BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Peningkatan arus globalisasi menuntut berbagai negara atau daerah bersaing dengan negara dan daerah lainnya. Persaingan tidak hanya antar negara, akan tetapi juga antar kota maupun region tertentu diseluruh dunia. Melalui perkembangan ini, berbagai daerah di Indonesia dihadapkan pada persaingan global dengan daerah dan kota lain di seluruh dunia yang tidak bisa ditawar. Padang misalnya, tidak hanya bersaing dengan Bali, Jogja, Bandung dan Jakarta, tetapi juga dengan Kuala lumpur, Singapura, Phuket, Macau dan kota lainnya di dunia. Karena pada realitasnya Setiap daerah di Indonesia mempunyai budaya dengan ciri khas masing-masing. Hal itulah yang membuat masing-masing daerah berlomba-lomba menyajikan dan menyelenggarakan acara untuk mengangkat kekhasan kebudayaan dari masing-masing daerah. Seperti halnya Kota Solo yang ingin mengangkat kekhasan kebudayaan kotanya. Maka dari itu, sektor pariwisata berkoordinasi dengan sektor lainnya untuk menarik banyak wisatawan dan merasa nyaman mengunjungi Kota Solo. Tetapi pada kenyataannya obyek wisata dikota Solo tidak begitu banyak. Sehingga Kota Solo mengangkat sektor lain seperti kesenian budaya. Seperti halnya kesenian budaya jawa Kota Solo yang terkenal kental, menjadi karakteristik tersendiri bagi Kota Solo. Image yang sudah tertanam pada kota Solo sebagai kota berbudaya jawa sudah melekat pada benak masyarakat kota Solo maupun masyarakat di daerah lainnya. Namun seiring perkembangan jaman, peminat seni dan budaya Jawa dari kalangan anak dan remaja semakin mencemaskan. Bagaimana tidak, kebudayaan modern secara langsung telah menjajah seluruh bidang pada generasi remaja masa kini. Namun demikian, kebudayaan modern tidak harus ditolak karena diakui atau tidak, pada jaman sekarang ini kebudayaan modern merupakan langkah untuk mengikuti arus perkembangan global. 1 Oleh sebab itu, Kota Solo melakukan sebuah inovasi dalam hal kesenian. Sebuah pertunjukan kesenian yang tetap menarik para wisatawan domestik maupun luar negeri dalam berbagai tingkatan umur untuk tetap berkunjung melihat kesenian budaya jawa yang dikemas dengan memadukan perubahan kebudayaan dan tidak menolak kebudayaan global yang sedang mendunia. Perubahan yang terjadi pada era sekarang ini adalah kewajiban yang harus diterima. Kemampuan berubah merupakan sifat yang penting dalam kebudayaan manusia, tanpa itu kebudayaan tidak mampu menyesuaikan diri dengan keadaan yang senantiasa berubah. Pemerintah Kota Surakarta bekerjasama dengan berbagai pihak yang peduli terhadap warisan budaya, berkeinginan menjadikan kota Solo mempunyai city branding sebagai kota budaya global melalui event SIPA. Solo International Performing Arts (SIPA), event pagelaran seni pertunjukan berskala internasional yang diadakan setiap tahun oleh Pemerintah Kota (Pemkot) Solo. Pada pergelaran yang keenam kalinya, SIPA dilaksanakan tanggal 11,12 dan 13 September 2014, bertempat di Benteng Vasterburg Solo. Generation of World Culture dipilih menjadi tema yang diusung SIPA tahun 2014. Dari tema tersebut, diharapkan akan muncul semangat kebersamaan untuk gerakan generasi kebudayaan dunia. Semangat dari energi seni pertunjukan yang selalu menjadi kekuatan SIPA. Beragam bentuk dan warna seni pertunjukan dari berbagai negara dipersatukan dalam panggung SIPA (2014). Semua menyatu dalam semangat yang sama, semangat untuk generasi kebudayaan dunia. SIPA merupakan sebuah pergelaran yang multiculture, hal tersebut semakin diperkuat dengan dipilihnya Tunku Atiah sebagai maskot SIPA yang bertema “Generation Of World Culture”. Dalam pagelaran bertema Generation of World Culture, sosok maskot SIPA mengenakan busana rancangan Rory Wardhana. Desain dari busana tersebut merupakan campuran dari budaya Jawa, Melayu, China, serta India dengan warna biru yang dibalut warna emas putih. Selain itu, event SIPA yang multiculture juga diperkuat dengan mengikutsertakan kelompok kesenian dari berbagai kota di Indonesia maupun 2 manca negara seperti just live dance dari jerman, teatro guidengan dari Filiphina, kolaborasi stepharina, eva tey, dan tunku atiah dari Malaysia, pukchong lion dance play dari Korea Selatan, alinkarwutyee music and dance troupe dari Myanmar, jin hi kim dari Korea-Amerika, sanggar seni angsana dari Kabupaten Karimun (kep. Riau), Institut kesenian Jakarta, harmonia orchestra dari Solo, gorontalo Inovasi dari Gorontalo, sanggar seni hapsari dari Bandung, ISI Yogyakarta, sanggar kumpulan seni seri melayu dari Riau, sanggar bintang dari kepulauan Seribu yang ikut berpatisipasi dalam event SIPA. Strategi Komunikasi Pemasaran direncanakan dan dilakukan oleh Pemkot Solo sebagai Kota Pusat diadakannya festival seni budaya global melalui SIPA. Dalam hal ini tidak hanya festival kesenian nasional Indonesia tetapi juga kesenian dunia. Meskipun begitu, dalam pagelaran SIPA Pemkot Solo tetap tidak meninggalkan unsur kesenian Budaya Jawa yang merupakan identitas utama masyarakat Solo. Sebagai sarana dalam mewujudkan harapan pemkot Solo tersebut, maka pemerintah membangun city branding. City branding berarti merancang suatu tempat untuk memenuhi kebutuhan target market (Keller, 2003). Berdasarkan definisi city branding di atas, city branding merupakan proses atau usaha membentuk merek dari suatu kota untuk mempermudah pemilik kota tersebut untuk memperkenalkan/ mengkomunikasikan kotanya kepada target pasar (investor, tourist, talent, event) kota tersebut dengan menggunakan kalimat posisitioning, slogan, icon, eksibisi, dan berbagai media lainnya agar dikenal luas (high awareness), disertai dengan persepsi yang baik. Tujuan branding adalah agar kota menjadi tempat bagi investasi, tujuan wisata, tujuan tempat tinggal, maupun tempat penyelenggara kegiatan event. Melalui SIPA, Kota Solo merubah orientasi Kota Solo dari local orientation ke global-cosmopolit orientation. Menggabungkan kesenian budaya tradisonal dengan modern, budaya jawa dengan budaya didaerah maupun negara lainnya. Perubahan image kota Solo yang tadinya merupakan kota yang terkenal dengan kesenian budaya tradisional jawanya menjadi 3 kesenian multiculture dan berpadu dengan kesenian modern untuk mengikuti arus pengembangan jaman dan diharapkan dapat lebih menarik wisatawan untuk berkunjung kekota Solo. Maka dari itu perlu dilakukan sebuah strategi komunikasi pemasaran yang baik. Berdasarkan hal tersebut maka peneliti menganggap