HUBUNGAN MOTIVASI BERPRESTASI DENGAN

advertisement
HUBUNGAN MOTIVASI BERPRESTASI DENGAN KINERJA
PEKERJA PADA DIVISI PETROLEUM ENGINEERING
PT MEDCO E&P INDONESIA
Oleh
WIDJOYO
H24076132
PROGRAM SARJANA MANAJEMEN PENYELENGGARAAN KHUSUS
DEPARTEMEN MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2010
ABSTRAK
WIDJOYO H24076132. Hubungan Motivasi Berprestasi dengan Kinerja Pekerja pada
Divisi Petroleum Engineering PT Medco E&P Indonesia. Di bawah bimbingan Siti
Rahmawati
Suplai energi yang berkesinambungan dibutuhkan agar Indonesia sanggup
mencapai tingkat pertumbuhan ekonomi rata-rata 5–6% per tahun dan keluar dari krisis
global. Prediksi akan tumbuhnya perekonomian ditahun 2010 dapat disebabkan oleh
beberapa faktor ekonomi, seperti penambahan konsumsi energi pada investasi
infrastruktur, terutama dalam industri energi, penemuan blok migas yang baru dan
eksplorasi aktivitas sektor migas. Sehingga perusahaan minyak dituntut dapat mengelolah
aktivitas usahanya seperti eksplorasi dan produksi secara tepat, efektif dan efisien. Tujuan
penelitian ini untuk mengidentifikasi presepsi pekerja terhadap motivasi berprestasi
dengan kinerja, menganalisis hubungan motivasi berprestasi dengan kinerja pekerja Divisi
Petroleum Engineering PT Medco E&P Indonesia. Analisa data dilakukan dengan metode
korelasi dan pengolahan data menggunakan software SPSS 16. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa motivasi berprestasi pekerja PT Medco E&P Indonesia cenderung
baik yang ditunjukkan dengan nilai rataan skor sebesar 3.8 (skala 1-5). hal ini dapat
dikatakan pekerja dalam kondisi termotivasi. Kemudian tingkat kinerja pekerja Divisi
Petroleum Engineering dalam kondisi sangat bagus dengan nilai range Performance
Evaluation 80-89.9 sebanyak 53%. Selanjutnya hasil analisis korelasi rank-spearman
sebesar 0,676, hal ini menunjukan bahwa motivasi berprestasi dengan kinerja mempunyai
hubungan yang kuat.
Kata kunci: Motivasi
HUBUNGAN MOTIVASI BERPRESTASI DENGAN KINERJA
PEKERJA PADA DIVISI PETROLEUM ENGINEERING
PT MEDCO E&P INDONESIA
SKRIPSI
Sebagai salah satu syarat memperoleh gelar
SARJANA EKONOMI
Pada Program Sarjana Manajemen Penyelenggaraan Khusus
Departemen Manajemen
Fakultas Ekonomi dan Manajemen
Institut Pertanian Bogor
Oleh
WIDJOYO
H24076132
PROGRAM SARJANA MANAJEMEN PENYELENGGARAAN KHUSUS
DEPARTEMEN MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2010
Judul Skripsi
: Hubungan Motivasi Berprestasi dengan Kinerja Pekerja pada
Divisi Petroleum Engineering PT Medco E&P Indonesia
Nama
NIM
: Widjoyo
: H 24076132
Menyetujui
Dosen Pembimbing,
(Dra. Hj. Siti Rahmawati, M.Pd)
NIP 19591231 198601 2 003
Mengetahui
Ketua Departemen,
(Dr. Ir. Jono M. Munandar, M.Sc)
NIP 19610123 198601 1 002
Tanggal Lulus :
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Jakarta pada tanggal 06 Ferbruari 1984. Penulis
merupakan anak ketiga dari tiga bersaudara pasangan Legimin (Al) dan
Nurmiyati. Penulis menyelesaikan pendidikan Sekolah Dasar Negeri 07 Petang
pada tahun 1995. Pada tahun 1996, penulis melanjutkan pendidikan di Sekolah
Menengah Pertama Negeri 257 Jakarta dan pada tahun 1998, melanjutkan Sekolah
Menengah Umum Negeri 93 Jakarta. Pada tahun 2002, penulis melanjutkan
pendidikan Diploma III di Universitas Indonesia, Depok dengan jurusan Kimia
Terapan. Pada tahun 2007, penulis diterima di Institut Pertanian Bogor pada jalur
Program Sarjana Manajemen Penyelenggaraan Khusus, Departemen Manajemen,
Fakultas Ekonomi dan Manajemen.
Selama mengikuti perkuliahan, penulis aktif dalam mengikuti kegiatankegiatan kampus, seperti peserta pumping talent 2007, pelatihan SPSS, serta
kegiatan bakti sosial. Pengalaman kerja penulis, Januari 2006-September 2009
sebagai Assistant Leader Production PT Mastrotto Indonesia.
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur senantiasa dipanjatkan kepada Allah SWT yang
telah memberikan Rahmat dan Karunia-Nya kepada penulis, sehingga dapat
menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Skripsi ini disusun sebagai syarat untuk
memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Program Sarjana Manajemen
Penyelenggaraan Khusus Departemen Manajemen, Fakultas Ekonomi dan
Manajemen Institut Pertanian Bogor.
Pentingnya semangat dan dorongan yang tinggi dalam melakukan
pekerjaan sangat diperlukan, hal ini dapat dilihat dari motivasi pekerja dalam
melakukan pekerjaannya. Motivasi berprestasi merupakan suatu indikator bagi
perusahaan dalam mengevaluasi pekerja, karena motivasi berprestasi akan
memberikan kontribusi dalam meningkatkan kinerja pekerja. Oleh karena itu
penulis tertarik untuk meneliti hubungan motivasi dengan kinerja, sehingga
penulis memberi judul pada penelitian ini yaitu Hubungan Motivasi Berperstasi
dengan Kinerja Pekerja pada Divisi Petroleum Engineering PT Medco E&P
Indonesia.
Penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini dapat selesai karena
bimbingan, bantuan serta dukungan dari berbagai pihak baik moril maupun
materiil. Oleh karena itu, penulis ingin mengucapkan terima kasih yang sebesarbesarnya kepada:
1.
Dra. Hj. Siti Rahmawati, M.Pd. sebagai dosen pembimbing yang telah
banyak meluangkan waktunya untuk memberikan bimbingan, saran, motivasi
dan arahan kepada penulis.
2.
Dr. Ir. Jono M. Munandar, M.Sc. sebagai Ketua Departemen Manajemen
Fakultas Ekonomi dan Manajemen, IPB.
3.
Pak Salmar Ngadikan selaku Manager Human Capital Department (HCD)
PT Medco E&P Indonesia, Pak Tusi dan Ibu Husna sebagai pembimbing
penulis di PT Medco E&P Indonesia, serta para staff HCD yang telah
membantu dan mendukung penulis.
4.
Prof. Dr. Ir. H. Sjafri Mangkuprawira dan Dr. Ir. Abdul Kohar Irwanto, M.sc.
yang telah bersedia sebagai dosen penguji.
5.
Seluruh staf pengajar dan karyawan/wati di Ekstensi Manajemen FEM IPB.
Pak Dikky dan Pak Deddy yang memberikan masukan dan arahan kepada
penulis.
6.
Ibu dan mas Sudjadi dan mas Nugie, Nita yang senantiasa memberikan
motivasi, semangat dan doa serta QQ dan zie yang selalu menemani penulis
disela kesibukanya.
7.
Semoga pihak yang telah membantu dalam penulisan skripsi ini diberikan
keberkahan dan kebaikan oleh Allah SWT.
Penulis sangat menyadari bahwa penyusunan skripsi ini masih jauh dari
sempurna dan banyak kekuranganya, hal ini disebabkan semata-mata karena
keterbatasan waktu dan kemampuan yang dimiliki penulis. Untuk itu kritik dan
saran yang konstruktif sangat diperlukan untuk hal yang lebih baik. Akhirnya
penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat khususnya bagi penulis
secara pribadi, maupun bagi para pembaca pada umumnya.
Bogor, Mei 2010
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRAK
RIWAYAT HIDUP ......................................................................................
iii
KATA PENGANTAR ..................................................................................
iv
DAFTAR ISI ..............................................................................................
vi
DAFTAR TABEL ........................................................................................
viii
DAFTAR GAMBAR ...................................................................................
ix
DAFTAR LAMPIRAN ...............................................................................
x
1. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang..................................................................................
1.2. Perumusan Masalah ..........................................................................
1.3. Tujuan Penelitian ..............................................................................
1.4. Kegunaan Penelitian..........................................................................
1
3
4
4
2. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Pengertian Manajemen Sumber Daya Manusia...................................
2.2. Motivasi.............................................................................................
2.2.1 Teori Motivasi Berprestasi ............................................................
2.2.2 Kinerja .........................................................................................
2.2.3Penilaian Kinerja ............................................................................
2.3.Penelitian Terdahulu............................................................................
5
5
6
9
9
11
3. METODOLOGI PENELITIAN
3.1. Kerangka Pemikiran...........................................................................
3.2. Metode Pengumpulan Data ................................................................
3.3. Metode Pengambilan Sampel.................................................... ...........
3.4. Metode (Skala) Pengukuran ...............................................................
3.5. Pengolahan dan Analisis Data ............................................................
3.5.1 Uji validitas dan reliabilitas ...........................................................
3.5.2 Korelasi Rank Spearman ...............................................................
12
13
13
14
15
15
16
4. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1.Gambaran Umum ...............................................................................
4.1.1Visi, Misi dan Tujuan......................................................................
4.1.2 Struktur Organisasi ........................................................................
4.2. Karakteristik Pekerja..........................................................................
4.3. Persepsi Pekerja Terhadap Motivasi Berprestasi ................................
4.4. Performance Evaluation ....................................................................
4.5. Analisis Hubungan Motivasi Berprestasi
dengan Kinerja Pekerja .....................................................................
18
20
21
26
27
30
32
4.6. Implikasi Manajerial .........................................................................
33
KESIMPULAN DAN SARAN....................................................................
36
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................
38
LAMPIRAN ..............................................................................................
40
DAFTAR TABEL
No
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
Halaman
Skala Penilaian.......................................................................................
Interpretasi Hubungan ............................................................................
Karakteristik Pekerja. .............................................................................
Persepsi pekerja terhadap Prestasi ..........................................................
Persepsi pekerja terhadap Kekuasaaan....................................................
Persepsi pekerja terhadap Afiliasi...........................................................
Rataan skor Motivasi Berprestasi ...........................................................
Interpretasi Performance Evaluation ......................................................
Implikasi Manajerial ..............................................................................
14
17
27
28
29
30
30
31
35
DAFTAR GAMBAR
No
Halaman
1. Kerangka Pemikiran ..............................................................................
2. Bagan PT Medco Energi Internasional ...................................................
13
19
DAFTAR LAMPIRAN
No
1.
2.
3.
4.
5.
Halaman
Kuesioner Penelitian ............................................................................
Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas .......................................................
Struktur Organisasi...............................................................................
Uji Chi-square......................................................................................
Hasil korelasi Spearman antara PE terhadap Motivasi ..........................
