1106042901 JUN12014

advertisement
UNIVERSITAS INDONESIA
APLIKASI TEORI COMFORTKOLCABA DALAM
ASUHANKEPEIJAWATANPADAANAKKANKER
DENGAN MASALAH NUTRISI DI RUANG RAWAT ANAK
NON INFEKSI RSUPN DR. CIPTO MANGUNKUSUMO
JAKARTA
KARYA ILMIAH AKHIR
IGA Dewi Purnamawati
1106042901
FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN
PROGRAM NERS SPESIALIS KEPERAWATAN ANAK
UNIVERSITAS INDONESIA
DEPOK
JUN12014
Aplikasi teori ..., I Gusti Agung Dewi Purnamawati, FIK UI, 2014
UNIVERSITAS INDONESIA
APLIKASI TEORI COMFORT KOLCABA DALAM
ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK KANKER
DENGAN MASALAH NUTRISI DI RUANG RAWAT ANAK
NON INFEKSI RSUPN DR. CIPTO MANGUNKUSUMO
JAKARTA
KARYA ILMIAH AKHIR
Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Ners Spesialis
Keperawatan Anak
IGA Dewi Purnamawati
1106042901
FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN
PROGRAM STUDI NERS SPESIALIS
KEKHUSUSAN KEPERAWATAN ANAK
UNIVERSITAS INDONESIA
DEPOK
JUNI2014
11
Aplikasi teori ..., I Gusti Agung Dewi Purnamawati, FIK UI, 2014
HALAMANPERNYATAANPERSETUJUAN
Karya Ilmiah Akhir ini telah diperbaiki sesuai dengan masukan, saran dan arahan
dari Tim Penguji Ujian Karya Ilmiah Akhir pada Program Ners Spesialis
Keperawatan Anak Universitas Indonesia
Depok, Juni 2014
Supervisor Utama
Dr. Nani Nurhaeni, S.Kp., MN
Supervisor
ii
Aplikasi teori ..., I Gusti Agung Dewi Purnamawati, FIK UI, 2014
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS
Karya ilmiah akhir ini adalah hasil karya saya sendiri, dan semua sumber baik
yang dikutip maupun dirujuk telah saya nyatakan dengan benar.
Nama
: IGA Dewi Pumamawati
NPM
Tanda Tangan
:~:;tO!
Tanggal
: 27 Juni 2014
iii
Aplikasi teori ..., I Gusti Agung Dewi Purnamawati, FIK UI, 2014
HALAMAN PENGESAHAN
Karya llmiah Akhir ini diajukan oleh :
Nama
: IGA Dewi Pumamawati
NPM
: 1106042901
Program Studi
: Program Ners Spesialis Keperawatan Anak.
Judul Karya Ilmiah Akhir
: Aplikasi Teori Comfort Kolcaba dalam Asuhan
Keperawatan pada Anak Kanker dengan Masalah
Nutrisi Di Ruang Rawat Anak Non lnfeksi
RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo.
Telah berhasil dipertahankan dihadapan Dewan Penguji dan diterima sebagai
bagian persyaratan yang diperlukan untuk memperoleh gelar Ners Spesialis
Keperawatan Anak pada Program Ners Spesialis Keperawatan Anak, Fakultas
Ilmu Keperawatan, Universitas Indonesia.
DEWAN PENGUJI
v
~·\tgL.../'
~.
Supervisor Utama : Dr. Nani Nurhaeni, S.Kp.,MN
Supervisor
: Happy Hayati, Ns.,Sp.Kep.An
Penguji
: Nurhidayatun, Ns.,Sp.Kep.An
Penguji
: dr. Endang W, SpA(K}, M.Med(Paed)
Ditetapkan di
Depok
Tanggal
Juni2014
·.
r
.J:.·· :................. .
iv
Aplikasi teori ..., I Gusti Agung Dewi Purnamawati, FIK UI, 2014
KATAPENGANTAR
Penulis mengucapkan syukur yang teramat mendalam kepada Ide Syang Yang
Widi Wase atas semua karunia yang diberikan kepada penulis, sehingga atas
anugrahnya penulis dapat menyelesaikan Karya Ilmiah Akhir (KIA) ini. KIA ini
bertujuan untuk mendeskripsikan pengalaman praktik residensi serta Aplikasi
Teori Comfort Kolcaba dalam Asuhan Keperawatan pada anak Kanker dengan
Masalah Nutrisi
di Ruang Rawat Anak Non lnfeksi
RSUPN Dr Cipto
Mangunkusumo Jakarta. Penulis menyadari bahwa, tanpa bantuan dan bimbingan
dari berbagai pihak, KIA ini tidak akan tersusun dengan baik. Oleh karena itu,
penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. lbu Dr. Nani Nurhaeni, S.Kp.,MN selaku Supervisor Utama yang telah
memberikan ide, bimbingan, semangat, araban dan motivasi pada residen
untuk menyusun KIA ini.
2. lbu Happy Hayati, Ns., SpKepAn selaku Supervisor yang senantiasa,
memberikan bimbingan, motivasi, dan memberikan masukan-masukan
kepada residen selama menjalani praktik residensi dan saat penyusunan
KIA.
3. dr. Endang Windiastuti, SpA(K), M.Med(Paed) selaku penguji dan yang
telah banyak memberikan pengetahuannya kepada residen saat menjalani
praktik residensi.
4. lbu Nurhidayatun, Ns.,Sp.KepAn selaku penguji dari lahan praktik.
5. lbu Dra. Junaiti Sahar, MApp.,Sc, PhD, sebagai Dekan Fakultas Ilmu
Keperawatan Universitas Indonesia.
6. lbu Heni Permatasari, Ns.,Sp.KepKom sebagai Ketua Program Studi
Pascasarjana Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia.
7. lbu Lucia Firsty, SKM, MKes selaku Direktur Akademi Keperawatan
Pasar Rebo beserta seluruh staf yang telah memberikan kesempatan
residen untuk dapat menyelesaikan Program Ners Spesialis Keperawatan
Anak.
vi
Aplikasi teori ..., I Gusti Agung Dewi Purnamawati, FIK UI, 2014
8. Ibu Meidiana Bangun, Ns., Sp.KepAn yang telah banyak memberikan
bimbingan dan kesempatan untuk penulis mencapai pengetahuan serta
keterampilan selama di ruangan.
9. Seluruh staf pengajar Program Pascasarjana Fakultas Ilmu Keperawatan
Universitas Indonesia yang telah memberikan ilmunya serta seluruh staf
akademik yang membantu selama proses pendidikan.
10. Seluruh staf dan karyawan Departemen Ilmu Kesehatan Anak RSUPN Dr
Cipto Mangunkusumo yang telah memberikan kesempatan praktik
residensi I dan IT.
11. Kepala Kopertis ill dan stafnya yang telah memberikan BPPDN sehingga
peneliti mampu melanjutkan ke Program Spesialis Keperawatan Anak
Universitas Indonesia.
12. Seluruh keluarga besarku, Orang tua, Suami, Saudara dan anak-anakku
tersayang Ayu, Gita, Vina yang telah memberikan dukungan
serta
pengorbanan waktu kalian untuk mama.
13. Seluruh perawat di ruang rawat Non Infeksi yang telah bersedia
meluangkan waktu dan memberikan kesempatan kepada saya untuk
praktik residensi.
14. Ternan-ternan satu angkatan residens angkatan 2011, khusus mb Dhita dan
Andin tim satu kelompok yang telah memberikan motivasi dan semangat
sampai terselesaikan KIA ini.
15. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah
membantu dalam penyusunan KIA ini.
Semoga dukungan dan kebaikannya yang telah diberikan kepada penulis
mendapatkan limpahan anugrah dari Ide Sang Yang Widi Wase. Penulis berharap
basil praktik residensi dapat memberikan manfaat
bagi kemajuan ilmu
keperawatan pada umumnya, khususnya keperawatan anak. OM Santi Santi Santi
OM.
Depok, Juni, 2014
Penulis
vi
Aplikasi teori ..., I Gusti Agung Dewi Purnamawati, FIK UI, 2014
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI
TUGAS AKHIR UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Sebagai sivitas akademik Universitas Indonesia, saya yang bertanda tangan di
bawah ini.
Nama
: IGA Dewi Purnamawati
NPM
: 1106042901
Program Studi
: Ners Spesialis
Peminatan
: Kepemwatan Anak
Fakultas
: Ilmu Keperawatan
Jenis Karya
: Karya Ilmiah Akhir
Demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada
Universitas Indonesia Hak Bebas Royalti Noneklusif (Non-exlusive Royalty Free
Right) atas karya ilmiah saya yang berjudul "Aplikasi Teori Comfort Kolcaba
dalam Asuhan Keperawatan pada Anak
Kanker dengan Masalah Nutrisi Di
Ruang Rawat Anak Non lnfeksi RSUPN Dr Cipto Mangunkusumo Jakarta"
beserta perangkat yang ada Oika diperlukan). Dengan Hak bebas Royalti
Noneklusif
ini
Universitas
Indonesia
berhak
menyimpan,
mengalih
media/formatkan, mengelola dalam bentuk pangkalan data (database}, merawat
dan mempublikasikan tugas akhir saya tanpa meminta ijin dari saya selama tetap
mencantumkan nama saya sebagai penulis/pencipta dan sebagai pemilik Hak
Cipta.
Demikian pemyataan ini saya buat dengan sebenamya.
Depok, Juni, 2014
IGA Dewi Purnamawati
viii
Aplikasi teori ..., I Gusti Agung Dewi Purnamawati, FIK UI, 2014
ABSTRAK
Nama
: IGA Dewi Purnamawati
Program Studi : Ners Spesialis Keperawatan Anak Universitas Indonesia
Judul
: Aplikasi Teori Comfort Kolcaba dalam Asuhan Keperawatan
pada Anak Kanker dengan Masalah Nutrisi Di Ruang Rawat Anak
Non Infeksi RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo Jakarta.
Kanker pada anak terus meningkat jumlahnya setiap tahun, masalah nutrisi
merupakan masalah yang sering dikeluhkan oleh anak dan keluarga sehingga,
diperlukan asuhan keperawatan untuk mengatasi masalah tersebut. Karya Ilmiah
Akhir ini bertujuan untuk memberikan gambaran aplikasi teori Comfort Kolcaba
dalam asuhan keperawatan pada anak kanker dengan masalah nutrisi dan
pencapaian kompetensi baik sebagai pemberi asuhan, advocator, counselor,
educator, colaborator, dan agen perubah. Terdapat lima kasus kelolaan yang
menjadi pembahasan dalam karya ilmiah ini, kelima kasus kelolaan mengalami
masalah nutrisi. Masalah nutrisi didapatkan dari basil pengkajian berdasarkan
pendekatan teori Comfort Kolcaba yaitu pengkajian fisik, psikospiritual,
sosiokultural dan Iingkungan. Intervensi menggunakan tiga tipe perawatan
standar comfort, coaching dan Comfort food for the soul. Tidak semua masalah
nutrisi pada lima kasus kelolaan dapat teratasi dengan cepat, untuk menyelesaikan
masalah nutrisi pada anak kanker dibutuhkan waktu dan kerjasama tim yang baik
antara ibu, anak, dokter dan dietesien serta perawat.
Kata Kunci: Masalah nutrisi, anak dengan kanker, teori Comfort
ix
Aplikasi teori ..., I Gusti Agung Dewi Purnamawati, FIK UI, 2014
ABSTRACT
Name
: IGA Dewi Pumamawati
Study Program : Pediatric Nurse Specialist Universitas Indonesia
Title
: The Application of Kolcaba Comfort Theory in Nursing Care of
Pediatric Cancer with Nutrition Problems in Pediatric Non
Infection Ward ofRSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo Jakarta.
Pediatric cancer always increase every year, the problem of nutrition is often
complained by the child and their family, so nursing care is required to solve the
issue. This research aims to provide an overview of the application of theory
Comfort Kolcaba in cancer nursing care in children with nutritional problems and
the competence achievement as a caregiver, advocator, counselor, educator,
colaborator, and agent of change. There were five cases managed that discussed in
this research, and in five cases managed all experiencing nutritional problems.
Nutrient problems obtained from the results of the assessment approach based on
the theory of Comfort Kolcaba such as physical examination, psikospiritual,
sociocultural and environmental. Interventions use three types of standard comfort
care, coaching and Comfort food for the soul. Not all nutritional problems in the
management of five cases can be resolved quickly, to solve the problem of
childhood cancer nutrition takes time and good teamwork among mother, child,
and dietision, doctors, and nurses.
Keywords: nutrition problems, children with cancer, the theory of Comfort
X
Aplikasi teori ..., I Gusti Agung Dewi Purnamawati, FIK UI, 2014
DAFTARISI
HALAMAN JUDUL.. .. . . . . . . . . . . .. . .. . .. . . . . . . . . . ... . .. . .. . .. . . . . .. . . . . . . . .. . . . . . . . ....
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN ........ ......... ........ ........
HALAMAN PERSETUJUAN ORISINALITAS.. .. . .. . .. . ......... ......... .. . .
LEMBAR PENGESAHAN ..... ...... ..... ............... ............... ............
KATA PENGANTAR ........ ............ ... .. .... ........ ....... ..... .................
LEMBAR PERSETUJUAN PUBLIKASI ILMIAH . . .. . .. . . . . .. . .. . .. . .. . ....
ABSTRAK BAIIASA INDONESIA . . .. . .. . .. . . . . .. . .. . .. . . . . .. . . . . .. . .. . .. . .. . ...
ABSTRAK BAIIASA INGGRIS . . .. . .. . .. . . . . . . . .. . .. . .. . .. . .. . .. . . . . .. . .. . . . . .. . .
DAFTAR lSI..............................................................................
DAFI'AR TABEL.. ........ .... ................. ......... ....... ................. ... .....
DAFTAR GAMBAR .. .. ... . . .. .. . .. . .. . .. . . . . .. . .. . .. . . . . .. . .. . .. . .. . .. ... . .. ... . ....
DAFTAR S.KEMA .. .. .... .. .... .. .... .. ... .. .. .. .... .. .... .. .. . . .. .. .. ...... ... .. .. .. ..
DAFTAR LAMPIRAN. .... .... .. ... .. .... .. . .. ... . ... .. . ... .. .... .. . ..... ... . .. . .. . .
i
iii
iv
v
vi
viii
ix
x
xi
xii
xiii
xiv
XV
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang .................................................... ;..........
1.2. Tujuan Penulisan............................................................
1.3. Sistematika Penulisan.......................................................
1
7
7
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Gambaran Kasus..............................................................
2.2. Konsep Keganasan Pada Anak.............................................
2.3. Konsep Nutrisi Pada Anak Kanker . . .. . . . . ... . . . .. . .. . . . . .. . .. . .. . . . . . .. ..
2.4. Integrasi Teori dan Konsep dalam Proses Keperawatan............. ...
2.5. Aplikasi Teori Keperawatan pada Kasus Terpilih........................
8
21
25
28
30
BAB 3 PENCAPAIAN KOMPETENSI
3.1. Pencapaian Kompetensi sesuai Area Peminatan........ .... .. .. .. .. .. .. .
3.2. Peran Ners Spesialis Keperawatan Anak............. .... .. .. .. .. .. .. ....
59
62
BAB 4 PEMBAIIASAN
4.1. Penerapan Model Comfort Kolcaba dalam Asuhan Keperawatan
Anak Kanker dengan Masalah Nutrisi . . .. . .. . .. . .. . .. . . .. .. . .. . .. . .. . .
4.2 Kendala yang Ditemukan dalam Penerapan Teori Comfort Kolcaba.
4.3. Praktik Ners Spesialis Keperawatan Anak dan Pencapaian
Kompetensi....................................................................
66
73
74
BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN
5.1 Simpulan ...................................................................... .
5.2 Saran........................................................................... 75
76
DAFI'AR PUSTAKA
LAMPIRAN
xi
Aplikasi teori ..., I Gusti Agung Dewi Purnamawati, FIK UI, 2014
DAFI'AR TABEL
Tabel 2.1 Taksonomi Comfort kasus kelolaan.................... . . . . . . . . . . . . . . . . 36
Tabel 4.1. Gambaran status gizi kasus kelolaan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . ... 68
Tabel 4.2. Jumlah, Rute dan Jenis asupan nutrisi kasus kelolaan . . .. . . . . . . . . . . . 71
xi
Aplikasi teori ..., I Gusti Agung Dewi Purnamawati, FIK UI, 2014
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Pembelahan sel normal dan sel kanker . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . ....
xii
Aplikasi teori ..., I Gusti Agung Dewi Purnamawati, FIK UI, 2014
21
DAFTAR SKEMA
2.1 Skema: Patofisiologi Kanker ...................................................... 22
xiii
Aplikasi teori ..., I Gusti Agung Dewi Purnamawati, FIK UI, 2014
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1
Kontrak Belajar Residen I dan II
Lampiran2
Laporan Proyek lnovasi
xiv
Aplikasi teori ..., I Gusti Agung Dewi Purnamawati, FIK UI, 2014
BABl
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Tujuan pembangunan Millenium Indonesia di bidang kesehatan salah
satunya adalah menurunkan angka kematian pada anak balita, hal ini sejalan
dengan Millennium development goals yang dicanangkan oleh negara di
seluruh dunia dimana target pencapaiannya pada tahun 2015. Pencapaiannya
pada tahun 2015 merupakan tantangan bagi kita semua untuk dapat
mewujudkannya seiring semakin meningkatnya populasi penduduk dunia.
Populasi penduduk dunia terus meningkat jumlahnya baik di negara maju
maupun berkembang. Menurut Ribeiro dan Frazier (2014) populasi
penduduk
di dunia mendekati angka 7,1 miliar dimana sebagian besar
tinggal di negara-negara berpenghasilan rendah dan menengah, dari 1,7
miliar penduduk sekitar lima belasjuta (15) kasus kanker baru akan muncul
dan sekitar sembilan (9) juta orang akan meninggal akibat kanker pada tahun
2015.
Berdasarkan data World Health Organization (WHO}, setiap tahun penderita
kanker di dunia meningkat sebanyak 6,25 juta orang dimana 4 % atau sekitar
250 ribu penderita dari jumlah tersebut adalah anak-anak. Menurut National
Cancer Institute (NCI) (2014) estimasi kasus kanker baru di negara Amerika
Serikat berjumlah 1.665.540 orang dan kematian akibat kanker 585.720 pada
tahun 2014. Penyakit kanker pada anak menjadi salah satu penyebab
kematian nomor lima selama masa kanak-kanak di sebagian besar negara di
dunia (Ribeiro & Frazier, 2014). Data di Indonesia disebutkan bahwa 150
dari 1 juta orang anak, menderita kanker. Setiap tahun rata-rata terdapat 4100
kasus baru penyakit kanker pada anak di Indonesia (YPKAI, 2013).
Insiden kanker pada anak tiap tahun terus meningkat, sepuluh jenis kanker
yang paling sering menyerang anak yaitu leukemia, tumor otak, lymphoma,
melanoma, rhabdomyosarcoma, kanker testis dan ovarium, bone sarcoma,
1
Universitas Indonesia
Aplikasi teori ..., I Gusti Agung Dewi Purnamawati, FIK UI, 2014
2
neuroblastoma, tumor ginjal, retinoblastoma, hepatoblastoma dan kanker
lainnya (James, Nelson & Ashwill, 2013). Menurut Sistem Registrasi Kanker
di Indonesia (SriKanDi dalam Putri, 2012) penyakit leukemia menduduki
urutan pertama kanker pada anak dilanjutkan retinoblastoma, osteosarkoma,
limfoma dan kanker nasofaring. Berdasarkan uraian di atas ancaman
penyakit kanker pada anak dan kematian akibat kanker akan terns meningkat
jumlahnya, untuk mengatasi permasalahan di atas ketersediaan dan
keterjangkauan memperoleh layanan kesehatan perlu diwujudkan dengan
meningkatkan fasilitas kesehatan serta meningkatkan sumber daya manusia
dalam bidang kesehatan baik kualitas dan kuantitasnya.
Kanker adalah istilah yang digunakan untuk penyakit di mana sel-sel
abnormal membelah tanpa terkontrol dan mampu menyerang jaringan lain.
Sel-sel kanker dapat menyebar ke bagian lain dari tubuh melalui darah dan
sistem getah bening (NCI, 2014). Kanker adalah pertumbuhan tidak
terkendali dan penyebaran sel. Hal ini dapat mempengaruhi hampir setiap
bagian dari tubuh. Kanker sering menyerang jaringan di sekitamya dan dapat
bermetastasis ke tempat yang jauh. Kanker dapat dicegah dengan
menghindari paparan faktor risiko umum, seperti asap rokok. Kanker dapat
disembuhkan, dengan melakukan operasi, radioterapi atau kemoterapi,
terutama jika kanker terdeteksi lebih dini. Pertumbuhan yang cepat dari sel
kanker dan bermetastasis merupakan salah satu penyebab kematian pada
anak (WHO, 2014).
Permasalahan kanker pada anak berdampak pada aspek biopsikososio dan
spiritual anak dan keluarga. Aspek fisik yang sering ditampilkan antara lain
ditemukannya massa, purpura, pucat, kehilangan berat badan, refleks
keputihan di mata, muntah berulang pada pagi hari dan demam persisten
serta keluhan nyeri pada tulang, sakit kepala, pembesaran pada kelenjar
limfe, perubahan keseimbangan, perubahan cara berjalan, perubahan
kepribadian dan malaise serta fatigue menjadi manifestasi yang sering
dikeluhkan anak dengan kanker (James, Nelson & Ashwill, 20 13). Masalah
Universitas Indonesia
Aplikasi teori ..., I Gusti Agung Dewi Purnamawati, FIK UI, 2014
3
nutrisi, fatigue, nyeri dan masalah infeksi serta komplikasi yang terjadi
akibat kanker seperti permasalahan pada jantung, peningkatan tekanan intra
kranium, Disseminated Intravaskular Coagulation (DIC), Hiperkalsemia,
reaksi hipersensitif terhadap obat antikanker dan sindrom lisis tumor, serta
syok septik menjadi permasalahan yang akan dihadapi anak penderita kanker
(Otto, 2001).
Cleve, Munoz, Riggs, Bava, dan Savedra (2012) melakukan penelitian pada
anak dengan kanker usia 6 sampai dengan 17 tahun, basil menunjukan 56 %
anak melaporkan nyeri. Masalah lain yang juga dihadapi anak antara lain
permasalahan psikososial berupa depresi, kecemasan dan ketakutan tentang
kematian sering terjadi pada anak. Pemahaman anak dan keluarga terhadap
kondisi psikososial, akan membantu anak dan keluarga mengatasi dampak
psikososial akibat kanker (Marcus, 2012).
Permasalahan nutrisi merupakan masalah yang sering dihadapi anak, banyak
faktor yang berkontribusi terhadap kurangnya asupan nutrisi seperti mual
dan muntah, mukositis, hilangnya rasa kecap, diare, konstipasi, malabsorbsi,
mulut kering, masalah mengunyah dan menelan dan anoreksia (Grundy &
Oliver, 2000; Hudayani, 2014). Beberapa penulis melaporkan bahwa status
nutrisi yang buruk, akan berdampak negatif terhadap toleransi pengobatan
dan kelangsungan hidup anak dengan kanker (Antillon, Rossi, Molina, Sala,
Pencharz, Valsecchi & Barr, 2012).
Antillon, Rossi, Molina, Sala, Pencharz, Valsecchi dan Barr (2012)
melakukan penelitian pada 133 orang anak yang barn terdiagnosa acute
lymphoblastic leukemia (ALL) dengan mengukur status nutrisi anak setelah
tiga dan enam bulan menjalani kemoterapi pada anak yang sama. Hasil
menunjukan bahwa malnutrisi sering ditemukan pada awal anak terdiagnosis
ALL sehingga sering terjadi penghentian pengobatan dan kekambuhan
penyakit lebih besar, namun jika anak-anak mampu bertahan hidup dan
meningkatkan status nutrisi selama enam bulan pertama terdiagnosa ALL
Universitas Indonesia
Aplikasi teori ..., I Gusti Agung Dewi Purnamawati, FIK UI, 2014
4
maka peluang anak untuk bertahan hidup meningkat secara signiftkan.
Melakukan anamnesis status nutrisi anak, pemeriksaan klinis, pemeriksaan
antropometris dan uji biokimia pada awal pengobatan sangat diperlukan
sebagai langkah awal mengatasi masalah nutrisi pada anak dengan kanker
(Antillon, Rossi, Molina, Sala, Pencharz, Valsecchi & Barr, 2012).
Penggunaan istilah malnutrisi sering dihubungkan dengan kekurangan nutrisi
dan kekurangan protein namun, obesitas pun termasuk dalam kondisi
malnutrisi. Meskipun malnutrisi dijadikan sebagai indikator prognosis yang
buruk pada anak dengan kanker, namun status nutrisi tidak selalu dievaluasi
secara klinis. Status gizi yang kurang menjadi faktor menurunnya daya tahan
tubuh, terlambatnya penyembuhan luka, peningkatan infeksi jamur dan
toksisitas hematologi sedangkan obesitas memacu peningkatan toksisitas hati
dan pankreas. Malnutrisi menjadi salah satu penyebab prognosis yang buruk
pada anak dengan kanker. Kurangnya cadangan makanan dan lemak tubuh
akan mempengaruhi farmakokinetik pada banyak obat antikanker dan
mempengaruhi fa.rmakodinamis dan keefektifan obat kanker (Bauer, Jurgens
& Fruhwald, 2011; Rogers, 2014).
Mengkonsumsi makanan untuk memenuhi zat gizi pada anak kanker
bertujuan untuk mencegah penurunan berat badan secara berlebihan serta
mencapai mempertahankan status gizi yang optimal. Mengkonsumsi
makanan sebelum, selama dan setelah tempi dapat membantu anak merasa
lebih baik dan bertahan lebih kuat (Hudayani, 2014). Gizi yang baik
memainkan peranan penting dalam mengukur keberhasilan secara klinis
seperti, meningkatkan kelangsungan hidup, meningkatkan kualitas hidup,
meminimalkan
biaya
perawatan,
menurunkan
risiko
infeksi
dan
meningkatkan toleransi terhadap kemoterapi (Landas, Sacks, Meacham,
Henry, Enriquez, Lowry & Hawkes, et al, 2005; Bauer, Jurgens, Fruhwald,
2011 ). Berdasarkan uraian di atas status nutrisi anak menjadi pusat perhatian
kita bersama untuk meningkatkan kualitas hidup anak penderita kanker.
Universitas Indonesia
Aplikasi teori ..., I Gusti Agung Dewi Purnamawati, FIK UI, 2014
5
Menurut Brannstrom dan Norberg (2014) yang melakukan penelitian pada
anak-anak kanker usia 3 sampai dengan 9 tahun mengemukakan bahwa
anak-anak penderita kanker sering menjalani pengobatan yang cukup lama,
mengungkapkan
nyeri
yang
berat,
mengungkapkan
perasaan
ketidaknyamanan dan membutuhkan kenyamanan. Penelitian tersebut
menghasilkan temuan bahwa anak-anak merasakan tidak nyaman selama
pengobatan dan terkadang mengungkapkan ketidaknyamanan tersebut.
Anak-anak mengungkapkan perasaan nyaman didapatkan dari keluarga
mereka dan staf rumah sakit.
Berdasarkan penelitian Brannstrom dan Norberg (2014) anak-anak
mendapatkan kenyamanan dari keluarganya, hal ini sejalan dengan filosofi
keperawatan anak bahwa asuhan keperawatan berpusat pada keluarga.
Asuhan berpusat pada keluarga memandang bahwa keluarga merupakan
sesuatu yang konstan dalam kehidupan anak sehingga kehadiran, keterlibatan
dan keputusannya sangat diperlukan untuk keberhasilan perawatan. Waktu,
energi, keuangan dibutuhkan dalam jumlah yang sangat besar selama anak
sakit dan dirawat dengan kanker sehingga sangat dibutuhkan peran perawat.
Perawat menjalin hubungan kolaborasi dengan keluarga dengan menjadi
pendengar secara aktif, komunikasi, kesiagaan dan dialog serta menerima
perbedaan pasien, sehingga anak dan keluarga merasakan kenyamanan
secara fisik, psikospiritual, sosiokultural dan lingkungan (Wong, Eaton,
Wilson, Winkelstein & Schwartz, 2009).
Menurut Cleve, Munoz, Riggs, Bava dan Savedra (2012) Anak-anak dengan
kanker sering mengeluh mual, muntah, tidak nafsu makan dan hilangnya rasa
kecap merupakan salah satu penyebab teijadinya malnutrisi pada anak.
Masalah nutrisi dapat menganggu homeostasis tubuh untuk bekerja sesuai
dengan fungsinya, sehingga dapat menggangu kenyamanan fisik anak. Hal
ini sejalan dengan teori Comfort Kolcaba yang membahas konteks
kenyamanan pada empat area yaitu fisik, psikospiritual, sosiokultural dan
lingkungan. Dengan menggunakan pendekatan teori Comfort Kolcaba
Universitas Indonesia
Aplikasi teori ..., I Gusti Agung Dewi Purnamawati, FIK UI, 2014
6
diharapkan dapat meningkatkan rasa nyaman anak selama menjalani
perawatan. Penyelesaian masalah nutrisi dengan pendekatan teori Comfort
Kolcaba akan memperkaya praktik keperawatan dalam memberikan asuhan
keperawatan pada pasien (Krinsky, Murillo & Johnson, 2014).
Berdasarkan hasil pengamatan
selama residen
menjalani praktik klinik
residensi I dan II sejak bulan September 2013 sampai dengan bulan Mei
2014 di RSUPN Cipto Mangunkusumo Jakarta terdapat lima besar penyakit
kanker pada anak yang dirawat di ruang non infeksi yaitu Leukemia 49%,
Retinoblastoma 25%,
Osteosarcoma 5,6%,
Neuroblastoma 7,5%,
dan
Limfoma
beberapa jenis kanker
5,6 %
dan
lainnya seperti
Hepatoblastoma dan Yolk sac tumor. Masalah keperawatan yang residen
temukan pada lima kasus kelolaan semuanya mengalami masalah nutrisi,
dan masalah-masalah yang lain seperti nyeri, hipertemia, perdarahan dan
infeksi. Berdasarkan uraian di atas residen tertarik untuk mengangkat judul
Aplikasi Teori Comfort Kolcaba dalam Asuhan Keperawatan pada Anak
Kanker dengan Masalah Nutrisi di ruang rawat Non Infeksi RSUPN Cipto
Mangunkusumo.
1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Memberikan gambaran aplikasi teori Comfort Kolcaba dalam asuhan
keperawatan pada anak kanker dengan masalah nutrisi di ruang rawat
anak non infeksi RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo.
1.2.2 Tujuan Khusus
1.2.2.1 Memberikan gambaran asuhan keperawatan pada anak dengan kanker
yang mengalami masalah nutrisi dengan menggunakan pendekatan teori
Comfort Kolcaba.
1.2.2.2 Menganalisis asuhan keperawatan yang diberikan pada anak penderita
kanker yang mengalami masalah nutrisi dengan pendekatan teori Comfort
Kolcaba.
Universitas Indonesia
Aplikasi teori ..., I Gusti Agung Dewi Purnamawati, FIK UI, 2014
7
1.2.2.3 Memberikan gambaran pencapaian kompetensi dalam praktik klinik
spesialis keperawatan anak dan peran perawat dalam memberikan asuhan
keperawatan secara profesional dengan memperhatikan aspek etik dan
legal dalam keperawatan.
1.3 Sistematika penulisan
Karya Ilmiah Akhir (KIA) ini terdiri dari lima (5) bah, yang terdiri dari: Bah
satu (1), merupakan pendahuluan yang membahas latar belakang, tujuan, dan
sistematika penulisan karya ilmiah akhir ini. Bah dua (2) menguraikan
aplikasi teori keperawatan dalam dalam memberikan asuhan keperawatan
pada anak yang mengalami masalah nutrisi, yang meliputi uraian mengenai
gambaran kasus, tinjauan teori, integrasi teori dan konsep keperawatan
dalam proses asuhan keperawatan dan aplikasi teori keperawatan pada kasus
terpilih. Bah tiga (3) menguraikan pencapaian kompetensi praktik residensi
keperawatan anak dan peran perawat anak dalam pemberian asuhan
keperawatan. Bah empat (4), memaparkan tentang analisis penerapan teori
Comfort Kolcaba dalam asuhan keperawatan pada anak dengan masalah
nutrisi dan pencapaian target kompetensi. Bah lima (5), terdiri dari
kesimpulan dan saran.
Universitas Indonesia
Aplikasi teori ..., I Gusti Agung Dewi Purnamawati, FIK UI, 2014
BAB2
APLIKASI TEORI KEPERAWATAN
P ADA PRAKTIK RESIDENSI
Pada bab 2 ini akan diuraikan tentang gambaran kasus yang dikelola selama
praktik residensi yang berhubungan dengan area masalah yang diambil
sebagai penerapan teori keperawatan, tinjauan teoritis dengan kasus yang di
pilih, integrasi teori dan konsep keperawatan dalam proses keperawatan, dan
aplikasi teori keperawatan pada kasus terpilih.
2.1. Gambaran Kasus
2.1.1 Kasus I
An. D (laki-laki) usia 14 tahun 11 bulan, masuk rumah sakit pada
tangga1 10 Februari 2014 dengan diagnosa Limfoma Non Hodgkin
(LNH). Satu hari sebelum masuk rumah sakit anak muntah-muntah,
frekuensi 10 kali dalam sehari muntah hanya air, tidak bercampur
darah, setiap diberi makan selalu dimuntahkan, demam sudah dua
hari, suhu 39 • C. Satu setengah bulan yang lalu anak D terdiagnosa
LNH saat ini rencana kemoterapi fase induksi. Pemeriksaan
laboratorium terakhir pada tanggal 21
Februari 2014
yaitu
Hemoglobin: 8.8 g/dl, Hematokrit: 25,3 %, Trombosit: 3.32. 10A6/ul,
Leukosit: 4,45 10A3/ul, Basofil: 5.2 %, Eosinofil: 0.2 %, Neutrofil:
16,9 %, Limfosit: 67,6 %, Monosit: 10,1%, Laju Endap Darah: 109
mm. Penatalaksanaan yang telah diberikan terapi antibiotik sesuai
program, antiemetik sesuai program, analgesik dan antipiretik sesuai
program, kortikosteroid sesuai program, oralit sesuai program,
Vitamin sesuai program, obat antijamur
sesuai program. Obat
kemoterapi: Vincristin 1,8 mg IV, CPA 1000 mg, Mesna 800 mg,
Adriamisin 30mg, Methotrexate (MTX) + Cytarabine (ARA C) +
Dexametasone. Diet nutrisi yang diberikan makan biasa 1000 kkal
dan Formula 100 5 x 200 cc. Terapi cairan parenteral: KaEniB: 70
mlljam. Mendapatkan transfusi Trombosit Cell (TC) dan pemberian
albumin 20%: 78 mi.
8
Universitas Indonesia
Aplikasi teori ..., I Gusti Agung Dewi Purnamawati, FIK UI, 2014
9
Pengkajian dilakukan pada tanggal 21 Februari 2014: pengkajian
fisik: tipe kenyamanan relief yaitu nyeri pada sendi lutut dan tulang
belakang, skala nyeri 7, meringis kesakitan saat mengerakan tubuh
dan menangis setiap nyerinya muncul dan sulit tidur, anak terpasang
infus. Berat badan 29,5 kg, BMI: 13,11, makan V4 porsi. Hasil
laboratorium Hemoglobin: 8,8 g/dl, Laju Endap Darah: 109 mm,
terpasang infus pada tangan kanan. Rencana kemoterapi setelah
secara klinis membaik. Pengkajian Psikospiritual: tipe kenyamanan
relief anak tampak murung menjawab seperlunya, lebih banyak diam,
wajah tampak Ielah dan orang tua selalu bertanya kondisi anaknya.
Pengkajian sosiokultural: Interaksi anak dengan lingkungan kurang,
lebih banyak diam, wajah tampak murung, tidur-tiduran sambil
memainkan menonton
televisi.
Pengkajian
lingkungan:
tipe
kenyamanan relief. anak mengatakan bosan di dalam kamar terus,
anak mengatakan ingin keluar kamar. Orang tua mengatakan ruangan
kadang-kadang ramai oleh keluarga pasien, suhu ruangan terkadang
panas saat banyak pengunjung, dan kamar mandi bergantian dengan
pasien lain.
Diagnosis
keperawatan
yang
ditegakkan
antara
lain
nyeri
berhubungan dengan destruksi sel-sel kanker, ketidakseimbangan
nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh, risiko defisit volume cairan,
risiko infeksi, risiko cedera dan cemas pada anak dan orang tua.
Rencana tindakan yang disusun berdasarkan masalah yang muncul.
Intervensi yang telah dilakukan antara lain 1) Standar comfort yaitu:
mengkaji skala nyeri anak, mengobservasi tanda-tanda vital,
memberikan kompres hangat pada area yang sakit, memberian
Antipiretik 500 mg dan Analgesik 25mg, Antiemetik 4 mg, Vitamin
1 sendok obat, Zat besi 20 mg, Omeprazole 400 mg. mengkaji
penyebab anak tidak mau makan, makanan kesukaan anak,
kemampuan anak untuk makan, menimbang berat badan, memantau
dan mencatat asupan nutrisi anak, memantau basil laboratorium
Universitas Indonesia
Aplikasi teori ..., I Gusti Agung Dewi Purnamawati, FIK UI, 2014
10
albumin, elektrolit, gula darah sewaktu (GDS) dan hemoglobin,
memberikan transfusi Packed Red Cells (PRC) dan albumin,
memasang
infus,
memantau
basil
pemeriksaan
laboratorium
hemoglobin, leukosit, absolute neutrofil count (ANC) dan nilai
prokalsitonin. Memantau efek samping kemoterapi, memantau tandatanda vital anak sebelum dan sesudah tindakan intra tekal (IT),
memposisikan anak dengan tepat saat pemberian terapi melalui IT. 2)
Coaching yaitu: menjalin hubungan saling percaya dengan anak,
menganjurkan pada orang tua untuk membawa makanan yang disukai
anak dari rumah, menganjurkan pada orang tua untuk memberi makan
porsi kecil namun sering, menganjurkan anak untuk makan makanan
selagi hangat, mengedukasi orang tua tentang efek samping
kemoterapi. 3) Comfort food for the soul: ciptakan lingkungan yang
nyaman pada waktu jam makan, tenang dan bersih.
Residen melakukan evaluasi setelah 6 hari perawatan dari 6 diagnosis
keperawatan 5 diagnosa keperawatan sudah teratasi pengalaman rasa
nyaman berada pada tipe transcendence,
hanya
1 diagnosa
keperawatan yang belum teratasi yaitu ketidakseimbangan nutrisi
kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan asupan yang
kurang dan hipermetabolisme tubuh. Masalah belum teratasi
pengalaman rasa nyaman pada tipe ease disebabkan berat badan anak
masih 30 kg dimana berat badan anak ideal 35 kg, namun nafsu
makan anak sudah membaik, mual muntah tidak ada. Pasien akan
datang empat minggu kemudian untuk kemoterapi siklus ke 2.
2.1.2 Kasus II
An. Y, jenis kelamin perempuan, usia 7 tahun 7 bulan, masuk rumah
sakit pada tanggal 18 Maret 2014
dengan diagnosa medis
Hepatoblastoma. Anak Y masuk rumah sakit untuk menjalani
kemoterapi protokol hepatoblastoma siklus ke 2. Riwayat masa lalu:
anak Y terdiagnosa hepatoblastoma pada bulan Mei 2013 sudah
Universitas Indonesia
Aplikasi teori ..., I Gusti Agung Dewi Purnamawati, FIK UI, 2014
11
menjalani kemoterapi sampai dengan siklus ke lima namun berhenti.
Saat ini menjalani kemoterapi ulang. Pemeriksaan laboratorium
Hemoglobin: 8.4 g/dl, Hematokrit: 24,6 %, Trombosit: 12.37
1OA6/ul, Leukosit: 22.420 1OA3/ul, Basofil: 5.2 %, Eosinofil: 0.5 %,
Neutrofil: 77,3 %, Limfosit: 10.3%, Monosit: 11.1%, LED: 50 mm,
ANC: 17.330, SGOT: 111 u/1, SGPT: 20 u/1, protein total: 9.9 g/dl,
albumin: 4.9 g/dl, globulin: 4.99 g/dl, bilirubin total: 3.2 mg/dl,
bilirubin indirek: 2.13 mg/dl, bilirubin direk: 1.07 mg/dl, kreatinin:
0.4 mg/dl, ureum: 39 mg/dl. Penatalaksanaan: diet makanan biasa:
1000 kkal, Makanan cair: F100 6 x 150 mi. terapi obat: Antiemetik
3x4 mg IV, Vitamin E 2 x 150 ui oral, Ambroxol + Salbutamol4 x 1
bungkus, Aspilet 1 x 80 mg. Obat kemoterapi: Doxorubicin 10 mg,
dan Cisplatin 30 mg.
Pengkajian dilakukan pada hari senin tanggal 18 Maret 2014 :
pengkajian fisik berada pada tipe kenyamanan relief: anak Y batuk
berdahak, sputum jemih, Tekanan darah: 100/60mmHg, Suhu: 36,8 •
C, Nadi: 70 x/menit, Pemapasan: 20 x/menit, Anak tampak lemah
dan badan kurus, berat badan 18,55 kg, tinggi badan: 123 em, LLA:
11,5 em status gizi berdasarkan LLA adalah gizi buruk, IMT: 10.97,
perut membesar dengan lingkar perut: 53.62 em, nafsu makan
kurang, mual, hepar teraba pembesaran dan keras, terpasang naso
gastric tube (NGn untuk pemberian formula
100 (F 100),
Hemoglobin: 8.4 g/dl, SOOT: 111 u/1, SGPT: 20 u/1. Pengkajian
psikospiritual: berada pada tipe relief. saat diajak bicara anak diam,
menangis jika ditinggal ibunya, ibu memarahi anak jika anak rewel.
Pengkajian sosiokultural: berapa pada tipe relief. interaksi anak
dengan lingkungan tidak ada, lebih banyak diam, dan lebih banyak
tidur tiduran. Pengkajian lingkungan berada pada tipe ease: anak
bermain boneka ditempat tidumya, orang tua mengatakan ruangan
bersih, tidak panas, tidak berisik dan tidak ramai, serta penerangan
Universitas Indonesia
Aplikasi teori ..., I Gusti Agung Dewi Purnamawati, FIK UI, 2014
12
yang cukup, kamar mandi dekat dengan tempat tidur, tersedia tempat
cuci tangan dan berfungsi dengan baik.
Diagnosis keperawatan yang ditegakkan antara lain bersihan jalan
napas tidak efektif berhubungan dengan peningkatan produksi
sputum, ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan asupan yang kurang, risiko defisit volume
cairan berhubungan dengan asupan yang kurang, risiko infeksi
berhubungan
dengan
hipermetabolisme,
prosedur
risiko
invasif,
cedera
gizi
dan
dengan
agen
kurang
berhubungan
kemoterapi dan cemas pada anak dan orang tua berhubungan dengan
dampak hospitalisasi dan prognosis penyakit anak.
Tindakan keperawatan yang telah dilakukan pada kasus anak Y
antara lain: 1) Standar comfort: mengobservasi tanda-tanda vital,
mengkaji
irama,
frekuensi
dan
kedalaman
pemapasan,
mengauskultasi bunyi napas, menimbang berat badan anak,
memantau
dan mencatat
asupan nutrisi anak, memantau basil
laboratorium albumin, elektrolit, GDS dan hemoglobin, melakukan
akupresur pada anak. Memantau pemberian makanan biasa 1000
kkal, dan susu F100 5 x 150 cc, memberian Antiemetik 4 mg,
vitamin E 1 150 ui, memberikan transfusi PRC 150 cc, memasang
cairan parenteral 2A + Ca + KCl + Mg 50 ml/jam, memberikan
makanan cair melalui NGT, memantau tanda-tanda infeksi pada area
pemasangan infus, memantau tanda-tanda efek samping kemoterapi,
mengobservasi terapi Doxorubicin 10 mg dalam 100 cc NaCL 0.9 %
di berikan selama 4 jam 25 ml/jam.
2) Coaching yaitu: menganjurkan pada orang tua untuk membawa
makanan yang disukai anak dari rumah, menganjurkan pada orang
tua untuk memberi makan porsi kecil namun sering, menganjurkan
orang tua untuk melakukan oral hygiene dengan NaCl untuk
Universitas Indonesia
Aplikasi teori ..., I Gusti Agung Dewi Purnamawati, FIK UI, 2014
13
mencegah stomatitis, mengajarkan prosedur akupresur pada orang
tua, 3) Comfortfoodfor the soul: memberi pujian atas prilaku orang
tua membuang sputum pada tempatnya. Menciptakan lingkungan
yang nyaman pada waktu jam makan, memberikan pujian atas
prilaku ibu untuk memberikan setiap makanan yang disajikan dan
selalu memberikan motivasi pada ibu untuk tetap bersabar terhadap
asupan anak.
Evaluasi dilakukan pada anak Y setelah tiga hari dirawat dari 5
diagnosa keperawatan 4 diagnosa keperawatan teratasi dan satu
diagnosa keperawatan yang belum teratasi. Rasa nyaman pasien dan
keluarga berada pada
tipe transcendence, hanya 1 diagnosa
keperawatan yang belum teratasi yaitu ketidakseimbangan nutrisi
kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan asupan yang
kurang. Masalah belum teratasi pengalaman rasa nyaman pada tipe
ease disebabkan berat badan anak tetap 18 kg dimana berat badan
anak ideal 27 kg, namun nafsu makan anak masih kurang, saat
pulang masih terpasang NGT, mual dan muntah tidak ada. Pasien
akan datang tiga minggu kemudian untuk siklus kemoterapi ke 3.
2.1.3 Kasus Ill
An.Az, anak laki-laki, usia 2 tahun, masuk rumah sakit pada tanggal
22 Maret 2014 dengan Akut Mieloid Leukemia (AML). Anak
terdiagnosa AML sejak Desember 2013, sudah menjalani kemoterapi
siklus pertama pada tanggal 26 Februari sampai dengan 15 Maret
2014 dan satu minggu kemudian masuk rumah sakit kembali. Empat
hari sebelum masuk rumah sakit anak demam dan diare, tidak mau
makan hanya minum dan sudah berobat ke poli klinik dan disarankan
pulang untuk perbaikan keadaan umum, namun esok harinya anak
mengalami
perdarahan
saluran
cerna
dan
dirawat
kembali.
Pemeriksaan laboratorium terakhir pada tanggal 21 maret 2014
Hemoglobin: 6.06 g/dl, Hematokrit: 18 %, Trombosit: 40.90 1OA6/ul,
Universitas Indonesia
Aplikasi teori ..., I Gusti Agung Dewi Purnamawati, FIK UI, 2014
14
Leukosit: 1880 101\3/ul, Basofil: 0 %, Eosinofil: 0 %, Neutrofil: 11
%, Limfosit: 2%, Monosit: 63%, ANC: 244, Bias: 9%, Na: 127
Meq/1,
K:
2.2
Meq/1,
Cl:
93
Meq/1,
GDS:
138
mg/dl.
Penatalaksanaan yang didapatkan: diet anak sementara dipuasakan,
infus: N5(450) + D40% (40) + KCI(lOmeq) 25 ml/jam, Aminofusin
5 %: 8.3 ee/jam. Tranfusi PRC 70 ee dan Trombosit 100 ee, injeksi
Antibiotik 4 x 500 mg, Antipiretik 3 x 100 mg, Omeprazole 1 x 10
mg obat oral: Ambroxol 4 x 5 mg, Salbutamol 4 x 0.5 mg
Klindamyein 4 x 60 mg salep, Asam Fusielaf dan kompres NaCI 0.9
% untuk lengan kiri yang bengkak. Pengkajian dilakukan pada
tanggal 24 Maret 2014 pengkajian fisik berada pada tipe
kenyamanan relief. keadaan umum lemah, tanda-tanda vital Tekanan
darah: 100/70 mmHg, Suhu: 37·c, Nadi: 120 xlmenit, Pemapasan:
32 x/menit. Anak masih dipuasakan perdarahan saluran eema tidak
ada lagi, bah berwama kuning, berat badan anak 10 kg, tinggi badan
84 em, IMT: 14.11, LLA: 13 em, batuk berdahak, ronchi tidak ada.
Lengan kiri bengkak bekas pemasangan infus pasea perawatan siklus
pertama dan saat ini terpasang infus di kaki kiri.
Pengkajian psikospiritual tipe kenyamanan relief. anak selalu
menangis setiap perawat akan melakukan prosedur keperawatan.
Nenek pasien mengatakan binggung tidak ada yang dapat menunggu
eueunya mamanya anak Az bekerja, takut diberhentikan jika sering
ijin tidak masuk, nenek anak Az mengatakan sudah meninggalkan
keluarganya dikampung untuk dapat menunggu anak Az. Pengkajian
sosiokultural tipe kenyamanan pada tipe relief. interaksi anak
dengan perawat belum terjalin dengan baik, anak hanya berinteraksi
dengan neneknya, tidak ada interaksi dengan pasien disebelahnya.
Pengkajian lingkungan: tipe kenyamanan berada pada tipe ease:
anak Az bermain terbatas hanya di tempat tidur, alat main anak
diletakan di dekat anak. Nenek anak Az mengatakan ruangannya saat
Universitas Indonesia
Aplikasi teori ..., I Gusti Agung Dewi Purnamawati, FIK UI, 2014
15
ini sudah cukup nyaman, ruangan tenang, pengunjung dan penunggu
pasien dibatasi serta tempat tidur terpasang penghalang.
Diagnosis keperawatan yang ditegakkan pada kasus anak Az adalah
bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan peningkatan
produksi sputum, ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan
tubuh berhubungan dengan asupan yang kurang, nyeri berhubungan
pembesaran tangan kiri pasca kemoterapi, risiko defisit volume
cairan berhubungan dengan asupan yang kurang, risiko infeksi
berhubungan dengan prosedur invasif.
