i Ringkasan Executives Selama tahun lalu, perekonomian Indonesia

advertisement
Ringkasan Executives
Selama tahun lalu, perekonomian Indonesia mengalami pasang-surut. Masa tersebut
adalah tahun yang sibuk, dengan diselenggarakannya pemilu, dicapainya kemajuan
yang nyata dalam memerangi korupsi dan meningkatnya daya dorong reformasi.
Pertumbuhan ekonomi tahun 2005 merupakan yang tertinggi dalam delapan tahun terakhir,
tetapi melambat pada akhir tahun 2005 dan pertengahan pertama tahun 2006 ketika
perekonomian terkena dampak kenaikan harga BBM dan suku bunga. Meskipun demikian,
pasar-pasar keuangan memberikan respons yang baik terhadap arah kebijakan makro yang
jelas: rupiah menguat dan bursa efek mencapai puncaknya dalam sejarah. Penduduk yang
hidup dalam kemiskinan terus menurun jumlahnya sekitar 1 juta setiap tahun. Pemilihan
umum secara langsung untuk pertama kalinya di tingkat kabupaten/kota terlaksana dengan
aman dan kemenangan para penantang dalam pemilu ini menyiratkan meningkatnya
pertanggungjawaban. Presiden diakui telah membuat kemajuan dalam pemberantasan
korupsi, terutama dengan aktifnya Komite Anti Korupsi dan Badan Pemeriksa Keuangan.
Pada akhir tahun 2005, terjadi perombakan kabinet yang mendongkrak daya dorong
reformasi. Paket kebijakan prasarana dan investasi telah dikeluarkan dan paket ketiga untuk
sektor keuangan akan segera dikeluarkan. Akhirnya, proses rekonstruksi di Aceh menjadi
cepat. Pembangunan rumah dalam jumlah besar dan prasarana dalam jumlah yang lebih
banyak kini sedang berlangsung, anak-anak kembali bersekolah, dan perawatan medis secara
umum telah tersedia. Prestasi terbesar tahun 2005 ini adalah perjanjian perdamaian antara
pemerintah dengan GAM yang benar-benar telah meningkatkan kualitas kehidupan rakyat
Aceh.
Namun menyedihkan, sekali lagi Consultative Group menghadapi tragedi yang telah
dan mungkin terjadi. Pada Sabtu pagi tanggal 27 Mei, kota pelajar Yogyakarta dan daerahdaerah sekitarnya Bantul dan Klaten diserang oleh gempa bumi berkekuatan 6.2 skala Richter.
Saat laporan ini ditulis, gempa bumi tersebut diperkirakan telah menewaskan 5.800 orang dan
menyebabkan setengah juta orang kehilangan tempat tinggal. Meskipun kerusakan prasarana
tidak sebesar tragedi Aceh, jumlah rumah yang hancur atau rusak parah lebih banyak,
melebihi angka 150.000. Sementara itu, kemungkinan tragedi lain dapat terjadi, Flu Burung
terus memakan korban jiwa. Selama tahun lalu, lebih banyak orang meninggal dunia di
Indonesia akibat virus ini daripada di negara lain manapun di dunia. Penanganan bencana
alam dan kemungkinan epidemi jelas menjadi prioritas termasuk melalui komunikasi,
koordinasi dan kesiapsiagaan yang lebih baik.
Pada tahun 2005, pertumbuhan mencapai 5.6 persen, tingkat tertinggi sejak krisis.
Tetapi, menjelang akhir tahun, perekonomian merosot dengan pesat dan, dalam triwulan
pertama tahun 2006, pertumbuhan PDB hanya mencapai 4.6 persen. Penurunan ini dipicu
oleh penyesuaian kebijakan termasuk kenaikan harga BBM rata-rata sebesar 114 persen pada
bulan Oktober 2005 dan kenaikan suku bunga tertata sebesar 400 poin dasar (antara bulan
Agustus dan Desember 2005). Penyesuaian kebijakan ini diperlukan untuk memulihkan
dorongan perekonomian dan keseimbangan fiskal dengan membawa harga BBM mendekati
harga pasar dan untuk mengendalikan kemungkinan inflasi. Meskipun kenaikan harga BBM
tersebut mengubah penghasilan langsung masyarakat menjadi penghasilan pemerintah senilai
US$8-10 milyar, ini menjadi guncangan jangka pendek yang signifikan bagi perekonomian.
