dakwah sufistik di era digital

advertisement
DAKWAH SUFISTIK DI ERA DIGITAL
Elmansyah
ABSTRAK
Dakwah sufistik adalah dakwah yang dikaitkan istilah tasawuf, atau dakwah yang
dilakukan oleh para pengamal tasawuf. Dakwah sufistik diakui berhasil dalam
mengislamkan masyarakat nusantara, ketika mereka pada awalnya justru sudah
beragama. Keberhasilan tersebut tidak lepas dari metode dan orientasi dakwah para sufi
yang khas, yaitu hakikat dan makrifat. Kerinduan akan model dakwah semacam ini
kembali muncul di era digital, di mana teknologi informasi kian canggih dan merata.
Masyarakat digital menantikan dakwah sufistik di tengah-tengah kehausan mereka
terhadap spiritual. Artikel ini mencoba memaparkan tentang dakwah sufistik di era digital,
yang kian surut di permukaan, sebaliknya dakwah radikal semakin marak dan cenderung
membahayakan umat Islam dari dalam. Kebutuhan akan dakwah sufistik di era ini,
menjadi penting untuk segera dipenuhi, di tengah-tengah kehausan umat akan
spiritualitas yang menentramkan. Tema sentral dalam artikel ini adalah pentingnya
dakwah sufistik di era yang segala sesuatunya telah bersifat digital.
Kata Kunci: Dakwah, Sufistik, Digital
A. Pendahuluan
Islam
umat Islam itu sendiri.
yang “sangar”, “saklek”, dan penuh
Kenyataan bahwa setiap kasus
kebencian. Organisasi-organisasi Islam
tidak
kekerasan terjadi di berbagai tempat,
mengayomi
jarang
yang
dunia yang non-Muslim, bahkan dari
Islam banyak ditampilkan dengan wajah
masyarakat,
cara
sikap kurang simpati dari masyarakat
di mass media dan media sosial, bahwa
diharapkan
dengan
“kurang” santun, sehingga melahirkan
Akhir-akhir ini, sering kali nampak
yang
dilakukan
selalu dihubungkan dengan Islam (M.
justru
Riza
menunjukkan drama perbedaan yang
Sihbudi,
terorisme
membingungkan masyarakat. Dakwah
yang
2007:
selalu
186)
(kasus
dihubungkan
dengan gerakan Islam Radikal). Setiap
﴾ 56 ﴿
kali ada isu terkini, beberapa organisasi
karena mereka pada umumnya adalah
masayarakat
para
Islam
menaggapinya
dengan tekstual-doktriner
yang kaku
sufi
yang
mengutamakan
senantiasa
akhlak
dan
(kasus dugaan penistaan agama dalam
kebijaksanaan (Baca: Alwi Shihab, 1996:
pilkada
8-12; Sofyan Rofi, 2016:2).
DKI).
pemberitaan,
Setiap
kali
melahirkan
muncul
kebencian
Artikel
ini
akan
mencoba
(maraknya media propokasi di internet).
menjelaskan tentang pentingnya dakwah
Celakanya,
fatwa-fatwa
ulama
yang
sufistik di era digital, suatu era di mana
majelis,
sering
kali
masyarakatnya telah “melek” teknologi
menghadirkan kontroversi (karena yang
transportasi dan informasi. Dakwah, di
terkenal, acap kali fatwa yang bersifat
tengah-tengah
multi tafsir). Akibatnya, wajah rahmatan
rasional,
lil ‘alamin umat Islam semakin sulit untuk
peralatan
bisa disaksikan. Hal ini tentu saja
Gambaran mengenai praksis dakwah
mendatangkan kerugian tersendiri bagi
sufistik yang dapat diterapkan dalam
umat Islam.
konteks
keluar
dari
Kenyataan tersebut harus segera
diatasi.
Umat
Islam
harus
Islam
sebagaimana
masyarakat
hadir
yang
di
yang
dan
serba
masyarakat
dengan
canggih.
digital,
akan
kembali
B. Dakwah Sufistik di Era Digital
1. Hakikat Dakwah
pernah
ditampilkan oleh para da’i di era para
Wali.
matematis
yang
diuraikan di sini sebagai pilihan alternatif.
menampilkan wajah yang anggun di
masyarakat,
masyarakat
Dakwah
tengah-tengah
beragama,
adalah
aktifitas
mengajak, memanggil, atau menyeru
namun
orang lain agar melakukan apa yang
Islam dapat diterima, bahkan mereka
menjadi
yang telah beragama, justru berduyun-
penyeru/pemanggil/pengajaknya.
duyun
saja,
ini berasal dari bahasa Arab, yakni: da’a
dakwah para wali tidak dilakukan dengan
– yad’u, yang merupakan isim mashdar
cara yang kasar, keras dan penuh
(kata benda bentukan) dari kata fiil
pemaksaan. Dakwah para wali dilakukan
tersebut. Dalam bahasa lain (Kristen dan
dengan
Yahudi) disebut misi atau zending (Joko
memeluk
santun,
Islam.
Tentu
mengayomi
dan
mendamaikan. Menurut Alwi Shihab,
tujuan
Tri Haryanto, 2014: 271).
﴾ 57 ﴿
dari
si
Kata
Istilah Dakwah banyak
sekali
dijelaskan
mengenai
kata
dakwah
Ada
sebagai bentuk: Aduan atau memanggil
sebanyak 198 kali disebutkan dalam
seseorang untuk menyampaikan keluh
bentuk peran dan fungsi masing masing:
dan
Pertama, Dakwah dalam arti Ajakan.
Mengundang, merujuk pada malaikat
Allah
ditemukan
dalam
SWT
memerintahkan
al-Qur’an.
kesahnya;
Permintaan;
dalam
al-Qur’an
Israfil yang mengundang manusia untuk
untuk
mengajak,
berkumpul di Padang Mahsyar; dan,
sebagaimana termaktub dalam Q.S. Al-
Sebutan
yang
digunakan
Nahl ayat 125. Ajakan itu disesuaikan
memanggil
dengan orang yang diajak, dan paling
anak kandung sendiri. (Tim penyusun,
tidak ada 3 (tiga) metode mengajak
dalam:
dalam ayat ini, yaitu: dengan hikmah,
com /2015/11/pengertian-dakwah-dalam-
dengan berdepat, dan dengan contoh
pandangan-huk um.html).
seseorang
untuk
bukan
berarti
http://www.eurekapendidikan.
yang baik. Kedua, Dakwah dalam arti
Dakwah, dapat berkonotasi positif
Doa. Hal ini merujuk kepada kisah Nabi
dan dapat pula berkonotasi negatif.
