5 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian

advertisement
5
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Pengertian Komunikasi
Pengertian komunikasi menurut Himstreet and Baty dalam Purwanto
(2003), komunikasi adalah suatu proses pertukaran informasi antar individu
melalui suatu sistem yang biasa (lazim), baik dengan simbol-simbol, sinyalsinyal, maupun perilaku atau tindakan. Menurut Bovee, komunikasi adalah
suatu proses pengiriman dan penerimaan pesan.
Komunikasi adalah proses pengiriman dan penerimaan informasi atau
pesan antara dua orang atau lebih dengan cara yang efektif, sehingga pesan
yang dimaksud dapat dimengerti. Dalam penyampaian atau penerimaan
informasi ada dua (2) pihak yang terlibat, yaitu :
1. Komunikator : orang atau kelompok orang yang menyampaikan informasi
atau pesan.
2. Komunikan : orang atau kelompok orang yang menerima pesan.
Pada umumnya, pengertian komunikasi ini paling tidak melibatkan
dua orang atau lebih dan proses pemindahan pesannya dapat dilakukan
dengan menggunakan cara-cara berkomunikasi yang biasa dilakukan oleh
seseorang melalui lisan, tulisan, maupun sinyal-sinyal nonverbal.
2.1.1 Proses Komunikasi
Menurut Bovee dan Thill dalam Purwanto (2003), proses
komunikasi terdiri atas enam (6) tahap, yaitu :
1. Pengirim mempunyai suatu ide atau gagasan
2. Pengirim mengubah ide menjadi suatu pesan
3. Pengirim menyampaikan pesan
4. Penerima menerima pesan
5. Penerima manafsirkan pesan
6. Penerima memberi tanggapan dan mengirim umpan balik kepada
pengirim
6
Ke-6 tahapan dalam proses komunikasi tersebut dapat digambarkan
dalam sebuah diagram pada Gambar 1.
Tahap 1
Pengirim
mempunyai gagasan
Tahap 6
Penerima mengirim
ide pesan
SALURAN
Tahap 2
Pengirim mengubah
ide menjadi gagasan
dan
MEDIA
Tahap 3
Pengirim mengirim
pesan
Tahap 5
Penerima
menafsirkan pesan
Tahap 4
Penerima menerima
pesan
Gambar 1. Proses komunikasi (Purwanto, 2003)
2003)
(Purwanto,2003)
Penjelasan mengenai
proses
komunikasi menurut Bovee dan Thill adalah :
Tahap Pertama : Pengirim mempunyai suatu ide/gagasan
Sebelum proses penyampaian pesan dapat dilakukan, pengirim pesan
harus menyiapkan ide, atau gagasan apa yang ingin disampaikan kepada
pihak lain. Ide dapat diperoleh dari berbagai sumber yang terbentang luas
dihadapan. Ide-ide yang ada dalam benak disaring dan disusun ke dalam
suatu memori yang ada dalam jaringan otak, yang merupakan gambaran
persepsi terhadap kenyataan.
Tahap Kedua : Pengirim Mengubah Ide menjadi suatu pesan
Dalam suatu proses komunikasi, tidak semua ide dapat diterima atau
dimengerti dengan sempurna. Agar ide dapat diterima dan dimengerti secara
sempurna maka pengirim pesan harus memperhatikan beberapa hal, yaitu
subyek (apa yang ingin disampaikan), maksud (tujuan), audiens, gaya
personal dan latar belakang budaya.
Tahap Ketiga : Pengirim Menyampaikan Pesan
Setelah mengubah ide-ide ke dalam suatu pesan, tahap berikutnya
adalah memindahkan atau menyampaikan pesan melalui berbagai saluran
yang ada kepada si penerima pesan. Saluran komunikasi yang digunakan
untuk menyampaikan pesan pesan terkadang relatif pendek, tetapi ada yang
7
cukup panjang. Panjang pendeknya saluran komunikasi yang digunakan
akan
berpengaruh
terhadap
efektivitas
penyampaian
pesan.