Rencana Pemerintah untuk mempercepat pengeluaran (menggunakan kembali subsidi BBM)
masih belum efektif, meskipun program bantuan tunai kepada lebih dari 16 juta keluarga
i
miskin seharusnya lebih dari sekedar mengurangi dampak atas pengeluaran untuk 28 persen
penduduk termiskin dan mengembalikan sekitar US$2 milyar ke perekonomian. Pengeluaran
pemerintah kini bertambah cepat dan dapat menjadi jauh lebih besar menjelang akhir tahun
karena dibarengi dengan penurunan suku bunga untuk memicu pemulihan seraya dilakukan
penyesuaian dengan harga energi yang lebih tinggi. Pada akhir tahun, perekonomian
seharusnya meningkat sekitar 6 persen dan pertumbuhan tahunan pada tahun 2006 mencapai
sekitar 5,5 persen atau kurang-lebih sama dengan tahun 2005.
Sebagian besar indikator perekonomian meningkat. Karena adanya pertumbuhan yang
berkelanjutan dan arah kebijakan yang sehat, maka kebanyakan indikator perekonomian
meningkat, sebagian diantaranya secara dramatis. Pasar-pasar keuangan pulih dan berpacu
pada akhir tahun 2005 hingga lima bulan pertama tahun 2006 sehingga membawa rupiah ke
tingkatnya yang tertinggi dalam 2 tahun terakhir, dan bursa saham mencapai serangkaian
puncak, sebelum belakangan terjadi kemerosotan pada pasar-pasar secara umum. Dengan
menyebut adanya perbaikan kebijakan, Moody’s International menaikkan peringkat obligasi
Indonesia (luar dan dalam negeri) dari B1 menjadi B2 (masih 4 tingkat di bawah angka
investasi). Anggaran pemerintah yang berakhir pada tahun 2005 mengalami defisit sebesar
0,5 persen dari PDB dan rasio utang-GDP terus anjlok hingga 46 persen dari GDP, yang
lebih rendah dari 55 persen pada akhir tahun 2004 dan hampir 100 persen pada tahun 1999.
Inflasi meningkat menjadi lebih dari 18 persen ketika kenaikan harga BBM malampaui hargaharga lain. Kebijakan moneter yang sehat telah mengurangi dampak ini, dan inflasi kini
hampir mencapai target inflasi Bank Indonesia sebesar 7-9 persen pada akhir tahun 2006.
Tingkat Kepercayaan Pasar
(Rupiah exchange rate against US$)
11000
Exchange rate (Rp/US$)(LHS)
10500
10000
9500
Penurunan Beban Hutang
(government debt to GDP ratio, percent)
1600
100%
1500
90%
1400
80%
1300
70%
1200
60%
1100
50%
1000
9000
900
External
40%
30%
800
JSX Stock Index (RHS)
8500
Domestic
20%
700
10%
8000
Jan04
600
Apr04
Jul04
Oct04
Jan05
Apr05
Sumber: CEIC, World Bank staff
Jul05
Oct05
Jan06
Apr06
0%
1996
1997
1998
1999
2000
2001
2002
2003
2004
2005
Sumber: MOF, World Bank
Pertumbuhan yang berkelanjutan diperkirakan telah mengurangi jumlah penduduk
yang hidup dalam kemiskinan sebanyak 1 juta orang, sehingga total jumlah orang
miskin di Indonesia adalah 35 juta orang (16,0 persen dari jumlah penduduk). Tetapi,
perkiraan ini masih memerlukan penyesuaian dengan ditambah atau dikurangi dampak
negatif dari kenaikan harga beras dan BBM dan dampak positif dari program pengentasan
kemiskinan Pemerintah yang baru, seperti bantuan langsung tunai dan pengurangan biaya
perawatan kesehatan dan sekolah, menjadi jelas.