penting untuk mengetahui strategi komunikasi pemasaran yang dilakukan Pemkot Solo dalam membangun city branding melalui event SIPA“Generation of World Culture” yang diadakan pada tahun 2014. B. Rumusan Masalah Dari latar belakang di atas, maka peneliti akan menetapkan rumusan masalah sebagai berikut: bagaimana strategi komunikasi pemasaran yang digunakan Pemkot Solo dalam membangun city branding melalui event SIPA (Solo International Performing Arts) ? C. Tujuan Penelitian Tujuan dari diadakannya penelitian ini adalah : Menggambarkan strategi komunikasi pemasaran yang digunakan Pemkot Solo dalam membangun city branding melalui event SIPA (Solo International Performing Arts). D. Manfaat Penelitian Adapun yang menjadi manfaat penelitian ini adalah: 1. Secara Teoritis Penelitian ini diharapkan dapat memberikan data empiris bagi ilmu komunikasi khususnya program studi ilmu komunikasi, konsentrasi manajemen komunikasi mengenai marketing communication strategy (strategi komunikasi pemasaran) sebuah kota, dalam hal ini adalah kota Solo dalam membangun city branding melalui event SIPA. 2. Secara Praktis Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi terhadap mahasiswa tentang strategi komunikasi dalam memasarkan kota, yaitu 4 kota Solo dalam kaitannya menarik turis dalam negeri atau luar negeri agar mengunjungi kota Solo terutama karena event SIPA yang mempunyai daya tarik tersendiri dan menjadi icon bagi Kota Solo. Penelitian ini juga memberi manfaat bagi kota Solo maupun kota lainnya bagaimana membuat strategi untuk menarik wisatawan untuk berkunjung dan kembali lagi, menciptakan sebuah city branding agar menjadi sebuah identitas bagi kotanya. E. Kerangka Teori 1. Pemasaran Kota Istilah city marketing mulai berkembang di tahun 1990-an dimana beberapa peneliti menulis konsep dasarnya. Pemerintah pada umumnya telah melakukan upaya sadar untuk mendesain identitas khusus dan mempromosikannya (Kavaratzis & Asworth, 2005). Misalnya Malaysia dengan “Malaysia, Truly Asia”, Singapura dengan “Uniquely Singapore”, Hongkong dengan “Asia’s World City”, Jakarta dengan “Enjoy Jakarta” dan sebagainya. Ini merupakan suatu upaya memperkenalkan kota menjadi sebuah merek (brand) dengan nilai tertentu dalam pemikiran orang pada umumnya. Namun, ini bukanlah sekedar strategi komunikasi, tagline, identitas visual ataupun logo, melainkan sebuah proses strategis untuk mengembangkan visi jangka panjang untuk sebuah kota. Ini menjadi rumit karena ada keterbatasan metode dan teknik yang mudah dipahami dan diterapkan dari penerapan pemasaran dasar (original field of marketing application) oleh pemerintahan selaku pengelola. Beberapa ahli kemudian memberi saran bahwa bauran pemasaran kota terdiri dari kombinasi dari ukuran promosi, fungsi tempat, organisasi dan keuangan berdasarkan lokasi geografisnya (Asworth & Voogh, 1990), desain sebagai suatu karakter utama, infrastruktur penunjang, layanan dasar, atraksi untuk hiburan dan rekreasi dari bangunan yang memiliki keunggulan kompetitif (Kotler, 1999). Mengidentifikasikan suatu lokasi dan 5 mengubahnya dari kota produktif menjadi kota spektakuler untuk konsumsi yang diukur dari iklan dan promosi, pembangunan fisik besar-besaran, seni publik dan monumen sipil, peristiwa besar, regenerasi budaya dan kemitraan pemerintah-swasta (Hubbard & Hall, 1998). Dalam mendukung image menjadi kompetitif, maka diperlukan adanya instrumen yang dapat mempromosikan kawasan kota tersebut yaitu dengan menggunakan konsep city marketing. Pemasaran kota (city marketing) menjadikan kota tumbuh dan berkembang yang pada akhirnya dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat (Van dan Berg dkk, 1990). Konsep pengembangan wilayah yang tepat dalam mengatasi permasalahan tersebut adalah konsep city marketing. Konsep pemasaran kota (City Marketing) merupakan pendekatan paling adaptif dan produktif dalam mengatasi permasalahan kota (Kotler dkk, 1993). Hal ini dikarenakan konsep city marketing bersifat menonjolkan keunggulan kawasan serta dapat menarik konsumen atau investor dari luar. Selain itu, konsep city marketing tidak hanya menitikberatkan pembangunan dalam segi fisik, melainkan pengembangan dari segala aspek city marketing yakni pemasaran citra/ image, daya tarik/ atraksi, dan penduduk. Dalam konsep ini pengembangan kota diharapkan mampu memenuhi permintaan (demand) dari target pasar. Penggunaan ilmu pemasaran saat ini bukan hanya oleh perusahaan produk atau jasa melainkan telah meluas kepada kota sebagai suatu entitas, sebagaimana Phillip Kottler menyatakan cities increasingly tended to rely on marketing methods in the last three decades, when competition for inward investment, tourism revenues and residents at various spatial scales intensified (kota semakin cenderung memanfaatkan metode pemasaran dalam tiga dekade terakhir, ketika kompetisi untuk menarik investasi masuk, pendapatan pariwisata dan penambahan keragaman penduduk semakin meningkat) (Kottler, 1999). 6 2. Komunikasi Pemasaran Harsono Suwardi menyatakan bahwa dasar dari pemasaran adalah komunikasi dan pemasaran bisa akan begitu powerful jika dipadukan dengan komunikasi yang efektif dan efisien. Bagaimana menarik konsumen atau khalayak menjadi aware, kenal dan mau membeli suatu produk atau jasa melalui saluran komunikasi adalah bukan sesuatu yang mudah. (Prisgunanto, 2006:7). Definisi komunikasi menurut Hovland, Janis dan Kelley seperti yang dikemukakan oleh Forsdale yang dikutip oleh Muhammad (2009:2) berbunyi,”Communication is the process by which an individual transmits stimuly (usuallyverbal) to modify the behaviour of the other individuals”. (Komunikasi adalah proses individu mengirim stimulus yang biasanya dalam bentuk verbal untuk mengubah tingkah laku orang lain). Definisi tersebut mengimplikasikan bahwa komunikasi adalah suatu proses sosial yang terjadi antara sedikitnya dua orang, dimana individu mengirim stimulus kepada orang lain. Stimulus dapat disebut sebagai pesan yang biasanya dalam bentuk verbal, dimana proses penyampaian dilakukan melalui saluran komunikasi, dan terjadi perubahan atau respons terhadap pesan yang disampaikan. Hubungan antara pemasaran dengan komunikasi merupakan hubungan yang erat. Komunikasi merupakan proses dimana pemikiran dan pemahaman disampaikan antar individu, atau antara perusahaan dan individu. Komunikasi dalam kegiatan pemasaran bersifat kompleks, tidak sesederhana seperti berbincang - bincang dengan teman atau keluarga. Bentuk komunikasi yang lebih rumit akan mendorong penyampaian pesan oleh komunikator pada komunikan, melalui strategi komunikasi yang tepat dengan proses perencanaan yang matang. Kotler dan Keller (2012: 498) menyatakan bahwa, “Marketing communicationsare means by which firms attempt to inform, persuade, and remindcomsumers – directly or indirectly – about the products and brands they sell”. Artinya, Komunikasi pemasaran adalah sarana yang digunakan perusahaan dalam upaya untuk menginformasikan, membujuk, dan 7 mengingatkan konsumen baik secara langsung maupun tidak langsung tentang produk dan merek yang mereka jual. Marketing communication dapat didefinisikan sebagai kegiatan pemasaran dengan menggunakan teknik-teknik komunikasi yang bertujuan untuk memberikan informasi kepada khalayak agar tujuan perusahaan tercapai, yaitu terjadinya peningkatan pendapatan atas penggunaan jasa atau pembelian produk yang ditawarkan (Kennedy dalam Soemanagara, 2006:5). Penggabungan kajian pemasaran dan komunikasi akan menghasilkan kajian baru yang disebut marketing communication (komunikasi pemasaran). Marketing communications merupakan bentuk komunikasi yang bertujuan untuk memperkuat strategi pemasaran, guna meraih segmen pasar yang lebih luas. Perusahaan menggunakan berbagai bentuk komunikasi pemasaran untukmempromosikan apa yang mereka tawarkan dan mencapai tujuan finansial. Kegiatan pemasaran yang melibatkan aktivitas komunikasi meliputi iklan, tenaga penjualan. papan nama toko, display ditempat pembelian, kemasan produk, direct-mail, sampel produk gratis, kupon, publisitas, dan alat-alat komunikasi lainnya. Secara keseluruhan, aktivitas-aktivitas yang disebutkan di atas merupakan komponen promosi dalam bauran pemasaran (marketing mix) (Shimp, 2003: 4). Peran komunikasi pemasaran dari tahun ke tahun dirasakan semakin penting dan memerlukan pemikiran ekstra, terutama dalam rangka untuk memperkenalkan, menginformasikan, menawarkan, mempengaruhi dan mempertahankan tingkah laku pembeli dari konsumen dan pelanggan potensial suatu perusahaan (Yulianita, 2005). Dengan kata lain dapat dikatakan bahwa komunikasi pemasaran memegang peranan yang sangat penting bagi pemasar. Keberadaan komunikasi merupakan hal yang muntlak. Konsekuensinya tanpa komunikasi, maka pelanggan, konsumen, maupun masyarakat umum tidak akan mengetahui suatu produk yang dihasilkan suatu perusahaan. Menurut Kotler (2002: 408) Total bauran promosi (promotion mix) sebuah perusahaan juga disebut bauran komunikasi pemasaran (marketing 8 communication mix) terdiri campuran spesifik periklanan, public relations, personal selling, promosi penjualan, dan alat-alat direct marketing yang digunakan perusahaan untuk mengkomunikasikan nilai pelanggan secara persuasif dan membangun hubungan dengan pelanggan. Ada lima alat komunikasi pemasaran didefinisikan sebagai berikut: 1. Periklanan (Advertising) Semua bentuk penyajian nonpersonal dan promosi ide, barang atau jasa yang dibayar oleh sponsor tertentu. 2. Promosi penjualan (Sales Promotion) Berbagai insentif jangka pendek untuk mendorong keinginan mencoba atau membeli suatu produk atau jasa 3. Hubungan masyarakat dan Publisitas (Public Relation and Publicity) Berbagai program untuk mempromosikan dan membangun atau melindungi citra perusahaan atau produk individualnya. 4. Penjualan secara pribadi (Personal Selling) Interaksi langsung dengan satu calon pembeli atau lebih untuk melakukan presentasi, menjawab pertanyaan, dan menerima pesan 5. Pemasaran langsung (Direct Marketing) Penggunaan surat, telepon, faksimili, e-mail, dan alat penghubung nonpersonal lain untuk berkomunikasi secara langsung dengan atau mendapatkan tanggapan langsung dari pelanggan tertentu dan calon pelanggan. Dengan berkembangnya zaman, persaingan pasar makin ketat, berkembangnya berbagai jenis media baru dan semakin konsumen melek tekonologi, maka Marketing Communication Mix di rumuskan menjadi (Ardha, 2009, Artikel): 1. Advertising 2. Consumer sales promotion 3. Trade Promotion and Co-marketing 4. Packaging, Point-Of-Purchase 5. Personal Selling 9 6. Public Relations 7. Brand Publicity 8. Corporate Advertising 9. The internet 10. Direct Marketing 11. Experiantial Contact: Events, Sponsorship 12. Customer Service 13. Word of Mouth Dengan menggunakan marketing communication tools yang tepat, perusahaan selaku komunikator dapat memperkenalkan serta memasarkan barang atau jasanya kepada konsumen selaku komunikan. Oleh karena itu, perencanaan dan pemilihan marketing communication tools menjadi penting sebab tools tersebut merupakan perantara komunikasi perusahaan dalam memasarkan dan mengenalkan barang atau jasa mereka. Marketing Communication tools yang biasa digunakan oleh pemasaran di antaranya adalah advertising, sales promotion, public relations, personal selling, direct marketing, dan online marketing. Untuk mendukung masingmasing tools mencapai tujuan komunikasi pemasaran, pemasar harus benarbenar memikirkan pesan komunikasi pemasaran dan media komunikasi pemasaran untuk menyampaikan pesan tersebut. Perencanaan yang sempurna (matang) dalam perumusan bentuk-bentuk komunikasi pemasaran yang akan digunakan sangat dibutuhkan. Hal ini bertujuan untuk lebih memaksimalkan informasi yang akan disampaikan pada khalayak (santi, 2010). Pemilihan media bukan hanya monopoli bagi iklan saja. Bauran promosi lainnya juga memerlukan media sebagai wadah penyampaian pesan kepada masyarakat luas. Di bawah ini adalah beberapa contoh media yang sering digunakan dalam beberapa bauran komunikasi pemasaran Tabel 1.1 Alat/ Media Bauran Komunikasi Pemasaran Press Newspapers – daily, weekly, local, regional, national Magazines – weekly monthly, quartely, annual general interest, special interest, consumer, trade, association, in-house, company, clu. Directories 10 Television (analogue and digital) Cineme Posters Radio (analogue and digital) The inetnter Direct mail People / word of mouth Leflets and brochures Stationery Packaging Merchandise items Point-of-Sale Displays (POS) Livery and signage Others local, regional, national, international terestrial satelite cable video, home and in-store teletex Local, regional, national Transport – on buses, taxes, trains, boats, poster vans, adtrailers Outdoor – on poster site hoardings (billboards), bins, posts, benches, ‘fly-posting’ on walls, aerial banners, sports grounds sites