8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Komunikasi Dunia semakin

advertisement
8
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Komunikasi
Dunia
semakin
cepat
berubah,
dalam
dua
dasawarsa
terakhir
perkembangan teknologi sudah demikian pesatnya memberikan dampak yang
menyentuh segala aspek kehidupan manusia. Salah satu hal yang berkembang
sangat pesat dan menjadi pemicu dari perkembangan yang ada adalah komunikasi.
Pada sebuah organisasi manusia memecahkan masalah atau mengembangkan ideide atau inovasi, saling berinteraksi dalam komunikasi kelompok atau organisasi.
Para ahli mendefinisikan komunikasi menurut sudut pandang mereka masingmasing. Berikut ini beberapa definisi komunikasi:
Uday Pureek mengemukakan pendapatnya tentang komunikasi organisasi
sebagai berikut: komunikasi organisasi merupakan proses aliran (pengiriman dan
penerimaan) pesan yang berorientasi tujuan diantaranya sumber komunikasi
dalam suatu pola dan melalui suatu media.8
Arni Muhammad mendefinisikan komunikasi sebagai pertukaran pesan
verbal maupun nonverbal antara si pengirim dengan si penerima pesan untuk
mengubah tingkah laku. Si pengirim pesan dapat berupa seorang individu,
kelompok, atau organisas.9 Komunikasi menjadi jembatan untuk manusia dapat
berhubungan dengan mausia lainnya.
8
9
Uday, Pureek. Prilaku Organisasi. Jakarta, 1994, hal. 97.
Muhammad Arni.2007. Komunikasi Organisasi, Jakarta: PT. Bumi Aksara. Hal 68
8
9
Selain definisi diatas Roger dan D. Lawrence Kincaid dalam Hafied
Cangara bahwa: komunikasi adalah suatu proses dimana dua orang atau lebih
membentuk atau melakukan pertukaran informasi dengan satu sama lainnya, yang
pada gilirannya akan tiba pada saling pengertian yang mendalam.10
Komunikasi menurut Gitosudarmo dan Sudita adalah komunikasi selalu
didefinisikan sebagai penyampaian atau pertukaran informasi dari pengirim
kepada penerima baik lisan, tertulis maupun menggunakan alat komunikasi.11
Sedangkan komunikasi menurut Reksohadiprodjo: komunikasi adalah usaha
mendorong orang lain menginterpretasikan pendapat seperti apa yang dikehendaki
oleh orang yang mempunyai pendapat tersebut.12
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa, komunikasi
berfungsi sebagai proses pengiriman dan penerimaan pesan yang akan
menimbulkan timbal balik. Proses komunikasi pada hakekatnya adalah proses
penyampaian pikiran atau perasaan oleh seseorang (komunikator) kepada orang
lain (komunikan). Komunikasi tidak dapat kita hindari karena bisa terjadi dimana
saja dan kapan saja. Begitu pula dalam kehidupan suatu organisasi, peranan
komunikasi tidak hanya sebatas untuk tujuan mengkoordinasikan para anggotanya
saja, namun lebih dari itu komunikasi juga berperan penting bagi pencapaian
tujuan perusahaan.
Carl I Hovland dalam Onnong menyatakan: “Komunikasi merupakan
suatu proses dimana seseorang (komunikator) menyampaikan perangsang
10
Hafied Cangara.2006. Pengantar Ilmu Komunikasi.Jakarta:PT. Raja Grafindo Persada. Hal. 28
Gitosudarmo, Indriyo dan Sudita, I Nyoman, 2000. Perilaku Organisasian, Edisi Pertama, UGM,
Yogyakarta. Hal 57
12
Reksohadiprodjo, Sukanto. 2000. Dasar-dasar Manajemen. Yogyakarta: BPFE. Hal. 41
11
10
(biasanya lambang-lambang) bahasa atau verbal yang merupakan stimulus yang
bertujuan merubah tingkah laku orang lain (komunikan).13
2.1.1
Tujuan Komunikasi
Tujuan komunikasi menurut R. Wayne Pace, Brenet D. Peterson, dan M.
Dallas Burnett dalam Onong Uchjana Effendi, menyatakan bahwa tujuan sentral
kegiatan komunikasi terdiri atas tiga tujuan utama, yaitu:
a.
To secure understanding,
b.
To establish acceptance,
c.
To motivate action.14
Pertama adalah to secure understanding, memastikan bahwa komunikan
mengerti pesan yang diterimanya. Andaikata dia sudah dapat mengerti dan
menerima, maka penerimaannya itu harus dibina (to establish acceptance) pada
akhirnya kegiatan dimotivasikan (to motivate action).