Pertumbuhan pembangunan belum berhasil menciptakan lapangan pekerjaan.
Angka pengangguran terbuka telah mencapai 10.4 persen pada tahun 2006 dan dapat terus
bertambah. Sayangnya, setiap persen pertumbuhan ekonomi menyebabkan berkurangnya
ii
jumlah lapangan pekerjaan di sektor formal dibandingkan pada tahun 1990an, barangkali
akibat kakunya pasar tenaga kerja dan lebih tingginya upah riil, yang menggambarkan
pentingnya penyesuaian kebijakan pasar tenaga kerja.
Mencapai dan mempertahankan
Struktur Penurunan Investasi
(Gross % of GDP)
pertumbuhan yang lebih tinggi
membutuhkan investasi yang
Highest inv. before crisis
30%
lebih besar. Meskipun dalam dua
Low from public sec.
tahun terjadi pertumbuhan investasi
25%
yang relatif tinggi (14,6 persen pada
Lowest inv. after crisis
tahun 2004 dan 9,9 persen pada
20%
22.6%
tahun 2005), investasi pada tahun
Private
16.8%
15%
2005 hanya mencapai 22 persen dari
17.5%
12.8%
16.0%
PDB, dibandingkan dengan hampir
10%
30 persen sebelum krisis dan 32
2.0% Region
3.4%
5%
3.1%
persen di Vietnam dan lebih dari 40
2.2%
5.0% Center 1.4%
3.4%
3.4%
persen di Cina saat ini. Sumber daya
2.5%
2.2%
0%
yang ada memungkinkan untuk
1996
2000
2003
2005 (*)
2006 (**)
meningkatkan
investasi
negara Note- (*) preliminary data; (**) estimates
secara cepat tahun ini sampai ke Sumber: BPS, World Bank staff
tingkat pra-krisis sebesar hampir 7
persen dari PDB. Tetapi, investasi swasta masih terlalu rendah (lihat grafik), sehingga fokus
pemerintah pada reformasi iklim investasi adalah tepat.
Prospek jangka menengah tampaknya baik – namun bergantung dengan
pelaksanaan kebijakan pembangunan. Pertumbuhan ekonomi akan menjadi lebih cepat
lagi pada tahun 2006 pada saat pengeluaran negara meningkat dan suku bunga turun, dengan
harapan pertumbuhan yang lebih tinggi menjelang tahun 2007. Jika reformasi yang
direncanakan dilaksanakan sesuai jadwal maka pertumbuhan 6 persen pada tahun 2007 and 7
persen dalam jangka menengah sangat mungkin untuk dicapai. Sebaliknya, jika kebijakan
gagal dilaksanakan maka ini akan menimbulkan sikap sinis para investor, berkurangnya
prospek pertumbuhan dan buruknya lapangan pekerjaan dan hasil-hasil pengentasan
kemiskinan.
Ruang fiskal Pemerintah bertambah –
fokus perlu dialihkan ke pengeluaran
secara tepat. Tingginya harga minyak
dunia dan meningkatnya pendapatan
memberikan Indonesia peluang untuk
meningkatkan
investasi
negara.