Nuh, yang berdakwah dengan cara
Dakwah dalam konotasi negatif, berarti
Berdoa kepada Allah SWT. Ketika itu,
menyerukan
Nabi Nuh AS memohon kepada Allah
mencelakai orang lain atau merusak
SWT: “Wahai Tuhanku, penjara lebih
alam semesta. Sedangkan berdakwah
aku sukai daripada memenuhi ajakan
dalam
mereka kepadaku. Dan jika tidak Engkau
menyampaikan sesuatu kepada orang
hindarkan aku dari tipu daya mereka,
lain
tentu
untuk
merubah suatu keadaan yang tidak baik
dan
kepada yang baik dan terpuji (Nur
aku
[memenuhi
akan
cenderung
keinginan
mereka],
tentulah aku termasuk orang-orang yang
bodoh“
(Q.S.Yusuf
[12]:33).
untuk
konotasi
yang
besifat
berbuat
munkar,
positif
berarti
mengajak
untuk
Ahmad, 2014: 324).
Ketiga,
Dakwah
merupakan
kegiatan
Dakwah dalam arti Tuduhan. Dalam
umat Islam yang didasari pada Iman dan
kasus dunia hukum, sering kali terdengar
kesadaran untuk mengaktualisasikannya
kata “dakwaan” bagi orang yang dituduh
di masyarakat. Umat Islam diwajibkan
melakukan tindakan melanggar hukum.
untuk berdakwah (menyampaikan risalah
Selain
meskipun hanya satu ayat). Hakikat
itu,
dalam
Al-Qur'an
juga
﴾ 58 ﴿
dakwah adalah aktualisasi imani yang
dimanifestasikan dalam suatu sistem
kegiatan
manusia
beriman,
2. Dakwah Sufistik
dalam
Istilah sufistik terambil dari kata
bidang kemasyarakatan secara teratur,
sufi atau tasawuf. Dakwah sufistik yang
mempengaruhi cara merasa, berfikir,
dimaksud di sini adalah dakwah yang
bersikap, dan bertindak manusia pada
mirip dengan apa yang dilakukan oleh
dataran kenyataan individual serta sosio-
para sufi. Dakwah semacam ini diyakini
kultural. Kegiatan ini dilakukan dalam
lebih berhasil dari pada dakwah dengan
rangka mewujudkan ajaran Islam dalam
cara-cara yang lain.
segala segi kehidupan manusia dengan
menggunakan
cara-cara
Secara etimologi kata tasawuf
tertentu
dapat dilihat dari beberapa pengertian:
(Hafidhuddin; Sasono; Saefuddin, 1998:
Pertama, tasawuf berasal dari istilah
177).
yang dikionotasikan dengan Ahlu alMelalui uraian di atas, dapat
Suffah, yang berarti sekelompok orang
dikatakan bahwa dakwah merupakan
pada masa Rasullullah SAW, yang hidup
kewajiban umat Islam sebagai hamba,
di
sekaligus sebagai khalifah. Mengajak
upaya
tasawuf berasal dari kata shafa, yang
untuk
berarti sebutan bagi orang-orang yang
mewujudkan kebajikan di alam semesta,
“bersih “ atau “suci”, atau orang-orang
sebagai khalifah di muka bumi. Berdo’a,
yang menyucikan dirinya di hadapan
memohon kepada Allah SWT untuk
Tuhan-Nya. Ketiga, tasawuf berarti dari
setiap apa yang diinginkan, merupakan
kata shaf, yang dinisbahkan kepada
bagian dari kewajiban seorang hamba.
orang-orang yang ketika shalat selalu
Melakukan dan mewujudkan keadilan di
berada di shaf yang paling depan.
muka bumi, merupakan bagian dari
Keempat, tasawuf dinisbahkan kepada
upaya menjalankan perintah Allah dan
menjauhi
larangan-Nya.
Nabawi,
beribadah kepada Allah SWT. Kedua,
tindakan positif dan kembali kepada
merupakan
masjid
mereka mengabdikan hidupnya untuk
orang lain agar melakukan tindakan-
fitrahnya,
serambi-serambi
orang-orang dari Bani Shufah, yang
Dengan
sudah ada sejak Rasulullah SAW belum
demikian, maka hakikat dakwah adalah
diangkat sebagai Rasul. Mereka ini
manifestasi dari Iman, Islam dan Ihsan.
﴾ 59 ﴿
adalah orang-orang yang mengabdikan
tashawwufan (Barmawie Umarie, 1996:
dirinya untuk keperluan Ka’bah. Kelima,
9).
tasawuf dinisbahkan dengan kata istilah
Melalui
istilah
tasawuf
itulah,
Yunani, yaitu Sovia, yang berarti filsafat
muncul kata sufi, sebagai sebutan bagi
atau
(Muhammad
orang yang hidup dalam ketasawufan.
Ghalab, tt: 26-27). Keenam, Tasawuf
Kemudian, kata sufistik diambil dari kata
berasal dari kata Shauffanah, sebangsa
sufi, yang berarti mirip dengan para sufi.
buah-buahan kecil dan banyak tumbuh
Dengan demikian dakwah sufistik di sini
di padang pasir di tanah arab. Ini dilihat
dapat dimaknai sebagai dakwah yang
dari pakaian kaum sufi yang berbulu-
dilakukan dengan cara yang sama atau
bulu, seperti buah itu pula, sebagai
mirip dengan para sufi.
kebijaksanaan
simbol
kesederhanaannya
Umarie,
1996:
9).
(Barmawie
Dakwah sufistik, tidak lepas dari
Ketujuh, tasawuf
konsep dakwah yang dilakukan oleh
berasal dari kata Shuf yang berarti bulu
Rasulullah
domba atau wol (Athoullah Ahmad,
Aktifitas
1985: 96).
dicontohkan
Jika dilihat dari istilah-istilah asal
SAW
sebagai
dakwah
telah
oleh
teladan.
dimulai
Rasulullah
dan
SAW.
Beliau telah memberikan contoh dakwah
tersebut di atas, maka bagian ketujuh
yang
lebih mewakili apa yang disebut dengan
menyampaikan
tasawuf.
