BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Peningkatan

advertisement
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Peningkatan arus globalisasi menuntut berbagai negara atau daerah
bersaing dengan negara dan daerah lainnya. Persaingan tidak hanya antar
negara, akan tetapi juga antar kota maupun region tertentu diseluruh dunia.
Melalui perkembangan ini, berbagai daerah di Indonesia dihadapkan pada
persaingan global dengan daerah dan kota lain di seluruh dunia yang tidak bisa
ditawar. Padang misalnya, tidak hanya bersaing dengan Bali, Jogja, Bandung
dan Jakarta, tetapi juga dengan Kuala lumpur, Singapura, Phuket, Macau dan
kota lainnya di dunia. Karena pada realitasnya Setiap daerah di Indonesia
mempunyai budaya dengan ciri khas masing-masing. Hal itulah yang membuat
masing-masing daerah berlomba-lomba menyajikan dan menyelenggarakan
acara untuk mengangkat kekhasan kebudayaan dari masing-masing daerah.
Seperti halnya Kota Solo yang ingin mengangkat kekhasan kebudayaan
kotanya. Maka dari itu, sektor pariwisata berkoordinasi dengan sektor lainnya
untuk menarik banyak wisatawan dan merasa nyaman mengunjungi Kota Solo.
Tetapi pada kenyataannya obyek wisata dikota Solo tidak begitu banyak.
Sehingga Kota Solo mengangkat sektor lain seperti kesenian budaya. Seperti
halnya kesenian budaya jawa Kota Solo yang terkenal kental, menjadi
karakteristik tersendiri bagi Kota Solo. Image yang sudah tertanam pada kota
Solo sebagai kota berbudaya jawa sudah melekat pada benak masyarakat kota
Solo maupun masyarakat di daerah lainnya. Namun seiring perkembangan
jaman, peminat seni dan budaya Jawa dari kalangan anak dan remaja semakin
mencemaskan. Bagaimana tidak, kebudayaan modern secara langsung telah
menjajah seluruh bidang pada generasi remaja masa kini. Namun demikian,
kebudayaan modern tidak harus ditolak karena diakui atau tidak, pada jaman
sekarang ini kebudayaan modern merupakan langkah untuk mengikuti arus
perkembangan global.
1
Oleh sebab itu, Kota Solo melakukan sebuah inovasi dalam hal
kesenian. Sebuah pertunjukan kesenian yang tetap menarik para wisatawan
domestik maupun luar negeri dalam berbagai tingkatan umur untuk tetap
berkunjung melihat kesenian budaya jawa yang dikemas dengan memadukan
perubahan kebudayaan dan tidak menolak kebudayaan global yang sedang
mendunia. Perubahan yang terjadi pada era sekarang ini adalah kewajiban yang
harus diterima. Kemampuan berubah merupakan sifat yang penting dalam
kebudayaan manusia, tanpa itu kebudayaan tidak mampu menyesuaikan diri
dengan keadaan yang senantiasa berubah.
Pemerintah Kota Surakarta bekerjasama dengan berbagai pihak yang
peduli terhadap warisan budaya, berkeinginan menjadikan kota Solo
mempunyai city branding sebagai kota budaya global melalui event SIPA. Solo
International Performing Arts (SIPA), event pagelaran seni pertunjukan
berskala internasional yang diadakan setiap tahun oleh Pemerintah Kota
(Pemkot) Solo. Pada pergelaran yang keenam kalinya, SIPA dilaksanakan
tanggal 11,12 dan 13 September 2014, bertempat di Benteng Vasterburg Solo.
Generation of World Culture dipilih menjadi tema yang diusung SIPA tahun
2014. Dari tema tersebut, diharapkan akan muncul semangat kebersamaan
untuk gerakan generasi kebudayaan dunia. Semangat dari energi seni
pertunjukan yang selalu menjadi kekuatan SIPA.
Beragam bentuk dan warna seni pertunjukan dari berbagai negara
dipersatukan dalam panggung SIPA (2014). Semua menyatu dalam semangat
yang sama, semangat untuk generasi kebudayaan dunia. SIPA merupakan
sebuah pergelaran yang multiculture, hal tersebut semakin diperkuat dengan
dipilihnya Tunku Atiah sebagai maskot SIPA yang bertema “Generation Of
World Culture”. Dalam pagelaran bertema Generation of World Culture, sosok
maskot SIPA mengenakan busana rancangan Rory Wardhana. Desain dari
busana tersebut merupakan campuran dari budaya Jawa, Melayu, China, serta
India dengan warna biru yang dibalut warna emas putih.
Selain itu, event SIPA yang multiculture juga diperkuat dengan
mengikutsertakan kelompok kesenian dari berbagai kota di Indonesia maupun
2
manca negara seperti just live dance dari jerman, teatro guidengan dari
Filiphina, kolaborasi stepharina, eva tey, dan tunku atiah dari Malaysia,
pukchong lion dance play dari Korea Selatan, alinkarwutyee music and dance
troupe dari Myanmar, jin hi kim dari Korea-Amerika, sanggar seni angsana
dari Kabupaten Karimun (kep. Riau), Institut kesenian Jakarta, harmonia
orchestra dari Solo, gorontalo Inovasi dari Gorontalo, sanggar seni hapsari dari
Bandung, ISI Yogyakarta, sanggar kumpulan seni seri melayu dari Riau,
sanggar bintang dari kepulauan Seribu yang ikut berpatisipasi dalam event
SIPA.
Strategi Komunikasi Pemasaran direncanakan dan dilakukan oleh
Pemkot Solo sebagai Kota Pusat diadakannya festival seni budaya global
melalui SIPA. Dalam hal ini tidak hanya festival kesenian nasional Indonesia
tetapi juga kesenian dunia. Meskipun begitu, dalam pagelaran SIPA Pemkot
Solo tetap tidak meninggalkan unsur kesenian Budaya Jawa yang merupakan
identitas utama masyarakat Solo. Sebagai sarana dalam mewujudkan harapan
pemkot Solo tersebut, maka pemerintah membangun city branding.
City branding berarti merancang suatu tempat untuk memenuhi
kebutuhan target market (Keller, 2003). Berdasarkan definisi city branding di
atas, city branding merupakan proses atau usaha membentuk merek dari suatu
kota untuk mempermudah pemilik kota tersebut untuk memperkenalkan/
mengkomunikasikan kotanya kepada target pasar (investor, tourist, talent,
event) kota tersebut dengan menggunakan kalimat posisitioning, slogan, icon,
eksibisi, dan berbagai media lainnya agar dikenal luas (high awareness),
disertai dengan persepsi yang baik. Tujuan branding adalah agar kota menjadi
tempat bagi investasi, tujuan wisata, tujuan tempat tinggal, maupun tempat
penyelenggara kegiatan event.
Melalui SIPA, Kota Solo merubah orientasi Kota Solo dari local
orientation ke global-cosmopolit
orientation.
Menggabungkan
kesenian
budaya tradisonal dengan modern, budaya jawa dengan budaya didaerah
maupun negara lainnya. Perubahan image kota Solo yang tadinya merupakan
kota yang terkenal dengan kesenian budaya tradisional jawanya menjadi
3
kesenian multiculture dan berpadu dengan kesenian modern untuk mengikuti
arus pengembangan jaman dan diharapkan dapat lebih menarik wisatawan
untuk berkunjung kekota Solo. Maka dari itu perlu dilakukan sebuah strategi
komunikasi pemasaran yang baik. Berdasarkan hal tersebut maka peneliti
