BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Romo van Deinse menciptakan gamelan Soepra untuk kepentingan pendidikan seni musik di SMA Kolese Loyola Semarang. Tujuan awal penciptaan gamelan Soepra adalah mengembangkan dan ‘menyempurnakan’ gamelan Jawa. Romo van Deinse memiliki cita-cita bahwa melalui gamelan Soepra siswa dapat memainkan karawitan Jawa seperti gamelan Jawa pada umumnya, tetapi juga dapat digunakan untuk memainkan lagulagu diatonis seperti pada alat musik Barat. Hal tersebut adalah suatu keunikan yang terdapat pada gamelan Soepra. Beberapa hal yang diubah dalam penciptaan gamelan Soepra adalah tangga nada diatonis, bentuk gamelan menjadi lebih tinggi dan panjang agar siswa dapat memainkannya dengan cara berdiri ataupun duduk. Gamelan Soepra dimainkan bersama dengan alat musik Barat, yaitu combo band dan strings. Pengembangan gamelan Jawa menjadi gamelan Soepra menimbulkan konsekuensi tertentu, yaitu mengaburkan karakteristik gamelan Jawa. Ciri khas pèlog dan slèndro yang terdapat pada gamelan Jawa menjadi hilang, nada-nada ‘miring’ dalam gamelan Jawa juga menjadi hilang. Meskipun dengan 140 141 gamelan Soepra masih dapat dimainkan lagu dengan tangga nada pelog dan slendro, tidak bisa memainkan lagu seperti yang dimainkan oleh gamelan Jawa. Pola-pola imbal yang terdapat di dalam gamelan Jawa menjadi hilang digantikan oleh pola-pola chord. Gamelan Jawa sifatnya agung yaitu dengan suara yang berat tanpa adanya chord. Selain itu repertoar yang dimainkan gamelan Soepra lebih pada musik-musik diatonis, seperti lagu pop Barat dan Indonesia, lagu wajib Indonesia dan juga lagu-lagu gereja yang digunakan untuk mengiringi misa Natal SMA Kolese Loyola Semarang. Lagu-lagu bernada pentatonik dimainkan gamelan Soepra pada repertoar lagu daerah Indonesia. Di samping konsekuensi di atas gamelan Soepra memiliki nilai positif. Siswa SMA Kolese Loyola Semarang terdiri atas berbagai etnis, tetapi etnis yang paling banyak adalah keturuan Tionghoa yang kebanyakan dari mereka sama sekali tidak mengenal gamelan. Melalui gamelan Soepra siswa dikenalkan dengan gamelan yang merupakan kebudayaan Jawa. Siswa menjadi mencintai gamelan karena memiliki tangganada diatonik, sehingga dapat memainkan semua genre lagu. Hal ini menjadi sarana, bahwa melalui gamelan Soepra mereka dapat memainkan lagu-lagu yang tidak asing bagi mereka. Seperti lagu pop, jazz, klasik, keroncong, dangdut dengan gaya ciri khas aransemen gamelan Soepra. Gamelan Soepra menjadi media ekspresi siswa 142 melalui seni musik. Siswa berkesempatan memiliki pengalaman nyata dalam memainkan gamelan, dalam berbagai bentuk pertunjukan yang diadakan rutin setiap tahun. Di samping itu melalui intrakurikuler dan ektrakurikuler gamelan Soepra juga terdapat esensi pendidikan yang mengajaran tentang pendidikan karakter, yang mana siswa diajarkan untuk disiplin, bertanggung jawab, dan bekerjasama. Gamelan Soepra merupakan media pendidikan seni yang baik bagi siswa SMA Kolese Loyola Semarang. Gamelan Soepra adalah alat untuk mencapai tujuantujuan pendidikan. Penulis memandang penciptaan gamelan Soepra merupakan salah satu kreativitas dari Romo van Deinse. Gamelan Soepra menjadi suatu alat musik yang unik dan baru. Sumber bunyi dan wujudnya gamelan