BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS 2.1 Pengertian Investasi Investasi adalah komitmen atas sejumlah dana atau sumber daya dengan tujuan memperoleh keuntungan di masa datang. Investasi bisa berkaitan dengan berbagai macam cara menginvestasikan sejumlah dana pada real aset seperti tanah, emas, dan bangunan maupun finansial aset seperti deposito, saham, dan obligasi Tandelilin(2010:2). Investasi juga mempelajari mengelola kesejahteraan investor, kesejahteraan ini adalah kesejahteraan yang bersifat moneter. Kesejahteraan moneter bisa ditunjukkan oleh penjumlahan pendapatan yang dimiliki saat ini dan nilai saat ini atau pendapatan di masa datang. Faktor yang harus diperhatikan oleh investor dalam memilih investasi adalah risiko dan return.Menurut Ekandini (2008) risiko terbesar dalam berinvestasi adalah hilangnya seluruh nilai investasi yang ditanamkan, karena masing-masing jenis investasi memiliki profil hasil dan risiko yang berbeda. Salah satu cara untuk memaksimalkan keuntungan dan meminimalkan risiko adalah dengan melakukan diversifikasi jenis-jenis instrumen dan penempatannya. Diversifikasi adalah salah satu alat keseimbangan dalam portofolio,suatu portofolio memiliki investasi di berbagai jenis berdasarkan alokasi aset yang terdistribusi secara baik. 11 2.2 Analisis Fundamental Analisis fundamental merupakan analisis yang dilakukan investor secara top-down untuk menilai prospek perusahaan. Faktor pertama yang perlu dilakukan analisis adalah analisis ekonomi, kemudian dilanjutkan dengan analisis industri, dan terakhir melakukan analisis perusahaan. Analisis ekonomi merupakan hubungan yang terjadi pada lingkungan makro ekonomi dan pasar modal. Menurut (Jones, 2014:355) mengatakan hubungan antara makro ekonomi dan pasar modal secara keseluruhan berpengaruh terhadap harga saham, jika ekonomi menurun maka kebanyakan kinerja perusahaan dan pasar modal akan menurun. Lingkungan makro ekonomi adalah lingkungan yang mempengaruhi operasi perusahaan setiap hari, beberapa indikator makro ekonomi yang dapat membantu investor dalam memahami dan meramalkan kondisi ekonomi makro. Produk domestik bruto (PDB), adalah ukuran produksi barang dan jasa total suatu negara, meningkatnya PDB memiliki pengaruh positif terhadap daya beli konsumen sehingga meningkatkan permintaan produk perusahaan. Inflasi, adalah kecenderungan peningkatan harga produk secara keseluruhan, inflasi yang tinggi dikaitkan dengan kondisi ekonomi yang overvalued dan membuat pendapatan yang diperoleh investor menurun. Tingkat bunga, tingkat bunga yang tinggi akan mempengaruhi present value aliran kas perusahaan. Suku bunga yang meningkat menyebabkan investor menarik investasinya pada saham dan memindahkan pada investasi berupa tabungan atau deposito (Tandelilin,2010:343). Analisis industri merupakan salah satu bagian dari analisis fundamental, investor mencoba membandingkan kinerja dari berbagai industri untuk bisa 12 mengetahui jenis industri yang memberikan prospek paling menjanjikan. Pentingnya analisis industri karena analisis tersebut dapat membantu investor untuk mengidentifikasi peluang-peluang investasi dalam industri yang mempunyai karakteristik risiko dan return yang menguntungkan bagi investor (Tandelilin,2010:352). Analisis perusahaan merupakan tahap terakhir dalam analisis fundamental, analisis perusahaan terkait dengan perusahaan yang dipilih dalam industri yang mampu menawarkan keuntungan. (Jones,2014:389) mengatakan analisis fundamental dalam perusahaan berkaitan juga dengan analisis dasar keuangan untuk mengestimasi nilai intrinsik perusahaan. Dalam analisis perusahaan ada dua komponen utama yaitu earning per share perusahaan dan price earning ratio perusahaan. Earning per share (EPS) merupakan laba bersih perusahaan yang siap dibagikan kepada pemegang saham dibagi dengan jumlah lembar saham perusahaan, besarnya EPS suatu perusahaan bisa diketahui dari informasi laporan keuangan perusahaan (Tandelilin,2010:373). Price earning ratio (PER) mengindikasikan besarnya uang yang harus dibayarkan investor untuk memperoleh earning perusahaan, PER merupakan besarnya harga setiap earning perusahaan dan merupakan ukuran harga relative dari saham perusahaan (Tandelilin, 2010:375). 