Tindakan keperawatan yang telah dilakukan antara lain: 1) Standar
comfort: mengobservasi tanda-tanda vital, mengkaji irama, frekwensi
dan kedalaman pemapasan, mengauskultasi bunyi napas, memantau
asupan makanan anak melalui oral atau parenteral: N5: 25 ml/jam,
dan Aminofusin 250 ml: 8.3 ml/jam. Memberikan transfusi PRC
100 mg memberikan Omeprazole 10 mg. Mengkaji skala nyeri anak,
memberikan kompres NaCl pada area yang sakit, memberikan
antipiretik 100 mg, salf fusiclaf untuk luka, mengganti balutan infus,
pantau tanda-tanda dehidrasi, timbang timbang berat badan,
memantau asupan dan keluaran, memantau perdarahan dari saluran
cema seperti melena, memantau hasil laboratorium yang relevan
dengan keseimbangan cairan tubuh seperti hematokrit, albumin dan
berat jenis urin, memantau tanda-tanda infeksi pada area pemasangan
infus, cuci tangan sebelum dan sesudah melakukan prosedur
keperawatan,
memantau
hasil
pemeriksaan
laboratorium
hemoglobin, leukosit, LED, ANC dan prokalsitonin.
2) Coaching yaitu: menganjurkan nenek untuk menggunakan masker
saat nenek terserang infeksi pemapasan, menganjurkan untuk
memberi makanan cair sedikit demi sedikit sesuai indikasi,
mengajarkan nenek cara berkumur untuk mencegah stomatitis pada
Universitas Indonesia
Aplikasi teori ..., I Gusti Agung Dewi Purnamawati, FIK UI, 2014
16
anak dan ajarkan pada nenek tehnik akupresur untuk mengurangi
mual. 3) Comfort food for the soul: menganjurkan untuk memberikan
cukup minum sesuai program, menciptakan 1ingkungan yang
nyaman saat anak makan, melibatkan nenek mengompres lengan
yang bengkak dengan NaCl 0.9%.
Evaluasi dilakukan setelah lima hari perawatan dari 5 diagnosa
keperawatan 4 diagnosa keperawatan teratasi atau berada pada tipe
kenyamanan transcendence dan satu diagnosa keperawatan belum
teratasi, dimana tipe kenyamanan berada pada ease yaitu nyeri
berhubungan dengan bengkak pada lengan kiri pasca kemoterapi.
2.1.4 Kasus IV
An. CH, anak laki-laki, usia 2 tahun 6 bulan, masuk rumah sakit
pada tanggal 26 Maret 2014 dengan Akut Mieoloid Leukemia. Anak
CH masuk ruang Non Infeksi atas rujukan RSUD Pasar Rebo, 10
hari sebe1um masuk rumah sakit anak dirawat di RSUD Pasar Rebo
dengan diagnosa medis Dengue Hemoragic Fever (DHF), anak
demam, batuk dan nilai trombosit rendah. Dua hari sebelum masuk
rumah sakit timbul lebam kebiruan pada tubuh dan anak langsung
dirujuk ke RSUPN Cipto Mangunkusumo. Saat datang keadaan
umum dengan perdarahan gusi, pucat, paralisis pada nervus VII
bagian kanan, kedua mata menonjol, demam, dan sulit menelan.
Pemeriksaan
laboratorium
terakhir
tanggal
9
April
2014
Hemoglobin: 11.1 g/dl, Hematokrit: 33 %, Trombosit: 37.000
10/\6/ul, Leukosit: 10.020 10/\3/ul, Basofil: 2.7 %, Eosinofil: 0 %,
Neutrofil: 20.8 %, Limfosit: 57.7%, Monosit: 18.8 %, Na: 130
Meq/1, K: 5.10 Meq/1, Cl: 89.5 Meq/1, GDS: 121 mg/dl, ureum:12
mg/dl, Kreatinin: 0.3 mg/dl , SOOT: 83 u/1, SGPT: 110 u/1, albumin:
3.78 gr/dl. Penatalaksanaan yang diberikan antara lain lnjeksi:
Antiemetik 3 x 2 mg, Antipiretik 4 x 180 mg, Antibiotik 3 x 500 mg,
Amikasin I x 250 mg, Micafungin 1 x 40 mg. Oral: Salbutamol +
Universitas Indonesia
Aplikasi teori ..., I Gusti Agung Dewi Purnamawati, FIK UI, 2014
17
Ambroxol 4 x 1 bungkus, Captopril 3 x 6.25, Aloclair gel 3 x hari di
oleskan pada mulut, Inhalasi dengan NaCl 0.9% + ventolin 1 ampul
4 x hari, obat tetes mata sesuai program. Premedikasi sebelum
tranfusi Dexamethasone 1,5 mg dan Difenhidramin 15 mg N.
Pengkajian dilakukan pada tanggal 14 April 2014 hari ke 19 rawat
inap pengkajian fisik berada pada tipe kenyamanan relief. keadaan
umum anak lemah, demam, batuk, kedua mata anak menonjol dan
edema dan hematoma palpebra bilateral, kesulitan menelan, berat
badan: 13,65 kg, IMT: 16.48, wajah anak tidak simetris miring ke
sebelah kiri, bicara tidak jelas, trombosit rendah, anak gelisah dan
rewel, sulit tidur, terpasang NGT, oksigen melalui nasal kanul 3 liter
dan, tidak terpasang infuse hanya kanul infus untuk pemberian obat.
Anak telah mendapatkan tranfusi trombosit, PRC, Albumin 25 % 50
ml, obat kemoterapi ARA C 25 mg dan Doxorubicin 20 mg.
Pengkajian psikospritual berada pada tipe nyamanan relief: anak
rewel, menangis terns, anak selalu minta digendong orang tua, sulit
tidur dan orang tua mengungkapkan kecemasannya atas kondisi anak
dan berpasrah pada tuhan. Pengkajian sosiokultural berada pada tipe
kenyamanan relief. interaksi anak dengan pasien lain tidak ada, anak
ditunggu oleh kedua orang tuanya dan nenek pasien. Pengkajian
lingkungan: tipe kenyamanan relief. anak selalu gelisah menangis
tidak mau ditidurkan hanya mau di gendong orang tuanya,
mengatakan ruangan terkadang panas karena pendingin ruangan
mati, ruangan cukup ramai pada saat jam pemberian obat banyak
anak menangis.
Diagnosis keperawatan yang muncul antara lain bersihan jalan napas
tidak efektif berhubungan dengan peningkatan produksi sputum,
hipertermia berhubungan dengan mikroorganisine patogen, nyeri
berhubungan dengan udema dan hematoma palpebra bilateral,
ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
Universitas Indonesia
Aplikasi teori ..., I Gusti Agung Dewi Purnamawati, FIK UI, 2014
18
dengan kelemahan otot menelan, defisit volume cairan berhubungan
dengan output berlebih dari demam dan perdarahan, cemas pada
anak dan keluarga berhubungan dengan prognosis penyakit dan
dampak hospitalisasi.
Tindakan keperawatan yang telah dilakukan antara lain: 1) Standar
comfort: mengobservasi tanda-tanda vital, memberikan susu melalui
NGT, memberikan terapi obat Antiemetik 2 mg, Antipiretik 180 mg,
Antibiotik 500 mg, memberikan Inhalasi dengan obat Ventolin dan
NaCl 3 cc, memberikan terapi Salbutamol + Ambroxol puyer 1
bungkus, Captopril 6,25mg, memberikan transfusi TC, PRC dan
Albumin 25 %, menghitung keseimbangan cairan, menimbang berat
badan, memantau basil laboratorium. 2) Coaching: menganjurkan
pada orang tua melaporkan jika anak demam, batuk dan diare,
menganjurkan ibu untuk mencuci tangan setiap kali memberikan
makanan cair anak, dan menjaga peralatan makan anak dalam
keadaan bersih, menyarankan untuk menggunakan masker saat
terserang ISPA, menyarankan orang tua untuk menunggu anak
secara bergantian. 3) Comfort food for the soul: memberikan
reinforcement atas usaha menjaga kebersihan personal anak.
Evaluasi pada anak CH pada tanggal 24 April anak mengalami
penurunan kesadaran,
kesadaran
coma,
keadaan memburuk,
pemapasan apneu, saturasi oksigen: berada pada 82 sampai dengan
92 %, Nadi: 120 x/menit, Pemapasan: 35 X/menit, Tekanan darah:
100/75 mmHg, pasang ETT dan dilakukan VTP manual rencana
pindah ke ruang PICU namun penuh, orang tua telah dijelaskan
tentang prognosis anak dan kondisi anak oleh tim medis. Pada
tanggal27 April2014 pukul18.00 anak meningal dunia.
Universitas Indonesia
Aplikasi teori ..., I Gusti Agung Dewi Purnamawati, FIK UI, 2014
19
2.1.5 Kasus V
An. D (Perempuan) usia 3 tahun 4 bulan, masuk. rumah sakit pada
tanggal 21 April 2014 dengan diagnosa medis Yolk Sac Tumor.
Anak dirawat karena akan melakuk.an kemoterapi siklus ke 9. Anak
terdiagnosa Yolk Sac Tumor pada usia 1 tahun 2 bulan dan pada
bulan juli tahun 2012 anak pemah dioperasi, dan dilanjutkan dengan
kemoterapi, selesai kemoterapi anak dilakuk.an operasi untuk. kedua
kalinya pada tanggal27 Maret 2014, namun ibu pasien mengatakan
perut anak masih besar. Saat pengkajian tanggal 21 April 2014
didapatkan pengkajian fJSik tipe kenyamanan relief. keadaan umum
lemah, perut buncit, lingkar perut 52 em, berat badan 11,21 kg,
tinggi badan: 87 em, LILA: 11 em, IMT: 14,81 kg/m2, status gizi:
gzi buruk, tanda-tanda vital: TD: 90/50 mmHg, S: 37°C, N: 132
x/menit, RR: 32 x/menit. Napsu makan kurang, makan hanya habis 2
sampai 3 sendok makan. Psikospiritual tipe kenyamanan relief.
anak sangat pendiam, hanya menangis setiap diberi tindakan, dan
sangat tergantung dengan orang tua. Orang tua selalu bertanya
mengapa perut anaknya semakin membesar. Sosiokultural tipe
kenyamanan relief interaksi anak dengan lingkungan disekitar tidak
ada, interaksi hanya dengan orang tua dan tidak ada kunjungan
sahabatnya. Lingkungan tipe kenyamanan ease: saat anak bosan
orang tua membawa anak ke ruangan bermain, orang tua mengatakan
nyaman dengan keadaan ruangan, tidak panas, penerangan cukup
dan ramai saat anak-anak menangis saja.
Pemeriksaan diagnostik: CT Scan Abdomen tanggal 13 januari 2014
hasil: dibandingkan dengan CT Scan abdomen pada tanggal
16/10/2013 uk.uran massa rongga abdomen kiri bawah relatif
berkurang, hepatomegali dan multiple lesikistik kecil di segment 4
dan 8, organ intra abdomen lain dalam batas normal. Hasil rongen
pada tanggal 23 Januari 2014 terdapat infiltrat dilapangan atas paru
kanan. Hasil pemeriksaan laboratorium terakhir tanggal 15 April
Universitas Indonesia
Aplikasi teori ..., I Gusti Agung Dewi Purnamawati, FIK UI, 2014
20
2014 Hemoglobin: 11.8 g/dl, Hematokrit: 37%, Trombosit: 257.000
/ul, Leukosit: 10.020 10"3/ul, Basofil: 0.5 %, Eosinofil: 0.5 %,
Neutrofil: 55.7 %, Limfosit: 33.9/ul, Monosit: 9.4 %,
ureum: 6
mg/dl, Kreatinin: 0.2 mg/dl, SOOT: 47 u/1, SGPT: 4 u/1, albumin:
2.38 gr/dl, alvafeto protein (AFP): 8260 (N: < 5,8). Penatalaksanaan
yang diberikan antara lain Injeksi: Antiemetik 3 x 2 mg, Oral:
Salbutamol 0.6 + Ambroxol 6mg: 3 x 1 bks, Inhalasi NaCl 0.9 % +
Ventolin 1 ampul 3 x hari. Terapi kemo: Etoposide 60 mg 1,2,3
diberikan drip tiap 4 jam, Carboplatin 300 mg di drip 4 jam, dan
Bleomycin 8 mg dibolus. Diet: makan biasa 1300 kkal, 3 x 1 sehari
dan SUSU 3 X 180 CC.
Diagnosis keperawatan yang ditegakkan antara lain bersihan jalan
napas tidak efektif berhubungan dengan peningkatan produksi
sputum,
ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan kelemahan otot menelan, risiko defisit volume
cairan berhubungan asupan yang kurang, risiko infeksi berhubungan
dengan gizi buruk, risiko cedera berhubungan dengan pemberian
obat antikanker dan cemas pada anak dan keluarga berhubungan
dengan dampak hospitalisasi dan prognosis penyakit.
Sedangkan tindakan yang dilakukan pada kasus an D adalah sebagai
berikut: 1) Standar comfort: mengobservasi tanda-tanda vital,
memasang infus sebagai persiapan kemoterapi, menimbang berat
badan anak, memantau asupan nutrisis anak, menghitung balance
cairan, memberikan terapi Plasbumin 25%: 15 ml/jam, memberikan
terapi Furosemid 10 mg diantara pemberian plasbumin, memberikan
terapi Inhalasi Ventolin 1 ampul+ NaCl 0.9% 3 cc, mengkaji area
pemasangan
infus
akan
tanda-tanda
infeksi.
2)
Coaching:
menganjurkan pacta orang tua melaporkan jika anak demam, batuk
dan diare, menganjurkan ibu untuk mencuci tangan setiap kali
menyiapkan susu dan makanan anak. 3) Comfort food for the soul:
Universitas Indonesia
Aplikasi teori ..., I Gusti Agung Dewi Purnamawati, FIK UI, 2014
21
memotivasi ibu untuk memberikan anak asupan oral yang cukup dan
menciptakan lingkungan yang aman dan nyaman pada anak.
Evaluasi dilakukan pada hari ke empat setelah anak selesai menjalani
pemberian kemoterapi dan kondisi anak secara klinis cukup baik,
makan mulai mau Y:z porsi, namun berat badan masih tetap belum ada
kenaikan. Pasien pulang pada hari kamis tanggal 24 April 2014.
Dari enam diagnosa keperawatan 4 diagnosa teratasi berada pada tipe
kenyamanan transcendence dan 2 diagnosa keperawatan belum
teratasi berada pada tipe kenyamanan ease yaitu ketidakseimbangan
nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan asupan
yang tidak adekuat dan cemas pada orang tua keluarga berhubungan
dengan prognosis anak.
2.2. Konsep Keganasan Pada Anak
2.2.1 Definisi
Kanker adalah keadaan dimana sel-sel abnormal membelah tanpa kontrol
dan mampu menyerang jaringan lain. Sel-sel kanker dapat menyebar ke
bagian lain dari tubuh melalui darah dan sistem limfe (INC, 2014). Semua
jenis kanker dimulai dari sel tubuh sebagai unit terkecil dari tubuh. Tubuh
terdiri dari banyak sel, saat sel sudah tua dan rusak maka sel akan mati dan
akan diganti dengan sel-sel baru. Namun terkadang proses yang teratur ini
berjalan menyimpang, sel menjadi rusak atau berubah, menghasilkan
mutasi yang mempengaruhi pertumbuhan sel normal dan pembelahan.
Universitas Indonesia
Aplikasi teori ..., I Gusti Agung Dewi Purnamawati, FIK UI, 2014
22
Gambar 2.1. Pembelahan sel normal dan sel kanker NCI (20 14).
2.2.2 Etiologi dan Patofisiologi Kanker
Pada kebanyakan kasus, penyebab kanker pada anak belum dik:etahui secara
pasti, namun keterkaitan dengan faktor genetik: dan lingkungan salah satu
pencetus kanker. Factor lingkungan antara lain seperti agen kimia seperti
radiasi pengionisasi, dan iradiasi ultraviolet. Agen kimia seperti rokok,
asbestos, fenitoin, dan kloramfenik:ol. Agen mik:robiologik: seperti hepatitis
B dan C, virus ebstein bart, dan papiloma virus (Nelson, 2000).
Universitas Indonesia
Aplikasi teori ..., I Gusti Agung Dewi Purnamawati, FIK UI, 2014
23
Zat perusak DNA didapat
(lingkungan) k:imia, radiasi,
virus
Sel normal
Perbaikan DNA
berhasil
Kerusakan
DNA
Mutasi herediter pa.da:
~
Perbaikan
DNAgagal
1. Gen-gen yang mempengaruhi
perbaikan DNA.
Mutasi pada
genom sel
!!Qmatik
2. Gen-gen yang mempengaruhi
Pengaktifan onkogen
pendorong pertumbuhan
Perubahan gen yang
mengendalikan
pertumbuhan
Penonaktifan gen
supresor kanker
Ebpresi prqquk g_~n Ytm& m~ng3l~i
perubahan dan hilangnya produk gen
regulatorik
I
Ekspansi klonal
[
Neoplasma ganas
I
Heterogeneitas
._
-~
.
J
J
I
Neoplasma
ganas
Skema 2.1. Patofisiologi Kanker (Nelson, 2000).
Universitas Indonesia
Aplikasi teori ..., I Gusti Agung Dewi Purnamawati, FIK UI, 2014
24
2.2.3 .Kanker Pada Anak
Kank:er pada anak membutuhkan kerjasama yang baik antara semua
disiplin ilmu. Perawat onkolgi anak berperan sebagai pemberi asuhan
keperawatan anak beserta keluarganya. Insiden kank:er pada anak tiap
tahun terus meningkat, sepuluh jenis kanker yang paling sering menyerang
anak
yaitu
leukemia,
rhabdomyosarcoma,
tumor
kank:er
testis
otak,
dan
lymphoma,
ovarium,
melanoma,
bone
sarcoma,
neuroblastoma, tumor ginjal, retino blastoma, hepatoblastoma dan kank:er
lainnya (James; Nelson & Ashwill, 2013).
2.2.4 Manifestasi klinik kanker pada anak
Manifestasi klinik kank:er pada anak terdiri atas tanda pasti dan tidak pasti.
Tanda dan gejala pasti pada anak dengan kank:er antara lain adanya massa,
purpura, kehilangan berat badan, kepucatan, refleks keputihan di mata,
muntah berulang di pagi hari, dan demam persiten. Tanda dan gejala yang
belum pasti antara lain nyeri pada tulang, sakit kepala, pembesaran pada
keleqjar limfe, perubahan keseimbangan, cara berjalan, dan kepribadian
serta malaise danfatigue (James; Nelson & Ashwill, 2013). Tanda gejala
lain pada anak dengan keganasan antara lain anemia, trombositopenia,
demam, faringitis, neutropenia, nyeri tulang, pincang, artralgia, demam
yang tidak diketahui asalnya, penurunan berat badan, keringat malam,
limfadonapati tak nyeri, lesi kulit, massa abdomen, hipertensi, diare, massa
jaringan lunak, muntah, gangguan penglihatan, ataksia, nyeri kepala,
edema papil, ekimosis periorbital, miosis, ptosis, ataksia, eksofthalmus,
proptosis ( Nelson, 2000).
2.2.5. Penatalaksanaan .Kanker Pada Anak
Menurut James, Nelson dan Ashwill (2013) Penatalaksanaan anak dengan
kank:er terdiri dari
kemoterapi, radiasi dan pembedahan merupakan
penatalaksanaan primer pada penderita kank:er. Hematopoietic stem cell
transplantation,
terapi
steroid
dan
biologic
agents
merupakan
penatalaksanaan spesifik pada populasi anak kank:er.
Universitas Indonesia
Aplikasi teori ..., I Gusti Agung Dewi Purnamawati, FIK UI, 2014
25
1. Kemoterapi
Kemoterapi
merupakan
obat
antineoplasma
yang
berfungsi
membunuh sel-sel kanker. Setiap obat yang berbeda menimbulkan
efek samping yang berbeda. Kombinasi obat kanker sangat bersifat
individual tergantung pada jenis kanker. Obat kemoterapi dapat
diberikan melalui oral, intravena, intramuskular, subkutan atau
intratekal. pemberian obat kemoterapi terkadang mengharuskan
anak dirawat dirumah sakit. Efek obat kemoterapi harus disampaikan
kepada orang tua atau pengasuh anak, obat kemoterapi tidak hanya
membunuh sel-sel kanker namun mempengaruhi sel normal seperti
sistem hematopoitik, sistem gastrointestinal dan sistem integument.
Efek obat kemoterapi pada system hematopoitik menyebabkan
penekanan
produksi
sel-sel
darah
menghasilkan
keadaan
neutropenia, anemia dan trombositopenia. Efek kemoterapi lainnya
adalah penekanan sum-sum tulang, lebam pada kulit, epistaksis dan
pendarahan gusi, kebotakan, kelelahan dan ketidakberdayaan, mual,
muntah, anoreksia, mukositis dan stomatitis. Peran perawat pada
pelaksanaan kemoterapi yaitu memahami terlebih dahulu tentang
panduan
keamanan
dan
keselamatan
kerja pemberian obat
antikanker, melakukan double-check pemberian dosis obat dengan
protokol yang direkomendasikan, mengukur tinggi badan dan berat
badan anak, dan selalu melakukan double-check intruksi obat pada
protokol dosis yang diberikan dokter (James, Nelson & Ashwill
2013).
2.
Radiasi
Menurut James, Nelson dan Ashwill (2013) Radiasi dapat diberikan
sebagai pengobatan, untuk menghilangkan penyakit atau dapat
diberikan dalam dosis yang rendah sebagai terapi paliativ untuk
mengontrol pertumbuhan lebih lanjut dari tumor. Efek samping akut
akibat radiasi antara lain reaksi di kulit, memar,fatigue, supresi sumsum tulang, mual, muntah, anoreksia, mucositis, edema otak dan
gejala
gangguan
neurologi
sementara.
Perawat
bertugas
Universitas Indonesia
Aplikasi teori ..., I Gusti Agung Dewi Purnamawati, FIK UI, 2014
26
menginfonnasikan pada anak dan keluarga proses radiasi dan efek
samping radiasi.
3. Pembedahan
Pembedahan merupakan salah satu bagian dari terapi kanker pada
anak dan mungkin pembedahan dilakukan sebagai tindakan biopsi
bahkan untuk pengangkatan massa tumor padat. Perawat berperan
memberikan infonnasi pada anak dan keluarga tentang persiapan
sebelum operasi dan setelah operasi seperti mengontrol nyeri, tanda
dan gejala perdarahan, tanda tanda infeksi pada luka serta melakukan
pengecekan terhadap komponen darah sebelum pembedahan (James,
Nelson & Ashwill2013).
2.3 Konsep Nutrisi Pada Anak Kanker
2.3.1 Pengkajian Status Nutrisi Anak
Menurut Grundy dan Oliver (200 1) metode pengkajian nutrisi terdiri dari
tiga kategori yaitu metode subyektif atau anamnesis, pemeriksaan fisik
dengan mengukur antropometrik dan biokimia dengan pemeriksaan
laboratorium. Menurut Zalina, Shahar, Jamal dan Aini (2009) melakukan
penelitian pada anak-anak dengan leukemia tentang pengkajian status
nutrisi parameter yang digunakan yaitu dengan mengukur antropomentrik,
biokimia dan parameter hematologi. Kedua sumber di atas dapat menjadi
acuan dalam mengkaji status nutrisi anak dengan kanker yaitu:
1. Anamnesis dan pemeriksaan fisik .
Melakukan anamnesis dan pemeriksaan fisik yang baik merupakan cara
efektif dalam penentuan status nutrisi penderita. Pada anamnesis perlu
ditanyakan adalah berat badan rata-rata pada 3 bulan terakhir, infonnasi
tentang
asupan
makanan
baik
jenis
makanan,
kemampuan
mengkonsumsi makanan dan ha-hal yang berpengaruh terhadap asupan
nutrisi seperti adanya nyeri, mual-muntah, sulit menelan, luka berbau
dan terapi yang sedang dijalani. Pemeriksaan fisik meliputi adanya kulit
kering, bersisik, atrofi otot (muscle wasting) adanya pitting edema,
penurunan kekuatan otot dan cadangan lemak.
Universitas Indonesia
Aplikasi teori ..., I Gusti Agung Dewi Purnamawati, FIK UI, 2014
27
2. Pemeriksaan Antropometri
Pemeriksaan antropometri berdasarkan National Centre for Health
Statistics (NCHS) berupa berat badan (BB), tinggi badan (TB) dan
lingkar lengan atas (LLA) (Zalina, Shahar, Jamal dan Aini, 2009).
Menilai body mass index (BMI= rasio BB!TB2), ketebalan otot triceps
(triceps skinfold thickness) dan midarm muscle circumference. BMI
dapat digunakan untuk menilai status nutrisi penderita. Nilai BMI 18,524,9 kg/m2 adalah normal, malnutrition ringan; BMI 17,0-18,4 kg/m2,
sedang BMI 16,0-16,9 kg/m2 dan berat BMI < 16,0 kg/m2. Nilai tricep
skin fold (TST) dan mid-upperarm muscle circumference (MUAMC)
dapat menilai status otot, kulit dan ketebalan lemak untuk menentukan
status nutrisi. WHO merekomendasikan untuk mengukur status nutrisi
anak dengan melihat indek berat badan dan tinggi badan anak atau
remaja. Kehilangan berat badan pada anak melebihi atau sama dengan
5% berat badan merupakan kondisi malnutrisi akut sedangkan basil
tinggi badan dan usia dibawah persentil 5 mencerminkan keadaan gizi
kronis pada anak (Bauaer, Jurgens & Fruhwald, 2011 ).
3. Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan laboratorium dengan menentukan kadar protein serum
terdiri dari albumin serum, trasferin dan prealbumin serta haemoglobin.
Pengukuran kadar protein serum dapat menolong memprediksi
prognosis penderita. Kadar albumin yang rendah secara kronis diikuti
dengan perpanjangan hari rawat, penyembuhan luka yang buruk, infeksi
dan meningkatkan mortalitas.
2.3.2 Masalah Nutrisi Pada Anak dengan Kanker
Masalah nutrisi pada anak dengan kanker sering dikenal dengan sebutan
malnutrisi. Malnutrisi didefmisikan tidak adekuatnya keadaan nutrisi
dengan karakteristik defisiensi atau kehilangan energi dengan efek
samping yang terukur melalui basil klinis. Malnutrisi mengambarkan
keadaan status gizi kurang dan berlebih atau obesitas. Keadaan malnutrisi
pada anak kanker secara klinis disebabkan oleh beberapa faktor antara
Universitas Indonesia
Aplikasi teori ..., I Gusti Agung Dewi Purnamawati, FIK UI, 2014
28
lain 1) tehnik diagnostik yang berbeda untuk mengkaji status gizi; 2) tipe
histologi dan stadium kanker saat pengkajian; 3) kerentanan anak terhadap
keadaan malnutrisi dan pengobatan anti kanker dan jenisnya; dan 4)
beragamnya mendefinisikan tentang malnutrisi (Bauaer, Jurgens &
Fruhwald, 2011 ).
2.3.3 Intervensi Nutrisi
Menurut Hudayani (2014) Terdapat 3 pilihan dalam pemberian nutrisi yaitu
diet oral, nutrisi enteral dan nutrisi parenteral.
1. Diet Oral
Pemberian makan melalui oral diberikan kepada penderita yang masih
bisa menelan cukup makanan dan keberhasilannya memerlukan
kerjasama yang baik antara dokter, ahli gizi, penderita dan keluarga.
Pemberian melalui mulut merupakan cara yang paling disukai. Namun
pada penderita kanker yang mengalami anoreksia dan perubahan rasa
kecap maka pemberian makanan peroral menjadi masalah dan perlu
mendapat perhatian khusus. Cara mengatasi beberapa masalah makan
secara peroral: Penyajian makanan harus dapat membangkitkan nafsu
makan. Pada umumnya nafsu makan lebih baik pagi hari. Makanan
diberikan sedikit-sedikit tetapi sering. Cara ini terbukti memberi hasH
pada sebagian besar pasien karena jumlah kalori dapat dipenuhi dengan
cara yang tidak memberatkan. Diet sebaiknya tinggi kalori dan protein.
Pada penderita gangguan rasa kecap: pengolahan makanan sebaiknya
diberi bumbu lebih banyak, dan disajikan dengan bentuk dan aroma
yang baik. Penderita dengan ganguan menelan: makanan diberikan
dalam bentuk yang mudah ditelan misalnya ditambah kuah, diberikan
diet lunak, makanan dicincang/digiling/disaring. Rasa jenis makanan
dan penyajian harus sesuai dengan selera pasien. Penderita dengan
sariawan: konsistensi makanan harus lembut agar mudah ditelan,
hindari makanan terlalu panas, berbumbu tajam dan terlalu asam.
Universitas Indonesia
Aplikasi teori ..., I Gusti Agung Dewi Purnamawati, FIK UI, 2014
29
l. Diet Enteral
Nutrisi enteral bila penderita tidak bisa menelan dalam jumlah cukup,
sedangkan fungsi pencemaan dan absorbsi usus masih cukup baik.
Selama sistem pencemaan masih berfungsi atau berfungsi sebagian dan
tidak ada kontraindikasi maka diet enteral harus dipertimbangkan,
karena diet enteral lebih fisiologis karena meningkatkan aliran darah
mukosa
intestinal,
mempertahankan
aktivitas
metabolik
serta
keseimbangan hormonal dan enzimatik antara traktus gastrointestinal
dan hepar. Diet enteral mempunyai efek enterotropik indirek dengan
menstimulasi hormon usus seperti gastrin, neurotensin, bombesin,
enteroglukagon. Gastrin mempunyai efek tropik pada lambung,
duodenum dan kolon sehingga dapat mempertahankan integritas usus,
mencegah atrofi mukosa usus dan translokasi bakteri, memelihara gutassociated lymphoid tissue (GALT) yang berperan dalam imunitas
mukosa usus.
3. Diet Parenteral
Nutrisi parenteral total (TPN) diberikan pada penderita dengan
gangguan proses menelan, gangguan pencemaan dan absorbsi. Nutrisi
parenteral diberikan untuk mencukupi sumber nutrien essensial tanpa
menggunakan traktus gastrointestinal yaitu secara intravena. NPE dapat
dibedakan menjadi nutrisi parenteral parsial (NPE-P) dan nutrisi
parenteral total (NPE-T) dapat melalui vena perifer atau sentral. Tumor
yang mengenai sistem pencemaan atau tindakan yang melibatkan
sistem pencemaan sehingga terjadi gangguan proses menelan dan
pencemaan
merupakan
indikasi
pemberian
nutrisi
parenteral.
Pertimbangan dalam pemberian nutrisi parenteral yang dibutuhkan
disesuaikan dengan kebutuhan makro dan mikronutrien, yang perlu di
perhatikan osmolaritas larutan sebaiknya kurang dari 800-1000 mOsm/1
dan bila tidak mungkin lakukan infus bercabang.
Universitas Indonesia
Aplikasi teori ..., I Gusti Agung Dewi Purnamawati, FIK UI, 2014
30
2.4. Integrasi Teori dan Konsep dalam Proses Keperawatan
Terdapat tiga tipe comfort, yaitu relief, ease dan trancendence. Relief
didefinisikan sebagai keadaan dimana rasa tidak nyaman berkurang. Ease
didefmisikan sebagai hilangnya rasa tidak nyaman yang spesifik. Untuk
berada dalam tingkat ease, anak atau keluarga tidak harus mempunyai
pengalaman ketidaknyaman spesiftk sebelumnya. Banyak kondisi medis
maupun psikologi mengganggu mekanisme homeostatik seperti depresi,
stress, dehidrasi, perdarahan atau muntah. Transcendence seseorang bangkit
dari ketidaknyamanan ketika ketidaknyamanan tersebut tidak dapat dihindari.
Transcendence dianggap sebagai hal yang menguatkan dan mengingatkan
perawat untuk tidak putus asa dalam membantu pasien dan keluarganya
merasa nyaman. lntervensi dalam meningkatan transcendence bertujuan
untuk meningkatkan lingkungan, meningkatkan dukungan sosial atau
menentramkan hati. Selain itu, intervensi untuk meningkatkan transcendence
dapat lebih efektif jika berasal dari orang tua atau keluarga, walaupun
perawat dapat memberikan dukungan atau motivasi bagi orang tua maupun
keluarga (Tomey & Alligood, 2006).
Empat kontek dari pengalaman holistik, yang diberi nama fisik,
psikospiritual, sosialkultural dan lingkungan. Physical comfort berkaitan
dengan sensasi tubuh atau mekanisme homeostatik. Psychospiritual comfort
adalah berkaitan dengan kewaspadaan diri secara internal, termasuk harga
diri, seksualitas dan arti hidup seseorang atau hubungan seseorang ke tingkat
yang lebih tinggi. Social comfort berkaitan dengan hubungan interpersonal,
keluarga dan masyarakat. Environmental comfort berkaitan dengan latar
belakang ekstemal dari pengalaman manusia, yang mencakup sinar, suara,
karakteristik tempat tinggal, wama, dan suhu. Ketika tiga tipe comfort
bertemu dengan empat konteks pengalaman kenyamanan, maka terbentuk
struktur taksonomi kenyamanan. Pengalaman yang didapat saat ini yang
dikuatkan
oleh
pemenuhan
kebutuhan
terhadap
relief,
ease
dan
transcendence (Krinsky, Murillo & Johnson, 2014).
Universitas Indonesia
Aplikasi teori ..., I Gusti Agung Dewi Purnamawati, FIK UI, 2014
31
Terdapat tiga kategori dalam intervensi comfort, yaitu 1) Standard comfort
untuk mempertahankan homeostasis dan mengontrol nyeri; 2) Coaching
melatih untuk mengurangi
cemas, menentramkan hati,
informasi,
harapan,
membangkitkan
mendengarkan
memberikan
dan
membantu
merencanakan penyembuhan; dan 3) Comfort food for the soul memberikan
makanan jiwa yang nyaman, termasuk ekstra hal-hal yang menyenangkan
yang dilakukan oleh perawat agar pasien dan keluarga merasa dirawat dan
dikuatkan seperti irnaginasi terbimbing (Tomey & Alligood, 2006).
2.5 Aplikasi Teori Keperawatan pada Kasus Terpilih
2.5.1 Pengkajian
An. MD laki-laki (14 tahun 11 bulan) lahirtanggalll Maret 1999, tinggal
di Matraman Salemba masuk Rumah Sakit tanggal 10 Februari 2014
dengan diagnosa medis Limfoma Non Hodqkin, nomor rekam medis 38877-30, hubungan dengan anak adalah orang tua. Nama penanggungjawab
An. MD adalah MS yang beralamat di Kebon Manggis, Jakarta Timur.
2.5.2 Keluhan Utama
Keluhan utama klien adalah muntah-muntah selama satu hari sebelum
masuk rumah sakit, frekuensi kurang lebih 10 kali isinya hanya air, tidak
bercampur darah, setiap kali minum anak selalu memuntahkanya. Keluhan
lain ada demam 2 hari SMRS dengan suhu 39°C. Pada tanggal5 Februari
2014 direncanakan pemberian kemoterapi namun kamar tidak ada,
direncanakan kembali pada tanggal10 Februari 2014.
2.5.3 Riwayat Kesehatan
Riwayat kesehatan masa lalu satu minggu yang lalu An MD pemah
dirawat di ruang non infeksi dengan diagnosa medis Destruksi vertebrata
dan mengeluh nyeri pada sendi kaki dan lutut baik lutut kiri dan kanan,
mual, muntah, nafsu makan menurun. Riwayat kesehatan sekarang saat
dikaji hari Kamis, 21 Februari 2014 pasien masih mengeluh mual, muntah
sudah tidak ada lagi, nyeri pada sendi kaki dan tulang belakang. Pada 1,5
Universitas Indonesia
Aplikasi teori ..., I Gusti Agung Dewi Purnamawati, FIK UI, 2014
32
bulan yang lalu anak terdiagnosa Limfoma Non Hodgkin, perawatan kali
ini akan menjalani kemoterapi fase induksi. Riwayat kesebatan keluarga
tidak ada riwayat penyakit yang sama pada anggota keluarga dari pihak
ibu dan ayah. Riwayat Imunisasi: An. MD mendapat imunisasi lengkap
yaitu imunisasi OPT, Hepatitis, BCG, Polio dan Campak. Riwayat
Tumbuh Kembang anak mampu tengkurap pada usia 4 bulan, tumbuh gigi
6 bulan, duduk 8 bulan, merangkak 8 bulan, berdiri 9 bulan, berjalan 12
bulan, dan berbicara 12 bulan.
2.5.4. Pengkajian Fisik
Tingkat kesadaran klien compos mentis. Tinggi badan 150 em, berat badan
29,5 kg, lingkar lengan atas 17,5 em. Tanda- tanda vital setelah dikaji
didapatkan Tekanan darah 120/80 mmHg, suhu 39,1 °C, Nadi 120 xlmenit,
respirasi 24xlmenit.
a. Kepala dan Leber
Rambut klien berwarna bitam, dengan distribusi merata, tekstur balus
dan bersib. Bentuk kepala klien normal, dan fontanel anterior dan
posterior menutup.
b. Letak mata klien simetris, konjungtiva anemis, sklera tidak ikterik,
tidak ada kelainan pada mata.
c. Hidung klien simetris, pasase bidung normal, dan tidak ada cuping
bidung.
d. Mukosa bibir kering, warna merah, jumlah gigi 32 buah, tidak ada
karies gigi, gusi normal, lidah normal, tidak ada pembesaran tonsil,
dan pengecapan normal.
e. Telinga anak simetris, bersih, tidak ada rabas telinga, dan fungsi
pendengaran normal.
f. Posisi Ieber klien simetris, tidak ada pembesaran kelenjar tyroid, tidak
ada pembesaran kelenjar limfe, dan pergerakan Ieber normal.
g. Thoraks, jantung dan Paru: bentuk dada normal, pengembangan dada
simetris, tidak ada retraksi interkosta, pola napas regular, suara napas
Universitas Indonesia
Aplikasi teori ..., I Gusti Agung Dewi Purnamawati, FIK UI, 2014
33
vesikuler, ukuran jantung normal, irama jantung regular dan tidak ada
sianosis.
h. Abdomen: bentuk abdomen klien datar, bising usus normal, tidak ada
asites, tidak ada meteorismus, tidak ada pembesaran hepar, tidak ada
pembesaran lien, dan ginjal teraba.
i.
Genetalia: kebersihan genetalia bersih, tidak ada edema, tidak ada
rabas, testis teraba, lubang uretra normal, dan lubang anus normal.
j. Ekstremitas: gerakan ekstremitas atas dan bawah normal, kekuatan
otot kurang, tidak ada edema, pengisian kapiler <2 detik, tidak ada
kelainan atau kecacatan, dan anak
merasa nyeri pada persendian
dengan skala nyeri 7.
k. Kulit: wama kulit klien sawo matang, turgor kulit baik, tidak ada lesi
atau luka, dan tidak ada tanda lahir.
I. Pola Fungsional: nutrisi jenis makanan pokok klien adalah nasi, pola
makan teratur 3 kali sehari, porsi makan hanya V4 porsi yang
dihidangkan, makanan yang disukai adalah lele goreng, klien tidak
ada alergi terhadap makanan. Jenis minuman yang biasa dikonsumsi
adalah air putih, jumlah asupan minum per hari 2000 cc. Eliminasi
Klien BAK lebih dari 4 kali sehari dengan jumlah normal 500-1400
cc wama urin jemih, tidak ada keluhan saat BAK, dan tidak
menggunakan alat bantu. Klien BAB 1-2 kali sehari, wamanya
kuning, konsistensi lembek dan tidak ada keluhan saat BAB. Istirahat
dan tidur frekuensi tidur siang klien 1 kali sehari, tidur siang 2 jam
dan tidur malam 10 jam, kualitas tidur klien sering terbangun saat
nyeri, kebiasaan sebelum tidur adalah menonton televisi, keluhan saat
tidur adalah menangis karena tidak tahan terhadap nyeri sehingga
klien merasa tidak nyaman. Aktivitas bermain: terbatas hanya
ditempat tidur, selama sakit anak tidak melakukan olahraga dan
rekreasi. Frekuensi bermain kadang-kadang, jenis permainan yang
biasa dilakukan adalah sepak bola, namun semenjak sakit klien tidak
pemah bermain lagi, klien merasa tidak nyaman karena setiap
menggerakan anggota tubuh anak merasakan nyeri. Kebersihan diri
Universitas Indonesia
'
Il
I
I
i
I
Aplikasi teori ..., I Gusti Agung Dewi Purnamawati, FIK UI, 2014
:1
34
klien mandi 2 kali sehari, kerarnas lebih dari 2 kali seminggu, klien
memilih pakaiannya sendiri, dan anak merasa tidak nyaman karena
tidak dapat mencuci rarnbut.
2.5.5
Pengkajian Sosiokultural
Klien diasuh oleh orang tua, tipe keluarga adalah keluarga inti, tinggal di
rumah, ada rutinitas kebersamaan keluarga, orang yang paling dekat
dengan klien adalah ayah, ibu, dan kakak. Selama dirawat anak tidak
dikunjunggi ternan sekolahnya, tidak ada kepercayaan atau budaya atau
nilai- nilai yang bertentangan dengan kesehatan.
2.5.6.
Pengkajian Psikospiritual
Kesadaran diri orang tua menyesal membawa anaknya pergi ke Bandung
jika anaknya sakit seperti ini. Anak dan orang tua mengatakan takut,
anak dan orang tua mengatakan cemas, tidak ada gerakan berlebihan
(extraneous movement), klien tidak gelisah, tidak ada insomnia, kontak
mata klien kurang, rentang perhatian menurun, tidak ada kewaspadaan,
klien berpusat pada diri sendiri dan nyeri meningkatkan ketidak
berdayaan. Anak biasa mendapatkan penghargaan jika anak mau makan.
Anak merasa penyakitnya merubah gambaran dirinya.
2.5.7.
Pengkajian Lingkungan
Ukuran ruang rawat anak 6 x 6 meter persegi dengan jumlah pasien 6
orang per kamar, ada penunggu, tidak ada keberadaan alat pelengkap
perawatan, penerangan di ruangan cukup, ada pendingin ruangan, ada
kamar mandi, kedap suara dan ruangan cukup bersih. Anak mengatakan
bosan selalu didalam ruangan, anak mengatakan ingin keluar jalan-jalan
keluar ruangan, dan orang tua mengatakan nyaman dengan ruangan saat
ini.
Universitas Indonesia
Aplikasi teori ..., I Gusti Agung Dewi Purnamawati, FIK UI, 2014
35
2.5.8. Pemeriksaan Diagnostik
Hasil pemeriksaan Laboratorium pada tanggal 7 Februari 2014 adalah
Hemoglobin: 12,1 g/dl, Hematokritt: 38,8 %, Trombosit 298.000,
Leukosit: 16.840, MCV: 81.8, MCH: 25.9, MCHC: 31,6. Pemeriksaan
laboratorium pada tanggal 10 Februari adalah Hemoglobin: 12,1 g/dl
Hematokrit: 35,5 %, Leukosit: 15.500, Trombosit: 162.000, Na: 128, K:
4,2, Cl: 87, GDS: 122 mg/dl, ANC: 6045. Pemeriksaan laboratorium
terakhir pada tanggal 21 Februari 2014 yaitu Hemoglobin: 8.8 g/dl,
Hematokrit: 25,3 %, Trombosit: 3.32. 10"6/ul, Leukosit: 4,45 10"3/ul,
Basofil: 5.2 %, Eosinofil: 0.2 %, Neutrofil: 16,9 %, Limfosit: 67,6 %,
Monosit: 10,1 %, LED: 109 mm.
2.5.9. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan yang telah diberikan terapi obat Antibiotik 4 x1500 mg,
Antiemetik 3 x 4 mg, Omeprazol 1 x 400 mg, Antipiretik 500 mg jika
demam atau nyeri, Analgesik 3 x 25 mg, Pregnison 3 x 3/3/3 tablet 5 mg,
Renalit 300 cc tiap kali Bah, Vitamin 3 x 1 sendok obat, Metronidazol 3 x
2 sendok obat. Terapi kemo: Vincristin 1,8 mg IV, CPA 1000 mg, Mesna
800 mg, Adriamisin 30mg, MTX + ARA C + Dexametasone. Diet nutrisi
yang di berikan makan biasa 1000 kkal dan Formula 100, 5 x 200 cc.
Terapi cairan parenteral: KaEnffi: 70 mVjam. Mendapatkan tranfusi TC
tiga kali pada tanggal 15, 16, 17 Februari 2014 dan pemberian albumin
20%: 78ml.
Table 2.1 Struktur Taksonomi Comfort Kasus Kelolaan
Relief
Ease
Transcendence
Pengalaman
Fisik
1. Nyeri pada sendi lutut dan tulang
belakang, skala nyeri
7, meringis
kesakitan saat mengerakan tubuh dan
menangis setiap nyerinya muncul dan
sulit tidur.
Universitas Indonesia
Aplikasi teori ..., I Gusti Agung Dewi Purnamawati, FIK UI, 2014
36
2. Berat badan 29,5 kg, TB: 150 em
IMT:13,11 (underweight), makan
~
porsi. Hemoglobin:8,8 gfdl.
3. Anak malas minum, Hematokrit: 25,3
%.
4. Leukosit: 4,45 103/ul, Basofil: 5.2 %,
Eosinofil: 0.2 %, Neutrofil: 16,9 %,
Limfosit: 67,6 %, Monosit: 10,1%,
LED: 109 mm, terpasang infus pada
tangan kanan.
5. Rencana kemoterapi setelah secara
klinis membaik.
Psikospiritua
1. Anak tampak murung.
2. Menjawab seperlunya
3. Lebih banyak diam.
4. Wajah tampak Ielah
5. Orang tua selalu bertanya kondisi anak
Sosiokultural
1. Interaksi anak
dengan lingkungan
l.Dukungan
kurang
dari
keluarga, anak di
2. Lebih banyak diam, tidur-tiduran dan
tunggu
nonton TV.
bergantian
secara
oleh
keluarga.
Lingkungan
Anak mengeluh bosan di ruangan terus
dan orang tua
mengatakan
terkadang
ruangan panas dan ramai saat jam besuk
dan kamar mandi bergantian dengan
pasien lain.
2.5.10. Diagnosis Keperawatan
a. Nyeri berhubungan dengan destruksi sel-sel kanker.
b. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan asupan yang kurang dan kondisi hipermetabolisme.
c. Risiko defisit volume cairan berhubungan dengan kurangnya asupan
cairan.
Universitas Indonesia
Aplikasi teori ..., I Gusti Agung Dewi Purnamawati, FIK UI, 2014
37
d. Risiko infeksi berhubungan dengan prosedur invasif dan penurunan
daya tahan tubuh.
e. Cemas pacta anak dan orang tua berhubungan dengan prognosis anak.
f. Risiko cedera berhubungan dengan efek kemoterapi.
2.3.3. Reneana Tindakan
a. Nyeri berhubungan dengan destruksi sel-sel kanker.
Tujuan: setelah dilakukan tindakan keperawatan nyeri hilang atau
berkurang.
Kriteria Hasil: anak mengatakan nyeri berkurang, skala nyeri 0, wajah
tidak terlihat meringis setiap mengerakan tubuh, tanda-tanda vital
dalam batas normal TD: 110-120/70-80 mmHg, N: 60-100 xlmenit,
RR: 20-30 xlmenit, S: 36-37 °C.
Intervensi terdiri dari :
1) Standar comfort yaitu: kaji skala nyeri anak, observasi tanda-tanda
vital, berikan kompres hangat pacta area yang sakit, kolaborasi
pemberian antipiretik dan analgesik.
2) Coaching yaitu: jalin trust dengan anak, luangkan waktu untuk
mendengarkan keluhan anak, ajarkan tehnik distraksi napas dalam.
3) Comfort food for the soul: ciptakan lingkungan yang nyaman,
tenang dan bersih, beritahukan pasien untuk menghubunggi
perawat jika membutuhkan sesuatu, puji anak saat mampu
mengatasi rasa nyeri yang dirasakan.
b. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan
asupan
yang
kurang
dan
kondisi
hipermetabolisme.
Tujuan: setelah dilakukan tindakan keperawatan nutrisi adekuat.
Kriteria basil: anak tidak mual dan muntah, makan habis 1 porsi, berat
badan dapat dipertahankan, dapat mencapai berat badan ideal 38 kg,
hemoglobin: 12-14 gr/dl, albumin: 3,5 - 5 gr/dl, GDS puasa: 80-110
gr/dl.
Universitas Indonesia
Aplikasi teori ..., I Gusti Agung Dewi Purnamawati, FIK UI, 2014
38
lntervensi terdiri dari:
1) Standar comfort: kaji penyebab anak tidak mau makan, tanyakan
pada anak makanan kesukaan anak, kaji kemampuan anak untuk
makan, timbang berat badan pada interval yang sama, pantau dan
catat asupan nutrisi anak, pantau basil laboratorium albumin,
elektrolit, GDS dan hemoglobin kolaborasi dengan ahli gizi:
pemberian makanan biasa 1000 kkal, dan susu F1 00 5 x 200 cc,
kolaborasi pemberian Antiemetik 3 x 4 mg, vitamin 3 x 1 sendok
obat, Zat besi 1 x 20 mg, Omeprazole 1 x 400 mg, kolaborasi
pemberian tranfusi PRC dan albumin.
2) Coaching yaitu: anjurkan pada orang tua untuk membawa makanan
yang disukai anak dari rumah, anjurkan pada orang tua untuk
memberi makan porsi kecil namun sering, anjurkan pada anak untuk
makan makanan selagi hangat.
3) Comfort food for the soul: ciptakan lingkungan yang nyaman pada
saat anak makan.
c. Risiko defisit volume cairan berhubungan dengan asupan yang kurang.
Tujuan : setelah waktu jam makan dilakukan tindakan keperawatan 3 x
24 jam volume cairan adekuat.
Kriteria basil: bibir dan membran mukosa 1embab, urine output
seimbang, berat jenis urin normal, turgor kulit elastis, balance cairan
seimbang, nilai hematokrit normal.
Intervensi keperawatan terdiri dari:
1) Standar comfort: hitung kebutuhan cairan anak, pantau asupan
cairan anak, kaji bibir, membran mukosa dan turgor kulit anak, kaji
adanya kehilangan cairan dari demam, diare, muntah, keringat
berlebih dan pendarahan, pantau basil laboratorium ureum,
kreatinin, dan berat jenis urin. ukur balance cairan pada setiap ship.
pantau tetesan infus, kolaborasi pemberian cairan parenteral KaEniB
75 mVjam.
Universitas Indonesia
Aplikasi teori ..., I Gusti Agung Dewi Purnamawati, FIK UI, 2014
39
2) Coaching yaitu: anjurkan pada anak dan orang tua untuk
memberikan asupan cairan yang cukup pada anak, jelaskan
pentingnya asupan cairan untuk anak.
3) Comfort food for the soul: ciptakan lingkungan yang nyaman tidak
panas dan tidak terlalu dingin.
d. Risiko infeksi berhubungan dengan prosedur invasif dan penurunan
immunologi.