menganggap penting untuk mengetahui strategi komunikasi pemasaran yang
dilakukan Pemkot Solo dalam membangun city branding melalui event
SIPA“Generation of World Culture” yang diadakan pada tahun 2014.
B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang di atas, maka peneliti akan menetapkan rumusan
masalah sebagai berikut: bagaimana strategi komunikasi pemasaran yang
digunakan Pemkot Solo dalam membangun city branding melalui event SIPA
(Solo International Performing Arts) ?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan dari diadakannya penelitian ini adalah :
Menggambarkan strategi komunikasi pemasaran yang digunakan
Pemkot Solo dalam membangun city branding melalui event SIPA (Solo
International Performing Arts).
D. Manfaat Penelitian
Adapun yang menjadi manfaat penelitian ini adalah:
1. Secara Teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan data empiris bagi ilmu
komunikasi khususnya program studi ilmu komunikasi, konsentrasi
manajemen komunikasi mengenai marketing communication strategy
(strategi komunikasi pemasaran) sebuah kota, dalam hal ini adalah kota
Solo dalam membangun city branding melalui event SIPA.
2. Secara Praktis
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi terhadap
mahasiswa tentang strategi komunikasi dalam memasarkan kota, yaitu
4
kota Solo dalam kaitannya menarik turis dalam negeri atau luar negeri
agar mengunjungi kota Solo terutama karena event SIPA yang mempunyai
daya tarik tersendiri dan menjadi icon bagi Kota Solo. Penelitian ini juga
memberi manfaat bagi kota Solo maupun kota lainnya bagaimana
membuat strategi untuk menarik wisatawan untuk berkunjung dan kembali
lagi, menciptakan sebuah city branding agar menjadi sebuah identitas bagi
kotanya.
E. Kerangka Teori
1. Pemasaran Kota
Istilah city marketing mulai berkembang di tahun 1990-an dimana
beberapa peneliti menulis konsep dasarnya. Pemerintah pada umumnya telah
melakukan
upaya
sadar
untuk
mendesain
identitas
khusus
dan
mempromosikannya (Kavaratzis & Asworth, 2005). Misalnya Malaysia
dengan “Malaysia, Truly Asia”, Singapura dengan “Uniquely Singapore”,
Hongkong dengan “Asia’s World City”, Jakarta dengan “Enjoy Jakarta” dan
sebagainya. Ini merupakan suatu upaya memperkenalkan kota menjadi
sebuah merek (brand) dengan nilai tertentu dalam pemikiran orang pada
umumnya.
Namun, ini bukanlah sekedar strategi komunikasi, tagline, identitas
visual
ataupun
logo,
melainkan
sebuah
proses
strategis
untuk
mengembangkan visi jangka panjang untuk sebuah kota. Ini menjadi rumit
karena ada keterbatasan metode dan teknik yang mudah dipahami dan
diterapkan dari penerapan pemasaran dasar (original field of marketing
application) oleh pemerintahan selaku pengelola.
Beberapa ahli kemudian memberi saran bahwa bauran pemasaran kota
terdiri dari kombinasi dari ukuran promosi, fungsi tempat, organisasi dan
keuangan berdasarkan lokasi geografisnya (Asworth & Voogh, 1990), desain
sebagai suatu karakter utama, infrastruktur penunjang, layanan dasar, atraksi
untuk hiburan dan rekreasi dari bangunan yang memiliki keunggulan
kompetitif
(Kotler,
1999).
Mengidentifikasikan
suatu
lokasi
dan
5
mengubahnya dari kota produktif menjadi kota spektakuler untuk konsumsi
yang diukur dari iklan dan promosi, pembangunan fisik besar-besaran, seni
publik dan monumen sipil, peristiwa besar, regenerasi budaya dan kemitraan
pemerintah-swasta (Hubbard & Hall, 1998).
Dalam mendukung image menjadi kompetitif, maka diperlukan
adanya instrumen yang dapat mempromosikan kawasan kota tersebut yaitu
dengan menggunakan konsep city marketing. Pemasaran kota (city marketing)
menjadikan kota tumbuh dan berkembang yang pada akhirnya dapat
meningkatkan kesejahteraan masyarakat (Van dan Berg dkk, 1990). Konsep
pengembangan wilayah yang tepat dalam mengatasi permasalahan tersebut
adalah konsep city marketing. Konsep pemasaran kota (City Marketing)
merupakan pendekatan paling adaptif dan produktif dalam mengatasi
permasalahan kota (Kotler dkk, 1993). Hal ini dikarenakan konsep city
marketing bersifat menonjolkan keunggulan kawasan serta dapat menarik
konsumen atau investor dari luar. Selain itu, konsep city marketing tidak
hanya
menitikberatkan
pembangunan
dalam
segi
fisik,
melainkan
pengembangan dari segala aspek city marketing yakni pemasaran citra/
image, daya tarik/ atraksi, dan penduduk. Dalam konsep ini pengembangan
kota diharapkan mampu memenuhi permintaan (demand) dari target pasar.
Penggunaan ilmu pemasaran saat ini bukan hanya oleh perusahaan
produk atau jasa melainkan telah meluas kepada kota sebagai suatu entitas,
sebagaimana Phillip Kottler menyatakan cities increasingly tended to rely on
marketing methods in the last three decades, when competition for inward
investment, tourism revenues and residents at various spatial scales
intensified (kota semakin cenderung memanfaatkan metode pemasaran dalam
tiga dekade terakhir, ketika kompetisi untuk menarik investasi masuk,
pendapatan pariwisata dan penambahan keragaman penduduk semakin
meningkat) (Kottler, 1999).
6
2. Komunikasi Pemasaran
Harsono Suwardi menyatakan bahwa dasar dari pemasaran adalah
komunikasi dan pemasaran bisa akan begitu powerful jika dipadukan dengan
komunikasi yang efektif dan efisien. Bagaimana menarik konsumen atau
khalayak menjadi aware, kenal dan mau membeli suatu produk atau jasa
melalui saluran komunikasi adalah bukan sesuatu yang mudah. (Prisgunanto,
2006:7).
Definisi komunikasi menurut Hovland, Janis dan Kelley seperti yang
dikemukakan oleh Forsdale yang dikutip oleh Muhammad (2009:2)
berbunyi,”Communication is the process by which an individual transmits
stimuly (usuallyverbal) to modify the behaviour of the other individuals”.
(Komunikasi adalah proses individu mengirim stimulus yang biasanya dalam
bentuk verbal untuk mengubah tingkah laku orang lain). Definisi tersebut
mengimplikasikan bahwa komunikasi adalah suatu proses sosial yang terjadi
antara sedikitnya dua orang, dimana individu mengirim stimulus kepada
orang lain. Stimulus dapat disebut sebagai pesan yang biasanya dalam bentuk
verbal, dimana proses penyampaian dilakukan melalui saluran komunikasi,
dan terjadi perubahan atau respons terhadap pesan yang disampaikan.
Hubungan
antara
pemasaran
dengan
komunikasi
merupakan
hubungan yang erat. Komunikasi merupakan proses dimana pemikiran dan
pemahaman disampaikan antar individu, atau antara perusahaan dan individu.
Komunikasi dalam kegiatan pemasaran bersifat kompleks, tidak sesederhana
