FISIOLOGI MASA NIFAS Puerperium (masa nifas) atau periode pasca persalinan umumnya berlangsung selama 6 – 12 minggu. Puerperium adalah periode pemulihan dari perubahan anatomis dan fisiologis yang terjadi selama kehamilan. Puerperium dapat dibagi menjadi : Periode pasca persalinan : 24 jam pasca persalinan. Periode puerperium dini : minggu pertama pasca persalinan. Periode puerperium lanjut : sampai 6 minggu pasca persalinan. PERUBAHAN FISIOLOGI dan ANATOMI Perubahan endokrin yang terjadi selama kehamilan akan terjadi secara cepat : hPL- human Placental Lactogen serum tidak terdeteksi dalam waktu 2 hari dan hCG- Human Chorionic Gonadotropin tidak terdeteksi dalam waktu 10 hari pasca persalinan. Kadar estrogen dan progesteron serum menurun sejak 3 hari pasca persalinan dan mencapai nilai pra-kehamilan pada hari ke 7. Nilai tersebut akan menetap bila pasien memberikan ASI ; bila tidak memberikan ASI estradiol akan mulai meningkat dan menyebabkan pertumbuhan folikel. hPr – Human Prolactine pada pasien yang memberikan ASI, kadar human hPr akan meningkat. Sistem kardiovaskular akan kembali pada nilai sebelum kehamilan dalam waktu 2 minggu pasca persalinan. Pada 24 jam pertama terjadi “hypervolemic state” akibat adanya pergeseran cairan ekstravaskular kedalam ruang intravaskular. Volume darah dan plasma normal kembali pada minggu kedua. Sampai pada 10 hari pertama pasca persalinan, peningkatan faktor pembekuan dalam kehamilan akan menetap dan diimbangi dengan kenaikan aktivitas fibrinolisis. PERUBAHAN MORFOLOGIS PADA TRAKTUS GENITALIA Melalui proses katabolisme jaringan berat uterus ceoat menurun dari 1000 gram saat persalina menjadi 100 – 200 g 3 minggu pasca persalinan Servik kehilangan elastisitasnya dan segera memperoleh konsistensi normal Dinding vagina edematous, kebiruan serta kendor dan tonus kembali kearah normal setelah 1 – 2 minggu. Pada akhir kala III, besar uterus setara dengan ukuran kehamilan 20 minggu dengan berat 1000 gram. Pada akhir minggu pertama berat uterus mencapai 500 gram. Pada hari ke 12, uterus sudah tidak dapat diraba melalui palpasi abdomen. Perubahan involusi tinggi fundus uteri dan ukuran uterus selama 10 hari pasca persalinan “placental site” mengecil dan dalam waktu 10 hari diameternya kira-kira 2.5 cm. Lochia yang terjadi sampai 3 – 4 hari pasca persalinan terdiri dari darah, sisa trofoblas dan desidua coklat kemerahan yang disebut lochia rubra. Selanjutnya berubah menjadi lochia serosa yang seromukopurulen dan berbau khas. Selama minggu II dan III, lochia menjadi kental dan putih kekuningan yang disebut lochia alba terdiri dari leukosit dan sel desidua yang mengalami degenerasi. Setelah minggu 5 – 6, sekresi lochia menghilang yang menunjukkan bahwa proses penyembuhan endometrium sudah hampir sempurna. Lochia yang sangat berbau tidak sedap apalagi bila disertai dengan gejala sistemik berupa tanda tanda infeksi menandakan adanya endometritis. PRINSIP PENATALAKSANAAN PUERPERIUM Pasca persalinan, bila pasien menghendaki maka diperkenankan untuk berjalan-jalan, pergi ke kamar mandi bila perlu dan istirahat kembali bila merasa lelah. Sebagian besar pasien menghendaki untuk beristirahat total ditempat tidur selama 24 jam terutama bila dia juga mengalami cedera perineum yang luas. Fungsi perawatan medis adalah: 1. Memberikan fasilitas agar proses penyembuhan fisik dan psikis berlangsung dengan normal. 2. Mengamati jalannya proses involus uterus. 