BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Teori Medis 1. Bayi Baru Lahir a

advertisement
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Teori Medis
1. Bayi Baru Lahir
a. Pengertian
Bayi baru lahir disebut juga dengan neonatus merupakan individu yang
sedang bertumbuh dan baru saja mengalami trauma kelahiran serta
harus dapat melakukan penyesuaian diri dan kehidupan intrauterin ke
kehidupan ekstrauterin. Bayi baru lahir normal adalah bayi yang lahir
dengan berat lahir antara 2500-4000 gram pada usia kehamilan 37-42
minggu (Karyuni, 2009).
b. Klasifikasi Bayi Baru lahir
Klasifikasi bayi baru lahir dibedakan menjadi dua macam yaitu
klasifikasi menurut berat lahir dan klasifikasi menurut masa gestasi atau
umur kehamilan.
1) Klasifikasi menurut berat lahir yaitu :
a) Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR)
Bayi yang dilahirkan dengan berat lahir < 2500 gram tanpa
memandang masa gestasi
b) Bayi Berat Lahir Cukup/Normal
Bayi yang dilahirkan dengan berat lahir > 2500 – 4000 gram
c) Bayi Berat Lahir Lebih
Bayi yang dilahirkan dengan berat lahir > 4000 gram
6
7
2) Klasifikasi menurut masa gestasi atau umur kehamilan yaitu :
a) Bayi Kurang Bulan (BKB)
Bayi dilahirkan dengan masa gestasi < 37 minggu (< 259 hari)
b) Bayi Cukup Bulan (BCB)
Bayi dilahirkan dengan masa gestasi antara 37–42 minggu
(259–293 hari)
c) Bayi Lebih Bulan (BLB)
Bayi dilahirkan dengan masa gestasi > 42 minggu (294 hari)
(Kosim, 2012).
c. Ciri – ciri Bayi Baru Lahir Normal
1) Bayi lahir aterm antara 37 - 42 minggu.
2) Berat badan bayi 2500 – 4000 gram, panjang badan 48 – 52 cm,
lingkar dada 30 – 38 cm, lingkar kepala 33 – 35 cm dan lingkar
lengan 11 – 12 cm.
3) Frekuensi denyut jantung 120 – 160 kali per menit.
4) Frekuensi pernafasan 40 – 60 kali per menit.
5) Kulit kemerah-merahan dan licin karena jaringan subkutan yang
cukup terbentuk dan dilapisi verniks kaseosa.
6) Rambut lanugo tidak terlihat dan rambut kepala biasanya telah
sempurna.
7) Kuku agak panjang dan lemas.
8) Nilai APGAR >7 dan gerakannya aktif serta bayi lahir langsung
menangis kuat.
8
9) Refleks rooting (mencari putting susu dengan rangsangan taktil
pada pipi dan daerah mulut), reflek sucking (isap dan menelan),
reflek morro (gerakan memeluk jika dikagetkan) dan reflek
grasping (menggenggam) sudah terbentuk dengan baik.
10) Genetalia : pada bayi perempuan labia mayora sudah menutupi
labia minora. Pada bayi laki-laki testis sudah turun, skrotum sudah
ada.
11) Eliminasi baik yang ditandai dengan keluarnya mekonium dalam 24
jam pertama dan berwarna hitam kecoklatan.
(Dewi, 2011) , (Putra, 2012) dan (Sondakh, 2013).
d. Bayi Baru Lahir Risiko Tinggi
Kondisi–kondisi yang menjadikan neonatus berisiko tinggi, antara lain :
1) Bayi dengan berat badan lahir rendah
Bayi dengan berat badan lahir rendah yaitu bayi baru lahir yang
berat badannya saat lahir kurang dari 2500 gram (sampai dengan
2499 gram). Komplikasi yang dapat terjadi pada bayi dengan berat
badan lahir rendah diantaranya adalah penyakit hipotermia,
gangguan pernafasan, membran hialin, ikterus, pneumonia, aspirasi
dan hiperbilirubinemia (Prawirohardjo, 2010).
2) Asfiksia neonatorum
Suatu keadaan bayi baru lahir yang gagal bernafas secara spontan
dan teratur segera setelah lahir sehingga bayi tidak dapat
9
memasukkan oksigen dan tidak dapat mengeluarkan zat asam
arang dari tubuhnya (Karyuni, 2009).
3) Perdarahan tali pusat
Perdarahan yang terjadi pada tali pusat bisa timbul karena trauma
pada pengikatan tali pusat yang kurang baik atau kegagalan proses
pembentukkan trombus normal. Selain itu, perdarahan pada tali
pusat juga dapat sebagai petunjuk adanya penyakit pada bayi
(Dewi, 2010).
4) Kejang neonatus
Kejang pada neonatus bukanlah suatu penyakit, tetapi merupakan
suatu gejala penting akan adanya penyakit lain sebagai penyebab
kejang atau adanya kelainan susunan saraf pusat. Penyebab utama
terjadinya kejang adalah kelainan bawaan pada otak, sedangkan
sebab sekunder adalah gangguan metabolik atau penyakit lain
seperti penyakit infeksi. Di negara berkembang, kejang pada
neonatus sering disebabkan oleh tetanus neonatorum, sepsis,
meningitis, ensefalitis, pendarahan otak, dan cacat bawaan (Tanto,
Liwang, 2014).
2. Bayi dengan Berat Badan Lahir Rendah (BBLR)
a. Pengertian
Bayi berat lahir rendah (BBLR) adalah bayi dengan berat lahir
kurang dari 2500 gram tanpa melihat usia gestasi. BBLR merupakan
10
salah satu penyebab utama morbiditas dan mortalitas neonatus (Tanto,
Liwang, 2014).
