PENYAKIT PARASITER - TREMATODE & CESTODE - Handayu Untari EXERCISE TODAY Schistosomiasis Echinococcosis Dipyllidiasis Dipyllobothriasis Taeniasis (Taenia solium dan Taenia saginata) Meliputi ..... Epidemiologi / persebaran penyakit (zoonosis) Cara transmisi penyakit (kaitannya dengan siklus hidup) Patogenesis (termasuk Imunitas jika ada) Gejala Klinis Teknik Diagnosa Pengendalian dan Terapi TREMATODA Morfologi umum cacing penyebab : Pipih bilateral, seperti daun Hermaphrodit Tidak bersegmen Saluran pencernaan tdk sempurna Oral & Ventral sucker Telur beroperculum Operculum Common Trematodes Life Cycle Telur cacing Mirasidium Metacercaria Sporokista Cercaria Redia Fasciola hepatica Predileksi : saluran empedu pada Liver/ Hepar Host : ruminansia, gajah, kuda, babi, anjing,kucing, Morfologi : Fasciola hepatica Kerugian : Produktivitas menurun Harga jual turun Kematian Cara Penularan : Tertelannya metaserkaria Melalui inang antara Lymnea sp. Fasciola hepatica Patogenesa : cacing muda hemoragi, fibrosis, anemia Cacing dewasa pada bile duct proliferasi epitel bile duct, cholangitis, nekrosis, fibrosis kalsifikasi teraba berpasir Keluarnya cairan jaringan edema, ascites Migrasi Fasciola hepatica Gejala klinis : 1. - Penurunan BB rasa sakit pada abdomen Anemia Ascites Kematian mendadak Nafsu mkan turun BB turun Anemia haemorrhagic Kerusakan hepar Kematian dlm 4-8 minggu - Akut (ingesti metacercaria dlm jumlah banyak pd 1 waktu) - Subakut 2. Kronis 3. - - Penurunan BB Produksi susu turun Anemia Edema submandibula Ascites Fasciola hepatica Diagnosa : feses telur cacing (beroperculum) Post mortem cacing dewasa pada hepar, kerusakan hepar Antigen Diagnostic Fasciola intradermal (pangkal ekor 15-30 menit) ELISA (cathepsin-L feses) Pemeriksaan Pencegahan Fasciolosis Pemeriksaan tinja setiap 2-3 bulan Program deworming secara teratur Kontrol siput intermediate host pelihara bebek atau mollusida pada selokan tergenang Penggembalaan pada lahan yang kering, hindari lahan yang becek Tebar natrium pentachlorpenate pada ladang penggembalaan Pengobatan Fasciola sp. Carbon tetrachloride 1-2 ml/ 50kgBB SC/IM Clorsulon 7 mg/kgBB PO Dovenix 7 ml SC Triclabendazole 5 mg/kgBB IM Hexachlorophene 15 mg/KgBB PO (cacing dewasa) Paramphistomiasis Causa : Cotylophoron cotylophorum, Paramphistomum cervii, Gastrothylax crumenifer, Gigantocotyle explanatum Predileksi : rumen, retikulum Host : ruminansia Paramphistomiasis Patogenesa : - Tdk patogen kecuali dalam jumlah banyak - Nekrosis dan hemoragi PA : radang kataralis dan haemoragik, kerusakan kelenjar intestinal, degenerasi Lgl. Paramphistomiasis Paramphistomiasis Diagnosa : GK dan PA Pencegahan : molluscida & drainase daerah rawa Pengobatan : Hexachloretane – bentonite 180 gram Bithionol 25-35 mg/kgBB Hexa chlorophene 10 mg/kgBB Yomesan 75 mg/kgBB Schistosomiasis (Bilharziasis) Causa : S. japonicum, S.mansoni, S. curassoni, S. bovis, S. mattheei, S. leiperi, S. indicum, S. incognitum, S. spindale, S. rhodhaini, S. Margrebowiei , S. haematobium, S. mekongi,S. intercalatum Morfologi : Cacing betina lebih panjang dari jantan Dioescious jenis kelamin terpisah (selalu dlm keadaan kopulasi) Jantan memiliki celah perut (canal gyneacophore/ventral groove) Schistosomiasis (Bilharziasis) Lanjutan morfologi : silindrik Telur berbentuk ovoid yang dilengkapi spina Cacing betina oral sucker dan ventral sucker Vulva cacing betina posterior Betina Schistosomiasis (Bilharziasis) Endemik di 76 negara termasuk Indonesia Sudah ditemukan sejak tahun 1900 SM S. haematobium kronik haematuria, kelainan pada kandung kemih (Masir,Mesopotamia) ; telur diidentifikasi pda tahun 1250-1000 SM Telur dengan spina lateral dari S. mansoni 1902 oleh Manson S. japonicum : 1847 Kabure itch / Katayama syndrome