Dalam
ahli
keluarga dan orang-orang terdekatnya
memang
berbeda
namun
(bi al-Lisan); 2) mengajarkan tauhid dan
hal
ini,
para
pendapat,
baik
dan
benar,
seperti:
kebenaran
kehidupan
sebagai asal kata tasawuf. Barmawie
Kalam); 3) memberikan contoh perilaku
Umarie, misalnya mengatakan bahwa
(akhlak) yang mulia (bi al-Hal); dan, 4)
terma-terma tersebut hingga saat ini
mengirimkan surat kepada para musuh
belum
dan sahabatnya (bi al-Qalam). Semua itu
yang
menggoyahkan
Mad’u
(bi
al-
pendapat bahwa tasawuf itu berasal dari
tergantung
wazan (timbangan) tafa’ul, yaitu tafa’ala-
dakwah)-nya. Kegiatan ini dilanjutkan
yatafa’ ‘alu-tafa’ulan dengan mauzun,
oleh pada sahabat penerusnya, hingga
yaitu
oleh para ulama mutaakhirin. Dakwah
tashawwafa-yatashawwafu-
﴾ 60 ﴿
kepada
umatnya
kepada
cenderung sepakat pada istilah shuf
ada
kepada
1)
(objek
dikembangkan
sesuai
dengan
menarik minat masyarakat. Selain itu,
perubahan zaman.
adanya simbol-simbol berupa makanan
Aktifitas dakwah semacam ini
yang dikaitkan dengan rukun Islam,
juga terjadi di Indonesia, terutama pada
semisal: satu sisir (setangkep: Jawa)
awal-awal
penyebaran
pisang, dimaknai sebagai simbol dua
Nusantara.
Para
Islam
da’i
di
menjalankan
kalimah
syahadat,
yang
tidak
aktifitas dakwah secara kreatif di tengah-
terpisahkan satu sama lain. Nasi yang
tengah umat yang sudah beragama
dibentuk gunungan menjulang ke langit,
(Hindu dan Budha). Sebut saja awal
sebagai simbol kebersihan hati menuju
terciptanya
kegiatan
masyarakat.
Konon
Tahlilan
di
Tuhan. Sayur mayor yang disusun rapi di
kegiatan
ini
sekeliling
gunungan,
sebagai
simbol
merupakan kreatifitas para da’i di masa
ibadah sunnah. Daging ayam (Ingkung:
awal-awal penyebaran Islam. Para da’i
Jawa) yang dibagi kecil-kecil agar rata
melihat
masyarakat
pembagiannya, sebagai simbol zakat,
dalam pemujaan, dengan kalimat-kalimat
dan seterusnya dalam ritual kenduri.
mistik yang aneh. Kemudian para da’i
Tentu saja hal ini tidak ada dalam ajaran
menyusun ayat-ayat kunci yang dibaca
Islam Syari’at, namun para da’i lebih
dengan
mengutamakan hakikat.
kecendrungan
bersama-sama,
kemudian
diakhiri dengan bacaan Laa ilaaha illa
Para sufi dalam berdakwah di
Allah. Ada juga yang mirip dengan
Indonesia, sangat mempertimbangkan
pemujaan, seperti kata Allah, Allah, Allah
aspek-aspek lingkungannya,
secara
suasana politik, kondisi psikologis, adat
berirama.
Ada
pula
yang
istiadat,
seperti: Hu, Hu, Hu…, dan seterusnya.
masyarakat ketika itu. Media dakwah
Sehingga, kegiatan ini menarik dan
yang digunakan juga bervariasi, seperti
masyarakat yang beragama, menjadi
melalui gerakan tarekat, politik, seni dan
terbiasa
budaya, seperti yang dilakukan oleh para
kegiatan
tersebut.
kecenderungan
Kemudian, adanya peringatan 3 (tiga)
Walisongo
hari, 7 (tujuh) hari, 40 (empat puluh) hari,
agama di kerajaan Demak dan awal
hingga
pasca
kerajaan Mataram. Tarekat yang dari
kematian, adalah upaya para da’i dalam
asalnya di Timur Tengah, memiliki tradisi
1000
(seribu)
hari
﴾ 61 ﴿
yang
dan
itu
mengambil suku kata terakhirnya saja,
dengan
tradisi
baik
menjadi
penghulu
Khanqah, Ribath, dan Zawiyah sebagai
Paterongan oleh K.H. Romli, seorang
pusat-pusat
Musrsyid
pendidikan
tasawuf,
di
Toriqah,
dan
tidak
kalah
Indonesia dikembangkan dalam bentuk
pentingnya adalah apa yang dilakukan
pesantren-pesantren yang merupakan
oleh Syech Yusuf al-Makassari baik di
Banten
perpaduan dari pola pendidikan Hindu-
di
Afrika
Selatan.
Semua itu merupakan kreatifitas dakwah
Budha dengan tradisi tasawuf (Joko Tri
yang patut dibanggakan (H.A. Khotimi
Haryanto, 2014: 281).
Kreatifitas
maupun
para
da’i
Bahri, dalam: http://www.muslimoderat.
dalam
com
menyampaikan risalah-Nya, benar-benar
/2015/12/dakwah-santun-ala-sufi-
mengenal-islam.html#ixzz4NsBAyvZv.
menyentuh sanubari masyarakat, ketika
Apa yang dilakukan oleh para
sampai pada persoalan seni. Wayang
wali, tokoh-tokoh tarekat di masa lalu,
adalah salah satunya. Para da’i, seperti
semuanya merupakan kegiatan dakwah.
Sunan Sunan Kalijaga, dikenal sebagai
Dakwah yang mereka lakukan terbukti
da’i yang banyak berdakwah melalui seni
berhasil
wayang (Hery D. Kurniawan, 2003: 26).
sehingga umat Islam kian hari-kian
ini, era yang dikenal sebagai era digital.
pelak lagi, apa yang dilakukan oleh para
dakwah yang mengedepankan hakikat
da’i ketika itu, merupakan terobosan
dan makrifat.
dakwah yang luar biasa, meski dalam
akan
Hakikat berasal dari bahasa arab
sangat
yang
bertentangan. Namun, itulah kreatifitas
yang
patut
untuk
lagi
dijadikan sebagai
jika
dilihat
tentang
dari
2008:
tersirat
Juga perlawanan
rahasia-rahasia
ketuhanan
107).
Hakikat
juga
berarti
dan tersurat dalam
syari’at,
sebagai tugas menjalankan Firman Allah
Singaparna di bawah pimpinan K.H.
Perlawanan
atau
menyelami dan mendalami apa yang
Cilegon Banten yang dimotori pengamal
Musthafa.
“Haq”
dengan mata hatinya (M. Toriquddin,
penjajah. Peperangan yang terjadi di
Zarnal
arti
Hakikat merupakan penyaksian manusia
pergerakan para sufi dalam melawan
Tariqoh Qadiriyah.
mempunyai
kebenaran (Moch. Siddiq, 2001: 7).
contoh para da’i di masa kini.