Bayi berat lahir rendah (BBLR) adalah bayi dengan berat badan
dibawah 2500 gram pada saat lahir (Karyuni, 2009).
Dengan pengertian seperti yang telah diterangkan diatas, bayi
BBLR dapat dibagi menjadi dua golongan, yaitu :
1) Prematuritas murni
Masa gestasinya kurang dari 37 minggu dan berat badannya sesuai
dengan berat badan untuk masa gestasi itu atau biasa disebut
neonatus kurang bulan sesuai untuk masa kehamilan (Manuaba,
2007).
a) Berat badan kurang dari 2500 gram, panjang badan kurang dari
45 cm, lingkar kepala kurang dari 33 cm, lingkar dada kurang
dari 30 cm.
b) Masa gestasi atau umur kehamilan kurang dari 37 minggu.
c) Gerakan kurang aktif dan otot masih hipotonis.
d) Kepala lebih besar dari badan, rambut tipis dan halus.
e) Tulang tengkorang lunak, fontanela besar dan sutura besar.
f) Telinga sedikit tulang rawannya dan berbentuk sederhana.
g) Kulit tipis dan transparan, lanugo (bulu halus) banyak terutama
pada dahi, pelipis, telinga dan lengan.
h) Lemak subkutan kurang.
i) Pernafasan belum teratur dan sering mengalami serangan apnu.
11
j) Putting susu belum terbentuk sempurna.
k) Pembuluh darah kulit banyak terlihat peristaltic usus dapat
terlihat.
l) Genetalia belum sempurna, pada wanita labia minora belum
tertutup oleh labia mayora.
m) Reflek menghisap dan menelan belum sempurna (Ridha, 2014).
2) Dismaturitas
Bayi lahir dengan berat badan kurang dari berat badan yang
seharusnya untuk usia kehamilannya. Berarti bayi mengalami
retardasi pertumbuhan intrautein dan merupakan bayi yang kecil
untuk masa kehamilannya (Hassan, 2005).
Pre term : sama dengan bayi prematur murni
Post term :
a) Kulit pucat, mekonium kering keriput, tipis.
b) Vernix caseosa tipis/ tidak ada.
c) Jaringan lemak dibawah kulit tipis.
d) Bayi tampak gesit, aktif dan kuat.
e) Tali pusat berwarna kuning kehijauan.
b. Etiologi
Penyebab terbanyak terjadinya BBLR adalah kelahiran prematur.
Faktor ibu yang lain adalah umur, paritas, dan lain-lain. Faktor plasenta
seperti penyakit vaskuler, kehamilan kembar/ganda, serta faktor janin
12
juga merupakan penyebab terjadinya BBLR. BBLR dapat disebabkan
oleh beberapa faktor yaitu :
1) Faktor ibu
a) Penyakit
Penyakit yang berhubungan langsung dengan kehamilan
misalnya toksemia gravidarum, perdarahan antepartum, trauma
fisik dan psikologis, penyakit lainnya yaitu nefritis akut,
diabetes melitus, infeksi akut atau tindakan operatif (Kosim,
2012).
b) Usia
Angka kejadian prematuritas tertinggi yaitu pada usia ibu
dibawah 20 tahun dan pada multigravida yang jarak antar
kelahirannya terlalu dekat. Kejadian terendah yaitu pada usia
ibu antra 26-35 tahun (Manuaba, 2007).
c) Keadaan sosial-ekonomi
Kejadian tertinggi terdapat pada golongan sosial-ekonomi yang
rendah dan perkawainan yang tidak sah. Hal ini disebabkan oleh
keadaan gizi yang kurang baik dan pengawasan antenatal yang
kurang (Hassan, 2005).
d) Sebab lain
Ibu yang perokok, ibu yang peminum alkohol dan ibu pecandu
narkotika termasuk faktor lain yang mengakibatkan bayi lahir
dengan BBLR (Mochtar, 2012).
13
2) Faktor janin
Cacat bawaan, infeksi dalam rahim, kehamilan ganda dan kelainan
kromosom umumnya akan mengakibatkan bayi lahir dengan BBLR
(Manuaba, 2007).
3) Faktor lingkungan
Faktor lingkungan yang dapat mempengaruhi terjadinya BBLR,
meliputi tempat tinggal dataran tinggi, radiasi, dan zat-zat beracun
(Mochtar, 2012).
c. Masalah – masalah atau kelainan pada bayi berat lahir rendah menurut
Manuaba (2007), masalah pada BBLR yaitu :
1) Suhu Tubuh
a) Pusat mengatur nafas tubuh masih belum sempurna.
b) Luas
badan
bayi
relatif besar
sehingga
penguapannya
bertambah.
c) Otot bayi masih lemah.
d) Lemak kulit dan lemak coklat kurang sehingga cepat kehilangan
panas badan.
e) Kemampuan metabolisme panas masih rendah sehingga bayi
dengan berat badan lahir rendah perlu diperhatikan agar tidak
terlalu banyak kehilangan panas badan dan dapat dipertahankan
sekitar 36° sampai 37° C.
2) Pernafasan
a) Pusat pengatur pernafasan belum sempurna
14
b) Surfaktan paru-paru masih kurang sehingga perkembangan tidak
sempurna
c) Otot pernafasan dan tulang iga masih lemah
d) Dapat disertai penyakit : penyakit hialin membran, mudah
infeksi paru-paru, gagal pernafasan.
