FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS PGRI ADI BUANA SURABAYA Program Studi Akuntansi Terakreditasi : NO. 016/BAN-PT/AK-XII/S1/VI/ 2009 Program Studi Manajemen Terakreditasi : NO. 016/BAN-PT/AK-XII/S1/VI/ 2009 Kampus II: Jl. Dukuh Menanggal XII/4 , Telp- Fax. 031-8281183 Surabaya 60234 Nama : AHMAD KHOIRUL ANAM Kelas : Akuntansi – A (2015) NIM : 15-160-008 NASKAH UJIAN TENGAH SEMESTER MATA KULIAH : PENG. Ek. MAKRO. PROGRAM STUDI : AKUNTANSI / 2015-A, B, D, E, F, G. TGL/BLN/THN : SIFAT UJIAN : TAKE HOME DOSEN : Dr. PRIYONO, MM. WAKTU : Cermati perintah pertanyaan dibawah ini dengan baik dan benar serta kerjakan pada lembar jawaban yang telah disediakan. 1. Jelaskan secara rinci tentang kurva Laurence yang saudara ketahui ? (Skor 10) 2. Pendapatan yang diperoleh masyarakat dalam suatu perekonomian sebagai berikut: Upah dan gaji Rp 15.000.000,Sewa tanah Rp 9.250.000,Konsumsi Rp 18.000.000,Pengeluaran pemerintah Rp 14.000.000,Bunga Modal Rp 3.500.000,Keuntungan Rp 12.000.000,Investasi Rp 4.500.000,Ekspor Rp 12.500.000,Impor Rp 7.250.000,Tentukan pendapatan nasional, melalui pendekatan pendapatan (Y = R + W + I + P) dan pendekatan pengeluaran (Y = C + G + I + (X – M))., (Skor 30) 3. Carilah artikel tentang pendapatan nasional yang penulisnya berasal dari dosen perguruan tinggi negeri di Surabaya bagi kelas A, Yogyakarta bagi kelas B, Malang bagi kelas D, Bandung bagi kelas E, Jakarta bagi kelas F dan Semarang bagi kelas G. dan selanjutnya buatlah narasi tentang isi artikel tersebut (maksimal 200 kata. .(Skor 30) 4. Pada gambar karikatur dibawah ini mengilustrasikan suatu kondisi perekonomian kita, khususnya menyangkut persoalan investasi dan pertumbuhan ekonomi. Jelaskan makna yang terkandung dalam gambar karikatur tersebut. ? (Skor 30). ======================Selamat mengerjakan============================= JAWABAN 1. Kurva Lorenz adalahkurva yang menggambarkan fungsi distribusi pen-dapatan kumulatif. Jika kurva laoenz tidak diketahui, maka pengukuran ketimpangan distribusi pendapatgan dapat di lakukan dengan rumus koefisien gini yang di kembangkan oleh gini (1912 ) kurva lorenz memperlihatkan hubunan kuantitatif aktual antara presentase jumlah penduduk penerima pendapatan tertentu dari total penduduk denan presentase pendapatan yang benar – benar mereka proleh dari total pendapatan selama 1 tahun. Semakin jauh jarak kurva lorenz dari agaris dia gonal (yang merupakan garis pemersataan sempurna ) maka semakin timpang atau tidak merata distribusi pendapatan nya Nilai gini berada pada selang 0 sampai dengan 1. bila nilai gini mendekat satu maka terjadi ketidak kemerataan dalam pembagian pendapat. Sedangkan semakin kecil atau mendekati nol suatu nilai gini maka semakin meratanya distribusi pendapatan aktual dan pengeluaran konsumsi. Indeks /rasio gini merupakan koefisien yang berkisar o sampai 1 yang menjelaskan kadar ketimpangan distribusi pendapatan nasional Semakin kecil angka ini. semakin merata distribusi pendapatan Semakin besar angka gini. Semakin tidak merata distribusi pendapatan Berikut adalah gambar dari Kurva Lorenz : UTS Pengantar Ekonomi Makro – Akuntansi A 2015 – 15-160-008 Page 2 2. Diketahui : W = Wage = upah dan gaji = Rp 15.000.000,- R = Rent = Sewa Tanah = Rp 9.250.000,- C = Consumption = Rp 18.000.000,- G = Government expenditure = Pengeluaran pemerintah = Rp 14.000.000,- I = Interest = Bunga modal = Rp 3.500.00,- (I untuk pendekatan pendapatan) P = Profit = Keuntungan = Rp 12.000.000,- I = Investment = Rp 4.500.000,- (I untuk pendekatan pengeluaran) X = Ekspor = Rp 12.500.000,- M = Impor = Rp 7.250.000,- Ditanya : Pendapatan nasional melalui pendekatan pendapatan = ………? Pendapatan nasional melalui pendekatan pengeluaran = ………? Jawab : Pendapatan nasional melalui pendekatan pendapatan = Y = R+W+I+P = Rp 9.250.000 + Rp 15.000.000 + Rp 3.500.000 + Rp 12.000.000 = Rp 39. 