seperti berbincang - bincang dengan teman atau keluarga. Bentuk komunikasi
yang lebih rumit akan mendorong penyampaian pesan oleh komunikator pada
komunikan, melalui strategi komunikasi yang tepat dengan proses
perencanaan yang matang.
Kotler dan Keller (2012: 498) menyatakan bahwa, “Marketing
communicationsare means by which firms attempt to inform, persuade, and
remindcomsumers – directly or indirectly – about the products and brands
they sell”. Artinya, Komunikasi pemasaran adalah sarana yang digunakan
perusahaan dalam upaya untuk
menginformasikan, membujuk, dan
7
mengingatkan konsumen baik secara langsung maupun tidak langsung
tentang produk dan merek yang mereka jual. Marketing communication dapat
didefinisikan sebagai kegiatan pemasaran dengan menggunakan teknik-teknik
komunikasi yang bertujuan untuk memberikan informasi kepada khalayak
agar tujuan perusahaan tercapai, yaitu terjadinya peningkatan pendapatan atas
penggunaan jasa atau pembelian produk yang ditawarkan (Kennedy dalam
Soemanagara, 2006:5).
Penggabungan kajian pemasaran dan komunikasi akan menghasilkan
kajian baru yang disebut marketing communication (komunikasi pemasaran).
Marketing communications merupakan bentuk komunikasi yang bertujuan
untuk memperkuat strategi pemasaran, guna meraih segmen pasar yang lebih
luas. Perusahaan menggunakan berbagai bentuk komunikasi pemasaran
untukmempromosikan apa yang mereka tawarkan dan mencapai tujuan
finansial. Kegiatan pemasaran yang melibatkan aktivitas komunikasi meliputi
iklan, tenaga penjualan. papan nama toko, display ditempat pembelian,
kemasan produk, direct-mail, sampel produk gratis, kupon, publisitas, dan
alat-alat komunikasi lainnya.
Secara keseluruhan, aktivitas-aktivitas yang disebutkan di atas
merupakan komponen promosi dalam bauran pemasaran (marketing mix)
(Shimp, 2003: 4). Peran komunikasi pemasaran dari tahun ke tahun dirasakan
semakin penting dan memerlukan pemikiran ekstra, terutama dalam rangka
untuk memperkenalkan, menginformasikan, menawarkan, mempengaruhi dan
mempertahankan tingkah laku pembeli dari konsumen dan pelanggan
potensial suatu perusahaan (Yulianita, 2005).
Dengan kata lain dapat dikatakan bahwa komunikasi pemasaran
memegang peranan yang sangat penting bagi pemasar. Keberadaan
komunikasi merupakan hal yang muntlak. Konsekuensinya tanpa komunikasi,
maka pelanggan, konsumen, maupun masyarakat umum tidak akan
mengetahui suatu produk yang dihasilkan suatu perusahaan.
Menurut Kotler (2002: 408) Total bauran promosi (promotion mix)
sebuah perusahaan juga disebut bauran komunikasi pemasaran (marketing
8
communication mix) terdiri campuran spesifik periklanan, public relations,
personal selling, promosi penjualan, dan alat-alat direct marketing yang
digunakan perusahaan untuk mengkomunikasikan nilai pelanggan secara
persuasif dan membangun hubungan dengan pelanggan.
Ada lima alat komunikasi pemasaran didefinisikan sebagai berikut:
1. Periklanan (Advertising)
Semua bentuk penyajian nonpersonal dan promosi ide, barang atau jasa
yang dibayar oleh sponsor tertentu.
2. Promosi penjualan (Sales Promotion)
Berbagai insentif jangka pendek untuk mendorong keinginan mencoba
atau membeli suatu produk atau jasa
3. Hubungan masyarakat dan Publisitas (Public Relation and Publicity)
Berbagai
program
untuk
mempromosikan
dan membangun
atau
melindungi citra perusahaan atau produk individualnya.
4. Penjualan secara pribadi (Personal Selling)
Interaksi langsung dengan satu calon pembeli atau lebih untuk melakukan
presentasi, menjawab pertanyaan, dan menerima pesan
5. Pemasaran langsung (Direct Marketing)
Penggunaan surat, telepon, faksimili, e-mail, dan alat penghubung
nonpersonal lain untuk berkomunikasi secara langsung dengan atau
mendapatkan tanggapan langsung dari pelanggan tertentu dan calon
pelanggan.
Dengan berkembangnya zaman, persaingan pasar makin ketat,
berkembangnya berbagai jenis media baru dan semakin konsumen melek
tekonologi, maka Marketing Communication Mix di rumuskan menjadi
(Ardha, 2009, Artikel):
1. Advertising
2. Consumer sales promotion
3. Trade Promotion and Co-marketing
4. Packaging, Point-Of-Purchase
5. Personal Selling
9
6. Public Relations
7. Brand Publicity
8. Corporate Advertising
9. The internet
10. Direct Marketing
11. Experiantial Contact: Events, Sponsorship
12. Customer Service
13. Word of Mouth
Dengan menggunakan marketing communication tools yang tepat,
perusahaan selaku komunikator dapat memperkenalkan serta memasarkan
barang atau jasanya kepada konsumen selaku komunikan. Oleh karena itu,
perencanaan dan pemilihan marketing communication tools menjadi penting
sebab tools tersebut merupakan perantara komunikasi perusahaan dalam
memasarkan dan mengenalkan barang atau jasa mereka.
Marketing Communication tools yang biasa digunakan oleh pemasaran
di antaranya adalah advertising, sales promotion, public relations, personal
selling, direct marketing, dan online marketing. Untuk mendukung masingmasing tools mencapai tujuan komunikasi pemasaran, pemasar harus benarbenar memikirkan pesan komunikasi pemasaran dan media komunikasi
pemasaran untuk menyampaikan pesan tersebut. Perencanaan yang sempurna
(matang) dalam perumusan bentuk-bentuk komunikasi pemasaran yang akan
digunakan sangat dibutuhkan. Hal ini bertujuan untuk lebih memaksimalkan
informasi yang akan disampaikan pada khalayak (santi, 2010).
Pemilihan media bukan hanya monopoli bagi iklan saja. Bauran
promosi lainnya juga memerlukan media sebagai wadah penyampaian pesan
kepada masyarakat luas. Di bawah ini adalah beberapa contoh media yang
sering digunakan dalam beberapa bauran komunikasi pemasaran
Tabel 1.1
Alat/ Media Bauran Komunikasi Pemasaran
Press
Newspapers – daily, weekly, local, regional, national
Magazines – weekly monthly, quartely, annual general interest, special interest,
consumer, trade, association, in-house, company, clu.
Directories
10
Television
(analogue and
digital)
Cineme
Posters
Radio (analogue
and digital)
The inetnter
Direct mail
People / word of
mouth
Leflets and
brochures
Stationery
Packaging
Merchandise items
Point-of-Sale
Displays (POS)
Livery and signage
Others
local, regional, national, international
terestrial
satelite
cable
video, home and in-store
teletex
Local, regional, national
Transport – on buses, taxes, trains, boats, poster vans, adtrailers
Outdoor – on poster site hoardings (billboards), bins, posts, benches, ‘fly-posting’ on
walls, aerial banners, sports grounds sites
