PENINGKATAN AKTIVITAS BELAJAR MELALUI PENDEKATAN TEMATIK DI KELAS II SEKOLAH DASAR Yusmawati, MastarAsran, Marzuki PGSD, FKIP, UniversitasTanjungpura, Pontianak Email :[email protected] Abstract: The approach used is a thematic approach, the form of Classroom Action Research (CAR), and qualitative types. Study subjects, learners class II SD Negeri 02 Trenches Merdeka totaling 14 people made up of nine men and five women, namely classroom teachers Yusmawati, A. Ma and colleagues that Zaini, S. Pd. I, as a collaborator. Research techniques used are direct observation with photo documentation as authentic evidence. Data collection tool used was a sheet indicators of student and teacher observation sheet. Data analysis was performed by means of data collection, data presentation, and inference data. The experiment began on February 19, 2013 until March 18, 2013 as many as two cycles. Researchers prepare a lesson plan (RPP) per cycle for two meetings. The medium used is a visual medium (which can be seen) and three-dimensional media (which can be touched and used, objects factual). The resulting increase learners 'learning activities obtained are as follows: learners' learning activities related to physical activity / physical, the end result an average of 12.8. Learners' learning activities related to mental activity / cognitive outcomes on average 10.7. Learners' learning activities related to emotional activities / social, the end result an average of 11.8. Conclusion namely thematic lesson plans and thematic learning implementation is in accordance with Decree No.. 41 in 2007 and SBC curriculum, while the thematic learning can enhance learners' learning activities both from physical activity, mental, and emotional. Keywords: Learning Activities and Thematic Approach Abstrak: Pendekatan yang digunakan adalah Pendekatan Tematik, bentuk Penelitian Tindakan Kelas (PTK), dan jenis kualitatif. Subyek penelitian, peserta didik kelas II SD Negeri 02 Parit Merdeka yang berjumlah 14 orang terdiri dari sembilan orang laki-laki dan lima orang perempuan, guru kelas yaitu Yusmawati, A. Ma, dan teman sejawat yaitu Zaini, S. Pd. I, sebagai kolaborator. Teknik penelitian yang digunakan adalah observasi langsung dengan foto dokumentasi sebagai bukti otentik. Alat pengumpul data yang digunakan adalah lembar indikator peserta didik dan lembar observasi guru. Analisis data yang dilakukan dengan cara pengumpulan data, penyajian data, dan penyimpulan data. Pelaksanaan penelitian mulai tanggal 19 Februari 2013 sampai dengan 18 Maret 2013 sebanyak dua siklus. Peneliti menyusun satu Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) per siklus untuk dua kali pertemuan. Media yang digunakan adalah media visual (yang dapat dilihat) dan media tiga dimensi (yang dapat disentuh dan digunakan, benda faktual). Hasil peningkatan aktivitas belajar peserta didik yang diperoleh adalah sebagai berikut: aktivitas belajar peserta didik yang berhubungan dengan aktivitas fisik/jasmani, hasil akhir rata-rata 12,8. Aktivitas belajar peserta didik yang berhubungan dengan aktivitas mental/kognitif, hasil akhir rata-rata 10,7. Aktivitas belajar peserta didik yang berhubungan dengan aktivitas emosional/sosial, hasil akhir rata-rata 11,8. Simpulannya yaitu RPP tematik dan pelaksanaan pembelajaran tematik sudah sesuai dengan PERMENDIKNAS No. 41 tahun 2007 dan kurikulum KTSP, sedangkan pembelajaran tematik dapat meningkatkan aktivitas belajar peserta didik baik dari aktivitas fisik, mental, dan emosional. Kata kunci : Aktivitas Belajar dan Pendekatan Tematik P endidikan selalu berkaitan dengan tenaga pendidik, peserta didik, dan kualitas pendidikan sebagai hasil dari usaha-usaha pendidikan yang dilaksanakan apakah sesuai atau tidak dengan harapan-harapan atau tujuan-tujuan pendidikan yang ingin dicapai. Dari berbagai jenjang pendidikan yang ditempuh peserta didik, maka sekolah dasar merupakan jenjang pendidikan yang cukup rawan bagi anak, artinya keberhasilan atau kegagalan peserta didik dalam pendidikan sangat ditentukan oleh