3) Alat pencernaan makanan
a) Penyerapan makanan masih lemah atau kurang baik karena
pencernaannya belum berfungsi sempurna.
b) Aktivitas otot pencernaan makanan masih belum sempuna
sehingga pengosongan lambung berkurang.
c) Mudah terjadi regurgitasi isi lambung dan dapat menimbulkan
aspirasi pneumonia.
4) Hepar belum matang
Mudah menimbulkan gangguan pemecahan bilirubin sehingga
mudah terjadi hiperbilirubinemia (kuning) sampai menyebabkan
ikterus.
5) Ginjal masih belum matang
Kemampuan mengatur pembuangan sisa metabolisme dan air masih
belum sempurna sehingga mudah terjadi oedema.
6) Perdarahan dalam otak
a) Pembuluh darah bayi dengan berat badan lahir rendah masih
rapuh dan mudah pecah.
15
b) Karena mengalami gangguan pernafasan sehingga memudahkan
terjadi perdarahan dalam otak.
c) Perdarahan
dalam
otak
memperburuk
keadaan
dan
menyebabkan kematian pada bayi.
d) Pemberian
oksigen
belum
mampu
diatur
sehingga
mempermudah terjadi perdarahan dan nekrosis.
d. Patofisiologi
Tingkat kematangan fungsi sistem organ neonatus merupakan
syarat untuk dapat beradaptasi dengan kehidupan diluar rahim. Secara
umum bayi berat badan lahir rendah ini berhubungan dengan usia
kehamilan yang belum cukup bulan atau prematur dan disebabkan
karena dismaturitas. Biasanya hal ini terjadi karena adanya gangguan
pertumbuhan bayi sewaktu dalam kandungan yang disebabkan oleh
faktor ibu, komplikasi hamil, komplikasi janin, plasenta yang
menyebabkan suplai makanan ibu ke bayi berkurang. Faktor lainnya
yang menyebabkan bayi berat badan lahir rendah yaitu faktor genetik
atau kromosom, infeksi, kehamilan ganda, perokok, peminum alkohol,
dan sebagainya (Mochtar, 2012).
Konsekuensi dari anatomi dan fisiologi yang belum matang,
bayi prematur cenderung mengalami masalah yang bervariasi. Hal ini
harus diantisipasi dan dikelola pada masa neonatal. Berkaitan dengan
hal itu, maka menghadapi bayi prematur harus memperhatikan masalahmasalah sebagai berikut :
16
a) Sistem pengaturan suhu tubuh (Hipotermia)
Dalam kandungan, bayi berada dalam suhu lingkungan
yang normal dan stabil yaitu 36° sampai dengan 37° C. segera
setelah lahir bayi dihadapkan pada suhu lingkungan yang
umumnya lebih rendah. Perbedaan suhu ini memberi pengaruh
pada kehilangan panas tubuh bayi. Hipotermia terjadi apabila suhu
tubuh turun dibawah 36,5° C. Apabila seluruh tubuh bayi teraba
dingin maka bayi sudah mengalami hipotermia sedang (suhu 32°
sampai dengan 36° C). Disebut hipotermia berat apabila suhu
tubuh kurang dari 32° C (Pantiawati, 2010).
Hipotermia dapat terjadi karena kemampuan untuk
mempertahankan panas dan kesanggupan menambah produksi
panas sangat terbatas karena pertumbuhan otot-otot yang belum
cukup memadai, lemak subkutan yang sedikit, belum matangnya
sistem saraf pengatur suhu tubuh, luas permukaan tubuh relatif
lebih besar dibandingkan dengan berat badan sehingga mudah
kehilangan panas (Maryunani, Puspita 2014).
b) Gangguan pernafasan
Asfiksia adalah suatu keadaan kegagalan bernafas secara spontan
dan teratur beberapa saat setelah lahir. Kegagalan ini menyebabkan
terjadinya hipoksia yang diikuti dengan asidosis respiratorik.
Apabila proses berlanjut maka metabolisme sel dalam suasana
anaerob akan menyebabkan asidosis metabolik yang selanjutnya
17
terjadi perubahan kardiovaskuler. Menurunnya atau terhentinya
denyut jantung menyebabkan iskemia. Iskemia setelah mengalami
asfiksia selama 5 menit menyebabkan penyumbatan pembuluh
darah kecil dimana akan mengakibatkan kerusakan-kerusakan
menetap (Maryunani, Puspita 2014).
c) Hipoglikemia
Glukosa merupakan sumber utama energi selama masa janin.
Kecepatan glukosa yang diambil janin tergantung dari kadar gula
darah ibu karena terputusnya hubungan plasenta dan janin
menyebabkan terhentinya pemberian glukosa. Bayi aterm dapat
mempertahankan kadar gula darah 50-60 mg/dL selama 72 jam
pertama, sedangkan bayi berat badan lahir rendah dalam kadar 40
mg/dL. Hal ini disebabkan cadangan glikogen yang belum
mencukupi. Hipoglikemia bila kadar gula darah sama dengan atau
kurang dari 20 mg/dL (Pantiawati, 2010).
d) Sitem imunologi
Kemungkinan terjadi kerentanan pada bayi dengan berat lahir
rendah terhadap infeksi mengalami peningkatan. Konsentrasi Ig G
serum pada bayi sama dengan bayi matur. Imunoglobulin G ibu
ditransfer secara aktif melalui plasenta ke janin pada trimester
terakhir. Konsentrasi Ig G yang rendah mencerminkan fungsi
plasenta yang buruk berakibat pertumbuhan janin intra uterin yang
buruk dan meningkatkan risiko infeksi post natal. Oleh karena itu
18
bayi dengan berat lahir rendah berpotensi mengalami infeksi lebih
banyak dibandingkan bayi matur (Maryunani, Puspita 2014).
