 adalah uang kertas dan logam ditambah simpanan dalam bentuk rekening koran (demand deposit) 2. M2 adalah M1 + tabungan + deposito berjangka (time deposit) pada bankbank umum 3. M3 adalah M2 + tabungan + deposito berjangka pada lembaga-lembaga tabungan non bank. M1 adalah yang paling likuid karena proses menjadikannya uang kas sangat cepat dan tanpa adanya kerugian nilai (artinya satu rupiah tetap satu rupiah). M2 mencakup deposito berjangka maka likuiditasnya lebih rendah. Untuk menjadi uang kas deposito berjangka perlu waktu (3, 6, atau 12 bulan) dan jika dijadikan uang kas sebelum waktu yang ditentukan maka akan terkena denda sehingga nilai satu rupiah akan menjadi lebih kecil karena denda. M1 merupakan uang dalam bentuk uang giral dan uang kartal yang dipegang dan digunakan masyarakat sebagai alat transaksi pembayaran sehari-hari. M2 meliputi mata uang dalam peredaran, uang giral dan uang kuasi. Uang kuasi terdiri atas deposito berjangka dan tabungan dalam rupiah, serta rekening valuta asing milik swasta domestik. Penurunan M2 dapat disebabkan oleh menurunnya jumlah uang kuasi, selain itu perlambatan pertumbuhan M2 bersumber dari beberapa faktor antara lain lambatnya penciptaan uang akibat belum optimalnya fungsi intermediasi perbankan, berkembangnya alternatif penyimpanan dana lain dalam bentuk reksadana yang menghasilkan tingkat keuntungan yang lebih baik, dan menurunnya kapitalisasi bunga seiring dengan terus menurunnya tingkat suku bunga sedangkan komponen yang memberi kontribusi pada peningkatan M2 adalah peningkatan M1 dan peningkatan uang kuasi, peningkatan tersebut terutama disumbang oleh naiknya jumlah kredit yang dikucurkan baik dalam mata uang rupiah maupun valas. Salah satu kebijakan moneter yang dilakukan oleh Bank Sentral adalah jual beli surat berharga sehingga tingkat bunga akan turun. Pada saat tingkat bunga mengalami penurunan maka return yang diberikan oleh obligasi akan menurun pula (Monetary Portfolio Hypothesis) hal ini berakibat pemilik dana akan mencari instrumen investasi lain yang lebih menguntungkan, karena penurunan tingkat bunga akan menurunkan biaya produksi sehingga pendapatan perusahaan akan meningkat maka hal tersebut mengakibatkan berinvestasi pada saham menjadi lebih menarik sehingga harga saham akan meningkat. Dengan kata lain peningkatan uang yang beredar akan membawa peningkatan pada harga saham. J. Penelitian Sebelumnya Rohman dan Arfan (2002) meneliti tentang pengaruh arus kas operasi dan laba akuntansi terhadap tingkat keuntungan tidak normal (abnormal return) saham pada perusahaan go public di BEJ. Dalam penelitian tersebut disimpulkan bahwa pengumuman arus kas operasi dan laba akuntansi kurang berpengaruh terhadap tingkat keuntungan saham. Prasetio dan Sutoyo (2003) meneliti tentang analisis pengaruh interaksi laba akuntansi dengan arus kas terhadap harga saham dan volume perdagangan saham. Dalam penelitian ini disimpulkan bahwa variabel laba akuntansi yang berinteraksi dengan arus kas total tidak berpengaruh secara signifikan terhadap harga saham dan volume perdagangan saham. Variabel laba akuntansi mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap laba saham tetapi tidak mempunyai pengaruh yang signifikan dengan volume perdagangan saham. Chairuddin dan Herry (2004) Meneliti tentang analisis pengaruh antara perubahan nilai tukar rupiah, tingkat suku bunga dan inflasi terhadap perubahan indeks harga saham gabungan. Dalam penelitian ini disimpulkan bahwa korelasi antara variabel kurs, suku bunga SBI dan indeks harga konsumen dengan variabel IHSG sebesar 73% di atas membuktikan bahwa hubungan antara kurs, suku bunga SBI, dan indeks harga konsumen dengan variabel hubungan antara kurs, suku bunga SBI dan indeks harga konsumen dengan IHSG adalah sangat erat (>0,6). Variabel kurs, SBI, IHK secara bersama-sama mempengaruhi besarnya variabel IHSG. Dwiridotjahjono (2006) meneliti tentang analisis pengaruh variabelvariabel ekonomi makro terhadap harga saham pada perusahaan food and baverages yang Listing di Bursa Efek Jakarta. Dalam penelitian ini menyimpulkan bahwa berdasarkan analisis regresi berganda menunjukkan bahwa variabel-variabel ekonomi makro yang terdiri dari (X1), Tingkat Bunga Deposito (X2), nilai tukar Rp/US $ (X3), Produk Domestik Bruto (PDB) (X4), dan Harga Emas (X5) secara simultan berpengaruh signifikan terhadap harga saham pada perusahaan food and beverage yang listing di Bursa Efek Jakarta. Secara parsial variabel Inflasi (X1), Tingkat bunga deposito (X2), nilai tukar Rp/US $ (X3), dan Harga saham (X5) berpengaruh negatif dan signifikan terhadap harga saham, sedangkan variabel Produk Domestik Bruto (PDB) (X4) pengaruhnya tidak signifikan. Variabel Tingkat Bunga Deposito (X2) merupakan variabel independen yang dominan pengaruhnya terhadap harga saham. Utari (2006) meneliti tentang kandungan informasi laba dan arus kas guna pengambilan keputusan investasi di Bursa Efek Jakarta. Dalam penelitian tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa pengaruh laba akuntansi terhadap laba saham arus kas bersih dari aktivitas operasi, investasi dan pendanaan serta laba akuntansi berpengaruh terhadap harga dan return saham, namun secara parsial memiliki pengaruh yang berbeda. Pada tingkat signifikansi di level 10% hanya laba akuntansi yang berpengaruh signifikan terhadap harga saham. Poernomo (2007) meneliti tentang pengaruh laba bersih dan arus kas operasi terhadap nilai badan usaha yang tercermin dalam nilai kapitalisasi pasar pada Industri rokok di PT Bursa Efek Surabaya. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa secara simultan laba bersih dan arus kas operasi mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap nilai kapitalisasi pasar. Secara partial laba bersih mempunyai pengaruh terhadap nilai kapitalisasi pasar. Tabel.2.1 Perbedaan penelitian ini dengan penelitian Edi Kartono (2008) dan Adi Sujarwo (2007) Edi Kartono Variabel Independen 1.Pengungkapan Laporan Keuangan Varibel Dependen Periode Pengujian Harga Saham 2003-2006 2.Dividen 3.Ekuitas Adi Sujarwo 1. Laba Akuntansi 2. Komponen Arus Harga Saham 2003-2006 Penulis 1.Pengungkapan Laporan Keuangan Harga Saham 2005-2008 2.Laba Akuntansi 3.Suku Bunga SBI 4.Uang Beredar K. Kerangka Penelitian Model hubungan antar variabel untuk penelitian ini digambarkan sebagai berikut : Gambar 2.1 Model Hubungan Pengaruh Tingkat Pengungkapan Akuntansi, Laba Akuntansi, Suku Bunga SBI dan Uang Beredar Terhadap Harga Saham Laporan Keuangan Tingkat Pengungkapan Variabel Makro Laba Akuntansi Suku Bunga SBI Harga Saham Kesimpulan Uang Beredar L. Perumusan Hipotesis f. Ha1 : Terdapat pengaruh signifikan tingkat pengungkapan laporan keuangan, laba akuntansi, uang yang beredar, dan suku bunga SBI secara simultan terhadap harga saham. g. Ha2 : Terdapat pengaruh signifikan tingkat pengungkapan laporan keuangan, laba akuntansi, uang yang beredar, dan suku bunga SBI secara parsial terhadap harga saham. BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup penelitian ini adalah perusahaan go public dan terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI). Dimana perusahaan-perusahaan yang termasuk dalam daftar perusahaan properti dan real estat yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI). Data diperoleh dari laporan keuangan tahunan perusahaan sejak tahun 2005 sampai 2008. Penelitian ini melakukan analisis pengaruh pengungkapan akuntansi, laba akuntansi, suku bunga SBI, dan uang beredar sebagai variabel independen terhadap harga saham sebagai variabel dependen. B. Metode Penentuan Sampel Populasi dalam penelitian ini adalah sektor industri properti dan real estat yang terdaftar di BEI, dengan menggunakan metode purposive sampling, karena penelitian ini berdasarkan pertimbangan atau kriteria-kriteria tertentu. Adapun kriteria yang digunakan sebagai purposive sampling adalah: 1. Perusahaan yang telah terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada periode 2005-2008. 2. Perusahaan yang memperoleh laba terus menerus pada periode 2005-2008 3. Data laporan keuangan yang diambil pada periode 2005-2008. 4. Perusahaan yang bergerak dalam Industri Property dan Real Estate selama periode penelitian dan menerbitkan annual report. C. Metode Pengumpulan Data 1. Data Sekunder Data sekunder adalah data yang diperoleh dari pihak lain dalam bentuk laporan tahunan antara lain IDX monthly yang diperoleh dari publikasi BEI dan beberapa publikasi yang diterbitkan oleh Bank Indonesia melalui website Bank Indonesia. 2. Metode Kepustakaan Metode pengumpulan data yang dilakukan dengan mempelajari serta menganalisis literatur yang sumber-sumbernya dari buku-buku, jurnaljurnal, artikel, koran, majalah, dan lain-lain sebagainya yang berkaitan dengan masalah yang sedang dihadapi. Hal ini berguna untuk mendapatkan fakta serta pendapat para ahli yang berkaitan dengan penelitian. 