Selain itu dalam bukunya yang lain Dimensi-Dimensi Komunikasi Onong
Uchjana Effendi mengungkapkan tujuan komunikasi sebagai berikut:
1. Perubahan sosial dan partisipasi sosial (social change & social
participation).
Memberikan berbagai informasi pada masyarakat tujuan akhirnya
supaya masyarakat mau mendukung dan ikut serta terhadap tujuan
informasi itu disampaikan. Misalnya supaya masyarakat ikut serta
dalam pilihan suara pada pemilu atau ikut serta dalam berperilaku sehat,
dan sebagainya.
2. Perubahan sikap (attitude change).
Kegiatan memberikan berbagai informasi pada masyarakat dengan
tujuan supaya masyarakat akan berubah sikapnya. Misalnya kegiatan
memberikan informasi mengenai hidup sehat tujuannya adalah supaya
13
14
Onong Uchjana Effendi.2005. Humas Suatu Study Komunikologis.Bandung:Remaja Rosdakarya. Hal. 55
Onong Uchjana Effendi.2007.Komunikasi Teori Dan Prktek.Bandung:Remaja Rosdakarya.Hal.32
11
masyarakat mengikuti pola hidup sehat dan sikap masyarakat akan
positif terhadap pola hidup sehat.
3. Perubahan pendapat (opinion change).
Memberikan berbagai informasi pada masyarakat tujuan akhirnya
supaya masyarakat mau berubah pendapat dan persepsinya terhadap
tujuan informasi itu disampaikan, misalnya dalam informasi mengenai
pemilu. Terutama informasi mengenai kebijakan pemerinatah yang
biasanya selalu mendapat tantangan dari masyarakat maka harus
disertai penyampaian informasi yang lengkap supaya pendapat
masyarakat dapat terbentuk untuk mendukung kebijakan tersebut.
4. Perubahan perilaku (behavior change).
Kegiatan memberikan berbagai informasi pada masyarakat dengan
tujuan supaya masyarakat akan berubah perilakunya. Misalnya kegiatan
memberikan informasi mengenai hidup sehat tujuannya adalah supaya
masyarakat mengikuti pola hidup sehat dan perilaku masyarakat akan
positif terhadap pola hidup sehat atau mengikuti perilaku hidup sehat.15
2.2 Komunikasi Organisasi
2.2.1 Organisasi
Organiasai merupakan suatu struktur yang melangsungkan proses
pencapaian tujuan yang telah ditetapkan dimana operasi dan interaksi diantara
bagian yang satu dengan yang lainnya dan manusia yang satu dengan yang
lainnya berjalan secara harmonis, dinamis, dan pasti.
Malayu S.P Hasibuan mengatakan “organisasi ialah suatu sistem
perserikatan formal, berstruktur dan terkoordinasi dari sekelompok yang bekerja
sama dalam mencapai tujuan tertentu. Organisasi hanya merupakan alat dan
wadah saja.”
16
Dalam buku yang sama diungkapkan beberapa pengertian
organisasi menurut beberapa ahli diantaranya menurut Koontz & O’Donnel:
Organisasi adalah pembinaan hubungan wewenang dan dimaksudkan untuk
mencapai koordinasi yang struktural, baik secara vertikal, maupun secara
horizontal diantara posisi-posisi yang telah diserahi tugas-tugas khusus yang
15
16
Onong Uchjana Effendi.2004.Dimensi-Dimensi Komunikasi.Bandung:Remaja Rosdakarya.Hal.32
Hasibuan, Malayu S.P. 2010. Organisasi dan Motivasi, Dasar Peningkatan Produktivitas, Jakarta: PT.
Bumi Aksara. Hal.........
12
dibutuhkan untuk mencapai tujuan perusahaan. Jadi organisasi adalah
hubungan struktural yang meningkat/menyatukan perusahaan dan kerangka
dasar tempat individu-individu berusaha, dikoordinasi.17
Pengertian organisasi lainnya dikemukakan oleh Event M. Rogers dan
Rekha Agarwala Rogers dalam bukunya comunication in Organizations. “a stable
system of individuals who work together to achieve, through a hierarchy o ranks
and division of labour, common goals.”18 dapat diartikan sebagai: suatu sistem
yang stabil dari individu-individu yang bekerja bersama untuk mencapai, melalui
sebuah hirarki pangkat dan pembagian kerja, tujuan yang sama. Jadi Roger
memandang organisasi sebagai suatu struktur yang melangsungkan proses
pencapaian tujuan yang telah ditetapkan dimana opersi dan interaksi diantara satu
bagian dengan bagian yang lainnya berjalan secara harmonis, dinamis dan pasti.