e) Perdarahan intracranial
Pada bayi dengan berat badan lahir rendah pembuluh darah masih
sangat rapuh hingga mudah pecah. Perdarahan intracranial dapat
terjadi
karena
trauma
lahir,
disseminated
intravascular
coagulopathy atau trombositopenia idiopatik. Matriks germinal
epidimal yang kaya pembuluh darah merupakan wilayah yang
sangat rentan terhadap perdarahan selama minggu pertama
kehidupan (Pantiawati, 2010).
f) Rentan terhadap infeksi
Pemindahan substansi kekebalan dari ibu ke janin terjadi pada
minggu terakhir masa kehamilan. Bayi dengan berat badan lahir
rendah mudah menderita infeksi karena imunitas humoral dan
seluler masih kurang hingga bayi mudah menderita infeksi. Selain
itu, karena kulit dan selaput membran bayi dengan berat badan
lahir rendah tidak memiliki perlindungan seperti bayi cukup bulan
(Pantiawati, 2010).
g) Hiperbilirubinemia
Pada bayi dengan berat badan lahir rendah lebih sering mengalami
hiperbilirubinemia dibandingkan dengan bayi cukup bulan. Hal ini
dapat terjadi karena belum maturnya fungsi hepar sehingga
konjugasi bilirubin indirek menjadi bilirubin direk belum
19
sempurna. Kadar bilirubin normal pada bayi dengan berat badan
lahir
rendah
10
mg/dL.
Sesungguhnya
hiperbilirubinemia
merupakan keadaan normal pada bayi baru lahir selama minggu
pertama, karena belum sempurnanya metabolisme bilirubin bayi
(Hassan, 2005).
Berikut skema patofisiologi bayi baru lahir dengan BBLR :
Bayi Baru Lahir
Bayi dengan berat badan lahir
normal (2500 gram – 4000 gram).
Bayi dengan berat badan lahir
rendah atau BBLR (<2500 gram).
Prematur
Dismatur
Sitem organ dalam tubuh belum
terbentuk sempurna
Masalah yang dapat terjadi :
1. Hipotermia (suhu tubuh bayi
>36,5°C)
2. Asfiksia (kegagalan bernafas secara
spontan dan teratur segera setelah
lahir)
3. Hipoglikemia (bila kadar gula darah
<20 mg/dL)
4. Rentan terhadap infeksi (konsentrasi
Ig G yang rendah)
5. Perdarahan intracranial (terjadi
karena trauma lahir)
6. Hiperbilirubinemia (terjadi karena
belum maturnya fungsi hepar)
Gambar 1. Patofisiologi Bayi Berat Lahir Rendah
Sumber : (Pantiawati, 2010), (Maryunani, Puspita, 2014) dan (Hassan, 2005)
20
e. Faktor predisposisi
1) Faktor ibu meliputi riwayat kehamilan prematur sebelumnya,
perdarahan antepartum, malnutrisi, kelainan uterus, hidramnion,
penyakit jantung atau penyakit kronis lainnya, hipertensi, preeklamsi, tumor, ibu yang menderita penyakit akut dengan gejala
panas tinggi dan penyakit kronis seperti TBC, jantung, tifus
abdominalis, umur ibu kurang dari 20 tahun atau lebih dari 35
tahun, infeksi, jarak kehamilan yang terlalu dekat, trauma, kelainan
letak plasenta, dan lain-lain.
2) Fakor janin meliputi cacat bawaan, kehamilan ganda, hidramnion,
ketuban
pecah
dini,
infeksi
(misalnya
rubella,
sifillis,
toksoplasmosis), insufisiensi plasenta, inkompabilitas darah ibu dan
janin.
3) Keadaan sosial ekonomi yang rendah.
4) Kebiasaan meliputi pekerjaan yang melelahkan, merokok.
5) Faktor yang masih belum diketahui (Saifuddin, 2009).
f. Diagnosa dan gejala klinis
1) Sebelum bayi lahir
a) Pada anamnesis sering dijumpai adanya riwayat abortus, partus
prematurus dan lahir mati.
b) Pembesaran uterus tidak sesuai masa kehamilan.
21
c) Pergerakan janin yang pertama (quickening) terjadi lebih
lambat, gerakan janin lebih lama walaupun kehamilannya sudah
agak lanjut.
d) Pertambahan berat badan ibu lambat dan tidak sesuai menurut
seharusnya.
e) Sering dijumpai kehamilan dengan oligohidramnion atau bisa
pula dengan hidramnion, hiperemesis gravidarum dan pada
hamil lanjut dengan toksemia gravidarum atau perdarahan
antepartum.
2) Setelah bayi lahir
a) Bayi dengan reterdasi pertumbuhan intrauterin secara klasik
tampak seperti bayi yang kelaparan. Tanda-tanda bayi ini adalah
tengkorak kepala keras, gerakan bayi terbatas, verniks kaseosa
sedikit atau tidak ada, kulit tipis, kering, berlipat-lipat, mudah
diangkat. Abdomen cekung atau rata, jaringan lembek dan
berwarna kehijauan.
b) Bayi prematur yang lahir sebelum kehamilan 37 minggu.
Verniks kaseosa ada, jaringan lemak bawah kulit sedikit, tulang
tengkorak lunak mudah bergerak, abdomen buncit, tali pusat
tebal dan segar, menangis lemah, tonus otot hipotoni, dan kulit
tipis, merah dan transparan.
c) Bayi small for date sama dengan bayi dengan retardasi
pertumbuhan intrauterin.