Tujuan: setelah dilakukan tindakan keperawatan 3 x 24 jam tidak
terjadi infeksi pada anak.
Kriteria basil: tidak ada demam, tidak ada tanda-tanda infeksi pada
area pemasangan infuse, nilai leukosit dalam batas normal 5000 s/d
10.000, nilai laju endap darah normal <10, nilai ANC normal> 1000.
Intervensi keperawatan terdiri dari:
1) Standar comfort: pantau tanda-tanda infeksi pada area pemasangan
infus, ganti pemasangan infuse 3 x 24 jam, cuci tangan sebelum dan
sesudah
melakukan
prosedur
keperawatan,
pantau
basil
pemeriksaan laboratorium hemoglobin, leukosit, ANC dan nilai
prokalsitonin, lakukan perawatan infus, kolaborasi pemberian
antibiotik Antibiotik 4 x 1500 mg.
2) Coaching: anjurkan pada orang tua melaporkan jika anak demam,
batuk dan diare, anjurkan ibu untuk mencuci tangan setiap kali
memberikan makan anak, sarankan ibu untuk menjaga alat makan
anak, sarankan untuk menggunakan masker saat terserang ISPA,
sarankan orang tua mengunggu anak secara bergantian.
3) Comfort food for the soul: beri orang tua pujian atas usaha menjaga
kebersihan personal anak.
e. Cemas pada anak dan orang tua berhubungan dengan prognosis
penyakit.
Tujuan: setelah dilakukan tindakan keperawatan cemas berkurang.
Universitas Indonesia
Aplikasi teori ..., I Gusti Agung Dewi Purnamawati, FIK UI, 2014
40
Kriteria basil: anak dan orang tua koperatif terhadap pengobatan,
kontak mata, wajah ceria, anak berkomunikasi dengan perawat.
Intervensi keperawatan terdiri dari:
1) Standar comfort: kaji tingkat kecemasan anak dan orang tua, kaji
tanda-tanda fisik adanya kecemasan pada anak dan orang tua,
kolaborasi dengan psikolog anak atau pskiatrik anak.
2) Coaching: jelaskan pada orang tua tentang jadwal pengobatan
anak, motivasi dan berikan semangat pada anak, berikan pujian
atas kerjasama anak terhadap perawatan yang diberikan, edukasi
orang tua tentang efek samping obat kemoterapi.
3) Comfort food for the soul: luangkan waktu untuk anak
mengungkapkan perasaannya dan menjadi pendengar yang baik.
f. Risiko cedera berhubungan dengan efek kemoterapi
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan tidak terjadi cedera
akibat efek kemoterapi.
Kriteria hasil: mual dan muntah tidak ada atau ringan, mukositis tidak
ada, alopecia tidak terjadi, fungsi hepar normal, fungsi ginjal normal,
dan nilai hematologi normal.
Intervensi keperawatan terdiri dari:
1) Standar comfort: pantau tanda-tanda efek samping kemoterapi,
pantau pemberian terapi kemo Vincristin 1.2 mg, Sisklofosfamid
1400 mg, CPA + Mesna, MTX + ARA C + Dexa melalui IT,
Prednison 3/3/3 3 x hari, Adrianisin 30 mg IV. Kolaborasi
pemeriksaan lab untuk mengetahui fungsi tubuh, pantau tandatanda vital anak sebelum dan sesudah tindakan intra tekal (IT},
posisikan anak dengan tepat saat pemberian terapi melalui IT,
pantau hasil laboratorium dari hasil fungsi organ seperti fungsi
hepar dan ginjal.
2) Coaching: anjurkan pasien untuk berpuasa sebelum pemberian
terapi melalui IT, motivasi anak dan keluarga untuk tetap tenang
Universitas Indonesia
Aplikasi teori ..., I Gusti Agung Dewi Purnamawati, FIK UI, 2014
41
sebelum prosedur IT dimulai, memotivasi anak dan keluarga
untuk tetap bersemangat menjalani pengobatan.
3) Comfort food for the soul: siapkan lingkungan yang tenang saat
prosedur IT, siapkan oksigen sebagai kewaspadaan terbadap
pelaksanaan IT.
2.3.4 Implementasi dan Evaluasi
a. Nyeri berbubungan dengan destruksi sel-sel kanker.
Hari Kamis, Tanggal 21 Februari 2014 Standar comfort yaitu :jam
09.00 mengobservasi tanda-tanda vital, basil: TD: 120/90 mmHg, S:
36° C, N: 90 xlmenit, RR: 24x/menit. Jam 09.15 mengkaji skala nyeri
anak basil : anak mengatakan skala nyeri 7. Jam 09.30 menganjurkan
untuk memberikan kompres bangat pada area yang sakit, basil: anak
mengatakan nyeri sedikit berkurang. Jam 12.00 memberikan obat
analgetik (analgesik) 25 mg oral, basil: anak: mengatakan nyeri
berkurang. jam 12.00 mengobservasi tanda-tanda vital, basil: TD:
131/91 mmHg, S: 36,6°C, N: 90 xlmenit, RR: 24x/menit. 2) Coaching
yaitu: Jam 09.00 berkenalan dengan anak dan keluarga agar terjalin
trust dengan anak, basil: anak: lebib banyak diam, wajah anak tampak:
meringis kesak:itan dan menjawab hanya jika ditanyakan. Jam 10.00
meluangkan wak:tu untuk mendengarkan keluhan anak, basil anak:
lebih banyak: diam namun orang tua mengatak:an mengapa anaknya
masib saja merasakan nyeri dan badannya semak:in kurus. Jam 09.30
mengajarkan
tehnik distraksi napas dalam basil: anak: mencoba
melakukan napas dalam saat nyeri muncul. 3) Comfort food for the
soul:
Jam
10.00
memberitahukan anak dan
keluarga
untuk
menghubunggi perawat jika membutuhkan sesuatu, basil: orang tua
mengatakan ak:an menghubunggi perawat. Jam 12.00 memberi pujian
pada anak: saat mampu mengatasi rasa nyeri yang dirasak:an. Jam 13.00
memfasilitasi lingkungan yang nyaman, tenang dan bersib, dengan
cara menutup tirai pada saat tidur siang, membatasi pengunjung pada
Universitas Indonesia
Aplikasi teori ..., I Gusti Agung Dewi Purnamawati, FIK UI, 2014
42
waktu anak beristirahat basil: ruangan tenang pada jam istirahat anak
dan tirai tertutup.
Hari Jumat, Tanggal 22 Februari 2014 Standar comfort yaitu: jam
08.30. menanyakan keluhan yang dirasakan anak, basil: anak
mengeluh masih nyeri punggung, skala nyeri 7, anak tampak meringis
kesakitan, mobilisasi terbatas miring kanan dan kiri, mengeluh tidak
bisa tidur malam. Jam 08.45 mengobservasi tanda-tanda vital, basil:
TD: 120/90 mmHg, S: 36°C, N: 98 xlmenit, RR: 24xlmenit. Jam
11.00 mengkaji skala nyeri anak: basil skala nyeri 7, anak tampak
meringis kesakitan. Jam 12.00 memberikan obat analgesik (analgesik)
50 mg oral, basil: anak mengatakan nyeri masih sama terapi analgesik
naik 50 mg. Jam 12.30 mengobservasi tanda-tanda vital, basil:
Tekanan darah: 110/80 mmHg, Suhu: 36 o C, Nadi: 90 xlmenit,
Pemapasan: 28xlmenit. 2) Coaching yaitu: Jam 09.00 meluangkan
waktu untuk mendengarkan keluhan anak, basil: anak mengeluh nyeri
pada punggung. 3) Comfort food for the soul: jam 13.00 memfasilitasi
lingkungan yang nyaman, tenang dan bersib, dengan cara menutup
tirai pada saat tidur siang, membatasi pengunjung pada waktu a:nak
beristirahat basil: ruangan tenang pada jam istirahat anak, tirai tertutup.
Hari Selasa, Tanggal 25 Februari 2014 Standar comfort yaitu: jam
08.30. menanyakan keluhan yang dirasakan anak, basil: anak
mengeluh masib nyeri punggung, skala nyeri 5. Jam 08.45
mengobservasi tanda-tanda vital, basil: Tekanan darah: 120/80 mmHg,
Subu: 37,3°C, Nadi: 100 xlmenit, Pemapasan: 24xlmenit. Jam 11.00
mengkaji skala nyeri anak: basil skala nyeri 5, anak mengatakan
nyerinya mulai berkurang semenjak menjalani kemoterapi . 11.00
mengkaji skala nyeri anak: basil skala nyeri 5, anak mengatakan nyeri
berkurang terasa lebib enak dari bari-hari yang lalu. Jam 12.00
memberikan obat analgesik 50 mg oral, basil: terapi diberikan keluhan
nyeri berkurang. jam 12.00 mengobservasi tanda-tanda vital, basil:
Universitas Indonesia
Aplikasi teori ..., I Gusti Agung Dewi Purnamawati, FIK UI, 2014
43
Tekanan darah: 120/80 mmHg, Suhu: 36,6°C, Nadi: 90 x/menit,
Pernapasan: 24x/menit. 2) Coaching yaitu: Jam 10.00 meluangkan
waktu untuk mendengarkan keluhan anak, basil anak mengeluh nyeri.
3) Comfort food for the soul: jam 13.00 memfasilitasi lingkungan
yang nyaman, tenang dan bersib, dengan cara menutup tirai pada saat
tidur siang, membatasi pengunjung pada waktu anak beristirahat basil:
ruangan tenang pada jam istirahat anak dan tirai tertutup.
Hari Selasa, Tanggal 26 Februari 2014 Standar comfort yaitu: jam
08.30. menanyakan keluhan yang dirasakan anak, basil: anak
mengatakan tidak merasakan nyeri lagi pada tulang dan punggung,
skala nyeri 0. Jam 09.00 mengobservasi tanda-tanda vital, basil:
Tekanan darah: 110/80 mmHg, Suhu: 37°C, Nadi: 100 x/menit,
Pernapasan: 20xlmenit. Jam 12.00 mengobservasi tanda-tanda vital,
basil: Tekanan darah: 120/80 mmHg, Suhu: 36°C, Nadi: 90 x/menit,
Pernapasan: 24x/menit. 12.00 memantau pemberian obat nyeri, basil:
obat nyeri dibentikan nyeri sudah bilang. 2) Coaching yaitu: Jam
11.00 meluangkan waktu untuk mendengarkan keluhan anak, basil:
anak mengatakan tidak merasakan nyeri lagi. 3) Comfort food for the
soul: jam 13.00 menjaga lingkungan tetap nyaman, tenang, dengan
cara menutup tirai pada saat tidur siang, membatasi pengunjung pada
waktu anak beristirahat, basil: ruangan tenang pada jam istirabat anak,
tirai tertutup.
Evaluasi:
Hari: Kamis, tanggal 21 Februari 2014 jam 14.00: tipe kenyamanan
reliefanak masib mengeluh nyeri dengan sekala nyeri 7, wajah tampak
meringis saat rasa nyeri muncul pada sendi dan tulang belakang,
pergerakan terbatas banya miring kanan dan kiri. Masalah nyeri belum
teratasi, intervensi masib dilanjutkan.
Universitas Indonesia
Aplikasi teori ..., I Gusti Agung Dewi Purnamawati, FIK UI, 2014
44
Hari: Jumat, tanggal 22 Februari 2014 jam 14.00: tipe kenyamanan
reliefanak masih mengeluh nyeri dengan sekala nyeri 7, wajah tampak
meringis saat rasa nyeri muncul pada sendi dan tulang belakang.
Masalah nyeri belum teratasi, intervensi masih dilanjutkan.
Hari: Selasa, tanggal 25 Februari 2014 jam 14.00: tipe kenyamanan
ease anak masih mengeluh nyeri dengan sekala nyeri 5, wajah tampak
lebih rilek. Masalah nyeri belum teratasi, intervensi masih dilanjutkan.
Hari: Rabu, tanggal 26 Februari 2014 jam 14.00: tipe kenyamanan
transendence anak mengatakan sudah tidak nyeri dengan sekala nyeri
0, wajah tampak rilek dan tersenyum pada perawat. Masalah nyeri
teratasi.
b. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan asupan yang kurang dan kondisi hipermetabolisme.
Hari Kamis, Tanggal 21 Februari 2014 standar comfort :jam 10.00
mengkaji penyebab anak tidak mau makan dan menanyakan makanan
kesukaan anak serta kemampuan anak untuk makan, basil: orang tua
mengatakan anak tidak mau makan karena nyeri dan mual, makan
hanya Y2 porsi, mampu menghabiskan susu 100 dari 200 cc yang
diberikan, dan makanan kesukaan lele goreng. Jam 10.30 menimbang
berat badan, hasil: 29.5 kg. Jam 11.00 mempantau hasillaboratorium
hemoglobin, basil: 8.8 g/dl. Jam 12.00 memberian terapi Antiemetik 4
mg, Vitamin 1 sendok obat, Zat besi 20 mg, Omeprazole 400 mg,
basil: obat dapat diberikan. Jam 12.30 memberian tranfusi PRC 177 cc
golongan darah 0, hasil: tranfusi diberikan reaksi alergi tidak ada. Jam
13.00 menanyakan porsi asupan nutrisi anak hasH makan hanya
mampu menghabiskan Y2 porsi. 2) Coaching yaitu: jam 13.00
menganjurkan pada orang tua untuk membawa makanan yang disukai
anak dari rumah, dan berikan porsi kecil namun sering, serta
menganjurkan anak untuk makan makanan selagi hangat. 3) Comfort
Universitas Indonesia
Aplikasi teori ..., I Gusti Agung Dewi Purnamawati, FIK UI, 2014
45
food for the soul: memberikan lingkungan yang nyaman pada waktu
jammakan.
Hari Jumat, Tanggal 22 Februari 2014 standar comfort :jam 10.00
mengkaji makanan yang dihabiskan anak pada sarapan pagi, basil
makan hanya Yz porsi, susu jam Jam 10.30 menimbang berat badan,
basil: 29.5 kg. Jam 12.00 memberian terapi Antiemetik
4 mg,
Vitamin I sendok obat, Zat besi 20 mg, Omeprazole 400 mg, basil:
obat dapat diberikan. Jam 12.30 memberikan motivasi pada anak untuk
makan sedikit namun sering, basil: anak mengatakan tidak menyukai
makanan rumah sakit ia menunggu makanan yang dibawa oleh ibunya.
Jam I3.00 menanyakan porsi asupan nutrisi anak basil makan hanya
mampu menghabiskan Yz porsi.
2) Coaching yaitu: jam I3.00 menganjurkan pada anak untuk makan
makanan selagi hangat. 3) Comfort food for the soul: memberikan
lingkungan yang nyaman pada waktu jam makan.
Hari Selasa, Tanggal 25 Februari 20I4 standar comfort: 09.00:
menginformasikan pada anak dan orang tua bahwa anak dipuasakan
dulu karena akan dilakukan pemberian obat kemoterapi melalui intra
tekal. Jam 11.00 memantau basil pemeriksaan hemoglobin tanggal 23
Februari 2014, basil: 11 g/dl. Jam 12.00 memberian terapi Antiemetik
4 mg dan Omeprazole 400 mg IV, Vitamin I sendok obat, Zat besi 20
mg melalui oral, basil: obat dapat diberikan. Jam I2.30 memberikan
motivasi pada anak untuk makan sedikit selagi hangat, basil: anak
mengatakan masih mual pasca intra tekal. Jam
13.00 menanyakan
porsi asupan nutrisi anak, basil: anak belum mau makan. 2) Coaching
yaitu: jam 13.00 menganjurkan pada anak untuk makan makanan
selagi hangat. 3) Comfort food for the soul: memberikan lingkungan
yang nyaman pada waktu jam makan.
Universitas Indonesia
Aplikasi teori ..., I Gusti Agung Dewi Purnamawati, FIK UI, 2014
46
Hari Rabu, Tanggal 26 Februari 2014 standar comfort: 10.00:
menanyakan pada anak porsi makan pagi yang mampu dihabiskan
anak, basil: anak mampu menghabiskan 1 porsi makan karena
sekarang sudah tidak mua1 lagi. Jam 11.00 menimbang berat badan
anak, basil 29.5 kg. Jam 12.00 memberian terapi Antiemetik 8 mg
(terapi dinaikkan) dan Omeprazole 400 mg N, Vitamin 1 sendok
obat, basil: obat dapat diberikan melalui oral. Jam 13.00 menanyakan
porsi makan yang dibabiskan, basil: anak mengatakan babis 1 porsi,
dan anak mengatakan ingin makan terus. 2) Coaching yaitu: jam 13.00
memberi pujian atas asupan nutrisi anak yang mampu menghabiskan 1
porsi makan. 3) Comfort food for the soul: memberikan lingkungan
yang nyaman pada waktu jam makan.
Hari Kamis, Tanggal 27 Februari 2014 standar comfort: 14.00:
menanyakan pada anak porsi makan siang yang mampu dibabiskan,
basil: anak mampu menghabiskan 1 porsi makan dan susu yang
diberikan. Jam 15.00 menimbang berat badan anak, basil29.5 kg. Jam
18.00 memberian terapi Antiemetik 8 mg dan Omeprazole 20 mg,
Vitamin 1 sendok obat, Zat besi 20 mg melalui oral, basil: obat dapat
diberikan. Jam 18.00 menanyakan porsi asupan nutrisi anak, basil:
anak menghabiskan 1 porsi yang distYikan. 2) Coaching yaitu: jam
13.00 memberi pujian atas asupan nutrisi anak yang mampu
menghabiskan 1 porsi makan. 3) Comfort food for the soul:
memberikan lingkungan yang nyaman pada waktu jam makan.
Hari Jumat, Tanggal 28 Februari 2014 standar comfort: 14.00:
menanyakan pada anak porsi makan siang yang mampu dihabiskan
anak, basil: anak mampu menghabiskan 1 porsi makan dan susu yang
diberikan. Jam 15.00 menimbang berat badan anak, basil 30 kg. Jam
18.15 memberian terapi Antiemetik 8 mg dan Omeprazole 20 mg,
Vitamin 1 sendok obat, zink 20 mg melalui oral, basil: obat dapat
diberikan. Jam 18.00 menanyakan porsi asupan nutrisi anak pada jam
Universitas Indonesia
Aplikasi teori ..., I Gusti Agung Dewi Purnamawati, FIK UI, 2014
47
makan sore, hasil: anak menghabiskan 1 porsi yang disajikan, orang
tua mengatakan sekarang anaknya lapar terus dan sering ngemil. 2).
Coaching yaitu: jam 13.00 memberi pujian atas asupan nutrisi anak
yang mampu menghabiskan 1 porsi makan. 3) Comfort food for the
soul: memberikan lingkungan yang nyaman pada waktu jam makan.
Evaluasi:
Hari: Kamis, tanggal 21 Februari 2014 jam 14.00: tipe kenyamanan
relief anak mengatakan tidak nafsu makan karena nyeri, mual, makan
hanya Yz porsi, BB masih tetap 29,5 kg, nilai Hb: 8,8 gr/dl. Masalah
ketidakseimbangan nutrisi belum teratasi, intervensi masih dilanjutkan.
Hari: Jumat, tanggal 22 Februari 2014 jam 14.00: tipe kenyamanan
relief anak mengatakan tidak nafsu makan, makan hanya Yz porsi, BB
masih tetap 29,5 kg. Masalah ketidakseimbangan nutrisi belum
teratasi, intervensi masih dilanjutkan.
Hari: Selasa, tanggal 25 Februari 2014 jam 14.00: tipe kenyamanan
relief anak mengatakan mual setelah tindakan intra tekal, nilai Hb: 11
gr/dl, BB masih tetap 29,5 kg. Masalah ketidakseimbangan nutrisi
belum teratasi, intervensi masih dilanjutkan.
Hari: Rabu, tanggal 26 Februari 2014 jam 14.00: fisik tipe
kenyamanan trancendence anak mengatakan setelah mendapatkan obat
kemoterapi sekarang ingin makan terus, makan habis 1 porsi, BB
masih tetap 29,5 kg. Masalah ketidakseimbangan nutrisi belum
teratasi, intervensi masih dilanjutkan.
Hari: Kamis, tanggal 27 Februari 2014 jam 18.00: tipe kenyamanan
trancendence anak mengatakan mual setelah tindakan intra tekal, nilai
Hb: 11 gr/dl, BB masih tetap 29,5 kg. Masalah ketidakseimbangan
nutrisi belum teratasi, intervensi masih dilanjutkan.
Universitas Indonesia
Aplikasi teori ..., I Gusti Agung Dewi Purnamawati, FIK UI, 2014
48
Hari: Jumat, tanggal 28 Februari 2014 jam 18.00: tipe kenyamanan
trancendence anak makan habis 1 porsi, BB naik menjadi 30 kg.
Masalah ketidakseimbangan nutrisi teratasi.
c. Risiko devisit volume cairan berhubungan dengan asupan cairan yang
kurang.
Hari Kamis, tanggal 21 Februari 2014 standar comfort: Jam 08.30.
menghitung kebutuhan cairan anak dalam 24 jam, hasil: 1690 cc/24
jam. Jam 10.00 mengobservasi asupan cairan anak, bibir, membran
mukosa dan turgor kulit anak, hasil: anak masih mau minum, bibir dan
membran mukosa lembab dan turgor kulit adekuat. Jam 10.30
memantau adanya kehilangan cairan dari demam, diare, muntah,
keringat berlebih dan pendarahan, hasil: orang tua mengatakan anak
tidak demam lagi, tidak diare, muntah atau perdarahan. Jam 11.00
memantau hasil laboratorium hematokrit, hasil: 25,3%. Jam 13.00
memantau pemberian cairan parenteral infus KaEnffi diberikan 70
mVjam 23 tetes/menit. Jam 14.00 mengukur balance cairan, hasil:
asupan oral 500 cc, infus: 560 cc/8 jam, urin: 700 cc, insicibel water
loss (IWL): 295cc balance + 105. 2) Coaching yaitu: jam 10.00
menganjurkan anak dan orang tua untuk mengkonsumsi cairan yang
cukup. 3) Comfort food for the soul: memfasilitasi lingkungan yang
nyaman tidak panas dan tidak terlalu dingin.
Hari Jumat, tanggal 22 Februari 2014 standar comfort : Jam 10.00
mengobservasi asupan cairan anak, bibir, membran mukosa dan turgor
kulit anak, hasil: anak masih mau minum, bibir dan membran mukosa
lembab dan turgor kulit adekuat. Jam 10.30 menganti cairan infus
KaEnffi diberikan 70mVjam hasil tetesan infus lancar. Jam 13.00
memantau pemberian cairan parenteral infus KaEnffi diberikan 70
mVjam 23 tetes/menit. Jam 14.00 mengukur balance cairan, hasil:
intek oral 640 cc, infus: 560 cc/8 jam, urin: 1050 cc, IWL: 295 cc
balance cairan: - 145. 2) Coaching yaitu: jam 13.00 menganjurkan
Universitas Indonesia
Aplikasi teori ..., I Gusti Agung Dewi Purnamawati, FIK UI, 2014
49
anak dan orang tua untuk mengkonsumsi cairan yang culmp. 3)
Comfort food for the soul: memfasilitasi lingkungan yang nyaman
tidak panas dan tidak terlalu dingin.
Hari Selasa, tanggal 25 Februari 2014 standar comfort: Jam 09.00
mengobservasi asupan cairan anak, bibir, membran mukosa dan turgor
kulit anak, basil: anak masih mau minum, bibir dan membran mukosa
lembab dan turgor kulit elastis. jam 11.00 memantau basil pemeriksaan
laboratorium bematokrit, basil: Hematokrit: 33,3 % pemeriksaan
tanggal 23/2/2014. Jam 13.00 memantau pemberian cairan parenteral
infus KaEniB diberikan 70 ml!jam 23 tetes/menit. Jam 14.00
mengukur balance cairan, basil: asupan oral 340 cc, infus: 560 cc/8
jam, urin: 500 cc, IWL: 295 cc, balance cairan: +105. 2) Coaching
yaitu: jam 13.00 memberikan informasi kepada orang tua manfaat
minum yang cukup pada anak, basil: orang tua memahami yang
dijelaskan. 3) Comfort food for the soul: memfasilitasi lingkungan
yang nyaman tidak panas dan tidak terlalu dingin.
Hari Rabu, tanggal 26 Februari 2014
standar comfort: Jam 09.00
mengobservasi bibir, membran mukosa dan turgor kulit anak, basil:
bibir dan membran mukosa lembab dan turgor kulit elastis. Jam 13.00
memantau pemberian cairan parenteral infus KaEnffi diberikan 70
ml!jam 23 tetes/menit, basil: tetesan lancar. Jam 14.00 mengukur
balance cairan, basil: asupan oral 840 cc, infus: 560 cc/8 jam, urin:
1100 cc, IWL: 295 cc, balance cairan: +5. 2) Coaching yaitu: jam
13.00 memberikan informasi kepada orang tua manfaat minum yang
culmp pada anak, basil: orang tua memahami yang dijelaskan . 3)
Comfort food for the soul: memfasilitasi suhu ruangan yang nyaman
tidak panas dan tidak ramai.
Hari Kamis, tanggal 27 Februari 2014 standar comfort: Jam 15.00
mengobservasi bibir, membran mukosa dan turgor kulit anak, basil:
Universitas Indonesia
Aplikasi teori ..., I Gusti Agung Dewi Purnamawati, FIK UI, 2014
50
bibir dan membran mukosa lembab dan turgor kulit elastis. Jam 16.00
menghentikan pemberian cairan parenteral infus sesuai indikasi, basil
infus KaEniB di bentikan, saat ini banya terpasang kanul infus. Jam
20.00 mengukur balance cairan, basil: intek oral 2250 cc, urin: 2250
cc, IWL: 295 cc, balance cairan:- 295. 2) Coaching yaitu:jam 13.00
memberikan pujian anak saat mengkonsumsi cukup cairan. 3) Comfort
food for the soul: memfasilitasi lingkungan yang nyaman.
Hari Jumat, tanggal 28 Februari 2014 standar comfort: Jam 15.00
mengobservasi bibir, membran mukosa dan turgor kulit anak, basil:
bibir dan membran mukosa lembab dan turgor kulit elastis. Jam 20.00
mengukur balance cairan, basil: asupan oral 1500 cc, urin: 1050 cc,
IWL: 295 cc, balance cairan: +155. 2) Coaching yaitu: jam 13.00
memberikan pujian pada anak atas konsumsi cairan yang cukup. 3)
Comfort food for the soul: memfasilitasi lingkungan yang nyaman.
Evaluasi
Hari: Kamis, 21 Februari 2014 jam 14.00: tipe kenyamanan ease bibir
dan membran mukosa lembab, turgor kulit elastis, balance cairan
+105. Masalah devisit volume cairan belum terjadi, rencana tindakan
dilanjutkan.
Hari: Jumat, 22 Februari 2014 jam 14.00: tipe kenyamanan ease bibir
dan membran mukosa lembab, turgor kulit elastis, balance cairan -145.
Masalah devisit volume cairan belum terjadi, rencana tindakan
dipertahankan.
Hari: Selasa, 25 Februari 2014 jam 14.00: tipe kenyamanan ease bibir
dan membran mukosa lembab, turgor kulit elastis, balance cairan +105
Masalah risiko devisit volume cairan belum terjadi, rencana tindakan
dipertahankan.
Universitas Indonesia
Aplikasi teori ..., I Gusti Agung Dewi Purnamawati, FIK UI, 2014
51
Hari: Rabu, 26 Februari 2014 jam 14.00: tipe kenyamanan ease bibir
dan membran mukosa lembab, turgor kulit elastis, balance cairan +5.
Masalah devisit volume cairan belum terjadi, rencana tindakan
dipertahankan.
Hari: Kamis, 27 Februari 2014 jam 20.00: tipe kenyamanan
transendence bibir dan membran mukosa lembab, turgor kulit elastis,
balance cairan -295. Masalah risiko devisit volume cairan belum
terjadi, rencana tindakan dipertahankan.
Hari: Jumat, 28 Februari 2014 jam 20.00: tipe kenyamanan
transendence bibir dan membran mukosa lembab, turgor kulit elastis,
balance cairan +155. Masalah devisit volume cairan belum terjadi,
rencana tindakan dibentikan dan pasien pulang.
d. Risiko infeksi berbubungan dengan prosedur invasif dan penurunan
immunologi.
Hari Kamis, tanggal 21 Februari 2014 implementasi yang dilakukan
yaitu 1) Standar comfort: jam 09.00 memantau tanda-tanda infeksi
pada area pemasangan infus, basil: area pemasangan tidak bengkak,
nyeri, merah, gangguan fungsi dan tidak panas. Jam 11.00 Memantau
basil pemeriksaan laboratorium, basil: leukosit 4.45 IOAJ, LED: 109
mm, Basofil: 5,2 %, Eosinofil: 0,2 %, Neutrofil:l6,9 %, Limfosit:
67,6%, monosit: 10,1 %. Jam 12.00 memberikan antibiotik Antibiotik
1500 mg melalui drip, basil: terapi diberikan. 2) Coaching: 09.30
menganjurkan pada orang tua melaporkan jika anak demam, batuk dan
diare, menganjurkan ibu untuk mencuci tangan setiap kali memberikan
makan anak, menyarankan ibu untuk menjaga alat makan anak selalu
bersib dan untuk menggunakan masker saat terserang infeksi
pemapasan serta menunggu anak secara bergantian. 3) Comfort food
for the soul: memberikan pujian pada orang tua atas usaha menjaga
kebersiban personal anak.
Universitas Indonesia
Aplikasi teori ..., I Gusti Agung Dewi Purnamawati, FIK UI, 2014
52
Hari Jumat, Tanggal 22 Februari 2014 implementasi yang dilakukan
yaitu 1) Standar comfort: jam 08.30. menanyakan pada anak apakah
sudah mandi pada pagi bari dan gosok gigi, basil: anak mengatakan
sudah melakukannya. 09.00 memantau tanda-tanda infeksi pada area
pemasangan infus, basil: area pemasangan tidak bengkak, nyeri,
merah, gangguan fungsi dan tidak panas. Jam 12.00 memberian
antibiotik Antibiotik 1500 mg melalui drip, basil: terapi diberikan. 2)
Coaching: 09.30 menganjurkan anak untuk mencuci tangan sebelum
dan sesudah makan dan memotivasi anak dan orang tua untuk selalu
menjaga kebersiban diri dan lingkungan agar tidak terjadi infeksi pada
anak. 3) Comfort food for the soul: memberikan pujian pada orang tua
atas usaha menjaga kebersihan personal anak dan lingkungan.
Hari Selasa, tanggal 25 Februari 2014 implementasi yang dilakukan
yaitu 1) Standar comfort: jam 08.30. menanyakan pada anak apakah
sudah mandi pada pagi bari dan gosok gigi, basil: anak mengatakan
sudah melakukannya. 09.00 memantau tanda-tanda infeksi pada area
pemasangan infus, basil: area pemasangan tidak bengkak, merah,
gangguan fungsi dan tidak panas namun anak mengelub sedikit nyeri
saat obat dimasukkan. Jam 10.00 melepas infus dan memasang
kembali infus, basil: infus sudab terpasang. Jam 11.00 Memantau basil
pemeriksaan laboratorium tanggal23/2/2014 basil: leukosit 7.06 10A3,
LED: 75 mm, Basofil: 1.6 %, Eosinofil: 0,1 %, Neutrofil: 45.6 %,
Limfosit: 46,9%, monosit: 5.8 %. Jam 12.00 memberian antibiotik
Antibiotik 1500 mg melalui drip, basil: terapi diberikan. 2) Coaching:
09.30 menganjurkan anak untuk menggunakan masker saat pulang
untuk mencegah terkena infeksi dan mengkonsumsi makanan yang
bergizi agar daya tahan tubuh meningkat. 3) Comfort food for the soul:
memberi pujian pada anak dan orang tua atas usaha menjaga
kebersihan lingkungan di ruangan.
Universitas Indonesia
Aplikasi teori ..., I Gusti Agung Dewi Purnamawati, FIK UI, 2014
53
Hari Rabu, tanggal 26 Februari 2014 implementasi yang dilakukan
yaitu 1) Standar comfort: jam 00.00. menanyakan pada anak: apak:ah
sudah mandi pada pagi bari dan gosok gigi, basil: anak: mengatak:an
sudah melak:ukannya. 09.00 memantau tanda-tanda infeksi pada area
pemasangan infus, hasil: area pemasangan tidak: bengkak:, nyeri,
merah, gangguan fungsi dan tidak: panas. Jam 12.00 memberian
antibiotik Antibiotik 1500 mg melalui drip dan Metronidazol250 mg,
basil: terapi diberikan. 2) Coaching: 09.30 mengingat anak: untuk
selalu cuci tangan sebelum makan.
3) Comfort food for the soul:
melibatkan anak dan orang tua untuk menjaga kebersiban lingkungan
di sekitar anak dengan menganti linen dan menjaga tempat tidur untuk
selalu bersih.
Hari K.amis, tanggal 27 Februari 2014 implementasi yang dilak:ukan
yaitu 1) Standar comfort: 15.00 memantau tanda-tanda infeksi pada
area infus, basil: area pemasangan tidak bengkak:, nyeri, merah,
gangguan fungsi dan tidak: panas. Jam 18.00 memberian antijamur
Metronidazole 250 mg terapi, Antibiotik
di stop, basil: terapi
diberikan. 2) Coaching: 17.00 mengingat anak untuk mandi sore.
Hari Jumat, tanggal 28 Februari 2014 implementasi yang dilak:ukan
yaitu 1) Standar comfort: 15.00 memantau tanda-tanda infeksi pada
area penusukan infus, basil: area pemasangan tidak: bengkak:, nyeri,
merah, gangguan fungsi dan tidak: panas. Jam 18.00 memberian anti
jamur Metronidazole 250 mg basil: terapi diberikan. 2) Coaching:
17.00 mengingat anak untuk mandi sore.
Evaluasi:
Hari: K.amis, tanggal 21 Februari 2014 jam 14.00: tipe kenyamanan
ease : tanda-tanda peradangan pada area pemasangan infus tidak ada,
tanda-
tanda vital dalam batas normal, basil lab LED: 109 leukosit
4.45 10''3. Masalah infeksi masib risiko.
Universitas Indonesia
Aplikasi teori ..., I Gusti Agung Dewi Purnamawati, FIK UI, 2014
54
Hari: Jumat, tanggal 22 Februari 2014 jam 14.00: tipe kenyamanan
ease tanda-tanda peradangan pada area pemasangan infus tidak ada,
tanda-tanda vital dalam batas normal. Masalah infeksi masih risiko,
rencana tindakan dipertahankan.
Hari: Selasa, tanggal 25 Februari 2014 jam 14.00: tipe kenyamanan
ease tanda-tanda peradangan pada area pemasangan infus tidak ada,
tanda-tanda vital dalam batas normal. leukosit 7.06 10A3, LED: 75
mm, Basofil: 1.6 %, Eosinofil: 0,1 %, Neutrofil: 45.6 %, Limfosit:
46,9%, monosit: 5.8 %. Masalah infeksi
masih risiko, rencana
tindakan dipertahankan.
Hari: Rabu, tanggal 26 Februari 2014 jam 14.00: tipe kenyamanan
ease tanda-tanda peradangan pada area pemasangan infus tidak ada,
tanda-tanda vital dalam batas normal. rencana tindakan dipertahankan.
Hari: Kamis, tanggal 27 Februari 2014 jam 20.00: tipe kenyamanan
ease: tanda-tanda peradangan pada area pemasangan infus tidak ada,
tanda-tanda vital dalam batas normal. rencana tindakan dipertahankan.
Hari: Jumat, tanggal 28 Februari 2014 jam 20.00: tipe kenyamanan
transcendence: tanda-tanda peradangan pada area pemasangan infus
tidak ada, tanda-tanda vital dalam batas normal. rencana tindakan
dihentikan dan disarankan untuk pulang.
e. Cemas pada anak dan orang tua berhubungan dengan prognosis
penyakit.
Hari Kamis, tanggal 21 Februari 2014, implementasi yang dilakukan
1). Standar comfort: jam 09.00 mengkaji tingkat kecemasan anak dan
orang tua dan tanda-tanda fisik adanya kecemasan pada anak dan
orang tua, hasH: tingkat kecemasan sedang, anak lebih banyak diam,
Universitas Indonesia
Aplikasi teori ..., I Gusti Agung Dewi Purnamawati, FIK UI, 2014
55
wajah murung dan menjawab seperlunya, orang tua sering bertanya
prognosis penyakit anak dan mengungkapkan penyesalan anaknya
sakit setelab dari bandung. 13.00 kolaborasi dengan dr pskiatrik anak
basil: tidak ada terapi yang didapatkan anak, motivasi anak untuk
menjalankan pengobatan. 2) Coaching: menjelaskan pada orang tua
tentang jadwal pengobatan anak, motivasi dan berikan semangat pada
anak, 3) Comfort food for the soul: jam 13.00 mengajak anak untuk
mengungkapkan perasaannya dan menjadi pendengar yang baik.
Hari Jumat, tanggal22 Februari 2014, implementasi yang dilakukan 1)
Standar comfort: 09.00. menyapa anak dan menanyakan keluban yang
dirasakan anak pagi bari, basil anak menjawab " masih sakit sus tidak
bisa tidur semalam", 2) Coaching: memotivasi dan memberikan
semangat pada anak, berikan pujian atas keijasama anak terbadap
perawatan yang diberikan, menjelaskan kepada orang tua tentang efek
samping obat kemoterapi yang didapatkan anak. 3) Comfort food for
the soul: jam 13.00 meluangkan waktu untuk mendengarkan ungkapan
perasaan orang tua dan menjadi pendengar yang baik.
Hari Selasa, tanggal 25 Februari 2014, implementasi yang dilakukan
1). Standar comfort: 09.00. menyapa anak dan menanyakan keluban
yang dirasakan anak pagi bari, basil anak menjawab " sakitnya mulai
berkurang sus, bisa tidur semalam", 2). Coaching: memotivasi dan
memberikan semangat pada anak, berikan pujian atas keijasama anak
terbadap perawatan yang diberikan, 3) Comfort food for the soul: jam
13.00 mengajak anak untuk mengungkapkan perasaannya dan menjadi
pendengar yang baik.
Hari Rabu, tanggal26 Februari 2014, implementasi yang dilakukan 1).
Standar comfort: 09.00. menyapa anak dan menanyakan keluban yang
dirasakan anak pagi bari, basil anak menjawab " bari ini sakit sudah
bilang sus, bisa tidur semalam", anak sudnh mau diajak berbincang,
Universitas Indonesia
Aplikasi teori ..., I Gusti Agung Dewi Purnamawati, FIK UI, 2014
56
wajah lebih segar dan mau tersenyum saat disapa oleh perawat. 2).
Coaching: memotivasi dan memberikan semangat pada anak,
memberikan pujian atas kerjasama anak terhadap perawatan yang
diberikan, 3) Comfortfoodfor the soul: jam 13.00 menyampaikan pada
anak dan orang tua untuk menghubunggi perawat jika ada hal yang
belum dipahami.
Evaluasi:
Hari Kamis, tanggal21 Februari 2014 evaluasi tipe kenyamanan relief,
anak masih tampak murung, masih menjawab namun jawaban singkat,
lebih banyak tidur-tiduran, orang tua masih mengungkapkan
penyesalannya, bahwa sakit anaknya disebabkan pergi jalan-jalan ke
Bandung. Masalah cemas belum teratasi, rencana tindakan dilanjutkan.
Hari Jumat, tanggal 22 Februari 2014 tipe kenyamanan relief, anak
masih tampak murung, masih menjawab namun jawaban singkat, lebih
banyak diam dan tidur-tiduran, Masalah cemas belum teratasi, rencana
tindakan dilanjutkan.
Hari Selasa, tanggal 25 Februari 2014 tipe kenyamanan ease, anak
mulai tesenyum saat perawat menyapa dan mau berbincang-bincang
dengan perawat, wajah terlihat lebih ceria, tidak banyak tidur-tiduran,
terlihat berbincang dengan kakaknya, orang tua menyatakan bahwa ini
cobaan untuk keluargannya dan berusaha mengobati anaknnya sampai
tuntas, Masalah cemas belum teratasi, rencana tindakan dilanjutkan.
Hari Rabu, tanggal 26 Februari 2014 tipe kenyamanan trancendence,
anak mulai tesenyum saat perawat menyapa dan mau berbincangbincang dengan perawat, wajah terlihat lebih ceria. Orang tua
berbincang-bincang dengan anak sambil tertawa, wajah orang tua lebih
ceria dan rilek. Masalah cemas teratasi, rencana tindakan dihentikan.
Universitas Indonesia
Aplikasi teori ..., I Gusti Agung Dewi Purnamawati, FIK UI, 2014
57
f.
Risiko cedera berbubungan dengan efek kemoterapi
Hari Jumat, tanggal 22 Februari 2014 tindakan yang dilakukan 1)
Standar comfort: jam 09.00 memantau jadwal pemberian obat
kemoterapi Vincristin 12 mg, basil Vincristin 1,2 mg telah diberikan
pada jam 06.00 pagi. 09.00 menanyakan adanya tanda-tanda efek
samping kemoterapi seperti mual: anak mengatakan mual ringan
dengan skala mual. Jam 12.00 memberikan terapi Kortikosteroid 3
tablet 5mg. 2) Coaching: menjelaskan efek samping pada anak dan
orang tua pemberian Vincristin dan Kortikosteroid dapat menimbulkan
perasaan mual, konstipasi, rambut menjadi rontok, nafsu makan
meningkat dan yang lainnya. 3) Comfort food for the soul: melibatkan
orang tua dalam memantau jadwal pemberian obat kemoterapi dan
efek samping yang ditimbulkan dan yang dirasakan anak.
Hari Selasa, tanggal 25 Februari 2014 tindakan yang dilakukan 1)
Standar comfort: jam 09.00 memantau jadwal pemberian obat
kemoterapi CPA 1000 mg dan Mesna 800 mg diberikan 20 mlljam dan
dilanjutkan dengan pemberian Adriamicin 30mg diberikan drip dalam
waktu 4 jam basil: obat kemoterapi telah diberikan tanggal24/2/2014.
11.30 mengobservasi pemberian obat kemoterapi MTX
+ Ara C +
Dexametasone melalui bolus ke intra tekal, basil obat dapat diberikan
melalui intra tekal. 12.00 memberikan obat Kortikosteroid 3 tablet
masing-masing 5 mg. 2) Coaching jam 10.00 menganjurkan pasien
untuk berpuasa sebelum pemberian obat kemoterapi melalui IT,
motivasi anak dan keluarga untuk tetap tenang sebelum prosedur IT
dimulai. Jam 13.00. 3) Comfort food for the soul: mempersiapkan
pasien dan ruang tindakan untuk prosedur IT dan mempersiapkan
oksigen sebagai kewaspadaan terbadap pelaksanaan IT.
Hari Rabu, tanggal 26 Februari 2014 tindakan yang dilakukan 1)
Standar comfort: jam 09.00 menanyakan efek samping kemoterapi
seperti mual muntah, diare atau sembelit, kebotakan, demam, sakit
Universitas Indonesia
Aplikasi teori ..., I Gusti Agung Dewi Purnamawati, FIK UI, 2014
58
kepala dan lainnya, basil anak mengatakan banya mual saja. Jam 10.00
menanyakan pada anak perubahan apa yang anak rasakan semenjak
mendapatkan obat kemoterapi, basil anak mengatakan semenjak diberi
obat kemo badannya tidak nyeri lagi nafsu makan meningkat. 11.00
memantau basil pemeriksaan cairan otak, basil makroskopik: tidak
berwarna, jernib, bitung sel meningkat, protein cairan otak: 51 mg/dl
meningkat, kesan tidak ditemukan sel ganas. Jam 12.00 memberikan
obat Kortikosteroid 3 tablet masing-masing 5 mg. 2) Coaching:
menjelaskan pada anak bahwa untuk keluhan mual sudah diberikan
terapi antimual.
Hari Kamis, tanggal 27 Februari 2014 tindakan yang dilakukan 1)
Standar comfort: jam 15.00 menanyakan efek samping kemoterapi,
basil anak mengatakan banya mual saja. Jam 18.00 memberikan obat
Kortikosteroid 3 tablet masing-masing 5 mg. 2) Coaching: memotivasi
anak untuk tetap semangat menjalani pengobatan. 3) Comfort food for
the soul: melibatkan orang tua dalam jadwal pemberian obat
kemoterapi dan pemeriksaan diagnostik yang dilakukan pada anak.
Hari Jumat, tanggal 28 Februari 2014 tindakan yang dilakukan 1)
Standar comfort: jam 15.00 menanyakan efek samping kemoterapi,
basil anak mengatakan banya mual saja. Jam 16.00 memantau
pemberian obat Vincristin 1,2 mg, basil terapi telah diberikan melalui
N bolus Jam 18.00 memberikan obat Kortikosteroid 3 tablet masing-
masing 5 mg. 18.30 menanyakan keluhan pasien: anak mengelub mual
skala mual 4. 2) Coaching: menganjurkan orang tua untuk melaporkan
jika ada keluhan demam, diare atau perdarahan pasca pemberian obat
kemoterapi.
Universitas Indonesia
Aplikasi teori ..., I Gusti Agung Dewi Purnamawati, FIK UI, 2014
59
Evaluasi:
Hari Jumat, tanggal 22 Februari 2014 tipe kenyamanan ease; anak
mengeluh mual ringan, rambut tidak rontok, tidak ada sariawan.
Masalah risiko cedera tidak terjadi, rencana tindakan dipertahankan.
Hari Selasa, tanggal 25 Februari 2014 tipe kenyamanan ease; keadaan
umum baik, perdarahan tidak ada, rambut tidak rontok, tidak ada
sariawan, anak mengeluh mual ringan. Masalah risiko cedera tidak
terjadi, rencana tindakan dipertahankan.
Hari Rabu, tanggal 26 Februari 2014 tipe kenyamanan ease: anak
mengeluh mual ringan, rambut tidak rontok, tidak ada sariawan.
Masalah risiko cedera tidak terjadi, rencana tindakan dipertahankan.
Hari Kamis, tanggal 27 Februari 2014 tipe kenyamanan ease: anak
mengeluh mual ringan, rambut tidak rontok, tidak ada sariawan.
Masalah risiko cedera tidak terjadi, rencana tindakan dipertahankan.
Hari Jumat, tanggal28 Februari 2014 tipe kenyamanan transcendence:
anak mengeluh tidak mual, rambut tidak rontok, tidak ada sariawan.
Masalah risiko cedera tidak terjadi, rencana tindakan dihentikan.
Universitas Indonesia
Aplikasi teori ..., I Gusti Agung Dewi Purnamawati, FIK UI, 2014
BAB3
PENCAPAIAN KOMPETENSI
Pada bab 3 ini akan dibahas tentang pencapaian kompetensi residen selama
residen menjalani praktik di rumah sakit. Berdasarkan kompetensi yang harus
dimiliki, maka seorang Ners Spesialis Keperawatan Anak diharapkan akan dapat
berperan secara mandiri sebagai; 1) Praktisi asuhan keperawatan pada area
keperawatan anak yang membutuhkan pelayanan keperawatan anak lanjut ; 2)
Pendidik dan konsultan di bidang keperawatan anak, 3). Advokat bagi klien dalam
area keperawatan anak; 4) Pengelola asuhan keperawatan anak pada tingkat
menengah dan tinggi pada berbagai institusi pelayanan kesehatan; 5) Peneliti
terkait keperawatan anak dan 6) Sebagai agen pembaharu/perubah untuk
peningkatan kualitas asuhan keperawatan anak.
3.1 Target Unit Kompetensi Sesuai Area Peminatan Selama Praktik
Residensi.
Selama praktik residensi residen telah melalui 3 ruangan yang disesuaikan
dengan peminatan yang residen pilih yaitu ruang perinatologi, puskesmas
dan ruang non infeksi. Pelaksanaan Residensi I (11 SKS) dilaksanakan
selama 18 minggu dimulai pada tanggal 16 September 2013 sampai dengan
17 Januari
2014. Praktik dimulai di Puskesmas Beji Depok selama 6
minggu kemudian ruang Perinatologi RSCM Cipto Mangunkusumo selama
4 minggu dan dilanjutkan di ruang Non lnfeksi Gedung A Lt I RSCM Cipto
Mangunkusumo Jakarta selama 6 minggu dan residensi II (6 SKS)
dilaksanakan selama 12 minggu di
Ruanr~~feksi ~
RSCM Cipto Mangunkusumo dimulai pada tanggal 22 Februari sampai
dengan 9 Mei 2014.
3.1.1 Pencapaian Target Kompetensi di Puskesmas
Praktik di Puskesmas dilaksanakan di Puskesmas Beji Depok
minggu dari tanggal 16 September sampai dengan
/
selam~ ~
·v
Pencapaian Kompetensi sebagai pemberi asuhar
/
60
Un
/
/··
Aplikasi teori ..., I Gusti Agung Dewi Purnamawati, FIK UI, 2014
61
memberikan pelayanan Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS) dan
Manajemen Terpadu Bayi Muda (MTBM). Memberikan pelayanan MTBS
sebanyak 90 pasien balita dan MTBM sebanyak 6 bayi muda, memberikan
immunisasi dasar pada balita, imunisasi campak pada anak SD,
Pemeriksaan kesehatan pada anak TK, penyuluhan gizi seimbang pada
anak SD, skrining pertumbuhan dan perkembangan dengan menggunakan
Denver II dan KPSP serta memberikan pelayanan diposyandu. Melakukan
kunjungan rumah pada kasus kelolaan dan mengelola 3 kasus kelolaan
serta melakukan presentasi satu kasus kelolaan anak dengan gizi buruk.
3.1.2 Pencapaian Target Kompetensi di Ruang Perinatologi
Praktik di ruang perinatologi dimulai pada tanggal 28 Oktober sampai
dengan 22 November 2013. Kompetensi yang telah dicapai selama 4
minggu di ruang perinatologi yaitu memberi asuhan keperawatan pada
bayi dengan hipertensi pulmonal akibat kelainan jantung kongenital, hernia
diagfragmatika, hiperbilirubinemia, BBLR dan neonatus dengan infeksi
dini, distress pemapasan. Keterampilan prosedur yang dicapai, pemasangan
infus, suction, memberikan nutrisi melalui oral dan NGT, Pemasangan
CPAP, melakukan perawatan metode kanguru, penyuluhan manajemen
laktasi, manajemen fototerapi dan melaksanakan proyek inovasi dengan
topik weaning inkubator, memberikan posisi pada bayi, keuntungan dan
kerugian memberikan minum dengan cangkir versus minum dengan botol
serta tanda bahaya yang harus dikenali orang tua saat bayi dirumah.