2.3 Teori Portofolio Portofolio saham adalah investasi yang terdiri dari berbagai saham perusahaan yang berbeda dengan harapan bila harga salah satu saham menurun, yang lain meningkat, maka investasi tersebut tidak mengalami kerugian .(Gumanti,2011:390) mengatakan portofolio adalah gabungan beberapa aset 13 sekuritas yang dimiliki oleh investor yang memiliki tingkat pengembalian dan risiko yang berbeda–beda. Pembentukan portofolio memerlukan adanya perhitungan tingkat pengembalian dan risiko, (Tandelilin,2010:157) dalam pembentukan portofolio, investor selalu menginginkan portofolio dengan risiko terendah dan tingkat return yang diharapkan. Mengukur return dan risiko untuk sekuritas tunggal memang penting, tetapi bagi manajer portofolio return dan risiko seluruh sekuritas dalam portofolio lebih diperlukan, menghitung risiko dan return untuk sekuritas tunggal juga berguna karena nilai-nilai tersebut akan digunakan untuk pengukuran return dan risiko portofolio (Hartono,2015:311), oleh karena itu, dalam investasi saham kemampuan analisis fundamental perusahaan menjadi dasar yang penting untuk memilih saham-saham yang akan dimasukkan ke dalam portofolio (Zubir,2011:3). 2.4 Pengertian Reksa Dana Reksa dana merupakan suatu jasa pengelolaan dana bagi investor yang ingin berinvestasi yang tersedia di pasar dengan membeli unit penyertaan reksa dana. Dana ini kemudian dikelola oleh Manajer Investasi ke dalam portofolio investasi, baik berupa saham, obligasi, pasar uang maupun pasar efek sekuritas lainnya. Reksa dana yang dalam bahasa asalnya disebut dengan mutual fund adalah salah satu investasi dimana para investor secara bersama-sama melakukan investasi dalam suatu himpunan dana untuk diinvestasikan. Menurut Cuthbertson dan Sullivan (2010) sekumpulan investasi reksa dana dapat memberikan seorang investor menikmati peningkatan akses diversifikasi portofolio dari sekuritas dalam skala ekonomi (economies of scale). 14 2.4.1 Jenis-jenis Reksa Dana Pada dasarnya setiap reksa dana memiliki kesamaan tetapi berbeda dalam tujuan. Membedakan reksa dana dapat dilakukan dengan melihat beberapa sudut pandang (Darmadji,2011). 2.4.2 Reksa Dana dilihat dari Sifat Jenis reksa dana dilihat dari sifatnya antara lain: 1) Reksa Dana bersifat Terbuka (open-end fund) Merupakan reksa dana yang menawarkan dan membeli kembali saham-sahamnya dari investor sampai sejumlah modal yang dikeluarkan. Pemegang saham jenis ini dapat menjual kembali saham/unit penyertaannya setiap saat. Manajer Investasi reksa dana, melalui bank kustodian, wajib membelinya sesuai dengan NAB per saham/unit pada saat itu Darmadji (2011:169). 2) Reksa Dana bersifat Tertutup (close-end fund) Merupakan reksa dana yang tidak dapat membeli kembali sahamsaham yang telah dijual kepada investor. Artinya, pemegang saham tidak dapat menjual kembali sahamnya kepada manajer investasi. Apabila pemilik saham hendak menjual sahamnya, hal tersebut harus dilakukan melalui Bursa Efek tempat saham reksa dana tersebut dicatatkan Darmadji (2011:168). 