Bila
menyampaikan pesan-pesan yang panjang dan kompleks secara lisan, pesanpesan tersebut dapat terdistorsi atau bahkan bertentangan dengan pesan
aslinya. Di samping itu, dalam menyampaikan suatu pesan, berbagai media
komunikasi (media tulisan maupun lisan) dapat digunakan. Oleh karena itu,
perlu diperhatikan jenis atau sifat pesan yang akan disampaikan.
Tahap Keempat : Penerima Menerima Pesan
Komunikasi antara seseorang dengan orang lain akan terjadi bila
pengirim mengirimkan suatu pesan dan penerima menerima pesan tersebut.
Para penerima pesan harus dapat mendengar apa yang dikatakan dan
memahami pesan-pesan yang disampaikan.
Tahap Kelima : Penerima Menafsirkan Pesan
Setelah penerima menerima pesan, tahap berikutnya adalah
bagaimana dapat menafsirkan pesan. Suatu pesan yang disampaikan
pengirim harus mudah dimengerti dan tersimpan didalam benak pikiran
penerima pesan. Selanjutnya, suatu pesan baru dapat ditafsirkan secara
benar, bila penerima pesan telah memahami isi pesan sebagaimana yang
dimaksud pengirim pesan.
Tahap Keenam : Penerima Memberi Tanggapan dan Umpan Balik ke
Pengirim
Umpan balik (feedback) adalah penghubung akhir dalam suatu mata
rantai komunikasi. Umpan balik tersebut merupakan tanggapan penerima
pesan yang memungkinkan pengirim untuk menilai efektivitas suatu pesan.
2.1.2 Fungsi Komunikasi
Menurut William I Gorden dalam Mulyana (2005), fungsi
komunikasi adalah :
a. Fungsi Sosial
Fungsi komunikasi sebagai komunikasi sosial setidaknya mengisyaratkan
bahwa komunikasi penting untuk membangun konsep diri, aktualisasi
diri, untuk kelangsungan hidup, untuk memperoleh kebahagiaan,
terhindar dari tekanan dan ketegangan, antara lain lewat komunikasi yang
8
menghibur dan memupuk hubungan dengan orang lain. Melalui
komunikasi dapat bekerja sama dengan anggota masyarakat lainnya
(keluarga, kelompok belajar, kelompok tempat tinggal dan sosial secara
keseluruhan) untuk mencapai tujuan bersama.
b. Fungsi Ekspresif
Fungsi komunikasi ekspresif adalah untuk menyatakan ekspresi dari
seseorang ketika melakukan proses komunikasi. Komunikasi ekspresif
tidak otomatis bertujuan mempengaruhi orang lain, namun dapat
dilakukan sejauh komunikasi tersebut menjadi instrumen untuk
menyatakan perasaan (emosi). Perasaan tersebut dikomunikasikan
melalui pesan-pesan nonverbal.
c. Fungsi Ritual
Komunikasi ritual merupakan sebuah fungsi komunikasi yang digunakan
untuk pemenuhan jati diri manusia sebagai individu, sebagai anggota
komunitas sosial dan sebagai salah satu unsur dari alam semesta.
Individu yang melakukan komunikasi ritual berarti menegaskan
komitmennya kepada tradisi keluarga, suku, bangsa dan ideologi, atau
agamanya.
d. Fungsi Instrumental
Komunikasi instrumental mempunyai beberapa tujuan umum yaitu
menginformasikan,
mengajar,
mendorong,
mengubah
sikap
dan
keyakinan dan mengubah perilaku, atau menggerakan tindakan, serta
menghibur. Bila diringkas, kesemua tujuan tersebut dapat disebut
membujuk (bersifat instrumen). Sebagai instrumen, komunikasi tidak
saja digunakan untuk menciptakan atau membangun hubungan, namun
untuk menghancurkan hubungan tersebut
Concrad dalam Tubbs (2001), mengidentifikasi tiga (3) fungsi
komunikasi dalam organisasi, yaitu :
a. Fungsi Perintah
Komunikasi
memperbolehkan
anggota
organisasi
membicarakan,
menerima, menafsirkan dan bertindak atas suatu perintah. Dua (2) jenis
komunikasi yang mendukung pelaksanaan fungsi ini adalah pengarahan
9
dan umpan balik. Tujuannya untuk memengaruhi anggota lain dalam
organisasi. Hasil fungsi perintah adalah koordinasi antara sejumlah
anggota yang saling bergantung dalam organisasi tersebut.
