skripsi_santi linawati_0102015

advertisement
19
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Analisis
Menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia, pengertian analisis adalah
sebagai berikut :
“Penelitian terhadap suatu peristiwa untuk diketahui sebab-musababnya,
duduk perkaranya atau prosesnya.”
Sedangkan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, pengertian analisis
adalah :
“1. Penyelidikan terhadap sesuatu peristiwa untuk mengetahui keadaan
yang sebenarnya
2. Penguraian suatu pokok atas berbagi bagiannya dan penelaahan
itu sendiri serta hubungan antara bagian untuk memperoleh
pengertian yang tepat dan pemahaman arti keseluruhan.”
2.2 Pendapatan
Pendapatan adalah darah kehidupan bagi suatu perusahaan. Tanpa pendapatan,
tidak ada laba. Tanpa laba, tidak ada perusahaan. Selain itu pendapatan juga
merupakan pusat perhatian bagi perusahaan karena pendapatan sangat
berhubungan erat dengan operasi perusahaan. Pendapatan dapat dijadikan sebagai
pedoman bagi manajemen dalam mengambil keputusan.
2.2.1 Pengertian Pendapatan
Bermacam-macam pendapat mengenai definisi pendapatan telah dikemukakan
oleh para ahli. Walaupun mengemukakan pendapatnya secara berbeda-beda pada
pokoknya mencakup hal yang sama.
Pengertian pendapatan menurut Kieso (2004:904), adalah :
“Revenue are inflows of assets and/or settlement of liabilities from
delivering or producind goods, rendering services, or other earning activities
that constitute an enterprise’s on going major or central operations during a
period.”
20
Definisi ini menyatakan bahwa pendapatan adalah arus masuk aktiva dan/atau
penyelesaian kewajiban dan penyerahan atau produksi barang, pemberian jasa,
dan aktivitas pencarian laba lainnya yang merupakan operasi yang utama atau
besar yang berkesinambungan selama suatu periode.
Ikatan Akuntan Indonesia dalam Standar Akuntansi Keuangan (2004:
23.2), mengemukakan pengertian pendapatan sebagai berikut :
“Pendapatan adalah arus masuk bruto dari manfaat ekonomi yang
timbul dari aktivitas normal perusahaan selama suatu periode bila arus
masuk itu mengakibatkan kenaikan ekuitas, yang tidak berasal dari
kontribusi penanam modal.”
Definisi ini menyatakan bahwa pendapatan hanya terdiri dari arus masuk bruto
dari manfaat ekonomi yang diterima dan dapat diterima oleh perusahaan untuk
dirinya sendiri. Jumlah yang ditagih atas nama pihak ketiga, seperti pajak
pertambahan nilai, bukan merupakan manfaat ekonomi yang mengalir ke
perusahaan dan tidak mengakibatkan kenaikan ekuitas, dan karena itu harus
dikeluarkan dari pendapatan. Begitupun dalam hubungan keagenan, arus masuk
bruto manfaat ekonomi termasuk jumlah yang ditagih atas nama prinsipal, tidak
mengakibatkan kenaikan ekuitas perusahaan, dan karena itu bukan merupakan
pendapatan. Yang merupakan pendapatan hanyalah komisi yang diterima dari
prinsipal.
Sedangkan pengertian pendapatan menurut Harnanto (2002:92), adalah
sebagai berikut :
“Pendapatan adalah aliran masuk atau kenaikan aktiva suatu
perusahaan atau penurunan kewajiban (atau keduanya) yang terjadi
dalam suatu periode akuntansi; yang berasal dari aktivitas produksi atau
penjualan barang, penyerahan jasa, dan aktivitas lain yang merupakan
usaha pokok perusahaan.”
Dari ketiga definisi di atas dapat disimpulkan bahwa pendapatan adalah aliran
masuk atau kenaikan aktiva yang berasal dari aktivitas utama perusahaan yang
terjadi dalam suatu periode.
21
2.2.2 Sumber-Sumber Pendapatan
Menurut Munawir (2002:52), sumber pendapatan dapat dikelompokkan
menjadi dua sumber, yaitu :
“1. Pendapatan yang berasal dari usaha pokok (operating revenue)
2. Pendapatan di luar usaha pokok (non operating revenue).”
Lebih lanjut sumber pendapatan tersebut di atas akan dijelaskan sebagai
berikut :
1) Pendapatan yang berasal dari usaha pokok (Operating Revenue).
Yaitu pendapatan yang berasal dari aktivitas utama perusahaan dan sesuai
dengan jenis usahanya, yang berlangsung secara berulang-ulang dan
berkesinambungan tiap periode.
2) Pendapatan di luar usaha pokok (Non Operating Revenue).
Yaitu pendapatan yang berasal dari transaksi penjualan yang tidak berulangulang dan isidentil, yang secara tidak langsung berhubungan dengan aktivitas
perusahaan, misalnya penjualan aktiva tetap perusahaan kepada pihak lain.