2.4.3 Reksa Dana dilihat dari Bentuk 1) Reksa Dana Berbentuk Perseroan (corporate type) 15 Dalam bentuk reksa dana ini, perusahaan penerbit reksa dana menghimpun dana dengan menjual saham, dan selanjutnya dana dari hasil penjualan tersebut diinvestasikan pada berbagai jenis efek yang diperdagangkan di pasar modal maupun pasar uang. Reksa dana bentuk perseroan dibedakan lagi berdasarkan sifatnya menjadi reksa dana perseroan yang tertutup dan reksa dana perseroan terbuka Darmadji (2011:168). 2) Reksa Dana Berbentuk Kontak Investasi Kolektif (contractual type) Reksa dana bentuk ini, merupakan kontrak antara manajer investasi dengan bank kustodian yang mengikat pemegang unit penyertaan, dimana manajer investasi diberi wewenang untuk mengelola portofolio investasi kolektif dan bank kustodian diberi wewenang untuk melaksanakan penitipan kolektif. Bentuk inilah yang lebih populer dan jumlahnya semakin bertambah dibandingkan dengan reksa dana yang berbentuk perseroan Darmadji (2011:168). 2.4.4 Reksa Dana dilihat dari Tujuan Investasi 1) Growth Fund Reksa dana yang menekankan pada pertumbuhan nilai dana, reksa dana ini biasa mengalokasikan dananya pada saham. 2) Income Fund Reksa dana yang mengutamakan pendapatan konstan, reksa dana jenis ini mengalokasikan dananya pada surat hutang dan obligasi. 3) Safety Fund 16 Reksa dana yang mengutamakan keamanan dibandingkan pertumbuhan, reksa dana jenis ini umumnya mengalokasikan dananya di pasar uang, seperti deposito berjangka, sertifikat deposito dan surat hutang jangka pendek. 2.4.5 Reksa Dana dilihat dari Portofolio Investasi (Widjaja,2006:24) Reksa dana dilihat dari portofolio investasi artinya atas inisiatif manajer investasi kemudian dikeluarkannya surat kepemilikian dalam bentuk saham atau unit penyertaan bagi investor yang akan melakukan investasi dalam reksa dana. Reksa dana mempunyai beberapa alternatif investasi di antaranya adalah sebagai berikut. 1) Reksa dana Pasar uang Reksa dana jenis ini hanya melakukan investasi pada efek bersifat hutang dengan jatuh tempo kurang dari satu tahun. Tujuannya untuk menjaga likuiditas dan pemeliharaan modal Darmadji (2011:169). 2) Reksa dana Pendapatan tetap Reksa dana jenis ini melakukan investasi sekurang-kurangnya 80% dari aset dalam bentuk efek bersifat hutang. Reksa dana ini mempunyai risiko yang relatif lebih besar dari reksa dana pasar uang. Tujuannya untuk menghasilkan tingkat pengembalian yang stabil Darmadji (2011:169). 3) Reksa dana Saham 17 Reksa dana ini melakukan investasi sekurang-kurangnya 80% dari asetnya dalam bentuk efek bersifat ekuitas. Karena investasinya dilakukan pada saham, risiko yang dihadapi lebih tinggi dari dua jenis reksa dana sebelumnya namun menghasilkan tingkat pengembalian yang tinggi Darmadji (2011:169). 4) Reksa dana Campuran Reksa dana jenis ini melakukan investasi dalam efek bersifat ekuitas dan hutang Darmadji (2011:169). 2.4.6 Keuntungan Investasi Reksa Dana Pada reksa dana, manajemen investasi mengelola dana yang ditempatkan pada suatu surat berharga dan merealisasikan keuntungan ataupun kerugian dan menerima dividen atau bunga yang dibukukannya ke dalam nilai aktiva bersih reksa dana tersebut. Kekayaan reksa dana yang dikelola manajer investasi tersebut wajib untuk disimpan pada bank kustodian yang tidak terafiliasi dengan manajer investasi, dimana bank kustodian inilah yang akan bertindak sebagai tempat penitipan kolektif dan administrator. NAB (nilai aktiva bersih) atau bisa disebut net asset value tidak dapat dipisahkan dari reksa dana karena merupakan alat ukur kinerja reksa dana. NAB merupakan jumlah asset setelah dikurangi kewajiban-kewajiban yang ada. Nilai NAB akan mengalami kenaikan atau penurunan, karena nilai NAB tersebut tergantung pada kinerja aset portofolio reksa dana tersebut. Beberapa keuntungan yang didapat dari reksa dana antara lain: 18 1) Mendapat dividen dan bunga Investasi pada saham kemungkinan memberikan pendapatan berupa dividen, sedangkan bunga merupakan hasil investasi seperti deposito dan obligasi. 