MODUL PERKULIAHAN Psikologi Perkembangan 1 Erikson Fakultas Program Studi Fakultas Psikologi Psikologi Tatap Muka 04 Kode MK Disusun Oleh Rizki Dawanti, M.Psi., Psi. Abstract Kompetensi Penjelasan tentang Teori Erikson dalam perkembangan Mahasiswa diharapkan mampu untuk memahami Teori Erikson dan dapat menggunakan dalam aplikasi/kasus Biografi Bernama lengkap Erik Homberger Erikson, lahir pada tahun 1902 didekat Frankurt, Jerman. Sebelum Erik lahir, orangtuanya berpisah dan ibunya meninggalkan Denmark untuk tinggal di Jerman. Disana ia membesarkan Erikson sendiri sampai berusia 3 tahun lalu menikah dengan dokter setempat, dr. Homberger. Erikson kecil bukanlah orang yang pandai. Meskipun bagus di pelajaran tertentu yaitu sejarah dan seni, namun ia tidak suka dengan atmosfer formal sekolah. Ketika lulus sekolah menengah atas, ia merasa kacau dan tidak tahu pasti dengan rencana masa depannya. Erikson lebih banyak mengembara dengan berkeliling Eropa. Erikson menemukan panggilan hidupnya ketika berusia 25 tahun dimana ia menerima undangan untuk mengajar anak-anak pada sebuah sekolah baru di Wina yang didirikan Anna Freud dan Dorothy Burlingham. Saat tidak mengajar, Erikson mempelajari psikoanalisa anak bersama Anna Freud. Pada saat pindah ke San Fransisco, Erikson memulai praktik klinisnya terhadap anak-anak dan berpartisipasi didalam studi longitudinal Universitas California terhadap anak-anak normal. Karya terpenting Erikson adalah Childhood and society (1950). Dalam buku ini ia memetakan delapan tahap kehidupan dan menunjukkan bagaimana tahap-tahap ini bekerja dengan cara yang berbeda-beda didalam budaya yang berbeda-beda pula (Crain, 2007). 2014 2 Nama Mata Kuliah dari Modul Dosen Penyusun Psikologi Perkembangan 1 Rizki Dawanti, M.Psi., Psi. Teori Psikososial Erikson Erikson memodifikasi dan mengembangkan teori Freud dengan menekankan pengaruh masyarakat terhadap perkembangan kepribadian. Ia menentang pendapat Freud yang menyatakan bahwa pengalaman-pengalaman masa kanak-kanak awal membentuk kepribadian secara permanen. Erikson beranggapan bahwa perkembangan ego adalah sepanjang hidup. Dalam teori Erikson, delapan tahap perkembangan terbentang ketika kita melampaui siklus kehidupan. Masing-masing tahap terdiri dari tugas perkembangan yang khas yang menghadapkan individu dengan suatu krisis yang akan dihadapi (Papalia, 2008). Teori Perkembangan Sosial (Psychososial Development) Erikson mencakup 8 tahapan sepanjang rentang kehidupan (Crain, 2007; Monks, 2002 & Santrock, 2002), yaitu sbb: 1. Basic trust vs mistrust (dari lahir sampai 12-18 bulan) Bayi mengembangkan kesadaran apakah dunia merupakan tempat yang baik dan aman. Kekuatan: harapan Mistrust diperlukan untuk mendeteksi bahaya dan keadaan yang tidak menyenangkan serta untuk membedakan orang yang jujur dan tidak jujur Jika mistrust berlebihan frustrasi, menarik diri, curiga, kurang percaya diri. Saat bayi menangis karena lapar, harus cepat diberi minum Tahapan ini berhasil bila: Ibu sumber afeksi/kasih sayang Ibu memenuhi kebutuhan anak Ibu selalu ada saat dibutuhkan Ibu sebagai figur dipercaya & diandalkan Anak akan mengembangkan kepercayaan kepada orang lain & dirinya, serta belajar memperoleh & memberi Tahapan ini gagal bila: Ibu menarik diri Ibu tidak ada saat dibutuhkan Ibu terlalu dini/mendadak menyapih/meninggalkan anak Ibu membentak, memaki, memukul 2014 3 Nama Mata Kuliah dari Modul Dosen Penyusun Psikologi Perkembangan 1 Rizki Dawanti, M.Psi., Psi. Ibu menelantarkan anak Anak mengembangkan ketakutan akan isolasi; kecemasan kehilangan ibu, kecemasan kebutuhan tidak terpenuhi, kecurigaan, ketidakpercayaan kepada diri dan lingkungan 2. Autonomy vs Shame and doubt (12-18 bulan sampai 3 tahun) Anak mengembangkan keseimbangan antara kemandirian serta kemampuan mencukupi kebutuhan