Indoor – at point of sale and at exhibitions : on windows, shopping trolleys, counters, shelves, hanging signs : on stands and displays, on notice boards, in public toilets Local, regional, national, international www, e-mail, global Leaflets and letters delivered through the post or by hand Sales staff Other employees Customer/ consumers Members of the media Member of the trade Other ‘public’ All sorts from annual financial report brochures and catalogues to special event leaflets, special offer flyers and press releases Business cards, letterheads, memos, fax invoices, receipts, envelopes, pencils and pens, paperclips, etc All forms of packaging can carry promotional messages Calendars, diaries, giftware, greetings cards, labels, bookmarks, all forms of clothing items, nameplates, badges, cups, sports equipment, and a great deal more Shelf displays, dump-bins, carousels, tent cards, posters, videos, exhibition boards and stands Signage on and in shops, office, buildings Vehicle signage – cars, vans, lorries, trains, planes Uniforms/ working clothes Sign posts, illuminated signs, ‘A’ frames, etc Ambient media Postal services Telephone Product items themselves Beer mats Drip mats Floor mets Ballons Hot air ballons/ ‘blimps’ Golf tees and golf holes Back of car park tickets and other tickets Stickers Milk botle tops Bags Flags PR stunts/ events Electronic media – computer and video games, DC-ROMs, DVDs, etc Sumber : David Pickton dan Amanda Broderick. (2001). Integrated Marketing Communications, Pearson Education Ltd, hal 200-201 11 Dalam pengembangan strategi komunikasi pemasaran harus memperhatikan beberapa alat promosi yang biasa digunakan dalam kegiatan komunikasi pemasaran. Alar-alat promosi atau biasa disebut dengan bauran komunikasi pemasaran (promotion mix) terdiri atas periklanan (Advertising), public relations, pemasaran langsung (direct marketing), promosi penjualan (sales promotion), penjualan tatap muka (personal selling). Setiap bauran komunikasi pemasaran memiliki kekuatan dan kelemahan masing-masing. Oleh karena itu, bauran komunikasi pemasaran perlu diterapkan guna mengetahui alat promosi apakah yang cocok untuk diterapkan guna mengetahui alat promosi apakah yang cocok untuk diterapkan. Penerapan strategi bauran komunikasi pemasaran dilakukan dalam rangka menjaga sustainability perusahaan di tangan kompetitor sejenis 3. Strategi Komunikasi Pemasaran Kota Program komunikasi pemasaran merupakan bagian dari sebuah perencanaan pemasaran (marketing plan) sebuah perusahaan. Rencana pemasaran biasanya memuat rencana atau proyeksi apa yang akan dilakukan oleh perusahaan dalam satu tahun ke depan. Hal yang tercakup dalam rencana pemasaran biasanya memuat analisis mengenai pasar (konsumen), anggaran, hingga bauran komunikasi apa yang akan dipakai. Rencana pemasaran harus secara khusus menyangkut pedoman tindakan yang akan diimplementasikan, siapa yang melakukan pekerjaan tertentu, tanggal, dan lokasi implementasi, serta bagaimana pelaksanaan tersebut akan dilaksanakan. Strategi pemasaran merupakan proses pengambilan keputusan secara terus menerus, melaksanakannnya, dan mengukur efektivitasnya setiap saat. Perencanaan bukan merupakan kegiatan yang pasti, melainkan fleksibel. Ditinjau dari segi waktu, evaluasi strategis telah lama dibandingkan dengan pembuatan rencana, evaluasi dan pengendalian berhubungan dengan pengawasan performa dan jika perlu mengubah rencana agar sesuai dengan performa yang telah ditentukan (Purnama, 2007: 7). 12 Menurut Berkowitz (2009: 504-507), hal yang perlu diperhatikan dalam mengembangkan program komunikasi pemasaran antara lain: a. Identifying the target audience (identifikasi target audiens) b. Specifying promotion objectives (spesifikasi tujuan promosi) c. Setting the promotion budget (mengatur anggaran promosi) d. Selecting the right promotional tools (menyeleksi bauran komunikasi pemasaran yang tepat. e. Designing the promotion (mendesain komunikasi pemasaran) f. Scheduling the promotion (menjadwal komunikasi pemasaran) Strategi juga bisa berarti proses manajemen. G.R Terry (Hasibuan, 1985) menjelaskan, bahwa manajemen merupakan suatu proses yang khas yang terdiri dari tindakan-tindakan perencanaan, pengorganisasian, menggerakkan, dan pengendalian yang dilakukan untuk menentukan serta mencapai sasaran-sasaranyang telah ditentukan melalui pemanfaatan sumber daya manusia dan sumber sumber lainnya. Sementara itu dalam pemasaran, Kotler dan Armstrong (2008: 16), menjelaskan bahwa strategi komunikasi pemasaran terbagi menjadi tiga aktivitas utama yaitu perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi program komunikasipemasaran terpadu. Dalam perencanaan, dilakukan aktivitas berupa analisis situasi internal daneksternal perusahaan, identifikasi khalayak sasaran, penentuan tujuan komunikasi pemasaran, penetapan anggaran komunikasi pemasaran, dan pengembangan program komunikasi terpadu. Dalam pelaksanaan akan dijelaskan secarasistematik program komunikasi pemasaran terpadu yang dijalankan, dan yang terakhir adalah evaluasi terhadap aktivitas komunikasi pemasaran yang dijalankan tersebut. Tabel 1.2 Model Perencanaan program Komunikasi Pemasaran 1. Review Of Marketing Plan Examine overall marketing plaAn and objectives Role of advertising and promotions 13 2. 3. 4. 5. 6. 7. Competitive analysis Asses enviromental influences Analysis of Promotional Program Situation internal analysis Promotional departement organization Firm’s ability to implement promotional program Agancy evaluation and selection Review of previous program result External analysis Consumer behaviour analysis Market segmentation and target marketing Market positioning Analysis of communication process Analyze receiver’s response processes Analyze source, message, channel factors Establish communicatios goals and objectives Budget determination Set tentative marketing communications budget Allocate tentative budget Develop integrated marketing communication program Advertising Set advertising objectives, Determine advertising budget, Develop advertising message, Develop advertising media strategy Direct marketing Set direct marketing objectives, Determine direct marketing budget, Develop direct marketing message, Develop direct marketing media strategy Sales promotion Set Sales promotion objectives, Determine Sales promotion budget, Develop sales promotion message, Develop Sales promotion