Aljabar Linier Lanjut Kuliah 1 Materi Kuliah (Review) Multiset Matriks Polinomial Relasi Ekivalensi Kardinal Aritmatika 23/8/2014 Yanita, FMIPA Matematika Unand 2 Multiset Definisi Misalkan 𝑆 himpunan tak kosong. Suatu multiset 𝑀 pada himpunan 𝑆 adalah himpunan pasangan terurut 𝑀 = 𝑠𝑖 , 𝑛𝑖 𝑠𝑖 ∈ 𝑆, 𝑛𝑖 ∈ ℤ+ , 𝑠𝑖 ≠ 𝑠𝑗 untuk 𝑖 ≠ 𝑗 Bilangan 𝑛𝑖 dissebut sebagai multiplisitas dari unsur 𝑠𝑖 di 𝑀. Jika pada himpunan dari suatu multiset adalah berhingga, dikatakan bahwa multiset adalah berhingga. Ukuran dari multiset 𝑀 adalah jumlah dari multiplisitas dari semua unsur-unsurnya. Contoh Misalkan 𝑀 = 𝑎, 2 , 𝑏, 3 , 𝑐, 1 adalah multiset pada himpunan 𝑆 = 𝑎, 𝑏, 𝑐 . Unsur 𝑎 mempunyai multiplisitas 2, 𝑏 mempunyai multiplisitas 3, dan 𝑐 mempunyai multiplisitas 1. Himpunan 𝑀 dapat juga ditulis dalam bentuk 𝑀 = 𝑎, 𝑎, 𝑏, 𝑏, 𝑏, 𝑐 23/8/2014 Yanita, FMIPA Matematika Unand 3 Matriks Himpunan matriks 𝑚 × 𝑛 dengan entri-entri dalam lapangan 𝐹, disimbolkan dengan ℳ𝑚,𝑛 (𝐹), yaitu: ℳ𝑚,𝑛 𝐹 = 𝐴 = 𝑎𝑖𝑗 𝑖 = 1, … , 𝑚; 𝑗 = 1, … 𝑛; 𝑎𝑖𝑗 ∈ 𝐹 Catatan: • ℳ𝑚,𝑛 𝐹 dapat ditulis ℳ𝑚,𝑛 atau ℳ • Jika 𝑚 = 𝑛 maka ditulis ℳ𝑛,𝑛 𝐹 atau ℳ𝑛 𝐹 atau ℳ𝑛 • Matriks identitas berukuran 𝑛 × 𝑛 disimbolkan dengan 𝐼𝑛 23/8/2014 Yanita, FMIPA Matematika Unand 4 Definisi : Misalkan 𝐴 ∈ ℳ𝑚,𝑛 (𝐹) . Transpos dari matriks 𝐴, ditulis dengan 𝐴𝑇 adalah matriks berukuran 𝑛 × 𝑚 yang didefinisikan dengan 𝐴𝑇 = 𝑎𝑖𝑗 𝑇 = 𝑎𝑗𝑖 . Jika 𝐴 = 𝐴𝑇 maka matriks 𝐴 dikatakan simetri. Jika 𝐴𝑇 = −𝐴 maka matriks 𝐴 dikatakan skew-simetri. 23/8/2014 Yanita, FMIPA Matematika Unand 5 Teorema 0.1 (Sifat-sifat Transpos) Misalkan 𝐴, 𝐵 ∈ ℳ𝑚,𝑛 (𝐹), maka: 𝑇 𝑇 1. 𝐴 =𝐴 2. 𝐴 + 𝐵 𝑇 = 𝐴𝑇 + 𝐵𝑇 3. 𝑟𝐴 𝑇 = 𝑟𝐴𝑇 untuk semua 𝑟 ∈ 𝐹 4. 𝐴𝐵 𝑇 = 𝐵𝑇 𝐴𝑇 ( 𝐴𝐵 perkalian matriks, ingat definisinya!) 