diri dengan rasa malu dan ragu. Kekuatan: kehendak Secara fisik dan psikologis anak lebih mandiri Terdapat kerawanan baru kecemasan bila berpisah dengan orang tua, kegagalan kontrol anal dan hilangnya self esteem bila mendapat kegagalan Shame & Doubt muncul bila basic trust tidak terbentuk, toilet training terlalu dini/keras atau keinginan anak dipatahkan oleh ortu. Anak menjumpai aturan-aturan tidak semua keinginan harus dipenuhi (misal: kapan boleh menonton TV) Anak belajar melepaskan diri dari orang tercinta Anak mengembangkan kesanggupan berdiri sendiri/otonomi Sikap orang tua yg diharapkan: Tegas tapi melindungi Mendukung dan memberi kesempatan keinginan otonomi Melindungi dari keraguan dan rasa salah Berhasil: Mengembangkan otonomi Memandang diri sebagai pribadi yg terpisah dari orang tua tetapi masih bergantung Gagal: Mengembangkan rasa malu dan ragu Merasa diri tidak mampu Meragukan diri sendiri Enggan belajar keterampilan dasar seperti berjalan dan bicara Ingin menyembunyikan ketidakmampuannya 3. Initiative vs Guilt (3 tahun – 6 tahun) Anak mengembangkan inisiatif ketika mencoba berbagai kegiatan baru dan tidak diliputi rasa bersalah. Kekuatan: tujuan 2014 4 Nama Mata Kuliah dari Modul Dosen Penyusun Psikologi Perkembangan 1 Rizki Dawanti, M.Psi., Psi. Identifikasi dengan ortu yang berjenis kelamin sama Guilt disebabkan oleh conscience (kata hati) yang berlebihan jadi kadangkadang peraturan boleh dilanggar Masa eksplorasi lingkungan (menjelajah, memahami informasi melalui bahasa, pengembangan imajinasi) Mengembangkan pemahaman peran sesuai identitas seksual (identifikasi terhadap org tua) Berhasil : Mengembangkan inisiatif Kaya imajinasi Memiliki keinginan untuk selalu menguji kenyataan Meniru orang dewasa Berusaha mendapat peranan (role) Gagal : Mengembangkan rasa bersalah Tidak ada spontanitas Iri yang kekanak-kanakan Curiga Mengindar/mengelak Hambatan mendapat peranan (role) 4. Industry vs Inferiority (6 tahun – pubertas) Anak harus belajar berbagai keterampilan budaya atau menghadapi berbagai perasaan tidak mampu. Kekuatan: keterampilan Keinginan anak untuk masuk dunia pengetahuan dan pekerjaan Pengalaman keberhasilan menghasilkan sense of industry, perasaan kompeten dan menguasai Kegagalan menimbulkan perasaan tidak adekuat dan inferior Merupakan tahap yang lebih tenang Hobi mulai terbentuk Mengembangkan pengetahuan keterampilan Mengembangkan pengakuan lingkungan Mengembangkan upaya mencapai prestasi Orang tua diharapkan memberi dorongan dan penghargaan Erikson juga yakin bahwa guru memiliki tanggung jawab khusus bagi perkembangan ketekunan anak-anak Guru seharusnya secara lembut pati 2014 5 Nama Mata Kuliah dari Modul Dosen Penyusun Psikologi Perkembangan 1 Rizki Dawanti, M.Psi., Psi. tegas memaksa anak-anak ke dalam pengembaraan untuk menemukan bahwa seseorang dapat belajar mencapai sesuatu yang tidak pernah ia pikirkan sendiri Berhasil (ketekunan) : Memiliki kemampuan sosial Motivasi berkarya/berprestasi akademis Melaksanakan tugas-tugas nyata Mengenal dunia perkakas Memiliki identifikasi tugas Menempatkan fantasi dan permainan pada perspektif yang lebih baik Gagal (rendah diri) : Menghindari persaingan Tidak termotivasi berprestasi Kebiasaan kerja buruk Merasa tidak akan ada perubahan Terlena arus pubertas Merasa tidak berguna Bersikap seperti budak 5. Identity vs Identity confusion (pubertas – dewasa muda) Remaja harus menentukan kediriannya sendiri (“siapakah saya?”) atau mengalami kebingungan mengenai berbagai peran. Trust, autonomy, initiative dan industry memberi sumbangan pada identitas anak dari orang yang memberi arti (misal: group band, tokoh2) Tugas remaja adalah mengintegrasikan bermacam-macam identifikasi yang dibawa dari masa anak-anak hingga memperoleh identitas yang lebih lengkap. Identity diffusion muncul