pengaruh pengungkapan laporan keuangan, laba

advertisement
PENGARUH PENGUNGKAPAN LAPORAN
KEUANGAN, LABA AKUNTANSI, SUKU BUNGA SBI,
DAN UANG BEREDAR TERHADAP HARGA SAHAM
SKRIPSI
Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial
Untuk Memenuhi Syarat-syarat Meraih Gelar Sarjana Ekonomi
Oleh:
Juniadhi Fajar
NIM : 104082002653
JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF
HIDAYATULLAH
JAKARTA
1430 H/2009 M
Abstract
This research concerned with analysis of Stock Price influenced by
Disclosure of Financial Statment, Accounting Earning, SBI, and Money Supply by
using multiple regression method. The data in this research was taken from
Property and Real Estate Companies listed in Indonesia Stock Exchange. By
using purposive sampling method, had choosen 19 companies which can be used
as sample.
The goal of this research is to find out the influence of Disclosure of
financial statment, Accounting Earning, SBI, and Money Supply simultanously
and partialy to Stock Price.
Based of this research, showed that Disclosure of financial statement,
Accounting Earning, SBI, and Money Supply have significant influence
simultanously to stock price. But partialy only Accounting Earning and SBI have
significant influence to Stock Price..
Key word : Disclosure of financial statment, Accounting Earning, SBI, Money
Supply and Stock Price
PENGARUH PENGUNGKAPAN LAPORAN KEUANGAN,
LABA AKUNTANSI, SUKU BUNGA SBI, DAN UANG
BEREDAR TERHADAP HARGA SAHAM
Oleh:
Juniadhi Fajar
Abstrak
Penelitian ini menganalisis harga saham yang dipengaruhi oleh
pengungkapan laporan keuangan, laba akuntansi, suku bunga SBI, dan uang
beredar di Bursa Efek Indonesia dengan metode analisis regresi berganda. Data
yang digunakan dalam penelitian ini adalah perusahaan yang tergolong
perusahaan properti dan real estat yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Dengan
metode purposive sampling diperoleh 19 perusahaan yang dapat dijadikan sampel.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh variabel independen
secara simultan dan secara parsial terhadap harga saham.
Berdasarkan pengujian tersebut, diperoleh bahwa pengungkapan laporan
keuangan laba akuntansi, suku bunga SBI, dan uang beredar secara simultan
berpengaruh signifikan terhadap harga saham. Sedangkan secara parsial hanya
laba akuntansi dan suku bunga SBI yang berpengaruh signifikan terhadap harga
saham.
Kata kunci : Pengungkapan Laporan Keuangan, Laba Akuntansi, Suku Bunga
SBI, dan uang beredar
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr. Wb.
Segala puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
senantiasa selalu mencurahkan segala rahmat dan nikmatnya kepada setiap umatNya sehingga sekarang penulis dapat menyelesaikan penelitian dan penulisan
skripsi ini. Salawat serta salam penulis panjatkan kepada Rasulullah Muhammad
SAW beserta keluarganya, sahabat dana pengikutnya dan semoga kita semua
mendapat safa’atnya nanti di hari akhir.
Skripsi ini berjudul “Pengaruh Pengungkapan Laporan Keuangan, Laba
Akuntansi, Suku Bunga SBI, dan Uang Beredar Terhadap Harga Saham. (Studi
pada perusahaan properti dan real estat yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia)”,
skripsi ini disusun sebagai syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana Ekonomi (SE)
di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Penulis sadari bahwa
skripsi ini masih jauh dari sempurna, tetapi inilah hasil kerja maksimal yang dapat
penulis berikan. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi para pembaca umumnya dan
khususnya bagi penulis sendiri.
Selama penyusunan skripsi ini, banyak sekali pihak yang telah membantu
sehingga penyusunan skripsi ini akhirnya bisa terselesaikan dengan baik. Pada
kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada semua pihak
yang membantu skripsi dari penyusunan awal sampai akhir. Penulis ingin
mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Kedua Orang tua yang telah memberikan dorongan doa, nasehat, kasih sayang
dan memberikan dorongan moril serta materi dengan tak henti-hentinya.
2. Kedua Saudara ku, Ka Nita dan Arman terima kasih untuk doa dan
dukungannya.
3. Puji Saraswati terima kasih atas bantuannya doa dan supportnya selama ini.
Kamu adalah salah satu cahaya semangat aku sayang. Terima kasih buat
Mahdi atas segala bantuannya dan supportnya selama ini, anda adalah teman
yang sangat baik.
4. Bapak Yahya Hamja, MM, PhD, selaku dosen pembimbing I yang telah
berkesampatan untuk berkenan memberikan waktunya untuk membaca dan
mengoreksi selama penyusunan skripsi ini.
5. Ibu Yessi Fitri, SE.,Ak, M.Si selaku dosen pembimbing II yang telah berkenan
memberikan waktunya untuk mengoreksi segala kesalaha-kesalah skripsi ini
serta memberikan arahan selama penyusunan skripsi ini berlangsung.
6. Bapak. Prof. DR.Abdul Hamid, MS, selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan
Ilmu Sosial.
7. Bapak. Afif Sulfa, SE, Ak, M.Si selaku Ketua Jurusan Akuntansi.
8. Bapak. Ibu Yessi Fitri, SE.,Ak, M.Si, selaku Sekretaris Jurusan Akuntansi.
9. Seluruh Dosen Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial yang telah memberikan
ilmu pengetahuan yang bermanfaat bagi penulis selama masa perkuliahan.
10. Seluruh Staf dan Karyawan Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial, khususnya
bagian akademik yang telah membantu dalam kegiatan administrasi penulis.
11. Teman-teman seperjuangan dalam penulisan skripsi, Nursawal Indrayana, Elly
Juliansyah, Wendy, habib Sanusi, terima kasih atas semangatnya.
12. Sahabat-sahabat serta teman-teman di Akuntansi B dan yang lainnya: Widya,
Rahma, DW, Aris. S dan Herlin, Adi. Dan anak-anak yang masih berjuang
Anca, Kibleh, Andi Awaludin, Artha, Agin, Faat, Epenk, dan Iyokz ayo
semangat untuk cepat sukses dan lulus.
13. Semua rekan dan teman-teman yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu
terimakasih atas semua persahabatan yang telah terjalin selama ini.
Penulis telah berusaha melakukan jerih payah semaksimal mungkin dalam
menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Dengan segala kerendahan hati penulis
menerima saran maupun kritik yang dapat menjadikan skripsi ini lebih baik.
Penulis berharap semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi semua pihak.
Wassalamu’alaikum Wr.Wb.
Jakarta, November 2009
Juniadhi Fajar
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN......................................................................... i
LEMBAR UJIAN KOMPREHENSIF ....................................................... ii
LEMBAR UJIAN SKRIPSI ....................................................................... iii
DAFTAR RIWAYAT HIDUP.................................................................... iv
ABSTRACT ................................................................................................ v
ABSTRAK................................................................................................... vi
KATA PENGANTAR................................................................................. vii
DAFTAR ISI ............................................................................................... ix
DAFTAR TABEL ....................................................................................... xiii
DAFTAR GAMBAR................................................................................... xiv
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................... xv
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Penelitian ................................................ 1
B. Rumusan Masalah Penelitian............................................ 6
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian......................................... 6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengungkapan ................................................................. 9
1. Pengertian Pengungkapan .......................................... 9
2. Kriteria Pengungkapan .............................................. 9
3. Jenis Pengungkapan .................................................. 12
4. Tujuan Pengungkapan ............................................... 13
B. Pengungkapan Dalam Laporan Keuangan ....................... 14
1. Pengungkapan Atas Data Kuantitif ............................ 14
2. Pengungkapan Atas Data Non Kuantitatif .................. 14
3. Pengungkapan Atas Peristiwa Kemudian ................... 16
C. Peraturan Tentang Pengungkapan Laporan Keuangan
di Indonesia …………………………………………….. . 18
1. Undang-undang no.3 1983 tetang pendaftaran
Perusahaan …………………………………………... 19
2. Peraturan Pemerintah no.64 tahun 1999
Tentang laporan tahunan …………………………… . 19
3. Persyaratan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK)
No. 50 Tahun 2007 ………………………………….. 19
D. Laporan Keuangan …………………………………...… . 19
1. Pengertian Laporan Keuangan ……………………….19
2. Tujuan Laporan Keuangan ………………………….. 20
3. Karatristik Laporan Keuangan ……………………….22
4. Pemakai Laporan keuangan …………………………. 24
E. Pasar Modal ……………………………………… .......... 26
1. Pengertian Pasar Modal ……………………………... 26
2. Tujuan Pasar Modal …………………………………. 28
3. Manfaat Pasar Modal ……………………………….. 28
4. Tugas Bursa Efek ………………………………… .... 30
F. Saham …………………………………………………….31
1. Jenis-jenis Saham …………………………………….31
2. Keuntungan Membeli Saham ………………………...34
3. Kerugian Membeli Saham …………………………... 35
G. Laba ………………………………………………………35
1. Pengertian Laba ………………………………………35
2. Tujuan Pelaporan Laba ……………………………… 37
3. Konsep Laba ……………………………………….... 38
H. Suku Bunga SBI ……………………………………….... 42
I. Uang Beredar …………………………………………..... 43
J. Penelitian Sebelumnya ………………………………… .. 45
K. Kerangka Penelitian …………………………………… .. 49
L. Perumusan Hipotesis ……………………………………..50
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Ruang Lingkup Penelitian ................................................ 51
B. Metode Penentuan Sampel ............................................... 51
C. Metode Pengumpulan Data .............................................. 52
1. Data Sekunder ………………………………………. 52
2. Metode Kepustakaan ……………………………….. . 52
3. Metode Observasi ………………………………….... 52
D. Teknis Analisis ………………………………………….. 52
1. Metode Skoring ……………………………………... 53
2. Uji Normalitas …………………………………….. ... 54
3. Uji Asumsi Klasik …………………………………. .. 54
4. Uji Signifikan ……………………………………… .. 57
5. Persamaan Regresi Berganda ……………………… .. 58
E. Operasi Variabel Penelitian dan Pengukurannya ……….. 59
1. Variabel Independen ……………………………….... 60
2. Variabel Dependen ………………………………….. 63
BAB IV
PENEMUAN DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Objek Penelitian .................................. 64
1. PT Bhuwanatala Indah Permai Tbk (BIP) …………... 64
2. PT Sentul City Tbk (BKSL) ………………………… 64
3. PT Duta Anggada Reality Tbk (DART) …………….. 65
4. PT Duta Pertiwi Tbk (DUTI) ………………………... 66
5. PT Bakrieland Development (ELTY) ......................... 67
6. PT Fortune Indonesia (FORU).................................... 68
7. PT Gowa Makasar Tourism Development (GMTD) ... 69
8. PT Jaya Real Properti (JRPT) ………………………..70
9. PT Kawasan Industri Jababeka Tbk (KIJA) ………… 71
10. PT Lamicitra Nusantara Tbk (LAMI) ………………..72
11. PT Lippo Cikarang (LPCK) ………………………… 72
12. PT Lipo Karawaci (LPKR) ………………………….. 73
13. PT Modernland Realty Tbk (MDLN) ………………. 74
14. PT Indonesia Prima Property Tbk (OMRE) ………… 74
15. PT Pakuwon Jati Tbk (PWON) ……………………... 76
16. PT Panca Wiratma Sakti (PWSI) …………………… 76
17. PT Surya Indah Permata Tbk (SIIP) ………………… 78
18. PT Suryamas Duta Makmur Tbk (SMDM) …………..79
19. PT Summarecon Tbk (SMRA) ……………………… 79
B. Penemuan dan Pembahasan.............................................. 80
1. Statistik Deskriptif ..................................................... 80
2. Uji Normalitas............................................................ 81
3. Uji Asumsi Klasik ...................................................... 83
4. Uji Hipotesis .............................................................. 90
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan...................................................................... 98
B. Implikasi……………………………………………….….99
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................... 100
LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
Nomor
Keterangan
Halaman
2.1
Perbedaan penelitian ini dengan penelitian Edi Kartono (2008) dan Adi
Sujarwo (2007) ...................................................................................48
4.1
Statistik Deskriptif...............................................................................80
4.2
Hasil Uji Multikolinearitas sebelum outlier.........................................84
4.3
Hasil Uji Multikolinearitas setelah outlier...........................................85
4.4
Hasil Uji Autokorelasi (Run Test)
sebelum outlier.....................................................................................88
4.5
Hasil Uji Autokorelasi (Run Test)
setelah outlier.......................................................................................89
4.6
Koefisien Determinasi (Adjusted R Square)........................................90
4.7
Uji Signifikansi Simultan (Uji F)........................................................ 91
4.8.
Uji Signifikansi Parameter Individual (Uji Statistik t)........................ 93
DAFTAR GAMBAR
Nomor
Keterangan
Halaman
2.1
Model Hubungan Pengaruh Tingkat Pengungkapan Akuntansi,
Laba Akuntansi, Suku Bunga SBI dan Uang Beredar
Terhadap Harga Saham…………………………………………….49
4.1
Hasil Uji Normalitas sebelum outlier ……………………………..82
4.2
Hasil Uji Normalitas setelah outlier…………………….................83
4.3
Hasil Uji Heteroskedastisitas sebelum outlier …………………….86
4.4
Hasil Uji Heteroskedastisitas setelah outlier ………………...........87
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor
Keterangan
Halaman
1
Sampel Emiten Penelitian (Perusahaan Properti dan Real Estat)…. 104
2
Tingkat Pengungkapan ……………………………………………. 105
3
Item Scoring Pengungkapan Laporan Tahunan ………………….... 107
4
Peraturan Nomor VIII.G.2 tentang Laporan Tahunan ...................... 111
5
Suku Bunga Bank Indonesia (Suku Bunga SBI) ...............................118
6
Uang Beredar ……………………………………………………… 130
7
Hasil Data Output Semua Perusahaan Sampel ………………......... 131
8
Uji Harga Saham Perusahaan Properti dan Real Estat
Sebelum Outlier …………………………………………………… 133
9
Uji Harga Saham Perusahaan Properti dan Real Estat
Setelah Outlier …………………………………………………….. 136
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Penelitian
Penggunaan informasi akuntansi seperti laporan keuangan telah sangat
meluas di kalangan dunia usaha. Dan informasi merupakan kebutuhan utama
para investor. Laporan keuangan digunakan untuk berbagai kebutuhan oleh
berbagai pihak. Penyusunan laporan keuangan dalam perkembangannya
merupakan produk utama dari akuntansi keuangan yang didasarkan pada
Standar Akuntansi Keuangan (SAK). SAK dapat sebagai prosedur akuntansi
yang digunakan untuk menyusun laporan keuangan.
Suatu informasi dianggap informatif jika informasi tersebut mampu
mengubah kepercayaan para pengambil keputusan. Investor di pasar modal
berkepentingan dengan informasi kinerja perusahaan. Salah satu informasi
yang dapat digunakan oleh investor adalah laporan keuangan.
Penggunaan informasi keuangan dapat melalui laporan keuangan oleh
pihak luar (outsiders) yaitu membuat keputusan investasi dalam menempatkan
sumberdaya yang akan di investasikan. Laporan keuangan dirancang untuk
mengetahui kemampuan atas solvency dan profitability perusahaan.
Laporan keuangan juga merupakan pijakan utama dalam menentukan
pilihan investasi, meski dalam transaksi saham harian tidak sedikit investor
yang melakukan transaksi by issue (sesuai dengan kondisi pasar saat itu).
Dengan berpedoman pada laporan keuangan, investor tidak terombang-
ambing oleh isu karena memiliki pedoman yang kuat terhadap investasinya.
Ketidakpastian informasi sering terjadi ketika perdagangan saham tengah
berlangsung. Isu dan rumor selalu mewarnai pergerakan harga saham. Pada
kondisi ini, maka laporan keuangan yang disajikan emiten merupakan
pedoman yang tidak terbantahkan, karena selain pedoman dari hasil sebuah
kinerja dalam periode tertentu, laporan keuangan juga mampu memberikan
ekspektasi kepada investor saham. Bagi sebagian investor, keberadaan laporan
keuangan ini diperlukan untuk mengukur sejauh mana kinerja perusahaan
berjalan sesuai harapan, baik secara individu maupun disetarakan dengan
industri sejenis lainnya.
Laporan keuangan yang tidak memberikan tingkat pengungkapan yang
memadai oleh sebagian investor dipandang sebagai laporan keuangan yang
penuh dengan resiko (Juniarti et. al. 2003 dalam Kartono 2008). Penyajian
informasi laba melalui laporan keuangan merupakan fokus kinerja perusahan
yang penting dibandingkan dengan pengukuran kinerja yang mendasarkan
pada meningkat atau menurunnya modal perusahaan. Fokus kinerja tersebut
mengukur keberhasilan atau kegagalan bisnis dalam mencapai tujuan operasi
yang profitable. Keyakinan manajemen dengan pertumbuhan kinerjanya pada
laba menjadikan dorongan untuk memberikan kepuasan kepada investor
dalam penetapan kebijakan dividen dan harga saham, mengingat suatu
kenaikan dividen dan harga saham memberikan sinyal bahwa laba perusahaan
telah tumbuh secara permanen.
Diketahui bahwa di saat suku bunga naik, maka biaya yang harus
dikeluarkan perusahaan akan meningkat, sehingga akan mengurangi laba
perusahaan. Perubahan pada kurs juga akan mempengaruhi tingkat kompetitif
suatu perusahaan yang kemudian mempengaruhi tingkat kompetitif suatu
perusahaan atau struktur cost of fund, hal tersebut dapat membawa pengaruh
terhadap harga saham suatu perusahaan. Di samping mempengaruhi kondisi
tersebut maka dari faktor-faktor yang umumnya dijadikan informasi untuk
pengembalian keputusan adalah konsisi ekonomi makro, kinerja industri dan
perusahaan.
Tandelilin (2001) mengemukakan bahwa beberapa variabel makro
meliputi, tingkat inflasi, tingkat bunga deposito, dan jumlah uang yang
beredar. Analisis ekonomi di bangun atas dasar asumsi variabel-variabel
ekonomi makro yang berpengaruh secara sistematik terhadap keberhasilan
pencapaian laba perusahaan. Naik serta turunnya laba seiring dengan variasi
naik serta turunnya tingkat pengembalian investasi saham yang direfleksikan
oleh rasio perdagangan saham.
Penelitian yang sebelumnya menguji pengaruh tingkat pengungkapan
laporan keuangan, laba akuntansi dan, variabel-variabel makro dengan harga
saham telah ada dilakukan dengan berbagai hasil kesimpulan penelitian.
Irawan (2006) meneliti tentang faktor-faktor yang mempengaruhi kelengkapan
pengungkapan laporan keuangan pada perusahaan manufaktur yang terdaftar
di BEJ. Berdasarkan analisis regresi berganda dapat di ketahui bahwa variabel
bebas yaitu Debt to Equity Ratio (DER), Current Ratio (CURRANT), Return
on Total Aset (ROA), porsi saham publik (PUB), ukuran perusahaan (Size),
umur perusahaan (MUR), Operating Profit Margin (OPM), Net Profit Margin
(NPM), Return on Equity (ROE) dan status perusahaan secara bersama-sama
berpengaruh signifikan terhadap tingkat kelengkapan pengungkapan laporan
keuangan tahunan perusahaan yaitu sebesar 13,6% sedangkan 86%
dipengaruhi oleh faktor-faktor lain diluar model. Sovi (2008) meneliti tentang
pengaruh tingkat ketaatan pengungkapan wajib dan luas pengungkapan
sukarela terhadap kualitas laba. Dalam penlitian tersebut tidak berhasil
membuktikan hipotesis yang diajukan bahwa, tingkat ketaatan pengungkapan
wajib dan luas pengungkapan sukarela secara parsial berpengaruh positif
terhadap kualitas laba yang diukur dengan Ernings Response Coefficients
(ERC). Selain itu peneliti juga tidak berhasil membuktikan bahwa tingkat
ketaatan pengungkapan wajib dan luas pengungkapan sukarela secara
bersama-sama berpengaruh terhadap kualitas ERC.