5. det 𝐴𝑇 = det(𝐴) 23/8/2014 Yanita, FMIPA Matematika Unand 6 Partisi dan Perkalian Matriks Misalkan 𝑀 matriks berukuran 𝑚 × 𝑛. Jika 𝐵 ⊆ 1,2, … , 𝑚 dan 𝐶 ⊆ 1,2, … , 𝑛 maka submatriks 𝑀 𝐵, 𝐶 adalah matriks yang diperoleh dari 𝑀 dengan baris-baris tetap dalam indeks di 𝐵 dan kolom-kolom dengan indeks di 𝐶. Dengan demikian, baris dan kolom untuk 𝑀 𝐵, 𝐶 mempunyai ukuran 𝐵 × 𝐶 Catatan: Perkalian matriks dapat dilakukan dengan menggunakan partisi dari suatu matriks (dengan asumsi ukuran partisi matriks dapat dilakukan perkalian matriks) 23/8/2014 Yanita, FMIPA Matematika Unand 7 Blok Matriks Misalkan 𝑀 matriks. Jika 𝐵𝑖,𝑗 adalah matriks dengan ukuran tertentu, maka blok matriks dari 𝑀 𝐵1,1 𝐵1,2 ⋯ 𝐵1,𝑛 ⋮ ⋮ ⋮ 𝑀= ⋮ 𝐵𝑚,1 𝐵𝑚,2 ⋯ 𝐵𝑚,𝑛 𝑏𝑙𝑜𝑘 Adalah matriks yang mempunyai submatriks kiri bawah adalah 𝐵1,1 dan seterusnya. 𝐵𝑖,𝑗 adalah submatriks dari 𝑀 dan bukan entri. Matriks bujursangkar berbentuk 𝐵1 0 ⋯ 0 0 ⋱ ⋱ ⋮ 𝑀= ⋮ ⋱ ⋱ 0 0 ⋯ 0 𝐵𝑛 𝑏𝑙𝑜𝑘 Di mana setiap 𝐵𝑖 adalah bujur sangkar dan 0 adalah submatriks nol, dan dikatakan blok matriks diagonal. 23/8/2014 Yanita, FMIPA Matematika Unand 8 Operasi Baris Elementer 1. 2. 3. Baris ke-𝑖 ditukar dengan baris ke-𝑗 Baris ke-𝑖 dikalikan dengan suatu scalar yang tidak nol. Baris ke-𝑖 ditukar dengan mengalikan dirinya dengan suatu scalar dan ditambah dengan 𝑘 kali baris ke-𝑗. Catatan: Matriks Elementer adalah matriks yang diperoleh dari matriks identitas yang dilakukan operasi baris elementer yang tunggal. 23/8/2014 Yanita, FMIPA Matematika Unand 9 Definisi Suatu matriks 𝑅 dikatakan bentuk eselon baris tereduksi jika: 1. Unsur pertama tak nol di setiap baris adalah 1 (yang disebut leading/utama) 2. Untuk sebarang dua baris yang berurutan, unsur utama untuk baris yang di bawahnya terletak di sebelah kanan. 3. Baris nol di 𝑅 - jika ada – adalah baris terakhir. 4. Sebarang kolom yang memuat unsur utama mempunyai unsur 0 di posisi lainnya. 23/8/2014 Yanita, FMIPA Matematika Unand 10 Teorema 0.2 Misalkan 𝐴, 𝐵 ∈ ℳ𝑚,𝑛 (𝐹). Matriks 𝐴 dikatakan ekivalen baris dengan matriks 𝐵 jika matriks 𝐵 dapat diperoleh dari matriks 𝐴 dengan operasioperasi baris elementer. Ditulis 𝐴~𝐵. 1. Reduksi baris adalah relasi ekivalensi, yaitu a. 