2) Distribusi laba kapital Merupakan keuntungan yang dibayarkan kepada pemegang reksa dana untuk setiap lembar saham reksa dana yang dimiliki. 3) Diversifikasi investasi dan penyebaran risiko Diversifikasi suatu reksa dana akan mengurangi risiko karena kekayaan reksa dana diinvestasikan pada berbagai jenis efek, sehingga risikonya juga tersebar. 4) Biaya rendah Reksa dana merupakan kumpulan dari banyak pemodal dan dikelola secara profesional maka sejalan dengan besarnya kemampuan untuk melakukan investasi maka akan menghasilkan biaya transaksi yang efisien. Biaya transaksi akan lebih rendah dibandingkan dengan investor individu yang melakukan transaksi sendiri pada bursa. 5) Harga reksa dana tidak tergantung dengan harga saham di bursa Apabila harga saham di bursa mengalami penurunan secara umum maka manajer investasi akan mengalihkan ke instrumen investasi lain. 6) Likuiditas terjamin 19 Pemodal dapat mencairkan kembali saham atau unit penyertaan setiap saat sesuai ketetapan yang dibuat masing-masing reksa dana sehingga memudahkan investor mengelola kasnya. 7) Pengelolaan portofolio yang profesional Pengelolaan portofolio suatu reksa dana dilakukan oleh manajer investasi yang memang keahliannya dalam pengelolaan dana. Peran manajer investasi sangat penting mengingat pemodal individual pada umumnya mempunyai keterbatasan waktu, sehingga mungkin tidak dapat melakukan riset secara langsung dalam analisa efek serta mengakses informasi di pasar modal. 2.4.7 Risiko Investasi Reksa Dana Risiko yang ada di reksa dana menurut Widjaja (2009:21) antara lain: 1) Menurunnya Nilai Aktiva bersih. Risiko ini dipengaruhi oleh harga pasar dari instrumen investasi yang dimasukkan ke dalam portofolio reksa dana mengalami penurunan dibandingkan dari harga pembelian awal. 2) Risiko Likuiditas. Potensi risiko likuiditas terjadi apabila pemegang unit penyertaan pada salah satu manajer investasi tertentu melakukan penarikan dana dalam jumlah besar pada hari dan waktu yang sama. 3) Risiko Pasar. 20 Risiko pasar adalah situasi ketika harga instrumen investasi mengalami penurunan yang disebabkan oleh menurunnya kinerja pasar saham atau obligasi. Risiko pasar yang terjadi secara tidak langsung mengakibatkan NAB pada reksa dana ikut mengalami penurunan. 4) Risiko default. Jenis risiko default terjadi jika pihak manajer investasi membeli obligasi yang emitennya mengalami kesulitan keuangan sehingga tidak mampu membayar bunga atau pokok obligasi tersebut. Manajer investasi mengatasi masalah tersebut dengan melakukan seleksi peringkat. 2.5 Kinerja Reksa Dana Pengukuran kinerja dilakukan untuk evaluasi portofolio secara kualitatif dan kuantitatif. Penilaian kinerja reksa dana tidak didasarkan pada tingkat pengembalian yang diperoleh, karena posisi atau peringkat kinerja suatu reksa dana lebih tergantung pada target tingkat risiko yang terkandung dalam portofolio reksa dana tersebut, perbandingan dengan kinerja pasar saat ini, dan tingkat keahlian manajer investasi Haugen (1993). Ding dan Wermers (2005) mengungkapkan manajer berperan penting dalam menghasilkan kinerja suatu reksa dana, maka kualitas pengelolaan dana berperan penting dalam kinerja suatu reksa dana. 21 Menurut Elton dan Gruber (1995) terdapat dua cara yaitu pertama, menggunakan perbandingan langsung.Cara ini dilakukan dengan membandingkan kinerja suatu portofolio yang biasanya diwakili oleh reksa dana terhadap portofolio lain yang mempunyai risiko yang kurang lebih sama. Kedua, menggunakan parameter tertentu seperti indeks sharpe, indeks treynor, dan indeks jensen. 