UNIVERSITAS INDONESIA APLIKASI TEORI COMFORTKOLCABA DALAM ASUHANKEPEIJAWATANPADAANAKKANKER DENGAN MASALAH NUTRISI DI RUANG RAWAT ANAK NON INFEKSI RSUPN DR. CIPTO MANGUNKUSUMO JAKARTA KARYA ILMIAH AKHIR IGA Dewi Purnamawati 1106042901 FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN PROGRAM NERS SPESIALIS KEPERAWATAN ANAK UNIVERSITAS INDONESIA DEPOK JUN12014 Aplikasi teori ..., I Gusti Agung Dewi Purnamawati, FIK UI, 2014 UNIVERSITAS INDONESIA APLIKASI TEORI COMFORT KOLCABA DALAM ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK KANKER DENGAN MASALAH NUTRISI DI RUANG RAWAT ANAK NON INFEKSI RSUPN DR. CIPTO MANGUNKUSUMO JAKARTA KARYA ILMIAH AKHIR Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Ners Spesialis Keperawatan Anak IGA Dewi Purnamawati 1106042901 FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN PROGRAM STUDI NERS SPESIALIS KEKHUSUSAN KEPERAWATAN ANAK UNIVERSITAS INDONESIA DEPOK JUNI2014 11 Aplikasi teori ..., I Gusti Agung Dewi Purnamawati, FIK UI, 2014 HALAMANPERNYATAANPERSETUJUAN Karya Ilmiah Akhir ini telah diperbaiki sesuai dengan masukan, saran dan arahan dari Tim Penguji Ujian Karya Ilmiah Akhir pada Program Ners Spesialis Keperawatan Anak Universitas Indonesia Depok, Juni 2014 Supervisor Utama Dr. Nani Nurhaeni, S.Kp., MN Supervisor ii Aplikasi teori ..., I Gusti Agung Dewi Purnamawati, FIK UI, 2014 HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS Karya ilmiah akhir ini adalah hasil karya saya sendiri, dan semua sumber baik yang dikutip maupun dirujuk telah saya nyatakan dengan benar. Nama : IGA Dewi Pumamawati NPM Tanda Tangan :~:;tO! Tanggal : 27 Juni 2014 iii Aplikasi teori ..., I Gusti Agung Dewi Purnamawati, FIK UI, 2014 HALAMAN PENGESAHAN Karya llmiah Akhir ini diajukan oleh : Nama : IGA Dewi Pumamawati NPM : 1106042901 Program Studi : Program Ners Spesialis Keperawatan Anak. Judul Karya Ilmiah Akhir : Aplikasi Teori Comfort Kolcaba dalam Asuhan Keperawatan pada Anak Kanker dengan Masalah Nutrisi Di Ruang Rawat Anak Non lnfeksi RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo. Telah berhasil dipertahankan dihadapan Dewan Penguji dan diterima sebagai bagian persyaratan yang diperlukan untuk memperoleh gelar Ners Spesialis Keperawatan Anak pada Program Ners Spesialis Keperawatan Anak, Fakultas Ilmu Keperawatan, Universitas Indonesia. DEWAN PENGUJI v ~·\tgL.../' ~. Supervisor Utama : Dr. Nani Nurhaeni, S.Kp.,MN Supervisor : Happy Hayati, Ns.,Sp.Kep.An Penguji : Nurhidayatun, Ns.,Sp.Kep.An Penguji : dr. Endang W, SpA(K}, M.Med(Paed) Ditetapkan di Depok Tanggal Juni2014 ·. r .J:.·· :................. . iv Aplikasi teori ..., I Gusti Agung Dewi Purnamawati, FIK UI, 2014 KATAPENGANTAR Penulis mengucapkan syukur yang teramat mendalam kepada Ide Syang Yang Widi Wase atas semua karunia yang diberikan kepada penulis, sehingga atas anugrahnya penulis dapat menyelesaikan Karya Ilmiah Akhir (KIA) ini. KIA ini bertujuan untuk mendeskripsikan pengalaman praktik residensi serta Aplikasi Teori Comfort Kolcaba dalam Asuhan Keperawatan pada anak Kanker dengan Masalah Nutrisi di Ruang Rawat Anak Non lnfeksi RSUPN Dr Cipto Mangunkusumo Jakarta. Penulis menyadari bahwa, tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak, KIA ini tidak akan tersusun dengan baik. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada : 1. lbu Dr. Nani Nurhaeni, S.Kp.,MN selaku Supervisor Utama yang telah memberikan ide, bimbingan, semangat, araban dan motivasi pada residen untuk menyusun KIA ini. 2. lbu Happy Hayati, Ns., SpKepAn selaku Supervisor yang senantiasa, memberikan bimbingan, motivasi, dan memberikan masukan-masukan kepada residen selama menjalani praktik residensi dan saat penyusunan KIA. 3. dr. Endang Windiastuti, SpA(K), M.Med(Paed) selaku penguji dan yang telah banyak memberikan pengetahuannya kepada residen saat menjalani praktik residensi. 4. lbu Nurhidayatun, Ns.,Sp.KepAn selaku penguji dari lahan praktik. 5. lbu Dra. Junaiti Sahar, MApp.,Sc, PhD, sebagai Dekan Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia. 6. lbu Heni Permatasari, Ns.,Sp.KepKom sebagai Ketua Program Studi Pascasarjana Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia. 7. lbu Lucia Firsty, SKM, MKes selaku Direktur Akademi Keperawatan Pasar Rebo beserta seluruh staf yang telah memberikan kesempatan residen untuk dapat menyelesaikan Program Ners Spesialis Keperawatan Anak. vi Aplikasi teori ..., I Gusti Agung Dewi Purnamawati, FIK UI, 2014 8. Ibu Meidiana Bangun, Ns., Sp.KepAn yang telah banyak memberikan bimbingan dan kesempatan untuk penulis mencapai pengetahuan serta keterampilan selama di ruangan. 9. Seluruh staf pengajar Program Pascasarjana Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia yang telah memberikan ilmunya serta seluruh staf akademik yang membantu selama proses pendidikan. 10. Seluruh staf dan karyawan Departemen Ilmu Kesehatan Anak RSUPN Dr Cipto Mangunkusumo yang telah memberikan kesempatan praktik residensi I dan IT. 11. Kepala Kopertis ill dan stafnya yang telah memberikan BPPDN sehingga peneliti mampu melanjutkan ke Program Spesialis Keperawatan Anak Universitas Indonesia. 12. Seluruh keluarga besarku, Orang tua, Suami, Saudara dan anak-anakku tersayang Ayu, Gita, Vina yang telah memberikan dukungan serta pengorbanan waktu kalian untuk mama. 13. Seluruh perawat di ruang rawat Non Infeksi yang telah bersedia meluangkan waktu dan memberikan kesempatan kepada saya untuk praktik residensi. 14. Ternan-ternan satu angkatan residens angkatan 2011, khusus mb Dhita dan Andin tim satu kelompok yang telah memberikan motivasi dan semangat sampai terselesaikan KIA ini. 15. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah membantu dalam penyusunan KIA ini. Semoga dukungan dan kebaikannya yang telah diberikan kepada penulis mendapatkan limpahan anugrah dari Ide Sang Yang Widi Wase. Penulis berharap basil praktik residensi dapat memberikan manfaat bagi kemajuan ilmu keperawatan pada umumnya, khususnya keperawatan anak. OM Santi Santi Santi OM. Depok, Juni, 2014 Penulis vi Aplikasi teori ..., I Gusti Agung Dewi Purnamawati, FIK UI, 2014 HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI TUGAS AKHIR UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS Sebagai sivitas akademik Universitas Indonesia, saya yang bertanda tangan di bawah ini. Nama : IGA Dewi Purnamawati NPM : 1106042901 Program Studi : Ners Spesialis Peminatan : Kepemwatan Anak Fakultas : Ilmu Keperawatan Jenis Karya : Karya Ilmiah Akhir Demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada Universitas Indonesia Hak Bebas Royalti Noneklusif (Non-exlusive Royalty Free Right) atas karya ilmiah saya yang berjudul "Aplikasi Teori Comfort Kolcaba dalam Asuhan Keperawatan pada Anak Kanker dengan Masalah Nutrisi Di Ruang Rawat Anak Non lnfeksi RSUPN Dr Cipto Mangunkusumo Jakarta" beserta perangkat yang ada Oika diperlukan). Dengan Hak bebas Royalti Noneklusif ini Universitas Indonesia berhak menyimpan, mengalih media/formatkan, mengelola dalam bentuk pangkalan data (database}, merawat dan mempublikasikan tugas akhir saya tanpa meminta ijin dari saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis/pencipta dan sebagai pemilik Hak Cipta. Demikian pemyataan ini saya buat dengan sebenamya. Depok, Juni, 2014 IGA Dewi Purnamawati viii Aplikasi teori ..., I Gusti Agung Dewi Purnamawati, FIK UI, 2014 ABSTRAK Nama : IGA Dewi Purnamawati Program Studi : Ners Spesialis Keperawatan Anak Universitas Indonesia Judul : Aplikasi Teori Comfort Kolcaba dalam Asuhan Keperawatan pada Anak Kanker dengan Masalah Nutrisi Di Ruang Rawat Anak Non Infeksi RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo Jakarta. Kanker pada anak terus meningkat jumlahnya setiap tahun, masalah nutrisi merupakan masalah yang sering dikeluhkan oleh anak dan keluarga sehingga, diperlukan asuhan keperawatan untuk mengatasi masalah tersebut. Karya Ilmiah Akhir ini bertujuan untuk memberikan gambaran aplikasi teori Comfort Kolcaba dalam asuhan keperawatan pada anak kanker dengan masalah nutrisi dan pencapaian kompetensi baik sebagai pemberi asuhan, advocator, counselor, educator, colaborator, dan agen perubah. Terdapat lima kasus kelolaan yang menjadi pembahasan dalam karya ilmiah ini, kelima kasus kelolaan mengalami masalah nutrisi. Masalah nutrisi didapatkan dari basil pengkajian berdasarkan pendekatan teori Comfort Kolcaba yaitu pengkajian fisik, psikospiritual, sosiokultural dan Iingkungan. Intervensi menggunakan tiga tipe perawatan standar comfort, coaching dan Comfort food for the soul. Tidak semua masalah nutrisi pada lima kasus kelolaan dapat teratasi dengan cepat, untuk menyelesaikan masalah nutrisi pada anak kanker dibutuhkan waktu dan kerjasama tim yang baik antara ibu, anak, dokter dan dietesien serta perawat. Kata Kunci: Masalah nutrisi, anak dengan kanker, teori Comfort ix Aplikasi teori ..., I Gusti Agung Dewi Purnamawati, FIK UI, 2014 ABSTRACT Name : IGA Dewi Pumamawati Study Program : Pediatric Nurse Specialist Universitas Indonesia Title : The Application of Kolcaba Comfort Theory in Nursing Care of Pediatric Cancer with Nutrition Problems in Pediatric Non Infection Ward ofRSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo Jakarta. Pediatric cancer always increase every year, the problem of nutrition is often complained by the child and their family, so nursing care is required to solve the issue. This research aims to provide an overview of the application of theory Comfort Kolcaba in cancer nursing care in children with nutritional problems and the competence achievement as a caregiver, advocator, counselor, educator, colaborator, and agent of change. There were five cases managed that discussed in this research, and in five cases managed all experiencing nutritional problems. Nutrient problems obtained from the results of the assessment approach based on the theory of Comfort Kolcaba such as physical examination, psikospiritual, sociocultural and environmental. Interventions use three types of standard comfort care, coaching and Comfort food for the soul. Not all nutritional problems in the management of five cases can be resolved quickly, to solve the problem of childhood cancer nutrition takes time and good teamwork among mother, child, and dietision, doctors, and nurses. Keywords: nutrition problems, children with cancer, the theory of Comfort X Aplikasi teori ..., I Gusti Agung Dewi Purnamawati, FIK UI, 2014 DAFTARISI HALAMAN JUDUL.. .. . . . . . . . . . . .. . .. . .. . . . . . . . . . ... . .. . .. . .. . . . . .. . . . . . . . .. . . . . . . . .... HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN ........ ......... ........ ........ HALAMAN PERSETUJUAN ORISINALITAS.. .. . .. . .. . ......... ......... .. . . LEMBAR PENGESAHAN ..... ...... ..... ............... ............... ............ KATA PENGANTAR ........ ............ ... .. .... ........ ....... ..... ................. LEMBAR PERSETUJUAN PUBLIKASI ILMIAH . . .. . .. . . . . .. . .. . .. . .. . .... ABSTRAK BAIIASA INDONESIA . . .. . .. . .. . . . . .. . .. . .. . . . . .. . . . . .. . .. . .. . .. . ... ABSTRAK BAIIASA INGGRIS . . .. . .. . .. . . . . . . . .. . .. . .. . .. . .. . .. . . . . .. . .. . . . . .. . . DAFTAR lSI.............................................................................. DAFI'AR TABEL.. ........ .... ................. ......... ....... ................. ... ..... DAFTAR GAMBAR .. .. ... . . .. .. . .. . .. . .. . . . . .. . .. . .. . . . . .. . .. . .. . .. . .. ... . .. ... . .... DAFTAR S.KEMA .. .. .... .. .... .. .... .. ... .. .. .. .... .. .... .. .. . . .. .. .. ...... ... .. .. .. .. DAFTAR LAMPIRAN. .... .... .. ... .. .... .. . .. ... . ... .. . ... .. .... .. . ..... ... . .. . .. . . i iii iv v vi viii ix x xi xii xiii xiv XV BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang .................................................... ;.......... 1.2. Tujuan Penulisan............................................................ 1.3. Sistematika Penulisan....................................................... 1 7 7 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Gambaran Kasus.............................................................. 2.2. Konsep Keganasan Pada Anak............................................. 2.3. Konsep Nutrisi Pada Anak Kanker . . .. . . . . ... . . . .. . .. . . . . .. . .. . .. . . . . . .. .. 2.4. Integrasi Teori dan Konsep dalam Proses Keperawatan............. ... 2.5. Aplikasi Teori Keperawatan pada Kasus Terpilih........................ 8 21 25 28 30 BAB 3 PENCAPAIAN KOMPETENSI 3.1. Pencapaian Kompetensi sesuai Area Peminatan........ .... .. .. .. .. .. .. . 3.2. Peran Ners Spesialis Keperawatan Anak............. .... .. .. .. .. .. .. .... 59 62 BAB 4 PEMBAIIASAN 4.1. Penerapan Model Comfort Kolcaba dalam Asuhan Keperawatan Anak Kanker dengan Masalah Nutrisi . . .. . .. . .. . .. . .. . . .. .. . .. . .. . .. . . 4.2 Kendala yang Ditemukan dalam Penerapan Teori Comfort Kolcaba. 4.3. Praktik Ners Spesialis Keperawatan Anak dan Pencapaian Kompetensi.................................................................... 66 73 74 BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan ...................................................................... . 5.2 Saran........................................................................... 75 76 DAFI'AR PUSTAKA LAMPIRAN xi Aplikasi teori ..., I Gusti Agung Dewi Purnamawati, FIK UI, 2014 DAFI'AR TABEL Tabel 2.1 Taksonomi Comfort kasus kelolaan.................... . . . . . . . . . . . . . . . . 36 Tabel 4.1. Gambaran status gizi kasus kelolaan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . ... 68 Tabel 4.2. Jumlah, Rute dan Jenis asupan nutrisi kasus kelolaan . . .. . . . . . . . . . . . 71 xi Aplikasi teori ..., I Gusti Agung Dewi Purnamawati, FIK UI, 2014 DAFTAR GAMBAR Gambar 2.1 Pembelahan sel normal dan sel kanker . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .... xii Aplikasi teori ..., I Gusti Agung Dewi Purnamawati, FIK UI, 2014 21 DAFTAR SKEMA 2.1 Skema: Patofisiologi Kanker ...................................................... 22 xiii Aplikasi teori ..., I Gusti Agung Dewi Purnamawati, FIK UI, 2014 DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1 Kontrak Belajar Residen I dan II Lampiran2 Laporan Proyek lnovasi xiv Aplikasi teori ..., I Gusti Agung Dewi Purnamawati, FIK UI, 2014 BABl PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tujuan pembangunan Millenium Indonesia di bidang kesehatan salah satunya adalah menurunkan angka kematian pada anak balita, hal ini sejalan dengan Millennium development goals yang dicanangkan oleh negara di seluruh dunia dimana target pencapaiannya pada tahun 2015. Pencapaiannya pada tahun 2015 merupakan tantangan bagi kita semua untuk dapat mewujudkannya seiring semakin meningkatnya populasi penduduk dunia. Populasi penduduk dunia terus meningkat jumlahnya baik di negara maju maupun berkembang. Menurut Ribeiro dan Frazier (2014) populasi penduduk di dunia mendekati angka 7,1 miliar dimana sebagian besar tinggal di negara-negara berpenghasilan rendah dan menengah, dari 1,7 miliar penduduk sekitar lima belasjuta (15) kasus kanker baru akan muncul dan sekitar sembilan (9) juta orang akan meninggal akibat kanker pada tahun 2015. Berdasarkan data World Health Organization (WHO}, setiap tahun penderita kanker di dunia meningkat sebanyak 6,25 juta orang dimana 4 % atau sekitar 250 ribu penderita dari jumlah tersebut adalah anak-anak. Menurut National Cancer Institute (NCI) (2014) estimasi kasus kanker baru di negara Amerika Serikat berjumlah 1.665.540 orang dan kematian akibat kanker 585.720 pada tahun 2014. Penyakit kanker pada anak menjadi salah satu penyebab kematian nomor lima selama masa kanak-kanak di sebagian besar negara di dunia (Ribeiro & Frazier, 2014). Data di Indonesia disebutkan bahwa 150 dari 1 juta orang anak, menderita kanker. Setiap tahun rata-rata terdapat 4100 kasus baru penyakit kanker pada anak di Indonesia (YPKAI, 2013). Insiden kanker pada anak tiap tahun terus meningkat, sepuluh jenis kanker yang paling sering menyerang anak yaitu leukemia, tumor otak, lymphoma, melanoma, rhabdomyosarcoma, kanker testis dan ovarium, bone sarcoma, 1 Universitas Indonesia Aplikasi teori ..., I Gusti Agung Dewi Purnamawati, FIK UI, 2014 2 neuroblastoma, tumor ginjal, retinoblastoma, hepatoblastoma dan kanker lainnya (James, Nelson & Ashwill, 2013). Menurut Sistem Registrasi Kanker di Indonesia (SriKanDi dalam Putri, 2012) penyakit leukemia menduduki urutan pertama kanker pada anak dilanjutkan retinoblastoma, osteosarkoma, limfoma dan kanker nasofaring. Berdasarkan uraian di atas ancaman penyakit kanker pada anak dan kematian akibat kanker akan terns meningkat jumlahnya, untuk mengatasi permasalahan di atas ketersediaan dan keterjangkauan memperoleh layanan kesehatan perlu diwujudkan dengan meningkatkan fasilitas kesehatan serta meningkatkan sumber daya manusia dalam bidang kesehatan baik kualitas dan kuantitasnya. Kanker adalah istilah yang digunakan untuk penyakit di mana sel-sel abnormal membelah tanpa terkontrol dan mampu menyerang jaringan lain. Sel-sel kanker dapat menyebar ke bagian lain dari tubuh melalui darah dan sistem getah bening (NCI, 2014). Kanker adalah pertumbuhan tidak terkendali dan penyebaran sel. Hal ini dapat mempengaruhi hampir setiap bagian dari tubuh. Kanker sering menyerang jaringan di sekitamya dan dapat bermetastasis ke tempat yang jauh. Kanker dapat dicegah dengan menghindari paparan faktor risiko umum, seperti asap rokok. Kanker dapat disembuhkan, dengan melakukan operasi, radioterapi atau kemoterapi, terutama jika kanker terdeteksi lebih dini. Pertumbuhan yang cepat dari sel kanker dan bermetastasis merupakan salah satu penyebab kematian pada anak (WHO, 2014). Permasalahan kanker pada anak berdampak pada aspek biopsikososio dan spiritual anak dan keluarga. Aspek fisik yang sering ditampilkan antara lain ditemukannya massa, purpura, pucat, kehilangan berat badan, refleks keputihan di mata, muntah berulang pada pagi hari dan demam persisten serta keluhan nyeri pada tulang, sakit kepala, pembesaran pada kelenjar limfe, perubahan keseimbangan, perubahan cara berjalan, perubahan kepribadian dan malaise serta fatigue menjadi manifestasi yang sering dikeluhkan anak dengan kanker (James, Nelson & Ashwill, 20 13). Masalah Universitas Indonesia Aplikasi teori ..., I Gusti Agung Dewi Purnamawati, FIK UI, 2014 3 nutrisi, fatigue, nyeri dan masalah infeksi serta komplikasi yang terjadi akibat kanker seperti permasalahan pada jantung, peningkatan tekanan intra kranium, Disseminated Intravaskular Coagulation (DIC), Hiperkalsemia, reaksi hipersensitif terhadap obat antikanker dan sindrom lisis tumor, serta syok septik menjadi permasalahan yang akan dihadapi anak penderita kanker (Otto, 2001). Cleve, Munoz, Riggs, Bava, dan Savedra (2012) melakukan penelitian pada anak dengan kanker usia 6 sampai dengan 17 tahun, basil menunjukan 56 % anak melaporkan nyeri. Masalah lain yang juga dihadapi anak antara lain permasalahan psikososial berupa depresi, kecemasan dan ketakutan tentang kematian sering terjadi pada anak. Pemahaman anak dan keluarga terhadap kondisi psikososial, akan membantu anak dan keluarga mengatasi dampak psikososial akibat kanker (Marcus, 2012). Permasalahan nutrisi merupakan masalah yang sering dihadapi anak, banyak faktor yang berkontribusi terhadap kurangnya asupan nutrisi seperti mual dan muntah, mukositis, hilangnya rasa kecap, diare, konstipasi, malabsorbsi, mulut kering, masalah mengunyah dan menelan dan anoreksia (Grundy & Oliver, 2000; Hudayani, 2014). Beberapa penulis melaporkan bahwa status nutrisi yang buruk, akan berdampak negatif terhadap toleransi pengobatan dan kelangsungan hidup anak dengan kanker (Antillon, Rossi, Molina, Sala, Pencharz, Valsecchi & Barr, 2012). Antillon, Rossi, Molina, Sala, Pencharz, Valsecchi dan Barr (2012) melakukan penelitian pada 133 orang anak yang barn terdiagnosa acute lymphoblastic leukemia (ALL) dengan mengukur status nutrisi anak setelah tiga dan enam bulan menjalani kemoterapi pada anak yang sama. Hasil menunjukan bahwa malnutrisi sering ditemukan pada awal anak terdiagnosis ALL sehingga sering terjadi penghentian pengobatan dan kekambuhan penyakit lebih besar, namun jika anak-anak mampu bertahan hidup dan meningkatkan status nutrisi selama enam bulan pertama terdiagnosa ALL Universitas Indonesia Aplikasi teori ..., I Gusti Agung Dewi Purnamawati, FIK UI, 2014 4 maka peluang anak untuk bertahan hidup meningkat secara signiftkan. Melakukan anamnesis status nutrisi anak, pemeriksaan klinis, pemeriksaan antropometris dan uji biokimia pada awal pengobatan sangat diperlukan sebagai langkah awal mengatasi masalah nutrisi pada anak dengan kanker (Antillon, Rossi, Molina, Sala, Pencharz, Valsecchi & Barr, 2012). Penggunaan istilah malnutrisi sering dihubungkan dengan kekurangan nutrisi dan kekurangan protein namun, obesitas pun termasuk dalam kondisi malnutrisi. Meskipun malnutrisi dijadikan sebagai indikator prognosis yang buruk pada anak dengan kanker, namun status nutrisi tidak selalu dievaluasi secara klinis. Status gizi yang kurang menjadi faktor menurunnya daya tahan tubuh, terlambatnya penyembuhan luka, peningkatan infeksi jamur dan toksisitas hematologi sedangkan obesitas memacu peningkatan toksisitas hati dan pankreas. Malnutrisi menjadi salah satu penyebab prognosis yang buruk pada anak dengan kanker. Kurangnya cadangan makanan dan lemak tubuh akan mempengaruhi farmakokinetik pada banyak obat antikanker dan mempengaruhi fa.rmakodinamis dan keefektifan obat kanker (Bauer, Jurgens & Fruhwald, 2011; Rogers, 2014). Mengkonsumsi makanan untuk memenuhi zat gizi pada anak kanker bertujuan untuk mencegah penurunan berat badan secara berlebihan serta mencapai mempertahankan status gizi yang optimal. Mengkonsumsi makanan sebelum, selama dan setelah tempi dapat membantu anak merasa lebih baik dan bertahan lebih kuat (Hudayani, 2014). Gizi yang baik memainkan peranan penting dalam mengukur keberhasilan secara klinis seperti, meningkatkan kelangsungan hidup, meningkatkan kualitas hidup, meminimalkan biaya perawatan, menurunkan risiko infeksi dan meningkatkan toleransi terhadap kemoterapi (Landas, Sacks, Meacham, Henry, Enriquez, Lowry & Hawkes, et al, 2005; Bauer, Jurgens, Fruhwald, 2011 ). Berdasarkan uraian di atas status nutrisi anak menjadi pusat perhatian kita bersama untuk meningkatkan kualitas hidup anak penderita kanker. Universitas Indonesia Aplikasi teori ..., I Gusti Agung Dewi Purnamawati, FIK UI, 2014 5 Menurut Brannstrom dan Norberg (2014) yang melakukan penelitian pada anak-anak kanker usia 3 sampai dengan 9 tahun mengemukakan bahwa anak-anak penderita kanker sering menjalani pengobatan yang cukup lama, mengungkapkan nyeri yang berat, mengungkapkan perasaan ketidaknyamanan dan membutuhkan kenyamanan. Penelitian tersebut menghasilkan temuan bahwa anak-anak merasakan tidak nyaman selama pengobatan dan terkadang mengungkapkan ketidaknyamanan tersebut. Anak-anak mengungkapkan perasaan nyaman didapatkan dari keluarga mereka dan staf rumah sakit. Berdasarkan penelitian Brannstrom dan Norberg (2014) anak-anak mendapatkan kenyamanan dari keluarganya, hal ini sejalan dengan filosofi keperawatan anak bahwa asuhan keperawatan berpusat pada keluarga. Asuhan berpusat pada keluarga memandang bahwa keluarga merupakan sesuatu yang konstan dalam kehidupan anak sehingga kehadiran, keterlibatan dan keputusannya sangat diperlukan untuk keberhasilan perawatan. Waktu, energi, keuangan dibutuhkan dalam jumlah yang sangat besar selama anak sakit dan dirawat dengan kanker sehingga sangat dibutuhkan peran perawat. Perawat menjalin hubungan kolaborasi dengan keluarga dengan menjadi pendengar secara aktif, komunikasi, kesiagaan dan dialog serta menerima perbedaan pasien, sehingga anak dan keluarga merasakan kenyamanan secara fisik, psikospiritual, sosiokultural dan lingkungan (Wong, Eaton, Wilson, Winkelstein & Schwartz, 2009). Menurut Cleve, Munoz, Riggs, Bava dan Savedra (2012) Anak-anak dengan kanker sering mengeluh mual, muntah, tidak nafsu makan dan hilangnya rasa kecap merupakan salah satu penyebab teijadinya malnutrisi pada anak. Masalah nutrisi dapat menganggu homeostasis tubuh untuk bekerja sesuai dengan fungsinya, sehingga dapat menggangu kenyamanan fisik anak. Hal ini sejalan dengan teori Comfort Kolcaba yang membahas konteks kenyamanan pada empat area yaitu fisik, psikospiritual, sosiokultural dan lingkungan. Dengan menggunakan pendekatan teori Comfort Kolcaba Universitas Indonesia Aplikasi teori ..., I Gusti Agung Dewi Purnamawati, FIK UI, 2014 6 diharapkan dapat meningkatkan rasa nyaman anak selama menjalani perawatan. Penyelesaian masalah nutrisi dengan pendekatan teori Comfort Kolcaba akan memperkaya praktik keperawatan dalam memberikan asuhan keperawatan pada pasien (Krinsky, Murillo & Johnson, 2014). Berdasarkan hasil pengamatan selama residen menjalani praktik klinik residensi I dan II sejak bulan September 2013 sampai dengan bulan Mei 2014 di RSUPN Cipto Mangunkusumo Jakarta terdapat lima besar penyakit kanker pada anak yang dirawat di ruang non infeksi yaitu Leukemia 49%, Retinoblastoma 25%, Osteosarcoma 5,6%, Neuroblastoma 7,5%, dan Limfoma beberapa jenis kanker 5,6 % dan lainnya seperti Hepatoblastoma dan Yolk sac tumor. Masalah keperawatan yang residen temukan pada lima kasus kelolaan semuanya mengalami masalah nutrisi, dan masalah-masalah yang lain seperti nyeri, hipertemia, perdarahan dan infeksi. Berdasarkan uraian di atas residen tertarik untuk mengangkat judul Aplikasi Teori Comfort Kolcaba dalam Asuhan Keperawatan pada Anak Kanker dengan Masalah Nutrisi di ruang rawat Non Infeksi RSUPN Cipto Mangunkusumo. 1.2 Tujuan 1.2.1 Tujuan Umum Memberikan gambaran aplikasi teori Comfort Kolcaba dalam asuhan keperawatan pada anak kanker dengan masalah nutrisi di ruang rawat anak non infeksi RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo. 1.2.2 Tujuan Khusus 1.2.2.1 Memberikan gambaran asuhan keperawatan pada anak dengan kanker yang mengalami masalah nutrisi dengan menggunakan pendekatan teori Comfort Kolcaba. 1.2.2.2 Menganalisis asuhan keperawatan yang diberikan pada anak penderita kanker yang mengalami masalah nutrisi dengan pendekatan teori Comfort Kolcaba. Universitas Indonesia Aplikasi teori ..., I Gusti Agung Dewi Purnamawati, FIK UI, 2014 7 1.2.2.3 Memberikan gambaran pencapaian kompetensi dalam praktik klinik spesialis keperawatan anak dan peran perawat dalam memberikan asuhan keperawatan secara profesional dengan memperhatikan aspek etik dan legal dalam keperawatan. 1.3 Sistematika penulisan Karya Ilmiah Akhir (KIA) ini terdiri dari lima (5) bah, yang terdiri dari: Bah satu (1), merupakan pendahuluan yang membahas latar belakang, tujuan, dan sistematika penulisan karya ilmiah akhir ini. Bah dua (2) menguraikan aplikasi teori keperawatan dalam dalam memberikan asuhan keperawatan pada anak yang mengalami masalah nutrisi, yang meliputi uraian mengenai gambaran kasus, tinjauan teori, integrasi teori dan konsep keperawatan dalam proses asuhan keperawatan dan aplikasi teori keperawatan pada kasus terpilih. Bah tiga (3) menguraikan pencapaian kompetensi praktik residensi keperawatan anak dan peran perawat anak dalam pemberian asuhan keperawatan. Bah empat (4), memaparkan tentang analisis penerapan teori Comfort Kolcaba dalam asuhan keperawatan pada anak dengan masalah nutrisi dan pencapaian target kompetensi. Bah lima (5), terdiri dari kesimpulan dan saran. Universitas Indonesia Aplikasi teori ..., I Gusti Agung Dewi Purnamawati, FIK UI, 2014 BAB2 APLIKASI TEORI KEPERAWATAN P ADA PRAKTIK RESIDENSI Pada bab 2 ini akan diuraikan tentang gambaran kasus yang dikelola selama praktik residensi yang berhubungan dengan area masalah yang diambil sebagai penerapan teori keperawatan, tinjauan teoritis dengan kasus yang di pilih, integrasi teori dan konsep keperawatan dalam proses keperawatan, dan aplikasi teori keperawatan pada kasus terpilih. 2.1. Gambaran Kasus 2.1.1 Kasus I An. D (laki-laki) usia 14 tahun 11 bulan, masuk rumah sakit pada tangga1 10 Februari 2014 dengan diagnosa Limfoma Non Hodgkin (LNH). Satu hari sebelum masuk rumah sakit anak muntah-muntah, frekuensi 10 kali dalam sehari muntah hanya air, tidak bercampur darah, setiap diberi makan selalu dimuntahkan, demam sudah dua hari, suhu 39 • C. Satu setengah bulan yang lalu anak D terdiagnosa LNH saat ini rencana kemoterapi fase induksi. Pemeriksaan laboratorium terakhir pada tanggal 21 Februari 2014 yaitu Hemoglobin: 8.8 g/dl, Hematokrit: 25,3 %, Trombosit: 3.32. 10A6/ul, Leukosit: 4,45 10A3/ul, Basofil: 5.2 %, Eosinofil: 0.2 %, Neutrofil: 16,9 %, Limfosit: 67,6 %, Monosit: 10,1%, Laju Endap Darah: 109 mm. Penatalaksanaan yang telah diberikan terapi antibiotik sesuai program, antiemetik sesuai program, analgesik dan antipiretik sesuai program, kortikosteroid sesuai program, oralit sesuai program, Vitamin sesuai program, obat antijamur sesuai program. Obat kemoterapi: Vincristin 1,8 mg IV, CPA 1000 mg, Mesna 800 mg, Adriamisin 30mg, Methotrexate (MTX) + Cytarabine (ARA C) + Dexametasone. Diet nutrisi yang diberikan makan biasa 1000 kkal dan Formula 100 5 x 200 cc. Terapi cairan parenteral: KaEniB: 70 mlljam. Mendapatkan transfusi Trombosit Cell (TC) dan pemberian albumin 20%: 78 mi. 8 Universitas Indonesia Aplikasi teori ..., I Gusti Agung Dewi Purnamawati, FIK UI, 2014 9 Pengkajian dilakukan pada tanggal 21 Februari 2014: pengkajian fisik: tipe kenyamanan relief yaitu nyeri pada sendi lutut dan tulang belakang, skala nyeri 7, meringis kesakitan saat mengerakan tubuh dan menangis setiap nyerinya muncul dan sulit tidur, anak terpasang infus. Berat badan 29,5 kg, BMI: 13,11, makan V4 porsi. Hasil laboratorium Hemoglobin: 8,8 g/dl, Laju Endap Darah: 109 mm, terpasang infus pada tangan kanan. Rencana kemoterapi setelah secara klinis membaik. Pengkajian Psikospiritual: tipe kenyamanan relief anak tampak murung menjawab seperlunya, lebih banyak diam, wajah tampak Ielah dan orang tua selalu bertanya kondisi anaknya. Pengkajian sosiokultural: Interaksi anak dengan lingkungan kurang, lebih banyak diam, wajah tampak murung, tidur-tiduran sambil memainkan menonton televisi. Pengkajian lingkungan: tipe kenyamanan relief. anak mengatakan bosan di dalam kamar terus, anak mengatakan ingin keluar kamar. Orang tua mengatakan ruangan kadang-kadang ramai oleh keluarga pasien, suhu ruangan terkadang panas saat banyak pengunjung, dan kamar mandi bergantian dengan pasien lain. Diagnosis keperawatan yang ditegakkan antara lain nyeri berhubungan dengan destruksi sel-sel kanker, ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh, risiko defisit volume cairan, risiko infeksi, risiko cedera dan cemas pada anak dan orang tua. Rencana tindakan yang disusun berdasarkan masalah yang muncul. Intervensi yang telah dilakukan antara lain 1) Standar comfort yaitu: mengkaji skala nyeri anak, mengobservasi tanda-tanda vital, memberikan kompres hangat pada area yang sakit, memberian Antipiretik 500 mg dan Analgesik 25mg, Antiemetik 4 mg, Vitamin 1 sendok obat, Zat besi 20 mg, Omeprazole 400 mg. mengkaji penyebab anak tidak mau makan, makanan kesukaan anak, kemampuan anak untuk makan, menimbang berat badan, memantau dan mencatat asupan nutrisi anak, memantau basil laboratorium Universitas Indonesia Aplikasi teori ..., I Gusti Agung Dewi Purnamawati, FIK UI, 2014 10 albumin, elektrolit, gula darah sewaktu (GDS) dan hemoglobin, memberikan transfusi Packed Red Cells (PRC) dan albumin, memasang infus, memantau basil pemeriksaan laboratorium hemoglobin, leukosit, absolute neutrofil count (ANC) dan nilai prokalsitonin. Memantau efek samping kemoterapi, memantau tandatanda vital anak sebelum dan sesudah tindakan intra tekal (IT), memposisikan anak dengan tepat saat pemberian terapi melalui IT. 2) Coaching yaitu: menjalin hubungan saling percaya dengan anak, menganjurkan pada orang tua untuk membawa makanan yang disukai anak dari rumah, menganjurkan pada orang tua untuk memberi makan porsi kecil namun sering, menganjurkan anak untuk makan makanan selagi hangat, mengedukasi orang tua tentang efek samping kemoterapi. 3) Comfort food for the soul: ciptakan lingkungan yang nyaman pada waktu jam makan, tenang dan bersih. Residen melakukan evaluasi setelah 6 hari perawatan dari 6 diagnosis keperawatan 5 diagnosa keperawatan sudah teratasi pengalaman rasa nyaman berada pada tipe transcendence, hanya 1 diagnosa keperawatan yang belum teratasi yaitu ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan asupan yang kurang dan hipermetabolisme tubuh. Masalah belum teratasi pengalaman rasa nyaman pada tipe ease disebabkan berat badan anak masih 30 kg dimana berat badan anak ideal 35 kg, namun nafsu makan anak sudah membaik, mual muntah tidak ada. Pasien akan datang empat minggu kemudian untuk kemoterapi siklus ke 2. 2.1.2 Kasus II An. Y, jenis kelamin perempuan, usia 7 tahun 7 bulan, masuk rumah sakit pada tanggal 18 Maret 2014 dengan diagnosa medis Hepatoblastoma. Anak Y masuk rumah sakit untuk menjalani kemoterapi protokol hepatoblastoma siklus ke 2. Riwayat masa lalu: anak Y terdiagnosa hepatoblastoma pada bulan Mei 2013 sudah Universitas Indonesia Aplikasi teori ..., I Gusti Agung Dewi Purnamawati, FIK UI, 2014 11 menjalani kemoterapi sampai dengan siklus ke lima namun berhenti. Saat ini menjalani kemoterapi ulang. Pemeriksaan laboratorium Hemoglobin: 8.4 g/dl, Hematokrit: 24,6 %, Trombosit: 12.37 1OA6/ul, Leukosit: 22.420 1OA3/ul, Basofil: 5.2 %, Eosinofil: 0.5 %, Neutrofil: 77,3 %, Limfosit: 10.3%, Monosit: 11.1%, LED: 50 mm, ANC: 17.330, SGOT: 111 u/1, SGPT: 20 u/1, protein total: 9.9 g/dl, albumin: 4.9 g/dl, globulin: 4.99 g/dl, bilirubin total: 3.2 mg/dl, bilirubin indirek: 2.13 mg/dl, bilirubin direk: 1.07 mg/dl, kreatinin: 0.4 mg/dl, ureum: 39 mg/dl. Penatalaksanaan: diet makanan biasa: 1000 kkal, Makanan cair: F100 6 x 150 mi. terapi obat: Antiemetik 3x4 mg IV, Vitamin E 2 x 150 ui oral, Ambroxol + Salbutamol4 x 1 bungkus, Aspilet 1 x 80 mg. Obat kemoterapi: Doxorubicin 10 mg, dan Cisplatin 30 mg. Pengkajian dilakukan pada hari senin tanggal 18 Maret 2014 : pengkajian fisik berada pada tipe kenyamanan relief: anak Y batuk berdahak, sputum jemih, Tekanan darah: 100/60mmHg, Suhu: 36,8 • C, Nadi: 70 x/menit, Pemapasan: 20 x/menit, Anak tampak lemah dan badan kurus, berat badan 18,55 kg, tinggi badan: 123 em, LLA: 11,5 em status gizi berdasarkan LLA adalah gizi buruk, IMT: 10.97, perut membesar dengan lingkar perut: 53.62 em, nafsu makan kurang, mual, hepar teraba pembesaran dan keras, terpasang naso gastric tube (NGn untuk pemberian formula 100 (F 100), Hemoglobin: 8.4 g/dl, SOOT: 111 u/1, SGPT: 20 u/1. Pengkajian psikospiritual: berada pada tipe relief. saat diajak bicara anak diam, menangis jika ditinggal ibunya, ibu memarahi anak jika anak rewel. Pengkajian sosiokultural: berapa pada tipe relief. interaksi anak dengan lingkungan tidak ada, lebih banyak diam, dan lebih banyak tidur tiduran. Pengkajian lingkungan berada pada tipe ease: anak bermain boneka ditempat tidumya, orang tua mengatakan ruangan bersih, tidak panas, tidak berisik dan tidak ramai, serta penerangan Universitas Indonesia Aplikasi teori ..., I Gusti Agung Dewi Purnamawati, FIK UI, 2014 12 yang cukup, kamar mandi dekat dengan tempat tidur, tersedia tempat cuci tangan dan berfungsi dengan baik. Diagnosis keperawatan yang ditegakkan antara lain bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan peningkatan produksi sputum, ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan asupan yang kurang, risiko defisit volume cairan berhubungan dengan asupan yang kurang, risiko infeksi berhubungan dengan hipermetabolisme, prosedur risiko invasif, cedera gizi dan dengan agen kurang berhubungan kemoterapi dan cemas pada anak dan orang tua berhubungan dengan dampak hospitalisasi dan prognosis penyakit anak. Tindakan keperawatan yang telah dilakukan pada kasus anak Y antara lain: 1) Standar comfort: mengobservasi tanda-tanda vital, mengkaji irama, frekuensi dan kedalaman pemapasan, mengauskultasi bunyi napas, menimbang berat badan anak, memantau dan mencatat asupan nutrisi anak, memantau basil laboratorium albumin, elektrolit, GDS dan hemoglobin, melakukan akupresur pada anak. Memantau pemberian makanan biasa 1000 kkal, dan susu F100 5 x 150 cc, memberian Antiemetik 4 mg, vitamin E 1 150 ui, memberikan transfusi PRC 150 cc, memasang cairan parenteral 2A + Ca + KCl + Mg 50 ml/jam, memberikan makanan cair melalui NGT, memantau tanda-tanda infeksi pada area pemasangan infus, memantau tanda-tanda efek samping kemoterapi, mengobservasi terapi Doxorubicin 10 mg dalam 100 cc NaCL 0.9 % di berikan selama 4 jam 25 ml/jam. 2) Coaching yaitu: menganjurkan pada orang tua untuk membawa makanan yang disukai anak dari rumah, menganjurkan pada orang tua untuk memberi makan porsi kecil namun sering, menganjurkan orang tua untuk melakukan oral hygiene dengan NaCl untuk Universitas Indonesia Aplikasi teori ..., I Gusti Agung Dewi Purnamawati, FIK UI, 2014 13 mencegah stomatitis, mengajarkan prosedur akupresur pada orang tua, 3) Comfortfoodfor the soul: memberi pujian atas prilaku orang tua membuang sputum pada tempatnya. Menciptakan lingkungan yang nyaman pada waktu jam makan, memberikan pujian atas prilaku ibu untuk memberikan setiap makanan yang disajikan dan selalu memberikan motivasi pada ibu untuk tetap bersabar terhadap asupan anak. Evaluasi dilakukan pada anak Y setelah tiga hari dirawat dari 5 diagnosa keperawatan 4 diagnosa keperawatan teratasi dan satu diagnosa keperawatan yang belum teratasi. Rasa nyaman pasien dan keluarga berada pada tipe transcendence, hanya 1 diagnosa keperawatan yang belum teratasi yaitu ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan asupan yang kurang. Masalah belum teratasi pengalaman rasa nyaman pada tipe ease disebabkan berat badan anak tetap 18 kg dimana berat badan anak ideal 27 kg, namun nafsu makan anak masih kurang, saat pulang masih terpasang NGT, mual dan muntah tidak ada. Pasien akan datang tiga minggu kemudian untuk siklus kemoterapi ke 3. 2.1.3 Kasus Ill An.Az, anak laki-laki, usia 2 tahun, masuk rumah sakit pada tanggal 22 Maret 2014 dengan Akut Mieloid Leukemia (AML). Anak terdiagnosa AML sejak Desember 2013, sudah menjalani kemoterapi siklus pertama pada tanggal 26 Februari sampai dengan 15 Maret 2014 dan satu minggu kemudian masuk rumah sakit kembali. Empat hari sebelum masuk rumah sakit anak demam dan diare, tidak mau makan hanya minum dan sudah berobat ke poli klinik dan disarankan pulang untuk perbaikan keadaan umum, namun esok harinya anak mengalami perdarahan saluran cerna dan dirawat kembali. Pemeriksaan laboratorium terakhir pada tanggal 21 maret 2014 Hemoglobin: 6.06 g/dl, Hematokrit: 18 %, Trombosit: 40.90 1OA6/ul, Universitas Indonesia Aplikasi teori ..., I Gusti Agung Dewi Purnamawati, FIK UI, 2014 14 Leukosit: 1880 101\3/ul, Basofil: 0 %, Eosinofil: 0 %, Neutrofil: 11 %, Limfosit: 2%, Monosit: 63%, ANC: 244, Bias: 9%, Na: 127 Meq/1, K: 2.2 Meq/1, Cl: 93 Meq/1, GDS: 138 mg/dl. Penatalaksanaan yang didapatkan: diet anak sementara dipuasakan, infus: N5(450) + D40% (40) + KCI(lOmeq) 25 ml/jam, Aminofusin 5 %: 8.3 ee/jam. Tranfusi PRC 70 ee dan Trombosit 100 ee, injeksi Antibiotik 4 x 500 mg, Antipiretik 3 x 100 mg, Omeprazole 1 x 10 mg obat oral: Ambroxol 4 x 5 mg, Salbutamol 4 x 0.5 mg Klindamyein 4 x 60 mg salep, Asam Fusielaf dan kompres NaCI 0.9 % untuk lengan kiri yang bengkak. Pengkajian dilakukan pada tanggal 24 Maret 2014 pengkajian fisik berada pada tipe kenyamanan relief. keadaan umum lemah, tanda-tanda vital Tekanan darah: 100/70 mmHg, Suhu: 37·c, Nadi: 120 xlmenit, Pemapasan: 32 x/menit. Anak masih dipuasakan perdarahan saluran eema tidak ada lagi, bah berwama kuning, berat badan anak 10 kg, tinggi badan 84 em, IMT: 14.11, LLA: 13 em, batuk berdahak, ronchi tidak ada. Lengan kiri bengkak bekas pemasangan infus pasea perawatan siklus pertama dan saat ini terpasang infus di kaki kiri. Pengkajian psikospiritual tipe kenyamanan relief. anak selalu menangis setiap perawat akan melakukan prosedur keperawatan. Nenek pasien mengatakan binggung tidak ada yang dapat menunggu eueunya mamanya anak Az bekerja, takut diberhentikan jika sering ijin tidak masuk, nenek anak Az mengatakan sudah meninggalkan keluarganya dikampung untuk dapat menunggu anak Az. Pengkajian sosiokultural tipe kenyamanan pada tipe relief. interaksi anak dengan perawat belum terjalin dengan baik, anak hanya berinteraksi dengan neneknya, tidak ada interaksi dengan pasien disebelahnya. Pengkajian lingkungan: tipe kenyamanan berada pada tipe ease: anak Az bermain terbatas hanya di tempat tidur, alat main anak diletakan di dekat anak. Nenek anak Az mengatakan ruangannya saat Universitas Indonesia Aplikasi teori ..., I Gusti Agung Dewi Purnamawati, FIK UI, 2014 15 ini sudah cukup nyaman, ruangan tenang, pengunjung dan penunggu pasien dibatasi serta tempat tidur terpasang penghalang. Diagnosis keperawatan yang ditegakkan pada kasus anak Az adalah bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan peningkatan produksi sputum, ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan asupan yang kurang, nyeri berhubungan pembesaran tangan kiri pasca kemoterapi, risiko defisit volume cairan berhubungan dengan asupan yang kurang, risiko infeksi berhubungan dengan prosedur invasif. Tindakan keperawatan yang telah dilakukan antara lain: 1) Standar comfort: mengobservasi tanda-tanda vital, mengkaji irama, frekwensi dan kedalaman pemapasan, mengauskultasi bunyi napas, memantau asupan makanan anak melalui oral atau parenteral: N5: 25 ml/jam, dan Aminofusin 250 ml: 8.3 ml/jam. Memberikan transfusi PRC 100 mg memberikan Omeprazole 10 mg. Mengkaji skala nyeri anak, memberikan kompres NaCl pada area yang sakit, memberikan antipiretik 100 mg, salf fusiclaf untuk luka, mengganti balutan infus, pantau tanda-tanda dehidrasi, timbang timbang berat badan, memantau asupan dan keluaran, memantau perdarahan dari saluran cema seperti melena, memantau hasil laboratorium yang relevan dengan keseimbangan cairan tubuh seperti hematokrit, albumin dan berat jenis urin, memantau tanda-tanda infeksi pada area pemasangan infus, cuci tangan sebelum dan sesudah melakukan prosedur keperawatan, memantau hasil pemeriksaan laboratorium hemoglobin, leukosit, LED, ANC dan prokalsitonin. 2) Coaching yaitu: menganjurkan nenek untuk menggunakan masker saat nenek terserang infeksi pemapasan, menganjurkan untuk memberi makanan cair sedikit demi sedikit sesuai indikasi, mengajarkan nenek cara berkumur untuk mencegah stomatitis pada Universitas Indonesia Aplikasi teori ..., I Gusti Agung Dewi Purnamawati, FIK UI, 2014 16 anak dan ajarkan pada nenek tehnik akupresur untuk mengurangi mual. 3) Comfort food for the soul: menganjurkan untuk memberikan cukup minum sesuai program, menciptakan 1ingkungan yang nyaman saat anak makan, melibatkan nenek mengompres lengan yang bengkak dengan NaCl 0.9%. Evaluasi dilakukan setelah lima hari perawatan dari 5 diagnosa keperawatan 4 diagnosa keperawatan teratasi atau berada pada tipe kenyamanan transcendence dan satu diagnosa keperawatan belum teratasi, dimana tipe kenyamanan berada pada ease yaitu nyeri berhubungan dengan bengkak pada lengan kiri pasca kemoterapi. 