3.1.3 Pencapaian Target Kompetensi di Ruang Non Infeksi
Residen pada praktik klinik memilih peminatan non infeksi dan melakukan
praktik pada Residensi I dan II di ruang Non Infeksi Gedung A Lt 1
RSUPN Cipto Mangunkusumo. Praktik di ruang Non Infeksi pada
Residensi I selama 6 minggu dari tanggal 9 Desember 2013 sampai dengan
17 Januari 2014 sedangkan Residensi II selama 12 minggu dari Tanggal22
Februari 2014 sampai dengan tanggal 9 Mei 2014. Selama menjalani
praktik, kompetensi yang residen dapatkan antara lain memberikan asuhan
Universitas Indonesia
Aplikasi teori ..., I Gusti Agung Dewi Purnamawati, FIK UI, 2014
62
keperawatan pada anak dengan kasus non infeksi sebanyak 9 kasus. Kasuskasus yang residen kelola antara lain anak dengan leukemia limfobastik
akut dan kronik, retinoblastoma, limfoma non hodgin, hipertensi pulmonal,
penyakit ginjal kronis, hepatoblastoma, yolk sac tumor, tumor faring dan
osteosarcoma. Keperampilan prosedur yang dicapai selama praktik residen
antara lain pemasangan infuse, manajemen kemoterapi, pemasangan NGT,
memberi makanan cair melalui NGT, mengambil sample pemeriksaan
darah dan urin, pengambilan sample darah dan urine kultur, memberikan
terapi obat, pendidikan kesehatan, terapi bennain, manajemen pemberian
tranfusi, perawatan luka, manajemen pre dan post prosedur intra tekal, pre
dan post prosedur Bone Ma"ow Pungtion (BMP), pre dan post
pemasangan long line, suction, perawatan trakeostomi dan penerapan
evidence based practise tentang akupresur sebagai tindakan untuk
mengurangi mual muntah lambat pada anak yang menjalani kemoterapi.
3.2 Peran Ners Spesialis Keperawatan Anak
Peran sebagai ners spesialis keperawatan anak yang telah dilaksanakan
residen selama praktik residensi yaitu:
3.2.1 Peran Sebagai Pemberi Asuhan Keperawatan
Peran residen sebagai pemberi asuhan keperawatan diaplikasikan dengan
merawat anak dengan berbagai masalah pada anak baik di Puskesmas,
ruang Perinatologi dan Non Infeksi. Pertama kali residen melakukan
pengkajian pada anak dengan menggunakan pendekatan teori Comfort
Kolcaba yaitu fisik, psikospiritual, sosiokultural dan lingkungan anak dan
keluarga, dilanjutkan dengan menegakkan diagnosa keperawatan yang
muncul sesuai dengan tipe ketidaknyamanan yang dirasakan anak dan
keluarga yaitu berada pada relief, ease atau transcendence. Tahap
berikutnya
residen
menyusun
rencana
tindakan
untuk
mengatasi
ketidaknyamanan anak sesuai dengan intervensi Comfort Kolcaba yaitu
Standar comfort,
Coaching, dan
Comfort food for the soul. Tahap
selanjutnya residen melakukan rencana tindakan yang telah disusun dan
melakukan evaluasi terhadap tipe ketidaknyamanan yang dirasakan oleh
Universitas Indonesia
Aplikasi teori ..., I Gusti Agung Dewi Purnamawati, FIK UI, 2014
63
anak dan keluarga serta melakukan dokumentasi mulai dari pengkajian
sampai dengan evaluasi. Memberikan asuhan keperawatan pada anak tidak
terlepas dari keterlibatan keluarga, residen pada pelaksanaan asuhan
keperawatan selalu melibatkan keluarga dalam merawat anak hal ini sejalan
dengan prinsip keperawatan anak yaitu Family Centered Care (FCC)
bahwa keluarga merupakan bagian dari kehidupan anak sehingga
keterlibatannya sangat di perlukan (Wong, Eaton, Wilson, Winkelstein &
Schwartz, 2009). Residen melibatkan keluarga dalam mencatat intake dan
output cairan anak, tindakan akupresur, menenangkan anak, membantu
memberikan nutrisi dan pengobatan oral, personal hygiene dan jadwal
pemberian
kemoterapi,
persetujuan
pemberian
obat
kemoterapi,
meningkatkan pengetahuan orang tua dengan memberikan pendidikan
kesehatan tentang cara pencegahan infeksi dan kebutuhan cairan dan nutrisi
padaanak.
3.2.2 Peran Sebagai Advokat
Perawat bertanggung jawab untuk membantu anak dan keluarga dalam
menginterpretasikan informasi dari berbagai profesi. Peran residen sebagai
advokad disini dilakukan residen pada saat mengelola kasus kelolaan pada
keluarga gizi buruk, residen meminta ibu bertemu dengan petugas gizi di
Puskesmas untuk menindaklanjuti masalah gizi anak untuk mendapatkan
makanan tambahan berupa susu gratis dari Puskesmas.
3.2.3 Peran Sebagai Konsultan
Kompetensi dalam menjalankan peran sebagai konsultan dicapai pada saat
residen bertugas di Puskesmas saat memberikan konsultasi pada keluarga
binaan tentang nutrisi pada anak dan memberikan informasi tentang
imunisasi dasar yang harus didapat bayi sebelum bayi mencapai usia satu
tahun. Memberikan konsultasi tentang pertumbuhan dan perkembangan
anak setelah mengukur tumbuh kembang anak dengan KPSP.
Universitas Indonesia
Aplikasi teori ..., I Gusti Agung Dewi Purnamawati, FIK UI, 2014
64
3.2.4 Peran Sebagai Pendidik
Peran residen sebagai pendidik selama menjalani praktek, residen terapkan
pada semua keluarga pasien kelolaan, pada keluarga pasien lainnya, anak
sekolah dasar, kepada mahasiswa keperawatan yang magang bersama
dengan residen, perawat ruangan dan perawat baru yang sedang training.
Peran sebagai pendidik di sini antara lain memberikan tambahan
pengetahuan kepada keluarga atau perawat tentang masalah yang dihadapi
selama menjalani perawatan atau dalam melaksanakan tugasnya sebagai
perawat dan mahasiswa keperawatan. Pendidikan kesehatan kepada
keluarga yang residen berikan di Puskesmas pada saat kunjungan rumah
dengan memberikan pengetahuan cara membuat makanan
formula 75
(F75) pada keluarga kelolaan yang memiliki anak gizi buruk, penyuluhan
tentang gizi seimbang pada anak kelas V SDN Beji Depok, bimbingan
tentang Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS) pada mahasiswa
keperawatan yang sedang magang di Puskesmas. Melakukan diskusi
tentang kasus berat badan lahir rendah (BBLR) pada perawat yang sedang
pelatihan
di
ruang
Perinatologi
RSUPN
Cipto
Mangunkusumo.
Memberikan pengetahuan tentang menghitung pemberian obat pada anak
dan cairan pada anak pada perawat baru di ruang Non lnfeksi serta
memberikan pengetahuan pada perawat ruangan tentang tindakan akupresur
pada titik poin 6 (P6).
3.2.5 Peran Kolaborator
Peran kolaborasi residen lakukan saat memberikan intervensi yang bersifat
kolaborasi pada semua kasus kelolaan, tindakan kolaborasi yang dilakukan
dalam hal pemberian terapi obat, pemberian tranfusi, penatalaksanaan
pemberian kemoterapi serta pemeriksaan diagnostik yang dilakukan pada
anak.
Universitas Indonesia
Aplikasi teori ..., I Gusti Agung Dewi Purnamawati, FIK UI, 2014
65
3.2.6 Peran Sebagai Peneliti
Peran residen sebagai peneliti pada praktik residensi I dan II tidak dapat
residen laksanakan, namun residen melakukan analisis hasil penelitian dan
menerapkan beberapa hasil penelitian pada pasien kelolaan dan pasien
lainnya seperti melakukan akupresur, mengukur skala mual dengan skala
BARF, dan pelakukan oral hygiene dengan larutan NaCI 0.9 % untuk
mencegah stomatitis serta mengukur skala phlebitis dengan metode sentuh,
lihat dan raba.
3.2.7 Peran Sebagai Agen Perubah
Peran residen sebagai agen perubahan residen capai saat pelaksanaan
proyek inovasi kelompok di dua ruangan yaitu Ruang Perinatologi dengan
topik weaning inkubator, memberikan posisi pada bayi, keuntungan dan
kerugian memberikan minum dengan cangkir versus minum dengan botol
dengan melakukan sosialisasi dengan kepala ruangan, perawat penanggung
jawab serta perawat pelaksana ruangan perinatologi. Setelah melakukan
sosialisasi kepada perawat residen bersama anggota kelompok membuat
media lembar batik untuk diletakkan di masing-masing ruangan sebagai
media atau sarana perawat mengingatkan tentang topik yang telah di
sosialisasikan, serta membuat media lembar batik yang diletakkan di ruang
menyusui untuk dapat menambah pengetahuan ibu tentang tanda bahaya
yang harus dikenali ibu saat bayinya di rumah. Ruangan ke dua saat
melakukan proyek inovasi adalah di ruangan Non lnfeksi Gedung A Lt 1.
Proyek inovasi dengan topik akupresur untuk mengguranggi mual dan
muntah pada anak yang menjalani kemoterapi berdasarkan evidence based
practice di ruang Non Infeksi RSUPN Dr. Ciptomanggunkusumo. Residen
pada awalnya melakukan sosialisasi dihadapan bidang keperawatan,
koordinator lantai 1 gedung A, perawat penanggungjawab, selanjutnya
melakukan tindakan akupresur pada beberapa anak sesuai dengan kriteria
anak. Pelaksanaan proyek inovasi dilakukan kurang lebih satu bulan, hasil
dari penerapan akupresur dipresentasikan kembali dihadapan bidang
keperawatan, koordinator lantai 1 gedung A, kepala ruangan, dan perawat
Universitas Indonesia
Aplikasi teori ..., I Gusti Agung Dewi Purnamawati, FIK UI, 2014
66
penanggungjawab (PP). Hasil proyek inovasi menghasilkan bahwa
akupresur dapat mengurangi mual muntah lambat pada anak yang
menjalani kemoterapi, sehingga tindakan akupresur dapat digunakan
sebagai salah satu altematif tindakan keperawatan mandiri yang dapat
dilakukan oleh perawat di ruangan.
Universitas Indonesia
Aplikasi teori ..., I Gusti Agung Dewi Purnamawati, FIK UI, 2014
BAB4
PEMBAHASAN
Bab ini menjelaskan tentang analisis penerapan Model Comfort Kolcaba dalam
asuhan keperawatan pada anak kanker dengan masalah nutrisi serta analisis praktik
spesialis keperawatan anak dalam pencapaian target.
4.1 Penerapan Model Co"ffort Kolcaba pada Anak Kanker dengan Masalah
Nutrisi.
Penyakit kanker banyak menimbulkan masalah pada anak, salah satunya adalah
masalah nutrisi, anak penderita kanker sering mengeluh tidak nafsu makan
sehingga asupan nutrisi menjadi berkurang. Masalah nutrisi pada anak kanker
disebabkan oleh banyak faktor antara lain mual dan muntah, mukositis,
hilangnya rasa kecap, diare, konstipasi, malabsorbsi, mulut kering, masalah
mengunyah dan menelan serta anoreksia (Grundy & Oliver, 2000; Hudayani,
2014). Keluhan
mual dan muntah, mukositis, hilangnya rasa kecap, diare,
konstipasi, malabsorbsi, mulut kering, masalah mengunyah dan menelan serta
anoreksia merupakan manifestasi klinik yang muncul akibat efek samping dari
pemberian obat kemoterapi (Eilers, 2004). Keluhan mual muntah merupakan
efek samping kemoterapi yang sering dikeluhkan oleh anak, meskipun
pemberian terapi antiemetik sudah diberikan secara intensif, hampir 58% anak
usia sekolah serta anak
remaja menerima agen kemoterapi yang sangat
emetogenik, akibatnya keluhan mual terns dikeluhkan anak (Ryan, 2010).
Mengatasi masalah nutrisi pada anak dengan kanker melibatkan semua unsur
baik medis, ahli gizi, perawat, psikolog anak dan orang tua. Perawat sebagai
salah satu tenaga kesehatan yang selama 24 jam memantau serta mengobservasi
keadaan anak selama dirawat memiliki tanggungjawab yang besar agar masalah
nutrisi anak dapat teratasi dengan baik. Metode penyelesaian masalah yang dapat
residen gunakan adalah dengan menggunakan proses keperawatan. Tahapan
proses keperawatan dimulai dari pengkajian terhadap status nutrisi anak,
diagnosis keperawatan, perencanaan dan implementasi serta evaluasi yang
perawat lakukan dalam mengatasi masalah nutrisi anak.
67
Universitas Indonesia
Aplikasi teori ..., I Gusti Agung Dewi Purnamawati, FIK UI, 2014
68
Menurut Cleve, Munoz, Riggs, Bava dan Savedra (2012) anak-anak sering
mengeluh sakit pada kepala, perut, punggung, kaki, mual, muntah, tidak nafsu
makan dan banyak lagi, semua itu membuat hilangnya kenyamanan yang
dirasakan anak, aplikasi teori Comfort Kolcaba ditatanan praktik keperawatan
anak sangat dibutuhkan agar terjadi perubahan prilaku Health seeking
behaviors/HSBs yaitu perilaku mencari kesehatan yang optimal (Tomey &
Alligood,
2006).
Berdasarkan
uraian
diatas
residen
ingin
mencoba
mengaplikasikan teori comfort Kolcaba di ruang Non lnfeksi Gedung A Lt I
RSUPN CiptoMangunkusumo Jakarta pada anak-anak penderita kanker pada
empat konteks pengalaman fisik, psikospiritual, sosiokultural dan lingkungan
bertemu dengan tiga tipe kenyamanan yang dirasakan anak dan keluarga yaitu
relief, ease dan transcendence. Saat perawat telah mengetahui tipe kenyamanan
yang sedang dirasakan oleh anak dan keluarga maka perawat menyusun
intervensi keperawatan berdasarkan tiga tipe perawatan yaitu Standar comfort,
Coaching, dan Comfort food for the soul. Intervensi yang telah disusun residen
lakukan di sesuaikan dengan jadwal dinas pagi, siang atau malam, dan
melakukan evaluasi sampai pasien pulang, dimana dari lima kasus terpilih lama
hari rawat terlama 10 hari dan terpendek 3 hari. Dari lima anak yang residen
rawat 4 orang anak di ijinkan pulang dan satu orang anak meninggal.
4.1.1 Pengkajian
Pengkajian yang dilakukan pada anak kanker dengan masalah nutrisi melalui
pendekatan teori comfort terjadi pada kelima kasus kelolaan. Pengkajian nutrisi
yang residen lakukan pada anak dengan kanker antara lain melakukan
anamnesa tentang asupan nutrisi anak, pemeriksaan fisik,
mengukur
atropometri anak yang terdiri dari berat badan anak, tinggi badan dan lingkar
lengan atas, menilai status nutrisi anak dengan menggunakan IMT: BB!fB 2,
memantau pemeriksaan laboratorium seperti nilai hemoglobin dan albumin.
Pengkajian status nutrisi yang residen lakukan sesuai dengan
literature.
Menurut Grundy dan Oliver (2001) metode pengkajian nutrisi terdiri dari tiga
kategori yaitu metode subyektif atau anamnesis, pemeriksaan fisik dengan
mengukur antropometrik dan biokimia dengan pemeriksaan laboratorium.
Menurut Zalina, Shahar, Jamal dan Aini (2009) melakukan penelitian pada
Universitas Indonesia
Aplikasi teori ..., I Gusti Agung Dewi Purnamawati, FIK UI, 2014
69
anak-anak dengan leukemia mengunakan parameter antropomentrik, biokimia
dan hematologi untuk menilai status nutrisi anak.
Hasil pengkajian yang didapatkan residen pada kasus kelolaan anak MD adalah
asupan makanan anak sangat sedikit hanya Y<t porsi, minum susu yang
disediakan 200 ee hanya mampu diminum 100 ee saja, mengeluh kurang nafsu
makan, penilaian antropometri pada anakBB: 29,5 kg, TB: 150 em, LLA: 17,5 em dan
nilai IMT: 13.11 status malnutrisi berat, hasil pemeriksaan albumin: 3.91 g/dl,
hemoglobin: 8.8 g/dl. Hasil pengkajian pada kelima kasus terpilih menunjukan
semua anak mengalami malnutrisi berat dan sedang. Berikut table status gizi
pada anak pada lima kasus kelolaan
Table 4.1. Gambaran Status Gizi Kasus Kelolaan
lnisial
anakl
usia
An
MD
14th
AnY
7, 7th
AnA
ltb
An
CH
2,6 th
AnD
3.4th
BBffB dan LLA
Nilai IMT
Hasil laboratorium
29,5kg/l50em
LLA:l7~5 ..
13.11
kg/rit2
Hb: 8,8 gldl
Albumin:3,91 gldl
18,55kgl123 em,
LLA: 11,5
10kg/84<;m
LLA: 13em
13.65kgl91 em
LLA: Bern
12,28
kglm2
l4kglm2
11,.2 kgl87cin
LLA: Item
Status gizi
berdasarkan
nilai IMT
Malnuirisi
berat
Malnutrisi
berat
·· Malnutrisi l;Jerat ..
16,48
kglm2
Hb: 8,4 gldl
Albumin:4,9 gldl
Hb:6,6g/til
Albumin: 3,9 gr/dl
Hb: 6 gldl
Albumin:2,75 gldl
14,81
kglm2
Hb : 11,8 gJdl
. Alb:umin: 2,38 i!dl
Malnutrsi berat ·
Malnutrisi
sedang
Berdasarkan penilaian Center for Chonic Disease (CDC) penilaian status nutrisi
anak berdasarkan berat badan per usia (BBIU) terdapat 4 orang anak berada
dibawah persentil 5th atau memiliki gizi yang kurang dan 1 orang anak berada
pada persentil 1Oth sld 95th atau memiliki gizi baik. Sedangkan tinggi badan per
usia terdapat 4 orang anak berada pada persentil 1olh sld 95th atau memiliki
tinggi badan nonnal sesuai dengan usia dan 1 orang anak berada dibawah
persentil 5th atau tinggi badan tidak sesuai dengan usia. Sedangkan hasil
pengukuran LLA 1 orang anak memiliki status gizi baik dengan LLA lebih
dari 13,5 em dan 2 orang anak memiliki gizi kurang dengan LLA antara 12,5
sampai dengan 13,5 em dan 2 orang anak dengan gizi buruk dengan LLA
kurang dari 12,5 em. Status gizi anak berdasarkan indek masa tubuh (IMT) 4
Universitas Indonesia
Aplikasi teori ..., I Gusti Agung Dewi Purnamawati, FIK UI, 2014
70
orang anak dikategorikan dalam malnutrisi berat sedangkan I orang anak yaitu
an CH mengalami malnutrisi sedang, kategori malnutrisi anak berdasarkan
interpretasi basil IMT yaitu normal: 18,5-24,9 kglm2, malnutrisi ringan: 17,018,4 kg/m2, sedang 16,0-16,9 kglm2 dan berat kurang dari 16,0 kglm2.
Berdasarkan basil diatas untuk menentukan apakah anak mengalami masalah
nutrisi tidak dapat berdasarkan basil pengukuran saja, namun dapat dilihat dari
kondisi fisik anak seperti terdapat kulit kering, bersisik, atrofi otot (muscle
wasting) adanya pitting edema, penurunan kekuatan otot dan cadangan lemak.
Berdasarkan basil pemeriksaan laboratorium yang dijadikan parameter status
nutrisi yang baik antara lain berdasarkan nilai hemoglobin dan albumin. Pada 5
kasus terpilih 5 orang anak memiliki nilai hemoglobin yang rendah atau
anemia dimana hemoglobin pada anak laki-laki berada pada 13,5-18,0 gr/dl dan
anak perempuan 12-16 gr/dl. Parameter berikutnya adalah nilai albumin
terdapat 3 orang anak memiliki nilai albumin normal diatas 3,8 mgldl dan 2
orang anak yang memiliki nilai albunin rendah kurang dari 3,8 mgldl.
Rendahnya nilai hemoglobin pada kasus selain disebabkan asupan yang kurang
namun disebabkan adanya perdarahan saluran cema pada An A dan perdarahan
pada gusi pada anak CH. Parameter nutrisi yang residen kaji pada anak sesuai
dengan penelitian yang dilakukan oleh Zalina, Shahar, Jamal dan Aini (2009)
parameter yang dikaji untuk menilai status nutrisi anak dengan leukemia yaitu
BB/U, TB/U, BB/TB, LLA, basil albumin dan hemoglobin. Berdasarkan lima
kasus terpilih masalah nutrisi merupakan masalah yang dihadapi anak dan
keluarga, hal ini sesuai dengan Grundy dan Oliver (2000) dan Hudayani (2014)
permasalahan nutrisi merupakan masalah yang sering dihadapi anak, banyak
fak:tor yang berkontribusi terhadap kurangnya asupan nutrisi seperti mual dan
muntah, mukositis, hilangnya rasa kecap, diare, konstipasi, malabsorbsi, mulut
kering, masalah mengunyah dan menelan dan anoreksia.
Asupan nutrisi yang kurang merupakan salah satu faktor yang menyebabkan
terjadinya malnutrisi pada anak dengan kanker sehingga berdampak pada
pertumbuhan BB, TB, LLA anak. Status gizi yang kurang menjadi fak:tor
menurunnya daya tahan tubuh, terlambatnya penyembuhan luka, peningkatan
infeksi jamur dan toksisitas hematologi dan peningkatan toksisitas hati dan
pankreas pada anak obesitas menjadi salah satu penyebab prognosis yang buruk
Universitas Indonesia
Aplikasi teori ..., I Gusti Agung Dewi Purnamawati, FIK UI, 2014
71
pada anak dengan kanker. Kurangnya cadangan makanan dan lemak tubuh
akan mempengaruhi farmakokinetik pada banyak obat antikanker dan
mempengaruhi fannakodinamis dan keefektifan obat kanker (Bauer, Jurgens,
& Fruhwald, 2011; Rogers, 2014).
Pengkajian kebutuhan nutrisi berdasarkan teori comfort pada kelima kasus
terpilih difokuskan pada pengkajian fisik tentang status nutrisi melalui
wawancara, pemeriksaan fisik dan berdasarkan basil pemeriksaan laboratorium.
Berdasarkan basil pengkajian, residen mengetahui kebutuhan kenyamanan
pada lima kasus kelolaan berada pada tipe relief yaitu nafsu makan anak yang
kurang, mengeluh mual, asupan nutrisi hanya sedikit, berat badan anak yang
tidak sesuai dengan usia, tinggi badan anak yang tidak sesuai dengan usia,
lingkar lengan atas kecil serta basil hemoglobin dan albumin yang rendah.
4.1.2 Diagnosis Keperawatan
Teori Comfort Kolcaba tidak membahas tentang diagnosis
keperawatan,
sehingga residen menyusun diagnosis keperawatan berdasarkan diagnosis
keperawatan menurut NANDA 2012. Diagnosis keperawatan tentang masalah
nutrisi yang residen tegakkan adalah ketidakseimbangan nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh.
4.1.3 Intervensi Keperawatan
Tahap selanjutnya residen menyusun intervensi keperawataan berdasarkan
diagnosis keperawatan, terdapat tiga tipe perawatan menurut teori comfort yaitu
standar comfort, coaching, dan comfort food for the soul. Intervensi
keperawatan yang disusun untuk mengatasi masalah nutrisi pada anak
berdasarkan kebutuhan kenyamanan yang dirasakan oleh anak dan orang tua.
Pada lima kasus terpilih kebutuhan kenyamanan anak berada pada relief
dengan tipe perawatan standar comfort yang residen berikan pada kasus yaitu
memantau asupan nutrisi anak setiap hari. Berikut table tentang asupan nutrisi
anak, rute pemberian dan jenis nutrisi yang diberikan pada lima kasus kelolaan:
Universitas Indonesia
Aplikasi teori ..., I Gusti Agung Dewi Purnamawati, FIK UI, 2014
72
Table 4. 2. Jumlah, Rute dan Jenis Asupan Nutrisi Kasus Kelolaan
Inisial
usia
An MD
14th
An Y
7, 7th
· An A
lth
An CH
2,6th
AnD ..
3;4th
anakl
Jumlah
Rute pemberian
oral
Jenis asupan
.. Malam biasa + susUF.lOOS X
200ce
2000 kkal
Oral dan NGT
1400 kkal
Parenteral
1400 kkal
Makanan biasa + susu FIOO 6 x
150cc
••·.·~ Atnlllt)(usin 250cc: 3.3 ··
. «{jam.
.
Peptamen 4 x 150 cc MC: 4 x
175 cc
.·.·.·. ·.•··lllabn biasa• &usu 3 xt30
Jumlah asupan kalori pada lima kasus kelolaan berbeda pada setiap anak,
jurnlah kalori dihitung berdasarkan berat badan ideal ideal anak sesuai usia
seperti anak D membutuhkan kalori yang lebih besar dibandingkan anak yang
lainnya karena usia anak D lebih besar dibandingkan anak yang lainnya.
Pemberian nutrisi pada lima kasus kelolaan berbeda pada setiap anak, hal ini
disesuaikan dengan kemampuan anak serta toleransi anak terhadap makanan.
Anak MD dan Anak D asupan nutrisi melalui oral sedangkan Anak Y asupan
nutrisi melalui oral dan naso gastric tube (NGT) karena anak Y malas untuk
makan sehingga asupan nutrisi diberikan makanan cair melalui NGT, pada
Anak CH asupan nutrisi di berikan melalui NGT dan parenteral, disebabkan
kelemahan pada otot menelan. Pada anak Az asupan nutrisi melalui parenteral
karena ada pendarahan pada saluran pencemaan sehingga anak harus
dipuasakan. Menurut Hundayani (2014) Terdapat 3 pilihan dalam pemberian
nutrisi yaitu diet oral, nutrisi enteral dan nutrisi parenteral. Pemberian makan
melalui oral diberikan kepada penderita yang masih bisa menelan cukup
makanan dan keberhasilannya memerlukan kerjasama yang baik antara dokter,
perawat, ahli gizi, anak dan keluarga.
Sedangkan pemberian nutrisi melalui enteral atau NGT diberikan bila anak
tidak bisa menelan dalam jurnlah cukup, sedangkan fungsi pencemaan dan
absorbsi usus masih cukup baik. Selama sistem pencemaan masih berfungsi
atau berfungsi sebagian dan tidak ada kontraindikasi maka diet enteral (EN)
harus dipertimbangkan, karena diet enterallebih fisiologis dalam meningkatkan
aliran darah mukosa intestinal, mempertahankan aktivitas metabolik serta
Universitas Indonesia
Aplikasi teori ..., I Gusti Agung Dewi Purnamawati, FIK UI, 2014
73
keseimbangan hormonal dan enzimatik antara traktus gastrointestinal dan liver
(Hundayani, 2014).
Nutrisi parenteral total (TPN) diberikan pada penderita dengan gangguan proses
menelan, gangguan pencemaan dan absorbsi. Nutrisi parenteral (NPE)
diberikan untuk mencukupi sumber nutrien essensial tanpa menggunakan
traktus gastrointestinal yaitu secara intravena. Pada lima kasus terpilih semua
anak mendapatkan Transfusi sel darah merah (PRC) dan albumin hal ini
diberikan karena nilai hemoglobin dan albumin anak rendah, asupan nutrisi
yang kurang merupakan Pemberian nutrisi melalui oral yang diberikan pada
anak disesuaikan dengan kemampuan dan kesukaan anak untuk memasukan
makanan, hal ini dibuktikan dengan nutrisi yang diberikan saat penyajian
sangat menarik dan bentuk serta rasa sudah disesuaikan dengan kemampuan
anak, contoh anak MD diberikan makan biasa namun diselinggi dengan
pemberian susu F 100 sehingga kalori yang masuk diharapkan dapat mencukupi
kebutuhan anak.
Pada lima anak semua anak mendapatkan terapi Ondansentron. Hal ini
diberikan untuk mengurangi mual anak, dan dosis pemberian disesuaikan usia
dan berat badan anak tindakan yang dilakukan residen untuk mengurangi mual
dan muntah pada anak yaitu melakukan akupresur pada anak. Menurut Lee dan
Frazier (2011) akupresur adalah salah satu altematif intervensi yang efektif
untuk menggurangi keluhan mual dan muntah. Akupresur juga merupakan
intervensi non invasif dan relatif tidak sulit untuk dilakukan. Ak.upresur
melibatkan stimulasi acupoint dari perikardium 6 (P6) yang terletak di
permukaan anterior pergelangan tangan antara tendon fleksor corpiradialis
longus palmaris. Tindakan akupresur residen lakukan pada anak MD dan Y
sedangkan anak
~
CH dan D keadaan umum anak tidak memungkinkan
dilakukan akupresur. Hasil dari tindakan akupresur anak mengatakan mual
berkurang dan merasa nyaman dengan tekanan pada titik P6. Intervensi
perawatan coaching yang dilakukan pada lima kasus terpilih yaitu:
menganjurkan orang tua untuk. membawa makanan yang disukai anak dari
rumah, memberi makan porsi kecil namun sering,
makan makanan selagi
hangat sedangkan intervensi comfort food for the soul: memberikan lingkungan
Universitas Indonesia
Aplikasi teori ..., I Gusti Agung Dewi Purnamawati, FIK UI, 2014
74
yang nyaman pada saat anak makan seperti suasana ruangan yang tenang, tidak
memaksa anak, dan tidak menakut-nakuti anak saat makan
4.1.4 Evaluasi
Residen melakukan evaluasi terhadap masalah nutrisi pada lima kasus terpilih
dengan menilai klien terhadap intervensi yang diberikan. Masalah nutrisi pada
lima kasus terpilih saat residen kaji berada pada tipe kenyamanan relief saat
pasien pulang anak dan keluarga berada pada kenyamanan transcendence pada
2 orang anak yaitu anak MD dan A, kedua anak tersebut memperlihatkan
asupan nutrisi yang baik, dan tidak ada penurunan berat badan selama dirawat
serta nilai laboratorium hemoglobin dan albumin yang baik. Status nutrisi pada
dua orang anak yaitu anak Y dan anak D tipe kenyamanan saat dirawat dan
pulang berada pada tipe ease kedua anak tersebut mengambarkan nafsu makan
yang kurang, tidak ada peningkatan berat badan selama dirawat dan berat badan
semu karena massa tumor pada abdomen tidak. dapat dimasukan sebagai berat
badan anak, anak Y pulang masih terpasang NGT untuk asupan nutrisi anak
selama dirumah. Sedangkan satu anak yaitu anak CH mengalami kegawatan
pada hari rawat ke 29 hari kondisi anak kritis dan meninggal dunia pada
tanggal27 April2014.
4.2 Kendala yang Ditemukan dalam Penerapan Teori Comfort Kolcaba.
Aplikasi teori comfort dapat diterapkan pada semua kasus terpilih dan pada
masalah keperawatan yang lain. Teori comfort Kolcaba dapat diaplikasikan pada
tatanan praktik anak namun teori ini berada pada tingkatan middle range theory
sehingga pelaksanaannya masih menimbulkan persepsi yang sangat beragam,
berbeda halnya pada tingkatan aplikasi teori, aplikasi teori akan lebih spesiftk
dibandingkan teori tersebut masih dalam tingkatan middle range theory. Aplikasi
teori comfort Kolcaba mempunyai tujuan meningkatkan kenyaman pada anak
dan keluarga namun pada pelaksanaannya untuk mendapatkan rasa nyaman anak
dan keluarga dibutuhkan kerjasama yang baik antara staf di rumah sakit dengan
anak dan keluarga sehingga anak dan keluarga dapat merasakan kenyamanan
pada aspek ftsik, psikospiritual, sosiokultural dan lingkungan.
Universitas Indonesia
Aplikasi teori ..., I Gusti Agung Dewi Purnamawati, FIK UI, 2014
75
Berdasarkan observasi residen selama menjalani praktik residensi I dan TI
aplikasi teori comfort yang residen terapkan pada kasus terpilih dan pada
beberapa kasus lainnya memberikan dampak positif terhadap rasa nyaman yang
dirasakan anak dan orang tua, hal ini berdasarkan ungkapan dari anak dan orang
tua pasien, pemberian informasi, edukasi dan pelayanan yang ramah serta
memperhatikan kebutuhan anak dan keluarga dapat meningkatkan rasa nyaman
anak dan orang tua. Faktor pendukung selama mengaplikasikan teori comfort
adalah pada tahap pengkajian teori comfort telah dapat memfasilitasi residen
untuk mendapatkan data anak dan keluarga secara komprehensif melalui
pengkajian terhadap fisik, psikospiritual, dan sosiokultural serta lingkungan.
Pada tahap intervensi teori comfort telah membagi tiga tipe perawatan yaitu
standar comfort, coaching, dan comfort food for the soul sehingga memudahkan
residen menyusun rencana tindakan pada anak serta evaluasi yang dilakukan
dengan melihat tipe kenyamanan anak dan keluarga. Sedangkan kendala yang
residen hadapi saat mengaplikasikan teori comfort kolcaba adalah kesulitan
dalam menilai rasa nyaman yang dirasakan anak serta indikator yang berbeda
untuk mengevaluasi rasa nyaman anak. Teori comfort belum menyediakan
diagnosis keperawatan sehingga residen menyusun diagnosis keperawatan
berdasarkan diagnosis keperawatan NANDA.
4.3 Praktik Spesialis Keperawatan Anak dalam Pencapaian Target
Praktik residensi dilaksanakan dalam 2 semester yaitu residensi I dan residensi II,
pada residensi I residen memilih peminatan di Puskesmas, ruang non infeksi serta
ruang perinatologi sebagai kompetensi yang wajib dicapai oleh seluruh residen.
Pada residensi 2, residen memilih peminatan diruang non infeksi RSUPN Cipto
Mangunkusumo Jakarta. Selama praktik residen melakukan kegiatan-kegiatan
sesuai dengan target yang telah dituangkan didalam kontrak belajar (terlampir)
yang disusun diawal praktik serta target prosedur yang dapat dicapai selama
residen menjalankan praktik residen I dan II. Perawat, dokter, ahli gizi, anak dan
pasien serta keluarga. memantu residen dalam mencapai kompetensi yang ingin
dicapai baik di Puskesmas, ruang perinatologi dan ruang non infeksi. Pencapaian
kompetensi residen peroleh melalui jumal reflektif dengan melakukan refleksi
terhadap kejadian yang residen alami dan untuk mencari pembenarannya residen
Universitas Indonesia
Aplikasi teori ..., I Gusti Agung Dewi Purnamawati, FIK UI, 2014
76
melakukan penelusuran jurnal. Salah satu tantangan selama praktik yang residen
rasakan residen adalah sebagai praktisi dengan level pendidikan spesialis,
tentunya harus menunjukan performance yang lebih baik, sehingga residen
berusaha untuk mencapai kompetensi yang cukup untuk dapat membekali diri
menjadi seorang spesialis.
Universitas Indonesia
Aplikasi teori ..., I Gusti Agung Dewi Purnamawati, FIK UI, 2014
BABS
SIMPULAN DAN SARAN
5.1
SIMPULAN
5.1.1 Praktek residensi keperawatan bertujuan untuk menghasilkan lulusan yang
mampu memberikan asuhan keperawatan pada anak serta mampu berperan
sebagai edukator, agen pembaharu, peneliti dan kolaborator. Pada Karya
Ilmiah Akhir ini residen berfokus memberikan asuhan keperawatan pada
anak kanker yang mengalami masalah nutrisi dengan menggunak:an
pendekatan teori Comfort Kolcaba.
5.1.2 Masalah nutrisi merupakan masalah yang sering terjadi pada anak:-anak
dengan kanker, banyak faktor yang menjadi penyebab masalah nutrisi pada
anak: antara lain efek samping kemoterapi, kondisi hipermetabolisme dan
ketidakstabilan hormon berkontribusi terhadap asupan nutrisi anak:
sehingga mempengaruhi status nutrisi anak secara klinis. Parameter seperti
berat badan, tinggi badan, lingkar lengan atas dan hasil perhitungan IMT
serta nilai hemoglobin dan albumin menjadi parameter status nutrisi anak:
dengan kanker. Melalui aplikasi teori comfort residen memberikan asuhan
keperawatan dengan tujuan masalah nutrisi dapat teratasi dengan baik
dengan memperhatikan kenyamanan anak dan orang tua.
5.1.3 Praktik residensi memberikan gambaran pencapaian kompetensi dalam
praktik klinik spesialis keperawatan anak dan peran perawat dalam
memberikan asuhan keperawatan secara profesional dengan memperhatikan
aspek etik dan legal dalam keperawatan. Kompetensi yang diperoleh oleh
residen selama menjalankan praktik residensi I dan II dapat dicapai sesuai
dengan kompetensi yang diharapkan yaitu memberikan asuhan keperawatan
pada anak dengan masalah penyakit kronis, asuhan keperawatan pada
77
Universitas Indonesia
Aplikasi teori ..., I Gusti Agung Dewi Purnamawati, FIK UI, 2014
78
neonatus serta memberikan asuhan keperawatan di puskesmas pada balita
sakit (MTBS) dan bayi muda (MTBM) serta kompetensi keterampilan
prosedur yang dicapai residen sesuai dengan target pencapaian.
5.2
5.2.1
SARAN
Aplikasi teori comfort dapat diterapkan pada semua kasus khususnya di
ruang non infeksi, untuk lebih mudah menerapkan aplikasi teori comfort
residen menyarankan untuk menyusun bentuk format pengkajian fisik,
psikospiritual, sosiokultural dan lingkungan lebih sederhana dan mudah
untuk dipahami serta diaplikasikan.
5.2.2
Masalah nutrisi merupakan masalah yang sering ditemukan pada anak
dengan kanker sehingga dibutuhkan perhatian yang besar untuk dapat
mengatasinya perlu kiranya perawat spesialis memiliki kompetensi
konselor nutrisi anak dengan kanker.
5.2.3
Kepada residen untuk lebih banyak mengaplikasikan Evidence Based
Practice selama praktik residensi.
Universitas Indonesia
Aplikasi teori ..., I Gusti Agung Dewi Purnamawati, FIK UI, 2014
DAFfAR PUSTAKA
Antillon, F; Rossi, E; Molina, A.L; Sala, A; Pencharz, P; Valsecchi, M. G; &
Barr, R. (2012). Nutritional status of children during treatment for acute
lymphoblastic leukemia in Guatemala. Pediatric Blood & Cancer, 60,
(911-915).
Arisman. (20 10). Buku ajar ilmu gizi: gizi dalam daur kehidupan. Jakarta: EGC.
Ashworth, A., Khanum, S., Jackson, A., & Schofield, C. (2003). Guidelines for
the inpatient treatment ofseverely malnourished children. WHO.
Brannstrom, C. A., & Norberg, A. (2014). Children Undergoing Cancer
Treatment Describe Their Experiences of Comfort in Interviews and
Drawings. Journal ofPediatric Oncology Nursing, 31 (3).
Bauer, J., Jurgens, H., & Fruhwald, M. C. (2011). Important aspects ofnutrition in
children with cancer. American Society for Nutrition. Adv. Nutr, 2, 67-77.
DEPKES Rl. (2006). Buku hagan tatalaksana anak gizi buruk buku 1.
_ _ _ _. (2006). Buku hagan tatalaksanan anak gizi buruk buku 2.
Eilers, J. (2004). The pathogenesis and characterization of oral mukositis
associated with cancer treatment. Oncology Nursing Forum, 31 (4). 13-28.
Grundy, M., & Oliver, D, G. (2000).
London. Bailliere Tindall.
Nursing in haematological oncology.
Hockenberry, M. J., & Wilson, D. (2009). Wong's essential ofpediatric nursing.
(Eight Edition). St. Louis: Mosby. Elsevier.
Hundayani, F. (2014). Gangguan makan pasca kemoterapi dan radiasi. Jakarta:
RSUPN Cipto Mangunkusumo.
James, S. R., Nelson, K. A., & Ashwill, J. W. (2013). Nursing care of children:
principles & practice. (Fourth edition). St. Louis: Mosby Elsevier
Saunders.
Krinsky,R., Murillo, 1., & Johnson. (2014). A practical application of Katharine
Kolcaba's comfort theory to cardiac patients. Applied Nursing Research.
27;147-150.
Aplikasi teori ..., I Gusti Agung Dewi Purnamawati, FIK UI, 2014
Landas, E.J., Sacks, N., Meacham, L., Hemy, D., Enriquez, L., Lowry, G., &
Hawkes, R. et al (2005). Multidisciplinary Review of Nutrition
Considerations in the Pediatric Oncology Population: A Perspective From
Children's Oncology Group. Nutrition in clinical practice. 20:(4) 377-393.
Lois Van Cleve, L .V; Munoz, C. E; Riggs, L; Bava, L; Savedra, M. (2012). Pain
Experience in Children With Advanced Cancer. Joural of Pediatric Oncology
Nursing; 29;28
Mosby, T.T. (2012). Nutritional Screening and Early Intervention in Children,
Adolescents, and Young Adults With Cancer. Journal of Pediatric
Oncology Nursing. 29: 346-355.
Marcus, J. (2012). Psychosocial Issues in Pediatric Oncology. The Ochsner
Journal. 12(3):211-215.
National Cancer Institute (NCI). (2014). What Is Cancer. The National Institutes
ofHealth.
Nelson, W. E., Kliegman, R.M., & Arvin, A.M. (2000). llmu kesehatan anak.
(Edisi 15). Volume 1. Jakarta. EGC.
Otto, S. E,. (2001). Oncology Nursing. (Fourth Edition). Mosby. StLouis London
philadelpia.
Ribeiro, K. B., & Frazier, L. (20 14). Cancer Registries and the Descriptive
Epidemiology of Pediatric Cancer in Low-and Middle-Income Countries.
Pediatric Hematology-Oncology. 77(8).
Rogers, P. C. J. (2014). Nutritional Status As a Prognostic Indicator for Pediatric
Malignancies American Society ofClinical Oncology. 32(13).
Ryan, J. (2010). Treatment of Chemotherapy-Induced Nausea in Cancer Patients.
Eur Oncol. 6(2): 14--16.
Tomey, A.M. & Alligood, M.R. (2006). Nursing theorist and their work. (Sixth
edition). St. Louis Missouri: Mosby Elsevier.
Putri, M. G. (2012). Lima Jenis Kanker Terbanyak Serang Anak-Anak. Oke
Health. Koran Sindo.
Wilson, D., & Hockenberry, M. J. (2012). Wong's clinical manual of pediatric
nursing. (Eighth edition). Mosby Elsevier.
Wong, D.L., Eaton, M. H., Wilson, D., Winkelstein, M. L., & Schwartz, P.
(2009). Buku ajar keperawatan pediatric. Jakarta, EGC.
Aplikasi teori ..., I Gusti Agung Dewi Purnamawati, FIK UI, 2014
Wilkinson, J. M., & Ahern, N. R. (2009). Buku saku diagnosis keperawatan. Edisi
9. Jakarta. EGC.
Zalina, A.Z., Shahar, S, Jamal, A.R.A., & Aini, N. (2009) Assessing the
Nutritional Status of Children with Leukemia from Hospitals in Kuala
Lumpur. Mal JNutr 15(1)
Aplikasi teori ..., I Gusti Agung Dewi Purnamawati, FIK UI, 2014
Lampiran 1
Aplikasi teori ..., I Gusti Agung Dewi Purnamawati, FIK UI, 2014
KONTRAK BELAJAR
RESIDENSI PERAWAT SPESIALIS ANAK
SEMESTER I TAHUN AKADEMIK 2013/2014
OLEH:
IGA DEWI PURNAMAWATI
NPM: 1106042901
PROGRAM NERS SPESIALIS KEPERAW ATAN ANAK
F AKULTAS ILMU KEPERAWATAN
UNIVERSITAS INDONESIA
TAHUN2013
1
Aplikasi teori ..., I Gusti Agung Dewi Purnamawati, FIK UI, 2014
KONTRAK BELAJAR
RESIDENSI PERAWAT SPESIALIS ANAK SEMESTER I TAHUN AKADEMIK 2013/2014
NAMA MAHASISWA
: IGA Dewi Pumamawati
NPM
: 1106042901
TEMPAT PRAKTIK
Ruang Perinatologi RSCM Jakarta
MATAAJAR
Praktik Klinik Keperawatan Anak Lanjut I
No
.
1.
Tujuan Pembelajaran
Mahasiswa mampu
memberikan asuhan
Kegiatan Pembelajaran/Kompetensi
keperawatan pada Neonatus
a.
1.
Mahasiswa mampu melakukan:
a.
Metoda
Pembelajaran
Melakukan Pengkajian :
•
Waktu/
Tempat
Praktek
Ruangan
Asuhan
Perinatologi
keperawatan
RSCM
Anamnesa, meliputi: riwayat alergi dalam
pada
Melaksanakan asuhan
keluarga, gangguan genetik, riwayat kehamilan,
neonatus
28 Oktober
keperawatan pada
dan riwayat kelahiran.
2.
Diskusi
s/d 22
Pemeriksaan fisik, meliputi pemeriksaan fisik
3.
Tutorial
Desember
neonatus dengan
•
masalah respirasi
bayi baru lahir khususnya pada dada dan paru
secara komprehensif
dan penilaian usia gestasi pada neonatus.
•
1. Laporan kasus asuhan
keperawatan (3 kasus
kelolaan)
2. Jumal reflektif (4 jumal
2013
Kolaborasi pemeriksaan penunjang meliputi:
rontgen dada, nilai AGD
b.
Bukti Pembelajaran
Merumuskan diagnosa keperawatan yang tepat
-------· -----
2
Aplikasi teori ..., I Gusti Agung Dewi Purnamawati, FIK UI, 2014
selama empat minggu)
3. Proyek inovasi
berdasarkan masalah, etiologi dan tanda dan gejala
merujuk
c.
Menyusun Perencanaan keperawatan:
1) Gunakan komunikasi terapeutik dan hubungan
interpersonal
saat
memberikan
pelayanan
keperawatan kepada neonatus dan keluarganya.
2) Ciptakan
lingkungan
dan
pertahankan
lingkungan yang aman (hangat).
3) Manajemen pelayanan keperawatan intensif.
4) Tatalaksana neonatus dengan masalah respirasi
meliputi:
napas,
mempertahankan
fungsi
kepatenan jalan
pemapasan
normal
dan
pemenuhan kebutuhan oksigen yang optimal,
mencegah terjadinya asfiksia.
5) Monitoring dan kolaborasi
6) Bantuan hemodinamik tingkat dasar
7) Tehnik resusitasi neonatus dan stabilisasi.
8) Pencegahan dan pengendalian infeksi
9) Membuat perencanaan pendidikan kesehatan
yang meliputi: bimbingan pemberian ASI,
makanan penganti ASI, dan makan/minum tanpa
masalah, serta manajemen BBLR (metode
PMK)
d.
Implementasi perencanaan keperawatan.
e.
Mengevaluasi tindakan keperawatan dengan melihat
3
Aplikasi teori ..., I Gusti Agung Dewi Purnamawati, FIK UI, 2014
---------·--------------
perkembangan neonatus.
f.
Pendokumentasian asuhan keperawatan meliputi:
1) Proses keperawatan pada anak ( satu
kelolaan
pada
minggu
pertama
kasus
di
ruang
riwayat alergi
dalam
perinatologi)
2)
b.
Melakukan asuhan
Jurnal reflektifpada minggu pertama
Mahasiswa mampu melakukan:
keperawatan pada
a.
neonatus dengan
Melakukan Pengkajian :
•
masalah termoregulasi
Anamnesa,
meliputi:
keluarga, gangguan genetic, riwayat kehamilan,
dan riwayat kelahiran.
•
Pemeriksaan fisik, meliputi pemeriksaan fisik
neonatus
•
Pemeriksaan penunjang meliputi: rontgen dada,
nilai AGD
b.
Merumuskan Diagnosa Keperawatan yang tepat
berdasarkan masalah, etiologi dan tanda dan gejala.
c.
Menyusun Perencanaan keperawatan:
1)
Gunakan komunikasi terapeutik dan hubungan
interpersonal
saat
memberikan
pelayanan
keperawatan kepada neonatus dan keluarganya.
2)
Ciptakan lingkungan dan pertahankan lingkungan
yang aman (hangat).
3) Manajemen pelayanan keperawatan intensif.
4
.;..---1
...,. .,_,-..
...,..,.-,-----·~C
Aplikasi teori ..., I Gusti Agung Dewi Purnamawati, FIK UI, 2014
_..__.,,._"~"'1-.<.lO""'C~
..=·O.L, ...,,
.!-~'•-..r
-~-"·
·~·-··~
'•-'~
4) Tatalaksana neonatus dengan masalah termoregulasi
meliputi: mempertahankan suhu tubuh neonatus saat
didalam incubator.
5) Monitoring dan kolaborasi
6) Bantuan hemodinamik tingkat dasar
7) Tehnik resusitasi neonatus dan stabilisasi.
8) Pencegahan dan pengendalian infeksi
9) Membuat perencanaan pendidikan kesehatan yang
meliputi:
bimbingan pemberian ASI, makanan
penganti ASI, dan makan/minum tanpa masalah,
serta manajemen BBLR (metode PMK)
10) Implementasi perencanaan keperawatan.
11) Mengevaluasi tindakan keperawatan dengan melihat
perkembangan neonatus.
12) Pendokumentasian asuhan keperawatan meliputi:
3) Proses keperawatan pada anak ( satu
kasus
di
ruang
kelolaan
pada
minggu
kedua
perinatologi)
4) Jumal reflektifpada minggu kedua
c.
Melaksanakan asuhan
Mahasiswa mampu melakukan:
keperawatan pada
d.
Melakukan Pengkajian :
neonatus dengan
•
masalah infeksi secara
Anamnesa, meliputi: riwayat kehamilan, dan
riwayat kelahiran.
komprehensif
•
Pemeriksaan fisik, meliputi pemeriksaan fisik
5
Aplikasi teori ..., I Gusti Agung Dewi Purnamawati, FIK UI, 2014
..;;-··~~-
... ·-·-"'*..
·•:$"'~·
,l,,; ...
i
.n. ;
n.
. .....
-~,~~~,..,.... ~,
y,~..
, ..,._.............. ,~.,.,._ .. ,.,, ...... "
neonatus
•
e.
Pemeriksaan penunjang meliputi:
Merumuskan Diagnosa Keperawatan yang tepat
berdasarkan masalah, etiologi dan tanda dan gejala.
f.