b. Fungsi relasional
Komunikasi memperbolehkan anggota organisasi menciptakan dan
mempertahankan bisnis produktif dan hubungan personal dengan anggota
organisasi lain.
c. Fungsi manajemen ambigu
Komunikasi adalah alat untuk mengatasi dan mengurangi ketidakjelasan
yang melekat dalam organisasi.
2.1.3 Peran Komunikasi
Menurut Mintzberg dalam Stoner, et al (1996) didefinisikan
tentang peran komunikasi dalam tiga (3) peran manajerial, yaitu :
a. Dalam peran antar pribadi, manajer bertindak sebagai tokoh dan
pemimpin
dari unit organisasinya, berinteraksi dengan karyawan,
pelanggan, pemasok dan rekan sejawat dalam organisasi.
b. Dalam peran informal, manajer mencari informasi dari rekan sejawat,
karyawan dan kontrak pribadi yang lain, mengenai segala sesuatu yang
mungkin memengaruhi pekerjaan dan tanggungjawabnya
c. Dalam peran pengambilan keputusan, manajer mengimplementasikan
proyek baru, menangani gangguan dan mengalokasikan sumber daya
kepada anggota unit dan departemen.
Berdasarkan peran komunikasi tersebut dapat disimpulkan bahwa
komunikasi memiliki arti penting, terutama dalam peran antar pribadi,
informal dan pengambilan keputusan. Dalam hal ini, komunikasi
digunakan sebagai alat dalam penyampaian maksud dan tujuan yang ingin
disampaikan oleh komunikator kepada komunikan. Dengan demikian,
komunikasi merupakan suatu hal penting untuk digunakan dalam
penyampaian suatu pesan kepada orang lain.
10
2.2. Pola Komunikasi
Secara umum, pola komunikasi dapat dibedakan menjadi saluran
komunikasi formal dan saluran komunikasi informal (Purwanto, 2003).
1. Saluran komunikasi formal
Dalam struktur organisasi garis, fungsional, maupun matriks akan
tampak berbagai macam posisi atau kedudukan masing-masing sesuai
dengan batas tanggungjawab dan wewenangnya. Dalam kaitannya
dengan proses penyampaian informasi dari manajer kepada bawahan
ataupun dari manajer ke karyawan, pola transformasi informasinya dapat
berbentuk komunikasi dari atas ke bawah (downward communication),
komunikasi dari bawah ke atas (upward communication), komunikasi
horizontal dan komunikasi diagonal.
a. Komunikasi dari atas ke bawah
Secara sederhana, transformasi informasi dari manajer dalam
semua level ke bawahan merupakan komunikasi dari atas ke bawah.
Aliran komunikasi dari manajer ke bawahan tersebut, umumnya
terkait dengan tanggungjawab dan kewenangan dalam suatu
organisasi. Seorang manajer yang menggunakan jalur komunikasi ke
bawah memiliki tujuan untuk menyampaikan informasi, mengarahkan,
mengokoordinasikan, memotivasi, memimpin dan mengendalikan
berbagai kegiatan yang ada di level bawah. Jalur komunikasi yang
berasal dari atas (manajer) ke bawah (karyawan) merupakan
penyampaian pesan yang dapat berbentuk perintah, instruksi maupun
prosedur untuk dijalankan para bawahan dengan sebaik-baiknya.
