penelitian fisika dalam teknologi penginderaan - HFI DIY

advertisement
54
Prosiding Pertemuan Ilmiah XXIV HFI Jateng & DIY, Semarang 10 April 2010
hal. 54-60
PENELITIAN FISIKA DALAM TEKNOLOGI PENGINDERAAN JAUH
UNTUK MONITORING PERUBAHAN GARIS PANTAI (STUDI KASUS DI
WILAYAH PESISIR PERAIRAN KABUPATEN KENDAL)
Nana Suwargana
LAPAN
Email : [email protected]
INTISARI
Penginderaan jauh adalah suatu ilmu untuk memperoleh informasi tentang obyek (permukaan bumi) dengan media
komunikasi menggunakan spektral gelombang elektromagnetik yang dideteksi dengan suatu alat (sensor) tanpa kontak langsung
dengan obyek permukaan bumi. Wahana yang membawa sensor tersebut adalah satelit bumi. Kerusakan di permukaan bumi
akibat perubahan fenomena alam terutama di wilayah pesisir pantai dapat terdeteksi oleh sistem Penginderaan jauh tersebut.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengenalkan penggunaan ilmu fisika dalam teknik penginderaan jauh dalam memonitoring
fisik lahan di wilayah pesisir pantai, berdasarkan perubahan waktu citra satelit Landsat tahun 1992 dan citra satelit ALOS tahun
2006. Metode yang digunakan adalah pengolahan data berupa membangun citra komposit warna semu (Fals Color Composite)
RGB 421 pada daerah kajian dan digitasi garis pantai citra RGB 421 tahun 1992 yang di tumpang susunkan dengan garis pantai
hasil digitasi citra RGB 421 tahun 2006. Hasil analisis menunjukkan bahwa nilai spektral dari citra warna semu (Fals Color
Composite) 421 dapat memberikan gambaran obyek permukaan bumi kelompok vegetasi, tanah dan air dan hasil analisis
pendigitasian garis pantai pada citra tahun 1992 yang di-tumpang-susunkan dengan hasil digitasi garis pantai tahun 2006
diperoleh penambahan daratan (akresi) dan pengikisan daratan (abrasi).
Kata kunci : spektral, citra komposit, digitasi, dan garis pantai
I.
PENDAHULUAN
Ilmu fisika mempunyai peranan penting dalam pengantar ilmu pengetahuan teknologi
penginderaan jauh. Pengertian penginderaan jauh adalah suatu ilmu untuk memperoleh informasi
tentang obyek (permukaan bumi) dengan cara menggunakan spektral gelombang elektromagnetik yang
dideteksi dengan suatu alat (sensor) tanpa kontak langsung dengan obyek permukaan bumi. Data yang
diperoleh adalah dalam bentuk citra digital dan langsung dapat diolah dan dikaji. Data yang dianalisis
dapat digunakan untuk berbagai keperluan informasi berbagai bidang, diantaranya untuk mendeteksi
perubahan fenomena alam di permukaan bumi dan memonitoring kondisi perubahan fisik lahan seperti:
perubahan pesisir garis pantai, kekeringan pertanian, dan lain-lain yang disebabkan oleh fenomena
alam. Di lain pihak masih banyak kawasan pesisir di Indonesia yang tingkat pemanfaatannya belum
optimal atau bahkan belum terjamah sama sekali, terutama di Kawasan Timur Indonesia (Dahuri dkk,
1996).
