METODE “TOKEN ECONOMY” UNTUK MENGURANGI PERILAKU AGRESIF PADA ANAK TUNARUNGU (THE “TOKEN ECONOMY” METHOD TO REDUCE THE AGGRESIVE BEHAVIOUR OF DEAF CHILDREN) Risvi Rayhani Fakultas Psikologi Universitas Semarang George Hardjanta Fakultas Psikologi Universitas Katolik Soegijapranata MM. Shinta Pratiwi Fakultas Psikologi Universitas Semarang Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas metode token economy dalam mengurangi perilaku agresif pada anak tunarungu. Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah ada perbedaan perilaku agresif pada anak tunarungu sebelum dan sesudah pemberian token economy. Perilaku agresif pada anak tunarungu berkurang sesudah pemberian token economy Subjek dalam penelitian ini berjumlah 6 siswa SLB Negeri Semarang kelas tunarungu kecil. Penelitian ini merupakan penelitian populasi. Data penelitian dikumpulkan dengan menggunakan rating scale. Analisis data dilakukan dengan menggunakan teknik wilcoxon signed rank test. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada perbedaan perilaku agresif yang signifikan sebelum dan sesudah pemberian token economy yang ditunjukkan dengan nilai Z = - 2,207 p < 0,05, sehingga hipotesis dalam penelitian ini diterima. Kata Kunci : perilaku agresif anak tunarungu, token economy Abstract The aim of this research is to know the effectiveness of the token economy method to reduce the aggresive behaviour of deaf children. The hypothesis presented in this study is „there is a difference of the aggresive behaviour of deaf children before and after given the token economy method‟. The aggresive behaviour of deaf children decreased after they were given the token economy method. The subjects in this study were 6 students of class small deaf in SLB Negeri Semarang. This research was a population research. The research data was collected by using rating scale. The data analysis was done by using wilcoxon signed rank test techniques. The result of this research showed that there was a significant difference of the aggresive behaviour before and after given the token economy method which was shown by the value Z = -2.207 p < 0.05. Therefore, the hypothesis in this research was accepted. Key words: aggressive behavior of the deaf child, the token economy 172 seperti kemampuan berkomunikasi yang akan Pendahuluan Setiap anak yang dilahirkan di dunia ini berpengaruh dalam kehidupan sehari-hari. memiliki keunikannya masing-masing, namun Keterbatasan yang ada pada anak tunarungu tidak semua anak terlahir sempurna. Orangtua menjadikannya tidak dapat memilih anak yang terlahir normal informasi yang diberikan oleh orang lain dan atau tidak untuk menjadi anaknya. Tidak begitu sedikit juga anak yang terlahir dalam keadaan merupakan hal yang penting dalam kehidupan yang tidak sempurna yang dalam hal ini sehari, pada anak tunarungu komunikasi adalah tunarungu. Tunarungu merupakan mungkin dilakukan dengan cara berbeda istilah umum yang digunakan untuk menyebut karena keterbatasan yang dimiliki. Kesulitan kondisi seseorang yang mengalami gangguan berkomunikasi dalam indra pendengaran. Anak memungkinkan terjadinya kesalahan dalam biasanya ketika menangis. dilahirkan tunarungu tidak Anak tunarungu tidak bisa hanya sulit juga untuk menangkap sebaliknya. pada Komunikasi anak tunarungu penyampaian maksud, terkadang maksud yang ingin disampaikan tidak dapat mengalami gangguan pendengaran, melainkan dimengerti oleh orang lain. Anak tunarungu juga mengalami gangguan dalam berbicara lebih mengekspresikannya lewat perbuatan karena dan perilaku untuk berkomunikasi dengan kemampuan berbicara seseorang dipengaruhi pembicaraan dari orang lain yang pernah didengar. Anak tunarungu tidak bisa orang lain. Anak tunarungu akan terlihat lebih mendengarkan apapun sehingga dia sulit ekspresif dalam berkomunikasi dengan orang mengerti percakapan yang dibicarakan orang, lain karena dengan keterbatasan yang dimiliki dengan kata lain diapun akan mengalami akan sulit untuk mengungkapkan sesuatu. kesulitan dalam berbicara (Smart, 2010: 34). Perilaku yang lebih ekspresif yang Hambatan pada anak tunarungu ialah dimaksudkan