3. Membantu ibu untuk dapat memberikan ASI. 4. Membantu dan memberi petunjuk kepada ibu dalam merawat neonatus. Tak ada waktu yang baku mengenai lama perawatan pasca persalinan, diperkirakan bahwa semakin lama tinggal di rumah sakit, proses laktasi menjadi semakin baik. PERAWATAN PUERPERIUM DI RUMAH SAKIT Ambulasi dini membuat perawatan nifas menjadi lebih sederhana. Pemeriksaan meliputi : Pemeriksaan tekanan darah, nadi dan pernafasan secara teratur. Inspeksi perineum setiap hari untuk melihat proses penyembuhan. Pada pasien dengan cedera perineum luas perlu diberikan analgesik. Penilaian jumlah dan sifat lochia. Penilaian proses involusi dengan menentukan tinggi fundus uteri. Analgesik mungkin juga diperlukan bila ada keluhan nyeri akibat kontraksi uterus terutama saat laktasi. MASALAH TRAKTUS URINARIUS 24 jam pasca persalinan, pasien umumnya menderita keluhan miksi akibat : Depresi pada reflek aktivitas detrussor yang disebabkan oleh tekanan dasar vesika urinaria saat persalinan. Fase diuresis pasca persalinan, bila perlu retensio urine dapat diatasi dengan melakukan kateterisasi. Rortveit dkk (2003) menyatakan bahwa resiko inkontinensia urine pada pasien dengan persalinan pervaginam sekitar 70% lebih tinggi dibandingkan resiko serupa pada persalinan dengan Sectio Caesar. 10% pasien pasca persalinan menderita inkontinensia (biasanya stress inkontinensia) yang kadang-kadang menetap sampai beberapa minggu pasca persalinan. Untuk mempercepat penyembuhan keadaan ini dapat dilakukan latihan pada otot dasar panggul. Retensio Urine Sensasi dan kemampuan pengosongan kandung kemih terganggu akibat pemberian anaestesi atau analgesi. Ching-chung dkk (2002) : angka kejadian retensio urine pasca persalinan 4% Bila wanita pasca persalinan tidak dapat berkemih dalam waktu 4 jam pasca persalinan mungkin ada masalah dan sebaiknya segera dipasang dauer catheter selama 24 jam Bila kemudian keluhan tak dapat berkemih dalam waktu 4 jam, lakukan kateterisasi dan bila jumlah residu > 200 ml maka nampaknya ada gangguan proses urinasinya. Maka biarkan kateter tetap terpasang dan dibuka – tutup setiap 4jam, bila volume urine < 200 ml – kateter dilepas dan pasien diharapkan dapat berkemih seperti biasa Retensio urine kemungkinan oleh karena hematoma atau edema sekitar urtehra sehingga terapi meliputi : antibiotika dan obat anti inflamasi, MASALAH PENCERNAAN Sejumlah pasien pasca persalinan mengeluh konstipasi yang umumnya tidak memerlukan intervensi medis. Bila perlu dapat diberi obat pencahar supositoria ringan (dulcolax). Haemorrhoid yang diderita selama kehamilan akan menyebabkan rasa sakit pasca persalinan dan keadaan ini memerlukan pemberian obat supositoria. NYERI PUNGGUNG Nyeri punggung sering dirasakan pada trimester ketiga dan menetap setelah persalinan dan pada masa nifas. Kejadian ini terjadi pada 25% wanita dalam masa puerperium namun keluhan ini dirasakan oleh 50% dari mereka sejak sebelum kehamilan. Keluhan ini menjadi semakin hebat bila mereka harus merawat anaknya sendiri. MASALAH PSIKOLOGI PADA MASA NIFAS Keberadaan bayi tidak jarang justru menimbulkan “stress” bagi beberapa ibu yang baru melahirkan. Ibu merasa bertanggung jawab untuk merawat bayi, melanjutkan mengurus suami, setiap malam merasa terganggu dan sering merasakan adanya ketidak mampuan dalam mengatasi semua beban tersebut. Banyak wanita pasca persalinan menjadi sedih dan emosional secara temporer antara hari 3 – 5 (third day blues) dan kira-kira 10% diantaranya akan mengalami depresi hebat. “Third Day Blues” Etiologi tak jelas, diperkirakan karena gangguan keseimbangan hormonal, reaksi eksitasi akibat persalinan dan perasaan tak mampu untuk menjadi seorang ibu. “Third days blues” dapat berupa : Lanjutan rasa cemas saat kehamilan dan proses persalinan Rasa tak nyaman pada masa nifas dan tak mampu menjadi orangtua. Ketidakmampuan untuk melakukan sesuatu yang baik dan berguna Rasa lelah pasca persalinan dan kurang tidur /istirahat Penurunan gairah seksual atau tidak lagi menarik seperti waktu masih gadis Labilitas emosional. Depresi berat sampai beberapa minggu-bulan. Penatalaksanaan : terapi medis, diskusi dengan paramedis, penjelaskan