Batas antara air dan daratan dikenal sebagai garis pantai (shore lines). Garis ini selalu berubahubah, baik perubahan sementara akibat pasang surut, maupun perubahan yang permanen dalam jangka
waktu yang panjang akibat abrasi dan akresi pantai (Hang Tuah, 1991 dalam Mahladi, 1995). Secara
umum tiga hal yang mempengaruhi perubahan pantai, yaitu: gelombang (arus), pasang surut dan angin
(King, 1974). Indentifikasi perubahan fisik lahan di permukaan bumi terutama wilayah pesisir dapat
dilakukan dengan menggunakan teknik penginderaan jauh ini adalah dengan memanfaatkan citra satelit
bumi. Citra sarelit bumi telah banyak digunakan dan diteliti sebagai alat untuk pengumpulan informasi
sumber daya alam. Informasinya dapat dihimpun menurut ruang (spasial information), sehingga
hasilnya dapat disajikan dalam bentuk peta-peta tematik, yang bermanfaat untuk suatu perencanaan
wilayah. Indentitas pantulan obyek yang dicatat oleh sensor dapat diubah menjadi angka digital,
sehingga karakteristik suatu obyek dapat dinyatakan dalam angka dan diubah dalam bentuk citra
(image).
Obyek dipermukaan bumi yang direkam oleh sensor dapat memberikan informasi pada berbagai
kisaran spektrum (multi spektral), sehingga memungkinkan untuk menganalisis obyek-obyek yang
spesifik menurut spektrumnya dan dapat direkam dalam berbagai ukuran obyek (multi spasial),
sehingga memungkinkan untuk analisis obyek-obyek dengan tingkat kehalusan tertentu. Citra satelit
dapat merekam permukaan bumi dalam periode waktu yang teratur (multi temporal) yang
memungkinkan untuk mengamati atau mengevaluasi perkembangan suatu obyek pada rentang waktu
tetentu. Dalam kaitan dengan obyek penutup lahan, citra satelit yang digunakan untuk memonitoring
permukaan bumi adalah satelit sumber daya alam yang berbeda waktu rekaman. Dalam penelitian ini
citra satelit yang digunakan adalah citra satelit Landsat rekaman tahun 1992 dan citra satelit ALOS
rekaman tahun 2006.
Seri Landsat dikenal pertama kali dengan nama Earth Resources Technology Satellite (ERTS)
pada tahun 1972. Penggunaan istilah Landsat baru dimulai sejak satelit ini digunakan untuk
mempelajari daerah pesisir (Butler et al., 1988). Sampai tahun 1984 NASA telah meluncurkan lima seri
ISSN 0853 - 0823
Nana Suwargana/ Penelitian Fisika Dalam Teknologi Penginderaan Jauh Untuk Monitoring Perubahan Garis
Pantai (Studi Kasus Di Wilayah Pesisir Perairan Kabupaten Kendal)
55
Landsat. Citra Satelit Landsat-5 yang dibuat di Amerika dan diluncurkan ke orbit lintasannya pada
tanggal 1 Maret 1984 yang membawa intrumen TM (Thematic Mapper). Thematik Mapper merupakan
sensor satelit Landsat-5 yang dirancang untuk memaksimumkan kemampuan analisis vegetasi untuk
terapan bidang pertanian. Sensor Landsat-5 TM ini memiliki 7 kanal (saluran) spektral dari ke-7 kanal
tersebut diantaranya; 3 kanal terletak pada daerah sinar tampak (visible), satu kanal terletak pada
daerah infra merah dekat, 2 kanal pada daerah infra merah tengah dan satu kanal terletak pada daerah
infra merah thermal. Dalam penelitian disini menggunakan 3 kanal yaitu; kanal 1: 0,45 – 0,51 µm
(spektrum cahaya biru); Kanal 2 : 0,52 – 0,60 µm (spektrum cahaya hijau); dan Kanal 4: 0,76 – 0,90
µm (spektrum merah dekat) dengan resolusi spasial 30 meter. Resolusi radiometriknya adalah 8 bit,
dimana intensitas pantulan dalam angka diubah menjadi citra dengan 28 = 256 tingkat kecerahan, dalam
hal ini 0 untuk sinyal terlemah dan 255 untuk sinyal terkuat. Resolusi temporalnya 16 hari, artinya
frekwensi (perekaman ulang) pada daerah (scene) yang sama dapat dilakukan oleh citra tersebut.