Belum
masyarakat,
yang diharapkan terjadi di era sekarang
merupakan patung yang dimainkan. Tak
syari’at,
hati
bertambah. Dakwah yang seperti inilah
Wayang, dalam kacamata orang awam
perspektif
memikat
(Toriquddin, 2008: 99).
di
﴾ 62 ﴿
Mengedepankan
bermakna
bahwa
menekankan
hakikat
Mengedepankan makrifat berarti
sufi
lebih
mengedepankan hati sanubari dalam
kebenaran
yang
mengungkap
para
pada
dan
mewujudkan
muncul dari mata hati, sebagai upaya
kebenaran
untuk mendalami apa yang tersirat dan
mengutamakan
tersurat dalam syari’at, sebagai langkah
perasaan, pengalaman, amal dan ibadah
dalam
menjalankan
difirmankan
oleh
Allah
dakwah.
apa
yang
dalam
SWT.
Itulah
mengutamakan
Para
ilmu
berdakwah.
sufi
pengetahuan,
Mereka
tidak
hukum-hukum
yang
sebabnya, para sufi membagi hal-hal
mengikat
yang baru dalam agama menjadi dua,
menyentuh hati masyarakat agar mereka
yakni bid’ah hasanah (bid’ah yang baik)
memahami makna terdalam dari Islam,
dan bid’ah sayyi’ah (bis’ah yang buruk).
Iman dan Ihsan. Karenanya, dakwah
Sementara
makrifat
secara
sufistik
terlebih
lebih
dahulu,
bisa
melainkan
diterima
oleh
bahasa Ma’rifat berasal dari kata arafa,
masyarakat, baik awam maupun kaum
ya’rifu, irfan, ma’rifatan, yang artinya
intelektual.
pengetahuan atau pengalaman. Ma’rifah
adalah pengetahuan yang
obyeknya
3. Era Digital
bukan pada hal-hal yang bersifat zahir,
Secara
tetapi lebih mendalam terhadap batinnya
Ma’rifat
diartikan
di mana segala sesuatunya disandarkan
pada semua yang bersifat “digit”, deret
hati sanubari. Pengetahuan itu demikian
angka.
lengkap dan jelas, sehingga jiwanya
ini
berawal
dari
berperan sebagai simbol pembuatan
itu, yaitu Tuhan (Abudin Nata, 2012:
Hamka,
Era
ditemukannya sifat angka yang mampu
merasa satu dengan yang diketahuinya
Menurut
digital
dan “digital”. Era digital adalah suatu era
sebagai
pengetahuan mengenai Tuhan melalui
219-220).
era
berasal dari dua buah kata, yaitu “era”
dengan mengetahui rahasianya. Dalam
tasawuf,
bahasa,
alat-alat canggih, pasca modernisasi
ma’rifat
besar-besaran
adalah kumpulan dari ilmu pengetahuan,
belahan
perasaan, pengalaman, amal dan ibadah
dunia,
terjadi
di
terutama
berbagai
di
Barat.
Mereka menggunakan simbol angka Nol
(Moch. Siddiq, 2001: 11).
(0) dan Satu (1), untuk menyebutkan
﴾ 63 ﴿
kerja “Off” dan “On”, pada perangkat
berapa saja dari sepuluh angka, yaitu
yang diciptakan. Ini merupakan prinsip
dari angka 0 sampai angka 9); dapat
kerja
“Mematikan”
“Menghidupkan”
yang
yang
satu,
juga dimaknai sebagai kata sifat yang
lain
secara
berarti showing amounts by means of
bergantian. Semakin cepat sistem ini
numbers
bekerja, maka semakin canggih alat
jumlah bilangan tertentu); of fingers,
yang dihasilkan. Mereka menyebutnya
thumb or toe (atau yang dinisbatkan
dengan istilah “Bit” (Binary Digit). Dalam
pada jari-jari tangan, jempol atau jari-jari
Wikipedia
kaki) ((As. Horby, 1995: 323).
berbahasa
Indonesia,
dijelaskan bahwa istilah “Digital” berasal
dari
bahasa
artinya
Yunani,
jari-jemari.
(yang
dinisbatkan
kepada
Melalui prinsip digital, berbagai
“Digitus”
yang
alat super canggih terus berkembang di
Jumlahnya
yang
masyarakat, seperti kamera, televisi,
Hitungan
komputer, telepon genggam, dan lain
normal ada 10 (sepuluh).
angka sepuluh terdiri dari dua radix,
sebagainya.
Inovasi-inovasi
yaitu 1 dan 0. Bilangan ini disebut
cepat terjadi, semakin hari semakin
sebagai bilangan biner (1 dan 0). ( Lihat:
canggih
Wikipedia berbahasa Indonesia, dalam:
Sehingga
https://id.wikipedia.org/wiki/Digital.
menjadi sangat vital. Tanpa kehadiran
diakses pada Kamis, 25 Februari 2016).
perangkat
perangkat
tanpa
demikian
yang
tercipta.
disadari,
perannya
tersebut,
manusia
seolah
Dalam kamus Oxford Advanced
lumpuh, buta dan tuli. Bayangkan, sehari
Learner’s Dictionary, ditemukan kata
saja tanpa telepon genggam, bagaikan
“era” yang dimaknai sebagai a period in
manusia yang tersesat di tengah hutan
history starting from a particular time or
yang lebat, tanpa tahu jalan keluar!
event or having particular characteristic
Secara istilah Era digital dimaknai
(suatu periode/masa dalam sejarah yang
sebagai suatu masa di mana sebagian
dimulai
atau
besar masyarakat menggunakan sistem
memiliki
digital dalam kehidupan sehari-harinya
karakter/sifat tertentu) (A S. Hornby,
(Irwansyah, “Masa Digital di Indonesia”,
1995: 389). Sedangkan kata “digital”
dalam:
berasal dari kata “digit”, yang artinya any
Baru:
of the ten numbers from 0 to 9 (angka
course/15-komunikasi-teknologi-dan-
kejadian
pada
waktu
tertentu
tertentu
atau
﴾ 64 ﴿
Institut
Komunikasi
Indoesia
http://komunikasi.us/index.php/
masyarakat/2135-masa-digital-di-
yang perlu dipahami oleh umat Islam,
indonesia. Diakses pada Kamis, 25
adalah
Februari 2016.).
dasarnya justru berasal dari umat Islam
Alat-alat
yang
menggunakan
bahwa
konsep
digital
pada
itu sendiri, yaitu: Laa ilaaha illa Allah.
sistem digital, mengisi setiap relung
4. Metode Dakwah Sufistik
kehidupan umat manusia di dunia, tanpa
terkecuali.