Pengelolaan utang yang sehat juga
membantu. Bagian anggaran belanja
negara yang dialokasikan untuk membayar
bunga dan cicilan utang negara (dalam dan
luar negeri), sebesar 25 persen dari
anggaran, kini lebih rendah daripada
sebelum krisis 1990an – memungkinkan
percepatan
pengeluaran
prioritas
Beban Hutang Berkurang
(debt service to total expenditure, percent)
50%
45%
40%
Principal
35%
Interest
30%
25%
20%
15%
10%
5%
0%
FY94 FY95 FY96 FY97 FY98 FY99 FY00 FY01 FY02 FY03 FY04 FY05 FY06
(9m)
Budget
Sumber World Bank
iii
pemerintah dalam jumlah yang besar. Jika pengeluaran pembangunan lebih cepat
sebagaimana yang direncanakan tahun ini, maka proporsi investasi negara terhadap GDP
(gabungan pemerintah pusat dan daerah) akan berada pada tingkat pra-krisis. 1 Realisasi
anggaran untuk kesehatan dan pendidikan pemerintah pusat akan bertambah lebih dari 20
persen. Selanjutnya, pengurangan bertahap terhadap subsidi yang ada (BBM dan listrik) akan
menyediakan ruang fiskal yang jauh lebih luas bagi investasi negara dan pengentasan
kemiskinan karena anggaran subsidi masih mencapai 79 triliun, atau 2,6 persen dari PDB.
Tantangan utama bagi Pemerintah telah berubah dari cara mengurangi beban utang menjadi
cara mengeluarkan sumber daya negara secara tepat. Tantangan ini menjadi semakin sulit
dengan adanya fakta bahwa pemerintah-pemerintah daerah saat ini bertanggung jawab atas
lebih dari separuh investasi negara dengan pengaruh pemerintah pusat yang terbatas, dan
bahwa masih ada kerancuan mengenai pembagian tugas antara pemerintah pusat dan daerah.
Hambatan Investasi
Optimisme
dunia
usaha
(%
of
firms
reporting
constraint to be moderate, severe or very
meningkat
secara
tajam
severe)
dengan adanya Pemerintahan
0% 10% 20% 30% 40% 50% 60% 70% 80%
yang baru, tetapi beberapa
Macroeconomic Instability
investor masih menunggu
Economic Policy Uncertainty
Local Corruption
diterapkannya kebijakan di
National Corruption
lapangan. Survei menunjukkan
Legal System & Conflict Resolution
bahwa sentimen dunia usaha
Transport
Tax Administration
mengalami perbaikan yang
Labor Skill and Education
menonjol pada tahun 2005 (lihat
Cost of Finance
grafik),
karena
rintanganTax Rate
rintangan nyata dianggap telah
Labor Regulation-Regional
ADB 2003
Customs&Trade Regulation-Regional
diatasi (dengan perkecualian
Customs&Trade Regulation-National
terutama
dalam
bidang
LPEM 2005
Licensing and Permits-Regional
(December)
transportasi). 2 Tetapi, tahun
Electricity
Labor Regulation-National
2005 lebih ditandai oleh niat
Licensing and Permits-National
baik daripada implementasi yang
konkrit. Secara khusus, undang- Sumber: ADB, LPEM-FEUI, World Bank
undang pajak and pabean masih terkatung-katung di Parlemen tanpa dukungan dari dunia
usaha. Tahun ini dimulai dengan catatan yang lebih cerah: telah dikeluarkan pengumuman
kebijakan yang tegas mengenai iklim investasi dan infrastruktur, dan salah satu paket
kebijakan di sektor keuangan tidak lama lagi juga akan dikeluarkan. Paket-paket ini berisi
tindakan-tindakan reformasi yang sangat baik tetapi, seperti biasanya, implementasi tetap
menjadi tantangan. Pokok-pokok paket kebijakan mencakup undang-undang investasi yang
sudah lama dinantikan (dengan daftar negatif terpadu yang jelas, sederhana dan transparan),
tim ekspor nasional revitalisasi dan investasi, pengurangan waktu memulai usaha dari 150
menjadi 30 hari, dan dikuranginya jenis barang impor yang harus melalui “jalur merah”
pabean. Undang-Undang Investasi ini telah diajukan ke Parlemen, dan revisi-revisi dalam
Undang-Undang Pajak menjadi semakin jelas, termasuk sejumlah revisi yang memperbaiki
keseimbangan wajib pajak dan pejabat pajak. Departemen Bea dan Cukai telah lama dianggap
1 Diukur sebagai bagian dari GDP. Dengan adanya klasifikasi baru akuntansi Pemerintah, maka tidak ada lagi
kategori yang disebut pengeluaran pembangunan. Untuk perbandingan, pengeluaran pengalihan modal dan
sosial digabung untuk mencakup konsep pengeluaran pembangunan.