Citra satelit ALOS (Advanced Land Observing Satellite) adalah satelit pengindera yang dibuat di
Jepang dan diluncurkan ke orbit lintasannya pada tanggal 24 Januari 2006. Satelit tersebut generasi
baru, menggunakan teknologi terdepan dan mempunyai multisensor yang diutamakan untuk
pengamatan daratan. Satelit ALOS memiliki tiga macam sensor pengindera, yaitu : PRISM
(Pancrhromatic Remotesensing Instrument for Stereo Mapping); AVNIR-2 (Advanced Visible and
Near Infrared Radiometer type-2); dan PALSAR (Phased Array type L-band Synthetic Aperture
Radar). Sensor PRISM dan AVNIR-2 beroperasi pada kisaran panjang gelombang optik dan termasuk
kategori system inderaja pasif karena menggunakan energi radiasi matahari. Sementara itu, sensor
PALSAR adalah sensor gelombang mikro (radar) dan merupakan system pengindera satelit aktif.
Dengan adanya tiga jenis sensor tersebut maka diperoleh tiga jenis data ALOS, yaitu PRISM, AVNIR2 dan PALSAR, yang masing-masing mempunyai karakteristik tersendiri. Sedangkan satelit ALOS
yang digunakan untuk pemantauan perubahan garis pantai disini adalah menggunakan data AVNIR-2.
Data AVNIR-2 memiliki keunggulan teknis dalam hal resolusi spektral, sehingga sensor AVNIR-2
dirancang khusus untuk observasi di wilayah daratan dan pesisir, terutama obyek penutup/penggunaan
lahan dan untuk pemantauan lingkungan secara regional (NASDA, 2005). Intrumen ini memiliki
kemampuan beroperasi secara side looking sehingga memungkinkan untuk pemantauan apabila terjadi
bencana alam, seperti longsor dan banjir, yang posisinya di sebelah kiri atau kanan lintasan satelit.
Sensor AVNIR-2 bekerja pada kisaran spectral Visible dan inframerah-dekat yang dibagi menjadi 4
(empat) kanal. Namun dalam penelitian disini menggunakan : kanal 1: 0,42 – 0,50 µm (spektrum
cahaya biru); Kanal 2 : 0,52 – 0,60 µm (spektrum cahaya hijau); dan Kanal 4: 0,76 – 0,89 µm
(spektrum merah dekat). Resolusi temporal data ALOS adalah 46 hari dan resolusi spasial data
ANVIR-2 adalah 10 meter di titik nadir. Artinya, tingkat kemampuan citra untuk menampilkan luas
area tertentu dibandingkan dengan luas area tersebut sebenarnya.
Informasi perubahan fisik lahan dapat dilakukan melalui identifikasi perbedaan jenis objek yang
diindera, yaitu berdasarkan nilai spektral dari pada citra satelit pengindera tersebut. Nilai spektral pada
kisaran spektrum visible dan inframerah-dekat akan memberikan informasi segi pemanfaatannya,
karena pada kisaran spektrum radiasi tersebut banyak obyek pengindera yang memberikan respon
berbeda terhadap energi elektromagnetik. Oleh karenanya, semakin rinci resolusi spektral pada kisaran
tersebut maka semakin banyak informasi yang dapat dijadikan acuan untuk mengidentifikasi jenis
obyek pada citra satelit pengindera. Pada Gambar 1 menyajikan kurva pantulan spektral (energi
gelombang elektromagnektik) untuk tiga jenis obyek pengindera, yaitu vegetasi, tanah kering, dan air.
Menurut (Lillesand dan Kiefer, 1990) umumnya kurva pantulan spektral jenis obyek vegetasi, tanah
kering, dan air mempunyai spektral absorbsi dan spektral reflektansi yang berbeda. Puncak kurva
pantulan dari obyek air, tanah kering, dan vegetasi terjadi pada panjang gelombang yang berbeda.
Puncak pantulan air terjadi pada panjang gelombang ± 0,45 µm (spektrum biru), puncak pantulan pada
tanah terjadi pada panjang gelombang ± 0,48 µm (spektrum biru), sedangkan puncak pantulan vegetasi
(secara umum) dengan kondisi pertumbuhan yang normal terjadi pada panjang gelombang ± 0,58 m
(spektrum hijau) dan pada spectrum inframerah-dekat, yaitu 0,8 µm sampai 1,1 µm.