Hasil penelitian Triyono dan Hartono (2000) dalam Atikah, dkk
(2004;436) membuktikan bahwa laba akuntansi berpengaruh terhadap harga
saham tetapi laba akuntansi tidak berpengaruh terhadap return saham, yang
berarti laba akuntansi mempunyai kandungan informasi hanya terhadap harga
saham.
Penelitian Haqqi (2008) meneliti hubungan kausalitas antara suku bunga
SBI, nilai tukar rupiah, uang yang beredar, dan inflasi terhadap harga saham
syariah. Dalam penelitian tersebut disimpulkan bahwa uang beredar (M2)
mempunyai hubungan terhadap indeks harga saham JII secara jangka panjang,
sedangkan untuk SBI tidak memiliki hubungan terhadap Harga Saham.
Penelitian ini merupakan pengembangan dari beberapa penelitian yang
dilakukan oleh, (1) Kartono (2008) yang meneliti tentang pengaruh tingkat
pengungkapan laporan keuangan, dividen, dan ekuitas terhadap harga saham.
Pada penelitian tersebut memberikan kesimpulkan bahwa terdapat pengaruh
yang signifikan pada tingkat pengungkapan keuangan dan dividen terhadap
harga saham. (2) Sujarwo (2007) menganalisa pengaruh kandungan informasi
laba akuntansi dan komponen arus kas terhadap harga saham.
Perbedaan antara penelitian ini dengan penelitian replikasi yang telah
dijelaskan sebelumnya adalah, (1) penelitian ini hanya memakai variabel
tingkat pengungkapan laporan keuangan sebagai variabel independen dan
harga saham sebagai variabel dependen yang terdapat dalam judul penelitian
Kartono (2008). (2) sedangkan dalam penelitian Sujarwo (2007) penelitian ini
hanya memakai variabel laba akuntansi sebagai variabel independen dan harga
saham sebagai variabel dependen. (3) penelitian ini menambahkan variabel
makro yaitu variabel uang beredar dan suku bunga SBI sebagai variabel
independen. Dwiridotjahjono (2006:36) varibel-variabel ekonomi makro perlu
mendapatkan serius oleh investor karena merupakan determinan utama dalam
menentukan rate of return yang disyaratkan dari investasi pada saham suatu
perusahaan.
Dari uraian di atas peneliti melakukan penelitian dalam bentuk skripsi
yang berjudul Pengaruh Tingkat Pengungkapan Laporan Keuangan, Laba
Akuntansi, Suku Bunga SBI, Uang beredar, Tehadap Harga Saham.
B. Rumusan Masalah Penelitian
Masalah dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut:
1. Apakah tingkat pengungkapan laporan keuangan, laba akuntansi, uang
yang beredar, dan suku bunga SBI berpengaruh signifikan secara simultan
terhadap harga saham ?
2. Apakah tingkat pengungkapan laporan keuangan, laba akuntansi, uang
yang beredar, dan suku bunga SBI berpengaruh signifikan secara parsial
terhadap harga saham ?
3. Variabel independen manakah yang paling berpengaruh signifikan
terhadap harga saham?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan rumusan masalah penelitian, tujuan dari penelitian ini
adalah:
a. Untuk menganalisis pengaruh signifikan tingkat pengungkapan laporan
keuangan, laba akuntansi, uang yang beredar, dan suku bunga SBI
secara simultan terhadap harga saham.
b. Untuk menganalisis pengaruh signifikan tingkat pengungkapan laporan
keuangan, laba akuntansi, uang yang beredar, dan suku bunga SBI
secara parsial terhadap harga saham.
c. Untuk menganalisis variabel independen manakah yang paling
dominan berpengaruh signifikan terhadap harga saham.
2. Manfaat Penelitian
a. Investor
Hasil penelitian ini dapat dijadikan bahan informasi untuk mengetahui
keadaan keuangan perusahaan sehingga dapat dimanfaatkan oleh para
investor dalam pengambilan keputusan investor dari pasar modal.
b. Emiten
Agar dapat dijadikan pertimbangan dalam membuat laporan keuangan.
c. Penulis
Dapat menerapkan Ilmu Ekonomi jurusan Akuntansi, khususnya dalam
Akuntansi Manajemen yang telah diperoleh selama masa perkuliahan.
d. Akademis
Penelitian ini memberikan bukti empiris tentang bagaimana pengaruh
tingkat pengungkapan laporan keuangan, laba akuntansi, suku bunga
SBI dan uang beredar terhadap harga saham. Selain itu juga dapat
memperkaya bahan kajian atau referensi di bidang keuangan dan pasar
modal untuk penelitian yang akan datang.
e. Mahasiswa dan Masyarakat
Dapat sebagai bahan bacaan yang bermanfaat untuk menambah ilmu
pengetahuan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengungkapan
1. Pengertian Pengungkapan
Menurut Siegel dan Shim (2005:147) pengungkapan adalah informasi
yang diberikan sebagai lampiran pada laporan keuangan dalam bentuk
catatan kaki atau tambahan serta informasi ini menyediakan penjelasan
posisi keuangan dan hasil operasi perusahaan. Informasi penjelasan
mengenai
kesehatan
keuangan
dapat
diberikan
dalam
laporan
pemeriksaan. Semua materi harus disingkapkan termasuk informasi
kuantitatif (seperti komponen dolar dalam persediaan) dan kualitatif
(seperti tuntutan hukum) yang akan sangat membantu pengguna laporan
keuangan.
2. Kriteria Pengungkapan
Informasi yang dilaporkan dalam laporan keuangan harus dapat
dipahami oleh mereka yang mempunyai pengertian memadai mengenai
aktifitas bisnis dan ekonomi serta cenderung untuk mempelajari informasi
tersebut dengan ketekunan yang sewajarnya. Menurut Sovi (2008:5) ada
tiga kriteria dalam pengungkapan yaitu:
a. Pengungkapan memadai (adequate disclosure)
Memadai berarti menyiratkan jumlah pengungkapan minimum yang
sejalan dengan tujuan negatif sehingga membuat laporan tersebut tidak
menyesatkan.
b. Pengungkapan wajar ( fair disclosure)
Wajar menyiratkan suatu tujuan etika, yaitu memberikan perlakuan
yang sama pada semua calon pembaca.
c. Pengungkapan penuh (full dsiclosure)
Lengkap menyiratkan penyajian seluruh informasi yang relevan.
Lengkap bukan berarti terlalu banyak informasi sehingga penyajian
rincian yang tidak penting dapat menyembunyikan informasi yang
signifikan dan relevan, namun tujuannya adalah agar laporan
keuangan dapat membantu pengambilan keputusan terbaik.
Banyak perusahaan-perusahaan saat ini yang kurang cenderung
mengungkapkan lebih banyak informasi keuangannya dengan berbagai
argumentasi yang kadang tidak realistis dan tidak mendapat dukungan
banyak pihak yang berkepentingan antara lain:
a. Pengungkapan
yang membantu pesaing dan akan merugikan
pemegang saham.
b. Serikat pekerja akan memperoleh keuntungan dengan tawar menawar
upah dengan pengungkapan informasi keuangan yang lengkap.
c. Investor sering dinyatakan tidak dapat memahami kebijakan dan
prosedur akuntansi.
d. Sumber lain terkadang dianggap mampu menyediakan informasi
tersebut dengan biaya yang lebih rendah daripada jika diberikan oleh
oleh perusahaan dalam laporan keuangannya.
e. Tidak adanya pengetahuan tentang kebutuhan para investor.
Banyak perusahaan yang tidak mengungkapkan informasi yang cukup
dalam laporan keuangannya menuntut adanya regulasi (peraturan) yang
menentukan isi dan format laporan keuangan serta memuat ketentuanketentuan spesifik yang berhubungan dengan pengungkapan.
Menurut Theodorus (1985:222) keberatan-keberatan yang diajukan
perusahaan untuk menambah disclosure adalah:
a. Disclosure hanyalah akan membantu kompetitor dan merugikan
pemegang saham dari perusahaan yang men-disclose.
b. Serikat-serikat buruh mendapat keuantungan dalam perundinganperundingan kerja bersama. Sebenarnya disclosure akan membuat
suasana perundingan menjadi lebih sehat.
c. Sering adanya kesangsian mengenai kemampuan para investor untuk
mengerti kebijaksanaan dan prosedur akuntansi, sehingga full
disclosure hanyalah akan menyesatkan mereka. Tuduhan inipun
sebenarnya tidak mempunyai dasar karena para analis keuangan dan
investment bankers mempunyai penguasaan yang baik terhadap
kebijaksanaan akuntansi.
d. Salah satu argumen yang memang mempunyai dasar adalah bahwa
laporan keuangan bukanlah satu-satunya sumber informasi keuangan.
3. Jenis Pengungkapan.
Menurut Sovi (2008:4) ada dua jenis pengungkapan dalam
hubungannya dengan persyaratan yang ditetapkan oleh standar dan
regulasi, yaitu:
a. Pengungkapan Wajib (mandatory disclousure)
Pengungkapan Wajib merupakan pengungkapan minimum yang
disyaratkan oleh peraturan yang berlaku. Peraturan tentang standar
pengungkapan informasi bagi perusahaan yang telah melakukan
penawaran umum dan perusahaan publik yaitu, Peraturan No. VIII.G.7
tentang Pedoman Penyajian Laporan Keuangan dan Peraturan No.
VIII.G.2 tentang Laporan Tahunan. Peraturan tersebut diperkuat
dengan Keputusan Ketua Bapepam No. Kep-17/PM/1995, yang
selanjutnya diubah melalui Keputusan Ketua Bapepem No. Kep38/PM/1996 yang berlaku bagi semua perusahaan yang telah
melakukan penawaran umum dan perusahaan publik. Peraturan
tersebut diperbaharui dengan Surat Edaran Ketua Bapepam No. SE02/PM/2002 yang mengatur tentang penyajian dan pengungkapan
laporan keuangan emiten atau perusahaan publik untuk setiap jenis
industri.
b. Pengungkapan Sukarela (voluntary disclosure)
Salah satu cara meningkatkan kredibilitas perusahaan adalah melalui
pengungkapan sukarela secara lebih luas untuk membantu investor
dalam memahami strategi bisnis manajemen. Pengungkapan Sukarela
merupakan pengungkapan butir-butir yang dilakukan secara sukarela
oleh perusahaan tanpa diharuskan oleh peraturan yang berlaku.
Sedangkan dari sumber PSAK dapat disimpulkan bahwa informasi lain
atau informasi tambahan (telaahan keuangan yang menjelaskan
karakteristik utama yang mempengaruhi kinerja perusahaan, posisi
keuangan perusahaan, kondisi ketidakpastian, laporan mengenai
lingkungan
hidup,
laporan
nilai
tambah)
adalah
merupakan
pengungkapan yang dianjurkan (tidak diharuskan) dan diperlukan
dalam rangka memberikan penyajian yang wajar dan relevan dengan
kebutuhan pemakai.
Luas pengungkapan mengalami perkembangan dari waktu ke waktu,
dipengaruhi oleh perkembangan ekonomi, sosial budaya suatu negara,
teknologi informasi, kepemilikan perusahaan dan peraturan-peraturan
yang dikeluarkan oleh lembaga yang berwenang.
4. Tujuan Pengungkapan
Salah satu tujuan pelaporan keuangan adalah pengadaan informasi bagi
pengambilan keputusan. Hal ini memerlukan pengungkapan data keuangan
yang memadai. Menurut Theodorus (1986:223) tujuan yang positif dari
pengungkapan pada laporan keuangan adalah untuk memberikan informasi
yang penting dan relevan kepada pemakai-pemakai laporan keuangan
sehingga dapat membantu mereka dalam membuat keputusan dengan cara
yang baik.
Menurut PSAK No. 50 (2007:50.13) tujuan dari pengungkapan adalah
untuk menyediakan informasi guna meningkatkan pemahaman mengenai
signifikansi instrumen keuangan terhadap posisi keuangan, kinerja dan
arus kas entitas, serta membantu penilaian jumlah, waktu, dan tingkat
kepastian arus kas masa depan yang terkait dengan instrumen tersebut.
B. Pengungkapan Dalam Laporan Keuangan
Menurut Theodorus (1985:223) terdapat beberapa pengungkapan dalam
laporan keuangan yaitu:
1. Pengungkapan Atas Data Kuantitatif
a. Memusatkan perhatian kepada metode pengukuran dan pelaporan
probabilistic data dan bukannya kepada jumlah-jumlah yang
deterministic.
b. Melakukan pengungkapan pada tingkat accuracy yang berbedabeda.
c. Melakukan perincian-perincian mengenai segmen-segmen usaha
yang disajikan.
d. Menyampaikan data ramalan (forecast data) karena investor justru
tertarik kepada masa depan perusahaan.
2. Pengungkapan Atas Data Non Kuantitatif
Ada dua data non kuantitatif yang akan dibahas, yakni : kebijaksanaan
akuntansi dan perubahan akuntansi.
a. Kebijaksanaan Akuntansi
Beragamnya prosedur akuntansi yang digunakan banyak perusahaan
bahkan dalam perusahaan yang sama menyebabkan komparabilitas
antara laporan keuangan menjadi sulit. Salah satu alternatif untuk
keseragamannya adalah mengurangi jumlah alternatif. Cara lain selain
mengurangi jumlah alternatif adalah dengan mengungkapkan metodemetode spesifik yang digunakan dalam setiap kasus dengan asumsi
bahwa pembaca dapat menyajikan kembali laporan akuntansi itu guna
mencapai komparabilitas. Informasi tentang kebijakan akuntansi yang
digunakan perlu untuk menghasilkan penyajian laporan keuangan
yang
wajar.
Bagimanapun
juga
pengungkapan
mengenai
kebijaksanaan akuntansi akan dapat memberikan kemungkinan untuk
melakukan interpretasi yang lebih baik dari ikhtisar keuangan
perusahaan dan
karenanya
dapat mempengaruhi pengambilan
keputusan investasi. Atas dasar asumsi inilah Accounting Principle
Board dalam opini No. 22 menyimpulkan bahwa informasi mengenai
kebijaksanaan akuntansi yang diterapkan, merupakan suatu keharusan
bagi penyajian ikhtisar keuangan secara layak.
b. Perubahan Akuntansi
Penggunaan prinsip akuntansi secara konsisten telah lama dianggap
sebagai sesuatu yang sangat penting dalam menilai kegiatan
perusahaan di masa yang lalu dan dalam melakukan proyeksi atas
kegiatan-kegiatan kemudian hari. APB dalam opini No. 20
mendukung pandangan ini, tetapi juga menyatakan bahwa apabila
perubahan ini memang dapat dibenarkan, maka harus ada keterangan
mengenai alasan untuk membenarkan perubahan tersebut serta
perubahan tersebut harus diungkapkan dalam laporan keuangan ketika
perubahan dilakukan disertai justifikasi untuk perubahan itu. Menurut
Theodorus (1985:225) perubahan akuntansi mencakup perubahan
prinsip akuntansi, taksiran akuntansi, dan unit pelaporan (reporting
entity).
3. Pengungkapan Atas Peristiwa Kemudian
Banyak peristiwa sesudah tanggal neraca akan mempengaruhi
keabsahan, ikhtisar-ikhtisar keuangan dan interpretasi terhadap ikhtisarikhtisar keuangan. Karena hal tersebut akan mempengaruhi pembuat
keputusan
berdasarkan informasi yang ada dalam ikhtisar keuangan.
Peristiwa-peristiwa penting mungkin terjadi atau diketahui setelah tanggal
laporan akan tetapi sebelum laporan dirampungkan, maka untuk mencapai
tujuan pengungkapan, informasi tersebut harus diungkapkan dalam
laporan. Ada tiga peristiwa sesudah tanggal neraca yang perlu
diungkapkan:
a. Peristiwa yang langsung mempengaruhi jumlah yang dilaporkan.
Peristiwa ini timbul karena kurangnya informasi dalam masa akuntansi
yang bersangkutan. Dengan adanya informasi yang diterima sesudah
tanggal neraca, perlu adan perubahan-perubahan terhadap penilaian
yang didasarkan atas taksiran-taksiran.
b. Peristiwa yang dapat mengubah secara material keabsahan penilaian
neraca atau hubungan antara equity holders, atau secara material
mempengaruhi kegunaan laporan kegiatan dimasa yang lalu sebagai
bahan prediksi.
Peristiwa ini tidak mempunyai akibat langsung
terhadap ikhtisar-ikhtisar tersebut. Peristiwa ini meliputi:
1) Peristiwa yang mempengaruhi secara material struktur keuangan
perusahaan atau hubungan di antara para equity holders;
2) Peristiwa yang mempengaruhi pembagian dividen dikemudian
hari. Contohnya adalah penerbitan atau emisi saham yang sangat
besar atau pembelian/penjualan sejumlah aktiva yang merupakan
persentase tinggi dari total aktiva.
3) Peristiwa yang dapat mempengaruhi secara material kegiatankegiatan atau peristiwa-peristiwa dikemudian hari. Peristiwa yang
mempunyai akibat telah dapat diketahuinya income atau penilaian
dimasa datang. Contohnya adalah, perubahan kondisi pasar dalam
harga-harga
yang mempengaruhi perusahaan,
manajemen
baru,
penandatanganan
kebijaksanaan
kontrak-kontrak
besar,
peristiwa-peristiwa eksternal seperti perang, perubahan undangundang dan perubahan keadaan ekonomi.
Menurut Simamora (2000) informasi yang harus diungkapkan dalam
laporan keuangan meliputi:
1. Ringkasan metode-metode akuntansi yang dipakai dalam penyusunan
laporan keuangan
2. Pengaruh rupiah dari setiap perubahan metode akuntansi selama periode
berjalan
3. Setiap kontinjensi rugi (loss contingencies) yang kemungkinan memiliki
pengaruh material atas posisi keuangan perusahaan
4. Ketentuan-ketentuan kontraktual yang akan mempengaruhi arus kas
dimasa yang akan datang, termasuk syarat perjanjian pinjaman, program
pensiun karyawan, dan komitmen untuk membeli/menjual sejumlah aktiva
yang material
5. Kejadian-kejadian signifikan yang terjadi setelah tanggal neraca, namun
sebelum laporan keuangan sesungguhnya diterbitkan
6. Pelanggan-pelanggan tertentu yang berpengaruh besar terhadap kegiatan
usaha perusahaan
7. Transaksi-transaksi tidak biasa atau konflik kepentingan antara perusahaan
dengan karyawan-karyawan kuncinya
C. Peraturan Tentang Pengungkapan Laporan Keuangan di Indonesia
Beberapa
peraturan
dan
undang-undang
yang
pengungkapan informasi keuangan di indonesia mencakup:
berkaitan
dengan
1. Undang-undang no.3 tahun 1983 tentang pendaftaran perusahaan.
Dalam undang-undang ini perusahaan harus menyediakan informasi yang
dapat di akses publik yang diantaranya terdiri dari: nama perusahaan,
informasi mengenai anggota dewan komisaris, dan dewan direktur serta
modal yang diperoleh.
2. Peraturan Pemerintah No. 64 Tahun 1999 Tentang Laporan Tahunan.
Peraturan pemerintah ini memperluas jangkauan perusahaan perusahaanperusahaan yang diharuskan menyediakan laporan keuangan kepada
publik. Sebelumnya hanya perusahaan-perusahaan yang terdaftar di bursa
saja yang diharuskan untuk melaporkan keuangan kepada publik.
3. Persyaratan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No. 50 Tahun 2007
mengenai instrumen keuangan dalam penyajian dan pengungkapan.