3. Metode Observasi Yaitu penelitian yang mengambil datanya bertumpu pada pengamatan langsung terhadap objek penelitian. Penulis datang langsung ke lokasi penelitian yaitu BEI (Bursa Efek Indonesia). D. Teknik Analisis Analisis data dilakukan secara kuantitatif dengan menggunakan metode skoring data regresi berganda. Metode skoring digunakan untuk mengukur tingkat pengungkapan, sedangkan regresi berganda digunakan untuk menguji pengaruh variabel-variabel independen terhadap variabel dependen. Sebelum melakukan pengujian hipotesis yang ada, penulis melakukan pengujian asumsi klasik regresi berganda terlebih dahulu. 1. Metode Skoring Skoring adalah pemberian nilai untuk setiap unsur catatan atas laporan keuangan yang harus diungkapkan oleh setiap perusahaan. Dalam penelitian ini, pengukuran tingkat pengungkapan laporan keuangan menggunakan metode skoring yang sangat sederhana. Skoring dalam penelitian ini hanya memberikan nilai nol atau satu pada kriteria-kriteria yang telah ditentukan sebelumnya, yang terdapat pada catatan atas laporan keuangan setiap perusahaan. Skoring ini perlu dilakukan untuk mempermudah tingkat-tingkat pengungkapan laporan keuangan setiap perusahaan. Untuk melakukan skoring pada tingkat pengungkapan laporan keuangan dalam penelitian ini maka item-item yang harus diungkapkan pada laporan tahunan tersebut mengambil sumber dari standar peraturan yang dikeluarkan oleh ketua Bapepam No 38/PM/1996 tentang laporan tahunan. Pengukuran tingkat pengungkapan dilakukan dengan cara mencari angka indeksnya yaitu dengan membagi total skor pengungkapan yang diperoleh perusahaan dengan total skor yang harus diungkapkan sesuai standar yang ditetapkan (peratuaran No 38/PM/1996). Tingkat Pengungkapan Perusahaan = Skor Pengungkapan yang diperoleh Perusahaan x 100 % Skor yang harus diungkapkan sesuai No.38/PM/1996 2. Uji Normalitas Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi. Variabel dependent, independent atau keduanya terdistribusi normal atau tidak. Model regresi yang baik adalah distribusi data normal atau mendekati normal. Model regresi yang baik adalah distribusi data normal atau mendekati normal (Ghozali, 2005:105) Dasar pengambilan keputusan dalam uji normalitas adalah: 1) Jika data menyebar disekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal, maka model regresi memenuhi asumsi normalitas. 2) Jika data menyebar disekitar garis diagonal dan tidak mengikuti arah garis diagonal, maka model regresi tidak memenuhi asumsi normalitas. 3. Uji Asumsi Klasik a. Multikolinieritas Multikolineriatas bertujuan untuk menguji apakah model regresi ditemukan adanya korelasi antara variabel bebas (independen) (Ghozali, 2005:91). Jika terjadi korelasi, maka terdapat problem multikolinieritas atau multiko. Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi diantara variabel independennya. Multikolinieritas dapat dilihat dari (1) nilai tolerance (TOL) dan lawannya variant inflation factor (VIF). Apabila TOL lebih dari 0.10 dan VIF kurang dari 10, maka tidak terjadi multikolinearitas. Dasar pengambilan keputusan dalam uji normalitas adalah : H0 diterima jika nilai VIF (Variance Inflation Factor) dan angka tolerance sesuai dengan pedoman suatu model regresi yang bebas multikolinieritas, yakni mempunyai nilai VIF kurang dari 10, mempunyai angka tolerance (TOL) lebih dari 0.10. b. Heteroskedastisitas Uji ini dilakukan untuk menguji apakah dalam sebuah model regresi terjadi ketidaksamaan varians dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain. Jika nilai variansnya tetap maka disebut homoskedastisitas. Jika variansnya berbeda disebut heteroskedastisitas, dimana model regresi yang baik adalah tidak terjadi heteroskedastisitas. (Ghozali, 2005:105). Untuk menguji heteroskedastisitas dalam penelitian ini yaitu dengan cara melihat gambar scatterplot yaitu jika ada pola tertentu, seperti titik-titik (point-point) yang ada membentuk susunan tertentu yang bergelombang, melebar kemudian menyempit, maka telah terjadi heteroskedastisitas. Dan jika tidak ada pola yang jelas, serta titik-titik menyebar di atas dan di bawah angka 0 pada sumbu Y, maka tidak terjadi heteroskedastisitas . c. Autokorelasi Menurut Ghozali (2005:95) autokorelasi bertujuan menguji apakah dalam model regresi linear ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t-1 (sebelumnya). Jika terjadi korelasi, maka dinamakan ada problem autokorelasi. Autokorelasi muncul karena observasi yang berurutan sepanjang waktu berkaitan satu sama lainnya. Masalah ini timbul karena residual (kesalahan pengganggu) tidak bebas dari satu observasi ke observasi lainnya. Model regresi yang baik adalah model regresi yang tidak terjadi problem autokorelasi. Dalam penelitian ini untuk mendeteksi autokolerasi yaitu dengan Run Test. Diketahui bahwa, Run Test sebagai bagian dari statistik non parametrik dapat pula digunakan untuk menguji apakah antara residual terdapat korelasi yang tinggi. Jika antar residual tidak terdapat hubungan korelasi maka dikatakan bahwa residual adalah acak atau random. Run Test digunakan untuk melihat apakah data residual terjadi secara random atau tidak (sistematis) (Ghozali, 2005:103). Apabila nilai signifikan < 0,05 maka dapat dikatakan bahwa tidak terjadi problem autokorelasi. 4. Uji Signifikan a. Metode Adjusted R2 (Koefisien Determinasi) Koefisien determinasi (R2) pada intinya mengukur seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel dependen. Nilai koefisien determinasi adalah nol dan satu. Nilai R2 yang kecil berarti kemampuan variabel-variabel independen dalam menjelaskan variasi variabel dependen amat terbatas. Nilai yang mendekati satu berarti variabel-variabel independen memberikan hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variasi variabel dependen. (Ghozali 2005:83). b. Uji Statistik F Uji statistik F pada dasarnya menunjukkan apakah semua variabel independen atau bebas yang dimaksudkan dalam model mempunyai pengaruh secara bersama-sama terhadap variabel dependen atau terikat. Hipotesis nol (Ho) yang hendak diuji adalah apakah semua parameter dalam model sama dengan nol. Bila nilai F lebih besar dari pada 4 maka Ho dapat ditolak pada derajat kepercayaan 5%. Dengan kata lain kita menerima hipotesis alternatif, yang menyatakan bahwa semua variabel independen secara serentak dan signifikan mempengaruhi variabel dependen. Membandingkan nilai F hasil perhitungan dengan nilai F menurut tabel. Bila niali F hitung lebih besar dari nilai F tabel, maka Ho ditolak dan menerima HA (Ghozali 2002:84). c. Uji t-Statistik Uji statistik t pada dasarnya menunjukkan seberapa jauh pengaruh satu variabel penjelas / independen secara individual dalam menerangkan variasi variabel dependen. Hipotesis nol (Ho) yang hendak diuji adalah apakah suatu parameter (bi) sama dengan nol. Bila jumlah degree of freedom (df) adalah 20 atau lebih, dan derajat kepercayaan sebesar 5%, maka Ho yang menyatakan bi = 0 dapat ditolak bila t lebih besar dari 2 (dalam nilai absolut). Dengan kata lain kita menerima hipotesis alternatif, yang menyatakan bahwa suatu variabel independen secara individual mempengaruhi variabel dependen. Membandingkan nilai statistik dengan titik kritis menurut tabel. Apabila nilai statistik t dengan titik kritis dengan tabel. Apabila nilai statistik t hasil perhitungan lebih tinggi dibandingkan nilai t tabel, kita menerima hipotesis alternatif yang menyatakan bahwa suatu variabel independen secara individual mempengaruhi variabel dependen (Ghozali 2005:84). 5. Persamaan Regresi Berganda Analisis data dilakukan secara kuantitatif dengan bantuan statistik. Apabila dalam persamaan garis regresi tercakup lebih dua variabel (termasuk variabel tak bebas Y), maka regresi ini disebut regresi linier berganda (multiple linier regression). Dalam regresi linier berganda variabel tak bebas Y bergantung kepada dua atau lebih variabel. Regresi berganda bertujuan untuk mengetahui kelinieran pengaruh variabel tingkat pengungkapan, dividen, ekuitas terhadap harga saham. Persamaan umum regresi berganda yang digunakan adalah: Y = a + b1 X1 + b2 X2 + b3 X3 + b4 X4 + e Y = Harga saham A = Konstanta b1, b2, b3, b4 = Koefisien regresi tingkat pengungkapan (X1), laba akuntansi (X2), Suku bunga SBI (X3), dan uang beredar (X4) X1 = Tingkat pengungkapan X2 = Laba akuntansi X3 = Suku bunga SBI X4 = Uang beredar E. Operasi Variabel Penelitian dan Pengukurannya Variabel penelitian ini adalah variabel bebas atau variabel independen yaitu tingkat pengungkapan akuntansi, laba akuntansi, suku bunga SBI dan, uang beredar. Variabel terikat atau variabel dependen yaitu harga saham. 