media strategy Public relations/ publicity Set Public relations/ publicity objectives, Determine Public relations/ publicity budget, Develop Public relations/ publicity message, Develop Public relations/ publicity media strategy Personal selling Set Public relations/ publicity objectives, Determine Public relations/ publicity budget, Develop Public relations/ publicity message, Develop Public relations/ publicity media strategy Integrate and implement marketing strategies Integrate promotional mix strategies Create and produce ads Purchase media time, space, etc Design and implement direct marketing programs Design and distribute ales promotion materials Design and implement public relations/ publicity programs Design and implement interactive/ internet marketing programs Design and implement interactive/ internet marketing programs Monitor, Evaluate, and Control integrated Marketing Communications Program Evaluate promotional programs resluts/ effectiveness Take measures to control and adjust promotional strategies Sumber : George E.Belch and Michael A. Belch (2001). Advertising and Promotion (An Integrated Marketing Communication Perspective), The McGraw-Hill Companies Inc, hal.27 4. Pembentukan City Branding sebagai upaya dalam memasarkan kota Identitas adalah sebuah kontruksi, sebuah konsekuensi dari sebuah proses interaksi antar manusia, institusi dan praktis dalam kehidupan sosial. Berbicara mengenai city branding maka tidak akan terlepas dari 14 pembicaraan mengenai merek, karena city branding identik sebagai bagian dari konsep merek itu sendiri. Kegiatan city branding ini menuntut setiap daerah berlomba menciptakan citra tertentu dibenak masyarakat luas dalam merepresentasikan karakter kota. Citra kota memiliki kekuatan dalam membentuk merek sebuah kota, bahkan mempengaruhi kota itu sendiri. Merek yang melekat pada kota sangat bergantung pada identitas kota. Langkah-langkah utama dalam membangun city branding yang kuat (Widodo, 2007), yatu: a. Mapping Survey : kegiatan ini meliputi survey persepsi dan ekspektasi tentang suatu daerah dari masyarakat atau pihak-pihak luar yang terkait. b. Competitive Analysis: yaitu melakukan analisis daya saing pada level makro maupun mikro daerah itu sendiri. c. Blue Print: merupakan penyusunan cetak biru daerah yang diinginkan, baik logo, semboyan, nama panggilan, tag line, beserta strategi branding dan strategi komunikasinya. d. Implementation: yaitu pelaksanaan grand design tersebut dalam berbagai bentuk media, seperti pembuatan media center, pembuatan events, iklan, dan lain sebagainya. Dalam city branding, citra sebuah kota (daerah) adalah produk yang ditawarkan, sehingga kekhususan dan kekhasan yang dimilikinya merupakan aset yang beharga. Teknik pemasaran yang diaplikasikan dalam city branding sering digunakan untuk membantu mentransformasi kota (daerah) menjadi pusat industri pariwisata, budaya, dan pembangunan. Wisata perkotaan memainkan peran yang semakin penting dalam mendefinisikan strategi pembangunan ekonomi daerah. Di sisi lain, dalam kondisi ekonomi global saat ini. Persaingan untuk menarik wisatawan semakin besar. Hal tersebut merupakan upaya mempromosikan sebuah daerah dengan menggali keunggulan yang dimiliki agar dapat memberikan identitas yang membedakan dengan daerah lainnya demi meraih keunggulan 15 bersaing baik tingkat lokal, regional bahkan internasional merupakan upaya untuk mendatangkan wisatawan ke suatu daerah/ kota. Kavaratzis (2004), mengatakan bahwa city branding dipahami sebagai sarana untuk mencapai keunggulan kompetitif dalam rangka untuk meningkatkan invenstasi dan pariwasata, dan juga sebagai pencapaian pembangunan masyarakat. Memperkuat identitas lokal dan identifikasi warga dengan kota mereka dan mengaktifkan semua kalangan sosial demi menghindari pengucilan dan kerusuhan sosial. Sedangkan menurut pandangan Murfianti (2010), city branding banyak digunakan oleh kota – kota dunia dalam upaya meningkatkan atau mengubah citra suatu tempat/ wilayah/ kota, dengan menonjolkan kelebihan dan keunikan daerah tersebut. Banyak keuntungan yang akan diperoleh jika suatu daerah melakukan city branding yaitu daerah tersebut dikenal luas (high awareness), dipandang sesuai untuk tujuan-tujuan khusus (specific purposes), dipandang tepat untuk tempat investasi, tujuan wisata, tujuan tempat tinggal, tempat penyelenggaraan kegiatan/ events, serta dipersepsikan sebagai tempat dengan kemakmuran dan keamanan yang tinggi. Kedua definisi diatas memperjelas bahwa pentingnya Pemerintah maupun pihak yang mempunyai kepentingan terhadap eksistensi suatu kota secara konsisten mengkomunikasikan dan menunjukkan maksud dari suatu brand sebuah kota, sehingga tidak memunculkan kebingungan masyarakat terhadap brand sebuah kota melalui city branding. Suatu tempat / kota dapat memunculkan keunikannya dan dapat tampil berbeda dengan para kompetitornya. Keunikan tidak hanya dalam slogan saja, namun dalam kemampuan menawarkan sesuatu yang berbeda dan mengkristalisasi sebagai identitas yang kuat dalam persepsi customer. 5. Event marketing Menurut Stanton (2003: 140) event marketing dianggap sebagai salah satu strategi efektif untuk membuat produk menjadi lebih dikenal dan dapat 16 meningkatkan kepercayaan masyarakat, kegiatan tersebut dipilih karena bentuk yang mendasar dalam menciptakan komunikasi dengan konsumennya. Event marketing merupakan suatu kegiatan yang dapat menjadikan nama diingat dan dapat meningkatkan citra. Event marketing diselenggarakan dengan tujuan agar namanya menjadi lebih dikenal dan mendapat image yang baik dari masyarakat (Coulson dan Thomas, 1986: 285). Penelitian ini meneliti event SIPA yang merupakan event marketing dengan menjadikan seni pertunjukan sebagai alat pemersatu semangat kebersamaan. Seni pertunjukan yang dimaksud meliputi wilayah etnik (tradisi), modern atau pun kontemporer. Bentuk pertunjukannya bisa berupa sajian seni tari, teater ataupun musik. Performing art atau seni pertunjukan bisa diartikan sebagai salah satu bagian dari kehidupan budaya (intangible). Event marketing adalah sebuah bentuk promosi merek yang mengingat suatu merek dengan kegiatan kebudayaan, sosial, olahraga atau tipe kegiatan lainnya yang mengandung tingkat keterkaitan publik yang tinggi (Shimp, 2000: 600). Seni pertunjukan SIPA di Kota Solo bisa mendukung sebutan Kota Solo sebagai Kota Budaya. Pada intinya definisi dari event marketing adalah