D. Laporan Keuangan
1. Pengertian Laporan Keuangan
Laporan keuangan merupakan sarana pengkomunikasian informasi
keuangan utama kepada pihak-pihak diluar korporasi. Laporan ini
menampilkan sejarah perusahaan yang dikuantifikasi dalam nilai moneter.
Laporan keuangan (financial statement) yang sering disajikan adalah (1)
neraca, (2) laporan laba rugi, (3) laporan arus kas, dan (4) laporan ekuitas
pemilik atau pemegang saham. Selain itu, catatan atas laporan keuangan
atau pengungkapan juga merupakan bagian integral dari setiap laporan
keuangan (Kieso, 2002:3)
Menurut Warren, dkk (2005:24) laporan keuangan adalah laporan
akuntansi yang menghasilkan informasi setelah transaksi dan diikhtisarkan
yang disiapkan berupa laporan laba-rugi, laporan ekuitas pemilik, neraca,
dan laporan arus kas bagi pemakai.
Sedangkan menurut Siegel dan Shim (2005:185) menyatakan laporan
keuangan adalah laporan yang berisi informasi keuangan sebuah
organisasi. Laporan keuangan yang diperlukan adalah neraca, laporan rugi
laba, dan laporan perubahan posisi keuangan. Ketiganya dapat
digabungkan dengan laporan pelengkap adalah laporan keuangan yang
disesuaikan dengan tingkat inflasi. Beberapa bahan pelengkap hanya
diperlukan untuk perusahaan umum.
2. Tujuan Laporan Keuangan
Laporan keuangan yang disajikan oleh manajemen suatu perusahaan
diperlukan karena informasi yang disajikan relatif seragam, sedangkan
kebutuhan dari pemakai laporan beragam. Pihak luar perusahaan tidak
terlibat dalam operasional sehari-hari sehingga mereka hanya bergantung
pada laporan keuangan yang disajikan.
Menurut Kieso (2002:6) tujuan pelaporan keuangan adalah untuk
menyediakan informasi yang berguna bagi keputusan investasi dan kredit,
menyediakan informasi yang berguna dalam menilai arus kas masa depan,
dan menyediakan informasi mengenai sumber daya perusahaan, klaim
terhadap sumber daya tersebut, dan perubahan di dalamnya.
Pahala (2006:109) menyatakan bahwa tujuan laporan keuangan
menyangkut usaha untuk mengetahui:
a. Kondisi Likuiditas Jangka Pendek
Pengguna informasi ingin mengetahui kesinambungan perusahaan
dalam suatu waktu. Hal ini merupakan pertanyaan yang paling
mendasar, yaitu memastikan bahwa dalam jangka pendek perusahaan
masih memiliki cukup uang kas atau aktiva lancar lainnya untuk
membiayai kegiatannya sehari-hari.
b. Arus Dana (Funds Flow)
Analisis digunakan untuk mengetahui bagaimana arus kas masuk dan
keluar dari perusahaan saat ini dan di masa depan. Dengan
memanfaatkan analisis laporan keuangan, dicoba untuk memprediksi
pemasukan dan pengeluaran kas di masa depan berdasarkan laporan
cash flow yang disajikan untuk suatu periode yang sudah lalu
(historis).
c. Struktur Permodalan dan Solvabilitas
Pengguna informasi ingin mengetahui kemampuan perusahaan
menghasilkan
pendapatan.
Pendapatan
akan
digunakan
untuk
membiayai pengeluaran dan sisanya merupakan keuntungan yang
berarti menambah kekayaan pemilik saham.
d. Return dari Investasi
Sebagai pemilik saham di perusahaan tersebut tentu nilai saham yang
ada merupakan investasi yang harus menghasilkan keuantungan atau
memperbesar nilai dari periode ke periode. Return dari investasi ini
memiliki minimum rate of return, yaitu opportunity cost dari modal
tersebut. Artinya, pengembalian dari investasi berupa saham pada
perusahaan haruslah menghasilkan keuntungan yang lebih besar
ketimbang tingkat bunga SBI.
e. Kinerja Operasi Perusahaan
Bertujuan untuk mengetahui kemampuan perusahaan menghasilkan
pendapatan dan menutupi pengeluaran sedemikian rupa hingga dapat
menghasilkan laba operasi yang maksimal. Kinerja yang baik akan
ditunjukkan salah satunya dengan hasil usaha atau keuntungan yang di
atas rata-rata industri sejenisnya.
3. Karakteristik Laporan Keuangan
Menurut Standar Akuntansi Keuangan (2007:5) laporan keuangan
memiliki 4 (empat) karakteristik kualitatif pokok yang harus dipenuhi
dalam menyusun laporan keuangan. Karakteristik kualitatif pokok tersebut
antara lain:
a. Dapat dipahami
Merupakan karakteristik bahwa laporan keuangan dengan mudah
dipahami oleh pemakai yang memiliki pengetahuan yang memadai
tentang aktivitas ekonomi dan bisnis, akuntansi, serta mempunyai
keinginan untuk mempelajari informasi.
b. Relevan
Informasi yang memenuhi syarat relevan, jika informasi itu dapat
membantu pemakai dalam mengevaluasi peristiwa masa lalu dan
memprediksi masa depan. Hasil evaluasi peristiwa masa lalu sangat
berguna untuk peramalan (predictive) dan penegasan (confirmatory)
atas prediksi yang dibuat untuk masa lalu.
c. Materialitas
Relevansi informasi dapat mempengaruhi kemampuan pemakai untuk
melakukan pengambilan keputusan, hal ini berarti terdapat fakta atau
kejadian yang cukup material tidak tersajikan dalam laporan keuangan.
Substansi merupakan realita ekonomi yang harus disajikan walaupun
transaksi itu sendiri tidak konsisten dengan apa yang tampak dari
bentuk hukum. Materialitas tergantung pada besarnya pos atau
kesalahan yang dinilai sesuai dengan situasi khusus dari kelalaian
dalam mencantumkan atau kesalahan dalam mencatat.
d. Dapat diperbandingkan
Pemakai harus dapat memperbandingkan laporan keuangan perusahaan
antar periode untuk mengindentifikasi kecenderungan (trend) posisi
dan kinerja keuangan. Pemakai juga harus dapat memperbandingkan
laporan keuangan antar perusahaan untuk mengevaluasi posisi
keuangan, kinerja serta perubahan posisi keuangan secara relatif.
Implikasi penting dari karakteristik kualitatif dapat diperbandingkan
adalah bahwa pemakai harus mendapat informasi tentang kebijakan
akuntansi yang digunakan dalam penyusunan laporan keuangan dan
perubahan kebijakan serta pengaruh perubahan tersebut.
4. Pemakai Laporan Keuangan
Menurut Standar Akuntansi Keuangan (2007:2), pemakai laporan
keuangan meliputi:
a. Investor
Penanam modal
beresiko dan penasihat mereka berkepentingan
dengan risiko yang melekat serta hasil pengembangan dari investasi
yang mereka lakukan. Mereka membutuhkan informasi untuk
membantu menentukan apakah harus membeli, menahan atau menjual
investasi tersebut. Pemegang saham juga tertarik pada informasi yang
memungkinkan mereka untuk menilai kemampuan perusahaan untuk
membayar dividen.
b. Karyawan
Karyawan dan kelompok-kelompok yang mewakili mereka tertarik
pada
informasi
yang
memungkinkan
mereka
untuk
menilai
kemampuan perusahaan dalam memberikan mereka untuk menilai
kemampuan perusahaan dalam memberikan balas jasa, manfaat
pensiun, dan kesempatan kerja.
c. Pemberi Pinjaman
Pemberi pinjaman
tertarik dengan
informasi
keuangan
yang
memungkinkan mereka untuk memutuskan apakah pinjaman serta
bunganya dapat dibayar pada saat jatuh tempo.
d. Pemasok dan Kreditur Lainnya
Pemasok dan kreditur usaha lainnya tertarik dengan informasi yang
memungkinkan mereka untuk memutuskan apakah jumlah yang
terutang akan dibayar pada saat jatuh tempo.
e. Pelanggan
Pelanggan berkepentingan dengan informasi mengenai kelangsungan
hidup perusahaan, terutama kalau mereka terlibat dalam perjanjian
jangka panjang atau tergantung perusahaan.
f. Pemerintah
Pemerintah dan berbagai lembaga yang berada dibawah kekuasaan
berkepentingan dengan alokasi sumber daya dan karena itu
berkepentingan dengan perusahaan, menetapkan kebijakan pajak
sebagai dasar untuk menyusun statistik pendapatan nasional dan
statistitik lainnya.
g. Masyarakat
Perusahaan mempengaruhi anggota masyarakat dalam berbagai cara.
Laporan keuangan dapat membantu masyarakat dalam menyediakan
informasi kecendrungan (trend) dan perkembangan kemakmuran serta
rangkaian aktivitasnya.
E. Pasar Modal.
1. Pengertian Pasar Modal
Pasar modal merupakan sarana pembentuk modal dan akumulasi dana
yang diarahkan, untuk meningkatkan partisipasi masyarakat dalam
pengarahan dan guna menunjang pembiayaan pembangunan nasional.
Pasar modal (capital market) merupakan pasar untuk berbagai
instrumen keuangan jangka panjang yang bisa diperjualbelikan, baik
dalam bentuk hutang (obligasi) ataupun modal sendiri (saham).
Menurut Kamaruddin (2004:18), ada tiga definisi pasar modal:
a. Definisi yang luas
Pasar modal adalah kebutuhan sistem keuangan yang terorganisasi
termasuk bank-bank komersial dan semua perantara di bidang
keuangan, serta surat-surat berharga/klaim, jangka panjang dan jangka
pendek, primer dan tidak langsung.
b. Definisi dalam arti menengah
Pasar modal adalah semua pasar yang terorganisasi dan lembagalembaga yang memperdagangkan warkat-warkat kredit (biasanya yang
berjangka waktu lebih dari satu tahun) termasuk saham-saham,
obligasi, pinjaman berjangka hipotek, dan tabungan serta deposito
berjangka.
c. Definisi dalam arti sempit
Pasar modal adalah tempat pasar terorganisasi yang memperdagangkan
saham-saham dan obligasi dan memakai jasa dari makelar, komisioner
dan para underwriter.
Pengertian pasar modal lebih spesifik lagi tercantum di dalam Undangundang Pasar Modal No.8 tahun 1995 pasal 1 angka 13:
“Pasar Modal adalah kegiatan yang bersangkutan dengan penawaran
umum dan perdagangan efek, perusahaan Publik yang berkaitan dengan
efek yang diterbitkannya, serta lembaga dan profesi yang berkaitan dengan
efek”.
Dari penjelasan diatas maka dapat disimpulkan bahwa, pasar modal
adalah suatu pasar yang merupakan sumber utama bagi perusahaan yang
membutuhkan dana dalam jumlah yang sangat besar atau juga tempat yang
mempertemukan
dua
kelompok
yang saling berhadapan dengan
kepentingan saling mengisi, yaitu emiten menerbitkan saham atau obligasi
dan pemodal (investor) membeli saham atau obligasi tersebut untuk
kepentingan jangka menengah atau panjang kedua belah pihak. Serta
dijadikan tempat terjadinya transaksi permintaan dan penawaran dari dana
jangka menengah atau panjang tersebut.
Husnan (1994:246) mengemukakan bahwa pasar modal yang efisien
adalah pasar yang harga sekuritas-sekuritasnya telah mencerminkan
informasi yang relevan. Implikasi dari pasar efisien bahwa harga saham
akan bereaksi terhadap pengumuman laporan keuangan
2. Tujuan Pasar Modal
Menurut Kamaruddin (2004:19), tiga aspek dasar atau tujuan dari
pasar modal yaitu:
a. Mempercepat
proses
perluasan
partisipasi
masyarakat
dalam
kepemilikan saham-saham perusahaan.
b. Pemerataan pendapatan masyarakat melalui kepemilikan saham
perusahaan.
c. Menggairahkan partisipasi masyarakat
dalam
pengarahan
dan
penghimpunan dana untuk digunakan secara produktif.
3. Manfaat Pasar Modal
Menurut Anoraga dan Pakarti (2003:12), manfaat pasar modal terbagi
menjadi tiga yaitu: bagi emiten, bagi investor, dan bagi pemerintah.
a. Manfaat pasar modal bagi emiten adalah.
1) Jumlah dana yang dapat dihimpun bisa berjumlah besar.
2) Dana
tersebut dapat diterima
sekaligus pada saat pasar
perdagangan selesai.
3) Tidak ada “convenant” sehingga manajemen dapat lebih bebas
dalam pengelolaan dana atau perusahaan.
4) Solvabilitas perusahaan tinggi sehingga memperbaiki citra
perusahaan.
5) Ketergantungan emiten terhadap bank menjadi kecil.
6) Cash flow hasil penjualan saham biasanya lebih besar dari harga
nominal perusahaan.
7) Emisi saham cocok untuk membiayai perusahaan yang berisiko
tinggi.
8) Tidak ada bebas finansial yang tetap.
10) Tidak dikaitkan dengan kekayaan penjamin tertentu.
11) Profesionalisme dalam manajemen meningkat.
b. Manfaat pasar modal bagi Investor.
1) Nilai investasi berkembang mengikuti pertumbuhan ekonomi.
Peningkatan tersebut tercermin pada meningkatnya harga saham
yang mencapai capital gain.
2) Memperoleh dividen bagi mereka yang memiliki atau memegang
saham dan bunga tetap atau bunga yang mengambang bagi
pemegang obligasi.
3) Mempunyai hak suara dalam RUPS bagi pemegang saham.
4) Dapat dengan mudah mengganti instrumen investasi, misalnya dari
saham A ke saham B, sehingga dapat meningkatkan keuntungan
atau mengurangi risiko.
5) Dapat sekaligus melakukan investasi dalam beberapa instrumen
yang mengurangi risiko.
c. Manfaat pasar modal bagi pemerintah
1) Mendorong laju pembangunan.
2) Mendorong investasi.
3) Penciptaan lapangan kerja.
4) Memperkecil Debt Service Ratio (DSR).
5) Mengurangi beban anggaran bagi BUMN.
4. Tugas Bursa Efek
Di Indonesia, pasar modal lebih dikenal dengan istilah bursa efek
(stock
exchange).
Bursa
Efek
adalah
lembaga/perusahaan
yang
menyelenggarakan atau menyediakan fasilitas sistem (pasar) untuk
mempertemukan penawaran jual dan beli efek antar berbagai perusahaan
atau perorangan yang terlibat dengan tujuan memperdagangkan efek
perusahaan-perusahaan yang tercatat di bursa efek.
Tugas bursa efek menurut Hendy dan Tjiptono (2001:17)
a. Menyediakan sarana perdagangan efek.
b. Mengupayakan likuiditas instrumen yaitu mengalirnya dana secara
cepat pada pada efek-efek yang terjual.
c. Menyebarluaskan informasi bursa ke seluruh lapisan masyarakat.
d. Memasyarakatkan pasar modal, untuk menarik calon investor dan
perusahaan yang go public.
e. Menciptakan instrumen dan jasa baru.
f. Membuat peraturan yang berkaitan dengan kegiatan bursa.
g. Mencegah praktik transaksi yang dilarang melalui pelaksanaan fungsi
pengawasan.
h. Ketentuan bursa efek mempunyai kekuatan hukum yang mengikat bagi
pelaku pasar modal.
F. Saham
Menurut Siegel dan Shim (2005:441) saham adalah bukti pemilikan dalam
sebuah perusahaan dan tuntutan terhadap aktiva serta keuntungan perusahaan
dimana merupakan modal resmi dari sebuah kesatuan yang dibagi menjadi
lembaran saham.
1. Jenis-jenis saham
a. Cara peralihan hak
1) Saham atas unjuk
Pada sertifikat jenis ini tidak dituliskan namanya. Dengan pemilikan
saham atas unjuk, seseorang pemilik sangat mudah untuk
mengalihkan kepada orang lain karena sifatnya mirip dengan uang.
Untuk itu siapa saja yang memegang sertifikat saham atas unjuk,
dialah
yang
dianggap
sebagai
pemilik
dan
berhak
untuk
memperalihkannya, berhak atas pembagian dividen dan berhak untuk
ikut hadir dan mengeluarkan suara dalam Rapat Umum Pemegang
Saham (RUPS).
2) Saham atas nama
Sertifikat saham yang diatasnya tertulis nama pemiliknya. Cara
peralihannya harus memenuhi suatu prosedur tertentu yaitu dengan
dokumen peralihan dan kemudian nama pemiliknya dicatat dalam
buku perusahaan yang khusus memuat daftar nama pemegang
saham.
b. Ditinjau dari segi manfaat
1) Saham biasa
Saham
biasa
menunjukkan
kepemilikan
dalam
perusahaan.
Pemegang saham biasa merupakan pemilik sebenarnya dari
perusahaan.
Ciri-ciri atau karakteristik saham biasa.
a) Tagihan terhadap pendapatan
Sebagai pemilik perusahaan, pemegang saham biasa memiliki
hak untuk sisa pendapatan setelah pemegang obligasi dan saham
preferen memperoleh pembayarannya.
b) Tagihan terhadap aset
Saham biasa memiliki tagihan terhadap sisa pendapatan, ia juga
memiliki tagihan terhadap sisa aktiva jika terjadi likuidasi. Hanya
jika tagihan dari pemegang obligasi dan pemegang saham
preferen telah diselesaikan, barulah tagihan pemegang saham
biasa dapat dilakukan.
c) Hak suara
Pemegang saham biasa memilih dewan komisaris dan merupakan
satu-satunya pemegang sekuritas yang memiliki hak suara.
2) Saham preferen
Saham preferen memiliki banyak karakteristik baik dari saham
biasa ataupun obligasi.
Ciri-ciri saham preferen:
a) Berbagai tingkat kelas
Jika memang dikehendaki, perusahaan dapat menerbitkan lebih
dari satu seri atau kelas saham preferen yang memiliki
karakteristik berbeda-beda juga mempunyai prioritas yang
berbeda-beda dalam melakukan tagihan terhadap aktiva dan
pendapatan jika terjadi kebangkrutan.
b) Tagihan terhadap aktiva pendapatan
Saham preferen lebih diprioritaskan dibanding dengan saham
biasa dalam melakukan tagihan terhadap aktiva jika terjadi
kebangkrutan. Tagihan saham preferen dilakukan setelah
obligasi dan lebih dahulu sebelum saham biasa.
c) Sifat kumulatif
Saham preferen kumulatif menyaratkan agar semua dividen
saham preferen yang belum dibayarkan sebelumnya harus
diselesaikan sebelum saham biasa diumumkan.
d) Persyaratan perlindungan
Persyaratan perlindungan ini biasanya memberikan hak suara
jika dividen tidak dibayarkan, atau ia membatasi pembayaran
dividen saham biasa jika pembayaran dana ditanam tidak
terpenuhi atau jika perusahaan mengalami masalah keuangan.
e) Dapat ditukar
Kebanyakan saham preferen yang diterbitkan sekarang ini
dapat ditukar berdasarkan kesepakatan pemegangnya menjadi
sejumlah saham biasa.