40
42
43
44
46
I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Penurunan produksi dari lapangan minyak PT Medco E&P Indonesia di
Riau, pada tahun 2009 turun dari 33 ribu barel per hari pada 2008 menjadi
30 ribu barel per hari. Penurunan ini disebabkan oleh beberapa faktor
diantaranya kondisi sumur minyak Medco juga mengalami penurunan
kemampuan produksinya. Selain itu, Medco baru saja melakukan divestasi
dua blok perseroan di Tuban dan Tarakan Kalimantan Timur. Namun Suplai
energi yang berkesinambungan ini dibutuhkan terutama agar Indonesia
sanggup mencapai tingkat pertumbuhan ekonomi rata-rata 5–6% per tahun
dan keluar dari krisis global. Prediksi akan tumbuhnya perekonomian
ditahun 2010 dapat disebabkan oleh beberapa faktor ekonomi, seperti
penambahan konsumsi energi pada investasi infrastruktur, terutama dalam
industri energi, penemuan blok migas yang baru, eksplorasi aktivitas sektor
migas, pengembangan gas metana pada lapisan batu bara dan penggunaan
sumber energi yang dapat diperbaharui seperti pembangkit listrik panas bumi
dan prospek-prospek lain untuk kesempatan investasi (Mary John, 2010).
Perkembangan kegiatan bisnis pada industri energi memperlihatkan
daya saing yang sangat pesat dan kompleks terutama dalam memenuhi
kebutuhan pasar, kenyataan ini dapat dilihat dengan tingginya kebutuhan
energi yang digunakan baik dari sektor industri maupun rumah tangga di
Indonesia. Guna memenuhi permintaan pasar, maka perlu adanya
peningkatan hasil produksi. Salah satu aktivitas yang dapat meningkatkan
hasil produksi yakni pada proses eksplorasi dan produksi, pada proses ini
mempunyai beberapa tahapan yakni dimulai dari kegiatan eksplorasi,
pemboran, pembuatan kontruksi sampai pada penyaluran minyak ke titik
penjualan. Seluruh kegiatan ini terdiri atas bagian penunjang dan bagian inti.
Pada bagian inti terbagi atas tiga kelompok: tingkat pelaksana yaitu operator
dan teknisi; tingkat tenaga ahli; dan tingkat manajemen. Pada setiap
tingkatan ini dibutuhan sumber daya manusia yang mempunyai kinerja dan
motivasi serta tanggung jawab yang tinggi, karena hal ini berkaitan langsung
dengan upaya pencapaian perusahaan dalam meraih dan memenuhi
kebutuhan pasar baik secara nasional maupun internasional serta target yang
telah ditetapkan.
Pada bagian tenaga ahli, salah satunya yakni Divisi Petroleum
Engineering
(PE) mempunyai tugas dan tanggung
jawab
seperti
mengkoordinasikan instalasi blok pengeboran, pemeliharaan operasi
pertambangan dan peralatan lapangan minyak, mengoptimalkan hasil
produksi, serta mengembangkan rencana jangka panjang dalam pemulihan
dan perawatan lapangan minyak dan gas. Sehingga dibutuhkan tenagatenaga pilihan yang mempunyai kapasitas, keahlian dan tanggung jawab
serta dapat meningkatkan hasil kerja yang tinggi dengan cara memenuhi
target perusahaan yang telah ditetapkan. Posisi tenaga ahli sebagai sumber
daya manusia, mempunyai peran yang cukup besar dalam proses eksplorasi
dan produksi, oleh karena itu posisi tersebut merupakan aset yang
mempunyai peranan penting dalam mewujudkan visi dan misi perusahaan.
Pengembangan sumber daya manusia perlu mendapat perhatian, khususnya
dari para pimpinan perusahaan melalui strategi perencanaan sumber daya
manusia yang tepat dan terencana agar aktivitas perusahaan dapat berjalan
dengan optimal.
Sejalan dengan kebutuhan pengembangan sumber daya manusia, maka PT
Medco E&P Indonesia (MEPI) yang merupakan suatu unit usaha PT Medco
Energi Internasional yang bergerak dibidang eksplorasi dan produksi
minyak dan gas bumi, fokus terhadap penerapan kebijakan dan strategi
sumber daya manusia yang tepat serta kerjasama tim untuk mencapai tujuan
perusahaan dalam meningkatkan motivasi dan kualitas terhadap hasil kerja.
Hal ini merupakan bagian dari prioritas pengembangan sumber daya
manusia pada PT MEPI, sehingga dibutuhkan kerja keras dan komitmen
kerja yang sungguh-sungguh dari seluruh pekerja dan manajemen.
Tugas dan tanggung jawab yang besar dalam melakukan aktivitasnya
dapat memberi pengaruh positif maupun negatif terhadap diri pekerja.
Kecenderungan ini berdampak pada motivasi dan kinerja pekerja.
Mewujudkan sumber daya manusia yang berdaya saing tinggi dan memiliki
motivasi berprestasi, menjadi komponen dalam mewujudkan sumber daya
manusia yang dapat mendorong kinerja yang lebih baik lagi. Salah satunya
motivasi berprestasi yang dapat mengukur motivasi pekerja dalam bekerja
secara efektif dan efisien. Motivasi berprestasi merupakan suatu dorongan
dalam diri seseorang untuk melakukan atau mengerjakan suatu kegiatan atau
tugas dengan sebaik-baiknya agar mencapai prestasi dengan predikat terpuji
(Mangkunegara, 2008). Hal ini dibutuhkan karena perusahaan menginginkan
seluruh karyawannya dapat bekerja sesuai dengan standar dan target yang
telah ditetapkan. Kebutuhan akan berprestasi tinggi merupakan suatu
dorongan yang timbul pada diri seseorang untuk berupaya mencapai target
yang telah ditetapkan, bekerja keras untuk mencapai keberhasilan dan
memiliki keinginan untuk mengerjakan sesuatu secara lebih lebih baik dari
sebelumnya (Adie, 2008).
Oleh karena itu dibutuhkan suatu pengukuran motivasi berprestasi dan
kinerja pekerja, sehingga aktivitas pekerja dapat terus dikontrol dan
dikembangkan untuk mendukung strategi perusahaan dalam meningkatkan
produktifitasnya. Salah satu tantangan bagi perusahaan dalam menciptakan
keunggulan yakni menjalankan kegiatan perusahaanya secara efektif dan
efisien. Pengukuran kinerja yang dilakukan oleh PT MEPI yakni
menggunakan metode penilaian tampilan kerja yang telah digunakan sejak
tahun 2005 yakni Performance Evaluation (evaluasi kinerja). Kebutuhan
penilaian kerja tersebut sejalan dengan dibutuhkanya suatu alat ukur yang
dapat membantu perusahaan untuk mengetahui kinerja pekerja. Hal ini
berimplikasi pada target dan sasaran yang telah ditetapkan perusahaan. Hasil
penelitian ini diharapkan berimplikasi terhadap upaya manajemen PT MEPI
Indonesia, untuk mengetahui motivasi berprestasi dan kinerja pekerja.
I.2.
Perumusan Masalah
Permasalahan penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut:
1. Bagaimana motivasi berprestasi pekerja Divisi Petroleum Engineering di
PT Medco E&P Indonesia?
2. Bagaimana kinerja pekerja Divisi Petroleum Engineering di PT Medco
E&P Indonesia?
3. Bagaimana hubungan motivasi berprestasi dengan kinerja pekerja Divisi
Petroleum Engineering di PT Medco E&P Indonesia?
I.3. Tujuan Penelitian
Tujuan dalam melaksanakan penelitian ini adalah:
1. Mengidentifikasi
motivasi
berprestasi
pekerja
Divisi
Petroleum
Engineering di PT Medco E&P Indonesia?
2. Mengidentifikasi kinerja pekerja Divisi Petroleum Engineering di PT
Medco E&P Indonesia?
3. Menganalisis hubungan motivasi berprestasi dengan kinerja pekerja
Divisi Petroleum Engineering di PT Medco E&P Indonesia?
1.4. Kegunaan Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan berguna sebagai pertimbangan dan
masukan bagi manajemen dalam upaya peningkatan motivasi berprestasi
bagi perusahaan khususnya serta memberikan informasi tentang hubungan
antara motivasi berprestasi dengan kinerja pekerja pada divisi Petroleum
Engineering PT Medco E&P Indonesia, selain itu juga dapat bermanfaat
memberikan wawasan bagi pembaca.
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Pengertian Manajemen Sumber Daya Manusia
Suatu proses yang terdiri atas perencanaan, pengorganisasian,
pemimpinan, dan pengendalian kegiatan-kegiatan yang berkaitan dengan
analisis
pekerjaan,
evaluasi
pekerjaan,
pengadaan,
pengembangan,
kompensasi, promosi dan pemutusan hubungan tenaga kerja guna mencapai
tujuan yang ditetapkan (Panggabean, 2004). Manajemen sumber daya
manusia merupakan suatu perencanaan, pengorganisasian, pengkordinasian,
pelaksanaan
dan
pengawasan
terhadap
pengadaan,
pengembangan,
pemberian balas jasa, pengintegrasian, pemeliharaan dan pemisahaan
tenaga kerja dalam rangka mencapai tujuan organisasi
(Mangkunegara,
2008). Manajemen sumber daya manusia adalah ilmu dan seni mengatur
hubungan dan peranan tenaga kerja agar efektif dan efisien membantu
terwujudnya perusahaan, karyawan, dan masyarakat (Hasibuan, 2007).
2.2. Motivasi
Model motivasi mengalami perkembangan sejalan dengan ilmu
pengetahuan dan peradapan dari teori klasik (tradisional) menjadi teori
moderen (Hasibuan, 2007). Perbandingan model tersebut yakni:
1. Teori tradisional mengemukakan bahwa untuk memotivasi bawahan agar
gairah kerja meningkat, perlu diterapkan sistem insentif (uang/barang)
kepada karyawan yang berprestasi.
2. Model hubungan manusia, bahwasanya dalam meningkatkan gairah kerja
dapat dilakukan dengan mengakui kebutuhan sosialnya sehingga akan
termotivasi pula kerjanya.
3. Model Sumber Daya Manusia, model ini menjelaskan beberapa faktor
yang dapat mempengaruhi motivasi jadi tidak hanya berupa uang,
barang atau juga kepuasan, melainkan kebutuhan dalam pencapain kerja,
sehingga pekerja akan termotivasi karena rasa tanggung jawabnya.
Motivasi adalah kesediaan untuk mengeluarkan tingkat upaya yang
tinggi untuk tujuan organisasi yang dikondisikan oleh kemampuan dan
upaya itu untuk memenuhi beberapa kebutuhan individual (Robbins, 2003).
Motivasi adalah kekuatan potensial yang ada di dalam diri seorang manusia
yang dapat dikembangkan sendiri atau dikembangkan oleh sejumlah
kekuatan luar yang intinya berkisar sekitar imbalan moneter dan imbalan
nonmoneter yang dapat mempengaruhi hasil kinerjanya secara positif atau
secara negatif, hal ini tergantung pada situasi dan kondisi yang dihadapi
orang yang bersangkutan (Winardi, 2008). Motivasi adalah daya pendorong
yang mengakibatkan seseorang anggota organisasi mau dan rela untuk
menggerakkan kemampuan dalam bentuk keahlian atau keterampilan,
tenaga dan waktunya untuk menyelenggarakan berbagai kegiatan yang
menjadi tanggung jawabnya dan menunaikan kewajibannya dalam rangka
pencapaian tujuan dan berbagai sasaran organisasi yang telah ditentukan
sebelumnya (Siagian, 2004). Motivasi merupakan hasrat dalam diri
seseorang yang menyebabkan orang tersebut melakukan tindakan.
Seseorang sering melakukan tindakan untuk mencapai tujuan tertentu, maka
motivasi merupakan penggerak yang mengarahkan kepada tujuan dan tujuan
itu jarang muncul dengan sia-sia (Mathis dan Jackson, 2001), pengertian ini
menjelaskan bahwa dengan memberikan motivasi yang tepat, maka pekerja
akan terdorong untuk berbuat semaksimal mungkin dalam melaksanakan
tugasnya dan mereka akan meyakini bahwa dengan keberhasilan organisasi
dalam mencapai tujuan dan berbagai sasarannya, maka kepentingankepentingan pribadinya akan terpelihara pula. Pada dasarnya motivasi
individu dalam bekerja dapat memacu pekerja untuk bekerja keras, sehingga
dapat mencapai tujuan mereka. Hal ini akan meningkatkan kinerja individu
yang berdampak pada pencapaian tujuan dari organisasi.