pengalaman atau hasil-hasil pendidikan yang ditempuh peserta didik pada jenjang sekolah dasar. Oleh karena itu, pembelajaran di sekolah dasar terutama kelas-kelas rendah, tenaga pendidik harus memperhatikan karakteristik peserta didik dalam proses belajar sebagai satu kesatuan yang bermakna. Perkembangan karakteristik peserta didik sekolah dasar yang masih memandang dirinya sebagai totalitas, sebagai pusat lingkungan, dan sebagai suatu keseluruhan yang belum jelas unsur-unsurnya masih memaknai secara holistik, maka pembelajaran terpadu dengan pendekatan tematik (Developmentally Appropriate Practice) diyakini memiliki kecenderungan yang dapat mengakomodir dalam merespon tuntutan dan perkembangan proses belajar mengajar kelas-kelas rendah di sekolah dasar (Nunu Nuchiyah, 2007). Dalam kegiatan belajar, sangat diperlukan aktivitas peserta didik. Peserta didik yang tidak aktif dalam belajar, tidak akan mudah menyerap pelajaran yang diberikan. Aktivitas juga membuat proses pembelajaran menjadi lebih menyenangkan bagi peserta didik. Disinilah tugas guru untuk membangkitkan aktivitas peserta didik dalam melakukan kegiatan belajar. Usaha untuk meningkatkan aktivitas belajar harus selalu dilakukan baik oleh pendidik, peserta didik, praktisi pendidikan, maupun oleh pemerhati pendidikan. Beberapa usaha dapat dilakukan diantaranya dengan melakukan perubahan/inovasi melalui proses belajar mengajar dan penelitian. Kegiatan belajar mengajar yang diiringi dengan penelitian tindakan atau aktivitas ini merupakan suatu sistem yang terintegrasi sehingga setiap unsur/komponen yang terlibat langsung (pendidik, peserta didik) akan dapat saling mempengaruhi yang akhirnya akan memberikan dampak yang positif atau negatif terhadap hasil belajar peserta didik. Berdasarkan pengalaman mengajar di kelas II dan paparan masalah yang terjadi dikelas, ditemukan bahwa peneliti sebagai pendidik memiliki kekurangan dalam memberikan pembelajaran. Pendidik belum pernah menggunakan pendekatan yang menarik sehingga membangkitkan motivasi dan minat peserta didik agar aktif dalam pkegiatan belajar mengajar. Hal ini terlihat saat proses pembelajaran seperti peserta didik kurang aktif dalam belajar, peserta didik tidak menyimak materi yang disampaikan, tidak mencatat materi dipapan tulis, kurang berpartisipasi karena hanya menjawab pertanyaan jika ditunjuk, bahkan beberapa terlihat mengantuk dan malas-malasan. Dari hasil pengamatan awal mengenai aktivitas belajar peserta didik dengan menghitung rata-rata aktivitas belajar peserta didik yang muncul diperoleh data bahwa rata-rata aktivitas fisik/jasmani peserta didik hanya sekitar 9,4. Rata-rata aktivitas mental/kognitif peserta didik hanya 5,3. Dan rata-rata aktivitas emosional/sosial peserta didik hanya 2,6. Hasil ini menunjukkan bahwa adanya kesenjangan antara harapan dan kenyataan. Padahal dalam mengajar sudah merencanakan tujuan pembelajaran dengan baik. Bahkan penggunaan alat peraga pun sudah diusahakan. Tapi sebagai seorang guru, peneliti menyadari masih kurang mampu dalam menarik perhatian peserta didik. Berdasarkan temuan dalam mengajar di kelas II, untuk mengatasi kesenjangan tersebut diperlukan cara untuk merancang pembelajaran dengan pendekatan tematik agar dapat meningkatkan aktivitas belajar. Pendekatan tematik ini dilaksanakan di kelas-kelas rendah sekolah dasar, karena pola belajar dan pola pikir peserta didik kelas rendah pada umumnya masih bersumber pada segala sesuatu yang bersifat konkrit, dan dalam memakai segala sesuatu masih bersifat holistik (menyeluruh). Untuk itu peneliti mengangkat judul “Peningkatan Aktivitas Belajar Melalui Pendekatan Tematik Di Kelas II Sekolah Dasar Negeri 02 Parit Merdeka”. Masalah penelitian ini adalah ,” Apakah aktivitas belajar melalui pendekatan tematik peserta didik di kelas II Sekolah Dasar Negeri 02 Parit Merdeka menjadi menarik, menyenangkan, dan bermakna?”