Adapun aspek-aspek dalam organisasi diantaranya adalah:
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
Adanya tujuan tertentu yang ingin dicapai;
Adanya sistem kerja sama yang terstruktur dari sekelompok orang;
Adanya pembagian kerja dan hubungan kerja antara sesama karyawan;
Adanya penetapan dan pengelompokan pekerjaan yang terintegrasi;
Adanya keterikatan formal dan tara tertib yang harus ditaati;
Adanya pendelegasian wewenang dan koordinasi tugas-tugas;
Adanya unsur-unsur dan alat-alat organisasi;
Adanya penempatan orang-orang yang akan melakukan pekerjaan.19
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa organisasi merupakan
sekelompok orang yang terorganisir dan memiliki satu tujuan yang sama,
didalamnya terdapat struktural dan pengaturan kerja untuk kelangsungan
organisasi. Elemen organisasi diantaranya terdiri dari: nilai dan visi, misi, aturan,
profesionalisme, insentif, sumberdaya, dan rencana kerja.
17
Malayu S.P. Ibid. Hal.25
Onong Uchjana Effendi. Lo. Cit. Hal 114
19
Hasibuan Malayu S.P. lo. Cit. Hal.26
18
13
Perusahaan atau organisasi terdiri dari sekelompok orang yang bekerja
sama untuk suatu kepentingan bisnis, profesi, sosial dan berbagai macam
keperluan lainnya. Mereka bekerja sama melakukan berbagai kegiatan
organisasional yang ada dalam suatu organisasi diantaranya untuk menentukan
tujuan yang ingin dicapai, menyusun rencana kerja, mengelola dan menjalankan
operasi bisnis organisasinya, memperlancar pelaksanaan rencana kerja, termasuk
menyusun peraturan, mengambil keputusan dan berhubungan dengan berbagai
pihak serta memonitor kinerja organisasi atau bisnis perusahaan.
2.2.2 Komunikasi Organisasi
Pada keseharian proses komunikasi pasti selalu terjadi baik komunikasi
antar individu maupun dalam kelompok atau organisasi. Dalam perusahaan atau
organisasi jika melakukan suatu proses komunikasi juga akan dipikirkan
mengenai dampak maupun efek yang akan terjadi nantinya. Dalam menjalankan
organisasi bisnis salah satu faktor yang berpengaruh terhadap keberhasilan dalam
mencapai tujuan organisasi adalah komunikasi. Pada umumnya organisasi sangat
tergantung pada komunikasi untuk mencapai tujuannya.
Komunikasi organisasi adalah pengiriman dan penerimaan berbagai pesan
organisasi di dalam kelompok formal maupun informal dari suatu organisasi.20
Komunikasi formal adalah komunikasi yang disetujui oleh organisasi itu sendiri
dan sifatnya berorientasi kepentingan organisasi. Isinya berupa cara kerja di dalam
organisasi, produktivitas, dan berbagai pekerjaan yang harus dilakukan dalam
organisasi. Misalnya: memo, kebijakan, pernyataan, jumpa pers, dan surat-surat
20
Wiryanto, 2005, Pengantar Ilmu Komunikasi, Jakarta: Gramedia Wiasarana Indonesia. Hal. 72
14
resmi. Adapun komunikasi informal adalah komunikasi yang disetujui secara
sosial. Orientasinya bukan pada organisasi, tetapi lebih kepada anggotanya secara
individual.