di sini merupakan perilaku kondisi dimana indra pendengaran yang untuk mengungkapkan sesuatu atau mengajak mengalami tersebut orang lain berkomunikasi. Terkadang perilaku memengaruhi kemampuan-kemampuan lain, tersebut tanpa disadari berlebihan dan dapat gangguan, hal 173 membahayakan orang lain. Selain itu dapat seperti mengganggu dalam kegiatan belajar mengajar keinginan mencapai tujuan yang diinginkan di dalam kelas. Anak tunarungu belum paham melalui tindakan agresif, seperti dalam agresi benar instrumental. dengan setiap perilaku yang pada agresi permusuhan, atau ditunjukkan, apakah itu baik atau buruk. Kekurangan akan pemahaman bahasa Perilaku yang tergolong buruk dan dapat lisan atau tulisan sering kali menyebabkan mencelakakan orang lain dan menimbulkan anak tunarungu menafsirkan sesuatu secara kegaduhan apabila sering muncul tanpa negatif atau salah dan ini sering menjadi adanya tindakan sejak dini akan menjadi tekanan kebiasaan emosinya yang dapat menjadi perilaku agresif. bagi emosinya. itu dapat perkembangan Perilaku agresif merupakan jenis perilaku Tekanan pada menghambat pribadinya dengan menampilkan sikap menutup diri, bertindak yang melukiskan perilaku yang disengaja agresif, atau sebaliknya menampakkan untuk melukai orang lain baik secara fisik kebimbangan dan keragu-raguan emosi anak maupun verbal. Perilaku agresif tidak hanya tunarungu selalu bergolak di satu pihak karena dapat muncul pada anak tunarungu, melainkan kemiskinan bahasanya dan di pihak lain pada anak normal juga. Dalam hal ini perilaku karena pengaruh dari luar yang diterimanya agresif yang dimaksudkan adalah perilaku (Nurisneni, 2010). yang dapat mengganggu atau menghambat Hasil observasi yang dilakukan peneliti dalam proses belajar mengajar. Baron dan terhadap anak tunarungu di SLB Negeri Richardson (dalam Krahe, 2005: 16-17) Semarang, mendeskripsikan agresi sebagai segala bentuk agresif perilaku yang dimaksudkan untuk menyakiti berteriak, mendorong, dan memukul yang atau melukai makhluk hidup lain yang terlihat terdorong untuk menghindari perilaku itu. berlangsung. Motif utama perilaku agresif bisa jadi adalah bukan dengan maksud mencelakai melainkan keinginan hanya menyakiti orang lain untuk mengerkspresikan perasaan-perasaan negatif, menunjukkan yang muncul ketika proses Perilaku sekedar bahwa adalah perilaku mencubit, belajar mengajar tersebut dilakukan bercanda ataupun mengekspresikan rasa gemas, namun anak 174 tunaraungu tidak menyadari bahwa tindakan perilaku-perilaku tersebut adalah semakin tersebut juga dapat membahayakan orang lain. buruknya hubungan sosial anak tunarungu Perilaku tersebut dapat dinilai wajar karena dengan teman-temannya karena terhambatnya siswa tergolong anak-anak, namun apabila aktivitas belajar didalam kelas. Apabila perilaku tersebut sering muncul dan menjadi keadaan tersebut tidak ditangani dengan baik, kebiasaan akan menjadi tidak wajar. Perilaku maka perilaku agresifnya dapat mengarah dapat dikatakan menjadi perilaku agresif pada apabila sudah sering muncul. penanganan yang tepat dan sesuai dengan Wawancara Semarang pada pada guru Negeri Thorndike (dalam Koeswara, 1988: 39) perilaku- salah seorang tokoh dalam behaviorisme perilaku tertentu sering muncul pada beberapa dengan law of effect-nya menekankan bahwa anak, seperti mendorong, mencubit yang dalam proses belajar atau pembentukan suatu mungkin dimaksudkan untuk bercanda atau tingkah laku, hadiah (reward) dan hukuman mengungkapkan rasa gemas, selain itu ada (punishment) memainkan peranan penting. juga yang asik dengan dunianya sendiri saat Tepatnya law of effect menerangkan bahwa dalam proses belajar mengajar didalam kelas individu cenderung mengulang suatu tingkah yang membuat laku bahwa tunarungu kondisi anak sangat dibutuhkan. kecil menunjukkan kelas SLB tindak kriminal. Oleh karena itu memang proses belajar mengajar apabila tingkah menimbulkan yang ada di dalam kelas akan terpecah (rewarded), dan sebaliknya individu tidak perhatiannya menimbulkan akan mengulang suatu tingkah laku apabila kegaduhan. Anak tunarungu kadang tidak tingkah laku tersebut menimbulkan efek yang