𝐴~𝐴 b. Jika 𝐴~𝐵, maka 𝐵~𝐴 c. Jika 𝐴~𝐵 dan 𝐵~𝐶, maka 𝐴~𝐶 2. Sebarang matriks ekivalen ke hanya satu matriks 𝑅, yaitu dalam bentuk eselon baris tereduksi. Matriks 𝑅 disebut bentuk eselon tereduksi dari matriks 𝐴. Selanjutnya diperoleh 𝐴 = 𝐸1 𝐸2 … 𝐸𝑘 𝑅 di mana matriks 𝐸𝑖 , 𝑖 = 1,2, … , 𝑘 matriks yang mereduksi 𝐴 ke bentuk eselon baris tereduksi. 3. Matriks 𝐴 invertibel jika dan hanya jika 𝑅 matriks identitas. 23/8/2014 Yanita, FMIPA Matematika Unand 11 Matriks segitiga Definisi • Suatu matriks bujur sangkar disebut matriks segitiga atas jika semua entri di bawah diagonal utama adalah 0. • Suatu matriks bujur sangkar disebut matriks segitiga bawah jika semua entri di atas diagonal utama adalah 0. • Suatu matriks bujur sangkar disebut matriks diagonal jika semua entri selain entri di diagonal utama adalah 0. 23/8/2014 Yanita, FMIPA Matematika Unand 12 Teorema 0.3 Misalkan 𝐴 ∈ ℳ𝑛 (𝐹). Maka determinan dari 𝐴 (det(𝐴)) adalah unsur dari 𝐹. 1. Untuk sebarang 𝐴, 𝐵 ∈ ℳ𝑛 𝐹 , det 𝐴𝐵 = det 𝐴 det(𝐵) 2. Matriks 𝐴 nonsingular (invertibel) jika dan hanya jika det(𝐴) ≠ 0. 3. Determinan dari matriks segitiga atas atau segitiga bawah adalah hasil kali unsur-unsur di diagonal utamanya. 4. Misalkan 𝐴(𝑖, 𝑗) adalah matriks yang diperoleh dengan menghapus baris ke-𝑖 dan kolom ke-𝑗 dari matriks 𝐴. Adjoint dari 𝐴 (𝑎𝑑𝑗(𝐴)) didefinisikan sebagai berikut: 𝑎𝑑𝑗(𝐴) 𝑖𝑗 = −1 𝑖+𝑗 det(𝐴 𝑖, 𝑗 ) 5. Jika 𝐴 invertibel, maka 1 −1 𝐴 = 𝑎𝑑𝑗(𝐴) det 𝐴 6. Jika 𝑀 matriks bujur sangkarnyang mempunyai bentuk blok diagonal 𝐵1 0 ⋯ 0 0 ⋱ ⋱ ⋮ 𝑀= ⋮ ⋱ ⋱ 0 0 ⋯ 0 𝐵𝑛 𝑏𝑙𝑜𝑘 Maka det 𝑀 = det(𝐵𝑖 ) 23/8/2014 Yanita, FMIPA Matematika Unand 13 Polinomial Jika 𝐹 adalah lapangan, maka 𝐹 𝑥 adalah himpunan semua polinomial dalam varibabel 𝑥, dengan koefisien-koefisien berada dalam 𝐹. 𝐹 𝑥 = 𝑎0 + 𝑎1 𝑥 + 𝑎2 𝑥 2 + ⋯ + 𝑎𝑛−1 𝑥 𝑛−1 + 𝑎𝑛 𝑥 𝑛 𝑎𝑖 ∈ 𝐹 Jika 𝑝 𝑥 = 𝑎0 + 𝑎1 𝑥 + 𝑎2 𝑥 2 + ⋯ + 𝑎𝑛−1 𝑥 𝑛−1 + 𝑎𝑛 𝑥 𝑛 adalah polinomial dengan 𝑎𝑛 ≠ 0, maka 𝑎𝑛 disebut koefisien utama dari 𝑝(𝑥) dan derajat 𝑝(𝑥) (ditulis deg(𝑝 𝑥 ) adalah 𝑛. Jika koefisien utama dari 𝑝 𝑥 adalah 1, maka polinomial 𝑝(𝑥) disebut monik. 