2.2.1
.
Teori Motivasi Berprestasi
Pekerja yang mempunyai motivasi berprestasi tinggi dalam
bekerja akan memberikan nilai positif, baik bagi diri individu
maupun pihak perusahaan. Sikap positif yang ditunjukkan pekerja
terhadap perusahaan, menunjukan motivasi berprestasi tinggi yang
terdapat pada diri pekerja. Pekerja yang memiliki motivasi
berprestasi tinggi akan mempunyai keinginan dan semangat dalam
diri individu untuk bekerja secara optimal. Teori David McClelland
menjelaskan tentang keinginan seseorang untuk mencapai kinerja
yang
tinggi.
Motivasi
berprestasi
menunjukkan
pentingnya
menetapkan target atau standar keberhasilan. Motivasi McClelland
(Hasibuan,
2007)
dalam
teorinya
McClelland’s
Achievment
Motivation Theory atau teori motivasi prestasi McClelland
memfokuskan pada tiga kebutuhan yaitu kebutuhan akan prestasi
(achievement), kebutuhan kekuasaan (power), dan kebutuhan afiliasi.
Model motivasi ini ditemukan diberbagai lini organisasi, baik staf
maupun manajer. Beberapa pekerja memiliki karakter yang
merupakan perpaduan dari model motivasi tersebut (Robbins, 2003).
1. Kebutuhan akan prestasi
Kebutuhan
akan
prestasi
merupakan
dorongan
untuk
mengungguli dan berprestasi, oleh karena itu pekerja akan
berusaha mencapai prestasi tertingginya dan pencapaian tujuan
tersebut bersifat realistis tetapi menantang dan menghitung resiko
dalam pekerjaan, relatif bertahan lama dalam melakukan tugas
yang memiliki tingkat kesulitan berbeda. Selanjutnya sejumlah
orang dengan kebutuhan prestasi yang tinggi dalam suatu
lingkungan tertentu cenderung memunculkan kegiatan yang
kreatif, sehingga pekerja perlu umpan balik sebagai bentuk
pengakuan terhadap prestasinya tersebut.
2. Kebutuhan akan kekuasaan
Kebutuhan akan kekuasaan adalah motivasi terhadap kekuasaan.
Pekerja memiliki motivasi untuk berpengaruh dan dampak
terhadap orang, serta mengerahkan semua kemampuan demi
tercapai kekuasaan memiliki karakter kuat untuk memimpin dan
memiliki ide-ide untuk menang.
3. Kebutuhan untuk berafiliasi atau bersahabat
Kebutuhan akan Afiliasi adalah hasrat untuk berhubungan antar
pribadi yang ramah dan akrab. Individu merefleksikan keinginan
untuk mempunyai hubungan yang erat, kooperatif dan penuh
sikap persahabatan dengan pihak lain. Individu yang mempunyai
kebutuhan afiliasi yang tinggi umumnya berhasil dalam
pekerjaan yang memerlukan interaksi sosial yang tinggi.
Kebutuhan
motivasi berprestasi tinggi merupakan suatu
dorongan yang timbul pada diri seseorang agar mencapai target yang
telah ditetapkan, dorongan ini menimbulkan kebutuhan berprestasi
pekerja karena sikap ingin memberikan yang terbaik bagi perusahan.
Menurut McClelland dalam (Mangkunegara, 2009), mengatakan
bahwa motivasi karyawan dapat terlihat ciri-ciri sikap/prilakunya:
Ciri-ciri perilaku karyawan yang memiliki motivasi berprestasi
rendah:
1. Kurang memiliki tanggung jawab pribadi dalam mengerjakan
suatu pekerjaan atau kegiatan.
2. Memiliki program kerja tetapi tidak didasarkan pada rencana
dan tujuan yang realistik serta lemah melaksanakanya.
3. Bersikap apatis dan tidak percaya diri.
4. Ragu-ragu dalam mengambil keputusan.
5. Tindakanya kurang terarah pada tujuan.
Ciri-ciri perilaku karyawan yang memiliki motivasi berprestasi yang
tinggi:
1. Memiliki tingkat tanggung jawab pribadi yang tinggi.
2. Memiliki program kerja berdasarkan rencana dan tujuan yang
realistik serta berjuang untuk merealisasikan.
3. Memiliki kemampuan untuk mengambil keputusan dan berani
mengambil resiko yang dihadapinya .
4. Memiliki rencana kerja yang menyeluruh dan berjuang untuk
realisasi tujuan.
5. Melakukan pekerjaan yang berarti dan menyelesaikan dengan
hasil yang memuaskan.
6. Mempunyai
keinginan
menjadi
menguasai bidang tertentu.
orang
terkemuka
yang
2.2.2 Kinerja
Kinerja karyawan adalah hasil kerja secara kualitas dan
kuantitas yang dicapai oleh seorang pegawai dalam melaksanakan
tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan kepadanya,
faktor yang mempengaruhi kinerja adalah kemampuan dan motivasi
(Mangkunegara,
2009).
Kinerja
adalah
hasil
atau
tingkat
keberhasilan seseorang secara keseluruhan selama priode tertentu
dalam
melaksanakan
tugas
dibandingkan
dengan
berbagai
kemungkinan, seperti standar hasil kerja, target atau sasaran atau
kriteria yang telah ditentukan terlebih dahulu dan telah disepakati
bersama. Kinerja dalam menjalankan fungsinya tidak berdiri sendiri,
tapi berhubungan dengan kepuasan kerja dan tingkat imbalan,
dipengaruhi oleh keterampilan, kemampuan dan sifat-sifat individu
(Rivai, 2005). Manajemen Kinerja atau Performance Management
(PM) lebih melihat pengelolaan kinerja di dalam organisasi sebagai
suatu proses terus-menerus dan berkesinambungan (Christian, 2010).
PM merupakan proses perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan
dan pengendalian terhadap pencapain kinerja dan dikomunikasikan
secara terus menerus oleh pimpinan kepada karyawan, antara
karyawan dengan atasannya langsung (Mangkunegara, 2009).
Performance Management System (PMS) merupakan suatu sistem
penilaian tampilan kerja. PMS merupakan suatu sistem yang telah
digunakan oleh beberapa perusahaan. Sistem ini akan memberi
kemudahan bagi manajer dalam melakukan evaluasi secara
berkesinambungan. PMS telah digunakan oleh PT MEPI sejak tahun
2005. Hal ini sejalan dengan dibutuhkanya suatu alat ukur untuk
menilai tampilan kerja karena penilaian ini berimplikasi pada target
dan sasaran yang telah ditetapkan perusahaan.
2.2.3 Penilaian Kinerja
Pada penilaian kinerja dapat menggunakan istilah penilaian
kinerja (Performance Apprasial) atau Evaluasi kerja (Performance
Evaluation). Penilaian kinerja adalah kegiatan manajer untuk
mengevaluasi perilaku prestasi kerja karyawan serta menetapkan
kebijaksanaan selanjutnya (Hasibuan, 2007). Metode penilain kinerja
karyawan pada dasarnya dibagi menjadi dua kelompok yakni:
1. Metode Tradisional
Metode ini merupakan metode yang sederhana dalam menilai
prestasi kerja dan diterapkan tidak secara sistematis seperti rating
scale, dimana dalam penilaian karyawan dinilai langsung oleh
atasan
atau
supervisor
misalnya
mengenai
kematangan,
ketergantungan terhadap tujuan kerja.
2. Metode Moderen
Metode ini seperti Management By Objective (MBO). MBO
mengikutsertakan karyawan dalam perumusan, pemutusan dan
memperhatikan kemampuan bawahan dalam menentukan sasaran
kerja sehingga adanya interaksi antara bawahan dan atasan
langsung, serta menekankan target kerja masa sekarang dan masa
yang akan datang.
Faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja:
1. Kesetiaan.
2. Prestasi kerja.
3. Disiplin kerja.
4. Keterampilan.
5. Sikap etika kerja.
6. Kreativitas.
7. Manajemen.
8. Tanggung Jawab.
Faktor–faktor penilaian kinerja diatas tidak selalu sama pada
setiap organisasi ataupun perusahaan, namun pada dasarnya faktorfaktor
yang
dinilai
(Hasibuan,.2007)
mencakup
faktor-faktor
seperti
diatas
2.3. Penelitian Terdahulu
Gayatri (2006) dalam
penelitian Hubungan Motivasi
Berprestasi
dengan Kinerja Karyawan PT Armindo Catur. Hasil penelitian menunjukkan
adanya hubungan antara motivasi berprestasi dengan kinerja karyawan,
Adanya respon yang positif dimana karyawan memiliki kemauan,
kesadaran, motivasi yang tinggi dalam pelaksanaan kerja. Apabila motivasi
berprestasi ditingkatkan maka secara signifikan dapat meningkatkan kinerja
karyawan.
Anggraini (2006) dalam penelitian Analisis Pengaruh Quality of Work
Life Terhadap Motivasi Berprestasi Karyawan PT Pos Indonesia. Hasil
penelitian menunjukan bahwa motivasi berprestasi karyawan PT Pos
Indonesia cenderung baik dan dalam keadaan termotivasi dan kualitas hidup
kerja karyawan PT Pos Indonesia cenderung baik, pada urutan pertama
adalah partisipasi dalam pemecahan masalah, diikuti oleh sistem imbalan
yang inovatif, perbaikan lingkungan kerja dan terakhir restrukturisasi kerja.
Kedua penelitian diatas mempunyai perbedaan dengan penelitian yang
sedang dilakukan peneliti yaitu alat ukur atau kuesioner dan variabel yang
diteliti serta lokasi penelitian.
III. METODOLOGI PENELITIAN
3.1. Kerangka Pemikiran
Kebutuhan sumber daya manusia yang handal dalam menghadapi
persaingan usaha di dalam maupun di luar negeri menjadi suatu kebutuhan
PT MEPI dalam menjalankan kegiatan bisnisnya, selain itu pula dibutuhkan
sumber daya manusia yang berkualitas dan dapat bekerja secara optimal.
Kualitas sumber daya manusia tersebut dapat dilihat dari kinerja serta
motivasi berprestasi yang merupakan suatu daya dorong agar dapat
melaksanakan visi dan misi perusahaan. Kinerja pekerja yang berkualitas
dapat bekerja secara efektif dan efisisen, sehingga perusahaan diharapkan
dapat mengetahui motivasi berprestasi dan kinerja para pekerja terutama
pada Divisi Petroleum Engineering. Hal ini sangat dibutuhkan karena PE
merupakan salah satu divisi yang memberikan kontribusi dalam melakukan
eksplorasi dan produksi oil dan gas pada PT MEPI.
Melalui motivasi berprestasi ini diharapkan dapat mengetahui sikap
pekerja untuk mencapai kinerja yang tinggi dan sikap positif yang
ditunjukkan pekerja terhadap perusahaan, hal ini merupakan cerminan
motivasi berprestasi pada diri pekerja tinggi, maka motivasi berprestasi
menunjukkan pentingnya menetapkan target atau standar keberhasilan.
Performance Evaluation (evaluasi kinerja) merupakan suatu metode
penilaian tampilan kerja yang telah digunakan oleh PT MEPI sejak tahun
2005. Kebutuhan penilaian kerja tersebut sejalan dengan dibutuhkanya
suatau alat ukur yang dapat membantu perusahaan dalam menjelaskan
kinerja pekerja.