Indoor – at point of sale and at exhibitions : on windows, shopping trolleys, counters,
shelves, hanging signs : on stands and displays, on notice boards, in public toilets
Local, regional, national, international
www, e-mail, global
Leaflets and letters delivered through the post or by hand
Sales staff
Other employees
Customer/ consumers
Members of the media
Member of the trade
Other ‘public’
All sorts from annual financial report brochures and catalogues to special event leaflets, special
offer flyers and press releases
Business cards, letterheads, memos, fax invoices, receipts, envelopes, pencils and pens, paperclips,
etc
All forms of packaging can carry promotional messages
Calendars, diaries, giftware, greetings cards, labels, bookmarks, all forms of clothing items,
nameplates, badges, cups, sports equipment, and a great deal more
Shelf displays, dump-bins, carousels, tent cards, posters, videos, exhibition boards and stands
Signage on and in shops, office, buildings
Vehicle signage – cars, vans, lorries, trains, planes
Uniforms/ working clothes
Sign posts, illuminated signs, ‘A’ frames, etc
Ambient media
Postal services
Telephone
Product items themselves
Beer mats
Drip mats
Floor mets
Ballons
Hot air ballons/ ‘blimps’
Golf tees and golf holes
Back of car park tickets and other tickets
Stickers
Milk botle tops
Bags
Flags
PR stunts/ events
Electronic media – computer and video games, DC-ROMs, DVDs, etc
Sumber : David Pickton dan Amanda Broderick. (2001). Integrated Marketing Communications, Pearson
Education Ltd, hal 200-201
11
Dalam
pengembangan
strategi
komunikasi
pemasaran
harus
memperhatikan beberapa alat promosi yang biasa digunakan dalam kegiatan
komunikasi pemasaran. Alar-alat promosi atau biasa disebut dengan bauran
komunikasi pemasaran (promotion mix) terdiri atas periklanan (Advertising),
public relations, pemasaran langsung (direct marketing), promosi penjualan
(sales promotion), penjualan tatap muka (personal selling). Setiap bauran
komunikasi pemasaran memiliki kekuatan dan kelemahan masing-masing.
Oleh karena itu, bauran komunikasi pemasaran perlu diterapkan guna
mengetahui alat promosi apakah yang cocok untuk diterapkan guna
mengetahui alat promosi apakah yang cocok untuk diterapkan. Penerapan
strategi bauran komunikasi pemasaran dilakukan dalam rangka menjaga
sustainability perusahaan di tangan kompetitor sejenis
3. Strategi Komunikasi Pemasaran Kota
Program komunikasi pemasaran merupakan bagian dari sebuah
perencanaan pemasaran (marketing plan) sebuah perusahaan. Rencana
pemasaran biasanya memuat rencana atau proyeksi apa yang akan dilakukan
oleh perusahaan dalam satu tahun ke depan. Hal yang tercakup dalam rencana
pemasaran biasanya memuat analisis mengenai pasar (konsumen), anggaran,
hingga bauran komunikasi apa yang akan dipakai.
Rencana pemasaran harus secara khusus menyangkut pedoman
tindakan yang akan diimplementasikan, siapa yang melakukan pekerjaan
tertentu, tanggal, dan lokasi implementasi, serta bagaimana pelaksanaan
tersebut
akan
dilaksanakan.
Strategi
pemasaran
merupakan
proses
pengambilan keputusan secara terus menerus, melaksanakannnya, dan
mengukur efektivitasnya setiap saat. Perencanaan bukan merupakan kegiatan
yang pasti, melainkan fleksibel. Ditinjau dari segi waktu, evaluasi strategis
telah lama dibandingkan dengan pembuatan rencana, evaluasi dan
pengendalian berhubungan dengan pengawasan performa dan jika perlu
mengubah rencana agar sesuai dengan performa yang telah ditentukan
(Purnama, 2007: 7).
12
Menurut Berkowitz (2009: 504-507), hal yang perlu diperhatikan
dalam mengembangkan program komunikasi pemasaran antara lain:
a. Identifying the target audience (identifikasi target audiens)
b. Specifying promotion objectives (spesifikasi tujuan promosi)
c. Setting the promotion budget (mengatur anggaran promosi)
d. Selecting the right promotional tools (menyeleksi bauran komunikasi
pemasaran yang tepat.
e. Designing the promotion (mendesain komunikasi pemasaran)
f. Scheduling the promotion (menjadwal komunikasi pemasaran)
Strategi juga bisa berarti proses manajemen. G.R Terry (Hasibuan,
1985) menjelaskan, bahwa manajemen merupakan suatu proses yang khas
yang
terdiri
dari
tindakan-tindakan
perencanaan,
pengorganisasian,
menggerakkan, dan pengendalian yang dilakukan untuk menentukan serta
mencapai sasaran-sasaranyang telah ditentukan melalui pemanfaatan sumber
daya manusia dan sumber sumber lainnya.
Sementara itu dalam pemasaran, Kotler dan Armstrong (2008: 16),
menjelaskan bahwa strategi komunikasi pemasaran terbagi menjadi tiga
aktivitas utama yaitu perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi program
komunikasipemasaran terpadu.
Dalam perencanaan, dilakukan aktivitas berupa analisis situasi internal
daneksternal perusahaan, identifikasi khalayak sasaran, penentuan tujuan
komunikasi pemasaran, penetapan anggaran komunikasi pemasaran, dan
pengembangan program komunikasi terpadu. Dalam pelaksanaan akan
dijelaskan secarasistematik program komunikasi pemasaran terpadu yang
dijalankan, dan yang terakhir adalah evaluasi terhadap aktivitas komunikasi
pemasaran yang dijalankan tersebut.
Tabel 1.2
Model Perencanaan program Komunikasi Pemasaran
1.
Review Of Marketing Plan
Examine overall marketing plaAn and objectives
Role of advertising and promotions
13
2.
3.
4.
5.
6.
7.
Competitive analysis
Asses enviromental influences
Analysis of Promotional Program Situation
internal analysis
 Promotional departement organization
 Firm’s ability to implement promotional program
 Agancy evaluation and selection
 Review of previous program result
External analysis
 Consumer behaviour analysis
 Market segmentation and target marketing
 Market positioning
Analysis of communication process
Analyze receiver’s response processes
Analyze source, message, channel factors
Establish communicatios goals and objectives
Budget determination
Set tentative marketing communications budget
Allocate tentative budget
Develop integrated marketing communication program
Advertising
 Set advertising objectives, Determine advertising budget, Develop advertising
message, Develop advertising media strategy
Direct marketing
 Set direct marketing objectives, Determine direct marketing budget, Develop direct
marketing message, Develop direct marketing media strategy
Sales promotion
 Set Sales promotion objectives, Determine Sales promotion budget, Develop sales
promotion message, Develop Sales promotion media strategy