750.000,- Pendapatan nasional melalui pendekatan pengeluaran = Y = C+G+I+(X–M) = Rp 18.000.000 + Rp 14.000.000 + Rp 4.500.000 + ( Rp 12.500.000 – Rp 7.250.000 ) = Rp 41. 750.000,- Jadi, besarnya pendapatan nasional melalui pendekatan pendapatan adalah Rp 39.750.000,sedangkan besarnya pendapatan nasional melalui pendekatan pengeluaran sebesar Rp 41.750.000,- UTS Pengantar Ekonomi Makro – Akuntansi A 2015 – 15-160-008 Page 3 3. Artikel tentang pendapatan nasional yang penulisnya berasal dari dosen perguruan tinggi negeri di Surabaya TINGKAT KEPATUHAN WAJIB PAJAK DAN TARIF PAJAK : Uji Pengaruh Karakteristik Pendapatan Puput Tri Komalasari Moh.Nasih Fakultas Ekonomi Universitas Airlangga Surabaya Tanpa mengingkari fenomena-fenomena rill di masyarakat sekarang yang masih terpuruk dalam krisis ekonomi,pemerintah dengan kebijakan fisikal mengisyaratkan untuk dapat memelihara dan mempertahankan disiplin kebijakan makro ekonomi sebagai kunci penting dalam menciptakan lingkungan yang kondusif bagi upaya pemulihan.Kebijakan fisikal melalui penerimaan dan belanja negara merupakan instumen ampuh guna mengambil tindakan sebagaimana output nasional yang digunakan untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat. Pada tahun 2004,Pemerintah Indonesia menargetkan penurunan target defisit hingga lebih kurang 1 persen dari Produk Domestic Bruto (PDB) agar semakin sehat.Penurunan tersebut telah dilaksanakan secara konsisten sejak tahun 2000.Target penurunan defisit di tahun 2000,dari yang semula diperkirakan sekitar 4,8 persen dari PDB,dalam realisasinya hanya mencapai sekitar 1,6 persen dari PDB. Salah satu kunci pencapaian target defisit penurunan 1% pada tahun 2000 adalah penerimaan dari perpajakan.Kebijakan perpajakan dalam tahun anggaran 2004 difokuskan pada pembaruan administrasi perpajakan (tax administration reform) yang sudah dimulai sejak tahun 2000. Tujuan dari kebijakan ini adalah eningkatkan keefektivan pemungutan pajak serta memperluas basis pajak,tanpa mengganggu sektor usah.Pemerintah juga memiliki komitmen agar kebijakan perpajakan dilakukan dengan tidak memberikan beban tambahan kepada pelaku ekonomi. Namun, tampaknya upaya yang dilakukan oleh pemerintah ini mengalami beberapa kendala.Pertama,jumlah wajib pajak orang pribadi yang saat ini baru berjumlah dibawah 2 juta masih sangat dibawah potensi.Demiikian juga tingkat kepatuhan wajib pajak dalam mengisi surat pemberitahuan tahunan (SPT) dengan benar juga masih sangat memprihatinkan.Masih banyak UTS Pengantar Ekonomi Makro – Akuntansi A 2015 – 15-160-008 Page 4 masyarakat yang belum sadar atas kewajibannya sebagai wajib pajak dan masih banyak upayaupaya yang dilakukan agar pajak yang mereka tanggung tidak terlalu besar. Pertanyaan-pertanyaan yang sering kali muncul dan mendasari perilaku wajib pajak adalah “mengapa orang membayar pajak?”.Secara intuitif dapat diduga bahwa tidak seorangpun yang suka membayar pajak.Salah satu faktor yang mendorong orang membayar pajak adalah karena adanya “paksaan” untuk membayar dan menghindari sanksi. Semenjak munculnya studi Clotfelter (1983) dalam Alm,Jackson dan Mckee (1992) mencuat,analisis empiris tentang kepatuhan wajib pajak (compliance) semakin menarik perhatian para peneliti.Namun demikian,pemahaman tentang compliance masih sangat terbatas.Salah satu kesulitan fundamental dalam penelitian empiris adalah ketiadaan informasi yang terinci dan reliabel tentang determinan kepatuhan seorang wajib pajak.Wajib pajak dengan sangat naluriah menyembunyikan informasi tentang perilaku ketidakpatuhan mereka.Kondisi ini tentu saja menyulitkan riset empiris yang bertujuan menguji kepatuhan wajib pajak. Alm,Jackson dan Mckee (1992) telah melakukan studi eksperimental yang bertujuan