bab i pendahuluan - Repository | UNHAS

advertisement
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.
Latar belakang
Pada tahun 1999, kita melihat negara-negara di Asia Timur yang samasama terkena krisis mulai mengalami pemulihan, kecuali Indonesia. Harus
dipahami bahwa kompetisi global bukan kompetisi antar negara, melainkan antar
korporat di negara-negara tersebut. Jadi menang atau kalah, menang atau terpuruk,
pulih atau tetap terpuruknya perekonomian satu negara bergantung pada korporat
masing-masing (Moeljono, 2005). Masih lemahnya perusahaan-perusahaan publik
di Indonesia dalam mengelola perusahaan, hal ini ditunjukkan oleh masih
lemahnya standar-standar akuntansi dan regulasi, pertanggungjawaban terhadap
para pemegang saham, standar-standar pengungkapan dan transparansi serta
proses-proses kepengurusan perusahaan. Secara tidak langsung menunjukkan
masih lemahnya perusahaan-perusahaan publik di Indonesia dalam menjalankan
manajemen yang baik dalam memuaskan stakeholder perusahaan.
Menurut Ristifani (2009), “kajian yang dilakukan oleh Bank Dunia
menunjukkan bahwa salah satu penyebab krisis yang melanda Asia, termasuk
Indonesia, adalah lemahnya implementasi Good Corporate Governance”.
Perubahan era globalisasi terhadap ekonomi global yang terjadi di berbagai negara
berdampak pula pada negara Indonesia. Seperti halnya krisis keuangan yang
terjadi di Amerika Serikat pada saat ini dan beberapa kasus skandal keuangan
seperti Enron Corp., Worldcom, Xerox dan lainnya melibatkan top eksekutif
perusahaan tersebut disebabkan karena tidak diterapkannya prinsip-prinsip Good
Corporate Governance.
Pengelolaan
perusahaan
berdasarkan
prinsip
Good
Corporate
Governance (GCG) pada dasarnya merupakan upaya untuk menjadikan GCG
sebagai kaidah dan pedoman bagi pengelolaan perusahaan dalam menjalankan
perusahaan. Penerapan prinsip-prinsip GCG saat ini sangat diperlukan agar
perusahaan dapat bertahan dan tangguh dalam menghadapi persaingan yang
semakin ketat serta dapat menerapkan etika bisnis secara konsisten sehingga dapat
terwujud iklim usaha yang sehat, efisien dan transparan. Good Corporate
Governance (GCG) diharapkan merupakan sarana untuk menjadikan perusahaan
secara lebih baik, antara lain dengan menghambat praktik-praktik Korupsi,
Kolusi,
dan
Nepotisme
(KKN).,
meningkatkan
disiplin
anggaran,
mendayagunakan pengawasan, serta mendorong efisiensi pengelolaan perusahaan.
Penerapan GCG dalam pengelolaan perusahaan sangat penting artinya
karena secara langsung akan memberikan arahan yang jelas bagi perusahaan
untuk memungkinkan pengambilan keputusan secara bertanggung jawab dan
memungkinkan pengelolaan perusahaan secara lebih amanah, sehingga dapat
meningkatkan nilai perusahaan dan kepercaan dari mitra usaha.
Sebagai aparat fiscal, serta salah satu instansi pemerintah di dalam
lingkungan Kementerian Keuangan Republik Indonesia, Direktorat Jenderal Bea
dan Cukai (DJBC) memiliki fungsi utama untuk mengamankan dan memungut
penerimaan negara (revenue collection) dari sektor Bea Masuk dan pajak dalam
rangka impor, Bea Keluar, dan Cukai. Berdasarkan kutipan Bureaucracy Reform
at MOF, Sekretariat Jenderal Kementerian Keuangan, (2008), ada beberapa
prinsip Good Corporate Governance yang dibutuhkan di DJBC yaitu:
transparansi (transparanci), akuntabilitas (accountability), pertanggungjawaban
(responsibility), dan kewajaran (fairness), dan daya tanggap (responsivitas).
Direktorat
Jenderal
Bea
dan
Cukai
(DJBC)
bertujuan
untuk
meningkatkan dayaguna dan hasilguna pelaksanaan tugas di bidang kepabeanan
dan cukai khususnya pada pelaksanaan pemungutan bea keluar penting untuk
menerapkan prinsip-prinsip GCG dalam organisasi dan tata kerja yang tepat untuk
menunjang tugas-tugas pokoknya berdasarkan pasal 1 Keputusan Menteri
Keuangan Republik Indonesia Nomor 32/KMK.01/1998 tanggal 4 Februari 1998,
yaitu :
“Melaksanakan sebagian tugas pokok Kementerian
Keuangan di bidang bea dan cukai berdasarkan kebijaksanaan
yang ditetapkan oleh Menteri dan mengamankan kebijaksanaan
Pemerintah yang berkaitan dengan lalu lintas barang yang masuk
atau keluar Daerah Pabean dan pemungutan Bea Masuk, Bea
Keluar dan Cukai serta pungutan lainnya berdasarkan perundangundangan yang berlaku”.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 1995 Tentang
Kepabeanan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1995 Nomor 75)
mengandung
asas keadilan yang
menjunjung tinggi hak setiap anggota
masyarakat, dan menempatkan kewajiban pabean sebagai kewajiban kenegaraan
yang mencerminkan peranan anggota masyarakat dalam menghimpun dana
melalui pembayaran bea keluar, maka peraturan perundang-undangan kepabeanan
harus dapat menjamin perlindungan kepentingan masyarakat, kelancaran arus
barang dan dokumen, penerimaan bea keluar yang optimal, dan dapat
menciptakan iklim usaha yang dapat lebih mendorong laju pembangunan
nasional.