22
d) Bayi prematur kurang sempurna pertumbuhan alat-alat dalam
tubuhnya, karena itu sangat peka terhadap gangguan pernafasan,
infeksi, trauma kelahiran, hipotermi, dan sebagainya, pada bayi
kecil untuk masa kehamilan (small for date) alat-alat dalam
tubuh lebih berkembang dibandingkan dengan bayi prematur
berat badan sama, karena itu akan lebih mudah hidup diluar
rahim, namun tetap lebih peka terhadap infeksi dan hipotermi
dibandingkan dengan bayi matur dengan berat badan normal
(Mochtar, 2012).
g. Prognosis
Prognosis bayi berat lahir rendah ini tergantung dari berat
ringannya masalah perinatal misalnya masa gestasi (makin muda masa
gestasi / makin rendah berat bayi, makin tinggi angka kematian),
asfiksia, sindrom gangguan pernafasan, perdarahan interventrikular,
fibroplasia retinolenta dan aspirasi pneumonia. Apabila bayi ini selamat
kadang-kadang dijumpai kerusakan pada syaraf dan akan terjadi
gangguan bicara, IQ yang rendah, dan gangguan lainnya. Prognosis ini
juga tergolong dari keadaan sosial ekonomi, pendidikan orang tua dan
perawatan pada saat kehamilan, persalinan dan pos natal (pengaturan
suhu lingkungan, resusitasi, nutrisi, mencegah infeksi, mengatasi
gangguan pernafasan, asfiksia hiperbilirubinemia, hipoglikemia dan
lain-lain) (Mochtar, 2012) dan (Maryunani, Puspita 2014).
23
h. Penatalaksanaan
1. Pemberian vitamin Kı
Pemberian vitamin Kı diberikan secara Injeksi 1 mg IM, atau 2 mg
secara oral sebanyak 3 kali (lahir usia 3-10 hari, usia 4-6 minggu)
(Tanto, Liwang, 2014).
2. Pengaturan suhu lingkungan
Menghangatkan dan mempertahankan suhu tubuh bayi baru
lahir dapat dilakukan dengan lima cara yaitu kontak kulit dengan
kulit, kangaroo mother care (dada dan perut bayi kontak kulit
dengan dada ibu dengan kepala bayi sedikit ditengadahkan, posisi
dipertahankan dengan gendongan kain dan pakaian ibu), pemancar
panas, inkubator (alat yang berfungsi membantu terciptanya suhu
lingkungan yang cukup dengan suhu normal), dan ruangan yang
hangat (Putra, 2012) dan (Tanto, Liwang, 2014). Bayi dimasukkan
dalam inkubator dengan suhu yang diatur :
a) Bayi berat badan dibawah 2000 gram 35° C.
b) Bayi berat badan 2000 gram sampai 2500 gram 34° C.
Suhu inkubator diturunkan 1°C setiap minggu sampai bayi
dapat ditempatkan pada suhu lingkungan sekitar 24–27°C
(Mochtar, 2012).
3. Diatetik (pemberian nutrisi yang adekuat) pada bayi baru lahir
dengan Berat Badan Lahir Rendah (BBLR), yaitu :
24
a) Apabila daya isap belum baik, bayi dicoba untuk menetek
sedikit demi sedikit.
b) Apabila bayi belum bisa meneteki pemberian ASI diberikan
melalui sendok atau pipet.
c) Apabila bayi belum ada reflek mengisap dan menelan harus
dipasang sonde fooding.
Bayi dengan berat badan lahir rendah mempunyai masalah
menyusui karena refleks menghisapnya masih lemah. Untuk itu
sebaiknya ASI dikeluarkan dengan pompa atau diperas dan
diberikan pada bayi dengan pipa lambung atau pipet. Dengan
memegang kepala dan menahan bawah dagu, bayi dapat dilatih
untuk menghisap sementara ASI yang telah dikeluarkan diberikan
dengan pipet atau selang kecil yang menempel pada putting. ASI
merupakan pilihan utama :
a) Apabila bayi mendapat ASI, pastikan bayi menerima jumlah
yang cukup dengan cara apapun, perhatikan cara pemberian ASI
dan nilai kemampuan bayi menghisap paling kurang sehari
sekali.
b) Apabila bayi sudah tidak mendapatkan cairan IV dan beratnya
naik 20g/hari selama 3 hari berturut-turut, timbang bayi minimal
2 kali seminggu (Pantiawati, 2012).
25
4. Pemantauan (monitoring)
a. Pemantauan saat dirawat
1) Terapi
a) Terapi untuk penyulit tetap diberikan apabila diperlukan.
b) Preparat besi sebagai suplemen mulai diberikan pada
usia 2 minggu.
2) Tumbuh kembang
Memantau berat badan bayi secara periodik. Perubahan
berat badan mencerminkan kondisi gizi atau nutrisi bayi
dan erat kaitannya dengan daya tahan tubuh bayi tersebut.
a) Bayi akan kehilangan berat badan selama 7-10 hari
pertama (sampai 10% untuk bayi dengan berat lahir ≥
1500 gram dan 15% untuk bayi dengan berat lahir <1500
gram.
b) Apabila bayi sudah mendapatkan ASI secara putih (pada
semua kategori besar lahir) dan telah berusia lebih dari 7
hari harus diperhatikan, antara lain :
(1) Meningkatkan jumlah ASI dengan 20 ml/kg/hari
sampai tercapai jumlah 180 ml/kg/hari.
(2) Meningkatkan
jumlah
ASI
sesuai
dengan
peningkatkan berat badan agar jumlah pemberian
ASI tetap 180 ml/kg/hari.