karena anak gagal mengintegrasikan identitas Transisi dari masa anak ke masa dewasa Perubahan fisik dan psikologis yang cepat Pencarian identitas diri Perlu dukungan dalam memenuhi tugas perkembangan. Berhasil : Terbentuk identitas diri Memiliki sikap dan perspektif mantap tentang masa depan 2014 6 Nama Mata Kuliah dari Modul Dosen Penyusun Psikologi Perkembangan 1 Rizki Dawanti, M.Psi., Psi. Memiliki keyakinan diri Berani mencoba peran Mau belajar sesuatu yang baru Mampu berperan sesuai identitas seksual Mampu membina hubungan heteroseksual Gagal : Memiliki kebimbangan peran Merasa tidak mampu melakukan suatu pekerjaan Kebimbangan peran sesuai identitas seks Kebimbangan otoritas Kebimbangan dlm hubungan heteroseksual 6. Intimacy vs Isolation (dewasa muda) Berusaha membuat komitmen dengan orang lain; jika tidak berhasil, bisa menderita keterasingan dan hanya tertarik pada diri dan kegiatannya sendiri. Kekuatan: cinta Intimasi (kedekatan) psikologis dengan orang lain dan diri sendiri dimungkinkan bila identitas terintegrasi dengan baik Remaja yang takut kehilangan dirinya karena kebersamaan dengan orang lain tidak dapat melebur identitasnya dengan orang lain Satu aspek dari intimasi adalah perasaan solidaritas “kami” dan mempertahankan terhadap “mereka” Jika usaha untuk intimasi gagal, seseorang akan mengasingkan diri. Hubungan sosial menjadi dingin dan hampa Berhasil : Tumbuh rasa persatuan dan kasih sayang Mampu berhubungan dengan orang lain Mampu membina hubungan intim dengan lawan jenis. Bercinta dan bekerja Melakukan hubungan seksual dg pasangan Gagal : Menghindari keakraban Berganti-ganti pasangan Penyangkalan Menyendiri Menghindari hubungan intim dengan lawan jenis 2014 7 Nama Mata Kuliah dari Modul Dosen Penyusun Psikologi Perkembangan 1 Rizki Dawanti, M.Psi., Psi. 7. Generativity vs Stagnation (dewasa tengah) Orang dewasa yang matang peduli dengan kemapanan dan membimbing generasi berikutnya atau merasa lemah secara pribadi. Kekuatan: kepedulian Generativity minat dalam mengembangkan dan membimbing generasi berikutnya melalu usaha pengasuhan anak atau usaha produktif dan kreatif Menyediakan mekanisme untuk kelanjutnan masyarakat dari generasi ke generasi. Kurangnya generativity diekspresikan dalam stagnasi, kebosanan, dan kurangnya pertumbuhan psikologis. Adanya kekhawatiran sebagai orang tua apakah harus menyediakan rumah bagi anak2nya, biaya perkawinan anak, dll Berhasil : Mengembangkan kepuasan hidup Melihat hidup sebagai suatu langkah maju yang berharga Produktif dan kreatif bagi diri sendiri maupun orang lain Memberi rasa bangga dan bahagia pada orang tua Dewasa Membangun dan membimbing generasi muda Gagal : Menimbulkan stagnasi bahkan regresi Egosentris Tidak produktif Belum-belum sudah merasa tidak mampu Cinta diri yang berlebihan Pemiskinan pribadi Mengasihani diri 8. Integrity vs Despair (dewasa akhir) Lansia mencapai penerimaan hidupnya sendiri, membuatnya dapat menerima kematian, atau putus asa atas ketidakmampuannya dalam menghidupkan kembali kehidupan. Kekuatan: Kebijaksanaan Integrity penerimaan terhadap keterbatasan hidup, perasaan menjadi bagian dari sejarah yang melibatkan generasi sebelumnya, perasaan memiliki kearifan karena usianya, dan integrasi dari semua tahapan sebelumnya. 