Setiap
anggota
organisasi
perusahaan
perlu
berkomunikasi
untuk
berkoordinasi dengan baik antar sesama pegawai. Onong Uchjana effendi
menungkapkan bahwa:
Korelasi antara komunikasi dengan organiasasi terletak pada peninjauannya
yang terfokus kepada manusia-manusia yang terlibat dalam mencapai tujuan
organisasi. Komunikasi mempertanyakan bentuk komunikasi apa yang
berlangsung dalam organiasasi, metode dan teknik apa yang dipergunakan,
media apa yang dipakai, bagaimana prosesnya, faktor-faktor apa yang
menjasi penghambat, dan sebagainya. 21
Pada umumnya organisasi sangat tergantung pada komunikasi untuk
mencapai tujuannya. Dalam pencapaian tujuan tersebut suatu organisasi
memerlukan suatu proses komunikasi yang baik antar anggota didalamnya. Hal ini
didukung oleh pernyataan Redding dan Sanborn dalam Arni Muhammad:
Komunikasi organisasi adalah pengiriman dan penerimaan informasi dalam
organisasi yang kompleks. Yang termasuk dalam bidang ini adalah
komunikasi internal, hubungan mausia, hubungan persatuan pengelola,
komunikasi downward atau komunikasi dari atasan kepada bawahan, dan
upward adalah komunikasi dari bawahan keatasan, komunikasi horizontal
atau komunikasi dari orang-orang yang sama level/tingkatannya dalam
organisasi, keterampilan komunikasi dan berbicara, mendengarkan, menulis
dan komunikasi evaluasi program. 22
Lebih lanjut Arni Muhammad menjelaskan bahwa, komunikasi dalam
organisasi mencakup komunikasi internal dan eksternal.23 Komunikaisi internal
adalah komunikasi di dalam organisasi itu sendiri. Sedangkan komunikasi
21
Onong. Op. Cit. Hal 74
Muhammad Arni. Op. Cit. Hal.65
23
Muhammad Arni. Op. Cit. 97
22
15
eksternal adalah komunikasi yang dilakukan oleh organisasi dengan lingkungan
luarnya. Selain itu Goldhaber (1986) memberikan definisi komunikasi organisasi
berikut:
“organizational communications is the process of creating and exchanging
messages within a network of interdependent relationship to cope with
enviromental uncertainly”. Atau dengan kata lain komunikasi adalah proses
menciptakan dan saling menukar pesan dalam suatu jaringan hubungan yang
saling tergantung satu sama lain untuk mengatasi lingkungan yang tidak
pasti atau yang selalu berubah-ubah.24
Berdasarkan teori-teori di atas dapat peneliti menyimpulkan bahwa komunikasi
organisasi merupakan proses yang sangat penting, dan juga mempunyai bagian
penting dalam penyampaian informasi di perusahaan. Karena jika tidak didukung oleh
komunikasi organisasi yang baik maka pesan yang merupakan bagian dari organisasi
tidak akan dapat tersalurkan dengan baik. Dari komunikasi organisasi pula semua
karyawan yang ada dapat memahami segala hal yang ada.
Suatu unit organisasi dalam organisasi yang besar sangat dibutuhkan dua hal
yaitu komitmen moral dan keterbukaan dalam komunikasi. Kedua hal tersebut
dapat mewujudkan harapan munculnya etika perilaku yang kuat, karena banyak
pegawai yang tidak menyukai perbuatan pimpinan yang kurang bermoral dan
kurang terbuka dalam berkomunikasi.
Conrad (dalam Tubbs dan Moss, 2005) mengidentifikasikan tiga
komunikasi organisasi sebagai berikut: fungsi perintah; fungsi relasional; fungsi
manajemen ambigu.
1. Fungsi perintah berkenaan dengan angota-anggota organisasi mempunyai
hak dan kewajiban membicarakan, menerima, menafsirkan dan bertindak
atas suatu perintah. Tujuan dari fungsi perintah adalah koordinasi
diantara sejumlah anggota yang bergantung dalam organisasi tersebut.
24
Muhammad Arni. Op. Cit. Hal. 67
16
2. Fungsi relasional berkenaan dengan komunikasi memperbolehkan
anggota-anggota menciptakan dan mempertahankan bisnis produktif
hubungan personal dengan anggota organisasi lain. Hubungan dalam
pekerjaan mempengaruhi kinerja pekerjaan (job performance) dalam
berbagai cara. Misal: kepuasan kerja; aliran komunikasi ke bawah
maupun ke atas dalam hirarkhi organisasional, dan tingkat pelaksanaan
perintah. Pentingnya dalam hubungan antarpersona yang baik lebih terasa
dalam pekerjaan ketika anda merasa bahwa banyak hubungan yang perlu
diakukan tidak anda pilih, tetapi diharuskan oleh lingkungan organisasi,
sehingga hubungan menjadi kurang stabil, lebih memacu konflik, kurang
ditaati, dsb.
3. Fungsi manajemen ambigu berkenaan dengan pilihan dalam situasi
organisasi sering dibuat dalam keadaan yang sangat ambigu. Misal:
motivasi berganda muncul karena pilihan yang diambil akan
mempengaruhi rekan kerja dan organisasi, demikian juga diri sendiri;
tujuan organisasi tidak jelas dan konteks yang mengharuskan adanya
pilihan tersebut adanya pilihan tersebut mungkin tidak jelas. Komunikasi
adalah alat untuk mengatasi dan mengurangi ketidakjelasan (ambiguity)
yang melekat dalam organisasi. Anggota berbicara satu dengan lainnya
untuk membangun lingkungan dan memahami situasi baru, yang
membutuhkan perolehan informasi bersama. 25
Komunikasi organisasi terjadi kapan pun, setidak-tidaknya satu orang yang
menduduki suatu jabatan dalam suatu organisasi menafsirkan suatu pertunjukan.