. Tujuan pada penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan kegiatan belajar mengajar melalui pendekatan tematik sehingga mampu meningkatkan aktivitas belajar peserta didik di kelas II Sekolah Dasar Negeri 02 Parit Merdeka. Sedangkan tujuan khusus dari penelitian ini adalah: untuk mendeskripsikan desain Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Tematik untuk peserta didik di kelas II Sekolah Dasar Negeri 02 Parit Merdeka, untuk mendeskripsikan pelaksanaan pembelajaran dengan pendekatan tematik terhadap peserta didik di kelas II Sekolah Dasar Negeri 02 Parit Merdeka, untuk mendeskripsikan mengenai pendekatan tematik secara tepat sehingga mampu meningkatkan aktivitas fisik peserta didik di kelas II Sekolah Dasar Negeri 02 Parit Merdeka, untuk mendeskripsikan mengenai pendekatan tematik secara tepat sehingga mampu meningkatkan aktivitas mental peserta didik di kelas II Sekolah Dasar Negeri 02 Parit Merdeka, untuk mendeskripsikan mengenai pendekatan tematik secara tepat sehingga mampu meningkatkan aktivitas emosional peserta didik di kelas II Sekolah Dasar Negeri 02 Parit Merdeka. Manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut: a)Bagi guru, Guru dapat meningkatkan, mengubah dan mengembangkan metode atau gaya pembelajaran dengan pendekatan tematik sehingga mampu melahirkan pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik peserta didik, bermanfaat untuk kemampuan guru dalam profesinya sehingga dapat melakukan perubahan, pembaharuan dan peningkatan dalam pembelajaran, b)Bagi peserta didik, meningkatkan aktivitas belajar peserta didik, mengembangkan potensi peserta didik melalui pembelajaran yang inovatif, kreatif dan menyenangkan, c)bagi sekolah, untuk memberikan sumbangan terhadap sekolah dalam upaya perbaikan pembelajaran sehingga dapat menunjang tercapainya target kurikulum dan daya serap peserta didik sesuai dengan yang diharapkan. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (Hasan Alwi, 2007:12) disebutkan aktivitas berasal dari kata kerja akademik aktif yang berarti giat, rajin, selalu berusaha bekerja atau belajar dengan sungguh-sungguh supaya mendapat prestasi yang gemilang.Hal ini sesuai dengan pendapat A.M. Sadirman (2010:99) bahwa:“dalam belajar sangat diperlukan adanya aktivitas, tanpa aktivitas belajar itu tidak mungkin akan berlangsung dengan baik. Aktivitas dalam proses belajar mengajar merupakan rangkaian kegiatan yang meliputi keaktifan peserta didik dalam mengikuti pelajaran, bertanya hal yang belum jelas, mencatat, mendengar, berfikir, membaca, dan segala kegiatan yang dilakukan yang dapat menunjang prestasi belajar”. Aktivitas adalah segala kegiatan yang dilaksanakan baik secara jasmani atau rohani. Aktivitas peserta didik selama proses belajar mengajar merupakan salah satu indikator adanya keinginan peserta didik untuk belajar. Aktivitas peserta didik merupakan kegiatan atau perilaku yang terjadi selama proses belajar mengajar. Kegiatan-kegiatan yang dimaksud adalah kegiatan yang mengarah pada proses belajar seperti bertanya, mengajukan pendapat, mengerjakan tugas-tugas, dapat menjawab pertanyaan guru dan bisa bekerjasama dengan peserta didik lain, serta tanggung jawab terhadap tugas yang diberikan.Rosseau menyatakan bahwa dalam belajar segala pengetahuan harus diperoleh dengan pengamatan sendiri, pengalaman sendiri, baik secara rohani maupun teknis (dalam A.M. Sardiman, 2010:96). Hal ini menunjukkan bahwa setiap orang yang bekerja harus aktif sendiri, tanpa adanya aktivitas maka proses belajar tidak mungkin terjadi. Lebih lanjut Montessori menegaskan bahwa anakanak itu memiliki tenaga-tenaga untuk berkembang sendiri, membentuk sendiri, dan pendidik akan berperan sebagai pembimbing dan mengamati bagaimana perkembangan anak didiknya (dalam A.M. Sardiman, 2010:96) Mengerjakan tugas-tugas dalam pembelajaran mengandung makna aktivitas guru mengatur kelas sebaik-baiknya dan menciptakan kondisi yang kondusif sehingga peserta didik dapat belajar. Aktifnya peserta didik selama proses belajar mengajar merupakan salah satu indikator adanya keinginan atau motivasi peserta didik untuk belajar. Peserta didik dikatakan memiliki keaktifan apabila ditemukan ciriciri perilaku seperti: sering bertanya kepada