BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1

advertisement
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh dan pembahasan yang telah
dilakukan pada BAB IV, mengenari Pengaruh Investment Opportunity Set (IOS)
dan Ukuran Perusahaan terhadap Kinerja Keuangan pada perusahaan infrastruktur
yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) Tahun 2010-2014 maka dapat
diambil kesimpulan sebagai berikut :
5.1.1 Perkembangan Investment Opportunity Set (IOS) Pada Perusahaan
Infrastruktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) Tahun
2010-2014
Berdasarkan hasil analisis menunjukkan bahwa perkembangan MVE/BVE
(Market Value Equity to Book Value Equity) pada perusahaan infrastruktur tahun
2010-2014, di mana terdapat perusahaan yang mengalami penurunan nilai
MVE/BVE cukup drastis dari tahun ke tahunnya adalah PT Perusahaan Gas
Negara Tbk dan PT Rukun Raharja Tbk. Sedangkan nilai MVE/BVE tertinggi
selama 5 (lima) tahun dari tahun 2010-2014 yaitu pada perusahaan PT Sarana
Menara Nusantara Tbk dengan nilai rata-rata sebesar 8,210 dan nilai MVE/BVE
terendah selama 5 (lima) tahun dari tahun 2010-2014 yaitu pada perusahaan PT
Samudera Indonesia Tbk dengan nilai rata-rata sebesar 0,336. Maka dapat
dikatakan bahwa perusahaan yang memiliki nilai MVE/BVE terbaik selama 5
tahun yaitu PT Sarana Menara Nusantara Tbk dengan itu perusahaan memiliki
pertumbuhan aktiva dan ekuitas yang tinggi.
123
124
5.1.2 Perkembangan Ukuran Perusahaan Pada Perusahaan Infrastruktur
yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) Tahun 2010-2014
Berdasarkan hasil analisis menunjukkan bahwa perkembangan Ln Total
Aset pada perusahaan infrastruktur tahun 2010-2014, di mana nilai Ln total aset
tertinggi selama 5 (lima) tahun dari tahun 2010-2014 yaitu pada PT Perusahaan
Gas Negara Tbk dengan nilai rata-rata sebesar 31,40 dan nilai Ln total aset
terendah selama 5 (lima) tahun dari tahun 2010-2014 yaitu pada perusahaan PT
Tanah Laut Tbk dengan nilai rata-rata sebesar 25,40. Maka dapat dikatakan bahwa
perusahaan yang memiliki nilai Ln total aset terbaik selama 5 tahun adalah PT
Perusahaan Gas Negara Tbk dengan itu perusahaan yang memiliki nilai Ln total
aset tertinggi cenderung memiliki jumlah aset yang relatif stabil selama 5 tahun.
5.1.3 Perkembangan Kinerja Keuangan Pada Perusahaan Infrastruktur
yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) Tahun 2010-2014
Berdasarkan hasil analisis menunjukkan bahwa perkembangan EVA pada
perusahaan infrastruktur tahun 2010-2014, di mana nilai EVA tertinggi selama 5
(lima) tahun dari tahun 2010-2014 yaitu pada perusahaan PT Telekomunikasi
Indonesia Tbk dengan nilai rata-rata sebesar Rp 13.383.865.797.876 dan nilai
EVA terendah selama 5 (lima) tahun dari tahun 2010-2014 yaitu pada perusahaan
PT Samudera Indonesia Tbk dengan nilai rata-rata sebesar Rp (230.704.781.866).
Maka dapat dikatakan bahwa perusahaan yang memiliki nilai EVA terbaik selama
5 tahun adalah PT Telekomunikasi Indonesia Tbk dengan itu perusahaan yang
memiliki nilai EVA tertinggi hal ini menandakan bahwa tingkat imbal hasil yang
dihasilkan oleh perusahaan PT Telekomunikasi Indonesia melebihi tingkat biaya
modal atau tingkat pengembalian yang dituntut investor. Keadaan ini
menunjukkan bahwa perusahaan berhasil menciptakan nilai bagi pemilik modal.