Menurut Katz dan Kahn dalam Purwanto (2003), komunikasi
ke bawah mempunyai lima (5) tujuan pokok, yaitu :
1) Memberikan pengarahan atau instruksi kerja tertentu
2) Memberikan
informasi
mengapa
suatu
pekerjaan
harus
dilaksanakan
3) Memberikan informasi tentang prosedur dan praktik organisasional
4) Memberikan umpan balik pelaksanaan kerja kepada para karyawan
11
5) Menyajikan informasi mengenai aspek ideologi dalam membantu
organisasi menanamkan pengertian tentang tujuan yang ingin
dicapai
b. Komunikasi dari Bawah ke Atas
Dalam struktur organisasi, komunikasi dari bawah ke atas
berarti alur pesan yang disampaikan berasal dari bawah (karyawan)
menuju ke atas (manajer). Pesan yang ingin disampaikan mula-mula
berasal dari karyawan yang selanjutnya akan disampaikan ke jalur
yang lebih tinggi.
Untuk memecahkan masalah-masalah yang terjadi dalam suatu
organisasi dan mengambil keputusan secara tepat, sudah sepantasnya
bila manajer memperhatikan aspirasi yang berasal dari bawah.
Keterlibatan
karyawan
(bawahan)
dalam
proses
pengambilan
keputusan merupakan salah satu cara positif dalam upaya membantu
pencapaian tujuan organisasi.
Untuk mencapai keberhasilan komunikasi dari bawah ke atas
para manajer harus percaya penuh kepada bawahannya. Kalau tidak,
informasi apapun dari bawahan tidak akan bermanfaat, karena yang
akan muncul hanyalah rasa curiga dan ketidakpercayaan terhadap
informasi tersebut.
c. Komunikasi Horizontal
Komunikasi horizontal atau sering disebut juga dengan istilah
komunikasi lateral adalah komunikasi yang terdiri antara bagianbagian yang memiliki posisi sejajar/sederajat dalam suatu organisasi.
Tujuan komunikasi horizontal antara lain untuk melakukan persuasi,
memperngaruhi dan memberikan informasi kepada bagian, atau
departemen yang memiliki kedudukan sejajar.
Di dalam prakteknya, terdapat kecenderungan bahwa dalam
melaksanakan pekerjaannya, manajer suka melakukan tukar-menukar
informasi dengan rekan kerjanya di Departemen atau Divisi yang
berbeda, terutama apabila muncul masalah-masalah khusus dalam
suatu
organisasi
perusahaan.
Komunikasi
horizontal
bersifat
12
koordinatif di antara anggota yang memiliki posisi sederajat, baik di
dalam satu departemen maupun diantara beberapa departemen.
d. Komunikasi Diagonal
Komunikasi diagonal melibatkan komunikasi antara dua
tingkat (level) organisasi yang berbeda. Komunikasi diagonal lebih
banyak diterapkan dalam suatu organisasi berskala besar manakala
terdapat saling ketergantungan antar bagian, atau antar departemen
yang ada dalam organisasi tersebut.
Bentuk komunikasi diagonal memiliki beberapa keuntungan,
diantaranya :
1) Penyebaran informasi bisa menjadi lebih cepat ketimbang bentuk
komunikasi tradisional
2) Memungkinkan individu dari berbagai bagian atau departemen
ikut membantu menyelesaikan masalah dalam organisasi
2. Saluran Komunikasi Informal
Keberadaan jaringan komunikasi informal dalam suatu organisasi
tidak dapat dielakkan. Jaringan ini dapat pula digunakan oleh para
manajer untuk memonitor para karyawannya dalam melakukan tugasnya.
Dalam jaringan komunikasi informal, orang-orang yang ada dalam suatu
organisasi,
tanpa
memedulikan
jenjang
hirarki,
pangkat
dan
kedudukan/jabatan, dapat berkomunikasi secara luas. Hal-hal yang
diperbincangkan biasanya bersifat umum seperti mengobrol tentang
humor, keluarga, anak-anak, olahraga, musik, film, acara di TV dan juga
kadang kala mereka membicarakan hal-hal yang berkaitan dengan situasi
kerja yang ada dalam perusahaan. Sumber informasi dalam komunikasi
informal adalah desas-desus atau selentingan (Purwanto 2003).