2.1.4 Kasus IV An. CH, anak laki-laki, usia 2 tahun 6 bulan, masuk rumah sakit pada tanggal 26 Maret 2014 dengan Akut Mieoloid Leukemia. Anak CH masuk ruang Non Infeksi atas rujukan RSUD Pasar Rebo, 10 hari sebe1um masuk rumah sakit anak dirawat di RSUD Pasar Rebo dengan diagnosa medis Dengue Hemoragic Fever (DHF), anak demam, batuk dan nilai trombosit rendah. Dua hari sebelum masuk rumah sakit timbul lebam kebiruan pada tubuh dan anak langsung dirujuk ke RSUPN Cipto Mangunkusumo. Saat datang keadaan umum dengan perdarahan gusi, pucat, paralisis pada nervus VII bagian kanan, kedua mata menonjol, demam, dan sulit menelan. Pemeriksaan laboratorium terakhir tanggal 9 April 2014 Hemoglobin: 11.1 g/dl, Hematokrit: 33 %, Trombosit: 37.000 10/\6/ul, Leukosit: 10.020 10/\3/ul, Basofil: 2.7 %, Eosinofil: 0 %, Neutrofil: 20.8 %, Limfosit: 57.7%, Monosit: 18.8 %, Na: 130 Meq/1, K: 5.10 Meq/1, Cl: 89.5 Meq/1, GDS: 121 mg/dl, ureum:12 mg/dl, Kreatinin: 0.3 mg/dl , SOOT: 83 u/1, SGPT: 110 u/1, albumin: 3.78 gr/dl. Penatalaksanaan yang diberikan antara lain lnjeksi: Antiemetik 3 x 2 mg, Antipiretik 4 x 180 mg, Antibiotik 3 x 500 mg, Amikasin I x 250 mg, Micafungin 1 x 40 mg. Oral: Salbutamol + Universitas Indonesia Aplikasi teori ..., I Gusti Agung Dewi Purnamawati, FIK UI, 2014 17 Ambroxol 4 x 1 bungkus, Captopril 3 x 6.25, Aloclair gel 3 x hari di oleskan pada mulut, Inhalasi dengan NaCl 0.9% + ventolin 1 ampul 4 x hari, obat tetes mata sesuai program. Premedikasi sebelum tranfusi Dexamethasone 1,5 mg dan Difenhidramin 15 mg N. Pengkajian dilakukan pada tanggal 14 April 2014 hari ke 19 rawat inap pengkajian fisik berada pada tipe kenyamanan relief. keadaan umum anak lemah, demam, batuk, kedua mata anak menonjol dan edema dan hematoma palpebra bilateral, kesulitan menelan, berat badan: 13,65 kg, IMT: 16.48, wajah anak tidak simetris miring ke sebelah kiri, bicara tidak jelas, trombosit rendah, anak gelisah dan rewel, sulit tidur, terpasang NGT, oksigen melalui nasal kanul 3 liter dan, tidak terpasang infuse hanya kanul infus untuk pemberian obat. Anak telah mendapatkan tranfusi trombosit, PRC, Albumin 25 % 50 ml, obat kemoterapi ARA C 25 mg dan Doxorubicin 20 mg. Pengkajian psikospritual berada pada tipe nyamanan relief: anak rewel, menangis terns, anak selalu minta digendong orang tua, sulit tidur dan orang tua mengungkapkan kecemasannya atas kondisi anak dan berpasrah pada tuhan. Pengkajian sosiokultural berada pada tipe kenyamanan relief. interaksi anak dengan pasien lain tidak ada, anak ditunggu oleh kedua orang tuanya dan nenek pasien. Pengkajian lingkungan: tipe kenyamanan relief. anak selalu gelisah menangis tidak mau ditidurkan hanya mau di gendong orang tuanya, mengatakan ruangan terkadang panas karena pendingin ruangan mati, ruangan cukup ramai pada saat jam pemberian obat banyak anak menangis. Diagnosis keperawatan yang muncul antara lain bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan peningkatan produksi sputum, hipertermia berhubungan dengan mikroorganisine patogen, nyeri berhubungan dengan udema dan hematoma palpebra bilateral, ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan Universitas Indonesia Aplikasi teori ..., I Gusti Agung Dewi Purnamawati, FIK UI, 2014 18 dengan kelemahan otot menelan, defisit volume cairan berhubungan dengan output berlebih dari demam dan perdarahan, cemas pada anak dan keluarga berhubungan dengan prognosis penyakit dan dampak hospitalisasi. Tindakan keperawatan yang telah dilakukan antara lain: 1) Standar comfort: mengobservasi tanda-tanda vital, memberikan susu melalui NGT, memberikan terapi obat Antiemetik 2 mg, Antipiretik 180 mg, Antibiotik 500 mg, memberikan Inhalasi dengan obat Ventolin dan NaCl 3 cc, memberikan terapi Salbutamol + Ambroxol puyer 1 bungkus, Captopril 6,25mg, memberikan transfusi TC, PRC dan Albumin 25 %, menghitung keseimbangan cairan, menimbang berat badan, memantau basil laboratorium. 2) Coaching: menganjurkan pada orang tua melaporkan jika anak demam, batuk dan diare, menganjurkan ibu untuk mencuci tangan setiap kali memberikan makanan cair anak, dan menjaga peralatan makan anak dalam keadaan bersih, menyarankan untuk menggunakan masker saat terserang ISPA, menyarankan orang tua untuk menunggu anak secara bergantian. 3) Comfort food for the soul: memberikan reinforcement atas usaha menjaga kebersihan personal anak. Evaluasi pada anak CH pada tanggal 24 April anak mengalami penurunan kesadaran, kesadaran coma, keadaan memburuk, pemapasan apneu, saturasi oksigen: berada pada 82 sampai dengan 92 %, Nadi: 120 x/menit, Pemapasan: 35 X/menit, Tekanan darah: 100/75 mmHg, pasang ETT dan dilakukan VTP manual rencana pindah ke ruang PICU namun penuh, orang tua telah dijelaskan tentang prognosis anak dan kondisi anak oleh tim medis. Pada tanggal27 April2014 pukul18.00 anak meningal dunia. Universitas Indonesia Aplikasi teori ..., I Gusti Agung Dewi Purnamawati, FIK UI, 2014 19 2.1.5 Kasus V An. D (Perempuan) usia 3 tahun 4 bulan, masuk. rumah sakit pada tanggal 21 April 2014 dengan diagnosa medis Yolk Sac Tumor. Anak dirawat karena akan melakuk.an kemoterapi siklus ke 9. Anak terdiagnosa Yolk Sac Tumor pada usia 1 tahun 2 bulan dan pada bulan juli tahun 2012 anak pemah dioperasi, dan dilanjutkan dengan kemoterapi, selesai kemoterapi anak dilakuk.an operasi untuk. kedua kalinya pada tanggal27 Maret 2014, namun ibu pasien mengatakan perut anak masih besar. Saat pengkajian tanggal 21 April 2014 didapatkan pengkajian fJSik tipe kenyamanan relief. keadaan umum lemah, perut buncit, lingkar perut 52 em, berat badan 11,21 kg, tinggi badan: 87 em, LILA: 11 em, IMT: 14,81 kg/m2, status gizi: gzi buruk, tanda-tanda vital: TD: 90/50 mmHg, S: 37°C, N: 132 x/menit, RR: 32 x/menit. Napsu makan kurang, makan hanya habis 2 sampai 3 sendok makan. Psikospiritual tipe kenyamanan relief. anak sangat pendiam, hanya menangis setiap diberi tindakan, dan sangat tergantung dengan orang tua. Orang tua selalu bertanya mengapa perut anaknya semakin membesar. Sosiokultural tipe kenyamanan relief interaksi anak dengan lingkungan disekitar tidak ada, interaksi hanya dengan orang tua dan tidak ada kunjungan sahabatnya. Lingkungan tipe kenyamanan ease: saat anak bosan orang tua membawa anak ke ruangan bermain, orang tua mengatakan nyaman dengan keadaan ruangan, tidak panas, penerangan cukup dan ramai saat anak-anak menangis saja. Pemeriksaan diagnostik: CT Scan Abdomen tanggal 13 januari 2014 hasil: dibandingkan dengan CT Scan abdomen pada tanggal 16/10/2013 uk.uran massa rongga abdomen kiri bawah relatif berkurang, hepatomegali dan multiple lesikistik kecil di segment 4 dan 8, organ intra abdomen lain dalam batas normal. Hasil rongen pada tanggal 23 Januari 2014 terdapat infiltrat dilapangan atas paru kanan. Hasil pemeriksaan laboratorium terakhir tanggal 15 April Universitas Indonesia Aplikasi teori ..., I Gusti Agung Dewi Purnamawati, FIK UI, 2014 20 2014 Hemoglobin: 11.8 g/dl, Hematokrit: 37%, Trombosit: 257.000 /ul, Leukosit: 10.020 10"3/ul, Basofil: 0.5 %, Eosinofil: 0.5 %, Neutrofil: 55.7 %, Limfosit: 33.9/ul, Monosit: 9.4 %, ureum: 6 mg/dl, Kreatinin: 0.2 mg/dl, SOOT: 47 u/1, SGPT: 4 u/1, albumin: 2.38 gr/dl, alvafeto protein (AFP): 8260 (N: < 5,8). Penatalaksanaan yang diberikan antara lain Injeksi: Antiemetik 3 x 2 mg, Oral: Salbutamol 0.6 + Ambroxol 6mg: 3 x 1 bks, Inhalasi NaCl 0.9 % + Ventolin 1 ampul 3 x hari. Terapi kemo: Etoposide 60 mg 1,2,3 diberikan drip tiap 4 jam, Carboplatin 300 mg di drip 4 jam, dan Bleomycin 8 mg dibolus. Diet: makan biasa 1300 kkal, 3 x 1 sehari dan SUSU 3 X 180 CC. Diagnosis keperawatan yang ditegakkan antara lain bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan peningkatan produksi sputum, ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan kelemahan otot menelan, risiko defisit volume cairan berhubungan asupan yang kurang, risiko infeksi berhubungan dengan gizi buruk, risiko cedera berhubungan dengan pemberian obat antikanker dan cemas pada anak dan keluarga berhubungan dengan dampak hospitalisasi dan prognosis penyakit. Sedangkan tindakan yang dilakukan pada kasus an D adalah sebagai berikut: 1) Standar comfort: mengobservasi tanda-tanda vital, memasang infus sebagai persiapan kemoterapi, menimbang berat badan anak, memantau asupan nutrisis anak, menghitung balance cairan, memberikan terapi Plasbumin 25%: 15 ml/jam, memberikan terapi Furosemid 10 mg diantara pemberian plasbumin, memberikan terapi Inhalasi Ventolin 1 ampul+ NaCl 0.9% 3 cc, mengkaji area pemasangan infus akan tanda-tanda infeksi. 2) Coaching: menganjurkan pacta orang tua melaporkan jika anak demam, batuk dan diare, menganjurkan ibu untuk mencuci tangan setiap kali menyiapkan susu dan makanan anak. 3) Comfort food for the soul: Universitas Indonesia Aplikasi teori ..., I Gusti Agung Dewi Purnamawati, FIK UI, 2014 21 memotivasi ibu untuk memberikan anak asupan oral yang cukup dan menciptakan lingkungan yang aman dan nyaman pada anak. Evaluasi dilakukan pada hari ke empat setelah anak selesai menjalani pemberian kemoterapi dan kondisi anak secara klinis cukup baik, makan mulai mau Y:z porsi, namun berat badan masih tetap belum ada kenaikan. Pasien pulang pada hari kamis tanggal 24 April 2014. Dari enam diagnosa keperawatan 4 diagnosa teratasi berada pada tipe kenyamanan transcendence dan 2 diagnosa keperawatan belum teratasi berada pada tipe kenyamanan ease yaitu ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan asupan yang tidak adekuat dan cemas pada orang tua keluarga berhubungan dengan prognosis anak. 2.2. Konsep Keganasan Pada Anak 2.2.1 Definisi Kanker adalah keadaan dimana sel-sel abnormal membelah tanpa kontrol dan mampu menyerang jaringan lain. Sel-sel kanker dapat menyebar ke bagian lain dari tubuh melalui darah dan sistem limfe (INC, 2014). Semua jenis kanker dimulai dari sel tubuh sebagai unit terkecil dari tubuh. Tubuh terdiri dari banyak sel, saat sel sudah tua dan rusak maka sel akan mati dan akan diganti dengan sel-sel baru. Namun terkadang proses yang teratur ini berjalan menyimpang, sel menjadi rusak atau berubah, menghasilkan mutasi yang mempengaruhi pertumbuhan sel normal dan pembelahan. Universitas Indonesia Aplikasi teori ..., I Gusti Agung Dewi Purnamawati, FIK UI, 2014 22 Gambar 2.1. Pembelahan sel normal dan sel kanker NCI (20 14). 2.2.2 Etiologi dan Patofisiologi Kanker Pada kebanyakan kasus, penyebab kanker pada anak belum dik:etahui secara pasti, namun keterkaitan dengan faktor genetik: dan lingkungan salah satu pencetus kanker. Factor lingkungan antara lain seperti agen kimia seperti radiasi pengionisasi, dan iradiasi ultraviolet. Agen kimia seperti rokok, asbestos, fenitoin, dan kloramfenik:ol. Agen mik:robiologik: seperti hepatitis B dan C, virus ebstein bart, dan papiloma virus (Nelson, 2000). Universitas Indonesia Aplikasi teori ..., I Gusti Agung Dewi Purnamawati, FIK UI, 2014 23 Zat perusak DNA didapat (lingkungan) k:imia, radiasi, virus Sel normal Perbaikan DNA berhasil Kerusakan DNA Mutasi herediter pa.da: ~ Perbaikan DNAgagal 1. Gen-gen yang mempengaruhi perbaikan DNA. Mutasi pada genom sel !!Qmatik 2. Gen-gen yang mempengaruhi Pengaktifan onkogen pendorong pertumbuhan Perubahan gen yang mengendalikan pertumbuhan Penonaktifan gen supresor kanker Ebpresi prqquk g_~n Ytm& m~ng3l~i perubahan dan hilangnya produk gen regulatorik I Ekspansi klonal [ Neoplasma ganas I Heterogeneitas ._ -~ . J J I Neoplasma ganas Skema 2.1. Patofisiologi Kanker (Nelson, 2000). Universitas Indonesia Aplikasi teori ..., I Gusti Agung Dewi Purnamawati, FIK UI, 2014 24 2.2.3 .Kanker Pada Anak Kank:er pada anak membutuhkan kerjasama yang baik antara semua disiplin ilmu. Perawat onkolgi anak berperan sebagai pemberi asuhan keperawatan anak beserta keluarganya. Insiden kank:er pada anak tiap tahun terus meningkat, sepuluh jenis kanker yang paling sering menyerang anak yaitu leukemia, rhabdomyosarcoma, tumor kank:er testis otak, dan lymphoma, ovarium, melanoma, bone sarcoma, neuroblastoma, tumor ginjal, retino blastoma, hepatoblastoma dan kank:er lainnya (James; Nelson & Ashwill, 2013). 2.2.4 Manifestasi klinik kanker pada anak Manifestasi klinik kank:er pada anak terdiri atas tanda pasti dan tidak pasti. Tanda dan gejala pasti pada anak dengan kank:er antara lain adanya massa, purpura, kehilangan berat badan, kepucatan, refleks keputihan di mata, muntah berulang di pagi hari, dan demam persiten. Tanda dan gejala yang belum pasti antara lain nyeri pada tulang, sakit kepala, pembesaran pada keleqjar limfe, perubahan keseimbangan, cara berjalan, dan kepribadian serta malaise danfatigue (James; Nelson & Ashwill, 2013). Tanda gejala lain pada anak dengan keganasan antara lain anemia, trombositopenia, demam, faringitis, neutropenia, nyeri tulang, pincang, artralgia, demam yang tidak diketahui asalnya, penurunan berat badan, keringat malam, limfadonapati tak nyeri, lesi kulit, massa abdomen, hipertensi, diare, massa jaringan lunak, muntah, gangguan penglihatan, ataksia, nyeri kepala, edema papil, ekimosis periorbital, miosis, ptosis, ataksia, eksofthalmus, proptosis ( Nelson, 2000). 2.2.5. Penatalaksanaan .Kanker Pada Anak Menurut James, Nelson dan Ashwill (2013) Penatalaksanaan anak dengan kank:er terdiri dari kemoterapi, radiasi dan pembedahan merupakan penatalaksanaan primer pada penderita kank:er. Hematopoietic stem cell transplantation, terapi steroid dan biologic agents merupakan penatalaksanaan spesifik pada populasi anak kank:er. Universitas Indonesia Aplikasi teori ..., I Gusti Agung Dewi Purnamawati, FIK UI, 2014 25 1. Kemoterapi Kemoterapi merupakan obat antineoplasma yang berfungsi membunuh sel-sel kanker. Setiap obat yang berbeda menimbulkan efek samping yang berbeda. Kombinasi obat kanker sangat bersifat individual tergantung pada jenis kanker. Obat kemoterapi dapat diberikan melalui oral, intravena, intramuskular, subkutan atau intratekal. pemberian obat kemoterapi terkadang mengharuskan anak dirawat dirumah sakit. Efek obat kemoterapi harus disampaikan kepada orang tua atau pengasuh anak, obat kemoterapi tidak hanya membunuh sel-sel kanker namun mempengaruhi sel normal seperti sistem hematopoitik, sistem gastrointestinal dan sistem integument. Efek obat kemoterapi pada system hematopoitik menyebabkan penekanan produksi sel-sel darah menghasilkan keadaan neutropenia, anemia dan trombositopenia. Efek kemoterapi lainnya adalah penekanan sum-sum tulang, lebam pada kulit, epistaksis dan pendarahan gusi, kebotakan, kelelahan dan ketidakberdayaan, mual, muntah, anoreksia, mukositis dan stomatitis. Peran perawat pada pelaksanaan kemoterapi yaitu memahami terlebih dahulu tentang panduan keamanan dan keselamatan kerja pemberian obat antikanker, melakukan double-check pemberian dosis obat dengan protokol yang direkomendasikan, mengukur tinggi badan dan berat badan anak, dan selalu melakukan double-check intruksi obat pada protokol dosis yang diberikan dokter (James, Nelson & Ashwill 2013). 2. Radiasi Menurut James, Nelson dan Ashwill (2013) Radiasi dapat diberikan sebagai pengobatan, untuk menghilangkan penyakit atau dapat diberikan dalam dosis yang rendah sebagai terapi paliativ untuk mengontrol pertumbuhan lebih lanjut dari tumor. Efek samping akut akibat radiasi antara lain reaksi di kulit, memar,fatigue, supresi sumsum tulang, mual, muntah, anoreksia, mucositis, edema otak dan gejala gangguan neurologi sementara. Perawat bertugas Universitas Indonesia Aplikasi teori ..., I Gusti Agung Dewi Purnamawati, FIK UI, 2014 26 menginfonnasikan pada anak dan keluarga proses radiasi dan efek samping radiasi. 3. Pembedahan Pembedahan merupakan salah satu bagian dari terapi kanker pada anak dan mungkin pembedahan dilakukan sebagai tindakan biopsi bahkan untuk pengangkatan massa tumor padat. Perawat berperan memberikan infonnasi pada anak dan keluarga tentang persiapan sebelum operasi dan setelah operasi seperti mengontrol nyeri, tanda dan gejala perdarahan, tanda tanda infeksi pada luka serta melakukan pengecekan terhadap komponen darah sebelum pembedahan (James, Nelson & Ashwill2013). 2.3 Konsep Nutrisi Pada Anak Kanker 2.3.1 Pengkajian Status Nutrisi Anak Menurut Grundy dan Oliver (200 1) metode pengkajian nutrisi terdiri dari tiga kategori yaitu metode subyektif atau anamnesis, pemeriksaan fisik dengan mengukur antropometrik dan biokimia dengan pemeriksaan laboratorium. Menurut Zalina, Shahar, Jamal dan Aini (2009) melakukan penelitian pada anak-anak dengan leukemia tentang pengkajian status nutrisi parameter yang digunakan yaitu dengan mengukur antropomentrik, biokimia dan parameter hematologi. Kedua sumber di atas dapat menjadi acuan dalam mengkaji status nutrisi anak dengan kanker yaitu: 1. Anamnesis dan pemeriksaan fisik . Melakukan anamnesis dan pemeriksaan fisik yang baik merupakan cara efektif dalam penentuan status nutrisi penderita. Pada anamnesis perlu ditanyakan adalah berat badan rata-rata pada 3 bulan terakhir, infonnasi tentang asupan makanan baik jenis makanan, kemampuan mengkonsumsi makanan dan ha-hal yang berpengaruh terhadap asupan nutrisi seperti adanya nyeri, mual-muntah, sulit menelan, luka berbau dan terapi yang sedang dijalani. Pemeriksaan fisik meliputi adanya kulit kering, bersisik, atrofi otot (muscle wasting) adanya pitting edema, penurunan kekuatan otot dan cadangan lemak. Universitas Indonesia Aplikasi teori ..., I Gusti Agung Dewi Purnamawati, FIK UI, 2014 27 2. Pemeriksaan Antropometri Pemeriksaan antropometri berdasarkan National Centre for Health Statistics (NCHS) berupa berat badan (BB), tinggi badan (TB) dan lingkar lengan atas (LLA) (Zalina, Shahar, Jamal dan Aini, 2009). Menilai body mass index (BMI= rasio BB!TB2), ketebalan otot triceps (triceps skinfold thickness) dan midarm muscle circumference. BMI dapat digunakan untuk menilai status nutrisi penderita. Nilai BMI 18,524,9 kg/m2 adalah normal, malnutrition ringan; BMI 17,0-18,4 kg/m2, sedang BMI 16,0-16,9 kg/m2 dan berat BMI < 16,0 kg/m2. Nilai tricep skin fold (TST) dan mid-upperarm muscle circumference (MUAMC) dapat menilai status otot, kulit dan ketebalan lemak untuk menentukan status nutrisi. WHO merekomendasikan untuk mengukur status nutrisi anak dengan melihat indek berat badan dan tinggi badan anak atau remaja. Kehilangan berat badan pada anak melebihi atau sama dengan 5% berat badan merupakan kondisi malnutrisi akut sedangkan basil tinggi badan dan usia dibawah persentil 5 mencerminkan keadaan gizi kronis pada anak (Bauaer, Jurgens & Fruhwald, 2011 ). 3. Pemeriksaan Laboratorium Pemeriksaan laboratorium dengan menentukan kadar protein serum terdiri dari albumin serum, trasferin dan prealbumin serta haemoglobin. Pengukuran kadar protein serum dapat menolong memprediksi prognosis penderita. Kadar albumin yang rendah secara kronis diikuti dengan perpanjangan hari rawat, penyembuhan luka yang buruk, infeksi dan meningkatkan mortalitas. 2.3.2 Masalah Nutrisi Pada Anak dengan Kanker Masalah nutrisi pada anak dengan kanker sering dikenal dengan sebutan malnutrisi. Malnutrisi didefmisikan tidak adekuatnya keadaan nutrisi dengan karakteristik defisiensi atau kehilangan energi dengan efek samping yang terukur melalui basil klinis. Malnutrisi mengambarkan keadaan status gizi kurang dan berlebih atau obesitas. Keadaan malnutrisi pada anak kanker secara klinis disebabkan oleh beberapa faktor antara Universitas Indonesia Aplikasi teori ..., I Gusti Agung Dewi Purnamawati, FIK UI, 2014 28 lain 1) tehnik diagnostik yang berbeda untuk mengkaji status gizi; 2) tipe histologi dan stadium kanker saat pengkajian; 3) kerentanan anak terhadap keadaan malnutrisi dan pengobatan anti kanker dan jenisnya; dan 4) beragamnya mendefinisikan tentang malnutrisi (Bauaer, Jurgens & Fruhwald, 2011 ). 2.3.3 Intervensi Nutrisi Menurut Hudayani (2014) Terdapat 3 pilihan dalam pemberian nutrisi yaitu diet oral, nutrisi enteral dan nutrisi parenteral. 1. Diet Oral Pemberian makan melalui oral diberikan kepada penderita yang masih bisa menelan cukup makanan dan keberhasilannya memerlukan kerjasama yang baik antara dokter, ahli gizi, penderita dan keluarga. Pemberian melalui mulut merupakan cara yang paling disukai. Namun pada penderita kanker yang mengalami anoreksia dan perubahan rasa kecap maka pemberian makanan peroral menjadi masalah dan perlu mendapat perhatian khusus. Cara mengatasi beberapa masalah makan secara peroral: Penyajian makanan harus dapat membangkitkan nafsu makan. Pada umumnya nafsu makan lebih baik pagi hari. Makanan diberikan sedikit-sedikit tetapi sering. Cara ini terbukti memberi hasH pada sebagian besar pasien karena jumlah kalori dapat dipenuhi dengan cara yang tidak memberatkan. Diet sebaiknya tinggi kalori dan protein. Pada penderita gangguan rasa kecap: pengolahan makanan sebaiknya diberi bumbu lebih banyak, dan disajikan dengan bentuk dan aroma yang baik. Penderita dengan ganguan menelan: makanan diberikan dalam bentuk yang mudah ditelan misalnya ditambah kuah, diberikan diet lunak, makanan dicincang/digiling/disaring. Rasa jenis makanan dan penyajian harus sesuai dengan selera pasien. Penderita dengan sariawan: konsistensi makanan harus lembut agar mudah ditelan, hindari makanan terlalu panas, berbumbu tajam dan terlalu asam. Universitas Indonesia Aplikasi teori ..., I Gusti Agung Dewi Purnamawati, FIK UI, 2014 29 l. Diet Enteral Nutrisi enteral bila penderita tidak bisa menelan dalam jumlah cukup, sedangkan fungsi pencemaan dan absorbsi usus masih cukup baik. Selama sistem pencemaan masih berfungsi atau berfungsi sebagian dan tidak ada kontraindikasi maka diet enteral harus dipertimbangkan, karena diet enteral lebih fisiologis karena meningkatkan aliran darah mukosa intestinal, mempertahankan aktivitas metabolik serta keseimbangan hormonal dan enzimatik antara traktus gastrointestinal dan hepar. Diet enteral mempunyai efek enterotropik indirek dengan menstimulasi hormon usus seperti gastrin, neurotensin, bombesin, enteroglukagon. Gastrin mempunyai efek tropik pada lambung, duodenum dan kolon sehingga dapat mempertahankan integritas usus, mencegah atrofi mukosa usus dan translokasi bakteri, memelihara gutassociated lymphoid tissue (GALT) yang berperan dalam imunitas mukosa usus. 3. Diet Parenteral Nutrisi parenteral total (TPN) diberikan pada penderita dengan gangguan proses menelan, gangguan pencemaan dan absorbsi. Nutrisi parenteral diberikan untuk mencukupi sumber nutrien essensial tanpa menggunakan traktus gastrointestinal yaitu secara intravena. NPE dapat dibedakan menjadi nutrisi parenteral parsial (NPE-P) dan nutrisi parenteral total (NPE-T) dapat melalui vena perifer atau sentral. Tumor yang mengenai sistem pencemaan atau tindakan yang melibatkan sistem pencemaan sehingga terjadi gangguan proses menelan dan pencemaan merupakan indikasi pemberian nutrisi parenteral. Pertimbangan dalam pemberian nutrisi parenteral yang dibutuhkan disesuaikan dengan kebutuhan makro dan mikronutrien, yang perlu di perhatikan osmolaritas larutan sebaiknya kurang dari 800-1000 mOsm/1 dan bila tidak mungkin lakukan infus bercabang. Universitas Indonesia Aplikasi teori ..., I Gusti Agung Dewi Purnamawati, FIK UI, 2014 30 2.4. Integrasi Teori dan Konsep dalam Proses Keperawatan Terdapat tiga tipe comfort, yaitu relief, ease dan trancendence. Relief didefinisikan sebagai keadaan dimana rasa tidak nyaman berkurang. Ease didefmisikan sebagai hilangnya rasa tidak nyaman yang spesifik. Untuk berada dalam tingkat ease, anak atau keluarga tidak harus mempunyai pengalaman ketidaknyaman spesiftk sebelumnya. Banyak kondisi medis maupun psikologi mengganggu mekanisme homeostatik seperti depresi, stress, dehidrasi, perdarahan atau muntah. Transcendence seseorang bangkit dari ketidaknyamanan ketika ketidaknyamanan tersebut tidak dapat dihindari. Transcendence dianggap sebagai hal yang menguatkan dan mengingatkan perawat untuk tidak putus asa dalam membantu pasien dan keluarganya merasa nyaman. lntervensi dalam meningkatan transcendence bertujuan untuk meningkatkan lingkungan, meningkatkan dukungan sosial atau menentramkan hati. Selain itu, intervensi untuk meningkatkan transcendence dapat lebih efektif jika berasal dari orang tua atau keluarga, walaupun perawat dapat memberikan dukungan atau motivasi bagi orang tua maupun keluarga (Tomey & Alligood, 2006). Empat kontek dari pengalaman holistik, yang diberi nama fisik, psikospiritual, sosialkultural dan lingkungan. Physical comfort berkaitan dengan sensasi tubuh atau mekanisme homeostatik. Psychospiritual comfort adalah berkaitan dengan kewaspadaan diri secara internal, termasuk harga diri, seksualitas dan arti hidup seseorang atau hubungan seseorang ke tingkat yang lebih tinggi. Social comfort berkaitan dengan hubungan interpersonal, keluarga dan masyarakat. Environmental comfort berkaitan dengan latar belakang ekstemal dari pengalaman manusia, yang mencakup sinar, suara, karakteristik tempat tinggal, wama, dan suhu. Ketika tiga tipe comfort bertemu dengan empat konteks pengalaman kenyamanan, maka terbentuk struktur taksonomi kenyamanan. Pengalaman yang didapat saat ini yang dikuatkan oleh pemenuhan kebutuhan terhadap relief, ease dan transcendence (Krinsky, Murillo & Johnson, 2014). Universitas Indonesia Aplikasi teori ..., I Gusti Agung Dewi Purnamawati, FIK UI, 2014 31 Terdapat tiga kategori dalam intervensi comfort, yaitu 1) Standard comfort untuk mempertahankan homeostasis dan mengontrol nyeri; 2) Coaching melatih untuk mengurangi cemas, menentramkan hati, informasi, harapan, membangkitkan mendengarkan memberikan dan membantu merencanakan penyembuhan; dan 3) Comfort food for the soul memberikan makanan jiwa yang nyaman, termasuk ekstra hal-hal yang menyenangkan yang dilakukan oleh perawat agar pasien dan keluarga merasa dirawat dan dikuatkan seperti irnaginasi terbimbing (Tomey & Alligood, 2006). 2.5 Aplikasi Teori Keperawatan pada Kasus Terpilih 2.5.1 Pengkajian An. MD laki-laki (14 tahun 11 bulan) lahirtanggalll Maret 1999, tinggal di Matraman Salemba masuk Rumah Sakit tanggal 10 Februari 2014 dengan diagnosa medis Limfoma Non Hodqkin, nomor rekam medis 38877-30, hubungan dengan anak adalah orang tua. Nama penanggungjawab An. MD adalah MS yang beralamat di Kebon Manggis, Jakarta Timur. 2.5.2 Keluhan Utama Keluhan utama klien adalah muntah-muntah selama satu hari sebelum masuk rumah sakit, frekuensi kurang lebih 10 kali isinya hanya air, tidak bercampur darah, setiap kali minum anak selalu memuntahkanya. Keluhan lain ada demam 2 hari SMRS dengan suhu 39°C. Pada tanggal5 Februari 2014 direncanakan pemberian kemoterapi namun kamar tidak ada, direncanakan kembali pada tanggal10 Februari 2014. 2.5.3 Riwayat Kesehatan Riwayat kesehatan masa lalu satu minggu yang lalu An MD pemah dirawat di ruang non infeksi dengan diagnosa medis Destruksi vertebrata dan mengeluh nyeri pada sendi kaki dan lutut baik lutut kiri dan kanan, mual, muntah, nafsu makan menurun. Riwayat kesehatan sekarang saat dikaji hari Kamis, 21 Februari 2014 pasien masih mengeluh mual, muntah sudah tidak ada lagi, nyeri pada sendi kaki dan tulang belakang. Pada 1,5 Universitas Indonesia Aplikasi teori ..., I Gusti Agung Dewi Purnamawati, FIK UI, 2014 32 bulan yang lalu anak terdiagnosa Limfoma Non Hodgkin, perawatan kali ini akan menjalani kemoterapi fase induksi. Riwayat kesebatan keluarga tidak ada riwayat penyakit yang sama pada anggota keluarga dari pihak ibu dan ayah. Riwayat Imunisasi: An. MD mendapat imunisasi lengkap yaitu imunisasi OPT, Hepatitis, BCG, Polio dan Campak. Riwayat Tumbuh Kembang anak mampu tengkurap pada usia 4 bulan, tumbuh gigi 6 bulan, duduk 8 bulan, merangkak 8 bulan, berdiri 9 bulan, berjalan 12 bulan, dan berbicara 12 bulan. 2.5.4. Pengkajian Fisik Tingkat kesadaran klien compos mentis. Tinggi badan 150 em, berat badan 29,5 kg, lingkar lengan atas 17,5 em. Tanda- tanda vital setelah dikaji didapatkan Tekanan darah 120/80 mmHg, suhu 39,1 °C, Nadi 120 xlmenit, respirasi 24xlmenit. a. Kepala dan Leber Rambut klien berwarna bitam, dengan distribusi merata, tekstur balus dan bersib. Bentuk kepala klien normal, dan fontanel anterior dan posterior menutup. b. Letak mata klien simetris, konjungtiva anemis, sklera tidak ikterik, tidak ada kelainan pada mata. c. Hidung klien simetris, pasase bidung normal, dan tidak ada cuping bidung. d. Mukosa bibir kering, warna merah, jumlah gigi 32 buah, tidak ada karies gigi, gusi normal, lidah normal, tidak ada pembesaran tonsil, dan pengecapan normal. e. Telinga anak simetris, bersih, tidak ada rabas telinga, dan fungsi pendengaran normal. f. Posisi Ieber klien simetris, tidak ada pembesaran kelenjar tyroid, tidak ada pembesaran kelenjar limfe, dan pergerakan Ieber normal. g. Thoraks, jantung dan Paru: bentuk dada normal, pengembangan dada simetris, tidak ada retraksi interkosta, pola napas regular, suara napas Universitas Indonesia Aplikasi teori ..., I Gusti Agung Dewi Purnamawati, FIK UI, 2014 33 vesikuler, ukuran jantung normal, irama jantung regular dan tidak ada sianosis. h. Abdomen: bentuk abdomen klien datar, bising usus normal, tidak ada asites, tidak ada meteorismus, tidak ada pembesaran hepar, tidak ada pembesaran lien, dan ginjal teraba. i. Genetalia: kebersihan genetalia bersih, tidak ada edema, tidak ada rabas, testis teraba, lubang uretra normal, dan lubang anus normal. j. Ekstremitas: gerakan ekstremitas atas dan bawah normal, kekuatan otot kurang, tidak ada edema, pengisian kapiler <2 detik, tidak ada kelainan atau kecacatan, dan anak merasa nyeri pada persendian dengan skala nyeri 7. k. Kulit: wama kulit klien sawo matang, turgor kulit baik, tidak ada lesi atau luka, dan tidak ada tanda lahir. I. Pola Fungsional: nutrisi jenis makanan pokok klien adalah nasi, pola makan teratur 3 kali sehari, porsi makan hanya V4 porsi yang dihidangkan, makanan yang disukai adalah lele goreng, klien tidak ada alergi terhadap makanan. Jenis minuman yang biasa dikonsumsi adalah air putih, jumlah asupan minum per hari 2000 cc. Eliminasi Klien BAK lebih dari 4 kali sehari dengan jumlah normal 500-1400 cc wama urin jemih, tidak ada keluhan saat BAK, dan tidak menggunakan alat bantu. Klien BAB 1-2 kali sehari, wamanya kuning, konsistensi lembek dan tidak ada keluhan saat BAB. Istirahat dan tidur frekuensi tidur siang klien 1 kali sehari, tidur siang 2 jam dan tidur malam 10 jam, kualitas tidur klien sering terbangun saat nyeri, kebiasaan sebelum tidur adalah menonton televisi, keluhan saat tidur adalah menangis karena tidak tahan terhadap nyeri sehingga klien merasa tidak nyaman. Aktivitas bermain: terbatas hanya ditempat tidur, selama sakit anak tidak melakukan olahraga dan rekreasi. Frekuensi bermain kadang-kadang, jenis permainan yang biasa dilakukan adalah sepak bola, namun semenjak sakit klien tidak pemah bermain lagi, klien merasa tidak nyaman karena setiap menggerakan anggota tubuh anak merasakan nyeri. Kebersihan diri Universitas Indonesia ' Il I I i I Aplikasi teori ..., I Gusti Agung Dewi Purnamawati, FIK UI, 2014 :1 34 klien mandi 2 kali sehari, kerarnas lebih dari 2 kali seminggu, klien memilih pakaiannya sendiri, dan anak merasa tidak nyaman karena tidak dapat mencuci rarnbut. 2.5.5 Pengkajian Sosiokultural Klien diasuh oleh orang tua, tipe keluarga adalah keluarga inti, tinggal di rumah, ada rutinitas kebersamaan keluarga, orang yang paling dekat dengan klien adalah ayah, ibu, dan kakak. Selama dirawat anak tidak dikunjunggi ternan sekolahnya, tidak ada kepercayaan atau budaya atau nilai- nilai yang bertentangan dengan kesehatan. 2.5.6. Pengkajian Psikospiritual Kesadaran diri orang tua menyesal membawa anaknya pergi ke Bandung jika anaknya sakit seperti ini. Anak dan orang tua mengatakan takut, anak dan orang tua mengatakan cemas, tidak ada gerakan berlebihan (extraneous movement), klien tidak gelisah, tidak ada insomnia, kontak mata klien kurang, rentang perhatian menurun, tidak ada kewaspadaan, klien berpusat pada diri sendiri dan nyeri meningkatkan ketidak berdayaan. Anak biasa mendapatkan penghargaan jika anak mau makan. Anak merasa penyakitnya merubah gambaran dirinya. 2.5.7. Pengkajian Lingkungan Ukuran ruang rawat anak 6 x 6 meter persegi dengan jumlah pasien 6 orang per kamar, ada penunggu, tidak ada keberadaan alat pelengkap perawatan, penerangan di ruangan cukup, ada pendingin ruangan, ada kamar mandi, kedap suara dan ruangan cukup bersih. Anak mengatakan bosan selalu didalam ruangan, anak mengatakan ingin keluar jalan-jalan keluar ruangan, dan orang tua mengatakan nyaman dengan ruangan saat ini. Universitas Indonesia Aplikasi teori ..., I Gusti Agung Dewi Purnamawati, FIK UI, 2014 35 2.5.8. Pemeriksaan Diagnostik Hasil pemeriksaan Laboratorium pada tanggal 7 Februari 2014 adalah Hemoglobin: 12,1 g/dl, Hematokritt: 38,8 %, Trombosit 298.000, Leukosit: 16.840, MCV: 81.8, MCH: 25.9, MCHC: 31,6. Pemeriksaan laboratorium pada tanggal 10 Februari adalah Hemoglobin: 12,1 g/dl Hematokrit: 35,5 %, Leukosit: 15.500, Trombosit: 162.000, Na: 128, K: 4,2, Cl: 87, GDS: 122 mg/dl, ANC: 6045. Pemeriksaan laboratorium terakhir pada tanggal 21 Februari 2014 yaitu Hemoglobin: 8.8 g/dl, Hematokrit: 25,3 %, Trombosit: 3.32. 10"6/ul, Leukosit: 4,45 10"3/ul, Basofil: 5.2 %, Eosinofil: 0.2 %, Neutrofil: 16,9 %, Limfosit: 67,6 %, Monosit: 10,1 %, LED: 109 mm. 2.5.9. Penatalaksanaan Penatalaksanaan yang telah diberikan terapi obat Antibiotik 4 x1500 mg, Antiemetik 3 x 4 mg, Omeprazol 1 x 400 mg, Antipiretik 500 mg jika demam atau nyeri, Analgesik 3 x 25 mg, Pregnison 3 x 3/3/3 tablet 5 mg, Renalit 300 cc tiap kali Bah, Vitamin 3 x 1 sendok obat, Metronidazol 3 x 2 sendok obat. Terapi kemo: Vincristin 1,8 mg IV, CPA 1000 mg, Mesna 800 mg, Adriamisin 30mg, MTX + ARA C + Dexametasone. Diet nutrisi yang di berikan makan biasa 1000 kkal dan Formula 100, 5 x 200 cc. Terapi cairan parenteral: KaEnffi: 70 mVjam. Mendapatkan tranfusi TC tiga kali pada tanggal 15, 16, 17 Februari 2014 dan pemberian albumin 20%: 78ml. Table 2.1 Struktur Taksonomi Comfort Kasus Kelolaan Relief Ease Transcendence Pengalaman Fisik 1. Nyeri pada sendi lutut dan tulang belakang, skala nyeri 7, meringis kesakitan saat mengerakan tubuh dan menangis setiap nyerinya muncul dan sulit tidur. Universitas Indonesia Aplikasi teori ..., I Gusti Agung Dewi Purnamawati, FIK UI, 2014 36 2. Berat badan 29,5 kg, TB: 150 em IMT:13,11 (underweight), makan ~ porsi. Hemoglobin:8,8 gfdl. 3. Anak malas minum, Hematokrit: 25,3 %. 4. Leukosit: 4,45 103/ul, Basofil: 5.2 %, Eosinofil: 0.2 %, Neutrofil: 16,9 %, Limfosit: 67,6 %, Monosit: 10,1%, LED: 109 mm, terpasang infus pada tangan kanan. 5. Rencana kemoterapi setelah secara klinis membaik. Psikospiritua 1. Anak tampak murung. 2. Menjawab seperlunya 3. Lebih banyak diam. 4. Wajah tampak Ielah 5. Orang tua selalu bertanya kondisi anak Sosiokultural 1. Interaksi anak dengan lingkungan l.Dukungan kurang dari keluarga, anak di 2. Lebih banyak diam, tidur-tiduran dan tunggu nonton TV. bergantian secara oleh keluarga. Lingkungan Anak mengeluh bosan di ruangan terus dan orang tua mengatakan terkadang ruangan panas dan ramai saat jam besuk dan kamar mandi bergantian dengan pasien lain. 2.5.10. Diagnosis Keperawatan a. Nyeri berhubungan dengan destruksi sel-sel kanker. b. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan asupan yang kurang dan kondisi hipermetabolisme. c. Risiko defisit volume cairan berhubungan dengan kurangnya asupan cairan. Universitas Indonesia Aplikasi teori ..., I Gusti Agung Dewi Purnamawati, FIK UI, 2014 37 d. Risiko infeksi berhubungan dengan prosedur invasif dan penurunan daya tahan tubuh. e. Cemas pacta anak dan orang tua berhubungan dengan prognosis anak. f. Risiko cedera berhubungan dengan efek kemoterapi. 2.3.3. Reneana Tindakan a. Nyeri berhubungan dengan destruksi sel-sel kanker. Tujuan: setelah dilakukan tindakan keperawatan nyeri hilang atau berkurang. Kriteria Hasil: anak mengatakan nyeri berkurang, skala nyeri 0, wajah tidak terlihat meringis setiap mengerakan tubuh, tanda-tanda vital dalam batas normal TD: 110-120/70-80 mmHg, N: 60-100 xlmenit, RR: 20-30 xlmenit, S: 36-37 °C. Intervensi terdiri dari : 1) Standar comfort yaitu: kaji skala nyeri anak, observasi tanda-tanda vital, berikan kompres hangat pacta area yang sakit, kolaborasi pemberian antipiretik dan analgesik. 2) Coaching yaitu: jalin trust dengan anak, luangkan waktu untuk mendengarkan keluhan anak, ajarkan tehnik distraksi napas dalam. 3) Comfort food for the soul: ciptakan lingkungan yang nyaman, tenang dan bersih, beritahukan pasien untuk menghubunggi perawat jika membutuhkan sesuatu, puji anak saat mampu mengatasi rasa nyeri yang dirasakan. b. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan asupan yang kurang dan kondisi hipermetabolisme. Tujuan: setelah dilakukan tindakan keperawatan nutrisi adekuat. Kriteria basil: anak tidak mual dan muntah, makan habis 1 porsi, berat badan dapat dipertahankan, dapat mencapai berat badan ideal 38 kg, hemoglobin: 12-14 gr/dl, albumin: 3,5 - 5 gr/dl, GDS puasa: 80-110 gr/dl. Universitas Indonesia Aplikasi teori ..., I Gusti Agung Dewi Purnamawati, FIK UI, 2014 38 lntervensi terdiri dari: 1) Standar comfort: kaji penyebab anak tidak mau makan, tanyakan pada anak makanan kesukaan anak, kaji kemampuan anak untuk makan, timbang berat badan pada interval yang sama, pantau dan catat asupan nutrisi anak, pantau basil laboratorium albumin, elektrolit, GDS dan hemoglobin kolaborasi dengan ahli gizi: pemberian makanan biasa 1000 kkal, dan susu F1 00 5 x 200 cc, kolaborasi pemberian Antiemetik 3 x 4 mg, vitamin 3 x 1 sendok obat, Zat besi 1 x 20 mg, Omeprazole 1 x 400 mg, kolaborasi pemberian tranfusi PRC dan albumin. 2) Coaching yaitu: anjurkan pada orang tua untuk membawa makanan yang disukai anak dari rumah, anjurkan pada orang tua untuk memberi makan porsi kecil namun sering, anjurkan pada anak untuk makan makanan selagi hangat. 3) Comfort food for the soul: ciptakan lingkungan yang nyaman pada saat anak makan. c. Risiko defisit volume cairan berhubungan dengan asupan yang kurang. Tujuan : setelah waktu jam makan dilakukan tindakan keperawatan 3 x 24 jam volume cairan adekuat. Kriteria basil: bibir dan membran mukosa 1embab, urine output seimbang, berat jenis urin normal, turgor kulit elastis, balance cairan seimbang, nilai hematokrit normal. Intervensi keperawatan terdiri dari: 1) Standar comfort: hitung kebutuhan cairan anak, pantau asupan cairan anak, kaji bibir, membran mukosa dan turgor kulit anak, kaji adanya kehilangan cairan dari demam, diare, muntah, keringat berlebih dan pendarahan, pantau basil laboratorium ureum, kreatinin, dan berat jenis urin. ukur balance cairan pada setiap ship. pantau tetesan infus, kolaborasi pemberian cairan parenteral KaEniB 75 mVjam. Universitas Indonesia Aplikasi teori ..., I Gusti Agung Dewi Purnamawati, FIK UI, 2014 39 2) Coaching yaitu: anjurkan pada anak dan orang tua untuk memberikan asupan cairan yang cukup pada anak, jelaskan pentingnya asupan cairan untuk anak. 3) Comfort food for the soul: ciptakan lingkungan yang nyaman tidak panas dan tidak terlalu dingin. d. Risiko infeksi berhubungan dengan prosedur invasif dan penurunan immunologi. Tujuan: setelah dilakukan tindakan keperawatan 3 x 24 jam tidak terjadi infeksi pada anak. Kriteria basil: tidak ada demam, tidak ada tanda-tanda infeksi pada area pemasangan infuse, nilai leukosit dalam batas normal 5000 s/d 10.000, nilai laju endap darah normal <10, nilai ANC normal> 1000. Intervensi keperawatan terdiri dari: 1) Standar comfort: pantau tanda-tanda infeksi pada area pemasangan infus, ganti pemasangan infuse 3 x 24 jam, cuci tangan sebelum dan sesudah melakukan prosedur keperawatan, pantau basil pemeriksaan laboratorium hemoglobin, leukosit, ANC dan nilai prokalsitonin, lakukan perawatan infus, kolaborasi pemberian antibiotik Antibiotik 4 x 1500 mg. 2) Coaching: anjurkan pada orang tua melaporkan jika anak demam, batuk dan diare, anjurkan ibu untuk mencuci tangan setiap kali memberikan makan anak, sarankan ibu untuk menjaga alat makan anak, sarankan untuk menggunakan masker saat terserang ISPA, sarankan orang tua mengunggu anak secara bergantian. 3) Comfort food for the soul: beri orang tua pujian atas usaha menjaga kebersihan personal anak. e. Cemas pada anak dan orang tua berhubungan dengan prognosis penyakit. Tujuan: setelah dilakukan tindakan keperawatan cemas berkurang. Universitas Indonesia Aplikasi teori ..., I Gusti Agung Dewi Purnamawati, FIK UI, 2014 40 Kriteria basil: anak dan orang tua koperatif terhadap pengobatan, kontak mata, wajah ceria, anak berkomunikasi dengan perawat. Intervensi keperawatan terdiri dari: 1) Standar comfort: kaji tingkat kecemasan anak dan orang tua, kaji tanda-tanda fisik adanya kecemasan pada anak dan orang tua, kolaborasi dengan psikolog anak atau pskiatrik anak. 2) Coaching: jelaskan pada orang tua tentang jadwal pengobatan anak, motivasi dan berikan semangat pada anak, berikan pujian atas kerjasama anak terhadap perawatan yang diberikan, edukasi orang tua tentang efek samping obat kemoterapi. 3) Comfort food for the soul: luangkan waktu untuk anak mengungkapkan perasaannya dan menjadi pendengar yang baik. f. Risiko cedera berhubungan dengan efek kemoterapi Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan tidak terjadi cedera akibat efek kemoterapi. Kriteria hasil: mual dan muntah tidak ada atau ringan, mukositis tidak ada, alopecia tidak terjadi, fungsi hepar normal, fungsi ginjal normal, dan nilai hematologi normal. Intervensi keperawatan terdiri dari: 1) Standar comfort: pantau tanda-tanda efek samping kemoterapi, pantau pemberian terapi kemo Vincristin 1.2 mg, Sisklofosfamid 1400 mg, CPA + Mesna, MTX + ARA C + Dexa melalui IT, Prednison 3/3/3 3 x hari, Adrianisin 30 mg IV. Kolaborasi pemeriksaan lab untuk mengetahui fungsi tubuh, pantau tandatanda vital anak sebelum dan sesudah tindakan intra tekal (IT}, posisikan anak dengan tepat saat pemberian terapi melalui IT, pantau hasil laboratorium dari hasil fungsi organ seperti fungsi hepar dan ginjal. 2) Coaching: anjurkan pasien untuk berpuasa sebelum pemberian terapi melalui IT, motivasi anak dan keluarga untuk tetap tenang Universitas Indonesia Aplikasi teori ..., I Gusti Agung Dewi Purnamawati, FIK UI, 2014 41 sebelum prosedur IT dimulai, memotivasi anak dan keluarga untuk tetap bersemangat menjalani pengobatan. 3) Comfort food for the soul: siapkan lingkungan yang tenang saat prosedur IT, siapkan oksigen sebagai kewaspadaan terbadap pelaksanaan IT. 2.3.4 Implementasi dan Evaluasi a. Nyeri berbubungan dengan destruksi sel-sel kanker. Hari Kamis, Tanggal 21 Februari 2014 Standar comfort yaitu :jam 09.00 mengobservasi tanda-tanda vital, basil: TD: 120/90 mmHg, S: 36° C, N: 90 xlmenit, RR: 24x/menit. Jam 09.15 mengkaji skala nyeri anak basil : anak mengatakan skala nyeri 7. Jam 09.30 menganjurkan untuk memberikan kompres bangat pada area yang sakit, basil: anak mengatakan nyeri sedikit berkurang. Jam 12.00 memberikan obat analgetik (analgesik) 25 mg oral, basil: anak: mengatakan nyeri berkurang. jam 12.00 mengobservasi tanda-tanda vital, basil: TD: 131/91 mmHg, S: 36,6°C, N: 90 xlmenit, RR: 24x/menit. 2) Coaching yaitu: Jam 09.00 berkenalan dengan anak dan keluarga agar terjalin trust dengan anak, basil: anak: lebib banyak diam, wajah anak tampak: meringis kesak:itan dan menjawab hanya jika ditanyakan. Jam 10.00 meluangkan wak:tu untuk mendengarkan keluhan anak, basil anak: lebih banyak: diam namun orang tua mengatak:an mengapa anaknya masib saja merasakan nyeri dan badannya semak:in kurus. Jam 09.30 mengajarkan tehnik distraksi napas dalam basil: anak: mencoba melakukan napas dalam saat nyeri muncul. 3) Comfort food for the soul: Jam 10.00 memberitahukan anak dan keluarga untuk menghubunggi perawat jika membutuhkan sesuatu, basil: orang tua mengatakan ak:an menghubunggi perawat. Jam 12.00 memberi pujian pada anak: saat mampu mengatasi rasa nyeri yang dirasak:an. Jam 13.00 memfasilitasi lingkungan yang nyaman, tenang dan bersib, dengan cara menutup tirai pada saat tidur siang, membatasi pengunjung pada Universitas Indonesia Aplikasi teori ..., I Gusti Agung Dewi Purnamawati, FIK UI, 2014 42 waktu anak beristirahat basil: ruangan tenang pada jam istirahat anak dan tirai tertutup. Hari Jumat, Tanggal 22 Februari 2014 Standar comfort yaitu: jam 08.30. menanyakan keluhan yang dirasakan anak, basil: anak mengeluh masih nyeri punggung, skala nyeri 7, anak tampak meringis kesakitan, mobilisasi terbatas miring kanan dan kiri, mengeluh tidak bisa tidur malam. Jam 08.45 mengobservasi tanda-tanda vital, basil: TD: 120/90 mmHg, S: 36°C, N: 98 xlmenit, RR: 24xlmenit. Jam 11.00 mengkaji skala nyeri anak: basil skala nyeri 7, anak tampak meringis kesakitan. Jam 12.00 memberikan obat analgesik (analgesik) 50 mg oral, basil: anak mengatakan nyeri masih sama terapi analgesik naik 50 mg. Jam 12.30 mengobservasi tanda-tanda vital, basil: Tekanan darah: 110/80 mmHg, Suhu: 36 o C, Nadi: 90 xlmenit, Pemapasan: 28xlmenit. 