26
(3) Bayi dengan kenaikan berat badan tidak adekuat,
jumlah pemberian ASI harus ditingkatkan hingga
200 ml/kg/hari.
(4) Mengukur berat badan setiap hari, panjang badan
dan lingkar kepala setiap minggu.
b. Pemantauan setelah pulang
Diperlukan pemantauan setelah pulang untuk mengetahui
perkembangan
bayi
dan
mencegah
atau
mengurangi
kemungkinan untuk terjadinya komplikasi setelah pulang
sebagai berikut :
1) Sesudah pulang hari ke-2, ke-10, ke-20, ke-30 dan
dilanjutkan setiap bulan.
2) Menghitung umur koreksi.
3) Pertumbuhan : berat badan, panjang badan dan lingkar
kepala.
4) Tes perkembangan, Denver Development Screening Test
(DDST).
5) Mengawasi adanya kelainan bawaan.
6) Mengajarkan ibu/orang tua cara :
a) Membersihkan jalan nafas
b) Mempertahankan suhu tubuh
c) Mencegah terjadinya infeksi
27
d) Perawatan bayi sehari-hari meliputi : memandikan,
perawatan tali pusat, pemberian ASI.
7) Menjelaskan pada ibu (orang tua) mengenai :
a) Pemberian ASI
b) Makanan bergizi bagi ibu
c) Mengikuti program KB segera mungkin.
8) Observasi keadaan umum bayi selama 3 hari, apabila tidak
ada perubahan atau keadaan umum semakin menurun bayi
harus dirujuk ke rumah sakit (Pantiawati, 2010).
B. Teori Manajemen Kebidanan
1. Pengertian Asuhan Kebidanan
Asuhan kebidanan adalah proses pengambilan keputusan dan tindakan
yang dilakukan oleh bidan yaitu penerapan fungsi dan kegiatan yang
menjadi tanggung jawab dalam memberikan pelayanan kepada klien
yang mempunyai kebutuhan atau masalah dalam bidang kesehatan ibu
masa hamil, masa persalinan, nifas, bayi setelah lahir serta keluarga
berencana (Permenkes, 2007).
2. Pengertian Manajemen Kebidanan
Manajemen kebidanan adalah pendekatan dan kerangka pikir yang
digunakan oleh bidan dalam dalam menerapkan metode pemecahan
masalah secara sistematis mulai dari pengumpulan data, analisis data,
diagnosa
kebidanan,
(Permenkes, 2007).
perencanaan,
pelaksanaan
dan
evaluasi
28
3. Penerapan Manajemen Kebidanan Pada Bayi Baru Lahir dengan Berat
Badan Lahir Rendah (BBLR), menurut 7 Langkah Varney meliputi :
a. Langkah I. Pengkajian atau Pengumpulan Data Dasar
Pengkajian pada bayi berat badan lahir rendah pada dasarnya sama
dengan bayi baru lahir normal. Pengkajian merupakan langkah
awal dari sebuah asuhan kebidanan pada bayi baru lahir. Data awal
ini dapat berupa data subjektif dan data objektif.
1) Data subjektif
Data subjektif adalah data yang didapatkan dari hasil
wawancara (anamnesa) langsung kepada klien dan keluarga
dan tim kesehatan lainnya. Data subjektif ini mencakup semua
keluhan klien terhadap masalah kesehatan yang lain (Wahyuni,
2015).
a) Identitas (biodata)
Identitas dapat berupa nama, umur, jenis kelamin, nama
orang tua, alamat, umur, pendidikan dan pekerjaan orang
tua, serta agama dan suku bangsa (Matondang, 2005).
b) Anamnesa
(1) Riwayat kehamilan ibu : kesehatan ibu selama hamil
dapat mempengaruhi terjadinya BBLR. Pada bayi yang
lahir dengan berat badan lahir rendah untuk masa
kehamilan perlu ditanya apakah ibu merokok, atau
29
minum minuman keras, serta anamnesis yang cermat
tentang makanan ibu selama hamil (Matondang, 2005).
(2) Riwayat penyakit kehamilan : pada anamnesa perlu
dikaji tentang riwayat penyakit kehamilan meliputi
perdarahan,
pre-eklamsia,
eklamsia
dan
penyakit
kelamin, penyakit-penyakit tersebut mempunyai faktor
risiko melahirkan bayi dengan berat badan lahir rendah
( Matondang, 2005).
(3) Riwayat persalinan sekarang : usia kehamilan preterm
kurang dari 37 minggu yaitu faktor terjadinya BBLR
(Mochtar, 2012)
(4) Pola kebiasaan sehari-hari :
(a) Nutrisi
: susu apa yang diberikan, ASI atau
PASI. Apabila PASI perlu dinyatakan
cara pemberian, frekuensi pemberian
dan jumlah setiap kali pemberian.
(b) Aktivitas
: gerakan lemah dan tidak aktif.
(c) Eliminasi : berkemih setelah 8 jam kelahiran,
ketidakmampuan melarutkan ekskresi
ke dalam urine (Karyuni, 2009).
2) Data Objektif
Data objektif adalah data yang diperoleh dari hasil observasi
dan diukur. Informasi tersebut biasanya diperoleh dari
30
pemeriksaan fisik (Wahyuni, 2015). Data yang dikaji pada bayi
baru lahir dengan berat badan lahir rendah adalah sebagai
berikut :
a) Keadaan umum
Pengkajian secara keseluruhan, kepala, badan, ekstremitas,
tonus otot, tingkat aktivitas, warna kulit dan bibir, tangis
bayi (Wahyuni, 2015).
b) Tanda-tanda vital
Pengkajian yang terdiri dari suhu tubuh, nadi, dan
pernafasan bayi baru lahir bervariasi dalam respons
terhadap lingkungan.