Perangkat
sistem
digital
Menurut teori A.H. Johns, para
membentuk dunia tersendiri, yaitu dunia
da’i yang menyebarkan agama Islam di
digital. Dunia digital adalah dunia yang
Nusantara adalah para sufi. Mereka
sangat besar, rumit, dan eksplosif. Dunia
berhasil melakukan penyiaran Islam dan
ini berisi keajaiban dan kengerian, serta
mengislamkan sejumlah besar penduduk
segala sesuatu di antaranya (Admin,
Nusantara
“Pemimpin Kristen dalam Era Digital”,
Keberhasilan itu didukung oleh faktor
dalam: http://lead.sabda.org /pemimpin
kemampuan
kristen_dalam_era_digital. Diakses pada
menyajikan
Kamis, 25 Februari 2016).
(Azyumardi Azra, 1998: 24). Selain itu,
Saat ini kita telah berada di dunia
abad
modern,
abad
kaum
Islam
ke-13.
sufi
dalam
secara
atraktif
metode yang digunakan sesuai dengan
digital, dunia yang merupakan puncak
keberhasilan
sejak
tuntutan masyarakat pada saat itu.
yang
Metode
dakwah
dimaknai
bertolak dari paham nihilisme. Paham
sebagai
yang menganggap pada Tuhan telah
mempelajari
mati,
dari
dakwah, demi mencapai tujuan dakwah
memasung
yang efektif dan efesien, atau cara
tiada.
Paham
dominasi
gereja
kreatifitas
umatnya,
titik
balik
yang
menjadi
ilmu
pengetahuan
cara-cara
yang
melakukan
keluar
mencapai tujuan dakwah (Jalaluddin
sebagai manusia bebas nilai, namun
Rakhmad, 1999: 160). Para Sufi dalam
mampu
dakwahnya,
melahirkan
kemudahan
bagi
umat
kemudahan-kemudahan
dengan
munculnya
kemudahanmanusia.
itu
alat-alat
selalu
menekankan
pengetahun dan akhlak mulia.
ditandai
utama
canggih
menyempurnakan
seorang
da'i
akhlak
Misi
adalah
mad'u-nya.
yang sangat membantu bagi aktiftas
Pola
manusia di muka bumi.
sufistik lebih menekankan pada tarbiyah
Akan tetapi
﴾ 65 ﴿
yang
dibangun
pada
dakwah
dan ta'lim (pendidikan dan pengajaran)
a) Da’i (Muhtasib). Seorang da’i adalah
dengan
komunikator, sebagai penyampai pesan
materi
dan
pelatihan
yang
berjenjang secara berkesinambungan.
dakwah.
Tujuan dakwah sufistik bukan sekedar
(secara umum) dalam melaksanakan
orang yang sanggup; 2) Islam, karena ia
kehidupan. Oleh karena itu metode
adalah
holistik
da’i
berikut: 1) Orang mukallaf muslim dan
pada implementasi dalam segala lini
sufistik
seorang
tugasnya memiliki syarat-syarat sebagai
menyampaikan risalah, namun sampai
dakwah
Karenanya,
membela Islam; 3) Adil, seorang da’i
dan
harus bisa bersikap adil terutama dalam
eksklusif (Siti Zainab, 2008: 21).
menyelesaikan suatu perselisihan; 4)
Holistik, artinya dakwah sufistik
Beriman; 4) Shaleh; 5) Mengetahui
bersifat menyeluruh, mencapai semua
tempat-tempat dakwah, batas-batasnya,
aspek kehidupan, baik dunia maupun
jalan-jalannya,
akhirat.
dari
penghalangnya agar ia dapat membatasi
(Mursyid)
padanya, sesuai dengan batas agama;
datang.
6) Menjauhi diri dari dosa-dosa; dan, 7)
Hal
perhatian
ini
dapat
seorang
kepada
murid-nya
Umumnya
para
dilihat
syeikh
ketika
Mursyid
kasih
dalam:
Murid. Pada tarekat tertentu, seorang
mengajari
sayang
serta
sabar
dalam
menjalankan dakwahnya (Miftahul Munif,
lain sebagainya yang terkait dengan si
akan
penghalang-
Memiliki budi pekerti, lemah lembut dan
akan
mempertanyakan keluarga, usaha dan
Mursyid
dan
http://www.nusudan.com/2012/
02/konsep-dakwah-sufi-relevansinya-
bagaimana
diera.html).
berdagang, bertani dan seterusnya, yang
Para sufi terkenal sangat kreatif
sesuai dengan tuntunan syari’at dan
dalam
tarekat. Kemudian, dikatakan eksklusif
karena
karena dakwah bersifat tertutup. Ada
berpahaman bahwasanya tidak semua
syarat
salah
yang baru itu merupakan bid’ah atau hal
Setelah
yang dilarang oleh agama, tetapi mereka
yang
harus
dipenuhi,
satunya
adalah
bai’at.
seseorang
berbai’at kepada Mursyid
kebanyakan
para
dakwah
sufi
lebih membagi bid’ah menjadi dua:
bid’ah
tertentu, barulah ajaran dan perhaian itu
hasanah
dikatakan
diberikan.
Imam
menggunakan media
sunah
atau
hasah
lebih
layak
dan
bid’ah
dhalalah. Ada beberapa media atau
Al-Ghazali
melibatkan
sarana yang digunakan para sufi dalam
beberapa unsur-unsur dakwah, meliputi:
﴾ 66 ﴿
berdakwah
diantaranya
adalah:
Sadar atau tidak, bagaimana pun
Halaqatul zikir (majlis zikir), Khalwah-
juga saat ini kita sudah berada di dunia
khalwah
digital. Generasi kita hari ini adalah
Al-qur’an,
Masjid,
Zawiyah
sufiyah, Tulisan, dan di era sekarang ini,
para sufi telah mulai menggunakan
Media internet. Sekarang banyak kita
generasi
digital.
bersama
perangkat
Kehidupan
temukan situs-situs sufi dari berbagai
Mereka
tumbuh
teknologi
sehari-hari
digital.
mereka
lekat
dengan internet serta teknologi informasi
Negara, contoh kecil di Indonesia ada
lainnya. Mereka aktif berkomunikasi dan
situs www.sufinews.com. (Miftahul Munif,
dalam: http://www.nusudan. com/2012/
berinteraksi melalui media sosial dan
02/konsep-dakwah-sufi-relevansinya-
memanfaatkan fasilitas yang tersedia di
diera.html).
sana (Admin, “Peran Orang Tua di Era
Digital”, dalam:
Kreatifitas para sufi memang
http://www.dakwatuna.
tidak diragukan lagi dalam berdakwah.
com/2014/10/27/58969/peran-orang-tua-
Itulah sebabnya, metode-metode mereka
di-era-digital/ #ixzz41BKP65Iv).
banyak dikembangkan oleh para da’i
Beradasarkan
uraian
di
atas,
nusantara akhir-akhir ini, dan dinilai
dapat kita simpulkan bahwa era digital
sukses di mata masyarakat umum.
dapat dimaknai sebagai suatu masa di
Misalnya
Gymnastiar
mana
lembutnya,
mutlak
dengan
KH.
