1 BAB I PENGANTAR 1.1 Latar Belakang Masalah Era reformasi membawa banyak perubahan pada hampir segala bidang di Republik Indonesia. Suasana keterbukaan pasca pemerintahan Orde Baru menyebabkan arus informasi dari segala penjuru dunia niscaya tidak dapat terbendung, dan ada kecenderungan kekuasaan negara melemah didesak oleh kekuasaan ekonomi. Bisnis pendidikan mulai dirasakan cenderung bertujuan memperoleh dana daripada demokratisasi pendidikan sehingga pendidikan semakin elitis. Pasca reformasi tahun 1998 juga membawa perubahan pada organisasi Tentara Nasional Indonesia. TNI melakukan beberapa perubahan dan penataan ulang di bidang doktrin dan organisasi. TNI kembali kepada jati diri sebagai Tentara Nasional, Tentara Pejuang, dan Tentara profesional sebagaimana diamanatkan dalam Undang-undang Nomor 3 tahun 2002 tentang pertahanan negara dan Undang-undang nomor 34 Tahun 2004 tentang TNI. Tentara yang profesional menjadi tuntutan untuk terus ditingkatkan pada masa sekarang agar dapat melaksanakan tugas pokok secara optimal. Dalam rangka melaksanakan tugas pokok sebagaimana diamanatkan oleh perundang-undangan. TNI AD menjabarkan kedalam lima fungsi yaitu fungsi utama, fungsi organik militer, fungsi organik pembinaan, fungsi teknis militer umum dan fungsi khusus. Pada fungsi organik pembinaan ada tiga hal penting yaitu doktrin, pendidikan dan 2 latihan. Untuk itu diperlukan sebuah strategi dalam upaya menata sistem pendidikan, dimana nilai-nilai budaya dan kepribadian bangsa dapat terwadahi di dalamnya. Pendidikan merupakan pilar dalam menyiapkan sumber daya manusia yang mempunyai peran dan fungsi sangat menentukan dalam membentuk dan mengembangkan kualitas sumber daya manusia prajurit agar memiliki kriteria professional (Syarifudin Tippe, 2007 : 7). Kemampuan personel yang mengawaki organisasi TNI AD sangat ditentukan oleh kualitas keluaran hasil didik dari setiap lembaga pendidikan militer yang ada di jajaran TNI AD di antaranya Akademi Militer. Keberadaan lembaga pendidikan militer baik pada tingkat Badan Pelaksana Pusat maupun pada tingkat Komando Utama memiliki peran penting dalam mempersiapkan sumber daya manusia prajurit yang profesional di bidang pertahanan. Akademi Militer sebagai lembaga pendidikan pembentukan prajurit perwira pertama tingkat akademik memiliki peran penting dan strategis dalam penyiapan sumber daya manusia prajurit perwira TNI AD di masa mendatang. Sebagai lembaga pendidikan yang mendidik Taruna untuk dipersiapkan menjadi kader atau calon pemimpin TNI AD di masa depan, lembaga Akademi Militer selalu mengikuti perubahan dan dinamika sesuai kebutuhan serta perkembangan dunia pendidikan. Perwujudannya terimplementasikan melalui upaya pembinaan prajurit secara terpadu, berkelanjutan (sustainable) dan konsisten dengan jaminan keseimbangan pembekalan kemampuan, ketrampilan maupun pengalaman melalui pendidikan, pelatihan dan penugasan di lapangan 3 Sebelumnya waktu pendidikan yang digunakan Akademi Militer selama 3 tahun 4 bulan, dapat dikatakan bahwa 4 bulan merupakan pendidikan pertama (Dikma) ditambah 3 tahun untuk kuliah ilmu pengetahuan dan ketrampilan militer. Dalam pelaksanaannya kedua kegiatan tersebut dilakukan secara simultan. Lulusan Akademi Militer adalah seorang perwira berpangkat Letnan Dua (Letda) dengan tambahan pengetahuan lebih kurang 120-an Satuan Kredit Semester (SKS). Menyadari pentingnya kedalaman suatu disiplin ilmu dalam upaya peningkatan profesionalitas dan pentingnya nilai kesarjanaan dalam membangun rasa percaya diri ketika berinteraksi dalam kehidupan bermasyarakat, serta masih tingginya nilai kesarjanaan di mata masyarakat, maka tidak sedikit Perwira Lulusan Akademi Militer meneruskan kuliah untuk memperdalam ilmu tertentu sesuai bidang tugas masing-masing dan hanya memakan waktu 1-2 tahun semasa dinas. Hal ini disebabkan perwira lulusan Akademi Militer tinggal mengambil mata kuliah yang belum diperoleh pada waktu mereka berada di Akademi Militer untuk Taruna Matra Darat. Melihat perubahan konsep di atas, maka sistem pendidikan di Akademi