memberikan pengunjung atau wisatawan sebuah pengalaman yang menarik yang berhubungan dengan event tersebut. Event marketing yang diselenggarakan harus memiliki (impact) serta memberikan kesan mendalam kepada setiap orang yang hadir sehingga para pengunjung bisa cukup lama mengingat pengalaman yang menyenangkan tersebut dan kembali lagi untuk berkunjung. Dari penjabaran diatas mengenai tujuan dari event marketing dan diikuti dengan pengetahuan penulis, maka dapat disimpulkan bahwa event marketing merupakan kegiatan yang mecakup di dalamnya elaborasi antara pemasaran, periklanan, maupun humas. Keberhasilan event untuk mendapatkan pengunjung sangat tergantung kepada prinsip - prinsip pemasarannya. Pemasaran event tergantung pada penempatan yang tepat pada produk tersebut. Tidak ada event yang dapat dijual dengan efektif hingga sebuah rencana pemasaran dikembangkan. Kegiatan humas menjadi suatu hal 17 yang tidak dapat ditinggalkan dalam event marketing karena merupakan usaha berlanjut untuk membangun tanggapan positif dari pihak intern maupun eksternal terhadap event tersebut. Event marketing merupakan sebuah acara atau kegiatan yang memiliki dampak positif dan memberikan kesan mendalam bagi setiap orang yang hadir. Event marketing menggunakan media sebagai alat periklanannya. Banyak orang datang menghadiri event marketing untuk saling berkomunikasi, berinteraksi dan saling berbagi. Pada event marketing penggunaan media penting untuk membantu merencanakan, mengiklankan, mempromosikan dan membuat target pasar tertarik terhadap sebuah event. Tujuan utamanya adalah untuk mendapatkan sebanyakbanyaknya orang yang tertarik untuk datang atau mengikuti event ini. F. Kerangka Konsep Dari paparan kerangka teori diatas, peneliti menentukan batasan konsep dalam penelitian ini. konsep-konsep tersebut adalah tentang pemasaran Kota Solo, event Marketing sebagai Implementasi Strategi komunikasi pemasaran. Konsep - konsep ini digunakan karena konsep strategi komunikasi pemasaran adalah strategi yang dirasa sesuai untuk diaplikasikan kepada pemasaran kota. Implementasi strategi akan dilakukan dengan sebuah event marketing. Dalam setiap program event marketing, strategi komunikasi yang baik sangat diperlukan agar tujuan yang dimiliki dapat dicapai dengan langkah yang tepat. Strategi komunikasi pemasaran pada dasarnya adalah konsep yang terintegrasi antara Identifying the target audience, Specifying promotion objectives, Setting the promotion budget, Selecting the right promotional tools, Designing the promotion, Scheduling the promotion. Yang dalam penelitian ini akan dilakukan dengan sebuah eksekusi event marketing yang berfokus pada city branding. Maka penelitian ini akan mengambil konsep pemasaran kota, dimana pemasaran kota tersebut membutuhkan strategi komunikasi pemasaran agar pesan yang hendak disampaikan dapat sampai kepada audiens. Bentuk 18 komunikasi tersebut akan dilakukan dengan sebuah event marketing. Event marketing tersebut akan dilakukan dengan enam tahap, yakni Identifying the target audience, Specifying promotion objectives, Setting the promotion budget, Selecting the right promotional tools, Designing the promotion, Scheduling the promotion. Strategi Komunikasi Event Marketing (SIPA) sebagai Kegiatan Komunikasi Event Marketing Implementasi Strategi Komunikasi Pemasaran City Branding a. b. c. d. a. b. c. d. e. f. Identifying the target audience of SIPA Specifying promotion objectives of SIPA Setting the promotion budget of SIPA Selecting the right promotional tools of SIPA Designing the promotion of SIPA Scheduling the promotionof SIPA Mapping Survey Competitive Analysis Blue Print Implementation: Gambar 1.3 Kerangka Konsep G. Metodologi Penelitian 1 Jenis Penelitian Pada penelitian ini digunakan jenis penelitian kualitatif dengan metode studi kasus. Penelitian kualitatif adalah prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orangorang dan perilaku yang dapat diamati (Bogdan dan Tylor, 1990). Penelitian kualitatif adalah suatu pendekatan yang juga disebut pendekatan investigasi karena biasanya peneliti mengumpulkan data dengan cara bertatap muka langsung dan berinteraksi dengan orang-orang di tempat penelitian 19 (McMillan & Schumacher, 2003).Sementara itu, menurut (Sugiono, 2009:15), metode penelitian kualitatif adalah metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat post positifisme, digunakan untuk meneliti pada kondisi objek yang alamiah (sebagai lawannya adalah eksperimen) dimana peneliti adalah sebagai instrument kunci, pengambilan sample sumber dan data dilakukan secara purposive dan snowball, teknik pengumpulan data dilakukan dengan triangulasi (gabungan) analisis data bersifat induktif / kualitatif, dan hasil penelitian kualitatif lebih menekankan pada makna daripada generalisasi. Studi kasus merupakan penyelidikan mendalam (indepth study) mengenai suatu unit sosial sedemikian rupa sehingga menghasilkan gambaran yang terorganisasikan dengan baik dan lengkap mengenai unit sosial tersebut. Cakupan studi kasus dapat meliputi keseluruhan siklus kehidupan atau dapat pula meliputi segmen-segmen tertentu saja. Dapat terpusat pada beberapa faktor yang spesifik dan dapat pula memperhatikan keseluruhan elemen atau peristiwa (Azwar, 2010). Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi kasus dimana peneliti berusaha untuk mengetahui bagaimana strategi komunikasi pemasaran dalam membangun city branding melalui event SIPA. Menurut Robert Yin studi kasus adalah suatu studi empiris yang menyelidiki fenomena dalam konteks kehidupan nyata, bilamana batas-batas antara fenomena dan konteks tak tampak dengan tegas, dan dimana multi sumber bukti dimanfaatkan. Studi kasus lebih banyak berkutat pada upaya menjawab pertanyaan-pertanyaan “how” (bagaimana) dan “why” (mengapa), serta pada tingkatan tertentu juga menjawab pertanyaan “what” (apa/apakah), dalam kegiatan penelitian (Burhan Bungin, 2005). Peneliti mengumpulkan data dan mendeskripsikan strategi komunikasi pemasaran yang digunakan dalam membangun city branding khususnya melalui event SIPA berdasarkan keadaan sebenarnya yang terjadi pada lokasi penelitian. Lebih lanjut, metode studi kasus digunakan dengan tujuan secara khusus menjelaskan dan memahami obyek yang diteliti sebagai sebuah “kasus”, dengan memberikan hasil bukan hanya sekedar menjelaskan 20 bagaimana posisi obyek penelitian tersebut, tetapi juga mengapa kasus tersebut