Penelitian ini dilakukan di PT MEPI, responden pada penelitian ini
yaitu pekerja Divisi Petroleum Engineering di jakarta dengan masa kerja
lebih dari 2 tahun. Skema pemikiran penelitian ini dapat dilihat pada
Gambar 1.
PT Medco E&P Indonesia
Visi dan Misi
Tujuan
Strategi Bisnis
SDM
Pemasaran
Produksi dan Operasi
Keuangan
Pekerja
Teori Motivasi Berprestasi:
1. Prestasi
2. Kekuasaan
3. Afiliasi
Motivasi
1. Sasaran Kerja
2. Kemampuan
Kinerja
Kinerja Pekerja
Keterangan:
Ruang lingkup penelitian
Gambar 1. Kerangka Pemikiran
3.2. Metode Pengumpulan Data
Penelitian dilakukan di PT MEPI. Penelitian dilakukan bulan Maret
2010 – April 2010. Metode pengumpulan data yang digunakan adalah data
primer dan data sekunder, baik secara kualitatif maupun kuantitatif. Data
primer diperoleh dari hasil wawancara langsung dengan pihak terkait dan
penyebaran kuesioner, contoh kuesioner dapat dilihat pada Lampiran 1. data
sekunder diperoleh melalui studi kepustakaan, arsip-arsip perusahaan dan
berbagai literatur yang terdapat di perpustakaan maupun tempat lain.
3.3. Metode Pengambilan Sampel
Metode pengambilan sampel yang digunakan bersifat non-probability
sampling yaitu setiap unsur dalam populasi tidak memiliki kesempatan yang
sama untuk dipilih sebagai sampel atau responden. Jenis non-probablity
sampling yang digunakan peneliti adalah Purposive sampling yakni peneliti
memilih orang-orang terseleksi berdasarkan ciri-ciri khusus yang dimiliki
sampel dan populasi yang sudah diketahui sebelumnya. Jumlah populasi
pekerja Divisi Petroleum Engineering yakni 52 orang, kemudian yang
mempunyai masa kerja lebih dari 2 tahun sebanyak 33 orang. Pengumpulan
data dalam penelitian ini menggunakan uji coba terpakai yaitu satu kali
pengambilan data namun dilakukan untuk dua perhitungan sekaligus yaitu:
a) uji validitas dan reliabilitas b) uji hipotesis. Hal ini dikarenakan
keterbatasanya jumlah sampel (Lerbin, 2005)
3.4. Metode (Skala) Pengukuran
Skala pengukuran yang digunakan untuk menilai setiap jawaban
kuesioner dilakukan dengan skala likert dengan bobot tertentu pada setiap
jawaban, bobot yang digunakan dalam setiap pernyataan adalah:
5 = Sangat setuju, 4 = Setuju, 3 = Kurang setuju/ragu-ragu, 2 = Tidak setuju
1 = sangat tidak setuju. Jawaban-jawaban yang telah diberikan bobot
kemudian dijumlahkan untuk setiap responden guna dijadikan skor
penilaian (Umar, 2005), skala penilaian ini dapat dilihat pada Tabel 1.
RS = (m-1) ………………………………(1)
m
Keterangan:
m = Jumlah alternatif jawaban tiap item
sehingga rentang skala:
RS = (5-1)
= 0,8
m
Tabel 1. Skala Penilaian
No.
1
2
3
4
5
Jawaban
Sangat Tidak
Setuju
Tidak Setuju
Kurang Setuju
/Ragu-ragu
Setuju
Sangat Setuju
Skala
1,00-1,80
1,81-2,60
2,61-3,40
3,41-4,20
4,21-5,00
Interprestasi
Sangat Tidak
Baik
Tidak Baik
Kurang Baik
Baik
Sangat Baik
Responden-responden yang memiliki skor nilai yang sama untuk setiap item
pertanyaan dikelompokkan berdasarkan skala di atas .
3.5. Pengolahan dan Analisis Data
3.5.1 Uji Validitas dan Reliabilitas
Kuesioner dibuat untuk memperoleh data primer mengenai topik
penelitian, yaitu untuk mengetahui bagaimana tanggapan pekerja mengenai
pertanyaan yang berkaitan dengan topik penelitian. Pembuatan kuesioner
perlu dilakukan uji validitas dan uji reliabilitas. Validitas menyangkut tingkat
kelayakan butir-butir dalam suatu daftar pertanyaan dalam mendefinisikan
suatu variabel. Alat ukur, yaitu mengidentifikasi secara operasional konsep
yang akan diukur, melakukan uji coba pengukuran menghitung korelasi
antara masing-masing pertanyaan dengan skor total menggunakan rumus
teknik korelasi product moment, yaitu:
r hitung = n ( xy) – ( x) ( y)
…............(2)
√ (n x2) – ( x)2n y2)-( y)2
rhitung = indeks validitas
x
= skor pernyataan tiap nomor
y
= skor total responden dalam menjawab pertanyaan
Hasil pengujian validitas kuesioner yang melibatkan 26 pekerja
diperoleh 14 pertanyaan tidak valid karena nilai r hitung lebih kecil dari rtabel, kemudian pertanyaan yang tidak valid ini direduksi, sehingga diperoleh
10 pertanyaan dengan nilai r
hitung>
0.497. Hasil selengkapnya tentang
perhitungan uji validitas kuesioner dapat dilihat pada Lampiran 2.
Reliabilitas (keandalan)
adalah ukuran suatu
kestabilan dan
konsistensi responden dalam menjawab hal yang berkaitan dengan daftar
pertanyaan yang merupakan dimensi suatu variabel dan disusun dalam
bentuk kuesioner. Uji reliabilitas menggunakan teknik alpha cronbach, yaitu
teknik mencari keandalan, yang skornya merupakan rentangan antara
beberapa nilai. Rumus ini ditulis sebagai berikut:
r(
k
  b2 ) ...................................................(3)
)(1 
k 1
 b2
Keterangan :
r
= reliabilitas
k
= banyaknya butir pertanyaan
 b2
= ragam total

2
b
= jumlah ragam butir
Kemudian membandingkan angka reliabilitas (rhit) dengan tabel
korelasi nilai r. Reliabilitas suatu konstruk variabel dapat dikatakan baik
atau dapat diandalkan jika memiliki nilai cronbach’s Alpha ≥ 0,6, kemudian
jika nilai cronbach’s Alpha < 0,6 dapat dikatakan konstruk tidak dapat
diandalkan. Hasil perhitungan diperoleh nilai reliabilitas kuesioner (rhit)
sebesar 0.901 pada tingkat kepercayaan 0.05. Hal ini dapat disimpulkan
bahwa kuesioner yang telah disusun reliabel dan dapat dipercaya.
3.5.2 Korelasi Rank Spearman
Setelah dilakukan uji validitas dan reliabilitas pada pertanyaan
selanjutnya dianalisis secara kuantitatif menggunakan program SPSS
(Statistical Product and Service Solution) dengan menggunakan uji korelasi
Rank Spearman. Uji ini digunakan untuk pengukuran korelasi pada statistic
non parametik khusus untuk data ordinal yaitu data yang mempunyai skala
pengukuran yang berjenjang (Santoso, 2006).
N
rs= 1-δ Σ di2
N3-N
.....................................(4)
Keterangan:
rs = koefisien Korelasi Spearman
di = selisih antara peringkat X dan Y
N = banyaknya pasangan data
Besarnya nilai rs terletak antara -1<rs<1, artinya:
rs= 1 hubungan X dan Y adalah sempurna positif (mendekati 1, hubungan
sangat kuat dan positif ), maksudnya apabila variabel X naik maka
variabel Y juga akan naik, demikian sebaliknya
rs= -1 hubungan X dan Y adalah sempurna negatif (mendekati -1, hubungan
sangat kuat dan negatif), maksudnya apabila variabel X naik, maka nilai
variabel Y akan turun, demikian sebaliknya.
rs= 0 hubungan X dan Y adalah lemah sekali atau tidak ada hubungan.
sehingga tidak berpengaruh sama sekali antara variabel X dan variabel
Y
Interpretasi hubungan pada analisis ini dapat menggunakan pedoman
(Sugiyono, 2010) seperti Tabel 2.
Tabel 2. Interpretasi Hubungan
Interval Koefisien
Tingkat Hubungan
0,00-0,19
Sangat rendah
0,20-0,39
Rendah
0,40-0,59
Sedang
0,60-0,79
Kuat
0,80-1,00
Sangat Kuat
Kaidah keputusan dalam suatu penelitian umumnya akan dibandingkan nilai
Probabilitas (P) pada kolom sig.(2-tailed) dengan tingkatan signifikasi yang
ditentukan yaitu pada α = 0,05 dengan kriteria uji sebagai berikut:
a. Jika P < α = 0,05, maka tolak Ho dan terima H1
b. Jika P > α = 0,05, maka terima Ho dan tolak H1
Dengan keterangan sebagai berikut:
Ho =
Tidak
berhubungan
antara motivasi berprestasi dengan kinerja
pekerja.
H1 =
Berhubungan antara motivasi berprestasi dengan kinerja pekerja.
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Gambaran Umum Perusahaan
Medco group bermula dari sebuah perusahaan kontaktor bernama Meta
Epsi Pribumi Drilling Co, yang bergerak dibidang jasa pengeboran minyak
dan gas bumi di daratan (onshore drilling). Medco group didirikan oleh
Arifin Panigoro pada tanggal 13 Desember 1980. Saat ini Medco group telah
tumbuh menjadi sebuah perusahaan energi nasional Indonesia yang
beroperasi dari ujung Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, Jawa Papua hingga
beberapa negara di luar negeri.
Sejak tahun 1984 Medco group mulai memperluas usahanya memasuki
area non migas, seperti perhotelan, makanan, agrobisnis, perbankan dan
modal ventura. Diversifikasi startegis ini dilakukan untuk mengantisipasi
ketergantungan yang berlebihan dari perusahaan terhadap sektor energi.
Namun demikian, perusahaan telah menetapkan untuk memfokuskan diri
pada bisnis intinya (core business) sebagai perusahaan yang bergerak
dibidang eksplorasi dan produksi migas yang saat ini memberikan kontribusi
di atas 90% keseluruhan pendapatan Medco group.
Sejak awal didirikan, Medco group berkonsentrasi pada usaha
eksplorasi dan produksi minyak dan gas bumi sebelum merambah ke sektor
usaha lain. Kini Medco group telah berkembang menjadi perusahaan energi
terpadu dengan lingkup usaha yang meliputi eksplorasi dan produksi migas
di sektor hulu hingga industri petrokimia dan listrik di sektor hilir. Usaha
terdepan dari bisnis Medco group dipegang oleh sektor eksplorasi dan
produksi migas yang dipimpin PT Medco Energi Internasional, Tbk bersama
tiga unit usaha inti, yakni:
1. PT Medco Downstream Indonesia
2. PT Medco E&P Indonesia (Eksplorasi dan produksi minyak dan gas
bumi)
3. PT Medco Power Indonesia
PT Medco Energi Internasional
Oil & Gas
PT Medco E&P Indonesia
Downstream
PT Medco Downstream
Indonesia
PT Medco Power Indonesia
Gambar.2 Bagan PT Medco Energi Internasional
PT Medco Eksplorasi & Produksi (MEPI) merupakan salah satu unit
usaha PT Medco Energi Internasional yang bergerak dibidang eksplorasi dan
produksi minyak dan gas bumi di wilayah Indonesia, yang sebelumnya
bernama PT Exspan Nusantara dan didirikan pada tahun 1992. PT MEPI
merupakan gabungan dari beberapa perusahaan minyak asing, yaitu PT
Stanvac Indonesia yang diakuisisi melalui pembelian saham milik Esso
Eastern, inc dan Mobil Petroleum Company, inc dan Tesoro Petroleum
Company, inc yaitu anak perusahaan Tesoro Petroleum Company inc USA.