1. Variabel Independen a. Tingkat Pengungkapan Akuntansi Menurut Bambang Irawan (2006:8) pengungkapan dalam pengertian sempitnya mencakup hal-hal seperti pembahasan dan analisis manajemen, catatan kaki, dan laporan pelengkap. Sedangkan dalam artian luas pengungkapan berkenaan dengan informasi yang disajikan baik dalam bentuk laporan keuangan maupun media komunikasi pendukung lainnya seperti : catatan kaki, peristiwa sesudah tanggal laporan, analisis manajemen mengenai operasi pada tahun yang akan datang, peramalan keuangan dan operasi dan laporan keuangan tambahan mengenai segmental disclosure dan informasi lain di luar historical cost. Dalam penelitian ini, untuk mengukur tingkat pengungkapan laporan keuangan digunakan lampiran peraturan No. VIII.G.7 tentang Pedoman Penyajian Laporan Keuangan dan Peraturan No. VIII.G.2 tentang Laporan Tahunan. Peraturan tersebut diperkuat dengan Keputusan Ketua Bapepam No. Kep-17/PM/1995, yang selanjutnya diubah melalui Keputusan Ketua Bapepem No. Kep-38/PM/1996 yang berlaku bagi semua perusahaan yang telah melakukan penawaran umum dan perusahaan publik. Untuk mengukur tingkat pengungkapan laporan keuangan digunakan metode skoring. Di dalam metode skoring penelitian ini hanya memberikan nilai nol atau satu pada kriteria-kriteria yang telah ditentukan sebelumnya, yang terdapat pada catatan atas laporan keuangan setiap perusahaan. Skoring ini perlu dilakukan untuk mempermudah tingkat-tingkat pengungkapan laporan keuangan setiap perusahaan (Edi Kartono 2008). b. Laba Akuntansi Laba akuntansi adalah laba bersih sebelum extraordinary items dan discontinued operation (Rohman dan Arfan 2002:109). Data tentang laba akuntansi diperoleh dari laporan laba rugi laporan keuangan masing-masing perusahaan go public yang menjadi sampel pada penelitian ini di Bursa Efek Indonseia. Sedangkan laba akuntansi yang di pakai pada penelitian ini adalah laba kotor. Febrianto dan Widiastuty (2005:167) melakukan penelitian tiga angka laba akuntansi yang lebih bermakna bagi Investor, bahwa penggunaan angka laba operasi dan laba bersih tidaklah salah, namun hasil penelitian ini menunjukkan bahwa laba kotor sebenarnya lebih memiliki kualitas laba yang lebih baik dibandingkan kedua angka laba yang lain. c. Suku Bunga SBI Menurut Pananda Pasaribu (2009:5) tingkat suku bunga dapat didefinisikan sebagai tingkat pengembalian aset yang mempunyai risiko mendekati nol, investor dapat menggunakan tingkat bunga sebagai patokan (benchmark) untuk perbandingan bila ingin berinvestasi. Dalam penelitian ini tingkat suku bunga diukur dengan menggunakan suku bunga yang ditentukan oleh Bank Indonesia selaku penguasa moneter melalui Sertifikat Bank Indonesia (SBI). Besar kecilnya suku bunga sangat tergantung dari kondisi makro yang berkembang di Indonesia. Peningkatan suku bunga diduga mempunyai korelasi dengan naiknya volume penjualan saham. Tingkat suku bunga yang ideal jika besarnya berada di bawah kisaran angka 10. Hal ini berarti tingkat keuntungan yang diharapkan dari adanya investasi akan menurun dengan cepat jika tingkat bunga meningkat, sehingga bagi para pelaku ekonomi semakin rendah tingkat suku bunga adalah semakin baik (Haryanto dan Priyatno, 2007:33). d. Uang Beredar Menurut Sadono Sukirno (2000:281) uang beredar adalah semua jenis uang yang berada di dalam perekonomian, adalah jumlah dari mata uang dalam peredaran ditambah dengan uang giral dari bank-bank umum. Pengertian uang beredar atau money supply perlu dibedakan pula menjadi dua pengertian, yaitu pengertian yang terbatas (M1) dan pengertian yang luas (M2). Dalam pengertian yang terbatas (M1) uang beredar adalah mata uang dalam peredaran ditambah dengan uang giral yang dimiliki oleh perseorangan-perseorangan perusahaan-perusahaan, dan badan-badan pemerintah. Dalam pengertian yang luas (M2) uang beredar meliputi mata uang dalam peredaran, uang giral dan uang kuasi. Uang kuasi terdiri dari deposito berjangka, tabungan dan rekening (tabungan) valuta asing milik swasta domestik. Uang beredar dalam arti luas (M2) dinamakan juga sebagai likuiditas perekonomian. Dalam penelitian ini jumlah uang beredar diukur dengan M2. M2 adalah uang beredar meliputi mata uang dalam peredaran, uang giral dan uang kuasi. 2. Variabel Dependen a. Harga Saham Menurut Payamta (2000:159) harga saham merupakan penerimaan besarnya pengorbanan yang harus dilakukan oleh setiap investor untuk penyertaan dalam perusahaan. Harga ini dipasar sekunder akan bergerak sesuai dengan kekuatan permintaan dan penawaran yang terjadi atas saham. Tinggi rendahnya harga saham lebih banyak dipengaruhi oleh pertimbangan pembeli dan penjual tentang kondisi internal dan eksternal perusahaan. Harga saham dalam penelitian ini adalah harga saham penutupan (closing price) setiap perusahaan yang dapat diketahui secara harian. Harga saham dalam penelitian ini ditentukan dari harga saham penutupan pada akhir Desember (Utari, 2006:60). BAB IV PENEMUAN DAN PEMBAHASAN A. Sejarah Gambaran Umum Objek Penelitian 1. PT Bhuwanatala Indah Permai Tbk (BIP) PT Bhuwanatala Indah Permai Tbk didirikan pada tanggal 21 Desember 1981 dengan nama sebelumnya adalah PT Bandung Indah Plaza. Pada tahun 1990 perseroan melakukan pemindahan nama menjadi PT Bhuwanatala Indah Permai Tbk. Perseroan ini berlokasi di Gedung Graha BIP Jl. Gatot Subroto Kav. 23, Jakarta. Bidang Usaha perseroan ini adalah pembangunan dan pengelolaan properti komersial, pusat perbelanjaan, hotel, perkantoran real estat serta pelayaran kapal wisata. Diketahui bahwa unit usaha perusahaan ini adalah perkantoran/office bulding (Graha BIP) dengan karyawan berjumlah 92 orang. PT Bhuwanatala Indah Permai Tbk didirikan dengan modal dasar (Authorized Capital) yang berjumlah Rp 1.000.000.000.000, dan modal disetor (paid up capital) yang berjumlah Rp 819.109.129.500 dengan harga nominal saham (Share par Value) yaitu Rp. 500, per saham/share. Perseroan ini mempunyai Biro Administrasi Efek yaitu pada PT Adimitra Transferindo dimana bursa pencatatan saham berada di Bursa Efek Indonesia. 2. PT Sentul City Tbk (BKSL) Perseroan didirikan dengan nama PT. Sentragriya Kharisma pada tanggal 16 April 1993. Pada tanggal 9 Agustus 1993, Perseroan melakukan perubahan nama dari PT. Sentragriya Kharisma menjadi PT. Royal Sentul Highlands. Tanggal 7 Mei 1997 nama perseroan berubah menjadi PT. Royal Sentul Highlands Tbk yang telah mendapat persetujuan dari Menteri Kehakiman. Perseroan melakukan Penawaran Saham Perdana (IPO) kepada masyarakat atas 400.000.000 saham seri A dengan harga penawaran Rp. 500/saham, sehingga mendapatkan hasil IPO yaitu berjumlah Rp. 200.000.000.000. saham tersebut dicatatkan di Bursa Efek Jakarta (BEJ) dan Bursa Efek Surabaya (BES) pada tanggal 1997. Pada tanggal 11 Desember 1997 nama Perseroan diubah menjadi PT. Bukit Sentul Tbk. Perseroan kemudian melakukan perubahan nama sekali lagi menjadi PT. Sentul Tbk. Perseroan ini berlokasi di Gedung Menara Sudirman, Lantai 25, Jl. Jendral Sudirman Kav. 60, Jakarta dan Kantor Operasional berada di Graha Utama, Jl. MH. Thamrin, Sentul City, Bogor. Kegiatan bisnis perseroan ini adalah pengembangan perkotaan (Urban Development), yang meliputi aktivitas pembangunan infrastruktur dengan segala fasilitasnya, menyediakan lahan siap bangun untuk investor, pengembangan kawasan pemukiman, pembangunan gedung-gedung komersial dan non komersial, menyelenggarakan jasa yang berkaitan untuk menunjang pembangunan kota. 3. PT Duta Anggada Reality Tbk (DART) PT Duta Anggada Reality Tbk didirikan pada tahun 1983. Perseroan beralamat di Plaza Chase Lt. 21, Jl. Jendral Sudirman Kav. 21, Jakarta 12910. Perseroan memulai karyanya dengan membangun sebuah kompleks hunian, dengan sasaran segmen pasar para ekspatriat di kota jakarta. Perseroan kemudian mengembangkan usahanya dengan membangun beberapa gedung perkantoran dan pusat perbelanjaan utama untuk memenuhi kebutuhan akan gedung perkantoran dan pusat perbelanjaan yang terus meningkat. Selain berkecimpung di bidang investment property, yaitu untuk property disewakan, perseroan juga telah memperluas kegiatan usahanya hingga mencakup bidang development property, yaitu pengembangan properti untuk dijual. Saat ini, selain memiliki tanah dalam pengembangan, portofolio perseroan mencakup berbagai bidang prestisius untuk investasi dan dijual, baik yang telah selesai dibangun maupun yang sedang dalam pembangunan, yakni di sektor perkantoran, pemukiman dan pusat perbelanjaan. 