guru atau peserta didik lain, mau mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru, mampu menjawab pertanyaan, senang diberi tugas belajar, dan lain sebagainya.Keaktifan peserta didik dalam proses pembelajaran akan menyebabkan interaksi yang tinggi antara guru dengan peserta didik ataupun dengan peserta didik itu sendiri. Hal ini akan mengakibatkan suasana kelas menjadi segar dan kondusif, dimana masing-masing peserta didik dapat melibatkan kemampuannya semaksimal mungkin. Aktivitas yang timbul dari peserta didik akan mengakibatkan pula terbentuknya pengetahuan dan keterampilan yang akan mengarah pada peningkatan prestasi. Secara umum aktivitas belajar dapat dibedakan menjadi tiga, yaitu: 1)Aktivitas fisik, indikator aktivitas fisik dalam proses pembelajaran di antaranya adalah mencatat, menyimak/mendengarkan, mengamati/menggunakan media ajar, memperhatikan instruksi guru, dan menyiapkan peralatan belajar. Aktivitas ini dilakukan untuk pemenuhan aspek keterampilan motorik dan keterampilan sosial dalam belajar, 2)Aktivitas mental, indikator aktivitas mental dalam proses pembelajaran dapat berupa menjawab pertanyaan dengan baik dan tepat, mengklarifikasi pertanyaan dari guru, mendiskusikan pelajaran dengan teman sekelompok, memberikan pendapat, menyimpulkan materi, mengerjakan latihan/tugas, dan bertanya mengenai materi yang tidak dipahami, 3)Aktivitas emosional, indikator aktivitas emosional dalam pembelajaan dapat berupa menunjukkan antusiasme saat belajar, menghargai pendapat teman, memberikan pertanyaan secara aktif, menjawab pertanyaan dengan berani, dan maju ke depan kelas dengan berani. Pembelajaran tematik dimaknai sebagai pembelajaran yang dirancang berdasarkan tema-tema tertentu dan menyediakan keluasan dan kedalaman implementasi kurikulum. Merupakan salah satu tipe/jenis pembelajaran terpadu. Istilah pembelajaran terpadu yang menggunakan tema untuk mengaitkan beberapa mata pelajaran sehingga dapat memberikan pengalaman bermakna kepada peserta didik (Depdiknas, 2006:5). Menurut Trianto (2010:47), pembelajaran ini dimasukkan dalam salah satu pembelajaran terpadu dengan model jaring laba-laba (webbed). Model jaring laba-laba ini menggunakan pendekatan tematik yang pengembangannya dimulai dengan menentukan tema tertentu, lalu dikembangkan sub-sub temanya dengan memperhatikan kaitan antar bidang studi. Dari sub-sub tema inilah dikembangkan aktivitas belajar yang harus dilakukan peserta didik. Dengan berpegang pada definisi tematis ini, Shoemaker (dalam Trianto, 2010:79), mendefinisikan kurikulum terpadu sebagai: “….pendidikan yang diorganisasi sedemikian rupa sehingga melintasi batas-batas mata pelajaran, menggabungkan berbagai aspek kurikulum menjadi asosiasi yang bermakna untuk menfokuskan diri pada wilayah studi yang lebih luas. Kurikulum ini memandang pembelajaran dan pengajaran dalam cara yang menyeluruh (holistik) dan merefleksikan dunia nyata yang besifat interaktif”. Secara umum menurut Trianto (2010), prinsip-prinsip pembelajaran tematik dapat diklasifikasikan menjadi: a)Prinsip penggalian tema, merupakan prinsip utama (fokus), artinya t ema-tema yang saling tumpang tindih dan ada keterkaitan menjadi target utama dalam pembelajaran, b)Prinsip pengelolaan pembelajaran, pada prinsip ini, guru harus mampu menempatkan diri sebagai fasilitator dan mediator dalam proses pembelajaran, c)Prinsip evaluasi, evaluasi pada dasarnya menjadi fokus dalam setiap kegiatan untuk mengetahui berhasil atau tidaknya suatu proses pembelajaran, d)Prinsip reaksi, merupakan dampak pengiring yang penting sehingga tercapai secara tuntas tujuan-tujuan pembelajaran. Apabila ditinjau dari aspek guru dan peserta didik, pembelajaran tematik memiliki beberapa keuntungan. Keuntungan pembelajaran tematik bagi guru antara lain adalah sebagai berikut: tersedia waktu lebih banyak untuk pembelajaran karena tidak dibatasi per mata pelajaran melainkan mencakup berbagai mata pelajaran, hubungan antar mata pelajaran dan topik dapat diajarkan secara logis dan alami, pembelajaran merupakan kegiatan yang