2. Keuntungan Membeli Saham
a. Adanya dividen atau pembagian laba usaha setiap akhir tahun, Jika
perusahaan berkembang dengan baik
b. Nilai saham akan terus meningkat terutama selama perusahaan mampu
berkembang dengan pesat, saham dapat dijual untuk memperoleh
capital gain yang diperoleh dari selisih nilai pada waktu dijual
dibandingkan pada saat pembelian. Saham dapat dijadikan arena
spekulasi atau adu untung.
c. Nilai saham tidak akan dipengaruhi oleh inflasi, depresiasi ataupun
devaluasi rupiah, sebagai assets akan tetap memiliki nilai saham,
selama perusahaan masih berjalan.
d. Saham merupakan assets kekayaan dengan tingkat likuiditas yang tinggi
artinya dengan mudah diperjualbelikan untuk mendapatkan uang tunai
dengan segera.
e. Pemegang atau pemilik saham tetap memiliki hak atas sisa milik
perusahaan setelah dikurangi hak para kreditor, pada saat perusahaan
dibubarkan
3. Kerugian Membeli Saham
a. Tidak mendapatkan dividen
Perusahaan tidak dapat membagikan dividen jika perusahaan tersebut
mengalami kerugian.
b. Capital loss
Dimana pemodal harus menjual saham dengan harga jual lebih rendah
dari pada harga beli.
c. Perusahaan Bangkrut atau dilikuidasi
Jika suatu perusahaan bangkrut
maka secara otomatis saham
perusahaan tersebut akan dikeluarkan dari Bursa atau di Delist
d. Saham di Delist dari Bursa (delisting)
Saham yang telah di delist hanya bisa diperdagangkan di luar Bursa
dengan konsekuensi tidak terdapat patokan harga yang jelas dan jika
terjual biasanya dengan harga yang jauh lebih rendah dari harga
sebelumnya.
e. Saham disuspend
Saham yang diberhentikan perdagangannya oleh Otoritas Bursa Efek.
G. Laba
1. Pengertian Laba
Laba akuntansi secara operasional didefinisikan sebagai perbedaan
antara pendapatan yang direalisasi yang timbul dari transaksi periode
tersebut dan biaya historis yang sepadan dengannya, Belkaoui (1997:233).
Definisi ini mengemukakan lima ciri khas laba akuntansi:
a. Laba akuntansi didasarkan pada transaksi aktual yang dilakukan oleh
sebuah perusahaan (terutama pendapatan yang timbul dari penjualan
barang atau jasa dikurangi biaya yang diperlukan untuk mencapai
penjualan itu.
b. Laba akuntansi didasarkan pada postulate periode dan berhubungan
dengan prestasi keuangan perusahaan itu selama periode waktu
tertentu.
c. Laba akuntansi didasarkan pada prinsip pendapatan dan membutuhkan
definisi, pengukuran, dan pengakuan pendapatan.
d. Laba akuntansi membutuhkan pengukuran biaya dalam bentuk biaya
historis bagi perusahaan, yang melahirkan kepatuhan yang ketat pada
prinsip
biaya.
Sebuah
aktiva
diperhitungkan
sebesar
biaya
perolehannya sampai penjualan direalisasi, dimana pada saat itu diakui
setiap perubahan dalam nilainya. Jadi biaya adalah aktiva yang jatuh
tempo atau harga pokok perolehan yang jatuh tempo.
e. Laba akuntansi mensyaratkan agar pendapatan yang direalisasi dari
periode itu dikaitkan pada biaya relevan yang tepat atau sepadan.
Dengan demikian, laba akuntansi didasarkan pada prinsip matching.
Biaya tertentu atau biaya periode yang dialokasikan serta dibandingkan
(matched) dengan pendapatan dan biaya-biaya lain, dilaporkan dan
dikompensasi ke depan sebagai aktiva. Biaya yang dialokasikan dan
dibandingkan dengan pendapatan periode dianggap mempunyai suatu
potensi jasa yang jatuh tempo.
Menurut Sujarwo (2007:15) laba (earnings) adalah ukuran kinerja
untuk suatu periode. Sedangkan laba seperti yang dijelaskan dalam
statement of financial accounting concepts (FASB 1984) adalah
pengertian yang sama dengan laba bersih (net income) yang berlaku dalam
praktek saat ini, yaitu semua laba bersih untuk satu periode.
Dalam penelitian Sujarwo (2007) menguji apakah laba akuntansi dan
komponen arus kas berpengaruh secara signifikan terhadap harga saham.
Hasil penelitian tersebut menemukan bahwa laba akuntansi dan total arus
kas secara bersama-sama berpengaruh secara signifikan terhadap harga
saham. Arus kas operasi, arus kas investasi, dan arus kas pendanaan secara
bersama-sama berpengaruh secara signifikan terhadap harga saham.
2. Tujuan Pelaporan Laba
Menurut Hendriksen (2004:130) menyatakan bahwa tujuan utama
pelaporan laba adalah untuk memberikan informasi yang berguna bagi
mereka yang paling berkepentingan dengan laporan keuangan. Salah satu
tujuan dasar yang dapat dikatakan paling penting bagi semua pemakai
laporan keuangan adalah untuk membedakan antara modal yang
diinvestasikan dan laba antara stock dan arus keuangan sebagai bagian dari
proses akuntansi deskriptif. Tujuan yang lebih khusus meliputi
penggunaan laba sebagai pengukuran efisiensi manajemen, penggunaan
angka laba historis untuk membantu meramalkan keadaan usaha dan
distribusi dividen di masa yang akan datang, dan penggunaan laba sebagai
pengukuran keberhasilan serta sebagai pedoman pengambilan keputusan
manajerial di masa yang akan datang.
3. Konsep Laba
Menurut Hendriksen (2004:130) konsep laba terbagi menjadi:
a. Konsep laba sintaksis (structural)
Pada tingkatan sintaksis konsep income dihubungkan dengan konversi
(kebiasaan) dan aturan logis serta konsisten dengan mendasarkan pada
premis dan konsep yang telah berkembang dari praktek akuntansi yang
ada. Konsekuensinya pada Akuntan yang sudah sejak lama dan
berulang
kali menggunakan istilah income menurut pandangan
akuntansi merasa konsep yang mereka gunakan adalah paling tepat.
Akibatnya masyarakat umum cenderung menerimanya seakan-akan
memiliki interprestasi dalam dunia nyata, walaupun pengertian income
menurut akuntan berbeda dengan pengertian income menurut para
ekonom. Para akuntan biasanya menghitung laba bersih berdasarkan
prinsip
dan kaidah yang sering tidak ada hubungannya dengan
fenomena dunia nyata atau akibat-akibat perilaku.
Terdapat dua pengukuran laba (income measurement) pada tingkat
sintaksis yaitu:
1) Pendekatan transaksi
Pendekatan transaksi adalah pendekatan konvensional yang banyak
digunakan oleh para akuntan. Pada prinsipnya pendekatan ini
mencatat perubahan nilai eksternal maupun transaksi internal.
Prosedur yang lazim dari pendekatan ini adalah mencatat revenue
dan expense pada saat terjadinya berdasarkan transaksi eksternal
dan maupun transaksi internal. Prosedur yang lazim dari
pendekatan ini adalah mencatat revenue dan expense pada saat
terjadinya berdasarkan transaksi eksternal.
2) Pendekatan aktivitas
Apabila pendekatan transaksi menggunakan konsep pengakuan
pada saat penjualan atau pertukaran dengan metode pembebanan
akuntansi konvensional maka pendekatan aktivitas menitikberatkan
pada penjelasan suatu kejadian atau aktivitas perusahaan dari pada
pelaporan suatu transaksi. Income diasumsikan timbul pada
terjadinya aktivitas atau kegiatan tertentu dan bukannya terjadi
pada suatu transaksi. Oleh karena itu income dapat dicatat pada
berbagai aktivitas perusahaan seperti: (1) pada saat perencanaan,
(2) pembelian, (3) proses produksi, (4) penjualan, atau (5) mungkin
pada saat penagihan.
b. Konsep laba sematik (interpretatif)
Pada konsep income di telaah melalui hubungannya dengan realita
ekonomi. Dalam usahanya memberikan makna interpretatif
dari
konsep laba akuntansi (accounting income), para akuntan seringkali
merujuk pada dua konsep ekonomi. Kedua konsep ekonomi tersebut
adalah perubahan dari keadaan kesejahteraan dan maksimalisasi laba.
1) Konsep perubahan dari keadaan kesejahteraan sering disebut
dengan istilah konsep pemeliharaan modal (capital maintenance
concept). Menurut konsep ini laba (income) didefinisikan sebagai
jumlah yang dapat diberikan perusahaan kepada para pemegang
saham sehingga tingkat kesejahteraan atau kekayaan (capital)
mereka pada akhir periode sama dengan pada awal periode.
2) Laba sebagai alat ukur efisiensi
Konsep ekonom kedua yang digunakan para akuntan untuk
memberi
makna
interpretatif
dari
laba
akuntansi
adalah
maksimalisasi laba. Ukuran yang paling umum digunakan untuk
pencapaian laba maksimal adalah tingkat efisiensi manajemen
dalam mengelola perusahaan. Para pemakai laporan keuangan,
khususnya pemakai eksternal (investor dan kreditor) sangat
berkepentingan dengan kinerja perusahaan. Operasi perusahaan
yang efisien berpengaruh kepada pembagian dividen dimasa yang
akan datang. Efisiensi dapat didefinisikan sebagai kemampuan
untuk mendapakan maksimum output dari sejumlah sumber daya
tertentu, atau output konstan dengan pengunaan sumber daya
sekecil mungkin, atau kombinasi sumber daya optimum dengan
permintaan produk yang telah ditetapkan
untuk menghasilkan
tingkat pengembalian maksimal bagi pemilik modal.
f. Konsep laba pragmatis
Pada tingkat pragmatis, konsep income dikaitkan perilaku pengguna
laporan keuangan terhadap informasi yang tersirat
perusahaan. Beberapa reaksi dapat ditunjukan
dari laba
dengan proses
pengambilan keputusan dari investor dan kreditor, reaksi harga surat
berharga terhadap pelaporan income atau, reaksi umpan balik dari
manajemen dan
akuntan terhadap
income
yang dilaporakan.
Berdasarkan uraian diatas konsep income sebagai alat peramalan serta
income sebagai bahan pengambilan keputusan manjerial.
1) Income sebagai alat peramalan
SFAC No. 1 menyatakan bahwa user khususnya investor dan
kreditor ingin menilai prospek cash flow serta menggunakan laba
untuk menilai earning power dan menilai resiko apabila
berinvestasi atau memberikan pinjaman. Nilai perusahaan dan
harga saham tergantung dari arus distribusi kas kepada pemegang
saham di masa yang akan datang. Kemampuan meramalkan kinerja
perusahaan di masa-masa yang akan datang ini memberikan
implikasi dalam praktik-praktik akuntansi berupa rekayasa laba
atau penghalusan laba (income smoothing) yang dilakukan oleh
sebagian manajemen perusahaan.
2) Income sebagai bahan pengambilan keputusan manajemen laporan
keuangan yang formal umumnya ditujukkan untuk para pemakai
eksternal data akuntansi, tetapi para akuntan juga harus melengkapi
manajemen dengan alat dan bahan baku yang dibutuhkan untuk
pengendalian dan mengambil keputusan yang baik. Seperti halnya
para investor umumnya berkepentingan dengan arus dividen yang
akan datang, manajemen berkepentingan dengan apa yang terjadi
di masa datang. Keputusan hanya dapat mempengaruhi kejadian
yang akan datang.
H. Suku Bunga SBI
Sertifikat Bank Indonesia adalah surat berharga yang dikeluarkan oleh
Bank Indonesia. SBI diterbikan oleh BI lebih ditujukan sebagai alat kebijakan
moneter. SBI diterbitkan pertama kali pada tahun 1984 sebagai alternatif
investasi bagi pemilik dana dengan jaminan keamanan dana yang diberikan
oleh bank sentral serta pemberian tingkat suku bunga yang cukup kompetitif.
Fungsi SBI tidak jauh dari treasury bill yaitu surat hutang yang diterbitkan
oleh pemerintah.
SBI diterbitkan dengan sistem diskonto dan tanpa warkat dengan
penyelesaian transaksi 1 hari. Satuan unit SBI adalah sebesar Rp. 1 juta
dengan transaksi terkecil di pasar perdana sebesar 1.000 unit atau Rp. 1
Milyar, jangka waktu SBI terdiri dari 1,2,3,6 dan 1 tahun. Metode
perdagangannya dilakukan melalui sistem lelang dan non lelang. SBI
memiliki prospek yang sangat bagus karena kausalitas surat utang ini dijamin
langsung oleh Bank Indonesia, selain itu tingkat suku bunga SBI dijadikan
rujukan oleh kalangan perbankan untuk memberikan tingkat suku bunga
deposito kepada nasabahnya dan dapat juga dijadikan agunan (Syahril
Ramadhan, 2002).
Tingkat bunga adalah harga yang menghubungkan masa kini dan masa
depan, serta merupakan variabel penting diantara variabel-variabel makro
ekonomi (mankiw, 2005 : 157).
Interest rate atau tingkat bunga adalah harga pasar yang mentransfer
sumber daya masa lalu dan masa depan atau merupakan hasil tabungan dan
biaya peminjaman (mankiw, 2005 : 494).
Menurut Wyss (2001:21) disaat suku bunga meningkat investasi dalam
deposito atau tabungan akan menarik bagi investor dibandingkan investasi
dalam bentuk saham yang memiliki resiko yang lebih tinggi dibandingkan
deposito tabungan. Namun pada saat suku bunga menurun investasi dalam
bentuk deposito atau tabungan akan tidak menarik bagi investor karena hal
tersebut memiliki return yang rendah.
I. Uang Beredar
Menurut Sadono Sukirno (2004) uang beredar adalah semua jenis uang
yang beredar didalam perekonomian, yaitu uang dalam peredarannya
ditambah dengan uang giral dalam bank-bank umum. Uang beredar memiliki
definisi yang berbeda sesuai dengan tingkat likuiditasnya biasanya uang
didefinisikan:
1. M1 adalah uang kertas dan logam ditambah simpanan dalam bentuk
rekening koran (demand deposit)
2. M2 adalah M1 + tabungan + deposito berjangka (time deposit) pada bankbank umum
3. M3 adalah M2 + tabungan + deposito berjangka pada lembaga-lembaga
tabungan non bank.
M1 adalah yang paling likuid karena proses menjadikannya uang kas
sangat cepat dan tanpa adanya kerugian nilai (artinya satu rupiah tetap satu
rupiah).
M2 mencakup deposito berjangka maka likuiditasnya lebih rendah. Untuk
menjadi uang kas deposito berjangka perlu waktu (3, 6, atau 12 bulan) dan
jika dijadikan uang kas sebelum waktu yang ditentukan maka akan terkena
denda sehingga nilai satu rupiah akan menjadi lebih kecil karena denda.
M1 merupakan uang dalam bentuk uang giral dan uang kartal yang
dipegang
dan digunakan masyarakat sebagai alat transaksi pembayaran
sehari-hari.
M2 meliputi mata uang dalam peredaran, uang giral dan uang kuasi. Uang
kuasi terdiri atas deposito berjangka dan tabungan dalam rupiah, serta
rekening valuta asing milik swasta domestik. Penurunan M2 dapat disebabkan
oleh menurunnya jumlah uang kuasi, selain itu perlambatan pertumbuhan M2
bersumber dari beberapa faktor antara lain lambatnya penciptaan uang akibat
belum optimalnya fungsi intermediasi perbankan, berkembangnya alternatif
penyimpanan dana lain dalam bentuk reksadana yang menghasilkan tingkat
keuntungan yang lebih baik, dan menurunnya kapitalisasi bunga seiring
dengan terus menurunnya tingkat suku bunga sedangkan komponen yang
memberi kontribusi pada peningkatan M2 adalah peningkatan M1 dan
peningkatan uang kuasi, peningkatan tersebut terutama disumbang oleh
naiknya jumlah kredit yang dikucurkan baik dalam mata uang rupiah maupun
valas.
Salah satu kebijakan moneter yang dilakukan oleh Bank Sentral adalah
jual beli surat berharga sehingga tingkat bunga akan turun. Pada saat tingkat
bunga mengalami penurunan maka return yang diberikan oleh obligasi akan
menurun pula (Monetary Portfolio Hypothesis) hal ini berakibat pemilik dana
akan mencari instrumen investasi lain yang lebih menguntungkan, karena
penurunan tingkat bunga akan menurunkan biaya produksi sehingga
pendapatan perusahaan akan meningkat maka hal tersebut mengakibatkan
berinvestasi pada saham menjadi lebih menarik sehingga harga saham akan
meningkat. Dengan kata lain peningkatan uang yang beredar akan membawa
peningkatan pada harga saham.
J. Penelitian Sebelumnya
Rohman dan Arfan (2002) meneliti tentang pengaruh arus kas operasi dan
laba akuntansi terhadap tingkat keuntungan tidak normal (abnormal return)
saham pada perusahaan go public di BEJ. Dalam penelitian tersebut
disimpulkan bahwa pengumuman arus kas operasi dan laba akuntansi kurang
berpengaruh terhadap tingkat keuntungan saham.
Prasetio dan Sutoyo (2003) meneliti tentang analisis pengaruh interaksi
laba akuntansi dengan arus kas terhadap harga saham dan volume
perdagangan saham. Dalam penelitian ini disimpulkan bahwa variabel laba
akuntansi yang berinteraksi dengan arus kas total tidak berpengaruh secara
signifikan terhadap harga saham dan volume perdagangan saham. Variabel
laba akuntansi mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap laba saham
tetapi tidak mempunyai pengaruh
yang signifikan dengan
volume
perdagangan saham.
Chairuddin dan Herry (2004) Meneliti tentang analisis pengaruh antara
perubahan nilai tukar rupiah, tingkat suku bunga dan inflasi terhadap
perubahan indeks harga saham gabungan. Dalam penelitian ini disimpulkan
bahwa korelasi antara variabel kurs, suku bunga SBI dan indeks harga
konsumen dengan variabel IHSG sebesar 73% di atas membuktikan bahwa
hubungan antara kurs, suku bunga SBI, dan indeks harga konsumen dengan
variabel hubungan antara kurs, suku bunga SBI dan indeks harga konsumen
dengan IHSG adalah sangat erat (>0,6). Variabel kurs, SBI, IHK secara
bersama-sama mempengaruhi besarnya variabel IHSG.
Dwiridotjahjono (2006) meneliti tentang analisis pengaruh variabelvariabel ekonomi makro terhadap harga saham pada perusahaan food and
baverages yang Listing di Bursa Efek Jakarta. Dalam penelitian ini
menyimpulkan bahwa berdasarkan analisis regresi berganda menunjukkan
bahwa variabel-variabel ekonomi makro yang terdiri dari (X1), Tingkat Bunga
Deposito (X2), nilai tukar Rp/US $ (X3), Produk Domestik Bruto (PDB) (X4),
dan Harga Emas (X5) secara simultan berpengaruh signifikan terhadap harga
saham pada perusahaan food and beverage yang listing di Bursa Efek Jakarta.
Secara parsial variabel Inflasi (X1), Tingkat bunga deposito (X2), nilai tukar
Rp/US $ (X3), dan Harga saham (X5) berpengaruh negatif dan signifikan
terhadap harga saham, sedangkan variabel Produk Domestik Bruto (PDB) (X4)
pengaruhnya tidak signifikan. Variabel Tingkat Bunga Deposito (X2)
merupakan variabel independen yang dominan pengaruhnya terhadap harga
saham.
Utari (2006) meneliti tentang kandungan informasi laba dan arus kas guna
pengambilan keputusan investasi di Bursa Efek Jakarta. Dalam penelitian
tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa pengaruh laba akuntansi terhadap
laba saham arus kas bersih dari aktivitas operasi, investasi dan pendanaan
serta laba akuntansi berpengaruh terhadap harga dan return saham, namun
secara parsial memiliki pengaruh yang berbeda. Pada tingkat signifikansi di
level 10% hanya laba akuntansi yang berpengaruh signifikan terhadap harga
saham.
Poernomo (2007) meneliti tentang pengaruh laba bersih dan arus kas
operasi terhadap nilai badan usaha yang tercermin dalam nilai kapitalisasi
pasar pada Industri rokok di PT Bursa Efek Surabaya. Hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa secara simultan laba bersih dan arus kas operasi
mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap nilai kapitalisasi pasar. Secara
partial laba bersih mempunyai pengaruh terhadap nilai kapitalisasi pasar.
