BAB 1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masa remaja adalah masa yang menyenangkan, namun juga merupakan masa kritis dan sulit, karena merupakan masa transisi atau masa peralihan dari masa kanakkanak menuju dewasa yang ditandai adanya perubahan fisik, psikis, dan psikososial.1 Berbagai perubahan yang terjadi pada remaja baik fisik, psikologis dan sosial akan saling berpengaruh antara satu dengan lainnya. Permasalahan fisik dapat mempengaruhi aspek psikologis dan sosial. Apalagi apabila permasalahan fisik tersebut merupakan bentuk ketidaknormalan fisik. Salah satu bentuk ketidaknormalan fisik yang bisa menjadi masalah pada remaja adalah obesitas atau kegemukan. Di Indonesia sendiri pada tahun 2008 ditemukan sekitar 19,1 persen remaja yang mengalami obesitas.2 Obesitas didefinisikan sebagai suatu kelainan atau penyakit yang ditandai dengan penimbunan jaringan lemak tubuh secara berlebihan.3 Untuk menentukan obesitas diperlukan kriteria yang berdasarkan pengukuran antropometri dan atau pemeriksaan laboratorium. Seseorang yang memiliki berat badan lebih 120 persen berdasarkan berat badan dibanding tinggi badan, dianggap mengalami obesitas.4 Menurut penelitian Schacter orang yang mengalami obesitas cenderung lebih sensitif dalam berinteraksi dibandingkan dengan orang yang tidak mengalami obesitas.5 Bray dan Brownell menyebutkan bahwa orang yang mengalami obesitas mempunyai dampak buruk pada kesehatan dan interaksi sosial yang berlangsung selama rentan usia anak-anak hingga dewasa.6 Perlakuaan terhadap remaja obesitas seperti diejek, ditertawakan, diganggu, dipermainkan dan sebagainya. Universitas Sumatera Utara Keadaan ini memberi anggapan bahwa dunia memandang orang gemuk dengan penghinaan. Konsekuensinya, seseorang dengan keadaan tersebut akan merasa stres, cemas, cenderung untuk menarik diri, malu, rendah diri, bahkan depresi dan secara sosial tidak dewasa.7 Gangguan mood merupakan suatu masalah psikiatri yang muncul dari adanya gangguan depresi.8 Depresi adalah suatu gangguan keadaan tonus perasaan yang secara umum ditandai oleh rasa kesedihan, apatis, pesimis, dan kesepian.8 Keadaan ini sering disebutkan dengan istilah kesedihan (sadness), murung (blue), dan kesengsaraan.9 Selama beberapa generasi, telah diketahui bahwa kesedihan dan keputusasaan dapat juga terjadi pada anak dan remaja, tetapi konsep tentang gangguan mood memerlukan waktu yang lebih lama untuk dapat diterima secara umum.10 Sejak awal 1980-an, baru disadari bahwa anak juga dapat mengalami depresi secara klinis. Penyakit depresi pada anak dapat dikenali dan dapat berlanjut berakibat fatal di kemudian hari ketika anak menjadi remaja dan dewasa. Penyakit ini dapat diobati seperti penyakit lainnya dan hasil pengobatan akan lebih efektif bila diketahui serta ditangani sejak dini.11 Kasus gejala depresi pada masa remaja merupakan prediksi yang kuat untuk timbulnya depresi pada masa dewasa dikemudian hari.12 Jumlah penderita anak laki-laki dan perempuan hampir sama. Usia rerata serangan awal semakin menurun. Pada usia remaja, perempuan lebih sering berulang dan kejadiannya dua kali lipat dibanding dengan anak laki-laki, serta lebih dari separohnya dilaporkan pernah berulang dalam kurun waktu tujuh tahun.13 Insiden anak prapubertas diperkirakan 1,5%-2,5% dan menjadi 4%-5% pada masa remaja.14 Dalton dan Forman Universitas Sumatera Utara melaporkan insiden gangguan depresi berat pada anak prapubertas 1,8%, remaja 3,5%-5%, dan anak perempuan lebih banyak dari laki-laki.15 Saat ini obesitas mulai menjadi masalah kesehatan di seluruh dunia. WHO menyatakan bahwa obesitas sudah merupakan suatu epidemi global. sehingga merupakan problem kesehatan yang harus segera ditangani dan angka obesitas dinyatakan meningkat sampai 50 % pada dua dekade terakhir, Menurut NHNES antara periode 1988 – 1994 dan 1999 – 2000 terjadi peningkatan remaja yang mengalami obesitas sebesar 11 %. Diketahui jika obesitas terjadi pada wanita dewasa, mereka cenderung mengalami gangguan mood, sedangkan pada remaja putri kecendrungan ini belum terbukti16 Untuk mengetahui tanggapan remaja tentang obesitas, yaitu tentang bagaimana respon remaja tentang obesitas yang sedang dialaminya maka peneliti melakukan penelitian ini. 1.2. Perumusan Masalah Berdasarkan uraian dalam latar belakang masalah di atas, dapat dirumuskan masalah : Adakah hubungan antara obesitas dengan gangguan mood 1.3. Hipotesis Ada hubungan antara obesitas dengan gangguan mood pada remaja putri 1.4. Tujuan Penelitian 1.4.1. Tujuan Umum Universitas Sumatera Utara Tujuan umum penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara obesitas dengan gangguan mood pada remaja putri di Medan 1.4.2 Tujuan Khusus 1. Mengetahui konsep diri remaja obesitas. 2. Mengetahui tingkatan gangguan mood pada remaja yang obesitas. 3. Mengeksplorasi cara remaja putri yang obesitas dalam menyelesaikan masalah kelebihan berat badannya. 1.5 Manfaat Penelitian 1. Di bidang pelayanan masyarakat : Menambah wawasan dan pengetahuan remaja tentang dampak akibat obesitas serta masyarakat dapat membantu remaja menyelesaikan masalah kelebihan berat badan. 2. Di bidang akademik / ilmiah : meningkatkan pengetahuan peneliti di bidang tumbuh kembang anak – remaja dan pediatri sosial, khususnya dalam dampak yang timbul akibat obesitas pada remaja. 3. Di bidang pengembangan penelitian : memberikan kontribusi ilmiah pada bidang tumbuh kembang anak - remaja dan Pediatri sosial dalam pencegahan secara dini remaja yang obesitas untuk tidak mengalami depresi dikemudian hari. Universitas Sumatera Utara