ISSN 0853 - 0823
56
Nana Suwargana/ Penelitian Fisika Dalam Teknologi Penginderaan Jauh Untuk Monitoring Perubahan Garis
Pantai (Studi Kasus Di Wilayah Pesisir Perairan Kabupaten Kendal)
Gambar 1. Kurva pantulan spektral jenis obyek vegetasi, tanah kering, dan air. (Sutanto ,1979)
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengenalkan penggunaan ilmu fisika dalam teknik
penginderaan jauh untuk monitoring fisik lahan di wilayah pesisir pantai, dengan kajian penelitian
adalah memonitoring perubahan garis pantai di sepanjang wilayah pesisir pantai sekitar sungai Bodri
Kabupaten Kendal Jawa Tengah berdasarkan perubahan waktu citra satelit tahun 1992 dan tahun 2006.
Hasil kajian ini diharapkan dapat dijadikan acuan untuk pengembangan wilayah perairan sungai Bodri
Kabupaten Kendal di masa mendatang.
II. METODOLOGI
II.1. Bahan dan Alat
Bahan yang digunakan dalam kegiatan monitoring fisik lahan wilayah pesisir Kabupaten Kendal,
Jawa Tengah adalah citra Landsat-5 TM path/raw : 122/065, tanggal akuisisi 16-07-1992 dan citra
ALOS scane ALAV2A0356183740, tanggal akuisisi 29-09-2006. Lokasi penelitian tepatnya pada
posisi : 060 57’ 38’’ LS – 060 48’ 19’’ LS dan 1100 00’170’ BT - 1100 21’ 43’’ BT.
Kanal spektral yang digunakan untuk kegiatan analisis citra adalah kanal-kanal:1, 2, dan 4. Data
sekunder yang digunakan untuk menunjang kegiatan penelitian adalah peta topografi, data kondisi
lingkungan. Peralatan yang digunakan untuk pengolahan data citra satelit adalah seperangkat PC
dengan software ER_Mapper 6.1 dan ArcView 3.2.
II.2. Pengolahan Data Penginderaan Jauh
Pengolahan kedua citra satelit yang digunakan tahun 1992 dan tahun 2006 harus dalam kondisi
sangat bersih dan tidak ada gangguan awan pada lokasi penelitian sehingga mempermudah analisis.
Selanjutnya kedua citra tersebut dipotong sesuai daerah yang akan dianalisis dan kemudian dilakukan
koreksi geometrik. Koreksi geometrik tersebut berfungsi untuk menanggulangi atau memperkecil
distorsi pada citra akibat rotasi bumi dan kesalahan akibat kelengkungan bumi saat terjadi pengambilan
data/pemotretan satelit sehingga dapat diperoleh data yang lebih manfaat untuk analisis citra. Perlu
diketahui bahwa data citra Landsat tahun 1992 yang diperoleh dari download telah terkoreksi
geometrik namun untuk data citra ALOS tahun 2006 belum terkoreksi. Untuk menyamakan posisi
koordinat maka data citra ALOS tahun 2006 dikoreksi/rektifikasi menggunakan citra Landsat tahun
1992 yang sudah dikoreksi sebagai referensi.
Metoda penelitian adalah membangun citra komposit dan pendigitasian terhadap obyek garis
pantai. Garis pantai hasil digitasi citra Landsat tahun 1992 di tumpang susun dengan garis pantai hasil
digitasi citra ALOS tahun 2006, sehingga dapat diketahui perubahan-perubahan garis pantai yang
terjadi dari kedua citra tersebut. Pengolahan data citra satelit berdasarkan analisis spektral dengan cara
membuat komposit warna dapat mempermudah pengenalan gambaran dari pada obyek citra satelit.