Sejarah PT MEPI:
Tahun 1992 : Membeli perusahaan asing Tesoro 5000 barel/hr di propinsi
Kalimantan Timur (PT Expan).
Tahun 1995 : Membeli perusahaan asing Stanvac 12000 barel/hr di
propinsi Riau dan Sumatra Selatan (PT Expan).
Tahun 2001: Menghasilkan 76000 barel/hari minyak dan menjual 80 juta
kaki kubik/hr gas bumi untuk kebutuhan kosumen gas
dalam negeri (PT Exspan).
Tahun 2004 : Rebranding menjadi PT Medco E&P Indonesia, akuisisi
Novus Australia Ltd.
Tahun 2005 : Membeli blok Merangin, Sembakung.
Tahun 2006 : Bersama Premier, Japex membeli”CPAL (Anak perusahaan
ConnoPhillips) di Blok-A dan sekaligus menjadi operator
Blok-A.
Tahun 2007 : Bersama Premier, Japex membeli “MBAL” di Blok A
(Aceh).
4.1.1 Visi, Misi dan Tujuan
PT MEPI dalam menjalankan usahanya memiliki visi, misi dan
tujuan yang hendak dicapai:
Visi: Menjadi The Energy Company of Choice atau perusahaan energi
pilihan.
Misi: Mencari dan mengembangkan secara inovatif sumber daya
energi untuk meningkatkan manfaat bagi semua pihak yang
berkepentingan sejalan dengan etika dan standar lingkungan
yang tinggi.
Tujuan : Meningkatkan profit, menekan biaya dan menciptakan kinerja
yang optimal serta menyenangkan karyawan.
Hal yang mendasar dibentuknya misi perusahaan seperti yang
tertera di atas yakni, bahwa energi (minyak dan gas bumi) merupakan
sesuatu yang tidak bisa dipisahkan dari kehidupan manusia, sehingga
energi memiliki nilai yang sangat penting bagi kelangsungan
kehidupan. PT MEPI berkomitmen untuk menjalankan seluruh
kegiatan operasi dengan meminimalkan sekaligus mengelolah dampak
negatif yang mungkin timbul, baik terhadap lingkungan fisik maupun
sosial. Komitmen pada lingkungan fisik, diwujudkan dalam bentuk
Sistem Pengelolahan Kehandalan Operasi (SPOK). SPOK ini
merupakan panduan yang dibuat oleh perusahaan untuk mencapai dan
mempertahankan tujuan perusahaan dalam bidang Keselamatan,
Kesehatan Kerja dan Lingkungan Hidup (K3LH) yang telah
ditetapkan yaitu: Nihil kecelakaan kerja dan nihil air buangan.
Disamping pengelolahan dampak negatif terhadap lingkungan fisik,
PT MEPI juga melakukan pengelolahan dampak negatif
terhadap
lingkungan sosial, yakni perusahaan menyediakan fasilitas kesehatan
sebagai wujud kepedulian untuk meningkatkan kesehatan warga dan
mencegah adanya kemungkinan warga terkena penyakit akibat
dampak fisik yang ditimbulkan dari aktivitas perusahaan.
4.1.2 Struktur Organisasi
Pada tahun 2004 PT Exspan Nusantara berubah nama menjadi
PT Medco E & P Indonesia pada saat yang sama struktur organisasi
mengalami perubahan total dari suatu organisasi fungsional dan
mekanistik menjadi organisasi yang berbasis pada process flow
dengan nama Asset Based Organization (ABO) atau Organisasi
Berkinerja Tinggi Berbasis Aset.
ABO di Medco terdiri atas tiga komponen utama yaitu:
1. Asset
a. Fokus pada cadangan dan keuntungan jangka panjang dalam
mengoptimalkan asset.
b. Sebagai generator penghasil devisa perusahaan.
c. Bertanggung jawab terhadap keuntungan dan kerugian pada
asset.
d. Lapangan-lapangan produksi minyak dan gas bumi yang
dioperasikan dan dimiliki oleh PT MEPI, masing-masing
dipimpin oleh seorang General Manager.
e. Wilayah-wilayah eksplorasi minyak dan gas bumi, masingmasing dipimpi oleh Operation Manager
2. Corporate
a. Berfungsi menyelaraskan strategi Medco Energi dengan Medco
E&P.
b. Mengelola
aktivitas-aktivitas
utama
untuk meningkatkan
shareholder’s value
c. Menetapkan kebijakan dan proses untuk penegakkan integritas
bisnis.
d. Mengelola kebijakan dan prosedur perusahaan.
e. Mengelola Good Governance.
3. Shared Servies
a. Berfungsi memberikan pelayanan jasa yang handal dan
pembiayaan efektif untuk memenuhi kebutuhan asset secara
sentralisasi seperti: Technical dan Non-Technical Servies.
b. Terdiri dari Technical Shared Services dan Bussniess Shared
Services
Struktur organisasi terbaru, yaitu Asset Based Organization
(ABO) dipimpin oleh seorang President Director. Dibawah President
Director terdapat tiga orang direktur dari masing-masing komponen
pada ABO yaitu Director of Technical Shared Servies, Director of
Producing Asset dan Director of Business Shared Service. Dibawah
masing-masing direktur tersebut terdapat senior manager/general
manager/project manager. Selain itu juga terdapat komponen
corporate, seperti yang terlihat dalam bagan stuktur organisasi pada
Lampiran 3. Berikut ini dijelaskan deskripsi jabatan masing-masing
senior manager/general, manager/project, manager dari masingmasing komponen, yaitu technical shared servies, producing asset,
business shared service berserta corporate.
1. Technical Shared Services
a. Driling Senior Manager
Merencanakan, mengarahkan, mengoordinir dan mengontrol
jasa drilling (drilling service), termasuk drilling enginering,
drilling operation dan pencapaian W/O program, dalam
mendorong pencapaian target produksi.
b. Petroleum Geosciene Manager
Mengarahkan, mengoordinir dan memonitor exploration
service, yang meliputi evaluasi terhadap prospek dan studi
explorative agar sesuai dengan kebijakan perusahaan, SOP dan
standar industri, sehingga tercipta peluang membuat usaha baru
dan mengoptimalkan produksi dari blok-blok yang aktif dalam
cara-cara yang aman, efektif dan efisien.
c. Surface Facilities Engineering Senior Manager
Mengarahkan dan memastikan manajemen atas sufaces
engineering group
yang terdiri dari facilities dicpline
engineering dan facilities operation engineering, dalam rangka
menyediakan servis keahlian teknik (seperti: studi konseptual,
desain keahlian teknik, proyek pelaksana keahlian teknik dan
pengawas terhadap fasilitas) sesuai dengan spesifikasi keahlian
teknik perusahaan, sesuai standar industri internasional,
rekomendasi praktis yang baik, kebijakan perusahaan dan
peraturan untuk mencapai tujuan dan sasaran perusahaan.
d. Future Development Asset General Manager
Mengelola, mengontrol dan memonitor penemuan ladang
minyak baru dari proyek eksplorasi PT MEPI agar sesuai
dengan prosedur dan peraturan yang berlaku sehingga tujuan
perusahaan dapat tercapai secara efektif dan efisien. Kemudian
menjadi perantara dari partner bisnis dalam rangka meraih
investasi yang optimal.
e. Capability & Services Management senior Manager
Mengarahkan, mengoordinir, memonitor dan mengontrol
kelompok CSM (Capability Service Management) dan
mengelolah KM (Knowledge Management), Data Manajemen
dan proses trainning untuk ditangani dengan layak dan efektif
untuk meyakinkan perkembangan jangka panjang setiap staff
melalui core technical skill dalam TSS (Technical Shared
Services) yang sejalan dengan kebutuhan MEPI saat ini dan
dimasa depan dan juga dengan petunjuk strategi bisnis dari
MEPI.
f. Petroleum Engineering senior Manager
Merencanakan, mengoordinir, mengontrol dan melaksanakan
program petroleum engineering, aktif memonitor kinerja
eksplorasi dan produksi serta mengoptimalkan seluruh
aktivitas petroleum engineering sejalan dengan kebutuhan
MEPI saat ini dan dimasa depan dan juga dengan petunjuk
strategi bisnis MEPI
2. Producing Asset
a. General Manager Rimau Asset
Mengarahkan, mengoordinir, memonitor dan mengontrol
kegiatan-kegiatan operasi dengan pengoptimalan performance
asset rimau melalui operasi dan pemeliharaan sumur dan
fasilitas secara efektif dan efisien serta integritas yang tinggi.
b. General Manager Lematang Asset.
Mengarahkan, mengoordinir, memonitor dan mengontrol
kegiatan-kegiatan operasi dengan pengoptimalan performance
asset Lematang melalui operasi dan pemeliharaan sumur dan
fasilitas secara efektif dan efisien serta dengan integritas yang
tinggi.
c. General Manager South & Central Sumatra Asset
Mengarahkan, mengoordinir, memonitor dan mengontrol
kegiatan-kegiatan operasi dengan pengoptimalan performansi
South & Central Sumatra Asset melalui operasi dan
pemeliharaan sumur dan fasilitas secara efektif dan efisien
serta dengan integritas yang tinggi.
d. Deputy General Manager South & Central Sumatra Asset
Mengarahkan. mengoordinir dan mengawasi kegiatan operasi
sehari-hari area aset South & Central Sumatra dengan
memastikan bahwa kegiatan-kegiaan tersebut berjalan dengan
aman, efisien dan ekonomis disamping mempertahankan
standar-standar yang tinggi dari engineering dan processing
untuk menemui tujuan-tujuan dan target perusahaan.
e. General Manager Tarakan & Sembakung Asset
Mengarahkan. mengoordinir dan mengawasi kegiatan operasi
sehari-hari area aset Tarakan & Sembakung dengan
memastikan
dengan
aman,
bahwa kegiatan-kegiaan tersebut berjalan
efisien
dan
ekonomis
disamping
mempertahankan standar-standar yang tinggi dari engineering
dan processing untuk menemui tujuan-tujuan dan target
perusahaan.
3. Business Shared Services
a. Information Service Senior Manager
Mengarahkan, mengoordinir dan mengontrol pengembangan
servis
sistem
informasi,
informasi
dan
operasi
dan
perencanaan teknologi komunikasi dan QA/QC untuk area
servis informasi dalam cara-cara yang efektif dan efisien agar
mencapai kapasitas sistem yang cukup untuk kebutuhan
perusahaan dan juga memberikan bantuan untuk operasi
bisnis yang sejalan dengan visi dan misi strategis perusahaan.
b. Human Resources Senior Manager
Mengarahkan, mengoordinir dan mengontrol keseluruhan
administrasi human resources, pengembangan karyawan dan
fungsi manajemen agar tercipta iklim kerja yang baik dan
mendukung operasi bisnis perusahaan ke arah yang lebih baik
dan berkembang.
c.
Supply Chain Senoir Manager.
Mengelola usaha untuk memperoleh supply, manajemen
inventori, pergerakan material dan aktivitas jaminan mutu
dalam cara-cara yang efektif dan efisien.
d. Finance & Accounting Senior manager.
Mengelola aktivitas keuangan dan akutansi (F/A) perusahaan
melalui implementasi dan perumusan kebijakan serta
prosedur yang efektif dan efisien agar mendukung jalannya
operasi bisnis
perusahaan ke arah yang lebih baik lagi dan
berkembang serta memaksimalkan nilai dari pemegang
saham.