Public relations/ publicity
 Set Public relations/ publicity objectives, Determine Public relations/ publicity budget,
Develop Public relations/ publicity message, Develop Public relations/ publicity media
strategy
Personal selling
 Set Public relations/ publicity objectives, Determine Public relations/ publicity budget,
Develop Public relations/ publicity message, Develop Public relations/ publicity media
strategy
Integrate and implement marketing strategies
Integrate promotional mix strategies
Create and produce ads
Purchase media time, space, etc
Design and implement direct marketing programs
Design and distribute ales promotion materials
Design and implement public relations/ publicity programs
Design and implement interactive/ internet marketing programs
Design and implement interactive/ internet marketing programs
Monitor, Evaluate, and Control integrated Marketing Communications Program
Evaluate promotional programs resluts/ effectiveness
Take measures to control and adjust promotional strategies
Sumber : George E.Belch and Michael A. Belch (2001). Advertising and Promotion (An Integrated Marketing
Communication Perspective), The McGraw-Hill Companies Inc, hal.27
4. Pembentukan City Branding sebagai upaya dalam memasarkan kota
Identitas adalah sebuah kontruksi, sebuah konsekuensi dari sebuah
proses interaksi antar manusia, institusi dan praktis dalam kehidupan sosial.
Berbicara
mengenai city
branding maka
tidak
akan
terlepas
dari
14
pembicaraan mengenai merek, karena city branding identik sebagai bagian
dari konsep merek itu sendiri. Kegiatan city branding ini menuntut setiap
daerah berlomba menciptakan citra tertentu dibenak masyarakat luas dalam
merepresentasikan karakter kota. Citra kota memiliki kekuatan dalam
membentuk merek sebuah kota, bahkan mempengaruhi kota itu sendiri.
Merek yang melekat pada kota sangat bergantung pada identitas kota.
Langkah-langkah utama dalam membangun city branding yang kuat
(Widodo, 2007), yatu:
a. Mapping Survey : kegiatan ini meliputi survey persepsi dan ekspektasi
tentang suatu daerah dari masyarakat atau pihak-pihak luar yang
terkait.
b. Competitive Analysis: yaitu melakukan analisis daya saing pada level
makro maupun mikro daerah itu sendiri.
c. Blue Print: merupakan penyusunan cetak biru daerah yang diinginkan,
baik logo, semboyan, nama panggilan, tag line, beserta strategi
branding dan strategi komunikasinya.
d. Implementation: yaitu pelaksanaan grand design tersebut dalam
berbagai bentuk media, seperti pembuatan media center, pembuatan
events, iklan, dan lain sebagainya.
Dalam city branding, citra sebuah kota (daerah) adalah produk yang
ditawarkan,
sehingga
kekhususan
dan
kekhasan
yang
dimilikinya
merupakan aset yang beharga. Teknik pemasaran yang diaplikasikan dalam
city branding sering digunakan untuk membantu mentransformasi kota
(daerah) menjadi pusat industri pariwisata, budaya, dan pembangunan.
Wisata perkotaan memainkan peran yang semakin penting dalam
mendefinisikan strategi pembangunan ekonomi daerah. Di sisi lain, dalam
kondisi ekonomi global saat ini. Persaingan untuk menarik wisatawan
semakin besar. Hal tersebut merupakan upaya mempromosikan sebuah
daerah dengan menggali keunggulan yang dimiliki agar dapat memberikan
identitas yang membedakan dengan daerah lainnya demi meraih keunggulan
15
bersaing baik tingkat lokal, regional bahkan internasional merupakan upaya
untuk mendatangkan wisatawan ke suatu daerah/ kota.
Kavaratzis (2004), mengatakan bahwa city branding dipahami
sebagai sarana untuk mencapai keunggulan kompetitif dalam rangka untuk
meningkatkan invenstasi dan pariwasata, dan juga sebagai pencapaian
pembangunan masyarakat. Memperkuat identitas lokal dan identifikasi
warga dengan kota mereka dan mengaktifkan semua kalangan sosial demi
menghindari pengucilan dan kerusuhan sosial.
Sedangkan menurut pandangan Murfianti (2010), city branding
banyak digunakan oleh kota – kota dunia dalam upaya meningkatkan atau
mengubah citra suatu tempat/ wilayah/ kota, dengan menonjolkan kelebihan
dan keunikan daerah tersebut. Banyak keuntungan yang akan diperoleh jika
suatu daerah melakukan city branding yaitu daerah tersebut dikenal luas
(high awareness), dipandang sesuai untuk tujuan-tujuan khusus (specific
purposes), dipandang tepat untuk tempat investasi, tujuan wisata, tujuan
tempat
tinggal,
tempat
penyelenggaraan
kegiatan/
events,
serta
dipersepsikan sebagai tempat dengan kemakmuran dan keamanan yang
tinggi.
Kedua definisi diatas memperjelas bahwa pentingnya Pemerintah
maupun pihak yang mempunyai kepentingan terhadap eksistensi suatu kota
secara konsisten mengkomunikasikan dan menunjukkan maksud dari suatu
brand sebuah kota, sehingga tidak memunculkan kebingungan masyarakat
terhadap brand sebuah kota melalui city branding. Suatu tempat / kota dapat
memunculkan keunikannya dan dapat tampil berbeda dengan para
kompetitornya. Keunikan tidak hanya dalam slogan saja, namun dalam
kemampuan menawarkan sesuatu yang berbeda dan mengkristalisasi sebagai
identitas yang kuat dalam persepsi customer.
5. Event marketing
Menurut Stanton (2003: 140) event marketing dianggap sebagai salah
satu strategi efektif untuk membuat produk menjadi lebih dikenal dan dapat
16
meningkatkan kepercayaan masyarakat, kegiatan tersebut dipilih karena
bentuk yang mendasar dalam menciptakan komunikasi dengan konsumennya.
Event marketing merupakan suatu kegiatan yang dapat menjadikan nama
diingat dan dapat meningkatkan citra. Event marketing diselenggarakan
dengan tujuan agar namanya menjadi lebih dikenal dan mendapat image yang
baik dari masyarakat (Coulson dan Thomas, 1986: 285).
Penelitian ini meneliti event SIPA yang merupakan event marketing
dengan menjadikan seni pertunjukan sebagai alat pemersatu semangat
kebersamaan. Seni pertunjukan yang dimaksud meliputi wilayah etnik
(tradisi), modern atau pun kontemporer. Bentuk pertunjukannya bisa berupa
sajian seni tari, teater ataupun musik. Performing art atau seni pertunjukan
bisa diartikan sebagai salah satu bagian dari kehidupan budaya (intangible).
Event marketing adalah sebuah bentuk promosi merek yang mengingat suatu
merek dengan kegiatan kebudayaan, sosial, olahraga atau tipe kegiatan
lainnya yang mengandung tingkat keterkaitan publik yang tinggi (Shimp,
2000: 600). Seni pertunjukan SIPA di Kota Solo bisa mendukung sebutan
Kota Solo sebagai Kota Budaya.
Pada intinya definisi dari event marketing adalah memberikan
pengunjung atau wisatawan sebuah pengalaman yang menarik yang