kontinyu dan memperluas kesempatan peserta didik belajar berbagai aspek kehidupan, guru bebas membantu peserta didik melihat masalah, situasi, atau topik dari berbagai sudut pandang, penekanan pada kompetensi bisa dikurangi dan diganti dengan kerja sama dan kolaborasi sehingga proses pembelajaran terfasilitasi. Sedangkan keuntungan pembelajaran tematik bagi siswa antara lain sebagai berikut: fokus pada proses belajar, bukan hasil, menghilangkan batas semu antar bagian-bagian kurikulum dan menyediakan pendekatan proses belajar yang integratif, menyediakan kurikulum yang berpusat pada peserta didik, merangsang penemuan dan penyelidikan mandiri, membantu peserta didikmembangun hubungan antara konsep dan ide, sehingga meningkatkan apresiasi dan pemahaman. Dan kekurangan pembelajaran tematik adalah, apabila dilakukan oleh guru tunggal yang kurang menguasai secara mendalam penjabaran tema, sehingga dalam pembelajaran tematik akan merasa sulit untuk mengaitkan tema dengan materi pokok setiap mata pelajaran. Disamping itu, jika scenario pembelajaran tidak menggunakan metode yang inovatif maka pencapaian Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar tidak akan tercapai karena akan menjadi sebuah narasi kering yang tanpa makna. METODE Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif. Metode deskriptif dalam penelitian ini adalah pemecahan masalah mengenai peningkatan aktivitas belajar dengan menggambarkan keadaan pada saat pembelajaran melalui pendekatan tematik di kelas II A Sekolah Dasar Negeri 02 Parit Merdeka. Bentuk penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (class room action research). Penelitian tindakan kelas adalah bagaimana sekelompok guru dapat mengorganisasikan kondisi praktek pembelajaran dan belajar dari pengalaman mereka sendiri, dapat mencobakan suatu gagasan perbaikan dalam praktik pembelajaran mereka, melihat pengaruh nyata dari upaya tersebut (Rochiati Wiraatmaja, 2006:13). Sedangkan menurut Kemmis dan Taggart (dalam Rochiati Wiraatmaja, 2006:65), penelitian tindakan kelas adalah studi yang dilakukan untuk memperbaiki diri sendiri, pengalaman kerja sendiri, yang dilaksanakan secara sistematis, terencana, dan dengan sikap mawas diri. Berdasarkan pengertian tersebut, penelitian tindakan kelas ini adalah penelitian yang dilakukan seorang guru atau pendidik agar dapat melakukan refleksi diri, dengan tujuan supaya guru dapat melakukan perbaikan dalam proses pembelajaran. Perbaikannya adalah dalam meningkatkan aktivitas belajar melalui pendekatan tematik pada peserta didik di kelas II A Sekolah Dasar Negeri 02 Parit Merdeka. Penelitian ini dilakukan dengan perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi. Hasil refleksi tersebut digunakan sebagai perbaikan dalam melaksanakan tindakan selanjutnya. Subjek dalam penelitian ini adalah :Guru kelas II A yaitu Yusmawati, A. Ma., guru kolaborator sebagai pengamat yaitu Zaini, S. Pd. I., dan peserta didik kelas II A SDN 02 Parit Merdeka Kabupaten Sambas yang berjumlah 14 orang, dengan peserta didik laki-laki berjumlah 9 orang dan peserta didik perempuan berjumlah 5 orang. Setiap mengadakan penelitian pasti harus melewati langkah– langkah tertentu begitu juga dalam mengadakan penelitian tindakan kelas terdapat langkah-langkah yang harus dilaksanakan Susilo (2010:19) menyatakan ada empat langkah utama dalam penelitian tindakan kelas yaitu perencanaan (planning), tindakan (acting), pengamatan (observing), dan refleksi (reflecting).Empat langkah tersebut dalam pelaksanaan penelitian tindakan kelas disebut dengan istilah satu siklus. Untuk memudahkan dalam memahami keempat langkah tersebut, dapat dilihat pada gambar dibawah ini. Penelitian ini menerapkan model Kemmis dan Mc. Taggart, yaitu model spiral (dalam Rochiati Wiraatmaja, 2006:66). Model spiral ini menggambarkan empat langkah yang membentuk siklus seperti yang sudah di paparkan di atas. Refleksi awal Pengamatan I SIKLUS I Pelaksanaan I Perencanaan I Perencanaan I Refleksi I Refleksi I Pengamatan II Pelaksanaan II SIKLUS II Perencanaan II Refleksi II