4. Corporate
a. Internal Audit and complain Manager
Memimpin fungsi internal audit termasuk audit finansial dan
operasional untuk mendukung operasional perusahaan yang
sejalan dengan visi dan misi strategis bisnis perusahaan.
b. Relation Senior Manager
Mengarahkan, mengkordinir dan mengontrol komunikasi
perusahaan dan program area keamanan agar sesuai dengan
kebijakan perusahaan, standar industri dan peraturan
pemerintah.
c.
Legal Manager
Mengarahkan, mengoordinasi dan memonitor operasi yang
dilakukan oleh Legal Departement, mencakup peninjauan,
penyetujuan dokumen-dokumen korporat, mempertahankan
relasi yang baik dengan caunter parts Lawyer di institusi
pemerintah seperti BP Migas dan memberi nasihat mengenai
masalah-masalah hukum yang mempengaruhi kegiatan
MEPI.
4.2. Karakteristik Pekerja
Pekerja pada penelitian ini adalah pekerja pada Divisi Petroleum
Engineering. Analisis
karakteristik
pekerja
dilakukan
karena akan
memperlihatkan pemahaman pekerja dalam memahami motivasi berprestasi.
Karakteristik pekerja ditinjau dari segi jenis kelamin, usia, tingkat
pendidikan dan masa kerja serta nilai range Performance Evaluation .
Jumlah pekerja laki-laki dan perempuan relatif sama pada Divisi
petreoleum engineering, jumlah pekerja yang mengisi kuesioner 26 orang
dari 33 orang, hal ini disebabkan sebagian pekerja cuti dan beberapa
mengikuti pelatihan di luar kantor, berdasarkan data di bawah dapat dilihat
tidak ada hubungan antara usia dengan motivasi berprestasi, dikarenakan
nilai Chi-square hitung < Chi-square tabel. Hal ini juga berlaku pada usia,
pendidikan dan masa kerja yang tidak memiliki hubungan dengan motivasi
berprestasi yang disebabkan nilai Chi-square hitung < Chi-square, hasil
perhitungan dapat dilihat pada Lampiran 4. Usia karyawan didominasi usia
25-35 tahun, penetapan usia ini berkaitan dengan masa kerja yakni di atas 2
tahun kerja sehingga pekerja mendominasi pada usia tersebut begitu pula
untuk tingkat pendidikan didominasi oleh sarjana. Range performance
evaluation mendominasi pada range 80-89,9. Berdasarkan data di bawah
terdapat hubungan antara kinerja dengan motivasi berprestasi, dimana nilai
Chi-square hitung > Chi-square tabel, dimana nilai r hitung 78,206 > 74,92
nilai r tabel. Hasil dapat dilihat pada Tabel 3.
Tabel 3. Karakteristik Pekerja.
Karakteristik
Jenis Kelamin
Usia
(Tahun)
Tingkat
Pendidikan
Masa Kerja
Range
Performance
Evaluation
Laki-laki
Perempuan
Jumlah
25-35
36-45
Jumlah
Sarjana (S1)
Pascasarjana
Jumlah
2
3-5
6-10
Jumlah
>60,9
61-69,9
70-79,9
80-89,9
90-100
Jumlah
Jumlah
(Orang)
13
13
26
24
2
26
24
2
26
1
14
11
26
1
1
9
14
1
26
Persentase
(%)
50
50
100
92
8
100
92
8
100
4
54
42
100
4
4
35
53
4
100
Chi-Square
Tests
10.000
16.611
a
a
a
9.569
23.580
a
78.206
a
4.3. Presepsi Pekerja Terhadap Motivasi Berprestasi
Motivasi berprestasi merupakan daya penggerak yang dapat memotivasi
semangat kerja para pekerja. Berdasarkan hasil penelitian McClelland
(1961), Edward Murray (1957), Miller dan Goedon W(1970) menyimpulkan
bahwa ada hubungan yang positif antara motivasi berprestasi dengan
pencapaian prestasi, sehingga pekerja yang mempunyai motivasi berprestasi
yang tinggi cenderung memiliki prestasi kerja tinggi dan sebaliknya mereka
yang mempunyai prestasi kerjanya rendah dapat dikatakan memiliki motivasi
berprestasi rendah. Setiap pekerja memiliki motivasi berprestasi yang
berbeda-beda, berikut persepsi pekerja mengenai motivasi berprestasi pada
Divisi Petroluem Engineering dengan rataan skor yang diketahui melalui
pernyataan tentang motivasi berprestasi berdasarkan teori Mclelland yaitu:
1. Kebutuhan akan prestasi
2. Kebutuhan akan kekuasaan
3. Kebutuhan akan afiliasi
Tabel 4. Persepsi pekerja terhadap Prestasi
Prestasi
Deskripsi Pernyataan
Mampu menyelesaikan
pekerjaan sesuai dengan
target yang telah
ditetapkan perusahaan
Bersemangat untuk
berprestasi dalam
bekerja
Berprestasi dalam
bekerja merupakan hal
yang penting
Harus menyelesaikan
lebih cepat target
pekerjaan dari tenggat
waktu yang diberikan
Total
Bobot Nilai
1
2
3
4
5
Rataan
Interpretasi
n
% n
%
n
%
n
%
n
%
0
0
0
0
5
19,2
19
73,1
2
7,7
3,8
Baik
0
0
0
0
4
15,4
19
73,1
3
11,5
3,9
Baik
0
0
0
0
3
11,5
15
57,7
8
30,8
4,2
Baik
0
0
1
3,8
8
30,8
16
61,5
1
3,8
3,6
Baik
0
0
1
0.9
20
19.2
69
66,4
14
13.5
3.9
Baik
Pada tabel di atas, persepsi pekerja terhadap prestasi dapat disimpulkan
bahwa pekerja memiliki sikap individu terhadap prestasi dan penyelesaian
tugas, serta prestasi dari sasaran yang spesifik dengan rataan skor sebesar 3,9.
Pekerja yang termotivasi untuk berprestasi memiliki tiga macam ciri umum
(Winardi, 2008), ciri pertama yaitu pekerja cenderung akan mengerjakan
tugas dengan tingkat derajat kesulitan menengah. Ciri yang kedua yaitu
pekerja menyukai situasi dimana kinerja mereka timbul karena upaya-upaya
mereka sendiri dan bukan karena faktor lain, sedangkan ciri yang ketiga yaitu
mereka cenderung menginginkan umpan balik baik mengenai keberhasilan
maupun kegagalan, sehingga dapat dikatakan pekerja dengan prestasi yang
tinggi mempunyai tanggung jawab pribadi dalam pemecahan masalah, dapat
menerima umpan balik atas kinerja dan dapat menyelesaikan tugasnya
berdasarkan tujuan-tujuan yang telah ditetapkan bersama. Terlihat dari
pernyataan di atas bahwa pekerja memenuhi ciri pekerja yang memiliki
semangat berprestasi tinggi. Kemudian pada tabel di atas yang menyatakan
setuju sebanyak 66,4% dan sangat setuju sebesar 13,5% sedangkan pekerja
yang ragu-ragu sebesar 19,2%, dan tidak setuju sebesar 0,9%.
Tabel 5. Persepsi pekerja terhadap kekuasaan
n-Power
Bobot Nilai
1
Deskripsi pernyataan
Pekerja memberikan
pemikiran dan ide-ide
terbaik dalam bekerja
Pekerja Selalu berusaha
untuk lebih baik dari rekan
kerja yang lain dalam
menyelesaikan tugas
Total
2
3
4
Rataan
Interpretasi
3,8
3,6
Baik
1
3,8
3,7
Baik
2
3.8
3,6
Baik
5
n
%
n
%
n
%
n
%
n
%
0
0
0
0
10
38,5
15
57,7
1
0
0
0
0
8
30,8
17
65,4
0
0
0
0
18
34,6
32
61,6
Pada tabel di atas, persepsi pekerja terhadap kekuasaan dapat
disimpulkan bahwa pekerja memiliki kebutuhan kekuasaan dengan rataan
skor sebesar 3,6. Sikap motivasi terhadap kekuasaan yang merupakan
dorongan dalam semangat kerja pekerja. Pekerja memiliki motivasi untuk
berpengaruh terhadap lingkungannya dengan selalu memberikan ide–ide
terbaik dalam bekerja, sehingga dapat dikatakan bahwa ide-ide yang
diberikan oleh pekerja merupakan hasil pengetahuan yang memadai dan
dimilikinya. Karakter kuat untuk memimpin dan kemauan dalam berusaha
menyelesaikan tugas lebih baik dari rekannya dalam bekerja merupakan
bagian dari semangat untuk mencapai kekuasaan. Terlihat bahwa pekerja
yang menyatakan setuju sebanyak 61,6% , sangat setuju sebesar 3,8%
sedangkan pekerja yang ragu-ragu sebesar 34,6%.
Persepsi pekerja terhadap kebutuhan afiliasi dapat disimpulkan bahwa
pekerja memiliki hasrat untuk berhubungan antar
pribadi yang erat,
kooperatif dan penuh sikap persahabatan dengan pihak lain dengan rataan
skor sebesar 3,8. Terlihat bahwa pekerja yang menyatakan setuju sebanyak
66.4%, sedangkan sangat setuju sebesar 12.5%, ragu-ragu sebesar 21.1%.
Hasil dapat dilihat pada Tabel 6.
Tabel 6. Persepsi pekerja terhadap Afiliasi
Afiliasi
Bobot Nilai
1
Deskripsi pernyataan
2
3
4
5
Rataan
Interpretasi
n
%
n
%
n
%
n
%
n
%
0
0
0
0
6
23.1
15
57.7
5
19.2
3.9
Baik
0
0
0
0
5
19.2
17
65.4
4
15.4
3.9
Baik
0
0
0
0
3
11.5
21
80.8
2
7.7
3.9
Baik
Saya merasa senang dan
menikmati pekerjaan yang
saya lakukan
0
0
0
0
8
30.8
16
61.5
2
7.7
3.7
Baik
Total
0
0
0
0
22
21.1
53
66.4
11
12.5
3.8
Baik
Mengakui kesalahan dan
bersedia menerima koreksi
atau kritik membangun
Menunjukkan kejujuran dan
etika kerja yang tinggi
sebagai tanggung jawab
pribadi
Bersedia membantu rekan
kerja saya bila mengalami
kesulitan dalam
menyelesaikan tugasnya
Tabel 7. Rataan skor Motivasi Berprestasi
Motivasi
Berprestasi
Prestasi
Rataan
Interpretasi
3.9
Baik
Kekuasaan
3.6
Baik
Afiliasi
3.9
Baik
Total Nilai Rataan skor
3.8
Baik
Tiga kebutuhan di atas dapat disimpulkan bahwa pekerja Divisi Petroleum
Engineering cenderung baik dan dalam keadaan termotivasi dengan rataan
skor 3.8.
4.4. Performance Evaluation
Penelitian ini memperoleh data kinerja pekerja menggunakan data
sekunder pengukuran Performance Evaluation perusahaan yaitu hasil
penilaian evaluasi kinerja pekerja Divisi Petroluem Engineering tahun 2009.
Pengukuran kinerja tersebut mengukur dua faktor yaitu sasaran/target
(objectives) dan kompetensi serta perilaku (behaviour competence).