4. Duta Pertiwi Tbk (DUTI) PT Duta Pertiwi memulai usaha sebagai developer sejak pertengahan tahun 1980. Kegiatan utama perseroan sampai saat ini terutama pengembangan proyek untuk disewakan. Fokus saat ini sejalan dengan keinginan pasar dimana status kepemilikan lebih disukai. Segmen pasar yang dituju PT Duta Pertiwi Tbk adalah tempat usaha untuk bisnis skala kecil dan menengah serta perumahan untuk golongan pendapatan menengah. Mayoritas proyek dikembangkan oleh PT Duta Pertiwi Tbk dan anak perusahaan maupun perusahaan asosiasi terletak pada kawasan dengan tingkat pertumbuhan yang sangat pesat disertai dengan tingkat permintaan yang tinggi. PT Duta Pertiwi Tbk yang telah tercatat sebagai perusahaan publik sejak November 1994 pada Bursa Efek Surabaya, selama ini dikenal sebagai Pengembang Inovatif dengan karya-karyanya yang kreatif. Dimulai dari tahun 1989, PT Duta Pertiwi Tbk menjadi pelopor dalam penjualan kios dengan kepemilikan strata title sekaligus pelopor dalam pengembangan superblok, yaitu proyek yang menggabungkan pusat perbelanjaan, perkantoran, ruko dan hotel dalam satu kawasan. Kemudian pada tahun 1996, PT Duta Pertiwi Tbk meluncurkan karya kreatif yaitu Kota Wisata yang merupakan proyek perumahan dengan tema dan konsep unik yang belum pernah ada sebelumnya. Sampai saat ini PT Duta Pertiwi Tbk telah mengembangkan sembilan proyek superblok dan komersial yang tersebar di Jakarta, Depok dan Surabaya, tujuh proyek perumahan yang berokasi di Jakarta, Tanggerang, Cibubur dan Bekasi, dua hotel di Jakarta dan Balikpapan serta satu gedung perkantoran di kawasan bisnis prestius Jakarta. 5. Bakrieland Development (ELTY) Pada awalnya, perusahaan didirikan dengan nama PT Purilestari Indah Pratama pada Juni 1990, berganti nama menjadi PT Elang Realty pada Desember 1994 dan pada tahun 1997 menjadi PT Bakrieland Development Tbk. PT Bakrieland Development Tbk adalah sebuah perusahaan pengembang kawasan terpadu yang bergerak dalam pembangunan properti dan proyek-proyek terkait properti di Indonesia. Dengan kapitalisi pasar mencapai Rp 1,43 triliun di Bursa Efek Indonesia per 31 Desember 2008, Bakrieland merupakan salah satu perusahaan dengan kapitalisasi pasar tertinggi untuk sektor industri properti. Sebagai pengembang superblok pertama dan terbesar di kawasan bisnis utama Jakarta, yaitu Rasuna Epicentrum Kuningan, Bakrieland juga telah berhasil mengembangkan berbagai proyek properti perkotaan, kawasan perumahan, hotel dan resor berkelas dunia di beberapa lokasi strategis dan bergengsi di Indonesia, serta proyek infrastruktur dan bidang usaha terkait properti lainnya. Semua proyek yang dikembangkan oleh Bakrieland mengedepankan karakteristik yang ramah lingkungan. 6. Fortune Indonesia (FORU) Sebagai perusahaan terbuka pertama dan satu-satunya yang bergerak di bidang periklanan di Indonesia, PT Fortune Indonesia Tbk dikenal dengan nama Fortune Indonesia dan kini diakui sebagai salah satu perusahaan komunikasi pemasaran ternama dan terkemuka di tanah air, adalah sebuah galaksi komunikasi. Bersama keempat anak perusahaannya sebagai satelitnya. Fortune Indonesia Tbk memulai perjalan hidupnya sebagai sebuah perusahaan jasa periklanan menyeluruh pada tahun 1970, cikal bakal perusahaan ini kemudian berkembang dengan ditambahkannya layanan desain dan pameran pada tahun 1982, diikuti dengan layanan public relations serta layanan pemasaran sosial tahun 1986 dalam prosesnya menjadi konsultan komunikasi pemasaran terpadu dan memperoleh gelar galaksi komunikasi. Fortune Indonesia Tbk selain juga menyediakan layanan promosi, event management, penyelenggaraan pameran, serta perjalanan bagi para kliennya. Beberapa klien korporat PT Fortune Indonesia adalah pemimpin pasar seperti Sampoerna, Bank Mandiri, Indofood, Nestle, Unilever, Garuda Indonesia, Honda, dan Djarum. Sementara klien lembaga pemerintahan dan lembaga lainnya antara lain BKKBN, Departemen Sosial, Peringatan Seratus Tahun Bung Hatta, Komisi Pemilihan Umum, UNDP, UNICEF, dan USAID. 7. Gowa Makasar Tourism Development (GMTD) PT Gowa Makasar Development (GMTD) PT Gowa Makassar Tourism Development Tbk (Perusahaan) didirikan pada 14 Mei 1991. PT Gowa Makassar Tourism Development Tbk (Perseroan) adalah bergerak di bidang investasi dan pengembangan kota mandiri (township development). PT Dowa Makasar Tourism Development Tbk beralamat di Jl. Metro Tanjung Bunga Kav. 3-5 Tanjung Bunga Makasar, Sulawesi Selatan. Perusahaan ini sudah terlisting di bursa Efek Indonesia Sejak 11 Desember 2000, dengan penawaran saham perdana Rp. 575. Saat ini, kegiatan usaha Perseroan adalah pengembangan kota mandiri Tanjung Bunga, berlokasi di Makassar, Sulawesi Selatan, yang pembangunan fisiknya telah dimulai sejak tahun 1997. Pendapatan Perseroan diperoleh terutama dari penjualan rumah dan kavling hunian, penjualan lahan siap bangun untuk komersial, dan pendapatan dari fasilitas komersial dan rekreasi yang dibangun. Sedangkan biaya-biaya Perseroan terutama adalah biaya konstruksi, pemasaran dan promosi, serta beban umum dan administrasi termasuk biaya tenaga kerja (BTK). 8. PT Jaya Real Properti (JRPT) PT Jaya Real Properti Tbk merupakan salah satu perusahaan pengembang real estat terkemuka di Indonesia dengan portofolio di Jakarta Selatan, Barat dan Pusat. Didirikan tahun 1979, perusahaan memfokuskan usahanya pada pembangunan dan pengembangan kawasan pemukiman terpadu untuk memenuhi kebutuhan masyarakat dari berbagai tingkatan. Bintaro Jaya, proyek unggulan di Jakarta Selatan, adalah kota satelit yang dibangun di atas lahan seluas 2.000 hektar dengan beragam pilihan rumah yang dilengkapi dengan sejumlah fasilitas terbaik diantaranya; sekolah unggulan, pelayanan kesehatan, pusat perbelanjaan, tempat usaha, rekreasi serta jaringan transportasi yang terintegrasi. Perusahaan ini terdaftar di Bursa Efek Indonesia (dulu adalah Bursa Efek Jakarta) sejak tahun 1994, PT Jaya Real Properti Tbk berkomitmen untuk selalu menjaga pertumbuhan usaha dan meningkatkan kepercayaan para pemegang saham, pelanggan, lingkungan dan masyarakat dengan menjadi mitra usaha yang bertanggung jawab. Pengalaman dan reputasi Perusahaan didukung oleh kemampuan perusahaan untuk menciptakan dan mengembangkan hunian serta lingkungan yang sesuai dengan kebutuhan pelanggan yang diikuti dengan kondisi keuangan yang sehat serta Visi-Misi sebagai fundamental Perusahaan. 9. PT Kawasan Industri Jababeka Tbk (KIJA) PT Kawasan Industri Jababeka Tbk berdiri sejak tahun 1989. Perusahaan ini bergerak di bidang Properti dan Real Esate yang berkantor pusat di Wisma Jababeka, Jl. Cikarang Baru Raya, kota Cikarang. Perusahaan sudah terdaftar di Bursa Efek Indonesia sejak 10 Januari 1995, dengan menawarkan saham perdana Rp. 4.950. PT Jababeka Tbk. Terus membangun Kota Jababeka sebagai kota mandiri seluas 5.600 hektar, yang dahulu berawal dari tanah kosong yang tidak produktif, kemudian digali dan dimanfaatkan untuk produksi atap rumah dan batu bata yang cenderung membahayakan lingkungan sekitar. Sebagai rumah bagi tenant multinasional, dengan infrastruktur yang lengkap dan modern, berbagai macam pilihan unit rumah tinggal, fasilitas pendidikan dan kawasan komersil dan beberapa fasilitas bisnis dan hiburan, Kota Jababeka telah menjadi pelopor dalam pembangunan property skala besar dan berkomitmen untuk memberi kualitas pelayanan yang terbaik. Komitmen inilah yang menyebabkan pembangunan Kota Jababeka sebagai pemenang dari persaingan global yang kian kompetitif sekaligus memberi pilihan pasti sebagai tempat yang menguntungkan untuk usaha dan kenyamanan hidup. 10. PT Lamicitra Nusantara Tbk (LAMI) Perseroan didirikan pada tanggal 29 Januari 1988, bergerak dalam bidang usaha pengembangan dan pembangunan properti. Pengembangan dan pengelolaan kawasan berikat dan penyertaan modal pada anak perusahaan yang bergerak dalam bidang depo pemukiman peti kemas, pengembangan dan pembangunan properti dan perhotelan. Perseroan berkedudukan di Surabaya dan berkantor pusat di Jembatan Merah Plaza lt. 5, Jl Taman Jayengrono 2-4, Surabaya. Kegiatan-kegiatan yang dilakukan perseroan yaitu meliputi pembangunan Tanjung Emas Export Processing Zone di Semarang, pembangunan Jembatan Merah Plaza 1 dan 2 di Surabaya, pembangungan Ruko Jembatan Merah di Surabaya, pembangunan Depo Peti Kemas di Semarang, pembangunan Darmo Hill Real Estat di Surabaya, pembangunan Tunjungan Electronic Centre di Surabaya, pembangunan Pusat Grosir Surabaya di Surabaya dan pembangunan Surabaya Design Center di Surabaya. 11. PT Lippo Cikarang (LPCK) Pada tahun 1987 perseroan didirikan dengan nama PT Desa Dekalb di Jakarta, dengan bidang usaha perdagangan serta mendirikan dan menjalankan usaha dalam bidang industri, percetakan, pertambangan, perkebunan, pertanian, perikanan, peternakan, pengangkutan, pergudangan. Pada tahun 1988 nama perseroan diganti menjadi PT Gunungcermai Inti. Tahun 1992 nama perseroan diubah menjadi PT Lippo City Development, berkedudukan di Bekasi. Pada tahun 1995 sekali lagi perseroan mengalami perubahan nama kembali menjadi PT Lippo Cikarang Pada tahun 1997 perusahaan mengubah status perseroan tertutup menjadi terbuka atau PT Lippo Cikarang Tbk dengan bidang usaha perusahaan real estate, industrial estate, urban development. 