23/8/2014 Yanita, FMIPA Matematika Unand 14 Fungsi Definisi Misalkan 𝑓 fungsi dari himpunan 𝑆 ke himpunan 𝑇, ditulis 𝑓: 𝑆 → 𝑇, maka: 1. Domain dari 𝑓 adalah 𝑆 2. Image atau range dari 𝑓, ditulis 𝐼𝑚(𝑓) adalah himpunan 𝐼𝑚 𝑓 = 𝑓(𝑠) 𝑠 ∈ 𝑆 3. Fungsi 𝑓 dikatakan injektif (satu-satu), jika 𝑥 ≠ 𝑦, maka 𝑓(𝑥) ≠ 𝑓(𝑦). 4. Fungsi 𝑓 dikatakan surjektif (onto atau pada), 𝐼𝑚 𝑓 = 𝑇. 5. Fungsi 𝑓 dikatakan bijektif (korespondensi satu-satu) jika 𝑓 injektif dan surjektif. 6. Asumsikan bahwa 0 ∈ 𝑇, support dari 𝑓 adalah 𝑠𝑢𝑝𝑝 𝑓 = 𝑠 ∈ 𝑆 𝑓(𝑠) ≠ 0 23/8/2014 Yanita, FMIPA Matematika Unand 15 Relasi Ekivalensi Definisi Misalkan 𝑆 himpunan tak kosong. Relasi biner ~ pada 𝑆 disebut relasi ekivalensi pada 𝑆 jika memenuhi: 1. Refleksif; 𝑎~𝑎 untuk semua 𝑎 ∈ 𝑆. 2. Simetri; jika 𝑎~𝑏 maka 𝑏~𝑎 untuk semua 𝑎, 𝑏 ∈ 𝑆. 3. Transitif; jika 𝑎~𝑏 dan 𝑏~𝑐 maka 𝑎~𝑐 untuk semua 𝑎, 𝑏, 𝑐 ∈ 𝑆. Definisi Misalkan ~ relasi ekivalensi pada 𝑆. Untuk 𝑎 ∈ 𝑆, himpunan 𝑎 = 𝑏 ∈ 𝑆 𝑏~𝑎 Disebut kelas ekivalensi dari 𝑎. 23/8/2014 Yanita, FMIPA Matematika Unand 16 Teorema 0.8 Misalkan ~ relasi ekivalensi pada 𝑆. Maka: 1. 𝑏 ∈ 𝑎 jika dan hanya jika 𝑎 ∈ 𝑎 jika dan hanya jika 𝑎 = 𝑏 . 2. Untuk sebarang 𝑎, 𝑏 ∈ 𝑆, diperoleh 𝑎 = 𝑏 atau 𝑎 ∩ 𝑏 ≠ ∅. 23/8/2014 Yanita, FMIPA Matematika Unand 17 Definisi Misalkan 𝑆 himpunan tak kosong. Suatu partisi dari 𝑆 adalah koleksi himpunan bagian tak kosong 𝐴1 , 𝐴2 , … , 𝐴𝑛 dari 𝑆, yang disebut blok-blok, di mana: 1. 𝐴𝑖 ∩ 𝐴𝑗 = ∅ untuk semua 𝑖 ≠ 𝑗. 𝑛 2. 𝑆 = 𝑖=1 𝐴𝑖 23/8/2014 Yanita, FMIPA Matematika Unand 18 Teorema 0.9 1. Misalkan ~ relasi ekivalensi pada 𝑆. Maka himpunan kelaskelas ekivalensi yang berbeda yang terkait dengan ~ adalah blok-blok partisi dari 𝑆. 2. Sebaliknya, jika P suatu partisi dari 𝑆, relasi biner ~ yang didefinisikan oleh 𝑎~𝑏 jika dan hanya jika 𝑎 dan 𝑏 berada diblok yang sama dari P adalahrelasi ekivalensi pada 𝑆, yang kelas-kelas ekivalensinya adalah blok-blok dari 𝑃. 23/8/2014 Yanita, FMIPA Matematika Unand 19 Definisi Misalkan ~ relasi