Pengisian evaluation form dilaksanakan secara komputerisasi, sehingga para
pekerja dapat langsung terhubungan dengan jaringan komputer. Pengukuran
kinerja ini dilakukan dalam satu tahun sekali kemudian diukur pada akhir
tahun, tetapi sebelumnya atau pada awal tahun para pekerja berserta manajer
telah menetapkan target-target yang akan dilakukan selama satu tahun
kedepan, sehingga pada saat akhir tahun para pekerja dan manajer menilai
secara bersamaan setiap target yang telah dibuat sebelumnya dan menilai
target tersebut sesuai dengan kenyataan yang terjadi. Hal ini juga berlaku
pada penilaian kompetensi dan prilaku, adapun yang dinilai yakni keamanan,
kesehatan lingkungan dan kualitas (safety, healty, enviroment and Quality),
standar kerja dan prosedural, kemampuan, perkembangan pribadi serta
efektivitas pribadi. Kemudian nilai setiap faktor dijumlahkan dengan
persentase objective sebesar 60% dan competence sebesar 40%. Penilaian ini
mempunyai range setelah dilakukan penjumlahan nilai
dan interpretasi
(Dessler, 2005) sebagai berikut:
a. < 60,9
= Tidak Memuaskan
b. 61-69,9 = Perlu Peningkatan
c. 70-79,9 = Baik
d. 80-89,9 = Sangat Bagus
e. 90-100 = Luar Biasa
Setiap pekerja akan memperoleh hasil penilaiannya sesuai dengan keadaan
pekerja, hasil PE pekerja sesuai range adalah sebagai berikut:
Tabel 8. Interpertasi Performance Evaluation
Range
PE
>60,9
Jumlah
Pekerja
1
Persentase
(%)
4
Interpretasi
Tidak Memuaskan
61-69,9
1
4
Perlu Peningkatan
70-79,9
9
35
Baik
80-89,9
14
53
Sangat Bagus
90-100
1
4
Luar Biasa
Total
26
100
Tabel di atas menunjukan bahwa 53% pekerja mempunyai penilaian sangat
bagus yakni prestasi bermutu tinggi dan dicapai secara konsisten, 35%
pekerja mempunyai penilaian yang baik yakni prestasi yang kompeten dan
dapat diandalkan, sedangkan hanya 4% saja yang mempunyai nilai luar biasa
yakni prestasi luar biasa, 4% pekerja mempunyai nilai perlu peningkatan dan
tidak memuaskan yakni butuh peningkatan dalam prestasi kerja. Menurut
Robet Bacal dalam (Mangkunegara, 2009) terdapat beberapa poin praktis
dalam meningkatkan kinerja pekerja yaitu:
1. Membuat
pola
pikir
moderen,
manajer
dapat
mengoptimalkan
keberhasilan pekerjanya dengan memberikan panutan baik waktu dan
usaha, tanggung jawab dengan komunikasi dua arah dan menemukan
kebijaksanaan karyawan dengan manfaat pengetahuan dan keahlian serta
pengalaman.
2. Kelola Kinerja, manajer diharapkan dapat merencanakan kinerja dan
mengkomunikasikan rencana tersebut berdasarkan pengamatan dan
pengumpulan data termasuk hambatan yang akan terjadi.
3. Berfokus kepada komunikasi, komunikasi yang dilakukakan secara dua
arah merupakan manajemen kinerja yang efektif, karena dalam
komunikasi diharapkan adanya arahan pada pengenalan dan pemecahan
masalah, sehingga pekerja percaya dan dengan tanggap pada setiap
masalah yang akan dihadapi serta berguna mempermudah aktifitas
organisasi.
Tiga poin di atas dapat dijelaskan bahwasannya dengan
dilakukannya komunikasi dua arah dan perencanaan kinerja yang tepat
serta sasaran yang jelas akan mempermudah pekerja dalam melakukan
tugasnya, hal ini dapat terjadi karena pekerja mengetahui prioritas tugas
yang harus dikerjakan, sehingga hasilnya dapat memacu semangat
motivasi dan kinerja pekerja
4.5. Analisis Hubungan Motivasi Berprestasi dengan Kinerja Pekerja
Hasil perhitungan dengan menggunakan metode rank spearman antara
motivasi berprestasi terhadap kinerja pekerja, diperoleh koefisien korelasi
motivasi berprestasi dengan kinerja pekerja positif sebesar 0,693. Nilai
korelasi (r) berada antara range
0,60-0,79. Hal ini menunjukkan bahwa
motivasi berprestasi berhubungan kuat. Hubungan motivasi berprestasi dan
kinerja pekerja Petroleum Engineering adalah sempurna positif (mendekati 1,
hubungan sangat kuat dan positif ), maksudnya apabila variabel motivasi
berprestasi naik maka variabel kinerja pekerja juga akan naik, demikian
sebaliknya. Nilai P-Value pada kolom sig.(2.tailed) 0,000 < 0,005 level of
significant (ά) berarti Ho ditolak sedangkan H1 diterima, artinya kedua
variabel yaitu motivasi berprestasi dan kinerja pekerja berhubungan. Hasil
perhitungan dapat dilihat pada Lampiran 5. Nilai determinasi motivasi
berprestasi pada kinerja pekerja diperoleh dengan menguadratkan nilai
indeks korelasi sebesar 0,693. Hasil perhitungan menunjukan R2 = 0,48
(100). Hal ini menunjukan bahwa kinerja pekerja dapat dijelaskan oleh
motivasi berprestasi sebesar 48%, sedangkan (100-48% = 52% ) dijelaskan
oleh faktor-faktor lain yang tidak diamati oleh peneliti.
4.6. Implikasi Manajerial
Pada dasarnya motivasi berprestasi merupakan kebutuhan dan daya dorong
pekerja ke arah tujuan pribadi maupun organisasi. Pekerja dengan motivasi
berprestasi tinggi sangat diharapkan oleh perusahaan, karena berperan secara
langsung pada aktivitas pekerja dalam melakukan tugas yang telah diberikan
oleh perusahaan sesuai dengan sasaran yang telah disepakati bersama.
Pekerja yang mempunyai motivasi berprestasi tinggi dapat dilihat
dengan sikap individu terhadap prestasi dan penyelesaian tugas, serta prestasi
dari sasaran yang spesifik, serta memiliki sasaran kerja yang jelas sehingga
dalam melakukan pekerjaannya sesuai dan dapat dikerjakan secara efektif dan
efisien. Motivasi berprestasi dapat dipahami dan dilaksanakan maka para
manajer dapat mendesain pelatihan yang memberikan semangat tentang
pentingnya
prestasi
dalam
bekerja.
Sikap
prestasi
pekerja
dalam
menyelesaikan tugas, serta mempunyai prestasi dalam menyelesaikan tugas
yang sepesifik merupakan suatu bentuk tanggung jawab dan daya dorong
dalam mencapai kepuasan kerja, oleh karena itu setiap prestasi yang
dihasilkan pekerja dalam melakukan tugasnya diharapkan adanya reward
yang sesuai sehingga segala sesuatu yang dikerjakan perkerja akan
memberikan dorongan dan semangat yang lebih baik lagi dari sebelumnya.
Sebaliknya sistem punishment dapat memberi efek pada upaya pekerja agar
bekerja sesuai dengan standar yang ada, namun yang perlu diingat dalam
memberikan punishment adalah adanya penjelasan mengenai hal-hal yang
dianggap melanggar sehingga diharapkan adanya perbaikan sikap setelah
pemberian punishment berakhir.
Pekerja yang memiliki sasaran dan objektifitas kerja yang jelas dan
spesifik akan lebih mudah dikerjakan, namun dalam menetapkan tujuan maka
ada beberapa hal yang perlu dilihat yaitu: penetapan tujuan diharapkan dapat
mengarahkan perhatian, maksudnya
tertentu
menjadi
fokus
utama,
dalam mengerjakan tugas/proyek
sehingga
pekerja
akan
berupaya
menyelesaikan tugas sesuai dengan waktu yang ditentukan, kemudian tujuan
menunjang strategi dan rencana–rencana kegiatan yang akan membawa
pekerja mencapai sasaran kerja yang telah ditetapkan, seperti pelatihan dan
kursus yang diberikan dapat memberikan
kemudahan pekerja dalam
melakukan tugasnya. Sikap motivasi terhadap kekuasaan merupakan daya
dorongan semangat kerja pekerja. Memberi kesempatan mengikuti pelatihan
dan menghadiri seminar maupun konferensi mengenai keahlian pekerja.
Pekerja yang memiliki motivasi kekuasaan memberikan pengaruh
terhadap lingkungannya dengan memberikan ide–ide terbaik dalam bekerja.
Oleh karena itu dibutuhkan rangsangan kerja baik berupa tranning leadership
maupun diskusi-diskusi dalam memecahkan permasalah tugas sehingga
diharapkan adanya partisipasi aktif pekerja dalam mengeluarkan ide-ide
terbaiknya, selain itu pula perlu diperhatikan kebutuhan tampil lebih baik dari
rekan kerja yang lain merupakan hal positif yang perlu ditanamkan kepada
pekerja. Hal ini memberikan persaingan yang sehat sehingga dapat terhindar
konflik antar rekan kerja yang cenderung menurunkan kinerja pekerja, oleh
karena itu manajer mempunyai peranan untuk mengetahui gejala-gejala
konflik sedini mungkin melalui tindakan-tindakan serta komunikasi yang
tepat.
Kebutuhan afiliasi dapat disimpulkan bahwa pekerja memiliki hasrat
untuk berhubungan antar
pribadi yang erat, kooperatif dan penuh sikap
persahabatan dengan pihak lain, hal ini dapat diterapkan sistem saling
keterbukaan antara pekerja baik dalam suasana kerja maupun diluar kerja
selain itu pula dengan adanya komunikasi dua arah antara manajer dengan
para pekerja secara intensif akan memberikan suasana kerja yang kondusif.
Penciptaan kondisi ini dapat dilakukan dengan diadakanya acara kebersamaan
seperti tranning, outbond dan family gathering, sehingga terciptanya suasana
kekeluargaan dalam bekerja. Ringkasan mengenai implikasi manajerial
motivasi diatas dapat dilihat pada tabel 9.
Pada penerapannya keterampilan memotivasi karyawan merupakan
keterampilan manajerial yang harus dikuasai oleh pimpinan oleh karena itu
ada tiga aspek penting yang mempengaruhi motivasi kinerja pekerja
(Mangkunegara, 2009):
a. Perbedaan karakteristik individu meliputi kebutuhan, minat, sikap dan
nilai.
b. Perbedaan karakteristik pekerjaan yang berhubungan dengan jabatan yang
sesuai dengan bidang dan keahliannya.
c. Perbedaan karakteristik organisasi yang meliputi peraturan kerja, iklim
kerja dan budaya kerja yang disepakati.
Tabel 9. Implikasi Manajerial
Kebutuhan
Prestasi
Kekuasaan
Afiliasi
Implikasi Manajerial
1. Memberikan reward yang sesuai dengan prestasi yang telah dicapai
pekerja.
2. Memberikan feedback kinerja, baik keberhasilan maupun kegagalan
yang telah dilakukan oleh pekerja.
3. Memberi kesempatan mengikuti pelatihan dan menghadiri seminar
maupun konferensi mengenai keahlian pekerja.
1. Memberikan pelatihan kepada pekerja mengenai
kepemimpinan
dalam organisasi.
2. Memberikan kesempatan diskusi kepada pekerja dalam pemecahan
permasalahan secara partisipasi
1. Kegiatan bersama seperti outbond, family gathering secara berkala.
2. Adanya komunikasi dua arah antara manajer dengan para pekerja
secara intensif.
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Berdasarkan pada tujuan penelitian yang ingin diperoleh serta hasil dan
pembahasan penelitian, maka dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Motivasi berprestasi pekerja pada divisi Petroleum Engineering cenderung
baik artinya pekerja dalam kondisi termotivasi. Kuatnya motivasi berprestasi
tergantung pada pandangan pekerja tentang keyakinan yang terdapat dalam
diri pekerja dalam mencapai sasaran kerja yang diberikan.