2 Ini adalah hasil studi oleh LPEM-FEUI pada akhir tahun 2005 yang dibiayai oleh Pemerintah Belanda.
iv
sebagai hambatan besar terhadap efisiensi kegiatan usaha. Pimpinan yang baru dan
restrukturisasi yang terencana mencerminkan keinginan untuk mengatasi masalah-masalah
sektor swasta. Versi awal dari revisi undang-undang tenaga kerja yang dirancang untuk
meningkatkan fleksibilitas mendapat penolakan yang kuat dari kelompok buruh sehingga saat
ini sedang dibahas kembali. Secara umum, masih terdapat kecenderungan untuk berfokus
pada surat-surat keputusan daripada reformasi yang berarti, dan pemerintah perlu dipuji atas
rencananya untuk meningkatkan pemantauan eksternal terhadap dampak reformasi daripada
surat-surat keputusan. Selain itu, penyederhanaan administratif yang signifikan – termasuk
penghapusan prosedur yang tidak perlu dan pertemuan tatap muka – hendaknya menjadi
fokus jangka pendek yang paling efektif untuk menyelesaikan masalah korupsi yang sudah
meluas.
Kemajuan prasarana sejauh ini masih belum tercapai sepenuhnya. Hasil-hasil yang
konkrit – yaitu pembentukan dan pelaksanaan proyek-proyek – masih belum banyak, tetapi
kemajuan telah menjadi cepat setelah ditingkatkannya koordinasi proyek pemerintah dan
dibentuknya unit penanggung jawab pembagian risiko. Peran koordinasi dari KKPPI terus
diperkuat dengan membentuk unit Kemitraan Publik-Swasta (PPP) untuk memfasilitasi
proyek-proyek berkualitas tinggi. Unit Manajemen Risiko dibentuk di lingkungan
Kementerian Keuangan dengan tujuan untuk mengkaji dukungan pemerintah terhadap
proyek-proyek yang disetujui oleh KKPPI. Demikian pula, terdapat perubahan di bidang
pembiayaan, kemajuan dalam pembiayaan prasarana (termasuk dana jaminan). Tetapi,
kemajuan dalam reformasi sub-sektoral masih belum kuat: persiapan proyek masih belum
memadai, tarif eceran masih di bawah biaya kebanyakan sektor, dan desentralisasi belum
menghasilkan peningkatan kinerja pembangunan prasarana oleh pemerintah daerah.
Pemerintah telah memberikan dorongan yang mengesankan dalam memerangi
korupsi dan indikator penyelenggaraan pemerintahan telah mulai memperlihatkan
cukup perbaikan. Selain melakukan investigasi dan berhasil dalam mengajukan tuntutan
terhadap beberapa orang terkenal, Pemerintah telah memperkuat kerangka kelembagaan
untuk menuntaskan kasus-kasus korupsi melalui badan-badan seperti Komisi Pemberantasan
Korupsi (KPK), Pengadilan Anti Korupsi, TimTas Tipikor, Tim Pemburuan, Komisi
Yudisial, Komisi Kepolisian dan Komisi Kejaksaan. Tetapi prestasi dalam tuntutan belum
sebanding dengan keberhasilan dalam pelaksanaan strategi reformasi untuk mencegah
korupsi dan melakukan perbaikan yang berkelanjutan dalam penyelenggaraan pemerintahan.
Salah satu hambatan utama yang menghalangi terobosan yang nyata dalam penyelenggaraan
pemerintahan adalah reformasi di bidang pelayanan sipil dan administrasi.