2.2.3 Pengukuran Pendapatan
Menurut Ikatan Akuntan Indonesia dalam Standar Akuntansi Keuangan
(2004:23.3), menyatakan bahwa pengukuran pendapatan adalah sebagai berikut :
“Pendapatan harus diukur dengan nilai wajar imbalan yang diterima
atau yang dapat diterima.”
Dari pernyataan ini nilai wajar adalah suatu jumlah, untuk itu suatu aktiva
mungkin ditukar atau suatu kewajiban diselesaikan antara pihak yang memahami
dan berkeinginan untuk melakukan transaksi wajar. Jumlah pendapatan yang
timbul dari suatu transaksi biasanya ditentukan oleh persetujan antara perusahaan
dan pembeli atau pemakai aktiva tersebut. Jumlah tersebut diukur dengan nilai
wajar imbalan yang diterima atau yang dapat diterima perusahaan dikurangi
jumlah diskon dagang dan rabat volume yang diperbolehkan oleh perusahaan.
Pada umumnya, imbalan tersebut berbentuk kas atau setara kas dan jumlah
pendapatan adalah jumlah kas atau setara kas yang dapat diterima.Namun, bila
arus masuk dari kas atau setara kas ditangguhkan, nilai wajar dari imbalan
22
tersebut mungkin kurang dari jumlah nominal dari kas yang diterima atau yang
dapat diterima. Misalnya, suatu perusahaan dapat memberikan kredit bebas bunga
kepada pembeli atau menerima wesel tagih dari pembeli dengan tingkat bunga di
bawah pasar sebagai imbalan dari penjualan barang.
Bila barang atau jasa dipertukarkan (barter) untuk barang atau jasa dengan
sifat dan nilai yang sama, maka pertukaran tersebut tidak dianggap sebagai suatu
transaksi yang mengakibatkan pendapatan. Hal ini sering terjadi dengan komoditi
seperti minyak atau susu di mana penyalur menukarkan (swap) persediaan di
berbagai lokasi untuk memenuhi permintaan dengan suatu dasar tepat waktu
dalam suatu lokasi tertentu. Bila barang dijual atau jasa diberikan untuk
dipertukarkan dengan barang dan jasa yang tidak serupa, pertukaran tersebut
dianggap sebagai transaksi yang mengakibatkan pendapatan. Pendapatan tersebut
diukur pada nilai wajar dari barang atau jasa yang diserahkan, disesuaikan dengan
jumlah kas atau setara kas yang ditransfer.
Menurut Hendriksen
yang dialihbahasakan oleh Herman Wibowo
(2000:380), pengukuran pendapatan adalah sebagai berikut :
“Pendapatan, bagaimanapun didefinisikan, paling baik diukur dengan
nilai tukaran produk atau jasa perusahaan. Nilai pertukaran ini
menyatakan ekivalen kas, atau nilai sekarang yang didiskontokan dari
klaim uang yang akhirnya akan diterima dari transaksi pendapatan.
Dalam banyak kasus, jumlah ini hanyalah harga yang dicapai dalam
transaksi kas dengan pelanggan. Akan tetapi, apabila perlu, penyisihan
yang sesuai harus dibuat untuk keperluan menunggu pelunasan akhir.”
Sedangkan menurut Kusnadi (2000:327), pengukuran pendapatan adalah
sebagai berikut :
“Pengukuran pendapatan yang paling baik adalah dengan melihat ke
dalam nilai tukar produk atau service perusahaan. Nilai tukar
menggambarkan ekuivalen kas atau nilai sekarang yang dinilai kembali
dari jumlah uang yang pada akhirnya akan diterima dari transaksitransaksi pendapatan. Dalam banyak situasi, hal ini mungkin ekuivalen
dengan jumlah yang ditetapkan dalam transaksi dengan langganan,
tetapi jumlah allowance yang tepat haruslah dibuat sehubungan dengan
keharusan untuk menunggu saat pengumpulan terakhir hasil penjualan
yang dilakukan perusahaan.”
23
Dari ketiga pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa kriteria pendapatan
harus diukur dengan nilai sekarang dari uang atau ekuivalen uang yang akhirnya
diterima menunjukkan bahwa semua retur, potongan penjualan, dan pengurangan
lain dari harga yang dikenakan harus dikurangkan dari pendapatan yang
dihasilkan dari transaksi-transaksi tertentu. Dengan perkataan lain, hal ini harus
diperlakukan sebagai pengurang pendapatan, dan bukan sebagai beban.
2.3 Pengakuan Pendapatan
Pengakuan pendapatan merupakan salah satu masalah yang paling sulit dan
mendesak yang dihadapi profesi akuntansi. Meskipun terdapat pedoman umum,
banyaknya metode pemasaran produk dan jasa membuat sangat sulit untuk
mengembangkan pedoman yang dapat diterapkan pada semua situasi.