terjadi. Obyek penelitian ini adalah event SIPA, yang bukan hanya salah satu event baru biasa di Kota Solo, tetapi juga sebuah event dengan nuansa baru yang menggabungkan berbagai aliran jenis musik dari berbagai kota maupun berbagai negara yang dapat mengubah pandangan orang mengenai kota Solo yang kuat dengan tradisi kesenian jawanya menjadi Kota Solo yang mengglobal dengan percampuran kesenian modern. Metode studi kasus menjadi pilihan metode dalam penelitian karena dalam studi kasus ini, peneliti tidak hanya sekedar ingin menjawab pertanyaan tentang apa saja strategi komunikasi pemasaran yang dilakukan pemkot Solo dalam membangun city branding, tetapi juga untuk meneliti lebih menyeluruh lagi tentang bagaimana strategi komunikasi pemasaran yang digunakan untuk mengenalkan event SIPA sehingga dapat menjadi merek kota (city branding) Kota Solo. Terlebih, peneliti menilai perbedaan dengan event-event yang diselenggarakan, kota Solo membangun identitas (city branding) dengan event SIPA yang menyatukan berbagai event kebudayaan. Event yang tidak hanya menampilkan budaya lokal (budaya jawa) saja tetapi juga menyatukan budaya-budaya nasional dari berbagai kebudayaan daerah di indonesia maupun kebudayaan dari berbagai negara yang diperkenalkan kepada wisatawan dalam dan luar negeri sebagai ajang pergelaran seni budaya berskala international dengan materi berupa seni pertunjukan yang sudah diadakan keenam kalinya oleh Pemerintah Kota (Pemkot) Solo.Melihat berbagai event diselenggarakan oleh setiap negara ataupun kota dengan karakteristik masing-masing untuk menonjolkan sajian kebudayaannya dengan menampilkan kekhasan yang ditujukan untuk membangun identitas (city branding) kota atau sebuah negara kepada para wisatawan. Berdasarkan pada pembagian studi kasus Horton dan Hund seperti dikutip Muhadjir (1998: 39), penelitian ini termasuk dalam studi kasus genetik. Studi kasus prospektif (genetik) digunakan untuk keperluan penelitian, mencari kesimpulan dan diharapkan dapat diketemukan pola, 21 kecenderungan, arah dan lainnya sehingga dapat dimanfaatkan untuk perkiraan-perkiraan perkembangan masa depan. Jumlah subjek yang digunakan dalam unit analisinya terdiri lebih dari satu orang bahkan dapat mencapai puluhan orang. Studi ini digunakan untuk memahami perkembangan pribadi, kelompok, lembaga untuk mengetahui perkembangan masalah. Tujuan studi kasus genetik adalah memahami keseluruhan kasus yang mungkin terjadi secara pribadi, satuan sosial, masa lampau dan perkembangannya. Alasan penggunaan studi kasus genetik dalam penelitian ini ialah studi tersebut bersifat prospektif, lebih melihat ke depan, melihat kepentingan perkembangan masa depan . 2. Lokasi dan Durasi Penelitian Penelitian ini akan berlangsung di Pemkot Solo yang beralamat di Jl. Jend. Sudirman No. 2 Surakarta , Dinas Pariwisata dan Kebudayaan di Jl. Brigjen Slamet Riyadi No. 275 Surakarta, dan kesekretariatan SIPA yang berada di Jl. Kedasih No. 22 Kereten, Laweyan, Solo 57143 Penelitian dilakukan selama kurang lebih satu bulan yakni dari tanggal 16 bulan maret 2015 sampai tanggal 30 bulan juni 2015. 3. Teknik Pengumpulan Data Sumber primer diperoleh melalui wawancara menggunakan pedoman wawancara terhadap narasumber yang berhubungan dengan event SIPA dan city branding solo, yaitu Gembong hadi wibowo, S.Psi, M.Si (Sie Promosi-kepala seksi kerjasama), Veronika ekonowati, SE., MA (Kepala bidang SBSP), maupun panitia yang menyelenggarakan event SIPA (Solo International Performing Arts) yaitu Dra. R. Ay. Irawati Kusumorasri, M. Sn. (ketua umum), Mimi Zulaikha S.S. (sekretaris), Fauzan Natsir, S.Kom (sie humas), Cahyani Eka Tiatuti (sie humas), Anis Eka Dewanti (LO 2014), Mifta Muriska Isya (sie delegasi 2014). Wawancara juga dilakukan terhadap masyarakat yang ikut berpartisipasi dalam event SIPA ini yaitu Yossy Erviana dan Betty Amalina. Wawancara ini dimaksudkan untuk 22 mengetahui lebih mendalam mengenai event SIPA sendiri yang kaitannya dengan budaya dan mengenai city branding Solo.Wawancara langsung dengan berbagai pihak, baik responden maupun pihak lain. Teknik ini dipergunakan pada awal penelitian maupun pada waktu proses penelitian untuk memperjelas dan menambah kelengkapan data yang diperlukan. Narasumber akan diberikan pertanyaan-pertanyaan mendalam seputar topik penelitian dengan panduan wawancara yang telah dipersiapkan sebelumnya. Studi kepustakaan dalam rangka penelitian tesis dilakukan dengan cara mempelajari sejumlah literatur, jurnal, paper, naskah akademis dan tesis yang dinilai mampu memberikan kerangka teori bagi penelitian ini. Peneliti juga mempelajari berita-berita yang banyak terdapat di media massa, baik cetak maupun online mengenai event SIPA ini yang kaitannya dengan strategi komunikasi pemasaran dan city branding pada penelitian ini. Pemberitaan di media massa memberikan gambaran fenomena berbagai macam budaya yang ditampilkan pada event SIPA dalam berbagai versi dan sudut pandang, tergantung pada latar belakang narasumber yang dikutip. Begitu pula pada media online yang memberikan ulasan mengenai event SIPA yang kaitannya dengan strategi komunikasi Pemkot Solo dalam membangun city branding Solo yang dikemas dengan berbagai versi pada setiap pemberitaan. Mempelajari berbagai pemberitaan di media massa maupun media online peneliti dapat memperoleh gambaran strategi komunikasi pemasaran Pemkot Solo kaitannya dengan city branding Solo melalui event SIPA. Gambaran inilah yang akan digunakan oleh peneliti untuk melakukan penggalian data lebih mendalam. Teknik pengumpulan data sekunder selanjutnya melalui dokumentasi, peneliti akan mengambil data-data dokumentasi berupa laporan kegiatan-kegiatan event SIPA, arsip-arsip rapat, atau merekam suatu peristiwa dan objek atau aktifitas yang dianggap berharga dan penting. Selain itu peneliti juga mengambil gambar mengenai sesuatu yang berhubungan dengan event SIPA (Solo International Performing Arts) sesuai dengan porsi yang dibutuhkan dan berhubungan dengan penelitian. 