ekivalensi pada 𝑆. • Fungsi 𝑓: 𝑆 → 𝑇, dimana 𝑇 sebarang himpunan, disebut invariant dari ~ jika 𝑎~𝑏 maka 𝑓 𝑎 = 𝑓 𝑏 . • Fungsi 𝑓: 𝑆 → 𝑇 disebut invariant komplit jika 𝑎~𝑏 jika dan hanya jika 𝑓 𝑎 = 𝑓 𝑏 . • Koleksi 𝑓1 , 𝑓2 , … , 𝑓𝑘 yang invariant disebut sistem komplit invariant dari invariant-invariant jika 𝑎~𝑏 jika dan hanya jika 𝑓𝑖 𝑎 = 𝑓𝑖 (𝑏) untuk semua 𝑖 = 1,2, … , 𝑛. 23/8/2014 Yanita, FMIPA Matematika Unand 20 Definisi Misalkan ~ relasi ekivalensi pada 𝑆 . Suatu himpunan bagian 𝐶 ⊂ 𝑆 dikatakan himpunan bentuk kanonik ( atau bentuk kanonik) untuk ~ jika untuk setiap 𝑠 ∈ 𝑆, terdapat tepat satu 𝑐 ∈ 𝐶 sehingga 𝑐~𝑠. Dengan kata lain, setiap kelas ekivalensi pada ~ memuat tepat satu anggota dari 𝐶. 23/8/2014 Yanita, FMIPA Matematika Unand 21 Himpunan Terurut Parsial Definisi Himpunan terurut parsial (Partially Orderet Set = Poset) adalah himpunan tak kosong 𝑃, bersama dengan suatu urutan parsial pada 𝑃. Urutan parsial adalah relasi biner yang disimbolkan dengan ≤ dan dibaca dengan ‘kurang dari atau sama dengan’, dengan sifat-sifat sebagai berikut: 1. Untuk semua 𝑎 ∈ 𝑃, 𝑎 ≤ 𝑎 (Refleksif). 2. Untuk semua 𝑎, 𝑏 ∈ 𝑃 , jika 𝑎 ≤ 𝑏 dan 𝑏 ≤ 𝑎 maka 𝑎 = 𝑏 (Antisimetris). 3. Untuk semua 𝑎, 𝑏, 𝑐 ∈ 𝑃, jika 𝑎 ≤ 𝑏 dan 𝑏 ≤ 𝑐 maka 𝑎 ≤ 𝑐. 23/8/2014 Yanita, FMIPA Matematika Unand 22 Definisi Jika 𝑃 himpunan terurut parsial dan • Jika 𝑚 ∈ 𝑃 mempunyai sifat 𝑚 ≤ 𝑝 mengakibatkan 𝑚 = 𝑝, maka 𝑚 disebut unsur maksimal di 𝑃. • Jika 𝑛 ∈ 𝑃 mempunyai sifat bahwa tidak terdapat unsur lebih kecil di 𝑃, yaitu 𝑝 ∈ 𝑃, 𝑝 ≤ 𝑛 maka 𝑝 = 𝑛, disebut 𝑛 unsur minimal 23/8/2014 Yanita, FMIPA Matematika Unand 23 Definisi Misalkan 𝑃 himpunan terurut parsial dan misalkan 𝑎, 𝑏 ∈ 𝑃. 1. Jika terdapat 𝑢 ∈ 𝑃 dengan sifat: •𝑎 ≤ 𝑢 dan 𝑏 ≤ 𝑢 •Jika 𝑎 ≤ 𝑥 dan 𝑏 ≤ 𝑥, maka 𝑢 ≤ 𝑥 Maka dikatakan 𝑢 batas atas terkecil dari 𝑎 dan 𝑏, dan ditulis 𝑢 = 𝑙𝑢𝑏 𝑎, 𝑏 . 