2) Coaching yaitu: Jam 09.00 meluangkan waktu untuk mendengarkan keluhan anak, basil: anak mengeluh nyeri pada punggung. 3) Comfort food for the soul: jam 13.00 memfasilitasi lingkungan yang nyaman, tenang dan bersib, dengan cara menutup tirai pada saat tidur siang, membatasi pengunjung pada waktu a:nak beristirahat basil: ruangan tenang pada jam istirahat anak, tirai tertutup. Hari Selasa, Tanggal 25 Februari 2014 Standar comfort yaitu: jam 08.30. menanyakan keluhan yang dirasakan anak, basil: anak mengeluh masib nyeri punggung, skala nyeri 5. Jam 08.45 mengobservasi tanda-tanda vital, basil: Tekanan darah: 120/80 mmHg, Subu: 37,3°C, Nadi: 100 xlmenit, Pemapasan: 24xlmenit. Jam 11.00 mengkaji skala nyeri anak: basil skala nyeri 5, anak mengatakan nyerinya mulai berkurang semenjak menjalani kemoterapi . 11.00 mengkaji skala nyeri anak: basil skala nyeri 5, anak mengatakan nyeri berkurang terasa lebib enak dari bari-hari yang lalu. Jam 12.00 memberikan obat analgesik 50 mg oral, basil: terapi diberikan keluhan nyeri berkurang. jam 12.00 mengobservasi tanda-tanda vital, basil: Universitas Indonesia Aplikasi teori ..., I Gusti Agung Dewi Purnamawati, FIK UI, 2014 43 Tekanan darah: 120/80 mmHg, Suhu: 36,6°C, Nadi: 90 x/menit, Pernapasan: 24x/menit. 2) Coaching yaitu: Jam 10.00 meluangkan waktu untuk mendengarkan keluhan anak, basil anak mengeluh nyeri. 3) Comfort food for the soul: jam 13.00 memfasilitasi lingkungan yang nyaman, tenang dan bersib, dengan cara menutup tirai pada saat tidur siang, membatasi pengunjung pada waktu anak beristirahat basil: ruangan tenang pada jam istirahat anak dan tirai tertutup. Hari Selasa, Tanggal 26 Februari 2014 Standar comfort yaitu: jam 08.30. menanyakan keluhan yang dirasakan anak, basil: anak mengatakan tidak merasakan nyeri lagi pada tulang dan punggung, skala nyeri 0. Jam 09.00 mengobservasi tanda-tanda vital, basil: Tekanan darah: 110/80 mmHg, Suhu: 37°C, Nadi: 100 x/menit, Pernapasan: 20xlmenit. Jam 12.00 mengobservasi tanda-tanda vital, basil: Tekanan darah: 120/80 mmHg, Suhu: 36°C, Nadi: 90 x/menit, Pernapasan: 24x/menit. 12.00 memantau pemberian obat nyeri, basil: obat nyeri dibentikan nyeri sudah bilang. 2) Coaching yaitu: Jam 11.00 meluangkan waktu untuk mendengarkan keluhan anak, basil: anak mengatakan tidak merasakan nyeri lagi. 3) Comfort food for the soul: jam 13.00 menjaga lingkungan tetap nyaman, tenang, dengan cara menutup tirai pada saat tidur siang, membatasi pengunjung pada waktu anak beristirahat, basil: ruangan tenang pada jam istirabat anak, tirai tertutup. Evaluasi: Hari: Kamis, tanggal 21 Februari 2014 jam 14.00: tipe kenyamanan reliefanak masib mengeluh nyeri dengan sekala nyeri 7, wajah tampak meringis saat rasa nyeri muncul pada sendi dan tulang belakang, pergerakan terbatas banya miring kanan dan kiri. Masalah nyeri belum teratasi, intervensi masib dilanjutkan. Universitas Indonesia Aplikasi teori ..., I Gusti Agung Dewi Purnamawati, FIK UI, 2014 44 Hari: Jumat, tanggal 22 Februari 2014 jam 14.00: tipe kenyamanan reliefanak masih mengeluh nyeri dengan sekala nyeri 7, wajah tampak meringis saat rasa nyeri muncul pada sendi dan tulang belakang. Masalah nyeri belum teratasi, intervensi masih dilanjutkan. Hari: Selasa, tanggal 25 Februari 2014 jam 14.00: tipe kenyamanan ease anak masih mengeluh nyeri dengan sekala nyeri 5, wajah tampak lebih rilek. Masalah nyeri belum teratasi, intervensi masih dilanjutkan. Hari: Rabu, tanggal 26 Februari 2014 jam 14.00: tipe kenyamanan transendence anak mengatakan sudah tidak nyeri dengan sekala nyeri 0, wajah tampak rilek dan tersenyum pada perawat. Masalah nyeri teratasi. b. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan asupan yang kurang dan kondisi hipermetabolisme. Hari Kamis, Tanggal 21 Februari 2014 standar comfort :jam 10.00 mengkaji penyebab anak tidak mau makan dan menanyakan makanan kesukaan anak serta kemampuan anak untuk makan, basil: orang tua mengatakan anak tidak mau makan karena nyeri dan mual, makan hanya Y2 porsi, mampu menghabiskan susu 100 dari 200 cc yang diberikan, dan makanan kesukaan lele goreng. Jam 10.30 menimbang berat badan, hasil: 29.5 kg. Jam 11.00 mempantau hasillaboratorium hemoglobin, basil: 8.8 g/dl. Jam 12.00 memberian terapi Antiemetik 4 mg, Vitamin 1 sendok obat, Zat besi 20 mg, Omeprazole 400 mg, basil: obat dapat diberikan. Jam 12.30 memberian tranfusi PRC 177 cc golongan darah 0, hasil: tranfusi diberikan reaksi alergi tidak ada. Jam 13.00 menanyakan porsi asupan nutrisi anak hasH makan hanya mampu menghabiskan Y2 porsi. 2) Coaching yaitu: jam 13.00 menganjurkan pada orang tua untuk membawa makanan yang disukai anak dari rumah, dan berikan porsi kecil namun sering, serta menganjurkan anak untuk makan makanan selagi hangat. 3) Comfort Universitas Indonesia Aplikasi teori ..., I Gusti Agung Dewi Purnamawati, FIK UI, 2014 45 food for the soul: memberikan lingkungan yang nyaman pada waktu jammakan. Hari Jumat, Tanggal 22 Februari 2014 standar comfort :jam 10.00 mengkaji makanan yang dihabiskan anak pada sarapan pagi, basil makan hanya Yz porsi, susu jam Jam 10.30 menimbang berat badan, basil: 29.5 kg. Jam 12.00 memberian terapi Antiemetik 4 mg, Vitamin I sendok obat, Zat besi 20 mg, Omeprazole 400 mg, basil: obat dapat diberikan. Jam 12.30 memberikan motivasi pada anak untuk makan sedikit namun sering, basil: anak mengatakan tidak menyukai makanan rumah sakit ia menunggu makanan yang dibawa oleh ibunya. Jam I3.00 menanyakan porsi asupan nutrisi anak basil makan hanya mampu menghabiskan Yz porsi. 2) Coaching yaitu: jam I3.00 menganjurkan pada anak untuk makan makanan selagi hangat. 3) Comfort food for the soul: memberikan lingkungan yang nyaman pada waktu jam makan. Hari Selasa, Tanggal 25 Februari 20I4 standar comfort: 09.00: menginformasikan pada anak dan orang tua bahwa anak dipuasakan dulu karena akan dilakukan pemberian obat kemoterapi melalui intra tekal. Jam 11.00 memantau basil pemeriksaan hemoglobin tanggal 23 Februari 2014, basil: 11 g/dl. Jam 12.00 memberian terapi Antiemetik 4 mg dan Omeprazole 400 mg IV, Vitamin I sendok obat, Zat besi 20 mg melalui oral, basil: obat dapat diberikan. Jam I2.30 memberikan motivasi pada anak untuk makan sedikit selagi hangat, basil: anak mengatakan masih mual pasca intra tekal. Jam 13.00 menanyakan porsi asupan nutrisi anak, basil: anak belum mau makan. 2) Coaching yaitu: jam 13.00 menganjurkan pada anak untuk makan makanan selagi hangat. 3) Comfort food for the soul: memberikan lingkungan yang nyaman pada waktu jam makan. Universitas Indonesia Aplikasi teori ..., I Gusti Agung Dewi Purnamawati, FIK UI, 2014 46 Hari Rabu, Tanggal 26 Februari 2014 standar comfort: 10.00: menanyakan pada anak porsi makan pagi yang mampu dihabiskan anak, basil: anak mampu menghabiskan 1 porsi makan karena sekarang sudah tidak mua1 lagi. Jam 11.00 menimbang berat badan anak, basil 29.5 kg. Jam 12.00 memberian terapi Antiemetik 8 mg (terapi dinaikkan) dan Omeprazole 400 mg N, Vitamin 1 sendok obat, basil: obat dapat diberikan melalui oral. Jam 13.00 menanyakan porsi makan yang dibabiskan, basil: anak mengatakan babis 1 porsi, dan anak mengatakan ingin makan terus. 2) Coaching yaitu: jam 13.00 memberi pujian atas asupan nutrisi anak yang mampu menghabiskan 1 porsi makan. 3) Comfort food for the soul: memberikan lingkungan yang nyaman pada waktu jam makan. Hari Kamis, Tanggal 27 Februari 2014 standar comfort: 14.00: menanyakan pada anak porsi makan siang yang mampu dibabiskan, basil: anak mampu menghabiskan 1 porsi makan dan susu yang diberikan. Jam 15.00 menimbang berat badan anak, basil29.5 kg. Jam 18.00 memberian terapi Antiemetik 8 mg dan Omeprazole 20 mg, Vitamin 1 sendok obat, Zat besi 20 mg melalui oral, basil: obat dapat diberikan. Jam 18.00 menanyakan porsi asupan nutrisi anak, basil: anak menghabiskan 1 porsi yang distYikan. 2) Coaching yaitu: jam 13.00 memberi pujian atas asupan nutrisi anak yang mampu menghabiskan 1 porsi makan. 3) Comfort food for the soul: memberikan lingkungan yang nyaman pada waktu jam makan. Hari Jumat, Tanggal 28 Februari 2014 standar comfort: 14.00: menanyakan pada anak porsi makan siang yang mampu dihabiskan anak, basil: anak mampu menghabiskan 1 porsi makan dan susu yang diberikan. Jam 15.00 menimbang berat badan anak, basil 30 kg. Jam 18.15 memberian terapi Antiemetik 8 mg dan Omeprazole 20 mg, Vitamin 1 sendok obat, zink 20 mg melalui oral, basil: obat dapat diberikan. Jam 18.00 menanyakan porsi asupan nutrisi anak pada jam Universitas Indonesia Aplikasi teori ..., I Gusti Agung Dewi Purnamawati, FIK UI, 2014 47 makan sore, hasil: anak menghabiskan 1 porsi yang disajikan, orang tua mengatakan sekarang anaknya lapar terus dan sering ngemil. 2). Coaching yaitu: jam 13.00 memberi pujian atas asupan nutrisi anak yang mampu menghabiskan 1 porsi makan. 3) Comfort food for the soul: memberikan lingkungan yang nyaman pada waktu jam makan. Evaluasi: Hari: Kamis, tanggal 21 Februari 2014 jam 14.00: tipe kenyamanan relief anak mengatakan tidak nafsu makan karena nyeri, mual, makan hanya Yz porsi, BB masih tetap 29,5 kg, nilai Hb: 8,8 gr/dl. Masalah ketidakseimbangan nutrisi belum teratasi, intervensi masih dilanjutkan. Hari: Jumat, tanggal 22 Februari 2014 jam 14.00: tipe kenyamanan relief anak mengatakan tidak nafsu makan, makan hanya Yz porsi, BB masih tetap 29,5 kg. Masalah ketidakseimbangan nutrisi belum teratasi, intervensi masih dilanjutkan. Hari: Selasa, tanggal 25 Februari 2014 jam 14.00: tipe kenyamanan relief anak mengatakan mual setelah tindakan intra tekal, nilai Hb: 11 gr/dl, BB masih tetap 29,5 kg. Masalah ketidakseimbangan nutrisi belum teratasi, intervensi masih dilanjutkan. Hari: Rabu, tanggal 26 Februari 2014 jam 14.00: fisik tipe kenyamanan trancendence anak mengatakan setelah mendapatkan obat kemoterapi sekarang ingin makan terus, makan habis 1 porsi, BB masih tetap 29,5 kg. Masalah ketidakseimbangan nutrisi belum teratasi, intervensi masih dilanjutkan. Hari: Kamis, tanggal 27 Februari 2014 jam 18.00: tipe kenyamanan trancendence anak mengatakan mual setelah tindakan intra tekal, nilai Hb: 11 gr/dl, BB masih tetap 29,5 kg. Masalah ketidakseimbangan nutrisi belum teratasi, intervensi masih dilanjutkan. Universitas Indonesia Aplikasi teori ..., I Gusti Agung Dewi Purnamawati, FIK UI, 2014 48 Hari: Jumat, tanggal 28 Februari 2014 jam 18.00: tipe kenyamanan trancendence anak makan habis 1 porsi, BB naik menjadi 30 kg. Masalah ketidakseimbangan nutrisi teratasi. c. Risiko devisit volume cairan berhubungan dengan asupan cairan yang kurang. Hari Kamis, tanggal 21 Februari 2014 standar comfort: Jam 08.30. menghitung kebutuhan cairan anak dalam 24 jam, hasil: 1690 cc/24 jam. Jam 10.00 mengobservasi asupan cairan anak, bibir, membran mukosa dan turgor kulit anak, hasil: anak masih mau minum, bibir dan membran mukosa lembab dan turgor kulit adekuat. Jam 10.30 memantau adanya kehilangan cairan dari demam, diare, muntah, keringat berlebih dan pendarahan, hasil: orang tua mengatakan anak tidak demam lagi, tidak diare, muntah atau perdarahan. Jam 11.00 memantau hasil laboratorium hematokrit, hasil: 25,3%. Jam 13.00 memantau pemberian cairan parenteral infus KaEnffi diberikan 70 mVjam 23 tetes/menit. Jam 14.00 mengukur balance cairan, hasil: asupan oral 500 cc, infus: 560 cc/8 jam, urin: 700 cc, insicibel water loss (IWL): 295cc balance + 105. 2) Coaching yaitu: jam 10.00 menganjurkan anak dan orang tua untuk mengkonsumsi cairan yang cukup. 3) Comfort food for the soul: memfasilitasi lingkungan yang nyaman tidak panas dan tidak terlalu dingin. Hari Jumat, tanggal 22 Februari 2014 standar comfort : Jam 10.00 mengobservasi asupan cairan anak, bibir, membran mukosa dan turgor kulit anak, hasil: anak masih mau minum, bibir dan membran mukosa lembab dan turgor kulit adekuat. Jam 10.30 menganti cairan infus KaEnffi diberikan 70mVjam hasil tetesan infus lancar. Jam 13.00 memantau pemberian cairan parenteral infus KaEnffi diberikan 70 mVjam 23 tetes/menit. Jam 14.00 mengukur balance cairan, hasil: intek oral 640 cc, infus: 560 cc/8 jam, urin: 1050 cc, IWL: 295 cc balance cairan: - 145. 2) Coaching yaitu: jam 13.00 menganjurkan Universitas Indonesia Aplikasi teori ..., I Gusti Agung Dewi Purnamawati, FIK UI, 2014 49 anak dan orang tua untuk mengkonsumsi cairan yang culmp. 3) Comfort food for the soul: memfasilitasi lingkungan yang nyaman tidak panas dan tidak terlalu dingin. Hari Selasa, tanggal 25 Februari 2014 standar comfort: Jam 09.00 mengobservasi asupan cairan anak, bibir, membran mukosa dan turgor kulit anak, basil: anak masih mau minum, bibir dan membran mukosa lembab dan turgor kulit elastis. jam 11.00 memantau basil pemeriksaan laboratorium bematokrit, basil: Hematokrit: 33,3 % pemeriksaan tanggal 23/2/2014. Jam 13.00 memantau pemberian cairan parenteral infus KaEniB diberikan 70 ml!jam 23 tetes/menit. Jam 14.00 mengukur balance cairan, basil: asupan oral 340 cc, infus: 560 cc/8 jam, urin: 500 cc, IWL: 295 cc, balance cairan: +105. 2) Coaching yaitu: jam 13.00 memberikan informasi kepada orang tua manfaat minum yang cukup pada anak, basil: orang tua memahami yang dijelaskan. 3) Comfort food for the soul: memfasilitasi lingkungan yang nyaman tidak panas dan tidak terlalu dingin. Hari Rabu, tanggal 26 Februari 2014 standar comfort: Jam 09.00 mengobservasi bibir, membran mukosa dan turgor kulit anak, basil: bibir dan membran mukosa lembab dan turgor kulit elastis. Jam 13.00 memantau pemberian cairan parenteral infus KaEnffi diberikan 70 ml!jam 23 tetes/menit, basil: tetesan lancar. Jam 14.00 mengukur balance cairan, basil: asupan oral 840 cc, infus: 560 cc/8 jam, urin: 1100 cc, IWL: 295 cc, balance cairan: +5. 2) Coaching yaitu: jam 13.00 memberikan informasi kepada orang tua manfaat minum yang culmp pada anak, basil: orang tua memahami yang dijelaskan . 3) Comfort food for the soul: memfasilitasi suhu ruangan yang nyaman tidak panas dan tidak ramai. Hari Kamis, tanggal 27 Februari 2014 standar comfort: Jam 15.00 mengobservasi bibir, membran mukosa dan turgor kulit anak, basil: Universitas Indonesia Aplikasi teori ..., I Gusti Agung Dewi Purnamawati, FIK UI, 2014 50 bibir dan membran mukosa lembab dan turgor kulit elastis. Jam 16.00 menghentikan pemberian cairan parenteral infus sesuai indikasi, basil infus KaEniB di bentikan, saat ini banya terpasang kanul infus. Jam 20.00 mengukur balance cairan, basil: intek oral 2250 cc, urin: 2250 cc, IWL: 295 cc, balance cairan:- 295. 2) Coaching yaitu:jam 13.00 memberikan pujian anak saat mengkonsumsi cukup cairan. 3) Comfort food for the soul: memfasilitasi lingkungan yang nyaman. Hari Jumat, tanggal 28 Februari 2014 standar comfort: Jam 15.00 mengobservasi bibir, membran mukosa dan turgor kulit anak, basil: bibir dan membran mukosa lembab dan turgor kulit elastis. Jam 20.00 mengukur balance cairan, basil: asupan oral 1500 cc, urin: 1050 cc, IWL: 295 cc, balance cairan: +155. 2) Coaching yaitu: jam 13.00 memberikan pujian pada anak atas konsumsi cairan yang cukup. 3) Comfort food for the soul: memfasilitasi lingkungan yang nyaman. Evaluasi Hari: Kamis, 21 Februari 2014 jam 14.00: tipe kenyamanan ease bibir dan membran mukosa lembab, turgor kulit elastis, balance cairan +105. Masalah devisit volume cairan belum terjadi, rencana tindakan dilanjutkan. Hari: Jumat, 22 Februari 2014 jam 14.00: tipe kenyamanan ease bibir dan membran mukosa lembab, turgor kulit elastis, balance cairan -145. Masalah devisit volume cairan belum terjadi, rencana tindakan dipertahankan. Hari: Selasa, 25 Februari 2014 jam 14.00: tipe kenyamanan ease bibir dan membran mukosa lembab, turgor kulit elastis, balance cairan +105 Masalah risiko devisit volume cairan belum terjadi, rencana tindakan dipertahankan. Universitas Indonesia Aplikasi teori ..., I Gusti Agung Dewi Purnamawati, FIK UI, 2014 51 Hari: Rabu, 26 Februari 2014 jam 14.00: tipe kenyamanan ease bibir dan membran mukosa lembab, turgor kulit elastis, balance cairan +5. Masalah devisit volume cairan belum terjadi, rencana tindakan dipertahankan. Hari: Kamis, 27 Februari 2014 jam 20.00: tipe kenyamanan transendence bibir dan membran mukosa lembab, turgor kulit elastis, balance cairan -295. Masalah risiko devisit volume cairan belum terjadi, rencana tindakan dipertahankan. Hari: Jumat, 28 Februari 2014 jam 20.00: tipe kenyamanan transendence bibir dan membran mukosa lembab, turgor kulit elastis, balance cairan +155. Masalah devisit volume cairan belum terjadi, rencana tindakan dibentikan dan pasien pulang. d. Risiko infeksi berbubungan dengan prosedur invasif dan penurunan immunologi. Hari Kamis, tanggal 21 Februari 2014 implementasi yang dilakukan yaitu 1) Standar comfort: jam 09.00 memantau tanda-tanda infeksi pada area pemasangan infus, basil: area pemasangan tidak bengkak, nyeri, merah, gangguan fungsi dan tidak panas. Jam 11.00 Memantau basil pemeriksaan laboratorium, basil: leukosit 4.45 IOAJ, LED: 109 mm, Basofil: 5,2 %, Eosinofil: 0,2 %, Neutrofil:l6,9 %, Limfosit: 67,6%, monosit: 10,1 %. Jam 12.00 memberikan antibiotik Antibiotik 1500 mg melalui drip, basil: terapi diberikan. 2) Coaching: 09.30 menganjurkan pada orang tua melaporkan jika anak demam, batuk dan diare, menganjurkan ibu untuk mencuci tangan setiap kali memberikan makan anak, menyarankan ibu untuk menjaga alat makan anak selalu bersib dan untuk menggunakan masker saat terserang infeksi pemapasan serta menunggu anak secara bergantian. 3) Comfort food for the soul: memberikan pujian pada orang tua atas usaha menjaga kebersiban personal anak. Universitas Indonesia Aplikasi teori ..., I Gusti Agung Dewi Purnamawati, FIK UI, 2014 52 Hari Jumat, Tanggal 22 Februari 2014 implementasi yang dilakukan yaitu 1) Standar comfort: jam 08.30. menanyakan pada anak apakah sudah mandi pada pagi bari dan gosok gigi, basil: anak mengatakan sudah melakukannya. 09.00 memantau tanda-tanda infeksi pada area pemasangan infus, basil: area pemasangan tidak bengkak, nyeri, merah, gangguan fungsi dan tidak panas. Jam 12.00 memberian antibiotik Antibiotik 1500 mg melalui drip, basil: terapi diberikan. 2) Coaching: 09.30 menganjurkan anak untuk mencuci tangan sebelum dan sesudah makan dan memotivasi anak dan orang tua untuk selalu menjaga kebersiban diri dan lingkungan agar tidak terjadi infeksi pada anak. 3) Comfort food for the soul: memberikan pujian pada orang tua atas usaha menjaga kebersihan personal anak dan lingkungan. Hari Selasa, tanggal 25 Februari 2014 implementasi yang dilakukan yaitu 1) Standar comfort: jam 08.30. menanyakan pada anak apakah sudah mandi pada pagi bari dan gosok gigi, basil: anak mengatakan sudah melakukannya. 09.00 memantau tanda-tanda infeksi pada area pemasangan infus, basil: area pemasangan tidak bengkak, merah, gangguan fungsi dan tidak panas namun anak mengelub sedikit nyeri saat obat dimasukkan. Jam 10.00 melepas infus dan memasang kembali infus, basil: infus sudab terpasang. Jam 11.00 Memantau basil pemeriksaan laboratorium tanggal23/2/2014 basil: leukosit 7.06 10A3, LED: 75 mm, Basofil: 1.6 %, Eosinofil: 0,1 %, Neutrofil: 45.6 %, Limfosit: 46,9%, monosit: 5.8 %. Jam 12.00 memberian antibiotik Antibiotik 1500 mg melalui drip, basil: terapi diberikan. 2) Coaching: 09.30 menganjurkan anak untuk menggunakan masker saat pulang untuk mencegah terkena infeksi dan mengkonsumsi makanan yang bergizi agar daya tahan tubuh meningkat. 3) Comfort food for the soul: memberi pujian pada anak dan orang tua atas usaha menjaga kebersihan lingkungan di ruangan. Universitas Indonesia Aplikasi teori ..., I Gusti Agung Dewi Purnamawati, FIK UI, 2014 53 Hari Rabu, tanggal 26 Februari 2014 implementasi yang dilakukan yaitu 1) Standar comfort: jam 00.00. menanyakan pada anak: apak:ah sudah mandi pada pagi bari dan gosok gigi, basil: anak: mengatak:an sudah melak:ukannya. 09.00 memantau tanda-tanda infeksi pada area pemasangan infus, hasil: area pemasangan tidak: bengkak:, nyeri, merah, gangguan fungsi dan tidak: panas. Jam 12.00 memberian antibiotik Antibiotik 1500 mg melalui drip dan Metronidazol250 mg, basil: terapi diberikan. 2) Coaching: 09.30 mengingat anak: untuk selalu cuci tangan sebelum makan. 3) Comfort food for the soul: melibatkan anak dan orang tua untuk menjaga kebersiban lingkungan di sekitar anak dengan menganti linen dan menjaga tempat tidur untuk selalu bersih. Hari K.amis, tanggal 27 Februari 2014 implementasi yang dilak:ukan yaitu 1) Standar comfort: 15.00 memantau tanda-tanda infeksi pada area infus, basil: area pemasangan tidak bengkak:, nyeri, merah, gangguan fungsi dan tidak: panas. Jam 18.00 memberian antijamur Metronidazole 250 mg terapi, Antibiotik di stop, basil: terapi diberikan. 2) Coaching: 17.00 mengingat anak untuk mandi sore. Hari Jumat, tanggal 28 Februari 2014 implementasi yang dilak:ukan yaitu 1) Standar comfort: 15.00 memantau tanda-tanda infeksi pada area penusukan infus, basil: area pemasangan tidak: bengkak:, nyeri, merah, gangguan fungsi dan tidak: panas. Jam 18.00 memberian anti jamur Metronidazole 250 mg basil: terapi diberikan. 2) Coaching: 17.00 mengingat anak untuk mandi sore. Evaluasi: Hari: K.amis, tanggal 21 Februari 2014 jam 14.00: tipe kenyamanan ease : tanda-tanda peradangan pada area pemasangan infus tidak ada, tanda- tanda vital dalam batas normal, basil lab LED: 109 leukosit 4.45 10''3. Masalah infeksi masib risiko. Universitas Indonesia Aplikasi teori ..., I Gusti Agung Dewi Purnamawati, FIK UI, 2014 54 Hari: Jumat, tanggal 22 Februari 2014 jam 14.00: tipe kenyamanan ease tanda-tanda peradangan pada area pemasangan infus tidak ada, tanda-tanda vital dalam batas normal. Masalah infeksi masih risiko, rencana tindakan dipertahankan. Hari: Selasa, tanggal 25 Februari 2014 jam 14.00: tipe kenyamanan ease tanda-tanda peradangan pada area pemasangan infus tidak ada, tanda-tanda vital dalam batas normal. leukosit 7.06 10A3, LED: 75 mm, Basofil: 1.6 %, Eosinofil: 0,1 %, Neutrofil: 45.6 %, Limfosit: 46,9%, monosit: 5.8 %. Masalah infeksi masih risiko, rencana tindakan dipertahankan. Hari: Rabu, tanggal 26 Februari 2014 jam 14.00: tipe kenyamanan ease tanda-tanda peradangan pada area pemasangan infus tidak ada, tanda-tanda vital dalam batas normal. rencana tindakan dipertahankan. Hari: Kamis, tanggal 27 Februari 2014 jam 20.00: tipe kenyamanan ease: tanda-tanda peradangan pada area pemasangan infus tidak ada, tanda-tanda vital dalam batas normal. rencana tindakan dipertahankan. Hari: Jumat, tanggal 28 Februari 2014 jam 20.00: tipe kenyamanan transcendence: tanda-tanda peradangan pada area pemasangan infus tidak ada, tanda-tanda vital dalam batas normal. rencana tindakan dihentikan dan disarankan untuk pulang. e. Cemas pada anak dan orang tua berhubungan dengan prognosis penyakit. Hari Kamis, tanggal 21 Februari 2014, implementasi yang dilakukan 1). Standar comfort: jam 09.00 mengkaji tingkat kecemasan anak dan orang tua dan tanda-tanda fisik adanya kecemasan pada anak dan orang tua, hasH: tingkat kecemasan sedang, anak lebih banyak diam, Universitas Indonesia Aplikasi teori ..., I Gusti Agung Dewi Purnamawati, FIK UI, 2014 55 wajah murung dan menjawab seperlunya, orang tua sering bertanya prognosis penyakit anak dan mengungkapkan penyesalan anaknya sakit setelab dari bandung. 13.00 kolaborasi dengan dr pskiatrik anak basil: tidak ada terapi yang didapatkan anak, motivasi anak untuk menjalankan pengobatan. 2) Coaching: menjelaskan pada orang tua tentang jadwal pengobatan anak, motivasi dan berikan semangat pada anak, 3) Comfort food for the soul: jam 13.00 mengajak anak untuk mengungkapkan perasaannya dan menjadi pendengar yang baik. Hari Jumat, tanggal22 Februari 2014, implementasi yang dilakukan 1) Standar comfort: 09.00. menyapa anak dan menanyakan keluban yang dirasakan anak pagi bari, basil anak menjawab " masih sakit sus tidak bisa tidur semalam", 2) Coaching: memotivasi dan memberikan semangat pada anak, berikan pujian atas keijasama anak terbadap perawatan yang diberikan, menjelaskan kepada orang tua tentang efek samping obat kemoterapi yang didapatkan anak. 3) Comfort food for the soul: jam 13.00 meluangkan waktu untuk mendengarkan ungkapan perasaan orang tua dan menjadi pendengar yang baik. Hari Selasa, tanggal 25 Februari 2014, implementasi yang dilakukan 1). Standar comfort: 09.00. menyapa anak dan menanyakan keluban yang dirasakan anak pagi bari, basil anak menjawab " sakitnya mulai berkurang sus, bisa tidur semalam", 2). Coaching: memotivasi dan memberikan semangat pada anak, berikan pujian atas keijasama anak terbadap perawatan yang diberikan, 3) Comfort food for the soul: jam 13.00 mengajak anak untuk mengungkapkan perasaannya dan menjadi pendengar yang baik. Hari Rabu, tanggal26 Februari 2014, implementasi yang dilakukan 1). Standar comfort: 09.00. menyapa anak dan menanyakan keluban yang dirasakan anak pagi bari, basil anak menjawab " bari ini sakit sudah bilang sus, bisa tidur semalam", anak sudnh mau diajak berbincang, Universitas Indonesia Aplikasi teori ..., I Gusti Agung Dewi Purnamawati, FIK UI, 2014 56 wajah lebih segar dan mau tersenyum saat disapa oleh perawat. 2). Coaching: memotivasi dan memberikan semangat pada anak, memberikan pujian atas kerjasama anak terhadap perawatan yang diberikan, 3) Comfortfoodfor the soul: jam 13.00 menyampaikan pada anak dan orang tua untuk menghubunggi perawat jika ada hal yang belum dipahami. Evaluasi: Hari Kamis, tanggal21 Februari 2014 evaluasi tipe kenyamanan relief, anak masih tampak murung, masih menjawab namun jawaban singkat, lebih banyak tidur-tiduran, orang tua masih mengungkapkan penyesalannya, bahwa sakit anaknya disebabkan pergi jalan-jalan ke Bandung. Masalah cemas belum teratasi, rencana tindakan dilanjutkan. Hari Jumat, tanggal 22 Februari 2014 tipe kenyamanan relief, anak masih tampak murung, masih menjawab namun jawaban singkat, lebih banyak diam dan tidur-tiduran, Masalah cemas belum teratasi, rencana tindakan dilanjutkan. Hari Selasa, tanggal 25 Februari 2014 tipe kenyamanan ease, anak mulai tesenyum saat perawat menyapa dan mau berbincang-bincang dengan perawat, wajah terlihat lebih ceria, tidak banyak tidur-tiduran, terlihat berbincang dengan kakaknya, orang tua menyatakan bahwa ini cobaan untuk keluargannya dan berusaha mengobati anaknnya sampai tuntas, Masalah cemas belum teratasi, rencana tindakan dilanjutkan. Hari Rabu, tanggal 26 Februari 2014 tipe kenyamanan trancendence, anak mulai tesenyum saat perawat menyapa dan mau berbincangbincang dengan perawat, wajah terlihat lebih ceria. Orang tua berbincang-bincang dengan anak sambil tertawa, wajah orang tua lebih ceria dan rilek. Masalah cemas teratasi, rencana tindakan dihentikan. Universitas Indonesia Aplikasi teori ..., I Gusti Agung Dewi Purnamawati, FIK UI, 2014 57 f. Risiko cedera berbubungan dengan efek kemoterapi Hari Jumat, tanggal 22 Februari 2014 tindakan yang dilakukan 1) Standar comfort: jam 09.00 memantau jadwal pemberian obat kemoterapi Vincristin 12 mg, basil Vincristin 1,2 mg telah diberikan pada jam 06.00 pagi. 09.00 menanyakan adanya tanda-tanda efek samping kemoterapi seperti mual: anak mengatakan mual ringan dengan skala mual. Jam 12.00 memberikan terapi Kortikosteroid 3 tablet 5mg. 2) Coaching: menjelaskan efek samping pada anak dan orang tua pemberian Vincristin dan Kortikosteroid dapat menimbulkan perasaan mual, konstipasi, rambut menjadi rontok, nafsu makan meningkat dan yang lainnya. 3) Comfort food for the soul: melibatkan orang tua dalam memantau jadwal pemberian obat kemoterapi dan efek samping yang ditimbulkan dan yang dirasakan anak. Hari Selasa, tanggal 25 Februari 2014 tindakan yang dilakukan 1) Standar comfort: jam 09.00 memantau jadwal pemberian obat kemoterapi CPA 1000 mg dan Mesna 800 mg diberikan 20 mlljam dan dilanjutkan dengan pemberian Adriamicin 30mg diberikan drip dalam waktu 4 jam basil: obat kemoterapi telah diberikan tanggal24/2/2014. 11.30 mengobservasi pemberian obat kemoterapi MTX + Ara C + Dexametasone melalui bolus ke intra tekal, basil obat dapat diberikan melalui intra tekal. 12.00 memberikan obat Kortikosteroid 3 tablet masing-masing 5 mg. 2) Coaching jam 10.00 menganjurkan pasien untuk berpuasa sebelum pemberian obat kemoterapi melalui IT, motivasi anak dan keluarga untuk tetap tenang sebelum prosedur IT dimulai. Jam 13.00. 3) Comfort food for the soul: mempersiapkan pasien dan ruang tindakan untuk prosedur IT dan mempersiapkan oksigen sebagai kewaspadaan terbadap pelaksanaan IT. Hari Rabu, tanggal 26 Februari 2014 tindakan yang dilakukan 1) Standar comfort: jam 09.00 menanyakan efek samping kemoterapi seperti mual muntah, diare atau sembelit, kebotakan, demam, sakit Universitas Indonesia Aplikasi teori ..., I Gusti Agung Dewi Purnamawati, FIK UI, 2014 58 kepala dan lainnya, basil anak mengatakan banya mual saja. Jam 10.00 menanyakan pada anak perubahan apa yang anak rasakan semenjak mendapatkan obat kemoterapi, basil anak mengatakan semenjak diberi obat kemo badannya tidak nyeri lagi nafsu makan meningkat. 11.00 memantau basil pemeriksaan cairan otak, basil makroskopik: tidak berwarna, jernib, bitung sel meningkat, protein cairan otak: 51 mg/dl meningkat, kesan tidak ditemukan sel ganas. Jam 12.00 memberikan obat Kortikosteroid 3 tablet masing-masing 5 mg. 2) Coaching: menjelaskan pada anak bahwa untuk keluhan mual sudah diberikan terapi antimual. Hari Kamis, tanggal 27 Februari 2014 tindakan yang dilakukan 1) Standar comfort: jam 15.00 menanyakan efek samping kemoterapi, basil anak mengatakan banya mual saja. Jam 18.00 memberikan obat Kortikosteroid 3 tablet masing-masing 5 mg. 2) Coaching: memotivasi anak untuk tetap semangat menjalani pengobatan. 3) Comfort food for the soul: melibatkan orang tua dalam jadwal pemberian obat kemoterapi dan pemeriksaan diagnostik yang dilakukan pada anak. Hari Jumat, tanggal 28 Februari 2014 tindakan yang dilakukan 1) Standar comfort: jam 15.00 menanyakan efek samping kemoterapi, basil anak mengatakan banya mual saja. Jam 16.00 memantau pemberian obat Vincristin 1,2 mg, basil terapi telah diberikan melalui N bolus Jam 18.00 memberikan obat Kortikosteroid 3 tablet masing- masing 5 mg. 18.30 menanyakan keluhan pasien: anak mengelub mual skala mual 4. 2) Coaching: menganjurkan orang tua untuk melaporkan jika ada keluhan demam, diare atau perdarahan pasca pemberian obat kemoterapi. Universitas Indonesia Aplikasi teori ..., I Gusti Agung Dewi Purnamawati, FIK UI, 2014 59 Evaluasi: Hari Jumat, tanggal 22 Februari 2014 tipe kenyamanan ease; anak mengeluh mual ringan, rambut tidak rontok, tidak ada sariawan. Masalah risiko cedera tidak terjadi, rencana tindakan dipertahankan. Hari Selasa, tanggal 25 Februari 2014 tipe kenyamanan ease; keadaan umum baik, perdarahan tidak ada, rambut tidak rontok, tidak ada sariawan, anak mengeluh mual ringan. Masalah risiko cedera tidak terjadi, rencana tindakan dipertahankan. Hari Rabu, tanggal 26 Februari 2014 tipe kenyamanan ease: anak mengeluh mual ringan, rambut tidak rontok, tidak ada sariawan. Masalah risiko cedera tidak terjadi, rencana tindakan dipertahankan. Hari Kamis, tanggal 27 Februari 2014 tipe kenyamanan ease: anak mengeluh mual ringan, rambut tidak rontok, tidak ada sariawan. Masalah risiko cedera tidak terjadi, rencana tindakan dipertahankan. Hari Jumat, tanggal28 Februari 2014 tipe kenyamanan transcendence: anak mengeluh tidak mual, rambut tidak rontok, tidak ada sariawan. Masalah risiko cedera tidak terjadi, rencana tindakan dihentikan. Universitas Indonesia Aplikasi teori ..., I Gusti Agung Dewi Purnamawati, FIK UI, 2014 BAB3 PENCAPAIAN KOMPETENSI Pada bab 3 ini akan dibahas tentang pencapaian kompetensi residen selama residen menjalani praktik di rumah sakit. Berdasarkan kompetensi yang harus dimiliki, maka seorang Ners Spesialis Keperawatan Anak diharapkan akan dapat berperan secara mandiri sebagai; 1) Praktisi asuhan keperawatan pada area keperawatan anak yang membutuhkan pelayanan keperawatan anak lanjut ; 2) Pendidik dan konsultan di bidang keperawatan anak, 3). Advokat bagi klien dalam area keperawatan anak; 4) Pengelola asuhan keperawatan anak pada tingkat menengah dan tinggi pada berbagai institusi pelayanan kesehatan; 5) Peneliti terkait keperawatan anak dan 6) Sebagai agen pembaharu/perubah untuk peningkatan kualitas asuhan keperawatan anak. 3.1 Target Unit Kompetensi Sesuai Area Peminatan Selama Praktik Residensi. Selama praktik residensi residen telah melalui 3 ruangan yang disesuaikan dengan peminatan yang residen pilih yaitu ruang perinatologi, puskesmas dan ruang non infeksi. Pelaksanaan Residensi I (11 SKS) dilaksanakan selama 18 minggu dimulai pada tanggal 16 September 2013 sampai dengan 17 Januari 2014. Praktik dimulai di Puskesmas Beji Depok selama 6 minggu kemudian ruang Perinatologi RSCM Cipto Mangunkusumo selama 4 minggu dan dilanjutkan di ruang Non lnfeksi Gedung A Lt I RSCM Cipto Mangunkusumo Jakarta selama 6 minggu dan residensi II (6 SKS) dilaksanakan selama 12 minggu di Ruanr~~feksi ~ RSCM Cipto Mangunkusumo dimulai pada tanggal 22 Februari sampai dengan 9 Mei 2014. 3.1.1 Pencapaian Target Kompetensi di Puskesmas Praktik di Puskesmas dilaksanakan di Puskesmas Beji Depok minggu dari tanggal 16 September sampai dengan / selam~ ~ ·v Pencapaian Kompetensi sebagai pemberi asuhar / 60 Un / /·· Aplikasi teori ..., I Gusti Agung Dewi Purnamawati, FIK UI, 2014 61 memberikan pelayanan Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS) dan Manajemen Terpadu Bayi Muda (MTBM). Memberikan pelayanan MTBS sebanyak 90 pasien balita dan MTBM sebanyak 6 bayi muda, memberikan immunisasi dasar pada balita, imunisasi campak pada anak SD, Pemeriksaan kesehatan pada anak TK, penyuluhan gizi seimbang pada anak SD, skrining pertumbuhan dan perkembangan dengan menggunakan Denver II dan KPSP serta memberikan pelayanan diposyandu. Melakukan kunjungan rumah pada kasus kelolaan dan mengelola 3 kasus kelolaan serta melakukan presentasi satu kasus kelolaan anak dengan gizi buruk. 3.1.2 Pencapaian Target Kompetensi di Ruang Perinatologi Praktik di ruang perinatologi dimulai pada tanggal 28 Oktober sampai dengan 22 November 2013. Kompetensi yang telah dicapai selama 4 minggu di ruang perinatologi yaitu memberi asuhan keperawatan pada bayi dengan hipertensi pulmonal akibat kelainan jantung kongenital, hernia diagfragmatika, hiperbilirubinemia, BBLR dan neonatus dengan infeksi dini, distress pemapasan. Keterampilan prosedur yang dicapai, pemasangan infus, suction, memberikan nutrisi melalui oral dan NGT, Pemasangan CPAP, melakukan perawatan metode kanguru, penyuluhan manajemen laktasi, manajemen fototerapi dan melaksanakan proyek inovasi dengan topik weaning inkubator, memberikan posisi pada bayi, keuntungan dan kerugian memberikan minum dengan cangkir versus minum dengan botol serta tanda bahaya yang harus dikenali orang tua saat bayi dirumah. 3.1.3 Pencapaian Target Kompetensi di Ruang Non Infeksi Residen pada praktik klinik memilih peminatan non infeksi dan melakukan praktik pada Residensi I dan II di ruang Non Infeksi Gedung A Lt 1 RSUPN Cipto Mangunkusumo. Praktik di ruang Non Infeksi pada Residensi I selama 6 minggu dari tanggal 9 Desember 2013 sampai dengan 17 Januari 2014 sedangkan Residensi II selama 12 minggu dari Tanggal22 Februari 2014 sampai dengan tanggal 9 Mei 2014. Selama menjalani praktik, kompetensi yang residen dapatkan antara lain memberikan asuhan Universitas Indonesia Aplikasi teori ..., I Gusti Agung Dewi Purnamawati, FIK UI, 2014 62 keperawatan pada anak dengan kasus non infeksi sebanyak 9 kasus. Kasuskasus yang residen kelola antara lain anak dengan leukemia limfobastik akut dan kronik, retinoblastoma, limfoma non hodgin, hipertensi pulmonal, penyakit ginjal kronis, hepatoblastoma, yolk sac tumor, tumor faring dan osteosarcoma. Keperampilan prosedur yang dicapai selama praktik residen antara lain pemasangan infuse, manajemen kemoterapi, pemasangan NGT, memberi makanan cair melalui NGT, mengambil sample pemeriksaan darah dan urin, pengambilan sample darah dan urine kultur, memberikan terapi obat, pendidikan kesehatan, terapi bennain, manajemen pemberian tranfusi, perawatan luka, manajemen pre dan post prosedur intra tekal, pre dan post prosedur Bone Ma"ow Pungtion (BMP), pre dan post pemasangan long line, suction, perawatan trakeostomi dan penerapan evidence based practise tentang akupresur sebagai tindakan untuk mengurangi mual muntah lambat pada anak yang menjalani kemoterapi. 3.2 Peran Ners Spesialis Keperawatan Anak Peran sebagai ners spesialis keperawatan anak yang telah dilaksanakan residen selama praktik residensi yaitu: 3.2.1 Peran Sebagai Pemberi Asuhan Keperawatan Peran residen sebagai pemberi asuhan keperawatan diaplikasikan dengan merawat anak dengan berbagai masalah pada anak baik di Puskesmas, ruang Perinatologi dan Non Infeksi. Pertama kali residen melakukan pengkajian pada anak dengan menggunakan pendekatan teori Comfort Kolcaba yaitu fisik, psikospiritual, sosiokultural dan lingkungan anak dan keluarga, dilanjutkan dengan menegakkan diagnosa keperawatan yang muncul sesuai dengan tipe ketidaknyamanan yang dirasakan anak dan keluarga yaitu berada pada relief, ease atau transcendence. Tahap berikutnya residen menyusun rencana tindakan untuk mengatasi ketidaknyamanan anak sesuai dengan intervensi Comfort Kolcaba yaitu Standar comfort, Coaching, dan Comfort food for the soul. Tahap selanjutnya residen melakukan rencana tindakan yang telah disusun dan melakukan evaluasi terhadap tipe ketidaknyamanan yang dirasakan oleh Universitas Indonesia Aplikasi teori ..., I Gusti Agung Dewi Purnamawati, FIK UI, 2014 63 anak dan keluarga serta melakukan dokumentasi mulai dari pengkajian sampai dengan evaluasi. Memberikan asuhan keperawatan pada anak tidak terlepas dari keterlibatan keluarga, residen pada pelaksanaan asuhan keperawatan selalu melibatkan keluarga dalam merawat anak hal ini sejalan dengan prinsip keperawatan anak yaitu Family Centered Care (FCC) bahwa keluarga merupakan bagian dari kehidupan anak sehingga keterlibatannya sangat di perlukan (Wong, Eaton, Wilson, Winkelstein & Schwartz, 2009). Residen melibatkan keluarga dalam mencatat intake dan output cairan anak, tindakan akupresur, menenangkan anak, membantu memberikan nutrisi dan pengobatan oral, personal hygiene dan jadwal pemberian kemoterapi, persetujuan pemberian obat kemoterapi, meningkatkan pengetahuan orang tua dengan memberikan pendidikan kesehatan tentang cara pencegahan infeksi dan kebutuhan cairan dan nutrisi padaanak. 3.2.2 Peran Sebagai Advokat Perawat bertanggung jawab untuk membantu anak dan keluarga dalam menginterpretasikan informasi dari berbagai profesi. Peran residen sebagai advokad disini dilakukan residen pada saat mengelola kasus kelolaan pada keluarga gizi buruk, residen meminta ibu bertemu dengan petugas gizi di Puskesmas untuk menindaklanjuti masalah gizi anak untuk mendapatkan makanan tambahan berupa susu gratis dari Puskesmas. 3.2.3 Peran Sebagai Konsultan Kompetensi dalam menjalankan peran sebagai konsultan dicapai pada saat residen bertugas di Puskesmas saat memberikan konsultasi pada keluarga binaan tentang nutrisi pada anak dan memberikan informasi tentang imunisasi dasar yang harus didapat bayi sebelum bayi mencapai usia satu tahun. Memberikan konsultasi tentang pertumbuhan dan perkembangan anak setelah mengukur tumbuh kembang anak dengan KPSP. Universitas Indonesia Aplikasi teori ..., I Gusti Agung Dewi Purnamawati, FIK UI, 2014 64 3.2.4 Peran Sebagai Pendidik Peran residen sebagai pendidik selama menjalani praktek, residen terapkan pada semua keluarga pasien kelolaan, pada keluarga pasien lainnya, anak sekolah dasar, kepada mahasiswa keperawatan yang magang bersama dengan residen, perawat ruangan dan perawat baru yang sedang training. Peran sebagai pendidik di sini antara lain memberikan tambahan pengetahuan kepada keluarga atau perawat tentang masalah yang dihadapi selama menjalani perawatan atau dalam melaksanakan tugasnya sebagai perawat dan mahasiswa keperawatan. Pendidikan kesehatan kepada keluarga yang residen berikan di Puskesmas pada saat kunjungan rumah dengan memberikan pengetahuan cara membuat makanan formula 75 (F75) pada keluarga kelolaan yang memiliki anak gizi buruk, penyuluhan tentang gizi seimbang pada anak kelas V SDN Beji Depok, bimbingan tentang Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS) pada mahasiswa keperawatan yang sedang magang di Puskesmas. Melakukan diskusi tentang kasus berat badan lahir rendah (BBLR) pada perawat yang sedang pelatihan di ruang Perinatologi RSUPN Cipto Mangunkusumo. Memberikan pengetahuan tentang menghitung pemberian obat pada anak dan cairan pada anak pada perawat baru di ruang Non lnfeksi serta memberikan pengetahuan pada perawat ruangan tentang tindakan akupresur pada titik poin 6 (P6). 3.2.5 Peran Kolaborator Peran kolaborasi residen lakukan saat memberikan intervensi yang bersifat kolaborasi pada semua kasus kelolaan, tindakan kolaborasi yang dilakukan dalam hal pemberian terapi obat, pemberian tranfusi, penatalaksanaan pemberian kemoterapi serta pemeriksaan diagnostik yang dilakukan pada anak. Universitas Indonesia Aplikasi teori ..., I Gusti Agung Dewi Purnamawati, FIK UI, 2014 65 3.2.6 Peran Sebagai Peneliti Peran residen sebagai peneliti pada praktik residensi I dan II tidak dapat residen laksanakan, namun residen melakukan analisis hasil penelitian dan menerapkan beberapa hasil penelitian pada pasien kelolaan dan pasien lainnya seperti melakukan akupresur, mengukur skala mual dengan skala BARF, dan pelakukan oral hygiene dengan larutan NaCI 0.9 % untuk mencegah stomatitis serta mengukur skala phlebitis dengan metode sentuh, lihat dan raba. 3.2.7 Peran Sebagai Agen Perubah Peran residen sebagai agen perubahan residen capai saat pelaksanaan proyek inovasi kelompok di dua ruangan yaitu Ruang Perinatologi dengan topik weaning inkubator, memberikan posisi pada bayi, keuntungan dan kerugian memberikan minum dengan cangkir versus minum dengan botol dengan melakukan sosialisasi dengan kepala ruangan, perawat penanggung jawab serta perawat pelaksana ruangan perinatologi. Setelah melakukan sosialisasi kepada perawat residen bersama anggota kelompok membuat media lembar batik untuk diletakkan di masing-masing ruangan sebagai media atau sarana perawat mengingatkan tentang topik yang telah di sosialisasikan, serta membuat media lembar batik yang diletakkan di ruang menyusui untuk dapat menambah pengetahuan ibu tentang tanda bahaya yang harus dikenali ibu saat bayinya di rumah. Ruangan ke dua saat melakukan proyek inovasi adalah di ruangan Non lnfeksi Gedung A Lt 1. Proyek inovasi dengan topik akupresur untuk mengguranggi mual dan muntah pada anak yang menjalani kemoterapi berdasarkan evidence based practice di ruang Non Infeksi RSUPN Dr. Ciptomanggunkusumo. Residen pada awalnya melakukan sosialisasi dihadapan bidang keperawatan, koordinator lantai 1 gedung A, perawat penanggungjawab, selanjutnya melakukan tindakan akupresur pada beberapa anak sesuai dengan kriteria anak. Pelaksanaan proyek inovasi dilakukan kurang lebih satu bulan, hasil dari penerapan akupresur dipresentasikan kembali dihadapan bidang keperawatan, koordinator lantai 1 gedung A, kepala ruangan, dan perawat Universitas Indonesia Aplikasi teori ..., I Gusti Agung Dewi Purnamawati, FIK UI, 2014 66 penanggungjawab (PP). Hasil proyek inovasi menghasilkan bahwa akupresur dapat mengurangi mual muntah lambat pada anak yang menjalani kemoterapi, sehingga tindakan akupresur dapat digunakan sebagai salah satu altematif tindakan keperawatan mandiri yang dapat dilakukan oleh perawat di ruangan. Universitas Indonesia Aplikasi teori ..., I Gusti Agung Dewi Purnamawati, FIK UI, 2014 BAB4 PEMBAHASAN Bab ini menjelaskan tentang analisis penerapan Model Comfort Kolcaba dalam asuhan keperawatan pada anak kanker dengan masalah nutrisi serta analisis praktik spesialis keperawatan anak dalam pencapaian target. 