BAB III KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Pengertian Biaya Pengendalian biaya harus didahului dengan penentuan biaya yang seharusnya dikeluarkan untuk memproduksi satu satuan produk, setelah itu biaya seharusnya ditetapkan, akuntansi biaya bertugas memantau apakah pengeluaran biaya sesungguhnya sesuai dengan yang seharusnya tersebut, akuntansi kemudian melakukan analisa terhadap penyimpangan biaya sesungguhnya dengan biaya seharusnya dan menyajikan informasi mengenai penyebab terjadinya selisih tersebut (Mulyadi, 2012:23). Dalam menghasilkan suatu produk (output) diperlukan sejumlah input. Biaya adalah dari sejumlah input (faktor produksi) yang dipakai untuk menghasilkan suatu produk (output). Biaya didefinisikan sebagai suatu pengorbanan yang bertujuan untuk memproduksi atau memperoleh suatu komoditi. Pengorbanan yang tidak bertujuan disebut pemborosan dan tidak termasuk biaya Biaya betul-betul dibutuhkan untuk menyediakan pelayanan kesehatan sesuai dengan standar medis dan nonmedis yang dikenal sebagai biaya normative (Najib, 2005:63). Menurut Gani (2005:12), mendefinisikan bahwa Biaya adalah seluruh pengorbanan yang dikeluarkan sebagai konsekuensi keuangan yang dikeluarkan untuk memproduksi atau memperoleh suatu komoditi. Pengorbanan tersebut bisa dalam bentuk uang tunai (Cash), barang, waktu, kesempatan, kenyamanan dan 25 http://digilib.mercubuana.ac.id/ 26 lain-lain. Apapun bentuk pengorbanan tersebut, dalam perhitungan biaya semuanya harus ditransformasikan kedalam nilai uang . 3.1.1. Klasifikasi Biaya Menurut Carter (2009:40), penggolongan biaya dapat dilakukan dengan 2 cara yaitu : 3.1.1.1. Biaya berdasarkan hubungannya dengan produk (Carter, 2009:40) Pada lingkungan manufaktur, terdapat dua elemen dari total biaya produksi, yaitu Biaya manufaktur dan Beban komersial. 1) Biaya Manufaktur Biaya manufaktur disebut juga biaya produksi yang didefinisikan sebagai jumlah dari tiga elemen biaya : bahan baku langsung dan tenaga kerja langsung dan overhead pabrik. Bahan baku langsung dan tenaga kerja langsung disebut sebagai biaya utama (prime cost) dan biaya lain disebut sebagai biaya konversi. a. Bahan Baku Langsung. b. Tenaga Kerja Langsung. c. Overhead. d. Bahan Baku Tidak Langsung. e. Tenaga Kerja Tidak langsung. 2) Beban Komersial Terdiri dari beban pemasaran dan beban administratif. Beban pemasaran dimulai dari titik proses manufacturing berakhir, yaitu ketika produk dalam kondisi http://digilib.mercubuana.ac.id/ 27 siap dijual. Beban pemasaran mencakup beban promosi, penjualan dan pengiriman. Beban administratif adalah beban biaya dalam mengarahkan dan mengendalikan organisasi. 3.1.1.2. Biaya berdasarkan hubungannya dengan volume produksi (Carter, 2009:43), terdiri dari : 1). Biaya Variabel (Variable Cost) Biaya variabel menunjukkan jumlah biaya per unit yang relative konstan dengan berubahnya aktivitas dalam rentang yang relevan. Biaya variabel mencakup biaya bahan baku dan biaya tenaga kerja langsung dan beberapa biaya overhead yang diklasifikasikan sebagai biaya variabel, yaitu: perlengkapan, bahan bakar, peralatan kecil, kerusakan, sisa, biaya penerimaan, royalty, biaya komunikasi, upah lembur dan penanganan bahan baku. 2). Biaya Tetap (Fixed Cost) Merupakan biaya yang bersifat konstan secara total dalam rentang yang relevan. Peningkatan aktivitas dalam rentang yang relevan akan memperkecil biaya tetap per unit. Biaya overhead yang diklasifikasikan sebagai biaya tetap : gaji eksekutif produksi, depresiasi, pajak property, gaji