2.3.1 Prinsip Pengakuan Pendapatan
Pendapatan untuk suatu periode umumnya ditentukan tersendiri terlepas dari
beban dengan menerapkan prinsip pengakuan pendapatan.Menurut Kieso
(2004:904), prinsip pengakuan pendapatan menetapkan bahwa pendapatan diakui
pada saat :
“1. When it is realized or realizable
2. When it is earned.”
Dari definisi ini dapat dijelaskan bahwa pendapatan diakui pada saat :
1) Direalisasi atau dapat direalisasi. Pendapatan dapat direalisasi bila barangbarang dan jasa-jasa dipertukarkan untuk kas atau klaim atas kas (piutang).
Pendapatan dapat direalisasi bila aktiva yang diterima segera dapat
dikonversikan pada jumlah kas atau klaim atas kas yang diketahui.
2) Dihasilkan. Pendapatan dihasilkan bila kesatuan itu sebagian besar telah
menyelesaikan apa yang seharusnya dilakukan agar berhak atas manfaat yang
diberikan dari pendapatan, yakni bila proses mencari laba telah selesai atau
seharusnya telah selesai.
24
Sesuai dengan prinsip ini :
a) Pendapatan dari penjualan produk diakui pada tanggal penjualan, yang biasanya
diinterpretasikan berarti tanggal pengiriman kepada pelanggan.
b) Pendapatan dari jasa yang diberikan diakui ketika jasa-jasa telah dilaksanakan
dan dapat ditagih.
c) Pendapatan dari memberi kemungkinan bagi pihak lain untuk menggunakan
aktiva perusahaan, seperti bunga, sewa, dan royalti, diakui pada saat
berlalunya waktu atau ketika aktiva itu digunakan.
d) Pendapatan dari pelepasan aktiva selain produk diakui pada tanggal penjualan.
Menurut Hendriksen
yang dialihbahasakan oleh Herman Wibowo
(2000:381), pendapatan diakui pada saat :
“1. Dihasilkan (earned)
2. Direalisasi atau dapat direalisasi.”
Dari definisi ini dapat dijelaskan bahwa pendapatan diakui pada saat :
1) Pendapatan yang dihasilkan. Dari sudut pandang ekonomi, penghasilan adalah
suatu proses berkelanjutan. Produk dari suatu perusahaan tampak secara
bertahap sebagai bahan mentah yang dirakit dan diubah bentuknya atau
prosesnya dengan memakai tenaga kerja dan peralatan modal. Pemindahan
bahan mentah ke pabrik, dan barang jadi ke pasar, juga merupakan bagian dari
proses menghasilkan dalam pengertian ekonomi. Begitu pula, gudang, baik
sebagai bagian dari proses produksi, atau pun sebagai kebutuhan penting
untuk memenuhi permintaan pasar, juga merupakan bagian jasa yang
diberikan oleh suatu perusahaan. Karena itu, secara tegas pendapatan harus
diakui secara terus menerus sepanjang keseluruhan siklus produk.
2) Realisasi. Istilah realisasi pendapatan digunakan oleh akuntan selama beberapa
tahun untuk mengacu pada pencatatan pendapatan. Bahwa realisasi merupakan
pelaporan pendapatan apabila suatu pertukaran atau arus keluar produk telah
terjadi. Yaitu, barang atau jasa harus sudah ditransfer ke pelanggan atau klien,
yang menaikkan baik penerimaan kas atau pun klaim atas kas atau aktiva lain.
Dalam pandangan ini, realisasi tidak dapat terjadi dengan menyimpan aktiva
25
atau sebagai akibat proses produksi itu sendiri. Jadi, pengertian realisasi secara
umum berarti pelaporan pendapatan saat disahkan oleh penjualan.
Dari kedua prinsip pengakuan pendapatan yang telah disebutkan di atas, dapat
disimpulkan bahwa pendapatan diakui pada saat :
1) Dihasilkan.
2) Direalisasi atau dapat direalisasi.
2.3.2 Penerapan Pengakuan Pendapatan
Pendapatan meliputi semua sumber-sumber ekonomi yang diterima oleh
perusahaan, dan dari transaksi penjualan barang dan penyerahan jasa kepada pihak
lain. Di dalam akuntansi, pendapatan diukur dengan jumlah kenaikan bruto dari
aktiva atau berkurangnya utang (selain dari transaksi modal), atau kombinasi dari
keduanya.
Menurut Ikatan Akuntan Indonesia dalam Standar Akuntansi Keuangan
(2004:23.1-23.2), pendapatan yang timbul dari transaksi dan peristiwa ekonomi
berikut ini :
“a. Penjualan barang
b. Penjualan jasa dan
c. Penggunaan aktiva perusahaan oleh pihak-pihak lain
menghasilkan bunga, royalti dan dividen.”
yang
Dari definisi ini dapat dijelaskan sebagai berikut :
a) Barang meliputi barang yang diproduksi perusahaan untuk dijual dan barang
yang dibeli untuk dijual kembali, seperti barang dagang yang dibeli pengecer
atau tanah dan properti lain yang dibeli untuk dijual kembali.
b) Penjualan jasa biasanya menyangkut pelaksanaan tugas yang secara
kontraktual telah disepakati untuk dilaksanakan selama suatu periode waktu
yang disepakati oleh perusahaan. Jasa tersebut dapat diserahkan selama satu
periode. Beberapa kontrak penjualan jasa yang timbul dari kontrak kontruksi,
misalnya kontrak penjualan jasa mengenai manajer proyek dan arsitek, tidak
dibahas dalam pernyataan ini.