Militer tidak saja bertanggung jawab dalam membentuk pengetahuan dan ketrampilan kemiliteran saja, tetapi juga diharapkan mampu mengubah budaya organisasi dan membentuk nilai-nilai baru yang lebih sesuai (compatible) dengan tatanan nilai masyarakat yang baru. Untuk keperluan tersebut tentu dibutuhkan sistem pengakuan atas pencapaian tingkat kompetensi yang dicapai dalam pendidikan militer yang dapat diterima di dunia pendidikan sipil. Secara formal hal ini dapat dilakukan dengan memberikan sertifikasi atau pemberian gelar atas 4 pencapaian kompetensi profesional atau akademik yang dicapai menurut sistem pendidikan nasional. Melalui pemahaman konsep perubahan sosial dan konsep pendidikan diperoleh gambaran bahwa pendidikan terdiri dari berbagai komponen, di Akademi Militer komponen tersebut terdiri dari Kurikulum, Paket Instruksi, Tenaga Pendidik, Tenaga Kependidikan, Peserta Didik, Alins/Alongins, Metoda Belajar, Evaluasi, Fasilitas Pendidikan dan Anggaran atau yang sering disebut dengan sepuluh komponen pendidikan. Efektifitas penerapan unsur dalam pendidikan sangat bergantung pada 3 faktor yaitu, (1) kemauan politik (political will) pemegang otoritas pendidikan, (2) komitmen yang jelas dari pembina pendidikan, dan (3) pemahaman yang komprehensif serta kemauan untuk merubah kerangka berpikir dan kerangka pendidikan yang sesuai dengan konsep kebijakan. Mengingat upaya penerapan sistem pendidikan secara efektif belum optimal dan menyeluruh, dimana indikasinya dapat dilihat dari sejauh mana ketiga faktor di atas dapat tercermin dalam konsep pemikiran dan kebijakan para Pembina pendidikan dan perilaku para pelaksana, maka dapat dipastikan konsep itu hanyalah sebuah menara yang letaknya amat tinggi yang hampir mustahil dapat membumi. Berdasarkan Undang-Undang Nomor 34 Tahun 2004 tentang TNI, salah satu jati diri TNI adalah Tentara Profesional. Yaitu tentara yang mahir menggunakan peralatan militer, mahir bergerak dan mahir menggunakan alat tempur serta mampu melaksanakan tugas secara terukur dan memenuhi nilai akuntabilitas. Maka undang-undang tersebut harus dilaksanakan dengan sebaik- 5 baiknya melalui berbagai upaya, salah satunya adalah proses pendidikan untuk menyiapkan prajurit TNI yang profesional. Menanggapi adanya dinamika kehidupan politik, ekonomi, sosial budaya, pertahanan dan keamanan baik dalam bermasyarakat maupun bernegara, Akademi Militer perlu mengadakan perubahan dalam pelaksanaan pendidikan dengan menyesuaikan terhadap perkembangan dan kebutuhan jaman. Sebagai lembaga pendidikan militer, implementasi perubahan yang paling utama terletak pada kurikulum pendidikannya. Seperti diketahui sebelumnya, Akademi Militer bersama dengan Akademi TNI lainnya (Akademi Angkatan Laut dan Akademi Angkatan Udara) melaksanakan pendidikannya dalam kurun waktu 3 tahun 4 bulan untuk kuliah ilmu pengetahuan dan ketrampilan militer, dengan lulusan sebagai seorang perwira berpangkat Letnan Dua yang sederajat dengan lulusan Diploma Tiga (D-3) tanpa gelar. Kurikulum lama, Nomor Skep/375/X/2002 tanggal 24 Oktober 2002 tentang Kurikulum Pendidikan Akademi Militer, memiliki muatan 70 % materi perkuliahan militer dan 30 % materi non militer. Untuk menjawab tantangan perubahan tersebut, maka perlu diadakan perubahan dalam pola pelaksanaan pendidikan dengan merubah kurikulum yang tertuang dalam Nomor Perkasad /8/V/2009 tanggal 19 Mei 2009 tentang Kurikulum Pendidikan Akademi Militer, menjadi pola pendidikan 4 tahun dengan muatan 60 % materi perkuliahan non militer dan 40 % materi militer. Hal ini dikarenakan kurun waktu 4 tahun terbagi untuk pendidikan integratif ketiga Angkatan (AD, AL dan AU) yang merupakan pendidikan pembentukan perwira (Diktuk Pa) ditempuh dalam waktu 1 tahun, sedangkan untuk selanjutnya 6 diserahkan ke masing-masing Angkatan guna pendidikan lanjutan sesuai kebutuhan setiap Angkatan. Dalam kurikulum tahun 2009 ini, lulusan dari Akademi Militer nantinya selain berpangkat Letnan Dua juga memiliki gelar kesarjanaan (S.ST Han), karena pelaksanaan kurikulum baru ini memiliki kualifikasi akademis