2. Jika terdapat 𝑙 ∈ 𝑃 dengan sifat: • 𝑙 ≤ 𝑎 dan 𝑙 ≤ 𝑏 • Jika 𝑥 ≤ 𝑎 dan 𝑥 ≤ 𝑏, maka 𝑥 ≤ 𝑙 Maka dikatakan 𝑙 batas bawah terbesar dari 𝑎 dan 𝑏, dan ditulis 𝑙 = 𝑔𝑙𝑏 𝑎, 𝑏 23/8/2014 Yanita, FMIPA Matematika Unand 24 Catatan: 1. Dalam himpunan terurut parsial mungkin saja tidak semua unsur dapat dibandingkan. Dengan kata lain, mungkin diperoleh 𝑥, 𝑦 ∈ 𝑃 dengan sifat 𝑥 ≰ 𝑦 dan 𝑦 ≰ 𝑥. 2. Dalam suatu himpunan terurut parsial dimana semua pasangan unsur-unsurnya dapat dibandingkan disebut himpunan terurut total atau himpunan terurut linier. 3. Sebarang himpunan bagian dari himpunan terurut total 𝑃 disebut rantai di 𝑃. 4. Misalkan 𝑆 himpunan bagian dari himpunan terurut parsial 𝑃. Dikatakan unsur 𝑢 ∈ 𝑃 batas atas untuk 𝑆 jika 𝑠 ≤ 𝑢 untuk semua 𝑠 ∈ 𝑆. 23/8/2014 Yanita, FMIPA Matematika Unand 25 Teorema 0.10 (Lemma Zorn) Misalkan 𝑃 himpunan terurut parsial dimana setiap rantainya mempunyai batas atas. Maka 𝑃 mempunyai unsur maksimal. 23/8/2014 Yanita, FMIPA Matematika Unand 26 Kardinalitas Dua himpunan 𝑆 dan 𝑇 dikatakan mempunyai kardinalitas yang sama dan ditulis 𝑆 = 𝑇 jika terdapat fungsi bijektif antara himpunan 𝑆 dan 𝑇. Jika 𝑆 berkorespondensi satu-satu dengan suatu himpunan bagian dari 𝑇, ditulis 𝑆 ≤ 𝑇 . Jika 𝑆 berkorespondensi satu-satu dengan himpunan bagian sejati dari 𝑇, dan jika 𝑆 ≠ 𝑇 , ditulis 𝑆 < 𝑇 . 23/8/2014 Yanita, FMIPA Matematika Unand 27 Catatan: • Kardinalitas dalam hal ini adalah merepresentasikan ‘ukuran’ dari suatu himpunan. • Lebih mudah membicarakan dua himpunan yang memiliki sama atau berbeda ukuran (kardinalitas)-nya daripada menentukan secara ekplisit ukuran (kardinalitas) dari himpunan yang diberikan. • Jadi, dikaitkan setiap himpunan 𝑆 suatu bilangan cardinal, ditulis dengan 𝑆 atau 𝑐𝑎𝑟𝑑(𝑆), yang dimaksudkan untuk mengukur ukuran dari suatu himpunan. • Suatu himpunan 𝑆 disebut berhingga jika dapat dibuat korespondensi satu-satu dengan himpunan yang berbentuk ℤ𝑛 = 0,1, … , 𝑛 − 1 untuk suatu bilangan bulat positif 𝑛. • Bilangan kardinal (kardinalitas) dari himpunan berhingga adalah jumlah unsurunsur dalam himpunan tersebut. • Bilangan cardinal dari himpunan bilangan asli ℕ adalah ℵ0 (dibaca aleph nought). • Oleh karena itu ℕ = ℤ = ℚ = ℵ0 . 