26
c) Pengunaan aktiva perusahaan oleh pihak lain menimbulkan pendapatan dalam
bentuk :
(1) bunga - pembebanan untuk penggunaan kas atau setara kas atau jumlah
terhutang kepada perusahaan.
(2) royalti - pembebanan untuk penggunaan aktiva jangka panjang perusahaan,
misalnya paten, merek dagang, hak cipta, dan perangkat lunak komputer.
(3) dividen - distribusi laba kepada pemegang investasi ekuitas sesuai dengan
proporsi mereka dari jenis modal tertentu.
Menurut Kieso (2004;904), pendapatan yang timbul dalam suatu perusahaan
meliputi :
“ 1. Revenue from selling product
2. Revenue from services rendered
3. Revenue from permitting others to use enterprise asssets, such as
interest, rent and royalties
4. Revenue from disposing of assets other than product.”
Dari definisi ini dapat diketahui bahwa pendapatan yang diperoleh perusahaan
berasal dari :
1) Penjualan produk.
2) Penjualan jasa.
3) Memberi kemungkinan bagi pihak lain untuk menggunakan aktiva perusahaan,
seperti bunga, sewa, dan royalti.
4) Pelepasan aktiva selain produk.
Sedangkan menurut Munawir (2002:52), pendapatan yang timbul dalam
suatu perusahaan meliputi :
“1. Penyerahan barang (penjualan)
2. Penyerahan jasa
3. Penggunaan aktiva perusahaan oleh pihak lain yang menghasilkan :
a. pendapatan bunga
b. pendapatan dividen
c. pendapatan royalti, dan atau sewa
4. Pendapatan dari penghentian aktiva selain barang dagangan, tidak
termasuk sebagai pendapatan adalah aktiva-aktiva yang didapat dari
transaksi pembelian, penarikan piutang, setoran modal oleh pemilik,
kenaikan nilai aktiva perusahaan yang berasal dari penilaian kembali
(revaluasi) dan penyesuaian modal.”
27
Dari ketiga pernyataan yang telah disebutkan di atas, dapat disimpulkan
bahwa pada dasarnya pendapatan yang diperoleh suatu perusahaan berasal dari :
1) Penjualan barang.
2) Penjualan jasa.
3) Penggunaan aktiva perusahaan oleh pihak-pihak lain yang menghasilkan
bunga, royalti, dan dividen.
2.3.3 Kriteria Pengakuan Pendapatan
Kriteria pengakuan pendapatan menurut Munawir (2002:52), adalah sebagai
berikut :
“1. Perusahaan secara substansial telah melaksanakan apa yang diminta
dalam kaitannya untuk memperoleh penghasilan (to earn income),
atau realization has taken place, yaitu telah terjadi proses pertukaran
barang atau jasa menjadi kas atau hak terhadap kas.
2. Jumlah pengahsilan tersebut dapat diukur atau ditentukan dengan
objektif (realibility measured).”
Secara umum, pendapatan dari penjualan barang diakui pada periode di mana
barang diserahkan kepada pelanggan. Pendapatan dari pelaksanaan jasa diakui
pada periode di mana jasa tersebut dilaksanakan. Untuk beberapa kejadian, kas
diterima pada saat pelaksanaan jasa, dan hal itu merupakan bukti yang paling baik
bahwa pendapatan diperoleh, hal seperti itu dapat terjadi pada perusahaan eceran,
swalayan, dan perusahaan jasa. Namun kemungkinan terjadi bahwa kas diterima
lebih awal (precollected revenue atau unearned revenue) atau di waktu kemudian
(account receivable), atau pendapatan yang masih harus diterima (accrued income
receivable).
2.3.4 Metode Pengakuan Pendapatan
Di dalam perusahaan modern sering timbul pertanyaan-pertanyaan yang
begitu komplek dan luas yang berasal dari praktek yang berhubungan dengan saat
mana pendapatan itu diakui.
The mathcing principles menentukan bahwa semua biaya yang berhubungan
dengan pendapatan harus diperbandingkan dalam suatu periode akuntansi.
28
Dengan demikian pengakuan bersama tersebut merupakan pengaruh-pengaruh
yang terpadu dari dua prinsip yang menghendaki pengakuan pendapatan dan biaya
yang selanjutnya akan menimbulkan keuntungan atau kerugian.
Persoalan pengakuan pendapatan ini selalu timbul dari kenyataan-kenyataan
walaupun perusahaan selalu berusaha mengatasi secara terus-menerus, hal ini
disebabkan karena arus pendapatan dan realisasi penerimaan uang tak selalu
bersamaan sehingga diperlukan suatu konsep yang hati-hati guna mengukur hal
tersebut di atas. Kesalahan dalam pengakuan pendapatan dan biaya akan
berpengaruh negatif baik terhadap pihak intern maupun pihak ekstern dan secara
luas akan membawa kerugian yang fatal karena setiap keputusan yang diambil
berasal dari data yang penuh kelemahan dan kesalahan.