Karena fokusnya adalah komunikasi diantara anggota-anggota suatu organisasi.
Analis komunikasi organisasi menyangkut penelaahan atas banyak transaksi yang
terjadi secara simultan.
2.3
Public Relations
2.3.1 Definisi Public Relations
Pada dasarnya public relations merupakan bidang atau fungsi tertentu yang
diperlukan oleh setiap organisasi, baik itu organisasi yang bersifat komersial
(perusahaan) maupun organisasi yang nonkomersial. Kebutuhan akan kehadiran
25
Tubbs, Stewart L. – Moss, Sylvia, 2005, Human Communication: Konteks-Konteks Komunikasi, Bandung:
PT Remaja Rosdakarya, hal 170
17
public relations tidak bisa dicegah, terlepas dari kita menyukainya atau tidak,
karena pubilc relations merupakan salah satu elemen yang menentukan
kelangsungan suatu organisasi secara positif.
Sejumlah definisi public relations telah diinformasikan selama beberapa
tahun. Berikut definisi public relations menurut para pakar. Pengertian public
Relations berikut diungkapkan oleh Kasali:
Public relation is the management function which evaluate public attitudes,
identify the policies and procedures of an individual or an organizational
with the public interest, and plans and executes a program of action to earn
public understanding and patience.26
Public relations merupakan fungsi manajemen yang mengevaluasi sikap,
mengidentifikasi kebijakan dan prosedur seorang individu atau sebuah organisasi
dengan kepentingan-kepentingan publik, dan perencanaan serta eksekusi sebuah
program aksi untuk mendapatkan pemahaman dan kesabaran publik.
Selain definisi diatas, Dennis L. Wilcox mengatakan bahwa: “Strategies &
tactics bahwa public relations merupakan suatu fungsi manajemen khusus yang
membantu mendirikan dan menjaga arah komunikasi timbal balik, pengertian,
penerimaan dan kerjasama antara organisasi dan publiknya”.27
Menurut (British) Institute of Public Relations, public relations adalah
keseluruhan upaya yang dilakukan secara terncana dan berkesinambungan dalam
rangka menciptakan dan memelihara niat baik (good will) dan saling pengertian
antara satu organisasi dengan segenap khalayak.28 Sedangkan menurut Frank
Jefkins, public relations adalah bentuk komunikasi yang terencana, baik itu
26
Rhenald Kasali.2003.Manajemen Public Relations: Konsep Dan Aplikasinya di Indonesia. Jakarta:PT.
Pusaka Utama Grafit. hal 6
27
Denish Wilcoks. 2000. PR: Strategies & Tactics (6th Ed). New York: Longman.hal 3
28
M. Lingar Anggoro. 2002. Teori Dan Profesi Kehumasan. Jakarta:PT. Ikrar Mandiri Abadi.hal 1-2
18
kedalam maupun keluar antara satu organisasi dengan semua khalayak dalam
rangka mencapai tujuan-tujuan yang spesifik yang berlandaskan pada saling
pengertian. 29
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa public relations
merupakan bagian terpenting dari sebuah perusahaan yang merupakan jembatan
komunikasi antara perusahaan dengan publiknya, baik internal maupun eksternal
untuk mencapai tujuan perusahaan.
2.3.2 Fungsi dan Tugas Public Relations
Seorang praktisi public relations dituntut untuk mampu mengerjakan
banyak hal. Public relations harus tahu benar tentang seluk beluk organisasi dan
mampu mewakilinya dalam berbagai kesempatan dan keperluan. Seorang Praktisi
public relations harus menjalankan fungsi-fungsinya baik keluar maupun kedalam
perusahaan dengan baik dalam sebuah perusahaan secara mandiri atau
independen.
Fungsi public relations menurut Cutlip & Centre, dalam Rosady
merumuskan fungsi public relations sebagai berikut:
1. Menunjang aktivitas utama manajemen dalam mencapai tujuan bersama
(fungsi melekat pada manajemen lembaga/Organisasi)
2. Membina hubungan yang harmonis antara badan/organisasi dengan
publiknya yang merupakan khalayak sasaran.
3. Mengidentifikasi segala sesuatu yang berkaitan dengan opini, persepsi
dan tanggapan masyarakat terhadap badan/organisasi yang diwakilinya,
atau dibaliknya.
4. Melayani keinginan publiknya dan memberikan sumbangan saran kepada
pimpinan manajemen demi tujuan dan manfaat bersama.