2.5.1 Indeks Sharpe Indeks Sharpe dikembangkan oleh William Sharpe. Indeks Sharpe mendasarkan perhitungan pada konsep garis pasar modal atau lebih dikenal dengan istilah reward to variability ratio (RVAR) dengan cara membagi premi risiko portofolio dengan standar deviasinya. Premi risiko adalah perbedaan antara rata-rata kinerja yang dihasilkan oleh portofolio dengan rata-rata kinerja investasi yang berbasis risiko (risk free asset). Jadi indeks Sharpe bisa dipakai untuk mengukur premi risiko untuk setiap unit risiko pada portofolio tersebut Tendelilin (2010:494). Perhitungan indeks Sharpe digunakan persamaan sebagai berikut. 𝑆𝑝 = 𝑅𝑝 − 𝑅𝐹 𝜎1𝑅 Premi risiko portofolio Rp-Rf, merupakan kompensasi untuk memikul risiko, sedangkan standar deviasi return portofolio adalah pengkur risiko. Indeks Sharpe dapat digunakan untuk membuat peringkat dari beberapa portofolio berdasarkan kinerjanya, semakin tinggi indeks Sharpe suatu portofolio dibandingkan portofolio lainnya, maka semakin baik kinerja portofolio tersebut. 22 2.5.2 Indeks Treynor Treynor sebagai salah satu indeks yang digunakan untuk mengukur kinerja portofolio, Treynor mengasumsikan bahwa portofolio diverifikasi yang dikenal dengan istilah reward to volatility ratio (RVOR). Tidak jauh dengan indeks Sharpe, kinerja pada portofolio indeks Treynor dilihat dengan cara menghubungkan tingkat return portofolio dengan besarnya risiko dari portofolio tersebut. Perbedaannya dengan Sharpe adalah penggunaan garis pasar sekuritas sebagai alat ukur, dan bukan garis pasar modal. Menurut Treynor (1966) bahwa ketika nilai alpha (α) positif berarti menunjukkan adanya kemampuan selektif dan ketika market timing positif berarti menunjukkan adanya kemampuan market timing, maka manajer investas menghasilkan excess return portofolio lebih baik. Cara mengukur indeks Treynor sama dengan menghitung indeks Sharpe, hanya risiko yang diukur dengan standar deviasi pada indeks Sharpe diganti dengan beta portofolio, berikut perhitungan dari indeks Treynor, Tendelilin (2010:497) 𝑇𝑝 = 𝑅𝑝 − 𝑅𝑓 𝛽𝑝 Seperti halnya indeks Sharpe, indeks Treynor juga merupakan rasio kompensasi terhadap risiko. Tetapi dalam indeks Treynor, risiko diukur tidak dengan total risiko melainkan hanya risiko sistematis. 2.5.3 Indeks Jensen Jensen merupakan indeks yang menunjukkan perbedaan antara tingkat return yang diperoleh portofolio dengan tingkat return harapan jika portofolio 23 tersebut berada pada garis pasar modal. Persamaan untuk Jensen adalah sebagai berikut. 𝐽𝑝 = 𝑅𝑝 − [𝑅𝑓 + 𝑅𝑚 − 𝑅𝑓 𝛽𝑝] Jensen adalah kelebihan return di atas atau di bawah garis pasar sekuritas. Indeks Jensen yang bernilai positif berarti portofolio memberikan return lebih besar dari return harapannya sedangkan yang bernilai negatif menunjukkan bahwa portofolio mempunyai return yang relatif rendah untuk tingkat risiko sistematisnya. 2.6 Inflasi Menurut Sukirno (2010:14) inflasi didefinisikan sebagai suatu proses kenaikan harga yang berlaku dalam suatu perekonomian. Tingkat inflasi berbeda dari satu periode ke periode lainnya dan berbeda di setiap Negara. Tingkat inflasi dikategorikan menjadi inflasi rendah (4 persen – 6 persen), inflasi moderat (5 persen-10 persen) dan inflasi yang tinggi mencapai tingkat beberapa ratus atau ribu dalam setahunnya.Inflasi dapat disebabkan oleh banyak faktor dan bersumber dari satu atau gabungan dari masalah berikut: 1) Meningkatnya jumlah uang beredar 2) Tingkat pengeluaran yang melebihi kemampuan menghasilkan suatu barang dan jasa 3) Tingkat penggunaan tenaga kerja dan kompensasi meningkat. 