(1) Suhu tubuh
Bayi mempertahankan suhu tubuh dengan sikap fleksi
serta
meningkatkan
frekuensi
pernafasan
dan
aktifitasnya. Kisaran suhu 36-37° C, diperlukan nutrisi
dan pergerakan yang cukup, sehingga tidak dianjurkan
pembedongan yang terlalu kuat (Karyuni, 2009).
(2) Nadi
Denyut nadi BBLR 100-140 kali/menit (Manuaba,
2012).
(3) Pernafasan
Frekuensi pernafasan BBLR 45-50 kali permenit
(Manuaba, 2012).
31
c) Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan dengan melihat klien dari ujung rambut
sampai kaki.
(1) Kepala
Ukuran kepala pada BBLR kecil kurang dari 33 cm.
(2) Dada
Pada BBLR bentuk dada sempit, atau kurang dari 30
cm.
(3) Abdomen
Pada BBLR abdomen relatif besar.
(4) Ekstremitas
Pada BBLR kuku pendek dan lunak
(5) Genetalia
Alat kelamin pada laki-laki pigmentasi dan rugae pada
skrotum kurang. Sedangkan bayi perempuan klitoris
menonjol, labia minora belum tertutup oleh labia
mayora kemungkinan
bisa dikatakan BBLR karena
belum sempurna.
(6) Kulit
Pada BBLR warna kulit putih atau merah pucat, lemak
subkutan
tampak
jarang,
keriput,
(Maryunani, 2008), (Pantiawati, 2010).
kulit
kering
32
d) Refleks
Refleks sucking yaitu refleks menghisap. Pada bayi dengan
berat badan lahir rendah refleks sucking lemah (Putra,
2012).
e) Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan hemoglobin pada bayi term < 14 gr/dL dan
pada bayi preterm Hb <13 gram/dL (Ladewig, 2005).
b. Langkah II : Interpretasi Data Dasar
Pada langkah ini dilakukan identifikasi diagnosa, kebutuhan dan
masalah klien berdasarkan interpretasi yang benar atas dasar datadata yang telah dikumpulkan.
1) Diagnosa Kebidanan
Diagnosa kebidanan yaitu diagnosis yang ditegakkan
oleh bidan dalam lingkup praktik kebidanan dan memenuhi
standar nomenklatur (tata nama) diagnosis kebidanan.
Diagnosa kebidanan yang dapat ditegakkan pada kasus
pasien bayi baru lahir dengan berat badan lahir rendah adalah
pada bayi Ny.S umur 0 hari, lahir normal atau buatan, kurang
masa
kehamilan
dengan
(Prawirohardjo, 2010).
Berat
Badan
Lahir
Rendah
33
2) Masalah
Masalah
adalah
hal-hal
yang
berkaitan
dengan
pengalaman klien yang ditemukan dari hasil pengkajian atau
yang menyertai diagnosis (Purwoastuti, 2014).
Masalah yang dapat terjadi pada bayi dengan berat
badan lahir rendah adalah malas minum, yang berkaitan dengan
keadaan tubuhnya yang lemah (Prawirohardjo, 2010).
3) Kebutuhan
Kebutuhan adalah hal-hal yang dibutuhkan oleh klien
dan belum teridentifikasi dalam diagnosis dan masalah yang
didapatkan dengan melakukan analisis data (Purwoastuti,
2014).
Muncul atau tidaknya kebutuhan bergantung dari data
pengkajian yang didapatkan. Pada bayi dengan berat badan
lahir rendah kebutuhan yang muncul adalah perlunya
perawatan yang intensif (Mitayani, 2009) dan meemberikan
ASI atau PASI sesuai kebutuhan bayi (Karyuni, 2009).
c. Langkah III. Identifikasi Diagnosis atau Masalah Potensial dan
Antisipasi Penanganan
Pada langkah ini kita mengidentifikasi masalah atau
diagnosa potensial lain berdasarkan rangkaian masalah dan
diagnosis yang sudah diidentifikasi. Langkah ini membutuhkan
antisipasi, apabila memungkinkan dilakukan pencegahan, sambil
34
mengamati klien bidan diharapkan dapat bersiap-siap apabila
diagnosis/masalah potensial ini benar-benar terjadi. Pada langkah
ini penting sekali melakukan asuhan yang aman (Purwoastuti,
2014).
Diagnosa potensial yang mungkin muncul pada bayi baru
lahir dengan berat badan lahir rendah adalah hipotermi, sindrom
gawat nafas, hipoglikemia, hiperbilirubinemia, kerusakan integritas
kulit, perdarahan intrakranial dan rentan terhadap infeksi. Maka
untuk mencegah diagnosa potensial tersebut terjadi, diperlukan
langkah antisipasi yang tepat untuk menjaga kehangatannya agar
tidak terjadi hipotermia yaitu dengan pengawasan dan perawatan
yang intensif (Hassan, 2005).
d. Langkah IV. Penetapan Kebutuhan Tindakan Segera
Mengidentifikasi perlunya tindakan segera oleh bidan atau
dokter untuk dikonsultasikan atau ditangani bersama dengan
anggota tim kesehatan yang lain sesuai dengan kondisi klien
(Purwoastuti, 2014).