Selesai Gambar 1 Model Spiral Kemmis dan Mc. Taggart (dalamRochiati Wiraatmaja, 2006:66) HASIL DAN PEMBAHASAN Berdasarkan hasil pengamatan dilakukan refleksi yaitu dengan melihat kelemahan dan kekurangan pada pembelajaran di siklus pertama. Kekurangan yang muncul akan diperbaiki pada siklus selanjutnya. Dalam penelitian ini teknik pengumpulan data yang digunakan adalah teknik observasi langsung. Teknik observasi langsung adalah cara pengumpulan data yang dilakukan oleh peneliti saat penelitian tindakan berlangsung dalam pembelajaran. Menurut Sugiyono (2010:137), tujuan utama observasi adalah untuk mengamati tingkah laku manusia sebagai peristiwa aktual, yang memungkinkan kita memandang tingkah laku sebagai proses. Pengamatan dilakukan oleh peneliti itu sendiri dengan dibantu alat tertentu dalam suatu penelitian. Berdasarkan teknik pengumpulan data yang digunakan, maka alat pengumpulan data dalam penelitian ini adalah : a)Lembar indikator, lembar indikator digunakan sebagai pedoman penelitian dalam melakukan pengamatan untuk memperoleh data yang diinginkan. Lembar indikator tersebut adalah lembar indikator peserta didik. Lembar ini digunakan untuk mengamati aktivitas fisik, aktivitas mental, dan aktivitas emosional peserta didik selama proses belajar mengajar berlangsung, b)Wawancara, wawancara berfungsi untuk menunjukkan seberapa besar pemahaman peserta didik terhadap bahan ajar yang disampaikan. Wawancara ini diberikan pada setiap siklus, yang hasilnya dijadikan bahan untuk mengetahui dampak hasil belajar yang dicapai pada setiap siklus. Dalam menganalisa data perlu pemahaman berbagai bentuk data. Diperlukan banyak waktu untuk mengumpulkan data penelitian agar bentuk data yang diperoleh optimal dan tidak berbeda jauh dari data yang diharapkan semula. Sharp (dalam Jamal Ma’mur Asmani, 2011:126) menuturkan, untuk keperluan analisis data, alangkah baiknya peneliti memperhatikan dan mempertimbangkan secara matang mengenai jenis skala data yang akan dipergunakan, dan skema hubungan antar variabel yang telah dirancang oleh peneliti. Aktivitas dalam analisa data yaitu reduksi, sajian data, dan penyimpulan.Secara singkat alur penyajian data dapat digambarkan sebagai berikut. Pengumpulan Data Penyajian Data Simpulan Akhir Penyimpulan Data G Gambar 1.2 Alur Penyajian Data Menghitung pencapaian aspek indikator setiap siklus pada observasi peserta didik adalah sebagai berikut: x% = n N x 100% Keterangan x% = Hasil yang diperoleh dalam persen n = Jumlah peserta didik yang melakukan aktivitas belajar N = Jumlah seluruh peserta didik Sumber data: Suharsimi Arikunto (2002:245) Alat pengumpul data yang digunakan dalam lembar observasi guru adalah lembar observasi yang menggunakan daftar checklist (√), jadi tugas peneliti hanya memberi tanda checklist (√) apabila saat melakukan penelitian ternyata ada indikator yang muncul, dan jumlah skornya disesuaikan dengan kriteria penilaian yang sudah ditentukan. Indikator Kinerja: pelaksanaan tindakan guru dalam menerapkan pendekatan tematik diukur dengan menggunakan lembar observasi guru, peserta didik aktif secara fisik diukur menggunakan lembar observasi peserta didik, peserta didik aktif secara mental diukur menggunakan lembar observasi peserta didik, peserta didik aktif secara emosional diukur menggunakan lembar observasi peserta didik. Pada tahap pelaksanaan ini, siklus dua terdiri dari dua kali pertemuan yaitu tanggal 11 Maret 2013 dan 18 Maret 2013. Pertemuan pertama berlangsung selama dua jam pelajaran (2x35 menit) dan pertemuan kedua berlangsung selama dua jam pelajaran (2x35 menit). Jumlah peserta didik sebanyak 14 orang, peserta didik laki-laki sebanyak sembilan orang, dan peserta didik perempuan sebanyak lima orang. Satu orang guru kelas dan satu orang teman sejawat sebagai pengamat (kolaborator).Pada siklus kedua dengan tema lingkungan sekolahku, peneliti menggabungkan mata pelajaran PKn, IPS, IPA, Bahasa Indonesia, dan Matematika. Kegiatan peserta didik dalam tema lingkungan adalah peserta didik mengamati dan melakukan pengukuran terhadap