12. PT Lipo Karawaci (LPKR) PT Lippo Karawaci Tbk (Lippo Karawaci) didirikan pada tanggal 15 Oktober 1990 bergerak di bidang pengembangan kawasan kota mandiri yang terencana, dengan ekosistem, infrastruktur fisik dan sosial berkualitas tinggi. Lebih dari delapan belas tahun, perseroan telah terbukti sebagai pengembang properti dengan reputasi yang terpercaya dan luasan lahan yang besar, serta menjadi pelopor dalam pengembangan berbagai proyek di lokasi-lokasi strategis di seluruh Indonesia. Melalui penggabungan usaha 8 perusahaan properti terkait di tahun 2004, perseroan telah memperluas portofolio usahanya mencakup pengembangan kawasan kota mandiri, pembangunan terpadu berskala besar, mal ritel, rumah sakit, hotel dan sarana rekreasi, serta manajemen properti dan portofolio. Lippo Karawaci saat ini merupakan salah satu perusahaan properti publik terbesar yang menguasai lebih dari tiga puluh persen kapitalisasi pasar di sektor properti, dengan model bisnis terfokus, unik dan terpadu, memiliki kelompok rumah sakit swasta kelas atas satu-satunya yang meraih standar internasional, serta sebagai pemimpin di jaringan mal ritel. 13. PT Modernland Realty Tbk (MDLN) Keberadaan PT Modernland Realty Tbk telah berdiri sejak tahun 1983 dengan menempatkan perseroan sebagai pengembang yang cukup terkenal di bidang pembebasan dan pematangan tanah, pembangunan rumah dan apartemen, serta pengembangan suatu kawasan hunian. Selama lebih dari 25 tahun, perseroan berhasil mencapai prestasi yang mengembirakan, hal ini terlihat dari berbagai kompleks perumahan yang sudah dikembangkan. Kawasan perumahan tersebut dibangun dan dilengkapi dengan berbagai sarana dan prasarana seperti sarana olahraga dan rekreasi, rumah sakit, sekolah serta pusat perbelanjaan dan daerah komersial. Perusahaan telah membangun beberapa kawasan di daerah Jakarta dan Tanggerang. Salah satu contoh kerjasama perusahaan dengan perusahaan lainnya adalah perusahaan melakukan kerjasama operasi dengan perusahaan Les Nouveaux Contructeur Premier Indonesia, sebuah perusahaan pengembang dari Perancis dalam mengembangkan suatu cluster di Kota Modern. Kedua belah pihak telah menandatangani suatu kerja sama operasi untuk mengembangkan dua buah cluster yang dinamai Premier Park dan Premier Golf. 14. PT Indonesia Prima Property Tbk (OMRE) PT Indonesia Prima Property, Tbk didirikan pada tanggal 23 April 1983 dengan nama PT Triyasa Tamihan. Bidang usaha perusahaan adalah pengembangan dan pengelolaan properti. Perusahaan berdomisili di Jakarta dan berkantor di Wisma Sudirman lantai 11, Jalan Jenderal Sudirman kavling 34, Jakarta Pusat 10220. Pada bulan Juni 1994 perusahaan melakukan penawaran umum atas 35 juta saham kepada masyarakat, dan pada bulan Agustus 1994 Perusahaan untuk pertama kali tercatat di Bursa Efek Jakarta dengan jumlah saham tercatat sebanyak 135 juta saham. Pada bulan Nopember 1996 perusahaan melakukan Right Issue I atas 360 juta saham, yang dicatatkan di Bursa Efek Jakarta di bulan Desember 1996, sehingga jumlah saham yang tercatat di Bursa Efek Jakarta adalah 495 juta saham. Selanjutnya perusahaan melakukan Right Issue II tanpa HMETD pada bulan Juni 2003 sebanyak 1.250 juta saham, dan pada bulan Juli 2003 tercatat di Bursa Efek Jakarta dengan total saham tercatat sebanyak 1.745 juta saham. Dari modal dasar perusahaan sebesar Rp 1,9 trilyun, modal yang ditempatkan dan disetor adalah Rp 745 milyar, yang terdiri dari 495 juta saham seri A dengan nilai nominal Rp 1.000 per saham dan 1.250 juta saham seri B dengan nilai nominal Rp 200 per saham. Kegiatan utama perusahaan dan Anak perusahaan adalah di bidang pengembangan, pembangunan dan pengelolaan properti, yang terdiri dari Apartemen, Gedung Perkantoran, Hotel, Perumahan. Portfolio perusahaan terdiri Pusat Perbelanjaan dan dari Apartemen “Puri Casablanca”, gedung perkantoran “Wisma Sudirman”, “Grand Tropic Suites’ Hotel”, “Novotel Surabaya Hotel & Suites”, pusat perbelanjaan “Mal Blok M” dan “Plaza Parahyangan” serta perumahan “Bukit Tiara”. 15. PT Pakuwon Jati Tbk (PWON) Pakuwon Jati Tbk berdiri pada tanggal 11 Januari 1901. Pakuwon Jati Tbk merupakan publik yang bergerak dalam bidang real dan bermarkas di Surabaya, Indonesia. Pakuwon Jati Tbk berada di Mandiri Tower 15th Floor, Jl. Basuki. Perusahaan ini sudah terdaftar di Jakarta dan Surabaya Stock pada tanggal 9 Oktober 1989 dengan mengeluarkan modal dasar sebesar Rp 1.250.000.000.000. Pakuwon Jati adalah salah satu pengembang properti terkemuka di Indonesia. Perusahaan memiliki dan mengelola penggunaan campuran terbesar pembangunan di Indonesia; suatu integrasi dari ritel, kantor, hunian bertingkat tinggi kondominium dan hotel dalam satu pembangunan. 16. PT Panca Wiratma Sakti (PWSI) Nama perseroan adalah PT. Panca Wiratama Sakti Tbk, yang beralamat di Ciputat Indah Permai Blok B 6, Jl. Ir. H. Juanda No. 50 Ciputat Tangerang 15419. Pada tanggal 7 Juli 1987 perseroan resmi didirikan serta sebelumnya nama Perseroan adalah PT Panca Jasa Wira Sakti. Perseroan mengubah namanya menjadi PT Panca Wiratama Sakti pada tanggal 12 Mei 1987. Pada tanggal 10 Februari 1994 Ketua Bapepam mengeluarkan surat No. S-236/PM/1994 mengenai efektifnya Pernyataan Pendaftaran dan berdasarkan surat PT Bursa Efek Jakarta No. S-34 /BEJ.I.1/III/1994 tanggal 3 Maret 1994 dan PT. Bursa Efek Surabaya No. 24/EMT/LIST/BES/III/94 tanggal 2 Maret 1994 maka Saham Perseroan dicatatkan di Bursa Efek Jakarta dan Bursa Efek Surabaya, sehingga status Perseroan berubah dari Perseroan Tertutup menjadi Perseroan Terbuka, dimana 10.500.000 lembar saham Perseroan (nominal Rp. 1.000 per saham), telah disetujui untuk didaftarkan dan ditawarkan kepada masyarakat umum. Perseroan bergerak dalam bidang pembangunan dan perdagangan. Dalam bidang pembangunan, perseroan dapat melaksanakan kegiatan antara lain: pemborongan (general contractor), pembangunan konstruksi bangunan, pengembangan wilayah pemukiman, pembangunan lapangan golf, dan pembangunan sarana prasarana jaringan telekomunikasi. Dalam bidang perdagangan, perseroan dapat melaksanakan kegiatan antara lain: menjalankan usaha di bidang perdagangan, eksport dan import, supplier, dan distributor. Saat ini, kegiatan perseroan adalah mengembangkan daerah perumahan (real estate) yang mencakup pematangan tanah dan penjualan rumah tinggal, dan bangunan-bangunan lain di kawasan Tigaraksa Tangerang. Lokasi Kota Tigaraksa ini terletak sekitar 40 km arah barat dari Jakarta Pusat dan sekitar 28 km arah barat daya dari Bandara Udara Internasional Soekarno Hatta. 17. PT Surya Indah Permata Tbk (SIIP) Pada tahun 1990 perseroan didirikan dengan nama PT Surya Indah Permata yang bergerak dalam bidang perhotelan dan kondominium, dengan modal awal sebesar Rp 14.000.000.000. Perusahaan memulai usaha dengan menguasai lahan seluas 30 ha yang terletak di Jl. Raya Juanda, Sidoarjo. Pada tahun 1991 nama perusahaan telah diubah menjadi PT Suryainti Permata. Sejalan dengan semakin tumbuhnya bisnis perusahaan. Pada tahun 1997 PT Suryainti Permata telah meningkatkan struktur modalnya menjadi sebesar Rp 250.000.000.000 dengan pemegang saham utama sejumlah 79% dimiliki oleh PT Permata Sumber Investindo. Pada tahun yang sama, dalam rangka lebih memperkuat struktur permodalannya, manajemen telah meningkatkan struktur permodalan melalui Penawaran Umum Saham pada Masyarakat (Go Publik) dengan menerbitkan saham sejumlah 100.000.000 lembar saham dengan nilai nominal seluruhnya adalah Rp 50.000.000.000. Sejak penawaran umum saham tersebut, maka seluruh saham perusahaan atau sejumlah 600.000.000 lembar saham telah dicatat dan diperdagangkan pada Bursa Efek Jakarta. PT Surya Inti Permata memiliki anak perusahaan yaitu PT Benteng Tunggal didirikan pada tahun 1984 yang bergerak dibidang usaha sebagai pengembang property dan real estat, beserta sarana dan prasarananya. Perusahaan memiliki pengalaman yang luas dibidang pengelolaan pembangunan Industrial estat, bangunan town house, dan perumahan. 18. PT Suryamas Duta Makmur Tbk (SMDM) Perusahaan Suryamas Duta Makmur Tbk didirikan pada bulan September 1989 yang berdomisili di Jalan Graha Yasa No. SH-01, Rancamaya Golf Estate, Ciawi – Bogor; dan kantor pusat Perusahaan beralamat di Sudirman Plaza Business Complex, Plaza Marein Lantai 16, Jalan Jenderal Sudirman Kav. 76 – 78, Jakarta. Perusahaan memfokuskan pada pengembangan proyek perumahan jangka panjang agar memberikan arus pendapatan yang berkesinambungan. Strategi ini tercermin dari portofolio proyek Perusahaan yang berada di tiga lokasi yang strategis. 