Tabel.2.1
Perbedaan penelitian ini dengan penelitian
Edi Kartono (2008) dan Adi Sujarwo (2007)
Edi Kartono
Variabel
Independen
1.Pengungkapan
Laporan
Keuangan
Varibel Dependen
Periode Pengujian
Harga Saham
2003-2006
2.Dividen
3.Ekuitas
Adi Sujarwo
1. Laba Akuntansi
2. Komponen Arus
Harga Saham
2003-2006
Penulis
1.Pengungkapan
Laporan
Keuangan
Harga Saham
2005-2008
2.Laba Akuntansi
3.Suku Bunga SBI
4.Uang Beredar
K. Kerangka Penelitian
Model hubungan antar variabel untuk penelitian ini digambarkan
sebagai berikut :
Gambar 2.1
Model Hubungan Pengaruh Tingkat Pengungkapan Akuntansi, Laba
Akuntansi, Suku Bunga SBI dan Uang Beredar Terhadap Harga Saham
Laporan
Keuangan
Tingkat
Pengungkapan
Variabel
Makro
Laba
Akuntansi
Suku
Bunga SBI
Harga Saham
Kesimpulan
Uang
Beredar
L. Perumusan Hipotesis
f. Ha1 :
Terdapat pengaruh signifikan tingkat pengungkapan laporan
keuangan, laba akuntansi, uang yang beredar, dan suku bunga
SBI secara simultan terhadap harga saham.
g. Ha2 :
Terdapat pengaruh signifikan tingkat pengungkapan laporan
keuangan, laba akuntansi, uang yang beredar, dan suku bunga
SBI secara parsial terhadap harga saham.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Ruang Lingkup Penelitian
Ruang lingkup penelitian ini adalah perusahaan
go public dan
terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI). Dimana perusahaan-perusahaan yang
termasuk dalam daftar perusahaan properti dan real estat yang terdaftar di
Bursa Efek Indonesia (BEI). Data diperoleh dari laporan keuangan tahunan
perusahaan sejak tahun 2005 sampai 2008. Penelitian ini melakukan analisis
pengaruh pengungkapan akuntansi, laba akuntansi, suku bunga SBI, dan uang
beredar sebagai variabel independen terhadap harga saham sebagai variabel
dependen.
B. Metode Penentuan Sampel
Populasi dalam penelitian ini adalah sektor industri properti dan real
estat yang terdaftar di BEI, dengan menggunakan metode purposive sampling,
karena penelitian ini berdasarkan pertimbangan atau kriteria-kriteria tertentu.
Adapun kriteria yang digunakan sebagai purposive sampling adalah:
1. Perusahaan yang telah terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada periode
2005-2008.
2. Perusahaan yang memperoleh laba terus menerus pada periode 2005-2008
3. Data laporan keuangan yang diambil pada periode 2005-2008.
4. Perusahaan yang bergerak dalam Industri Property dan Real Estate selama
periode penelitian dan menerbitkan annual report.
C. Metode Pengumpulan Data
1. Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang diperoleh dari pihak lain dalam bentuk
laporan tahunan antara lain IDX monthly yang diperoleh dari publikasi
BEI dan beberapa publikasi yang diterbitkan oleh Bank Indonesia melalui
website Bank Indonesia.
2. Metode Kepustakaan
Metode pengumpulan data yang dilakukan dengan mempelajari serta
menganalisis literatur yang sumber-sumbernya dari buku-buku, jurnaljurnal, artikel, koran, majalah, dan lain-lain sebagainya yang berkaitan
dengan masalah yang sedang dihadapi. Hal ini berguna untuk
mendapatkan fakta serta pendapat para ahli yang berkaitan dengan
penelitian.
3. Metode Observasi
Yaitu penelitian yang mengambil datanya bertumpu pada pengamatan
langsung terhadap objek penelitian. Penulis datang langsung ke lokasi
penelitian yaitu BEI (Bursa Efek Indonesia).
D. Teknik Analisis
Analisis data dilakukan secara kuantitatif dengan menggunakan
metode skoring data regresi berganda.
Metode skoring digunakan untuk
mengukur tingkat pengungkapan, sedangkan regresi berganda digunakan
untuk menguji pengaruh variabel-variabel independen terhadap variabel
dependen. Sebelum melakukan pengujian hipotesis yang ada, penulis
melakukan pengujian asumsi klasik regresi berganda terlebih dahulu.
1. Metode Skoring
Skoring adalah pemberian nilai untuk setiap unsur catatan atas laporan
keuangan yang harus diungkapkan oleh setiap perusahaan. Dalam
penelitian ini, pengukuran tingkat pengungkapan laporan keuangan
menggunakan metode skoring yang sangat sederhana. Skoring dalam
penelitian ini hanya memberikan nilai nol atau satu pada kriteria-kriteria
yang telah ditentukan sebelumnya, yang terdapat pada catatan atas laporan
keuangan setiap perusahaan. Skoring ini perlu dilakukan untuk
mempermudah tingkat-tingkat pengungkapan laporan keuangan setiap
perusahaan.
Untuk melakukan skoring pada tingkat pengungkapan laporan
keuangan dalam penelitian ini maka item-item yang harus diungkapkan
pada laporan tahunan tersebut mengambil sumber dari standar peraturan
yang dikeluarkan oleh ketua Bapepam No 38/PM/1996 tentang laporan
tahunan.
Pengukuran tingkat pengungkapan dilakukan dengan cara mencari
angka indeksnya yaitu dengan membagi total skor pengungkapan yang
diperoleh perusahaan dengan total skor yang harus diungkapkan sesuai
standar yang ditetapkan (peratuaran No 38/PM/1996).
Tingkat Pengungkapan Perusahaan =
Skor Pengungkapan yang diperoleh Perusahaan
x 100 %
Skor yang harus diungkapkan sesuai No.38/PM/1996
2. Uji Normalitas
Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi.
Variabel dependent, independent atau keduanya terdistribusi normal atau
tidak. Model regresi yang baik adalah distribusi data normal atau
mendekati normal. Model regresi yang baik adalah distribusi data normal
atau mendekati normal (Ghozali, 2005:105)
Dasar pengambilan keputusan dalam uji normalitas adalah:
1) Jika data menyebar disekitar garis diagonal dan mengikuti arah
garis diagonal, maka model regresi memenuhi asumsi normalitas.
2) Jika data menyebar disekitar garis diagonal dan tidak mengikuti
arah garis diagonal, maka model regresi tidak memenuhi asumsi
normalitas.
3. Uji Asumsi Klasik
a. Multikolinieritas
Multikolineriatas bertujuan untuk menguji apakah model regresi
ditemukan adanya korelasi antara variabel bebas (independen)
(Ghozali, 2005:91). Jika terjadi korelasi, maka terdapat problem
multikolinieritas atau multiko. Model regresi yang baik seharusnya
tidak
terjadi
korelasi
diantara
variabel
independennya.
Multikolinieritas dapat dilihat dari (1) nilai tolerance (TOL) dan
lawannya variant inflation factor (VIF). Apabila TOL lebih dari 0.10
dan VIF kurang dari 10, maka tidak terjadi multikolinearitas.
Dasar pengambilan keputusan dalam uji normalitas adalah :
H0 diterima jika nilai VIF (Variance Inflation Factor) dan angka
tolerance sesuai dengan pedoman suatu model regresi yang bebas
multikolinieritas, yakni mempunyai nilai VIF kurang dari 10,
mempunyai angka tolerance (TOL) lebih dari 0.10.
b. Heteroskedastisitas
Uji ini dilakukan untuk menguji apakah dalam sebuah model regresi
terjadi ketidaksamaan varians dari residual satu pengamatan ke
pengamatan
lain.
Jika
nilai
variansnya
tetap
maka
disebut
homoskedastisitas. Jika variansnya berbeda disebut heteroskedastisitas,
dimana
model
regresi
yang
baik
adalah
tidak
terjadi
heteroskedastisitas. (Ghozali, 2005:105).
Untuk menguji heteroskedastisitas dalam penelitian ini yaitu dengan
cara melihat gambar scatterplot yaitu jika ada pola tertentu, seperti
titik-titik (point-point) yang ada membentuk susunan tertentu yang
bergelombang, melebar kemudian menyempit, maka telah terjadi
heteroskedastisitas. Dan jika tidak ada pola yang jelas, serta titik-titik
menyebar di atas dan di bawah angka 0 pada sumbu Y, maka tidak
terjadi heteroskedastisitas .
c. Autokorelasi
Menurut Ghozali (2005:95) autokorelasi bertujuan menguji apakah
dalam model regresi linear ada korelasi antara kesalahan pengganggu
pada periode t-1 (sebelumnya). Jika terjadi korelasi, maka dinamakan
ada problem autokorelasi. Autokorelasi muncul karena observasi yang
berurutan sepanjang waktu berkaitan satu sama lainnya. Masalah ini
timbul karena residual (kesalahan pengganggu) tidak bebas dari satu
observasi ke observasi lainnya. Model regresi yang baik adalah model
regresi yang tidak terjadi problem autokorelasi.
Dalam penelitian ini untuk mendeteksi autokolerasi yaitu dengan Run
Test. Diketahui bahwa, Run Test sebagai bagian dari statistik non
parametrik dapat pula digunakan untuk menguji apakah antara residual
terdapat korelasi yang tinggi. Jika antar residual tidak terdapat
hubungan korelasi maka dikatakan bahwa residual adalah acak atau
random. Run Test digunakan untuk melihat apakah data residual
terjadi secara random atau tidak (sistematis) (Ghozali, 2005:103).
Apabila nilai signifikan < 0,05 maka dapat dikatakan bahwa tidak
terjadi problem autokorelasi.
4. Uji Signifikan
a. Metode Adjusted R2 (Koefisien Determinasi)
Koefisien determinasi (R2) pada intinya mengukur seberapa jauh
kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel dependen.
Nilai koefisien determinasi adalah nol dan satu. Nilai R2 yang kecil
berarti kemampuan variabel-variabel independen dalam menjelaskan
variasi variabel dependen amat terbatas. Nilai yang mendekati satu
berarti variabel-variabel independen memberikan hampir semua
informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variasi variabel
dependen. (Ghozali 2005:83).
b. Uji Statistik F
Uji statistik F pada dasarnya menunjukkan apakah semua variabel
independen atau bebas yang dimaksudkan dalam model mempunyai
pengaruh secara bersama-sama terhadap variabel dependen atau
terikat. Hipotesis nol (Ho) yang hendak diuji adalah apakah semua
parameter dalam model sama dengan nol. Bila nilai F lebih besar dari
pada 4 maka Ho dapat ditolak pada derajat kepercayaan 5%. Dengan
kata lain kita menerima hipotesis alternatif, yang menyatakan bahwa
semua
variabel
independen
secara
serentak
dan
signifikan
mempengaruhi variabel dependen. Membandingkan nilai F hasil
perhitungan dengan nilai F menurut tabel. Bila niali F hitung lebih
besar dari nilai F tabel, maka Ho ditolak dan menerima HA (Ghozali
2002:84).
c. Uji t-Statistik
Uji statistik t pada dasarnya menunjukkan seberapa jauh pengaruh satu
variabel penjelas / independen secara individual dalam menerangkan
variasi variabel dependen. Hipotesis nol (Ho) yang hendak diuji adalah
apakah suatu parameter (bi) sama dengan nol. Bila jumlah degree of
freedom (df) adalah 20 atau lebih, dan derajat kepercayaan sebesar 5%,
maka Ho yang menyatakan bi = 0 dapat ditolak bila t lebih besar dari 2
(dalam nilai absolut). Dengan kata lain kita menerima hipotesis
alternatif, yang menyatakan bahwa suatu variabel independen secara
individual mempengaruhi variabel dependen. Membandingkan nilai
statistik dengan titik kritis menurut tabel. Apabila nilai statistik t
dengan titik kritis dengan tabel. Apabila nilai statistik t hasil
perhitungan lebih tinggi dibandingkan nilai t tabel, kita menerima
hipotesis alternatif yang menyatakan bahwa suatu variabel independen
secara individual mempengaruhi variabel dependen (Ghozali 2005:84).
5. Persamaan Regresi Berganda
Analisis data dilakukan secara kuantitatif dengan bantuan statistik.
Apabila dalam persamaan garis regresi tercakup lebih dua variabel
(termasuk variabel tak bebas Y), maka regresi ini disebut regresi linier
berganda (multiple linier regression). Dalam regresi linier berganda
variabel tak bebas Y bergantung kepada dua atau lebih variabel.
Regresi berganda bertujuan untuk mengetahui kelinieran pengaruh
variabel tingkat pengungkapan, dividen, ekuitas terhadap harga saham.
Persamaan umum regresi berganda yang digunakan adalah:
Y = a + b1 X1 + b2 X2 + b3 X3 + b4 X4 + e
Y = Harga saham
A = Konstanta
b1, b2, b3, b4 = Koefisien regresi tingkat pengungkapan (X1), laba akuntansi
(X2), Suku bunga SBI (X3), dan uang beredar (X4)
X1 = Tingkat pengungkapan
X2 = Laba akuntansi
X3 = Suku bunga SBI
X4 = Uang beredar
E. Operasi Variabel Penelitian dan Pengukurannya
Variabel penelitian ini adalah variabel bebas atau variabel independen
yaitu tingkat pengungkapan akuntansi, laba akuntansi, suku bunga SBI dan,
uang beredar. Variabel terikat atau variabel dependen yaitu harga saham.
1. Variabel Independen
a. Tingkat Pengungkapan Akuntansi
Menurut
Bambang
Irawan
(2006:8)
pengungkapan
dalam
pengertian sempitnya mencakup hal-hal seperti pembahasan dan
analisis manajemen, catatan kaki, dan laporan pelengkap. Sedangkan
dalam artian luas pengungkapan berkenaan dengan informasi yang
disajikan baik dalam bentuk laporan keuangan maupun media
komunikasi pendukung lainnya seperti : catatan kaki, peristiwa
sesudah tanggal laporan, analisis manajemen mengenai operasi pada
tahun yang akan datang, peramalan keuangan dan operasi dan laporan
keuangan tambahan mengenai segmental disclosure dan informasi lain
di luar historical cost.
Dalam penelitian ini, untuk mengukur tingkat pengungkapan
laporan keuangan digunakan lampiran peraturan No. VIII.G.7 tentang
Pedoman Penyajian Laporan Keuangan dan Peraturan No. VIII.G.2
tentang Laporan Tahunan. Peraturan tersebut diperkuat dengan
Keputusan Ketua Bapepam No. Kep-17/PM/1995, yang selanjutnya
diubah melalui Keputusan Ketua Bapepem No. Kep-38/PM/1996 yang
berlaku bagi semua perusahaan yang telah melakukan penawaran
umum dan perusahaan publik.
Untuk mengukur
tingkat
pengungkapan
laporan
keuangan
digunakan metode skoring. Di dalam metode skoring penelitian ini
hanya memberikan nilai nol atau satu pada kriteria-kriteria yang telah
ditentukan sebelumnya, yang terdapat pada catatan atas laporan
keuangan setiap perusahaan. Skoring ini perlu dilakukan untuk
mempermudah tingkat-tingkat pengungkapan laporan keuangan setiap
perusahaan (Edi Kartono 2008).
b. Laba Akuntansi
Laba akuntansi adalah laba bersih sebelum extraordinary items
dan discontinued operation (Rohman dan Arfan 2002:109). Data
tentang laba akuntansi diperoleh dari laporan laba rugi laporan
keuangan masing-masing perusahaan go public yang menjadi sampel
pada penelitian ini di Bursa Efek Indonseia. Sedangkan laba akuntansi
yang di pakai pada penelitian ini adalah laba kotor. Febrianto dan
Widiastuty (2005:167) melakukan penelitian tiga angka laba akuntansi
yang lebih bermakna bagi Investor, bahwa penggunaan angka laba
operasi dan laba bersih tidaklah salah, namun hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa laba kotor sebenarnya lebih memiliki kualitas
laba yang lebih baik dibandingkan kedua angka laba yang lain.
c. Suku Bunga SBI
Menurut Pananda Pasaribu (2009:5) tingkat suku bunga dapat
didefinisikan sebagai tingkat pengembalian aset yang mempunyai
risiko mendekati nol, investor dapat menggunakan tingkat bunga
sebagai patokan
(benchmark) untuk perbandingan bila
ingin
berinvestasi. Dalam penelitian ini tingkat suku bunga diukur dengan
menggunakan suku bunga yang ditentukan oleh Bank Indonesia selaku
penguasa moneter melalui Sertifikat Bank Indonesia (SBI). Besar
kecilnya suku bunga sangat tergantung dari kondisi makro yang
berkembang di Indonesia. Peningkatan suku bunga diduga mempunyai
korelasi dengan naiknya volume penjualan saham. Tingkat suku bunga
yang ideal jika besarnya berada di bawah kisaran angka 10. Hal ini
berarti tingkat keuntungan yang diharapkan dari adanya investasi akan
menurun dengan cepat jika tingkat bunga meningkat, sehingga bagi
para pelaku ekonomi semakin rendah tingkat suku bunga adalah
semakin baik (Haryanto dan Priyatno, 2007:33).
d. Uang Beredar
Menurut Sadono Sukirno (2000:281) uang beredar adalah semua jenis
uang yang berada di dalam perekonomian, adalah jumlah dari mata
uang dalam peredaran ditambah dengan uang giral dari bank-bank
umum. Pengertian uang beredar atau money supply perlu dibedakan
pula menjadi dua pengertian, yaitu pengertian yang terbatas (M1) dan
pengertian yang luas (M2). Dalam pengertian yang terbatas (M1) uang
beredar adalah mata uang dalam peredaran ditambah dengan uang giral
yang dimiliki oleh perseorangan-perseorangan perusahaan-perusahaan,
dan badan-badan pemerintah. Dalam pengertian yang luas (M2) uang
beredar meliputi mata uang dalam peredaran, uang giral dan uang
kuasi. Uang kuasi terdiri dari deposito berjangka, tabungan dan
rekening (tabungan) valuta asing milik swasta domestik. Uang beredar
dalam arti luas (M2) dinamakan juga sebagai likuiditas perekonomian.
Dalam penelitian ini jumlah uang beredar diukur dengan M2.
M2 adalah uang beredar meliputi mata uang dalam peredaran, uang
giral dan uang kuasi.
2. Variabel Dependen
a. Harga Saham
Menurut Payamta (2000:159) harga saham merupakan penerimaan
besarnya pengorbanan yang harus dilakukan oleh setiap investor untuk
penyertaan dalam perusahaan. Harga ini dipasar sekunder akan
bergerak sesuai dengan kekuatan permintaan dan penawaran yang
terjadi atas saham. Tinggi rendahnya harga saham lebih banyak
dipengaruhi oleh pertimbangan pembeli dan penjual tentang kondisi
internal dan eksternal perusahaan. Harga saham dalam penelitian ini
adalah harga saham penutupan (closing price) setiap perusahaan yang
dapat diketahui secara harian. Harga saham dalam penelitian ini
ditentukan dari harga saham penutupan pada akhir Desember (Utari,
2006:60).
BAB IV
PENEMUAN DAN PEMBAHASAN
A. Sejarah Gambaran Umum Objek Penelitian
1. PT Bhuwanatala Indah Permai Tbk (BIP)
PT Bhuwanatala Indah Permai Tbk didirikan pada tanggal 21
Desember 1981 dengan nama sebelumnya adalah PT Bandung Indah
Plaza. Pada tahun 1990 perseroan melakukan pemindahan nama menjadi
PT Bhuwanatala Indah Permai Tbk. Perseroan ini berlokasi di Gedung
Graha BIP Jl. Gatot Subroto Kav. 23, Jakarta. Bidang Usaha perseroan ini
adalah
pembangunan
dan
pengelolaan properti komersial,
pusat
perbelanjaan, hotel, perkantoran real estat serta pelayaran kapal wisata.