Abdullah
dakwah
lemah
prinsip-prinsip
dipegang
digital
dan
menjadi
diaplikasikan
Ustadz Arifin Ilham dengan dakwah
dalam semua lini kehidupan. Kemajuan
zikirnya, Ary Ginanjar Agustian dengan
teknologi dan informasi di Era digital,
teori kesuksesannya, dan masih banyak
memang tidak dapat dimungkiri telah
lagi para da’i yang meminjam teori-teori
membawa manfaat yang luar biasa di
dakwah para sufi terdahulu. Dakwah
kalangan umat manusia. Kemudahan
semacam inilah yang belakangan ini
dan
semakin
digantikan
menciptakan
kenyamanan
dengan dakwah yang cenderung radikal.
kesenangan
tersendiri
meredup,
dan
kecepatan
akses
informasi,
dan
dalam
berkomunikasi dan berinteraksi antar
sesama.
5. Dakwah di Era Digital
Namun,
kemajuan
﴾ 67 ﴿
bagaimana pun juga
teknologi
informasi
telah
banyak membawa kerusakan moral bagi
angka 0 (Nol), Illa Allah (kecuali Allah),
masyarakat
Semuanya
disimbolkan dengan angka 1 (satu). Satu
tergantung pada manusianya itu sendiri
artinya hanya Allah yang berhak kita
(Man Behind the Gun). Bagi orang yang
sembah dan Nol artinya tidak tuhan
pandai dan bijak, kemajuan teknologi
selain Allah (Ridwan Mukri, 2009: 75).
dunia.
informasi akan dijadikan sebagai alat
untuk
hal-hal
sebaliknya
yang
bagi
mereka
positif,
dan
yang
tidak
Lebih
Taufik
lanjut,
Nasution,
cenderung
menurut
Ahmad
manusia
digital
meninggalkan
jati
dirinya
bertanggung jawab, maka kemajuan ini
sebagai ciptaan Tuhan, kemudian berlari
justru akan melahirkan masalah-masalah
mencari
baru yang terkadang menabrak aspek-
bersifat
aspek moralitas yang selama ini dijaga
kapitalisme, liberalisme, dan lain-lain
dan
pasca modernism. Teknologi dijadikan
dihormati
Masalah-masalah
oleh
itu
masyarakat.
antara
tuhan-tuhan
artificial,
lainnya
seperti
yang
cyberpace,
lain:
sebagai tujuan (ends), bukan sebagai
Pornografi, perjudian, prostitusi online,
alat, sehingga manusia menuhankan
sikap ingin serba instan dari anak-anak,
dirinya, karena merasa hebat (Ahmad
dan autisme sosial akibat terlalu asyik
Taufik Nasution, 2009: 203).
bermain game dan lain-lain. Hal ini tentu
saja
menjadi
bagian
dari
Era memang sudah berubah, dari
ancaman
era keterbelakangan akibat penjajahan
moralitas yang sangat berbahaya bagi
fisik menjadi era penjajahan psikis.
generasi muda (Uswadin, 2013).
Perang opini di era digital, jauh lebih
Menurut Ary Ginanjar Agustian,
berat jika dibandingkan dengan perang
sebagaimana dikutip oleh Ahmad Taufik
angkat senjata di masa silam. Perang
Nasution,
opini
“Jika
manusia
tidak
membutuhkan
strategi
dan
mengikutinya dengan prinsip bilangan
kemampuan intelektual, serta keahlian
biner, maka manusia akan menjadi
digital. Masyarakat digital hanya percaya
budak
tersebut”
pada fakta yang didukung oleh data-
(Ahmad Taufik Nasution, 2009: 200).
data, dan argumentasi rasional. Di sisi
Prinsip bilangan biner yang dimaksud
lain, figur percontohan para ulama juga
adalah prinsip Laa Ilaaha Illa Allah. Laa
dipertaruhkan.
dari
peranti
digital
Ilaaha (tidak ada Tuhan) merupakan
﴾ 68 ﴿
Dakwah di era digital diakui
disebut ‘bulan-bulanan’ umat lainnya), di
sangat membuka peluang yang lebih
mata masyarakat internasional. Citranya
efektif. Sebagaimana dilansir oleh laman
sangat ditentukan oleh opini masyarakat
ChanelMuslim.com, bahwa data yang
non-muslim (Didin Hafiduddin, 1998: 86).
dihimpun
berdasarkan
survei
Oleh karena itu, dibutuhkan upaya serius
indikator
Teknologi
dan
dalam menggarap aksi dakwah yang
Komunikasi (TIK) yang dirilis Badan
dapat mengangkat harkat dan martabat
Litbang Kominfo RI (2015), menunjukkan
umat Islam itu sendiri di mata dunia.
bahwa
Namun
keluarga
hasil
Informasi
pengakses
TIK
di
persoalan
yang
sangat
Indonesia tergolong tinggi. Akses rumah
mendasar dewasa ini adalah bahwa citra
tangga Indonesia tertinggi adalah akses
umat Islam telah dikotori oleh orang-
terhadap televisi sebanyak 86,7 persen,
orang
disusul pengakses melalui handphone
namakan
sebanyak 84,3 persen, kemudian radio
menunjukkan ciri khas ajaran Islam,
sebanyak 37,5 persen, dan internet
yang santun dan ramah. Jika sudah
sebesar 35,1 persen. Selain peluang,
demikian, maka satu hal yang harus
tantangan dakwah di era teknologi digital
diingat adalah kembali pada catatan
juga tak kalah beratnya. Sebut saja
sejarah, bahwa Islam masuk ke negeri
pornografi yang tak kalah penetrasinya
ini dengan cara damai. Para ulama
di
menyebarkan
jagat
maya.