tetapi perilakunya bukan gamelan Jawa karena perubahan-perubahan yang terdapat di dalam gamelan Soepra. Melalui gamelan Soepra siswa dapat memainkan berbagai genre lagu dengan berbagai aransemen yang menarik. Hal tersebut membuat siswa menjadi tertarik mencintai gamelan. SMA Kolese Loyola peduli dengan kebudayaan Jawa yaitu gamelan, tetapi mempunyai cara sendiri dalam mengenalkan pada siswa. Gamelan ini hanya terdapat di SMA Kolese Loyola Semarang. Gamelan Soepra diciptakan oleh van Deinse, diberi nama oleh Ir. Soekarno, nama Soepra diambil dari Uskup 143 Soegijapranata yang menurut bahasa sansekerta Soepra berarti super. Soepra menjadi ikon dan kebanggaan tersendiri bagi SMA Kolese Loyola Semarang. Munculnya pendidikan gamelan Soepra di SMA Kolese Loyola Semarang merupakan metode pendekatan pendidikan seni untuk mendekatkan seni itu sendiri kepada siswa. B. Saran Tujuan pendidikan seni dengan menciptakan gamelan Soepra sebagai alat untuk mencapai pendidikan adalah suatu bentuk kreativitas dan merupakan konsep yang baru. Romo van Deinse yang notabene adalah orang Barat yang mempelajari musik Barat memandang gamelan sebagai alat musik yang berbeda. Romo van Deinse tertarik dengan suara dan karakteristik gamelan Jawa. Melalui proses kreatifnya van Deinse membuat gamelan yang dapat berfungsi sebagai gamelan Jawa, sekaligus dapat memainkan lagu-lagu diatonis. Percampuran Musik Timur dan Barat terdapat di dalam gamelan Soepra. Sesuai dengan cita-cita Romo van Deinse, alangkah lebih baiknya apabila gamelan Soepra tidak hanya condong ke Barat dengan tangga nadanya yang Barat, cara bermainnya duduk dan berdiri seperti memainkan musik Barat, repertoar lagu yang diaminkan lebih banyak lagu-lagu diatonis. 144 Menurut hemat penulis akan lebih baik apabila terjadi keseimbangan dari gamelan Soepra antara Barat dan Timur. Sehingga gamelan Soepra tidak hanya memainkan repertoar lagulagu diatonis saja, tetapi juga diimbangi dengan repertoar lagulagu Jawa dengan gaya gamelan Soepra tentunya. Memang penulis menyadari bahwa dengan gamelan yang ditala kromatik mempunyai keterbatasan untuk dapat memainkan lagu seperti pada gamelan Jawa, tetapi hal tersebut dapat menjadi kekayaan bagi gamelan. Untuk memainkan repertoar lagu-lagu Jawa misalnya nada kromatik tersebut dapat dirangkai sedemikian rupa dengan nada pelog ataupun slendro, sehingga dapat memudahkan untuk memainkannya. Melalui gamelan Soepra dapat memainkan repertoar lagu-lagu Jawa dengan berbagai tangga nada, berbeda dengan Gemalan Jawa yang hanya menggunakan satu tangga nada, misalnya dengan nada dasar A atau Bes. Melalui gamelan Soepra dapat memainkan berbagai tangga nada karena nadanya yang kromatik, dengan mengubah susunan nada tentunya yang disesuaikan dengan tangganada pelog ataupun slendro yang merupakan khas dari tangganada Jawa. Melalui hal tersebut diharapkan cita-cita Romo van Deinse dapat tercapai. Yaitu dengan media gamelan Soepra siswa dapat mencintai kebudayaan Jawa, mencintai gamelan Jawa dan tidak tertutup menerima kebudayaan luar dengan memainkan lagu-lagu 145 diatonis tersebut. Sehingga terjadi kesimbangan antara Barat dan Timur dan sesuai dengan slogan gamelan Soepra yaitu “mencintai kebudayaan lokal dan terbuka terhadap kebudayaan luar”.