Toksisitas Akut Toksisitas akut merupakan suatu respon cepat yang mematikan terhadap suatu dosis senyawa berbahaya bagi makhluk hidup. Adanya pengaruh toksisitas akut dapat diuji menggunakan metode uji toksisitas akut yang bertujuan untuk mengetahui letalitas suatu dosis dan dampaknya bagi fungsi tubuh. Hal ini dapat dilihat dari kematian pada hewan yang digunakan sebagai hewan uji. Selain itu, uji toksisitas akut juga digunakan untuk mengetahui kerusakan pada organ-organ serta efek toksik spesifiknya. Dapat juga digunakan untuk menentukan batas dosis yang baik untuk digunakan. Toksisitas Kronis Toksisitas kronis merupakan suatu respon lanjutan atau secara berkala pada makhluk hidup terhadap adanya dosis tertentu pada senyawa berbahaya. Toksisitas kronis dapat menjadi bersifat akut apabila terus-menerus terjadi akumulasi senyawa berbahaya tersebut pada tubuh makhluk hidup. Adanya toksisitas kronis dapat dilakukan dengan cara memberikan senyawa berbahaya dengan dosis tertentu pada hewan uji. Pengujian ini dilakukan selama 1-3 bulan. Toksisitas Sub-Kronis Toksisitas sub-kronis merupakan respon makhluk hidup terhadap adanya senyawa berbahaya yang diberikan secara terus-menerus. Untuk mengetahui toksisitas sub-kronis dapat dilakukan dengan memberikan suatu senyawa terhadap hewan uji secara berkala. Pengujian ini dilakukan selama kurang lebih satu bulan. Selain itu uji toksisitas sub-kronis juga bertujuan untuk mengetahui efek respon kasar makhluk hidup terhadap penyakit serta hasil pada akhir eksperimen. Biomonitoring menggunakan teknik Hematologi pada Mollusca Mollusca dapat digunakan sebagai bioindikator pada kegiatan bimonitoring. Hal ini dikarenakan mollusca terutama pada kelas kerang-kerangan memiliki kapasitas untuk mengakumulasikan polutan. Contohnya kerang laut yang digunakan sebagai bioindikator adanya logam berat Cd, Cu, Pb dan Zn. Mollusca memiliki sistem peredaran darah terbuka melalui jantung. Dalam darah mollusca mengandung respiratory pigment yang disebut hemocyanin. Mollusca memiliki sel hematocytes yang berperan sebagai pertahanan tubuh atau anti body. Peran ini sama halnya seperti peranan sel leukosit pada tubuh manusia. Semakin banyak sel hematocytes yang terdapat pada mollusca, dapat disimpulkan bahwa hewan tersebut memiliki kondisi fisiologis yang tidak baik. Hal ini dapat dikarenakan adanya kondisi lingkungan yang tidak mendukung kehidupan hewan tersebut atau habitatnya mengalami kontaminasi oleh bahan pencemar (polutan). Sehingga sel hematocytes pada mollusca dapat dijadikan biomonitoring dengan teknik hematologi. Hematologi merupakan ilmu yang mempelajari tentang darah. Ekspresi Mikronuklei untuk menduga adanya pencemaran Lingkungan Mikronuklei atau mikronukleus merupakan organel inti sel tambahan yag memiliki ukuran lebih kecil dari nukleus. Mikronuklei dapat terbentuk karena adanya kegagalan saat proses pembelahan sel. Adanya mikronuklei pada sel mengindikasikan adanya kerusakan pada struktur DNA. Mikronuklei dapat terbentuk karena kesalahan fungsi benang spindel pada proses pembelahan mitosis tahap metafase dan anafase. Selanjutnya pada tahap telofase, mikronuklei mengalami penyempurnaan. Keberadaan mikronuklei pada sel dapat digunakan sebagai biomonitoring. Hal ini dikarena mikronuklei dapat menjadi penyebab terjadinya kanker yang umumnya disebabkan oleh keadaan lingkungan yang buruk. Pengamatan mikronuklei dapat dilakukan dengan cara mengambil sampel darah yang kemudian dilakukan pengecatan lalu diamati di bawah mikroskop.