untuk menentukan determinan-determinan kepatuhan wajib pajak.Hasilnya menunjukkan bahwa pelaporan wajib pajak meningkat seiring dengan semakin besarnya probabilitas audit dan penalti.Namun peningkatan ini tidak terlalu besar.Compliance juga lebih besar ketika individu menghadapi tarif pajak yang lebig rendah dan ketika mereka menerima sesuatu atas pajak yang mereka bayarkan. Boylan dan Sprinkle (2001) telah memberikan bukti eksperimen mengenai keterkaitan antara tarif pajak dan kepatuhan wajib pajak dan bagaimana hubungan ini dipengaruhi oleh jenis penghasilan yang diterima (earned vs endowed).Hasil dari penelitian Boylan dan Sprinkle (2001) menunjukkan bahwa ketika wajib pajak menerima penghasilan yang bersifat endowed maka peningkatan tarif pajak akan menurunkan reported income.Sebaliknya, ketika wajib pajak menerima penghasialan yang bersifat earned maka kepatuhan wajib pajak ini ditunjukkan dengan peningkatan reported income ketika penghasilan yang mereka terima juga meningkat. Terdapat beberapa kelemahan dalam desain Boylan dan Sprinkle (20001).Pertama, desain eksperimen hanyya menggunakan satu sesi (cross sectional).Artinya, partisipan hanya memiliki satu kali kesempatan untuk memperoleh penghasilan.Hal ini tampaknya kurang dapat menimbulkan perasaan memiliki atas penghasilan yang diterima oleh effort mereka.Kedua, ketika menguji pengaruh perubahan tarif pajak, Boylan dan Sprinkle (2001) menggunakan partisipan yang berbeda.Hal ini bisa menimbulkan selection bias mengingat partisipan tidak benar-benar merasakan dampak dariperubahan tarif pajak. Penelitian ini berupaya untuk menguji kembali hipotesis yang dikemukakan oleh Boylan dan Sprinkle (2001) dengan mencoba memperbaiki desain Boylan dan Sprinkle (2001) sebagaimana UTS Pengantar Ekonomi Makro – Akuntansi A 2015 – 15-160-008 Page 5 yang tersebut diatas.Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menguji hubungan antara tarif pajak dan kepatuhan wajib pajak dan sebagaimana hubungan ini dipengaruhi oleh jenis penghasilan yang diterima oleh wajib pajak (earned vs endowed). Pentingnya pengujian masalah ini didorong oleh 2 faktor : 1. Tarif pajak merupakan variabel yang sering dikutip dan menjadi obyek kebijakan.Namun, pemahaman kita terhadap permasalahanbagaimana perubahan tarif pajak ini mempengaruhi kepatuhan wajib pajak masih terbatas. 2. Penelitian ini ditujukan untuk memberikan bukti tambahan atas penelitian sebelumnya yang belum menemukan suatu kesepakatan .Beberapa studi menemukan hubungan negatif antara tarif pajak dan kepatuhan wajib pajak,sedangkan studi yang lainnya menemukan hasil yang konsisten dengan teori ekonomi,yaitu adanya hubungan positif antara tarif pajak dan kepatuhan.Salah satu alasan yang dapat diungkapkan atas hasil yang tidak seragam ini adalah bahwa partisipan dalam eksperimen yang dilakukan oleh peneliti-peneliti sebelumnya menerima endowed income, sedangkan studi empiris menggunakan data yang di dalamnya mencakup responden yang menerima earned income. Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan wacana mengenai perilaku wajib pajak di Indonesia beserta faktor-faktor yang mempengaruhinya.Hasil yang diperoleh nantinya dapat digunakan sebagai salah satu masukan yang patut dipertimbangkan bagi aparat pemungut pajak dalam rangka melakukan ekstensifikasi obyek pajak serta reformasi administrasi perpajakan. Kata Kunci: pemenuhan pembayaran pajak,tarif pajak,pendapatan penghasilan (earned income),endowed income. UTS Pengantar Ekonomi Makro – Akuntansi A 2015 – 15-160-008 Page 6 Narasi TINGKAT KEPATUHAN WAJIB PAJAK DAN TARIF PAJAK : Uji Pengaruh Karakteristik Pendapatan Puput Tri Komalasari Moh.Nasih Fakultas Ekonomi Universitas Airlangga Surabaya Pada saat ini masyarakat Indonesia masih dalam keadaan terpuruk dalam segi masalah krisis