yang disetarakan dengan strata satu.. Menyikapi adanya perubahan tersebut Akademi Militer seperti gayung bersambut segera melakukan revisi-revisi bahkan melaksanakan perubahan kurikulum pendidikan yang lebih disempurnakan dan senantiasa mengikuti pembaharuan seiring dengan perubahan tuntutan kebutuhan masyarakat dan negara yang begitu cepat. Kurikulum Akmil harus sejalan dengan Visi TNI AD. Visi TNI AD adalah TNI AD yang solid, profesional, tangguh, berwawasan kebangsaan dan melindungi serta dicintai rakyat. Prajurit yang profesional adalah visi yang harus diimplementasikan ke dalam setiap individu sebagai dasar dan bekal untuk mengemban tugas pokok. Kurikulum Akmil searah dengan Tujuan Pendidikan TNI AD. Menurut Buku Petunjuk Induk Pendidikan TNI AD (Skep Kasad Nomor Skep/383/10/2002 tanggal 31 Oktober 2002). Tujuan pendidikan TNI AD adalah membentuk dan membekali peserta didik seutuhnya sebagai insan prajurit pejuang yang profesional mampu melaksanakan tugas yang dibebankan kepadanya dan sadar akan tanggung jawab serta kewajibannya. Sesuai dengan falsafah pendidikan TNI AD adalah Dwi Warna Purwa Cendekia Wusana yang berarti dalam mendidik prajurit harus mengutamakan nilai-nilai kejuangan dengan tidak mengabaikan profesionalisme sesuai bidangnya. 7 Perubahan kurikulum pendidikan tersebut merupakan potensi yang sangat menarik untuk dikaji dalam upaya meningkatkan kualitas SDM prajurit perwira TNI ke depan. Dampak perubahan kurikulum berpengaruh pada hampir semua komponen dan aspek pendidikan secara simultan, namun dalam kajian penelitian ini agar lebih fokus dibatasi pada beberapa aspek komponen pendidikan saja. 1.2 Rumusan Masalah Dari tinjauan latar belakang permasalahan dan uraian di atas, maka persoalan yang menjadi pokok pembahasan dalam penulisan ini terletak pada level sistemik yang memungkinkan terciptanya pemahaman yang bersifat holistik, sehingga persoalan yang muncul dapat dirumuskan sebagai berikut : 1. Bagaimana implikasi dari perubahan kurikulum pada sistem pendidikan Taruna terhadap pencapaian kualitas Taruna Akademi Militer ? 2. Bagaimana implikasi dari perubahan kurikulum pendidikan pada sistem pendidikan Taruna terhadap ketahanan satuan ? Melalui perumusan permasalahan tersebut di atas diharapkan dapat menemukan solusi-solusi dalam pelaksanaan kurikulum baru, sehingga akan memperoleh hasil yang maksimal, dalam hal ini adalah melahirkan perwiraperwira muda yang mampu memenuhi tuntutan perkembangan jaman terutama di era globalisasi seperti sekarang ini. 8 1.3. Tujuan Penelitian Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah : 1. Untuk mengetahui implikasi dari perubahan kurikulum pendidikan pada sistem pendidikan Taruna terhadap pencapaian kualiatas Taruna Akademi Militer. 2. Untuk mengetahui implikasi dari perubahan kurikulum pendidikan pada sistem pendidikan Taruna terhadap ketahanan satuan. 1.4 Manfaat Penelitian Dengan dilaksanakan penelitian ini, peneliti berharap bahwa penelitian ini akan bermanfaat bagi semua pihak, terutama : 1. Manfaat akademis : untuk mengetahui dampak perubahan kurikulum pendidikan pada sistem pendidikan Taruna Akademi Militer terhadap kualitas Taruna terutama penanaman akan nilai-nilai integrasi nasional dan wawasan kebangsaan dalam bingkai katahanan satuan yang bermuara kepada ketahanan nasional. Pengetahuan ini penting secara akademis, karena out put Akademi Militer adalah salah satu komponen utama dalam mempertahankan keutuhan dan kedaulatan NKRI dengan mengimplementasikan integritas kepribadian sebagai Perwira yang berjiwa Saptamarga dan Sumpah Prajurit. 2) Manfaat praktis : untuk memberikan masukan terkait tentang pentingnya perubahan kurikulum kepada Pimpinan dalam rangka memberikan bekal kepada para calon perwira (pemimpin) untuk 9 memelihara Ketahanan Nasional melalui ketahanan satuan yang terintegrasi secara menyeluruh dari berbagai komponen bangsa. 