benda-benda yang ada di sekitarnya, contohnya adalah matahari, tongkat, dan bayangan tongkat. Pelaksanaan kemampuan melaksanakan pembelajaran tematik sudah sesuai dengan PERMENDIKNAS nomor 41 tahun 2007 tentang standar proses untuk satuan pendidikan dasar dan menengah. Hasil penelitian yang berhubungan dengan hasil pengamatan kolaborator dari data yang diperoleh di atas menunjukkan tentang pelaksanaan pembelajaran tematik siklus I IPKG 2 di kelas II A Sekolah Dasar Negeri 02 Parit Merdeka hasil rata-rata 3,5. Pada tahap pelaksanaan ini, siklus satu terdiri dari dua kali pertemuan yaitu tanggal 19 Februari 2013 dan 26 Februari 2013. Pertemuan pertama dua jam pelajaran (2x35 menit) dan pertemuan kedua tiga jam pelajaran (3x35 menit). Jumlah peserta didik sebanyak 14 orang, peserta didik laki-laki sebanyak sembilan orang, dan peserta didik perempuan sebanyak lima orang. Satu orang guru kelas dan satu orang teman sejawat sebagai pengamat (kolaborator). Pada siklus pertama dengan tema sepeda gunung, peneliti menggabungkan mata pelajaran Matematika, Bahasa Indonesia, SBK, PKn, IPS, dan IPA. Kegiatan peserta didik dalam tema sepeda gunung adalah peserta didik mendeskripsikan benda-benda yang ada di sekitarnya, contohnya adalah sepeda gunung dan alat-alat rumah tangga. Berdasarkan data yang diperoleh dari lembar indikator peserta didik tentang peningkatan aktivitas belajar, data yang dapat diperoleh rata-rata sebagai berikut: aktivitas belajar peserta didik yang berhubungan dengan aktivitas fisik/jasmani pada pertemuan pertama rata-rata: 10,2. Dengan persentase: 72,86 %. Dan pada pertemuan kedua rata-rata: 11,6. Dengan persentase: 82,86 %, aktivitas belajar peserta didik yang berhubungan dengan aktivitas mental/kognitif pada pertemuan pertama rata-rata: 5,5. Dengan persentase: 39,29 %. Dan pada pertemuan kedua rata-rata: 8. Dengan persentase: 57,14 %, aktivitas belajar peserta didik yang berhubungan dengan aktivitas emosional/sosial pada pertemuan pertama rata-rata: 4,4. Dengan persentase: 31,43 %. Dan pada pertemuan kedua rata-rata: 5,8. Dengan persentase: 41,43 %. Pelaksanaan kemampuan melaksanakan pembelajaran tematik sudah sesuai dengan PERMENDIKNAS nomor 41 tahun 2007 tentang standar proses untuk satuan pendidikan dasar dan menengah. Hasil penelitian yang berhubungan dengan hasil pengamatan kolaborator dari data yang diperoleh di atas menunjukkan tentang pelaksanaan pembelajaran tematik siklus II IPKG 2 di kelas II A Sekolah Dasar Negeri 02 Parit Merdeka hasil rata-rata 3,9. Berdasarkan data yang diperoleh dari lembar indikator peserta didik tentang peningkatan aktivitas belajar, data yang dapat diperoleh rata-rata sebagai berikut: aktivitas belajar peserta didik yang berhubungan dengan aktivitas fisik/jasmani pada pertemuan pertama rata-rata: 12,4. Dengan persentase: 88,57 %. Dan pertemuan kedua rata-rata: 12,8. Dengan persentase: 91,43 %, aktivitas belajar peserta didik yang berhubungan dengan aktivitas mental/kognitif pada pertemuan pertama rata-rata: 9,5. Dengan persentase: 67,86 %. Dan pertemuan kedua ratarata: 10,7. Dengan persentase: 76,19 %, aktivitas belajar peserta didik yang berhubungan dengan aktivitas emosional/sosial pada pertemuan pertama rata-rata: 8,4. Dengan persentase: 60 %. Dan pertemuan kedua rata-rata: 11,8. Dengan persentase: 84,29 %. Refleksi dilaksanakan berdasarkan hasil kerja yang dilakukan melalui indikator kinerja untuk mengetahui peningkatan aktivitas belajar pada pertemuan siklus II peserta didik pada kelas II A SD Negeri 02 Parit Merdeka Kecamatan Tangaran Kabupaten Sambas. Melalui hasil pengamatan ini terbukti bahwa pendekatan tematik mampu meningkatkan aktivitas belajar peserta didik pada kelas II A SD Negeri 02 Parit Merdeka Kecamatan Tangaran Kabupaten Sambas. Tabel 1 Rekapitulasi Aktivitas Belajar Peserta Didik No Indikator Pengamatan awal Siklus I Siklus II 1 Aktivitas fisik/jasmani 67,14% 82,86% 91,43% 2 Aktivitas mental/kognitif 37,86% 57,14% 76,19% 3 Aktivitas emosional/ sosial 18,57% 41,43% 84,29% Grafik aktivitas belajar peserta didik pada pengamatan