Berdasarkan karakteristik dari masing-masing citra satelit, bahwa kanal yang cukup jelas untuk
mendeteksi obyek batas garis pantai antara air dan darat adalah kanal 1, 2, dan 4 sehingga komposit
kanalnya (citra RGB) dapat dilakukan dengan mensuperposisikan kanal 421. Dimana kanal 4 diberi
filter merah, kanal 2 diberi filter hijau dan kanal 1 diberi filter biru sehingga hasilnya setelah digabung
menjadi komposit warna semu (Fals Color Composite) RGB 421. Guna untuk mempermudah dalam
digitasi garis pantai kemudian dilakukan penajaman citra, tujuannya adalah untuk memperjelas
kenampakan pada obyek penutup lahan terutama pada daerah wilayah pesisir pantai.
ISSN 0853 - 0823
Nana Suwargana/ Penelitian Fisika Dalam Teknologi Penginderaan Jauh Untuk Monitoring Perubahan Garis
Pantai (Studi Kasus Di Wilayah Pesisir Perairan Kabupaten Kendal)
III.
57
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil pengolahan citra komposit warna semu RGB 421 dengan hasil pendigitasian terhadap garis
pantai dapat dilihat dalam Gambar 2 dan Gambar 3. Dari gambar citra komposit 421 nampak jelas
terdapat obyek penutup lahan yang bervariasi, tergantung dari pada nilai spektral obyek tersebut. Pada
citra komposit 421 dapat diindentifikasikan dan dikaji obyek-obyek dasar kelompok vegetasi, tanah
dan air. Tampak obyek kelompok vegetasi menunjukkan warna merah terang dan hingga merah gelap,
karena puncak pantulan vegetasi (secara umum) dengan kondisi pertumbuhan yang normal terjadi pada
panjang gelombang ± 0,58 m (spektrum hijau) dan pada spectrum inframerah-dekat, yaitu 0,8 µm
sampai 1,1 µm dengan tajuk vegetasi pemantulannya sebanyak 50% dari total energi radiasi yang
mengenainya. Obyek kelompok tanah tampak berwarna abu-abu terang agak kecoklat-coklatan dan
gelap tidak tegas, puncak pantulan pada tanah terjadi pada panjang gelombang ± 0,48 µm (spektrum
biru), sedangkan pada obyek air nampak warna biru tua hingga biru muda (keruh) dan puncak pantulan
air terjadi pada panjang gelombang ± 0,45 µm (spektrum biru). Pada citra ALOS penampakan obyek
citra akan lebih jelas jika dibandingkan dengan data citra Landsat 5 TM, karena citra ALOS
mempunyai resolusi spasial 10x10 meter sedangkan pada data citra Landsat 5TM mempunyai resolusi
spasial 30x30 meter.
Gambar 2. Citra Landsat-5TM 16-07-1992 Fals Color Composite (421) dan Digitasi Garis Pantai di
Kabupaten Kendal Jawa Tengah.
ISSN 0853 - 0823
58
Nana Suwargana/ Penelitian Fisika Dalam Teknologi Penginderaan Jauh Untuk Monitoring Perubahan Garis
Pantai (Studi Kasus Di Wilayah Pesisir Perairan Kabupaten Kendal)
Gambar 3. Citra ALOS 29-09-2006 Fals Color Composite (421) dan Digitasi Garis Pantai di
Kabupaten Kendal Jawa Tengah.
Untuk analisis dan memonitoring perubahan garis pantai maka dari kedua data citra Landsat 5 TM
tahun 16-07-1992 dan data citra ALOS tahun 28-04-2006 masing-masing didigitasi garis pantainya.
Hasil analisis pendigitasian garis pantai pada citra tahun 1992 di-tumpang-susun dengan hasil digitasi
garis pantai tahun 2006, hasilnya disajikan dalam Gambar 4. Garis pantai warna biru merupakan garis
pantai tahun 1992 dan garis pantai warna merah merupakan garis pantai tahun 2006. Dari hasil
tumpang susun akan nampak penambahan daratan (akresi) dan pengikisan daratan (abrasi) yang diberi
tanda panah warna yang berbeda. Tanda panah warna merah adalah proses akresi dan tanda panah biru
adalah proses abrasi. Dari data tersebut menunjukkan bahwa di wilayah pesisir Kabupaten Kendal telah
terjadi perubahan fisik lahan yaitu perubahan garis pantai yang disebabkan oleh fenomena alam.