Menurut Kusnadi (2000:76), pengakuan pendapatan yang pada umumnya
banyak dilakukan oleh perusahaan adalah sebagai berikut :
“1. Cash Basis (dasar penerimaan uang)
2. Accrual Basis (dasar akrual)
3. Sales Basis (dasar adanya penjualan)
4. Production Basis (atas dasar produksi)
5. Billable Basis (atas dasar faktur)
6. Accreation Basis (atas dasar pertambahan)
7. Stage of Completion (dasar tingkat penyelesaian).”
Dari kutipan di atas, dapat dijelaskan sebagai berikut :
1) Cash Basis (dasar penerimaan kas)
Konsep ini mengakui suatu pendapatan pada saat uang itu diterima dan
mengakui biaya pada saat uang tersebut dikeluarkan. Hal ini dapat diterapkan
dalam suatu perusahaan yang menjual dan membeli barang dan jasa secara
tunai. Kesulitan yang timbul dengan dasar ini adalah bilamana jual beli
dilakukan secara cicilan sedangkan pihak penjual setelah tanggal jual beli
masih harus dibebani berbagai biaya tambahan.
2) Accrual Basis (dasar akrual)
Di dalam asumsi dasar akrual, penerapan akuntansi keuangan didasarkan tidak
tunai (akrual) artinya transaksi diakui pada saat terjadinya tanpa dikaitkan
dengan transaksi kas. Dasar akrual ini akan mencakup pencatatan terhadap
29
transaksi yang terjadi di masa lalu dan berbagai hak dan kewajiban di masa
yang akan datang. Sedangkan asumsi dasar kas, pengakuan transaksi hanya
dikaitkan dengan transaksi (masuk keluarnya) kas. Dasar akrual akan
mempunyai atau meliputi semua aktivitas dibandingkan dengan dasar kas.
Oleh karena itu, di dalam Standar Akuntansi Keuangan Indonesia secara tegas
dinyatakan bahwa dasar yang dipakai adalah dasar akrual (accrual basis).
3) Sales Basis (atas dasar penjualan)
Konsep ini yang paling banyak digunakan di dalam mengakui pendapatan.
Pendapatan diperoleh dan diakui pada saat terjadi penjualan walaupun uang
belum diterima. Seharusnya perlu bagi perusahaan untuk menghindarkan diri
dari transaksi di mana pembayarannya akan memerlukan waktu yang cukup
lama agar tidak mengalami kesulitan di dalam pengakuannya. Faktor seperti
pada saat perjanjian dan pengiriman barang harus benar-benar diperhatikan
sebagai bukti adanya penjualan. Pada saat tersebut pendapatan akan diakui dan
jumlah yang terutang bagi langganan akan diperlakukan sebagai aktiva
(assets) dan walaupun konsep ini banyak digunakan bukan berarti konsep ini
yang terbaik, karena penerapannya memerlukan perlakuan yang khusus seperti
sifat dan macam transaksi.
4) Production Basis (atas dasar produksi)
Konsep ini mengakui pendapatan pada saat barang tersebut diproduksi.
Konsep ini berlaku bilamana barang yang akan diproduksi tersebut benarbenar sudah terjamin di pasar (kuantitas, kualitas dan harga). Biasanya barang
yang diproduksi adalah barang yang sangat dibutuhkan oleh masyarakat
seperti emas dan logam mulia lainnya.
5) Billable Basis (atas dasar faktur)
Konsep ini mengakui pendapatan pada saat faktur dari barang yang sudah di
jual sudah selesai. Konsep ini diterapkan untuk memperkecil atau
mempersempit penerapan production basis, karena bagaimanapun harus
diakui bahwa pengukuran pendapatan atas dasar ini adalah lebih baik
dibandingkan
menggunakan
production
basis.
Kelemahan
di
dalam
30
production basis adalah mengakui pendapatan dalam keadaan tidak ada
transaksi jual-beli.
6) Accreation Basis (atas dasar pertambahan)
Konsep ini di dalam penyusunan laporan keuangan perusahaan jarang sekali
digunakan. Para akuntan maupun para ahli biasanya lebih senang menunda
sampai adanya suatu penjualan di dalam mengakui pendapatannya. Istilah
pertambahan (accreation) ini umumnya digunakan untuk menunjuk kepada
kenaikan nilai barang, seperti ternak atau tanaman yang setiap saat dan
semakin lama selalu mempunyai nilai bertambah (misalnya dari kecil ke besar
atau dari kurus ke gemuk). Pengertian tersebut akan dipakai dalam hubungan
dengan pertambahan atau kenaikan nilai ekonomi yang secara eksplisit tidak
dapat disertakan dengan adanya penjualan.