mengenai apa yang terjadi dan bila pasien menghendaki maka kunjungan keluarga dibatasi. Terdapat bukti yang menunjukkan bahwa rooming-in dapat mengurangi kejadian “third days blues” Seksualitas Pasca Persalinan Setelah persalinan, waktu serta perhatian ibu banyak tersita untuk mengurus bayinya. Bila terdapat cedera perineum akibat persalinan, maka vagina dan perineum akan mengalami ketegangan selama beberapa minggu. Gairah seksual seringkali mengalami penurunan. Pada beberapa ibu yang memberikan ASI dapat terjadi penurunan libido dan menderita kekeringan pada vagina. Hubungan seksual bukan merupakan satu-satunya cara untuk memperoleh kenikmatan seksual dan wanita tersebut masih dapat menerima rangsangan seksual dalam bentuk sentuhan atau rangsangan lain yang tak jarang berlanjut dengan hubungan seksual intercourse dan dapat menyebabkan terjadinya orgasmus pada wanita. Konsultasi dan advis dari dokter kadang diperlukan bila terdapat penurunan gairah seksual pasca persalinan yang terlalu berat. KONTRASEPSI dan STERILISASI Masa puerperium dini adalah saat terbaik untuk membahas mengenai kontrasepsi. Masa infertilitas anovulatoar hanya berlangsung selama 5 minggu pada pasien yang tidak memberikan ASI dan 8 minggu pada yang memberikan ASI secara penuh. Tubektomi dikerjakan saat SC atau maksimum 24 – 48 jam pasca persalinan normal. Beberapa pasangan menghendaki agar tubektomi dilakukan 6 – 8 minggu pasca persalinan untuk memberikan kesempatan bagi kesehatan anak dan memahami sepenuhnya arti sterilisasi permanen bagi keluarganya. Kontrasepsi alamiah dimulai segera setelah pasien mendapatkan haid. Perlindungan kontrasepsi alamiah pada pemberi ASI sekitar 98% sampai selama 6 bulan. Pada pasien non laktasi, pemberian kontrasepsi oral kombinasi ( sediaan kombinasi estrogen < 35 µg dan progestin ) diberikan paling cepat 2 – 3 minggu pasca persalinan, jangan melakukan pemberian yang terlalu dini oleh karena pasien masih dalam “hypercoagulable state” Pada pasien laktasi dapat diberikan kontrasepsi oral yang hanya mengandung progestin (norethindrone 0.35 mg) atau injeksi Depo-Provera® 150 mg setiap 3 bulan agar tidak terjadi penekanan proses laktasi. Implan Levonorgestrel dapat diberikan setelah laktasi berlangsung dengan lancar (segera atau 6 minggu pasca persalinan), keberatan penggunaan metode ini adalah: perdarahan iregular, mahal dan kesulitan dalam pemasangan atau pengeluaran. IUD ( copper containing T Cu Ag® , Paraguard t 380A® , Progesterone-releasing Progestasert ®, levonorgestrel-releasing Mirena ® ) sangat efektif dalam pencegahan kehamilan dan sebaiknya dipasang pada kunjungan post partum pertama atau segera setelah persalinan (kejadian ekspulsi sangat tinggi) Jenis kontrasepsi bagi ibu pada masa laktasi 1. 2. 3. 4. Kontrasepsi oral jenis ‘Progestine–only’ 2 - 3 minggu pasca persalinan Depo Provera® 6 minggu pasca persalinan Implan hormon 6 minggu pasca persalinan Kontrasepsi oral kombinasi diberikan 6 minggu pasca persalinan dan hanya bila ASI sudah berlangsung dengan baik dan status gizi anak harus diawasi dengan baik PEMERIKSAAN PASCA PERSALINAN Kunjungan pasca persalinan pertama (4 – 6 minggu) 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. Anamnesa mengenai perdarahan pervaginam. Tekanan darah dan berat badan. Darah lengkap. Pemeriksaan payudara: 1. Pemakaian BH yang sesuai atau memadai. 2. Kelainan puting dan masalah laktasi. Pemeriksaan vagina, kondisi hipoestrogen yang menyebabkan kekeringan epitel vagina diatasi dengan pemberian krim estrogen menjelang tidur malam. Inspeksi servik [ bila perlu dilakukan hapusan papaniculoau]. Pemeriksaan luka perineum. Pemeriksaan bimanual pada uterus dan adneksa. Konsultasi mengenai: pekerjaan profesional rutin, metode kontrasepsi, dan perencanaan kesejahteraan dalam keluarga.