4.1 Penerapan Model Co"ffort Kolcaba pada Anak Kanker dengan Masalah Nutrisi. Penyakit kanker banyak menimbulkan masalah pada anak, salah satunya adalah masalah nutrisi, anak penderita kanker sering mengeluh tidak nafsu makan sehingga asupan nutrisi menjadi berkurang. Masalah nutrisi pada anak kanker disebabkan oleh banyak faktor antara lain mual dan muntah, mukositis, hilangnya rasa kecap, diare, konstipasi, malabsorbsi, mulut kering, masalah mengunyah dan menelan serta anoreksia (Grundy & Oliver, 2000; Hudayani, 2014). Keluhan mual dan muntah, mukositis, hilangnya rasa kecap, diare, konstipasi, malabsorbsi, mulut kering, masalah mengunyah dan menelan serta anoreksia merupakan manifestasi klinik yang muncul akibat efek samping dari pemberian obat kemoterapi (Eilers, 2004). Keluhan mual muntah merupakan efek samping kemoterapi yang sering dikeluhkan oleh anak, meskipun pemberian terapi antiemetik sudah diberikan secara intensif, hampir 58% anak usia sekolah serta anak remaja menerima agen kemoterapi yang sangat emetogenik, akibatnya keluhan mual terns dikeluhkan anak (Ryan, 2010). Mengatasi masalah nutrisi pada anak dengan kanker melibatkan semua unsur baik medis, ahli gizi, perawat, psikolog anak dan orang tua. Perawat sebagai salah satu tenaga kesehatan yang selama 24 jam memantau serta mengobservasi keadaan anak selama dirawat memiliki tanggungjawab yang besar agar masalah nutrisi anak dapat teratasi dengan baik. Metode penyelesaian masalah yang dapat residen gunakan adalah dengan menggunakan proses keperawatan. Tahapan proses keperawatan dimulai dari pengkajian terhadap status nutrisi anak, diagnosis keperawatan, perencanaan dan implementasi serta evaluasi yang perawat lakukan dalam mengatasi masalah nutrisi anak. 67 Universitas Indonesia Aplikasi teori ..., I Gusti Agung Dewi Purnamawati, FIK UI, 2014 68 Menurut Cleve, Munoz, Riggs, Bava dan Savedra (2012) anak-anak sering mengeluh sakit pada kepala, perut, punggung, kaki, mual, muntah, tidak nafsu makan dan banyak lagi, semua itu membuat hilangnya kenyamanan yang dirasakan anak, aplikasi teori Comfort Kolcaba ditatanan praktik keperawatan anak sangat dibutuhkan agar terjadi perubahan prilaku Health seeking behaviors/HSBs yaitu perilaku mencari kesehatan yang optimal (Tomey & Alligood, 2006). Berdasarkan uraian diatas residen ingin mencoba mengaplikasikan teori comfort Kolcaba di ruang Non lnfeksi Gedung A Lt I RSUPN CiptoMangunkusumo Jakarta pada anak-anak penderita kanker pada empat konteks pengalaman fisik, psikospiritual, sosiokultural dan lingkungan bertemu dengan tiga tipe kenyamanan yang dirasakan anak dan keluarga yaitu relief, ease dan transcendence. Saat perawat telah mengetahui tipe kenyamanan yang sedang dirasakan oleh anak dan keluarga maka perawat menyusun intervensi keperawatan berdasarkan tiga tipe perawatan yaitu Standar comfort, Coaching, dan Comfort food for the soul. Intervensi yang telah disusun residen lakukan di sesuaikan dengan jadwal dinas pagi, siang atau malam, dan melakukan evaluasi sampai pasien pulang, dimana dari lima kasus terpilih lama hari rawat terlama 10 hari dan terpendek 3 hari. Dari lima anak yang residen rawat 4 orang anak di ijinkan pulang dan satu orang anak meninggal. 4.1.1 Pengkajian Pengkajian yang dilakukan pada anak kanker dengan masalah nutrisi melalui pendekatan teori comfort terjadi pada kelima kasus kelolaan. Pengkajian nutrisi yang residen lakukan pada anak dengan kanker antara lain melakukan anamnesa tentang asupan nutrisi anak, pemeriksaan fisik, mengukur atropometri anak yang terdiri dari berat badan anak, tinggi badan dan lingkar lengan atas, menilai status nutrisi anak dengan menggunakan IMT: BB!fB 2, memantau pemeriksaan laboratorium seperti nilai hemoglobin dan albumin. Pengkajian status nutrisi yang residen lakukan sesuai dengan literature. Menurut Grundy dan Oliver (2001) metode pengkajian nutrisi terdiri dari tiga kategori yaitu metode subyektif atau anamnesis, pemeriksaan fisik dengan mengukur antropometrik dan biokimia dengan pemeriksaan laboratorium. Menurut Zalina, Shahar, Jamal dan Aini (2009) melakukan penelitian pada Universitas Indonesia Aplikasi teori ..., I Gusti Agung Dewi Purnamawati, FIK UI, 2014 69 anak-anak dengan leukemia mengunakan parameter antropomentrik, biokimia dan hematologi untuk menilai status nutrisi anak. Hasil pengkajian yang didapatkan residen pada kasus kelolaan anak MD adalah asupan makanan anak sangat sedikit hanya Y<t porsi, minum susu yang disediakan 200 ee hanya mampu diminum 100 ee saja, mengeluh kurang nafsu makan, penilaian antropometri pada anakBB: 29,5 kg, TB: 150 em, LLA: 17,5 em dan nilai IMT: 13.11 status malnutrisi berat, hasil pemeriksaan albumin: 3.91 g/dl, hemoglobin: 8.8 g/dl. Hasil pengkajian pada kelima kasus terpilih menunjukan semua anak mengalami malnutrisi berat dan sedang. Berikut table status gizi pada anak pada lima kasus kelolaan Table 4.1. Gambaran Status Gizi Kasus Kelolaan lnisial anakl usia An MD 14th AnY 7, 7th AnA ltb An CH 2,6 th AnD 3.4th BBffB dan LLA Nilai IMT Hasil laboratorium 29,5kg/l50em LLA:l7~5 .. 13.11 kg/rit2 Hb: 8,8 gldl Albumin:3,91 gldl 18,55kgl123 em, LLA: 11,5 10kg/84<;m LLA: 13em 13.65kgl91 em LLA: Bern 12,28 kglm2 l4kglm2 11,.2 kgl87cin LLA: Item Status gizi berdasarkan nilai IMT Malnuirisi berat Malnutrisi berat ·· Malnutrisi l;Jerat .. 16,48 kglm2 Hb: 8,4 gldl Albumin:4,9 gldl Hb:6,6g/til Albumin: 3,9 gr/dl Hb: 6 gldl Albumin:2,75 gldl 14,81 kglm2 Hb : 11,8 gJdl . Alb:umin: 2,38 i!dl Malnutrsi berat · Malnutrisi sedang Berdasarkan penilaian Center for Chonic Disease (CDC) penilaian status nutrisi anak berdasarkan berat badan per usia (BBIU) terdapat 4 orang anak berada dibawah persentil 5th atau memiliki gizi yang kurang dan 1 orang anak berada pada persentil 1Oth sld 95th atau memiliki gizi baik. Sedangkan tinggi badan per usia terdapat 4 orang anak berada pada persentil 1olh sld 95th atau memiliki tinggi badan nonnal sesuai dengan usia dan 1 orang anak berada dibawah persentil 5th atau tinggi badan tidak sesuai dengan usia. Sedangkan hasil pengukuran LLA 1 orang anak memiliki status gizi baik dengan LLA lebih dari 13,5 em dan 2 orang anak memiliki gizi kurang dengan LLA antara 12,5 sampai dengan 13,5 em dan 2 orang anak dengan gizi buruk dengan LLA kurang dari 12,5 em. Status gizi anak berdasarkan indek masa tubuh (IMT) 4 Universitas Indonesia Aplikasi teori ..., I Gusti Agung Dewi Purnamawati, FIK UI, 2014 70 orang anak dikategorikan dalam malnutrisi berat sedangkan I orang anak yaitu an CH mengalami malnutrisi sedang, kategori malnutrisi anak berdasarkan interpretasi basil IMT yaitu normal: 18,5-24,9 kglm2, malnutrisi ringan: 17,018,4 kg/m2, sedang 16,0-16,9 kglm2 dan berat kurang dari 16,0 kglm2. Berdasarkan basil diatas untuk menentukan apakah anak mengalami masalah nutrisi tidak dapat berdasarkan basil pengukuran saja, namun dapat dilihat dari kondisi fisik anak seperti terdapat kulit kering, bersisik, atrofi otot (muscle wasting) adanya pitting edema, penurunan kekuatan otot dan cadangan lemak. Berdasarkan basil pemeriksaan laboratorium yang dijadikan parameter status nutrisi yang baik antara lain berdasarkan nilai hemoglobin dan albumin. Pada 5 kasus terpilih 5 orang anak memiliki nilai hemoglobin yang rendah atau anemia dimana hemoglobin pada anak laki-laki berada pada 13,5-18,0 gr/dl dan anak perempuan 12-16 gr/dl. Parameter berikutnya adalah nilai albumin terdapat 3 orang anak memiliki nilai albumin normal diatas 3,8 mgldl dan 2 orang anak yang memiliki nilai albunin rendah kurang dari 3,8 mgldl. Rendahnya nilai hemoglobin pada kasus selain disebabkan asupan yang kurang namun disebabkan adanya perdarahan saluran cema pada An A dan perdarahan pada gusi pada anak CH. Parameter nutrisi yang residen kaji pada anak sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Zalina, Shahar, Jamal dan Aini (2009) parameter yang dikaji untuk menilai status nutrisi anak dengan leukemia yaitu BB/U, TB/U, BB/TB, LLA, basil albumin dan hemoglobin. Berdasarkan lima kasus terpilih masalah nutrisi merupakan masalah yang dihadapi anak dan keluarga, hal ini sesuai dengan Grundy dan Oliver (2000) dan Hudayani (2014) permasalahan nutrisi merupakan masalah yang sering dihadapi anak, banyak fak:tor yang berkontribusi terhadap kurangnya asupan nutrisi seperti mual dan muntah, mukositis, hilangnya rasa kecap, diare, konstipasi, malabsorbsi, mulut kering, masalah mengunyah dan menelan dan anoreksia. Asupan nutrisi yang kurang merupakan salah satu faktor yang menyebabkan terjadinya malnutrisi pada anak dengan kanker sehingga berdampak pada pertumbuhan BB, TB, LLA anak. Status gizi yang kurang menjadi fak:tor menurunnya daya tahan tubuh, terlambatnya penyembuhan luka, peningkatan infeksi jamur dan toksisitas hematologi dan peningkatan toksisitas hati dan pankreas pada anak obesitas menjadi salah satu penyebab prognosis yang buruk Universitas Indonesia Aplikasi teori ..., I Gusti Agung Dewi Purnamawati, FIK UI, 2014 71 pada anak dengan kanker. Kurangnya cadangan makanan dan lemak tubuh akan mempengaruhi farmakokinetik pada banyak obat antikanker dan mempengaruhi fannakodinamis dan keefektifan obat kanker (Bauer, Jurgens, & Fruhwald, 2011; Rogers, 2014). Pengkajian kebutuhan nutrisi berdasarkan teori comfort pada kelima kasus terpilih difokuskan pada pengkajian fisik tentang status nutrisi melalui wawancara, pemeriksaan fisik dan berdasarkan basil pemeriksaan laboratorium. Berdasarkan basil pengkajian, residen mengetahui kebutuhan kenyamanan pada lima kasus kelolaan berada pada tipe relief yaitu nafsu makan anak yang kurang, mengeluh mual, asupan nutrisi hanya sedikit, berat badan anak yang tidak sesuai dengan usia, tinggi badan anak yang tidak sesuai dengan usia, lingkar lengan atas kecil serta basil hemoglobin dan albumin yang rendah. 4.1.2 Diagnosis Keperawatan Teori Comfort Kolcaba tidak membahas tentang diagnosis keperawatan, sehingga residen menyusun diagnosis keperawatan berdasarkan diagnosis keperawatan menurut NANDA 2012. Diagnosis keperawatan tentang masalah nutrisi yang residen tegakkan adalah ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh. 4.1.3 Intervensi Keperawatan Tahap selanjutnya residen menyusun intervensi keperawataan berdasarkan diagnosis keperawatan, terdapat tiga tipe perawatan menurut teori comfort yaitu standar comfort, coaching, dan comfort food for the soul. Intervensi keperawatan yang disusun untuk mengatasi masalah nutrisi pada anak berdasarkan kebutuhan kenyamanan yang dirasakan oleh anak dan orang tua. Pada lima kasus terpilih kebutuhan kenyamanan anak berada pada relief dengan tipe perawatan standar comfort yang residen berikan pada kasus yaitu memantau asupan nutrisi anak setiap hari. Berikut table tentang asupan nutrisi anak, rute pemberian dan jenis nutrisi yang diberikan pada lima kasus kelolaan: Universitas Indonesia Aplikasi teori ..., I Gusti Agung Dewi Purnamawati, FIK UI, 2014 72 Table 4. 2. Jumlah, Rute dan Jenis Asupan Nutrisi Kasus Kelolaan Inisial usia An MD 14th An Y 7, 7th · An A lth An CH 2,6th AnD .. 3;4th anakl Jumlah Rute pemberian oral Jenis asupan .. Malam biasa + susUF.lOOS X 200ce 2000 kkal Oral dan NGT 1400 kkal Parenteral 1400 kkal Makanan biasa + susu FIOO 6 x 150cc ••·.·~ Atnlllt)(usin 250cc: 3.3 ·· . «{jam. . Peptamen 4 x 150 cc MC: 4 x 175 cc .·.·.·. ·.•··lllabn biasa• &usu 3 xt30 Jumlah asupan kalori pada lima kasus kelolaan berbeda pada setiap anak, jurnlah kalori dihitung berdasarkan berat badan ideal ideal anak sesuai usia seperti anak D membutuhkan kalori yang lebih besar dibandingkan anak yang lainnya karena usia anak D lebih besar dibandingkan anak yang lainnya. Pemberian nutrisi pada lima kasus kelolaan berbeda pada setiap anak, hal ini disesuaikan dengan kemampuan anak serta toleransi anak terhadap makanan. Anak MD dan Anak D asupan nutrisi melalui oral sedangkan Anak Y asupan nutrisi melalui oral dan naso gastric tube (NGT) karena anak Y malas untuk makan sehingga asupan nutrisi diberikan makanan cair melalui NGT, pada Anak CH asupan nutrisi di berikan melalui NGT dan parenteral, disebabkan kelemahan pada otot menelan. Pada anak Az asupan nutrisi melalui parenteral karena ada pendarahan pada saluran pencemaan sehingga anak harus dipuasakan. Menurut Hundayani (2014) Terdapat 3 pilihan dalam pemberian nutrisi yaitu diet oral, nutrisi enteral dan nutrisi parenteral. Pemberian makan melalui oral diberikan kepada penderita yang masih bisa menelan cukup makanan dan keberhasilannya memerlukan kerjasama yang baik antara dokter, perawat, ahli gizi, anak dan keluarga. Sedangkan pemberian nutrisi melalui enteral atau NGT diberikan bila anak tidak bisa menelan dalam jurnlah cukup, sedangkan fungsi pencemaan dan absorbsi usus masih cukup baik. Selama sistem pencemaan masih berfungsi atau berfungsi sebagian dan tidak ada kontraindikasi maka diet enteral (EN) harus dipertimbangkan, karena diet enterallebih fisiologis dalam meningkatkan aliran darah mukosa intestinal, mempertahankan aktivitas metabolik serta Universitas Indonesia Aplikasi teori ..., I Gusti Agung Dewi Purnamawati, FIK UI, 2014 73 keseimbangan hormonal dan enzimatik antara traktus gastrointestinal dan liver (Hundayani, 2014). Nutrisi parenteral total (TPN) diberikan pada penderita dengan gangguan proses menelan, gangguan pencemaan dan absorbsi. Nutrisi parenteral (NPE) diberikan untuk mencukupi sumber nutrien essensial tanpa menggunakan traktus gastrointestinal yaitu secara intravena. Pada lima kasus terpilih semua anak mendapatkan Transfusi sel darah merah (PRC) dan albumin hal ini diberikan karena nilai hemoglobin dan albumin anak rendah, asupan nutrisi yang kurang merupakan Pemberian nutrisi melalui oral yang diberikan pada anak disesuaikan dengan kemampuan dan kesukaan anak untuk memasukan makanan, hal ini dibuktikan dengan nutrisi yang diberikan saat penyajian sangat menarik dan bentuk serta rasa sudah disesuaikan dengan kemampuan anak, contoh anak MD diberikan makan biasa namun diselinggi dengan pemberian susu F 100 sehingga kalori yang masuk diharapkan dapat mencukupi kebutuhan anak. Pada lima anak semua anak mendapatkan terapi Ondansentron. Hal ini diberikan untuk mengurangi mual anak, dan dosis pemberian disesuaikan usia dan berat badan anak tindakan yang dilakukan residen untuk mengurangi mual dan muntah pada anak yaitu melakukan akupresur pada anak. Menurut Lee dan Frazier (2011) akupresur adalah salah satu altematif intervensi yang efektif untuk menggurangi keluhan mual dan muntah. Akupresur juga merupakan intervensi non invasif dan relatif tidak sulit untuk dilakukan. Ak.upresur melibatkan stimulasi acupoint dari perikardium 6 (P6) yang terletak di permukaan anterior pergelangan tangan antara tendon fleksor corpiradialis longus palmaris. Tindakan akupresur residen lakukan pada anak MD dan Y sedangkan anak ~ CH dan D keadaan umum anak tidak memungkinkan dilakukan akupresur. Hasil dari tindakan akupresur anak mengatakan mual berkurang dan merasa nyaman dengan tekanan pada titik P6. Intervensi perawatan coaching yang dilakukan pada lima kasus terpilih yaitu: menganjurkan orang tua untuk. membawa makanan yang disukai anak dari rumah, memberi makan porsi kecil namun sering, makan makanan selagi hangat sedangkan intervensi comfort food for the soul: memberikan lingkungan Universitas Indonesia Aplikasi teori ..., I Gusti Agung Dewi Purnamawati, FIK UI, 2014 74 yang nyaman pada saat anak makan seperti suasana ruangan yang tenang, tidak memaksa anak, dan tidak menakut-nakuti anak saat makan 4.1.4 Evaluasi Residen melakukan evaluasi terhadap masalah nutrisi pada lima kasus terpilih dengan menilai klien terhadap intervensi yang diberikan. Masalah nutrisi pada lima kasus terpilih saat residen kaji berada pada tipe kenyamanan relief saat pasien pulang anak dan keluarga berada pada kenyamanan transcendence pada 2 orang anak yaitu anak MD dan A, kedua anak tersebut memperlihatkan asupan nutrisi yang baik, dan tidak ada penurunan berat badan selama dirawat serta nilai laboratorium hemoglobin dan albumin yang baik. Status nutrisi pada dua orang anak yaitu anak Y dan anak D tipe kenyamanan saat dirawat dan pulang berada pada tipe ease kedua anak tersebut mengambarkan nafsu makan yang kurang, tidak ada peningkatan berat badan selama dirawat dan berat badan semu karena massa tumor pada abdomen tidak. dapat dimasukan sebagai berat badan anak, anak Y pulang masih terpasang NGT untuk asupan nutrisi anak selama dirumah. Sedangkan satu anak yaitu anak CH mengalami kegawatan pada hari rawat ke 29 hari kondisi anak kritis dan meninggal dunia pada tanggal27 April2014. 4.2 Kendala yang Ditemukan dalam Penerapan Teori Comfort Kolcaba. Aplikasi teori comfort dapat diterapkan pada semua kasus terpilih dan pada masalah keperawatan yang lain. Teori comfort Kolcaba dapat diaplikasikan pada tatanan praktik anak namun teori ini berada pada tingkatan middle range theory sehingga pelaksanaannya masih menimbulkan persepsi yang sangat beragam, berbeda halnya pada tingkatan aplikasi teori, aplikasi teori akan lebih spesiftk dibandingkan teori tersebut masih dalam tingkatan middle range theory. Aplikasi teori comfort Kolcaba mempunyai tujuan meningkatkan kenyaman pada anak dan keluarga namun pada pelaksanaannya untuk mendapatkan rasa nyaman anak dan keluarga dibutuhkan kerjasama yang baik antara staf di rumah sakit dengan anak dan keluarga sehingga anak dan keluarga dapat merasakan kenyamanan pada aspek ftsik, psikospiritual, sosiokultural dan lingkungan. Universitas Indonesia Aplikasi teori ..., I Gusti Agung Dewi Purnamawati, FIK UI, 2014 75 Berdasarkan observasi residen selama menjalani praktik residensi I dan TI aplikasi teori comfort yang residen terapkan pada kasus terpilih dan pada beberapa kasus lainnya memberikan dampak positif terhadap rasa nyaman yang dirasakan anak dan orang tua, hal ini berdasarkan ungkapan dari anak dan orang tua pasien, pemberian informasi, edukasi dan pelayanan yang ramah serta memperhatikan kebutuhan anak dan keluarga dapat meningkatkan rasa nyaman anak dan orang tua. Faktor pendukung selama mengaplikasikan teori comfort adalah pada tahap pengkajian teori comfort telah dapat memfasilitasi residen untuk mendapatkan data anak dan keluarga secara komprehensif melalui pengkajian terhadap fisik, psikospiritual, dan sosiokultural serta lingkungan. Pada tahap intervensi teori comfort telah membagi tiga tipe perawatan yaitu standar comfort, coaching, dan comfort food for the soul sehingga memudahkan residen menyusun rencana tindakan pada anak serta evaluasi yang dilakukan dengan melihat tipe kenyamanan anak dan keluarga. Sedangkan kendala yang residen hadapi saat mengaplikasikan teori comfort kolcaba adalah kesulitan dalam menilai rasa nyaman yang dirasakan anak serta indikator yang berbeda untuk mengevaluasi rasa nyaman anak. Teori comfort belum menyediakan diagnosis keperawatan sehingga residen menyusun diagnosis keperawatan berdasarkan diagnosis keperawatan NANDA. 4.3 Praktik Spesialis Keperawatan Anak dalam Pencapaian Target Praktik residensi dilaksanakan dalam 2 semester yaitu residensi I dan residensi II, pada residensi I residen memilih peminatan di Puskesmas, ruang non infeksi serta ruang perinatologi sebagai kompetensi yang wajib dicapai oleh seluruh residen. Pada residensi 2, residen memilih peminatan diruang non infeksi RSUPN Cipto Mangunkusumo Jakarta. Selama praktik residen melakukan kegiatan-kegiatan sesuai dengan target yang telah dituangkan didalam kontrak belajar (terlampir) yang disusun diawal praktik serta target prosedur yang dapat dicapai selama residen menjalankan praktik residen I dan II. Perawat, dokter, ahli gizi, anak dan pasien serta keluarga. memantu residen dalam mencapai kompetensi yang ingin dicapai baik di Puskesmas, ruang perinatologi dan ruang non infeksi. Pencapaian kompetensi residen peroleh melalui jumal reflektif dengan melakukan refleksi terhadap kejadian yang residen alami dan untuk mencari pembenarannya residen Universitas Indonesia Aplikasi teori ..., I Gusti Agung Dewi Purnamawati, FIK UI, 2014 76 melakukan penelusuran jurnal. Salah satu tantangan selama praktik yang residen rasakan residen adalah sebagai praktisi dengan level pendidikan spesialis, tentunya harus menunjukan performance yang lebih baik, sehingga residen berusaha untuk mencapai kompetensi yang cukup untuk dapat membekali diri menjadi seorang spesialis. Universitas Indonesia Aplikasi teori ..., I Gusti Agung Dewi Purnamawati, FIK UI, 2014 BABS SIMPULAN DAN SARAN 5.1 SIMPULAN 5.1.1 Praktek residensi keperawatan bertujuan untuk menghasilkan lulusan yang mampu memberikan asuhan keperawatan pada anak serta mampu berperan sebagai edukator, agen pembaharu, peneliti dan kolaborator. Pada Karya Ilmiah Akhir ini residen berfokus memberikan asuhan keperawatan pada anak kanker yang mengalami masalah nutrisi dengan menggunak:an pendekatan teori Comfort Kolcaba. 5.1.2 Masalah nutrisi merupakan masalah yang sering terjadi pada anak:-anak dengan kanker, banyak faktor yang menjadi penyebab masalah nutrisi pada anak: antara lain efek samping kemoterapi, kondisi hipermetabolisme dan ketidakstabilan hormon berkontribusi terhadap asupan nutrisi anak: sehingga mempengaruhi status nutrisi anak secara klinis. Parameter seperti berat badan, tinggi badan, lingkar lengan atas dan hasil perhitungan IMT serta nilai hemoglobin dan albumin menjadi parameter status nutrisi anak: dengan kanker. Melalui aplikasi teori comfort residen memberikan asuhan keperawatan dengan tujuan masalah nutrisi dapat teratasi dengan baik dengan memperhatikan kenyamanan anak dan orang tua. 5.1.3 Praktik residensi memberikan gambaran pencapaian kompetensi dalam praktik klinik spesialis keperawatan anak dan peran perawat dalam memberikan asuhan keperawatan secara profesional dengan memperhatikan aspek etik dan legal dalam keperawatan. Kompetensi yang diperoleh oleh residen selama menjalankan praktik residensi I dan II dapat dicapai sesuai dengan kompetensi yang diharapkan yaitu memberikan asuhan keperawatan pada anak dengan masalah penyakit kronis, asuhan keperawatan pada 77 Universitas Indonesia Aplikasi teori ..., I Gusti Agung Dewi Purnamawati, FIK UI, 2014 78 neonatus serta memberikan asuhan keperawatan di puskesmas pada balita sakit (MTBS) dan bayi muda (MTBM) serta kompetensi keterampilan prosedur yang dicapai residen sesuai dengan target pencapaian. 5.2 5.2.1 SARAN Aplikasi teori comfort dapat diterapkan pada semua kasus khususnya di ruang non infeksi, untuk lebih mudah menerapkan aplikasi teori comfort residen menyarankan untuk menyusun bentuk format pengkajian fisik, psikospiritual, sosiokultural dan lingkungan lebih sederhana dan mudah untuk dipahami serta diaplikasikan. 5.2.2 Masalah nutrisi merupakan masalah yang sering ditemukan pada anak dengan kanker sehingga dibutuhkan perhatian yang besar untuk dapat mengatasinya perlu kiranya perawat spesialis memiliki kompetensi konselor nutrisi anak dengan kanker. 5.2.3 Kepada residen untuk lebih banyak mengaplikasikan Evidence Based Practice selama praktik residensi. Universitas Indonesia Aplikasi teori ..., I Gusti Agung Dewi Purnamawati, FIK UI, 2014 DAFfAR PUSTAKA Antillon, F; Rossi, E; Molina, A.L; Sala, A; Pencharz, P; Valsecchi, M. G; & Barr, R. (2012). Nutritional status of children during treatment for acute lymphoblastic leukemia in Guatemala. Pediatric Blood & Cancer, 60, (911-915). Arisman. (20 10). Buku ajar ilmu gizi: gizi dalam daur kehidupan. Jakarta: EGC. Ashworth, A., Khanum, S., Jackson, A., & Schofield, C. (2003). Guidelines for the inpatient treatment ofseverely malnourished children. WHO. Brannstrom, C. A., & Norberg, A. (2014). Children Undergoing Cancer Treatment Describe Their Experiences of Comfort in Interviews and Drawings. Journal ofPediatric Oncology Nursing, 31 (3). Bauer, J., Jurgens, H., & Fruhwald, M. C. (2011). Important aspects ofnutrition in children with cancer. American Society for Nutrition. Adv. Nutr, 2, 67-77. DEPKES Rl. (2006). Buku hagan tatalaksana anak gizi buruk buku 1. _ _ _ _. (2006). Buku hagan tatalaksanan anak gizi buruk buku 2. Eilers, J. (2004). The pathogenesis and characterization of oral mukositis associated with cancer treatment. Oncology Nursing Forum, 31 (4). 13-28. Grundy, M., & Oliver, D, G. (2000). London. Bailliere Tindall. Nursing in haematological oncology. Hockenberry, M. J., & Wilson, D. (2009). Wong's essential ofpediatric nursing. (Eight Edition). St. Louis: Mosby. Elsevier. Hundayani, F. (2014). Gangguan makan pasca kemoterapi dan radiasi. Jakarta: RSUPN Cipto Mangunkusumo. James, S. R., Nelson, K. A., & Ashwill, J. W. (2013). Nursing care of children: principles & practice. (Fourth edition). St. Louis: Mosby Elsevier Saunders. Krinsky,R., Murillo, 1., & Johnson. (2014). A practical application of Katharine Kolcaba's comfort theory to cardiac patients. Applied Nursing Research. 27;147-150. Aplikasi teori ..., I Gusti Agung Dewi Purnamawati, FIK UI, 2014 Landas, E.J., Sacks, N., Meacham, L., Hemy, D., Enriquez, L., Lowry, G., & Hawkes, R. et al (2005). Multidisciplinary Review of Nutrition Considerations in the Pediatric Oncology Population: A Perspective From Children's Oncology Group. Nutrition in clinical practice. 20:(4) 377-393. Lois Van Cleve, L .V; Munoz, C. E; Riggs, L; Bava, L; Savedra, M. (2012). Pain Experience in Children With Advanced Cancer. Joural of Pediatric Oncology Nursing; 29;28 Mosby, T.T. (2012). Nutritional Screening and Early Intervention in Children, Adolescents, and Young Adults With Cancer. Journal of Pediatric Oncology Nursing. 29: 346-355. Marcus, J. (2012). Psychosocial Issues in Pediatric Oncology. The Ochsner Journal. 12(3):211-215. National Cancer Institute (NCI). (2014). What Is Cancer. The National Institutes ofHealth. Nelson, W. E., Kliegman, R.M., & Arvin, A.M. (2000). llmu kesehatan anak. (Edisi 15). Volume 1. Jakarta. EGC. Otto, S. E,. (2001). Oncology Nursing. (Fourth Edition). Mosby. StLouis London philadelpia. Ribeiro, K. B., & Frazier, L. (20 14). Cancer Registries and the Descriptive Epidemiology of Pediatric Cancer in Low-and Middle-Income Countries. Pediatric Hematology-Oncology. 77(8). Rogers, P. C. J. (2014). Nutritional Status As a Prognostic Indicator for Pediatric Malignancies American Society ofClinical Oncology. 32(13). Ryan, J. (2010). Treatment of Chemotherapy-Induced Nausea in Cancer Patients. Eur Oncol. 6(2): 14--16. Tomey, A.M. & Alligood, M.R. (2006). Nursing theorist and their work. (Sixth edition). St. Louis Missouri: Mosby Elsevier. Putri, M. G. (2012). Lima Jenis Kanker Terbanyak Serang Anak-Anak. Oke Health. Koran Sindo. Wilson, D., & Hockenberry, M. J. (2012). Wong's clinical manual of pediatric nursing. (Eighth edition). Mosby Elsevier. Wong, D.L., Eaton, M. H., Wilson, D., Winkelstein, M. L., & Schwartz, P. (2009). Buku ajar keperawatan pediatric. Jakarta, EGC. Aplikasi teori ..., I Gusti Agung Dewi Purnamawati, FIK UI, 2014 Wilkinson, J. M., & Ahern, N. R. (2009). Buku saku diagnosis keperawatan. Edisi 9. Jakarta. EGC. Zalina, A.Z., Shahar, S, Jamal, A.R.A., & Aini, N. (2009) Assessing the Nutritional Status of Children with Leukemia from Hospitals in Kuala Lumpur. Mal JNutr 15(1) Aplikasi teori ..., I Gusti Agung Dewi Purnamawati, FIK UI, 2014 Lampiran 1 Aplikasi teori ..., I Gusti Agung Dewi Purnamawati, FIK UI, 2014 KONTRAK BELAJAR RESIDENSI PERAWAT SPESIALIS ANAK SEMESTER I TAHUN AKADEMIK 2013/2014 OLEH: IGA DEWI PURNAMAWATI NPM: 1106042901 PROGRAM NERS SPESIALIS KEPERAW ATAN ANAK F AKULTAS ILMU KEPERAWATAN UNIVERSITAS INDONESIA TAHUN2013 1 Aplikasi teori ..., I Gusti Agung Dewi Purnamawati, FIK UI, 2014 KONTRAK BELAJAR RESIDENSI PERAWAT SPESIALIS ANAK SEMESTER I TAHUN AKADEMIK 2013/2014 NAMA MAHASISWA : IGA Dewi Pumamawati NPM : 1106042901 TEMPAT PRAKTIK Ruang Perinatologi RSCM Jakarta MATAAJAR Praktik Klinik Keperawatan Anak Lanjut I No . 1. Tujuan Pembelajaran Mahasiswa mampu memberikan asuhan Kegiatan Pembelajaran/Kompetensi keperawatan pada Neonatus a. 1. Mahasiswa mampu melakukan: a. Metoda Pembelajaran Melakukan Pengkajian : • Waktu/ Tempat Praktek Ruangan Asuhan Perinatologi keperawatan RSCM Anamnesa, meliputi: riwayat alergi dalam pada Melaksanakan asuhan keluarga, gangguan genetik, riwayat kehamilan, neonatus 28 Oktober keperawatan pada dan riwayat kelahiran. 2. Diskusi s/d 22 Pemeriksaan fisik, meliputi pemeriksaan fisik 3. Tutorial Desember neonatus dengan • masalah respirasi bayi baru lahir khususnya pada dada dan paru secara komprehensif dan penilaian usia gestasi pada neonatus. • 1. Laporan kasus asuhan keperawatan (3 kasus kelolaan) 2. Jumal reflektif (4 jumal 2013 Kolaborasi pemeriksaan penunjang meliputi: rontgen dada, nilai AGD b. Bukti Pembelajaran Merumuskan diagnosa keperawatan yang tepat -------· ----- 2 Aplikasi teori ..., I Gusti Agung Dewi Purnamawati, FIK UI, 2014 selama empat minggu) 3. Proyek inovasi berdasarkan masalah, etiologi dan tanda dan gejala merujuk c. Menyusun Perencanaan keperawatan: 1) Gunakan komunikasi terapeutik dan hubungan interpersonal saat memberikan pelayanan keperawatan kepada neonatus dan keluarganya. 2) Ciptakan lingkungan dan pertahankan lingkungan yang aman (hangat). 3) Manajemen pelayanan keperawatan intensif. 4) Tatalaksana neonatus dengan masalah respirasi meliputi: napas, mempertahankan fungsi kepatenan jalan pemapasan normal dan pemenuhan kebutuhan oksigen yang optimal, mencegah terjadinya asfiksia. 5) Monitoring dan kolaborasi 6) Bantuan hemodinamik tingkat dasar 7) Tehnik resusitasi neonatus dan stabilisasi. 8) Pencegahan dan pengendalian infeksi 9) Membuat perencanaan pendidikan kesehatan yang meliputi: bimbingan pemberian ASI, makanan penganti ASI, dan makan/minum tanpa masalah, serta manajemen BBLR (metode PMK) d. Implementasi perencanaan keperawatan. e. Mengevaluasi tindakan keperawatan dengan melihat 3 Aplikasi teori ..., I Gusti Agung Dewi Purnamawati, FIK UI, 2014 ---------·-------------- perkembangan neonatus. f. Pendokumentasian asuhan keperawatan meliputi: 1) Proses keperawatan pada anak ( satu kelolaan pada minggu pertama kasus di ruang riwayat alergi dalam perinatologi) 2) b. Melakukan asuhan Jurnal reflektifpada minggu pertama Mahasiswa mampu melakukan: keperawatan pada a. neonatus dengan Melakukan Pengkajian : • masalah termoregulasi Anamnesa, meliputi: keluarga, gangguan genetic, riwayat kehamilan, dan riwayat kelahiran. • Pemeriksaan fisik, meliputi pemeriksaan fisik neonatus • Pemeriksaan penunjang meliputi: rontgen dada, nilai AGD b. Merumuskan Diagnosa Keperawatan yang tepat berdasarkan masalah, etiologi dan tanda dan gejala. c. Menyusun Perencanaan keperawatan: 1) Gunakan komunikasi terapeutik dan hubungan interpersonal saat memberikan pelayanan keperawatan kepada neonatus dan keluarganya. 2) Ciptakan lingkungan dan pertahankan lingkungan yang aman (hangat). 3) Manajemen pelayanan keperawatan intensif. 4 .;..---1 ...,. .,_,-.. ...,..,.-,-----·~C Aplikasi teori ..., I Gusti Agung Dewi Purnamawati, FIK UI, 2014 _..__.,,._"~"'1-.<.lO""'C~ ..=·O.L, ...,, .!-~'•-..r -~-"· ·~·-··~ '•-'~ 4) Tatalaksana neonatus dengan masalah termoregulasi meliputi: mempertahankan suhu tubuh neonatus saat didalam incubator. 5) Monitoring dan kolaborasi 6) Bantuan hemodinamik tingkat dasar 7) Tehnik resusitasi neonatus dan stabilisasi. 8) Pencegahan dan pengendalian infeksi 9) Membuat perencanaan pendidikan kesehatan yang meliputi: bimbingan pemberian ASI, makanan penganti ASI, dan makan/minum tanpa masalah, serta manajemen BBLR (metode PMK) 10) Implementasi perencanaan keperawatan. 11) Mengevaluasi tindakan keperawatan dengan melihat perkembangan neonatus. 12) Pendokumentasian asuhan keperawatan meliputi: 3) Proses keperawatan pada anak ( satu kasus di ruang kelolaan pada minggu kedua perinatologi) 4) Jumal reflektifpada minggu kedua c. Melaksanakan asuhan Mahasiswa mampu melakukan: keperawatan pada d. Melakukan Pengkajian : neonatus dengan • masalah infeksi secara Anamnesa, meliputi: riwayat kehamilan, dan riwayat kelahiran. komprehensif • Pemeriksaan fisik, meliputi pemeriksaan fisik 5 Aplikasi teori ..., I Gusti Agung Dewi Purnamawati, FIK UI, 2014 ..;;-··~~- ... ·-·-"'*.. ·•:$"'~· ,l,,; ... i .n. ; n. . ..... -~,~~~,..,.... ~, y,~.. , ..,._.............. ,~.,.,._ .. ,.,, ...... " neonatus • e. Pemeriksaan penunjang meliputi: Merumuskan Diagnosa Keperawatan yang tepat berdasarkan masalah, etiologi dan tanda dan gejala. f. Menyusun Perencanaan keperawatan: 1) Gunakan komunikasi terapeutik dan hubungan interpersonal saat memberikan pelayanan keperawatan kepada neonatus dan keluarganya. 2) Ciptakan lingkungan dan pertahankan lingkungan yang aman (hangat). 3) Manajemen pelayanan keperawatan intensif. 4) Tatalaksana neonatus dengan masalah infeksi meliputi: 5) Monitoring dan kolaborasi 6) Bantuan hemodinamik tingkat dasar 7) Tehnik resusitasi neonatus dan stabilisasi. 8) Pencegahan dan pengendalian infeksi 9) Membuat perencanaan pendidikan kesehatan yang meliputi: bimbingan pemberian ASI, makanan penganti ASI, dan makanlminum tanpa masalah, serta manajemen BBLR (metode PMK) 10) Implementasi perencanaan keperawatan. 11) Mengevaluasi tindakan keperawatan dengan melihat perkembangan neonatus. 12) Pendokumentasian asuhan keperawatan meliputi: 5) Proses keperawatan pada anak ( satu kasus 6 Aplikasi teori ..., I Gusti Agung Dewi Purnamawati, FIK UI, 2014 kelolaan pada minggu kedua di ruang perinatologi) 6) Jumal reflektif pada minggu kedua d. Melakukan asuhan Mahasiswa mampu melakukan: keperawatan pada a. neonatus dengan Melakukan Pengkajian : • gangguan Anamnesa, meliputi: riwayat kehamilan, dan riwayat kelahiran. metabolisme • Pemeriksaan fisik, hipoglikemia, meliputi tanda-tanda hiperglikemia dan hiperbilirubinemia. • Pemeriksaan penunjang meliputi: pemeriksaan gula darah dan bilirubin b. Merumuskan Diagnosa Keperawatan yang tepat berdasarkan masalah, etiologi dan tanda dan gejala. c. Menyusun Perencanaan keperawatan: 1) Gunakan komunikasi terapeutik dan hubungan interpersonal saat memberikan pelayanan keperawatan kepada neonatus dan keluarganya. 2) Ciptakan lingkungan dan pertahankan lingkungan yang aman (hangat). 3) Manajemen pelayanan keperawatan intensif. 4) Tatalaksana neonatus dengan masalah gangguan metabolism baik hipoglikemia dan hiperglikemia meliputi: pemantauan gula darah, pemberian nutrisi via oral, enteral atau parenteral serta pemberian 7 Aplikasi teori ..., I Gusti Agung Dewi Purnamawati, FIK UI, 2014 --------------- ...~-~~-·---·-·"~--··--------· bolus dektrosa melalui parenteral sesuai advis dokter. 5) Monitoring dan kolaborasi 6) Bantuan hemodinamik tingkat dasar 7) Tehnik resusitasi neonatus dan stabilisasi. 8) Pencegahan dan pengendalian infeksi. 9) Pemantauan neonatus dengan terapi sinar 10) Membuat perencanaan pendidikan kesehatan yang meliputi: mencegah hipoglikemia pada bayi dan manajemen laktasi. d lmplementasi perencanaan keperawatan. e. Mengevaluasi tindakan keperawatan dengan melihat perkembangan neonatus. f. Pendokumentasian asuhan keperawatan meliputi: 1) Proses keperawatan pada anak ( satu kasus kelolaan pada minggu ketiga di ruang perinatologi) 2) Jurnal reflektif pada minggu ketiga. e. Melakukan asuhan keperawatan pada neonatus dengan Mahasiswa mampu melakukan: a. Melakukan Pengkajian : • kelainan kogenital Anamnesa, meliputi: riwayat kehamilan, dan riwayat kelahiran. • Pemeriksaan fisik, meliputi tanda-tanda adanya kelainan kogenital pada system kardiovaskuler, 8 Aplikasi teori ..., I Gusti Agung Dewi Purnamawati, FIK UI, 2014 pencernaan, nnentll, ekstrennitas dan perkennihan • Penneriksaan penunjang nneliputi: USG, ECHO, BNO dan Rongsen b. Merunnuskan Diagnosa Keperawatan yang tepat berdasarkan nnasalah, etiologi dan tanda dan gejala. c. Menyusun Perencanaan keperawatan: 1) Gunakan konnunikasi terapeutik dan hubungan interpersonal saat nnennberikan pelayanan keperawatan kepada neonatus dan keluarganya. 2) Ciptakan lingkungan dan pertahankan lingkungan yang annan (hangat). 3) Manajennen pelayanan keperawatan intensif. 4) Tatalaksana neonatus dengan nnasalah kelainan kogenital nneliputi: perawatan preoperasi dan pascaoperasi. 5) Monitoring dan kolaborasi 6) Bantuan hennodinannik tingkat dasar 7) Tehnik resusitasi neonatus dan stabilisasi. 8) Pencegahan dan pengendalian infeksi. 9) Pennantauan neonatus dengan terapi sinar 10) Mennbuat perencanaan pendidikan kesehatan yang nneliputi: nnencegah hipoglikennia pada bayi dan nnanajennen laktasi. d. Innplennentasi perencanaan keperawatan. e. Mengevaluasi tindakan keperawatan dengan nnelihat 9 Aplikasi teori ..., I Gusti Agung Dewi Purnamawati, FIK UI, 2014 perkembangan neonatus. f. Pendokumentasian asuhan keperawatan meliputi: 1) Proses keperawatan pada anak ( satu kasus kelolaan pada minggu keempat di ruang perinatologi) 2) Jumal reflektif pada minggu keempat f. Proyek inovasi I) Persiapan Presentasi, a) Melakukan pengkajian ( penggumpulan data) diskusi dan praktik secara denganFGD b) Penyusunan proposal berkelompok. 2) Pelaksanaan a) Mempresentasikan rencana proyek b) Melaksanakan kegiatan proyek 3) Melaksanakan evaluasi proyek dan membuat pelaporan 10 Aplikasi teori ..., I Gusti Agung Dewi Purnamawati, FIK UI, 2014 KONTRAK BELAJAR RESIDENSI PERAWAT SPESIALIS ANAK SEMESTER I TAHUN AKADEMIK 2013/2014 NAMA MAHASISWA : IGA Dewi Pumamawati NPM : 1106042901 TEMPAT PRAKTIK Puskesmas Kec Bej i MATAAJAR Praktik Klinik Keperawatan Anak Lanjut II ( 4 SKS ). No . 1. Tujuan Pembelajaran Kegiatan Pembelajaran/Kompetensi Mahasiswa mampu Metoda Pembelajaran 1. Puskesmas Praktek Beji memberikan asuhan penilaian keperawatan pada anak dengan MTBS dan kondisi atau penyakit akut dan MTBM kegawatan di puskesmas. a. 2. Mahasiswa mampu Mahasiswa mampu melakukan: melakukan manajemen terpadu balita sakit (MTBS) Diskusi 3. Tutorial 4. Presentasi a. Penilaian pada kasus balita sakit kasus b. Menentukan klasifikasi pada kasus balita sakit. kelolaan c. Menentukan tindakan/pengobatan pada kasus balita Waktu/ Tempat s/d 25 Oktober 20 13 selama enam minggu) 4. Dokumentasi kasus Denver II 6. Pengkajian perkembangan dengan KPSP Memberikan konseling pada kasus balita sakit Aplikasi teori ..., I Gusti Agung Dewi Purnamawati, FIK UI, 2014 '"""'""''"'-"''"'~""'"''''"' 3. Jurnal reflektif ( 6 jumal 5. Pengkajian tumbang 11 - pasien perhari kelolaan 3 kasus. - - - - - - L _ __ ~·~--W'£'"'-- 1. Laporan kasus MTBS 3 2. Laporan kasus MTBM 16 September sakit d. I Bukti Pembelajaran , e. b. Menentukan tindak lanjut pada kasus balita sakit Mahasiswa mampu Mahasiswa mampu melakukan: melakukan a. manejemen terpadu b. Menentukan klasiflkasi pada kasus bayi muda bayi muda (MTBM). c. Penilaian pada kasus bayi muda Menentukan tindakanlpengobatan pada kasus bayi muda c. Pengkajian pertumbuhan dan perkembangan d. Presentasi kasus kelolaan d. Memberikan konseling pada kasus bayi muda e. Menentukan tindak lanjut pada kasus bayi muda a. Pengkajian perkembangan dengan Denver II b. Pengkajian perkembangan anak dengan KPSP c. Melakukan pemberian immunisasi d. Pengisian buku KIA e. Pendidikan kesehatan 1) Persiapan Presentasi a) Melakukan pengkajian pada kasus kelolaan kasus. Puskesmas Dokumentasi kasus pasien kelolaan 2) Pelaksanaan sebanyak 3 kasus a) Mempresentasikan kasus kelolaan kelolaan selama 6 minggu. e. Jumal reflektif Menyusun jumal reflektif setiap minggu satu jumal Jumal reflektif. reflektif Puskesmas Jumalreflektifsebanyak 6 jumal reflektif --------- 12 Aplikasi teori ..., I Gusti Agung Dewi Purnamawati, FIK UI, 2014 KONTRAK BELAJAR RESIDENSI PERAWAT SPESIALIS ANAK SEMESTER ITAHUN AKADEMIK 2013/2014 NAMA MAHASISWA : IGA Dewi Pumamawati NPM : 1106042901 TEMPAT PRAKTIK Ruang Non Infeksi RSCM MATAAJAR Praktik Klinik Keperawatan Anak Lanjut III ( 4 SKS ). No . 1. Tujuan Pembelajaran Kegiatan Pembelajaran/Kompetensi Metoda Pembelajaran Praktek RuangNon asuhan Infeksi keperawatan RSCM 2. Diskusi Selama 6 3. Tutorial minggu 1. Mahasiswa mampu memberikan Asuhan keperawatan pada kondisi atau penyakit kronis a. Melaksanakan asuhan keperawatan pada anak dengan penyakit Mahasiswa mampu melakukan: Waktu/ Tempat 1. a. Melakukan Pengkajian : • selama 6 minggu dimana pengkajian yang digunakan sesuai dengan teori 9 Desember 2013 sld 17 kronis pada gangguan riwayat penyakit dalam keluarga, lingkungan Januari 2014. system respirasi dan social ekonomi anak dan keluarga Kasus kelolaan ( 3 kasus kelolaan Pada tanggal Anamnesa, meliputi: riwayat tumbuh kembang, secara komprehensif Bukti Pembelajaran yang dipilih) 2. Jurnal reflektif ( 6 • Pemeriksaan ftsik pemapasan, antropometri . jurnal reflektif • Pemeriksaan penunjang meliputi: rontgen dada, dibuat setiap nilai AGD, hematologi minggunya) --- 13 Aplikasi teori ..., I Gusti Agung Dewi Purnamawati, FIK UI, 2014 b. Merumuskan Diagnosa Keperawatan yang tepat berdasarkan masalah, etiologi dan tanda dan gejala. c. akan di terapkan 1) Gunakan komunikasi terapeutik dan hubungan pada Residensi II saat memberikan pelayanan keperawatan kepada anak dan keluarganya. 2) Ciptakan lingkungan dan pertahankan lingkungan yang aman. 3) Tatalaksana anak dengan masalah respirasi meliputi: napas, mempertahankan fungsi kepatenan jalan pernapasan dan normal pemenuhan kebutuhan oksigen yang optimal 4) Monitoring tanda-tanda vital dan kolaborasi 5) Bantuan hemodinamik tingkat dasar 6) Tehnik resusitasi dan stabilisasi. 7) Pencegahan dan pengendalian infeksi Membuat perencanaan pendidikan kesehatan yang meliputi: nutrisi pada anak dengan masalah kesehatan seperti TB pada anak, tehnik atau cara mengeluarkan sputum yang efektif. e. Implementasi perencanaan keperawatan. f. Mengevaluasi tindakan keperawatan dengan melihat perkembangan anak. g. Proposal EBP yang Menyusun Perencanaan keperawatan: interpersonal d. 3. Pendokumentasian asuhan keperawatan meliputi: 1) Proses keperawatan pada anak ( satu kasus kelolaan pada minggu pertama di ruang non 14 Aplikasi teori ..., I Gusti Agung Dewi Purnamawati, FIK UI, 2014 infeksi) 2) Jumal reflektif pada minggu pertama b. Melaksanakan asuhan keperawatan pada Mahasiswa mampu melakukan: a. Melakukan Pengkajian : anak dengan • gangguan Anamnesa, meliputi: masalah jantung sebelumnya, penambahan BB yang buruk, kardiovaskuler secara makan buruk, intoleransi aktivitas, postur tubuh komprehensif tidak umum, atau infeksi saluran pernapasan yang sering. • Pemeriksaan fisik jantung baik inspeksi, palpasi, perkusi dan auskultasi. • Pemeriksaan penunjang meliputi: EKG, ECHO, Rontgen dada, AGD dan kateterisasi jantung. b. Merumuskan Diagnosa Keperawatan yang tepat berdasarkan masalah, etiologi dan tanda dan gejala. c. Menyusun Perencanaan keperawatan: 1) Gunakan komunikasi terapeutik dan hubungan interpersonal saat memberikan pelayanan keperawatan kepada anak dan keluarganya. 2) Ciptakan lingkungan dan pertahankan lingkungan yangaman. 3) Tatalaksana anak dengan masalah kardiovaskuler meliputi: prosedur pemberian obat-obatan, observasi 15 Aplikasi teori ..., I Gusti Agung Dewi Purnamawati, FIK UI, 2014 --~"' ....... ..,;,."""' '·~~- ~-.--~~---·~··-•-·n~.o dOOo tanda-tanda hiperlhipokalemia, penggunakaan monitor jantung, pengambilan irama jantung dengan EKG, tindakan perbaikan fungsi pemapa.san, memantau BB!fB sebagai pemantauan tumbuh kembang anak, pemilihan aktivitas yang sesuai dan mempersiapkan anak dan orang tua untuk melakukan prosedur diagnostic. 4) Monitoring tanda-tanda vital dan kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain ( dokter, ahli gizi, rontgen dan laboratorium) 5) Bantuan hemodinamik tingkat dasar 6) Tehnik resusitasi dan stabilisasi. 