2. Kinerja pekerja Divisi Petroleum Engineering dengan kondisi sangat bagus.
3. Motivasi berprestasi dengan kinerja berhubungan kuat dan positif, sehingga
dapat dikatakan pekerja yang mempunyai motivasi berprestasi yang tinggi
akan mempunyai tingkat kinerja yang tinggi pula.
Saran
Setelah menyimpulkan hasil penelitian, maka dapat disebutkan masukanmasukan berupa saran maupun bagi perusahaan dan kelanjutan penelitian
1. Setelah mengetahui motivasi berprestasi
terhadap kinerja pekerja, maka
peningkatan motivasi berprestasi akan diikuti dengan peningkatan kinerja, atas
dasar ini PT MEPI disarankan untuk menerapkan nilai-nilai atau motivasi
berprestasi yang dapat mendorong peningkatan kinerja, seperti memberi ruang
bagi pekerja dalam mengambil keputusan dan ide-idenya, kemudian
memberikan reward yang sesuai dan maksimal, sehingga dalam pencapaian
tujuan organisasi, pekerja mendapatkan penghargaan dan kesempatan dalam
menujukan karya terbaik mereka.
2. Penilaian kinerja yang terdapat pada Divisi Petroleum Engineering berupaya
dalam membuat penilaian kinerja yang sesuai dan mampu memberikan
feedback bagi peningkatan kinerja sesuai dengan target-target yang hendak
dicapai, hal ini perlu diperhatikan karena feedback ini akan meningkatkan
motivasi berprestasi pekerja, sehingga umpan balik perlu diberikan oleh atasan
langsung dan agar penilaian kinerja dinilai secara objektif.
3. Penelitian yang akan dilakukan selanjutnya sebaiknya memperhatikan proposi
penyebaran responden dari segi usia, jenis kelamin, tingkat pendidikan, lama
bekerja, jumlah tanggungan dan jabatan agar sampel lebih representatif.
4. Penelitian selanjutnya disarankan untuk melihat bagaimana fenomena
hubungan antara motivasi berperstasi dengan kinerja pekerja serta variabel
yang lain seperti komitmen organisasi.
DAFTAR PUSTAKA
Adhie,
E.P,
2008.
Pengaruh
Motivasi
Terhadap
Kinerja.
http://teknologikinerja.wordpress.com/2008/05/06/pengaruh-motivasiterhadap-peningkatan-kinerja (14/03/2010)
Anggraini, 2006. Analisis Pengaruh Quality of Work Life Terhadap Motivasi
Berprestasi Karyawan PT Pos Indonesia. Skripsi, Fakultas Ekonomi dan
Manajemen. Institut Pertanian Bogor. Bogor
Christian, 2010. Merit Review. http ://www.portalhr.com/ klinik hr/stategis/4id
788.html. (16/03/10)
Gary, D, 2005. Manajemen Sumber Daya Manusia. PT Indeks kelompok
Gramedia. Jakarta.
Gayatri, 2006. Hubungan Motivasi Berprestasi dengan Kinerja Karyawan, PT
Armindo Catur. Skripsi, Fakultas Ilmu Adminstrasi. Unika Atma Jaya.
Jakarta.
Hasibuan, S.P.M, 2007. Manajemen Sumber Daya manusia. CV. Bumi Aksara,
Jakarta.
Umar, H, 2005. Riset Sumber Daya Manusia dalam Organisasi. PT Gramedia
Pustaka utama. Jakarta
Http://suar.okezone.com, 2010. Ujian Ketahanan Energi Nasional. Koran SI
(14/03/2010)
Lerbin, R.A.R, 2005. Kepuasan Pelanggan. PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
Mangkunegara, A.A.P, 2008. Manajemen Sumber Daya Manusia Perusahaan. PT
Remaja Rosdakarya, Bandung.
Mangkunegara, A.A.P, 2009. Evaluasi Kinerja SDM. PT Refika Aditama,
Bandung.
Mathis dan Jackson, 2001. Manajemen Sumber Daya Manusia, Salemba Empat,
Jakarta.
Mary John, 2010. Masa Depan Energi Indonesia: Prospek Peluang Investasi.
http://www.jakartapress.com (14/03/2010)
Nugroho, AB. Strategi Jitu Memilih Metode Statistik Penelitian dengan SPSS.
(Modul Pelatihan SPSS FEM IPB), Bogor.
Panggabean.M.S, 2004. Manajemen Sumber Daya Manusia. Ghalia Indonesia.
Bogor.
Rivai, V, 2005. Performance Apprasial, Sistem yang Tepat untuk Menilai Kinerja
Karyawan dan Meningkatkan Daya Saing Perusahaan. Rajawali Press.
Jakarta.
Robbins, S.P, 2003. Prilaku Organisasi, PT Indeks Gramedia, Jakarta.
Santoso, S. 2006. Menguasai Statistik di Era Informasi, Penerbit PT Elex Media
Komputindo, Jakarta.
Siagian, S.P.2004. Teori Motivasi dan Aplikasinya. PT Rineka Cipta Jakarta.
Sugiyono, 2010. Statistika Untuk Penelitian. Penerbit Alfabeta. Bandung
Umar, H, 2008. Desain Penelitian MSDM dan Prilaku Karyawan, PT
RajaGrafindo Persada. Jakarta.
Winardi, J, 2008. Motivasi dan Pemotivasi dalam Manajemen, PT Raja Grafindo
Persada. Jakarta
Lampiran 1. Kuesioner Penelitinan
KUESIONER
Hubungan Motivasi Berprestasi dengan Kinerja Pekerja pada Divisi Petroleum
Engineering PT Medco E&P Indonesia
Yang Terhormat Bapak/ibu/saudara/i
Terima kasih atas partisipasi Bapak/ibu/saudara/i menjadi responden untuk
mengisi kuesioner ini. Kuesioner ini disusun untuk tujuan penelitian ilmiah. Penelitian ini
bertema “Analisis Hubungan Motivasi Berprestasi terhadap Kinerja Karyawan”.
Adapun tujuan pengumpulan data dalam bentuk kuesioner ini semata-mata untuk
kepentingan akademis. Sebelum menjawab pernyataan-pernyataan dibawah ini, saya
mohon agar Bapak/ibu/saudara/i membaca terlebih dahulu petunjuk pengisian dan
menjawab dengan keyakinan yang tinggi tanpa suatu keraguan dengan keadaan yang
sebenarnya. Atas kesediaan Bapak/ibu/saudara/i, saya mengucapkan banyak terimakasih.
Widjoyo
Mahasiswa Departemen Manajemen,
Fakultas Ekonomi dan Manajemen,
Institut Pertanian Bogor
Petunjuk: Pada bagian ini Bapak/ibu/saudara/i dimohon untuk memilih salah satu
jawaban dengan cara memberikan tanda silang (X) pada kolom jawaban disebelah kanan
yang menurut Bapak/ibu/saudara/i paling sesuai.
Bagian I. Informasi Demografi Responden
Identitas Responden
Jenis kelamin : a. Laki-laki
(
)
b.Perempuan
(
)
Usia
: a. 25-35 tahun
(
)
b. 36-45 tahun
(
)
c. 46-55 tahun
(
)
Pendidikan
: a. Diploma
(
)
b. Sarjana (S1)
(
)
c. Pascasarjana (
)
d. Lainya......
Masa kerja di Medco
:
a. 2 tahun
( )
b. 3-5 tahun
( )
c. 6-10 tahun
( )
d.diatas10 tahun
( )
Bagian II. Nilai PMS
Petunjuk :
Pada bagian ini Bapak/ibu/saudara/i wajib memilih salah satu range nilai PMS
sesuai dengan nilai PMS 2009 Bapak/ibu/saudara/i dengan cara memberikan tanda
silang (X):
a. < 60,9
b. 61-79,9
c. 80-89,9
d. 90-99,9
e. >100
(
(
(
(
(
)
)
)
)
)
Bagian III.
Pernyataan Tentang Motivasi Berprestasi
1. Sangat Tidak Setuju
artinya pernyataan sangat tidak sesuai dengan keadaan yang dirasakan oleh responden.
2. Tidak Setuju
artinya responden tidak setuju dengan pernyataan karena tidak sesuai dengan apa yang
dirasakan.
3. Ragu-ragu
artinya responden tidak dapat menentukan dengan pasti apa yang dirasakan.
4. Setuju
artinya pernyataan dianggap sesuai dengan kedaan yang dirasakan oleh
responden.
5. Sangat Tidak Setuju
jawaban sangat setuju artinya responden sangat setuju dengan pernyataan
karena sangat sesuai dengan keadaan yang dirasakan oleh responden.
contoh :
No
Pernyataan
1
Pernyataan
Sangat
Tidak
Setuju
Tidak
Setuju
Jawaban
Ragu
Ragu Setuju
Sangat
Setuju
X
Lampiran 1.
Lampiran 2. Hasil Uji validitas dan reliabilitas
Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha
N of Items
.901
10
Item-Total Statistics
Cronbach's
Scale Mean if
Item Deleted
Scale Variance if Corrected ItemItem Deleted
Total Correlation
Alpha if Item
Deleted
P1
34.85
14.535
.641
.892
P3
34.77
13.785
.832
.880
P8
34.96
13.638
.771
.883
P10
34.54
14.098
.594
.895
P12
34.77
13.625
.667
.890
P14
34.77
14.105
.636
.892
P16
34.77
14.745
.696
.890
P17
35.08
14.474
.513
.901
P20
35.08
14.074
.697
.888
P22
35.00
14.800
.546
.897
Lampiran 3. Struktur Organisasi
Lampiran 4. Uji Chi-square
Chi-Square Tests
Jenis Kelamin
Asymp. Sig. (2Value
Pearson Chi-Square
df
12
.616
13.496
12
.334
.109
1
.742
10.000
Likelihood Ratio
Linear-by-Linear Association
sided)
a
N of Valid Cases
26
a. 26 cells (100.0%) have expected count less than 5. The minimum
expected count is .50.
Chi-Square Tests
Usia
Asymp. Sig. (2Value
Pearson Chi-Square
df
a
12
.165
10.283
12
.591
3.422
1
.064
16.611
Likelihood Ratio
Linear-by-Linear Association
sided)
N of Valid Cases
26
a. 26 cells (100.0%) have expected count less than 5. The minimum
expected count is .08.
Chi-Square Tests
Tingkat Pendidikan
Asymp. Sig. (2Value
Pearson Chi-Square
Likelihood Ratio
Linear-by-Linear Association
N of Valid Cases
df
sided)
a
12
.654
7.510
12
.822
.074
1
.786
9.569
26
a. 26 cells (100.0%) have expected count less than 5. The minimum
expected count is .08.
Lampiran 4. Uji Chi-square
Chi-Square Tests
Masa kerja
Asymp. Sig. (2Value
Pearson Chi-Square
df
a
24
.486
25.771
24
.365
.905
1
.341
23.580
Likelihood Ratio
Linear-by-Linear Association
sided)
N of Valid Cases
26
a. 39 cells (100.0%) have expected count less than 5. The minimum
expected count is .04.
Chi-Square Tests
Kinerja
Asymp. Sig. (2Value
df
sided)
a
48
.004
Likelihood Ratio
38.975
48
.820
Linear-by-Linear Association
11.972
1
.001
Pearson Chi-Square
N of Valid Cases
78.206
26
a. 65 cells (100.0%) have expected count less than 5. The minimum
expected count is .04.
Lampiran 5. Hasil korelasi Spearman antara PE dengan Motivasi
Correlations
PE
Spearman's rho
PE
Correlation Coefficient
Motivasi
1.000
Sig. (2-tailed)
N
Motivasi
Correlation Coefficient
Sig. (2-tailed)
N
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
.693
**
.
.000
26
26
**
1.000
.000
.
26
26
.693
Download