Diketahui bahwa unit usaha perusahaan ini adalah perkantoran/office
bulding (Graha BIP) dengan karyawan berjumlah 92 orang. PT
Bhuwanatala Indah Permai Tbk didirikan dengan modal dasar (Authorized
Capital) yang berjumlah Rp 1.000.000.000.000, dan modal disetor (paid
up capital) yang berjumlah Rp 819.109.129.500 dengan harga nominal
saham (Share par Value) yaitu Rp. 500, per saham/share. Perseroan ini
mempunyai Biro Administrasi Efek yaitu pada PT Adimitra Transferindo
dimana bursa pencatatan saham berada di Bursa Efek Indonesia.
2. PT Sentul City Tbk (BKSL)
Perseroan didirikan dengan nama PT. Sentragriya Kharisma pada
tanggal 16 April 1993. Pada tanggal 9 Agustus 1993, Perseroan melakukan
perubahan nama dari PT. Sentragriya Kharisma menjadi PT. Royal Sentul
Highlands. Tanggal 7 Mei 1997 nama perseroan berubah menjadi PT.
Royal Sentul Highlands Tbk yang telah mendapat persetujuan dari Menteri
Kehakiman. Perseroan melakukan Penawaran Saham Perdana (IPO)
kepada masyarakat atas 400.000.000 saham seri A dengan harga
penawaran Rp. 500/saham, sehingga mendapatkan hasil IPO yaitu
berjumlah Rp. 200.000.000.000. saham tersebut dicatatkan di Bursa Efek
Jakarta (BEJ) dan Bursa Efek Surabaya (BES) pada tanggal 1997. Pada
tanggal 11 Desember 1997 nama Perseroan diubah menjadi PT. Bukit
Sentul Tbk. Perseroan kemudian melakukan perubahan nama sekali lagi
menjadi PT. Sentul Tbk. Perseroan ini berlokasi di Gedung Menara
Sudirman, Lantai 25, Jl. Jendral Sudirman Kav. 60, Jakarta dan Kantor
Operasional berada di Graha Utama, Jl. MH. Thamrin, Sentul City, Bogor.
Kegiatan bisnis perseroan ini adalah pengembangan perkotaan (Urban
Development), yang meliputi aktivitas pembangunan infrastruktur dengan
segala fasilitasnya, menyediakan lahan siap bangun untuk investor,
pengembangan kawasan pemukiman, pembangunan gedung-gedung
komersial dan non komersial, menyelenggarakan jasa yang berkaitan
untuk menunjang pembangunan kota.
3. PT Duta Anggada Reality Tbk (DART)
PT Duta Anggada Reality Tbk didirikan pada tahun 1983. Perseroan
beralamat di Plaza Chase Lt. 21, Jl. Jendral Sudirman Kav. 21, Jakarta
12910.
Perseroan memulai karyanya dengan membangun sebuah kompleks
hunian, dengan sasaran segmen pasar para ekspatriat di kota jakarta.
Perseroan kemudian mengembangkan usahanya dengan membangun
beberapa gedung perkantoran dan pusat perbelanjaan utama untuk
memenuhi kebutuhan akan gedung perkantoran dan pusat perbelanjaan
yang terus meningkat. Selain berkecimpung di bidang investment property,
yaitu untuk property disewakan, perseroan juga telah memperluas kegiatan
usahanya
hingga
mencakup
bidang development
property,
yaitu
pengembangan properti untuk dijual. Saat ini, selain memiliki tanah dalam
pengembangan, portofolio perseroan mencakup berbagai bidang prestisius
untuk investasi dan dijual, baik yang telah selesai dibangun maupun yang
sedang dalam pembangunan, yakni di sektor perkantoran, pemukiman dan
pusat perbelanjaan.
4. Duta Pertiwi Tbk (DUTI)
PT Duta Pertiwi memulai usaha sebagai developer sejak pertengahan
tahun 1980. Kegiatan utama perseroan sampai saat ini terutama
pengembangan proyek untuk disewakan. Fokus saat ini sejalan dengan
keinginan pasar dimana status kepemilikan lebih disukai. Segmen pasar
yang dituju PT Duta Pertiwi Tbk adalah tempat usaha untuk bisnis skala
kecil dan menengah serta perumahan untuk golongan pendapatan
menengah.
Mayoritas proyek dikembangkan oleh PT Duta Pertiwi Tbk dan anak
perusahaan maupun perusahaan asosiasi terletak pada kawasan dengan
tingkat pertumbuhan yang sangat pesat disertai dengan tingkat permintaan
yang tinggi.
PT Duta Pertiwi Tbk yang telah tercatat sebagai perusahaan publik
sejak November 1994 pada Bursa Efek Surabaya, selama ini dikenal
sebagai Pengembang Inovatif dengan karya-karyanya yang kreatif.
Dimulai dari tahun 1989, PT Duta Pertiwi Tbk menjadi pelopor dalam
penjualan kios dengan kepemilikan strata title sekaligus pelopor dalam
pengembangan superblok, yaitu proyek yang menggabungkan pusat
perbelanjaan, perkantoran, ruko dan hotel dalam satu kawasan. Kemudian
pada tahun 1996, PT Duta Pertiwi Tbk meluncurkan karya kreatif yaitu
Kota Wisata yang merupakan proyek perumahan dengan tema dan konsep
unik yang belum pernah ada sebelumnya.
Sampai saat ini PT Duta Pertiwi Tbk telah mengembangkan sembilan
proyek superblok dan komersial yang tersebar di Jakarta, Depok dan
Surabaya, tujuh proyek perumahan yang berokasi di Jakarta, Tanggerang,
Cibubur dan Bekasi, dua hotel di Jakarta dan Balikpapan serta satu gedung
perkantoran di kawasan bisnis prestius Jakarta.
5. Bakrieland Development (ELTY)
Pada awalnya, perusahaan didirikan dengan nama PT Purilestari Indah
Pratama pada Juni 1990, berganti nama menjadi PT Elang Realty pada
Desember 1994 dan pada tahun 1997 menjadi PT Bakrieland Development
Tbk.
PT
Bakrieland
Development
Tbk adalah
sebuah
perusahaan
pengembang kawasan terpadu yang bergerak dalam pembangunan properti
dan proyek-proyek terkait properti di Indonesia. Dengan kapitalisi pasar
mencapai Rp 1,43 triliun di Bursa Efek Indonesia per 31 Desember 2008,
Bakrieland merupakan salah satu perusahaan dengan kapitalisasi pasar
tertinggi untuk sektor industri properti.
Sebagai pengembang superblok pertama dan terbesar di kawasan
bisnis utama Jakarta, yaitu Rasuna Epicentrum Kuningan, Bakrieland juga
telah berhasil mengembangkan berbagai proyek properti perkotaan,
kawasan perumahan, hotel dan resor berkelas dunia di beberapa lokasi
strategis dan bergengsi di Indonesia, serta proyek infrastruktur dan bidang
usaha terkait properti lainnya. Semua proyek yang dikembangkan oleh
Bakrieland mengedepankan karakteristik yang ramah lingkungan.
6. Fortune Indonesia (FORU)
Sebagai perusahaan terbuka pertama dan satu-satunya yang bergerak di
bidang periklanan di Indonesia, PT Fortune Indonesia Tbk dikenal dengan
nama Fortune Indonesia dan kini diakui sebagai salah satu perusahaan
komunikasi pemasaran ternama dan terkemuka di tanah air, adalah sebuah
galaksi komunikasi. Bersama keempat anak perusahaannya sebagai
satelitnya. Fortune Indonesia Tbk memulai perjalan hidupnya sebagai
sebuah perusahaan jasa periklanan menyeluruh pada tahun 1970, cikal
bakal perusahaan ini kemudian berkembang dengan ditambahkannya
layanan desain dan pameran pada tahun 1982, diikuti dengan layanan
public relations serta layanan pemasaran sosial tahun 1986 dalam
prosesnya menjadi konsultan komunikasi pemasaran terpadu dan
memperoleh gelar galaksi komunikasi. Fortune Indonesia Tbk selain juga
menyediakan layanan promosi, event management, penyelenggaraan
pameran, serta perjalanan bagi para kliennya.
Beberapa klien korporat PT Fortune Indonesia adalah pemimpin pasar
seperti Sampoerna, Bank Mandiri, Indofood, Nestle, Unilever, Garuda
Indonesia, Honda, dan Djarum. Sementara klien lembaga pemerintahan
dan lembaga lainnya antara lain BKKBN, Departemen Sosial, Peringatan
Seratus Tahun Bung Hatta, Komisi Pemilihan Umum, UNDP, UNICEF,
dan USAID.
7. Gowa Makasar Tourism Development (GMTD)
PT Gowa Makasar Development (GMTD) PT Gowa Makassar
Tourism Development Tbk (Perusahaan) didirikan pada 14 Mei 1991. PT
Gowa Makassar Tourism Development Tbk (Perseroan) adalah bergerak
di bidang investasi dan pengembangan kota mandiri (township
development). PT Dowa Makasar Tourism Development Tbk beralamat di
Jl. Metro Tanjung Bunga Kav. 3-5 Tanjung Bunga Makasar, Sulawesi
Selatan. Perusahaan ini sudah terlisting di bursa Efek Indonesia Sejak 11
Desember 2000, dengan penawaran saham perdana Rp. 575.
Saat ini, kegiatan usaha Perseroan adalah pengembangan kota mandiri
Tanjung Bunga, berlokasi di Makassar, Sulawesi Selatan, yang
pembangunan fisiknya telah dimulai sejak tahun 1997.
Pendapatan Perseroan diperoleh terutama dari penjualan rumah dan
kavling hunian, penjualan lahan siap bangun untuk komersial, dan
pendapatan dari fasilitas komersial dan rekreasi yang dibangun.
Sedangkan biaya-biaya Perseroan terutama adalah biaya konstruksi,
pemasaran dan promosi, serta beban umum dan administrasi termasuk
biaya tenaga kerja (BTK).
8. PT Jaya Real Properti (JRPT)
PT Jaya Real Properti Tbk merupakan salah satu perusahaan
pengembang real estat terkemuka di Indonesia dengan portofolio di
Jakarta Selatan, Barat dan Pusat. Didirikan tahun 1979, perusahaan
memfokuskan usahanya pada pembangunan dan pengembangan kawasan
pemukiman terpadu untuk memenuhi kebutuhan masyarakat dari berbagai
tingkatan. Bintaro Jaya, proyek unggulan di Jakarta Selatan, adalah kota
satelit yang dibangun di atas lahan seluas 2.000 hektar dengan beragam
pilihan rumah yang dilengkapi dengan sejumlah fasilitas terbaik
diantaranya; sekolah unggulan, pelayanan kesehatan, pusat perbelanjaan,
tempat usaha, rekreasi serta jaringan transportasi yang terintegrasi.
Perusahaan ini terdaftar di Bursa Efek Indonesia (dulu adalah Bursa
Efek Jakarta) sejak tahun 1994, PT Jaya Real Properti Tbk berkomitmen
untuk selalu menjaga pertumbuhan usaha dan meningkatkan kepercayaan
para pemegang saham, pelanggan, lingkungan dan masyarakat dengan
menjadi mitra usaha yang bertanggung jawab. Pengalaman dan reputasi
Perusahaan didukung oleh kemampuan perusahaan untuk menciptakan
dan mengembangkan hunian serta lingkungan yang sesuai dengan
kebutuhan pelanggan yang diikuti dengan kondisi keuangan yang sehat
serta Visi-Misi sebagai fundamental Perusahaan.
9. PT Kawasan Industri Jababeka Tbk (KIJA)
PT Kawasan Industri Jababeka Tbk berdiri sejak tahun 1989.
Perusahaan ini bergerak di bidang Properti dan Real Esate yang berkantor
pusat di Wisma Jababeka, Jl. Cikarang Baru Raya, kota Cikarang.
Perusahaan sudah terdaftar di Bursa Efek Indonesia sejak 10 Januari 1995,
dengan menawarkan saham perdana Rp. 4.950.
PT Jababeka Tbk. Terus membangun Kota Jababeka sebagai kota
mandiri seluas 5.600 hektar, yang dahulu berawal dari tanah kosong yang
tidak produktif, kemudian digali dan dimanfaatkan untuk produksi atap
rumah dan batu bata yang cenderung membahayakan lingkungan sekitar.
Sebagai rumah bagi tenant multinasional, dengan infrastruktur yang
lengkap dan modern, berbagai macam pilihan unit rumah tinggal, fasilitas
pendidikan dan kawasan komersil dan beberapa fasilitas bisnis dan
hiburan, Kota Jababeka telah menjadi pelopor dalam pembangunan
property skala besar dan berkomitmen untuk memberi kualitas pelayanan
yang terbaik. Komitmen inilah yang menyebabkan pembangunan Kota
Jababeka sebagai pemenang dari persaingan global yang kian kompetitif
sekaligus memberi pilihan pasti sebagai tempat yang menguntungkan
untuk usaha dan kenyamanan hidup.
10. PT Lamicitra Nusantara Tbk (LAMI)
Perseroan didirikan pada tanggal 29 Januari 1988, bergerak dalam
bidang usaha pengembangan dan pembangunan properti. Pengembangan
dan pengelolaan kawasan berikat dan penyertaan modal pada anak
perusahaan yang bergerak dalam bidang depo pemukiman peti kemas,
pengembangan dan pembangunan properti dan perhotelan.
Perseroan berkedudukan di Surabaya dan berkantor pusat di Jembatan
Merah Plaza lt. 5, Jl Taman Jayengrono 2-4, Surabaya. Kegiatan-kegiatan
yang dilakukan perseroan yaitu meliputi pembangunan Tanjung Emas
Export Processing Zone di Semarang, pembangunan Jembatan Merah
Plaza 1 dan 2 di Surabaya, pembangungan Ruko Jembatan Merah di
Surabaya, pembangunan Depo Peti Kemas di Semarang, pembangunan
Darmo Hill Real Estat di Surabaya, pembangunan Tunjungan Electronic
Centre di Surabaya, pembangunan Pusat Grosir Surabaya di Surabaya dan
pembangunan Surabaya Design Center di Surabaya.
11. PT Lippo Cikarang (LPCK)
Pada tahun 1987 perseroan didirikan dengan nama PT Desa Dekalb di
Jakarta, dengan bidang usaha perdagangan serta mendirikan dan
menjalankan usaha dalam bidang industri, percetakan, pertambangan,
perkebunan,
pertanian,
perikanan,
peternakan,
pengangkutan,
pergudangan. Pada tahun 1988 nama perseroan diganti menjadi PT
Gunungcermai Inti. Tahun 1992 nama perseroan diubah menjadi
PT
Lippo City Development, berkedudukan di Bekasi. Pada tahun 1995 sekali
lagi perseroan mengalami perubahan nama kembali menjadi PT Lippo
Cikarang
Pada tahun 1997 perusahaan mengubah status perseroan tertutup
menjadi terbuka atau PT Lippo Cikarang Tbk dengan bidang usaha
perusahaan real estate, industrial estate, urban development.
12. PT Lipo Karawaci (LPKR)
PT Lippo Karawaci Tbk (Lippo Karawaci) didirikan pada tanggal 15
Oktober 1990 bergerak di bidang pengembangan kawasan kota mandiri
yang terencana, dengan ekosistem, infrastruktur fisik dan sosial berkualitas
tinggi. Lebih dari delapan belas tahun, perseroan telah terbukti sebagai
pengembang properti dengan reputasi yang terpercaya dan luasan lahan
yang besar, serta menjadi pelopor dalam pengembangan berbagai proyek
di lokasi-lokasi strategis di seluruh Indonesia.
Melalui penggabungan usaha 8 perusahaan properti terkait di tahun
2004, perseroan telah memperluas portofolio usahanya mencakup
pengembangan kawasan kota mandiri, pembangunan terpadu berskala
besar, mal ritel, rumah sakit, hotel dan sarana rekreasi, serta manajemen
properti dan portofolio.
Lippo Karawaci saat ini merupakan salah satu perusahaan properti
publik terbesar yang menguasai lebih dari tiga puluh persen kapitalisasi
pasar di sektor properti, dengan model bisnis terfokus, unik dan terpadu,
memiliki kelompok rumah sakit swasta kelas atas satu-satunya yang
meraih standar internasional, serta sebagai pemimpin di jaringan mal ritel.
13. PT Modernland Realty Tbk (MDLN)
Keberadaan PT Modernland Realty Tbk telah berdiri sejak tahun 1983
dengan menempatkan perseroan sebagai pengembang yang cukup terkenal
di bidang pembebasan dan pematangan tanah, pembangunan rumah dan
apartemen, serta pengembangan suatu kawasan hunian.
Selama lebih dari 25 tahun, perseroan berhasil mencapai prestasi yang
mengembirakan, hal ini terlihat dari berbagai kompleks perumahan yang
sudah dikembangkan. Kawasan perumahan tersebut dibangun dan
dilengkapi dengan berbagai sarana dan prasarana seperti sarana olahraga
dan rekreasi, rumah sakit, sekolah serta pusat perbelanjaan dan daerah
komersial. Perusahaan telah membangun beberapa kawasan di daerah
Jakarta dan Tanggerang.
Salah satu contoh kerjasama perusahaan dengan perusahaan lainnya
adalah perusahaan melakukan kerjasama operasi dengan perusahaan Les
Nouveaux
Contructeur
Premier
Indonesia,
sebuah
perusahaan
pengembang dari Perancis dalam mengembangkan suatu cluster di Kota
Modern. Kedua belah pihak telah menandatangani suatu kerja sama
operasi untuk mengembangkan dua buah cluster yang dinamai Premier
Park dan Premier Golf.
14. PT Indonesia Prima Property Tbk (OMRE)
PT Indonesia Prima Property, Tbk didirikan pada tanggal 23 April
1983 dengan nama PT Triyasa Tamihan. Bidang usaha perusahaan adalah
pengembangan dan pengelolaan properti. Perusahaan berdomisili di
Jakarta dan berkantor di Wisma Sudirman lantai 11, Jalan Jenderal
Sudirman kavling 34, Jakarta Pusat 10220.
Pada bulan Juni 1994 perusahaan melakukan penawaran umum atas 35
juta saham kepada masyarakat, dan pada bulan Agustus 1994 Perusahaan
untuk pertama kali tercatat di Bursa Efek Jakarta dengan jumlah saham
tercatat sebanyak 135 juta saham.
Pada bulan Nopember 1996 perusahaan melakukan Right Issue I atas
360 juta saham, yang dicatatkan di Bursa Efek Jakarta di bulan Desember
1996, sehingga jumlah saham yang tercatat di Bursa Efek Jakarta adalah
495 juta saham. Selanjutnya perusahaan melakukan Right Issue II tanpa
HMETD pada bulan Juni 2003 sebanyak 1.250 juta saham, dan pada bulan
Juli 2003 tercatat di Bursa Efek Jakarta dengan total saham tercatat
sebanyak 1.745 juta saham.
Dari modal dasar perusahaan sebesar Rp 1,9 trilyun, modal yang
ditempatkan dan disetor adalah Rp 745 milyar, yang terdiri dari 495 juta
saham seri A dengan nilai nominal Rp 1.000 per saham dan 1.250 juta
saham seri B dengan nilai nominal Rp 200 per saham.
Kegiatan utama perusahaan dan Anak perusahaan adalah di bidang
pengembangan, pembangunan dan pengelolaan properti, yang terdiri dari
Apartemen,
Gedung Perkantoran, Hotel,
Perumahan.
Portfolio
perusahaan
terdiri
Pusat Perbelanjaan dan
dari
Apartemen
“Puri
Casablanca”, gedung perkantoran “Wisma Sudirman”, “Grand Tropic
Suites’ Hotel”, “Novotel Surabaya Hotel & Suites”, pusat perbelanjaan
“Mal Blok M” dan “Plaza Parahyangan” serta perumahan “Bukit Tiara”.