7) Stage of Completion (dasar tingkat penyelesaian)
Konsep ini mengakui pendapatan pada setiap waktu tertentu terhadap kontrak
kerja atau kontrak konstruksi yang memakan waktu cukup lama atau dengan
kata lain konsep ini mengakui pendapatan pada suatu waktu di mana kontrak
belum selasai. Manfaat dari metode ini adalah diakuinya suatu pendapatan
secara periodik atas dasar tingkat persentase penyelesaian dari suatu job
(pekerjaan).
Sedangkan menurut Hendriksen yang dialihbahasakan oleh Herman
Wibowo (2000:386), metode pengakuan pendapatan dapat dibagi empat, yaitu :
“1. Pengakuan pendapatan selama masa produksi
2. Pengakuan pendapatan pada saat penyelesaian produksi
3. Pengakuan pendapatan pada saat penjualan
4. Pengakuan pendapatan pada saat kas diterima.”
2.3.4.1 Pengakuan Pendapatan Selama Masa Produksi
Metode pengakuan pendapatan selama masa produksi umumnya
digunakan oleh perusahaan yang mengerjakan kontrak-kontrak jangka panjang
seperti kontrak-kontrak jenis pembangunan, pengembangan pesawat terbang
militer dan komersial, sistem penyerahan senjata, seringkali menetapkan bahwa
penjual (kontraktor) dapat menagih kepada pembeli pada selang-selang waktu
31
tercapainya bebagai titik dalam proyek itu. Beberapa ketentuan kontrak
menetapkan penyerahan tersebut dalam bentuk cicilan, dan pencatatan akuntansi
harus melaporkan ini dengan mencatat penjualan pada waktu angsuran
diserahkan.
Dua metode akuntansi yang jelas berbeda untuk kontrak-kontrak
pembangunan jangka panjang yang dikenal oleh profesi akuntansi adalah :
1) Metode persentase penyelesaian.
Pendapatan dan laba kotor diakui pada setiap periode, didasarkan atas
kemajuan dalam pembangunan, yaitu persentase dari penyelesaian. Alasan
mendasar dipakainya akuntansi persentase penyelesaian bahwa dalam
kebanyakan kontrak-kontrak ini, adalah bahwa pembeli dan penjual
memperoleh hak yang dapat diberlakukan. Pembeli memiliki hak resmi untuk
mendapatkan prestasi kerja tertentu dalam kontrak, penjual memiliki hak
untuk meminta kemajuan pembayaran yang memberikan bukti hak
kepemilikan dari pembeli. Akibatnya, kesinambungan penjualan terjadi
selama pekerjaan berlangsung, dan pendapatan dapat diakui sesuai dengan itu.
Metode persentase penyelesaian harus digunakan bila taksiran kemajuan
penyelesaian, pendapatan dan biaya-biaya layak untuk dipercaya, serta adanya
syarat-syarat berikut :
(a) Kontrak itu secara jelas merinci hak yang dapat dilaksanakan berkenaan
dengan barang-barang dan jasa-jasa yang diberikan dan diterima oleh
orang-orang, pertimbangan untuk pertukaran, serta bentuk
dan jenis
penyelesaiannya.
(b) Pembeli dapat diharapkan untuk memenuhi kewajibannya sesuai
dengan kontrak.
(c)
Kontraktor dapat diharapkan untuk melakukan kewajiban kontraknya.
Untuk menerapkan metode persentase penyelesaian, harus dimiliki dasar atau
standar untuk mengukur kemajuan penyelesaian pada tanggal sementara
tertentu. Berbagai metode digunakan dalam praktik untuk menentukan tingkat
kemajuan penyelesaian (the extent of progress toward completion), yang
paling umum adalah metode biaya ke biaya (cost to cost method). Menurut
32
metode biaya ke biaya ini, persentase penyelesaian diukur dengan
membandingkan biaya-biaya yang sudah dikeluarkan dengan taksiran jumlah
seluruh biaya untuk menyelesaikan suatu kontrak.
2) Metode kontrak selesai.
Pendapatan dan laba kotor diakui hanya pada waktu kontrak diselesaikan.
Metode kontrak selesai dapat digunakan hanya :
(a) Jika kesatuannya mempunyai kontrak-kontrak jangka pendek.
(b) Jika syarat-syarat untuk pemakaian metode persentase penyelesaian tidak
dapat dipenuhi.
(c) Jika di dalam kontrak terdapat bahaya yang melekat di luar risiko-risiko
usaha yang normal.
Keuntungan utama dari metode kontrak selesai adalah bahwa pelaporan
pendapatan didasarkan pada hasil akhir pekerjaan yang belum dilakukan.
Kekurangannya yang utama adalah tidak mencerminkan prestasi kerja masa
berjalan bila periode kontrak tersebut diperpanjang menjadi lebih dari satu
periode akuntansi.
2.3.4.2 Pengakuan Pendapatan pada Saat Penyelesaian Produk
Metode ini dapat digunakan untuk produk yang nilai pasarnya sudah tertentu
dan pemasarannya terjamin atau produk yang sudah dipastikan akan terjual
dengan harga tertentu atau berdasarkan kontrak penjualan. Pengakuan pendapatan
pada saat penyelesaian produk dapat diterapkan jika syarat di bawah ini terpenuhi,
yaitu:
1) Dapat ditentukannya harga jual atau adanya harga pasar yang stabil.