1.5. Keaslian Penelitian Penelitian dengan latar belakang pendidikan militer telah dilakukan oleh beberapa peneliti terdahulu antara lain Mulyanto SP berjudul Studi Banding Antara Akademi Militer Australia Dan Indonesia tahun 2007 yang memberikan kesimpulan bahwa pendidikan dan latihan merupakan sub sistem yang merupakan proses dari sub sistem manajemen sumber daya manusia yang menghasilkan peningkatan pengetahuan dan ketrampilan, untuk itu apabila organisasi militer ingin maju maka sistem pendidikan dan latihan harus selalu diprogramkan secara cermat, diprioritaskan dan penuh rasa tanggungjawab. Agus Sularso (tahun 2007) berjudul Kausalitas Antara Kurikulum Pendidikan Taruna Akmil Dengan Kurikulum Pendidikan Kecabangan Guna mewujudkan Perwira Profesional, yang memberikan kesimpulan bahwa kurikulum pendidikan taruna akmil dan kurikulum dasar kecabangan terdapat hubungan kausalitas diantara asosiasi variable secara kausal dan efektoral. Pengujian penelitian ini adalah analisis jalur (Path Analiysis) memberikan gambaran adanya hubungan yang eksogen antar variabel. Nano Rahmasono (tahun 2009) dengan judul Pengaruh Paket Instruksi Terhadap Peningkatan Kualitas Hasil Didik Taruna Akademi Militer, yang memberikan kesimpulan bahwa terdapat pengaruh antara paket instruksi dengan pencapaian kualitas hasil didik taruna Akmil 2009 dan tidak ada pengaruh yang signifikan antara kemampuan awal taruna dengan pencapaian nilai hasil belajar. 10 Yohanes Joko Dwi Purwanto (tahun 2011), dengan judul Penerapan Metoda Pembelajaraan Kooperatif Guna Peningkatan Kualitas Sumber Daya Taruna yang memberikan kesimpulan dengan menerapkan metode pembelajaran kooperatif dapat meningkatkan kualitas sumber daya manusia dalam hal ini Taruna Akademi Militer dan selanjutnya dapat dijadikan sebagai sarana pemberdayaan sumber daya manusia lainnya serta sebagai sumber motivasi keberanian mengubah segala sesuatu yang doktriner. Persamaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya adalah penelitian mengenai pendidikan militer dan dilakukan di Akademi Militer. Sementara perbedaannya adalah pada penelitian ini lebih pada kajian dampak perubahan kurikulum sementara yang terdahulu adalah kajian pendidikan secara menyeluruh. Selain itu penelitian ini ingin melihat bagaimana pengaruh isi kurikulum pendidikan Akademi Militer dan juga ingin melihat apakah perubahan kurikulum pada sistem pendidikan tersebut bisa berpengaruh terhadap pembentukan perwira yang profesional. Khususnya pada masa era reformasi. Seperti kita ketahui, di masa reformasi ini, TNI dituntut bersikap profesional dan hanya berperan di bidang pertahanan saja. Tabel 1.1 Penelitian terdahulu Peneliti Mulyanto SP Judul Kesimpulan Tahun Studi Banding Antara Akademi Militer Australia Dan Indonesia. Pendidikan dan Latihan merupakan sub sistem dari proses Manajemen Sumber Daya Manusia yang menghasilkan peningkatan 2007 11 pengetahuan dan ketrampilan. Untuk itu apabila organisasi militer di Indonesia ingin maju, sistem pendidikan dan pelatihan harus senantiasa diprogramkan secara lebih cermat, dipriorikan dan penuh rasa tanggung jawab. Agus Sularso Kausalitas antara kurikulum pendidikan Taruna Akmil dengan Kurikulum pendidikan Dasar Kecabangan guna mewujudkan perwira yang profesional. Kurikulum pendidikan Taruna Akmil dan Kurikulum Pendidikan Dasar Kecabangan terdapat kausalitas diantara asosiasi variabel secar kausal dan efektoral. Pengujian analisis jalur (Path Analysis) memberikan gambaran adanya hubungan yang eksogen antar variabel. 2007 Nono Rachmasono Penelitian tentang Pengaruh Paket Instruksi terhadap Peningkatan Kualitas Hasil didik Taruna Akademi Militer Terdapat Pengaruh antara Paket Instruksi dengan pencapaian Kualitas hasil didik Taruna Akmil 2009. 2009 Tidak ada pengaruh yang signifikan antara kemampuan awal 12 Taruna dengan pencapaian Nilai Hasil Belajar. Yohanes Joko Penelitian tentang Penerapan Metoda Dwi Purwanto Pembelajaran Kooperatif Guna Peningkatan Kualitas Sumber Daya Taruna Dengan menerapkan metoda pembelajaran kooperatif dapat meningkatkan kualitas sumber daya Taruna Akademi Militer dan dapat dijadikan sarana pemberdayaan manusia lainnya sebagai sumber motivasi keberanian mengubah segala sesuatu yang doktriner. 2011