Menyusun Perencanaan keperawatan:
1) Gunakan komunikasi terapeutik dan hubungan
interpersonal
saat
memberikan
pelayanan
keperawatan kepada neonatus dan keluarganya.
2) Ciptakan lingkungan dan pertahankan lingkungan
yang aman (hangat).
3) Manajemen pelayanan keperawatan intensif.
4) Tatalaksana
neonatus
dengan
masalah
infeksi
meliputi:
5) Monitoring dan kolaborasi
6)
Bantuan hemodinamik tingkat dasar
7) Tehnik resusitasi neonatus dan stabilisasi.
8) Pencegahan dan pengendalian infeksi
9) Membuat perencanaan pendidikan kesehatan yang
meliputi:
bimbingan pemberian ASI, makanan
penganti ASI, dan makanlminum tanpa masalah,
serta manajemen BBLR (metode PMK)
10) Implementasi perencanaan keperawatan.
11) Mengevaluasi tindakan keperawatan dengan melihat
perkembangan neonatus.
12) Pendokumentasian asuhan keperawatan meliputi:
5) Proses keperawatan pada anak ( satu
kasus
6
Aplikasi teori ..., I Gusti Agung Dewi Purnamawati, FIK UI, 2014
kelolaan
pada
minggu
kedua
di
ruang
perinatologi)
6) Jumal reflektif pada minggu kedua
d.
Melakukan asuhan
Mahasiswa mampu melakukan:
keperawatan pada
a.
neonatus dengan
Melakukan Pengkajian :
•
gangguan
Anamnesa, meliputi: riwayat kehamilan, dan
riwayat kelahiran.
metabolisme
•
Pemeriksaan
fisik,
hipoglikemia,
meliputi
tanda-tanda
hiperglikemia
dan
hiperbilirubinemia.
•
Pemeriksaan penunjang meliputi: pemeriksaan
gula darah dan bilirubin
b.
Merumuskan Diagnosa Keperawatan yang tepat
berdasarkan masalah, etiologi dan tanda dan gejala.
c.
Menyusun Perencanaan keperawatan:
1) Gunakan komunikasi terapeutik dan hubungan
interpersonal
saat
memberikan
pelayanan
keperawatan kepada neonatus dan keluarganya.
2) Ciptakan lingkungan dan pertahankan lingkungan
yang aman (hangat).
3) Manajemen pelayanan keperawatan intensif.
4) Tatalaksana neonatus dengan masalah gangguan
metabolism baik hipoglikemia dan hiperglikemia
meliputi: pemantauan gula darah, pemberian nutrisi
via oral, enteral atau parenteral serta pemberian
7
Aplikasi teori ..., I Gusti Agung Dewi Purnamawati, FIK UI, 2014
---------------
...~-~~-·---·-·"~--··--------·
bolus dektrosa melalui parenteral sesuai advis
dokter.
5) Monitoring dan kolaborasi
6) Bantuan hemodinamik tingkat dasar
7) Tehnik resusitasi neonatus dan stabilisasi.
8) Pencegahan dan pengendalian infeksi.
9) Pemantauan neonatus dengan terapi sinar
10) Membuat perencanaan pendidikan kesehatan yang
meliputi: mencegah hipoglikemia pada bayi dan
manajemen laktasi.
d
lmplementasi perencanaan keperawatan.
e.
Mengevaluasi tindakan keperawatan dengan melihat
perkembangan neonatus.
f.
Pendokumentasian asuhan keperawatan meliputi:
1) Proses keperawatan pada anak ( satu kasus kelolaan
pada minggu ketiga di ruang perinatologi)
2) Jurnal reflektif pada minggu ketiga.
e.
Melakukan asuhan
keperawatan pada
neonatus dengan
Mahasiswa mampu melakukan:
a.
Melakukan Pengkajian :
•
kelainan kogenital
Anamnesa, meliputi: riwayat kehamilan, dan
riwayat kelahiran.
•
Pemeriksaan fisik, meliputi tanda-tanda adanya
kelainan kogenital pada system kardiovaskuler,
8
Aplikasi teori ..., I Gusti Agung Dewi Purnamawati, FIK UI, 2014
pencernaan,
nnentll,
ekstrennitas
dan
perkennihan
• Penneriksaan penunjang nneliputi: USG, ECHO,
BNO dan Rongsen
b.
Merunnuskan Diagnosa Keperawatan yang tepat
berdasarkan nnasalah, etiologi dan tanda dan gejala.
c.
Menyusun Perencanaan keperawatan:
1) Gunakan konnunikasi terapeutik dan hubungan
interpersonal
saat
nnennberikan
pelayanan
keperawatan kepada neonatus dan keluarganya.
2)
Ciptakan lingkungan dan pertahankan lingkungan
yang annan (hangat).
3) Manajennen pelayanan keperawatan intensif.
4) Tatalaksana neonatus dengan nnasalah kelainan
kogenital
nneliputi:
perawatan preoperasi dan
pascaoperasi.
5) Monitoring dan kolaborasi
6) Bantuan hennodinannik tingkat dasar
7) Tehnik resusitasi neonatus dan stabilisasi.
8) Pencegahan dan pengendalian infeksi.
9) Pennantauan neonatus dengan terapi sinar
10) Mennbuat perencanaan pendidikan kesehatan yang
nneliputi: nnencegah hipoglikennia pada bayi dan
nnanajennen laktasi.
d.
Innplennentasi perencanaan keperawatan.
e.
Mengevaluasi tindakan keperawatan dengan nnelihat
9
Aplikasi teori ..., I Gusti Agung Dewi Purnamawati, FIK UI, 2014
perkembangan neonatus.
f.
Pendokumentasian asuhan keperawatan meliputi:
1) Proses keperawatan pada anak ( satu kasus kelolaan
pada minggu keempat di ruang perinatologi)
2) Jumal reflektif pada minggu keempat
f.
Proyek inovasi
I) Persiapan
Presentasi,
a) Melakukan pengkajian ( penggumpulan data)
diskusi dan
praktik secara
denganFGD
b) Penyusunan proposal
berkelompok.
2) Pelaksanaan
a) Mempresentasikan rencana proyek
b) Melaksanakan kegiatan proyek
3) Melaksanakan evaluasi proyek dan membuat
pelaporan
10
Aplikasi teori ..., I Gusti Agung Dewi Purnamawati, FIK UI, 2014
KONTRAK BELAJAR
RESIDENSI PERAWAT SPESIALIS ANAK SEMESTER I TAHUN AKADEMIK 2013/2014
NAMA MAHASISWA
: IGA Dewi Pumamawati
NPM
: 1106042901
TEMPAT PRAKTIK
Puskesmas Kec Bej i
MATAAJAR
Praktik Klinik Keperawatan Anak Lanjut II ( 4 SKS ).
No
.
1.
Tujuan Pembelajaran
Kegiatan Pembelajaran/Kompetensi
Mahasiswa mampu
Metoda
Pembelajaran
1.
Puskesmas
Praktek
Beji
memberikan asuhan
penilaian
keperawatan pada anak dengan
MTBS dan
kondisi atau penyakit akut dan
MTBM
kegawatan di puskesmas.
a.
2.
Mahasiswa mampu
Mahasiswa mampu melakukan:
melakukan
manajemen terpadu
balita sakit (MTBS)
Diskusi
3.
Tutorial
4.
Presentasi
a.
Penilaian pada kasus balita sakit
kasus
b.
Menentukan klasifikasi pada kasus balita sakit.
kelolaan
c.
Menentukan tindakan/pengobatan pada kasus balita
Waktu/
Tempat
s/d 25
Oktober 20 13
selama enam minggu)
4. Dokumentasi kasus
Denver II
6. Pengkajian
perkembangan dengan
KPSP
Memberikan konseling pada kasus balita sakit
Aplikasi teori ..., I Gusti Agung Dewi Purnamawati, FIK UI, 2014
'"""'""''"'-"''"'~""'"''''"'
3. Jurnal reflektif ( 6 jumal
5. Pengkajian tumbang
11
-
pasien perhari
kelolaan 3 kasus.
- - - - - - L _ __
~·~--W'£'"'--
1. Laporan kasus MTBS 3
2. Laporan kasus MTBM
16 September
sakit
d.
I
Bukti Pembelajaran ,
e.
b.
Menentukan tindak lanjut pada kasus balita sakit
Mahasiswa mampu
Mahasiswa mampu melakukan:
melakukan
a.
manejemen terpadu
b. Menentukan klasiflkasi pada kasus bayi muda
bayi muda (MTBM).
c.
Penilaian pada kasus bayi muda
Menentukan tindakanlpengobatan pada kasus bayi
muda
c.
Pengkajian
pertumbuhan dan
perkembangan
d.
Presentasi kasus
kelolaan
d.
Memberikan konseling pada kasus bayi muda
e.
Menentukan tindak lanjut pada kasus bayi muda
a.
Pengkajian perkembangan dengan Denver II
b. Pengkajian perkembangan anak dengan KPSP
c.
Melakukan pemberian immunisasi
d.
Pengisian buku KIA
e.
Pendidikan kesehatan
1)
Persiapan
Presentasi
a) Melakukan pengkajian pada kasus kelolaan
kasus.
Puskesmas
Dokumentasi kasus
pasien kelolaan
2) Pelaksanaan
sebanyak 3 kasus
a) Mempresentasikan kasus kelolaan
kelolaan selama 6
minggu.
e.
Jumal reflektif
Menyusun jumal reflektif setiap minggu satu jumal
Jumal
reflektif.
reflektif
Puskesmas
Jumalreflektifsebanyak
6 jumal reflektif
---------
12
Aplikasi teori ..., I Gusti Agung Dewi Purnamawati, FIK UI, 2014
KONTRAK BELAJAR
RESIDENSI PERAWAT SPESIALIS ANAK SEMESTER ITAHUN AKADEMIK 2013/2014
NAMA MAHASISWA
: IGA Dewi Pumamawati
NPM
: 1106042901
TEMPAT PRAKTIK
Ruang Non Infeksi RSCM
MATAAJAR
Praktik Klinik Keperawatan Anak Lanjut III ( 4 SKS ).
No
.
1.
Tujuan Pembelajaran
Kegiatan Pembelajaran/Kompetensi
Metoda
Pembelajaran
Praktek
RuangNon
asuhan
Infeksi
keperawatan
RSCM
2.
Diskusi
Selama 6
3.
Tutorial
minggu
1.
Mahasiswa mampu
memberikan Asuhan
keperawatan pada kondisi atau
penyakit kronis
a.
Melaksanakan asuhan
keperawatan pada
anak dengan penyakit
Mahasiswa mampu melakukan:
Waktu/
Tempat
1.
a.
Melakukan Pengkajian :
•
selama 6 minggu
dimana pengkajian
yang digunakan
sesuai dengan teori
9 Desember
2013 sld 17
kronis pada gangguan
riwayat penyakit dalam keluarga, lingkungan
Januari 2014.
system respirasi
dan social ekonomi anak dan keluarga
Kasus kelolaan ( 3
kasus kelolaan
Pada tanggal
Anamnesa, meliputi: riwayat tumbuh kembang,
secara komprehensif
Bukti Pembelajaran
yang dipilih)
2.
Jurnal reflektif ( 6
•
Pemeriksaan ftsik pemapasan, antropometri .
jurnal reflektif
•
Pemeriksaan penunjang meliputi: rontgen dada,
dibuat setiap
nilai AGD, hematologi
minggunya)
---
13
Aplikasi teori ..., I Gusti Agung Dewi Purnamawati, FIK UI, 2014
b.
Merumuskan Diagnosa Keperawatan yang tepat
berdasarkan masalah, etiologi dan tanda dan gejala.
c.
akan di terapkan
1) Gunakan komunikasi terapeutik dan hubungan
pada Residensi II
saat
memberikan
pelayanan
keperawatan kepada anak dan keluarganya.
2) Ciptakan
lingkungan
dan
pertahankan
lingkungan yang aman.
3) Tatalaksana anak dengan masalah respirasi
meliputi:
napas,
mempertahankan
fungsi
kepatenan jalan
pernapasan
dan
normal
pemenuhan kebutuhan oksigen yang optimal
4) Monitoring tanda-tanda vital dan kolaborasi
5) Bantuan hemodinamik tingkat dasar
6) Tehnik resusitasi dan stabilisasi.
7) Pencegahan dan pengendalian infeksi
Membuat perencanaan pendidikan kesehatan yang
meliputi:
nutrisi
pada
anak dengan
masalah
kesehatan seperti TB pada anak, tehnik atau cara
mengeluarkan sputum yang efektif.
e.
Implementasi perencanaan keperawatan.
f.
Mengevaluasi tindakan keperawatan dengan melihat
perkembangan anak.
g.
Proposal EBP yang
Menyusun Perencanaan keperawatan:
interpersonal
d.
3.
Pendokumentasian asuhan keperawatan meliputi:
1) Proses keperawatan pada anak ( satu
kasus
kelolaan pada minggu pertama di ruang non
14
Aplikasi teori ..., I Gusti Agung Dewi Purnamawati, FIK UI, 2014
infeksi)
2) Jumal reflektif pada minggu pertama
b.
Melaksanakan asuhan
keperawatan pada
Mahasiswa mampu melakukan:
a.
Melakukan Pengkajian :
anak dengan
•
gangguan
Anamnesa,
meliputi:
masalah
jantung
sebelumnya, penambahan BB yang buruk,
kardiovaskuler secara
makan buruk, intoleransi aktivitas, postur tubuh
komprehensif
tidak umum, atau infeksi saluran pernapasan
yang sering.
•
Pemeriksaan fisik
jantung baik inspeksi,
palpasi, perkusi dan auskultasi.
•
Pemeriksaan penunjang meliputi: EKG, ECHO,
Rontgen dada, AGD dan kateterisasi jantung.
b.
Merumuskan Diagnosa Keperawatan yang tepat
berdasarkan masalah, etiologi dan tanda dan gejala.
c.
Menyusun Perencanaan keperawatan:
1) Gunakan komunikasi terapeutik dan hubungan
interpersonal
saat
memberikan
pelayanan
keperawatan kepada anak dan keluarganya.
2) Ciptakan lingkungan dan pertahankan lingkungan
yangaman.
3) Tatalaksana anak dengan masalah kardiovaskuler
meliputi: prosedur pemberian obat-obatan, observasi
15
Aplikasi teori ..., I Gusti Agung Dewi Purnamawati, FIK UI, 2014
--~"'
.......
..,;,."""'
'·~~-
~-.--~~---·~··-•-·n~.o
dOOo
tanda-tanda
hiperlhipokalemia,
penggunakaan
monitor jantung, pengambilan irama jantung dengan
EKG,
tindakan
perbaikan
fungsi
pemapa.san,
memantau BB!fB sebagai pemantauan tumbuh
kembang anak, pemilihan aktivitas yang sesuai dan
mempersiapkan
anak
dan
orang
tua
untuk
melakukan prosedur diagnostic.
4) Monitoring tanda-tanda vital dan kolaborasi dengan
tenaga kesehatan lain ( dokter, ahli gizi, rontgen dan
laboratorium)
5) Bantuan hemodinamik tingkat dasar
6) Tehnik resusitasi dan stabilisasi.
7) Pencegahan dan pengendalian infeksi
8) Membuat perencanaan pendidikan kesehatan yang
meliputi: pemberian obat, tanda dan gejala untuk
dilaporkan pada praktisi yang bertugas, tehnik
pemberian makan dan kebutuhan nutrisi, pemberian
posisi,
kebutuhan
istirahat,
pertumbuhan
dan
perkembangan anak.
d.
lmplementasi perencanaan keperawatan.
e.
Mengevaluasi tindakan keperawatan dengan melihat
perkembangan anak berupa curah jantung yang
normal ..
f.
Pendokumentasian asuhan keperawatan meliputi:
1)
Proses keperawatan pada anak ( satu kasus
kelolaan pada minggu kedua di ruang non
16
Aplikasi teori ..., I Gusti Agung Dewi Purnamawati, FIK UI, 2014
------· ---- ---------------------------~
infeksi)
c.
Melaksanakan asuhan
keperawatan pada
2)
Jumal reflektif pada minggu kedua.
3)
Proposal EBP
Mahasiswa mampu melakukan:
a.
anak dengan
Melakukan Pengkajian :
•
gangguan hematologi
Anamnesa, meliputi: riwayat penyakit saat ini,
riwayat
secara komprehensif
penyakit
keluarga
serta
riwayat
lingkungan dan diet anak.
•
Pemeriksaan fisik terhadap manifestasi kelainan
darah.
•
Pemeriksaan penunjang meliputi: analisa elemen
darah.
b.
Merumuskan Diagnosa Keperawatan yang tepat
berdasarkan masalah, etiologi dan tanda dan gejala.
c.
Menyusun Perencanaan keperawatan:
1) Gunakan komunikasi terapeutik dan hubungan
interpersonal
saat
memberikan
pelayanan
keperawatan kepada anak dan keluarganya.
2)
Ciptakan lingkungan dan pertahankan Iingkungan
yangaman.
3) Tatalaksana anak dengan masalah hematologi
meliputi:
persiapan
anak
untuk
melakukan
pemeriksaan diagnostic dan prosedur tindakan,
17
Aplikasi teori ..., I Gusti Agung Dewi Purnamawati, FIK UI, 2014
pemantauan pemberian elemen darah, pemantauah
pemberian nutrisi dan elemen zat besi yang adekuat,
pencegahan dan pengendalian pendaran.
4) Monitoring tanda-tanda vital dan kolaborasi dengan
tenaga kesehatan lain ( dokter, ahli gizi, rontgen dan
laboratorium)
5) Bantuan hemodinamik tingkat dasar
6) Tehnik resusitasi dan stabilisasi.
7) Pencegahan dan pengendalian infeksi
8) Membuat perencanaan pendidikan kesehatan yang
meliputi: pemberian preparat besi oral yang tepat,
pentingnya nutrisi, tanda-tanda infeksi yang segera
harus dilaporkan, pencegahan dan pengendalian
pendarahan, pemberian factor pengganti darah di
rumah.
d.
Implementasi perencanaan keperawatan.
e.
Mengevaluasi tindakan keperawatan dengan melihat
perkembangan anak sesuai dengan maslah diagnosa
keperawatan yang ditemukan.
f.
Pendokumentasian asuhan keperawatan meliputi:
1)
Proses keperawatan pada anak ( satu kasus
kelolaan pada minggu katiga di ruang non
infeksi)
2)
Jurnal reflektifpada minggu ketiga
3)
Proposal EBP.
18
Aplikasi teori ..., I Gusti Agung Dewi Purnamawati, FIK UI, 2014
----------------···-------------·---
.......
····- --------
..
-----------.
d.
Melaksanakan asuhan
keperawatan pada
Mahasiswa mampu melakukan:
a.
anak dengan
Melakukan Pengkajian :
•
gangguan gastro-
Anamnesa. meliputi: riwayat penyakit saat ini,
riwayat
hepatologi secara
penyakit
keluarga
serta
riwayat
lingkungan dan diet anak.
komprehensif
•
Pemeriksaan fisik system pencernaan
•
Pemeriksaan penunjang meliputi: fungsi hepar
dan albumin serta hemoglobin.
b.
Merumuskan Diagnosa Keperawatan yang tepat
berdasarkan masalah, etiologi dan tanda dan gejala.
c.
Menyusun Perencanaan keperawatan:
1) Gunakan komunikasi terapeutik dan hubungan
interpersonal
saat
memberikan
pelayanan
keperawatan kepada anak dan keluarganya.
2) Ciptakan lingkungan dan pertahankan lingkungan
yangaman.
3) Tatalaksana anak dengan masalah gastro-hepatologi
meliputi:
persiapan
anak
untuk
melakukan
pemeriksaan diagnostic dan prosedur tindakan.
4)
Monitoring tanda-tanda vital dan kolaborasi dengan
tenaga kesehatan lain ( dokter, ahli gizi, rontgen dan
laboratorium)
5) Bantuan hemodinamik tingkat dasar
6) Tehnik resusitasi dan stabilisasi.
7) Pencegahan dan pengendalian infeksi
19
Aplikasi teori ..., I Gusti Agung Dewi Purnamawati, FIK UI, 2014
8) Membuat perencanaan pendidikan kesehatan yang
meliputi: pemberian nutrisi anak dengan masalah
gasto-hepatologi.
d.
Implementasi perencanaan keperawatan.
e.
Mengevaluasi tindakan keperawatan dengan melihat
perkembangan anak sesuai dengan masalah diagnosa
keperawatan yang ditemukan.
f.
Pendokumentasian asuhan keperawatan meliputi:
I) Jurnal reflektif pada minggu keempat
20
Aplikasi teori ..., I Gusti Agung Dewi Purnamawati, FIK UI, 2014
------------------··-u·•--,.-··-·-··~····-
UNIVERSITAS INDONESIA
KONTRAK BELAJAR PRAKTIK RESIDENSI 2
OLEH:
IGA DEWI PURNAMAWATI
NPM: 1106042901
PROGRAM NERS SPESIALIS ILMU KEPERAWATAN ANAK
FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN
UNIVERSITAS INDONESIA
2014
1
Aplikasi teori ..., I Gusti Agung Dewi Purnamawati, FIK UI, 2014
---------------,~------------·-------··
Nama Residensi
IGA Dewi Purnamawati
NPM
1106042901
Tempat Praktik
RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo
MataAjar
Praktik Residensi 2
NO
TUJUAN PRAKTIK
KOMPETENSI
METODE
Mampu melakukan asuhan
Mahasiswa mampu melakukan asuhan keperawatan pada pasien anak
keperawatan pada anak dengan
dengan gangguan nutrisi melalui pendekatan teori Comfort Kolcaba:
gangguan nutrisi
a.
Melakukan pengkajian pada anak dengan gangguan nutrisi
antara lain defisiensi vitamin dan mineral, malnutrisi protein
1. Praktek asuhan
keperawatan.
2. Diskusi
3. Tutorial.
4. Presentasi EBP
5. Laporan EBP
6. Jurnal reflektif
dan energi (MPE) serta sensitivitas makanan, kesulitan
pemberian makan dan gaga! tumbuh terdiri dari:
1.
Anamnesa meliputi : Riwayat diet sesuai usia anak, pola
makan, jumlah yang dimakan,
faktor-faktor
finansial
dan
frekwensi makan, serta
budaya
juga
yang
mempengaruhi pemilihan dan persiapan makanan.
2.
Pemeriksaan fisik: pengkajian kulit, rambut, gigi, gusi,
bibir, lidah dan mata. Atropometri terdiri dari TB, BB, LK,
Proporsi, ketebalan lipatan kulit dan lingkar lengan.
3.
Pemeriksaan Diagnostik: Laboratorium: Hb, hematokrit,
transferin, albumin, kreatinin, dan nitrogen dan glukosa
b.
Menentukan diagnosa keperawatan.
c.
Menyusun perencanaan keperawatan antara lain:
2
Aplikasi teori ..., I Gusti Agung Dewi Purnamawati, FIK UI, 2014
-~
~""'-"""-•'-'.._n."'-•-·••·''·•••••
I WAKTU
BUKTI
DAN
PEMBELA
TEMPAT
JARAN
17 Februari
s/d 9 Mei
2014
Gedung A Lt
1 Ruang Non
Infeksi
RSUPN
CiptoMangu
nkusumo
1. Laporan
kasus
asuhan
keperawata
n (5 kasus
kelolaan)
2. Jurnal
reflektif
(11 Jurnal
reflektif
selama 11
minggu)
3. Proyek
inovasi
I.
Gunakan
komunikasi
terapeutik
dan
hubungan
interpersonal saat memberikan pelayanan keperawatan
kepada anak dan keluarganya.
2.
Ciptakan lingkungan dan pertahankan lingkungan yang
aman.
3.
Tatalaksana anak dengan masalah nutrisi meliputi:
menghitung
kebutuhan
kalori
anak,
memantau
antropometri anak, memantau asupan dan haluaran nutrisi
anak,
Kolaborasi
pemasangan
NOT,
pemeriksaan
laboratorium dan pemberian nutrisi melalui enteral dan
parenteral.
4.
Memantau tanda-tanda vital.
5.
Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain (dokter, ahli
gizi, rontgen dan laboratorium)
6.
Bantuan hemodinamik tingkat dasar : VTP dan kompresi
dada.
7.
Pencegahan dan pengendalian infeksi
8.
Membuat perencanaan pendidikan kesehatan terkait
nutrisi.
d.
Implementasi perencanaan keperawatan.
e.
Mengevaluasi
pencapaian
tindakan
tujuan
serta
keperawatan
menilai
dengan
melihat
pertumbuhan
dan
perkembangan anak sesuai usia.
f.
Pendokumentasian asuhan keperawatan meliputi:
I.
Asuhan keperawatan pada kasus dengan salah satu
masalah nutrisi pada anak dalam 2 minggu.
3
Aplikasi teori ..., I Gusti Agung Dewi Purnamawati, FIK UI, 2014
2.
Jumal reflektif setiap minggunya.
3.
Laporan EBN.
Mahasiswa mampu memberikan asuhan keperawatan pada anak dengan
2
Melaksanakan asuhan
gangguan kardivaskuler melalui pendekatan teori Comfort Kolcaba:
keperawatan pada anak dengan
gangguan kardiovaskuler secara
komprehensif
a.
Melakukan Pengkajian pada anak dengan gangguan kardiovaskuler
seperti Hipertensi pulmonal, Decom cordis dan penyakit jantung
rematik terdiri dari:
1. Anamnesa,
meliputi:
masalah
jantung
sebelumnya,
penambahan BB yang buruk, makan buruk, intoleransi
aktivitas,
delay
development
atau
infeksi
saluran
pemapasan yang sering.
2. Pemeriksaan fisik
jantung baik inspeksi, palpasi, dan
auskultasi.
3.
Pemeriksaan penunjang meliputi: EKO, ECHO,
Rontgen dada, AOD dan kateterisasi jantung.
b.
Merumuskan diagnosa keperawatan yang tepat berdasarkan
masalah, etiologi dan tanda dan gejala.
c.
Menyusun rencana keperawatan:
1.
Ounakan
komunikasi
terapeutik
dan
hubungan
interpersonal saat memberikan pelayanan keperawatan
kepada anak dan keluarganya.
2.
Ciptakan lingkungan dan pertahankan lingkungan yang
aman.
3.
Tatalaksana
anak
dengan
masalah
kardiovaskuler
meliputi: prosedur pemberian obat-obatan, observasi
4
Aplikasi teori ..., I Gusti Agung Dewi Purnamawati, FIK UI, 2014
---------------·-----~-------····-·- ·····
tanda-tanda
hiper/hipokalemia,
penggunaan
monitor
jantung, pengambilan irama jantung dengan EKG,
tindakan perbaikan fungsi pernapasan, memantau BB!fB
sebagai pemantauan tumbuh kembang anak, pemilihan
aktivitas yang sesuai dan mempersiapkan anak dan orang
tua untuk melakukan prosedur diagnostik.
4.
Monitoring tanda-tanda vital.
5.
Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain (dokter, ahli
gizi, rontgen dan laboratorium)
6.
Bantuan hemodinamik tingkat dasar
7.
Teknik resusitasi dan stabilisasi.
8.
Memantau status oksigenisasi dan sirkulasi : Saturasi
oksigen, tekanan darah dan nadi.
9.
Pencegahan dan pengendalian infeksi
10. Membuat
meliputi:
perencanaan
pendidikan
kesehatan
yang
pemberian obat, tanda dan gejala untuk
dilaporkan pada praktisi yang bertugas, teknik pemberian
makan dan kebutuhan nutrisi, pemberian posisi, kebutuhan
istirahat, pertumbuhan dan perkembangan anak.
d.
Implementasi perencanaan keperawatan.
e.
Mengevaluasi
tindakan
keperawatan
dengan
melihat
perkembangan anak berupa curah jantung yang normal ..
f.
Pendokumentasian asuhan keperawatan meliputi:
1.
Asuhan
keperawatan
pada
anak
dengan
masalah
kardiovaskuler satu kasus pada minggu ketiga sampai
minggu ke empat.
5
Aplikasi teori ..., I Gusti Agung Dewi Purnamawati, FIK UI, 2014
----------------··-..
-·--·-·-··-·-·-·~··.
·····-··-
....
2.
3
Melaksanakan
keperawatan
dengan
Jurnal reflektiftiap minggu.
asuhan Mahasiswa mampu melakukan asuhan keperawatan pada anak dengan
anak gangguan hematologi dan keganasan melalui pendekatan teori Comfort
pada
gangguan
hematologi dan keganasan
Kolcaba:
a.
Melakukan pengkajian pada anak dengan masalah hematologi
seperti Hemofilia, keganasan hematologi (ALL, AML) dan
secara komprehensif
ITP antara lain :
Anamnesa, meliputi: riwayat penyakit saat ini, riwayat
I.
penyakit keluarga serta riwayat lingkungan dan diet
anak.
b.
2.
Pemeriksaan fisik terhadap manifestasi kelainan darah.
3.
Pemeriksaan penunjang meliputi: analisa elemen darah.
Merumuskan diagnosa keperawatan yang tepat berdasarkan
masalah, etiologi dan tanda dan gejala.
c.
Menyusun Perencanaan keperawatan:
I.
Gunakan
komunikasi
terapeutik
dan
hubungan
interpersonal saat memberikan pelayanan keperawatan
kepada anak dan keluarganya.
2.
Ciptakan lingkungan dan pertahankan lingkungan yang
aman.
3.
ldentifikasi fase pengobatan anak.
6
-----,,_,
_________
Aplikasi teori ..., I Gusti Agung Dewi Purnamawati, FIK UI, 2014
'
4.
Tatalaksana anak dengan masalah hematologi meliputi:
persiapan anak untuk melakukan pemeriksaan diagnostik
dan prosedur tindakan seperti intratekal (IT), pemberian
terapi obat baik oral atau injeksi, pemantauan pemberian
elemen darah (tranfusi), pemantauan pemberian nutrisi
dan elemen zat besi yang adekuat, pencegahan dan
pengendalian pendarahan serta kolaborasi pemberian
tatalaksana kemoterapi, cairan rumatan, pemasangan
infus, pemberian nutrisi melalui enteral atau parenteral.
5.
Pemantauan efek kemoterapi
6.
Monitoring tanda-tanda vital
7.
Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain (dokter, ahli
gizi, rontgen dan laboratorium)
8.
Bantuan hemodinamik tingkat dasar
9.
Tehnik resusitasi dan stabilisasi.
10.
Pencegahan dan pengendalian infeksi
11.
Membuat perencanaan
pendidikan
kesehatan
yang
meliputi: pemberian preparat besi oral yang tepat,
pentingnya nutrisi, tanda-tanda infeksi yang segera harus
dilaporkan, pencegahan dan pengendalian pendarahan,
pemberian faktor pengganti darah di rumah.
d.
Implementasi perencanaan keperawatan.
e.
Mengevaluasi
tindakan
perkembangan
anak
keperawatan
sesuai
dengan
dengan
masalah
melihat
diagnosa
keperawatan yang ditemukan.
f.
Pendokumentasian asuhan keperawatan meliputi:
7
Aplikasi teori ..., I Gusti Agung Dewi Purnamawati, FIK UI, 2014
1.
Asuhan
keperawatan pada anak dengan masalah
keganasan pada hematologi 2 kasus kelolaan (ALL atau
AML) diminggu kelima sampai kedelapan.
2.
4
Jurnal reflektif pada setiap minggu
Melaksanakan asuhan
Mahasiswa mampu melakukan asuhan keperawatan pada anak dengan
keperawatan pada anak dengan
gangguan system perkemihan melalui pendekatan teori Comfort
gangguan sistem perkemihan
Kolcaba:
secara komprehensif.
a.
Melakukan pengkajian pada anak dengan gangguan sistem
perkemihan seperti penyakit ginjal kronis dan sindrom nefrotik
antara lain:
1.
Anamnesa, meliputi: riwayat penyakit saat ini, riwayat
penyakit keluarga serta riwayat lingkungan dan diet anak.
2.
Pemeriksaan fisik sistem perkemihan.
3.
Pemeriksaan penunjang meliputi: pemeriksaan laboratorium,
pemeriksaan USG abdomen, dan CT scan.
b.
Merumuskan diagnosa keperawatan yang tepat berdasarkan
masalah, etiologi dan tanda dan gejala.
c.
Menyusun perencanaan keperawatan:
I.
Gunakan komunikasi terapeutik dan hubungan interpersonal
saat memberikan pelayanan keperawatan kepada anak dan
keluarganya.
2.
Ciptakan lingkungan dan pertahankan lingkungan yang aman.
3.
Tatalaksana anak dengan masalah perkemihan meliputi:
persiapan anak untuk melakukan pemeriksaan diagnostik dan
8
Aplikasi teori ..., I Gusti Agung Dewi Purnamawati, FIK UI, 2014
prosedur tindak.an.
4.
Monitoring tanda-tanda vital
5.
Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain ( dokter, ahli gizi,
rontgen dan laboratorium)
6.
Bantuan hemodinamik tingkat dasar.
7.
Tehnik resusitasi dan stabilisasi.
8.
Pencegahan dan pengendalian infeksi
9.
Membuat perencanaan pendidikan kesehatan yang meliputi:
pemberian nutrisi anak dengan masalah perkemihan dan
perawatan di rumah
d. Implementasi perencanaan keperawatan.
e. Mengevaluasi tindak.an keperawatan dengan melihat perkembangan
anak. sesuai dengan masalah diagnosa keperawatan yang ditemukan.
f. Pendokumentasian asuhan keperawatan meliputi:
1.
Asuhan keperawatan pada anak dengan sindrom nefrotik dan
penyakit ginjal kronis pada minggu kesepuluh sampai
kesebelas.
2.
5
Jurnal reflektifpada setiap minggu.
1. Persiapan dan studi literature dan konsultasi
Melak.ukan Proyek Inovasi
2. Pembuatan dan konsultasi proposal.
EBP tentang tindak.an akupresur
dalam mengurangi mual muntah
anak yang menjalani kemoterapi.
3. Perencanaan dan persiapan implementasi
4. Implementasi proyek inovasi
5. Evaluasi proyek inovasi
6. Evaluasi hasil dan penyusunan laporan
9
Aplikasi teori ..., I Gusti Agung Dewi Purnamawati, FIK UI, 2014
-,.,.-,.,,.w,_"'-·'"""'""~-,."''-·~~~·,.,-"'....,....,...
__,..
-'1··-,-.,--
'"'¥:0......,.
""'"''~h -~
• .,....-,.,~·-., ...."._.,._
Lampiran 2
Aplikasi teori ..., I Gusti Agung Dewi Purnamawati, FIK UI, 2014
LAPORAN KEGIATAN PROYEK INOVASI AKUPRESUR
DALAM MENGURANGI MUAL DAN MUNTAH PADA
ANAK YANG MENJALANI KEMOTERAPI
BERDASARKAN EVIDENCE BASED PRACTICE
DI RUANG NON INFEKSI
RSUPN DR.CIPTOMANGUNKUSUMO
DISUSUN OLEH:
IGA DEWI PURNAMAWATI
~~=
1106042901
PROGRAM SPESIALIS KEPERAWATAN ANAK
FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN
UNIVERSITAS INDONESIA
2014
Aplikasi teori ..., I Gusti Agung Dewi Purnamawati, FIK UI, 2014
DAFTARISI
Kata Pengantar............................................................................................ ii
Daftar isi. ................................................................................................. .iii
Bab 1 PENDAHULUAN
A.
B.
C.
D.
Tema Proyek ...................................................................................... 1
Latar Belakang ......................................................................................... 1
Tujuan ............................................................................................. 3
Manfaat. ........................................................................................... 3
Bab 2 TINJAUAN TEORI
A. Konsep Mual dan Muntah ..................................................................... 4
B. Konsep Kemoterapi. ............................................................................7
C. Konsep Akupresure ............................................................................. 8
Bab 3 PENGKAJIAN DAN IDENTIFIKASI MASALAH
A.
B.
C.
D.
E.
F.
Hasil Pengkajian Kebutuhan Proyek Inovasi. .............................................. 11
Analisis SWOT ................................................................................ 12
Identifikasi Masalah ........................................................................... 13
Strategi Pemecahan Masalah .................................................................. 13
Planing of Action ............................................................................... 15
Sasaran ........................................................................................... 16
G. Media............................................................................................. 16
H. Anggaran Kegiatan ............................................................................. 16
Bab4APPRAJSEJURNAL
A. Evidance Based Practice ................................................................... 17
B. Hasil Appraise Jurnal. ..................................................................... 18
iii
Aplikasi teori ..., I Gusti Agung Dewi Purnamawati, FIK UI, 2014
Dab 5 PELAKSANAAN DAN PEMBAHASAN
A. Pelaksanaan ............................................................................... 23
B. Pembahasan ............................................................................... 29
Bab6 PENUTUP
A. Kesimpulan .............................................................................. 32
B. Saran ......................................................................................32
IV
Aplikasi teori ..., I Gusti Agung Dewi Purnamawati, FIK UI, 2014
•
I
I
i
I
BABl
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Anak-anak penderita kanker yang sedang menjalani kemoterapi sering mengalami
berbagai efek samping obat kemoterapi seperti depresi sumsum tulang, diare,
kehilangan rambut, masalah-masalah kulit, mual muntah, mukositis, kesulitan
mengunyah, menelan, berbicara, perdarahan, mulut kering dan hilangnnya sensasi
rasa (Eilers, 2004). Pasien kanker menilai mual merupakan efek samping yang paling
tidak menyenangkan dari kemoterapi, meskipun pemberian terapi antiemetik sudah
diberikan secara intensif. Hampir 70 % pasien dewasa dan 58 % anak usia sekolah
serta anak remaja menerima agen kemoterapi yang sangat emetogenik, akibatnya
keluhan mual terus dikeluhkan pasien (Ryan, 201 0)
Menurut Ryan (20 10) saat ini, standar perawatan untuk mengatasi mual akibat terapi
kemoterapi adalah antiemetik,
terutama sertononin (5-HT3) merupakan reseptor
anatagonis yang sering diberikan.
Namun, penelitian telah menunjukkan bahwa
antiemetik secara klinis efektif terhadap muntah tapi tidak pada mual. Pemberian
antiemetik sebagai profilaksis sebelum kemoterapi mampu mencegah timbulnya mual
dan muntah. Keluhan mual sebelum kemoterapi atau sering dikenal mual anticipatory
dikeluhkan 15 sampai dengan 54 % anak yang akan menjalani kemoterapi. Mual
dapat terjadi pada 24 jam pertama post kemoterapi atau sering disebut mual akut, dan
mual lambat yang tejadi lebih dari 24 jam post kemoterapi, mual lambat hampir
dikeluhkan 50 sampai dengan 80 % anak yang menjalani kemoterapi akibat obat
kemoterapi yang sangat emetogenik.
Selama ini untuk mengatasi mual selain yang bersifat farmakologi, intervensi
nonfarmakologi sering pula digunakan. Berdasarkan hasil systematic review yang
dilakukan oleh Jam, Caray, Jefford, Schofield, Charleson dan Aranda (2008)
mengidentifikasi 77 penelitian yang menggunakan metode RCT tentang pengelolaan
mual muntah dapat dilakukan dengan intervensi nonfarmakologi antara lain kognitif
distraksi, latihan, hypnosis, dan relaksasi. Antisipasi mual dan muntah (ANY) secara
1
Universitas Indonesia
Aplikasi teori ..., I Gusti Agung Dewi Purnamawati, FIK UI, 2014
2
signifikan sangat mempengaruhi kualitas hidup pasien yang menjalani kemoterapi.
Pemberian terapi antiemetik sangat membantu mengguranggi mual dan muntah tetapi
tidak untuk kontrol ANV. Pendekatan nonfarmakologi termasuk intervensi prilaku
menjanjikan harapan yang tinggi dalam menguranggi gejala. Berdasarkan evidence
penggunaan komplementer dan metode alternatife seperti akupresur dan akupuntur
mampu menguranggi ANV (Moselev, 2006).
Akupresure telah lama digunakan oleh bangsa China sebagai pengobatan tradisional
mereka, sebagai tindakan menguranggi mual dan muntah (Lee, Dodd, Dibble &
Abrams, 2008, Ryan, 201 0). Akupresur adalah salah satu alternatife intervensi yang
efektif untuk menggurangi keluhan mual dan muntah. Akupresur juga merupakan
intervensi non invasife dan relatife tidak sulit untuk dilakukan (Lee & Frazier, 2011).
Akupresur melibatkan stimulasi acupoint dari perikardium 6 (P6) yang terletak di
permukaan anterior pergelangan tangan antara tendon fleksor corpiradialis longus
palmaris.
Menurut
Ezzo et al (2005 dalam Ryan, 201 0) melakukan meta analisis
menyimpulkan bahwa akupresur secara signifikan mengurangi mual akut akibat
kemoterapi, hila dikombinasikan dengan antiemetik. Menurut Lee dan Frazier (20 11)
melakukan systematic review mendapatkan 16 sampai 23 penelitian menyatakan
bahwa akupresur efektif mengelola mual dan muntah pada ibu hamil dan pasien yang
menjalani kemoterapi.
Menurut Shin et al (2004) melakukan terapi akupresur dengan jari pada pasien kanker
lambung yang menjalani kemoterapi pada titik P6 selama 5 menit setiap 3 jam setiap
hari selama lima hari sebelum kemoterapi dan setelah kemoterapi. Penelitian yang
dilakukan Rukayah (2013) dengan judul pengaruh terapi akupresur terhadap mual
muntah lambat akibat kemoterapi pada anak usia sekolah yang menderita kanker di
RS Kanker Dharmais Jakarta menghasilkan terjadinya penurunan rerata mual muntah
setelah akupresur dengan nilai p value = 0,000. Terapi akupresur dilakukan pada titik
Universitas Indonesia
Aplikasi teori ..., I Gusti Agung Dewi Purnamawati, FIK UI, 2014
3
P6 dan St36 sebanyak 2 kali selama 3 menit setiap 6 jam sekali pada bari kedua
setelah kemoterapi.
Berdasarkan basil observasi selama praktik di ruang non infeksi, keluhan mual sering
dikeluhkan oleb pasien dan penanganannya lebib sering dengan pemberian terapi
antiemetik. Terapi nonfarmakologi yang digunakan untuk menggurangi mual dan
muntah selama ini belum pemah dilakukan, untuk itu residen tertarik untuk
menerapkan akupresur pada anak yang mengalami mual dan muntah akibat menjalani
kemoterapi dengan judul " Akupresur dalam mengurangi mual muntah pada anak
yang menjalani kemoterapi berdasarkan Evidence Based Practice Di Ruang Non
Infeksi RSUPN Dr. Cipto Manggunkusumo".
B. Tujuan
1. Tujuan umum
Untuk mencapai asuhan keperawatan yang berkualitas melalui intervensi
keperawatan yang komprebensif dan meningkatkan pelayanan keperawatan yang
memperbatikan prinsip atraumatic care pada anak yang menjalani kemoterapi
dengan meminimalkan keluhan mual dan muntah.
2. Tujuan khusus
a.
Diketahui gambaran kejadian mual pada anak.
b.
Diketahui efektivitas tindakan akupresur terhadap penurunan mual.
c.
Diketahuinya faktor pendukung dan penghambat dalam melakukan
akupresur.
C. Manfaat
Adapun manfaat yang diperoleb antara lain bagi pihak:
1. Rumah sakit
Sesuai visi serta misi rumah sakit menjadi pusat pendidikan kesehatan
manfaat yang diperoleh dari basil proyek inovasi ini adalah telah
memperkaya tindakan alternative akupresur untuk menggurangi mual dan
Universitas Indonesia
Aplikasi teori ..., I Gusti Agung Dewi Purnamawati, FIK UI, 2014
4
muntah pada anak yang menjalani kemoterapi dari penatalaksanaan non
farmakologi.
2. Perawat
Memperkaya pengetahuan serta keterampilan perawat untuk mengatasi
masalah mual dan muntah yang sering di alami pasien.
3. Pasien dan keluarga
Pada anak dengan berkurangnnya rasa mual dan muntah akan meningkatkan
rasa nyaman anak dan asupan nutrisi yang diberikan akan optimal. Pada
orang tua menjadi salah satu tindakan altematif pada anak jika terjadi mual
dan muntah selama dirumah.
Universitas Indonesia
Aplikasi teori ..., I Gusti Agung Dewi Purnamawati, FIK UI, 2014
BAB 2
TINJAUAN TEORI
A. Konsep Mual Dan Muntah
1. Mual dan Muntah
Mual adalah fenomena subyektif dan tidak dapat diamati yang berasal dari
sambungan antara otak dan gut. Mual juga merupakan suatu perasaan yang sangat
tidak enak di belakang tenggorokan dan epigastrium dan sering menyebabkan gejala
muntah. Mual adalah tidak sama dengan muntah dan paling akurat diukur dengan
pengkajian diri, seperti buku harlan dan skala mual. Sedangkan muntah didefinisikan
sebagai suatu refleks yang menyebabkan dorongan ekspulsi isi lambung atau usus
atau keduannya ke mulut (Price & Wilson, 2008)
2. Klasifikasi Mual
a. Mual anticipatory : adalah mual yang terjadi sebelum dilakukan kemoterapi
b. Mual akut : mual yang terjadi pada 24 jam pertama
c. Muallambat: mual yang terjadi pada lebih dari 24 jam sampai dengan lima hari
setelah kemoterapi (Ryan, 201 0).
3. Patofisiologi Mual dan Muntah
Mual muntah terjadi di picu oleh dua faktor yaitu masuknya saraf aferen ke daerah
otak dan merangsang reflek muntah setelah terpapar kemoterapi. Selanjutnya yang
berperan pula dalam merangsang mual dan muntah adalah saraf aferen vagal di
abdomen
dengan menstimulasi pengeluaran 5-hydroxytryptamine (5-HT3),
Neurokinin-! yang terletak pada area aferen vagal di abdomen. Reseptor-reseptor
tersebut terletak didekat sel-sel enteroendokrin mukosa gastrointestinal pada usus
kecil proksimal yang berisi sejumlah mediator local seperti hydroxytryptamine (5HT), substansi P, dan kolesistokinin. Agen antineoplastik dapat menginduksi mual
dan muntah baik secara langsung pada mukosa atau melalui darah, merangsang selsel enteroendokrin untuk merilis sejumlah mediator yang kemudian meningkat,
5
Universitas Indonesia
Aplikasi teori ..., I Gusti Agung Dewi Purnamawati, FIK UI, 2014
6
reseptor yang sesuai pada serat vagal yang sating berdekatan dan menyebabkan
stimulus pada aferen yang berakhir pada punggung batang otak, terutama pada inti
traktus solitaries yang kemudian mengaktifkan pusat generator (pusat mual). 5-HT3
dianggap sebagai mediator yang paling bertanggungjawab pada respon mual dan
muntah (Ryan, 201 0).
I
Kemoterapi
Kortek
I
~
Serotonin release dari sel
enterochromaffin
....
GITract 5HT3, NK1.
CTZ, 5-HT3 ,
Dz,NK1,M
~
Nukleus Traktus Solitarius,
5-HT3,Dz,NKI,M
Pusat Muntah
CNS Centers: Salivatory,
Respiratory, Vasomotor
Otot perut, Diagfragma, Lambung
dan Esofagus
+
Muntah
Ket: CINV Reseptor:
5-HT3: Serotonin tipe3
H : Histamine
D2, : Dopamine tipe2
NKI: Neurokinin tipe 1
M : Muscarinic
I
Gambar 1: Patofisiologi Mual dan Muntah
Sumber: Bradbury, (2004).
Universitas Indonesia
Aplikasi teori ..., I Gusti Agung Dewi Purnamawati, FIK UI, 2014
7
4. Faktor-faktor yang mempengaruhi mual dan muntah
a. Jenis terapi kemo yang didapatkan.
b. Kondisi klinis mual muntah yang dialami klien dalam hal ini mual akut lebih
dipertimbangkan dibandingkan muallambat.
c. Neurofisiologi kemoterapi yang menginduksi mual dan muntah, system saraf
pusat juga memainkan peranan penting dalam menghasilkan signal eferen yang
dikirimkan ke sejumlah organ dan jaringan yang akhimya menghasilkan muntah
(Ryan, 2010)
B. Konsep Kemoterapi
1. Definisi
Kemoterapi adalah pemberian segolongan obat-obatan yang bersifat sitotoksik.
Kemoterapi sangat efektif dalam penanganan kanker pada anak terutama leukemia
(Hockenberry & Wilson, 2009)
2. Terapi Obat Kemoterapi yang Menimbulkan Mual
Menurut Dwipayana (20 13) berdasarkan kemampuannya dalam mengiduksi mual dan
muntah (tingkat emetogenisitas) kemoterapi dibedakan kedalam kategori sebagai
berikut:
a. Kemoterapi dengan tingkat emetogenisitas minimal (<100/o) seperti: Bevacizumib,
Bleomycin, Busulfan, Cladribine, Fludarabine, Vinblastine, Vincristine dan
Vinorelbine.
b. Kemoterapi dengan tingkat emetogenisitas rendah (10-30%) seperti: Bortezomib,
Cetuximab, Docetaxel, Otoposide, Fluorouracil, Gemcitabine, Ixabepilone,
Lapatinid, Methotrexate, Mitomycin, Mitoxantrone, Paclitaxel, Pemetrexed,
Temsirolimus, Topotecan dan Trastuzumab.
c. Kemoterapi dengan tingkat emetogenisitas sedang (31-90%) seperti: Carboplastin,
Cyclophosphamide,
Cytarabine,
Daunorubicin,
Epirubicin,
ldarubicin,
Ifosfamide, Irinotecan dan Oxaliplatin.
d. Kemoterapi dengan tingkat emetogenisitas tinggi (>90%) seperti: Carmustine,
Cisplatin, Cyclophosphamide, Dacarbazine, Mechorethamine dan Streptozocin.
Universitas Indonesia
Aplikasi teori ..., I Gusti Agung Dewi Purnamawati, FIK UI, 2014
8
3. Pengobatan mual dan muntah
Pengobatan yang paling sering digunakan untuk menguranggi mual dan muntah
akibat pemberian obat kemoterapi yang mengandung emetogenik rendah sampai
yang tinggi adalah kombinasi dari serotonin (5-HT3) reseptor antagonis, termasuk
steroid (Dexsametasone) dan antagonis reseptor neurokinin-! (nkl) (Aprepitant).