2) Biaya pemasaran (marketing) yang tidak besar atau mungkin tidak diperlukan.
3) Satuan persediaan fisik dapat dipertukarkan tanpa mempengaruhi nilainya.
4) Harga pokok produksi sulit ditentukan.
Contoh produk yang memenuhi syarat tersebut adalah emas, perak, dan hasil
bumi lainnya. Jadi dalam hal ini aktivitas produksi lebih penting dibandingkan
dengan aktivitas penjualan untuk menghasilkan pendapatan.
33
Jika pembeli melakukan pembayaran pada saat perjanjian atau kontrak yang
barangnya belum diproduksi maka penerimaan pembayaran tersebut tidak boleh
dianggap sebagai pendapatan samapai barang tersebut selesai diproduksi. Jika
terdapat perbedaan antara harga pasar pada saat produk itu diproduksi dengan
harga pasar pada saat barang tersebut dijual, maka selisihnya dicatat sebagai gains
atau losses, tanpa perlu melakukan penyesuaian terhadap pendapatan yang telah
dicatat sebelumnya.
2.3.4.3 Pengakuan Pendapatan pada Saat Penjualan
Metode ini disebut juga sebagai metode accrual basis. Dengan menerapkan
metode ini, maka perusahaan mencatat dan mengakui pendapatannya pada saat
penjualan. Metode ini paling banyak digunakan di dalam dunia usaha karena :
1) Harga pokok dapat ditetapkan secara pasti.
2) Produk telah meninggalkan perusahaan dan aktiva-aktiva baru sudah
menggantikan produk tersebut (telah terjadi pertukaran).
3) Banyak pihak-pihak yang berkepentingan menganggap bahwa penjualan
merupakan kejadian financial yang paling penting dalam aktivitas perusahaan.
4) Sebagian besar biaya-biaya yang berhubungan dengan pengadaan produk telah
dikeluarkan dalam bentuk harga pokok dan biaya penjualan sudah dapat
ditentukan dengan pasti.
Kelemahan metode ini adalah adanya ketidakpastian mengenai peristiwa atau
keadaan yang akan terjadi setelah penjualan, misalnya kemungkinan adanya
piutang yang tidak dapat ditagih atau adanya kemungkinan biaya yang timbul
setelah penjualan yang ada hubungannya dengan penjualan yang bersangkutan.
2.3.4.4 Pengakuan Pendapatan pada Saat Kas Diterima
Metode ini disebut juga sebagai metode cash basis. Dengan menerapkan
metode ini, maka perusahaan mencatat dan mengakui pendapatannya pada saat
pelunasan piutang dan pada saat uang pembayaran sudah benar-benar diterima.
Konsep ini mengakui suatu pendapatan pada saat uang diterima dan mengakui
34
biaya pada saat uang tersebut dikeluarkan. Hal ini dapat diterapkan dalam suatu
perusahaan yang menjual dan membeli barang dan jasa secara tunai.
Kesulitan yang timbul dengan dasar ini adalah apabila jual beli dilakukan
secara cicilan sedangkan pihak penjual setelah tanggal jual beli masih harus
dibebani berbagai biaya tambahan. Metode pelaporan ini digunakan untuk
mengatasi situasi ketidakpastian yang besar mengenai kolektibilitas piutang yang
timbul dari penjualan Dengan demikian, pengakuan pendapatan dapat ditunda
sampai kas diterima, sehingga kesulitan dalam menyusun estimasi piutang tidak
tertagih dapat dihindari.
2.4 Pengakuan Pendapatan Menurut PSAK Nomor 23
Pernyataan Standar Akuntansi Nomor 23 ini harus diterapkan dalam akuntansi
untuk pendapatan yang timbul dari transaksi dan peristiwa ekonomi berikut ini :
1) Penjualan barang.
2) Penjualan jasa.
3) Penggunaan aktiva perusahaan oleh pihak-pihak lain yang menghasilkan
bunga, royalti, dan dividen.
2.4.1 Pengakuan Pendapatan Penjualan Barang
Menurut Ikatan Akuntan Indonesia dalam Standar Akuntansi Keuangan
(2004:23.4), pendapatan dari penjualan barang harus diakui bila seluruh kondisi
berikut dipenuhi :
“a. Perusahaan telah memindahkan risiko signifikan dan telah
memindahkan manfaat kepemilikan barang kepada pembeli
b. Perusahaan tidak lagi mengelola atau melakukan pengendalian
efektif atas barang yang dijual
c. Jumlah pendapatan tersebut dapat diukur dengan andal
d. Besar kemungkinan manfaat ekonomi yang dihubungkan dengan
transaksi akan mengalir kepada perusahaan tersebut
e. Biaya yang terjadi atau yang akan terjadi sehubungan dengan
transaksi penjualan dapat diukur dengan andal.”