29
Frank Jefkins.2004. Public Relations. Jakarta: Erlangga.Hal 9
19
5. Menciptakan komunikasi dua arah timbal balik, dan mengatur arus
informasi, publikasi serta pesan dari badan/organisasi ke publiknya atau
sebaliknya, demi merciptanya citra positif bagi kedua belah pihak.30
Salah satu fungsi public relations adalah memelihara hubungan dengan
publik internal perusahaan. Publik utama internal sebuah perusahaan tentunya
dalah para karyawan yang ada dalam perusahaan tersebut yang mendukung
kelangsungan perusahaan dan berpartisipasi dalam mencapai tujuan perusahaan
tempatnya bekerja.
Internal relations harus dijaga dengan baik, yaitu hubungan internal antara
manajemen perusahaan dengan karyawa. Karyawan merupakan asset penting bagi
sebuah perusahaan. Karyawan sebagai faktor sumberdaya manusia telah menjadi
suatu komponen organisasi yang memperoleh perhatian intensif dari pimpinan.
Peran manusia sebagai penentu tercapainya tujuan organisasi semakin disadari
dan oleh karenanya berbagai upaya komunikasi dilakukan untuk memperoleh
pemahaman yang lebih baik terhadap segi-segi yang berkaitan dengan perilaku
manusia dalam kedudukannya sebagai anggota organisasi.
Internal relations dalam sebuah organisasi memiliki fungsi yang sangat
penting, tidak kalah pentingnya dengan eksistensi eksternal relation. Jika eksternal
relation uang yang menjadi ukurannya, berbeda dengan internal relations yang
lebih mementingkan pemberian konstribusi profitabilitas perusahaan.
Hubungan yang terjalin diantara para karyawan pada suatu perusahaan tidak
sepenuhnya sama dengan hubungan industry. Internal relations dalam sebuah
perusahaan menjadi tanggung jawab public relations. Target dari internal public
30
Rosady Ruslan.2000.Manajemen Public Relations dan Media Publikasi.Jakarta: Raja grafindo Persada.
Hal. 66
20
relations adalah menciptakan suasana didalam perusahaan, terutama suasana
diantara
para
karyawan
yang
mempunyai
hubungan
langsung
dengan
perkembangan perusahaan. Kegiatan public relations kedalam perusahaan ini
menjadi sangat diperlukan untuk memupuk adanya suasana yang menyenangkan
atara para karyawan, komunikasi antar bawahan dan pimpinan, atau antar atasan
agar terciptanya suasana yang akrab dan tidak kaku, sampai akhirnya seluruh
karyawan memiliki rasa tanggung jawab akan kewajibannya terhadap perusahaan
dan diharapkan muncul kegairahan kerja diantara para karyawan.
Dalam usahanya untuk menciptakan suasana yang menyenangkan
komunikasi yang bersifat two way communications penting sekali dan mutlak
diadakan, yakni adanya komunikasi antara pimpinan dan bawahan dan antara
bawahan dengan pimpinan. Public relations sebagai jembatan dari keduanya
sangatlah berperan aktif dalam mempersatukan persepsi di antara kedua belah
pihak. Namun terkadang dalam pelaksanaannya secara struktural dibeberapa
perusahaan tidak meiliki divisi humas atau divisi public relations, hal ini tidaklah
menjadi soal selama perusahaan tersebut tetap menjadikan peran serta fungsi
kehumasnnya , seperti yang diungkapkan oleh F. Harlow dalam Rosady Ruslan,
bahwa secara umum fungsi public relations dapat dibedakan ke dalam dua
kategori, sebagai berikut:
1. Sebagai Method of Communications:
PR merupakan rangkaian atau sistem kegiatan (order of system of
action), melalui kegiatan komunikasi secara khas. Maksudnya, sebagai
metode komunikasi terdapat makna bahwa setiap pimpinan dari sebuah
organisasi bagaimanapun kecilnya dapat melaksanakan fungsi-fungsi
public relations.
21
2. Sebagai State of being
PR adalah perwujudan suatu kegiatan komunikasi, yang ‘dilembagakan”
ke dalam bentuk biru, bagian, divisi atau seksi dalam sistem menajemen
kehumasan. Maksudnya, terdapat orang yang memimpin atau pejabat
humas yang memimpin atau pejabat humas suatu kelembagan tertentu.31
Dalam penelitian ini, yang berperan sebagai komponen komunikator adalah
para pimpinan perusahaan, selaku pembuat kebijakan dan pihak yang
menghendaki terciptanya suatu kondisi tertentu dilingkungan perusahaan
termasuk didalamnya fungsi PR.