penyelia, asuransi property dan kerugian, gaji satpam dan gaji kebersihan, pemeliharaan dan perbaikan bangunan dan sewa. Biaya tetap dianggap sebagai biaya untuk tetap berada dalam bisnis, sedangkan biaya variabel adalah biaya yang dibutuhkan untuk melaksanakan bisnis. http://digilib.mercubuana.ac.id/ 28 3) Biaya Semi Variabel (Semivariable Cost) Merupakan jenis biaya yang memiliki elemen biaya tetap dan biaya variabel. Contoh biaya overhead semivariabel adalah : inspeksi, jasa bagian Keuangan, air, limbah, pemeliharaan alat-alat produksi, pajak penghasilan, listrik dan lain-lain. 3.1.1.3. Biaya berdasarkan sifat kegunaannya (Carter, 2009:47) : 1) Biaya Investasi (Invesment Cost) Biaya Investasi adalah biaya yang masa manfaatnya dapat dipergunakan selama lebih dari satu tahun. Batas satu tahun dapat ditetapkan atas dasar kebiasaan-kebiasaan, bahwa perencanaan anggaran direalisasikan untuk satu tahun. Contohnya biaya gedung, biaya alat medis dan biaya non medis. Nilai investasi yang disetahunkan disebut nilai tahunan biaya investasi (Annualized Fixed Cost atau Annualised Invesment Cost), besar nilai ini sangat dipengaruhi oleh nilai uang (inflasi), waktu pakai dan umur masa pakai. Untuk menghitung nilai tahunan investasi dapat menggunakan rumus berikut : AIC = IIC (1 + I ) L Dimana : AIC = Annualized Investment Cost (biaya investasi yang disetahunkan) IIC = Initial Investment Cost (harga beli) http://digilib.mercubuana.ac.id/ 29 I = Laju infalsi rata-rata t = Masa pakai (dalam setahun) L = Masa hidup barang investasi bersangkutan 2) Biaya Pemeliharaan (Maintenance Cost) Biaya pemeliharaan adalah biaya yang dikeluarkan untuk memelihara atau mempertahankan nilai suatu barang investasi agar tetap terus berfungsi. Biaya pemeliharaan biasanya berupa pemeliharaan gedung, pemeliharaan alat medis, non-medis dan pemeliharaan kendaraan. 3) Biaya Operasional (Operational Cost) Biaya operasional adalah biaya yang secara rutin dalam satu anggaran yang harus dikeluarkan untuk melaksanakan kegiatan-kegiatan dalam produksi pelayanan dan memiliki sifat habis pakai dalam kurun waktu yang relative singkat (kurang dari satu tahun). Yang termasuk kelompok ini adalah biaya gaji, obat, biaya makan dan lain-lain. 3.1.1.4. Biaya berdasarkan fungsi proses produksi (Carter, 2009:68) 1) Biaya Langsung (Direct Cost) Biaya langsung adalah biaya yang manfaatnya langsung merupakan bagian dari produk atau melekat pada produk yang dihasilkan, misalnya: biaya obat dari instalasi farmasi. http://digilib.mercubuana.ac.id/ 30 2) Biaya Tidak Langsung (Indirect Cost) Biaya tidak langsung adalah biaya yang manfaatnya tidak menjadi bagian langsung dalam produk, akan tetapi merupakan biaya yang diperlukan untuk menunjang unit-unit produksi, misalnya: biaya listrik dan air. 3.1.1.5. Biaya berdasarkan fungsi pengambilan keputusan (Carter,2009:47) 1) Opportunity cost Jenis biaya ini merujuk pada benefit/nilai yang akan didapat jika kita tidak memilih dan memutuskan menggunakan kepada alternative yang kita ambil. 2) Biaya Tambahan (Incremental Cost) Biaya tambahan adalah perubahan biaya yang disebabkan adanya suatu aktivitas manajemen untuk meningkatkan volume penjualan. 3) Sunk Cost Biaya ini merujuk pada biaya yang telah dikeluarkan sebelumnya. Dari sudut keuangan, biaya jenis ini seharusnya dikeluarkan dari analisis keuangan. 