awal, siklus I, dan siklusII: 100,00% 91,43% 90,00% 84,29% 82,86% 76,19% 80,00% 70,00% 67,14% 57,14% 60,00% 50,00% 40,00% 41,43% 37,86% 30,00% 20,00% 18,57% 10,00% 0,00% Pengamatan awal Aktivitas fisik/jasmani Siklus I Aktivitas mental/kognitif Siklus II Aktivitas emosional/sosial Gambar 1.3 Diagram Peningkatan Aktivitas Belajar Peserta Didik SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Berdasarkan dari hasil dan pembahasan penelitian ini dapat disimpulkan: rancangan RPP yang telah dibuat sudah sesuai dengan PERMENDIKNAS No. 41 tahun 2007 tentang standar proses untuk satuan pendidikan dasar dan menengah dan kurikulum KTSP, pelaksanaan pembelajaran tematik sudah mendasar dengan RPP yang berbasis PERMENDIKNAS No. 41 tahun 2007 tentang standar proses untuk satuan pendidikan dasar dan menengah dan kurikulum KTSP, pelaksanaannya berpusat pada peserta didik, aktivitas belajar peserta didik di kelas II A Sekolah Dasar Negeri 02 Parit Merdeka yang berhubungan dengan aktivitas fisik/jasmani, yaitu pada siklus I rata-rata 11,6, dan pada siklus II ratarata 12,8. Terjadi peningkatan sebanyak rata-rata 1,2, aktivitas belajar peserta didik di kelas rendah Sekolah Dasar Negeri 02 Parit Merdeka yang berhubungan dengan aktivitas mental/kognitif, yaitu pada siklus I rata-rata 8, dan pada siklus II rata-rata 10,7. Terjadi peningkatan sebanyak rata-rata 2,7, aktivitas belajar peserta didik di kelas rendah Sekolah Dasar Negeri 02 Parit Merdeka yang berhubungan dengan aktivitas emosional/sosial, yaitu pada siklus I rata-rata 5,8, dan pada siklus II rata-rata 11,8. Terjadi peningkatan sebanyak rata-rata 6. Saran Berdasarkan beberapa simpulan penelitian yang dikemukakan, maka penulis menyampaikan beberapa saran sebagai berikut: sebaiknya guru di kelas rendah menggunakan pendekatan tematik dalam pembelajarannya karena pendekatan tematik sangat cocok untuk peserta didik kelas rendah yang masih pada tahap operasional konkret (kemampuan untuk berfikir secara logis), guru hendaknya membuat rencana pelaksanaan pembelajaran dan melakukan inovasi dalam mengelola pembelajaran di kelas dalam upaya peningkatan aktivitas belajar peserta didik. Dengan memilih tema yang menarik, metode dan media ajar yang menyenangkan dan mudah didapat dari lingkungan sekitar akan memberi pengalaman yang bermakna bagi peserta didik peserta didik lebih cepat dan lebih baik dalam menyerap pelajaran, pemberian motivasi dan penguatan oleh guru juga perlu dilakukan guna memberikan pemahaman kepada peserta didik tentang pentingnya belajar dengan giat dan sungguh-sungguh. DAFTAR RUJUKAN Abimanyu. 1995. Rancangan Pengelolaan Kegiatan Penelitian Praktis. Jakarta: Depdikbud. A.M. Sardiman. 1994. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta. A.M. Sardiman. 2010. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: Grafindo Persada. Departemen Pendidikan Nasional. 2006. Strategi Pembelajaran yang Mengaktifkan Siswa. Jakarta: Depdiknas. Jamal Ma’mur Asmani. 2011. Penelitian Pendidikan. Yogyakarta: Diva Press. Nana Sudjana. 1997. Media Pengajaran. IKIP Bandung: Sinar Baru Bandung. Nasution. 1982. Metode Research. Bandung: Jemmers. Nunu Nuchiyah. 2007. Jurnal Pendidikan Dasar No. 8: Pelatihan Guru-Guru Sekolah Dasar tentang Pembelajaran Terpadu melalui Pendekatan Model Tematik di Kecamatan Serang, Kabupaten Serang. Banten. Oemar Hamalik. 2001. Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara. Rochiati Wiraatmaja. 2006. Penelitian Tindakan Kelas. Yogyakarta: Familia. Rohani. 2004. Pengelolaan Pengajaran. Jakarta: Rineka Cipta. Soemanto. 1987. Psikologi Pendidikan: Landasan Kerja Pemimpin Pendidikan. Suharsimi Arikunto. 2002. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Sinar Grafika. Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R & D. Bandung: Alfabeta. Susilo. 2010. Panduan Penelitian Tindakan Kelas. Yogyakarta : Pusat Book Publisher. Syaiful Bahri Djamarah. 1996. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta. Trianto. M. Pd. 2010. Mengembangkan Model Pembelajaran Tematik. Jakarta: Prestasi Pustaka.