35
Dari pernyataan di atas, dapat dijelaskan sebagai berikut :
1) Penentuan kapan suatu perusahaan telah memindahkan risiko signifikan dan
manfaat kepemilikan kepada pembeli memerlukan pengujian keadaan
transaksi tersebut. Pada umumnya, pemindahan risiko dan manfaat
kepemilikan bersamaan waktunya dengan pemindahan hak milik atau
pemindahan penguasaan atas barang tersebut kepada pembeli. Hal ini terjadi
pada kebanyakan penjualan eceran. Dalam hal lain, pemindahan risiko dan
manfaat kepemilikan terjadi pada saat yang berbeda dengan pemindahan hak
milik atau pemindahan penguasaan atas barng tersebut.
Jika perusahaan tersebut menahan risiko signifikan dari kepemilikan, transaksi
tersebut bukanlah suatu penjualan dan pendapatan tidak diakui. Jika
perusahaan hanya menahan risiko tidak signifikan atas kepemilikan, transaksi
tersebut adalah suatu penjualan dan pendapatan diakui.
2) Pendapatan diakui hanya bila besar kemungkinan manfaat ekonomi
sehubungan dengan transaksi tersebut akan mengalir kepada perusahaan.
Kadang-kadang kemungkinan hal tersebut terjadi sangat kecil, sampai imbalan
diterima atau sampai suatu ketidakpastian dihilangkan.
3) Pendapatan dan beban sehubungan dengan suatu transaksi atau peristiwa
tertentu diakui secara bersamaan, proses ini biasanya mengacu pada pengaitan
pendapatan dengan beban (matching revenue and expense). Beban termasuk
jaminan dan biaya lain yang terjadi setelah pengiriman barang, biasanya
diukur dengan andal jika kondisi lain untuk pengakuan pendapatan yang
berkaitan dapat dipenuhi. Tetapi pendapatan tidak dapat diakui bila beban
yang berkaitan tidak dapat diukur dengan andal. Dalam keadaan demikian,
setiap imbalan yang telah diterima untuk penjualan barang tersebut diakui
sebagai suatu kewajiban.
2.4.2 Pengakuan Pendapatan Penjualan Jasa
Menurut Ikatan Akuntan Indonesia dalam Standar Akuntansi Keuangan
(2004:23.6), bila hasil suatu transaksi yang meliputi penjualan jasa dapat
diestimasi dengan andal, pendapatan sehubungan dengan transaksi tersebut harus
36
diakui dengan acuan pada tingkat penyelesaian dari transaksi pada tanggal neraca.
Hasil suatu transaksi dapat diestimasi dengan andal bila seluruh kondisi berikut ini
dipenuhi :
“a. Jumlah pendapatan dapat diukur dengan andal
b. Besar kemungkinan manfaat ekonomi sehubungan dengan transaksi
tersebut akan diperoleh perusahaan
c. Tingkat penyelesaian dari suatu transaksi pada tanggal neraca dapat
diukur dengan andal
d. Biaya yang terjadi untuk transaksi tersebut dan biaya untuk
menyelesaikan transaksi tersebut dapat diukur dengan andal.”
Dari pernyataan di atas, dapat dijelaskan sebagai berikut :
1) Pengakuan pendapatan dengan acuan pada tingkat penyelesaian dari suatu
transaksi sering disebut sebagai metode persentase penyelesaian. Menurut
metode ini, pendapatan diakui dalam periode akuntansi pada saat jasa
diberikan. Pengakuan pendapatan atas dasar ini memberikan informasi yang
berguna mengenai tingkat kegiatan jasa dan kinerja suatu perusahaan dalam
suatu periode.
2) Pendapatan diakui bila besar kemungkinan manfaat ekonomi sehubungan
dengan transaksi tersebut akan diperoleh perusahaan. Namun, bila suatu
ketidakpastian timbul mengenai kolektibilitas suatu jumlah yang telah
termasuk dalam pendapatan, jumlah yang tidak tertagih, atau jumlah yang
pemulihannya (recovery) tidak lagi besar kemungkinannya, diakui sebagai
suatu beban daripada penyesuaian jumlah pendapatan yang diakui semula.
3) Tingkat penyelesaian suatu transaksi dapat ditentukan dengan berbagai
metode. Suatu perusahaan menggunakan metode yang dapat mengukur dengan
andal jasa yang diberikan. Tergantung pada sifat transaksi, metode tersebut
dapat meliputi :
(a) Survei pekerjaan yang telah dilaksanakan
(b) Jasa yang dilakukan hingga tanggal tertentu sebagai persentase dari total
jasa yang harus dilakukan.
(c) Proporsi biaya yang terjadi hingga tanggal tertentu dibagi estimasi total
biaya transaksi tersebut. Hanya biaya yang mencerminkan jasa yang
37
dilaksanakan hingga tanggal tertentu dimasukkan dalam biaya yang terjadi
hingga tanggal tersebut. Hanya biaya yang mencerminkan jasa yang
dilakukan atau yang harus dilakukan dimasukkan kedalam estimasi total
biaya transaksi tersebut.
Download