125
5.1.4 Pengaruh Investment Opportunity Set (IOS) dan Ukuran Perusahaan
terhadap Kinerja Keuangan pada Perusahaan Infrastruktur yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode 2010-2014
Secara simultan, terdapat pengaruh positif dari Investment Opportunity
Set (IOS) dan Ukuran Perusahaan terhadap Kinerja Keuangan pada Perusahaan
Infrastruktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode 2010-2014.
Hasil ini berdasarkan uji F, diperoleh dari perbandingan Fhitung dengan Ftabel adalah
H0 ditolak, karena nilai Fhitung = 16,981 ≥ Ftabel = 3,220 yang artinya bahwa
terdapat pengaruh positif secara simultan dari variabel Investment Opportunity Set
(IOS) (X1) dan Ukuran Perusahaan (X2) terhadap Kinerja Keuangan (Y).
Berdasarkan hasil perhitungan tingkat signifikansi 0,000 < α = 0,05. Berdasarkan
hasil pengujian koefisien determinasi diperoleh nilai 44,7%. Nilai tersebut
menunjukkan bahwa pengaruh variabel Investment Opportunity Set (IOS) (X1)
dan Ukuran Perusahaan (X2) terhadap Kinerja Keuangan (Y) yaitu sebesar 44,7%
sedangkan sisanya sebesar 55,3% dijelaskan oleh faktor lain diluar model yang
diteliti. Hal ini disebabkan penambahan jumlah aktiva dan ekuitas dari setiap
variabel akan mempengaruhi kinerja suatu perusahaan.
5.1.5 Pengaruh
Investment
Opportunity
Set
(IOS)
terhadap
Kinerja
Keuangan pada Perusahaan Infrastruktur yang terdaftar di Bursa
Efek Indonesia (BEI) periode 2010-2014
Secara parsial, Investment Opportunity Set (IOS) tidak berpengaruh
terhadap Kinerja Keuangan pada perusahaan infrastruktur yang terdaftar di Bursa
Efek Indonesia (BEI) periode 2010-2014. Hasil ini berdasarkan uji t, di mana -ttabel
< thitung < ttabel maka H0 diterima, dan diketahui bahwa -ttabel (-2.017) < thitung (1.795) < ttabel (2.017). Berdasarkan hasil perhitungan tingkat signifikansi diperoleh
tingkat signifikansi sebesar 0,080 > dengan α = 0,05. Berdasarkan hasil pengujian
koefisien determinasi diperoleh nilai 0,1%, Nilai tersebut menunjukkan bahwa
pengaruh variabel investment opportunity set (IOS)
(X1) terhadap kinerja
keuangan (Y) yaitu sebesar 0.1% sedangkan sisanya sebesar 99,9% dijelaskan
126
oleh faktor lain diluar model yang diteliti. Di mana H0 diterima yang artinya
bahwa tidak terdapat pengaruh antara variabel Investment Opportunity Set (IOS)
(X1) terhadap Kinerja Keuangan (Y). Hal ini dikarenakan penambahan jumlah
ekuitas tidak
mempengaruhi kinerja keuangan melainkan menurunkan nilai
kinerja keuangan.
5.1.6 Pengaruh Ukuran Perusahaan terhadap Kinerja Keuangan
pada
Perusahaan Infrastruktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia
(BEI) periode 2010-2014
Secara parsial, Ukuran Perusahaan memiliki pengaruh terhadap Kinerja
Keuangan pada perusahaan infrastruktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia
(BEI) periode 2010-2014. Hasil ini berdasarkan uji t, di mana H0 ditolak karena
nilai thitung (5.819) > ttabel (2.017). berdasarkan hasil perhitungan tingkat
signifikansi diperoleh tingkat signifikansi sebesar 0,000 < dengan α 0,05.