15. PT Pakuwon Jati Tbk (PWON)
Pakuwon Jati Tbk berdiri pada tanggal 11 Januari 1901. Pakuwon Jati
Tbk merupakan publik yang bergerak dalam bidang real dan bermarkas di
Surabaya, Indonesia. Pakuwon Jati Tbk berada di Mandiri Tower 15th
Floor, Jl. Basuki. Perusahaan ini sudah terdaftar di Jakarta dan Surabaya
Stock pada tanggal 9 Oktober 1989 dengan mengeluarkan modal dasar
sebesar Rp 1.250.000.000.000. Pakuwon Jati adalah salah satu
pengembang properti terkemuka di Indonesia. Perusahaan memiliki dan
mengelola penggunaan campuran terbesar pembangunan di Indonesia;
suatu integrasi dari ritel, kantor, hunian bertingkat tinggi kondominium
dan hotel dalam satu pembangunan.
16. PT Panca Wiratma Sakti (PWSI)
Nama perseroan adalah PT. Panca Wiratama Sakti Tbk, yang
beralamat di Ciputat Indah Permai Blok B 6, Jl. Ir. H. Juanda No. 50
Ciputat Tangerang 15419. Pada tanggal 7 Juli 1987 perseroan resmi
didirikan serta sebelumnya nama Perseroan adalah PT Panca Jasa Wira
Sakti. Perseroan mengubah namanya menjadi PT Panca Wiratama Sakti
pada tanggal 12 Mei 1987.
Pada tanggal 10 Februari 1994 Ketua Bapepam mengeluarkan surat
No. S-236/PM/1994 mengenai efektifnya Pernyataan Pendaftaran dan
berdasarkan surat PT Bursa Efek Jakarta No. S-34 /BEJ.I.1/III/1994
tanggal
3
Maret
1994
dan
PT.
Bursa
Efek
Surabaya
No.
24/EMT/LIST/BES/III/94 tanggal 2 Maret 1994 maka Saham Perseroan
dicatatkan di Bursa Efek Jakarta dan Bursa Efek Surabaya, sehingga status
Perseroan berubah dari Perseroan Tertutup menjadi Perseroan Terbuka,
dimana 10.500.000 lembar saham Perseroan (nominal Rp. 1.000 per
saham), telah disetujui untuk didaftarkan dan ditawarkan kepada
masyarakat umum.
Perseroan bergerak dalam bidang pembangunan dan perdagangan.
Dalam bidang pembangunan, perseroan dapat melaksanakan kegiatan
antara lain: pemborongan (general contractor), pembangunan konstruksi
bangunan, pengembangan wilayah pemukiman, pembangunan lapangan
golf, dan pembangunan sarana prasarana jaringan telekomunikasi. Dalam
bidang perdagangan, perseroan dapat melaksanakan kegiatan antara lain:
menjalankan usaha di bidang perdagangan, eksport dan import, supplier,
dan distributor.
Saat
ini,
kegiatan
perseroan
adalah mengembangkan
daerah
perumahan (real estate) yang mencakup pematangan tanah dan penjualan
rumah tinggal, dan bangunan-bangunan lain di kawasan Tigaraksa
Tangerang. Lokasi Kota Tigaraksa ini terletak sekitar 40 km arah barat
dari Jakarta Pusat dan sekitar 28 km arah barat daya dari Bandara Udara
Internasional Soekarno Hatta.
17. PT Surya Indah Permata Tbk (SIIP)
Pada tahun 1990 perseroan didirikan dengan nama PT Surya Indah
Permata yang bergerak dalam bidang perhotelan dan kondominium,
dengan modal awal sebesar Rp 14.000.000.000. Perusahaan memulai
usaha dengan menguasai lahan seluas 30 ha yang terletak di Jl. Raya
Juanda, Sidoarjo.
Pada tahun 1991 nama perusahaan telah diubah menjadi PT Suryainti
Permata. Sejalan dengan semakin tumbuhnya bisnis perusahaan. Pada
tahun 1997 PT Suryainti Permata telah meningkatkan struktur modalnya
menjadi sebesar Rp 250.000.000.000 dengan pemegang saham utama
sejumlah 79% dimiliki oleh PT Permata Sumber Investindo. Pada tahun
yang sama, dalam rangka lebih memperkuat struktur permodalannya,
manajemen telah meningkatkan struktur permodalan melalui Penawaran
Umum Saham pada Masyarakat (Go Publik) dengan menerbitkan saham
sejumlah 100.000.000 lembar saham dengan nilai nominal seluruhnya
adalah Rp 50.000.000.000. Sejak penawaran umum saham tersebut, maka
seluruh saham perusahaan atau sejumlah 600.000.000 lembar saham telah
dicatat dan diperdagangkan pada Bursa Efek Jakarta.
PT Surya Inti Permata memiliki anak perusahaan yaitu PT Benteng
Tunggal didirikan pada tahun 1984 yang bergerak dibidang usaha sebagai
pengembang property dan real estat, beserta sarana dan prasarananya.
Perusahaan memiliki pengalaman yang luas dibidang pengelolaan
pembangunan Industrial estat, bangunan town house, dan perumahan.
18. PT Suryamas Duta Makmur Tbk (SMDM)
Perusahaan Suryamas Duta Makmur Tbk didirikan pada bulan
September 1989 yang berdomisili di Jalan Graha Yasa No. SH-01,
Rancamaya Golf Estate, Ciawi – Bogor; dan kantor pusat Perusahaan
beralamat di Sudirman Plaza Business Complex, Plaza Marein Lantai 16,
Jalan Jenderal Sudirman Kav. 76 – 78, Jakarta.
Perusahaan memfokuskan pada pengembangan proyek perumahan
jangka
panjang
agar
memberikan
arus
pendapatan
yang
berkesinambungan. Strategi ini tercermin dari portofolio
proyek
Perusahaan yang berada di tiga lokasi yang strategis.
19. PT Summarecon Tbk (SMRA)
Summarecon didirikan pada tahun 1975 oleh keluarga Nagaria dan
asosiasinya. Hingga saat ini, Summarecon telah berkembang menjadi salah
satu perusahaan properti terkemuka di Indonesia. Summarecon telah
berhasil mengembangkan kawasan Summarecon Kelapa Gading dari
sebuah lahan kurang produktif hingga menjadi kawasan pemukiman dan
komersial terpadu dengan salah satu perputaran bisnis tercepat, lengkap
dengan infrastruktur dan fasilitas pendukung termasuk pusat perbelanjaan,
pusat makanan, pusat gaya hidup, klub keluarga, sekolah dan rumah sakit.
Bisnis Summarecon dikelompokkan menjadi tiga unit bisnis:
a. Pengembangan Properti
b. Investasi dan Manajemen Properti
c. Rekreasi dan Hospitality
B. Penemuan dan Pembahasan
1. Statistik Deskriptif
Berdasarkan kriteria pengambilan sampel, didapatkan sampel data
sebanyak 19 emiten. Penelitian ini menggunakan pooling-data disaat
pengujian, seiring dengan data dikumpulkan. Sehingga, diperoleh total
sebanyak 76 pengamatan.
Tabel 4.1
Statistik Deskriptif
Descriptive Statistics
N
Harga Saham
Minimum
Maximum
Mean
Std. Deviation
76
45
1890
373.33
394.144
76
48.48
87.87
71.6079
10.43711
Laba Akuntansi
76
409
1218813
185985.16
257308.252
SBI
76
.0800
.1275
.103325
.0173421
Uang Beredar
76
1203215
1833851
1515585.75
242943.513
Valid N (listwise)
76
Pengungkapan Laporan
Keuangan
Sumber: Data diolah (output SPSS.16)
Berdasarkan tabel Statistik Deskriptif dapat diketahui seberapa besar
kuantitas nilai minimum, maksimum, mean dan standar deviation, dengan
penjelasan sebagai berikut:
1) Minimum, untuk Harga Saham sebesar Rp 45 merupakan harga saham
minimum yang didapat dari PT. Bhuwanatala Indah Permai Tbk pada
tahun 2006, Pengungkapan Laporan Keuangan sebesar 48,48 merupakan
pengungkapan paling terendah yang didapat dari PT Gowa Makasar
Tourism Development Tbk pada tahun 2005, Laba akuntansi terendah
sebesar Rp 409.000.000 diperoleh dari PT Panca Wiratma Sakti Tbk pada
tahun 2006, SBI terendah sebesar 8 % diperoleh pada tahun 2007 serta
Uang Beredar minimum sebesar Rp 1.203.215.000.000 diperoleh pada
tahun 2005.
2) Maksimum, Harga saham nilai maksimum Rp 1.890 diperoleh dari PT
Jaya Real Property Tbk pada tahun 2005, Pengungkapan Laporan
Keuangan 87,87 diperoleh dari PT Bakrieland Development Tbk tahun
2008, Laba akuntansi Rp 1.218.813.000.000 diperoleh dari PT Lippo
Karawaci Tbk pada tahun2008, SBI maksimum sebesar 12,75 % terjadi
pada tahun 2005 serta, Uang beredar mempunyai nilai maksimum sebesar
Rp 1.833.851.000.000 terjadi pada tahun 2008.
3) Mean, pada Harga Saham sebesar Rp 373,33, Pengungkapan Laporan
Keuangan sebesar 71,6079, Laba Akuntansi sebesar Rp 185.985.160.000
SBI sebesar 0,103325 dan, Uang beredar sebesar Rp 1.515.585.750.000.
4) Standar Deviation, pada Harga saham adalah sebesar Rp 394,144,
Pengungkapan Laporan Keuangan sebesar 10,43711, Laba Akuntansi
sebesar Rp 257.308.252.000 SBI sebesar 0.0173421 dan, Uang Beredar
sebesar Rp 242.943.513.000.
2. Uji Normalitas
Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi,
variabel residual berdistribusi secara normal dalam Ghozali (2005:110).
Terdapat beberapa cara untuk mengetahui bagaimana residual telah
terdistribusi normal atau tidak yaitu dengan cara melakukan analisis grafik
dan uji statistik. Bila dilakukan melalui analisis grafik untuk melihat apakah
residual telah terdistribusi secara normal atau tidak yaitu dengan cara melihat
penyebaran titik-titik mengikuti pada arah garis diagonal maka dikatakan data
tersebut telah memenuhi asumsi normalitas serta sebaliknya jika data tersebut
tidak mengukuti arah garis diagonal, maka data tersebut tidak memenuhi
asumsi normalitas.
Gambar 4.1
Hasil Uji Normalitas Sebelum Outlier
Sumber: Data diolah (output SPSS.16)
Dari gambar diatas, menunjukkan bahwa titik-titik pada gambar regresi
tersebut kurang menyebar disekitar garis diagonal dan kurang mengikuti arah
garis diagonal. Maka dapat dikatakan bahwa data tersebut tidak memenuhi
asumsi normalitas. Untuk mengatasi permasalahan normalitas maka
dilakukan outlier terhadap pengamatan yang memiliki nilai residual yang
tidak terdistribusi secara normal, sehingga total pengamatan kini menjadi 66.
Gambar 4.2
Hasil Uji Normalitas Setelah Outlier
Sumber: Data diolah (output SPSS.16)
Dari gambar 4.2 dapat dilihat bahwa pada model regresi diatas titik-titik
telah menyebar dan mengikuti arah disekitar garis diagonal. Maka dalam hal
ini dapat disimpulkan model regresi telah memenuhi asumsi normalitas.
3. Uji Asumsi Klasik
a. Multikolinearitas
Dalam Ghozali (2005:91) dikatakan bahwa Uji Multikolinearitas
bertujuan untuk menguji apakah model regresi menemukan adanya
korelasi antar variabel bebas. Untuk mengetahui apakah terdapat gejala
multikolinearitas pada suatu model regresi dapat dilakukan dengan
melihat nilai (1) tolerance (2) variance inflation factor (VIF). Apabila
dalam suatu model regresi mempunyai nilai tolerance > 0.10 dan nilai
VIF > 10, maka model regresi tersebut dikatakan terkena gejala
multikolinearitas.
Tabel 4.2
Hasil Uji Multikolinearitas sebelum Outlier
a
Coefficients
Model
1
Unstandardized
Standardized
Coefficients
Coefficients
t
Sig.
2.873
.005
-.119
-1.208
.000
.550
-4957.779
2.505E3
.000
.000
B
Std. Error
1480.331
515.272
-4.490
3.717
Laba Akuntansi
.001
SBI
Uang Beredar
(Constant)
Pengungkapan
Laporan Keuangan
Collinearity Statistics
Beta
Tolerance
VIF
.231
.948
1.055
5.733
.000
.996
1.004
-.218
-1.979
.052
.756
1.322
-.175
-1.567
.122
.737
1.357
a. Dependent Variable: Harga Saham
Sumber: Data diolah (output SPSS.16)
Berdasarkan tabel 4.2 , dapat dilihat bahwa nilai tolerance berada di
atas 0.05 dan nilai VIF < 10. Maka dapat disimpulkan bahwa tidak
terdapat gejala Multikolinearitas.
Tabel 4.3
Hasil Uji Multikolinearitas setelah Outlier
a
Coefficients
Model
Unstandardized
Standardized
Collinearity
Coefficients
Coefficients
Statistics
B
1 (Constant)
Pengungkapan Laporan
Keuangan
645.827
267.956
1.382
1.909
.001
t
Beta
Sig.
Tolerance
VIF
2.410
.019
.058
.724
.472
.911 1.098
.000
.758
9.618
.000
.943 1.060
-4.493E3
1289.324
-.307
-3.485
.001
.755 1.324
.000
.000
-.107
-1.204
.233
.741 1.349
Laba Akuntansi
SBI
Std. Error
Uang Beredar
a. Dependent Variable: Harga Saham
Sumber: Data diolah (output SPSS.16)
Dari gambar tabel 4.3 dapat ditunjukkan bahwa masing-masing
variabel memiliki angka tolerance diatas 0,10 dan nilai VIF dibawah 10.
Hal ini mengindikasikan bahwa variabel bebas pada model regresi ini
tidak terjadi masalah multikolonearitas.
b. Heteroskedastisitas
Uji heteroskedastisitas bertujuan menguji apakah dalam model regresi
terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke
pengamatan lainnya. Jika variance dari pengamatan ke pengamatan
lainnya tetap, maka disebut homoskedastisitas dan jika berbeda maka
terjadi heteroskedastisitas. Model regresi yang baik adalah model regresi
yang terjadi homoskedastisitas.
Deteksi ada tidaknya heteroskedastisitas dapat dilakukan dengan
melihat ada tidaknya pola tertentu pada grafik scatterplot yaitu jika titiktitik membentuk pola bergelombang kemudian menyempit, maka
mengindikasikan telah terjadi heteroskedastisitas. Sedangkan, jika tidak
terdapat pola yang jelas, serta titik-titik menyebar di atas dan di bawah
angka 0 pada sumbu Y, maka tidak terjadi heteroskedastisitas.
Gambar 4.3
Hasil Uji Heteroskedastisitas Sebelum Outlier
Sumber: Data diolah (output SPSS.16)
Pada gambar 4.3 diatas Scatterplot menunjukkan bahwa dimana pola titiktiitik pada gambar tersebut masih menyempit serta titik-titik masih ada
yang tumpang tindih. Maka dapat disimpulkan bahwa gambar Grafik Plot
diatas model regresi masih terdapat masalah Heteroskedastisitas.
Gambar 4.4
Hasil Uji Heteroskedastisitas Setelah Outlier
Sumber: Data diolah (output SPSS.16)
Hasil tampilan Scatterplot gambar 4.4 setelah Outlier menunjukkan
bahwa pola titik-tiitik pada gambar tersebut sudah menyebar di atas dan
dibawah angka 0 pada sumbu Y. Maka dapat disimpulkan bahwa gambar
Grafik
Plot
diatas
model
regresi
tidak
terdapat
masalah
Heteroskedastisitas.
c. Autokorelasi
Uji Autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah dalam model
regresi linear terdapat korelasi antara residual pada periode t dengan
residual t-1 (sebelumnya). Jika terdapat korelasi, maka dikatakan dalam
model regresi terdapat masalah autokorelasi.
Untuk mendeteksi Autokorelasi dalam penelitian ini menggunakan
metode Run Test. Dimana Run Test adalah sebagai bagian dari statistik
non-parametrik yang dapat pula digunakan untuk menguji apakah residual
terdapat korelasi tinggi. Jika antar residual tidak terdapat hubungan
korelasi maka dikatakan bahwa residual adalah acak atau random. Run
Test digunakan untuk melihat apakah data residual terjadi secara random
atau tidak (sitematis). Model regresi dikatakan tidak terkena masalah
autokorelasi jika signifikansi > 0.05.
Tabel 4.4
Hasil Uji Autokorelasi (Run Test) Sebelum Outlier
Runs Test
Unstandardized
Residual
a
Test Value
-53.16347
Cases < Test Value
38
Cases >= Test Value
38
Total Cases
76
Number of Runs
27
Z
-2.772
Asymp. Sig. (2-tailed)
.006
a. Median
Sumber: Data diolah (output SPSS.16)
Berdasarkan pada tabel diatas, model regresi mempunyai signifikansi
yang menunjukkan angka kurang dari 0.05. Maka dapat disimpulkan
bahwa, model regresi terkena masalah Autokorelasi.
Tabel 4.5
Hasil Uji Autokorelasi (Run Test) Setelah Outlier
Runs Test
Unstandardized
Residual
Test Value
a
-7.32664
Cases < Test Value
33
Cases >= Test Value
33
Total Cases
66
Number of Runs
31
Z
-.744
Asymp. Sig. (2-tailed)
.457
a. Median
Sumber: Data diolah (output SPSS.16)
Pada gambar 4.5 menunjukkan bahwa, model regresi mempunyai
signifikansi yang menunjukkan angka 0.457 angka tersebut lebih dari
0.05. Maka dapat disimpulkan bahwa, model regresi tidak terkena
masalah Autokorelasi.
4. Uji Hipotesis
a. Koefisien Determinasi (Adjusted R2)
Uji koefisien determinasi bertujuan untuk menggambarkan seberapa
besar perubahan atau variasi dari variabel dependen dapat dijelaskan oleh
perubahan atau variasi dari variabel independen. Di dalam penelitian ini
untuk uji koefisien determinasi menggunakan nilai Adjusted R Square
(Adjusted R2). Karena nilai dari Adjusted R Square (Adjusted R2) adalah
merupakan nilai yang sudah disesuaikan dengan jumlah variabel yang
digunakan dalam penelitian (Ghozali, 2005:83).
Apabila telah mengetahui nilai koefisien determinasi maka kita dapat
menjelaskan kebaikan dari model regresi dalam memprediksi variabel
independen.
Koefisien determinasi atau adjusted R2 dapat dilihat dari tabel
berikut:
Tabel 4.6
Koefisien Determinasi (Adjusted R2)
Model Summaryb
Mod
el
1
R
.801
R Square
a
Adjusted R
Std. Error of the
Square
Estimate
.642
.619
156.807
Durbin-Watson
1.711
a. Predictors: (Constant), Uang Beredar, Laba Akuntansi, Pengungkapan Laporan
Keuangan, SBI
b. Dependent Variable: Harga Saham
Sumber: Data diolah (output SPSS.16)
Pada tabel 4.6 terlihat angka koefisien determinasi (Adjusted R
Square) sebesar 0.619 atau 61.9%. Hal ini menunjukkan bahwa variabel
independen yaitu Pengungkapan Laporan Keuangan, Laba Akuntansi,
Suku Bunga SBI dan, Uang Beredar dapat menjelaskan variabel dependen
adalah Harga Saham sebesar 61.9% dan sisanya 38.1% dijelaskan oleh
variabel-variabel lain diluar penelitian ini.
b. Uji Signifikansi Simultan (Uji Statistik F)
Uji F pada dasarnya menunjukkan apakah semua variabel independen
atau bebas yang dimasukkan dalam model mempunyai pengaruh secara
bersama terhadap variabel dependen atau terikat. Probabilitas lebih kecil
dari 0,05 maka, hasilnya signifikan. Berarti terdapat pengaruh dari
variabel independen secara bersama terhadap variabel dependen (Ghozali,
2005:84).