23 4. Desain Penelitian Berhubung penelitian ini merupakan penelitian studi kasus yang menggunakan teknik wawancara, dokumentasi, dan studi pustaka, maka peneliti mengumpulkan data penelitian yang bersumber dari objek penelitian yaitu event SIPA“Generation of World Culture” yang diadakan pada tahun 2014. Desain Penelitian ini bertujuan untuk mempermudah peneliti dalam mengolah data yang diperoleh selama melakukan penelitian. Tabel 1.4 Desain penelitian Jenis Data Wawancara Sumber Data Dokumentasi Keterangan Studi Pustaka Kondisi Kota Solo Daya Tarik Kota Solo Kesadaran terhadap event budaya Pendistribusian pesan kepada wisatawan Mengenal SIPA 2009-2014 SIPA 2014 Persembahkan tema multiculture “generation of world culture” Strategi Komunikasi Pemasaran Khalayak sasaran Tujuan Promosi Sistem Pengelolaan anggaran Menyeleksi bauran komunikasi pemasaran Desain komunikasi pemasaran Jadwal kegiatan komunikasi pemasaran City Branding Langkah memmbangun City Branding Mapping Survey Competitive Analsis Blue Print Implementation Faktor pendukung SIPA sebagai city banding Solo Event Marketing Event marketing (SIPA) sebagai sarana membangun city branding Kota Solo Analisis strategi komunikasi pemasaran dalam membangun city branding melalui event SIPA 24 5. Teknik Analisis data Analisis data dalam penelitian kualitatif merupakan proses pelacakan dan pengaturan secara sistematis transkrip wawancara, catatan lapangan, dan bahan-bahan lain yang dikumpulkan untuk meningkatkan pemahaman terhadap bahan-bahan tersebut agar dapat diinterpretasikan temuannya kepada orang lain (Zuriah, 2006). Dalam menganalisa penelitian kualitatif terdapat beberapa tahapan-tahapan yang perlu dilakukan (Marshall dan Rossman dalam Kabalmay, 2002), diantaranya : 1. Mengorganisasikan Data Peneliti mendapatkan data langsung dari subjek melalui wawancara mendalam (indepth inteviwer), dimana data tersebut direkam dengan tape recorder dibantu alat tulis lainnya. Selanjutnya dibuatkan transkipnya dengan mengubah hasil wawancara dari bentuk rekaman menjadi bentuk tertulis secara verbal. Data yang telah didapat dibaca berulang-ulang agar penulis mengerti benar data atau hasil yang telah didapatkan. 2. Pengelompokan berdasarkan Kategori, Tema dan pola jawaban Pada tahap ini dibutuhkan pengertiaan yang mendalam terhadap data, perhatiaan yang penuh dan keterbukaan terhadap hal-hal yang muncul di luar apa yang ingin digali. Berdasarkan kerangka teori dan pedoman wawancara, peneliti menyusun sebuah kerangka awal analisis sebagai acuan dan pedoman dalam mekukan coding. Dengan pedoman ini, peneliti kemudian kembali membaca transkip wawancara dan melakukan coding, melakukan pemilihan data yang relevan dengan pokok pembicaraan. Data yang relevan diberi kode dan penjelasan singkat, kemudian dikelompokan atau dikategorikan berdasarkan kerangka analisis yang telah dibuat.Pada penelitian ini, analisis dilakukan terhadap sebuah kasus yang diteliti. Peneliti menganalisis hasil wawancara berdasarkan pemahaman terhadap hal-hal diungkapkan oleh responden. Data yang telah dikelompokan tersebut oleh peneliti dipahami secara utuh dan ditemukan tema-tema penting 25 serta kata kuncinya. Sehingga peneliti dapat menangkap pengalaman, permasalahan, dan dinamika yang terjadi pada subjek. 3. Menguji Asumsi atau Permasalahan yang ada terhadap Data Setelah kategori pola data tergambar dengan jelas, peneliti menguji data tersebut terhadap asumsi yang dikembangkan dalam penelitian ini. Pada tahap ini kategori yang telah didapat melalui analisis ditinjau kembali berdasarkan landasan teori yang telah dijabarkan, sehingga dapat dicocokan apakah ada kesamaan antara landasan teoritis dengan hasil yang dicapai. Walaupun penelitian ini tidak memiliki hipotesis tertentu, namun dari landasan teori dapat dibuat asumsi-asumsi mengenai hubungan antara konsep-konsep dan faktor-faktor yang ada. 4. Mencari Alternatif Penjelasan bagi Data Setelah kaitan antara kategori dan pola data dengan asumsi terwujud, peneliti masuk ke dalam tahap penjelasan. Sedangkan berdasarkan kesimpulan yang telah didapat dari kaitanya tersebut, penulis merasa perlu mencari suatau alternatif penjelasan lain tentang kesimpulan yang telah didapat. Sebab dalam penelitian kualitatif memang selalu ada alternatif penjelasan yang lain. Dari hasil analisis, ada kemungkinan terdapat hal-hal yang menyimpang dari asumsi atau tidak terfikir sebelumnya. Pada tahap ini akan dijelaskan dengan alternative lain melalui referensi atau teori-teori lain. Alternatif ini akan sangat berguna pada bagian pembahasan, kesimpulan dan saran. 5. Menulis Hasil Penelitian Penulisan data subjek yang telah berhasil dikumpulkan merupakan suatu hal yang membantu penulis unntuk memeriksa kembali apakah kesimpulan yang dibuat telah selesai. Dalam penelitian ini, penulisan yang dipakai adalah presentase data yang didapat yaitu, penulisan datadata hasil penelitian berdasarkan wawancara mendalam dan observasi dengan subjek dan significant other. Proses dimulai dari data-data yang diperoleh dari subjek dan significant other, dibaca berulang kali sehinggga penulis mengerti benar permasalahanya, kemudian 26 dianalisis, sehingga didapat gambaran mengenai penghayatan pengalaman dari subjek. Selanjutnya dilakukan interprestasi secara keseluruhan, dimana di dalamnya mencangkup keseluruhan kesimpulan dari hasil penelitian. 6. Batasan Penelitian Penelitian mengenai strategi komunikasi Pemasaran yang dilakukan Pemkot Solo dalam membangun city branding melalui event SIPA dibatasi hanya untuk meneliti strategi komunikasi pemasaran yang dilakukan Pemkot Solo dalam membangun event SIPA yang dilaksanakan pada tanggal 11,12,13 September 2014. Selain itu peneliti juga dibatasi mengenai hal-hal yang melatarbelakangi diselenggarakannya event SIPA serta kaitannya dengan city branding Kota Solo, upaya-upaya yang harus dilakukan terkait dengan strategi maupun alat komunikasi pemasaran yang digunakan dalam membangun city branding melalui event SIPA, dan faktor pendukung dan penghambat yang muncul. 7. Keterbatasan Penelitian Dalam penelitian ini, peneliti berupaya mengikuti prosedur yang seharusnya dilakukan untuk melakukan penelitian. Pada kenyataannya, penggunaan teknik pengumpulan data dengan wawancara mendalam tidak terlepas dari adanya bias narasumber. Peneliti dikhawatirkan akan menemui hambatan mengenai narasumber yang sulit ditemui dan sering menundanunda waktu penelitian dan dikhawatirkan akan menemui kesulitan dalam hal birokrasi yang menghabiskan banyak waktu, mengingat yang dituju adalah institusi pemerintahan. Peneliti juga dikhawatirkan mendapati penelitiannya salah disposisi untuk narasumber. Selain itu peneliti juga khawatir akan kesulitan dalam meminta data mengenai strategi komunikasi pemasaran yang ada hubungannya dengan event SIPA sebagai city branding Kota Solo. 27