ISSN 0853 - 0823
Nana Suwargana/ Penelitian Fisika Dalam Teknologi Penginderaan Jauh Untuk Monitoring Perubahan Garis
Pantai (Studi Kasus Di Wilayah Pesisir Perairan Kabupaten Kendal)
59
Gambar 4. Garis Pantai Hasil Analisis Citra Landsat 5 TM Tahun 1992 dan citra ALOS Tahun
2006 Kabupaten Kendal Jawa Tengah.
Pergeseran garis pantai maju kearah laut (akresi) nampak terjadi di daerah muara Sungai Bodri,
Kecamatan Petebon perkiraan bergeseran pantai berkisar 1,5 km dan di muara sungai di sekitar
Kecamatan Kota Kendal dan Kecamatan Brangsong bergeser maju berkisar 0,5 km. Kemudian
pergeseran pantai mundur (abrasi) terjadi di Kecamatan Kaliwungu bergeser mundur berkisar 0,17 km.
Berdasarkan pengamatan dari citra satelit umumnya disepanjang pesisir pantai Kecamatan Rowosari
sampai dengan pantai Kecamatan Kaliwungu, pantainya landai dan tanahnya pasir berlumpur, karena
dilokasi tersebut terdapat lahan tambak. Oleh karena itu, proses pengikisan pantai di lokasi penelitian
yang disebabkan oleh proses fenomena alam dari aktivitas laut jawa seperti arus air yang cukup deras,
dan gelombang pasang surut yang tinggi akan mempengaruhi kondisi fisik lahan di garis pantai
tersebut.
Dilihat dari bentuk geografinya, proses penambahan daratan terjadi karena betuklahan tersebut
menonjol (berbentuk tanjung). Arus air laut yang kuat dan gelombang pasang tinggi yang datang dari
arah timur dan arah barat mendorong material (lumpur) yang keluar dari sungai Bodri. Fenomena ini
membuat lumpur yang berasal dari sungai Bodri sendiri akan mengendap dan berkumpul di ujung bibir
pantai sungai Bodri sendiri sehingga tidak bisa terbuang ke tengah laut. Kemudian di Kecamatan Kota
Kendal dan Kecamatan Brangsong terjadi penambahan daratan karena bentuk dari pada bentuklahan
tersebut lekuk (menjorok kedalam) dan di sini muara sungainya kecil sehingga lumpur yang datang dari
segala arah akan berkumpul termasuk sebagian lumpur yang datang dari sungai Bodri. Sedangkan
abrasi terjadi di Kecamatan Kaliwungu. Ini terjadi karena bentuklahan yang datar dan sedikit menonjol
tegak kearah laut memudahkan arus laut yang kuat dan gelombang pasang yang tinggi memudahkan
bergerak melewatinya, hingga menggerus/mengikis daratan tersebut. Fenomena tersebut berjalan
bertahun-tahun hingga terdeteksi tahun 2006 daratan di Kecamatan Petabon dan Kecamatan Kota
Kendal bertambah maju kearah laut dan menjadi tanah timbul (lahan terbuka) dan daratan di
Kecamatan Kaliwungu bergeser mundur (abrasi).
Hal lain juga sependapat dengan apa yang dikemukakan oleh (Wyrtki, dalam Tarigan, 2005)
bahwa gelombang yang datang tegak lurus pantai secara terus menerus dengan waktu yang lama dapat
menyebabkan pantai tererosi. Menurut informasi BMG di Laut Jawa selalu terjadi gelombang yang
besar pada musim-musim tertentu yaitu musim barat (Desember - Februari). Kemungkinan lain juga
ISSN 0853 - 0823
60
Nana Suwargana/ Penelitian Fisika Dalam Teknologi Penginderaan Jauh Untuk Monitoring Perubahan Garis
Pantai (Studi Kasus Di Wilayah Pesisir Perairan Kabupaten Kendal)
disebabkan pasang surut (pasut) dengan tunggang air yang tinggi, dapat terjadi erosi pantai intensif,
banyak lumpur terbawa ke laut mengendap keperairan laut yang lebih jeluk (dalam). Peristiwa ini
berulang sebagai suatu fenomena alam atau siklus pantai (beach cycle) secara transversal yang
cendrung musiman, sehingga akibatnya pantai menjadi mundur/tererosi.