19. PT Summarecon Tbk (SMRA) Summarecon didirikan pada tahun 1975 oleh keluarga Nagaria dan asosiasinya. Hingga saat ini, Summarecon telah berkembang menjadi salah satu perusahaan properti terkemuka di Indonesia. Summarecon telah berhasil mengembangkan kawasan Summarecon Kelapa Gading dari sebuah lahan kurang produktif hingga menjadi kawasan pemukiman dan komersial terpadu dengan salah satu perputaran bisnis tercepat, lengkap dengan infrastruktur dan fasilitas pendukung termasuk pusat perbelanjaan, pusat makanan, pusat gaya hidup, klub keluarga, sekolah dan rumah sakit. Bisnis Summarecon dikelompokkan menjadi tiga unit bisnis: a. Pengembangan Properti b. Investasi dan Manajemen Properti c. Rekreasi dan Hospitality B. Penemuan dan Pembahasan 1. Statistik Deskriptif Berdasarkan kriteria pengambilan sampel, didapatkan sampel data sebanyak 19 emiten. Penelitian ini menggunakan pooling-data disaat pengujian, seiring dengan data dikumpulkan. Sehingga, diperoleh total sebanyak 76 pengamatan. Tabel 4.1 Statistik Deskriptif Descriptive Statistics N Harga Saham Minimum Maximum Mean Std. Deviation 76 45 1890 373.33 394.144 76 48.48 87.87 71.6079 10.43711 Laba Akuntansi 76 409 1218813 185985.16 257308.252 SBI 76 .0800 .1275 .103325 .0173421 Uang Beredar 76 1203215 1833851 1515585.75 242943.513 Valid N (listwise) 76 Pengungkapan Laporan Keuangan Sumber: Data diolah (output SPSS.16) Berdasarkan tabel Statistik Deskriptif dapat diketahui seberapa besar kuantitas nilai minimum, maksimum, mean dan standar deviation, dengan penjelasan sebagai berikut: 1) Minimum, untuk Harga Saham sebesar Rp 45 merupakan harga saham minimum yang didapat dari PT. Bhuwanatala Indah Permai Tbk pada tahun 2006, Pengungkapan Laporan Keuangan sebesar 48,48 merupakan pengungkapan paling terendah yang didapat dari PT Gowa Makasar Tourism Development Tbk pada tahun 2005, Laba akuntansi terendah sebesar Rp 409.000.000 diperoleh dari PT Panca Wiratma Sakti Tbk pada tahun 2006, SBI terendah sebesar 8 % diperoleh pada tahun 2007 serta Uang Beredar minimum sebesar Rp 1.203.215.000.000 diperoleh pada tahun 2005. 2) Maksimum, Harga saham nilai maksimum Rp 1.890 diperoleh dari PT Jaya Real Property Tbk pada tahun 2005, Pengungkapan Laporan Keuangan 87,87 diperoleh dari PT Bakrieland Development Tbk tahun 2008, Laba akuntansi Rp 1.218.813.000.000 diperoleh dari PT Lippo Karawaci Tbk pada tahun2008, SBI maksimum sebesar 12,75 % terjadi pada tahun 2005 serta, Uang beredar mempunyai nilai maksimum sebesar Rp 1.833.851.000.000 terjadi pada tahun 2008. 3) Mean, pada Harga Saham sebesar Rp 373,33, Pengungkapan Laporan Keuangan sebesar 71,6079, Laba Akuntansi sebesar Rp 185.985.160.000 SBI sebesar 0,103325 dan, Uang beredar sebesar Rp 1.515.585.750.000. 4) Standar Deviation, pada Harga saham adalah sebesar Rp 394,144, Pengungkapan Laporan Keuangan sebesar 10,43711, Laba Akuntansi sebesar Rp 257.308.252.000 SBI sebesar 0.0173421 dan, Uang Beredar sebesar Rp 242.943.513.000. 2. Uji Normalitas Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi, variabel residual berdistribusi secara normal dalam Ghozali (2005:110). Terdapat beberapa cara untuk mengetahui bagaimana residual telah terdistribusi normal atau tidak yaitu dengan cara melakukan analisis grafik dan uji statistik. Bila dilakukan melalui analisis grafik untuk melihat apakah residual telah terdistribusi secara normal atau tidak yaitu dengan cara melihat penyebaran titik-titik mengikuti pada arah garis diagonal maka dikatakan data tersebut telah memenuhi asumsi normalitas serta sebaliknya jika data tersebut tidak mengukuti arah garis diagonal, maka data tersebut tidak memenuhi asumsi normalitas. Gambar 4.1 Hasil Uji Normalitas Sebelum Outlier Sumber: Data diolah (output SPSS.16) Dari gambar diatas, menunjukkan bahwa titik-titik pada gambar regresi tersebut kurang menyebar disekitar garis diagonal dan kurang mengikuti arah garis diagonal. Maka dapat dikatakan bahwa data tersebut tidak memenuhi asumsi normalitas. Untuk mengatasi permasalahan normalitas maka dilakukan outlier terhadap pengamatan yang memiliki nilai residual yang tidak terdistribusi secara normal, sehingga total pengamatan kini menjadi 66. Gambar 4.2 Hasil Uji Normalitas Setelah Outlier Sumber: Data diolah (output SPSS.16) Dari gambar 4.2 dapat dilihat bahwa pada model regresi diatas titik-titik telah menyebar dan mengikuti arah disekitar garis diagonal. Maka dalam hal ini dapat disimpulkan model regresi telah memenuhi asumsi normalitas. 3. Uji Asumsi Klasik a. Multikolinearitas Dalam Ghozali (2005:91) dikatakan bahwa Uji Multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah model regresi menemukan adanya korelasi antar variabel bebas. Untuk mengetahui apakah terdapat gejala multikolinearitas pada suatu model regresi dapat dilakukan dengan melihat nilai (1) tolerance (2) variance inflation factor (VIF). Apabila dalam suatu model regresi mempunyai nilai tolerance > 0.10 dan nilai VIF > 10, maka model regresi tersebut dikatakan terkena gejala multikolinearitas. Tabel 4.2 Hasil Uji Multikolinearitas sebelum Outlier a Coefficients Model 1 Unstandardized Standardized Coefficients Coefficients t Sig. 2.873 .005 -.119 -1.208 .000 .550 -4957.779 2.505E3 .000 .000 B Std. Error 1480.331 515.272 -4.490 3.717 Laba Akuntansi .001 SBI Uang Beredar (Constant) Pengungkapan Laporan Keuangan Collinearity Statistics Beta Tolerance VIF .231 .948 1.055 5.733 .000 .996 1.004 -.218 -1.979 .052 .756 1.322 -.175 -1.567 .122 .737 1.357 a. Dependent Variable: Harga Saham Sumber: Data diolah (output SPSS.16) Berdasarkan tabel 4.2 , dapat dilihat bahwa nilai tolerance berada di atas 0.05 dan nilai VIF < 10. Maka dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat gejala Multikolinearitas. Tabel 4.3 Hasil Uji Multikolinearitas setelah Outlier a Coefficients Model Unstandardized Standardized Collinearity Coefficients Coefficients Statistics B 1 (Constant) Pengungkapan Laporan Keuangan 645.827 267.956 1.382 1.909 .001 t Beta Sig. Tolerance VIF 2.410 .019 .058 .724 .472 .911 1.098 .000 .758 9.618 .000 .943 1.060 -4.493E3 1289.324 -.307 -3.485 .001 .755 1.324 .000 .000 -.107 -1.204 .233 .741 1.349 Laba Akuntansi SBI Std. Error Uang Beredar a. Dependent Variable: Harga Saham Sumber: Data diolah (output SPSS.16) Dari gambar tabel 4.3 dapat ditunjukkan bahwa masing-masing variabel memiliki angka tolerance diatas 0,10 dan nilai VIF dibawah 10. Hal ini mengindikasikan bahwa variabel bebas pada model regresi ini tidak terjadi masalah multikolonearitas. b. Heteroskedastisitas Uji heteroskedastisitas bertujuan menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan lainnya. Jika variance dari pengamatan ke pengamatan lainnya tetap, maka disebut homoskedastisitas dan jika berbeda maka terjadi heteroskedastisitas. Model regresi yang baik adalah model regresi yang terjadi homoskedastisitas. Deteksi ada tidaknya heteroskedastisitas dapat dilakukan dengan melihat ada tidaknya pola tertentu pada grafik scatterplot yaitu jika titiktitik membentuk pola bergelombang kemudian menyempit, maka mengindikasikan telah terjadi heteroskedastisitas. Sedangkan, jika tidak terdapat pola yang jelas, serta titik-titik menyebar di atas dan di bawah angka 0 pada sumbu Y, maka tidak terjadi heteroskedastisitas. Gambar 4.3 Hasil Uji Heteroskedastisitas Sebelum Outlier Sumber: Data diolah (output SPSS.16) Pada gambar 4.3 diatas Scatterplot menunjukkan bahwa dimana pola titiktiitik pada gambar tersebut masih menyempit serta titik-titik masih ada yang tumpang tindih. Maka dapat disimpulkan bahwa gambar Grafik Plot diatas model regresi masih terdapat masalah Heteroskedastisitas. Gambar 4.4 Hasil Uji Heteroskedastisitas Setelah Outlier Sumber: Data diolah (output SPSS.16) Hasil tampilan Scatterplot gambar 4.4 setelah Outlier menunjukkan bahwa pola titik-tiitik pada gambar tersebut sudah menyebar di atas dan dibawah angka 0 pada sumbu Y. Maka dapat disimpulkan bahwa gambar Grafik Plot diatas model regresi tidak terdapat masalah Heteroskedastisitas. c. Autokorelasi Uji Autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi linear terdapat korelasi antara residual pada periode t dengan residual t-1 (sebelumnya). Jika terdapat korelasi, maka dikatakan dalam model regresi terdapat masalah autokorelasi. Untuk mendeteksi Autokorelasi dalam penelitian ini menggunakan metode Run Test. Dimana Run Test adalah sebagai bagian dari statistik non-parametrik yang dapat pula digunakan untuk menguji apakah residual terdapat korelasi tinggi. Jika antar residual tidak terdapat hubungan korelasi maka dikatakan bahwa residual adalah acak atau random. Run Test digunakan untuk melihat apakah data residual terjadi secara random atau tidak (sitematis). Model regresi dikatakan tidak terkena masalah autokorelasi jika signifikansi > 0.05. Tabel 4.4 Hasil Uji Autokorelasi (Run Test) Sebelum Outlier Runs Test Unstandardized Residual a Test Value -53.16347 Cases < Test Value 38 Cases >= Test Value 38 Total Cases 76 Number of Runs 27 Z -2.772 Asymp. Sig. (2-tailed) .006 a. Median Sumber: Data diolah (output SPSS.16) Berdasarkan pada tabel diatas, model regresi mempunyai signifikansi yang menunjukkan angka kurang dari 0.05. Maka dapat disimpulkan bahwa, model regresi terkena masalah Autokorelasi. Tabel 4.5 Hasil Uji Autokorelasi (Run Test) Setelah Outlier Runs Test Unstandardized Residual Test Value a -7.32664 Cases < Test Value 33 Cases >= Test Value 33 Total Cases 66 Number of Runs 31 Z -.744 Asymp. Sig. (2-tailed) .457 a. Median Sumber: Data diolah (output SPSS.16) Pada gambar 4.5 menunjukkan bahwa, model regresi mempunyai signifikansi yang menunjukkan angka 0.457 angka tersebut lebih dari 0.05. Maka dapat disimpulkan bahwa, model regresi tidak terkena masalah Autokorelasi. 