Bayangkan,
industri
yang
mengaku-mengatas-
Islam,
akan
ajaran
tetapi
Islam
tidak
dengan
pornografi itu nilainya Rp 400 triliun. Ini
akhlak yang mulia, sehingga masyarakat
tantangan serius yang harus dihadapi
yang telah beragama, pun terkesima dan
oleh
akhirnya memeluk Islam.
para
da’i
dewasa
ini
(https://www.chanelmuslim.com/berita/er
Di era digital seperti sekarang ini,
a-digital-membuka-peluang-dakwah-
dakwah menjadi semakin menantang.
yang-lebih-efektif/32797/).
Kecepatan
Saat
ini
umat
Islam
arus
teknologi
informasi,
tengah
akan sangat membantu umat Islam
menghadapi suatu kenyataan bahwa ia
dalam menyampai risalah kebenaran
berada pada keterbelakangan peran
dan ketuhanan. Itulah sebabnya, mulai
dalam percaturan dunia. Umat Islam
banyak
media-media
senantiasa menjadi objek (jika tidak ingin
dengan
orientasi
﴾ 69 ﴿
yang
muncul
dakwah.
Dengan
semakin
mudahnya
izin
untuk
menggunakan media sebagai sarana
mendirikan penerbitan setelah 1998,
untuk
semakin banyak majalah islami yang
karakteristiknya, maka masyarakat digital
muncul
memiliki ciri sebagai berikut:
ke
membidik
permukaan.
perempuan
Ada
dan
yang
berdakwah.
Jika
dilihat
dari
remaja,
seperti majalah Nikah, Noor, Karima, El-
a. Mengutamakan Data dan Fakta
Fata, Puteri, Muslimah, Permata, dan
Barangkali ini bertolak belakang
lain sebagainya. Dakwah kontemporer
dengan masyarakat masa lalu, di mana
mengambil
mereka lebih menyukai hal-hal yang
bentuk
pendirian
pergerakan
organisasi,
pemanfaatan
elektronik
media
seperti
dan
kemudian
cetak
bersifat
maupun
penerbitan
mistik,
seperti
kemampuan
linuih, kanuragan, dan daya magic.
buku,
Masyarakat
di
era
digital
lebih
majalah, surat kabar, pembuatan film
mempercaya data dan fakta melalui
dan dakwah melalui tv serta radio, dan
bukti-bukti
internet.
dan
misalnya, seorang anak yang harus
pengenalan tokoh-tokoh juru dakwah
putus sekolah karena harus bekerja
lebih menyebar dan mendunia. Setiap
mencari nafkah untuk memelihara orang
tokoh memiliki web site sendiri, seperti
tuanya yang sedang sakit dan beberapa
Yusuf Qordlowi, Abdullah Bin Baz, dan
adiknya. Pada awalnya tidak banyak
masih banyak tokoh lainnya. Layanan
orang yang peduli dengan keadaannya,
perpustakaan on line dan buku-buku
namun ketika ia muncul di layar televisi,
keislaman yang bersifat digital, bisa
dengan tayangan yang dibuat dramatis,
diunduh oleh siapa saja dan kapan saja
masyarakat
semakin mempermudah bagi mereka
membantunya. Atau sebuah foto kondisi
yang
seorang
Penyebaran
ingin
dakwah
mempelajari
Islam.
nyata.
Contoh
kasus
berduyun-duyun
yang
mengenaskan
akibat
Penggunaan jejaring sosial oleh individu
penganiayaan yang dipajang di media
juga
untuk
sosial, awalnya tidak banyak yang mau
Tata
membantunya. Namun setelah diposting,
sering
membagi
dijadikan
media
pengetahuannya
(M.
Taufik, 2013: 52-53).
tidak
Oleh karena itu, para da’i di era
digital
harus
benar
sedikit
orang
yang
berusaha
membantunya. Pendek kata, asalkan
mampu
fakta
﴾ 70 ﴿
dan
datanya
lengkap,
maka
masyarakat akan bereaksi dengan cepat
data yang dicari. Mereka cenderung
menyelesaikan masalah umat, bahkan
mencari instant di internet, yang lebih
secara masif.
banyak menyediakan informasi gratis.
Kelemahan umat Islam sampai
Fenomena yang akhir-akhir ini
saat ini adalah masalah data. Faktanya
banyak dibicarakan, misalnya Aa Gatot,
ada, tapi tidak didukung oleh data yang
Dimas Kanjeng, dan Investasi Bodong,
akurat. Sampai sejauh ini, belum ada
merupakan
sebuah masjid pun yang memiliki data
digital
jama’ahnya. Bagaimana mungkin dapat
sesuatu yang instan. Ingin cepat kaya,
menjalankan dakwah dan memenejnya
ingin cepat mencapai tujuan, dengan
dengan baik, jika data saja tidak punya?
tanpa harus bersusah payah. Celakanya,
Di dunia digital, data berupa angka-
mereka
angka adalah mutlak diberikan, jika ingin
penelusuran media, harus diakui bahwa
partisipasi
terwujud.
banyaknya pengikut Dimas Kanjeng dan
Transparansi pengelolaan dana umat,
Aa Gatot karena kegiatannya pernah di-
data akurat hasil penelitian/survey, lebih
upload
diutamakan dari pada hanya sekedar
dengan
berbicara di atas mimbar.
menjaring nasabahnya umumnya dari
masyarakat
bukti
bahwa
memang
sering
ke
masyarakat
sangat
kali
tertipu.
Youtube.
investasi
menyukai
Dalam
Demikian
juga
bodong,
cara
media sosial Facebook. Media-media ini
tentu saja merupakan media digital yang
b. Menyukai yang instant
Masyarakat
digital
canggih.
lebih
Oleh karena itu, seorang da’i
mengutamakan efektifitas waktu, biaya
dan tenaga. Untuk mengetahui sesuatu,
dituntut
mereka
membuka
informasi yang cukup melalui media
internet. Ada kesulitan menyelesaikan
digital. Tulis-menulis, bermain peran,
masalah kehidupan, tinggal bertanya
dan mengemas dakwah menjadi lebih
pada google, atau web lainnya yang
menyenangkan
menyediakan
dicari.
tersedia, adalah tugas berat bagi para
Mereka tidak lagi betah berada di
da’i untuk segera diwujudkan lebih baik
perpustakaan dengan buku-buku yang
lagi.
cukup
dengan
informasi
yang
tebal, yang terkadang tidak ditemukan
﴾ 71 ﴿
untuk
dapat
melalui
memberikan
media
yang
c. Logis dan empris.