Tindakan segera yang dapat dilakukan oleh bidan pada
kasus bayi baru lahir dengan berat badan lahir rendah adalah
dengan melakukan kolaborasi dengan dokter spesialis anak untuk
menentukan jenis tindakan atau terapi yang akan dilakukan sesuai
dengan kondisi atau keadaan pasien (Hassan, 2005). Terapi awal
berupa antibiotik untuk pencegahan infeksi yang diberikan bayi
35
dengan berat badan lahir rendah merupakan salah satu indikasi
penggunaan antibiotik Cefotaxime (Saifuddin, 2009).
e. Langkah V. Perencanaan Asuhan yang Menyeluruh
Langkah ini merupakan perluasan dari identifikasi masalah dan
diagnosa yang telah diantisipasi dan melibatkan usaha untuk
memperoleh data atau keperluan penyusunan data (Purwoastuti,
2014). Menurut Mitayani (2009) Perencanaan tindakan untuk bayi
dengan berat badan lahir rendah antara lain :
1) Observasi KU dan VS bayi
2) Beri informasi pada ibu tentang keadaan bayinya
3) Tempatkan bayi dalam inkubator
4) Jaga personal hygiene
5) Pasang sonde
6) Rawat tali pusat
7) Melakukan advis dokter spesialis anak
f. Langkah VI. Pelaksanaan Langsung Asuhan dengan Efisien dan
Aman
Kegiatan yang dilakukan dari rencana asuhan menyeluruh
seperti
yang
telah
diuraikan
pada
langkah
sebelumnya,
dilaksanakan secara efisien dan aman (Purwoastuti, 2014).
Pada pelaksanaan asuhan kebidanan bayi baru lahir dengan
berat badan lahir rendah disesuaikan dengan pelaksanaan tindakan
berdasarkan prioritas utama kasus (Prawirohardjo, 2010).
36
g. Langkah VII. Evaluasi
Evaluasi adalah untuk mengetahui keefektifan dari asuhan
yang sudah diberikan meliputi pemenuhan kebutuhan akan bantuan
apakah benar-benar telah terpenuhi sesuai dengan kebutuhan
sebagaimana telah diidentifikasi didalam masalah dan diagnosis.
Rencana tersebut dapat dianggap efektif jika memang benar-benar
efektif dalam pelaksanaannya (Purwoastuti, 2014).
Evaluasi dari bayi dengan berat badan lahir rendah adalah
meningkatnya berat badan dan terpenuhinya kebutuhan nutrisi pada
bayi, mempertahankan suhu kulit, dan peningkatan berat badan
(Mitayani, 2009).
C. Follow Up Data perkembangan Kondisi Klien
Tujuh langkah Varney disarikan menjadi 4 langkah, yaitu SOAP
(Subjektif, Objektif, Assesment dan Plan). Soap disarikan dari proses
pemikiran penatalaksanaan kebidanan sebagai perkembangan catatan
kemajuan keadaan klien.
S:
Data Subjektif
Menggambarkan pendokumentasian hasil pengumpulan data klien
melalui anamnesis sebagai langkah 1 Varney. Reflek hisap
membaik, bayi menyusu dengan adekuat, dan berat badan
meningkat.
37
O:
Data Objektif
Menggambarkan pendokumentasian hasil pengumpulan data dari
pemeriksaan
umum,
pemeriksaan
fisik,
dan
pemeriksaan
penunjang berupa keadaan umum baik, vital sign normal,
pemeriksaan fisik normal, refleks sucking/menghisap membaik,
pemeriksaan penunjang dalam keadaan baik.
A:
Assesment
Menggambarkan pendokumentasian hasil analisa yaitu bayi baru
lahir pada bayi Ny. X umur Y hari, bersalin spontan, kurang masa
kehamilan dengan riwayat Berat Badan Lahir Rendah (BBLR).
P:
Plan
Penatalaksanaan,
mencatat
seluruh
perencanaan
dan
penatalaksanaan yang telah dilakukan seperti tindakan antisipatif,
tindakan segera, tindakan secara komprehensif: penyuluhan,
dukungan, kolaborasi, evaluasi/follow up dari rujukan sebagai
langkah 3, 4, 5, 6, dan 7 Varney.
(Kepmenkes RI No.938/Menkes/SK/VII/2007).
a. Mengevaluasi hasil tindakan yang telah diberikan
Hasil : keadaan sudah membaik, pemberian vitamin K1 telah
diberikan, kehangatan bayi terjaga dengan inkubator.
b. Memonitor keadaan umum dan vital sign (suhu, nadi,
pernafasan) dan menimbang berat badan
38
Hasil : keadaan umum baik, suhu dalam keadaan normal, nadi
dan pernafasan normal, dan berat badan meingkat.
c. Menganjurkan ibu memberikan ASI on demand (Pantiawati,
2010).
Hasil : ibu bersedia memberikan ASI on demad
d. Melakukan kolaborasi dengan dokter spesialis anak untuk
melanjutkan terapi dan tindakan sampai berat badan bayi
mencukupi (Hassan, 2005).
Hasil : diharapkan kolaborasi dengan dokter spesialis anak
untuk pemberian terapi dan melanjutkan tindakan sampai bayi
dalam keadaan baik dan berat badan bayi meningkat.
e. Memberikan konseling pada ibu untuk perawatan bayi dengan
berat badan lahir rendah di rumah yaitu Bayi dijaga tetap
kering, diselimuti, dan biberikan topi. Atau dengan metode
kangguru yaitu dada dan perut bayi kontak kulit dengan dada
ibu
dengan kepala
bayi
sedikit
ditengadahkan, posisi
dipertahankan dengan gendongan kain dan pakaian ibu (Tanto,
Liwang 2014).
Hasil : ibu bersedia melakukannya dirumah.
Download