Antiemetik yang paling umum digunakan adalah serotonin (5-HT3) reseptor
antagonis, termasuk ondansentron (Zofran), Granisetron (kytril) dan dolasentron
mesylate (Anzemet) dan palosetron. Kombinasi ondansetron, dexametasone dan
regiment Aprepitant mampu melindunggi 66-78 % dari muntah dan 50 % dari mual
pada awal siklus pertama kemoterapi cisplatin. Pemberian serotonin untuk jenis mual
yang lambat kurang membantu dalam mengatasi mual namun pemberian
dexametasone merupakan terapi yang ampuh untuk mual lambat dan kombinasi
antara Aprepitant, serotonin dan dexametasone sangat membantu mengurangi mual
dan muntah diketiga kategori mual (Grunberg, 2004; Ryan, 2010).
C. Konsep Akupresur
1. Pengertian
Akupresur adalah cara pengobatan dengan menggunakan pijatan dengan jari tangan,
akupresur dilakukan dengan cara memberikan rangsangan penekanan oleh ujungujung jari tangan pada titik tertentu dipermukaan tubuh yang disebut titik akupresur
(Depkes, 2000). Pemijatan dapat dilakukan dengan menggunakan ujung jari, siku atau
menggunakan alat yang tumpul dan tidak melukai permukaan tubuh penderita.
2. Tujuan Akupresur
Akupresur ditunjuk untuk mengembalikan keseimbangan didalam tubuh dengan cara
memberi rangsangan aliran energi kehidupan dapat mengalir dengan lancar.
Akupresur juga bermanfaat meningkatkan daya tahan dan kekuatan tubuh, mencegah
penyakit tertentu, mengatasi keluhan dan penyakit ringan biasa dan memulihkan
kondisi tubuh.
Universitas Indonesia
Aplikasi teori ..., I Gusti Agung Dewi Purnamawati, FIK UI, 2014
9
3. Meridian
Meridian adalah jaringan saluran energi kehidupan didalam tubuh. Meridian
merupakan saluran saling menghubungkan antara bagian 1uar dengan bagian da1am
tubuh, antara organ-organ, jaringan penunjang, pancaindra dan bagian-bagian tertentu
lainnya, yang membentuk satu kesatuan yang utuh didalam tubuh. Meridian berfungsi
sebagai menghubungkan bagian luar dengan bagian dalam tubuh, bagian atas dengan
bawah, bagian kiri dengan kanan tubuh. Sebagai saluran penghantar penyebab
penyakit dan gejala kelainan organ dari dalam tubuh ke permukaan dan sebaliknya.
Meridian juga berfungsi untuk menghantarkan rangsangan dari titik akupresur ke
daerah lintasannya
4. Titik pijat akupresur
Titik akupresur adalah simpul meridian tempat terpusatnya energi kehidupan.
Stimulasi yang diberikan dengan pemijatan menghasilkan efek terapeutik karena:
a. Konduksi dari signal elektromagnetik yang mampu mendorong aliran zat-zat
biokimia pencegah nyeri seperti endorphin dan sel imun ke tempat khusus di
tubuh yang mengalami cedera atau rusak karena penyakit.
b. Mengaktivasi sistem opioid sehingga dapat menurunkan nyeri
c. Perubahan pada
zat kimia otak, sensasi dan respon involunter dengan
pengeluaran berbagai neurotransmitter dan neurohormon.
Titik-titik yang sering di pijat untuk menurunkan mual dan muntah adalah titik P6. Titik
P6 adalah titik yang terletak dijalur meridian selaputjantung (Fengge, 2011).
Universitas Indonesia
Aplikasi teori ..., I Gusti Agung Dewi Purnamawati, FIK UI, 2014
10
Gambar 3.2
Lokasi Titik Akupresur
Universitas Indonesia
Aplikasi teori ..., I Gusti Agung Dewi Purnamawati, FIK UI, 2014
Bab3
PENGKAJIAN DAN IDENTIFIKASI MASALAH
A.
Hasil Pengkajian Kebutuhan Proyek Inovasi
1. Profil singkat RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo
a. Visi:
Memberikan pelayanan keperawatan paripuma yang bermutu dan professional
dalam rangka menuju pelayanan keperawatan terkemuka di Asia Fasifik tahun
2014.
b. Misi:
1) Memberikan pelayanan kesehatan paripuma dan bermutu serta terjangkau oleh
semua lapisan masyarakat.
2) Menjadi tempat pendidikan dan penelitian tenaga kesehatan.
3) Tempat penelitian dan pengembangan dalam rangka meningkatkan derajat
kesehatan masyarakat melalui manajemen yang dinamis dan akuntabel.
c. Motto:
RSCM memiliki motto
R: Respek
S: Sigap
C: Cermat
M: Mulia.
11
Universitas Indonesia
Aplikasi teori ..., I Gusti Agung Dewi Purnamawati, FIK UI, 2014
12
d. Komitmen:
Kesehatan dan kepuasaan pelanggan adalah komitmen kami, senantiasa
memberikan pelayanan paripurna yang prima untuk meningkatkan kepuasan dan
menumbuhkan kepercayaan pasien sebagai pelanggan utama kami.
2. Pengkajian dengan Analisis SWOT
1. Strength (Kekuatan)
a. Keingginan yang cukup besar untuk meningkatkan dan memberikan pelayanan
kepada masyarakat yang terbaik sebagai rumah sakit rujukan nasional.
b. RSCM sebagai rumah s8kit yang memberikan kesempatan bagi tenaga kesehatan
untuk mengembangkan diri melalui penelitian.
c. Dukungan dari manajemen keperawatan dan perawat ruangan yang terus
berkeinginan mengembangkan pelayanan keperawatan terkini atau inovasi baru
dalam pelayanan keperawatan
d. Jumlah pasien yang menjalani kemoterapi di ruang non infeksi cukup banyak.
e. Keterlibatan orang tua dalam perawatan anak yang menjalani kemoterapi sangat
besar dimulai saat pasien masuk sampai pasien pulang sesuai dengan konsep
Family Centered Care (FCC).
f.
Prosedur
Akupresur bukan merupakan tindakan invasife yang membuat
perlukaan pada anak sehingga kemungkinan untuk di laksanakan cukup besar.
2 Weakness (Kelemahan)
a. Belum ada penilaian skala ukur untuk mual dan muntah di ruangan non infeksi.
b. Memerlukan keterampilan khusus untuk dapat melakukan akupresur
c. Belum ada dokumentasi tentang angka kejadian mual dan muntah yang terjadi
pada pasien walaupun sering terjadi.
3 Opportunity (Kesempatan)
a. RSUPN merupakan rumah sakit pendidikan dimana tempat mengembangkan
ilmu-ilmu baru khusus kesehatan.
Universitas Indonesia
Aplikasi teori ..., I Gusti Agung Dewi Purnamawati, FIK UI, 2014
13
b. Terbukanya manajemen gedung A dan ruangan untuk mengoptimalkan
pelayanan keperawatan.
c. Tingginya pelayanan kemoterapi pada anak sehingga meningkatkan kesempatan
untuk mengaplikasikan tindakan akupresur pada anak yang mengalami mual dan
muntah.
4. Threat (Ancaman)
a. Semakin kritisnya masyarakat terhadap pelayanan keperawatan.
b. Kurang kooperatifnya anak dan orang tua saat melakukan tindakan keperawatan
seperti kecemasan pada anak dan orang tua.
B. ldentifikasi Masalah
1.
Seringnya keluhan mual dan muntah pada anak yang menjalani kemoterapi.
2.
Belum adanya tindakan keperawatan nonfarmakologi untuk mengatasi mual dan
muntah akibat efek samping pengobatan kemoterapi.
C. Strategi Pemecahan Masalah
1. Tahap Persiapan
a. Menyusun pertanyaan klinik berdasarkan model PICO (P: population, /:
intervention, C: comparison, 0: out come.
b. Mencari jurnal terkait tentang tindakan akupresur untuk mengguranggi mual dan
muntah pada pasien yang menjalani kemoterapi. Hasil
penelusuran jurnal
didapatkan hasil systematic review dengan judul The Efficacy of Acupressure for
Symptom Management: A Systematic Review. Dalam jumal ini dinyatakan dari 43
artikel yang di review 16 sampai dengan 23 artikel menyatakan akupresur efektif
untuk mengurangi
mual dan muntah pada pasien yang menjalani kemoterapi.
Artikel yang direview telah menggunakan metode Randomized clinical trials yang
telah di published antara
tanggal 1 januari 2000 sampai dengan 31 januari 2010.
Penggunaan metode RCT pada artikel tersebut menyatakan bahwa jumal tersebut
dapat dipakai dan
dipercaya.
Hasil penelusuran berikutnya didapatkan jurnal
Universitas Indonesia
Aplikasi teori ..., I Gusti Agung Dewi Purnamawati, FIK UI, 2014
14
dengan judul Acupresure for chemotherapy-induced nausea and vomiting: A
randomized clinical trial. Penelitian ini menghasilkan bahwa terapi akupresur dapat
mengurangi mual dan muntah lambat (delayed) pada pasien kanker payudara yang
menjalani kemoterapi.
c. Appraise literatur dengan menggunakan systematic review work sheet dan
worksheet therahy.
d. Populasi dalam proyek inovasi ini adalah anak-anak yang mengalami mual dan
muntah yang sedang menjalani kemoterapi.
e. Menyusun kerangka acuan proyek inovasi.
f. Konsultasi dengan supervisor pembimbing klinik
g. Kordinasi dengan supervisor dan kepala ruangan non infeksi gedung A RSUPN
Cipto Mangunkusumo
2. Tahap pelaksanaan
a. Presentasi dan sosialisasi tentang akupresur berdasarkan evidence base practice.
b. Melakukan role play pada perawat tentang prosedur akupresur pada titik yang
berfungsi menggurangi rasa mual dan muntah.
c. Akupresur dilakukan setelah 24 jam pertama sampai dengan hari kelima setelah
mendapatkan kemoterapi.
d. Melakukan akupresur dengan urutan:
1)
Memilih anak-anak usia 3 sampai dengan 18 tahun yang mengalami mual
dan muntah dan sedang menjalani kemoterapi pada siklus sebelum
dilakukan akupresur.
2)
Mengukur skala mual dan muntah yang dirasakan anak dengan
menggunakan skala ukur Baxter Animated Retching Faces (BARF) (Baxter,
2011).
3)
Bertemu dengan anak yang pada siklus sebelumnya sudah dikaji skala
mualnya dan datang kembali pada siklus kemoterapi berikutnya untuk
dilakukan akupresur.
Universitas Indonesia
Aplikasi teori ..., I Gusti Agung Dewi Purnamawati, FIK UI, 2014
15
4). Menentukan titik akupresur (P6) pada pergelangan tangan anak yang kiri
atau yang kanan pada area kulit yang tidak bengkak, dan tidak mengalami
luka bakar.
5). Lakukan tekanan pada pergelangan tangan
atau titik P6 dengan
menggunakan ibu jari atau jari telunjuk sambil diputar searah jarum jam
selama 3 menit 3 kali setiap hari selama 5 hari (Gach, 1990 dalam Dibble et
al (2007); Shin et al, 2007).
6). Mencatat skala mual dan mual anak sebelum anak di akupresur pada siklus
sebelumnya dan mencatat kembali skala mual dan muntah pada hari kedua
setelah dilakukan akupresur.
e.
Melibatkan keluarga untuk dapat melakukan akupresur pada anak yang sedang
mengalami mual dan muntah dimana sebelumnya orang tua diajarkan tentang
melakukan akupresur pada titik meridian P6.
3. Tahap Terminasi
Evaluasi dilakukan pada hari ke lima setelah anak mendapatkan terapi
akupresur
dengan menggunakan alat ukur yang sama tentang skala mual muntah yang dirasakan
anak.
E. Perencanaan
No Kegiatan
Minggu
1
I.
l
3
4
5
6
7
8
9
to
PJ
Produk
Mahasiswa,
PPT
ll
Persiapan
danstudi
literature dan
konsultasi
2
Pembuatan
...
dan
konsultasi
proposal
3
Presentasi
Universitas Indonesia
Aplikasi teori ..., I Gusti Agung Dewi Purnamawati, FIK UI, 2014
16
proposal dan
Head
sosialisasi
Nurse,
upervisor,
...
4
Perencanaan
Mahasiswa
dan
danPP
persiapan
presentasi
···-<'
implementasi
5.
Mahasiswa,
Implementasi
PP,PAdan
.·
·.
6
keluarga
.·
Evaluasi
'
Mahasiswa
HasH
dan
dokumentasi
keluarga
7
Mahasiswa
Evaluasi
Laporan
basil dan
penyusunan
laporan
F. Sasaran
Sasaran proyek inovasi adalah pasien anak usia 3 sarnpai 18 tahun dengan masalah mual dan
muntah yang menjalani kemoterapi beserta orang tua dan perawat ruang non infeksi dilantai
1 gedung A RSUP Cipto Mangunkusumo Jakarta.
G. Media
1. LCD + Laptop
2. Format Skala Mual
H. Anggaran Kegiatan
1. Persiapan
: Rp
50.000
b. Konsumsi proposal dan basil
: Rp
400.000
c. Pembuatan Proposal
: Rp
50.000
a. Foto Copy dan ATK
Universitas Indonesia
Aplikasi teori ..., I Gusti Agung Dewi Purnamawati, FIK UI, 2014
17
2. Evaluasi
a. Penyusunan laporan
: Rp
50.000
Jumlab
: Rp
550.000
Universitas Indonesia
Aplikasi teori ..., I Gusti Agung Dewi Purnamawati, FIK UI, 2014
Bab 4
APPRAISE JURNAL
A. Evidance Based Practice
1. Pencarian Evidance Based Practice melalui model PICO dan appraise artikel
terlampir, berikut model PICO yang akan di uraikan:
Population
: Pasien anak: yang menjalani terapi kemoterapi.
Intervension : Melakukan ak:upresur pada titik meridian P6
Comparation : Outcome
: Menurunnya keluhan mual dan muntah pada anak: yang menjalani
kemoterapi.
2. Write out your question
Pertanyaan : Apak:ah tindakan ak:upresur dapat mengurangi mual dan muntah pada
anak: yang menjalani kemoterapi.
3. List the main topics and term from your question that you can use the search.
The efficacy of acupressure for the management of symptoms or acupressure for the
management nausea end vomiting in patients during chemotherapy or acupressure,
clinical trial, human or randomized.
4. Check any limit that may pertain to your search:
Age
Year of publication
Language
5. Type of study/publication you want to include in your search:
a. Systematic Review or Meta Analysis.
b. Individual Research Studies
6. Check the databases you searched
a. CINAHL
b. Proquest
c. PubMed Clinical Queries
7. What information did you find to help answer your question?
a. Cochrane :Not Found
b. AHRQ Evidence Reports: Not Found
18
Universitas Indonesia
Aplikasi teori ..., I Gusti Agung Dewi Purnamawati, FIK UI, 2014
19
c. Proquest: Not Found
d. PubMed: ditemukan
e. Medline: ditemukan.
8. PubMed
Lee EJ, Frazier SK. (2011). The efficacy of acupressure for symptom management:
a systematic review. Journal ofPain and Symptom Management. 42(4)
The objectives the purpose of this article was to review randomized controlled trials
that investigated the efficacy of acupressure for the management of symptoms.
Methods Randomized clinical trials published between January 1, 2000 and January
31, 2010, which used acupressure as the sole intervention for one group, were
included when they were written in English and when there were four or more studies
of the efficacy of acupressure for that particular symptom. Results: Forty-three
studies were included in this review. Investigators in 16 of 23 studies concluded
acupressure was effective, primarily for the management of nausea and vomiting in
patients during chemotherapy.
PubMed:
Dibble, S. L,. Luce, J. Cooper, B. A., Israel, J., Cohen, M., Nussey, B & Rugo, H.
(2007) Acupresure for chemotherapy-induced nausea and vomiting: A randomized
clinical trial. Oncology Nursing Forum. 34(4).
Subjects were randomized to one of three groups: acupressure to P6 point (active),
acupressure to SI3 point (placebo), or usual care only. Subjects in the acupressure
group were taught to apply an acupressure wrist device by research assistants who
were unaware of the active acupressure point. All subjects completed a daily log for
21 days containing measures of nausea and vomiting and recording methods
(including antiemetics and acupressure) used to control these symptoms. Main
Research Variables: Acute and delayed nausea and vomiting. Results no significant
differences existed in the demographic, disease, or treatment variables among the
treatment groups. No significant differences were found in acute nausea or emesis by
Universitas Indonesia
Aplikasi teori ..., I Gusti Agung Dewi Purnamawati, FIK UI, 2014
20
treatment group. With delayed nausea and vomiting, the acupressure group had a
statistically significant reduction in the amount of vomiting and the intensity of
nausea over time when compared with the placebo and usual-care groups. No signifi
cant differences were found between the placebo and usual-care groups in delayed
nausea or vomiting.
B. Hasil Appraise Jurnal
1. The efficacy of acupressure for symptom management: a systematic review
Jumal ini merupakan sistematik review dengan tujuan mencari efek akupresur dalam
menggelola tanda dan gejala
seperti mual dan muntah, nyeri, sesak napas dan
kelelahan.
Metode dalam melakukan ulasan sistematis, adalah pencanan literature yang
dilakukan dengan menggunakan database pada Cumulative Index to Nursing, Allied
Health literature, Medline dan PudMed dari tahun 1 Januari 2000 sampai dengan 31
Januari 2010 dengan kata kunci "acupressure", "clinical trial", "human",
"randomized" dan dibatasi hanya publikasi lnggris. Hasil pencaharian dari 43 artikel
hanya 3 arikel yang melaporkan tentang efek akupresur dalam mengelola mual dan
muntah pada pasien yang menjalani kemoterapi.
Hasil dari review didapatkan : penelitian dengan menggunakan metode
RCT
melaporkan efek akupresur di P6 untuk mual dan muntah pada pasien kanker yang
tengah menjalani kemoterapi. Roscoe et al (2006) menemukan akupresur yang
menggunakan Sea-Band terus menerus selama lima hari secara signifikan mengurangi
mual dan muntah pada hari pertama kemoterapi dibandingkan dengan kelompok
kontrol, yang menerima perawatan standar (n=739). Molassiotis et al (2007)
menemukan bahwa akupresur menggunakan Sea-Band terus menerus selama lima
hari secara signiftkan mengurangi mual dan muntah pada pasien dengan kanker
payudara yang menerima kemoterapi hila dibandingkan dengan kelompok kontrol
yang menerima perawatan standar (n=36). Namun, Dibble et al (2000) menemukan
bahwa pengobatan akupresur harlan sembilan menit diberikan sebelum pemberian
kemoterapi pada hari inisiasi pengobatan dan terus selama 21 hari tidak mengurangi
Universitas Indonesia
Aplikasi teori ..., I Gusti Agung Dewi Purnamawati, FIK UI, 2014
21
mual akut dan muntah pada hari kemoterapi, tapi mengurangi mual dan muntah dari
hari 2 sampai 11 hari hila dibandingkan dengan kelompok kontrol (perawatan
standar) dan kelompok plasebo (akupresur di lokasi yang tidak patut) ( n = 160).
Kesimpulan: dari beberapa artikel yang di review didapatkan bahwa akupresur efektif
mengelola tanda dan gejala seperti mual dan muntah, nyeri, sesak napas dan
kelelahan. Ada 23 artikel yang melaporkan bahwa akupresur dapat mengelola mual
dan muntah namun hanya 3 artikel yang melaporkan akupresur dapat mengelola mual
dan muntah pada pasien yang menjalani kemoterapi pada pasien dewasa. 20 artikel
melaporkan bahwa akupresur mampu mengelola mual dan muntah pada ibu hamil.
Ketiga artikel yang di review, akupresur belum dilakukan pada pasien anak yang
menjalani kemoterapi.
2. Acupresure for chemotherapy-induced nausea and vomiting: A randomized clinical
trial.
Tujuan dari artikel ini adalah untuk mengetahui terapi akupresur dalam menurunkan
rasa mual dan muntah pada pasien kanker payudara yang menjalani kemoterapi.
Penelitian ini sudah menggunakan metode RCT dengan pembagian sampel dalam tiga
kelompok, kelompok yang pertama dilakukan terapi akupresur pada titik meridian
P6, kelompok kedua dilakukan terapi akupresur pada titik meridian S 13 sebagai
placebo dan kelompok yang ketiga dilakukan perawatan seperti biasanya. Penilaian
mual dan muntah di ukur dengan menggunakan skala ukur Rhodes Index of Nausea
(RIN) untuk tiga item tentang muntah dan satu item dari Rhodes Index of Nausea,
Vomiting, and Retching dimana kedua nya telah dilakukan uji validitas dan
reliabilitas. (Rhodes & McDaniel, 1997; Rhodes, Watson, & Johnson, 1984; Rhodes,
Watson, Johnson, Madsen, & Beck, 1987 dalam Dibble, 2007). Penelitian ini
menghasilkan terapi akupresur tidak mengurangi mual dan muntah pada kondisi
muntah akut namun terapi akupresur dapat mengurangi
mual dan muntah pada
kondisi mual dan muntah terlambat (delayed).
Universitas Indonesia
Aplikasi teori ..., I Gusti Agung Dewi Purnamawati, FIK UI, 2014
22
Kesimpulan: penelitian sudah menggunakan metode RCT sehingga penelitian yang
dihasilkan dapat digunakan atau diujicobakan, sehingga terapi akupresur dapat
dilakukan pada pasien yang mengalami mual dan muntah yang menjalani kemoterapi.
Universitas Indonesia
Aplikasi teori ..., I Gusti Agung Dewi Purnamawati, FIK UI, 2014
Bab5
PELAKSANAAN DAN PEMBAHASAN
A. Pelaksanaan
Pelaksanaan kegiatan proyek inovasi yang dilakukan di ruang non infeksi anak dilakukan
melalui tahap-tahap sebagai berikut:
1. Tahap persiapan
Pelaksanaan kegiatan sebelumnya dimulai dengan penelusuran jumal untuk
penyusunan proposal. Penyusunan proposal dimulai
saat praktik Residensi I,
Residens sudah menentukan EBN yang akan di jadikan proyek inovasi di ruang non
infeksi anak dari tanggal 9 Desember 2013 sampai dengan 17 Januari 2014.
Selanjutnya dilakukan proses konsultasi dan bimbingan proposal
dimulai pada
tanggal 21 Februari sampai dengan 13 Maret 2014. Presentasi proposal dilaksanakan
pada hari Jumat, tanggal 14 Maret 2014 di ruang Panel Lantai V Departemen Anak
RSUPN Ciptomangunkusumo, pada pukul 13.00 sampai dengan pukul 16.00 WIB.
Pelaksanaan presentasi adalah gabungan dua kelompok peminatan di ruang infeksi
dan non infeksi, dengan jumlah residen yang melakukan presentasi 10 orang
mahasiswa, 7 orang mahasiswa di ruang infeksi dan 3 orang mahasiswa dari ruang
non infeksi. Acara dihadiri oleh Koordinator lantai I gedung A dan Kepala Ruangan,
Perawat Primer (PP), Perawat Asosiet (PA) ruang Infeksi dan Non infeksi serta
perwakilan dari bidang keperawatan, mahasiswa residensi I, Mahasiswa residensi dari
ruang PICU dan Kepala Ruangan Perinatologi RSUPN Ciptomangunkusumo.
Presentasi dilakukan secara panel dalam dua sesi, sesi pertama presentasi dan diskusi
5 orang mahasiswa dan sesi kedua oleh 4 orang mahasiswa. Masing-masing sesi
dipimpin oleh seorang moderator yang bertugas mengatur jalannya presentasi dan
diskusi terkait proyek inovasi yang akan dilakukan pada ruangan. Judul proyek
inovasi yang residen ingin terapkan berjudul " Akupresur dalam mengurangi mual
muntah pada anak yang menjalani kemoterapi di ruang non infeksi gedung A latai I
RSUPN Ciptomangunkusumo". Kegiatan dilanjutkan dengan diskusi dan Tanya
jawab.
23
Universitas Indonesia
Aplikasi teori ..., I Gusti Agung Dewi Purnamawati, FIK UI, 2014
24
Hasil dari kegiatan presentasi didapatkan:
a. Duk:ungan dan persetujuan dari Kepala Bidang Keperawatan, Supervisor
Ruangan, Kepala Ruangan dan Perawat Primer serta Perawat Asociet
untuk
mengaplikasikan tindakan akupresur pada anak yang mengalami mual dan
muntah yang sedang menjalani kemoterapi.
b. Rencana sosialisasi dan role play tindakan akupresur pada perawat ruangan dan
orang tua anak yang menjalani kemoterapi.
c. Rencana pelaksanaan akupresur pada anak yang mengalami mual dan muntah
yang menjalani kemoterapi pada hari pertama sampai dengan hari kelima.
d. Rencana evaluasi dan tindak lanjut.
2. Pelaksanaan Proyek Inovasi
Pelaksanaan proyek inovasi dilaksanakan mulai pada tanggal 17 Maret sampat
dengan 14 April 2014 sebagai berikut:
a. Kegiatan sosialisasi dan role play akupresur
Kegiatan sosialisasi dan role play akupresur dilakukan pada 10 orang tua dan
anak yang mengalami mual muntah saat menjalani kemoterapi. Residen
melakukan sosialisasi dan role play tidak pada semua pasien yang sedang
menjalani kemoterapi, namun residen memilih pasien-pasien yang pada siklus
sebelum akupresur pernah residen rawat dan telah mengetahui berapa skala
mual yang dirasakan anak pada hari kedua setelah mendapatkan obat
kemoterapi. Sosialisasi dan role play pun residen lakukan pada beberapa
perawat, bertujuan agar perawat dapat terlibat langsung dalam pelaksanaan
proyek inovasi yang sedang residen lakukan.
b. Pelaksanaan Akupresur
Pelaksanaan akupresur dimulai pada tanggal 17 Maret sampai dengan 14 April
2014. Adapun langkah-langkah yang residen lakukan adalah sebagai berikut:
1) Mengidentifikasi pasien sesuai dengan kriteria yang dapat dilakukan
akupresur yaitu anak yang sedang menjalani kemoterapi selama lima hari
dan mengalami mual muntah pada hari kedua setelah masuk terapi kemo.
Universitas Indonesia
Aplikasi teori ..., I Gusti Agung Dewi Purnamawati, FIK UI, 2014
25
Anak dan keluarga kooperatif saat dijelaskan dan dilakukan akupresur.
Orang tua dan anak bersedia untuk dilakukan akupresur, kondisi klinis
anak cukup baik dan area kulit yang akan dilakukan akupresur tidak
mengalami
kontraindikasi
serta
anak
yang
mendapatkan
terapi
menurunkan skala mual seperti Ondansentron.
2) Menjelaskan tujuan dan manfaat akupresur serta cara melakukan
akupresur pada titik perikardium 6 (P6).
3) Menyarankan ibu untuk melakukan kembali apa yang telah residen
ajarkan.
4) Mencatat identitas pasien seperti nama, usia dan diagnosa medis anak.
5) Mencatat siklus kemoterapi yang dijalani anak.
6) Mencatat obat kemoterapi yang didapat anak pada hari pertama dan
seterusnya.
7) Mencatat tanggal hari pertama anak mendapatkan kemoterapi saat ini.
8) Mengukur skala mual muntah anak pada hari kedua dengan skala BARF.
9) Melakukan akupresur pada titik P6 selama 3 menit setiap 8 jam dengan
menggunakan jari diputar searah jarum jam pada hari kedua sampai hari
kelima.
10) Menganjurkan orang tua untuk mencatat melakukan akupresur diluar
residen lakukan pada lembar yang residensi siapkan (lampiran).
11) Mengukur skala mual muntah pada hari ketiga sesudah melakukan
akupresur berturut-turut sampai hari kelima.
3. Hasil Pelaksanaan
Hasil pelaksanaan proyek inovasi yang didapatkan sebagai berikut:
a. Jumlah pasien yang ikut serta dalam proyek inovasi berjumlah 10 orang anak.
Selama pelaksanaan dari 10 orang anak yang teridentifikasi, namun hanya 5 (50
%) anak yang dapat dilakukan akupresur, 2 (20 %) orang anak pulang pada hari
ke tiga, 2 (20 %) orang anak mengatakan tidak mau dilakukan dan 1 (10 %) orang
anak mengatakan tidak mual pada hari kedua kemoterapi.
Universitas Indonesia
Aplikasi teori ..., I Gusti Agung Dewi Purnamawati, FIK UI, 2014
26
b. Hasil yang didapatkan dari 5 orang anak setelah residen melakukan akupresur
adalah:
1)
AnM
An M usia 17 tahun dengan Ca. Faring menjalani kemoterapi siklus ke 2
pada tanggal 17 Maret 2014 obat kemoterapi yang di dapatkan anak adalah
Cisplatin. Pada hari kedua skala mual 8, hari ketiga 8, hari keempat 8 dan
hari kelima 6. Pada tanggal 24 Maret 2014 An M menjalani kemoterapi
siklus ke 3 dengan pengobatan yang sama. Pada hari kedua dengan
menggunakan skala BARF residen mengukur skala mual yang dirasakan
anak setelah akupresur pertama kali, hasil yang didapatkan skala mual
muntah pada hari ke dua adalah 8, hari ketiga 8, hari keempat I 0 dan hari
kelima6.
2)
AnA
An A usia 16 tahun dengan Osteosarcoma menjalani kemoterapi siklus ke 4
pada tanggal 13 Maret 2014 obat kemoterapi yang di dapatkan anak adalah
Cisplatin, Ifosfamide, dan Adriamicin. Pada hari kedua skala mual yang
dirasakan anak 4, hari ketiga 4, hari keempat 4 dan hari kelima 2. Pada
tanggal 25 Maret 2014 An A datang kembali untuk menjalani kemoterapi
siklus ke 5 dengan pengobatan yang sama. Pada hari kedua dengan
menggunakan skala BARF residen mengukur skala mual yang dirasakan
anak setelah akupresur pertama kali, hasil yang didapatkan skala mual
muntah pada hari ke dua adalah 2, hari ketiga 0, hari keempat 0 dan hari
kelima 0.
3)
AnMD
An MD usia 14 tahun dengan Limfoma Non Hodgin (LNH) menjalani
kemoterapi siklus ke 1 pada tanggal 24 Maret 2014 obat kemoterapi yang di
dapatkan anak adalah Vincristin, CPA, MTX+ Mesna dan Prednison. Pada
hari kedua skala mual yang dirasakan anak adalah 2, hari ketiga 10, hari
keempat 2 dan hari kelima 2. Pada tanggal 26 Maret 2014 An MD datang
Universitas Indonesia
Aplikasi teori ..., I Gusti Agung Dewi Purnamawati, FIK UI, 2014
27
kembali untuk menjalani kemoterapi siklus ke 2 dengan pengobatan yang
sama. Pada bari kedua dengan menggunakan skala BARF residen mengukur
skala mual yang dirasakan anak setelah akupresur pertama kali, basil yang
didapatkan skala mual muntah pada bari ke dua adalah 10, bari ketiga 2, bari
keempat 10 dan bari kelima 2.
4)
AnW
An W usia 16 tahun dengan Osteosarcoma menjalani kemoterapi siklus ke 2
pada tanggal 1 Maret 2014 obat kemoterapi yang di dapatkan anak adalah
Vincristin, Ifosfamide, dan Actinomycin. Pada siklus kedua anak
mengatakan skala mual yang dirasakan anak adalah 10, bari ketiga 10, bari
keempat 10 dan bari kelima 10. Pada tanggal 01 April 2014 An W datang
kembali untuk menjalani kemoterapi siklus ke 3 dengan pengobatan yang
sama. Pada bari kedua dengan menggunakan skala BARF residen mengukur
skala mual yang dirasakan anak setelah akupresur pertama kali, basil yang
didapatkan skala mual muntah pada bari ke dua adalah 4, bari ketiga 4, bari
keempat 2 dan bari kelima 2.
5)
AnAD
An AD, usia 14 tahun dengan diagnosa medis Ca. Faring, sedang menjalani
kemoterapi siklus ke 7 pada tanggal 1 Maret 2014 obat kemoterapi yang di
dapatkan anak adalah Cisplatin dan 5 FU. Pada siklus kedua anak
mengatakan skala mual yang dirasakan anak adalah 2, bari ketiga 6, bari
keempat 6 dan bari kelima 6. Pada tanggal 01 April 2014 An W datang
kembali untuk menjalani kemoterapi siklus ke 3 dengan pengobatan yang
sama. Pada bari kedua dengan menggunakan skala BARF residen mengukur
skala mual yang dirasakan anak setelah akupresur pertama kali, basil yang
didapatkan skala mual muntah pada bari ke dua adalah 4, bari ketiga 4, bari
keempat 4 dan bari kelima 4.
Universitas Indonesia
Aplikasi teori ..., I Gusti Agung Dewi Purnamawati, FIK UI, 2014
28
4. Kendala yang dihadapi dalam pelaksanaan inovasi
Kendala yang dihadapi saat pelaksanaan proyek inovasi adalah:
a. Tidak semua anak dapat dilakukan akupresur karena pemberian obat kemoterapi
tidak selalu dilakukan di ruang rawat, ada beberapa obat yang dapat dilakukan di
poli anak sehingga anak yang sudah di identifikasi pada siklus sebelum dilakukan
akupresur tidak kembali diruangan untuk siklus kemoterapi selanjutnya.
b. Sulit mengukur skala mual serta melakukan akupresur pada anak usia kurang
dari 3 tahun. Kesulitan ini disebabkan anak kurang kooferatif dengan perawat,
belum memahami tindakan yang akan dilakukan oleh perawat sehingga sering
anak menolak untuk dilakukan akupresur.
5. Faktor pendukung dalam pelaksanaan inovasi.
Factor-faktor yang mendukung terlaksananya inovasi ini tidak terlepas dari dukungan
kepala ruangan dan perawat diruangan serta koordinator lantai I Gedung A yang
sangat positif terhadap ilmu baru dalam keperawatan. Kerjasama yang baik antara
perawat dengan keluarga sehingga mempermudah terlaksananya inovasi serta
tindakan akupresur tidak menyakitkan bahkan anak menyatakan terasa nyaman saat
dilakukan akupresur.
6. Evaluasi.
a. Evaluasi proses
Evaluasi proses dilakukan setiap residen selesai melakukan akupresur pada setiap
anak pada hari kedua sampai hari kelima serta mencatat skala mual muntah yang
dirasakan anak pada lembar dokumentasi.
b. Evaluasi basil dilakukan setelah residen selesai melakukan akupresur pada lima
orang anak. Tercatat dari lima orang anak yang dilakukan akupresur I (20 %)
orang anak tidak mengalami penurunan rasa mual, penilaian skala mual muntah
pada anak tersebut sebelum dan sesudah akupresur sama atau tetap pada hari
kedua setelah kemoterapi dengan nilai 8, hari ketiga nilai 8, hari keempat nilai
sebelum 8 dan sesudah akupresur 10 dan hari kelima nilai sebelum dan sesudah
sama yaitu 6. Dari lima orang anak 1 (20%) orang anak tidak mengalami
penurunan rasa mual muntah setelah akupresur bahkan nilai skala mual meningkat
yang sebelumnya 2 dan sesudah akupresur menjadi IO, namun 3 orang anak (60
Universitas Indonesia
Aplikasi teori ..., I Gusti Agung Dewi Purnamawati, FIK UI, 2014
29
% ) mengalami penurunan skala mual dibandingkan pada siklus sebelum
dilakukan akupresur ( lampiran 4)
B. Pembahasan
Akupresur telah lama digunakan oleh bangsa China sebagai pengobatan tradisional
mereka, sebagai tindakan menguranggi mual dan muntah (Lee, Dodd, Dibble & Abrams,
2008, Ryan, 2010). Akupresur adalah salah satu altematif intervensi yang efektif untuk
menggurangi keluhan mual dan muntah. Akupresur juga merupakan intervensi non
invasif dan relatif tidak sulit untuk dilakukan (Lee & Frazier, 2011 ). Berdasarkan uraian
diatas residen menilai ada kesesuaian antara artikel diatas dengan yang residen temukan
di rumah sakit bahwa akupresur menjadi salah satu terapi non farmakologi yang dapat
dilakukan pada anak yang mengalami mual dan muntah saat menjalani kemoterapi dan
dapat menjadi salah satu tindakan mandiri perawat karena tidak bersifat invasiv yang
menyakiti anak bahkan berdasarkan pemyataan dari salah seorang pasien anak yang telah
dilakukan akupresur mengatakan enak saat dilakukan penekanan pada titik akupresur P6.
Menurut Ryan (2010) saat ini, standar perawatan untuk mengatasi mual akibat terapi
kemoterapi adalah antiemetik,
terutama sertononin (5-HT3) merupakan reseptor
anatagonis yang sering diberikan.
Namun, penelitian telah menunjukkan bahwa
antiemetik secara klinis efektif terhadap muntah
tapi tidak pada mual. Pemberian
antiemetik sebagai profilaksis sebelum kemoterapi mampu mencegah timbulnya mual
dan muntah. Faktor-faktor yang mempengaruhi mual dan muntah antara lain jenis terapi
kemo yang didapatkan, kondisi klinis mual muntah yang dialami klien, neurofisiologi
kemoterapi yang menginduksi mual dan muntah, system saraf pusat juga memainkan
peranan penting dalam menghasilkan signal eferen yang dikirimkan ke sejumlah organ
dan jaringan yang akhimya menghasilkan muntah (Ryan, 2010). Berdasarkan uraian di
atas ada kesesuaian yang residen temukan antara uraian diatas dengan pasien anak yang
residen temukan diruangan, dari 10 orang anak yang residen kaji pada hari kedua pasca
kemoterapi semua anak mengeluh mual dengan skala yang berbeda pada setiap anak. Hal
ini terjadi sangat dipengaruhi oleh jenis terapi kemo yang didapatkan anak. Obat
Univensltaa Indonesia
Aplikasi teori ..., I Gusti Agung Dewi Purnamawati, FIK UI, 2014
30
kemoterapi bersifat emetogenisitas atau mampu menginduksi mual muntah minimal,
rendah, sedang sampai dengan tinggi (Dwipayana, 2013). Berdasarkan hasil observasi
residen selama menjalani praktik residensi obat kemoterapi yang diberikan pada anak
tidak hanya satu jenis obat kemoterapi, namun dapat lebih dari satu jenis, yang setiap
obat mempunyai sifat emetogenisitas minimal sampai dengan tinggi. Terdapat dua orang
anak yang mendapatkan obat kemoterapi dengan emetogenisitas minimal
seperti
Vincristine, satu orang anak yang mendapatkan obat kemoterapi dengan emetogenisitas
rendah seperti Methotrexate dan dua orang anak yang mendapatkan obat kemoterapi
dengan emetogenisitas sedang seperti Cyclophosphamide dan Ifosfamide, serta 3 orang
anak mendapatkan obat kemoterapi dengan emetogenisitas yang tinggi seperti Cisplatin
(Lampiran 3).
Menurut Shin et al (2004) melakukan terapi akupresur dengan jari pada pasien kanker
lambung yang menjalani kemoterapi pada titik P6 selama 5 menit setiap 3 jam setiap hari
selama lima hari sebelum kemoterapi dan setelah kemoterapi efektif dalam mengurangi
mual. Penelitian yang dilakukan Rukayah (20 13) dengan judul pengaruh terapi akupresur
terhadap mual muntah lambat akibat kemoterapi pada anak usia sekolah yang menderita
kanker di RS Kanker Dharmais Jakarta menghasilkan terjadinya penurunan rerata mual
muntah setelah akupresur dengan nilai p value = 0,000. Terapi akupresur dilakukan pada
titik P6 dan dan St36 sebanyak 2 kali selama 3 menit setiap 6 jam sekali pada hari kedua
setelah kemoterapi. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh dua orang peneliti pada
artikel diatas mengatakan akupresur mampu mengurangi mual dan muntah yang terjadi
pada pasien yang menjalani kemoterapi, hal ini juga yang residen dapatkan selama
melakukan akupresur pada lima orang anak terjadi penurunan skala mual sesudah
dilakukan akupresur, sedangkan dua orang anak merasakan skala mual yang sama pada
sebelum dan sesudah akupresur hal ini terjadi tidak terlepas dari factor-faktor yang dapat
merangsang mual seperti sifat emetogenisitas obat, kondisi klinis anak serta factor
neurofisiologi dari kemoterapi.
Berdasarkan literatur diatas dan hasil aplikasi tindakan akupresur pada anak, residen
menyimpulkan bahwa tindakan akupresur dapat mengurangi mual muntah pada anak
Universitas Indonesia
Aplikasi teori ..., I Gusti Agung Dewi Purnamawati, FIK UI, 2014
31
yang menjalani kemoterapi, sehingga tindakan ini dapat dilanjutkan sebagai salah satu
altemativ tindakan mandiri keperawatan yang bersifat non invasif dan non farmakologi.
Universitas Indonesia
Aplikasi teori ..., I Gusti Agung Dewi Purnamawati, FIK UI, 2014
Bab6
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Akupresur merupakan salah satu terapi komplementer yang dapat dikembangkan oleh
profesi keperawatan sebagai salah satu tindakan mandiri perawat. Akupresur tidak
menimbulkan perlukaan pada anak bahkan memberikan rasa nyaman saat mual dan
muntah yang dirasakan anak menurun, sehingga asupan nutrisi yang selama ini berkurang
karena anak merasa mual, dengan menurunnya rasa mual diharapkan asupan nutrisi atau
masalah nutrisi dapat teratasi. Proyek inovasi akupresur ini menghasilkan, diketahuinya
gambaran mual yang terjadi pada anak yang menjalani kemoterapi dengan menggunakan
skala mual BARF dari mual ringan sampai dengan mual berat. Tercatat dari 10 orang
anak yang menjadi partisipan dalam proyek inovasi ini, 9 orang anak atau 90 %
mengalami mual dari skala ringan sampai dengan berat. Hasil proyek inovasi ini juga
menghasilkan, diketahuinya efektifitas tindakan akupresur dalam mengurangi mual
muntah pada anak yang menjalani kemoterapi, tercatat dari 5 orang anak yang dilakukan
akupresur 3 orang anak atau 60 % mengatakan mual berkurang dan didapatkan factorfaktor pedukung dan penghambat pelaksanaan akupresur di ruang non infeksi gedung A
lantai I RSUP Ciptomangunkusumo yaitu
B. Saran
1. Perlu disusunnya SOP tentang akupresur sebagai salah satu intervensi keperawatan
altematif yang dilakukan untuk mengurangi mual dan muntah pada anak yang sedang
menjalani kemoterapi.
2. Perlu dilanjutkannya tindakan akupresur pada anak untuk mengurangi mual muntah.
3. Diadakan pelatihan tentang akupresur untuk mengatasi mual dan muntah akibat
kemoterapi.
32
Universitas Indonesia
Aplikasi teori ..., I Gusti Agung Dewi Purnamawati, FIK UI, 2014
DAFTAR PUSTAKA
Bradbury, A.R. (2004). Optimizing antiemetic therapy for chemotherapy-induced nausea and
vomiting. Magnolia.
Baxter, A. L., Watcha, M. F., Baxter, W. V., Leong, T & Wyatt, M. M. (2011). Development and
validation of a pictorial nausea rating scale for children. Official Journal American
AcademyofPediatrics. 127: 1542-1549.
Dwipayana, C. H. (2013). Mual dan muntah merupakan salah satu manifestasi klinis penting
yang sering diakibatkan pada penggunaan agen antineoplastik .www. scribdcomldoc.
Diunduh 20/01/2014 jam 12.00.
Dibble, S. L,. Luce, J. Cooper, B. A., Israel, J., Cohen, M., Nussey, B & Rugo, H. (2007)
Acupresure for chemotherapy-induced nausea and vomiting: A randomized clinical trial.
Oncology Nursing Forum. 34(4).
Eilers, J. (2004). The pathogenesis and characterization of oral mukositis associated with cancer
treatment. Oncology Nursing Forum, 31(4). 13-28
Fengge, A. (2012). Terapi akupresur: manfaat & teknik pengobatan. Yogyakarta: Crop Circle
Corp.
Grunberg, S.M. (2004). Chemotherapy-induced nausea and vomiting: prevention, detection,and
treatment-how are we doin. Supportive Oncology.2(1).
Hockenberry, M. J., & Wilson,
Edition, St. Louis: Mosby.
D. (2009). Wong's Ennensial of Pediatric Nursing. Eight
Lee, J,. Dodd, M,., Dibble, S, & Abrams,D,. (2008) Review of Acupressure Studies
for Chemotherapy-Induced Nausea and Vomiting Control. Journal of Pain and Symptom
Management.36 (5).
Moselev, C. F., et. AI (2006). Behavioral Interventions in Treating Anticipatory Nausea and
Vomiting. Journal National Comprehensiv Cancer Network.
Price, S. A., & Wilson, L. M. (2008). Patofisiologi: lwnsep klinis proses-proses penyakit.
Jakarta: EGC
Ryan, J. (2010). Treatment of Chemotherapy-Induced Nausea in Cancer Patients. Eur Oncol.
6(2): 14--16.
Aplikasi teori ..., I Gusti Agung Dewi Purnamawati, FIK UI, 2014
Jam, K. L., Carey, M,. Jefford, M., Schofiel,P., Charles, C,. & Aranda, S,.(2008)
Nonpharmacologic Strategies for Managing Common Chemotherapy Adverse Effects: A
Systematic Review . Journal ofClinical Oncology.
Lee, J., Dodd, M., Dibble,. S., & Abrams, D. (2008). Review of Acupressure Studies for
Chemotherapy-Induced Nausea and Vomiting Control. Journal of Pain and Symptom
Management. 36(5).
Lee, E, J., & Frazier, S, K. (2011). The efficacy of acupressure for symptom management: A
systematic Review. Journal ofpain and symtomManagement. 42(4)
Yapeptri. (2008). Pedoman praktis akupresur. Diktat Pelatihan. Tidak dipublikasikan.
Aplikasi teori ..., I Gusti Agung Dewi Purnamawati, FIK UI, 2014
Vol. 42 No. 4 October 2011
Journal cif Pain and Symptom Management 589
Review Article
The Efficacy of Acupressure for Symptom
Management: A Systematic Review
Eun]in Lee, PhD, RN, APRN, and Susan K. Frazier, PhD, RN
Central Baptist Hospital (EJ.L.) and University of Kentucky College of Nursing (S.KR), Lexington,
Kentucky, USA
Abstract
Context. Acupressure is a noninvasive strategy used to manage various
symptoms.
Objectives. The purpose of this article was to review randomized controlled
trials that investigated the efficacy of acupressure for the management of
symptoms.
Methods. A literature search was conducted in the Cumulative Index to Nursing
and Allied Health Literature, Medline, and PubMed using the key words
acupressure, clinical trial, human, and/ or randomized. Randomized clinical trials
published between january 1, 2000 and january 31, 2010, which used acupressure
as the sole intervention for one group, were included when they were written in
English and when there were four or more studies of the efficacy of acupressure
for that particular symptom.
Results. Forty-three studies were included in this review. Investigators in 16
of 23 studies concluded acupressure was effective, primarily for the
management of nausea and vomiting in patients during pregnancy and during
chemotherapy. Investigators in nine of 10 studies concluded that acupressure
was effective for pain in patients with dysmenorrhea, during labor and after
trauma. Investigators of four studies concluded that acupressure was effective
in the management of dyspnea and investigators in six studies concluded that
acupressure was effective in improving fatigue and reducing insomnia in
a variety of populations. However, evaluation of the randomized controlled
trial reports indicated a significant likelihood of bias.
Conclusion. Acupressure may be a useful strategy for the management of
multiple symptoms in a variety of patient populations, but rigorous trials are
needed. Inclusion of acupressure as an intervention may improve patient
outcomes. J Pain Symptom Manage 2011;42:589-603. © 2011 U.S. Cancer Pain
Relief Committee. Published by Elsevier Inc. AU rights reserved.
KeyWords
Acupressure, pain, dyspnea, fatigue, nausea, review
Address cOTTespondence to: Eun Jin Lee, PhD, RN,
APRN, Fayetteville State University, 1200 Murchison
Road, Nursing Building #311, Fayetteville, NC
28301, USA E-mail: [email protected]
Accepted for publication: January 4, 2011.
© 2011 U.S. Cancer Pain Relief Committee
Published by Elsevier Inc. All rights reserved.
Introduction
Symptoms are the subjective sensations
that accompany disease or injury and include
nausea, pain, dyspnea, and fatigue. These
0885-3924/$ - see front matter
doi:l 0.1 016/jJpainsymman.2011.01.007
Aplikasi teori ..., I Gusti Agung Dewi Purnamawati, FIK UI, 2014
590
Lee and Frazier
experiences are ubiquitous; all individuals encounter multiple symptoms during their lifetime. Symptoms may be acute or chronic,
isolated or found in clusters, and they are
the rrimary reason individuals seek health
care. ·2 Effective management of symptoms is
needed to improve individual quality of life
and reduce health care costs. For example,
chronic pain occurs in 50 million Americans
annually and has been found to influence
functional status, to reduce quality of life,
and to cost an estimated $150 million each
year. 3 Thus, interventions to effectively manage symptoms such as pain are needed. Acupressure may be an effective intervention for
a wide variety of symptoms. This intervention
is noninvasive, relatively inexpensive, and has
been demonstrated to be without adverse
effects. 4
The use of acupressure is based on meridian
theory, which proposes that acupressure stimulates meridians, a network of energy pathways throughout the body, to increase the
flow of qi (bioenergy), subsequently altering
the symptom experience.5 Acupressure is applied to specific points by the use of finger,
hand, elbow, foot, and/ or acupressure band
(Sea-Bands®, Leicestershire, U.K), an elastic
band with a protruding plastic button, for
stimulation of these pathways to increase the
flow of qi.
Studies testing the efficacy of acupressure
for symptom management have been a focus
of research, particularly during the last decade. However, no reviews have been published reporting the efficacy of acupressure
for the management of multiple common
symptoms. Thus, the purpose of this article
was to review the findings of randomized controlled trials (RCTs) that tested the efficacy of
acupressure for symptom reduction.
Methods
Cumulative Index to Nursing and Allied
Health Literature (CINAHL), Medline, and
PubMed were searched for articles published
between January I, 2000 and January 31,
2010, using the key words acupressure, clinical trial, human, and/ or randomized. Studies
from this decade were included, as standards
for reporting clinical trials were in place and
Vol. 42 No. 4 October 2011
this would provide a synthesis of the most
recent findings of rigorous trials related to
acupressure and symptom management.6
Reference lists of these articles also were
hand searched to find additional pertinent
studies. Articles were included in this review
if they were written in English and reported
RCTs. Studies were included when acupressure was the sole intervention in at least
one of the experimental groups. A review
of studies for individual symptoms was included in this review if there were at least
four trials for management of a particular
symptom. This cut-point was selected to ensure that there were a minimum number of
clinical trials focused on a given symptom.