berhubungan dengan event tersebut. Event marketing yang diselenggarakan
harus memiliki (impact) serta memberikan kesan mendalam kepada setiap
orang yang hadir sehingga para pengunjung bisa cukup lama mengingat
pengalaman yang menyenangkan tersebut dan kembali lagi untuk berkunjung.
Dari penjabaran diatas mengenai tujuan dari event marketing dan
diikuti dengan pengetahuan penulis, maka dapat disimpulkan bahwa event
marketing merupakan kegiatan yang mecakup di dalamnya elaborasi antara
pemasaran,
periklanan,
maupun
humas.
Keberhasilan
event
untuk
mendapatkan pengunjung sangat tergantung kepada prinsip - prinsip
pemasarannya. Pemasaran event tergantung pada penempatan yang tepat pada
produk tersebut. Tidak ada event yang dapat dijual dengan efektif hingga
sebuah rencana pemasaran dikembangkan. Kegiatan humas menjadi suatu hal
17
yang tidak dapat ditinggalkan dalam event marketing karena merupakan
usaha berlanjut untuk membangun tanggapan positif dari pihak intern
maupun eksternal terhadap event tersebut. Event marketing merupakan
sebuah acara atau kegiatan yang memiliki dampak positif dan memberikan
kesan mendalam bagi setiap orang yang hadir. Event marketing menggunakan
media sebagai alat periklanannya. Banyak orang datang menghadiri event
marketing untuk saling berkomunikasi, berinteraksi dan saling berbagi. Pada
event marketing penggunaan media penting untuk membantu merencanakan,
mengiklankan, mempromosikan dan membuat target pasar tertarik terhadap
sebuah event. Tujuan utamanya adalah untuk mendapatkan sebanyakbanyaknya orang yang tertarik untuk datang atau mengikuti event ini.
F. Kerangka Konsep
Dari paparan kerangka teori diatas, peneliti menentukan batasan konsep
dalam penelitian ini. konsep-konsep tersebut adalah tentang pemasaran Kota
Solo, event Marketing sebagai Implementasi Strategi komunikasi pemasaran.
Konsep - konsep ini digunakan karena konsep strategi komunikasi pemasaran
adalah strategi yang dirasa sesuai untuk diaplikasikan kepada pemasaran kota.
Implementasi strategi akan dilakukan dengan sebuah event marketing.
Dalam setiap program event marketing, strategi komunikasi yang baik
sangat diperlukan agar tujuan yang dimiliki dapat dicapai dengan langkah yang
tepat. Strategi komunikasi pemasaran pada dasarnya adalah konsep yang
terintegrasi antara Identifying the target audience, Specifying promotion
objectives, Setting the promotion budget, Selecting the right promotional tools,
Designing the promotion, Scheduling the promotion. Yang dalam penelitian ini
akan dilakukan dengan sebuah eksekusi event marketing yang berfokus pada
city branding.
Maka penelitian ini akan mengambil konsep pemasaran kota, dimana
pemasaran kota tersebut membutuhkan strategi komunikasi pemasaran agar
pesan yang hendak disampaikan dapat sampai kepada audiens. Bentuk
18
komunikasi tersebut akan dilakukan dengan sebuah event marketing. Event
marketing tersebut akan dilakukan dengan enam tahap, yakni Identifying the
target audience, Specifying promotion objectives, Setting the promotion
budget, Selecting the right promotional tools, Designing the promotion,
Scheduling the promotion.
Strategi
Komunikasi
Event Marketing (SIPA)
sebagai Kegiatan Komunikasi
Event Marketing Implementasi
Strategi Komunikasi Pemasaran
City Branding
a.
b.
c.
d.
a.
b.
c.
d.
e.
f.
Identifying the target audience of SIPA
Specifying promotion objectives of SIPA
Setting the promotion budget of SIPA
Selecting the right promotional tools of SIPA
Designing the promotion of SIPA
Scheduling the promotionof SIPA
Mapping Survey
Competitive Analysis
Blue Print
Implementation:
Gambar 1.3
Kerangka Konsep
G. Metodologi Penelitian
1 Jenis Penelitian
Pada penelitian ini digunakan jenis penelitian kualitatif dengan
metode studi kasus. Penelitian kualitatif adalah prosedur penelitian yang
menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orangorang dan perilaku yang dapat diamati (Bogdan dan Tylor, 1990). Penelitian
kualitatif adalah suatu pendekatan yang juga disebut pendekatan investigasi
karena biasanya peneliti mengumpulkan data dengan cara bertatap muka
langsung dan berinteraksi dengan orang-orang di tempat penelitian
19
(McMillan & Schumacher, 2003).Sementara itu, menurut (Sugiono, 2009:15),
metode penelitian kualitatif adalah metode penelitian yang berlandaskan pada
filsafat post positifisme, digunakan untuk meneliti pada kondisi objek yang
alamiah (sebagai lawannya adalah eksperimen) dimana peneliti adalah
sebagai instrument kunci, pengambilan sample sumber dan data dilakukan
secara purposive dan snowball, teknik pengumpulan data dilakukan dengan
triangulasi (gabungan) analisis data bersifat induktif / kualitatif, dan hasil
penelitian kualitatif lebih menekankan pada makna daripada generalisasi.
Studi kasus merupakan penyelidikan mendalam (indepth study)
mengenai suatu unit sosial sedemikian rupa sehingga menghasilkan gambaran
yang terorganisasikan dengan baik dan lengkap mengenai unit sosial tersebut.
Cakupan studi kasus dapat meliputi keseluruhan siklus kehidupan atau dapat
pula meliputi segmen-segmen tertentu saja. Dapat terpusat pada beberapa
faktor yang spesifik dan dapat pula memperhatikan keseluruhan elemen atau
peristiwa (Azwar, 2010).
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi kasus
dimana peneliti berusaha untuk mengetahui bagaimana strategi komunikasi
pemasaran dalam membangun city branding melalui event SIPA. Menurut
Robert Yin studi kasus adalah suatu studi empiris yang menyelidiki fenomena
dalam konteks kehidupan nyata, bilamana batas-batas antara fenomena dan
konteks tak tampak dengan tegas, dan dimana multi sumber bukti
dimanfaatkan. Studi kasus lebih banyak berkutat pada upaya menjawab
pertanyaan-pertanyaan “how” (bagaimana) dan “why” (mengapa), serta pada
tingkatan tertentu juga menjawab pertanyaan “what” (apa/apakah), dalam
kegiatan penelitian (Burhan Bungin, 2005).
Peneliti mengumpulkan data dan mendeskripsikan strategi komunikasi
pemasaran yang digunakan dalam membangun city branding khususnya
melalui event SIPA berdasarkan keadaan sebenarnya yang terjadi pada lokasi
penelitian. Lebih lanjut, metode studi kasus digunakan dengan tujuan secara
khusus menjelaskan dan memahami obyek yang diteliti sebagai sebuah
“kasus”, dengan memberikan hasil bukan hanya sekedar menjelaskan
20
bagaimana posisi obyek penelitian tersebut, tetapi juga mengapa kasus
tersebut terjadi. Obyek penelitian ini adalah event SIPA, yang bukan hanya