2014 8 Nama Mata Kuliah dari Modul Dosen Penyusun Psikologi Perkembangan 1 Rizki Dawanti, M.Psi., Psi. Despair penyesalan apa yang sudah atau tidak dilakukan dalam hidupnya, ketakutan akan datangnya kematian, dan perasaan jijik dengan diri sendiri. Berhasil : Memiliki Integritas Rasa berarti dalam hidup Bahagia Toleransi yang mendalam Menumbuhkan kebijaksanaan Menghargai kontinuitas masa lampau, sekarang dan yang akan datang Gagal : Rasa tidak berarti dalam hidup Merasa putus asa Menyesali diri Muak dan tidak dapat menerima kehidupannya Kehilangan kepercayaan pada diri sendiri maupun org lain Menginginkan kesempatan untuk mengulangi kembali hidup Takut kematian Tidak memiliki rasa spiritual Stage (age) Psychosocial crisis Significant relations 1 (0-1) infant - trust mistrust 2 (2-3) toddler - autonomy v parents shame and doubt v mother Psychosocial modalities Psychosocial Maladaptations virtues and malignancies to get, to give in hope, faith return sensory distortion - withdrawal to hold on, to let go will, impulsivity determination compulsion - to go after, to play - 3 (3-6) - initiative preschooler guilt v family 4 (7-12 or industry so) - school- inferiority age child v neighbourhood to complete, to competence and school make things together purpose, courage ruthlessness inhibition narrow virtuosity inertia 5 (12-18 or ego-identity v peer groups, to be oneself, to fidelity, so) - role-confusion role models share oneself loyalty adolescence fanaticism repudiation - 6 (the 20s) - intimacy young adult isolation to lose and find love oneself in a another promiscuity exclusivity - to make be, to take care care of overextension rejectivity - presumption despair - v partners, friends 7 (late 20s generativity v household, to 50's) - selfworkmates middle adult absorption 8 (50s and integrity beyond) - despair old adult 2014 9 v mankind "my kind" Nama Mata Kuliah dari Modul Dosen Penyusun or to be, through wisdom having been, to face not being wisdom Psikologi Perkembangan 1 Rizki Dawanti, M.Psi., Psi. Masing-masing tahapan tersebut melibatkan apa yang Erikson pada awalnya Erikson sebut sebagai suatu krisis dalam hal kepribadian – pokok pikiran psikososial yang terutama penting pada masanya dan akan tetap menjadi sebuah persoalan pada kadar tertentu sepanjang sisa hidup. Persoalan-persoalan ini timbul berdasarkan jadwal kematangan, harus diselesaikan secara memuaskan untuk perkembangan ego yang sehat. Bagi Erikson, krisis ini bukanlah suatu bencana, tetapi suatu titik balik peningkatan kerentanan (vulnerability) dan peningkatan potensi. Semakin berhasil individu mengatasi krisis, akan semakin sehat perkembangan mereka. Namun kemudian Erikson mengganti istilah krisis ini dengan kecenderungan berkonflik atau bersaing. Tiap-tiap tahapan menuntut keseimbangan suatu kecenderungan positif dan menyesuaikan dengan yang negatif. Kualitas positif memang yang paling penting, namun pada kadar negatif tertentu juga diperlukan. Tema kritis pada masa bayi misalnya, adalah basic trust vs mistrust kita perlu mempercayai dunia dan orang-orang yang berada didalamnya atau mereka akan “macet” dalam ketidakpercayaan. Namun demikian, mereka juga memerlukan beberapa ketidakpercayaan untuk melindungi diri mereka dari bahaya. Hasil dari masing-masing tahapan yang berhasil adalah perkembangan dengan kekuatan khusus yaitu kekuatan harapan (Monks, 2002) Evaluasi Teori Kelebihan: Teori Erikson lebih kuat dibandingkan teori Freud, terutama penekanannya pada pentingnya pengaruh sosial dan budaya serta pada perkembangan diluar remaja Kekurangan: Beberapa konsep Erikson, sama halnya juga dengan konsep dari Freud, tidak dapat diuji secara empiris 2014 10 Nama Mata Kuliah dari Modul Dosen Penyusun Psikologi Perkembangan 1 Rizki Dawanti, M.Psi., Psi. Daftar Pustaka Crain, William. (2007). Teori perkembangan: Konsep dan aplikasi – Edisi ketiga. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Monks, F.J., Knoers, A.M.P., Haditomo, S.R. (2002). Psikologi perkembangan: Pengantar dalam berbagai bagiannya. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. Papalia, D.E., Old, S.W., Feldman, R.D. (2008). Human development 9th ed. Jakarta: Kencana Santrock, J.W. (2002). Life-span development 5h ed. Jakarta: Erlangga 2014 11 Nama Mata Kuliah dari Modul Dosen Penyusun Psikologi Perkembangan 1 Rizki Dawanti, M.Psi., Psi.