Pemerintah memulai awal yang menjanjikan dalam bidang ini, dimulai dari para pejabat tinggi
sampai jajaran pegawai pemerintah lainnya. Hambatan utama lain adalah lambatnya
kemajuan dalam reformasi hukum dan pengadilan. Melaksanakan rencana reformasi yang
komprehensif, yang disusun bersama-sama dengan para pejabat pengadilan dan masyarakat
sipil, merupakan kesempatan terbaik untuk dapat berhasil.
Pelaksanaan Pemilu Langsung di semua tingkat sistem politik telah menciptakan
kerangka pertanggungjawaban baru yang mempunyai dampak yang besar bagi
peningkatan hasil-hasil penyelenggaraan pemerintahan. Penyelenggaraan pemilu
langsung ini disertai dengan keterbukaan terhadap media dan meningkatnya organisasiorganisasi kolektif baru di lingkungan masyarakat sipil yang menghasilkan tuntutan yang kuat
terhadap pemerintahan yang baik. Tetapi, “politik uang” terus melemahkan hubungan antara
v
kompetisi politik yang lebih sehat dengan pemerintahan yang baik. Agenda penyelenggaraan
pemerintahan perlu diperluas untuk menangani aliran-aliran keuangan yang melanggar
hukum melalui pembiayaan pemilu dan partai politik, korupsi legislatif, dan yayasan-yayasan
yang mengaku dibentuk oleh pemerintah. Hal ini membutuhkan keterlibatan yang lebih aktif
dari DPR dan DPRD serta dialog dengan partai-partai politik.
Ada kemajuan yang bagus dalam
Tingkat Kemiskinan
pengentasan kemiskinan pada tahun
60.0
Milllion poor
2005 tetapi turun naiknya tingkat
Percent poor
48.0
50.0
kemiskinan
pada
pertengahan
38.4
37.3
pertama tahun 2006 masih belum jelas
40.0
36.1
35.1
34.2
karena besarnya kenaikan harga beras.
30.0
Jumlah penduduk miskin turun menjadi
23.4
17.4
20.0
16.0
16 persen pada bulan Februari 2005 di
17.6
18.2
16.7
bawah angka 17,6 persen yang dicapai
10.0
sebelum krisis. Diperkirakan lebih dari 13
0.0
juta orang telah keluar dari kemiskinan
1996
1999
2002
2003
2004
2005
sejak puncaknya setelah krisis yang
Sumber: BPS, World Bank
mencapai 23,4 persen pada tahun 1999.
Tabungan dari pengurangan subsidi BBM dipergunakan untuk serangkaian program bagi
kaum miskin termasuk dana operasional bagi sekolah, beasiswa, prasarana desa, dan
pelayanan kesehatan dasar. Program yang terbesar, bantuan langsung tunai (BLT) senilai
lebih dari 17 trilyun pada tahun 2006, melebihi kebutuhan kompensasi kepada masyarakat
termiskin atas kerugian yang diderita akibat kenaikan harga-harga. Selain itu, evaluasi awal
terhadap program tersebut oleh SMERU dan Bank Dunia menunjukkan bahwa, meskipun
kurangnya waktu persiapan, program BLT cukup berhasil. Sayangnya, tindakan-tindakan
pro-kaum miskin yang bagus ini dihambat oleh kebijakan-kebijakan impor beras yang
bersifat membatasi, sehingga harga beras meningkat 30 persen (bulan Maret dibandingkan
tahun sebelumnya), dengan dampak yang serius bagi kaum miskin.
Pelayanan publik, khususnya bagi kaum miskin, terus meningkat meskipun lambat,
dan model pemberian pelayanan yang baru dibutuhkan. Survey, yang dirancang untuk
mengkaji dampak desentralisasi dan untuk mengukur kinerja sekolah, memperlihatkan bahwa
pemberian pelayanan terus meningkat di daerah-daerah di Indonesia meskipun lambat.