Investigations with a sample size of less
than 30 individuals were excluded because
of a presumptive lack of statistical power (if
sample size is 30, a level 0.05, large effect
size 0.8, power= 56%). Studies using auricular or hand acupressure, reflexology, shiatsu,
and electronic or magnetic devices were excluded because they use a different naming
system for the meridians and a different
technique from body acupressure. Unpublished studies and abstracts also were
excluded.
Meta-analysis was not used in the evaluation of efficacy as the populations and interventions studied were very diverse and not
suitable for this technique. Effect size
(Hedges's g) for each trial was calculated using the mean values of the acupressure and
control groups when provided. 7 Pre-post
mean for the acupressure group was used
alone when the post-mean of the control
group was not available.
Each experimental study was evaluated for
quality using the risk of bias tool by the Cochrane group. 6 This instrument consists of
six domains: sequence generation; allocation
concealment; blinding of participants, personnel, and outcomes; incomplete outcome data;
selective outcome reporting; and other sources
of bias. Articles were evaluated for the presence of each domain and one point was assigned for each domain present. Scores
ranged from 0 to 6 and a higher value indicated higher quality and less risk for bias
(Table 1). All trials were evaluated by the two
authors and the agreement between them
was 100%.
t
!
i
I
Aplikasi teori ..., I Gusti Agung Dewi Purnamawati, FIK UI, 2014
I'
l
l
Table 1
Effect Size and Risk of Bias Evaluation for Studies in the Review
Acupressure
First Author (Year)
Norheim (200I) 18
Werntoft (2001/ 8
Habek (2004) 1
Heazell (2006) 32
Shin (2007) 41
Jamigorn (2007t
Roscoe (2003) 3
Molassiotis (2007) 55
Dibble (2000) 19
Roscoe (2009) 30
Harmon (2000) 22
Agarwal (2000) 45
Alkaissi (2002J 47
Ming (2002) 2
Agarwal (2002) 46
Schultz (2003) 39
Samad (2003/9
Klein (200!? 2
Ho (2006)
Thrgut (2007) 28
Sadighha (2008) 43
Dent (2003) 27
Alkaissi (2005t
Taylor (2002) 6
Pouresmail (2002) 49
Chen (2004) 13
Chung (2003) 35
Lee (2004) 21
Hsieh (2004) 53
Hsieh (2006) 52
Lang (2007) 51
Sakurai (2003t
Kober (2002)' 0
Maa (2003) 44
Wu (2004)u
Measure
Duration of nausea
Severity of nausea (0-IO)
Success rate of treatment on nausea
Number of patients required second
and third antiemetics (%)
Rhodes Index of Nausea and Vomiting
(6-30)
RINVR (8-40)
Severity of nausea ( 1-7)
Incidence of nausea (%)
Rhodes Index of Nausea (age <55 yr)
Severity of nausea (pre-post mean
difference)
Incidence of nausea and vomiting (%)
Incidence of nausea (%)
Incidence of nausea and vomiting (%)
RINVR (linger)
RINVR (wristband)
Incidence of nausea (%)
Moderate to severe nausea (%)
Incidence of nausea (%)
Incidence of nausea (%)
Incidence of nausea (%)
Incidence of nausea (%)
Severity of nausea (0-10)
Incidence of nausea and vomiting
Mean time to moderate nausea (second)
Pain score (0-IO)
Severity of dysmenorrhea (score 0)
VAS for pain (0-10)
VAS for pain (0-IO)
Pain score
Pain score
Roland and Morris Disability
Questionnaire
VAS for pain (0-IOO)
VAS for pain (0-100)
VAS for pain (0-IOO) pre-post
Saint George Respiratory
Questionnaire (%)
Pulmonary Function Status, Dyspnea
Questionnaire
Quality of
Study
Mean
SD
~
,.....
~
Control/Placebo/Post
n
Mean
2.2
O.I2
0.07
2
6
4
4
-2.74
4.2
0.64
0.73
2.6
O.I4
0.07
20
11
40
-0.85
6.5
O.I3
0.7
5
I7.6
1.06
23
21.6
4
2
5
4
5
14.3 Pre
2.6
0.66
6.5
0.7
3.3
1.6
33
233
17
0.23
4
5
3
4
5
4
2
4
3
4
I
4
4
4
5
5
0.36
0.18
0.33
1.28
4.34
0.06
0.64
0. 36
0.33
0.64
0.32
0.14
0.18
352
3.9
0.50
3.9
0.17
6.4
9.29
5.4
0.07
0.03
0.04
3.4
6.63
0.01
0.1
O.I
0.05
0.06
0.07
0.05
0.04
93
1.5
0.06
1.8
1.32
1.8
2.6
5.0
6
5
5
I
36.6
29.5
61.8
0.76
22.2
I3.5
ll.8
O.I
2
0.98
SD
n
Effect Size
CI
p
<0.05
O.oi
<O.OOI
NS
~
-!:..
20
8
40
0.96
0.59
0.43
0.33-3.45
0.28-1.59
-0.37-1.49
-0.02 to 0.87
1.06
22
3.79
2.76-4.69
<0.05
3.3
0.73
0.04-1.39
<O.OOI
<0.05
<0.05
<O.OOI
<0.001
~
i
1\J
c
......
......
4
4
5
2
1.4I
2.4
33
232
I9
59
3
2.I6
3.3
0.1
0.27
29
2.4
1.87-3.01
47
100
135
50
50
50
22
25
75
55
50
51
95
20
28
72
35
43
36
69
64
0.66
0.2
0.46
6.96
6.96
0.24
0.63
0.40
0.36
0.71
0.64
0
0.43
280
7.3
O.I8
4.8
0.8I
7.6
5.05
9.2
0.07
0.03
0.04
5.96
5.96
0.06
0.1
O.I
0.06
0.06
0.07
0
0.05
119
1.4
0.05
1.8
1.23
1.9
5.11
5.8
47
100
136
50
50
50
24
25
77
55
50
52
108
20
26
72
34
42
39
77
65
4.3
0.67
3.25
1.2
0.41
4.18
0.1
-0.4
0.5
1.2
4.57
3.98
5.48
0.66
2.34
5.79
0.5
0.5
0.6
1.0
0.7
3.52-4.98
0.38-G.95
2.88-3.6
0.74-1.59
0.01-0.81
3.46-4.85
-0.48 to 0.68
-0.95 to O.I7
0.22-G.86
0.75-1.56
3.29-5.28
3.29-4.61
4.86-6.06
0.02-1.03
1.62-3
5.02-6.5
O.Ol-G.97
0.07-0.93
5.65-6.49
0.68-1.37
6.37-8.24
0.007
NS
<0.05
<0.01
<0.05
<0.05
NS
NS
NS
NS
<0.05
<0.001
<0.05
NS
<O.OOI
<0.001
<0.05
<0.05
O.OI2
0.0002
<O.OI
15
23
I9
I7
56
40
34
0.38
13.3
I8
16.9
O.I3
16
30
19
I3
1.07
0.65
1.9
3.3
0.29-1.79
0.08-1.19
l.II-2.63
0.98-44
<0.001
NS
<O.OI
<0.05
22
0.4I
0.43
22
0.55
-0.01 to 1.14
<0.05
(Continued)
Aplikasi teori ..., I Gusti Agung Dewi Purnamawati, FIK UI, 2014
;::...
""
i~
~
;::...
r
I~
;::
Vol. 42 No. 4 October 2011
Lee and Frazier
592
............
10 ......
00
1010100010
000000
v
vvvvvv
dd
dddddd
oao
............
-4c:)
BB
..... .r:--
0-.t<
0~
I
I
......
Results
Thirty-three articles were retrieved from
CINAHL, 60 from Medline, 103 from PubMed,
and none from hand searching, for a total of
196 articles initially retrieved. Eighty-eight articles were duplicates, which left 108 articles for
screening. Four articles were excluded because
of duplicate data.s-11 After application of the
exclusion criteria, 43 studies remained for inclusion in this review (Fig. 1). Studies were categorized by the symptoms managed, which
included nausea and vomiting, pain, dyspnea,
and fatigue/insomnia. Fatigue and insomnia
were grouped together as these investigations
typically studied both simultaneously. The
characteristics of these studies are summarized
in Table 2.
C(') ......
ct::l!'.('oto.l"""tOCC":i
c:ilri~....:o.....;
.....
<C ....
CN,.....
Quality of Studies
The average risk of bias score was 3.8 for
RCTs focused on nausea/vomiting, 4.8 for
studies investigating pain management, 2.3
for studies of efficacy for dyspnea, and 2.5
for those studying the reduction of fatigue/
insomnia. Thus, the risk for bias of these studies was moderate to high and only two studies
(5%) earned scores of 6, indicating the lowest
risk of bias and highest quality RCT. Of 43
RCTs, the randomization strategy was unclear
in 14 studies, 12- 25 16 studies did not use
Key words: acupressure,
clinical trial, human, and
randomized
Total 108
(1 03 from PubMed,
60 from Medline,
33 from CINAHL,
0 from band sean:bing)
=
=
Not body acupressure (n 23)
Not sole intervention (n 1)
84 articles
48 articles
I
I
=
Less tban 30 patients (n 6)
Not RCI' (n 7)
Less tban 5 articles for a
symptom (n 21)
Duplicated data (n 4)
=
=
=
Fig. 1. Flow diagram of study inclusion and
exclusion.
Aplikasi teori ..., I Gusti Agung Dewi Purnamawati, FIK UI, 2014
~
,....
Table 2
Acupressure Studies in the Review
First Author (Year)
Sample
Acupressure
Point
n
Tool
Time per Day
~
Day
~
Measures
-!>..
Nausea
Norheim (2001) 18
Pregnancy
97
PC6
Sea-Band
24 hours
Four days
Wemtoft (2001t8
Habek (2004) 1
Heazell (2006) 32
Pregnancy
Pregnancy
Pregnancy
60
36
80
PC6
PC6
PC6
Wristband
Acupressure
Sea-Band
24 hours
30 minutes
Eight hours
14 days
Seven days
Three days
Shin (2007) 41
Pregnancy
66
PC6
Acupressure
10 minutes
Four days
Jamigorn (20071 33
Roscoe (2003) 3
Pregnancy
Chemotherapy
60
739
PC6
PC6
Sea-Band
Sea-Band
24 hours
24 hours
Five days
Five days
Molassiotis (2007) 55
Chemotherapy
36
PC6
Sea-Band
24 hours
Five days
Dibble (2000) 19
Chemotherapy
160
PC6
Acupressure
Nine minutes
21 days
Roscoe (2009) 30
Radiation
88
PC6
Sea-Band
24 hours
Five days
Harmon (2000) 22
Surgery
94
PC6
Sea-Band
Six hours
Once
Agarwal (2000) 45
Alkaissi (2002/7
Ming (2002) 2
Surgery
Surgery
Surgery
200
410
150
PC6
PC6
PC6, HT7
Agarwal (2002) 46
Schultz (2003) 39
Surgery
Surgery
150
103
PC6
PC6
Sea-Band
Sea-Band
Acupressure
wristband
Sea-Band
Sea-Band
Six hours
24 hours
20 minutes,
24 hours
Six hours
24 hours
Once
One day
Once,
one day
Once
Three days
Samad (2003l9
Klein (200tJ 2
Ho (2006)
Thrgut (2007) 28
Sadighha (2008) 43
Dent (2003) 27
Surgery
Surgery
Surgery
Surgery
Surgery
Acute MI
50
152
110
100
156
301
PC6
PC6
PC6
PC6
PC6
PC6
Sea-Band
Sea-Band
Sea-Band
Sea-Band
Wristband
Wristband
Six hours
24 hours
104 minutes
24 hours
24 hours
24 hours
Once
One day
Once
One day
One day
One day
Alkaissi (2005) 48
Motion sickness
60
PC6
Sea-Band
Dysmenorrhea
58
Multipoint
Acupressure pad
24 hours
Three days
Dysmenorrhea
216
Multipoint
Acupressure
Two minutes
Pain
Taylor (2002) 26
Pouresmail (2002) 49
VAS, nausea intensity, duration, nature of
symptom
VAS for nausea
Incidence of nausea, vomiting, antiemetic
Length of stay, amount of medication and
fluid
Rhodes Index of Nausea, Vomiting, and
Retching, ketonuria
Rhodes Index of Nausea and Vomiting
Severity, frequency of nausea and vomiting,
expected efficacy of the wristbands
Rhodes Index of Nausea, Vomiting, and
Retching
Rhodes Index of Nausea, NRS, State-Trait
Anxiety Inventory
Likert scale for severity of nausea, number of
vomiting
Incidence or vomiting, VAS for nausea,
antiemetic
Incidence of Nausea, vomiting
Seven-point scale for nausea, vomiting, pain
Rhodes Index of Nausea, Vomiting, and
Retching, State-Trait Anxiety Inventory
Incidence of nausea, vomiting
Four-point scale for nausea, incidence of
vomiting, retching
Incidence of nausea, vomiting, antiemetic
Incidence of nausea, vomiting, antiemetic
Incidence of nausea and vomiting
Likert scale for nausea and vomiting
Likert scale for nausea and vomiting
Incidence and severity of nausea and
vomiting, doses of antiemetic medication
Likert-type scale for nausea
....~
l~
1:
~
~
r
Descriptive Numeric Rating Scale of pain
intensity, Dysmenorrhea Symptom
Intensity and Distress Inventory
VAS for pain, multidimensional scoring
system for the severity of dysmenorrhea
(Continued)
Aplikasi teori ..., I Gusti Agung Dewi Purnamawati, FIK UI, 2014
f
I~
Table 2
Continued
First Author (Year)
Sample
n
Chen (2004) 13
Dysmenorrhea
69
Chung (2003) 35
Labor
127
Lee (2004) 21
Labor
75
Hsieh (2004) 53
Hsieh (2006) 52
Back pain
Back pain
Lang (2007) 51
Sakurai (2003t 4
Kober (2002) 0
Radial fracture
Surgery
Trauma
70
53
60
Asthma
COPD
Dyspnea
Maa (2003) 44
Wu (2004) 14
Acupressure
Point
Tool
I~
Time per Day
Day
SP6
Acupressure
20 minutes
Two days
U4, UB67
Acupressure
20 minutes
Once
SP6
Acupressure
30 minutes
Once
Acupressure
Acupressure
15 minutes
120 days
30 days
GV20,LI4
Multipoint
Multipoint
Acupressure
Sphere
Acupressure
Six minutes
Once
Three minutes
Once
41
Multipoint
Acupressure
2.5-10 minutes
56 days
44
Multipoint
Acupressure
16 minutes
28 days
146
129
Tsay (2005) 15
COPD
52
LI4, PC6, HT7
Acupressure
12 minutes
10 days
Maa (2007) 36
Bronchiectasis
35
Multipoint
Acupressure
2.5-10 minutes
56 days
HT7, KDll
Multipoint
Acupressure
Acupressure
Nine minutes
12 minutes
12 days
12 days
ST36, K1 SP6,
K13
Multipoint
Ll4, SP6, ST36
HT7
Acupressure
12 minutes
12 days
Acupressure
Acupressure
Acupressure band
15 minutes
Three minutes
10 hours
Three days
12 days
20 days
Fatigue
Tsay (2003) 2''
Tsay (2004) 16
ERSD
ESRD
98
106
Cho (2004) 24
ESRD
58
Harris (2005) 37
Molassiotis (2007) 55
Nordio (2008) 17
Students
Chemotherapy
Insomnia
39
47
40
Measures
VAS for pain and anxiety, Menstrual Distress
Questionnaire, Short-form McGill Pain
Questionnaire
VAS for pain, external fetal monitor, time of
first stage of labor
VAS for labor pain, duration of labor to
delivery
Short-Form Pain Questionnaire
Roland and Morris Disability Questionnaire,
Oswestry Disability Questionnaire, quality
of life
VAS for pain and anxiety
VAS for pain, opioid use
VAS for pain, anxiety
VAS for dyspnea, Borg Scale, St. George's
Respiratory Questionnaire, Bronchitis
Emphysema Symptom Checklist
Pulmonary Functional Status, Dyspnea
Questionnaire modified, 6-min walk
distance
Respiratory rate, heart rate, VAS for anxiety
and dyspnea
Daily sputum amount, 6-min walk distance,
VAS for dyspnea, Saint George Respiratory
Questionnaire
Pittsburgh Sleep Quality Index, sleep log
Piper Fatigue Scale, VAS for fatigue,
Pittsburgh Sleep Quality Index
Piper Fatigue Scale, Beck Depression
Inventory
Stanford Sleeping Scale
Multidimensional Fatigue Inventory
Pittsburgh Sleep Quality Index, urinary
melatonin
~
~
t
~
fl
~·
~
!""
~
~
41.
MI = myocardial infarction; COPD =chronic obstructive pulmonary disease; ESRD = emktage renal disease; VAS= visual analogue scale; NRS = numeric rating scale.
Acupressure point: conception vessel (CV), governing vessel (GV), heart (HT), pericardium (PC), lung (LU), spleen (SP), liver (LV/LR), kidney (KD/KI), small intestine (SI), triple heater (TH/TE),large
intestine (LI), stomach (ST), gallbladder (GB), and urinary bladder (UB/BL).
'
~
~
.....
Aplikasi teori ..., I Gusti Agung Dewi Purnamawati, FIK UI, 2014
VoL 42 No. 4 October 2011
Acupressure: A Review
double blinding,13' 14'16·24·26-37 and four of 27
studies that used double blinding17·38- 40 did
not describe the method used. Nine studies
did not report the attrition rate and reasons
for attrition.l2,14,15,29,37,40-43
Another particular issue related to quality
was the lack of fidelity evaluation in the 40%
( n = 17) of studies that used acupressure administered by the participants. Also, only four
of these reported the len~th of time participants
performed acupressure. 6·30·34•39 Fidelity to the
inteiVention is an important confounding factor that may have added bias to these studies.
Outcome Measures
To measure the efficacy of acupressure on
nausea and vomiting, outcome measures included a visual analogue scale (VAS) for nausea
and vomiting; 18 the incidence and severity of
nausea and vomiting; 12 hospital length of stay;
dose of medication required; and the Rhodes
Index of Nausea, Vomiting, and Retching. 41
To measure the efficacy of acupressure for
pain, a VAS for pain35 and the Short-Form
McGill Pain Questionnaire13 were primarily
used. To measure the efficacy of acupressure
for dyspnea, the Saint George Respiratory Questionnaire,44 six-minute walk distance, 14 a VAS
for dyspnea, 44 and the Pulmonary Functional
Status and Dyspnea Questionnaire14 were used
to evaluate outcomes. To measure the efficacy
of acupressure for fatigue and sleep, the
Pittsburgh Statistical Quality Index,8 the Piper
Fatigue Scale/ 6 the Stanford Sleeping Scale,37
and a VAS for fatigue 16 were used.
Description of Studies
Acupressure fur Nausea and Vomiting
Nausea and Vomiting Associated with Pregnancy.
Six RCfs examined the efficacy of acupressure
at PC6 in the prevention or management of
nausea and vomiting associated with pregnancy.12·18·32·33'38'41 Investigators used nausea
self-report and objective measurement of emesis, total dose of antiemetic medications, and
hospital length of stay as indicators of efficacy.
Habek et al. 12 reported that acupressure for 30
minutes daily for seven days significantly improved nausea and vomiting compared with
placebo acupressure in patients with hyperemesis gravidarum ( n = 36). In women with gestational age 8-12 weeks, investigators tested
595
four days of acupressure using Sea-Bands and
compared the duration and intensity of nausea
and vomiting with a control group who wore
wristbands with a felt patch for the same time
period. 18 These investigators found that acupressure significantly reduced the duration of
nausea and vomiting early in pregnancy, but
did not reduce the intensity of nausea when
compared with a placebo group. Sixty-three percent of participants in the acupressure group
and 90% in the placebo group experienced
pain, numbness, soreness, and hand swellinA
from using wristbands. Werntoft and Dykes
found that acupressure using Sea-Bands daily
for two weeks (removed only when showering)
significantly reduced nausea in healthy pregnant women compared with both control (no
antiemetic) and placebo (Sea-Bands at nonmeridian) groups (n= 60).
Because prolonged nausea and vomiting
produces ketonuria, Shin et al. 41 used ketonuria as an additional outcome variable. These
investigators found that a four-day, daily, I 0minute acupressure treatment significantly
reduced nausea, vomiting, and ketonuria in
women with hyperemesis gravidarum when
compared with placebo (acupressure at inappropriate location) and control groups
(standard care) (n= 66). Jamigorn and Phupong33 also found that acupressure using
Sea-Bands for 24 hours a day for five days reduced nausea and vomiting in 60 pregnant
women compared with vitamin B6 and placebo
wristbands. Only one patient reported adverse
effects from the Sea-Bands. In contrast, Heazell et al. 32 found that the use of acupressure
bands (Sea-Bands) for an eight-hour period
did not affect the length of hospital stay,
amount of antiemetic medication required,
and the volume of fluid administered to patients who experienced nausea and vomiting
in early pregnancy when compared with a placebo group (Sea-Bands placed in a nonmeridian location) (n= 80).
Nausea and Vomiting Associated with Chemotherapy
and Radiation. Four RCTs examined the effi-
cacy of acupressure at PC6 for nausea and
vomiting in cancer patients who were undergoing chemotherapy or radiation. 19·30·31 ·34
Roscoe et al. 34 found that acupressure using
Sea-Bands continuously for five days significantly reduced nausea and vomiting on the
Aplikasi teori ..., I Gusti Agung Dewi Purnamawati, FIK UI, 2014
596
Lee and Frazier
first day of chemotherapy compared with the
control group. which received standard care
(n= 739). However, there was no significant
difference on the second to fifth day of chemotherapy. In another study by Roscoe et al., 30
they found that Sea-Bands were effective in reducing nausea and vomiting associated with
radiation therapy compared with standard
care (n= 94). Molassiotis et al. 31 found that
acupressure using Sea-Bands continuously for
five days significantly reduced nausea, vomiting, and retching in patients with breast cancer
receiving chemotherapy when compared with
a control group receiving standard care
(n= 36). However, Dibble et al. 19 found that
a daily nine-minute acupressure treatment
given prior to chemotherapy administration
on the day of treatment initiation and continuing for 2I days did not reduce acute nausea
and vomiting on the day of chemotherapy,
but did decrease nausea and vomiting from
Day 2 to Day II when compared with the control (standard care) and placebo groups (acupressure in inappropriate locations) (n= I60).
Nausea and Vomiting Associated with Surgical
Intervention. Eleven studies examined the
efficacy of acupressure at PC6/HT7 for nausea
and vomiting in a variety of postoperative
patients.20,22,28,29,39,40,42,43,45-47 The mcyority
of these investigations focused on patients following abdominal surgery, particularly obstetric
and gynecological surgery or cholecystectomy.
Alkaissi et al. 47 reported that acupressure using Sea-Bands for 24 hours significantly improved nausea and vomiting in patients after
gynecological surgery compared with standard
care (n=4IO). These investigators found that
Sea-Bands were reported to be uncomfortable
and were associated with red indentations, itching. headache and dizziness, pain, swelling,
and blistering at the site of the acupressure
button. In another investigation, six hours
of acupressure significantly reduced nausea
and vomiting following Caesarean section compared with placebo bands (n=94) 22 and 24
hours of acupressure significantly improved
nausea and vomiting after other gynecological
surgery compared with placebo bands
(n= I00). 28 However, Ho et al.40 found that
acupressure after Caesarean section did not reduce the incidence of nausea and vomiting
when compared with a control group (placebo
Vol. 42 No. 4 October 2011
wristbands) (n= 110). &hultz et al. 39 also
found that acupressure with placebo drugs administered 24 hours a day for three days did
not reduce nausea and vomiting in patients after gynecologic surgery compared with placebo
drugs with placebo bands (n= I03).
Agarwal et al. 46 found that acupressure using Sea-Bands for six hours was as effective as
administration of ondansetron in improving
nausea and vomiting in patients after cholecystectomy when compared with placebo wristbands (n= I50), but did not improve nausea
and vomiting in patients after urological endoscopic surgery compared with placebo wristbands (n=200). 45 In addition, acupressure
using Sea-Bands for six hours did not improve
nausea and vomiting compared with the placebo wristbands in patients after cholecystectomy ( n = 50). 29 In contrast, Sadighha and
Nurai43 reported that the use of an acupressure wristband for one day relieved nausea
and vomiting in patients after laparoscopic
cholecystectomy compared with placebo band
and antiemetic groups ( n = I 56).
Acupressure also has been studied as a management strategy following other surgical
procedures. Following functional endoscopic
sinus surgery, Ming et al. 20 found that one 20minute acupressure treatment or Sea-Bands
for 24 hours were both effective in reducing
nausea and vomiting when compared with
a control group (standard care) (n= I50).
Of the two acupressure strategies used with
the sinus surgery patients, acupressure using
fingers for 20 minutes was more effective
than Sea-Bands. In contrast, Klein et al. 42
found that acupressure using Sea-Bands for
24 hours did not improve nausea and vomiting compared with the placebo wristband
group in patients following cardiac surgery
(n= I52). Thus, overall findings for the postoperative population are equivocal.
Nausea and Vomiting Associated with Acute My~
cardial Infarction (AMI). Dent et al. 27 reported
that acupressure for 24 hours using Sea-Bands
at PC6 was not effective in reducing the incidence and severity of nausea and vomiting
after AMI ( n = 30I). Sea-Bands were supposed
to be applied when patients were admitted.
However, I5% of patients did not receive these
until at least two hours after admission. The
investigators concluded that failure to apply
Aplikasi teori ..., I Gusti Agung Dewi Purnamawati, FIK UI, 2014
VoL 42 No. 4 October 2011
Acupressure: A Review
Sea-Bands during the early onset of AMI might
have reduced the effect of the treatment.
Nausea and Vomiting Associated with Motion Sickness. Al.kaissi et al. 48 studied women with a his-
tory of motion sickness and reported that
acupressure using Sea-Bands at PC6 was not effective in reducing nausea related to motion
sickness compared with the placebo group
(n=60). The intervention group received
acupressure using Sea-Bands, but the time of
application and the length of treatment were
not described. The placebo group wore SeaBands in an inappropriate location, also for
an unknown period of time, and the control
group received no therapy. Rotation chairs
with 60° /s speed were used to induce motion
sickness. When participants reported moderate nausea, rotation chairs were stopped. Nausea was measured immediately and 30 minutes
later using a seven-point Likert scale and motion sickness was not improved by acupressure
in this experiment.
Acupressure fur Pain
Dysmenorrhea. Three studies examined the efficacy
of acupressure for
menstrual
pain. 13•26•49 Chen and Chen 13 studied adolescents with menstrual pain ( n = 69) and found
that 20 minutes of acupressure at SP6 on the
first day of menstruation was effective in reducing dysmenorrhea compared with a control
group that received a rest period in the school
health center. Taylor et al. 26 used specialized
panties that administered acupressure to multiple points (CV2, CV4, SP12, SP13, ST30,
KDll, KD13, UB23, UB25, UB27, UB28, and
GV4) continuously. These panties were worn
for the first three menstrual days and were
found to be effective in reducing dysmenorrhea and the number of doses of pain medication daily compared with a control group that
received usual care ( n = 58). Concurrently,
Pouresmail and lbrahimzadeh49 reported
that acupressure was effective in the treatment
of dysmenorrhea in high-school students
when compared with a placebo group that
received sham acupressure (n= 216).
acupressure at U4 and UB67 for 20 minutes
during the first stage of labor was effective in
reducing pain when compared with a placebo
group that received effleurage, a light stroking
at both upper outer arms, and a control group
that received usual care ( n = 127). In a similar
study, Lee et al. 21 found that acupressure at
SP6 for 30 minutes significantly reduced pain
and decreased labor time required for cervical
dilation from 3 em to delivery when compared
with a placebo group that received only touch
at SP6 ( n = 75).
Two RCTs examined
the efficacy of acupressure for pain related to
trauma. 50•51 Kober et al. 50 reported that acupressure at U4, PC6, PC9, BL60, and GV2 for
three minutes in patients being transported
by ambulance following minor trauma reduced pain, anxiety, and heart rate compared
with control (standard care) and sham acupressure groups (n=60). In a similar study,
Lang et al. 51 found that in patients with a radial
fracture, six minutes of acupressure administered once at GV20 and LI4 during ambulance
transport to the hospital significantly reduced
pain and anxiety when compared with a placebo group that received acupressure at an inappropriate location (n= 70).
Pain &lated to Trauma.
Muscular System. Two RCTs examined the efficacy of acupressure for muscular pain.52•53
Hsieh et al. 53 found that acupressure treatment
six times over a one-month period was significantly more effective in reducing chronic
low back pain compared with a comparison
group that was treated with physical therapy
( n = 146). The efficacy of the acupressure treatments persisted for six months and pain scores
remained significantly lower than the physical
therapy group. In a subsequent study, Hsieh
et al. 52 used the same protocol and found that
acupressure significantly reduced chronic low
back pain when compared with a placebo acupressure group (n= 129). Unfortunately, these
two reports provided inadequate details about
the acupressure treatment, which precludes
replication of the studies.
Sakurai et al.54 compared acupressure with a control condition
(standard care) after open abdominal surgery.
All patients received intravenous morphine
Pain &lated to Surgery.
Labur Pain. Two RCTs tested the efficacy of
acupressure for the reduction of labor
pain. 21 •35 Chung et al. 35 found that
597
Aplikasi teori ..., I Gusti Agung Dewi Purnamawati, FIK UI, 2014
Lee and Frazier
598
via patient-controlled analgesia. These investigators found that acupressure at PC6, ST36,
SP4, and SP6 did not reduce pain scores or total dose of analgesics required when compared
with the control group (n=53).
Acupressure for Dyspnea
The authors of four investigations reported
that acu}.!ressure was effective in reducing
dyspnea. 4 •15•36•44 Dyspnea is the sensation of
difficulty breathing or shortness of breath,
which may be acute or chronic. Dyspnea is
often accompanied by other symptoms, such
as anxiety and depression, and signs such as tachypnea and reduced functional ability. 10•14
Dyspnea is the most common and most debilitating symptom found in chronic lung disease.
Thus, studies primarily included patients
with some form of chronic lung disease.
Wu et al. 14 found that four weeks of a daily
16-minute acupressure treatment at GV14,
CV22, UB13, UB23, and LUIO was effective
in improving pulmonary function, oxygen saturation, six-minute walk distance, dyspnea,
and state-anxiety when compared with a placebo group that received acupressure at an
inappropriate location in patients with chronic
obstructive pulmonary disease (COPD)
( n = 44). In another study of patients with
COPD, Tsay et al. 15 found that 12 minutes of
daily acupressure for 10 days at U4, PC6, and
HT7 improved dyspnea, anxiety, blood pressure, heart rate, and respiratory rate when
compared with a placebo group that received
handholding and massage. Two studies by
Maa et al. 36•44 found that 2.5-10 minutes of
daily acupressure for an eight-week period at
LUI, LU5, LUIO, and ST36, ST40 and standard care significantly improved dyspnea and
respiratory health-related quality of life in patients with bronchiectasis and astllma when
compared with a standard care group (medication and chest physiotherapy).
Acupressure for Insomnia and Fatigue
Six RCTs were performed to determine the efficacy of acupressure on the reduction of fati~e
and improvement ofsleep in adults. 8 •16•17•24•3 •55
Authors of all six studies concluded that acupressure was effective in improving fatigue and
reducing insomnia. The symptom of fatigue is
Vol. 42 No. 4 October 2011
often associated with poorer sleep quality, so
the efficacy of acupressure for fatigue and sleep
was investigated both separately and simultaneously in these studies.
.
Tsay and Chen8 found that the application
of nine minutes of acupressure at HT7 and
K.Dll, three times a week for four weeks,
improved sleep quality in patients with endstage renal disease when compared with standard care (n=98). However, there was no
statistical difference between the acupressure
treatment and placebo (acupressure at nonacupressure points) groups. Melatonin and its
circadian rhythm have been postulated to
have an important role in sleep. In a subsequent study of acupressure and sleep, Nordio
and Romanelli17 studied the efficacy of acupressure on sleep and melatonin changes.
These investigators found that the use of an
acupressure band at HT7 for 10 hours daily
for 20 days significantly improved sleep and
melatonin biorhythm compared with a placebo
group (wristband in different meridian)
(n=40).
Other investigators studied the use of acupressure to reduce fatigue and increase alertness. Harris et al. 37 investigated the efficacy
of two sequences of acupressure treatment
administered daily for three days using a
crossover design to support relaxation or
stimulation in healthy young adults. These investigators found that stimulation acupressure
at U4, ST36, K.Dl, and UBIO significantly
decreased fatigue and improved alertness
when compared with placebo acupressure
(n= 39). Harris et al. 37 reported that acupressure was also associated with adverse effects
such as muscle cramps, muscle aches, headaches, and fatigue when used with healthy
college students. Other investigators studied
the efficacy of acupressure in patients with
a chronic disease. Molassiotis et al. 55 reported
that acupressure for 20 minutes, six times per
week for two weeks, reduced fatigue in cancer
patients when compared with a sham acupressure group (n=47).
Because fatigue and insomnia are often accompanied by depressive symptoms, Tsay16 included depressive symptoms as an outcome
and found that the application of 12 minutes
of acupressure at SP6, GB34, ST36, and KD 1
three times a week for four weeks significantly
reduced fatigue and depression, and improved
Aplikasi teori ..., I Gusti Agung Dewi Purnamawati, FIK UI, 2014
Vol. 42 No. 4 October 2011
Acupressure: A Review
sleep quality in patients with end-stage renal
disease when compared with standard care
(n= 106).
Discussiun
Forty-three studies examined the efficacy of
acupressure for symptom management. A majority of these investigators (84%) concluded
that acupressure was effective for symptom
management in adults with a variety of disorders and conditions. Unfortunately, the quality
ratings using the Cochrane bias instrument
did not find that these trials were of sufficient
rigor to provide adequate evidence for efficacy
of acupressure. Most of these investigators reported that acupressure did not have adverse
effects. 56 However, in two studies, acupressure
was associated with headache and dizziness,
and skin reactions. 33·37
Symptom management strategies include
pharmacological therapy, nutritional therapy,57 exercise,58 cognitive behavioral therapy,
relaxation, complementary and alternative
therapies, 59 meditation, 60 music therapy, and
guided imagery. 61 There are currently few
studies that compare the efficacy of acupressure with other symptom management strategies. Thus, there is a dearth of evidence to
support the use of acupressure over other
management strategies or as an adjunct to
other strategies.
The daily dose of acupressure in this review
varied from 2.5 minutes to 24 hours. The total
intervention time for acupressure varied from
20 minutes to 56 days. The numbers of acupressure points varied from one to 12. There were
no studies that compared equivalent doses of
acupressure. Thus, well-designed, rigorous
studies are needed to compare equivalent daily
doses, intervention times, and number of acupressure points.
It is vital that investigators include appropriate measures of outcome for acupressure trials.
Nearly one-fourth of the reviewed studies included both subjective measures of symptoms
and objective markers of symptom improvement. These included physiological measures
such as urinalysis for ketonuria, and clinical
indicators, such as total daily dose of medication for symptom management. Although
symptoms are an individual experience, and
599
as such, self-report is the gold standard measure,62 the addition of these types of objective
indicators provides additional evidence for efficacy and utility.
Acupressure may be administered using
several techniques. Only two of the studies reviewed compared different methods of administration of acupressure. 20•34 Ming et al. 20
reported that manual acupressure and SeaBands were equally effective for management
of nausea. Other studies used techniques as
varied as traditional finger pressure and
specialized panties that applied pressure to
multiple acupressure sites. Thus, different administration strategies, in addition to variation
in the meridians treated, makes comparisons
across studies impossible. Consistency in techniques and acupressure sites under study
would facilitate comparison of results and provide more rigorous examination of the efficacy
of acupressure for symptom management.
In addition to consistency, patient-provider
interaction during acupressure therapy may
confound outcomes. Most of these studies
did not describe patient-practitioner interaction. Only one study by Ming et al.20 reported
that practitioners stayed with patients in the
control group for 20 minutes. The lack of information about the practitioner-patient interaction in both intervention and control groups
could introduce a serious confounding variable that has not been considered in these
studies.
Patient and health care provider attitudes
toward acupressure may be a factor related to
its efficacy and use. Roscoe et al. 34 found that
patients who expected acupressure to be effective demonstrated more positive effects than
those who thought that acupressure was unlikely to be effective. However, Rosenberg
et al. 63 found that although more than half
of their chronic pain patients used some
form of complementary or alternative therapy
in addition to their traditional treatment,
when given the choice between traditional
treatment and alternative therapy, the traditional treatment strategy was preferred. Other
factors such as the degree of individual perceived control and level of depression also
might influence the use of acupressure and
require investigation.
The effective use of both traditional and
complementary and alternative therapies is an
Aplikasi teori ..., I Gusti Agung Dewi Purnamawati, FIK UI, 2014
600
Lee and Frazil!r
attractive strategy for symptom management. A
variety of patient populations, including those
with chronic diseases and those requiring palliative care, could benefit from a noninvasive,
easily performed intervention with few
adverse effects. Unfortunately, there are considerable knowledge deficits about acupressure, in spite of a generally positive attitude
about its inclusion in a plan of care.64 Because
of this, curriculum development and continuing education focused on the inclusion of alternative and complementary strategies is clearly
needed should rigorous RCfs demonstrate
the efficacy of acupressure for symptom
management.
Limitations
Statistical techniques such as meta-analysis
for definitive evidence of efficacy were not
possible because of the wide variability in
participants and the interventions, including
fundamental differences in treatment site,
treattnent frequency, treattnent length and
number of days of treattnent, and the
method of application of acupressure. The
limitations of this review also include the exclusion criteria, such as sample size, publication years, and language. Excluded studies
might have been well designed, but the
lack of well-designed studies in those included suggests that this would not be the
case and studies performed prior to 2000
could have offered more rigorous evidence
of efficacy. There is always the possibility
that some appropriate studies were missed
with our search strategy. However, multiple
key words were used and reference lists
were hand searched to ensure that all studies
that met criteria were included.
Conclusion
Acupressure is commonly used in some
cultures and countries to manage symptoms.
This technique is noninvasive and may prove
to be a useful adjunct in the care of a wide
variety of individuals with symptoms. Our review of clinical trials from the past decade
did not provide rigorous support for the efficacy of acupressure for symptom management. Well-designed, randomized controlled
studies are needed to determine the utility
Vol. 42 No. 4 October 2011
and efficacy of acupressure to manage a variety of symptoms in a number of patient
populations.
Disclosures and Acknowledgments
This work was supported in part by a grant
to the University of Kentucky, College of
Nursing from the National Institutes of
Health's National Institute of Nursing Research (IP20NR010679). The content is
solely the responsibility of the authors and
does not necessarily represent the official
views of the National Institute of Nursing
Research or the National Institutes of
Health. The authors declare no conflicts of
interest.
1. Leonard R, Kourlas H. Too much of a good
thing? Treating the emerging syndrome of opioidinduced hyperalgesia. j Phann Pract 2008;21:
165-168.
2. Shapiro AP, Teasell RW. Behavioural interventions in the rehabilitation of acute v. chronic nonorganic (conversion/factitious) motor disorders.
Br j Psychiatry 2004;185:140-146.
3. American Pain Society. Pain hurts-individuals,
significant others, and society. APS Bull 2006;16.
Available from http:/ /www.ampainsoc.org/pub/
bulletin/win06/presl.htm. Accessed October 10,
2009.
4. jones E, Isom S, Kemper Iq, McLean TW. Acupressure for chemotherapy-associated nausea and
vomiting in children. J Soc lntegr Oncol 2008;6:
141-145.
5. National Cancer Institute. Acupuncture. 2007.
Available from http:/ /www.cancer.gov/cancertopics/
pdq/cam/acupuncture/HealthProfessional. Accessed
December 18, 2008.
6. Moher D, Schulz KF, Altman DG. The CONSORT statement: revised recommendations for improving the quality of reports of parallel-group
randomized trials. JAm Podiatr Med Assoc 2001;
91:437-442.
7. Durham University. Effect size calculator. 2010.
Available from http:/ /www.pipsproject.org/Render
PagePrint.asp?linkiD=30325017. Accessed October
6, 2010.
8. Tsay S, Chen M. Acupressure and quality of
sleep in patients with end-stage renal disease-a
randomized controlled trial. Int J Nurs Stud 2003;
40:1-7.
Aplikasi teori ..., I Gusti Agung Dewi Purnamawati, FIK UI, 2014
Vol. 42 No. 4 October 2011
Acupressure: A Review
9. Tsay S, Cho Y, Chen M. Acupressure and transcutaneous electrical acupoint stimulation in improving fatigue, sleep quality and depression in
hemodialysis patients. Am J Chin Med 2004;32:
407-416.
10. Wu H, Lin L, Wu S, Lin J. The psychological
consequences of chronic dyspnea in chronic pulmonary obstruction disease: the effects of acupressure
on depression. J Altern Complement Med 2007;13:
253-261.
11. Roscoe JA, Jean-Pierre
Exploratory analysis of the
sure bands when severe
nausea is expected. J Soc
16-20.
P, Morrow GR, et al.
usefulness of acupreschemotherapy-related
Integr Oncol 2006;4:
12. Habek D, Barbir A, Habek JC, janculiak D,
Bobic-Vukovic M. Success of acupuncture and acupressure of the Pc 6 acupoint in the treatment of hyperemesis gravidarum. Forsch .Komplementarmed
Klass Naturheilkd 2004;11:20-23.
13. Chen HM, Chen CH. Effects of acupressure at
the Sanyirniao point on primary dysmenorrhea.
J Adv Nurs 2004;48:38Q-387.
14. Wu H, Wu S, Lin J, Lin L. Effectiveness of
acupressure in improving dyspnoea in chronic obstructive pulmonary disease. J Adv Nurs 2004;45:
252-259.
15. Tsay S, Wangj, LinK, Chung U. Effects of acupressure therapy for patients having prolonged mechanical ventilation support. J Adv Nurs 2005;52:
142-150.
16. Tsay S. Acupressure and fatigue in patients with
end-stage renal disease: a randomized controlled
trial. Intj Nurs Stud 2004;41:99-106.
17. Nordio M, Romanelli F. Efficacy of wrists overnight compression (HT 7 point) on insomniacs:
possible role of melatonin? Minerva Med 2008;99:
539-547.
18. Norheim 1\J, Pedersen Ej, Fonnebo V. Berge L.
Acupressure treatment of morning sickness in pregnancy: a randomized, double-blind, placebocontrolled study. Scand j Prim Health Care 2001;
19:43-47.
19. Dibble SL, Chapman], Mack KA, Shih A Acupressure for nausea: results of a pilot study. Oncol
Nurs Forum 2000;27:41-47.
20. Ming JL, Kuo BI, Lin JG, Lin LC. The efficacy
of acupressure to prevent nausea and vomiting
in post-operative patients. J Adv Nurs 2002;39:
343-351.
21. Lee MK, Chang SB, .Kang D. Effects of SP6 acupressure on labor pain and length of delivery time
in women during labor. J Altern Complement Med
2004;10:959-965.
22. Harmon D, Ryan M, Kelly A, Bowen M. Acupressure and prevention of nausea and vomiting during
and after spinal anaesthesia for caesarean section.
Br J Anaesth 2000;84:463-467.
601
23. Shin B, Lee MS. Effects of aromatherapy acupressure on hemiplegic shoulder pain and motor
power in stroke patients: a pilot study. J Altern Complement Med 2007;13:247-251.
24. Cho YC, Tsay SL. The effect of acupressure
with massage on fatigue and depression in patients
with end-stage renal disease. J Nurs Res 2004;12:
51-59.
25. Tsay S, Rongj, Lin P. Acupoints massage in improving the quality of sleep and quality of life in patients with end-stage renal disease. J Adv Nurs 2003;
42:134-142.
26. Taylor D, Miaskowski C, .Kohnj. A randomized
clinical trial of the effectiveness of an acupressure
device (relief brief) for managing symptoms of dysmenorrhea. J Altern Complement Med 2002;8:
357-370.
27. Dent HE, DewhurstNG, MillsSY, WdloughbyM.
Continuous PC6 wristband acupressure for relief of
nausea and vomiting associated with acute myocardial infarction: a partially randomised, placebocontrolled trial. Complement Ther Med 2003;11:
72-77.
28. Turgut S, Ozalp G, Dikmen S, et al. Acupressure
for postoperative nausea and vomiting in gynaecological patients receiving patient-controlled analgesia. Eur j Anaesthesiol 2007;24:87-91.
29. Samad K, Afshan G, Kamal R Effect of acupressure on postoperative nausea and vomiting in laparoscopic cholecystectomy. J Pak Med Assoc 2003;53:
68-72.
30. Roscoe JA, Bushunow P,Jean-Pierre P, et al. Acupressure bands are effective in reducing radiation
therapy-related nausea. J Pain Symptom Manage
2009;38:381-389.
31. Molassiotis A, Helin AM, Dabbour R,
Hummerston S. The effects of P6 acupressure in
the prophylaxis of chemotherapy-related nausea
and vomiting in breast cancer patients. Complement Ther Med 2007;15:3-12.
32. Heazell A, Thorneycroft J, Walton V.
Etherington I. Acupressure for the in-patient treatment of nausea and vomiting in early pregnancy:
a randomized control trial. Am J Obstet Gynecol
2006;194:815-820.
33. jamigorn M, Phupong V. Acupressure and vitamin B6 to relieve nausea and vomiting in pregnancy: a randomized study. Arch Gynecol Obstet
2007;276:245-249.
34. Roscoe JA, Morrow GR, Hickok JT, et al. The
efficacy of acupressure and acustimulation wrist
bands for the relief of chemotherapy-induced nausea and vomiting. A University of Rochester Cancer
Center Community Clinical Oncology Program
multicenter study. J Pain Symptom Manage 2003;
26:731-742.
35. Chung UL, Hung LC, Kuo SC, Huang CL.
Effects of U4 and BL 67 acupressure on labor
Aplikasi teori ..., I Gusti Agung Dewi Purnamawati, FIK UI, 2014
602
Lee and Frazier
Vol. 42 No. 4 October 2011
pain and uterine contractions in the first stage of labor. J Nurs Res 2003;11:251-260.
motion stimulation in women at high risk for
PONV. CanJ Anaesth 2005;52:703-709.
36. Maa SH, Tsou TS, Wang KY, et al. Selfadministered acupressure reduces the symptoms
that limit daily activities in bronchiectasis patients: pilot study findings. J Clio Nurs 2007;16:
794-804.
49. Pouresmail Z, lbrahimzadeh R Effects of acupressure and ibuprofen on the severity of primary
dysmenorrhea. J Tradit Chin Med 2002;22:
205-210.
37. Harris RE, Jeter J, Chan P, et al. Using acupressure to modifY alertness in the classroom: a single-blinded, randomized, cross-over trial. J Altern
Complement Med 2005;11:673-679.
38. Werntoft E, Dykes A Effect of acupressure on
nausea and vomiting during pregnancy: a randomized, placebo-controlled pilot study. J Reprod Med
2001;46:835-839.
39. Schultz AA, Andrews AL, Goran SF, Mathew T,
Sturdevant N. Comparison of acupressure bands
and droperidol for reducing post-operative nausea
and vomiting in gynecologic surgery patients. Appl
Nurs Res 2003;16:256-265.
40. Ho CM, Tsai HJ, Chan KH, Tsai SK P6 acupressure does not prevent emesis during spinal anesthesia for cesarean delivery. Anesth Analg 2006;102:
900-903.
41. Shin HS, Song YA, Seo A Effect of Nei-Guan
point (P 6) acupressure on ketonuria levels, nausea
and vomiting in hyperemesis gravidarum. J Adv
Nurs 2007;59:510-519.
42. Klein AA, Djaiani G, Karski J, et al. Acupressure wristbands for the prevention of postoperative
nausea and vomiting in adults undergoing cardiac
surgery. J Cardiothorac Vase Anesth 2004;18:
68-71.
43. Sadighha A, Nurai N. Acupressure wristbands
versus metoclopramide for the prevention of postoperative nausea and vomiting. Ann Saudi Med
2008;28:287-291.
44. Maa SH, Sun MF, Hsu KH, et al. Effect of
acupuncture or acupressure on quality of life
of patients with chronic obstructive asthma: a pilot study. J Altern Complement Med 2003;9:
659-670.
45. Agarwal A, Pathak A, Gaur A Acupressure wristbands do not prevent postoperative nausea and
vomiting after urological endoscopic surgery. Can
J Anaesth 2000;47:319-324.
46. Agarwal A, Bose N, Gaur A, et al. Acupressure and
ondansetron for postoperative nausea and vomiting
after laparoscopic cholecystectomy. Can J Anaesth
2002;49:554-560.
47. Alkaissi A, Evertsson K, Johnsson VA,
Ofenbartl L, Kalman S. P6 acupressure may relieve
nausea and vomiting after gynecological surgery:
an effectiveness study in 410 women. Can J Anaesth
2002;49:1 034-1039.
48. Alkaissi A, Ledin T, Odkvist LM, Kalman S. P6
acupressure increases tolerance to nauseogenic
50. Kober A, Scheck T, Greber M, et al. Prehospital
analgesia with acupressure in victims of minor
trauma: a prospective, randomized, double-blinded
trial. Anesth Analg 2002;95:723-727.
51. Lang T, Hager H, Funovits V. Prehospital analgesia with acupressure at the Baihui and Hegu
points in patients with radial fractures: a prospective,
randomized, double-blind trial. Am J Emerg Med
2007;25:887-893.
52. Hsieh LL, Kuo C, Lee LH, et al. Treatment of
low back pain by acupressure and physical therapy:
randomised controlled trial. Br Med J 2006;332:
696-698.
53. Hsieh LL, Kuo CH, Yen MF, Chen TH.
A randomized controlled clinical trial for low back
pain treated by acupressure and physical therapy.
Prev Med 2004;39:169-176.
54. Sakurai M, Suleman MI, Morioka N, Akca 0,
Sessler Dl. Minute sphere acupressure does not reduce postoperative pain or morphine consumption.
Anesth Analg 2003;96:493-497.
55. Molassiotis A, Sylt P, Diggins H. The management of cancer-related fatigue after chemotherapy
with acupuncture and acupressure: a randomised
controlled trial. Complement Ther Med 2007;15:
228-237.
56. Lee A, Fan LT. Stimulation of the wrist acupuncture point P6 for preventing postoperative nausea
and vomiting. Cochrane Database Syst Rev 2009;2:
CD003281.
57. Barford KL, D'Olimpio JT. Symptom management in geriatric oncology: practical treatment considerations and current challenges. Curr Treat
Options Oncol 2008;9:204-214.