Employee Relations Management biasanya juga berfungsi sebagai internal
PR bagi setiap kebutuhan pegawai terhadap informasi, kebijakan dan peraturan
perusahaan. Fungsi ini juga penting untuk menggali masukan dari pegawai
mengenai barbagai aspek dalam organisasi.
Pesan yang disampaikan adalah kebijakan perusahaan itu sendiri, khususnya
dalam penelitian ini kebijakan yang dimaksud adalah kebijakan-kebijakan yang
berkaitan dengan tujuan tercapainya iklim komunikasi organisasi yang baik di
lingkungan perusahaan, seperti mekanisme pemberian penghargaan, kehangatan,
konflik, dukungan dalam pengambilan keputusan, kepercayaan, percaya diri, dan
kredibilitas, keterbukaan dan keterusterangan, serta tujuan prestasi tinggi.
Perangsang yang dipergunakan adalah beraneka ragam, disesuaikan dengan
masing-masing pesan yang ingin disampaikan. Sebagai contoh, untuk mekanisme
pemberian penghargaan dapat disampaikan baik secara lisan maupun pemberian
materi tertentu. Pihak yang menjadi komunikan adalah para karyawan perusahaan
31
Rosady Ruslan.2002. Manajemen Humas Dan Komunikasi, Konsep Dan Aplikasinya.Jakarta:TP. Remaja
Rosdakarya Grafindo Persada. hal. 34-35.
22
yang berada dibawah level supervisor, dengan tujuan untuk memotivasi karyawan
agar bekerja lebih baik.
2.4 Iklim Komunikasi Organisasi
Suatu organisasi, baik publik maupun organisasi bisnis, dibentuk dengan
fokus utama mencapai tujuan. Dalam mencapai tujuan memerlukan kerja sama
dari semua anggota organisasi sesuai dengan tanggung jawab dan pembagian
tugasnya. Proses kerja sama tersebut perlu didukung oleh iklim organisasi yang
kondusif dan komunikasi yang baik serta komitmen yang tinggi dalam melakukan
tugas dan tanggung jawabnya. Kerja sama dan perilaku semua anggota untuk
meningkatkan efektivitas organisasi, perlu diarahkan dalam pencapaian tujuan dan
bahkan dapat melebihi standar yang telah ada dalam organisasi.
Bermacam definisi dikemukakan dalam literatur mengenai iklim organisasi
di antaraanya seperti yang dikemukakan dalam literatur menenai iklim
organisasi di antaranya seperti yang di kemukakan oleh Tagiuri (1968) yang
mengatakan iklim organisasi adalah kualitas yang relatif abadi dari
lingkungan internal organisasi yang dialami oleh anggota-anggotanya,
mempengaruhi tingkah laku mereka serta dapat diuraikan dalam istilahnilainilai suatu set karakteristik tertentu dari lingkungan. 32
Iklim organisasi terjadi baik atau buruknya salah satunya dipengaruhi oleh
komunikasi yang berlangsung dalam internal perusaaan tersebut. Iklim secara
umum dan iklim khususnya berlaku sebagai faktor-faktor penengah antara unsurunsur sistem kerja dengan ukuran-ukuran yang berbeda keefektifan organisasi
seperti motivasi, produktivitas, kualitas, kepuasan dan vitalitas.
Selain definisi di atas iklim komunikasi didefinisikan sebagai persepsi
karyawan terhadap kualitas dan hubungan yang terjadi dalam perusahaan
32
Muhammad Arni.2007. Op. Cit. Hal. 25
23
tempatnya bekerja serta tingkat keterlibatannya dan pengaruhnya. Faktor
terpenting dalam perkembangan iklim komunikasi adalah interaksi. Melalui
interaksi antara anggota-anggota organisasi, maka iklim komunikasi organisasi
tersebut akan terbentuk.33
Adanya jalur-jalu komunikasi memungkinkan bagi setiap karyawan untuk
saling berinteraksi dan mengenal antara satu dengan lainnya. Iklim dapat
mempengaruhi hal itu dengan membentuk harapan karyawan tentang konsekuensi
yang akan timbul dari berbagai tindakan.
Definisi lain diungkapkan oleh Redding (1972) tentang iklim komunikasi
yaitu:
“Iklim komunikasi organisasi merupakan fungsi kegiatan yang terdapat
dalam organisasi untuk menunjukan kepada anggota organisasi, bahwa
organisasi tersebut mempercayai mereka dan memberi mereka kebebasan
dalam mengambil resiko; mendorong mereka dan memberi mereka
tanggung jawab dalam menjalankan tugas-tugas mereka menyediakan
informasi yang terbuka dan cukup tentang organisasi mendengarkan dengan
penuh perhatian serta memperoleh informasi yang dapat dipercayai dan
terus terang dari anggota organisasi; secara aktif memberikan penyuluhan
pada para anggota organisasi sehingga mereka dapat meihat bahwa
keterlibatan mereka penting bagi keputusan-keputusan dalam organisasi;
dan menaruh perhatian pada pekerjaan yang bermutu tinggi dan memberi
tantangan.”34
Ada hubungan sekuler antara iklim organisasi dengan iklim komunikasi.