salah satu event baru biasa di Kota Solo, tetapi juga sebuah event dengan
nuansa baru yang menggabungkan berbagai aliran jenis musik dari berbagai
kota maupun berbagai negara yang dapat mengubah pandangan orang
mengenai kota Solo yang kuat dengan tradisi kesenian jawanya menjadi Kota
Solo yang mengglobal dengan percampuran kesenian modern.
Metode studi kasus menjadi pilihan metode dalam penelitian karena
dalam studi kasus ini, peneliti tidak hanya sekedar ingin menjawab
pertanyaan tentang apa saja strategi komunikasi pemasaran yang dilakukan
pemkot Solo dalam membangun city branding, tetapi juga untuk meneliti
lebih menyeluruh lagi tentang bagaimana strategi komunikasi pemasaran
yang digunakan untuk mengenalkan event SIPA sehingga dapat menjadi
merek kota (city branding) Kota Solo. Terlebih, peneliti menilai perbedaan
dengan event-event yang diselenggarakan, kota Solo membangun identitas
(city branding) dengan
event SIPA yang
menyatukan berbagai event
kebudayaan. Event yang tidak hanya menampilkan budaya lokal (budaya
jawa) saja tetapi juga menyatukan budaya-budaya nasional dari berbagai
kebudayaan daerah di indonesia maupun kebudayaan dari berbagai negara
yang diperkenalkan kepada wisatawan dalam dan luar negeri sebagai ajang
pergelaran seni budaya berskala international dengan materi berupa seni
pertunjukan yang sudah diadakan keenam kalinya oleh Pemerintah Kota
(Pemkot) Solo.Melihat berbagai event diselenggarakan oleh setiap negara
ataupun kota dengan karakteristik masing-masing untuk menonjolkan sajian
kebudayaannya dengan menampilkan kekhasan yang ditujukan untuk
membangun identitas (city branding) kota atau sebuah negara kepada para
wisatawan.
Berdasarkan pada pembagian studi kasus Horton dan Hund seperti
dikutip Muhadjir (1998: 39), penelitian ini termasuk dalam studi kasus
genetik. Studi kasus prospektif (genetik) digunakan untuk keperluan
penelitian, mencari kesimpulan dan diharapkan dapat diketemukan pola,
21
kecenderungan, arah dan lainnya sehingga dapat dimanfaatkan untuk
perkiraan-perkiraan perkembangan masa depan. Jumlah subjek yang
digunakan dalam unit analisinya terdiri lebih dari satu orang bahkan dapat
mencapai
puluhan
orang.
Studi
ini
digunakan
untuk
memahami
perkembangan pribadi, kelompok, lembaga untuk mengetahui perkembangan
masalah. Tujuan studi kasus genetik adalah memahami keseluruhan kasus
yang mungkin terjadi secara pribadi, satuan sosial, masa lampau dan
perkembangannya. Alasan penggunaan studi kasus genetik dalam penelitian
ini ialah studi tersebut bersifat prospektif, lebih melihat ke depan, melihat
kepentingan perkembangan masa depan .
2. Lokasi dan Durasi Penelitian
Penelitian ini akan berlangsung di Pemkot Solo yang beralamat di Jl.
Jend. Sudirman No. 2 Surakarta , Dinas Pariwisata dan Kebudayaan di Jl.
Brigjen Slamet Riyadi No. 275 Surakarta, dan kesekretariatan SIPA yang
berada di Jl. Kedasih No. 22 Kereten, Laweyan, Solo 57143
Penelitian dilakukan selama kurang lebih satu bulan yakni dari
tanggal 16 bulan maret 2015 sampai tanggal 30 bulan juni 2015.
3. Teknik Pengumpulan Data
Sumber
primer
diperoleh
melalui
wawancara
menggunakan
pedoman wawancara terhadap narasumber yang berhubungan dengan event
SIPA dan city branding solo, yaitu Gembong hadi wibowo, S.Psi, M.Si (Sie
Promosi-kepala seksi kerjasama), Veronika ekonowati, SE., MA (Kepala
bidang SBSP), maupun panitia yang menyelenggarakan event SIPA (Solo
International Performing Arts) yaitu Dra. R. Ay. Irawati Kusumorasri, M.
Sn. (ketua umum), Mimi Zulaikha S.S. (sekretaris), Fauzan Natsir, S.Kom
(sie humas), Cahyani Eka Tiatuti (sie humas), Anis Eka Dewanti (LO
2014), Mifta Muriska Isya (sie delegasi 2014). Wawancara juga dilakukan
terhadap masyarakat yang ikut berpartisipasi dalam event SIPA ini yaitu
Yossy Erviana dan Betty Amalina. Wawancara ini dimaksudkan untuk
22
mengetahui lebih mendalam mengenai event SIPA sendiri yang kaitannya
dengan budaya dan mengenai city branding Solo.Wawancara langsung
dengan berbagai pihak, baik responden maupun pihak lain. Teknik ini
dipergunakan pada awal penelitian maupun pada waktu proses penelitian
untuk memperjelas dan menambah kelengkapan data yang diperlukan.
Narasumber akan diberikan pertanyaan-pertanyaan mendalam seputar topik
penelitian dengan panduan wawancara yang telah dipersiapkan sebelumnya.
Studi kepustakaan dalam rangka penelitian tesis dilakukan dengan
cara mempelajari sejumlah literatur, jurnal, paper, naskah akademis dan
tesis yang dinilai mampu memberikan kerangka teori bagi penelitian ini.
Peneliti juga mempelajari berita-berita yang banyak terdapat di media
massa, baik cetak maupun online mengenai event SIPA ini yang kaitannya
dengan strategi komunikasi pemasaran dan city branding pada penelitian
ini. Pemberitaan di media massa memberikan gambaran fenomena berbagai
macam budaya yang ditampilkan pada event SIPA dalam berbagai versi dan
sudut pandang, tergantung pada latar belakang narasumber yang dikutip.
Begitu pula pada media online yang memberikan ulasan mengenai event
SIPA yang kaitannya dengan strategi komunikasi Pemkot Solo dalam
membangun city branding Solo yang dikemas dengan berbagai versi pada
setiap pemberitaan. Mempelajari berbagai pemberitaan di media massa
maupun media online peneliti dapat memperoleh gambaran strategi
komunikasi pemasaran Pemkot Solo kaitannya dengan city branding Solo
melalui event SIPA. Gambaran inilah yang akan digunakan oleh peneliti
untuk melakukan penggalian data lebih mendalam.
Teknik
pengumpulan
data
sekunder
selanjutnya
melalui
dokumentasi, peneliti akan mengambil data-data dokumentasi berupa
laporan kegiatan-kegiatan event SIPA, arsip-arsip rapat, atau merekam suatu
peristiwa dan objek atau aktifitas yang dianggap berharga dan penting.
Selain itu peneliti juga mengambil gambar mengenai sesuatu yang
berhubungan dengan event SIPA (Solo International Performing Arts)
sesuai dengan porsi yang dibutuhkan dan berhubungan dengan penelitian.
23
4. Desain Penelitian
Berhubung penelitian ini merupakan penelitian studi kasus yang
menggunakan teknik wawancara, dokumentasi, dan studi pustaka, maka
peneliti mengumpulkan data penelitian yang bersumber dari objek
penelitian yaitu event SIPA“Generation of World Culture” yang diadakan
pada tahun 2014. Desain Penelitian ini bertujuan untuk mempermudah
peneliti dalam mengolah data yang diperoleh selama melakukan
penelitian.
Tabel 1.4
Desain penelitian
Jenis Data
Wawancara
Sumber Data
Dokumentasi
Keterangan
Studi
Pustaka
Kondisi Kota Solo