di Jepang; 1904 cacing dari vena porta pada kucing (Schistosoma japonicum) Schistosomiasis (Bilharziasis) S. intercalatum memiliki bentuk telur yang mirip dengan S. haematobium , tahun 1934 diberikan nama S. intercalatum S. Mekongi tahun 1978, di Laos dan Kamboja dg hospes antara Tricula aperta Schistosomiasis (Bilharziasis) Endemik Indonesia adalah S. Japonicum ( Sulawesi ) S. Mansoni endemik di 55 negara Arab, Africa, hingga Madagascar dengan prevalensi tertinggi di Sudan dan Mesir S. Haematobium endemik di 53 negara di Timur Tengah, Afrika,Mauritius, Zanzibar, Madagascar S. Intercalatum endemik di 10 negara di Afrika bagian tengah dan Barat S. Mekongi endemik di Kamboja dan Laos Schistosomiasis (Bilharziasis) Schistosomiasis (Bilharziasis) Habitat : vena porta dan vena messeterica Host : manusia, anjing, kucing, sapi, kambing, babi, dan tikus Schistosomiasis (Bilharziasis) Patogenesa : bekas masuknya serkaria Ptechiae pada organ yang terkena Oedema subcutan Hati membengkak dan nyeri Abdominal pain, demam, malaise, diare Pruritus Schistosomiasis (Bilharziasis) Pengobatan : Stibophene 7,5 mg/kgBB Praziquantel 8-15 mg/kgBB SC Niridazole 55 mg/kgBB PO 5 hari Pencegahan : Pemeriksaan rutin terutama pada daerah endemik Pembuangan feses ke tempat tertentu, tanpa kontak dengan air Molluscida Pengeringan habitat siput Paragonomiasis Causa : Paragonimus westermanii (manusia, felidae, canidae) Paragonimus kellicoti (felidae, canidae, tikus besar, babi, cerpelai) Paragonimus iloktsuenensis (tikus) Paragonimus ohirai (tikus dan anjing) Paragonomiasis Habitat : paru-paru (jaringan peribronkhioli) kista Morfologi : Sperti biji kopi (dorsal cembung, ventral datar) Duri halus di seluruh permukaan tubuh Telur beroperkulum berwarna coklat keabu-abuan Telur dikeluarkan belum berembrio Paragonomiasis TELUR • Sputum/feces • Berkembang pada tmpt berair CACING DEWASA CACING MUDA MIRASIDIUM • Siput (inang antara I) • Migrasi ke jar. limfa, otot, atau bronkhi • Migrasi (e. koleganse & diastase proteolitik) SPOROKISTA METASERKARIA SERKARIA • Crustacea (inang antara II) REDIA Paragonomiasis Patogenesa : cacing muda kista jaringan emboli, mikroinfark, dan nekrosis parenkhim paru2 Pengeluaran telur iritasi pada parenkhim granuloma pseudotuberculosa Hiperplasia sel-sel epitel bronkhioli batuk Migrasi Paragonomiasis Gejala Klinis : kering sputum bergaris darah, coklat karat Rasa sakit pada paru2 dan demam ringan Rasa sakit pada bagian terbentuknya kista Epilepsi, paresis, gangguan visual otak Batuk Diagnosa : Telur pada sputum atau feces CFT, reaksi intradermal Paragonomiasis Pengobatan : Bithionol Obat2 untuk distomatosis Pencegahan : Hindari penggembalaan pada tempat dg genangan air Memakan udang/kepiting yg dimasak sempurna Pada daerah endemis mnum air yg sudah dimasak CESTODA Morfologi umum : Bersegmen Pipih bilateral Hermaphrodite Larva intermediate kista Membutuhkan intermediate host (sbgian besar) Skoleks & proglotid Telur oncosphere / hexacanth embrio (pada segmen gravid) SIKLUS HIDUP (UMUM) TELUR CACING DEWASA + SEGMEN GRAVID CACING MUDA HEXACANT EMBRIO AKTIF METACESTODA (BENTUK PERALIHAN) Monieziasis Causa : Moniezia expansa Moniezia benedini Predileksi : usus halus Inang definitif : ruminansia Monieziasis TELUR • Feces, segmen/individual ONKOSFER CACING DEWASA • Pada inang antara (oribated mites) SISTISERKOID • Stadium infektif Monieziasis Patogenesa : muda/dewasa iritasi pada usus gangguan pencernaan Cacing Gejala klinis : Tidak jelas Kelemahan/kurus Anemia, diare profus, pertumbuhan lambat, bersifat fatal pada anak sapi (infeksi berat) Monieziasis Diagnosis : Pemeriksaan feces rutin (telur/segmen gravid) Pengobatan : Cupper sulfat 10-100 ml Dichlorophene 300-600 mg/kgBB Yomesan 75 mg/kgBB Lead arsenat 