7) Pencegahan dan pengendalian infeksi 8) Membuat perencanaan pendidikan kesehatan yang meliputi: pemberian obat, tanda dan gejala untuk dilaporkan pada praktisi yang bertugas, tehnik pemberian makan dan kebutuhan nutrisi, pemberian posisi, kebutuhan istirahat, pertumbuhan dan perkembangan anak. d. lmplementasi perencanaan keperawatan. e. Mengevaluasi tindakan keperawatan dengan melihat perkembangan anak berupa curah jantung yang normal .. f. Pendokumentasian asuhan keperawatan meliputi: 1) Proses keperawatan pada anak ( satu kasus kelolaan pada minggu kedua di ruang non 16 Aplikasi teori ..., I Gusti Agung Dewi Purnamawati, FIK UI, 2014 ------· ---- ---------------------------~ infeksi) c. Melaksanakan asuhan keperawatan pada 2) Jumal reflektif pada minggu kedua. 3) Proposal EBP Mahasiswa mampu melakukan: a. anak dengan Melakukan Pengkajian : • gangguan hematologi Anamnesa, meliputi: riwayat penyakit saat ini, riwayat secara komprehensif penyakit keluarga serta riwayat lingkungan dan diet anak. • Pemeriksaan fisik terhadap manifestasi kelainan darah. • Pemeriksaan penunjang meliputi: analisa elemen darah. b. Merumuskan Diagnosa Keperawatan yang tepat berdasarkan masalah, etiologi dan tanda dan gejala. c. Menyusun Perencanaan keperawatan: 1) Gunakan komunikasi terapeutik dan hubungan interpersonal saat memberikan pelayanan keperawatan kepada anak dan keluarganya. 2) Ciptakan lingkungan dan pertahankan Iingkungan yangaman. 3) Tatalaksana anak dengan masalah hematologi meliputi: persiapan anak untuk melakukan pemeriksaan diagnostic dan prosedur tindakan, 17 Aplikasi teori ..., I Gusti Agung Dewi Purnamawati, FIK UI, 2014 pemantauan pemberian elemen darah, pemantauah pemberian nutrisi dan elemen zat besi yang adekuat, pencegahan dan pengendalian pendaran. 4) Monitoring tanda-tanda vital dan kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain ( dokter, ahli gizi, rontgen dan laboratorium) 5) Bantuan hemodinamik tingkat dasar 6) Tehnik resusitasi dan stabilisasi. 7) Pencegahan dan pengendalian infeksi 8) Membuat perencanaan pendidikan kesehatan yang meliputi: pemberian preparat besi oral yang tepat, pentingnya nutrisi, tanda-tanda infeksi yang segera harus dilaporkan, pencegahan dan pengendalian pendarahan, pemberian factor pengganti darah di rumah. d. Implementasi perencanaan keperawatan. e. Mengevaluasi tindakan keperawatan dengan melihat perkembangan anak sesuai dengan maslah diagnosa keperawatan yang ditemukan. f. Pendokumentasian asuhan keperawatan meliputi: 1) Proses keperawatan pada anak ( satu kasus kelolaan pada minggu katiga di ruang non infeksi) 2) Jurnal reflektifpada minggu ketiga 3) Proposal EBP. 18 Aplikasi teori ..., I Gusti Agung Dewi Purnamawati, FIK UI, 2014 ----------------···-------------·--- ....... ····- -------- .. -----------. d. Melaksanakan asuhan keperawatan pada Mahasiswa mampu melakukan: a. anak dengan Melakukan Pengkajian : • gangguan gastro- Anamnesa. meliputi: riwayat penyakit saat ini, riwayat hepatologi secara penyakit keluarga serta riwayat lingkungan dan diet anak. komprehensif • Pemeriksaan fisik system pencernaan • Pemeriksaan penunjang meliputi: fungsi hepar dan albumin serta hemoglobin. b. Merumuskan Diagnosa Keperawatan yang tepat berdasarkan masalah, etiologi dan tanda dan gejala. c. Menyusun Perencanaan keperawatan: 1) Gunakan komunikasi terapeutik dan hubungan interpersonal saat memberikan pelayanan keperawatan kepada anak dan keluarganya. 2) Ciptakan lingkungan dan pertahankan lingkungan yangaman. 3) Tatalaksana anak dengan masalah gastro-hepatologi meliputi: persiapan anak untuk melakukan pemeriksaan diagnostic dan prosedur tindakan. 4) Monitoring tanda-tanda vital dan kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain ( dokter, ahli gizi, rontgen dan laboratorium) 5) Bantuan hemodinamik tingkat dasar 6) Tehnik resusitasi dan stabilisasi. 7) Pencegahan dan pengendalian infeksi 19 Aplikasi teori ..., I Gusti Agung Dewi Purnamawati, FIK UI, 2014 8) Membuat perencanaan pendidikan kesehatan yang meliputi: pemberian nutrisi anak dengan masalah gasto-hepatologi. d. Implementasi perencanaan keperawatan. e. Mengevaluasi tindakan keperawatan dengan melihat perkembangan anak sesuai dengan masalah diagnosa keperawatan yang ditemukan. f. Pendokumentasian asuhan keperawatan meliputi: I) Jurnal reflektif pada minggu keempat 20 Aplikasi teori ..., I Gusti Agung Dewi Purnamawati, FIK UI, 2014 ------------------··-u·•--,.-··-·-··~····- UNIVERSITAS INDONESIA KONTRAK BELAJAR PRAKTIK RESIDENSI 2 OLEH: IGA DEWI PURNAMAWATI NPM: 1106042901 PROGRAM NERS SPESIALIS ILMU KEPERAWATAN ANAK FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN UNIVERSITAS INDONESIA 2014 1 Aplikasi teori ..., I Gusti Agung Dewi Purnamawati, FIK UI, 2014 ---------------,~------------·-------·· Nama Residensi IGA Dewi Purnamawati NPM 1106042901 Tempat Praktik RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo MataAjar Praktik Residensi 2 NO TUJUAN PRAKTIK KOMPETENSI METODE Mampu melakukan asuhan Mahasiswa mampu melakukan asuhan keperawatan pada pasien anak keperawatan pada anak dengan dengan gangguan nutrisi melalui pendekatan teori Comfort Kolcaba: gangguan nutrisi a. Melakukan pengkajian pada anak dengan gangguan nutrisi antara lain defisiensi vitamin dan mineral, malnutrisi protein 1. Praktek asuhan keperawatan. 2. Diskusi 3. Tutorial. 4. Presentasi EBP 5. Laporan EBP 6. Jurnal reflektif dan energi (MPE) serta sensitivitas makanan, kesulitan pemberian makan dan gaga! tumbuh terdiri dari: 1. Anamnesa meliputi : Riwayat diet sesuai usia anak, pola makan, jumlah yang dimakan, faktor-faktor finansial dan frekwensi makan, serta budaya juga yang mempengaruhi pemilihan dan persiapan makanan. 2. Pemeriksaan fisik: pengkajian kulit, rambut, gigi, gusi, bibir, lidah dan mata. Atropometri terdiri dari TB, BB, LK, Proporsi, ketebalan lipatan kulit dan lingkar lengan. 3. Pemeriksaan Diagnostik: Laboratorium: Hb, hematokrit, transferin, albumin, kreatinin, dan nitrogen dan glukosa b. Menentukan diagnosa keperawatan. c. Menyusun perencanaan keperawatan antara lain: 2 Aplikasi teori ..., I Gusti Agung Dewi Purnamawati, FIK UI, 2014 -~ ~""'-"""-•'-'.._n."'-•-·••·''·••••• I WAKTU BUKTI DAN PEMBELA TEMPAT JARAN 17 Februari s/d 9 Mei 2014 Gedung A Lt 1 Ruang Non Infeksi RSUPN CiptoMangu nkusumo 1. Laporan kasus asuhan keperawata n (5 kasus kelolaan) 2. Jurnal reflektif (11 Jurnal reflektif selama 11 minggu) 3. Proyek inovasi I. Gunakan komunikasi terapeutik dan hubungan interpersonal saat memberikan pelayanan keperawatan kepada anak dan keluarganya. 2. Ciptakan lingkungan dan pertahankan lingkungan yang aman. 3. Tatalaksana anak dengan masalah nutrisi meliputi: menghitung kebutuhan kalori anak, memantau antropometri anak, memantau asupan dan haluaran nutrisi anak, Kolaborasi pemasangan NOT, pemeriksaan laboratorium dan pemberian nutrisi melalui enteral dan parenteral. 4. Memantau tanda-tanda vital. 5. Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain (dokter, ahli gizi, rontgen dan laboratorium) 6. Bantuan hemodinamik tingkat dasar : VTP dan kompresi dada. 7. Pencegahan dan pengendalian infeksi 8. Membuat perencanaan pendidikan kesehatan terkait nutrisi. d. Implementasi perencanaan keperawatan. e. Mengevaluasi pencapaian tindakan tujuan serta keperawatan menilai dengan melihat pertumbuhan dan perkembangan anak sesuai usia. f. Pendokumentasian asuhan keperawatan meliputi: I. Asuhan keperawatan pada kasus dengan salah satu masalah nutrisi pada anak dalam 2 minggu. 3 Aplikasi teori ..., I Gusti Agung Dewi Purnamawati, FIK UI, 2014 2. Jumal reflektif setiap minggunya. 3. Laporan EBN. Mahasiswa mampu memberikan asuhan keperawatan pada anak dengan 2 Melaksanakan asuhan gangguan kardivaskuler melalui pendekatan teori Comfort Kolcaba: keperawatan pada anak dengan gangguan kardiovaskuler secara komprehensif a. Melakukan Pengkajian pada anak dengan gangguan kardiovaskuler seperti Hipertensi pulmonal, Decom cordis dan penyakit jantung rematik terdiri dari: 1. Anamnesa, meliputi: masalah jantung sebelumnya, penambahan BB yang buruk, makan buruk, intoleransi aktivitas, delay development atau infeksi saluran pemapasan yang sering. 2. Pemeriksaan fisik jantung baik inspeksi, palpasi, dan auskultasi. 3. Pemeriksaan penunjang meliputi: EKO, ECHO, Rontgen dada, AOD dan kateterisasi jantung. b. Merumuskan diagnosa keperawatan yang tepat berdasarkan masalah, etiologi dan tanda dan gejala. c. Menyusun rencana keperawatan: 1. Ounakan komunikasi terapeutik dan hubungan interpersonal saat memberikan pelayanan keperawatan kepada anak dan keluarganya. 2. Ciptakan lingkungan dan pertahankan lingkungan yang aman. 3. Tatalaksana anak dengan masalah kardiovaskuler meliputi: prosedur pemberian obat-obatan, observasi 4 Aplikasi teori ..., I Gusti Agung Dewi Purnamawati, FIK UI, 2014 ---------------·-----~-------····-·- ····· tanda-tanda hiper/hipokalemia, penggunaan monitor jantung, pengambilan irama jantung dengan EKG, tindakan perbaikan fungsi pernapasan, memantau BB!fB sebagai pemantauan tumbuh kembang anak, pemilihan aktivitas yang sesuai dan mempersiapkan anak dan orang tua untuk melakukan prosedur diagnostik. 4. Monitoring tanda-tanda vital. 5. Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain (dokter, ahli gizi, rontgen dan laboratorium) 6. Bantuan hemodinamik tingkat dasar 7. Teknik resusitasi dan stabilisasi. 8. Memantau status oksigenisasi dan sirkulasi : Saturasi oksigen, tekanan darah dan nadi. 9. Pencegahan dan pengendalian infeksi 10. Membuat meliputi: perencanaan pendidikan kesehatan yang pemberian obat, tanda dan gejala untuk dilaporkan pada praktisi yang bertugas, teknik pemberian makan dan kebutuhan nutrisi, pemberian posisi, kebutuhan istirahat, pertumbuhan dan perkembangan anak. d. Implementasi perencanaan keperawatan. e. Mengevaluasi tindakan keperawatan dengan melihat perkembangan anak berupa curah jantung yang normal .. f. Pendokumentasian asuhan keperawatan meliputi: 1. Asuhan keperawatan pada anak dengan masalah kardiovaskuler satu kasus pada minggu ketiga sampai minggu ke empat. 5 Aplikasi teori ..., I Gusti Agung Dewi Purnamawati, FIK UI, 2014 ----------------··-.. -·--·-·-··-·-·-·~··. ·····-··- .... 2. 3 Melaksanakan keperawatan dengan Jurnal reflektiftiap minggu. asuhan Mahasiswa mampu melakukan asuhan keperawatan pada anak dengan anak gangguan hematologi dan keganasan melalui pendekatan teori Comfort pada gangguan hematologi dan keganasan Kolcaba: a. Melakukan pengkajian pada anak dengan masalah hematologi seperti Hemofilia, keganasan hematologi (ALL, AML) dan secara komprehensif ITP antara lain : Anamnesa, meliputi: riwayat penyakit saat ini, riwayat I. penyakit keluarga serta riwayat lingkungan dan diet anak. b. 2. Pemeriksaan fisik terhadap manifestasi kelainan darah. 3. Pemeriksaan penunjang meliputi: analisa elemen darah. Merumuskan diagnosa keperawatan yang tepat berdasarkan masalah, etiologi dan tanda dan gejala. c. Menyusun Perencanaan keperawatan: I. Gunakan komunikasi terapeutik dan hubungan interpersonal saat memberikan pelayanan keperawatan kepada anak dan keluarganya. 2. Ciptakan lingkungan dan pertahankan lingkungan yang aman. 3. ldentifikasi fase pengobatan anak. 6 -----,,_, _________ Aplikasi teori ..., I Gusti Agung Dewi Purnamawati, FIK UI, 2014 ' 4. Tatalaksana anak dengan masalah hematologi meliputi: persiapan anak untuk melakukan pemeriksaan diagnostik dan prosedur tindakan seperti intratekal (IT), pemberian terapi obat baik oral atau injeksi, pemantauan pemberian elemen darah (tranfusi), pemantauan pemberian nutrisi dan elemen zat besi yang adekuat, pencegahan dan pengendalian pendarahan serta kolaborasi pemberian tatalaksana kemoterapi, cairan rumatan, pemasangan infus, pemberian nutrisi melalui enteral atau parenteral. 5. Pemantauan efek kemoterapi 6. Monitoring tanda-tanda vital 7. Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain (dokter, ahli gizi, rontgen dan laboratorium) 8. Bantuan hemodinamik tingkat dasar 9. Tehnik resusitasi dan stabilisasi. 10. Pencegahan dan pengendalian infeksi 11. Membuat perencanaan pendidikan kesehatan yang meliputi: pemberian preparat besi oral yang tepat, pentingnya nutrisi, tanda-tanda infeksi yang segera harus dilaporkan, pencegahan dan pengendalian pendarahan, pemberian faktor pengganti darah di rumah. d. Implementasi perencanaan keperawatan. e. Mengevaluasi tindakan perkembangan anak keperawatan sesuai dengan dengan masalah melihat diagnosa keperawatan yang ditemukan. f. Pendokumentasian asuhan keperawatan meliputi: 7 Aplikasi teori ..., I Gusti Agung Dewi Purnamawati, FIK UI, 2014 1. Asuhan keperawatan pada anak dengan masalah keganasan pada hematologi 2 kasus kelolaan (ALL atau AML) diminggu kelima sampai kedelapan. 2. 4 Jurnal reflektif pada setiap minggu Melaksanakan asuhan Mahasiswa mampu melakukan asuhan keperawatan pada anak dengan keperawatan pada anak dengan gangguan system perkemihan melalui pendekatan teori Comfort gangguan sistem perkemihan Kolcaba: secara komprehensif. a. Melakukan pengkajian pada anak dengan gangguan sistem perkemihan seperti penyakit ginjal kronis dan sindrom nefrotik antara lain: 1. Anamnesa, meliputi: riwayat penyakit saat ini, riwayat penyakit keluarga serta riwayat lingkungan dan diet anak. 2. Pemeriksaan fisik sistem perkemihan. 3. Pemeriksaan penunjang meliputi: pemeriksaan laboratorium, pemeriksaan USG abdomen, dan CT scan. b. Merumuskan diagnosa keperawatan yang tepat berdasarkan masalah, etiologi dan tanda dan gejala. c. Menyusun perencanaan keperawatan: I. Gunakan komunikasi terapeutik dan hubungan interpersonal saat memberikan pelayanan keperawatan kepada anak dan keluarganya. 2. Ciptakan lingkungan dan pertahankan lingkungan yang aman. 3. Tatalaksana anak dengan masalah perkemihan meliputi: persiapan anak untuk melakukan pemeriksaan diagnostik dan 8 Aplikasi teori ..., I Gusti Agung Dewi Purnamawati, FIK UI, 2014 prosedur tindak.an. 4. Monitoring tanda-tanda vital 5. Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain ( dokter, ahli gizi, rontgen dan laboratorium) 6. Bantuan hemodinamik tingkat dasar. 7. Tehnik resusitasi dan stabilisasi. 8. Pencegahan dan pengendalian infeksi 9. Membuat perencanaan pendidikan kesehatan yang meliputi: pemberian nutrisi anak dengan masalah perkemihan dan perawatan di rumah d. Implementasi perencanaan keperawatan. e. Mengevaluasi tindak.an keperawatan dengan melihat perkembangan anak. sesuai dengan masalah diagnosa keperawatan yang ditemukan. f. Pendokumentasian asuhan keperawatan meliputi: 1. Asuhan keperawatan pada anak dengan sindrom nefrotik dan penyakit ginjal kronis pada minggu kesepuluh sampai kesebelas. 2. 5 Jurnal reflektifpada setiap minggu. 1. Persiapan dan studi literature dan konsultasi Melak.ukan Proyek Inovasi 2. Pembuatan dan konsultasi proposal. EBP tentang tindak.an akupresur dalam mengurangi mual muntah anak yang menjalani kemoterapi. 3. Perencanaan dan persiapan implementasi 4. Implementasi proyek inovasi 5. Evaluasi proyek inovasi 6. Evaluasi hasil dan penyusunan laporan 9 Aplikasi teori ..., I Gusti Agung Dewi Purnamawati, FIK UI, 2014 -,.,.-,.,,.w,_"'-·'"""'""~-,."''-·~~~·,.,-"'....,....,... __,.. -'1··-,-.,-- '"'¥:0......,. ""'"''~h -~ • .,....-,.,~·-., ...."._.,._ Lampiran 2 Aplikasi teori ..., I Gusti Agung Dewi Purnamawati, FIK UI, 2014 LAPORAN KEGIATAN PROYEK INOVASI AKUPRESUR DALAM MENGURANGI MUAL DAN MUNTAH PADA ANAK YANG MENJALANI KEMOTERAPI BERDASARKAN EVIDENCE BASED PRACTICE DI RUANG NON INFEKSI RSUPN DR.CIPTOMANGUNKUSUMO DISUSUN OLEH: IGA DEWI PURNAMAWATI ~~= 1106042901 PROGRAM SPESIALIS KEPERAWATAN ANAK FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN UNIVERSITAS INDONESIA 2014 Aplikasi teori ..., I Gusti Agung Dewi Purnamawati, FIK UI, 2014 DAFTARISI Kata Pengantar............................................................................................ ii Daftar isi. ................................................................................................. .iii Bab 1 PENDAHULUAN A. B. C. D. Tema Proyek ...................................................................................... 1 Latar Belakang ......................................................................................... 1 Tujuan ............................................................................................. 3 Manfaat. ........................................................................................... 3 Bab 2 TINJAUAN TEORI A. Konsep Mual dan Muntah ..................................................................... 4 B. Konsep Kemoterapi. ............................................................................7 C. Konsep Akupresure ............................................................................. 8 Bab 3 PENGKAJIAN DAN IDENTIFIKASI MASALAH A. B. C. D. E. F. Hasil Pengkajian Kebutuhan Proyek Inovasi. .............................................. 11 Analisis SWOT ................................................................................ 12 Identifikasi Masalah ........................................................................... 13 Strategi Pemecahan Masalah .................................................................. 13 Planing of Action ............................................................................... 15 Sasaran ........................................................................................... 16 G. Media............................................................................................. 16 H. Anggaran Kegiatan ............................................................................. 16 Bab4APPRAJSEJURNAL A. Evidance Based Practice ................................................................... 17 B. Hasil Appraise Jurnal. ..................................................................... 18 iii Aplikasi teori ..., I Gusti Agung Dewi Purnamawati, FIK UI, 2014 Dab 5 PELAKSANAAN DAN PEMBAHASAN A. Pelaksanaan ............................................................................... 23 B. Pembahasan ............................................................................... 29 Bab6 PENUTUP A. Kesimpulan .............................................................................. 32 B. Saran ......................................................................................32 IV Aplikasi teori ..., I Gusti Agung Dewi Purnamawati, FIK UI, 2014 • I I i I BABl PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anak-anak penderita kanker yang sedang menjalani kemoterapi sering mengalami berbagai efek samping obat kemoterapi seperti depresi sumsum tulang, diare, kehilangan rambut, masalah-masalah kulit, mual muntah, mukositis, kesulitan mengunyah, menelan, berbicara, perdarahan, mulut kering dan hilangnnya sensasi rasa (Eilers, 2004). Pasien kanker menilai mual merupakan efek samping yang paling tidak menyenangkan dari kemoterapi, meskipun pemberian terapi antiemetik sudah diberikan secara intensif. Hampir 70 % pasien dewasa dan 58 % anak usia sekolah serta anak remaja menerima agen kemoterapi yang sangat emetogenik, akibatnya keluhan mual terus dikeluhkan pasien (Ryan, 201 0) Menurut Ryan (20 10) saat ini, standar perawatan untuk mengatasi mual akibat terapi kemoterapi adalah antiemetik, terutama sertononin (5-HT3) merupakan reseptor anatagonis yang sering diberikan. Namun, penelitian telah menunjukkan bahwa antiemetik secara klinis efektif terhadap muntah tapi tidak pada mual. Pemberian antiemetik sebagai profilaksis sebelum kemoterapi mampu mencegah timbulnya mual dan muntah. Keluhan mual sebelum kemoterapi atau sering dikenal mual anticipatory dikeluhkan 15 sampai dengan 54 % anak yang akan menjalani kemoterapi. Mual dapat terjadi pada 24 jam pertama post kemoterapi atau sering disebut mual akut, dan mual lambat yang tejadi lebih dari 24 jam post kemoterapi, mual lambat hampir dikeluhkan 50 sampai dengan 80 % anak yang menjalani kemoterapi akibat obat kemoterapi yang sangat emetogenik. Selama ini untuk mengatasi mual selain yang bersifat farmakologi, intervensi nonfarmakologi sering pula digunakan. Berdasarkan hasil systematic review yang dilakukan oleh Jam, Caray, Jefford, Schofield, Charleson dan Aranda (2008) mengidentifikasi 77 penelitian yang menggunakan metode RCT tentang pengelolaan mual muntah dapat dilakukan dengan intervensi nonfarmakologi antara lain kognitif distraksi, latihan, hypnosis, dan relaksasi. Antisipasi mual dan muntah (ANY) secara 1 Universitas Indonesia Aplikasi teori ..., I Gusti Agung Dewi Purnamawati, FIK UI, 2014 2 signifikan sangat mempengaruhi kualitas hidup pasien yang menjalani kemoterapi. Pemberian terapi antiemetik sangat membantu mengguranggi mual dan muntah tetapi tidak untuk kontrol ANV. Pendekatan nonfarmakologi termasuk intervensi prilaku menjanjikan harapan yang tinggi dalam menguranggi gejala. Berdasarkan evidence penggunaan komplementer dan metode alternatife seperti akupresur dan akupuntur mampu menguranggi ANV (Moselev, 2006). Akupresure telah lama digunakan oleh bangsa China sebagai pengobatan tradisional mereka, sebagai tindakan menguranggi mual dan muntah (Lee, Dodd, Dibble & Abrams, 2008, Ryan, 201 0). Akupresur adalah salah satu alternatife intervensi yang efektif untuk menggurangi keluhan mual dan muntah. Akupresur juga merupakan intervensi non invasife dan relatife tidak sulit untuk dilakukan (Lee & Frazier, 2011). Akupresur melibatkan stimulasi acupoint dari perikardium 6 (P6) yang terletak di permukaan anterior pergelangan tangan antara tendon fleksor corpiradialis longus palmaris. Menurut Ezzo et al (2005 dalam Ryan, 201 0) melakukan meta analisis menyimpulkan bahwa akupresur secara signifikan mengurangi mual akut akibat kemoterapi, hila dikombinasikan dengan antiemetik. Menurut Lee dan Frazier (20 11) melakukan systematic review mendapatkan 16 sampai 23 penelitian menyatakan bahwa akupresur efektif mengelola mual dan muntah pada ibu hamil dan pasien yang menjalani kemoterapi. Menurut Shin et al (2004) melakukan terapi akupresur dengan jari pada pasien kanker lambung yang menjalani kemoterapi pada titik P6 selama 5 menit setiap 3 jam setiap hari selama lima hari sebelum kemoterapi dan setelah kemoterapi. Penelitian yang dilakukan Rukayah (2013) dengan judul pengaruh terapi akupresur terhadap mual muntah lambat akibat kemoterapi pada anak usia sekolah yang menderita kanker di RS Kanker Dharmais Jakarta menghasilkan terjadinya penurunan rerata mual muntah setelah akupresur dengan nilai p value = 0,000. Terapi akupresur dilakukan pada titik Universitas Indonesia Aplikasi teori ..., I Gusti Agung Dewi Purnamawati, FIK UI, 2014 3 P6 dan St36 sebanyak 2 kali selama 3 menit setiap 6 jam sekali pada bari kedua setelah kemoterapi. Berdasarkan basil observasi selama praktik di ruang non infeksi, keluhan mual sering dikeluhkan oleb pasien dan penanganannya lebib sering dengan pemberian terapi antiemetik. Terapi nonfarmakologi yang digunakan untuk menggurangi mual dan muntah selama ini belum pemah dilakukan, untuk itu residen tertarik untuk menerapkan akupresur pada anak yang mengalami mual dan muntah akibat menjalani kemoterapi dengan judul " Akupresur dalam mengurangi mual muntah pada anak yang menjalani kemoterapi berdasarkan Evidence Based Practice Di Ruang Non Infeksi RSUPN Dr. Cipto Manggunkusumo". B. Tujuan 1. Tujuan umum Untuk mencapai asuhan keperawatan yang berkualitas melalui intervensi keperawatan yang komprebensif dan meningkatkan pelayanan keperawatan yang memperbatikan prinsip atraumatic care pada anak yang menjalani kemoterapi dengan meminimalkan keluhan mual dan muntah. 2. Tujuan khusus a. Diketahui gambaran kejadian mual pada anak. b. Diketahui efektivitas tindakan akupresur terhadap penurunan mual. c. Diketahuinya faktor pendukung dan penghambat dalam melakukan akupresur. C. Manfaat Adapun manfaat yang diperoleb antara lain bagi pihak: 1. Rumah sakit Sesuai visi serta misi rumah sakit menjadi pusat pendidikan kesehatan manfaat yang diperoleh dari basil proyek inovasi ini adalah telah memperkaya tindakan alternative akupresur untuk menggurangi mual dan Universitas Indonesia Aplikasi teori ..., I Gusti Agung Dewi Purnamawati, FIK UI, 2014 4 muntah pada anak yang menjalani kemoterapi dari penatalaksanaan non farmakologi. 2. Perawat Memperkaya pengetahuan serta keterampilan perawat untuk mengatasi masalah mual dan muntah yang sering di alami pasien. 3. Pasien dan keluarga Pada anak dengan berkurangnnya rasa mual dan muntah akan meningkatkan rasa nyaman anak dan asupan nutrisi yang diberikan akan optimal. Pada orang tua menjadi salah satu tindakan altematif pada anak jika terjadi mual dan muntah selama dirumah. Universitas Indonesia Aplikasi teori ..., I Gusti Agung Dewi Purnamawati, FIK UI, 2014 BAB 2 TINJAUAN TEORI A. Konsep Mual Dan Muntah 1. Mual dan Muntah Mual adalah fenomena subyektif dan tidak dapat diamati yang berasal dari sambungan antara otak dan gut. Mual juga merupakan suatu perasaan yang sangat tidak enak di belakang tenggorokan dan epigastrium dan sering menyebabkan gejala muntah. Mual adalah tidak sama dengan muntah dan paling akurat diukur dengan pengkajian diri, seperti buku harlan dan skala mual. Sedangkan muntah didefinisikan sebagai suatu refleks yang menyebabkan dorongan ekspulsi isi lambung atau usus atau keduannya ke mulut (Price & Wilson, 2008) 2. Klasifikasi Mual a. Mual anticipatory : adalah mual yang terjadi sebelum dilakukan kemoterapi b. Mual akut : mual yang terjadi pada 24 jam pertama c. Muallambat: mual yang terjadi pada lebih dari 24 jam sampai dengan lima hari setelah kemoterapi (Ryan, 201 0). 3. Patofisiologi Mual dan Muntah Mual muntah terjadi di picu oleh dua faktor yaitu masuknya saraf aferen ke daerah otak dan merangsang reflek muntah setelah terpapar kemoterapi. Selanjutnya yang berperan pula dalam merangsang mual dan muntah adalah saraf aferen vagal di abdomen dengan menstimulasi pengeluaran 5-hydroxytryptamine (5-HT3), Neurokinin-! yang terletak pada area aferen vagal di abdomen. Reseptor-reseptor tersebut terletak didekat sel-sel enteroendokrin mukosa gastrointestinal pada usus kecil proksimal yang berisi sejumlah mediator local seperti hydroxytryptamine (5HT), substansi P, dan kolesistokinin. Agen antineoplastik dapat menginduksi mual dan muntah baik secara langsung pada mukosa atau melalui darah, merangsang selsel enteroendokrin untuk merilis sejumlah mediator yang kemudian meningkat, 5 Universitas Indonesia Aplikasi teori ..., I Gusti Agung Dewi Purnamawati, FIK UI, 2014 6 reseptor yang sesuai pada serat vagal yang sating berdekatan dan menyebabkan stimulus pada aferen yang berakhir pada punggung batang otak, terutama pada inti traktus solitaries yang kemudian mengaktifkan pusat generator (pusat mual). 5-HT3 dianggap sebagai mediator yang paling bertanggungjawab pada respon mual dan muntah (Ryan, 201 0). I Kemoterapi Kortek I ~ Serotonin release dari sel enterochromaffin .... GITract 5HT3, NK1. CTZ, 5-HT3 , Dz,NK1,M ~ Nukleus Traktus Solitarius, 5-HT3,Dz,NKI,M Pusat Muntah CNS Centers: Salivatory, Respiratory, Vasomotor Otot perut, Diagfragma, Lambung dan Esofagus + Muntah Ket: CINV Reseptor: 5-HT3: Serotonin tipe3 H : Histamine D2, : Dopamine tipe2 NKI: Neurokinin tipe 1 M : Muscarinic I Gambar 1: Patofisiologi Mual dan Muntah Sumber: Bradbury, (2004). Universitas Indonesia Aplikasi teori ..., I Gusti Agung Dewi Purnamawati, FIK UI, 2014 7 4. Faktor-faktor yang mempengaruhi mual dan muntah a. Jenis terapi kemo yang didapatkan. b. Kondisi klinis mual muntah yang dialami klien dalam hal ini mual akut lebih dipertimbangkan dibandingkan muallambat. c. Neurofisiologi kemoterapi yang menginduksi mual dan muntah, system saraf pusat juga memainkan peranan penting dalam menghasilkan signal eferen yang dikirimkan ke sejumlah organ dan jaringan yang akhimya menghasilkan muntah (Ryan, 2010) B. Konsep Kemoterapi 1. Definisi Kemoterapi adalah pemberian segolongan obat-obatan yang bersifat sitotoksik. Kemoterapi sangat efektif dalam penanganan kanker pada anak terutama leukemia (Hockenberry & Wilson, 2009) 2. Terapi Obat Kemoterapi yang Menimbulkan Mual Menurut Dwipayana (20 13) berdasarkan kemampuannya dalam mengiduksi mual dan muntah (tingkat emetogenisitas) kemoterapi dibedakan kedalam kategori sebagai berikut: a. Kemoterapi dengan tingkat emetogenisitas minimal (<100/o) seperti: Bevacizumib, Bleomycin, Busulfan, Cladribine, Fludarabine, Vinblastine, Vincristine dan Vinorelbine. b. Kemoterapi dengan tingkat emetogenisitas rendah (10-30%) seperti: Bortezomib, Cetuximab, Docetaxel, Otoposide, Fluorouracil, Gemcitabine, Ixabepilone, Lapatinid, Methotrexate, Mitomycin, Mitoxantrone, Paclitaxel, Pemetrexed, Temsirolimus, Topotecan dan Trastuzumab. c. Kemoterapi dengan tingkat emetogenisitas sedang (31-90%) seperti: Carboplastin, Cyclophosphamide, Cytarabine, Daunorubicin, Epirubicin, ldarubicin, Ifosfamide, Irinotecan dan Oxaliplatin. d. Kemoterapi dengan tingkat emetogenisitas tinggi (>90%) seperti: Carmustine, Cisplatin, Cyclophosphamide, Dacarbazine, Mechorethamine dan Streptozocin. Universitas Indonesia Aplikasi teori ..., I Gusti Agung Dewi Purnamawati, FIK UI, 2014 8 3. Pengobatan mual dan muntah Pengobatan yang paling sering digunakan untuk menguranggi mual dan muntah akibat pemberian obat kemoterapi yang mengandung emetogenik rendah sampai yang tinggi adalah kombinasi dari serotonin (5-HT3) reseptor antagonis, termasuk steroid (Dexsametasone) dan antagonis reseptor neurokinin-! (nkl) (Aprepitant). Antiemetik yang paling umum digunakan adalah serotonin (5-HT3) reseptor antagonis, termasuk ondansentron (Zofran), Granisetron (kytril) dan dolasentron mesylate (Anzemet) dan palosetron. Kombinasi ondansetron, dexametasone dan regiment Aprepitant mampu melindunggi 66-78 % dari muntah dan 50 % dari mual pada awal siklus pertama kemoterapi cisplatin. Pemberian serotonin untuk jenis mual yang lambat kurang membantu dalam mengatasi mual namun pemberian dexametasone merupakan terapi yang ampuh untuk mual lambat dan kombinasi antara Aprepitant, serotonin dan dexametasone sangat membantu mengurangi mual dan muntah diketiga kategori mual (Grunberg, 2004; Ryan, 2010). C. Konsep Akupresur 1. Pengertian Akupresur adalah cara pengobatan dengan menggunakan pijatan dengan jari tangan, akupresur dilakukan dengan cara memberikan rangsangan penekanan oleh ujungujung jari tangan pada titik tertentu dipermukaan tubuh yang disebut titik akupresur (Depkes, 2000). Pemijatan dapat dilakukan dengan menggunakan ujung jari, siku atau menggunakan alat yang tumpul dan tidak melukai permukaan tubuh penderita. 2. Tujuan Akupresur Akupresur ditunjuk untuk mengembalikan keseimbangan didalam tubuh dengan cara memberi rangsangan aliran energi kehidupan dapat mengalir dengan lancar. Akupresur juga bermanfaat meningkatkan daya tahan dan kekuatan tubuh, mencegah penyakit tertentu, mengatasi keluhan dan penyakit ringan biasa dan memulihkan kondisi tubuh. Universitas Indonesia Aplikasi teori ..., I Gusti Agung Dewi Purnamawati, FIK UI, 2014 9 3. Meridian Meridian adalah jaringan saluran energi kehidupan didalam tubuh. Meridian merupakan saluran saling menghubungkan antara bagian 1uar dengan bagian da1am tubuh, antara organ-organ, jaringan penunjang, pancaindra dan bagian-bagian tertentu lainnya, yang membentuk satu kesatuan yang utuh didalam tubuh. Meridian berfungsi sebagai menghubungkan bagian luar dengan bagian dalam tubuh, bagian atas dengan bawah, bagian kiri dengan kanan tubuh. Sebagai saluran penghantar penyebab penyakit dan gejala kelainan organ dari dalam tubuh ke permukaan dan sebaliknya. Meridian juga berfungsi untuk menghantarkan rangsangan dari titik akupresur ke daerah lintasannya 4. Titik pijat akupresur Titik akupresur adalah simpul meridian tempat terpusatnya energi kehidupan. Stimulasi yang diberikan dengan pemijatan menghasilkan efek terapeutik karena: a. Konduksi dari signal elektromagnetik yang mampu mendorong aliran zat-zat biokimia pencegah nyeri seperti endorphin dan sel imun ke tempat khusus di tubuh yang mengalami cedera atau rusak karena penyakit. b. Mengaktivasi sistem opioid sehingga dapat menurunkan nyeri c. Perubahan pada zat kimia otak, sensasi dan respon involunter dengan pengeluaran berbagai neurotransmitter dan neurohormon. Titik-titik yang sering di pijat untuk menurunkan mual dan muntah adalah titik P6. Titik P6 adalah titik yang terletak dijalur meridian selaputjantung (Fengge, 2011). Universitas Indonesia Aplikasi teori ..., I Gusti Agung Dewi Purnamawati, FIK UI, 2014 10 Gambar 3.2 Lokasi Titik Akupresur Universitas Indonesia Aplikasi teori ..., I Gusti Agung Dewi Purnamawati, FIK UI, 2014 Bab3 PENGKAJIAN DAN IDENTIFIKASI MASALAH A. Hasil Pengkajian Kebutuhan Proyek Inovasi 1. Profil singkat RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo a. Visi: Memberikan pelayanan keperawatan paripuma yang bermutu dan professional dalam rangka menuju pelayanan keperawatan terkemuka di Asia Fasifik tahun 2014. b. Misi: 1) Memberikan pelayanan kesehatan paripuma dan bermutu serta terjangkau oleh semua lapisan masyarakat. 2) Menjadi tempat pendidikan dan penelitian tenaga kesehatan. 3) Tempat penelitian dan pengembangan dalam rangka meningkatkan derajat kesehatan masyarakat melalui manajemen yang dinamis dan akuntabel. c. Motto: RSCM memiliki motto R: Respek S: Sigap C: Cermat M: Mulia. 11 Universitas Indonesia Aplikasi teori ..., I Gusti Agung Dewi Purnamawati, FIK UI, 2014 12 d. Komitmen: Kesehatan dan kepuasaan pelanggan adalah komitmen kami, senantiasa memberikan pelayanan paripurna yang prima untuk meningkatkan kepuasan dan menumbuhkan kepercayaan pasien sebagai pelanggan utama kami. 2. Pengkajian dengan Analisis SWOT 1. Strength (Kekuatan) a. Keingginan yang cukup besar untuk meningkatkan dan memberikan pelayanan kepada masyarakat yang terbaik sebagai rumah sakit rujukan nasional. b. RSCM sebagai rumah s8kit yang memberikan kesempatan bagi tenaga kesehatan untuk mengembangkan diri melalui penelitian. c. Dukungan dari manajemen keperawatan dan perawat ruangan yang terus berkeinginan mengembangkan pelayanan keperawatan terkini atau inovasi baru dalam pelayanan keperawatan d. Jumlah pasien yang menjalani kemoterapi di ruang non infeksi cukup banyak. e. Keterlibatan orang tua dalam perawatan anak yang menjalani kemoterapi sangat besar dimulai saat pasien masuk sampai pasien pulang sesuai dengan konsep Family Centered Care (FCC). f. Prosedur Akupresur bukan merupakan tindakan invasife yang membuat perlukaan pada anak sehingga kemungkinan untuk di laksanakan cukup besar. 2 Weakness (Kelemahan) a. Belum ada penilaian skala ukur untuk mual dan muntah di ruangan non infeksi. b. Memerlukan keterampilan khusus untuk dapat melakukan akupresur c. Belum ada dokumentasi tentang angka kejadian mual dan muntah yang terjadi pada pasien walaupun sering terjadi. 3 Opportunity (Kesempatan) a. RSUPN merupakan rumah sakit pendidikan dimana tempat mengembangkan ilmu-ilmu baru khusus kesehatan. Universitas Indonesia Aplikasi teori ..., I Gusti Agung Dewi Purnamawati, FIK UI, 2014 13 b. Terbukanya manajemen gedung A dan ruangan untuk mengoptimalkan pelayanan keperawatan. c. Tingginya pelayanan kemoterapi pada anak sehingga meningkatkan kesempatan untuk mengaplikasikan tindakan akupresur pada anak yang mengalami mual dan muntah. 4. Threat (Ancaman) a. Semakin kritisnya masyarakat terhadap pelayanan keperawatan. b. Kurang kooperatifnya anak dan orang tua saat melakukan tindakan keperawatan seperti kecemasan pada anak dan orang tua. B. ldentifikasi Masalah 1. Seringnya keluhan mual dan muntah pada anak yang menjalani kemoterapi. 2. Belum adanya tindakan keperawatan nonfarmakologi untuk mengatasi mual dan muntah akibat efek samping pengobatan kemoterapi. C. Strategi Pemecahan Masalah 1. Tahap Persiapan a. Menyusun pertanyaan klinik berdasarkan model PICO (P: population, /: intervention, C: comparison, 0: out come. b. Mencari jurnal terkait tentang tindakan akupresur untuk mengguranggi mual dan muntah pada pasien yang menjalani kemoterapi. Hasil penelusuran jurnal didapatkan hasil systematic review dengan judul The Efficacy of Acupressure for Symptom Management: A Systematic Review. Dalam jumal ini dinyatakan dari 43 artikel yang di review 16 sampai dengan 23 artikel menyatakan akupresur efektif untuk mengurangi mual dan muntah pada pasien yang menjalani kemoterapi. Artikel yang direview telah menggunakan metode Randomized clinical trials yang telah di published antara tanggal 1 januari 2000 sampai dengan 31 januari 2010. Penggunaan metode RCT pada artikel tersebut menyatakan bahwa jumal tersebut dapat dipakai dan dipercaya. Hasil penelusuran berikutnya didapatkan jurnal Universitas Indonesia Aplikasi teori ..., I Gusti Agung Dewi Purnamawati, FIK UI, 2014 14 dengan judul Acupresure for chemotherapy-induced nausea and vomiting: A randomized clinical trial. Penelitian ini menghasilkan bahwa terapi akupresur dapat mengurangi mual dan muntah lambat (delayed) pada pasien kanker payudara yang menjalani kemoterapi. c. Appraise literatur dengan menggunakan systematic review work sheet dan worksheet therahy. d. Populasi dalam proyek inovasi ini adalah anak-anak yang mengalami mual dan muntah yang sedang menjalani kemoterapi. e. Menyusun kerangka acuan proyek inovasi. f. Konsultasi dengan supervisor pembimbing klinik g. Kordinasi dengan supervisor dan kepala ruangan non infeksi gedung A RSUPN Cipto Mangunkusumo 2. Tahap pelaksanaan a. Presentasi dan sosialisasi tentang akupresur berdasarkan evidence base practice. b. Melakukan role play pada perawat tentang prosedur akupresur pada titik yang berfungsi menggurangi rasa mual dan muntah. c. Akupresur dilakukan setelah 24 jam pertama sampai dengan hari kelima setelah mendapatkan kemoterapi. d. Melakukan akupresur dengan urutan: 1) Memilih anak-anak usia 3 sampai dengan 18 tahun yang mengalami mual dan muntah dan sedang menjalani kemoterapi pada siklus sebelum dilakukan akupresur. 2) Mengukur skala mual dan muntah yang dirasakan anak dengan menggunakan skala ukur Baxter Animated Retching Faces (BARF) (Baxter, 2011). 3) Bertemu dengan anak yang pada siklus sebelumnya sudah dikaji skala mualnya dan datang kembali pada siklus kemoterapi berikutnya untuk dilakukan akupresur. Universitas Indonesia Aplikasi teori ..., I Gusti Agung Dewi Purnamawati, FIK UI, 2014 15 4). Menentukan titik akupresur (P6) pada pergelangan tangan anak yang kiri atau yang kanan pada area kulit yang tidak bengkak, dan tidak mengalami luka bakar. 5). Lakukan tekanan pada pergelangan tangan atau titik P6 dengan menggunakan ibu jari atau jari telunjuk sambil diputar searah jarum jam selama 3 menit 3 kali setiap hari selama 5 hari (Gach, 1990 dalam Dibble et al (2007); Shin et al, 2007). 6). Mencatat skala mual dan mual anak sebelum anak di akupresur pada siklus sebelumnya dan mencatat kembali skala mual dan muntah pada hari kedua setelah dilakukan akupresur. e. Melibatkan keluarga untuk dapat melakukan akupresur pada anak yang sedang mengalami mual dan muntah dimana sebelumnya orang tua diajarkan tentang melakukan akupresur pada titik meridian P6. 3. Tahap Terminasi Evaluasi dilakukan pada hari ke lima setelah anak mendapatkan terapi akupresur dengan menggunakan alat ukur yang sama tentang skala mual muntah yang dirasakan anak. E. Perencanaan No Kegiatan Minggu 1 I. l 3 4 5 6 7 8 9 to PJ Produk Mahasiswa, PPT ll Persiapan danstudi literature dan konsultasi 2 Pembuatan ... dan konsultasi proposal 3 Presentasi Universitas Indonesia Aplikasi teori ..., I Gusti Agung Dewi Purnamawati, FIK UI, 2014 16 proposal dan Head sosialisasi Nurse, upervisor, ... 4 Perencanaan Mahasiswa dan danPP persiapan presentasi ···-<' implementasi 5. Mahasiswa, Implementasi PP,PAdan .· ·. 6 keluarga .· Evaluasi ' Mahasiswa HasH dan dokumentasi keluarga 7 Mahasiswa Evaluasi Laporan basil dan penyusunan laporan F. Sasaran Sasaran proyek inovasi adalah pasien anak usia 3 sarnpai 18 tahun dengan masalah mual dan muntah yang menjalani kemoterapi beserta orang tua dan perawat ruang non infeksi dilantai 1 gedung A RSUP Cipto Mangunkusumo Jakarta. G. Media 1. LCD + Laptop 2. Format Skala Mual H. Anggaran Kegiatan 1. Persiapan : Rp 50.000 b. Konsumsi proposal dan basil : Rp 400.000 c. Pembuatan Proposal : Rp 50.000 a. Foto Copy dan ATK Universitas Indonesia Aplikasi teori ..., I Gusti Agung Dewi Purnamawati, FIK UI, 2014 17 2. Evaluasi a. Penyusunan laporan : Rp 50.000 Jumlab : Rp 550.000 Universitas Indonesia Aplikasi teori ..., I Gusti Agung Dewi Purnamawati, FIK UI, 2014 Bab 4 APPRAISE JURNAL A. Evidance Based Practice 1. Pencarian Evidance Based Practice melalui model PICO dan appraise artikel terlampir, berikut model PICO yang akan di uraikan: Population : Pasien anak: yang menjalani terapi kemoterapi. Intervension : Melakukan ak:upresur pada titik meridian P6 Comparation : Outcome : Menurunnya keluhan mual dan muntah pada anak: yang menjalani kemoterapi. 2. Write out your question Pertanyaan : Apak:ah tindakan ak:upresur dapat mengurangi mual dan muntah pada anak: yang menjalani kemoterapi. 3. List the main topics and term from your question that you can use the search. The efficacy of acupressure for the management of symptoms or acupressure for the management nausea end vomiting in patients during chemotherapy or acupressure, clinical trial, human or randomized. 4. Check any limit that may pertain to your search: Age Year of publication Language 5. Type of study/publication you want to include in your search: a. Systematic Review or Meta Analysis. b. Individual Research Studies 6. Check the databases you searched a. CINAHL b. Proquest c. PubMed Clinical Queries 7. What information did you find to help answer your question? a. Cochrane :Not Found b. AHRQ Evidence Reports: Not Found 18 Universitas Indonesia Aplikasi teori ..., I Gusti Agung Dewi Purnamawati, FIK UI, 2014 19 c. Proquest: Not Found d. PubMed: ditemukan e. Medline: ditemukan. 8. PubMed Lee EJ, Frazier SK. (2011). The efficacy of acupressure for symptom management: a systematic review. Journal ofPain and Symptom Management. 42(4) The objectives the purpose of this article was to review randomized controlled trials that investigated the efficacy of acupressure for the management of symptoms. Methods Randomized clinical trials published between January 1, 2000 and January 31, 2010, which used acupressure as the sole intervention for one group, were included when they were written in English and when there were four or more studies of the efficacy of acupressure for that particular symptom. Results: Forty-three studies were included in this review. Investigators in 16 of 23 studies concluded acupressure was effective, primarily for the management of nausea and vomiting in patients during chemotherapy. PubMed: Dibble, S. L,. Luce, J. Cooper, B. A., Israel, J., Cohen, M., Nussey, B & Rugo, H. (2007) Acupresure for chemotherapy-induced nausea and vomiting: A randomized clinical trial. Oncology Nursing Forum. 