Sebagai
Islam di media massa, akibat perang
salah
satu
ciri
opini antara umat Islam dengan umat
masyarakat digital, logis adalah tuntutan
lainnya
yang pasti di masyarakat. Ada fakta dan
lainnya.
data, tapi harus tetap masuk akal.
tanggapan yang keras dari pihak-pihak
Masyarakat digital menguji fakta dan
tertentu
data
empirisme
menjadikan semakin buruknya wajah
(pengalaman yang dapat diulang dengan
Islam dewasa ini. Di sinilah pentingnya
hasil
kembali ke dakwah sufistik. Para da’i
dengan
yang
kemudian,
logika
sama).
adalah
dan
Persoalannya
bahwa
dan
golongan
Reaksi
satu
dengan
berlebihan
dengan
yang
memprovokasi,
persoalan
hendaknya segera menyusun strategi
agama adalah pengalaman individual
dakwah yang santun dan mengena di
yang setiap orang yang menjalani pasti
masyarakat.
akan berbeda. Pada dataran ini, yang
terpenting adalah fakta dan datanya ada
C. Kesimpulan
benang merah kea rah logis dan empiris.
Melihat kondisi umat Islam yang
Seperti halnya pada penelitian yang
banyak terpojokkan, akibat penggunaan
marak dilakukan di Perguruan Tinggi
Keagamaan
Islam
(PTKI),
media digital yang salah, maka para da’i
misalnya:
sudah seharusnya mulai melirik salah
Shalat tahajud dapat menyembuhkan
satu
kanker (Prof. M. Soleh dari UIN Sunan
(M.
Amin
Syukur
dari
korespondensi
UIN
sama.
Walisongo), dan Membaca Al-Qur’an
dapat
mendetoksifikasi
pernah
melalui
Kemampuan
media
yang
menggunakan
para da’i masa kini. Kendatipun sudah
cukup
Jawa Tengah), dan lain sebagainya.
banyak
para
da’i
yang
memanfaatkan media digital sebagai
Kelihatannya memang tidak masuk akal,
media dakwah, namun masih kalah
akan tetapi dalam uji empiris, apa yang
dengan musuh islam di luar sana. Hal ini
disampai menjadi kenyataan.
yang
yang
media digital menjadi mutlak dimiliki oleh
penyakit
(Mustamir Pedak dari Masjid Agung
Permasalahan
dakwah
diterapkan oleh Rasulullah SAW, yaitu
Ampel), Dzikir dapat menyembuhkan
kanker
media
masih ditambah dengan aksi dakwah
saat
ini
media digital dari orang-orang yang
sangat mendesak adalah buruknya citra
﴾ 72 ﴿
beraliran keras, yang tidak memberikan
pengayoman
memperkeruh
dakwah
bagi
umat,
suasana.
melalui
media
tapi
Nasution, Ahmad Taufik. Melejitkan SQ
dengan Prinsip 99 Asmaul
Husna: Merengkuh Puncak
Kebahagiaan dan Kesuksesan
Hidup (Jakarta: Gramedia
Pustaka Utama, 2009).
Rahmad, Jalaluddin. Islam Alernatif
(Mizan: Bandung, 1999).
Rofi, Sofyan. Sejarah Pendidikan Islam
di
Indonesia
(Yogyakarta:
Deepublish, 2016).
Sasono, Adi., Hafidhuddin, Didin., dan
Saefuddin, A.M. Solusi Islam atas
Problematika Umat: Ekonomi,
Pendidikan dan Dakwah (Jakarta:
Gema Insani Press, 1998).
Shihab, Alwi. Islam Sufistik: Islam
Pertama
dan
Pengaruhnya
Hingga
Kini
di
Indonesia
(Bandung: Mizan, 2001).
Siddiq, Moch. Ajaran Tarekat dan
Tasawuf (Surabaya: Putra
Pelajar, 2001).
Sihbudi, M. Riza. Menyandera Timur
Tengah: Kebijakan AS dan Israel
atas
Negara-negara
Muslim
(Bandung: Mizan, 2007).
Taufik, M. Tata. Dakwah di Era Digital:
Seri Komunikasi Islam (Kuningan:
Pustaka Al-Ikhlas, 2013).
Toriquddin, M. Sekularitas Tasawuf,
(Malang: UIN Malang Press,
2008).
Umarie, Barmawie. Systematika Tasawuf
(Solo: Siti Syamsiyah, 1966).
Uswadin, “Ancaman Moralitas di Era
Digital”, Jakarta: Republika, 28
April 2013.
http://komunikasi.us.
http://lead.sabda.org.
http://www.dakwatuna.com.
http://www.dakwatuna.com.
http://www.eurekapendidikan.com.
http://www.muslimoderat.com.
jutru
Karenanya,
digital
yang
sufistik, menjadi sangat urgent untuk
segera
yang
dikembangkan
santun,
kreatif
lagi.
Dakwah
dan
attraktif,
senantiasa ditunggu oleh umat yang
haus akan spiritualitas.
D. Daftar Pustaka
Ahmad, Athoullah. Diktat Ilmu Akhlak
dan Ilmu Tasawuf (Serang:
Fakultas Syari’ah IAIN Sunan
Gunung Djati, 1985).
Azra, Azyumardi. Jaringan Ulama Timur
Tengah dan Kepulauan
NusantaraAbad XVII-XVIII
(Bandung: Mizan, 1998).
Ghalab, Muhammad. Al-Tashawuf Al
Muqarin ( Mesir: Maktabah AnNahdhah, t.t.).
Hafidhuddin, Didin. Dakwah Aktual
(Jakarta: Gema Insani Press,
1998).
Haryanto, Joko Tri. “Perkembangan
Dakwah
Sufistik
Perspektif
Tasawuf Kontemporer”, Jurnal
Addin, Vol.8, No.2, Tahun 2014.
Hornby, A. S. Oxford Advanced
Learner’s Dictionary of Current
English
(Oxford:
Oxford
University Press, 1995).
Kurniawan, Hery D. “Sejarah Emas
Muslim Indonesia”, Majalah
Sabili, No. 9, Th. X 2003.
Mukri, Ridwan. ESQ Kurma: Kisah Untuk
Remaja (Bandung: Dar Mizan,
2009).
﴾ 73 ﴿
http://www.nusudan.com.
https://id.wikipedia.org .
https://www.chanelmuslim.com.
www.sufinews.com.
﴾ 74 ﴿
Download