3.1.2. Pusat pertanggungjawaban (Samryn, 2012:76) Pusat pertanggungjawaban merupakan suatu bagian dalam organisasi yang memiliki kendali atas terjadinya biaya, perolehan, atau penggunanaan dana investasi. Ada 4 (empat) jenis pusat-pusat pertanggungjawaban utama yang terdiri dari: Pusat pendapatan, Pusat biaya, Pusat laba dan Pusat investasi. http://digilib.mercubuana.ac.id/ 31 3.1.2.1. Pusat Pendapatan (Revenue Center) Yaitu Suatu pusat pertanggungjawaban dimana seorang manager bertanggung jawab untuk penjualan atau perolehan pendapatan 3.1.2.2. Pusat Biaya (Cost Center) Yaitu suatu pusat pertanggungjawaban dimana menajernya bertanggungjawab untuk biaya-biaya. 3.1.2.3. Pusat Laba ( Margin Center) Yaitu suatu pusat pertanggungjawaban dimana manajer bertanggung jawab untuk biaya-biaya dan pendapatan secara bersama-sama. 3.1.2.4. Pusat Investasi (Investment Center) Yaitu suatu pusat pertanggungjawaban dimana manajer bertanggung jawab untuk atau memiliki kendali atas pendapatan, biaya, dan investasi. 3.1.3. Metode Analisis Biaya Dalam penelitian ini penulis hanya memakai metode ABC (activity based costing) yang merupakan metode penentuan biaya produk yang membebankan biaya ke produk atau jasa berdasarkan konsumsi sumber daya yang disebabkan karena aktivitas. Dasar pemikiran ini adalah bahwa produk atau jasa yang dihasilkan oleh perusahaan dilakukan oleh aktivitas-aktivitas yang dibutuhkan dengan menggunakan sumber daya yang menyebabkan timbunya biaya (Carter, 2009:268). Menurut Mulyadi (2012:35), pengertian ABC (activity based costing) adalah sistem informasi biaya yang berorientasi pada penyediaan informasi http://digilib.mercubuana.ac.id/ 32 lengkap tentang aktivitas agar memungkinkan personil perusahaan melakukan pengelolaan terhadap aktivitas. Sistim informasi ini bertujuan untuk menggunakan aktivitas sebagai basis serta pengurangan biaya dan penentuan biaya produk/jasa secara akurat. 3.2. Penelitian Terdahulu Penelitian yang berkaitan dengan biaya (unit cost) pemeriksaan MRI dan MSCT pada unit Radiologi dengan pendekatan metode ABC (activity based costing) telah dilakukan sebelumnya dan penulis menghimpun sebagai berikut : 1. Khurshid Rehanaet al. (2013), dengan judul penelitian Unit cost of CT scan and MRI at a large tertiary care teaching hospital in North India. Penelitian ini menjelaskan bahwa Departemen Radiologi berkontribusi langsung ke pasien dengan memberikan diagnostik secara efisien untuk mengontrol biaya tanpa mempengaruhi kualitas pelayanan pasien. Biaya yang dihitung berdasarkan biaya langsung dan tidak langsung. 2. Ay Se Necef Yereli (2009) dengan judul penelitian Activity-Based Costing and Its Application in a Turkish University Hospital. Penelitian ini bertujuan untuk melakukan analisis biaya pada tindakan operasi kandung empedu sesuai dengan departemen bedah dan rumah sakit. Data yang digunakan pada analisa pembiayaan ini diambil dari database keuangan rumah sakit tahun 2008 dan data base akunting. Perhitungan biaya langsung operasi terbuka dan laparoskopi yang terdiri dari biaya obat alkes yang digunakan, biaya penyusutan gedung , mesin opererasi, http://digilib.mercubuana.ac.id/ 33 jasa dokter yang melakukan tindakan operasi. Sedangkan biaya tidak langsung terdiri dari biaya untuk gaji karyawan, alat tulis kantor, cleaning service, laoundry, biaya pemeliharaan dan lain-lain. Tujuan penelitian ini untuk membandingkan pembiayaan biaya langsung dan biaya tidak langsung. 3. Emmanuel Kojo Oseifuah (2013) dengan judul Activity Based Costing Approach To Financial Management In The Public Sector : The South Africa Experirnce. Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan pengelolaan keuangan. Studi ini meneliti dampak dan kemungkinan peningkatan kinerja keuangan pada penggunaan costing kegiatan berbasis activity based costing dan kondisi di mana perbaikan tersebut dicapai Afrika Selatan. Metode studi kasus yang digunakan untuk mengumpulkan dan menganalisis data yang berkaitan dengan peningkatan kinerja keuangan, persepsi dan keberhasilan activity based costing di Buffalo City Kota di Provinsi Eastern Cape Afrika Selatan. Penelitian ini mengungkapkan bahwa activity based costing memberikan informasi yang berguna. Pemanfaatan activity based costing meningkatkan biaya, menyediakan kontrol biaya, memberikan pemahaman tentang peluang pengurangan biaya, meningkatkan pengambilan keputusan manajerial, dan memberikan informasi yang lebih akurat untuk produk atau jasa biaya dan harga. Dalam hal ini activity based costing digunakan meningkatkan kinerja keuangan. Data activity based costing memungkinkan pengambilan keputusan untuk http://digilib.mercubuana.ac.id/ 34 merestrukturisasi operasi entitas dan proses untuk memastikan efektivitas dan efisiensi. 4. Ramsey, Ralph H (2005), yang berjudul Activity-based costing for hospital. Penelitian ini bertujuan untuk proses produksi komersial , manufaktur , dan jasa . Perusahaan komersial menjual barang yang mereka beli dari perusahaan lain tanpa pengolahan mereka , sedangkan sektor industri pengolahan pengelolaan sumber daya di rumah sakit adalah penting dalam meningkatkan ekonomi global. Pendekatan activity-based costing rumah sakit sebagai biaya efektif dengan model pengelolaan biaya yang ditetapkan dan mengevaluasi kinerja keuangan di seluruh departemen . 5. Sugiyarti et al, (2013) penelitian ini menganalisis mengenai pelayanan kesehatan yang diberikan kepada masyarakat oleh rumah sakit pemerintah dimana dibutuhkan informasi yang lengkap, misalnya adalah biaya satuan (unit cost). RSD Balung Kabupaten Jember dituntut untuk melakukan perhitungan unit cost dengan metode activity based costing (ABC). Tujuan penelitian ini adalah menghitung biaya satuan (unit cost) dengan metode activity based costing (ABC) di poli mata RSD Balung Kabupaten Jember. Jenis penelitian yang digunakan adalah deskriptif dengan pendekatan studi kasus. Dalam hasil perhitungan tersebut sebagai acuan untuk perhitungan tarif di RSD Balung Kabupaten Jember. http://digilib.mercubuana.ac.id/ 35 6. Ratu Abigail (2013) meneliti perlunya menerapkan sistem akuntansi yang baik dengan menciptakan efisiensi biaya. Salah satu metode dalam perhitungan analisis biaya satuan yang dapat digunakan adalah activity based costing (ABC). Penelitian ini merupakan studi kasus evaluative yang dikaji secara deskriptif. Metode analisis biaya yang dipakai adalah activity based costing (ABC). Hasil perhitungan unit cost pemeriksaan CT Scan pada RSUD Pasar Rebo menunjukkan angka yang lebih rendah dibandingkan tarif standar layanan CT Scan sebagaimana ditetapkan melalui Pergub DKI Jakarta No.17 tahun 2012. Sedangkan pada RSUD Cengkareng sebagian pemeriksaan. 7. Tongko (2008), yang berjudul analisa biaya satuan pelayanan kesehatan rawat inap dengan metode activity based costing (ABC) pada badan Rumah Sakit Daerah Kabupaten Banggai. Penelitian ini merupakan deskriptif kualitatif. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa biaya satuan pelayanan di instalasi rawat inap dengan dan tanpa memperhitungkan biaya investasi umumnya berada diatas unit cost yang berlaku. Perbedaan penelitian ini adalah terletak pada unit pelayanan yang diteliti dan unit cost yang digunakan. 