58. Kromer TO, Tautenhahn UG, de Bie RA,
Staal JB, Bastiaenen CH. Effects of physiotherapy
in patients with shoulder impingement syndrome:
a systematic review of the literature. J Rehabil Med
2009;41 :870-880.
59. Hassett AL, Gevirtz RN. Nonpharmacologic
treatment for fibromyalgia: patient education,
cognitive-behavioral therapy, relaxation techniques, and complementary and alternative medicine. Rheum Dis Clio North Am 2009;35:
393-407.
60. Mansky PJ, Wallerstedt DB. Complementary
medicine in palliative care and cancer symptom
management. Cancer J 2006;12:425-431.
61. Carlson LE, Bultz BD. Mind-body interventions
in oncology. Curr Treat Options Oncol 2008;9:
127-134.
Aplikasi teori ..., I Gusti Agung Dewi Purnamawati, FIK UI, 2014
Vol. 42 No. 4 October 2011
Acupressurr!: A Review
62. Dodd M,janson S, Facione N, et al. Advancing
the science of symptom management. J Adv Nurs
2001;33:668-676.
63. Rosenberg EI, Genao I, Chen I, et al. Complementary and alternative medicine use by primary
603
care patients with chronic pain. Pain Med 2008;9:
1065-1072.
64. Mansj, Zhi L, Revilleza ~. et al. Structure and
function of murine cytomegalovirus MHC.I-like
molecules: how the virus turned the host defense
to its advantage. Immunol Res 2009;43:264-279.
I
f.
t
,i
Aplikasi teori ..., I Gusti Agung Dewi Purnamawati, FIK UI, 2014
This material is protected by U.S. copyright law. Unauthorized reproduction is prohibited. To purchase quantity reprints,
please e-mail [email protected] or to request permission to reproduce multiple copies, please e-mail [email protected].
Acupressure for Chemotherapy-Induced Nausea
and Vomiting: A Randomized Clinical Trial
Suzanne L. Dibble, DNSc, RN, Judy Luce, MD, Bruce A. Cooper, PhD,
Jill Israel, RN, Misha Cohen, LAc, OMD, Brenda Nussey, BA, and Hope Rugo, MD
Parposa/Oblectlves: To compare differences in chemotherapyinduced nausea and vomiting (CINV) among three groups of women
(acupressure, placebo acupressure, and usual care) undergoing chemotherapy for breast cancer.
Design: A multicenter, longitudinal, randomized clinical trial throughout one cycle of chemotherapy.
SetUng: Ten community clinical oncology programs associated with
the University of Texas M.D. Anderson cancer Center and nine independent sites located throughout the United States.
Sample: 160 women who were beginning their second or third cycle
of chemotherapy for breast cancer treatment and had moderate nausea
intensity scores with their previous cycles.
Melllods: Subjects were randomized to one of three groups: acupressure to P6 point (active), acupressure to SIS point (placebo), or usual
care only. Subjects in the acupressure group were taught to apply an
acupressure wriSt device by research assistants who were unaware of the
active acupressure point All subjects completed a daily log for 21 days
containing measures of nausea and vomiting and recording methodS (including antiemetics and acupressure) used to control these symptoms.
Main Research Yarlablas: Acute and delayed nausea and vomiting.
RBSUIIs: No significant differences existed in the demographic, disease, or treatment variables among the treatment groups. No significant
differences were found in acute nausea or emesis by treatment group.
With delayed nausea and vomiting, the acupressure group had a statistically significant reduction in the amount of vomiting and the intensity
of nausea over time when compared with the placebo and usual-care
groups. No significant differences were found between the placebo and
usual-care groups in delayed nausea or vomiting.
Conclasla: Acupressure at the P6 point is a value-added technique in
addition to pharmaceutical management for women undergoing treatment
for breast cancer to reduce the amount and intensity of delayed CINV.
lmpllcallons for Nursing: Acupressure is a safe and effective tool for
managing delayed CINV and should be offered to women undergoing
chemotherapy for breast cancer.
,... Nausea, especially delayed nausea, continues to be a problem
for many women undergoing chemotherapy for breast cancer.
,... The amount and intensity of nausea are greater among youngerwomen.
,... A numeric rating scale is an appropriate daily measure of delayed nausea.
gies (Carr et al., 1985; Dibble, Casey, Nussey, Israel, & Luce,
2004; Dibble, Israel, Nussey, Casey, & Luce, 2003; Rhodes
& McDaniel, 1997).
Small studies of acupressure (Dibble, Chapman, Mack,
& Shih, 2000; Dundee & Yang, 1990; Stannard, 1989) have
suggested that pressure on the nei guan (P6) points may be
an effective method to reduce CINV in women undergoing
chemotherapy. Some of the studies were cited in a recent
Cochrane review (Ezzo et al., 2006) that supported the use of
acupressure at P6 for nausea control.
Suzanne L. Dibble, DNSc, RN, is professor emerita at the Institute
for Health and Aging in the School of Nursing at the University of
CalifomiD, San Francisco ( UCSF), and president ofDibble Consulting Corporation in San Mateo, CA; Judy Luce, MD, is a professor in
the Division of Hematology/Oncology in the School of Medicine at
San Francisco General Hospital Medical Center; Bruce A. Cooper,
PhD, is a senior statistician in the Office ofResearch and an associate adjunct professor in Community Health Systems at UCSF; Jill
Israel, RN, is a research nurse in the Department of Pulmonary and
Critical Care at San Francisco General Hospital Medical Center;
Misha Cohen, LAc, OMD, is an assistant researcher in Integrative
Medicine at the Institute for Health and Aging in the School ofNursing at UCSF, the research/education chair at the Quan Yin Healing
Arts Center in San Francisco, and the clinic director of Chicken
Soup Chinese Medicine in San Francisco; Brenda Nussey, BA, is
a programmer/analyst at the Institute for Health and Aging in the
School of Nursing at UCSF; and Hope Rugo, MD, is a professor
in the Division of Hematology and Oncology in the Department of
Medicine at UCSF. This study was funded by the National Cancer
Institute (ROJ-84014) and the Community Clinical Oncology Program (UlO CA 045809-15). (Submitted July 2006. Accepted for
publication March 4, 2007.)
I
n 2007, an estimated 178,480 women in the United
States are expected to be diagnosed with breast cancer
(American Cancer Society, 2007). Many women are
treated with moderate to highly emetogenic chemotherapy,
including doxorubicin and cyclophosphamide with or without 5-ftuorouracil. Despite recent pharmaceutical advances
in the prevention and treatment of chemotherapy-induced
nausea and vomiting (CINV}, many patients continue to
experience significant delayed nausea and some vomiting.
Nausea and vomiting have been identified as contributing to
patients' reluctance to begin chemotherapy and may result in
the discontinuation of potentially effective treatment strate-
Digital Object Identifier: 10.1188/07.0NF.81~0
ONCOLOGY NURSING FORUM- VOL 34, NO 4, 2007
813
Aplikasi teori ..., I Gusti Agung Dewi Purnamawati, FIK UI, 2014
Acupressure is noninvasive pressure applied by the thumbs,
fingers, and hands on the surface of the skin at key points (active acupressure). The mechanism of acupressure is based on
a theory that is very different from Western medicine (Craze
& Fou, 1998). Traditional Chinese medicine, developed thousands of years ago, and recorded acupuncture texts written
more than 2,500 years ago are based on the belief that the
body has a system of meridians through which energy (Qz)
flows (Cohen & Doner, 1996). Symptoms such as nausea
are a result of deficiency of Qi, stagnation (excess) of Qi, or
disharmony of the Qi of the spleen and stomach. The goal of
Chinese medicine is to restore the body to a state of energy
balance. Acupressure is one technique that has been used to
achieve that goal (Gottlieb, 1995). Acupressure devices (i.e.,
wrist bands, travel bands, acupressure bands) have been developed to provide passive acupressure on P6. Acupressure can
be administered by healthcare providers, family members, or
patients themselves (Gottlieb; Porkert & Ullman, 1988) and
does not involve puncture of the skin.
Because CINV continues to be problematic for women
undergoing chemotherapy and no large trials have been performed to determine the utility of digital acupressure therapy
in women being treated for breast cancer, the specific aim
of the present randomized clinical trial was to compare the
effects of acupressure on the CINV experience among three
groups of women undergoing moderate to highly emetogenic
chemotherapy for breast cancer. The groups were defined as
those receiving (a) active acupressure via digital pressure on
the nei guan points {P6), (b) placebo acupressure via digital
pressure on the hou xi points (SI3), and (c) usual care only.
The differences in anxiety and functional status among group
participants also were measured.
Methods
The design for the current study was a multicenter, longitudinal randomized clinical trial throughout one cycle of
chemotherapy. The settings included 10 community clinical
oncology programs associated with the University of Texas
M.D. Anderson Cancer Center in Houston, TX, and nine
independent sites located throughout the United States. The
inclusion criteria were women who were receiving cyclophosphamide with or without 5-fluorouracil, doxorubicin
with paclitaxel or docetaxel, or 5-ftuorouracil, epirubicin,
and cyclophosphamide for the treatment of breast cancer;
had a nausea intensity score with previous chemotherapy of
at least 3 (moderate) on the Morrow Assessment of Nausea
and Emesis measuring the worst nausea; were beginning their
second or third cycle of chemotherapy; had the ability to
communicate (verbally and in writing) in English; and were
willing to participate in the study. Figure 1 details the induction and randomization schema.
Instruments
A patient information questionnaire was used to collect
demographic information upon entry into the study, including age, gender, marital status, ethnicity, employment status,
income, and nausea history. A disease and treatment questionnaire was used to record information from the medical
record, including diagnostic information, treatment regimen,
chemotherapy dosages, and antiemetics ordered for use at
home and in the chemotherapy site.
A daily log consisted of the three-item nausea experience subscale of the Rhodes Index of Nausea (RIN) and the
one item from the vomiting subscale from Rhodes Index of
Nausea, Vomiting, and Retching. The scale has established
reliability and validity (Rhodes & McDaniel, 1997; Rhodes,
Watson, & Johnson, 1984; Rhodes, Watson, Johnson, Madsen, & Beck, 1987). Items from the subscales were summed,
and subscale scores could range from 0-12, with a higher
number reflecting a more severe nausea experience. In addition, nausea intensity was rated using a descriptive, numeric
rating scale (NRS) ranging from 0 (no nausea) to 10 (worst
nausea imaginable). Participants also were asked to rate
their activities (functional status) over the previous 24 hours
using a descriptive NRS ranging from 0 (none) to 10 (all).
96 refused (60 not
interested, 15 too
busy, 15 too sick,
6 already seeing an
acupuncturist)
Usual care only
group=54
51
completed
513 (placebo)
group=53
P6
group=53
3
withdrew
47
completed
6
withdrew
49
completed
4
withdrew
Figure 1. Randomization Schema
ONCOLOGY NURSING FORUM- VOL 34, NO 4, 2007
814
Aplikasi teori ..., I Gusti Agung Dewi Purnamawati, FIK UI, 2014
Self-ratings were done on a daily basis, prior to bedtime. The
correlations between the three-item RIN and the single-item
NRS were from 0.85-0.95 for every measurement. The reliability of the RIN was 0.92 for the sample. The daily log also
provided a place for each person to record any interventions
used for nausea and vomiting control, as well as how often
acupressure was used to control nausea (for women in the
acupressure groups).
The State-'Ii-ait Anxiety Inventory of the State Anxiety
Scale developed by Spielberger (1983) is a widely used
anxiety scale in the United States (Naughton, Shumaker,
Anderson, & Czaijkowski, 1996). The State Anxiety Scale
contains 20 items scored on four-point scales measuring apprehension, tension, and nervousness according to how the
responder feels at a particular moment in time. State anxiety is
defined as an individual's transitory emotional responses to a
stressful situation such as the administration of chemotherapy.
To score the instrument, the responses are summed. Higher
scores indicate more state anxiety (Spielberger). Estimates
of the alpha coefficient of internal consistency have ranged
from 0.86-0.92 (Spielberger). The validity evidence for the
State Anxiety Scale is quite strong and shows discrimination
in severity levels (Naughton et al.). The reliability was 0.95
in the current study's sample.
Acupressure Intervention
The acupressure treatment for nausea consisted of applying
digital pressure to one of the nei guan points (P6) located on
both forearms (see Figure 2) using the thumb of the opposite
hand. If the woman desired, ink marks were applied to her
arms to make the P6 points easier to locate. The points are
held with a depth of pressure described by the recipient as
comfortable for a maximum of three minutes (Gach, 1990).
Nausea can make the acupressure point at P6 tender to the
touch. When the point is no longer tender, the treatment is
complete (i.e., the point has been released). Sometimes a
muscle twitch, a rhythmic throb, a spontaneous yawn, or deep
sigh accompanies the release. H the release happens prior to
the three-minute mark, the participant may move on to the
other point or continue what she was doing prior to experiencing nausea. Participants were instructed to find a quiet place
each morning to perform the acupressure treatment to both P6
points sequentially as either treatment or practice. During the
Study point P6
Placebo point 813
Figure 2. Acupressure Points Used In This Study
Note. Illustrations courtesy of Acuxo. Reprinted with permission.
day, participants in the acupressure groups were encouraged to
use digital acupressure to one of the points whenever nausea
occurred regardless of where they were. Each acupressure
session should take approximately six minutes in the morning
and three minutes each during the rest of the day, depending
on the intensity of the nausea.
Participants in the placebo group received the same instruction. An active placebo point was chosen because the
researchers were concerned that the teaching and experience
of acupressure would not be similar with a sham (nonactive)
point. The hou xi point (S13, a point on the ulnar side of the
hand), was chosen because activation of that hand point would
not affect nausea treatment and the point is close, but not too
close, to the active P6 point.
Procedures
Each institution that participated in the study received approval for the protocol from its institutional review board. Potential participants were approached about the study by research
assistants, their nurses, or their physicians. Each of the research
assistants and nurses acting as research assistants received at
least two hours of training in the study protocol. They also had
on-site access to a teaching video about the protocol.
After providing consent, each woman completed the
baseline data collection, which included the demographic
and anxiety measures. Participants were randomized to receive acupressure via digital pressure to P6 plus usual care,
placebo digital acupressure to SI3 plus usual care, or usual
care only. One of the research assistants taught participants
in the acupressure groups how to use the actual or placebo
acupressure points. Participants were taught acupressure in
a private room or an examination room immediately prior to
receiving chemotherapy. The researchers endeavored to keep
the research assistant masked as to the active point. Patients
were coached until they could satisfactorily demonstrate to the
research assistant how to find and apply acupressure to each
point (active or placebo).
The women in the acupressure groups completed a daily
log about acupressure usage as well as medications taken
to control their nausea. The daily log was similar to the one
that the usual-care group used. All participants were asked to
record any interventions they attempted in an effort to control
nausea and were instructed to complete the daily log each
evening for approximately three weeks until their next cycle
of chemotherapy. All participants were called or seen on day
8 of the chemotherapy cycle so that any questions could be
answered, they could be encouraged to complete the log, and
they could be coached (i.e., the acupressure groups) about
the importance of their participation in the study. A few days
before the next cycle of chemotherapy, a research assistant
called all participants to remind them to bring their daily logs
to the appointment At the appointment, a research assistant
collected the daily logs and asked patients to complete an exit
questionnaire, which included the anxiety measure. The total
time required for the participants' study involvement was
approximately four hours over one month. All participants
received reimbursement for parking during the extra time
required for study participation.
All women received antiemetic therapy to be used at home
as prescribed by their physicians. They were asked to record
what they actually took on a daily basis in the log. Although
the usual treatment of nausea varies by patient, practitioner,
ONCOLOGY NURSING FORUM- VOL 34, NO 4, 2007
815
Aplikasi teori ..., I Gusti Agung Dewi Purnamawati, FIK UI, 2014
geographic area, and insurance coverage, the added value
of acupressure was studied in the context of usual clinical
nausea care.
Data Analysis
SPSS for Windows™ release 13.0.1 (SPSS Inc.) and SAS
PROC GLIMMIX™ version 9.1.3 (SAS Institute, Inc.) software were used for data analysis. Data were double entered
into SPSS, and discrepancies between files were resolved
to ensure accuracy of the data entered. Descriptive statistics
were generated for sample characteristics and other variables
of interest. Analyses were performed based on the "intent to
treat" philosophy (Piantadosi, 2005). Age was dichotomized
to younger than 55 years and 55 years or older for some analyses. lll.M 6™ version 6.02 (Scientific Software International)
software was used to confirm the results from some SAS software analyses. Hierarchical generalized linear mixed-models
analyses (Goldstein, 2003; Raudenbush & Bryk, 2002) were
conducted with SAS PROC GLIMMIX to predict changes in
outcomes over the 10-day post-treatment period. Multilevel
Poisson regressions with overdispersion were used to examine
quantitative outcomes when the distribution of the data clearly
was significantly skewed. Multilevel logistic regression was
used to examine binary outcomes, adjusting for overdispersion
because of the relatively low incidence of the target outcomes.
For both methods of analysis, random intercept models were
estimated with subject-specific, maximum pseudo-likelihood
(SAS Institute, 2004). Mean substitution and last value carried
forward were used for missing data. Last value carried forward
was used only when participants clearly experienced no further
nausea or vomiting. When the women felt better, missing data
became problematic.
Results
Demographics
The participants (N = 160) were, on average, aged 49.3
years (SD = 9.4), Caucasian (79%), married or partnered
(74%), employed (51%), born U.S. citizens (94%), heterosexual (95%), and living with someone (92% ). The average
duration of education for the women was 14.4 years (SD =2.6);
70% had more than a high school education. The average body
mass index was 27.5 kg/m2 (SD = 5.9 kg/m2). Eighty-one
percent of the participants experienced at least some degree
of morning sickness with a pregnancy, 36% had a history of
seasickness, 34% had a history of being carsick, and 28% had
a history of nausea with stress. No significant differences in
the demographic variables were found by group assignment
(see Table 1).
No significant differences existed among the groups in the
disease and treatment variables (see Table 2). Most (76%) of
the women were receiving an anthracycline and cyclophosphamide as their chemotherapy regimen. The average dose
of doxorubicin (n 145) was 115 mg, and the average dose
of cyclophosphamide (n 154) was 1,121 mg. The most
common IV antiemetics given during chemotherapy administration were dexamethasone (80% ), ondansetron (49% ),
granisetron (24%), and dolasetron (17%). A variety of combinations and dosages of the medications were given before
and following chemotherapy. The most common antiemetics
ordered for home use were prochlorperazine (70%), and 74%
had at least one of the selective antagonists of the serotonin
receptor subtype, 5-HT3, ordered. Fifty-five different home
pharmaceutical regimens were taken by the trial participants.
Nonphannacologic interventions included exercise, fresh air,
=
=
Tabla 1. Demographics by Group Assignment
Characteristic
Age (years)
Education (years)
Body mass index (kg/m2)
Characteristic
Employment
Employed
Unemployed
Ethnlclty
Caucasian
Other
Born U.S. citizen
Relationship status
Married or partnered
Other
Heterosexual orientation
Lives alone
History of car slclmea
History of 188Sicllllea
History of momlng slclmess (N •137)
History of nausea wllll stress
Usaal Care Only
P6 Intervention
Sl3 Intervention
(N-54)
(N •53)
(N •53)
i
so
i
so
i
so
48.8
14.3
27.2
9.8
2.7
6.0
49.3
14.6
27.3
10.6
2.7
5.2
49.9
14.4
28.1
8.0
2.3
6.4
n
%
n
%
n
%
28
25
53
47
21
29
42
58
29
20
59
41
40
14
51
74
26
43
10
47
43
10
47
81
19
41
9
46
4
20
23
38
18
82
18
35
18
46
5
15
16
36
17
96
66
34
94
9
28
30
80
32
38
13
49
4
18
18
37
9
81
19
92
74
26
94
8
35
35
84
17
Note. Participants did not answer all questions, resulting in missing data. Percentages are based on the number of actual responses.
ONCOLOGY NURSING FORUM- VOL 34, NO 4, 2007
816
Aplikasi teori ..., I Gusti Agung Dewi Purnamawati, FIK UI, 2014
92
96
8
39
45
79
35
Table 2. Treatment Characteristics by Group Assignment
Usual Care Only
(N•54)
Characteristic
Number of positive nodes
Dose of cyclophosphamide (mg)
Dose of doxorubicin (mg)
Characteristic
Breast surgery
Lumpectomy
Mastectomy
Lumpectomy and mastectomy
Bilateral mastectomy
Diagnosis
Ductal
Others
Nodal surgery
None
Axillary node dissection
Sentinel
Both
Radiation therapy
No
Yes
Planned after chemotherapy
Chemotherapy
Cyclophosphamide and anthracycline
Other combinations
PI Intervention
(N •53)
Sl3 Intervention
(N•53)
i
so
i
so
i
3.04
1,043.00
108.00
5.9
456.0
43.0
3.42
1,216.00
127.00
6.2
729.0
76.0
1,102.00
113.00
3.7
424.0
44.0
n
'Yo
n
'Yo
n
'Yo
51
49
28
8
16
26
19
2
5
36
4
10
82
2.n
SD
27
18
4
4
34
8
8
25
14
4
8
47
6
89
11
42
9
18
42
10
81
19
10
9
4
19
57
17
8
12
25
9
5
24
49
18
10
10
27
9
6
19
52
17
12
14
7
28
29
14
57
18
4
24
39
9
52
10
7
30
21
15
64
40
13
76
24
40
11
78
22
39
14
74
26
30
50
Note. Participants did not answer all questions, resulting in missing data. Percentages are based on the number of actual responses.
visualization, dry toast, crackers, peppermint tea, ginger tea,
a spoonful of honey, avoiding smells, aromatherapy, avoiding
stress, prayer, and just enduring.
Acute Nausea and Vomiting: Day of Chemotherapy,
Study Day 1
In the initial hours following chemotherapy administration,
emesis was documented in the logs ofless than 10% (n = 12)
of the sample (n = 124). Six women vomited three times or
more. Unfortunately, 36 women did not complete their logs
and the reason for the missing data is unknown. No significant
differences in acute emesis were found by age (X2 1.10, p
0.29) or treatment group (X2 = 0.67, p = 0.71). Acute nausea
occurred more frequently, with more than 75% of the women
(n =94) reporting some nausea, but no significant difference
in the incidence (dichotomous variable) of nausea was found
by treatment group (RIN: X2 = 1.19, p = 0.55; NRS: X2 = 1.23,
p = 0.55). A significant difference did exist for patient age
(RIN: X2 12.87, p < o.0005; NRS: x2 13.61, p < 0.0005),
with younger women reporting more acute nausea. Further
analyses indicated that the intensity of nausea ranged from
1-10 on the NRS (X= 4.53, SD = 2.70) and 1-12 on the
RIN (X= 5.54, SD = 2.93). The two measures correlated
significantly at 0.922. A significant relationship was found
between the intensity of acute nausea and age using both of
the rating scales (RIN: r =-0.34, p < 0.001; NRS: r -0.28,
p = 0.002), with younger women reporting a greater intensity
of nausea. However, no significant difference existed in the
=
=
=
=
=
intensity of acute nausea by treatment group using both rating scales (RIN: F = 0.607, p = 0.547; NRS: F = 0.550, p =
0.579). After controlling for age, no significant differences
were found in the intensity of acute nausea using either rating scale (RIN: F = 0.550, p = 0.578; NRS: F = 0.174, p =
0.841). Baseline state anxiety was not significantly associated
with the incidence or intensity of acute nausea or vomiting. A
history of morning sickness, car sickness, or seasickness was
not significantly associated with acute nausea or vomiting. A
history of nausea with stress was significantly associated with
acute nausea (X?= 6.26, p = 0.012) but not acute vomiting (p
0.676). Acute nausea was significantly associated with acute
vomiting (Spearman rank correlations: RIN: r. = 0.31, p <
0.0005; NRS: r. =0.32, p < 0.0005).
=
Delayed Emesis: Study Days 2-11
For 58% of the sample, delayed emesis did not occur. Two
women reported that they experienced daily emesis for the
10-day measurement period. Of the three patients who took
aprepitant, one had no vomiting, one had one episode on the
sixth day, and one vomited every day for 10 days. Of the 22
women who vomited on a single day after their chemotherapy,
9 (22%) experienced emesis the day after chemotherapy administration, 2 (9%) had their first and only emesis on day 7,
and the remaining 11 varied in their patterns of vomiting. Taking dexamethasone (43%) or a serotonin (5-HT3) antagonist
(dolasetron, granisetron, or ondansetron) (74%) at home was
not associated with delayed vomiting. A significant relationship
ONCOLOGY NURSING FORUM~ VOL 34, NO 4, 2007
817
Aplikasi teori ..., I Gusti Agung Dewi Purnamawati, FIK UI, 2014
existed between delayed vomiting and age (t = 3.22, p = 0.002),
with younger women reporting more vomiting.
An initial analysis of any (versus no) emesis in the 10 days
following treatment showed that vomiting was reported on
11% of the days. Emesis was reported on 143 of the 1,318
patient days. All women reported a decline in emesis across
the 10 days after chemotherapy (t = -6.78, p < 0.0001). Of
particular interest was whether women who used acupressure
reported a greater decline in their rate of emesis compared
to the placebo or usual-care groups. Differences among the
groups for changes in emesis across time were examined
with multilevel logistic regression. The results showed that
the decline in the incidence of emesis was greater for the P6
acupressure group than either the placebo group (t = 3.13, p =
0.002, odds ratio [OR]= 1.3) or the usual-care group (t = 4.81,
p < 0.0001, OR= 1.4).
The incidence of emesis declined differently for younger
(<55 years) compared to older women(~ 55 years), with
younger women reporting emesis more frequently immediately following treatment and a steeper decline in emesis
over time (t = 3.37, p = 0.0008, OR= 1.3). The older women
reported a lower incidence of emesis over the 10 days. The
age-group difference in emesis across time also differed
significantly for the usual-care group, compared to the P6
acupressure group. Younger women in the usual-care group
differed from younger women in the P6 acupressure group
in delayed vomiting, and the difference was greater than the
analogous comparison for older women (three-way interaction, group by age by time; t = 4.74, p < 0.0001, OR= 1.5).
The estimated decline in the incidence of emesis across
time-by group and age group--can be seen in Figure 3.
Delayed Nausea: Study Days 2-11
P6, age <55
PS, age~55
Usual care only, age < 55
Usual care only, age ~ 55
Sl3, age< 55
Sl3, age~55
6
11:11
0::
:;;
a:
•
!•
Patient Comments
Comments were solicited from patients about their participation in the study. For the P6 acupressure group, comments
included the following. "No medication all day! Used acupressure:' Nausea "only seems to come on when my stomach
is empty. The acupressure helps." "Acupressure seems to help
after the third day after treatment. Not too much within the
first few days when nausea is right after chemo." The members
of the placebo (SI3) acupressure group recorded that acupressure "didn't necessarily help me, but maybe it would help
someone else" and "aromatherapy helped me much more than
acupressure (peppermint oil)." By day 5, one woman recorded
"acupressure no help yet." A woman in the usual-care group
lamented a few days after her chemotherapy that ''I wish I was
in one of the 'other' groups in this test!" Another woman was
so frustrated by being in the control group that she learned
about P6 and started using acupressure for her next cycle of
chemotherapy. She recorded that "acupressure can be extremely effective in reducing chemo-induced nausea."
Ninety-eight percent of the women in the study experienced
delayed nausea. Fifty-one percent reported that their nausea
had resolved by the seventh day after their chemotherapy,
and 29% still reported some nausea by the lOth day after
chemotherapy. Figure 4 provides a more complete description
8
of the reported delayed nausea over time. Baseline anxiety was
significantly associated with the intensity of delayed nausea for
the first four days after chemotherapy (r = 0.19-0.22, p < 0.03);
more anxiety at baseline was associated with more delayed
nausea. Functional status was significantly negatively associated with the intensity of nausea each day (r = -0.393 to
-0.487, p < 0.001 ); those with more delayed nausea reported
lower functional status.
Delayed nausea was evaluated with multilevel Poisson
regression by examining change from days 2-11. Reported
declines in nausea were greater for women in the acupressure
group than for the women in the usual-care group on RIN
scores (t = 2.77, p < 0.006, incidence rate ratio [IRR] = 1.05)
and nausea NRS (t = 2.74, p = 0.006, IRR = 1.05). Change
across time did not differ between the acupressure and placebo
groups for either nausea measure. Younger women reported
steeper declines in nausea than older women. The estimates
for both nausea scores for older women were lower across
all 10 days, whereas the estimated initial ratings for younger
women were higher and then decreased rapidly over time. The
difference between younger and older women was greater for
the acupressure group compared with the placebo and usualcare groups, with the decrease in estimated nausea ratings being
steeper for the younger women in the acupressure group (RIN:
acupressure versus usual care, t = 4.56, p < 0.0001, IRR = 1.11;
RIN acupressure versus placebo, t = 2.68, p = 0.008, IRR =
1.07; nausea NRS: acupressure versus usual care, t = 4.43, p <
0.0001, IRR = 1.11; nausea NRS: acupressure versus placebo,
t = 2.14, p = 0.03, IRR = 1.06). The pattern of change for the
nausea NRS is shown in Figure 5.
4
z•
Discussion
2
This is the first comprehensive U.S. study of digital acupressure at P6 over 10 days following moderate to highly emetogenic chemotherapy (day 1 [acute], days 2-11 [delayed]).
The data suggest that digital acupressure at P6 is a useful
adjunct to pharmaceutical interventions for delayed nausea
and vomiting. Specifically, acupressure may hasten time to
recovery. Many women recorded the most useful effects when
nausea was mild but noted that the technique was helpful in
addition to medications even when the nausea was severe. The
0+---T---~--~--~~--~--~---r---r
0
2
4
3
5
6
Time (11-9 = Days 2-11)
7
8
9
Figure 3. Hierarchical Generalized Linear Model Logistic
Regression With Overdlspersion: Delayed Emesis (Binary)
on Time by Group by Age
ONCOLOGY NURSING FORUM- VOL 34, NO 4, 2007
818
Aplikasi teori ..., I Gusti Agung Dewi Purnamawati, FIK UI, 2014
90
80
70
• so
ca
.;so
~40
~ 30
20
10
0
4
5
6
7
8
9
10
Days After Treabnent
I•
Nausea
•
All usual activities
I
Figure 4. Delayed Nausea and Activities Over nme
present study's findings confirm the results of two small-scale
digital acupressure studies of the P6 point for chemotherapyinduced nausea. The first was the pilot study for the current
trial (Dibble et al., 2000), and the second treated 40 patients
in Korea with gastric cancer who were undergoing inpatient
chemotherapy (Shin, Kim, Shin, & Juon, 2004). Neither of the
previous studies included a placebo acupressure group. The
use of a placebo acupressure point as one group in the current
study strengthens the hypothesis that the results are not merely
because of a placebo effect. In the present study, self-delivered
placebo acupressure was not significantly different from the
usual-care group in controlling CINV. The participants were
unable to convince themselves that the placebo acupressure
worked to control their nausea over time as their comments
demonstrated.
The design of the current study helps to answer the question
about the placebo response over time. No statistically significant differences were found between the placebo acupressure
group and the usual-care group over time. The data suggest
that future researchers may not need to incur the expense of
a three-group design for their studies; a two-group design
should be sufficient for examining other types of digital
acupressure for symptom managemenL The results confirm
those of Kienle and Kiene (1996), who reported that the extent
and frequency of placebo effects as published in most of the
literature were ..gross exaggerations."
Two other measurement issues have been clearly identified and resolved, to some extent, in the current study-the
length of time necessary to follow patients for nausea and
how to measure nausea over time. The most common time
frame for nausea studies is 120 hours (i.e., five days). However, in this study, 70% of the women still had nausea 120
hours after receiving chemotherapy and 30% had nausea at
day 11. Perhaps two weeks offollow-up would be appropriate when future studies examine the effect of an intervention
on chemotherapy-induced delayed nausea. If the women in
this study are accurate and acupressure works best on mild
nausea, measuring nausea for only five days might miss the
importance of acupressure effects as an adjunct to pharmaceutical treatments that usually are not ordered beyond five
days. The second measurement issue is the recording of the
presence and intensity of nausea or vomiting. The Rhodes
Index of Nausea, Vomiting, and Retching is a reliable and
valid instrument, but it is too lengthy for daily use. The NRS
used in the current study was highly correlated and produced
the same findings as the RIN. Therefore, the authors would
support the use ofNRSs for the daily measurement of nausea
and vomiting.
Another measurement issue that should be considered for future studies of CINV is the interaction among age, menopausal
status, and CINV. In this study's data, the researchers were not
able to explore whether the differences in CINV by age were
a function of all of the components of aging or just the natural
hormonal changes resulting from menopause. Unfortunately,
information regarding menopausal status was not collected.
Future research should be designed to answer that question.
No study is without limitations, including the current trial.
First, the same research assistants and nurses were teaching
the use of both acupressure points. Although most of them did
not know which point was active for the treatment of nausea,
some were quite intent on finding out and did so through the
Internet. That issue was true for five patients. The researchers simply asked all women to participate in the trial, and
their questions would be answered after the trial. However,
seeing patients with nausea and being a patient with unrelieved nausea can and did result in some women breaking the
..blind:' A few participants had difficulty finding the points
consistently, so the intervention dosage varied, and two participants had long fingernails that interfered with performing
acupressure. The researchers suggested that the women use
the eraser end of a pencil to apply the acupressure. This study
should be replicated in future research efforts and conducted
with men, children, and women experiencing CINV from
other chemotherapeutic agents.
Implications for Oncology Nurses
At least two studies about acupressure have concluded
that acupressure is an important adjunct to pharmaceuticals
in managing CINV (Dibble et al., 2000; Shin et al., 2004).
Those studies as well as the current study suggest that oncology clinicians can include acupressure in their list of options
for the management of CINV, especially delayed nausea and
0.25
P6, age<55
P6, age~55
Usual care only, age < 55
Usual care only, age 2:. 55
Sl3, age <55
Sl3,age2:.55
0.19
.!!
i
.. 0.13
I
0.06
2
3
4
5
6
nma(H•DIYS2-11)
7
8
9
Figure 5. Hierarchical Generalized Linear Model Poisson
Regression With Overdlsperslon: Delayed Nausea on Time
by Group by Age
ONCOLOGY NURSING FORUM- VOL 34, NO 4, 2007
819
Aplikasi teori ..., I Gusti Agung Dewi Purnamawati, FIK UI, 2014
vomiting. Training in the appropriate technique is straightforward and easy to obtain through a Chinese medicine provider,
an acupuncturist, or a massage therapist. Internet resources
also are available (e.g., www.acuxo.com). CINV still is a significant problem for many patients. Specific recommendations
provided by oncology nurses are not only useful but also are
very appreciated by patients.
The authors gratefully acknowledge Research Assistant Stacey Carter, the
M.D. Anderson Community Clinical Oncology Program under the direction
of Michael Fisch, MD, and, of course, the participants who made this study
possible.
Author Contact: Suzanne L. Dibble, DNSc, RN, can be reached
at [email protected], with copy to editor at ONFEditor@ons
.org.
References
American Cancer Society. (2007). Cancer facts and figures, 2007. Atlanta,
GA:Author.
Carr, B., Bertrand, M., Browning, S., Doroshow, J.H., Presant, C., Pulone, B.,
et a!. (1985). A comparison of the antiemetic efficacy of prochlorperazine
and metoclopramide for the treatment of cisplatin-induced emesis: A
prospective, randomized, double-blind study. Journal of Clinical Oncology, 3, 1127-1132.
Cohen, M.R., & Doner, K. (1996). The Chinese way to healing: Many paths
to wholeness. New York: Berkley Publishing Group.
Craze, R., & Fou, J.T. (1998). Traditional Chinese medicine. Chicago: NTC
Publishing Group.
Dibble, S.L., Casey, K., Nussey, B., Israel, J., & Luce, J. (2004). Chemotherapyinduced vomiting in women treated for breast cancer. Oncology Nursing
Forum, 31, El-E8.
Dibble, S.L., Chapman, J., Mack, K.A., & Shih, A. (2000). Acupressure for
nausea: Results of a pilot study. Oncology Nursing Forum, 27, 41-47.
Dibble, S.L., Israel, J., Nussey, B., Casey, K., & Luce, J. (2003). Delayed
chemotherapy-induced nausea in women treated for breast cancer. Oncology Nursing Forum, 30, E40-E47.
Dundee, J.W., & Yang, J. (1990). Prolongation of the antiemetic action of
P6 acupuncture by acupressure in patients having cancer chemotherapy.
Journal of the Royal Society of Medicine, 83, 360-362.
Ezzo, J.M., Richardson, M.A., Vickers, A., Allen, C., Dibble, S.L., Issell,
B.F., eta!. (2006). Acupuncture-point stimulation for chemotherapy-induced nausea or vomiting. Cochrane Database of Systematic Reviews,
19, CD002285.
Gach, M.R. (1990). Acupressure's potent points: A guide to self-care for
commnn ailments. New York: Bantam Books.
Goldstein, H. (2003). Multilevel statistical models (3rd ed.). London: Edward
Arnold Publishers.
Gottlieb, B. (Ed.). (1995). New choices in natural healing. Emmaus, PA:
Rodale Press.
Kienle, G., & Kiene, H. (1996). Placebo effect and placebo concept: A critical
methodological and conceptual analysis of reports on the magnitude of the
placebo effect. Alternative Therapies in Health and Medicine, 2(6), 39-54.
Naughton, M.J., Shumaker, S.A., Anderson, R.T., & Czaijkowski, S.M.
(1996). Psychological aspects of health-related quality of life measurement: Tests and scales. In B. Spilker (Ed.), Quality of life and pharmacoeconomics in clinical trials (2nd ed., pp. 117-131 ). Philadelphia:
Lippincott-Raven.
Piantadosi, S. (2005). Clinical trials: A methodologic perspective (2nd ed.).
Hoboken, NJ: John Wiley and Sons.
Porkert, M., & Ullman, C. (1988). Chinese medicine. New York: William
Morrow.
Raudenbush, S.W., & Bryk, A.S. (2002). Hierarchical linear 17Wdels: Applications and data analysis methods (2nd ed.). Thousand Oaks, CA:
Sage.
Rhodes, V.A., & McDaniel, R.W. (1997). Measuring nausea, vomiting,
and retching. In M. Frank-Stromborg & S.J. Olsen (Eds.), Instruments
for clinical health-care research (2nd ed., pp. 509-518). Sudbury, MA:
Jones and Bartlett.
Rhodes, V.A., Watson, P.M., & Johnson, M.H. (1984). Development of
reliable and valid measures of nausea and vomiting. Cancer Nursing, 7,
33-41.
Rhodes, V.A., Watson, P.M., Johnson, M.H., Madsen, R.W., & Beck, N.C.
(1987). Patterns of nausea, vomiting, and distress in patients receiving
antineoplastic drug protocols. Oncology Nursing Forum, 14(4), 35-44.
SAS Institute, Inc. (2004). The GUMMIX procedure. Cary, NC: Author.
Shin, Y.H., Kim, T.I., Shin, M.S., & Juon, H. (2004). Effect of acupressure on
nausea and vomiting during chemotherapy cycle for Korean postoperative
stomach cancer patients. Cancer Nursing, 27, 267-274.
Spielberger, C.D. (1983). Manual for the State-Trait Anxiety Inventory (fonn
Y). Palo Alto, CA: Consulting Psychologists Press.
Stannard, D. (1989). Pressure prevents nausea. Nursing limes, 85(4), 33-34.
ONCOLOGY NURSING FORUM- VOL 34, NO 4, 2007
820
Aplikasi teori ..., I Gusti Agung Dewi Purnamawati, FIK UI, 2014
Lampiran I
SYSTEMATIC REVIEW (of Therapy) WORKSHEET
Citation: The efficacy of acupressure for symptom management: a systematic review
Are the results of this systematic review of therapy valid?
I. Is it a systematic review of randomized
This systematic review that investigated the
trials of the treatment?
efficacy of acupressure for the management
of symptoms
2. Does it include a methods section that
describes:
• Finding and including all the
relevant trials?
• Assessing their individual
validity?
I. To undertake this systematic review, a
literature search was conducted in the
Cumulative Index to Nursing and Allied
Health Literature, Medline, and PubMed
using the key words "acupressure,"
"clinical trial," "human," and/or
"randomized.
Randomized
clinical
trials" published between January 1,
2000 and January 31, 2010.
2. This search resulted Forty-three studies
were included in this review.
Investigators in 16 of 23 studies
concluded acupressure was effective,
primarily for the management of nausea
and vomiting in patients during
pregnancy and during chemotherapy.
3. To measure the efficacy of acupressure
on nausea and vomiting, outcome
measures included a visual analogue
scale (VAS) for nausea and vomiting; 18
the incidence and severity of nausea and
vomiting; I2 hospital length of stay; dose
of medication required; and the Rhodes
Index of Nausea, Vomiting, and
Retching.
4. Four RCTs examined the efficacy of
acupressure at PC6 for nausea and
vomiting in cancer patients who were
undergoing chemotherapy or radiation.
3. Were the results consistent from study
to study?
I. Roscoe et al (2003)
found that
acupressure
using
Sea-Bands
continuously for five days significantly
reduced nausea and vomiting on the first
day of chemotherapy compared with the
control group, which received standard
Aplikasi teori ..., I Gusti Agung Dewi Purnamawati, FIK UI, 2014
Lampiran 1
4. Were individual patient data used in the
analysis or aggregate data? (may be
important in meta-analysis)
care (n = 739). However, there was no
significant difference on the second to
fifth day of chemotherapy.
2. Roscoe et al (2009) they found that SeaBands were effective in reducing nausea
and vomiting associated with radiation
therapy compared with standard care (n=
94).
3. Molassiotis et al (2007) found that
acupressure
using
Sea-Bands
continuously for five days significantly
reduced nausea, vomiting, and retching
in patients with breast cancer receiving
chemotherapy when compared with a
control group receiving standard care
(n= 36).
4. Dibble et al (2000) found that a daily
nine-minute acupressure treatment given
prior to chemotherapy administration on
the day of treatment initiation and
contiiming for 21 days did not reduce
acute nausea and vomiting on the day of
chemotherapy, but did decrease nausea
and vomiting from Day 2 to Day 11
when compared with the control
(standard care) and placebo groups
(acupressure in inappropriate locations)
_(n = 160).
-
Are the valid results of this systematic review important?
1.
2.
What is the magnitude of the treatment
effect?
How precise is the treatment effect?
Concluded acupressure was effective,
primarily for the management of nausea and
vomiting in patients during chemotherapy
Acupressure may be a useful strategy for the
management of multiple symptoms in a
variety of patient populations, but rigorous
trials are needed. Inclusion of acupressure as
an intervention may improve patient
outcomes.
Can you apply this valid, important evidence from a systematic review in caring for
Aplikasi teori ..., I Gusti Agung Dewi Purnamawati, FIK UI, 2014
Lampiran 1
your patient?
These results akupresure can apply children
undergoing chemotherapy with nausea end
vomiting.
2. What are our patient so different from Pasient so different form those m the
those in the systematic review that its systimstic review akupresure in adult but
results can't help you?
now patient populations is children.
1. Do these results apply to your patient?
3. Is the treatment feasible in our setting?
Pasient children undergoing chemotherapy
with nausea end vomiting
4. What are our patient's potential benefits
Potensial benefit, pasient can effective,
primarily for the management of nausea and
vomiting in patients during chemotherapy.
and harms from therapy?
Aplikasi teori ..., I Gusti Agung Dewi Purnamawati, FIK UI, 2014
Lampiran2
THERAPY WORKSHEET
Citation : Acupresure for chemotherapy-induced nausea and vomiting: A randomized clinical
trial.
Are the results of this single preventive or therapeutic trial valid?
1. Was the assignment of patients to
treatments randomized? And was the
randomization list concealed?
2. Was follow-up ofpatients sufficiently
long and complete?
3. And were they analyzed in the groups
to which they were randomized?
4. Were patients and clinicians kept
"blind" to treatment received?
5. Were the groups treated equally, apart
from the experimental treatment?
6. the groups similar at the start of the
trial?
The assignment of patients to treatments
randomized. Subjects were randomized to one
of three groups: acupressure to P6 point
(active), acupressure to SI3 point (placebo), or
usual care only.
Follow-up of patients sufficiently long and
complete.
The patients is analyzed in the groups to which
they were randomized
The patients and clinicians kept "blind" to
treatment received
Patients in groups treated equally.
The groups similar at the start of the trial
Are the valid results of this randomized trial important?
YOUR CALCULATIONS:
Download Cinical
Calculator
CER
EER
Relative Risk
Reduction
RRR
Absolute Risk
Risk Reduction
ARR
Number Needed
To
Treat
NNT
CER-EER
CER
CER-EER
l/ARR
.
CER: control event rate EER: Expenmental event rate
Are these valid, important results applicable to our patient?
1. Is your patient so different from those in the
study that its results cannot apply?
2. Is the treatment feasible in our setting?
The patient different from those in the
study that its results can apply.
The treatment feasible in our setting_
Aplikasi teori ..., I Gusti Agung Dewi Purnamawati, FIK UI, 2014
Lampiran 2
3. How great would the potential benefit of
therapy actually be for your individual
patient?
4. What are our patient's values and
expectations for both the outcome we are
trying to prevent and the treatment we are
offering
Result the jumal very great potensial
benefit to patient because acupresur
reduction in the amount of vomiting and
the intensity
of nausea
Acupressure for chemotherapy-induced
nausea and vomiting
Aplikasi teori ..., I Gusti Agung Dewi Purnamawati, FIK UI, 2014
Lampiran3
DATA PASIEN DALAM PROYEK INOVASI
AKUPRESUR DALAM MENGURANGI MUAL MUNTAH PADA ANAK YANG
MENJALANI KEMOTERAPI DI RUANG NON INFEKSI GEDUNG A
RSUP CIPTOMANGUNKUSUMO
EJ
USIA
17th
16th
MEDIS
Ca. Faring
Oteosarcoma
3
An MD
14th
LNH
4
AnW
16th
Osteosarcoma
5
An AD
14th
Ca. Faring
NO
DIAGNOSA
K
1 ~nM
2 AnA
OBAT
KEMO
SIKLUS AKUPRESUR
SEBELUM
SAAT
WAKTU AKUPRESUR
SEBELUM
SAAT
rET
7[!]452340]
Cisplatin
Cisplatin
Ifosfamide
Adriamicin
Vincristin
CPA
MTX+Mesna
Prednison
Ifosfamide
Actinomycin
Vincristin
Cisplatin
5FU
2
4
3
5
17/312014
13/3/2014
24/312014
25/312014
8
4
8
4
8
4
6
4
8
2
8
0
10
0
6
0
1
2
22/2/2014
26/312014
2
2
2
2
10
2
10
2
2
3
11312014
11412014
10
10
10
}10
4
4
2
2
7
8
8/312014
9/412014
2
6
6
6
4
4
4
4
Aplikasi teori ..., I Gusti Agung Dewi Purnamawati, FIK UI, 2014
~··-~""""·~.---··-------
SKALA MUAL MUNTAH
SESUDAH
SEBELUM
--
L__ _ _ _ _
-
..
1
LEMBAR KEGIATAN AKUPRESUR
NAMA:
USIAANAK:
HARI
TANGGAL
PAGI
JAM
SIANG
MALAM
2
3
4
5
Aplikasi teori ..., I Gusti Agung Dewi Purnamawati, FIK UI, 2014
•
FORMUUR PERSETWUAN PUBLIKASI NASKAH RINGKAS
Yangbertandatangandi_bawaBini: NC/!1/ Nc.trhQe-m S.t; MN.
Nama
. ....... 7:. ••••••.••.•••••••••••••••••••••••.••••••••••• &••••••••(?.,.................................................................... .
NIP/NUP
: .. .l9..6.8..t?.J::.t!M::.(.f?.fl.l:..Q3.~D.l...........................................................................
~~:h
~~~~J.;.~~~~ft:.~~~;.~~.f.?.:
pemmmbing dari
NPM
:
Fakultas
:
Program Studi
Judul Naskah Ringkas :
. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . ..
...•. ~!....'f.Q.Y..~.!i}9.i.. .......;:a···········............................................................................. .
... !...'!!!i...... f5.~~.'!!..~ .....0. ............................ ~ ............................................... ..
... %-.~J Sf,.f!.~!!!.lY:...... ~~f..f.r::!..Wf!.'f:g,'). .............~...~ ..................... ~ ............ ..
...
!.~.~.~....
(Qmt:.P..:.f:....Jsel..~.f!.~.C?.......9.rtl.t!.f!:!............!!.l::r!.0.. .
........f.f..f..P..'!!E.....~.....j)J.F.tq,.... r?I.P..~.....!.Sg.rJ.!.':.~.':.........f.(.l.Q.r!.'?. •••.'!!:.C?;f..C!.lfr.6. menyatakan bahwa naskah ringkas ini telah diperiksa dan disetujui untuk (pilih salah satu dengan memberi tanda
Silang):
I? Ufn..rl cit' I'UOt1fJ
fflWCJf Q/\0 /.c.
non f ltj-e/CI:; Jesup
fll(. Ctr>fo rJa/carm.
~apat diakses di UIANA (lib.ui.ac.id) saja.
o
7f?. .
...
lfr?t?.:...
Tidak dapat diakses di UIANA karena:
o
Data yang digunakan untuk penulisan berasal dari instansi tertentu yang bersifat
konfidensial.
D Akan ditunda publikasinya mengingat akan atau sedang dalam proses pengajuan Hak
Paten/Hak Cipta hingga tahun ...............................................................................
o Akan dipresentasikan sebagai makalah pada Seminar Nasional yaitu:
o
0
yang diprediksi akan dipublikasikan sebagai presiding pada bulan .......................
tahun ..................
Akan dttulis dalam bahasa lnggris dan dipresentasikan sebagai makalah pada Seminar
lntemasional yaitu:
;ang diprediksi akan dipublikasikan sebagai presiding pada bulan .......................
llhun ..................
Akan diterbitkan pada Jumal Program Studi/Departemen/Fakultas di Ul yaitu:
yang diprediksi akan dipublikasikan pada bulan .................... tahun .....................
D Akan diterbitkan pada Jumal Nasional yaitu:
yang diprediksi akan dipublikasikan pada bulan .................... tahun .....................
D Akan ditulis dalam bahasa lnggris untuk dipersiapkan terbit pada Jumallntemasional yaitu:
yang diprediksi akan dipublikasikan pada bulan .................... tahun ....................
*pilih salah satu
Aplikasi teori ..., I Gusti Agung Dewi Purnamawati, FIK UI, 2014
Download