BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berbagai macam polimer, baik sintetis maupun alami, telah digunakan dalam sisitem penghantaran obat. Sehingga sistem penghantar obat, polimer yang digunakan diharapkan bersifat biodegradabel dan biokompatibel. Untuk memenuhi sifat ini, pengembangan polimer mengarah pada pemamfaatan polimer alami. Interaksi antar polimer pun turut menjadi suatu cara untuk pengembangan sifat polimer sehingga dapat dicapai sifat yang diharapkan (Mitpracha, 2008). Kapsul dapat didefinisikan sebagai bentuk sediaan padat, dimana satu macam obat atau lebih dan/atau bahan inert lainnya yang dimasukkan ke dalam cangkang atau wadah kecil yang dapat larut dalam air (Ansel, 2005). Pada umumnya cangkang kapsul terbuat dari gelatin. Tergantung pada formulasinya kapsul dapat berupa kapsul gelatin lunak atau keras. Bagaimana pun, gelatin mempunyai beberapa kekurangan, seperti cangkang kapsul gelatin menjadi rapuh jika disimpan pada kondisi kelembaban relatif yang rendah (Chang, dkk., 1998). Kerapuhan ini juga terjadi jika cangkang kapsul gelatin diisikan dengan bahanbahan higroskopik (Kontny, dkk., 1989). Selain itu, gelatin umumnya berasal dari tulang, kulit dan jaringan ikat hewan, seperti sapi atau babi, sehingga membatasi penggunaannya oleh vegetarian, Yahudi, Muslim dan Hindu. Hal ini karena mereka tidak boleh memakan sapi atau babi (Hidakaa, dkk., 2003). Natrium alginat yang merupakan garam natrium dari asam alginat bersifat sangat hidrofil dan dapat membentuk gel dengan ion kalsium (Belitz and Grosch, 1987). Alginat mendapat perhatian besar sebagai pembawa untuk pembuatan Universitas Sumatera Utara sediaan obat pelepasan terkontrol, selain itu sebagai suspending agent dalam pembuatan suspense dan sebagai hemostatik yang dapat diabsorbsi (Martindale, 1989). Penelitian-penelitian tentang alginat telah dilakukan untuk mengatasi efek samping pada saluran pencernaan dari penggunaan obat-obatan yang dapat mengiritasi lambung. Bangun (2005) tentang pengujian sifat-sifat ketahanan terhadap asam lambung dan sifat-sifat pengembangan kapsul dilakukan dalam medium cairan lambung buatan (pH 1,2), cairan usus (pH 4,5 dan 6,8), dan pH berganti. Kapsul ternyata tetap utuh dalam cairan lambung buatan pH 1.2 selama percobaan yang dilakukan selama 8 jam. Hal ini berarti bahwa kalsium guluronat yang merupakan komponen yang mempertahankan keutuhan kapsul tetap utuh dalam medium pH 1,2. Sekarang ini akan digunakan kapsul alginat tidak berkaitan dengan iritasi lambung, hanya melihat apakah kapsul alginat dapat digunakan untuk pelepasan segera dengan penambahan beberapa polimer ke dalam cangkang kapsul alginat. Amoksisilin digunakan sebagai model obat. Amoksisilin merupakan turunan dari penisilin semi sintetik dan stabil dalam suasana asam lambung. Amoksisilin diabsorpsi dengan cepat dan baik pada saluran pencernaan, tidak tergantung adanya makanan. Ekskresi Amoksisilin dihambat saat pemberian bersamaan dengan probenesid sehingga memperpanjang efek terapi (Goodman, 2011). Pada kesempatan ini penulis mencoba meneliti pengaruh penambahan beberapa polimer dalam cangkang kapsul alginat terhadap pelepasan amoksisilin. Polimer yang ditambahkan kedalam cangkang kapsul alginat adalah PEG (polietilen glikol), gelatin dan Avicel. Universitas Sumatera Utara 1.2 Kerangka Pikir Penelitian Secara skematis kerangka pikir penelitian ditunjukkan pada Gambar 1.1 Variabel Bebas Variabel terikat parameter Tanpa Penambahan polimer Pelepasan amoksisilin Penambahan polimer Sifat- sifat fisik cangkang kapsul -PEG 1% -PEG 2% -Gelatin 5% -Avicel 5% Tanpa penambahan polimer Penambahan polimer -PEG 1% -PEG 2% -Gelatin 5% -Avicel 5% Laju disolusi dalam cairan lambung buatan (pH 1,2) -Spesifikasi cangkang kapsul -Kerapuhan Gambar 1.1 Kerangka pikir penelitian 1.3 Perumusan Masalah Berdasarkan uraian pada latar belakang, maka permasalahan dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut : a. Apakah ada pengaruh polimer (Polietilen glikol=PEG, gelatin, dan Avicel) terhadap pelepasan amoksisilin dari kapsul alginat? b. Apakah ada pengaruh polimer (polietilen glikol=PEG, Avicel, dan gelatin) terhadap kerapuhan cangkang kapsul alginat? c. Apakah ada pengaruh penambahan polimer (polietilen glikol=PEG, gelatin, dan Avicel) terhadap ketebalan cangkang kapsul alginat? d. Polimer manakah yang lebih mempercepat pelepasan amoksisilin dari kapsul alginat? Universitas Sumatera Utara 1.4 Hipotesis Penelitian Berdasarkan rumusan masalah penelitian di atas, maka hipotesis penelitian adalah sebagai berikut : a. Dengan penambahan polimer pada cangkang kapsul alginat mempercepat pelepasan amoksisilin. b. Dengan penambahan polimer berpengaruh terhadap kerapuhan cangkang kapsul alginat. c. Dengan penambahan polimer berpengaruh terhadap ketebalan cangkang kapsul alginat. d. Polimer yang lebih mempercepat pelepasan amoksisilin adalah polietilen glikol (PEG). 1.5 Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah : a. Meneliti pengaruh penambahan polimer (polietilen glikol=PEG, gelatin dan Avicel) terhadap pelepasan amoksisilin dari kapsul alginat. b. Meneliti pengaruh penambahan polimer (polietilen glikol=PEG, gelatin dan Avicel) terhadap kerapuhan cangkang kapsul alginat. c. Meneliti pengaruh penambahan polimer (polietilen glikol=PEG, gelatin dan Avicel) terhadap ketebalan cangkang kapsul alginat. d. Menentukan polimer yang lebih mempercepat pelepasan amoksisilin dari kapsul alginat. 1.6 Manfaat Penelitian Universitas Sumatera Utara Penelitian ini diharapkan dapat menambah informasi tentang pengaruh penambahan polimer terhadap pelepasan obat dari kapsul alginat. Universitas Sumatera Utara