Tetapi, mengingat kenaikan yang sangat besar pada pengeluaran pendidikan dan kesehatan
(realisasi 40 dan 47 persen antara tahun 2001 dan 2003), hasil yang dicapai dalam pemberian
pelayanan ini masih belum memuaskan. Tantangannya sekarang adalah cara meningkatkan
kualitas pelayanan dan mengurangi ketidakmerataan akses. Sebuah laporan belum lama ini
memperlihatkan bahwa tantangan ini dapat diatasi dengan meningkatkan
pertanggungjawaban dan dorongan bagi para penyedia jasa, dan dengan memperkuat suara
pengguna jasa.3 Hal ini juga mencakup meningkatkan kemampuan pemerintah dan pengguna
jasa untuk memantau penyelenggaraan dan kualitas jasa dari para penyedia. Perjanjian
pelayanan adalah salah satu cara untuk melalukan hal tersebut. Perjanjian ini pernah
digunakan dalam program Bantuan Operasional Sekolah (BOS). Sekolah-sekolah peserta
program BOS menerima dana bantuan block grants sebagai pengganti uang sekolah siswa
miskin. Sekolah-sekolah tersebut bebas menggunakan dana bantuan ini sesuai keinginan
3
“Menjadikan Pelayanan Bermanfaat bagi Kaum Miskin”, Bank Dunia, yang akan diterbitkan.
vi
mereka. Penyelenggaraan semacam ini dapat dipertimbangkan untuk diterapkan secara lebih
luas. Cara lain untuk meningkatkan pelayanan adalah dengan menggunakan kupon atau
bantuan bersyarat tunai yang dapat menjadi sarana ampuh untuk mengatasi ketidakmerataan
yang terkait dengan penghasilan.
Rekonstruksi di Aceh saat ini mengalami kemajuan yang pesat, tetapi perasaan
mendesak masih harus dipertahankan. Sejumlah besar rumah sedang dibangun, tahun
ajaran sekolah mulai berjalan dengan normal, dan pelayanan kesehatan tersedia di
kebanyakan daerah yang terkena bencana. Lebih dari US$ 1,5 milyar telah dicairkan dan
pengeluaran saat ini mencapai lebih dari US$150 juta per bulan. Meskipun demikian, masih
banyak tantangan, khususnya dalam meningkatkan kapasitas pemerintah daerah dan
menyediakan prasarana bagi daerah-daerah yang sulit dijangkau (di Pantai Barat), daerah
konflik dan Nias. Beberapa departemen Pemerintah Pusat masih memiliki kinerja yang buruk
dan koordinasi masih perlu ditingkatkan. Tetapi, ini hanyalah kesulitan di tengah-tengah
kisah lengkap keberhasilan. Keberhasilan yang paling besar adalah kesepakatan damai antara
Pemerintah Indonesia dengan GAM yang telah dilaksanakan tanpa gangguan yang berarti,
dan memberikan optimisme mendasar kepada masa depan provinsi ini.
Respons terhadap Flu Burung belum terkoordinasi dengan baik atau efektif. Hingga
tahun 2006, hampir separuh kematian manusia yang dikaitkan dengan flu burung di seluruh
dunia terjadi di Indonesia. Potensi dampak negatif tidak hanya mencakup sektor perunggasan
dan risiko kesehatan langsung, melainkan juga risiko kesehatan jangka panjang dan gangguan
ekonomi yang signifikan. Selain itu, anggapan bahwa Indonesia hanya berdiam diri, bila
dibandingkan dengan negara-negara lain yang terserang penyakit ini seperti Thailand dan
Vietnam, mengancam citra Indonesia di mata investor dan wisatawan. “Rencana Strategis
Nasional” memang sudah tepat, tetapi perincian teknis dan tata cara pelaksanaan dan
koordinasi belum dikembangkan sepenuhnya. Saat ini, kekurangan pembiayaan yang
signifikan menghalangi pelaksanaan upaya efektif, terutama dalam aspek kesehatan hewan.
Rencana pembiayaan yang realistis sangat dibutuhkan.
*****
vii
Download