34(4). Subjects were randomized to one of three groups: acupressure to P6 point (active), acupressure to SI3 point (placebo), or usual care only. Subjects in the acupressure group were taught to apply an acupressure wrist device by research assistants who were unaware of the active acupressure point. All subjects completed a daily log for 21 days containing measures of nausea and vomiting and recording methods (including antiemetics and acupressure) used to control these symptoms. Main Research Variables: Acute and delayed nausea and vomiting. Results no significant differences existed in the demographic, disease, or treatment variables among the treatment groups. No significant differences were found in acute nausea or emesis by Universitas Indonesia Aplikasi teori ..., I Gusti Agung Dewi Purnamawati, FIK UI, 2014 20 treatment group. With delayed nausea and vomiting, the acupressure group had a statistically significant reduction in the amount of vomiting and the intensity of nausea over time when compared with the placebo and usual-care groups. No signifi cant differences were found between the placebo and usual-care groups in delayed nausea or vomiting. B. Hasil Appraise Jurnal 1. The efficacy of acupressure for symptom management: a systematic review Jumal ini merupakan sistematik review dengan tujuan mencari efek akupresur dalam menggelola tanda dan gejala seperti mual dan muntah, nyeri, sesak napas dan kelelahan. Metode dalam melakukan ulasan sistematis, adalah pencanan literature yang dilakukan dengan menggunakan database pada Cumulative Index to Nursing, Allied Health literature, Medline dan PudMed dari tahun 1 Januari 2000 sampai dengan 31 Januari 2010 dengan kata kunci "acupressure", "clinical trial", "human", "randomized" dan dibatasi hanya publikasi lnggris. Hasil pencaharian dari 43 artikel hanya 3 arikel yang melaporkan tentang efek akupresur dalam mengelola mual dan muntah pada pasien yang menjalani kemoterapi. Hasil dari review didapatkan : penelitian dengan menggunakan metode RCT melaporkan efek akupresur di P6 untuk mual dan muntah pada pasien kanker yang tengah menjalani kemoterapi. Roscoe et al (2006) menemukan akupresur yang menggunakan Sea-Band terus menerus selama lima hari secara signifikan mengurangi mual dan muntah pada hari pertama kemoterapi dibandingkan dengan kelompok kontrol, yang menerima perawatan standar (n=739). Molassiotis et al (2007) menemukan bahwa akupresur menggunakan Sea-Band terus menerus selama lima hari secara signiftkan mengurangi mual dan muntah pada pasien dengan kanker payudara yang menerima kemoterapi hila dibandingkan dengan kelompok kontrol yang menerima perawatan standar (n=36). Namun, Dibble et al (2000) menemukan bahwa pengobatan akupresur harlan sembilan menit diberikan sebelum pemberian kemoterapi pada hari inisiasi pengobatan dan terus selama 21 hari tidak mengurangi Universitas Indonesia Aplikasi teori ..., I Gusti Agung Dewi Purnamawati, FIK UI, 2014 21 mual akut dan muntah pada hari kemoterapi, tapi mengurangi mual dan muntah dari hari 2 sampai 11 hari hila dibandingkan dengan kelompok kontrol (perawatan standar) dan kelompok plasebo (akupresur di lokasi yang tidak patut) ( n = 160). Kesimpulan: dari beberapa artikel yang di review didapatkan bahwa akupresur efektif mengelola tanda dan gejala seperti mual dan muntah, nyeri, sesak napas dan kelelahan. Ada 23 artikel yang melaporkan bahwa akupresur dapat mengelola mual dan muntah namun hanya 3 artikel yang melaporkan akupresur dapat mengelola mual dan muntah pada pasien yang menjalani kemoterapi pada pasien dewasa. 20 artikel melaporkan bahwa akupresur mampu mengelola mual dan muntah pada ibu hamil. Ketiga artikel yang di review, akupresur belum dilakukan pada pasien anak yang menjalani kemoterapi. 2. Acupresure for chemotherapy-induced nausea and vomiting: A randomized clinical trial. Tujuan dari artikel ini adalah untuk mengetahui terapi akupresur dalam menurunkan rasa mual dan muntah pada pasien kanker payudara yang menjalani kemoterapi. Penelitian ini sudah menggunakan metode RCT dengan pembagian sampel dalam tiga kelompok, kelompok yang pertama dilakukan terapi akupresur pada titik meridian P6, kelompok kedua dilakukan terapi akupresur pada titik meridian S 13 sebagai placebo dan kelompok yang ketiga dilakukan perawatan seperti biasanya. Penilaian mual dan muntah di ukur dengan menggunakan skala ukur Rhodes Index of Nausea (RIN) untuk tiga item tentang muntah dan satu item dari Rhodes Index of Nausea, Vomiting, and Retching dimana kedua nya telah dilakukan uji validitas dan reliabilitas. (Rhodes & McDaniel, 1997; Rhodes, Watson, & Johnson, 1984; Rhodes, Watson, Johnson, Madsen, & Beck, 1987 dalam Dibble, 2007). Penelitian ini menghasilkan terapi akupresur tidak mengurangi mual dan muntah pada kondisi muntah akut namun terapi akupresur dapat mengurangi mual dan muntah pada kondisi mual dan muntah terlambat (delayed). Universitas Indonesia Aplikasi teori ..., I Gusti Agung Dewi Purnamawati, FIK UI, 2014 22 Kesimpulan: penelitian sudah menggunakan metode RCT sehingga penelitian yang dihasilkan dapat digunakan atau diujicobakan, sehingga terapi akupresur dapat dilakukan pada pasien yang mengalami mual dan muntah yang menjalani kemoterapi. Universitas Indonesia Aplikasi teori ..., I Gusti Agung Dewi Purnamawati, FIK UI, 2014 Bab5 PELAKSANAAN DAN PEMBAHASAN A. Pelaksanaan Pelaksanaan kegiatan proyek inovasi yang dilakukan di ruang non infeksi anak dilakukan melalui tahap-tahap sebagai berikut: 1. Tahap persiapan Pelaksanaan kegiatan sebelumnya dimulai dengan penelusuran jumal untuk penyusunan proposal. Penyusunan proposal dimulai saat praktik Residensi I, Residens sudah menentukan EBN yang akan di jadikan proyek inovasi di ruang non infeksi anak dari tanggal 9 Desember 2013 sampai dengan 17 Januari 2014. Selanjutnya dilakukan proses konsultasi dan bimbingan proposal dimulai pada tanggal 21 Februari sampai dengan 13 Maret 2014. Presentasi proposal dilaksanakan pada hari Jumat, tanggal 14 Maret 2014 di ruang Panel Lantai V Departemen Anak RSUPN Ciptomangunkusumo, pada pukul 13.00 sampai dengan pukul 16.00 WIB. Pelaksanaan presentasi adalah gabungan dua kelompok peminatan di ruang infeksi dan non infeksi, dengan jumlah residen yang melakukan presentasi 10 orang mahasiswa, 7 orang mahasiswa di ruang infeksi dan 3 orang mahasiswa dari ruang non infeksi. Acara dihadiri oleh Koordinator lantai I gedung A dan Kepala Ruangan, Perawat Primer (PP), Perawat Asosiet (PA) ruang Infeksi dan Non infeksi serta perwakilan dari bidang keperawatan, mahasiswa residensi I, Mahasiswa residensi dari ruang PICU dan Kepala Ruangan Perinatologi RSUPN Ciptomangunkusumo. Presentasi dilakukan secara panel dalam dua sesi, sesi pertama presentasi dan diskusi 5 orang mahasiswa dan sesi kedua oleh 4 orang mahasiswa. Masing-masing sesi dipimpin oleh seorang moderator yang bertugas mengatur jalannya presentasi dan diskusi terkait proyek inovasi yang akan dilakukan pada ruangan. Judul proyek inovasi yang residen ingin terapkan berjudul " Akupresur dalam mengurangi mual muntah pada anak yang menjalani kemoterapi di ruang non infeksi gedung A latai I RSUPN Ciptomangunkusumo". Kegiatan dilanjutkan dengan diskusi dan Tanya jawab. 23 Universitas Indonesia Aplikasi teori ..., I Gusti Agung Dewi Purnamawati, FIK UI, 2014 24 Hasil dari kegiatan presentasi didapatkan: a. Duk:ungan dan persetujuan dari Kepala Bidang Keperawatan, Supervisor Ruangan, Kepala Ruangan dan Perawat Primer serta Perawat Asociet untuk mengaplikasikan tindakan akupresur pada anak yang mengalami mual dan muntah yang sedang menjalani kemoterapi. b. Rencana sosialisasi dan role play tindakan akupresur pada perawat ruangan dan orang tua anak yang menjalani kemoterapi. c. Rencana pelaksanaan akupresur pada anak yang mengalami mual dan muntah yang menjalani kemoterapi pada hari pertama sampai dengan hari kelima. d. Rencana evaluasi dan tindak lanjut. 2. Pelaksanaan Proyek Inovasi Pelaksanaan proyek inovasi dilaksanakan mulai pada tanggal 17 Maret sampat dengan 14 April 2014 sebagai berikut: a. Kegiatan sosialisasi dan role play akupresur Kegiatan sosialisasi dan role play akupresur dilakukan pada 10 orang tua dan anak yang mengalami mual muntah saat menjalani kemoterapi. Residen melakukan sosialisasi dan role play tidak pada semua pasien yang sedang menjalani kemoterapi, namun residen memilih pasien-pasien yang pada siklus sebelum akupresur pernah residen rawat dan telah mengetahui berapa skala mual yang dirasakan anak pada hari kedua setelah mendapatkan obat kemoterapi. Sosialisasi dan role play pun residen lakukan pada beberapa perawat, bertujuan agar perawat dapat terlibat langsung dalam pelaksanaan proyek inovasi yang sedang residen lakukan. b. Pelaksanaan Akupresur Pelaksanaan akupresur dimulai pada tanggal 17 Maret sampai dengan 14 April 2014. Adapun langkah-langkah yang residen lakukan adalah sebagai berikut: 1) Mengidentifikasi pasien sesuai dengan kriteria yang dapat dilakukan akupresur yaitu anak yang sedang menjalani kemoterapi selama lima hari dan mengalami mual muntah pada hari kedua setelah masuk terapi kemo. Universitas Indonesia Aplikasi teori ..., I Gusti Agung Dewi Purnamawati, FIK UI, 2014 25 Anak dan keluarga kooperatif saat dijelaskan dan dilakukan akupresur. Orang tua dan anak bersedia untuk dilakukan akupresur, kondisi klinis anak cukup baik dan area kulit yang akan dilakukan akupresur tidak mengalami kontraindikasi serta anak yang mendapatkan terapi menurunkan skala mual seperti Ondansentron. 2) Menjelaskan tujuan dan manfaat akupresur serta cara melakukan akupresur pada titik perikardium 6 (P6). 3) Menyarankan ibu untuk melakukan kembali apa yang telah residen ajarkan. 4) Mencatat identitas pasien seperti nama, usia dan diagnosa medis anak. 5) Mencatat siklus kemoterapi yang dijalani anak. 6) Mencatat obat kemoterapi yang didapat anak pada hari pertama dan seterusnya. 7) Mencatat tanggal hari pertama anak mendapatkan kemoterapi saat ini. 8) Mengukur skala mual muntah anak pada hari kedua dengan skala BARF. 9) Melakukan akupresur pada titik P6 selama 3 menit setiap 8 jam dengan menggunakan jari diputar searah jarum jam pada hari kedua sampai hari kelima. 10) Menganjurkan orang tua untuk mencatat melakukan akupresur diluar residen lakukan pada lembar yang residensi siapkan (lampiran). 11) Mengukur skala mual muntah pada hari ketiga sesudah melakukan akupresur berturut-turut sampai hari kelima. 3. Hasil Pelaksanaan Hasil pelaksanaan proyek inovasi yang didapatkan sebagai berikut: a. Jumlah pasien yang ikut serta dalam proyek inovasi berjumlah 10 orang anak. Selama pelaksanaan dari 10 orang anak yang teridentifikasi, namun hanya 5 (50 %) anak yang dapat dilakukan akupresur, 2 (20 %) orang anak pulang pada hari ke tiga, 2 (20 %) orang anak mengatakan tidak mau dilakukan dan 1 (10 %) orang anak mengatakan tidak mual pada hari kedua kemoterapi. Universitas Indonesia Aplikasi teori ..., I Gusti Agung Dewi Purnamawati, FIK UI, 2014 26 b. Hasil yang didapatkan dari 5 orang anak setelah residen melakukan akupresur adalah: 1) AnM An M usia 17 tahun dengan Ca. Faring menjalani kemoterapi siklus ke 2 pada tanggal 17 Maret 2014 obat kemoterapi yang di dapatkan anak adalah Cisplatin. Pada hari kedua skala mual 8, hari ketiga 8, hari keempat 8 dan hari kelima 6. Pada tanggal 24 Maret 2014 An M menjalani kemoterapi siklus ke 3 dengan pengobatan yang sama. Pada hari kedua dengan menggunakan skala BARF residen mengukur skala mual yang dirasakan anak setelah akupresur pertama kali, hasil yang didapatkan skala mual muntah pada hari ke dua adalah 8, hari ketiga 8, hari keempat I 0 dan hari kelima6. 2) AnA An A usia 16 tahun dengan Osteosarcoma menjalani kemoterapi siklus ke 4 pada tanggal 13 Maret 2014 obat kemoterapi yang di dapatkan anak adalah Cisplatin, Ifosfamide, dan Adriamicin. Pada hari kedua skala mual yang dirasakan anak 4, hari ketiga 4, hari keempat 4 dan hari kelima 2. Pada tanggal 25 Maret 2014 An A datang kembali untuk menjalani kemoterapi siklus ke 5 dengan pengobatan yang sama. Pada hari kedua dengan menggunakan skala BARF residen mengukur skala mual yang dirasakan anak setelah akupresur pertama kali, hasil yang didapatkan skala mual muntah pada hari ke dua adalah 2, hari ketiga 0, hari keempat 0 dan hari kelima 0. 3) AnMD An MD usia 14 tahun dengan Limfoma Non Hodgin (LNH) menjalani kemoterapi siklus ke 1 pada tanggal 24 Maret 2014 obat kemoterapi yang di dapatkan anak adalah Vincristin, CPA, MTX+ Mesna dan Prednison. Pada hari kedua skala mual yang dirasakan anak adalah 2, hari ketiga 10, hari keempat 2 dan hari kelima 2. Pada tanggal 26 Maret 2014 An MD datang Universitas Indonesia Aplikasi teori ..., I Gusti Agung Dewi Purnamawati, FIK UI, 2014 27 kembali untuk menjalani kemoterapi siklus ke 2 dengan pengobatan yang sama. Pada bari kedua dengan menggunakan skala BARF residen mengukur skala mual yang dirasakan anak setelah akupresur pertama kali, basil yang didapatkan skala mual muntah pada bari ke dua adalah 10, bari ketiga 2, bari keempat 10 dan bari kelima 2. 4) AnW An W usia 16 tahun dengan Osteosarcoma menjalani kemoterapi siklus ke 2 pada tanggal 1 Maret 2014 obat kemoterapi yang di dapatkan anak adalah Vincristin, Ifosfamide, dan Actinomycin. Pada siklus kedua anak mengatakan skala mual yang dirasakan anak adalah 10, bari ketiga 10, bari keempat 10 dan bari kelima 10. Pada tanggal 01 April 2014 An W datang kembali untuk menjalani kemoterapi siklus ke 3 dengan pengobatan yang sama. Pada bari kedua dengan menggunakan skala BARF residen mengukur skala mual yang dirasakan anak setelah akupresur pertama kali, basil yang didapatkan skala mual muntah pada bari ke dua adalah 4, bari ketiga 4, bari keempat 2 dan bari kelima 2. 5) AnAD An AD, usia 14 tahun dengan diagnosa medis Ca. Faring, sedang menjalani kemoterapi siklus ke 7 pada tanggal 1 Maret 2014 obat kemoterapi yang di dapatkan anak adalah Cisplatin dan 5 FU. Pada siklus kedua anak mengatakan skala mual yang dirasakan anak adalah 2, bari ketiga 6, bari keempat 6 dan bari kelima 6. Pada tanggal 01 April 2014 An W datang kembali untuk menjalani kemoterapi siklus ke 3 dengan pengobatan yang sama. Pada bari kedua dengan menggunakan skala BARF residen mengukur skala mual yang dirasakan anak setelah akupresur pertama kali, basil yang didapatkan skala mual muntah pada bari ke dua adalah 4, bari ketiga 4, bari keempat 4 dan bari kelima 4. Universitas Indonesia Aplikasi teori ..., I Gusti Agung Dewi Purnamawati, FIK UI, 2014 28 4. Kendala yang dihadapi dalam pelaksanaan inovasi Kendala yang dihadapi saat pelaksanaan proyek inovasi adalah: a. Tidak semua anak dapat dilakukan akupresur karena pemberian obat kemoterapi tidak selalu dilakukan di ruang rawat, ada beberapa obat yang dapat dilakukan di poli anak sehingga anak yang sudah di identifikasi pada siklus sebelum dilakukan akupresur tidak kembali diruangan untuk siklus kemoterapi selanjutnya. b. Sulit mengukur skala mual serta melakukan akupresur pada anak usia kurang dari 3 tahun. Kesulitan ini disebabkan anak kurang kooferatif dengan perawat, belum memahami tindakan yang akan dilakukan oleh perawat sehingga sering anak menolak untuk dilakukan akupresur. 5. Faktor pendukung dalam pelaksanaan inovasi. Factor-faktor yang mendukung terlaksananya inovasi ini tidak terlepas dari dukungan kepala ruangan dan perawat diruangan serta koordinator lantai I Gedung A yang sangat positif terhadap ilmu baru dalam keperawatan. Kerjasama yang baik antara perawat dengan keluarga sehingga mempermudah terlaksananya inovasi serta tindakan akupresur tidak menyakitkan bahkan anak menyatakan terasa nyaman saat dilakukan akupresur. 6. Evaluasi. a. Evaluasi proses Evaluasi proses dilakukan setiap residen selesai melakukan akupresur pada setiap anak pada hari kedua sampai hari kelima serta mencatat skala mual muntah yang dirasakan anak pada lembar dokumentasi. b. Evaluasi basil dilakukan setelah residen selesai melakukan akupresur pada lima orang anak. Tercatat dari lima orang anak yang dilakukan akupresur I (20 %) orang anak tidak mengalami penurunan rasa mual, penilaian skala mual muntah pada anak tersebut sebelum dan sesudah akupresur sama atau tetap pada hari kedua setelah kemoterapi dengan nilai 8, hari ketiga nilai 8, hari keempat nilai sebelum 8 dan sesudah akupresur 10 dan hari kelima nilai sebelum dan sesudah sama yaitu 6. Dari lima orang anak 1 (20%) orang anak tidak mengalami penurunan rasa mual muntah setelah akupresur bahkan nilai skala mual meningkat yang sebelumnya 2 dan sesudah akupresur menjadi IO, namun 3 orang anak (60 Universitas Indonesia Aplikasi teori ..., I Gusti Agung Dewi Purnamawati, FIK UI, 2014 29 % ) mengalami penurunan skala mual dibandingkan pada siklus sebelum dilakukan akupresur ( lampiran 4) B. Pembahasan Akupresur telah lama digunakan oleh bangsa China sebagai pengobatan tradisional mereka, sebagai tindakan menguranggi mual dan muntah (Lee, Dodd, Dibble & Abrams, 2008, Ryan, 2010). Akupresur adalah salah satu altematif intervensi yang efektif untuk menggurangi keluhan mual dan muntah. Akupresur juga merupakan intervensi non invasif dan relatif tidak sulit untuk dilakukan (Lee & Frazier, 2011 ). Berdasarkan uraian diatas residen menilai ada kesesuaian antara artikel diatas dengan yang residen temukan di rumah sakit bahwa akupresur menjadi salah satu terapi non farmakologi yang dapat dilakukan pada anak yang mengalami mual dan muntah saat menjalani kemoterapi dan dapat menjadi salah satu tindakan mandiri perawat karena tidak bersifat invasiv yang menyakiti anak bahkan berdasarkan pemyataan dari salah seorang pasien anak yang telah dilakukan akupresur mengatakan enak saat dilakukan penekanan pada titik akupresur P6. Menurut Ryan (2010) saat ini, standar perawatan untuk mengatasi mual akibat terapi kemoterapi adalah antiemetik, terutama sertononin (5-HT3) merupakan reseptor anatagonis yang sering diberikan. Namun, penelitian telah menunjukkan bahwa antiemetik secara klinis efektif terhadap muntah tapi tidak pada mual. Pemberian antiemetik sebagai profilaksis sebelum kemoterapi mampu mencegah timbulnya mual dan muntah. Faktor-faktor yang mempengaruhi mual dan muntah antara lain jenis terapi kemo yang didapatkan, kondisi klinis mual muntah yang dialami klien, neurofisiologi kemoterapi yang menginduksi mual dan muntah, system saraf pusat juga memainkan peranan penting dalam menghasilkan signal eferen yang dikirimkan ke sejumlah organ dan jaringan yang akhimya menghasilkan muntah (Ryan, 2010). Berdasarkan uraian di atas ada kesesuaian yang residen temukan antara uraian diatas dengan pasien anak yang residen temukan diruangan, dari 10 orang anak yang residen kaji pada hari kedua pasca kemoterapi semua anak mengeluh mual dengan skala yang berbeda pada setiap anak. Hal ini terjadi sangat dipengaruhi oleh jenis terapi kemo yang didapatkan anak. Obat Univensltaa Indonesia Aplikasi teori ..., I Gusti Agung Dewi Purnamawati, FIK UI, 2014 30 kemoterapi bersifat emetogenisitas atau mampu menginduksi mual muntah minimal, rendah, sedang sampai dengan tinggi (Dwipayana, 2013). Berdasarkan hasil observasi residen selama menjalani praktik residensi obat kemoterapi yang diberikan pada anak tidak hanya satu jenis obat kemoterapi, namun dapat lebih dari satu jenis, yang setiap obat mempunyai sifat emetogenisitas minimal sampai dengan tinggi. Terdapat dua orang anak yang mendapatkan obat kemoterapi dengan emetogenisitas minimal seperti Vincristine, satu orang anak yang mendapatkan obat kemoterapi dengan emetogenisitas rendah seperti Methotrexate dan dua orang anak yang mendapatkan obat kemoterapi dengan emetogenisitas sedang seperti Cyclophosphamide dan Ifosfamide, serta 3 orang anak mendapatkan obat kemoterapi dengan emetogenisitas yang tinggi seperti Cisplatin (Lampiran 3). Menurut Shin et al (2004) melakukan terapi akupresur dengan jari pada pasien kanker lambung yang menjalani kemoterapi pada titik P6 selama 5 menit setiap 3 jam setiap hari selama lima hari sebelum kemoterapi dan setelah kemoterapi efektif dalam mengurangi mual. Penelitian yang dilakukan Rukayah (20 13) dengan judul pengaruh terapi akupresur terhadap mual muntah lambat akibat kemoterapi pada anak usia sekolah yang menderita kanker di RS Kanker Dharmais Jakarta menghasilkan terjadinya penurunan rerata mual muntah setelah akupresur dengan nilai p value = 0,000. Terapi akupresur dilakukan pada titik P6 dan dan St36 sebanyak 2 kali selama 3 menit setiap 6 jam sekali pada hari kedua setelah kemoterapi. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh dua orang peneliti pada artikel diatas mengatakan akupresur mampu mengurangi mual dan muntah yang terjadi pada pasien yang menjalani kemoterapi, hal ini juga yang residen dapatkan selama melakukan akupresur pada lima orang anak terjadi penurunan skala mual sesudah dilakukan akupresur, sedangkan dua orang anak merasakan skala mual yang sama pada sebelum dan sesudah akupresur hal ini terjadi tidak terlepas dari factor-faktor yang dapat merangsang mual seperti sifat emetogenisitas obat, kondisi klinis anak serta factor neurofisiologi dari kemoterapi. Berdasarkan literatur diatas dan hasil aplikasi tindakan akupresur pada anak, residen menyimpulkan bahwa tindakan akupresur dapat mengurangi mual muntah pada anak Universitas Indonesia Aplikasi teori ..., I Gusti Agung Dewi Purnamawati, FIK UI, 2014 31 yang menjalani kemoterapi, sehingga tindakan ini dapat dilanjutkan sebagai salah satu altemativ tindakan mandiri keperawatan yang bersifat non invasif dan non farmakologi. Universitas Indonesia Aplikasi teori ..., I Gusti Agung Dewi Purnamawati, FIK UI, 2014 Bab6 KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Akupresur merupakan salah satu terapi komplementer yang dapat dikembangkan oleh profesi keperawatan sebagai salah satu tindakan mandiri perawat. Akupresur tidak menimbulkan perlukaan pada anak bahkan memberikan rasa nyaman saat mual dan muntah yang dirasakan anak menurun, sehingga asupan nutrisi yang selama ini berkurang karena anak merasa mual, dengan menurunnya rasa mual diharapkan asupan nutrisi atau masalah nutrisi dapat teratasi. Proyek inovasi akupresur ini menghasilkan, diketahuinya gambaran mual yang terjadi pada anak yang menjalani kemoterapi dengan menggunakan skala mual BARF dari mual ringan sampai dengan mual berat. Tercatat dari 10 orang anak yang menjadi partisipan dalam proyek inovasi ini, 9 orang anak atau 90 % mengalami mual dari skala ringan sampai dengan berat. Hasil proyek inovasi ini juga menghasilkan, diketahuinya efektifitas tindakan akupresur dalam mengurangi mual muntah pada anak yang menjalani kemoterapi, tercatat dari 5 orang anak yang dilakukan akupresur 3 orang anak atau 60 % mengatakan mual berkurang dan didapatkan factorfaktor pedukung dan penghambat pelaksanaan akupresur di ruang non infeksi gedung A lantai I RSUP Ciptomangunkusumo yaitu B. Saran 1. Perlu disusunnya SOP tentang akupresur sebagai salah satu intervensi keperawatan altematif yang dilakukan untuk mengurangi mual dan muntah pada anak yang sedang menjalani kemoterapi. 2. Perlu dilanjutkannya tindakan akupresur pada anak untuk mengurangi mual muntah. 3. Diadakan pelatihan tentang akupresur untuk mengatasi mual dan muntah akibat kemoterapi. 32 Universitas Indonesia Aplikasi teori ..., I Gusti Agung Dewi Purnamawati, FIK UI, 2014 DAFTAR PUSTAKA Bradbury, A.R. (2004). Optimizing antiemetic therapy for chemotherapy-induced nausea and vomiting. Magnolia. Baxter, A. L., Watcha, M. F., Baxter, W. V., Leong, T & Wyatt, M. M. (2011). Development and validation of a pictorial nausea rating scale for children. Official Journal American AcademyofPediatrics. 127: 1542-1549. Dwipayana, C. H. (2013). Mual dan muntah merupakan salah satu manifestasi klinis penting yang sering diakibatkan pada penggunaan agen antineoplastik .www. scribdcomldoc. Diunduh 20/01/2014 jam 12.00. Dibble, S. L,. Luce, J. Cooper, B. A., Israel, J., Cohen, M., Nussey, B & Rugo, H. (2007) Acupresure for chemotherapy-induced nausea and vomiting: A randomized clinical trial. Oncology Nursing Forum. 34(4). Eilers, J. (2004). The pathogenesis and characterization of oral mukositis associated with cancer treatment. Oncology Nursing Forum, 31(4). 13-28 Fengge, A. (2012). Terapi akupresur: manfaat & teknik pengobatan. Yogyakarta: Crop Circle Corp. Grunberg, S.M. (2004). Chemotherapy-induced nausea and vomiting: prevention, detection,and treatment-how are we doin. Supportive Oncology.2(1). Hockenberry, M. J., & Wilson, Edition, St. Louis: Mosby. D. (2009). Wong's Ennensial of Pediatric Nursing. Eight Lee, J,. Dodd, M,., Dibble, S, & Abrams,D,. (2008) Review of Acupressure Studies for Chemotherapy-Induced Nausea and Vomiting Control. Journal of Pain and Symptom Management.36 (5). Moselev, C. F., et. AI (2006). Behavioral Interventions in Treating Anticipatory Nausea and Vomiting. Journal National Comprehensiv Cancer Network. Price, S. A., & Wilson, L. M. (2008). Patofisiologi: lwnsep klinis proses-proses penyakit. Jakarta: EGC Ryan, J. (2010). Treatment of Chemotherapy-Induced Nausea in Cancer Patients. Eur Oncol. 6(2): 14--16. Aplikasi teori ..., I Gusti Agung Dewi Purnamawati, FIK UI, 2014 Jam, K. L., Carey, M,. Jefford, M., Schofiel,P., Charles, C,. & Aranda, S,.(2008) Nonpharmacologic Strategies for Managing Common Chemotherapy Adverse Effects: A Systematic Review . Journal ofClinical Oncology. Lee, J., Dodd, M., Dibble,. S., & Abrams, D. (2008). Review of Acupressure Studies for Chemotherapy-Induced Nausea and Vomiting Control. Journal of Pain and Symptom Management. 36(5). Lee, E, J., & Frazier, S, K. (2011). The efficacy of acupressure for symptom management: A systematic Review. Journal ofpain and symtomManagement. 42(4) Yapeptri. (2008). Pedoman praktis akupresur. Diktat Pelatihan. Tidak dipublikasikan. Aplikasi teori ..., I Gusti Agung Dewi Purnamawati, FIK UI, 2014 Vol. 42 No. 4 October 2011 Journal cif Pain and Symptom Management 589 Review Article The Efficacy of Acupressure for Symptom Management: A Systematic Review Eun]in Lee, PhD, RN, APRN, and Susan K. Frazier, PhD, RN Central Baptist Hospital (EJ.L.) and University of Kentucky College of Nursing (S.KR), Lexington, Kentucky, USA Abstract Context. Acupressure is a noninvasive strategy used to manage various symptoms. Objectives. The purpose of this article was to review randomized controlled trials that investigated the efficacy of acupressure for the management of symptoms. Methods. A literature search was conducted in the Cumulative Index to Nursing and Allied Health Literature, Medline, and PubMed using the key words acupressure, clinical trial, human, and/ or randomized. Randomized clinical trials published between january 1, 2000 and january 31, 2010, which used acupressure as the sole intervention for one group, were included when they were written in English and when there were four or more studies of the efficacy of acupressure for that particular symptom. Results. Forty-three studies were included in this review. Investigators in 16 of 23 studies concluded acupressure was effective, primarily for the management of nausea and vomiting in patients during pregnancy and during chemotherapy. Investigators in nine of 10 studies concluded that acupressure was effective for pain in patients with dysmenorrhea, during labor and after trauma. Investigators of four studies concluded that acupressure was effective in the management of dyspnea and investigators in six studies concluded that acupressure was effective in improving fatigue and reducing insomnia in a variety of populations. However, evaluation of the randomized controlled trial reports indicated a significant likelihood of bias. Conclusion. Acupressure may be a useful strategy for the management of multiple symptoms in a variety of patient populations, but rigorous trials are needed. Inclusion of acupressure as an intervention may improve patient outcomes. J Pain Symptom Manage 2011;42:589-603. © 2011 U.S. Cancer Pain Relief Committee. Published by Elsevier Inc. AU rights reserved. KeyWords Acupressure, pain, dyspnea, fatigue, nausea, review Address cOTTespondence to: Eun Jin Lee, PhD, RN, APRN, Fayetteville State University, 1200 Murchison Road, Nursing Building #311, Fayetteville, NC 28301, USA E-mail: [email protected] Accepted for publication: January 4, 2011. © 2011 U.S. Cancer Pain Relief Committee Published by Elsevier Inc. All rights reserved. Introduction Symptoms are the subjective sensations that accompany disease or injury and include nausea, pain, dyspnea, and fatigue. These 0885-3924/$ - see front matter doi:l 0.1 016/jJpainsymman.2011.01.007 Aplikasi teori ..., I Gusti Agung Dewi Purnamawati, FIK UI, 2014 590 Lee and Frazier experiences are ubiquitous; all individuals encounter multiple symptoms during their lifetime. Symptoms may be acute or chronic, isolated or found in clusters, and they are the rrimary reason individuals seek health care. ·2 Effective management of symptoms is needed to improve individual quality of life and reduce health care costs. For example, chronic pain occurs in 50 million Americans annually and has been found to influence functional status, to reduce quality of life, and to cost an estimated $150 million each year. 3 Thus, interventions to effectively manage symptoms such as pain are needed. Acupressure may be an effective intervention for a wide variety of symptoms. This intervention is noninvasive, relatively inexpensive, and has been demonstrated to be without adverse effects. 4 The use of acupressure is based on meridian theory, which proposes that acupressure stimulates meridians, a network of energy pathways throughout the body, to increase the flow of qi (bioenergy), subsequently altering the symptom experience.5 Acupressure is applied to specific points by the use of finger, hand, elbow, foot, and/ or acupressure band (Sea-Bands®, Leicestershire, U.K), an elastic band with a protruding plastic button, for stimulation of these pathways to increase the flow of qi. Studies testing the efficacy of acupressure for symptom management have been a focus of research, particularly during the last decade. However, no reviews have been published reporting the efficacy of acupressure for the management of multiple common symptoms. Thus, the purpose of this article was to review the findings of randomized controlled trials (RCTs) that tested the efficacy of acupressure for symptom reduction. Methods Cumulative Index to Nursing and Allied Health Literature (CINAHL), Medline, and PubMed were searched for articles published between January I, 2000 and January 31, 2010, using the key words acupressure, clinical trial, human, and/ or randomized. Studies from this decade were included, as standards for reporting clinical trials were in place and Vol. 42 No. 4 October 2011 this would provide a synthesis of the most recent findings of rigorous trials related to acupressure and symptom management.6 Reference lists of these articles also were hand searched to find additional pertinent studies. Articles were included in this review if they were written in English and reported RCTs. Studies were included when acupressure was the sole intervention in at least one of the experimental groups. A review of studies for individual symptoms was included in this review if there were at least four trials for management of a particular symptom. This cut-point was selected to ensure that there were a minimum number of clinical trials focused on a given symptom. Investigations with a sample size of less than 30 individuals were excluded because of a presumptive lack of statistical power (if sample size is 30, a level 0.05, large effect size 0.8, power= 56%). Studies using auricular or hand acupressure, reflexology, shiatsu, and electronic or magnetic devices were excluded because they use a different naming system for the meridians and a different technique from body acupressure. Unpublished studies and abstracts also were excluded. Meta-analysis was not used in the evaluation of efficacy as the populations and interventions studied were very diverse and not suitable for this technique. Effect size (Hedges's g) for each trial was calculated using the mean values of the acupressure and control groups when provided. 7 Pre-post mean for the acupressure group was used alone when the post-mean of the control group was not available. Each experimental study was evaluated for quality using the risk of bias tool by the Cochrane group. 6 This instrument consists of six domains: sequence generation; allocation concealment; blinding of participants, personnel, and outcomes; incomplete outcome data; selective outcome reporting; and other sources of bias. Articles were evaluated for the presence of each domain and one point was assigned for each domain present. Scores ranged from 0 to 6 and a higher value indicated higher quality and less risk for bias (Table 1). All trials were evaluated by the two authors and the agreement between them was 100%. t ! i I Aplikasi teori ..., I Gusti Agung Dewi Purnamawati, FIK UI, 2014 I' l l Table 1 Effect Size and Risk of Bias Evaluation for Studies in the Review Acupressure First Author (Year) Norheim (200I) 18 Werntoft (2001/ 8 Habek (2004) 1 Heazell (2006) 32 Shin (2007) 41 Jamigorn (2007t Roscoe (2003) 3 Molassiotis (2007) 55 Dibble (2000) 19 Roscoe (2009) 30 Harmon (2000) 22 Agarwal (2000) 45 Alkaissi (2002J 47 Ming (2002) 2 Agarwal (2002) 46 Schultz (2003) 39 Samad (2003/9 Klein (200!? 2 Ho (2006) Thrgut (2007) 28 Sadighha (2008) 43 Dent (2003) 27 Alkaissi (2005t Taylor (2002) 6 Pouresmail (2002) 49 Chen (2004) 13 Chung (2003) 35 Lee (2004) 21 Hsieh (2004) 53 Hsieh (2006) 52 Lang (2007) 51 Sakurai (2003t Kober (2002)' 0 Maa (2003) 44 Wu (2004)u Measure Duration of nausea Severity of nausea (0-IO) Success rate of treatment on nausea Number of patients required second and third antiemetics (%) Rhodes Index of Nausea and Vomiting (6-30) RINVR (8-40) Severity of nausea ( 1-7) Incidence of nausea (%) Rhodes Index of Nausea (age <55 yr) Severity of nausea (pre-post mean difference) Incidence of nausea and vomiting (%) Incidence of nausea (%) Incidence of nausea and vomiting (%) RINVR (linger) RINVR (wristband) Incidence of nausea (%) Moderate to severe nausea (%) Incidence of nausea (%) Incidence of nausea (%) Incidence of nausea (%) Incidence of nausea (%) Severity of nausea (0-10) Incidence of nausea and vomiting Mean time to moderate nausea (second) Pain score (0-IO) Severity of dysmenorrhea (score 0) VAS for pain (0-10) VAS for pain (0-IO) Pain score Pain score Roland and Morris Disability Questionnaire VAS for pain (0-IOO) VAS for pain (0-100) VAS for pain (0-IOO) pre-post Saint George Respiratory Questionnaire (%) Pulmonary Function Status, Dyspnea Questionnaire Quality of Study Mean SD ~ ,..... ~ Control/Placebo/Post n Mean 2.2 O.I2 0.07 2 6 4 4 -2.74 4.2 0.64 0.73 2.6 O.I4 0.07 20 11 40 -0.85 6.5 O.I3 0.7 5 I7.6 1.06 23 21.6 4 2 5 4 5 14.3 Pre 2.6 0.66 6.5 0.7 3.3 1.6 33 233 17 0.23 4 5 3 4 5 4 2 4 3 4 I 4 4 4 5 5 0.36 0.18 0.33 1.28 4.34 0.06 0.64 0. 36 0.33 0.64 0.32 0.14 0.18 352 3.9 0.50 3.9 0.17 6.4 9.29 5.4 0.07 0.03 0.04 3.4 6.63 0.01 0.1 O.I 0.05 0.06 0.07 0.05 0.04 93 1.5 0.06 1.8 1.32 1.8 2.6 5.0 6 5 5 I 36.6 29.5 61.8 0.76 22.2 I3.5 ll.8 O.I 2 0.98 SD n Effect Size CI p <0.05 O.oi <O.OOI NS ~ -!:.. 20 8 40 0.96 0.59 0.43 0.33-3.45 0.28-1.59 -0.37-1.49 -0.02 to 0.87 1.06 22 3.79 2.76-4.69 <0.05 3.3 0.73 0.04-1.39 <O.OOI <0.05 <0.05 <O.OOI <0.001 ~ i 1\J c ...... ...... 4 4 5 2 1.4I 2.4 33 232 I9 59 3 2.I6 3.3 0.1 0.27 29 2.4 1.87-3.01 47 100 135 50 50 50 22 25 75 55 50 51 95 20 28 72 35 43 36 69 64 0.66 0.2 0.46 6.96 6.96 0.24 0.63 0.40 0.36 0.71 0.64 0 0.43 280 7.3 O.I8 4.8 0.8I 7.6 5.05 9.2 0.07 0.03 0.04 5.96 5.96 0.06 0.1 O.I 0.06 0.06 0.07 0 0.05 119 1.4 0.05 1.8 1.23 1.9 5.11 5.8 47 100 136 50 50 50 24 25 77 55 50 52 108 20 26 72 34 42 39 77 65 4.3 0.67 3.25 1.2 0.41 4.18 0.1 -0.4 0.5 1.2 4.57 3.98 5.48 0.66 2.34 5.79 0.5 0.5 0.6 1.0 0.7 3.52-4.98 0.38-G.95 2.88-3.6 0.74-1.59 0.01-0.81 3.46-4.85 -0.48 to 0.68 -0.95 to O.I7 0.22-G.86 0.75-1.56 3.29-5.28 3.29-4.61 4.86-6.06 0.02-1.03 1.62-3 5.02-6.5 O.Ol-G.97 0.07-0.93 5.65-6.49 0.68-1.37 6.37-8.24 0.007 NS <0.05 <0.01 <0.05 <0.05 NS NS NS NS <0.05 <0.001 <0.05 NS <O.OOI <0.001 <0.05 <0.05 O.OI2 0.0002 <O.OI 15 23 I9 I7 56 40 34 0.38 13.3 I8 16.9 O.I3 16 30 19 I3 1.07 0.65 1.9 3.3 0.29-1.79 0.08-1.19 l.II-2.63 0.98-44 <0.001 NS <O.OI <0.05 22 0.4I 0.43 22 0.55 -0.01 to 1.14 <0.05 (Continued) Aplikasi teori ..., I Gusti Agung Dewi Purnamawati, FIK UI, 2014 ;::... "" i~ ~ ;::... r I~ ;:: Vol. 42 No. 4 October 2011 Lee and Frazier 592 ............ 10 ...... 00 1010100010 000000 v vvvvvv dd dddddd oao ............ -4c:) BB ..... .r:-- 0-.t< 0~ I I ...... Results Thirty-three articles were retrieved from CINAHL, 60 from Medline, 103 from PubMed, and none from hand searching, for a total of 196 articles initially retrieved. Eighty-eight articles were duplicates, which left 108 articles for screening. Four articles were excluded because of duplicate data.s-11 After application of the exclusion criteria, 43 studies remained for inclusion in this review (Fig. 1). Studies were categorized by the symptoms managed, which included nausea and vomiting, pain, dyspnea, and fatigue/insomnia. Fatigue and insomnia were grouped together as these investigations typically studied both simultaneously. The characteristics of these studies are summarized in Table 2. C(') ...... ct::l!'.('oto.l"""tOCC":i c:ilri~....:o.....; ..... <C .... CN,..... Quality of Studies The average risk of bias score was 3.8 for RCTs focused on nausea/vomiting, 4.8 for studies investigating pain management, 2.3 for studies of efficacy for dyspnea, and 2.5 for those studying the reduction of fatigue/ insomnia. Thus, the risk for bias of these studies was moderate to high and only two studies (5%) earned scores of 6, indicating the lowest risk of bias and highest quality RCT. Of 43 RCTs, the randomization strategy was unclear in 14 studies, 12- 25 16 studies did not use Key words: acupressure, clinical trial, human, and randomized Total 108 (1 03 from PubMed, 60 from Medline, 33 from CINAHL, 0 from band sean:bing) = = Not body acupressure (n 23) Not sole intervention (n 1) 84 articles 48 articles I I = Less tban 30 patients (n 6) Not RCI' (n 7) Less tban 5 articles for a symptom (n 21) Duplicated data (n 4) = = = Fig. 1. Flow diagram of study inclusion and exclusion. Aplikasi teori ..., I Gusti Agung Dewi Purnamawati, FIK UI, 2014 ~ ,.... Table 2 Acupressure Studies in the Review First Author (Year) Sample Acupressure Point n Tool Time per Day ~ Day ~ Measures -!>.. Nausea Norheim (2001) 18 Pregnancy 97 PC6 Sea-Band 24 hours Four days Wemtoft (2001t8 Habek (2004) 1 Heazell (2006) 32 Pregnancy Pregnancy Pregnancy 60 36 80 PC6 PC6 PC6 Wristband Acupressure Sea-Band 24 hours 30 minutes Eight hours 14 days Seven days Three days Shin (2007) 41 Pregnancy 66 PC6 Acupressure 10 minutes Four days Jamigorn (20071 33 Roscoe (2003) 3 Pregnancy Chemotherapy 60 739 PC6 PC6 Sea-Band Sea-Band 24 hours 24 hours Five days Five days Molassiotis (2007) 55 Chemotherapy 36 PC6 Sea-Band 24 hours Five days Dibble (2000) 19 Chemotherapy 160 PC6 Acupressure Nine minutes 21 days Roscoe (2009) 30 Radiation 88 PC6 Sea-Band 24 hours Five days Harmon (2000) 22 Surgery 94 PC6 Sea-Band Six hours Once Agarwal (2000) 45 Alkaissi (2002/7 Ming (2002) 2 Surgery Surgery Surgery 200 410 150 PC6 PC6 PC6, HT7 Agarwal (2002) 46 Schultz (2003) 39 Surgery Surgery 150 103 PC6 PC6 Sea-Band Sea-Band Acupressure wristband Sea-Band Sea-Band Six hours 24 hours 20 minutes, 24 hours Six hours 24 hours Once One day Once, one day Once Three days Samad (2003l9 Klein (200tJ 2 Ho (2006) Thrgut (2007) 28 Sadighha (2008) 43 Dent (2003) 27 Surgery Surgery Surgery Surgery Surgery Acute MI 50 152 110 100 156 301 PC6 PC6 PC6 PC6 PC6 PC6 Sea-Band Sea-Band Sea-Band Sea-Band Wristband Wristband Six hours 24 hours 104 minutes 24 hours 24 hours 24 hours Once One day Once One day One day One day Alkaissi (2005) 48 Motion sickness 60 PC6 Sea-Band Dysmenorrhea 58 Multipoint Acupressure pad 24 hours Three days Dysmenorrhea 216 Multipoint Acupressure Two minutes Pain Taylor (2002) 26 Pouresmail (2002) 49 VAS, nausea intensity, duration, nature of symptom VAS for nausea Incidence of nausea, vomiting, antiemetic Length of stay, amount of medication and fluid Rhodes Index of Nausea, Vomiting, and Retching, ketonuria Rhodes Index of Nausea and Vomiting Severity, frequency of nausea and vomiting, expected efficacy of the wristbands Rhodes Index of Nausea, Vomiting, and Retching Rhodes Index of Nausea, NRS, State-Trait Anxiety Inventory Likert scale for severity of nausea, number of vomiting Incidence or vomiting, VAS for nausea, antiemetic Incidence of Nausea, vomiting Seven-point scale for nausea, vomiting, pain Rhodes Index of Nausea, Vomiting, and Retching, State-Trait Anxiety Inventory Incidence of nausea, vomiting Four-point scale for nausea, incidence of vomiting, retching Incidence of nausea, vomiting, antiemetic Incidence of nausea, vomiting, antiemetic Incidence of nausea and vomiting Likert scale for nausea and vomiting Likert scale for nausea and vomiting Incidence and severity of nausea and vomiting, doses of antiemetic medication Likert-type scale for nausea ....~ l~ 1: ~ ~ r Descriptive Numeric Rating Scale of pain intensity, Dysmenorrhea Symptom Intensity and Distress Inventory VAS for pain, multidimensional scoring system for the severity of dysmenorrhea (Continued) Aplikasi teori ..., I Gusti Agung Dewi Purnamawati, FIK UI, 2014 f I~ Table 2 Continued First Author (Year) Sample n Chen (2004) 13 Dysmenorrhea 69 Chung (2003) 35 Labor 127 Lee (2004) 21 Labor 75 Hsieh (2004) 53 Hsieh (2006) 52 Back pain Back pain Lang (2007) 51 Sakurai (2003t 4 Kober (2002) 0 Radial fracture Surgery Trauma 70 53 60 Asthma COPD Dyspnea Maa (2003) 44 Wu (2004) 14 Acupressure Point Tool I~ Time per Day Day SP6 Acupressure 20 minutes Two days U4, UB67 Acupressure 20 minutes Once SP6 Acupressure 30 minutes Once Acupressure Acupressure 15 minutes 120 days 30 days GV20,LI4 Multipoint Multipoint Acupressure Sphere Acupressure Six minutes Once Three minutes Once 41 Multipoint Acupressure 2.5-10 minutes 56 days 44 Multipoint Acupressure 16 minutes 28 days 146 129 Tsay (2005) 15 COPD 52 LI4, PC6, HT7 Acupressure 12 minutes 10 days Maa (2007) 36 Bronchiectasis 35 Multipoint Acupressure 2.5-10 minutes 56 days HT7, KDll Multipoint Acupressure Acupressure Nine minutes 12 minutes 12 days 12 days ST36, K1 SP6, K13 Multipoint Ll4, SP6, ST36 HT7 Acupressure 12 minutes 12 days Acupressure Acupressure Acupressure band 15 minutes Three minutes 10 hours Three days 12 days 20 days Fatigue Tsay (2003) 2'' Tsay (2004) 16 ERSD ESRD 98 106 Cho (2004) 24 ESRD 58 Harris (2005) 37 Molassiotis (2007) 55 Nordio (2008) 17 Students Chemotherapy Insomnia 39 47 40 Measures VAS for pain and anxiety, Menstrual Distress Questionnaire, Short-form McGill Pain Questionnaire VAS for pain, external fetal monitor, time of first stage of labor VAS for labor pain, duration of labor to delivery Short-Form Pain Questionnaire Roland and Morris Disability Questionnaire, Oswestry Disability Questionnaire, quality of life VAS for pain and anxiety VAS for pain, opioid use VAS for pain, anxiety VAS for dyspnea, Borg Scale, St. George's Respiratory Questionnaire, Bronchitis Emphysema Symptom Checklist Pulmonary Functional Status, Dyspnea Questionnaire modified, 6-min walk distance Respiratory rate, heart rate, VAS for anxiety and dyspnea Daily sputum amount, 6-min walk distance, VAS for dyspnea, Saint George Respiratory Questionnaire Pittsburgh Sleep Quality Index, sleep log Piper Fatigue Scale, VAS for fatigue, Pittsburgh Sleep Quality Index Piper Fatigue Scale, Beck Depression Inventory Stanford Sleeping Scale Multidimensional Fatigue Inventory Pittsburgh Sleep Quality Index, urinary melatonin ~ ~ t ~ fl ~· ~ !"" ~ ~ 41. MI = myocardial infarction; COPD =chronic obstructive pulmonary disease; ESRD = emktage renal disease; VAS= visual analogue scale; NRS = numeric rating scale. Acupressure point: conception vessel (CV), governing vessel (GV), heart (HT), pericardium (PC), lung (LU), spleen (SP), liver (LV/LR), kidney (KD/KI), small intestine (SI), triple heater (TH/TE),large intestine (LI), stomach (ST), gallbladder (GB), and urinary bladder (UB/BL). ' ~ ~ ..... Aplikasi teori ..., I Gusti Agung Dewi Purnamawati, FIK UI, 2014 VoL 42 No. 4 October 2011 Acupressure: A Review double blinding,13' 14'16·24·26-37 and four of 27 studies that used double blinding17·38- 40 did not describe the method used. Nine studies did not report the attrition rate and reasons for attrition.l2,14,15,29,37,40-43 Another particular issue related to quality was the lack of fidelity evaluation in the 40% ( n = 17) of studies that used acupressure administered by the participants. Also, only four of these reported the len~th of time participants performed acupressure. 