Tuntutan dari masyarakat dan pemerintah untuk terlaksananya reformasi
birokrasi mendorong Direktorat Jenderal Bea dan Cukai (DJBC) untuk
membangun organisasi secara lebih efektif dan efisien. Pentingnya penerapan
prinsip-prinsip good corporate governance ini adalah sebagai sarana pencapaian
tujuan yang harus dipahami seluruh pegawai DJBC sebagai landasan pelaksanaan
tugas agar sasaran-sasaran organisasi dapat dicapai dengan baik. Dengan adanya
tugas pokok dan fungsi yang efektif dan efisien, maka peran DJBC yang sangat
penting dalam memberikan pelayanan secara maksimal kepada masyarakat luas
dapat dilaksanakan dengan baik seperti harapan pemerintah dan masyarakat.
Namun, sehubungan dengan hal tersebut, menurut Syahbana (2011 : 2)
masalah yang selalu ada di lingkungan pemerintah yang dapat mengganggu
pelayanan kepada masyarakat adalah masalah korupsi.
Masalah korupsi
merupakan topik yang hangat dibahas oleh masyarakat Indonesia, terutama
setelah Indonesia dinyatakan negara terkorup di dunia. Dengan banyaknya kasus
korupsi, maka Pemerintah telah menetapkan Undang-Undang Nomor 31 tahun
1999 yang kemudian diperbarui dengan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001
tentang Pemberantasan Tindak Korupsi. Akibat dari banyaknya kasus korupsi ini
dapat mengurangi kepercayaan masyarakat pada pemerintahan seperti DJBC,
sehingga tingkat kepatuhan masyarakat kepada hukum menjadi menurun.
Keberadaan korupsi di institusi kepabeanan dapat menghancurkan legitimasi
DJBC dan mengurangi kemampuannya dalam menyelesaikan tugas dan
fungsinya. Untuk itu perlu adanya penerapan prinsip-prinsip good corporate
governance yang dapat meningkatkan pelayanan kepada masyarakat terutama
kelancaran arus barang dan dokumen agar semakin baik, efektif, dan efisien
dengan cara antara lain; melakukan pemeriksaan yang efektif, penyerahan
pemberitahuan barang melalui media elektronik, pengawasan dan pengamanan
impor yang pelaksanaannya dititikberatkan pada audit, dan peran serta anggota
masyarakat untuk bertanggung jawab atas bea masuk dan bea keluar yang terutang
melalui self assessment, sehingga dapat mengurangi tindak korupsi secara efektif
di lingkungan DJBC.
Dari uraian latar belakang di atas, maka penegakan prinsip-prinsip GCG
sangat penting diterapkan di lembaga pemerintah seperti DJBC khususnya dalam
pelaksanaan pemungutan bea keluar, agar bisa mengurangi penyimpanganpenyimpangan yang terjadi seperti korupsi, penggelapan, dan sebagainya,
sehingga DJBC betul-betul bisa mengoptimalkan potensi penerimaan negara
dengan lebih baik. Selain itu, dengan diterapkannya prinsip-prinsip GCG
diharapkan kepada DJBC dapat menjadi lembaga yang responsif, bersih, efektif,
efisien, akuntabel, dan bisa berkomunikasi dengan lembaga lain dengan baik.
Untuk itu, penting bagi penulis untuk melakukan penelitian mengenai
“Pengaruh Penerapan Prinsip-Prinsip Good Corporate Governance terhadap
Pelaksanaan Pemungutan Bea Keluar pada Kantor Pengawasan dan
Pelayanan Bea dan Cukai (KPPBC) Tipe Madya Makassar”
1.2.
Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka masalah penelitian ini
adalah: apakah penerapan prinsip-prinsip Good Corporate Governance yang
terdiri dari transparancy, accountability, responsibility, fairness dan responsivitas
berpengaruh terhadap pelaksanaan pemungutan bea keluar pada Kantor
Pengawasan dan Pelayanan Bea dan Cukai (KPPBC) tipe Madya Makassar?
1.3.
Batasan Masalah
Dalam penelitian ini, penulis hanya membahas penerapan prinsip-prinsip
good corporate governance sesuai yang diterapkan pada Kantor Pengawasan dan
Pelayanan Bea dan Cukai (KPPBC) tipe Madya Makassar, yaitu: Transparancy
(Keterbukaan), Accountability (Akuntabilitas), Responsibility (Tanggungjawab),
Fairness (Kewajaran) dan Responsivitas (Daya tanggap)
1.4.
Tujuan dan Manfaat Penelitian
a.
Tujuan Penelitian
Sehubungan dengan identifikasi masalah penelitian, maka tujuan
dari penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menganalisis
pengaruh penerapan prinsip-prinsip Good Corporate Governance
(Transparancy,
Accountability,
Responsibility,
Fairness,
Responsivitas) terhadap pelaksanaan pemungutan bea keluar pada
Kantor Pengawasan dan Pelayanan Bea dan Cukai (KPPBC) tipe
Madya Makassar.
b. Manfaat Penelitian
Yang menjadi manfaat penelitian ini adalah :
 Manfaat akademis sebagai wawasan serta memperdalam ilmu
pengetahuan mengenai Good Corporate Governance (GCG),
khususnya dalam penerapan prinsip-prinsipnya pada pelaksanaan
pemungutan bea keluar.
 Manfaat praktis adalah hasil penelitian ini dapat disajikan sebagai
bahan pertimbangan dan sumbangan pemikiran kepada pihak Bea
dan Cukai Makassar yang bermanfaat dalam peningkatkan
kualitas pelayanan dan pengawasan di bidang kepabeanan dan
cukai
sehubungan
Governance.
dengan
penerapan
Good
Corporate
Download