23/8/2014 Yanita, FMIPA Matematika Unand 28 Catatan • Sebarang himpunan dengan kardinalitas ℵ0 disebut himpunan tak berhingga terhitung. • Sebarang himpunan berhingga atau terhitung disebut himpunan terhitung. • Jika 𝑆 dan 𝑇 himpunan berhingga, maka jika 𝑆 ≤ 𝑇 dan 𝑇 ≤ 𝑆 maka 𝑆 = 𝑇 • Ingat himpunan kuasa P(𝑆) dari himpunan 𝑆 adalah himpunan semua himpunan bagian dari 𝑆. Jika 𝑆 berhingga, maka himpunan kuasa dari 𝑆 selalu lebih besar dari dirinya sendiri, yaitu: • Jika 𝑆 = 𝑛 maka P(𝑆) = 2𝑛 23/8/2014 Yanita, FMIPA Matematika Unand 29 Teorema 0.11 (Well-ordering principle) Setiap himpunan tak kosong mempunyai suatu pengurutan yang baik. Teorema 0.11 (Teorema Schroder-Berntein) Untuk sebarang himpunan 𝑆 dan 𝑇, jika 𝑆 ≤ 𝑇 dan 𝑇 ≤ 𝑆 maka 𝑆 = 𝑇. (Teorema Cantor’s) • Jika P(𝑆) adalah himpunan kuasa dari himpunan 𝑆, maka 𝑆 < P(𝑆) . • Jika P0 (𝑆) adalah himpunan semua himpunan bagian dari 𝑆, dan 𝑆 himpunan tak berhingga, maka 𝑆 = P0 (𝑆) . 23/8/2014 Yanita, FMIPA Matematika Unand 30 Definisi Misalkan 𝜅 dan 𝜆 bilangan cardinal. • Jumlah 𝜅 + 𝜆 adalah bilangan kardinal dari 𝑆 ∪ 𝑇, di mana 𝑆 dan 𝑇 adalah himpunan yang saling asing, dengan 𝑆 = 𝜅 dan 𝑇 = 𝜆. • Hasil kali 𝜅𝜆 adalah bilangan kardinal dari 𝑆 × 𝑇, dimana 𝑆 dan 𝑇 sebarang himpunan dengan 𝑆 = 𝜅 dan 𝑇 = 𝜆, dan 𝑆 × 𝑇 (produk kartesian) adalah himpunan pasangan-pasangan terurut 𝑆 × 𝑇 = 𝑠, 𝑡 𝑠 ∈ 𝑆, 𝑡 ∈ 𝑇 • 𝜅𝜆 adalah bilangan cardinal dari 𝑆𝑇 , di mana 𝑆 dan 𝑇 adalah sebarang himpunan, dengan 𝑆 = 𝜅 dan 𝑇 = 𝜆, dan 𝑆𝑇 adalah himpunan semua fungsi dari 𝑇 ke 𝑆. 23/8/2014 Yanita, FMIPA Matematika Unand 31 Teorema 0.13 Misalkan 𝜅, 𝜆 dan 𝜇 bilangan cardinal, maka berlaku sifat-sifat berikut ini: 1. Assosiatif: 𝜅 + 𝜆 + 𝜇 = 𝜅 + 𝜆 + 𝜇 dan 𝜅 𝜆 𝜇 = (𝜅𝜆)𝜇. 2. Komutatif: 𝜅 + 𝜆 = 𝜆 + 𝜅 dan 𝜅𝜆 = 𝜆𝜅. 3. Distributif: 𝜅 𝜆 + 𝜇 = 𝜅𝜆 + 𝜅𝜇 4. Sifat eksponen: • 𝜅𝜆+𝜇 = 𝜅𝜆 𝜅𝜇 • 𝜇 𝜆 𝜅 • 𝜅𝜆 23/8/2014 𝜇 = 𝜅𝜆𝜇 = 𝜅𝜇 𝜆𝜇 Yanita, FMIPA Matematika Unand 32