8. Masyhudi (2008), yang berjudul analisis biaya dengan metode activity based costing Kepaniteraan Klinik Mahasiswa Fakultas Kedokteran UNISSULA di Rumah Sakit Pendidikan (study kasus di Rumah Sakit Islam Sultan Agung), Penelitian ini merupakan penelitian observasional deskriptif dengan melakukan studi kasus di Rumah Sakit Islam Sultan http://digilib.mercubuana.ac.id/ 36 Agung. Perhitungan unit cost dilakukan dengan metode activity based costing (ABC). Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa hasil perhitungan unit cost biaya kepaniteraan klinik per bagian tanpa membedakan bagian besar dan bagian kecil adalah Rp. 1.335.690 unit cost biaya kepaniteraan klinik per bagian pada bagian besar adalah Rp. 1.874.694. Unit cost biaya kepaniteraan Klinik per bagian kecil adalah Rp.1.004.766. Perbedaannya dengan penelitian ini adalah terletak pada metode yang digunakan, unit pelayanan yang diteliti dan unit cost yang digunakan, 9. Fathiya (2011), dengan judul penerapan unit cost pelayanan sirkumsisi dengan pendekatan metode activity based costing pada kasus sirkumsisi di Poliklinik Bedah RS. PKU Muhammadiyah Yogyakarta. Penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian deskriptif kualitatif, dengan menganalisa data yang diperoleh secara retrospektif dan bersifat studi kasus. Hasil Penelitiannya menunjukkan bahwa perhitngan unit cost untuk melakukan sirkumsisi, pihak RS.PKU Muhammadiyah Yogyakarta unit I adalah sebesar Rp. 346.000 sementara biaya sesungguhnya dengan menggunakan metode ABC sebesar Rp. 356.718. Perbedaan dengan penelitian ini adalah terletak pada objek penelitian. Penelitian ini objeknya adalah sirkumsiisi dengan metode konvensional dan metode cauter, sehingga akan ada perbedaan unit cost yang dihitung. http://digilib.mercubuana.ac.id/ 37 10. Bruno Krug et.al (2008), Activity based costing evaluation of [18F]fludeoxyglucose production, tujuan dari penelitian ini adalah melakukan kegiatan berbasis biaya (ABC) estimasi produksi 18F-FDG di Eropa, lebih mengidentifikasi komponen biaya yang berbeda dan untuk menganalisis kontribusi relatif untuk total biaya. Hasil penelitian Analisis ABC memberikan wawasan yang sinifikan kedalam komponen biaya produksi 18F-FDG melalui konfigurasi operasi yang berbeda. 3.3. Kerangka Pemikiran Untuk melakukan analisis perhitungan biaya satuan pemeriksaan MRI dan MSCT terlebih dahulu perlu dilakukan identifikasi seluruh aktivitas pendukung yang menimbulkan biaya mulai dari pasien masuk sampai selesai dilakukan pemeriksaan tersebut maka akan diketahui biaya sebenarnya dari suatu tindakan. Secara konseptual metode real cost sebenarnya mengacu pada konsep Activity Based Costing (ABC) dengan berbagai perubahan karena adanya kendala system, oleh karena itu metode ini menggunakan asumsi yang sedikit mungkin. Metode real cost mengidentifikasi semua biaya yang mungkin timbul akibat adanya kegiatan di instalasi, baik biaya langsung dan biaya tidak langsung. Berikut adalah gambar Kerangka Konsep Penelitian yang menggambarkan tahapan perhitungan biaya satuan pemeriksaan MRI dan MSCT pada unit Radiologi http://digilib.mercubuana.ac.id/ 38 Kerangka Pemikiran BIAYA LANGSUNG Biaya Investasi Biaya Operasional Biaya Pemeliharaan Biaya Total Pemeriksaan MRI & MSCT Jumlah Tindakan Pemeriksaan MRI & MSCT BIAYA TIDAK LANGSUNG Biaya Investasi Biaya Operasional Biaya Satuan Aktual Pemeriksaan MRI & MSCT Biaya Satuan Aktual Jumlah Tindakan Pemeriksaan MRI & MSCT Biaya Pemeliharaan Gambar : 3.3. Kerangka pemikiran http://digilib.mercubuana.ac.id/ Pemeriksaan MRI & MSCT