2.3. Faktor Penghambat Komunikasi
Faktor–faktor penghambat komunikasi dapat dikelompokkan ke
dalam empat (4) masalah utama yang mencakup antara lain masalah dalam
mengembangkan pesan, penyampaian pesan, penerimaan pesan dan
penafsiran pesan (Purwanto, 2003). Masalah tersebut masing-masing dapat
dijelaskan sebagai berikut :
13
1. Masalah dalam Mengembangkan Pesan
Sumber masalah potensial dalam mengembangkan suatu pesan adalah
dalam meformulasikan suatu pesan. Masalah dalam mengembangkan suatu
pesan dapat mencakup munculnya keragu-raguan tentang isi pesan, kurang
terbiasa dengan situasi yang ada, atau masih asing dengan audiens adanya
pertentangan emosional atau kesulitan dalam mengekspresikan ide atau
gagasan.
2. Masalah dalam Menyampaikan Pesan
Komunikasi
dapat
juga
terganggu
karena
munculnya
masalah
penyampaian pesan dari pengirim ke penerima. Masalah yang paling jelas
disini
adalah
faktor
fisik
yaitu
media
yang
digunakan
dalam
berkomunikasi. Masalah lain yang muncul dalam penyampaian suatu
pesan adalah bila dua buah pesan yang disampaikan mempunyai arti yang
saling berlawanan atau bermakna ganda.
3. Masalah dalam Menerima Pesan
Masalah yang muncul dalam penerimaan suatu pesan antara lain adanya
persaingan antara penglihatan dengan suara dan kondisi lain yang dapat
mengganggu konsentrasi penerima. Selain itu gangguan atau masalah
penerimaan pesan dapat muncul berkaitan dengan kesehatan si penerima
pesan. Misalnya pendengaran yang kurang baik, maka penglihatan yang
mulai kabur, atau bahkan sakit kepala.
4. Masalah dalam Menafsirkan Pesan
Suatu pesan mungkin hilang selama proses penyampaian pesan, masalah
terbesar terletak pada mata rantai terakhir, saat suatu pesan ditafsirkan oleh
penerima pesan. Perbedaan latar belakang, perbendaharaan bahasa, dan
pernyataan emosional dapat menimbulkan munculnya kesalahpahaman
antara pemberi dan penerima pesan.
2.4. Lingkungan Kerja
Menurut Nitisemito (2000), lingkungan kerja adalah segala sesuatu
yang ada disekitar para pekerja yang dapat mempengaruhi dirinya dalam
menjalankan tugas-tugas yang diembankan. Menurut Sedarmayati (2001),
lingkungan kerja adalah keseluruhan alat perkakas dan bahan yang dihadapi,
14
lingkungan sekitarnya dimana seseorang bekerja, metode kerjanya, serta
pengaturan kerjanya baik sebagai perseorangan, maupun kelompok. Dari
pendapat tersebut, disimpulkan bahwa lingkungan kerja merupakan segala
sesuatu yang ada disekitar karyawan pada saat bekerja, baik berbentuk fisik,
ataupun non fisik, langsung atau tidak langsung, yang dapat mempengaruhi
dirinya dan pekerjaannya saat bekerja.
2.4.1 Jenis Lingkungan Kerja
Secara garis besar, jenis lingkungan kerja terbagi menjadi dua
(2) yaitu
lingkungan kerja fisik dan lingkungan kerja non fisik
(Sedarmayanti, 2001)
a. Lingkungan Kerja Fisik
Lingkungan kerja fisik adalah semua keadaan berbentuk fisik yang
terdapat di sekitar tempat kerja yang dapat memengaruhi karyawan
baik secara langsung maupun secara tidak langsung. Lingkungan
fisik dibagi menjadi dua (2) kategori, yakni :
1) Lingkungan yang langsung berhubungan dengan karyawan,
seperti pusat kerja, kursi, meja dan sebagainya
2) Lingkungan perantara, atau lingkungan umum dapat juga disebut
lingkungan kerja yang mempengaruhi kondisi manusia, misalnya
suhu, kelambaban, sirkulasi udara, pencahayaan, kebisingan,
getaran mekanis, bau tidak sedap, warna dan lain-lain
b. Lingkungan Kerja Non Fisik
Lingkungan kerja non fisik adalah keadaan yang terjadi yang
berkaitan dengan hubungan kerja, baik dengan atasan maupun
hubungan sesama rekan kerja, ataupun hubungan dengan bawahan.