Pengaruh secara simultan antara variabel independen Pengungkapan
Laporan Keuangan, Laba Akuntansi, Suku Bunga SBI dan, Uang Beredar
terhadap Harga Saham adalah sebagai berikut:
Tabel 4.7
Uji Signifikansi Simultan (Uji F)
ANOVA
Model
Sum of Squares
df
b
Mean Square
1 Regression
2693605.882
4
673401.471
Residual
1499898.276
61
24588.496
Total
4193504.158
65
F
27.387
a. Predictors: (Constant), Uang Beredar, Laba Akuntansi, Pengungkapan Laporan
Keuangan, SBI
b. Dependent Variable: Harga Saham
Sumber: Data diolah (output SPSS.16)
Sig.
a
.000
Berdasarkan
tabel
4.7
dapat
disimpulkan
bahwa
variabel
Pengungkapan Laporan Keuangan, Laba Akuntasi, Suku Bunga SBI dan,
Uang Beredar berpengaruh signifikan secara simultan terhadap Harga
Saham dengan signifikansi sebesar 0.000 < 0.05, maka dapat dikatakan
bahwa Ha diterima.
c. Uji Signifikansi Parameter Individual (Uji Statistik t)
Uji t pada dasarnya adalah untuk menunjukkan seberapa jauh
pengaruh satu variabel independen secara individual dalam menerangkan
variasi variabel dependen. Probabilitas lebih kecil dari 0,05 maka hasilnya
signifikan berarti terdapat pengaruh dari variabel independen secara
individual terhadap variabel dependen (Ghozali, 2005:84).
Hasil Uji t (Parsial) menunjukkan bahwa di antara semua variabel
independen, hanya variabel Laba Akuntansi dan Suku Bunga SBI yang
berpengaruh signifikan terhadap variabel Harga Saham. Sedangkan
untuk variabel Pengungkapan Laporan Keuangan dan Uang beredar
tidak berpengaruh signifikan terhadap Harga Saham.
Pengaruh secara individual variabel independen Pengungkapan
Laporan Keuangan, Laba Akuntansi, Suku Bunga SBI dan, Uang
Beredar terhadap Harga Saham dapat diketahui sebagai berikut
Tabel 4.8
Uji Signifikansi Parameter Individual (Uji Statistik t)
a
Coefficients
Unstandardized
Standardized
Collinearity
Coefficients
Coefficients
Statistics
Toleran
Model
B
Std. Error
1 (Constant)
645.827
267.956
1.382
1.909
Laba Akuntansi
.001
SBI
Uang Beredar
Pengungkapan
Laporan Keuangan
t
Sig.
2.410
.019
.058
.724
.000
.758
-4492.823
1289.324
.000
.000
Beta
ce
VIF
.472
.911
1.098
9.618
.000
.943
1.060
-.307
-3.485
.001
.755
1.324
-.107
-1.204
.233
.741
1.349
a. Dependent Variable: Harga Saham
Sumber: Data diolah (output SPSS.16)
1) Pengungkapan Laporan Keuangan
Menurut Sovi (2008:3) Pengungkapan pada laporan tahunan
maupun laporan keuangan, mencerminkan proksi informasi publik
yang dimiliki investor. Perubahan harga saham akibat perubahan
laba seharusnya dipengaruhi pula oleh informasi yang dimiliki
investor. Dengan landasan tersebut maka, peneliti ingin menguji
apakah Pengungkapan Laporan Keuangan berpengaruh secara
signifikan terhadap Harga Saham. Dari annual report yang
diterbitkan setiap tahun oleh perusahaan yang go public dapat
dijadikan oleh peneliti untuk melihat seberapa jauh perusahaan
mengungkapkan laporan keuangannya. Dari hasil penelitian ini,
variabel Pengungkapan Laporan Keuangan tidak berpengaruh
secara signifikan terhadap Harga Saham. Setelah dilakukan uji t
untuk mengetahui bagaimana pengaruhnya Pengungkapan Laporan
Keuangan terhadap Harga Saham diperoleh hasil signifikansi
sebesar 0,472 atau hasil lebih besar dari 0,05. Maka dapat
diketahui bahwa variabel Pengungkapan Laporan Keuangan tidak
berpengaruh parsial secara signifikan terhadap Harga Saham. Hasil
penelitian ini tidak sejalan dengan hasil penelitian sebelumnya
yang dilakukan oleh Edi Kartono (2008) dengan sampel
perusahaan Aneka Industri Otomotif dan Komponennya, berjumlah
empat perusahaan untuk periode 2003-2006, penelitian tersebut
menyimpulkan bahwa, Tingkat Pengungkapan Laporan Keuangan
berpengaruh signifikan terhadap Harga Saham setelah dilakukan
uji t. Kemungkinan perbedaan hasil penelitian ini disebabkan
karena perbedaan sampel dan ukuran perusahaan.
2) Laba Akuntansi
Menurut Febrianto dan Widiastuty (2005:167) di dalam setiap
penelitian yang meneliti hubungan angka laba dengan harga saham,
logika dasar yang dimiliki adalah bahwa pasar bereaksi terhadap laba
karena laba memiliki kandungan informasi. Dengan landasan
tersebut maka, peneliti ingin menguji apakah Laba Akuntansi
berpengaruh secara signifikan terhadap Harga Saham.
Dari hasil uji statistik t yang telah dilakukan Laba Akuntansi
memiliki Unstandardized Coefficients sebesar 0,001 dan nilai
signifikansi sebesar 0.000 atau < 0,05. Maka dapat disimpulkan
bahwa, Laba Akuntansi secara parsial berpengaruh negatif terhadap
Harga Saham. Setiap kenaikan Laba Akuntansi sebesar Rp 1.000.000
maka akan menaikan Harga Saham Sebesar Rp 0,001. Hasil
penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian sebelumnya yang
dilakukan
oleh
Adi
Sujarwo
(2008)
penelitian
tersebut
menyimpulkan bahwa untuk tahun 2003 Laba Akuntansi
berpengaruh signifikan terhadap harga saham ditunjukkan dengan
nilai signifikansi sebesar 0,000. Selain itu penelitian ini juga
didukung dengan
penelitian
Atikah,
Ahmad
Rodoni dan
Rahmawati (2004) yang menyatakan bahwa Laba Akuntansi
mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap Harga Saham,
karena hasil pengujian regresi menunjukkan nilai probabilitas tstatistik 0,047 lebih besar dari (a = 5%). Febrianto dan Widiastuty
(2005:167) pasar bereaksi terhadap laba karena laba memiliki
kandungan informasi sebagai pengambilan keputusan investasi.
Semakin tinggi Laba Akuntansi Perusahaan maka investor
berkeyakinan untuk berinvestasi di perusahaan tersebuat untuk
mengharapkan dividen serta return yang tinggi dimana hal tersebut
dapat meningkatkan Harga Saham di perusahaan tersebut.
3) Suku Bunga SBI
Menurut Wyss (2001:21) disaat suku bunga meningkat
investasi dalam deposito atau tabungan akan menarik bagi investor
dibandingkan investasi dalam bentuk saham yang memiliki resiko
yang lebih tinggi dibandingkan deposito atau tabungan. Namun,
pada saat suku bunga menurun investasi dalam bentuk deposito
atau tabungan akan tidak menarik bagi investor karena hal tersebut
memiliki return yang rendah, dalam hal ini investor lebih memilih
investasi dalam bentuk saham. Hal tersebut dapat terbukti setelah
peneliti melakukan uji t untuk mengetahui bagaimana pengaruhnya
Suku Bunga SBI terhadap Harga Saham Suku Bunga SBI memiliki
Unstandardized Coefficients sebesar -4.492,823 dan nilai signifikansi
sebesar 0.001. Maka dapat disimpulkan bahwa, Suku Bunga SBI
secara parsial berpengaruh negatif terhadap Harga Saham. Setiap
kenaikan 1% Suku Bunga SBI maka akan menurunkan Harga Saham
Sebesar Rp 4.492,823. Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil
penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Chairuddin dan Herry
(2004) dimana di dalam penelitian disimpulkan bahwa
korelasi
antara variabel kurs, suku bunga SBI, dan indeks harga konsumen
dengan variabel hubungan antara kurs, suku bunga SBI, dan indeks
harga konsumen dengan IHSG adalah sangat erat (>0,6). Sesuai
penelitian Pasaribu (2008:5) dikatakan bahwa Investor dapat
menggunakan tingkat bunga sebagai patokan (benchmark) untuk
perbandingan bila ingin berinvestasi. Umumnya tingkat bunga
mempunyai
hubungan
negatif
dengan
bursa
saham.
Bila
pemerintah mengumumkan tingkat bunga yang lebih tinggi maka
investor akan menjual sahamnya dan mengganti pada instrumen
berpendapatan tetap yang memberikan tingkat bunga yang lebih
tinggi.
4) Uang Beredar
Menurut Frederic (2008:321) pengaruh kebijakan moneter
(Uang Beredar) terhadap Harga Saham adalah ketika kebijakan
moneter merupakan ekspansi masyarakat mendapatkan dirinya
mempunyai lebih dari yang diinginkan dan mengunakannya untuk
konsumsi. Satu tempat untuk mengkonsumsi kelebihan uang
tersebut adalah pasar modal, yang meningkatkan permintaan atas
saham yang dapat mengakibatkan harga saham meningkat. Dengan
landasan tersebut maka, peneliti ingin menguji apakah Uang
Beredar berpengaruh secara signifikan terhadap Harga Saham.
Uang Beredar memiliki tingkat signifikansi sebesar 0,233 atau lebih
besar dari alpha 5% sehingga dapat disimpulkan Uang beredar
tidak berpengaruh signifikan terhadap Harga Saham. Hasil
penelitian ini tidak sejalan dengan hasil penelitian sebelumnya
yang dilakukan oleh Oktavia Kumalasari (2007) dimana di dalam
penelitian disimpulkan bahwa dari uji t-test dapat diketahui hanya
variabel tingkat suku bunga dan jumlah uang beredar yang
signifikan berpengaruh terhadap harga saham blue chip.
BAB V
KESIMPULAN DAN IMPLIKASI
A. Kesimpulan
Berdasarkan kepada hasil serta pembahasan yang telah dilakukan peneliti,
terdapat beberapa variabel independen yang berpengaruh signifikan terhadap
Harga Saham pada perusahaan Properti dan Real Estat yang terdaftar di BEI
dalam periode 2005 sampai dengan 2008. Penelitian ini menggunakan metode
analisis regresi berganda, dari hasil pengujian didapatkan kesimpulan sebagai
berikut:
1. Hasil Uji F (Simultan) menunjukkan bahwa semua variabel independen
yaitu Pengungkapan Laporan Keuangan, Laba Akuntansi, Suku Bunga
SBI dan, Uang Beredar secara bersama-sama memiliki pengaruh yang
signifikan terhadap variabel Harga Saham.
2. Tingkat Pengungkapan Laporan Keuangan tidak berpengaruh secara
signifikan terhadap Harga Saham. Setelah dilakukan uji t diperoleh hasil
signifikansi sebesar 0,472 atau hasil lebih besar dari 0,05. Maka dapat
diketahui bahwa variabel Pengungkapan Laporan Keuangan tidak
berpengaruh parsial secara signifikan terhadap Harga Saham.
3. Laba Akuntansi mempunyai pengaruh positif dan signifikan terhadap
Harga Saham, artinya semakin meningkat Laba Akuntansi di suatu
Perusahaan maka akan meningkatkan Harga saham.
4. Suku Bunga SBI secara parsial berpengaruh negatif dan signifikan
terhadap Harga Saham. Setiap kenaikan 1% Suku Bunga SBI maka akan
menurunkan Harga Saham.
5. Uang Beredar memiliki tingkat signifikansi sebesar 0,233 atau lebih besar
dari alpha 5% sehingga dapat disimpulkan Uang beredar tidak
berpengaruh signifikan terhadap Harga Saham.
B. Implikasi
Hasil penelitian ini dapat memberikan implikasi terhadap berbagai
pihak. Bagi investor, untuk mengetahui apakah terdapat pengaruh yang
signifikan antara Pengungkapan Laporan Keuangan, Laba Akuntansi,
Suku Bunga SBI dan Uang Beredar terhadap Harga Saham untuk
digunakan sebagai salah satu pertimbangan pengambilan keputusan
investasi di pasar modal.
Bagi penelitian selanjutnya, sebaiknya juga menganalisis faktor
fundamental yang lainnya seperti faktor domestik, faktor asing, dan faktor
aliran modal. Faktor domestik diproksi oleh inflasi, produk domestik
bruto, uang beredar, kurs, SBI, dan devisa. Faktor asing diproksi oleh
indeks Dow Jones, Indeks Hang Seng, Fed Rate, dan harga minyak
mentah. Sedangkan Aliran modal diproksi oleh cadangan devisa, transaksi
berjalan dan net buying asing. Kemudian agar didapatkan hasil yang lebih
baik dapat dilakukan dengan cara memperpanjang periode penelitian.
Daftar Pustaka
Anastasia, Widiastuti, Gunawan, Yanny dan Wijayanti Imelda. “Analisis Faktor
Fundamental dan Risiko Sistematik Terhadap Harga Saham Properti di
BEJ”. Jurnal Akuntansi dan Keuangan, vol. 5, Hal. 123-132. 2004.
Andi, Sularso R. “Pengaruh Pengumuman Dividen terhadap Perubahan Harga
Saham (Return) Sebelum dan Sesudah Ex-Dividend Date di Bursa Efek
Jakarta (BEJ)”. Jurnal Akuntansi dan Keuangan, Vol. 5, Hal. 1-15. 2003.
Anoraga, Pandji & Piji Pakarti. “Pengantar Pasar Modal”. PT. Rineka Cipta,
Jakarta, 2003.
Ardiansyah, Minsen. “Pengaruh Variabel Keuangan terhadap Return Awal dan
Return 15 Hari Setelah IPO serta Moderasi Besaran Perusahaan
Terhadap Hubungan antara Variabel Keuangan dengan Return 15 Hari
Setelah IPO dengan Return Awal dan Return 15 Hari Setelah IPO di
Bursa Efek Jakarta”. Jurnal Riset Akuntansi Indonesia, Vol. 7, Hal.125153. 2004
Badrinanth, S. and Omest Kini. “The Relationship Between Securities Yields,
Firm, Size, Earnings Price Ratio and Tobin’s Q”, Journal of Finance
Econom”. Hal. 18-24. 1994
Baruno, Agung, dan Endriani, Yeni. “Analisis Pengaruh Rasio-Rasio Keuangan
Terhadap Devidend Payout Ratio Pada Industri Telekomunikasi di Bursa
Efek Jakarta Periode 2000-2004”. Jurnal Ekonomi, Vol. XV, Hal. 55-65.
2005.
Basu, S. ”Investment Performance of Common Stock in Relation to Their Price
Earning Ratio: Test of the Efficiency Market Hypotesis”. Journal of
Finance, Hal. 663-82. 1977
Cook, T., and M.S. Rozeff. “Size and Earning Price Ratio Anomalies:One
ofEffect or Two?”. Journal of Finance Quantitative Analysis, Hal. 449-66.
1984.
Darmadji, Tjiptono dan Hendy, M. Fakhruddin. “Pasar Modal di Indonesia:
Pendekatan Tanya Jawab”. Edisi 1, Salemba Empat, Jakarta, Indonesia.
Galih, Satwiko, Agung, D. Nachrowi, dan Haymans Manurung Adler. “Kebijakan
Dividen Perusahaan Uang Listing di Bursa Efek Jakarta (BEJ): Besaran,
Strategi, dan Stabilitas Dividen”. JRAI, Vol. 8, Hal. 13-33. 2005.
Ghozali, Imam. “Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS”.
Universitas Diponegoro, Yogyakarta. 2000.
Gusliana, Mals, dan Rimi. “Pengaruh Rasio-Rasio Keuangan Utama Perusahaan
Terhadap Harga Saham Perusahaan yang Terdaftar di Jakarta Islamic
Index tahun 2004”. Jurnal Ekonomi STEI no.3, Hal. 27-46. 2005.
Husnan, Suad. ”Dasar-dasar Teori Portofolio dan Analisis Sekuritas”. Edisi
Ketiga, Yogyakarta, UDP AMP YKPN. 2005.
J., Keown, Arthur. “Dasar-Dasar Manajemen Keuangan”. Salemba Empat,
Jakarta, 2001.
Kamaruddin, Ahmad. “Dasar-dasar Manajemen Investasi dan Portofolio”.
Cetakan Kedua, Rineka Cipta, Jakarta. 2004.
Ketut, Jati I. “Relevansi nilai Dividend Yield dan Price Earnings Ratio dengan
Moderasi Investment Opportnity Set (IOS) dalam Penilaian Harga
Saham”. JRAI, vol. 8, Hal. 191-209. 2005,
Mankiw, N.G. “Macroeconomics, 4th Edition Worth Publisher, Inc., Iman
Nurmawan (Penerjemah), Teori Makroekonomi”. Edisi keempat, Jakarta:
Penerbit Erlangga. 2000.
Meythi. “Pengaruh Arus Kas Operasi Terhadap Harga Saham Dengan
Persistensi Laba Sebagai Varabel Intervening”. Simposium Nasional
Akuntansi 9, Padang, Hal. 1-21. 2006.
Nainggolan, Pahala. “Cara Mudah Memahami Akuntansi”. Poppy Herawati
(Penyunting), Cetakan Ketiga, Penerbit PPM, Jakarta, 2006.
Norohim, Hasa. “Pengaruh Price Earning Ratio dan Dividend Yield Terhadap
Harga Saham”. Ekobis, Vol. 8, Hal. 81-89. 2007.
Payamta. “Pengaruh Variabel-Variabel Keuangan dan Signaling Terhadap
Penentuan Harga Pasar Saham di Bursa Efek Jakarta”. JAAI, vol. 4, Hal.
153-179. 2000
Rahmawati, dan Suryani, Tri. “Over Reaksi Pasar Terhadap Harga Saham
Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek Jakarta”. SNA VIII, Solo, Hal. 6474. 2005.
Sjarief, Julianti. “Pemilihan Metode Akuntansi Atas Biaya Research dan
Development (R&D) dan Dampaknya Terhadap Price Earning Ratio”.
Jurnal Ekonomi dan Bisnis, Vol. 4, Hal. 151-161. 2004.
Sparta, dan Februwaty. “Pengaruh ROE, EPS, dan OCF Terhadap Harga Saham
Industri Manufacturing di Bursa Efek Jakarta”. Jurnal Akuntansi, Th. IX,
Hal. 71-80. 2005
Tendelillin, Eduardus. “Analisis Investasi dan Manajemen Portofolio”. Edisi
Pertama, BPFE, Yogyakarta. 2001
V., Suryaputri, Rossje dan Dwi, Astuti, Christina. “Pengaruh Faktor Leverage,
Devidend Payout, Size, Earning Growth and Country Risk terhadap Price
Earning Ratio”. Media Riset Akuntansi, Auditing dan Informasi, Vol. 3,
Hal. 1-23. 2003.
Wahyudi, Untung dan Prasetyaning, Pawestri, Hartini. “Implikasi Struktur
Kepemilikan Terhadap Nilai Perusahaan:Dengan Keputusan Keuangan
sebagai Variabel Intervening”. Simposium Nasional Akuntansi 9, Padang,
Hal. 1-20. 2006,
Yuga. “Analisa Teknikal: Danareksa Equity Research”. Danareksa, Jakarta, 2007.
Download