24 2.7 Suku Bunga Suku bunga Sertifikat Bank Indonesia (SBI) merupakan suku bunga yang dikeluarkan oleh bank sentral untuk mengontrol peredaran uang di masyarakat Rismawati (2013). Suku bunga dapat mempengaruhi pasar modal melalui beberapa cara yaitu: 1) Peningkatan suku bunga maka investor akan cenderung mengalihkan dananya dari saham ke deposito karena bunga yang tinggi dan memberikan risiko yang lebih rendah. 2) Melalui peningkatan suku bunga kredit maka beban biaya bunga perusahaan meningkat dan menurunkan laba perusahaan, penurunan laba perusahaan akan berakibat pada tidak menariknya perusahaan tersebut. 2.8 Ukuran Reksa Dana Saham Total aset reksa dana merupakan salah satu alat ukur besar kecilnya reksa dana. Semakin besar total aset yang dimiliki perusahaan, memperlihatkan seberapa besar ukuran perusahaan tersebut. Menurut Elton dan Gruber (1995) aktiva sebuah perusahaan mempresentasikan besaran kekayaan yang dimiliki perusahaan tersebut. Kekayaan reksa dana dapat dinilai dari besarnya Total Net Assets yang dimiliki. Kekayaan yang dimiliki perusahaan pada umumnya menunjukkan skala ekonomi suatu perusahaan. Semakin besar skala ekonomi perusahaan maka semakin besar ukuran perusahaan tersebut. 25 Total Net Assets yang menggambarkan ukuran reksa dana mempresentasikan jumlah kapitalisasi reksa dana. Menurut Philpot (1998) mengungkapkan bahwa pengaruh dari ukuran terhadap return dapat dievaluasi secara langsung dengan mengukur hubungan antara net asset reksa dana dengan return reksa dana. Menurut Indro,et al (1999) dana yang besar membuat perusahaan dapat melakukan investasi dengan volume yang lebih besar, komisi untuk broker akan menjadi lebih kecil dan overhead tidak meningkat secara proporsional dengan peningkatan jumlah dana. Investor juga perlu mencermati, bahwa reksa dana dengan jumlah dana yang kecil belum tentu tidak menarik, karena mungkin saja reksa dana tersebut memberikan kinerja yang tidak kalah menariknya daripada reksa dana dengan aset yang besar. 2.9 Umur Reksa Dana Saham Umur reksa dana mengindikasikan kapan suatu reksa dana mulai diperdagangkan. Umur reksa dana dapat memainkan peranan dalam menentukan kinerja karena dana dengan umur yang muda mungkin akan menghadap biaya yang lebih tinggi pada periode awal mereka. Banyak investor yang lebih menyukai reksa dana yang berumur lebih lama. Reksa dana yang memiliki umur yang lebih lama akan memiliki track record yang lebih panjang, maka dari itu akan dapat memberikan gambaran kinerja yang lebih baik kepada investornya Rao (2000). 26 2.10 Hipotesis 2.10.1 Pengaruh Inflasi Terhadap Kinerja Reksa Dana Saham. Inflasi merupakan penurunan nilai mata uang atau naiknya harga barang dan jasa secara keseluruhan, karena apabila inflasi suatu Negara tinggi maka investor akan lebih berhati-hati dalam menanamkan sahamnya.Sehingga jika inflasi meningkat maka kinerja reksa dana akan menurun begitu pula sebaliknya, yang mengakibatkan investor kurang tertarik dalam menanamkan modal ketika inflasi sedang tinggi. Berkaitan dengan pengukuran inflasi terhadap kinerja reksa dana saham tersebut, maka perlu diketahui tentang tingkat inflasi adalah presentase perubahan dalam tingkat harga. Susetyo (2013) mengungkapkan inflasi memiliki pengaruh negatif terhadap kinerja reksa dana saham, sedangkan menurut Akbar (2005) inflasi tidak berpengaruh terhadap reksa dana saham dikarenakan inflasi adalah kenaikan harga barang secara terus menerus sehingga mempengaruhi kondisi pasar dan membuat inflasi dapat diatasi oleh praktisi. Berdasarkan penjelasan tersebut dapat ditarik hipotesis: H1: Inflasi berpengaruh negatif terhadap kinerja Reksa Dana Saham. 