menyadari yang tindakan yang dilakukan tidak menyenangkan bagi dirinya (punished). dapat membahayakan orang lain, oleh karena Jika itu jika perilaku tersebut terus dibiarkan tanpa menerangkan perilaku agresif, maka agresif ada tindak lanjut sejak dini akan menjadi terbentuk dan diulang oleh individu karena suatu kebiasaan yang nantinya akan sulit dengan perilaku agresif tersebut individu diubah. Akibat yang akan ditimbulkan dari memperoleh dapat law of yang tersebut menjadi terganggu karena anak tunarungu lain dan efek laku effect efek menyenangkan digunakan atau hasil untuk yang 175 menyenangkan. perilaku memberlakukan waktu jeda untuk masing agresif tersebut individu memperoleh efek masing pihak yang terlibat dalam masalah yang tidak menyenangkan, maka agresi (termasuk anak dan orang tua) agar dapat tersebut tidak akan diulangnya. menenangkan diri dengan menjauhkan diri Modifikasi Apabila perilaku dengan dapat digunakan dari tempat terjadinya masalah., metode token untuk mengurangi perilaku agresif individu. economy, Hal ini disebabkan perilaku individu adalah memfokuskan pada metode token economy perilaku untuk mengurangi perilaku agresif pada anak yang dibentuk, perilaku yang dan lain sebagainya. diperoleh, serta perilaku yang dipelajari tunarungu melalui proses belajar (Walgito, 2002: 15). metode token economy subjek penelitian yang Pengaruh orang lain, hadiah, dan hukuman berada pada anak-anak akan lebih efektif jika merupakan pengaruh penting bagi perilaku diberikan suatu penguat apabila mampu seseorang. 1) mengubah perilakunya ke arah yang lebih modifikasi perilaku merupakan usaha untuk positif. Peneliti tertarik untuk menggunakan menerapkan prinsip-prinsip proses belajar teknik maupun perilaku, Menurut Soekadji prinsip-prinsip (1983: psikologi hasil dengan pertimbangan Peneliti pengurangan yang dan dalam metode bahwa penghapusan penerapannya eksperimen lain pada manusia. Terdapat menggunakan beberapa teknik yang dapat diterapkan dalam Soekadji (1983: 71-72) sendiri berpendapat modifikasi perilaku, yaitu peningkatan dan bahwa token economy merupakan prosedur pemeliharaan perilaku, dan pengurangan dan kombinasi untuk meningkatkan, mengajar, penghapusan perilaku. Berdasarkan beberapa mengurangi teknik penerapan prinsip belajar, teknik perilaku, yaitu merupakan pemberian token meningkatkan dan memelihara perilaku lebih (tanda, isyarat, kepingan) sesegera mungkin maju daripada pengurangan dan penghilangan setiap kali setelah perilaku yang diinginkan perilaku. muncul. Token ini nantinya bisa ditukar dan token memelihara economy. berbagai Berbagai metode dapat digunakan untuk dengan benda/aktivitas yang diinginkan oleh mengurangi perilaku agresif pada anak, subjek. Token economy dapat diterapkan pada seperti metode time out, yaitu metode yang anak-anak normal, pada anak-anak atau 176 orang-orang yang perkembagannya terlambat, token economy dibuat sedemikian rupa agar yang cacat mental, atau yang mengalami dapat menarik perhatian anak tunarungu, penyimpangan kepribadian. karena tidak bisa disamakan dengan anak Intervensi metode token economy normal yang lebih mudah memahami dari dilakukan dengan memberikan kupon hadiah pemberian apabila dalam sehari anak berperilaku manis. tunarungu yang memiliki keterbatasan yang Setelah kupon terkumpul sesuai dengan membuat jumlah yang disepakati, maka anak berhak memahami sesuatu. Pada hasil penelitian mendapatkan hadiah yang telah dijanjikan sebelumnya yang dilakukan Indrijati (2009: sebelumnya. 50) tentang metode token economy dalam Drost, dkk (2003: 134) token anak belajar dibandingkan tunarungu mengajar anak sulit untuk menyatakan bahwa metode token economy proses didalam kelas efektif selama anak memahami betul aturan terhadap siswa SMP dapat disimpulkan bahwa permainannya dan orangtua konsekuen dalam metode ini dapat meningkatkan kemunculan pelaksanaan. Anak juga akan diberikan sanksi perilaku positif yang diharapkan. Mesikpun apabila menunjukkan perilaku agresif sesuai penelitian sebelumnya dilakukan pada siswa dengan kesepakatan, misalnya tidak diizinkan SMP, diharapkan metode ini juga dapat menonton