BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebutuhan akan sistem pendingin untuk pengawetan, penyimpanan bahan makanan, hasil panen, penyegaran udara, hasil perikanan atau vaksin imunisasi masal dan keperluan lainnya dirasakan semakin meningkat. Sistem pendinginan yang ada saat ini kebanyakan bekerja dengan sistim kompresi uap menggunakan energi listrik dan refrigeran sintetik seperti : R-11 (AC dengan kapasitas besar), R-12 (AC dan freezer dalam rumah tangga), R-22 (heat pump dan AC bangunan komersial dan industri besar), R-502 (chiller supermarket) dll, sedangkan jenis Freon yang bukan ODS adalah R-134a. Masalah utama yang timbul pada sistem pendingin kompresi uap ialah refrigeran sintetik yang digunakan mempunyai dampak negatif pada lingkungan seperti merusak lapisan ozon sehingga menimbulkan pemanasan global. Sistem pendingin absorpsi dikembangkan pada tahun 1850-an oleh Ferdinand Care dan menjadi sistem pendinginan utama saat itu sebelum kemunculan mesin pendingin kompresi uap pada tahun 1880-an dan memperoleh hak paten Amerika Serikat pada tahun 1860 yang berkembang sampai sekarang. Sistem pendingin absorpsi mempunyai karakteristik tersendiri untuk menghasilkan siklus pendinginan, yaitu tidak menggunakan kompresor mekanik tetapi digantikan dengan memanfaatkan sumber energi panas (heat-operated cycle) (Stoecker, 1989). Energi panas yang digunakan dapat berasal dari pembakaraan kayu, bahan bakar minyak dan gas bumi, buangan proses industri, biomassa, biogas atau dari energi alam seperti panas bumi dan energi surya. Komponen utama dari mesin pendingin absorpsi adalah generator, kondensor, evaporator dan absorber. Selama proses regenerasi, panas diberikan ke generator untuk memisahkan refrigeran dari zat penyerap, selanjutnya uap air masuk ke dalam kondensor untuk berkondensasi menjadi refrigeran cair. Sedangkan pada proses refrigerasi, refrigeran air di dalam evaporator mengalami proses evaporasi dengan mengambil panas dari lingkungan sehingga menghasilkan efek pendinginan dan uap air yang dihasilkan kemudian diabsorpsi oleh larutan LiBr konsentrasi tinggi di dalam komponen absorber. Perkembangan jenis pendingin absorpsi di Indonesia masih dalam tahap penelitian yang dilakukan oleh perguruan tinggi dan lembaga penelitian, antara lain seperti yang dilakukan di Institut Pertanian Bogor dan Institut Teknologi Bandung. Penelitian yang telah dilakukan di Institut Pertanian Bogor menggunakan limbah biomassa oleh Wahyu (1983) dan Panggabean (1992) didalam Hayadin (1999) sebagai sumber panasnya. Penggunaan LiBr-H2O sebagai fluida kerja belum banyak dikembangkan di Indonesia. Prinsip kerja LiBr-H2O sama seperti menggunakan H2O-NH3, hanya saja pada sistem pendingin yang menggunakan LiBr-H2O sebagai fluidanya dapat dilakukan pada tekanan dibawah tekanan atmosfer, sehingga relatif lebih aman dari bahaya ledakan. Larutan LiBr dengan konsentrasi tinggi pada absorber akan menyerap uap air, sehingga proses pendinginan pada komponen evaporator dapat berlangsung dengan baik. Semakin tinggi kecepatan laju penyerapan absorban, maka semakin baik pula proses pendinginan yang berlangsung. Tinggi rendahnya laju penyerapan dari absorban, dipengaruhi oleh beberapa parameter selama proses pendinginan berlangsung, diantaranya konsentrasi absorban, suhu uap air yang keluar dari evaporator dan suhu larutan absorban, serta tekanan uap air yang masuk kedalam absorber. Pengaruh konsentrasi, suhu dan tekanan pada pendinginan dapat dijelaskan sebagai berikut: apabila pada konsentrasi tertentu suatu larutan dapat menyerap uap air lebih cepat maka pendinginan 1 dapat berlangsung dengan baik pula. Namun hal ini juga harus didukung dengan kondisi suhu uap air dari evaporator yang rendah dan kelembaban yang tinggi. Dengan kombinasi suhu yang rendah dan kelembaban yang tinggi, tekanan uap air yang masuk kedalam absorber menjadi rendah. Selama proses penyerapan uap air berlangsung, terjadi peningkatan suhu pada larutan penyerap. Peningkatan suhu larutan terjadi jika proses penyerapan tersebut terjadi secara adiabatik yang akhirnya akan menyebabkan proses penyerapan uap terhenti (Stoecker, W.F. dan Jerold W. Jones. 1989). Agar proses penyerapan uap air dapat berlangsung secara terus-menerus, maka absorber didinginkan dengan air, yang berfungsi untuk mengambil dan melepaskan panas tersebut ke lingkungan. Untuk itu laju penyerapan uap air dalam absorber sangat penting diketahui, mengingat hal ini berperan langsung dalam peningkatan kinerja mesin pendingin. Dan dalam penelitian ini, akan dilihat seberapa besar pengaruh konsentrasi, suhu dan tekanan uap air dalam mempengaruhi laju penyerapan dari larutan absorban yang akan diuji. 1.2 Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini ialah untuk melihat pengaruh konsentrasi, suhu dan tekanan uap air pada laju penyerapan uap air oleh larutan absorban (LiBr-H2O) dalam kaitanya dengan sistem pendingin absorpsi, menentukan konsentrasi kesetimbangan larutan LiBr-H2O serta menentukan model sorpsi isotermis. 2