6·30·34•39 Fidelity to the inteiVention is an important confounding factor that may have added bias to these studies. Outcome Measures To measure the efficacy of acupressure on nausea and vomiting, outcome measures included a visual analogue scale (VAS) for nausea and vomiting; 18 the incidence and severity of nausea and vomiting; 12 hospital length of stay; dose of medication required; and the Rhodes Index of Nausea, Vomiting, and Retching. 41 To measure the efficacy of acupressure for pain, a VAS for pain35 and the Short-Form McGill Pain Questionnaire13 were primarily used. To measure the efficacy of acupressure for dyspnea, the Saint George Respiratory Questionnaire,44 six-minute walk distance, 14 a VAS for dyspnea, 44 and the Pulmonary Functional Status and Dyspnea Questionnaire14 were used to evaluate outcomes. To measure the efficacy of acupressure for fatigue and sleep, the Pittsburgh Statistical Quality Index,8 the Piper Fatigue Scale/ 6 the Stanford Sleeping Scale,37 and a VAS for fatigue 16 were used. Description of Studies Acupressure fur Nausea and Vomiting Nausea and Vomiting Associated with Pregnancy. Six RCfs examined the efficacy of acupressure at PC6 in the prevention or management of nausea and vomiting associated with pregnancy.12·18·32·33'38'41 Investigators used nausea self-report and objective measurement of emesis, total dose of antiemetic medications, and hospital length of stay as indicators of efficacy. Habek et al. 12 reported that acupressure for 30 minutes daily for seven days significantly improved nausea and vomiting compared with placebo acupressure in patients with hyperemesis gravidarum ( n = 36). In women with gestational age 8-12 weeks, investigators tested 595 four days of acupressure using Sea-Bands and compared the duration and intensity of nausea and vomiting with a control group who wore wristbands with a felt patch for the same time period. 18 These investigators found that acupressure significantly reduced the duration of nausea and vomiting early in pregnancy, but did not reduce the intensity of nausea when compared with a placebo group. Sixty-three percent of participants in the acupressure group and 90% in the placebo group experienced pain, numbness, soreness, and hand swellinA from using wristbands. Werntoft and Dykes found that acupressure using Sea-Bands daily for two weeks (removed only when showering) significantly reduced nausea in healthy pregnant women compared with both control (no antiemetic) and placebo (Sea-Bands at nonmeridian) groups (n= 60). Because prolonged nausea and vomiting produces ketonuria, Shin et al. 41 used ketonuria as an additional outcome variable. These investigators found that a four-day, daily, I 0minute acupressure treatment significantly reduced nausea, vomiting, and ketonuria in women with hyperemesis gravidarum when compared with placebo (acupressure at inappropriate location) and control groups (standard care) (n= 66). Jamigorn and Phupong33 also found that acupressure using Sea-Bands for 24 hours a day for five days reduced nausea and vomiting in 60 pregnant women compared with vitamin B6 and placebo wristbands. Only one patient reported adverse effects from the Sea-Bands. In contrast, Heazell et al. 32 found that the use of acupressure bands (Sea-Bands) for an eight-hour period did not affect the length of hospital stay, amount of antiemetic medication required, and the volume of fluid administered to patients who experienced nausea and vomiting in early pregnancy when compared with a placebo group (Sea-Bands placed in a nonmeridian location) (n= 80). Nausea and Vomiting Associated with Chemotherapy and Radiation. Four RCTs examined the effi- cacy of acupressure at PC6 for nausea and vomiting in cancer patients who were undergoing chemotherapy or radiation. 19·30·31 ·34 Roscoe et al. 34 found that acupressure using Sea-Bands continuously for five days significantly reduced nausea and vomiting on the Aplikasi teori ..., I Gusti Agung Dewi Purnamawati, FIK UI, 2014 596 Lee and Frazier first day of chemotherapy compared with the control group. which received standard care (n= 739). However, there was no significant difference on the second to fifth day of chemotherapy. In another study by Roscoe et al., 30 they found that Sea-Bands were effective in reducing nausea and vomiting associated with radiation therapy compared with standard care (n= 94). Molassiotis et al. 31 found that acupressure using Sea-Bands continuously for five days significantly reduced nausea, vomiting, and retching in patients with breast cancer receiving chemotherapy when compared with a control group receiving standard care (n= 36). However, Dibble et al. 19 found that a daily nine-minute acupressure treatment given prior to chemotherapy administration on the day of treatment initiation and continuing for 2I days did not reduce acute nausea and vomiting on the day of chemotherapy, but did decrease nausea and vomiting from Day 2 to Day II when compared with the control (standard care) and placebo groups (acupressure in inappropriate locations) (n= I60). Nausea and Vomiting Associated with Surgical Intervention. Eleven studies examined the efficacy of acupressure at PC6/HT7 for nausea and vomiting in a variety of postoperative patients.20,22,28,29,39,40,42,43,45-47 The mcyority of these investigations focused on patients following abdominal surgery, particularly obstetric and gynecological surgery or cholecystectomy. Alkaissi et al. 47 reported that acupressure using Sea-Bands for 24 hours significantly improved nausea and vomiting in patients after gynecological surgery compared with standard care (n=4IO). These investigators found that Sea-Bands were reported to be uncomfortable and were associated with red indentations, itching. headache and dizziness, pain, swelling, and blistering at the site of the acupressure button. In another investigation, six hours of acupressure significantly reduced nausea and vomiting following Caesarean section compared with placebo bands (n=94) 22 and 24 hours of acupressure significantly improved nausea and vomiting after other gynecological surgery compared with placebo bands (n= I00). 28 However, Ho et al.40 found that acupressure after Caesarean section did not reduce the incidence of nausea and vomiting when compared with a control group (placebo Vol. 42 No. 4 October 2011 wristbands) (n= 110). &hultz et al. 39 also found that acupressure with placebo drugs administered 24 hours a day for three days did not reduce nausea and vomiting in patients after gynecologic surgery compared with placebo drugs with placebo bands (n= I03). Agarwal et al. 46 found that acupressure using Sea-Bands for six hours was as effective as administration of ondansetron in improving nausea and vomiting in patients after cholecystectomy when compared with placebo wristbands (n= I50), but did not improve nausea and vomiting in patients after urological endoscopic surgery compared with placebo wristbands (n=200). 45 In addition, acupressure using Sea-Bands for six hours did not improve nausea and vomiting compared with the placebo wristbands in patients after cholecystectomy ( n = 50). 29 In contrast, Sadighha and Nurai43 reported that the use of an acupressure wristband for one day relieved nausea and vomiting in patients after laparoscopic cholecystectomy compared with placebo band and antiemetic groups ( n = I 56). Acupressure also has been studied as a management strategy following other surgical procedures. Following functional endoscopic sinus surgery, Ming et al. 20 found that one 20minute acupressure treatment or Sea-Bands for 24 hours were both effective in reducing nausea and vomiting when compared with a control group (standard care) (n= I50). Of the two acupressure strategies used with the sinus surgery patients, acupressure using fingers for 20 minutes was more effective than Sea-Bands. In contrast, Klein et al. 42 found that acupressure using Sea-Bands for 24 hours did not improve nausea and vomiting compared with the placebo wristband group in patients following cardiac surgery (n= I52). Thus, overall findings for the postoperative population are equivocal. Nausea and Vomiting Associated with Acute My~ cardial Infarction (AMI). Dent et al. 27 reported that acupressure for 24 hours using Sea-Bands at PC6 was not effective in reducing the incidence and severity of nausea and vomiting after AMI ( n = 30I). Sea-Bands were supposed to be applied when patients were admitted. However, I5% of patients did not receive these until at least two hours after admission. The investigators concluded that failure to apply Aplikasi teori ..., I Gusti Agung Dewi Purnamawati, FIK UI, 2014 VoL 42 No. 4 October 2011 Acupressure: A Review Sea-Bands during the early onset of AMI might have reduced the effect of the treatment. Nausea and Vomiting Associated with Motion Sickness. Al.kaissi et al. 48 studied women with a his- tory of motion sickness and reported that acupressure using Sea-Bands at PC6 was not effective in reducing nausea related to motion sickness compared with the placebo group (n=60). The intervention group received acupressure using Sea-Bands, but the time of application and the length of treatment were not described. The placebo group wore SeaBands in an inappropriate location, also for an unknown period of time, and the control group received no therapy. Rotation chairs with 60° /s speed were used to induce motion sickness. When participants reported moderate nausea, rotation chairs were stopped. Nausea was measured immediately and 30 minutes later using a seven-point Likert scale and motion sickness was not improved by acupressure in this experiment. Acupressure fur Pain Dysmenorrhea. Three studies examined the efficacy of acupressure for menstrual pain. 13•26•49 Chen and Chen 13 studied adolescents with menstrual pain ( n = 69) and found that 20 minutes of acupressure at SP6 on the first day of menstruation was effective in reducing dysmenorrhea compared with a control group that received a rest period in the school health center. Taylor et al. 26 used specialized panties that administered acupressure to multiple points (CV2, CV4, SP12, SP13, ST30, KDll, KD13, UB23, UB25, UB27, UB28, and GV4) continuously. These panties were worn for the first three menstrual days and were found to be effective in reducing dysmenorrhea and the number of doses of pain medication daily compared with a control group that received usual care ( n = 58). Concurrently, Pouresmail and lbrahimzadeh49 reported that acupressure was effective in the treatment of dysmenorrhea in high-school students when compared with a placebo group that received sham acupressure (n= 216). acupressure at U4 and UB67 for 20 minutes during the first stage of labor was effective in reducing pain when compared with a placebo group that received effleurage, a light stroking at both upper outer arms, and a control group that received usual care ( n = 127). In a similar study, Lee et al. 21 found that acupressure at SP6 for 30 minutes significantly reduced pain and decreased labor time required for cervical dilation from 3 em to delivery when compared with a placebo group that received only touch at SP6 ( n = 75). Two RCTs examined the efficacy of acupressure for pain related to trauma. 50•51 Kober et al. 50 reported that acupressure at U4, PC6, PC9, BL60, and GV2 for three minutes in patients being transported by ambulance following minor trauma reduced pain, anxiety, and heart rate compared with control (standard care) and sham acupressure groups (n=60). In a similar study, Lang et al. 51 found that in patients with a radial fracture, six minutes of acupressure administered once at GV20 and LI4 during ambulance transport to the hospital significantly reduced pain and anxiety when compared with a placebo group that received acupressure at an inappropriate location (n= 70). Pain &lated to Trauma. Muscular System. Two RCTs examined the efficacy of acupressure for muscular pain.52•53 Hsieh et al. 53 found that acupressure treatment six times over a one-month period was significantly more effective in reducing chronic low back pain compared with a comparison group that was treated with physical therapy ( n = 146). The efficacy of the acupressure treatments persisted for six months and pain scores remained significantly lower than the physical therapy group. In a subsequent study, Hsieh et al. 52 used the same protocol and found that acupressure significantly reduced chronic low back pain when compared with a placebo acupressure group (n= 129). Unfortunately, these two reports provided inadequate details about the acupressure treatment, which precludes replication of the studies. Sakurai et al.54 compared acupressure with a control condition (standard care) after open abdominal surgery. All patients received intravenous morphine Pain &lated to Surgery. Labur Pain. Two RCTs tested the efficacy of acupressure for the reduction of labor pain. 21 •35 Chung et al. 35 found that 597 Aplikasi teori ..., I Gusti Agung Dewi Purnamawati, FIK UI, 2014 Lee and Frazier 598 via patient-controlled analgesia. These investigators found that acupressure at PC6, ST36, SP4, and SP6 did not reduce pain scores or total dose of analgesics required when compared with the control group (n=53). Acupressure for Dyspnea The authors of four investigations reported that acu}.!ressure was effective in reducing dyspnea. 4 •15•36•44 Dyspnea is the sensation of difficulty breathing or shortness of breath, which may be acute or chronic. Dyspnea is often accompanied by other symptoms, such as anxiety and depression, and signs such as tachypnea and reduced functional ability. 10•14 Dyspnea is the most common and most debilitating symptom found in chronic lung disease. Thus, studies primarily included patients with some form of chronic lung disease. Wu et al. 14 found that four weeks of a daily 16-minute acupressure treatment at GV14, CV22, UB13, UB23, and LUIO was effective in improving pulmonary function, oxygen saturation, six-minute walk distance, dyspnea, and state-anxiety when compared with a placebo group that received acupressure at an inappropriate location in patients with chronic obstructive pulmonary disease (COPD) ( n = 44). In another study of patients with COPD, Tsay et al. 15 found that 12 minutes of daily acupressure for 10 days at U4, PC6, and HT7 improved dyspnea, anxiety, blood pressure, heart rate, and respiratory rate when compared with a placebo group that received handholding and massage. Two studies by Maa et al. 36•44 found that 2.5-10 minutes of daily acupressure for an eight-week period at LUI, LU5, LUIO, and ST36, ST40 and standard care significantly improved dyspnea and respiratory health-related quality of life in patients with bronchiectasis and astllma when compared with a standard care group (medication and chest physiotherapy). Acupressure for Insomnia and Fatigue Six RCTs were performed to determine the efficacy of acupressure on the reduction of fati~e and improvement ofsleep in adults. 8 •16•17•24•3 •55 Authors of all six studies concluded that acupressure was effective in improving fatigue and reducing insomnia. The symptom of fatigue is Vol. 42 No. 4 October 2011 often associated with poorer sleep quality, so the efficacy of acupressure for fatigue and sleep was investigated both separately and simultaneously in these studies. . Tsay and Chen8 found that the application of nine minutes of acupressure at HT7 and K.Dll, three times a week for four weeks, improved sleep quality in patients with endstage renal disease when compared with standard care (n=98). However, there was no statistical difference between the acupressure treatment and placebo (acupressure at nonacupressure points) groups. Melatonin and its circadian rhythm have been postulated to have an important role in sleep. In a subsequent study of acupressure and sleep, Nordio and Romanelli17 studied the efficacy of acupressure on sleep and melatonin changes. These investigators found that the use of an acupressure band at HT7 for 10 hours daily for 20 days significantly improved sleep and melatonin biorhythm compared with a placebo group (wristband in different meridian) (n=40). Other investigators studied the use of acupressure to reduce fatigue and increase alertness. Harris et al. 37 investigated the efficacy of two sequences of acupressure treatment administered daily for three days using a crossover design to support relaxation or stimulation in healthy young adults. These investigators found that stimulation acupressure at U4, ST36, K.Dl, and UBIO significantly decreased fatigue and improved alertness when compared with placebo acupressure (n= 39). Harris et al. 37 reported that acupressure was also associated with adverse effects such as muscle cramps, muscle aches, headaches, and fatigue when used with healthy college students. Other investigators studied the efficacy of acupressure in patients with a chronic disease. Molassiotis et al. 55 reported that acupressure for 20 minutes, six times per week for two weeks, reduced fatigue in cancer patients when compared with a sham acupressure group (n=47). Because fatigue and insomnia are often accompanied by depressive symptoms, Tsay16 included depressive symptoms as an outcome and found that the application of 12 minutes of acupressure at SP6, GB34, ST36, and KD 1 three times a week for four weeks significantly reduced fatigue and depression, and improved Aplikasi teori ..., I Gusti Agung Dewi Purnamawati, FIK UI, 2014 Vol. 42 No. 4 October 2011 Acupressure: A Review sleep quality in patients with end-stage renal disease when compared with standard care (n= 106). Discussiun Forty-three studies examined the efficacy of acupressure for symptom management. A majority of these investigators (84%) concluded that acupressure was effective for symptom management in adults with a variety of disorders and conditions. Unfortunately, the quality ratings using the Cochrane bias instrument did not find that these trials were of sufficient rigor to provide adequate evidence for efficacy of acupressure. Most of these investigators reported that acupressure did not have adverse effects. 56 However, in two studies, acupressure was associated with headache and dizziness, and skin reactions. 33·37 Symptom management strategies include pharmacological therapy, nutritional therapy,57 exercise,58 cognitive behavioral therapy, relaxation, complementary and alternative therapies, 59 meditation, 60 music therapy, and guided imagery. 61 There are currently few studies that compare the efficacy of acupressure with other symptom management strategies. Thus, there is a dearth of evidence to support the use of acupressure over other management strategies or as an adjunct to other strategies. The daily dose of acupressure in this review varied from 2.5 minutes to 24 hours. The total intervention time for acupressure varied from 20 minutes to 56 days. The numbers of acupressure points varied from one to 12. There were no studies that compared equivalent doses of acupressure. Thus, well-designed, rigorous studies are needed to compare equivalent daily doses, intervention times, and number of acupressure points. It is vital that investigators include appropriate measures of outcome for acupressure trials. Nearly one-fourth of the reviewed studies included both subjective measures of symptoms and objective markers of symptom improvement. These included physiological measures such as urinalysis for ketonuria, and clinical indicators, such as total daily dose of medication for symptom management. Although symptoms are an individual experience, and 599 as such, self-report is the gold standard measure,62 the addition of these types of objective indicators provides additional evidence for efficacy and utility. Acupressure may be administered using several techniques. Only two of the studies reviewed compared different methods of administration of acupressure. 20•34 Ming et al. 20 reported that manual acupressure and SeaBands were equally effective for management of nausea. Other studies used techniques as varied as traditional finger pressure and specialized panties that applied pressure to multiple acupressure sites. Thus, different administration strategies, in addition to variation in the meridians treated, makes comparisons across studies impossible. Consistency in techniques and acupressure sites under study would facilitate comparison of results and provide more rigorous examination of the efficacy of acupressure for symptom management. In addition to consistency, patient-provider interaction during acupressure therapy may confound outcomes. Most of these studies did not describe patient-practitioner interaction. Only one study by Ming et al.20 reported that practitioners stayed with patients in the control group for 20 minutes. The lack of information about the practitioner-patient interaction in both intervention and control groups could introduce a serious confounding variable that has not been considered in these studies. Patient and health care provider attitudes toward acupressure may be a factor related to its efficacy and use. Roscoe et al. 34 found that patients who expected acupressure to be effective demonstrated more positive effects than those who thought that acupressure was unlikely to be effective. However, Rosenberg et al. 63 found that although more than half of their chronic pain patients used some form of complementary or alternative therapy in addition to their traditional treatment, when given the choice between traditional treatment and alternative therapy, the traditional treatment strategy was preferred. Other factors such as the degree of individual perceived control and level of depression also might influence the use of acupressure and require investigation. The effective use of both traditional and complementary and alternative therapies is an Aplikasi teori ..., I Gusti Agung Dewi Purnamawati, FIK UI, 2014 600 Lee and Frazil!r attractive strategy for symptom management. A variety of patient populations, including those with chronic diseases and those requiring palliative care, could benefit from a noninvasive, easily performed intervention with few adverse effects. Unfortunately, there are considerable knowledge deficits about acupressure, in spite of a generally positive attitude about its inclusion in a plan of care.64 Because of this, curriculum development and continuing education focused on the inclusion of alternative and complementary strategies is clearly needed should rigorous RCfs demonstrate the efficacy of acupressure for symptom management. Limitations Statistical techniques such as meta-analysis for definitive evidence of efficacy were not possible because of the wide variability in participants and the interventions, including fundamental differences in treatment site, treattnent frequency, treattnent length and number of days of treattnent, and the method of application of acupressure. The limitations of this review also include the exclusion criteria, such as sample size, publication years, and language. Excluded studies might have been well designed, but the lack of well-designed studies in those included suggests that this would not be the case and studies performed prior to 2000 could have offered more rigorous evidence of efficacy. There is always the possibility that some appropriate studies were missed with our search strategy. However, multiple key words were used and reference lists were hand searched to ensure that all studies that met criteria were included. Conclusion Acupressure is commonly used in some cultures and countries to manage symptoms. This technique is noninvasive and may prove to be a useful adjunct in the care of a wide variety of individuals with symptoms. Our review of clinical trials from the past decade did not provide rigorous support for the efficacy of acupressure for symptom management. Well-designed, randomized controlled studies are needed to determine the utility Vol. 42 No. 4 October 2011 and efficacy of acupressure to manage a variety of symptoms in a number of patient populations. Disclosures and Acknowledgments This work was supported in part by a grant to the University of Kentucky, College of Nursing from the National Institutes of Health's National Institute of Nursing Research (IP20NR010679). The content is solely the responsibility of the authors and does not necessarily represent the official views of the National Institute of Nursing Research or the National Institutes of Health. The authors declare no conflicts of interest. 1. Leonard R, Kourlas H. Too much of a good thing? Treating the emerging syndrome of opioidinduced hyperalgesia. j Phann Pract 2008;21: 165-168. 2. Shapiro AP, Teasell RW. Behavioural interventions in the rehabilitation of acute v. chronic nonorganic (conversion/factitious) motor disorders. Br j Psychiatry 2004;185:140-146. 3. American Pain Society. Pain hurts-individuals, significant others, and society. APS Bull 2006;16. Available from http:/ /www.ampainsoc.org/pub/ bulletin/win06/presl.htm. Accessed October 10, 2009. 4. jones E, Isom S, Kemper Iq, McLean TW. Acupressure for chemotherapy-associated nausea and vomiting in children. J Soc lntegr Oncol 2008;6: 141-145. 5. National Cancer Institute. Acupuncture. 2007. Available from http:/ /www.cancer.gov/cancertopics/ pdq/cam/acupuncture/HealthProfessional. Accessed December 18, 2008. 6. Moher D, Schulz KF, Altman DG. The CONSORT statement: revised recommendations for improving the quality of reports of parallel-group randomized trials. JAm Podiatr Med Assoc 2001; 91:437-442. 7. Durham University. Effect size calculator. 2010. Available from http:/ /www.pipsproject.org/Render PagePrint.asp?linkiD=30325017. Accessed October 6, 2010. 8. Tsay S, Chen M. Acupressure and quality of sleep in patients with end-stage renal disease-a randomized controlled trial. Int J Nurs Stud 2003; 40:1-7. Aplikasi teori ..., I Gusti Agung Dewi Purnamawati, FIK UI, 2014 Vol. 42 No. 4 October 2011 Acupressure: A Review 9. Tsay S, Cho Y, Chen M. Acupressure and transcutaneous electrical acupoint stimulation in improving fatigue, sleep quality and depression in hemodialysis patients. Am J Chin Med 2004;32: 407-416. 10. Wu H, Lin L, Wu S, Lin J. The psychological consequences of chronic dyspnea in chronic pulmonary obstruction disease: the effects of acupressure on depression. J Altern Complement Med 2007;13: 253-261. 11. Roscoe JA, Jean-Pierre Exploratory analysis of the sure bands when severe nausea is expected. J Soc 16-20. P, Morrow GR, et al. usefulness of acupreschemotherapy-related Integr Oncol 2006;4: 12. Habek D, Barbir A, Habek JC, janculiak D, Bobic-Vukovic M. Success of acupuncture and acupressure of the Pc 6 acupoint in the treatment of hyperemesis gravidarum. Forsch .Komplementarmed Klass Naturheilkd 2004;11:20-23. 13. Chen HM, Chen CH. Effects of acupressure at the Sanyirniao point on primary dysmenorrhea. J Adv Nurs 2004;48:38Q-387. 14. Wu H, Wu S, Lin J, Lin L. Effectiveness of acupressure in improving dyspnoea in chronic obstructive pulmonary disease. J Adv Nurs 2004;45: 252-259. 15. Tsay S, Wangj, LinK, Chung U. Effects of acupressure therapy for patients having prolonged mechanical ventilation support. J Adv Nurs 2005;52: 142-150. 16. Tsay S. Acupressure and fatigue in patients with end-stage renal disease: a randomized controlled trial. Intj Nurs Stud 2004;41:99-106. 17. Nordio M, Romanelli F. Efficacy of wrists overnight compression (HT 7 point) on insomniacs: possible role of melatonin? Minerva Med 2008;99: 539-547. 18. Norheim 1\J, Pedersen Ej, Fonnebo V. Berge L. Acupressure treatment of morning sickness in pregnancy: a randomized, double-blind, placebocontrolled study. Scand j Prim Health Care 2001; 19:43-47. 19. Dibble SL, Chapman], Mack KA, Shih A Acupressure for nausea: results of a pilot study. Oncol Nurs Forum 2000;27:41-47. 20. Ming JL, Kuo BI, Lin JG, Lin LC. The efficacy of acupressure to prevent nausea and vomiting in post-operative patients. J Adv Nurs 2002;39: 343-351. 21. Lee MK, Chang SB, .Kang D. Effects of SP6 acupressure on labor pain and length of delivery time in women during labor. J Altern Complement Med 2004;10:959-965. 22. Harmon D, Ryan M, Kelly A, Bowen M. Acupressure and prevention of nausea and vomiting during and after spinal anaesthesia for caesarean section. Br J Anaesth 2000;84:463-467. 601 23. Shin B, Lee MS. Effects of aromatherapy acupressure on hemiplegic shoulder pain and motor power in stroke patients: a pilot study. J Altern Complement Med 2007;13:247-251. 24. Cho YC, Tsay SL. The effect of acupressure with massage on fatigue and depression in patients with end-stage renal disease. J Nurs Res 2004;12: 51-59. 25. Tsay S, Rongj, Lin P. Acupoints massage in improving the quality of sleep and quality of life in patients with end-stage renal disease. J Adv Nurs 2003; 42:134-142. 26. Taylor D, Miaskowski C, .Kohnj. A randomized clinical trial of the effectiveness of an acupressure device (relief brief) for managing symptoms of dysmenorrhea. J Altern Complement Med 2002;8: 357-370. 27. Dent HE, DewhurstNG, MillsSY, WdloughbyM. Continuous PC6 wristband acupressure for relief of nausea and vomiting associated with acute myocardial infarction: a partially randomised, placebocontrolled trial. Complement Ther Med 2003;11: 72-77. 28. Turgut S, Ozalp G, Dikmen S, et al. Acupressure for postoperative nausea and vomiting in gynaecological patients receiving patient-controlled analgesia. Eur j Anaesthesiol 2007;24:87-91. 29. Samad K, Afshan G, Kamal R Effect of acupressure on postoperative nausea and vomiting in laparoscopic cholecystectomy. J Pak Med Assoc 2003;53: 68-72. 30. Roscoe JA, Bushunow P,Jean-Pierre P, et al. Acupressure bands are effective in reducing radiation therapy-related nausea. J Pain Symptom Manage 2009;38:381-389. 31. Molassiotis A, Helin AM, Dabbour R, Hummerston S. The effects of P6 acupressure in the prophylaxis of chemotherapy-related nausea and vomiting in breast cancer patients. Complement Ther Med 2007;15:3-12. 32. Heazell A, Thorneycroft J, Walton V. Etherington I. Acupressure for the in-patient treatment of nausea and vomiting in early pregnancy: a randomized control trial. Am J Obstet Gynecol 2006;194:815-820. 33. jamigorn M, Phupong V. Acupressure and vitamin B6 to relieve nausea and vomiting in pregnancy: a randomized study. Arch Gynecol Obstet 2007;276:245-249. 34. Roscoe JA, Morrow GR, Hickok JT, et al. The efficacy of acupressure and acustimulation wrist bands for the relief of chemotherapy-induced nausea and vomiting. A University of Rochester Cancer Center Community Clinical Oncology Program multicenter study. J Pain Symptom Manage 2003; 26:731-742. 35. Chung UL, Hung LC, Kuo SC, Huang CL. Effects of U4 and BL 67 acupressure on labor Aplikasi teori ..., I Gusti Agung Dewi Purnamawati, FIK UI, 2014 602 Lee and Frazier Vol. 42 No. 4 October 2011 pain and uterine contractions in the first stage of labor. J Nurs Res 2003;11:251-260. motion stimulation in women at high risk for PONV. CanJ Anaesth 2005;52:703-709. 36. Maa SH, Tsou TS, Wang KY, et al. Selfadministered acupressure reduces the symptoms that limit daily activities in bronchiectasis patients: pilot study findings. J Clio Nurs 2007;16: 794-804. 49. Pouresmail Z, lbrahimzadeh R Effects of acupressure and ibuprofen on the severity of primary dysmenorrhea. J Tradit Chin Med 2002;22: 205-210. 37. Harris RE, Jeter J, Chan P, et al. Using acupressure to modifY alertness in the classroom: a single-blinded, randomized, cross-over trial. J Altern Complement Med 2005;11:673-679. 38. Werntoft E, Dykes A Effect of acupressure on nausea and vomiting during pregnancy: a randomized, placebo-controlled pilot study. J Reprod Med 2001;46:835-839. 39. Schultz AA, Andrews AL, Goran SF, Mathew T, Sturdevant N. Comparison of acupressure bands and droperidol for reducing post-operative nausea and vomiting in gynecologic surgery patients. Appl Nurs Res 2003;16:256-265. 40. Ho CM, Tsai HJ, Chan KH, Tsai SK P6 acupressure does not prevent emesis during spinal anesthesia for cesarean delivery. Anesth Analg 2006;102: 900-903. 41. Shin HS, Song YA, Seo A Effect of Nei-Guan point (P 6) acupressure on ketonuria levels, nausea and vomiting in hyperemesis gravidarum. J Adv Nurs 2007;59:510-519. 42. Klein AA, Djaiani G, Karski J, et al. Acupressure wristbands for the prevention of postoperative nausea and vomiting in adults undergoing cardiac surgery. J Cardiothorac Vase Anesth 2004;18: 68-71. 43. Sadighha A, Nurai N. Acupressure wristbands versus metoclopramide for the prevention of postoperative nausea and vomiting. Ann Saudi Med 2008;28:287-291. 44. Maa SH, Sun MF, Hsu KH, et al. Effect of acupuncture or acupressure on quality of life of patients with chronic obstructive asthma: a pilot study. J Altern Complement Med 2003;9: 659-670. 45. Agarwal A, Pathak A, Gaur A Acupressure wristbands do not prevent postoperative nausea and vomiting after urological endoscopic surgery. Can J Anaesth 2000;47:319-324. 46. Agarwal A, Bose N, Gaur A, et al. Acupressure and ondansetron for postoperative nausea and vomiting after laparoscopic cholecystectomy. Can J Anaesth 2002;49:554-560. 47. Alkaissi A, Evertsson K, Johnsson VA, Ofenbartl L, Kalman S. P6 acupressure may relieve nausea and vomiting after gynecological surgery: an effectiveness study in 410 women. Can J Anaesth 2002;49:1 034-1039. 48. Alkaissi A, Ledin T, Odkvist LM, Kalman S. P6 acupressure increases tolerance to nauseogenic 50. Kober A, Scheck T, Greber M, et al. Prehospital analgesia with acupressure in victims of minor trauma: a prospective, randomized, double-blinded trial. Anesth Analg 2002;95:723-727. 51. Lang T, Hager H, Funovits V. Prehospital analgesia with acupressure at the Baihui and Hegu points in patients with radial fractures: a prospective, randomized, double-blind trial. Am J Emerg Med 2007;25:887-893. 52. Hsieh LL, Kuo C, Lee LH, et al. Treatment of low back pain by acupressure and physical therapy: randomised controlled trial. Br Med J 2006;332: 696-698. 53. Hsieh LL, Kuo CH, Yen MF, Chen TH. A randomized controlled clinical trial for low back pain treated by acupressure and physical therapy. Prev Med 2004;39:169-176. 54. Sakurai M, Suleman MI, Morioka N, Akca 0, Sessler Dl. Minute sphere acupressure does not reduce postoperative pain or morphine consumption. Anesth Analg 2003;96:493-497. 55. Molassiotis A, Sylt P, Diggins H. The management of cancer-related fatigue after chemotherapy with acupuncture and acupressure: a randomised controlled trial. Complement Ther Med 2007;15: 228-237. 56. Lee A, Fan LT. Stimulation of the wrist acupuncture point P6 for preventing postoperative nausea and vomiting. Cochrane Database Syst Rev 2009;2: CD003281. 57. Barford KL, D'Olimpio JT. Symptom management in geriatric oncology: practical treatment considerations and current challenges. Curr Treat Options Oncol 2008;9:204-214. 58. Kromer TO, Tautenhahn UG, de Bie RA, Staal JB, Bastiaenen CH. Effects of physiotherapy in patients with shoulder impingement syndrome: a systematic review of the literature. J Rehabil Med 2009;41 :870-880. 59. Hassett AL, Gevirtz RN. Nonpharmacologic treatment for fibromyalgia: patient education, cognitive-behavioral therapy, relaxation techniques, and complementary and alternative medicine. Rheum Dis Clio North Am 2009;35: 393-407. 60. Mansky PJ, Wallerstedt DB. Complementary medicine in palliative care and cancer symptom management. Cancer J 2006;12:425-431. 61. Carlson LE, Bultz BD. Mind-body interventions in oncology. Curr Treat Options Oncol 2008;9: 127-134. Aplikasi teori ..., I Gusti Agung Dewi Purnamawati, FIK UI, 2014 Vol. 42 No. 4 October 2011 Acupressurr!: A Review 62. Dodd M,janson S, Facione N, et al. Advancing the science of symptom management. J Adv Nurs 2001;33:668-676. 63. Rosenberg EI, Genao I, Chen I, et al. Complementary and alternative medicine use by primary 603 care patients with chronic pain. Pain Med 2008;9: 1065-1072. 64. Mansj, Zhi L, Revilleza ~. et al. Structure and function of murine cytomegalovirus MHC.I-like molecules: how the virus turned the host defense to its advantage. Immunol Res 2009;43:264-279. I f. t ,i Aplikasi teori ..., I Gusti Agung Dewi Purnamawati, FIK UI, 2014 This material is protected by U.S. copyright law. Unauthorized reproduction is prohibited. To purchase quantity reprints, please e-mail [email protected] or to request permission to reproduce multiple copies, please e-mail [email protected]. Acupressure for Chemotherapy-Induced Nausea and Vomiting: A Randomized Clinical Trial Suzanne L. Dibble, DNSc, RN, Judy Luce, MD, Bruce A. Cooper, PhD, Jill Israel, RN, Misha Cohen, LAc, OMD, Brenda Nussey, BA, and Hope Rugo, MD Parposa/Oblectlves: To compare differences in chemotherapyinduced nausea and vomiting (CINV) among three groups of women (acupressure, placebo acupressure, and usual care) undergoing chemotherapy for breast cancer. Design: A multicenter, longitudinal, randomized clinical trial throughout one cycle of chemotherapy. SetUng: Ten community clinical oncology programs associated with the University of Texas M.D. Anderson cancer Center and nine independent sites located throughout the United States. Sample: 160 women who were beginning their second or third cycle of chemotherapy for breast cancer treatment and had moderate nausea intensity scores with their previous cycles. Melllods: Subjects were randomized to one of three groups: acupressure to P6 point (active), acupressure to SIS point (placebo), or usual care only. Subjects in the acupressure group were taught to apply an acupressure wriSt device by research assistants who were unaware of the active acupressure point All subjects completed a daily log for 21 days containing measures of nausea and vomiting and recording methodS (including antiemetics and acupressure) used to control these symptoms. Main Research Yarlablas: Acute and delayed nausea and vomiting. RBSUIIs: No significant differences existed in the demographic, disease, or treatment variables among the treatment groups. No significant differences were found in acute nausea or emesis by treatment group. With delayed nausea and vomiting, the acupressure group had a statistically significant reduction in the amount of vomiting and the intensity of nausea over time when compared with the placebo and usual-care groups. No significant differences were found between the placebo and usual-care groups in delayed nausea or vomiting. Conclasla: Acupressure at the P6 point is a value-added technique in addition to pharmaceutical management for women undergoing treatment for breast cancer to reduce the amount and intensity of delayed CINV. lmpllcallons for Nursing: Acupressure is a safe and effective tool for managing delayed CINV and should be offered to women undergoing chemotherapy for breast cancer. ,... Nausea, especially delayed nausea, continues to be a problem for many women undergoing chemotherapy for breast cancer. ,... The amount and intensity of nausea are greater among youngerwomen. ,... A numeric rating scale is an appropriate daily measure of delayed nausea. gies (Carr et al., 1985; Dibble, Casey, Nussey, Israel, & Luce, 2004; Dibble, Israel, Nussey, Casey, & Luce, 2003; Rhodes & McDaniel, 1997). Small studies of acupressure (Dibble, Chapman, Mack, & Shih, 2000; Dundee & Yang, 1990; Stannard, 1989) have suggested that pressure on the nei guan (P6) points may be an effective method to reduce CINV in women undergoing chemotherapy. Some of the studies were cited in a recent Cochrane review (Ezzo et al., 2006) that supported the use of acupressure at P6 for nausea control. Suzanne L. Dibble, DNSc, RN, is professor emerita at the Institute for Health and Aging in the School of Nursing at the University of CalifomiD, San Francisco ( UCSF), and president ofDibble Consulting Corporation in San Mateo, CA; Judy Luce, MD, is a professor in the Division of Hematology/Oncology in the School of Medicine at San Francisco General Hospital Medical Center; Bruce A. Cooper, PhD, is a senior statistician in the Office ofResearch and an associate adjunct professor in Community Health Systems at UCSF; Jill Israel, RN, is a research nurse in the Department of Pulmonary and Critical Care at San Francisco General Hospital Medical Center; Misha Cohen, LAc, OMD, is an assistant researcher in Integrative Medicine at the Institute for Health and Aging in the School ofNursing at UCSF, the research/education chair at the Quan Yin Healing Arts Center in San Francisco, and the clinic director of Chicken Soup Chinese Medicine in San Francisco; Brenda Nussey, BA, is a programmer/analyst at the Institute for Health and Aging in the School of Nursing at UCSF; and Hope Rugo, MD, is a professor in the Division of Hematology and Oncology in the Department of Medicine at UCSF. This study was funded by the National Cancer Institute (ROJ-84014) and the Community Clinical Oncology Program (UlO CA 045809-15). (Submitted July 2006. Accepted for publication March 4, 2007.) I n 2007, an estimated 178,480 women in the United States are expected to be diagnosed with breast cancer (American Cancer Society, 2007). Many women are treated with moderate to highly emetogenic chemotherapy, including doxorubicin and cyclophosphamide with or without 5-ftuorouracil. Despite recent pharmaceutical advances in the prevention and treatment of chemotherapy-induced nausea and vomiting (CINV}, many patients continue to experience significant delayed nausea and some vomiting. Nausea and vomiting have been identified as contributing to patients' reluctance to begin chemotherapy and may result in the discontinuation of potentially effective treatment strate- Digital Object Identifier: 10.1188/07.0NF.81~0 ONCOLOGY NURSING FORUM- VOL 34, NO 4, 2007 813 Aplikasi teori ..., I Gusti Agung Dewi Purnamawati, FIK UI, 2014 Acupressure is noninvasive pressure applied by the thumbs, fingers, and hands on the surface of the skin at key points (active acupressure). The mechanism of acupressure is based on a theory that is very different from Western medicine (Craze & Fou, 1998). Traditional Chinese medicine, developed thousands of years ago, and recorded acupuncture texts written more than 2,500 years ago are based on the belief that the body has a system of meridians through which energy (Qz) flows (Cohen & Doner, 1996). Symptoms such as nausea are a result of deficiency of Qi, stagnation (excess) of Qi, or disharmony of the Qi of the spleen and stomach. The goal of Chinese medicine is to restore the body to a state of energy balance. Acupressure is one technique that has been used to achieve that goal (Gottlieb, 1995). Acupressure devices (i.e., wrist bands, travel bands, acupressure bands) have been developed to provide passive acupressure on P6. Acupressure can be administered by healthcare providers, family members, or patients themselves (Gottlieb; Porkert & Ullman, 1988) and does not involve puncture of the skin. Because CINV continues to be problematic for women undergoing chemotherapy and no large trials have been performed to determine the utility of digital acupressure therapy in women being treated for breast cancer, the specific aim of the present randomized clinical trial was to compare the effects of acupressure on the CINV experience among three groups of women undergoing moderate to highly emetogenic chemotherapy for breast cancer. The groups were defined as those receiving (a) active acupressure via digital pressure on the nei guan points {P6), (b) placebo acupressure via digital pressure on the hou xi points (SI3), and (c) usual care only. The differences in anxiety and functional status among group participants also were measured. Methods The design for the current study was a multicenter, longitudinal randomized clinical trial throughout one cycle of chemotherapy. The settings included 10 community clinical oncology programs associated with the University of Texas M.D. Anderson Cancer Center in Houston, TX, and nine independent sites located throughout the United States. The inclusion criteria were women who were receiving cyclophosphamide with or without 5-fluorouracil, doxorubicin with paclitaxel or docetaxel, or 5-ftuorouracil, epirubicin, and cyclophosphamide for the treatment of breast cancer; had a nausea intensity score with previous chemotherapy of at least 3 (moderate) on the Morrow Assessment of Nausea and Emesis measuring the worst nausea; were beginning their second or third cycle of chemotherapy; had the ability to communicate (verbally and in writing) in English; and were willing to participate in the study. Figure 1 details the induction and randomization schema. Instruments A patient information questionnaire was used to collect demographic information upon entry into the study, including age, gender, marital status, ethnicity, employment status, income, and nausea history. A disease and treatment questionnaire was used to record information from the medical record, including diagnostic information, treatment regimen, chemotherapy dosages, and antiemetics ordered for use at home and in the chemotherapy site. A daily log consisted of the three-item nausea experience subscale of the Rhodes Index of Nausea (RIN) and the one item from the vomiting subscale from Rhodes Index of Nausea, Vomiting, and Retching. The scale has established reliability and validity (Rhodes & McDaniel, 1997; Rhodes, Watson, & Johnson, 1984; Rhodes, Watson, Johnson, Madsen, & Beck, 1987). Items from the subscales were summed, and subscale scores could range from 0-12, with a higher number reflecting a more severe nausea experience. In addition, nausea intensity was rated using a descriptive, numeric rating scale (NRS) ranging from 0 (no nausea) to 10 (worst nausea imaginable). Participants also were asked to rate their activities (functional status) over the previous 24 hours using a descriptive NRS ranging from 0 (none) to 10 (all). 