2.10.2 Pengaruh Suku Bunga Terhadap Kinerja Reksa Dana Saham. Menurut Eric E. Haas (2004) salah satu instrumen yang dapat mempengaruhi atau memotivasi masyarakat maupun pengusaha untuk menabung dan melakukan investasi adalah suku bunga. Suku bunga yang dikeluarkan oleh bank sentral digunakan untuk mengontrol peredaran uang di masyarakat, dengan meningkatnya suku bunga akan berdampak pada lesunya investasi dan aktivitas 27 ekonomi sehingga menyebabkan turunnya kinerja reksa dana saham. Menurut Archania (2012) dalam penelitiannya menunjukkan bahwa variabel suku bunga berpengaruh negatif terhadap kinerja reksa dana saham, sedangkan menurut Mutholib (2005) menyatakan bahwa suku bunga tidaka berpengaruh terhadap kinerja reksa dana saham. Berdasarkan penjelasan tersebut dapat ditarik hipotesis: H2: Suku bunga berpengaruh negatif terhadap Kinerja Reksa Dana Saham. 2.10.3 Pengaruh Ukuran Reksa Dana Saham Terhadap Kinerja Reksa Dana Saham. Semakin besar ukuran aset yang dikelola memberikan fleksibilitas, meningkatkan bargaining power serta memudahkan terciptanya economies of scale yang dapat berdampak pada penurunan biaya yang sehingga akan berdampak positif terhadap kinerja (Galagher,1998). Menurut Elton dan Gruber (1995) besar kecilnya ukuran suatu reksa dana akan mempresentasikan jumlah kapitalisasi pasar reksa dana. Banyak penelitian yang dilakukan untuk melihat pengaruh ukuran yang lebih besar akan menyebabkan risiko yang dihadapi oleh perusahaan akan lebih kecil dibandingkan dengan risiko yang dihadapi oleh perusahaan yang lebih kecil. See dan Josh (2012) ukuran reksa dana yang lebih besar dapat menikmati skala ekonomi yang menyebabkan biaya rendah sehingga memberikan return yang lebih tinggi dibandingkan dengan ukuran dana yang lebih kecil, hasil menunjukkan bahwa ukuran berpengaruh positif mempengaruhi kinerja reksa dana. Penelitian yang dilakukan Suppa-aim (2010) menyatakan bahwa ukuran reksa dana memiliki pengaruh positif terhadap kinerja reksa dana 28 saham, hasil tersebut didukung oleh penelitian Panjaitan (2011) yang menyatakan ukuran reksa dana berpengaruh terhadap kinerja reksa dana saham.Berdasarkan penjelasan tersebut dapat ditarik hipotesis: H3: Ukuran Reksa Dana berpengaruh Positif Terhadap Kinerja Reksa Dana Saham. 2.10.4 Pengaruh Umur Reksa Dana Saham Terhadap Kinerja Reksa Dana Saham. Reksa dana yang memiliki usia yang lebih lama memiliki pengalaman yang lebih banyak dibandingkan dengan yang masih baru, semakin lama usia reksa dana semakin banyak pengalama manajer investasi akan menghasilkan kinerja yang lebih baik. Menurut Otten dan Bams (2002) menunjukkan pengaruh antara usia reksa dana terhadap kinerja reksa dana. Kinerja reksa dana yang lebih muda tidak lebih baik dibandiangkan dengan usia reksa dana yang lebih tua. Menurut Peterson (2001) adanya pengaruh positif terhadap usia reksa dana dengan kinerja reksa dana yang dimana tingkat pengembalian reksa dana usia lebih muda cenderung lebih rendah dibandingkan dengan reksa dana dengan usia yang lebih tua. Reksa dana yang memiliki umur yang lebih lama akan memiliki track record yang lebih panjang, maka dari itu akan dapat memberikan gambaran kinerja yang lebih baik kepada investornya. Berdasarkan penjelasan diatas dapat ditarik hipotesis: H4: Umur Reksa Dana berpengaruh positif terhadap Kinerja Reksa Dana Saham. 29 Berdasarkan teori dan penelitian empiris yang telah dijelaskan, maka dapat digambarkan kerangka konseptual sebagai berikut: Gambar 2.1 Kerangka Konseptual yang dibentuk dari Pengaruh Inflasi, Suku Bunga, Ukuran Reksa Dana Saham, dan Umur Reksa Dana Saham Terhadap Kinerja Reksa Dana Saham yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Inflasi (X1) H1 Suku Bunga (X2) H2 H3 Ukuran Reksa Dana Saham (X3) H4 Umur Reksa Dana Saham (X4) Sumber : Gambar diolah peneliti, 2015 30 Kinerja Reksa Dana Saham (Y)