Berdasarkan hasil pengujian koefisien determinasi diperoleh nilai 40,5%, Nilai
tersebut menunjukkan bahwa pengaruh variabel Ukuran Perusahaan (X2) terhadap
kinerja keuangan (Y) yaitu sebesar 40,5% sedangkan sisanya sebesar 59,5%
dijelaskan oleh faktor lain diluar model yang diteliti. Di mana Ho ditolak yang
artinya bahwa terdapat pengaruh antara variabel Ukuran Perusahaan (X2) terhdap
Kinerja Keuangan (Y). Hal ini menunjukan bahwa total aktiva merupakan faktor
yang menentukan dalam pencapaian tujuan perusahaan yaitu kinerja keuangan
5.2 Saran
5.2.1 Bagi Emiten
Bagi perusahaan sebaiknya memperhatikan penerapan investement
opportunity set (IOS), ukuran perusahaan, dan kinerja keuangan untuk dapat
menambah kepercayaan investor dan meningkatkan kinerja perusahaan di masa
mendatang.
127
1. Investment Opportunity Set (MVE/BVE)
Perusahaan yang memiliki rasio MVE/BVE tinggi memiliki pertumbuhan
aktiva dan ekuitas yang besar, di mana perusahaan yang memiliki nilai MVE/BVE
di bawah nilai rata-rata yaitu perusahaan PT Rukun Raharja Tbk, PT Citra Marga
Nurshapala Tbk, PT Jasa Marga Tbk, PT Telekomunikasi Indonesia Tbk, PT
Tanah Laut Tbk, dan PT Samudera Indonesia Tbk. Maka perusahaan yang
mempunyai nilai di bawah rata-rata tersebut harus lebih memperhatikan dalam
pertumbuhan aktiva dan ekuitas. Ada pun hal lain yang mempengaruhi Investment
Opportunity Set (IOS) adalah dilihat dari harga pasar.
2. Ukuran Perusahaan (Ln Total Aset)
Perusahaan yang memiliki nilai Ln Total Aset di bawah rata-rata yaitu
perusahaan PT Rukun Raharja Tbk, PT Citra Marga Nurshapala Tbk, PT Tanah
Laut Tbk, PT Samudera Indonesia Tbk. Maka perusahaan yang memiliki nilai Ln
Total Aset dibawah rata-rata harus lebih meningkatkan total aset, karena semakin
tinggi total aset maka semakin tinggi juga pencapaian dalam suatu perusahaan.
Misalnya untuk meningkatkan total aset, perusahaan dapat melakukan pinjaman
hutang jangka panjang misalnya dialokasikan untuk membeli aset baru.
3. Kinerja Keuangan (EVA)
Perusahan yang memiliki nilai EVA di bawah rata-rata yaitu perusahaan
PT Rukun Raharja Tbk, PT Citra Marga Nurshapala Tbk, PT Jasa Marga Tbk, PT
Tanah Laut Tbk, PT Samudera Indonesia Tbk, PT Tower Bersama Infrastruktur
Tbk, PT Sarana Menara Tbk. Bagi perusahaan yang memiliki nilai EVA rendah
harus lebih memperhatikan dari segi laba yang akan dihasilkan nantinya oleh
perusahaan, misalnya dengan memperhatikan dari segi penjualan. Dengan itu
perusahaan harus lebih meningkatkan promosi penjualannya. Lalu perusahaan pun
harus memperhatikan jumlah hutang dan ekuitas perusahaan. Karena hasil EVA
yang negatif menandakan tidak terjadi penambahan nilai pada perusahaan atau
nilai perusahaan berkurang akibat tingkat pengembalian yang dihasilkan lebih
128
rendah daripada yang dituntut investor. Dengan begitu harapan dari investor tidak
terpenuhi.
5.2.2 Bagi Investor atau Calon Investor
Hasil Penelitian ini dapat dijadikan salah satu petunjuk bagi para investor
untuk menanamkan modalnya dalam bentuk saham ataupun instrumen pasar
modal lainnya, lalu dapat pula dijadikan bahan pertimbangan yang bermanfaat
untuk pengambilan keputusan dalam berinvestasi.
5.2.3 Bagi peneliti Selanjutnya
Bagi peneliti selanjutnya yang tertarik untuk menindaklanjuti penelitian
yang mengambil persoalan yang sama diharapkan untuk menambah atau
mengganti indikator yang digunakan. Peneliti selanjutnya diharapkan mengetahui
bagaimana pengaruhnya pada sektor lain dengan periode yang lebih lama agar
hasilnya lebih akurat.
Download