96 refused (60 not interested, 15 too busy, 15 too sick, 6 already seeing an acupuncturist) Usual care only group=54 51 completed 513 (placebo) group=53 P6 group=53 3 withdrew 47 completed 6 withdrew 49 completed 4 withdrew Figure 1. Randomization Schema ONCOLOGY NURSING FORUM- VOL 34, NO 4, 2007 814 Aplikasi teori ..., I Gusti Agung Dewi Purnamawati, FIK UI, 2014 Self-ratings were done on a daily basis, prior to bedtime. The correlations between the three-item RIN and the single-item NRS were from 0.85-0.95 for every measurement. The reliability of the RIN was 0.92 for the sample. The daily log also provided a place for each person to record any interventions used for nausea and vomiting control, as well as how often acupressure was used to control nausea (for women in the acupressure groups). The State-'Ii-ait Anxiety Inventory of the State Anxiety Scale developed by Spielberger (1983) is a widely used anxiety scale in the United States (Naughton, Shumaker, Anderson, & Czaijkowski, 1996). The State Anxiety Scale contains 20 items scored on four-point scales measuring apprehension, tension, and nervousness according to how the responder feels at a particular moment in time. State anxiety is defined as an individual's transitory emotional responses to a stressful situation such as the administration of chemotherapy. To score the instrument, the responses are summed. Higher scores indicate more state anxiety (Spielberger). Estimates of the alpha coefficient of internal consistency have ranged from 0.86-0.92 (Spielberger). The validity evidence for the State Anxiety Scale is quite strong and shows discrimination in severity levels (Naughton et al.). The reliability was 0.95 in the current study's sample. Acupressure Intervention The acupressure treatment for nausea consisted of applying digital pressure to one of the nei guan points (P6) located on both forearms (see Figure 2) using the thumb of the opposite hand. If the woman desired, ink marks were applied to her arms to make the P6 points easier to locate. The points are held with a depth of pressure described by the recipient as comfortable for a maximum of three minutes (Gach, 1990). Nausea can make the acupressure point at P6 tender to the touch. When the point is no longer tender, the treatment is complete (i.e., the point has been released). Sometimes a muscle twitch, a rhythmic throb, a spontaneous yawn, or deep sigh accompanies the release. H the release happens prior to the three-minute mark, the participant may move on to the other point or continue what she was doing prior to experiencing nausea. Participants were instructed to find a quiet place each morning to perform the acupressure treatment to both P6 points sequentially as either treatment or practice. During the Study point P6 Placebo point 813 Figure 2. Acupressure Points Used In This Study Note. Illustrations courtesy of Acuxo. Reprinted with permission. day, participants in the acupressure groups were encouraged to use digital acupressure to one of the points whenever nausea occurred regardless of where they were. Each acupressure session should take approximately six minutes in the morning and three minutes each during the rest of the day, depending on the intensity of the nausea. Participants in the placebo group received the same instruction. An active placebo point was chosen because the researchers were concerned that the teaching and experience of acupressure would not be similar with a sham (nonactive) point. The hou xi point (S13, a point on the ulnar side of the hand), was chosen because activation of that hand point would not affect nausea treatment and the point is close, but not too close, to the active P6 point. Procedures Each institution that participated in the study received approval for the protocol from its institutional review board. Potential participants were approached about the study by research assistants, their nurses, or their physicians. Each of the research assistants and nurses acting as research assistants received at least two hours of training in the study protocol. They also had on-site access to a teaching video about the protocol. After providing consent, each woman completed the baseline data collection, which included the demographic and anxiety measures. Participants were randomized to receive acupressure via digital pressure to P6 plus usual care, placebo digital acupressure to SI3 plus usual care, or usual care only. One of the research assistants taught participants in the acupressure groups how to use the actual or placebo acupressure points. Participants were taught acupressure in a private room or an examination room immediately prior to receiving chemotherapy. The researchers endeavored to keep the research assistant masked as to the active point. Patients were coached until they could satisfactorily demonstrate to the research assistant how to find and apply acupressure to each point (active or placebo). The women in the acupressure groups completed a daily log about acupressure usage as well as medications taken to control their nausea. The daily log was similar to the one that the usual-care group used. All participants were asked to record any interventions they attempted in an effort to control nausea and were instructed to complete the daily log each evening for approximately three weeks until their next cycle of chemotherapy. All participants were called or seen on day 8 of the chemotherapy cycle so that any questions could be answered, they could be encouraged to complete the log, and they could be coached (i.e., the acupressure groups) about the importance of their participation in the study. A few days before the next cycle of chemotherapy, a research assistant called all participants to remind them to bring their daily logs to the appointment At the appointment, a research assistant collected the daily logs and asked patients to complete an exit questionnaire, which included the anxiety measure. The total time required for the participants' study involvement was approximately four hours over one month. All participants received reimbursement for parking during the extra time required for study participation. All women received antiemetic therapy to be used at home as prescribed by their physicians. They were asked to record what they actually took on a daily basis in the log. Although the usual treatment of nausea varies by patient, practitioner, ONCOLOGY NURSING FORUM- VOL 34, NO 4, 2007 815 Aplikasi teori ..., I Gusti Agung Dewi Purnamawati, FIK UI, 2014 geographic area, and insurance coverage, the added value of acupressure was studied in the context of usual clinical nausea care. Data Analysis SPSS for Windows™ release 13.0.1 (SPSS Inc.) and SAS PROC GLIMMIX™ version 9.1.3 (SAS Institute, Inc.) software were used for data analysis. Data were double entered into SPSS, and discrepancies between files were resolved to ensure accuracy of the data entered. Descriptive statistics were generated for sample characteristics and other variables of interest. Analyses were performed based on the "intent to treat" philosophy (Piantadosi, 2005). Age was dichotomized to younger than 55 years and 55 years or older for some analyses. lll.M 6™ version 6.02 (Scientific Software International) software was used to confirm the results from some SAS software analyses. Hierarchical generalized linear mixed-models analyses (Goldstein, 2003; Raudenbush & Bryk, 2002) were conducted with SAS PROC GLIMMIX to predict changes in outcomes over the 10-day post-treatment period. Multilevel Poisson regressions with overdispersion were used to examine quantitative outcomes when the distribution of the data clearly was significantly skewed. Multilevel logistic regression was used to examine binary outcomes, adjusting for overdispersion because of the relatively low incidence of the target outcomes. For both methods of analysis, random intercept models were estimated with subject-specific, maximum pseudo-likelihood (SAS Institute, 2004). Mean substitution and last value carried forward were used for missing data. Last value carried forward was used only when participants clearly experienced no further nausea or vomiting. When the women felt better, missing data became problematic. Results Demographics The participants (N = 160) were, on average, aged 49.3 years (SD = 9.4), Caucasian (79%), married or partnered (74%), employed (51%), born U.S. citizens (94%), heterosexual (95%), and living with someone (92% ). The average duration of education for the women was 14.4 years (SD =2.6); 70% had more than a high school education. The average body mass index was 27.5 kg/m2 (SD = 5.9 kg/m2). Eighty-one percent of the participants experienced at least some degree of morning sickness with a pregnancy, 36% had a history of seasickness, 34% had a history of being carsick, and 28% had a history of nausea with stress. No significant differences in the demographic variables were found by group assignment (see Table 1). No significant differences existed among the groups in the disease and treatment variables (see Table 2). Most (76%) of the women were receiving an anthracycline and cyclophosphamide as their chemotherapy regimen. The average dose of doxorubicin (n 145) was 115 mg, and the average dose of cyclophosphamide (n 154) was 1,121 mg. The most common IV antiemetics given during chemotherapy administration were dexamethasone (80% ), ondansetron (49% ), granisetron (24%), and dolasetron (17%). A variety of combinations and dosages of the medications were given before and following chemotherapy. The most common antiemetics ordered for home use were prochlorperazine (70%), and 74% had at least one of the selective antagonists of the serotonin receptor subtype, 5-HT3, ordered. Fifty-five different home pharmaceutical regimens were taken by the trial participants. Nonphannacologic interventions included exercise, fresh air, = = Tabla 1. Demographics by Group Assignment Characteristic Age (years) Education (years) Body mass index (kg/m2) Characteristic Employment Employed Unemployed Ethnlclty Caucasian Other Born U.S. citizen Relationship status Married or partnered Other Heterosexual orientation Lives alone History of car slclmea History of 188Sicllllea History of momlng slclmess (N •137) History of nausea wllll stress Usaal Care Only P6 Intervention Sl3 Intervention (N-54) (N •53) (N •53) i so i so i so 48.8 14.3 27.2 9.8 2.7 6.0 49.3 14.6 27.3 10.6 2.7 5.2 49.9 14.4 28.1 8.0 2.3 6.4 n % n % n % 28 25 53 47 21 29 42 58 29 20 59 41 40 14 51 74 26 43 10 47 43 10 47 81 19 41 9 46 4 20 23 38 18 82 18 35 18 46 5 15 16 36 17 96 66 34 94 9 28 30 80 32 38 13 49 4 18 18 37 9 81 19 92 74 26 94 8 35 35 84 17 Note. Participants did not answer all questions, resulting in missing data. Percentages are based on the number of actual responses. ONCOLOGY NURSING FORUM- VOL 34, NO 4, 2007 816 Aplikasi teori ..., I Gusti Agung Dewi Purnamawati, FIK UI, 2014 92 96 8 39 45 79 35 Table 2. Treatment Characteristics by Group Assignment Usual Care Only (N•54) Characteristic Number of positive nodes Dose of cyclophosphamide (mg) Dose of doxorubicin (mg) Characteristic Breast surgery Lumpectomy Mastectomy Lumpectomy and mastectomy Bilateral mastectomy Diagnosis Ductal Others Nodal surgery None Axillary node dissection Sentinel Both Radiation therapy No Yes Planned after chemotherapy Chemotherapy Cyclophosphamide and anthracycline Other combinations PI Intervention (N •53) Sl3 Intervention (N•53) i so i so i 3.04 1,043.00 108.00 5.9 456.0 43.0 3.42 1,216.00 127.00 6.2 729.0 76.0 1,102.00 113.00 3.7 424.0 44.0 n 'Yo n 'Yo n 'Yo 51 49 28 8 16 26 19 2 5 36 4 10 82 2.n SD 27 18 4 4 34 8 8 25 14 4 8 47 6 89 11 42 9 18 42 10 81 19 10 9 4 19 57 17 8 12 25 9 5 24 49 18 10 10 27 9 6 19 52 17 12 14 7 28 29 14 57 18 4 24 39 9 52 10 7 30 21 15 64 40 13 76 24 40 11 78 22 39 14 74 26 30 50 Note. Participants did not answer all questions, resulting in missing data. Percentages are based on the number of actual responses. visualization, dry toast, crackers, peppermint tea, ginger tea, a spoonful of honey, avoiding smells, aromatherapy, avoiding stress, prayer, and just enduring. Acute Nausea and Vomiting: Day of Chemotherapy, Study Day 1 In the initial hours following chemotherapy administration, emesis was documented in the logs ofless than 10% (n = 12) of the sample (n = 124). Six women vomited three times or more. Unfortunately, 36 women did not complete their logs and the reason for the missing data is unknown. No significant differences in acute emesis were found by age (X2 1.10, p 0.29) or treatment group (X2 = 0.67, p = 0.71). Acute nausea occurred more frequently, with more than 75% of the women (n =94) reporting some nausea, but no significant difference in the incidence (dichotomous variable) of nausea was found by treatment group (RIN: X2 = 1.19, p = 0.55; NRS: X2 = 1.23, p = 0.55). A significant difference did exist for patient age (RIN: X2 12.87, p < o.0005; NRS: x2 13.61, p < 0.0005), with younger women reporting more acute nausea. Further analyses indicated that the intensity of nausea ranged from 1-10 on the NRS (X= 4.53, SD = 2.70) and 1-12 on the RIN (X= 5.54, SD = 2.93). The two measures correlated significantly at 0.922. A significant relationship was found between the intensity of acute nausea and age using both of the rating scales (RIN: r =-0.34, p < 0.001; NRS: r -0.28, p = 0.002), with younger women reporting a greater intensity of nausea. However, no significant difference existed in the = = = = = intensity of acute nausea by treatment group using both rating scales (RIN: F = 0.607, p = 0.547; NRS: F = 0.550, p = 0.579). After controlling for age, no significant differences were found in the intensity of acute nausea using either rating scale (RIN: F = 0.550, p = 0.578; NRS: F = 0.174, p = 0.841). Baseline state anxiety was not significantly associated with the incidence or intensity of acute nausea or vomiting. A history of morning sickness, car sickness, or seasickness was not significantly associated with acute nausea or vomiting. A history of nausea with stress was significantly associated with acute nausea (X?= 6.26, p = 0.012) but not acute vomiting (p 0.676). Acute nausea was significantly associated with acute vomiting (Spearman rank correlations: RIN: r. = 0.31, p < 0.0005; NRS: r. =0.32, p < 0.0005). = Delayed Emesis: Study Days 2-11 For 58% of the sample, delayed emesis did not occur. Two women reported that they experienced daily emesis for the 10-day measurement period. Of the three patients who took aprepitant, one had no vomiting, one had one episode on the sixth day, and one vomited every day for 10 days. Of the 22 women who vomited on a single day after their chemotherapy, 9 (22%) experienced emesis the day after chemotherapy administration, 2 (9%) had their first and only emesis on day 7, and the remaining 11 varied in their patterns of vomiting. Taking dexamethasone (43%) or a serotonin (5-HT3) antagonist (dolasetron, granisetron, or ondansetron) (74%) at home was not associated with delayed vomiting. A significant relationship ONCOLOGY NURSING FORUM~ VOL 34, NO 4, 2007 817 Aplikasi teori ..., I Gusti Agung Dewi Purnamawati, FIK UI, 2014 existed between delayed vomiting and age (t = 3.22, p = 0.002), with younger women reporting more vomiting. An initial analysis of any (versus no) emesis in the 10 days following treatment showed that vomiting was reported on 11% of the days. Emesis was reported on 143 of the 1,318 patient days. All women reported a decline in emesis across the 10 days after chemotherapy (t = -6.78, p < 0.0001). Of particular interest was whether women who used acupressure reported a greater decline in their rate of emesis compared to the placebo or usual-care groups. Differences among the groups for changes in emesis across time were examined with multilevel logistic regression. The results showed that the decline in the incidence of emesis was greater for the P6 acupressure group than either the placebo group (t = 3.13, p = 0.002, odds ratio [OR]= 1.3) or the usual-care group (t = 4.81, p < 0.0001, OR= 1.4). The incidence of emesis declined differently for younger (<55 years) compared to older women(~ 55 years), with younger women reporting emesis more frequently immediately following treatment and a steeper decline in emesis over time (t = 3.37, p = 0.0008, OR= 1.3). The older women reported a lower incidence of emesis over the 10 days. The age-group difference in emesis across time also differed significantly for the usual-care group, compared to the P6 acupressure group. Younger women in the usual-care group differed from younger women in the P6 acupressure group in delayed vomiting, and the difference was greater than the analogous comparison for older women (three-way interaction, group by age by time; t = 4.74, p < 0.0001, OR= 1.5). The estimated decline in the incidence of emesis across time-by group and age group--can be seen in Figure 3. Delayed Nausea: Study Days 2-11 P6, age <55 PS, age~55 Usual care only, age < 55 Usual care only, age ~ 55 Sl3, age< 55 Sl3, age~55 6 11:11 0:: :;; a: • !• Patient Comments Comments were solicited from patients about their participation in the study. For the P6 acupressure group, comments included the following. "No medication all day! Used acupressure:' Nausea "only seems to come on when my stomach is empty. The acupressure helps." "Acupressure seems to help after the third day after treatment. Not too much within the first few days when nausea is right after chemo." The members of the placebo (SI3) acupressure group recorded that acupressure "didn't necessarily help me, but maybe it would help someone else" and "aromatherapy helped me much more than acupressure (peppermint oil)." By day 5, one woman recorded "acupressure no help yet." A woman in the usual-care group lamented a few days after her chemotherapy that ''I wish I was in one of the 'other' groups in this test!" Another woman was so frustrated by being in the control group that she learned about P6 and started using acupressure for her next cycle of chemotherapy. She recorded that "acupressure can be extremely effective in reducing chemo-induced nausea." Ninety-eight percent of the women in the study experienced delayed nausea. Fifty-one percent reported that their nausea had resolved by the seventh day after their chemotherapy, and 29% still reported some nausea by the lOth day after chemotherapy. Figure 4 provides a more complete description 8 of the reported delayed nausea over time. Baseline anxiety was significantly associated with the intensity of delayed nausea for the first four days after chemotherapy (r = 0.19-0.22, p < 0.03); more anxiety at baseline was associated with more delayed nausea. Functional status was significantly negatively associated with the intensity of nausea each day (r = -0.393 to -0.487, p < 0.001 ); those with more delayed nausea reported lower functional status. Delayed nausea was evaluated with multilevel Poisson regression by examining change from days 2-11. Reported declines in nausea were greater for women in the acupressure group than for the women in the usual-care group on RIN scores (t = 2.77, p < 0.006, incidence rate ratio [IRR] = 1.05) and nausea NRS (t = 2.74, p = 0.006, IRR = 1.05). Change across time did not differ between the acupressure and placebo groups for either nausea measure. Younger women reported steeper declines in nausea than older women. The estimates for both nausea scores for older women were lower across all 10 days, whereas the estimated initial ratings for younger women were higher and then decreased rapidly over time. The difference between younger and older women was greater for the acupressure group compared with the placebo and usualcare groups, with the decrease in estimated nausea ratings being steeper for the younger women in the acupressure group (RIN: acupressure versus usual care, t = 4.56, p < 0.0001, IRR = 1.11; RIN acupressure versus placebo, t = 2.68, p = 0.008, IRR = 1.07; nausea NRS: acupressure versus usual care, t = 4.43, p < 0.0001, IRR = 1.11; nausea NRS: acupressure versus placebo, t = 2.14, p = 0.03, IRR = 1.06). The pattern of change for the nausea NRS is shown in Figure 5. 4 z• Discussion 2 This is the first comprehensive U.S. study of digital acupressure at P6 over 10 days following moderate to highly emetogenic chemotherapy (day 1 [acute], days 2-11 [delayed]). The data suggest that digital acupressure at P6 is a useful adjunct to pharmaceutical interventions for delayed nausea and vomiting. Specifically, acupressure may hasten time to recovery. Many women recorded the most useful effects when nausea was mild but noted that the technique was helpful in addition to medications even when the nausea was severe. The 0+---T---~--~--~~--~--~---r---r 0 2 4 3 5 6 Time (11-9 = Days 2-11) 7 8 9 Figure 3. Hierarchical Generalized Linear Model Logistic Regression With Overdlspersion: Delayed Emesis (Binary) on Time by Group by Age ONCOLOGY NURSING FORUM- VOL 34, NO 4, 2007 818 Aplikasi teori ..., I Gusti Agung Dewi Purnamawati, FIK UI, 2014 90 80 70 • so ca .;so ~40 ~ 30 20 10 0 4 5 6 7 8 9 10 Days After Treabnent I• Nausea • All usual activities I Figure 4. Delayed Nausea and Activities Over nme present study's findings confirm the results of two small-scale digital acupressure studies of the P6 point for chemotherapyinduced nausea. The first was the pilot study for the current trial (Dibble et al., 2000), and the second treated 40 patients in Korea with gastric cancer who were undergoing inpatient chemotherapy (Shin, Kim, Shin, & Juon, 2004). Neither of the previous studies included a placebo acupressure group. The use of a placebo acupressure point as one group in the current study strengthens the hypothesis that the results are not merely because of a placebo effect. In the present study, self-delivered placebo acupressure was not significantly different from the usual-care group in controlling CINV. The participants were unable to convince themselves that the placebo acupressure worked to control their nausea over time as their comments demonstrated. The design of the current study helps to answer the question about the placebo response over time. No statistically significant differences were found between the placebo acupressure group and the usual-care group over time. The data suggest that future researchers may not need to incur the expense of a three-group design for their studies; a two-group design should be sufficient for examining other types of digital acupressure for symptom managemenL The results confirm those of Kienle and Kiene (1996), who reported that the extent and frequency of placebo effects as published in most of the literature were ..gross exaggerations." Two other measurement issues have been clearly identified and resolved, to some extent, in the current study-the length of time necessary to follow patients for nausea and how to measure nausea over time. The most common time frame for nausea studies is 120 hours (i.e., five days). However, in this study, 70% of the women still had nausea 120 hours after receiving chemotherapy and 30% had nausea at day 11. Perhaps two weeks offollow-up would be appropriate when future studies examine the effect of an intervention on chemotherapy-induced delayed nausea. If the women in this study are accurate and acupressure works best on mild nausea, measuring nausea for only five days might miss the importance of acupressure effects as an adjunct to pharmaceutical treatments that usually are not ordered beyond five days. The second measurement issue is the recording of the presence and intensity of nausea or vomiting. The Rhodes Index of Nausea, Vomiting, and Retching is a reliable and valid instrument, but it is too lengthy for daily use. The NRS used in the current study was highly correlated and produced the same findings as the RIN. Therefore, the authors would support the use ofNRSs for the daily measurement of nausea and vomiting. Another measurement issue that should be considered for future studies of CINV is the interaction among age, menopausal status, and CINV. In this study's data, the researchers were not able to explore whether the differences in CINV by age were a function of all of the components of aging or just the natural hormonal changes resulting from menopause. Unfortunately, information regarding menopausal status was not collected. Future research should be designed to answer that question. No study is without limitations, including the current trial. First, the same research assistants and nurses were teaching the use of both acupressure points. Although most of them did not know which point was active for the treatment of nausea, some were quite intent on finding out and did so through the Internet. That issue was true for five patients. The researchers simply asked all women to participate in the trial, and their questions would be answered after the trial. However, seeing patients with nausea and being a patient with unrelieved nausea can and did result in some women breaking the ..blind:' A few participants had difficulty finding the points consistently, so the intervention dosage varied, and two participants had long fingernails that interfered with performing acupressure. The researchers suggested that the women use the eraser end of a pencil to apply the acupressure. This study should be replicated in future research efforts and conducted with men, children, and women experiencing CINV from other chemotherapeutic agents. Implications for Oncology Nurses At least two studies about acupressure have concluded that acupressure is an important adjunct to pharmaceuticals in managing CINV (Dibble et al., 2000; Shin et al., 2004). Those studies as well as the current study suggest that oncology clinicians can include acupressure in their list of options for the management of CINV, especially delayed nausea and 0.25 P6, age<55 P6, age~55 Usual care only, age < 55 Usual care only, age 2:. 55 Sl3, age <55 Sl3,age2:.55 0.19 .!! i .. 0.13 I 0.06 2 3 4 5 6 nma(H•DIYS2-11) 7 8 9 Figure 5. Hierarchical Generalized Linear Model Poisson Regression With Overdlsperslon: Delayed Nausea on Time by Group by Age ONCOLOGY NURSING FORUM- VOL 34, NO 4, 2007 819 Aplikasi teori ..., I Gusti Agung Dewi Purnamawati, FIK UI, 2014 vomiting. Training in the appropriate technique is straightforward and easy to obtain through a Chinese medicine provider, an acupuncturist, or a massage therapist. Internet resources also are available (e.g., www.acuxo.com). CINV still is a significant problem for many patients. Specific recommendations provided by oncology nurses are not only useful but also are very appreciated by patients. The authors gratefully acknowledge Research Assistant Stacey Carter, the M.D. Anderson Community Clinical Oncology Program under the direction of Michael Fisch, MD, and, of course, the participants who made this study possible. Author Contact: Suzanne L. Dibble, DNSc, RN, can be reached at [email protected], with copy to editor at ONFEditor@ons .org. References American Cancer Society. (2007). Cancer facts and figures, 2007. Atlanta, GA:Author. Carr, B., Bertrand, M., Browning, S., Doroshow, J.H., Presant, C., Pulone, B., et a!. (1985). A comparison of the antiemetic efficacy of prochlorperazine and metoclopramide for the treatment of cisplatin-induced emesis: A prospective, randomized, double-blind study. Journal of Clinical Oncology, 3, 1127-1132. Cohen, M.R., & Doner, K. (1996). The Chinese way to healing: Many paths to wholeness. New York: Berkley Publishing Group. Craze, R., & Fou, J.T. (1998). Traditional Chinese medicine. Chicago: NTC Publishing Group. Dibble, S.L., Casey, K., Nussey, B., Israel, J., & Luce, J. (2004). Chemotherapyinduced vomiting in women treated for breast cancer. Oncology Nursing Forum, 31, El-E8. Dibble, S.L., Chapman, J., Mack, K.A., & Shih, A. (2000). Acupressure for nausea: Results of a pilot study. Oncology Nursing Forum, 27, 41-47. Dibble, S.L., Israel, J., Nussey, B., Casey, K., & Luce, J. (2003). Delayed chemotherapy-induced nausea in women treated for breast cancer. Oncology Nursing Forum, 30, E40-E47. Dundee, J.W., & Yang, J. (1990). Prolongation of the antiemetic action of P6 acupuncture by acupressure in patients having cancer chemotherapy. Journal of the Royal Society of Medicine, 83, 360-362. Ezzo, J.M., Richardson, M.A., Vickers, A., Allen, C., Dibble, S.L., Issell, B.F., eta!. (2006). Acupuncture-point stimulation for chemotherapy-induced nausea or vomiting. Cochrane Database of Systematic Reviews, 19, CD002285. Gach, M.R. (1990). Acupressure's potent points: A guide to self-care for commnn ailments. New York: Bantam Books. Goldstein, H. (2003). Multilevel statistical models (3rd ed.). London: Edward Arnold Publishers. Gottlieb, B. (Ed.). (1995). New choices in natural healing. Emmaus, PA: Rodale Press. Kienle, G., & Kiene, H. (1996). Placebo effect and placebo concept: A critical methodological and conceptual analysis of reports on the magnitude of the placebo effect. Alternative Therapies in Health and Medicine, 2(6), 39-54. Naughton, M.J., Shumaker, S.A., Anderson, R.T., & Czaijkowski, S.M. (1996). Psychological aspects of health-related quality of life measurement: Tests and scales. In B. Spilker (Ed.), Quality of life and pharmacoeconomics in clinical trials (2nd ed., pp. 117-131 ). Philadelphia: Lippincott-Raven. Piantadosi, S. (2005). Clinical trials: A methodologic perspective (2nd ed.). Hoboken, NJ: John Wiley and Sons. Porkert, M., & Ullman, C. (1988). Chinese medicine. New York: William Morrow. Raudenbush, S.W., & Bryk, A.S. (2002). Hierarchical linear 17Wdels: Applications and data analysis methods (2nd ed.). Thousand Oaks, CA: Sage. Rhodes, V.A., & McDaniel, R.W. (1997). Measuring nausea, vomiting, and retching. In M. Frank-Stromborg & S.J. Olsen (Eds.), Instruments for clinical health-care research (2nd ed., pp. 509-518). Sudbury, MA: Jones and Bartlett. Rhodes, V.A., Watson, P.M., & Johnson, M.H. (1984). Development of reliable and valid measures of nausea and vomiting. Cancer Nursing, 7, 33-41. Rhodes, V.A., Watson, P.M., Johnson, M.H., Madsen, R.W., & Beck, N.C. (1987). Patterns of nausea, vomiting, and distress in patients receiving antineoplastic drug protocols. Oncology Nursing Forum, 14(4), 35-44. SAS Institute, Inc. (2004). The GUMMIX procedure. Cary, NC: Author. Shin, Y.H., Kim, T.I., Shin, M.S., & Juon, H. (2004). Effect of acupressure on nausea and vomiting during chemotherapy cycle for Korean postoperative stomach cancer patients. Cancer Nursing, 27, 267-274. Spielberger, C.D. (1983). Manual for the State-Trait Anxiety Inventory (fonn Y). Palo Alto, CA: Consulting Psychologists Press. Stannard, D. (1989). Pressure prevents nausea. Nursing limes, 85(4), 33-34. ONCOLOGY NURSING FORUM- VOL 34, NO 4, 2007 820 Aplikasi teori ..., I Gusti Agung Dewi Purnamawati, FIK UI, 2014 Lampiran I SYSTEMATIC REVIEW (of Therapy) WORKSHEET Citation: The efficacy of acupressure for symptom management: a systematic review Are the results of this systematic review of therapy valid? I. Is it a systematic review of randomized This systematic review that investigated the trials of the treatment? efficacy of acupressure for the management of symptoms 2. Does it include a methods section that describes: • Finding and including all the relevant trials? • Assessing their individual validity? I. To undertake this systematic review, a literature search was conducted in the Cumulative Index to Nursing and Allied Health Literature, Medline, and PubMed using the key words "acupressure," "clinical trial," "human," and/or "randomized. Randomized clinical trials" published between January 1, 2000 and January 31, 2010. 2. This search resulted Forty-three studies were included in this review. Investigators in 16 of 23 studies concluded acupressure was effective, primarily for the management of nausea and vomiting in patients during pregnancy and during chemotherapy. 3. To measure the efficacy of acupressure on nausea and vomiting, outcome measures included a visual analogue scale (VAS) for nausea and vomiting; 18 the incidence and severity of nausea and vomiting; I2 hospital length of stay; dose of medication required; and the Rhodes Index of Nausea, Vomiting, and Retching. 4. Four RCTs examined the efficacy of acupressure at PC6 for nausea and vomiting in cancer patients who were undergoing chemotherapy or radiation. 3. Were the results consistent from study to study? I. Roscoe et al (2003) found that acupressure using Sea-Bands continuously for five days significantly reduced nausea and vomiting on the first day of chemotherapy compared with the control group, which received standard Aplikasi teori ..., I Gusti Agung Dewi Purnamawati, FIK UI, 2014 Lampiran 1 4. Were individual patient data used in the analysis or aggregate data? (may be important in meta-analysis) care (n = 739). However, there was no significant difference on the second to fifth day of chemotherapy. 2. Roscoe et al (2009) they found that SeaBands were effective in reducing nausea and vomiting associated with radiation therapy compared with standard care (n= 94). 3. Molassiotis et al (2007) found that acupressure using Sea-Bands continuously for five days significantly reduced nausea, vomiting, and retching in patients with breast cancer receiving chemotherapy when compared with a control group receiving standard care (n= 36). 4. Dibble et al (2000) found that a daily nine-minute acupressure treatment given prior to chemotherapy administration on the day of treatment initiation and contiiming for 21 days did not reduce acute nausea and vomiting on the day of chemotherapy, but did decrease nausea and vomiting from Day 2 to Day 11 when compared with the control (standard care) and placebo groups (acupressure in inappropriate locations) _(n = 160). - Are the valid results of this systematic review important? 1. 2. What is the magnitude of the treatment effect? How precise is the treatment effect? Concluded acupressure was effective, primarily for the management of nausea and vomiting in patients during chemotherapy Acupressure may be a useful strategy for the management of multiple symptoms in a variety of patient populations, but rigorous trials are needed. Inclusion of acupressure as an intervention may improve patient outcomes. Can you apply this valid, important evidence from a systematic review in caring for Aplikasi teori ..., I Gusti Agung Dewi Purnamawati, FIK UI, 2014 Lampiran 1 your patient? These results akupresure can apply children undergoing chemotherapy with nausea end vomiting. 2. What are our patient so different from Pasient so different form those m the those in the systematic review that its systimstic review akupresure in adult but results can't help you? now patient populations is children. 1. Do these results apply to your patient? 3. Is the treatment feasible in our setting? Pasient children undergoing chemotherapy with nausea end vomiting 4. What are our patient's potential benefits Potensial benefit, pasient can effective, primarily for the management of nausea and vomiting in patients during chemotherapy. and harms from therapy? Aplikasi teori ..., I Gusti Agung Dewi Purnamawati, FIK UI, 2014 Lampiran2 THERAPY WORKSHEET Citation : Acupresure for chemotherapy-induced nausea and vomiting: A randomized clinical trial. Are the results of this single preventive or therapeutic trial valid? 1. Was the assignment of patients to treatments randomized? And was the randomization list concealed? 2. Was follow-up ofpatients sufficiently long and complete? 3. And were they analyzed in the groups to which they were randomized? 4. Were patients and clinicians kept "blind" to treatment received? 5. Were the groups treated equally, apart from the experimental treatment? 6. the groups similar at the start of the trial? The assignment of patients to treatments randomized. Subjects were randomized to one of three groups: acupressure to P6 point (active), acupressure to SI3 point (placebo), or usual care only. Follow-up of patients sufficiently long and complete. The patients is analyzed in the groups to which they were randomized The patients and clinicians kept "blind" to treatment received Patients in groups treated equally. The groups similar at the start of the trial Are the valid results of this randomized trial important? YOUR CALCULATIONS: Download Cinical Calculator CER EER Relative Risk Reduction RRR Absolute Risk Risk Reduction ARR Number Needed To Treat NNT CER-EER CER CER-EER l/ARR . CER: control event rate EER: Expenmental event rate Are these valid, important results applicable to our patient? 1. Is your patient so different from those in the study that its results cannot apply? 2. Is the treatment feasible in our setting? The patient different from those in the study that its results can apply. The treatment feasible in our setting_ Aplikasi teori ..., I Gusti Agung Dewi Purnamawati, FIK UI, 2014 Lampiran 2 3. How great would the potential benefit of therapy actually be for your individual patient? 4. What are our patient's values and expectations for both the outcome we are trying to prevent and the treatment we are offering Result the jumal very great potensial benefit to patient because acupresur reduction in the amount of vomiting and the intensity of nausea Acupressure for chemotherapy-induced nausea and vomiting Aplikasi teori ..., I Gusti Agung Dewi Purnamawati, FIK UI, 2014 Lampiran3 DATA PASIEN DALAM PROYEK INOVASI AKUPRESUR DALAM MENGURANGI MUAL MUNTAH PADA ANAK YANG MENJALANI KEMOTERAPI DI RUANG NON INFEKSI GEDUNG A RSUP CIPTOMANGUNKUSUMO EJ USIA 17th 16th MEDIS Ca. Faring Oteosarcoma 3 An MD 14th LNH 4 AnW 16th Osteosarcoma 5 An AD 14th Ca. Faring NO DIAGNOSA K 1 ~nM 2 AnA OBAT KEMO SIKLUS AKUPRESUR SEBELUM SAAT WAKTU AKUPRESUR SEBELUM SAAT rET 7[!]452340] Cisplatin Cisplatin Ifosfamide Adriamicin Vincristin CPA MTX+Mesna Prednison Ifosfamide Actinomycin Vincristin Cisplatin 5FU 2 4 3 5 17/312014 13/3/2014 24/312014 25/312014 8 4 8 4 8 4 6 4 8 2 8 0 10 0 6 0 1 2 22/2/2014 26/312014 2 2 2 2 10 2 10 2 2 3 11312014 11412014 10 10 10 }10 4 4 2 2 7 8 8/312014 9/412014 2 6 6 6 4 4 4 4 Aplikasi teori ..., I Gusti Agung Dewi Purnamawati, FIK UI, 2014 ~··-~""""·~.---··------- SKALA MUAL MUNTAH SESUDAH SEBELUM -- L__ _ _ _ _ - .. 1 LEMBAR KEGIATAN AKUPRESUR NAMA: USIAANAK: HARI TANGGAL PAGI JAM SIANG MALAM 2 3 4 5 Aplikasi teori ..., I Gusti Agung Dewi Purnamawati, FIK UI, 2014 • FORMUUR PERSETWUAN PUBLIKASI NASKAH RINGKAS Yangbertandatangandi_bawaBini: NC/!1/ Nc.trhQe-m S.t; MN. Nama . ....... 7:. ••••••.••.•••••••••••••••••••••••.••••••••••• &••••••••(?.,.................................................................... . NIP/NUP : .. .l9..6.8..t?.J::.t!M::.(.f?.fl.l:..Q3.~D.l........................................................................... ~~:h ~~~~J.;.~~~~ft:.~~~;.~~.f.?.: pemmmbing dari NPM : Fakultas : Program Studi Judul Naskah Ringkas : . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .. ...•. ~!....'f.Q.Y..~.!i}9.i.. .......;:a···········............................................................................. . ... !...'!!!i...... f5.~~.'!!..~ .....0. ............................ ~ ............................................... .. ... %-.~J Sf,.f!.~!!!.lY:...... ~~f..f.r::!..Wf!.'f:g,'). .............~...~ ..................... ~ ............ .. ... !.~.~.~.... (Qmt:.P..:.f:....Jsel..~.f!.~.C?.......9.rtl.t!.f!:!............!!.l::r!.0.. . ........f.f..f..P..'!!E.....~.....j)J.F.tq,.... r?I.P..~.....!.Sg.rJ.!.':.~.':.........f.(.l.Q.r!.'?. •••.'!!:.C?;f..C!.lfr.6. menyatakan bahwa naskah ringkas ini telah diperiksa dan disetujui untuk (pilih salah satu dengan memberi tanda Silang): I? Ufn..rl cit' I'UOt1fJ fflWCJf Q/\0 /.c. non f ltj-e/CI:; Jesup fll(. Ctr>fo rJa/carm. ~apat diakses di UIANA (lib.ui.ac.id) saja. o 7f?. . ... lfr?t?.:... Tidak dapat diakses di UIANA karena: o Data yang digunakan untuk penulisan berasal dari instansi tertentu yang bersifat konfidensial. D Akan ditunda publikasinya mengingat akan atau sedang dalam proses pengajuan Hak Paten/Hak Cipta hingga tahun ............................................................................... o Akan dipresentasikan sebagai makalah pada Seminar Nasional yaitu: o 0 yang diprediksi akan dipublikasikan sebagai presiding pada bulan ....................... tahun .................. Akan dttulis dalam bahasa lnggris dan dipresentasikan sebagai makalah pada Seminar lntemasional yaitu: ;ang diprediksi akan dipublikasikan sebagai presiding pada bulan ....................... llhun .................. Akan diterbitkan pada Jumal Program Studi/Departemen/Fakultas di Ul yaitu: yang diprediksi akan dipublikasikan pada bulan .................... tahun ..................... D Akan diterbitkan pada Jumal Nasional yaitu: yang diprediksi akan dipublikasikan pada bulan .................... tahun ..................... D Akan ditulis dalam bahasa lnggris untuk dipersiapkan terbit pada Jumallntemasional yaitu: yang diprediksi akan dipublikasikan pada bulan .................... tahun .................... *pilih salah satu Aplikasi teori ..., I Gusti Agung Dewi Purnamawati, FIK UI, 2014