Perusahaan
hendaknya
dapat
mencerminkan
kondisi
yang
mendukung kerjasama antara tingkat atasan, bawahan maupun yang
memiliki status jabatan yang sama di perusahaan. Kondisi yang
hendaknya diciptakan adalah suasana kekeluargaan, komunikasi
yang baik dan pengendalian diri (Nitisemito, 2000)
15
2.4.2 Indikator Lingkungan kerja
Beberapa indikator-indikator lingkungan kerja (Sedarmayanti, 2001) :
1. Penerangan
2. Suhu Udara
3. Suara bising
4. Penggunaan warna
5. Ruang gerak yang diperlukan
6. Keamanan kerja
7. Hubungan Karyawan
2.5. Penelitian Terdahulu yang Relevan
Nindya (2009) melakukan penelitian berjudul “Analisis Hubungan
Pola Komunikasi Organisasi dengan Lingkungan Kerja Produktif PT. X Tbk
Unit Bisnis Bogor. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui persepsi
karyawan mengenai pola komunikasi organisasi, mengetahui persepsi
karyawan mengenai lingkungan kerja produktif pada dan menganalisis
hubungan pola komunikasi organisasi yang ada dengan lingkungan kerja
yang produktif. Penelitian ini menggunakan metode analisis korelasi Rank
Spearman. Penelitian ini menyimpulkan bahwa komunikasi yang terjadi
pada PT. X Tbk Unit Bisnis adalah menggunakan pola komunikasi
organisasi formal.
Pola Komunikasi yang paling sering digunakan adalah pola
komunikasi dari bawah ke atas (upward communication). Lingkungan
kerjanya pun sudah sangat baik. Lingkungan kerja sudah produktif, hal ini
dapat dilihat dari bagaimana perusahaan sudah memberikan kenyamanan dan
ketenangan yang dapat meningkatkan kinerja yang baik dalam bekerja.
Berdasarkan penilaian hasil uji korelasi Rank Spearman terdapat hubungan
antara pola komunikasi organisasi formal dengan lingkungan kerja yang
produktif. Untuk pola komunikasi informal tidak ada hubungan sama sekali
dengan lingkungan kerja produktif. Hubungan yang paling kuat yaitu antara
pola komunikasi dari bawah ke atas (upward communication) dengan
lingkungan kerja produktif.
16
Mulyadi (2010) melakukan penelitian berjudul “Pengaruh Pola
Komunikasi Terhadap Motivasi Karyawan di PT. Bank Muamalat Tbk,
cabang Bogor”. Tujuan penelitian ini adalah mengidentifikasi pola
komunikasi di PT. Bank Muamalat Tbk, mengidentifikasi motivasi karyawan
di PT. Bank Muamalat Tbk dan menganalisis pengaruh pola komunikasi
terhadap motivasi karyawan di PT. Bank Muamalat Tbk, Cabang Bogor.
Penelitian ini menggunakan metode analisis regresi linear berganda.
Penelitian ini menyimpulkan secara umum pola komunikasi yang
terjadi di BMI berjalan dengan baik. Secara parsial terdapat tiga (3) peubah
pola komunikasi yang berpengaruh terhadap motivasi karyawan yaitu
komunikasi dari atas ke bawah, horizontal dan informal. Pola komunikasi
diagonal dan bawah ke atas tidak berpengaruh terhadap motivasi karyawan.
Download