Daya Tarik Kota Solo


Kesadaran terhadap event budaya


Pendistribusian pesan kepada wisatawan


Mengenal SIPA 2009-2014
SIPA 2014 Persembahkan tema
multiculture “generation of world
culture”
Strategi Komunikasi Pemasaran

Khalayak sasaran

Tujuan Promosi

Sistem Pengelolaan anggaran

Menyeleksi bauran komunikasi
pemasaran

Desain komunikasi pemasaran


Jadwal kegiatan komunikasi pemasaran
City Branding
Langkah memmbangun City Branding

Mapping Survey

Competitive Analsis

Blue Print

Implementation
Faktor pendukung SIPA sebagai city
banding Solo
Event Marketing

Event marketing (SIPA) sebagai sarana
membangun city branding Kota Solo

Analisis strategi komunikasi pemasaran
dalam membangun city branding
melalui event SIPA
24
5. Teknik Analisis data
Analisis data dalam penelitian kualitatif merupakan proses
pelacakan dan pengaturan secara sistematis transkrip wawancara, catatan
lapangan, dan bahan-bahan lain yang dikumpulkan untuk meningkatkan
pemahaman terhadap bahan-bahan tersebut agar dapat diinterpretasikan
temuannya kepada orang lain (Zuriah, 2006). Dalam menganalisa penelitian
kualitatif
terdapat beberapa tahapan-tahapan yang perlu dilakukan
(Marshall dan Rossman dalam Kabalmay, 2002), diantaranya :
1. Mengorganisasikan Data
Peneliti mendapatkan data langsung dari subjek melalui wawancara
mendalam (indepth inteviwer), dimana data tersebut direkam dengan
tape recorder dibantu alat tulis lainnya. Selanjutnya dibuatkan
transkipnya dengan mengubah hasil wawancara dari bentuk rekaman
menjadi bentuk tertulis secara verbal. Data yang telah didapat dibaca
berulang-ulang agar penulis mengerti benar data atau hasil yang telah
didapatkan.
2. Pengelompokan berdasarkan Kategori, Tema dan pola jawaban
Pada tahap ini dibutuhkan pengertiaan yang mendalam terhadap data,
perhatiaan yang penuh dan keterbukaan terhadap hal-hal yang muncul
di luar apa yang ingin digali. Berdasarkan kerangka teori dan pedoman
wawancara, peneliti menyusun sebuah kerangka awal analisis sebagai
acuan dan pedoman dalam mekukan coding. Dengan pedoman ini,
peneliti kemudian kembali membaca transkip wawancara dan
melakukan coding, melakukan pemilihan data yang relevan dengan
pokok pembicaraan. Data yang relevan diberi kode dan penjelasan
singkat, kemudian dikelompokan atau dikategorikan berdasarkan
kerangka analisis yang telah dibuat.Pada penelitian ini, analisis
dilakukan terhadap sebuah kasus yang diteliti. Peneliti menganalisis
hasil
wawancara
berdasarkan
pemahaman
terhadap
hal-hal
diungkapkan oleh responden. Data yang telah dikelompokan tersebut
oleh peneliti dipahami secara utuh dan ditemukan tema-tema penting
25
serta kata kuncinya. Sehingga peneliti dapat menangkap pengalaman,
permasalahan, dan dinamika yang terjadi pada subjek.
3. Menguji Asumsi atau Permasalahan yang ada terhadap Data
Setelah kategori pola data tergambar dengan jelas, peneliti menguji
data tersebut terhadap asumsi yang dikembangkan dalam penelitian
ini. Pada tahap ini kategori yang telah didapat melalui analisis ditinjau
kembali berdasarkan landasan teori yang telah dijabarkan, sehingga
dapat dicocokan apakah ada kesamaan antara landasan teoritis dengan
hasil yang dicapai. Walaupun penelitian ini tidak memiliki hipotesis
tertentu, namun dari landasan teori dapat dibuat asumsi-asumsi
mengenai hubungan antara konsep-konsep dan faktor-faktor yang ada.
4. Mencari Alternatif Penjelasan bagi Data
Setelah kaitan antara kategori dan pola data dengan asumsi terwujud,
peneliti masuk ke dalam tahap penjelasan. Sedangkan berdasarkan
kesimpulan yang telah didapat dari kaitanya tersebut, penulis merasa
perlu mencari suatau alternatif penjelasan lain tentang kesimpulan
yang telah didapat. Sebab dalam penelitian kualitatif memang selalu
ada alternatif penjelasan yang lain. Dari hasil analisis, ada
kemungkinan terdapat hal-hal yang menyimpang dari asumsi atau
tidak terfikir sebelumnya. Pada tahap ini akan dijelaskan dengan
alternative lain melalui referensi atau teori-teori lain. Alternatif ini
akan sangat berguna pada bagian pembahasan, kesimpulan dan saran.
5. Menulis Hasil Penelitian
Penulisan data subjek yang telah berhasil dikumpulkan merupakan
suatu hal yang membantu penulis unntuk memeriksa kembali apakah
kesimpulan yang dibuat telah selesai. Dalam penelitian ini, penulisan
yang dipakai adalah presentase data yang didapat yaitu, penulisan datadata hasil penelitian berdasarkan wawancara mendalam dan observasi
dengan subjek dan significant other. Proses dimulai dari data-data
yang diperoleh dari subjek dan significant other, dibaca berulang kali
sehinggga
penulis
mengerti
benar
permasalahanya,
kemudian
26
dianalisis,
sehingga
didapat
gambaran
mengenai
penghayatan
pengalaman dari subjek. Selanjutnya dilakukan interprestasi secara
keseluruhan,
dimana
di
dalamnya
mencangkup
keseluruhan
kesimpulan dari hasil penelitian.
6. Batasan Penelitian
Penelitian
mengenai
strategi
komunikasi
Pemasaran
yang
dilakukan Pemkot Solo dalam membangun city branding melalui event
SIPA dibatasi hanya untuk meneliti strategi komunikasi pemasaran yang
dilakukan Pemkot Solo dalam membangun event SIPA yang dilaksanakan
pada tanggal 11,12,13 September 2014. Selain itu peneliti juga dibatasi
mengenai hal-hal yang melatarbelakangi diselenggarakannya event SIPA
serta kaitannya dengan city branding Kota Solo, upaya-upaya yang harus
dilakukan terkait dengan strategi maupun alat komunikasi pemasaran yang
digunakan dalam membangun city branding melalui event SIPA, dan faktor
pendukung dan penghambat yang muncul.
7. Keterbatasan Penelitian
Dalam penelitian ini, peneliti berupaya mengikuti prosedur yang
seharusnya dilakukan untuk melakukan penelitian. Pada kenyataannya,
penggunaan teknik pengumpulan data dengan wawancara mendalam tidak
terlepas dari adanya bias narasumber. Peneliti dikhawatirkan akan menemui
hambatan mengenai narasumber yang sulit ditemui dan sering menundanunda waktu penelitian dan dikhawatirkan akan menemui kesulitan dalam
hal birokrasi yang menghabiskan banyak waktu, mengingat yang dituju
adalah institusi pemerintahan. Peneliti juga dikhawatirkan mendapati
penelitiannya salah disposisi untuk narasumber. Selain itu peneliti juga
khawatir akan kesulitan dalam meminta data mengenai strategi komunikasi
pemasaran yang ada hubungannya dengan event SIPA sebagai city branding
Kota Solo.
27
Download