televisi atau bermain ke luar rumah. efektif bila diterapkan pada anak tunarungu. Inti dari metode token economy adalah anak Metode Penelitian perlu memahami secara benar hubungan Populasi dalam penelitian ini adalah siswa sebab-akibat dari perilaku dan sanksi yang siswi SLB Negeri Semarang pada kelas dikenakan. Tunarungu Kecil, dan berusia 5-6 tahun. Melalui metode ini diharapkan sedikit Penelitian ini menggunakan semua subjek demi sedikit dapat memberi pemahaman pada yang anak tunarungu mengenai perilaku-perilaku populasi. Penelitian ini menggunakan alat yang dianggap kurang baik melalui aplikasi pengumpul data rating scale dan observasi. dari metode token economy yang akan dibuat sesuai Penelitian dengan ini karakteristik menggunakan pada metode menarik bagi anak tunarungu agar hasilnya analisis data non parametrik. Metode analisis diharapkan lebih efektif. Pemberian metode data non parametrik yang digunakan adalah 177 wilcoxon signed rank test yang digunakan eksperimen untuk menunjukkan bahwa ada perbedaan skor membandingkan perbedaan dua dan kelompok kontrol median. regulasi diri antara kelompok eksperimen dan Hasil Penelitian dan Pembahasan kelompok kontrol setelah perlakuan metode Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ada perbedaan perilaku agresif pada anak tunarungu antara sebelum dan sesudah pemberian token economy. Perilaku agresif pada anak tunarungu berkurang sesudah pemberian token economy. Soekadji (1983: 71-72) sendiri berpendapat bahwa token economy merupakan prosedur kombinasi untuk meningkatkan, mengajar, mengurangi dan memelihara berbagai perilaku, yaitu merupakan pemberian token (tanda, isyarat, kepingan) sesegera mungkin setiap kali setelah perilaku yang diinginkan muncul. Token ini nantinya bisa ditukar dengan benda/aktivitas yang diinginkan oleh subjek. Token economy dapat diterapkan pada anakanak normal, pada anak-anak atau orangorang yang perkembangannya terlambat, yang cacat mental, atau yang mengalami penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan A’isah, dkk (2011: 8) yang menunjukkan bahwa hasil analisis data Pemberian perilaku token token economy. economy bagi anak tunarungu, dimana guru kelas mengambil salah satu token ketika siswa menunjukkan perilaku agresif dapat menunjadikan perilaku agresif siswa pemberian menurun penjelasan karena oleh guru adanya bahwa perilaku yang ditunjukkan siswa tergolong ke dalam perilaku agresif dan harus dihindari karena dapat merugikan diri sendiri maupun orang lain. Miltenberger (2004: 472) berpendapat bahwa tujuan dari token economy adalah untuk memperkuat perilaku yang diinginkan yang jarang terjadi dan untuk mengurangi perilaku yang tidak diinginkan dalam latar lingkungan atau pendidikan. Pada penelitian ini untuk mengurangi perilaku agresif pada anak tunarungu digunakan metode token economy. Apabila anak tunarungu melakukan penyimpangan kepribadian. Hasil modifikasi sesudah perlakuan pada kelompok atau menunjukkan perilaku yang menjadi sasaran penelitian, yaitu memukul, mencubit, menendang maka bintang akan diambil satu persatu sembari memberikan pengertian 178 mengapa bintang tersebut diambil, sehingga (Baron dan Richardson, dalam Krahe, 2005: anak tunarungu akan menyadari bahwa 16-17). Motif utama perilaku agresif bisa jadi perilaku tersebut tidak baik. Metode token adalah keinginan menyakiti orang lain untuk economy dapat mengurangi perilaku agresif mengerkspresikan perasaan-perasaan negatif, yang ditunjukkan anak tunarungu dengan seperti adanya reinforcement yang diberikan. keinginan mencapai tujuan yang diinginkan pada agresi permusuhan, atau Drost, dkk (2003: 134) menyatakan bahwa melalui tindakan agresif, seperti dalam agresi metode token economy efektif selama anak instrumental. Pada anak tunarungu, bentuk- memahami betul aturan permainannya dan bentuk perilaku agresif seringkali muncul orangtua konsekuen dalam pelaksanaannya. ketika Anak juga akan diberikan sanksi apabila dilakukan terhadap teman maupun guru kelas. menunjukkan perilaku agresif sesuai dengan Metode token economy yang diberlakukan kesepakatan, diizinkan pada siswa kelas