IV. KESIMPULAN
Penelitian fisika dalam teknologi penginderaan jauh dapat memonitoring fisik lahan di wilayah
pesisir pantai dengan membangun citra kompoisit semu (Fals Color Composite) RGB 421, dimana
citra tersebut dapat memberikan gambaran obyek tergantung dari nilai spektral dari obyek penutup
lahan. Obyek penutup lahan dapat diindentifikasikan sebagai obyek kelompok vegetasi, tanah dan air
sehingga mudah melakukan pendigitasian. Hasil analisis pendigitasian garis pantai pada citra tahun
1992 di-tumpang-susun dengan hasil digitasi garis pantai tahun 2006, dapat memberikan informasi
perubahan garis pantai yaitu penambahan daratan (akresi) dan pengikisan daratan (abrasi).
Perubahan garis pantai terjadi akresi di daerah muara Sungai Bodri, Kecamatan Petebon
perkiraan bergeseran pantai akibat akresi berkisar 1,5 km dan muara sungai di sekitar Kecamatan Kota
Kendal dan Kecamatan Brangsong bergeser maju berkisar 0,5 km. Kemudian abrasi terjadi tepatnya di
Kecamatan Kaliwungu pantai bergeser mundur berkisar 0,17 km. Umumnya disepanjang pesisir pantai
Kecamatan Rowosari sampai dengan pantai Kecamatan Kaliwungu, pantainya landai dan dasarnya
pasir Lumpur. Oleh karena itu, proses pengikisan pantai di lokasi penelitian disebabkan oleh proses
fenomena alam. Fenomena alam ini adalah dinamika dari aktivitas laut jawa karena arus air yang
cukup deras, dan gelombang pasang surut yang tinggi sehingga mempengaruhi kondisi fisik lahan di
garis pantai tersebut.
V. DAFTAR PUSTAKA
Butler, M.J.A; Mouchot, M.C; Berale,V; and Lebanc,C.1988. The Application of the Remote Sensing
Technology to Marine Fisheries : An Introductory Manual. FAO Fisheries Technical Paper;
(295):165 p.
Dahuri R. Rohmin;Rais J; Ginting, S.P dan Sitepu M.J., 1996, “Pengelolaan Sumber Daya Wilayah
Pesisir dan Lautan Secara Terpadu”, Pradya Paramita. Jakarta.
Lillesand, M.T. and W.R. Kiefer.1990. “Remote Sensing And Image Interpretation”.
Wiley & Sons Inc. New York.
3rd
Edition. John
King, C .A. 1974. Coasts In Geomorphology in Environmental Management an Introduction.
Clarendon Pres. Oxford.
Mahladi, 1995. Pemantauan Perubahan Garis Pantai Akibat Abrasi di Pantai Cimalaya Kabupaten
Karawang Dengan Memanfaatkan Citra Satelit Landsat Sensor Thematic Mapper. Skripsi
(Tidak Dipublikasikan). Program Studi Ilmu dan Teknologi Kelautan. Fakultas Perikanan.
Institut Pertanian Bogor. Bogor.
NASDA, 2005. Applications ALOS – Advanced Land Observing Satellite, Japan.
Tarigan, 2005. Perubahan Garis Pantai Di Wilayah Pesisir Cisadane, Provinsi Banten. Bidang
Dinamika Laut, Pusat Penelitian Oseanografi, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia, Jakarta
14430, Indonesia
Sutanto, 1979. Penginderaan Jauh, Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.
ISSN 0853 - 0823
Download