ekonomi.Pemerintah mengambil kebijakan fisikal melalui penerimaan belanja negara guna untuk kemakmuran rakyat. Pemerintah Indonesia juga menargetkan penurunan target defisit hingga lebih kurang 1% dari PDB agar semakin sehat.Salah satu kunci dari pencapaian target tersebut adalah penerimaan dari perpajakan . Tujuan dari kebijakan ini adalah eningkatkan keefektivan pemungutan pajak serta memperluas basis pajak,tanpa mengganggu sektor usah. Upaya yang dilakukan oleh pemerintah ini mengalami beberapa kendala.Yaitu jumlah wajib pajak orang pribadi yang saat ini baru berjumlah dibawah 2 juta masih sangat dibawah potensi dan tingkat kepatuhan wajib pajak dalam mengisi surat pemberitahuan tahunan (SPT) dengan benar juga masih sangat memprihatinkan. Sering kali muncul dan mendasari perilaku wajib pajak adalah “mengapa orang membayar pajak?”.Secara intuitif dapat diduga bahwa tidak seorangpun yang suka membayar pajak.Salah satu faktor yang mendorong orang membayar pajak adalah karena adanya “paksaan” untuk membayar dan menghindari sanksi. Salah satu kesulitan fundamental dalam penelitian empiris adalah ketiadaan informasi yang terinci dan reliabel tentang determinan kepatuhan seorang wajib pajak. Tujuan dari penelitian adalah untuk menguji hubungan antara tarif pajak dan kepatuhan wajib pajak dan sebagaimana hubungan ini dipengaruhi oleh jenis penghasilan yang diterima oleh wajib pajak (earned vs endowed). UTS Pengantar Ekonomi Makro – Akuntansi A 2015 – 15-160-008 Page 7 4. Berikut adalah makna gambar karikatur dibawah ini mengilustrasikan suatu kondisi perekonomian kita, khususnya menyangkut persoalan investasi dan pertumbuhan ekonomi adalah : UTS Pengantar Ekonomi Makro – Akuntansi A 2015 – 15-160-008 Page 8 pada tanggal 11 november 2007 seorang milioner mempunyai modal besar sebut aja namanya bakri. Dia pergi ke Negara Vietnam untuk berkerja sama dengan salah satu perusahaan. Yang ada di Negara Vietnam. bakri dan staf perusahaan berkumpul untuk membicarakan usahanya yang akan di dirikan diVietnam modal yang di peroleh dari investasi bakri. Untuk perusahaan yang berkerja sama dengan bakri. Sebelum menjalankan usahanya. bakri dan staf perusahaan membicarakan atau merapatkan bagai mana usaha itu berjalan dengan lancer. Dengan hanya memikirkan ke untungan yang besar saja. Sehinga mereka mempunyai tujuan untuk memperoleh ke untungan yang besar. Pada tahun pertama usaha yang di dirikan bakri dan perusahaan Vietnam mengalami keuntungan yang besar sehinga usaha bakri dan perusahaan Vietnam mengalami pertumbuhan ekonomi yang baik. Karena usaha bakri dan perusahaan Vietnam Cuma mencari kentunggan yang besar dan tidak memikirkan strategi dan lain-lainya.lambat tahun ke 3usaha bakri dan perusahaan Vietnam mengalami kebangkrutan yang secara siknifikan atau besar sehinga hal tersebut usaha bakri dean perusahaan Vietnam mengalami kerugian yang sangat besar keadaan ekonominya mendapati lebih buruk karena kentungan saja yang di fikirkan. UTS Pengantar Ekonomi Makro – Akuntansi A 2015 – 15-160-008 Page 9 Di suatu kota besar mempunyai 16 kecamatan pada awal tahun 2013 setiap kecamatan mengalami perekonomian yang baik dikarenakan memiliki anggaran 1 miliar dari pemerinta Untuk menghindari hal-hal yang tidak di inginkan 13 kecamatan membagikan uang nya kesetiap desa . Pada awal tahun 2014 11 kecamatan mengalaimi kebangkrutan karena hal tersebut di sebabkan pertumbuhan korupsi yang sangat tinggi di lakukan oleh staf kecamatan sediri. jadi anggaran dari pemerintah 1 miliar yang lancer dan perekonomian kecamatannya baik Cuma ada 5 kecamatan yang perekonomiannya baik sedangkan 11 kecamatan yang mengalami perekonomian yang buruk.sehinga tingkat korupsi lebih besar dari pada perekonomian yang baik. UTS Pengantar Ekonomi Makro – Akuntansi A 2015 – 15-160-008 Page 10