4. Uji Hipotesis a. Koefisien Determinasi (Adjusted R2) Uji koefisien determinasi bertujuan untuk menggambarkan seberapa besar perubahan atau variasi dari variabel dependen dapat dijelaskan oleh perubahan atau variasi dari variabel independen. Di dalam penelitian ini untuk uji koefisien determinasi menggunakan nilai Adjusted R Square (Adjusted R2). Karena nilai dari Adjusted R Square (Adjusted R2) adalah merupakan nilai yang sudah disesuaikan dengan jumlah variabel yang digunakan dalam penelitian (Ghozali, 2005:83). Apabila telah mengetahui nilai koefisien determinasi maka kita dapat menjelaskan kebaikan dari model regresi dalam memprediksi variabel independen. Koefisien determinasi atau adjusted R2 dapat dilihat dari tabel berikut: Tabel 4.6 Koefisien Determinasi (Adjusted R2) Model Summaryb Mod el 1 R .801 R Square a Adjusted R Std. Error of the Square Estimate .642 .619 156.807 Durbin-Watson 1.711 a. Predictors: (Constant), Uang Beredar, Laba Akuntansi, Pengungkapan Laporan Keuangan, SBI b. Dependent Variable: Harga Saham Sumber: Data diolah (output SPSS.16) Pada tabel 4.6 terlihat angka koefisien determinasi (Adjusted R Square) sebesar 0.619 atau 61.9%. Hal ini menunjukkan bahwa variabel independen yaitu Pengungkapan Laporan Keuangan, Laba Akuntansi, Suku Bunga SBI dan, Uang Beredar dapat menjelaskan variabel dependen adalah Harga Saham sebesar 61.9% dan sisanya 38.1% dijelaskan oleh variabel-variabel lain diluar penelitian ini. b. Uji Signifikansi Simultan (Uji Statistik F) Uji F pada dasarnya menunjukkan apakah semua variabel independen atau bebas yang dimasukkan dalam model mempunyai pengaruh secara bersama terhadap variabel dependen atau terikat. Probabilitas lebih kecil dari 0,05 maka, hasilnya signifikan. Berarti terdapat pengaruh dari variabel independen secara bersama terhadap variabel dependen (Ghozali, 2005:84). Pengaruh secara simultan antara variabel independen Pengungkapan Laporan Keuangan, Laba Akuntansi, Suku Bunga SBI dan, Uang Beredar terhadap Harga Saham adalah sebagai berikut: Tabel 4.7 Uji Signifikansi Simultan (Uji F) ANOVA Model Sum of Squares df b Mean Square 1 Regression 2693605.882 4 673401.471 Residual 1499898.276 61 24588.496 Total 4193504.158 65 F 27.387 a. Predictors: (Constant), Uang Beredar, Laba Akuntansi, Pengungkapan Laporan Keuangan, SBI b. Dependent Variable: Harga Saham Sumber: Data diolah (output SPSS.16) Sig. a .000 Berdasarkan tabel 4.7 dapat disimpulkan bahwa variabel Pengungkapan Laporan Keuangan, Laba Akuntasi, Suku Bunga SBI dan, Uang Beredar berpengaruh signifikan secara simultan terhadap Harga Saham dengan signifikansi sebesar 0.000 < 0.05, maka dapat dikatakan bahwa Ha diterima. c. Uji Signifikansi Parameter Individual (Uji Statistik t) Uji t pada dasarnya adalah untuk menunjukkan seberapa jauh pengaruh satu variabel independen secara individual dalam menerangkan variasi variabel dependen. Probabilitas lebih kecil dari 0,05 maka hasilnya signifikan berarti terdapat pengaruh dari variabel independen secara individual terhadap variabel dependen (Ghozali, 2005:84). Hasil Uji t (Parsial) menunjukkan bahwa di antara semua variabel independen, hanya variabel Laba Akuntansi dan Suku Bunga SBI yang berpengaruh signifikan terhadap variabel Harga Saham. Sedangkan untuk variabel Pengungkapan Laporan Keuangan dan Uang beredar tidak berpengaruh signifikan terhadap Harga Saham. Pengaruh secara individual variabel independen Pengungkapan Laporan Keuangan, Laba Akuntansi, Suku Bunga SBI dan, Uang Beredar terhadap Harga Saham dapat diketahui sebagai berikut Tabel 4.8 Uji Signifikansi Parameter Individual (Uji Statistik t) a Coefficients Unstandardized Standardized Collinearity Coefficients Coefficients Statistics Toleran Model B Std. Error 1 (Constant) 645.827 267.956 1.382 1.909 Laba Akuntansi .001 SBI Uang Beredar Pengungkapan Laporan Keuangan t Sig. 2.410 .019 .058 .724 .000 .758 -4492.823 1289.324 .000 .000 Beta ce VIF .472 .911 1.098 9.618 .000 .943 1.060 -.307 -3.485 .001 .755 1.324 -.107 -1.204 .233 .741 1.349 a. Dependent Variable: Harga Saham Sumber: Data diolah (output SPSS.16) 1) Pengungkapan Laporan Keuangan Menurut Sovi (2008:3) Pengungkapan pada laporan tahunan maupun laporan keuangan, mencerminkan proksi informasi publik yang dimiliki investor. Perubahan harga saham akibat perubahan laba seharusnya dipengaruhi pula oleh informasi yang dimiliki investor. Dengan landasan tersebut maka, peneliti ingin menguji apakah Pengungkapan Laporan Keuangan berpengaruh secara signifikan terhadap Harga Saham. Dari annual report yang diterbitkan setiap tahun oleh perusahaan yang go public dapat dijadikan oleh peneliti untuk melihat seberapa jauh perusahaan mengungkapkan laporan keuangannya. Dari hasil penelitian ini, variabel Pengungkapan Laporan Keuangan tidak berpengaruh secara signifikan terhadap Harga Saham. Setelah dilakukan uji t untuk mengetahui bagaimana pengaruhnya Pengungkapan Laporan Keuangan terhadap Harga Saham diperoleh hasil signifikansi sebesar 0,472 atau hasil lebih besar dari 0,05. Maka dapat diketahui bahwa variabel Pengungkapan Laporan Keuangan tidak berpengaruh parsial secara signifikan terhadap Harga Saham. Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan hasil penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Edi Kartono (2008) dengan sampel perusahaan Aneka Industri Otomotif dan Komponennya, berjumlah empat perusahaan untuk periode 2003-2006, penelitian tersebut menyimpulkan bahwa, Tingkat Pengungkapan Laporan Keuangan berpengaruh signifikan terhadap Harga Saham setelah dilakukan uji t. Kemungkinan perbedaan hasil penelitian ini disebabkan karena perbedaan sampel dan ukuran perusahaan. 2) Laba Akuntansi Menurut Febrianto dan Widiastuty (2005:167) di dalam setiap penelitian yang meneliti hubungan angka laba dengan harga saham, logika dasar yang dimiliki adalah bahwa pasar bereaksi terhadap laba karena laba memiliki kandungan informasi. Dengan landasan tersebut maka, peneliti ingin menguji apakah Laba Akuntansi berpengaruh secara signifikan terhadap Harga Saham. Dari hasil uji statistik t yang telah dilakukan Laba Akuntansi memiliki Unstandardized Coefficients sebesar 0,001 dan nilai signifikansi sebesar 0.000 atau < 0,05. Maka dapat disimpulkan bahwa, Laba Akuntansi secara parsial berpengaruh negatif terhadap Harga Saham. Setiap kenaikan Laba Akuntansi sebesar Rp 1.000.000 maka akan menaikan Harga Saham Sebesar Rp 0,001. Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Adi Sujarwo (2008) penelitian tersebut menyimpulkan bahwa untuk tahun 2003 Laba Akuntansi berpengaruh signifikan terhadap harga saham ditunjukkan dengan nilai signifikansi sebesar 0,000. Selain itu penelitian ini juga didukung dengan penelitian Atikah, Ahmad Rodoni dan Rahmawati (2004) yang menyatakan bahwa Laba Akuntansi mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap Harga Saham, karena hasil pengujian regresi menunjukkan nilai probabilitas tstatistik 0,047 lebih besar dari (a = 5%). Febrianto dan Widiastuty (2005:167) pasar bereaksi terhadap laba karena laba memiliki kandungan informasi sebagai pengambilan keputusan investasi. Semakin tinggi Laba Akuntansi Perusahaan maka investor berkeyakinan untuk berinvestasi di perusahaan tersebuat untuk mengharapkan dividen serta return yang tinggi dimana hal tersebut dapat meningkatkan Harga Saham di perusahaan tersebut. 3) Suku Bunga SBI Menurut Wyss (2001:21) disaat suku bunga meningkat investasi dalam deposito atau tabungan akan menarik bagi investor dibandingkan investasi dalam bentuk saham yang memiliki resiko yang lebih tinggi dibandingkan deposito atau tabungan. Namun, pada saat suku bunga menurun investasi dalam bentuk deposito atau tabungan akan tidak menarik bagi investor karena hal tersebut memiliki return yang rendah, dalam hal ini investor lebih memilih investasi dalam bentuk saham. Hal tersebut dapat terbukti setelah peneliti melakukan uji t untuk mengetahui bagaimana pengaruhnya Suku Bunga SBI terhadap Harga Saham Suku Bunga SBI memiliki Unstandardized Coefficients sebesar -4.492,823 dan nilai signifikansi sebesar 0.001. Maka dapat disimpulkan bahwa, Suku Bunga SBI secara parsial berpengaruh negatif terhadap Harga Saham. Setiap kenaikan 1% Suku Bunga SBI maka akan menurunkan Harga Saham Sebesar Rp 4.492,823. Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Chairuddin dan Herry (2004) dimana di dalam penelitian disimpulkan bahwa korelasi antara variabel kurs, suku bunga SBI, dan indeks harga konsumen dengan variabel hubungan antara kurs, suku bunga SBI, dan indeks harga konsumen dengan IHSG adalah sangat erat (>0,6). Sesuai penelitian Pasaribu (2008:5) dikatakan bahwa Investor dapat menggunakan tingkat bunga sebagai patokan (benchmark) untuk perbandingan bila ingin berinvestasi. Umumnya tingkat bunga mempunyai hubungan negatif dengan bursa saham. Bila pemerintah mengumumkan tingkat bunga yang lebih tinggi maka investor akan menjual sahamnya dan mengganti pada instrumen berpendapatan tetap yang memberikan tingkat bunga yang lebih tinggi. 4) Uang Beredar Menurut Frederic (2008:321) pengaruh kebijakan moneter (Uang Beredar) terhadap Harga Saham adalah ketika kebijakan moneter merupakan ekspansi masyarakat mendapatkan dirinya mempunyai lebih dari yang diinginkan dan mengunakannya untuk konsumsi. Satu tempat untuk mengkonsumsi kelebihan uang tersebut adalah pasar modal, yang meningkatkan permintaan atas saham yang dapat mengakibatkan harga saham meningkat. Dengan landasan tersebut maka, peneliti ingin menguji apakah Uang Beredar berpengaruh secara signifikan terhadap Harga Saham. Uang Beredar memiliki tingkat signifikansi sebesar 0,233 atau lebih besar dari alpha 5% sehingga dapat disimpulkan Uang beredar tidak berpengaruh signifikan terhadap Harga Saham. Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan hasil penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Oktavia Kumalasari (2007) dimana di dalam penelitian disimpulkan bahwa dari uji t-test dapat diketahui hanya variabel tingkat suku bunga dan jumlah uang beredar yang signifikan berpengaruh terhadap harga saham blue chip. BAB V KESIMPULAN DAN IMPLIKASI A. Kesimpulan Berdasarkan kepada hasil serta pembahasan yang telah dilakukan peneliti, terdapat beberapa variabel independen yang berpengaruh signifikan terhadap Harga Saham pada perusahaan Properti dan Real Estat yang terdaftar di BEI dalam periode 2005 sampai dengan 2008. Penelitian ini menggunakan metode analisis regresi berganda, dari hasil pengujian didapatkan kesimpulan sebagai berikut: 1. Hasil Uji F (Simultan) menunjukkan bahwa semua variabel independen yaitu Pengungkapan Laporan Keuangan, Laba Akuntansi, Suku Bunga SBI dan, Uang Beredar secara bersama-sama memiliki pengaruh yang signifikan terhadap variabel Harga Saham. 2. Tingkat Pengungkapan Laporan Keuangan tidak berpengaruh secara signifikan terhadap Harga Saham. Setelah dilakukan uji t diperoleh hasil signifikansi sebesar 0,472 atau hasil lebih besar dari 0,05. Maka dapat diketahui bahwa variabel Pengungkapan Laporan Keuangan tidak berpengaruh parsial secara signifikan terhadap Harga Saham. 3. Laba Akuntansi mempunyai pengaruh positif dan signifikan terhadap Harga Saham, artinya semakin meningkat Laba Akuntansi di suatu Perusahaan maka akan meningkatkan Harga saham. 4. Suku Bunga SBI secara parsial berpengaruh negatif dan signifikan terhadap Harga Saham. Setiap kenaikan 1% Suku Bunga SBI maka akan menurunkan Harga Saham. 5. Uang Beredar memiliki tingkat signifikansi sebesar 0,233 atau lebih besar dari alpha 5% sehingga dapat disimpulkan Uang beredar tidak berpengaruh signifikan terhadap Harga Saham. B. Implikasi Hasil penelitian ini dapat memberikan implikasi terhadap berbagai pihak. Bagi investor, untuk mengetahui apakah terdapat pengaruh yang signifikan antara Pengungkapan Laporan Keuangan, Laba Akuntansi, Suku Bunga SBI dan Uang Beredar terhadap Harga Saham untuk digunakan sebagai salah satu pertimbangan pengambilan keputusan investasi di pasar modal. Bagi penelitian selanjutnya, sebaiknya juga menganalisis faktor fundamental yang lainnya seperti faktor domestik, faktor asing, dan faktor aliran modal. Faktor domestik diproksi oleh inflasi, produk domestik bruto, uang beredar, kurs, SBI, dan devisa. Faktor asing diproksi oleh indeks Dow Jones, Indeks Hang Seng, Fed Rate, dan harga minyak mentah. Sedangkan Aliran modal diproksi oleh cadangan devisa, transaksi berjalan dan net buying asing. Kemudian agar didapatkan hasil yang lebih baik dapat dilakukan dengan cara memperpanjang periode penelitian. Daftar Pustaka Anastasia, Widiastuti, Gunawan, Yanny dan Wijayanti Imelda. “Analisis Faktor Fundamental dan Risiko Sistematik Terhadap Harga Saham Properti di BEJ”. Jurnal Akuntansi dan Keuangan, vol. 5, Hal. 123-132. 2004. Andi, Sularso R. “Pengaruh Pengumuman Dividen terhadap Perubahan Harga Saham (Return) Sebelum dan Sesudah Ex-Dividend Date di Bursa Efek Jakarta (BEJ)”. Jurnal Akuntansi dan Keuangan, Vol. 5, Hal. 1-15. 2003. Anoraga, Pandji & Piji Pakarti. “Pengantar Pasar Modal”. PT. Rineka Cipta, Jakarta, 2003. Ardiansyah, Minsen. “Pengaruh Variabel Keuangan terhadap Return Awal dan Return 15 Hari Setelah IPO serta Moderasi Besaran Perusahaan Terhadap Hubungan antara Variabel Keuangan dengan Return 15 Hari Setelah IPO dengan Return Awal dan Return 15 Hari Setelah IPO di Bursa Efek Jakarta”. Jurnal Riset Akuntansi Indonesia, Vol. 7, Hal.125153. 2004 Badrinanth, S. and Omest Kini. “The Relationship Between Securities Yields, Firm, Size, Earnings Price Ratio and Tobin’s Q”, Journal of Finance Econom”. Hal. 18-24. 1994 Baruno, Agung, dan Endriani, Yeni. “Analisis Pengaruh Rasio-Rasio Keuangan Terhadap Devidend Payout Ratio Pada Industri Telekomunikasi di Bursa Efek Jakarta Periode 2000-2004”. Jurnal Ekonomi, Vol. XV, Hal. 55-65. 2005. Basu, S. ”Investment Performance of Common Stock in Relation to Their Price Earning Ratio: Test of the Efficiency Market Hypotesis”. Journal of Finance, Hal. 663-82. 1977 Cook, T., and M.S. Rozeff. “Size and Earning Price Ratio Anomalies:One ofEffect or Two?”. Journal of Finance Quantitative Analysis, Hal. 449-66. 1984. Darmadji, Tjiptono dan Hendy, M. Fakhruddin. “Pasar Modal di Indonesia: Pendekatan Tanya Jawab”. Edisi 1, Salemba Empat, Jakarta, Indonesia. Galih, Satwiko, Agung, D. Nachrowi, dan Haymans Manurung Adler. “Kebijakan Dividen Perusahaan Uang Listing di Bursa Efek Jakarta (BEJ): Besaran, Strategi, dan Stabilitas Dividen”. JRAI, Vol. 8, Hal. 13-33. 2005. Ghozali, Imam. “Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS”. Universitas Diponegoro, Yogyakarta. 2000. Gusliana, Mals, dan Rimi. “Pengaruh Rasio-Rasio Keuangan Utama Perusahaan Terhadap Harga Saham Perusahaan yang Terdaftar di Jakarta Islamic Index tahun 2004”. Jurnal Ekonomi STEI no.3, Hal. 27-46. 2005. Husnan, Suad. ”Dasar-dasar Teori Portofolio dan Analisis Sekuritas”. Edisi Ketiga, Yogyakarta, UDP AMP YKPN. 2005. J., Keown, Arthur. “Dasar-Dasar Manajemen Keuangan”. Salemba Empat, Jakarta, 2001. Kamaruddin, Ahmad. “Dasar-dasar Manajemen Investasi dan Portofolio”. Cetakan Kedua, Rineka Cipta, Jakarta. 2004. Ketut, Jati I. “Relevansi nilai Dividend Yield dan Price Earnings Ratio dengan Moderasi Investment Opportnity Set (IOS) dalam Penilaian Harga Saham”. JRAI, vol. 8, Hal. 191-209. 2005, Mankiw, N.G. “Macroeconomics, 4th Edition Worth Publisher, Inc., Iman Nurmawan (Penerjemah), Teori Makroekonomi”. Edisi keempat, Jakarta: Penerbit Erlangga. 2000. Meythi. “Pengaruh Arus Kas Operasi Terhadap Harga Saham Dengan Persistensi Laba Sebagai Varabel Intervening”. Simposium Nasional Akuntansi 9, Padang, Hal. 1-21. 2006. Nainggolan, Pahala. “Cara Mudah Memahami Akuntansi”. Poppy Herawati (Penyunting), Cetakan Ketiga, Penerbit PPM, Jakarta, 2006. Norohim, Hasa. “Pengaruh Price Earning Ratio dan Dividend Yield Terhadap Harga Saham”. Ekobis, Vol. 8, Hal. 81-89. 2007. Payamta. “Pengaruh Variabel-Variabel Keuangan dan Signaling Terhadap Penentuan Harga Pasar Saham di Bursa Efek Jakarta”. JAAI, vol. 4, Hal. 153-179. 2000 Rahmawati, dan Suryani, Tri. “Over Reaksi Pasar Terhadap Harga Saham Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek Jakarta”. SNA VIII, Solo, Hal. 6474. 2005. Sjarief, Julianti. “Pemilihan Metode Akuntansi Atas Biaya Research dan Development (R&D) dan Dampaknya Terhadap Price Earning Ratio”. Jurnal Ekonomi dan Bisnis, Vol. 4, Hal. 151-161. 2004. Sparta, dan Februwaty. “Pengaruh ROE, EPS, dan OCF Terhadap Harga Saham Industri Manufacturing di Bursa Efek Jakarta”. Jurnal Akuntansi, Th. IX, Hal. 71-80. 2005 Tendelillin, Eduardus. “Analisis Investasi dan Manajemen Portofolio”. Edisi Pertama, BPFE, Yogyakarta. 2001 V., Suryaputri, Rossje dan Dwi, Astuti, Christina. “Pengaruh Faktor Leverage, Devidend Payout, Size, Earning Growth and Country Risk terhadap Price Earning Ratio”. Media Riset Akuntansi, Auditing dan Informasi, Vol. 3, Hal. 1-23. 2003. Wahyudi, Untung dan Prasetyaning, Pawestri, Hartini. “Implikasi Struktur Kepemilikan Terhadap Nilai Perusahaan:Dengan Keputusan Keuangan sebagai Variabel Intervening”. Simposium Nasional Akuntansi 9, Padang, Hal. 1-20. 2006, Yuga. “Analisa Teknikal: Danareksa Equity Research”. Danareksa, Jakarta, 2007.