tunarungu SLB Negeri menonton televisi atau bermain ke luar rumah. Semarang dengan adanya pengurangan token Inti dari metode token economy adalah anak yang dimiliki siswa mampu menurunkan perlu memahami secara benar hubungan perilaku agresif yang ditunjukkan siswa kelas sebab-akibat dari perilaku dan sanksi yang tunarungu. Siswa menyadari bahwa ketika dikenakan. Perlakuan token economy pada menunjukkan perilaku agresif maka token anak tunarungu di SLB Negeri Semarang yang dimilikinya akan dikurangi. Siswa yang dilakukan peneliti mampu menurunkan berusaha agar token yang dimiliki tidak perilaku agresif yang ditunjukkan siswa. Hal semakin berkurang, sehingga perilaku agresif tersebut terlihat dari bentuk-bentuk perilaku yang ditunjukkannya berkurang. misalnya tidak agresif yang lebih rendah dibandingkan pada saat sebelum diberlakukan token economy. sedang berada di sekolah, baik Kelemahan dalam penelitian ini adalah pelaksanaan penelitian yang relatif singkat Perilaku agresif merupakan segala bentuk sehingga dikhawatirkan perlakuan metode perilaku yang dimaksudkan untuk menyakiti token economy yang diberikan kepada anak atau melukai makhluk hidup lain yang tunarungu kurang maksimal. Kondisi tersebut terdorong untuk menghindari perilaku itu memiliki kelemahan karena dikhawatirkan 179 efektivitas metode token economy kurang pemahaman bahwa perilaku agresif dapat terjaga, merugikan diri sendiri dan orang lain dapat sehingga perilaku agresif yang ditunjukkan anak tunarungu dapat terulang menjadikan kembali. perilaku agresif. Penutup 2. Bagi peneliti lain Simpulan Peneliti Berdasarkan hasil penelitian maka dapat diambil simpulan bahwa ada perbedaan perilaku agresif pada anak tunarungu sebelum dan sesudah pemberian token economy. Perilaku agresif pada anak tunarungu berkurang sesudah pemberian token economy dari pada perilaku agresif sebelum pemberian token economy, sehingga hipotesis yang Saran yang dapat diberikan setelah melihat hasil penelitian, pembahasan dan kesimpulan yang telah dikemukakan di atas adalah sebagai berikut: 1. Bagi pihak sekolah Pihak sekolah untuk tetap menggunakan metode token economy pada anak tunarungu, sehingga perilaku agresif anak tunarungu dapat dikendalikan dengan baik. Perlakuan dengan token lain melanjutkan berusaha yang penelitian menghindari tertarik diharapkan untuk dapat melihat faktor lain yang mempengaruhi perilaku agresif, seperti faktor karakteristik individu deindividuasi, kekuasaan dan kepatuhan, provokasi, pengaruh obat-obatan terlarang (drug effect), personalitas, situasi, kondisi aversif, media massa, isyarat agresif, serta kehadiran orang lain. DAFTAR PUSTAKA diajukan terbukti. Saran siswa economy yang disertai penjelasan kepada siswa akan memberikan A’isah, A., Prasetyo, B. W., dan Imam, S. 2011. Pengaruh Penerapan Metode Modifikasi Perilaku Token Economy terhadap Regulasi Diri Siswa Peserta Mata Pelajaran Matematika. Jurnal Psikologi Undip. Semarang: Fakultas Psikologi Universitas Diponegoro. Drost, S. J... (et al.);editor, Rose A. Mini Priyanto. 2003. Perilaku Anak Usia Dini, Kasus dan Pemecahannya. Jakarta: Tim Pustaka Familia. Indrijati, H. 2009. Efektivitas Metode Modifikasi Perilaku Token Economy dalam Proses Belajar Mengajar di Kelas. Jurnal Psikologi Indonesia. Vol. VI. No. 1. Hal. 43-54. Surabaya: Universitas Airlangga. 180 Koeswara, E. 1988. Agresi Bandung: PT. Eresco. Manusia. Krahe, B. 2005. Perilaku Agresif. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Miltenberger, R. 2004. Behavior Modification. North Dakota State University. Monks, F.J, Knoers A.M.P & Haditono, S.R. 2002. Psikologi Perkembangan Pengantar Dalam Berbagai Bagiannya. Yogyakarta: University Press. Nurisneni. 2010. Karakteristik dan Masalah Perkembangan Anak Tunarungu. http://sitinurisneni.blogspot.com/2010/03/ karakteristik-dan-masalahperkembangan.html. (Sabtu, 26 Mei 2012). Smart, A. 2010. Anak Cacat Bukan Kiamat. Yogyakarta: Katahati. Soekadji, S. 1983. Modifikasi Perilaku: Penerapan Sehari-hari dan Penerapan Profesional. Yogyakarta: Liberty. Walgito, B. 2002. Psikologi Sosial (Suatu Pengantar). Yogyakarta: Andi Offset. 181