0,5-1 gram dlm kapsul gelatin Dipyllidiasis (Taeniasis pada anjing) Causa : Dipyllidium caninum Predileksi : usus halus Hospes : anjing Kucing Serigala manusia Dipyllidiasis Dipyllidiasis Patogenesa : Gangguan pencernaan Enteritis kronis & kolik Gejala klinis : Gejala nyata hanya dlm jumlah banyak Bulu kusam, nafsu makan turun,kurus,lemah Berjalan dgn menyeret anus di tanah/menggigit perut Dipyllidiasis Gatall.... Diagnosa : Pemeriksaan feces teratur Proglotid di sekitar anus Gejala klinis anjing yng khas Pengobatan : Bithionol Dichlorophene Arecoline acetorsal Dipyllidiasis Pencegahan : Pembasmian pinjal / kutu pd anjing Dipyllobothriasis Causa : Diphyllobothrium latum Hospes : manusia, anjing,babi,beruang,hewan pemakan ikan Predileksi : usus halus hospes Dipyllobothriasis Dipyllobothriasis Gejala klinis dan patogenesa: dewasa menyerap nutrisi hospes kekurangan vitamin B12 Anemia perniciosa Diare Cacing Diagnosa : pemeriksaan feces Pengobatan : Yomesan Quinacrine hydrochloride Dichlorophene Dipyllobothriasis Pencegahan : Memasak ikan dengan sempurna sebelum dikonsumsi Cistisercosis cellulose Causa : Cysticercercus cellulose (kista dari Taenia solium) Hospes : babi, sapi, anjing, kucing, kambing, kera, manusia Predileksi : otot bergaris (otot lidah, masseter, otot paha, otot perut), diafragma, mesenterium, paru-paru, jantung, ginjal, hati, mata Cistisercosis cellulose Cistisercosis cellulose TELUR Taenia solium CACING DEWASA • Termakannya cysticercus ONKOSFER • Usus halus babi • Penetrasi dan migrasi Cysticercus cellulosae • Bladder Worm (Cacing gembung) • Pada otot/organ Cistisercosis cellulose Gejala klinis : moncong hilangnya kebiasaan menggosok2kan moncong ke tanah Bulu kusam dan berdiri Kejang pada otot bergaris Anjing seperti rabies Hipersensitivitas PA : Oedema Anemia pada organ Cistisercosis cellulose Diagnosa : Gejala klinis Antemortem lidah babi Postmortem otot bergaris / organ Radiologis Serologis sero-presipitasi, sero-aglutinasi, intradermal test Pengobatan : Cycticercosis sulit diobati karena biasanya baru ditemukan setelah dilakukan pemotongan Manusia radiasi pada kista / operasi pengambilan kista Cistisercosis cellulose Pencegahan : daur hidup tmpt defekasi yang higienis Pengobatan terhadap manusia penderita taeniasis Pemeliharaan babi secara intensif Memasak daging babi dg sempurna Setelah pemotongan, daging babi didinginkan slma 4 hari Menggarami daging babi 3-4 minggu Afkir daging babi Memutus Taeniasis unggas Causa dan inang antara: Davainea proglottina (siput tanah) Railletina sp. (lalat dan kumbang) Amoebotaenia sphenoides (cacing tanah) Choanotaenia infundibulum (lalat rumah dan kumbang) Hospes : unggas Predileksi : usus halus Taeniasis unggas TELUR • Feces, segmen/individual ONKOSFER CACING DEWASA • Pada inang antara SISTISERKOID • Stadium infektif Taeniasis unggas Patogenitas & patogenesa: proglotina paling patogen R. tetragona dan R. echinobothrida patogen kedua Penetrasi cacing muda/dewasa enteritis, haemorhagi, nodule2 D. Gejala klinis : Nafsu makan turun, lemah, kurus, anemia Produksi telur meurun Diare berdarah, kadang terjadi gangguan saraf Taeniasis unggas Taeniasis unggas PA : proglotina mukosa usus menebal + hemoragi, cairan mukus berbau busuk pada lumen usus Railletina nodule pada usus, kadang haemoragi D. Diagnosa : Gejala klinis Nekropsi enteritis dan nodule Scraping mukosa usus terutama Davainea proglotina Taeniasis unggas Pengobatan : Di-N-butyl Tin Dilaurat 250 mg/kg makanan slma 48 jam (Davainea proglotina & Amoeboteania sp.) Di-N-butyl Tin Oxide 15100 mg/hewan (Railletina sp.) Panhelmin (levamisole+praziquantel) 100 ml panhelmin dlm 100 liter air slma 2 hari Pencegahan : Basmi serangga (insektisida) Pemeliharaan unggas kandang (higienis) TERIMA KASIH