Tingkah laku komunikasi mengarahkan pada perkembangan iklim diataranya
iklim organisasi.35 Unsur-unsur dalam organisasi tidak secara langsung
menciptakan iklim komunikasi organisasi, tetapi pengaruhnya terhadap iklim
komunikasi organisasi tergantung pada persepsi anggota organisasi mengenai nilai
33
Deddy Mulyana. 2004. Iklim Komunikasi Suatu pengantar. Bandung: PT. Remaja Rosda Karya;
hal 147.
34
R. Wayn Pace & Don F. Faules. 2007. Komunikasi Organisasi.PT. Remaja Rosdakarya. Bandung, hal 154.
35
R. Wayn Pace & Don F. Faules. Ibid. Hal. 155
24
dan hukum dan peraturan tersebut dan apakah hukum dan peraturan harus
diabaikan. Jadi dengan kata lain, unsur-unsur yang terdapat di dalam organisasi
tidak secara otomatis menciptakan iklim komunikasi organisasi tetapi tergantung
kepada persepsi anggota-anggota organisasi mengenai unsur-unsur organisasi
tersebut.
Iklim komunikasi meliputi persepsi-persepsi mengenai pesan dan peristiwa
yang berhubungan dengan pesan yang terjadi dalam organisasi.36 Berdasarkan
penelitian yang dilakukan oleh Pace & Faules diungkapkan terdapat enam faktor
yang mempengaruhi iklim komunikasi sebagai berikut:
1. Kepercayaan–Personel di semua tingkat harus berusaha keras untuk
mengembangkan dan mempertahankan hubungan yang didalamnya
kepercayaan, keyakinan, dan kredibilitas didukung oleh pernyataan dan
tindakan.
2. Pembuatan keputusan bersama–Para pegawai disemua tingkat dalam
organisasi harus diajak berkomunikasi dan berkonsultasi mengenai
semua masalah dalam semua wilayah kebijakan organisasi, yang relevan
dengan kedudukan mereka. Para pegawai di semua tingkat harus diberi
kesempatan berkomunikasi dan berkonsultasi dengan manajemen di atas
mereka agar berperan serta dalam proses pembuatan keputusan dan
penentuan tujuan.
3. Kejujuran–Suasana umum yang diliputi kejujuran dan keterusterangan
harus mewarnai hubungan-hubungan dalam organisasi, dan para pegawai
mampu mengatakan “apa yang ada dalam pikiran mereka” tanpa
mengindahkan apakah mereka berbicara kepada teman sejawat, bawahan
atau atasan.
4. Keterbukaan dalam berkomunikasi kebawah-kecuali untuk keperluan
informsi rahasia, anggota organisasi harus relatif mudah memperoleh
informasi yang berhubungan langsung dengan tugas mereka saat itu,
yang mempengaruhi kemampuan mereka untuk mengkoordinasikan
pekerjaan mereka dengan orang-orang atau bagian-bagian lainnya, dan
yang berhubungan luas dengan perusahaan, organisasinya, para
pemimpin, dan rencana-rencana.
5. Mendengarkan dalam komunikasi keatas-Personel di setiap tingkat dalam
organisasi harus mendengarkan saran-saran atau laporan-laporan masalah
yang dikemukakan personel di setiap tingkat bawahan dalam organisasi,
36
R. Wayn Pace & Don F. Faules.Op. Cit. Hal 147
25
secara berkesinambungan dan dengan pikiran terbuka. Informasi dari
bawahan harus dipandang cukup penting untuk dilaksanakan kecuali ada
petunjuk yang berlawanan.
6. Perhatian pada tujuan-tujuan berkinerja tinggi–Personel di semua tingkat
dalam organisasi harus menunjukan suatu komitmen terhadap tujuantujuan berkinerja tinggi, kualitas tinggi, biaya rendah-demikian pula
menunjukan perhatian besar pada anggota organisasi lainnya. 37
Iklim komunikasi terdiri dari persepsi-persepsi atas unsur-unsur organisasi
dan pengaruh unsur-unsur tersebut terhadap komunikasi. Pengaruh ini
didefinisikan,
disepakati,
dikembangkan,
dan
dikokohkan
secara
berkesinambungan melalui interaksi dengan anggota organisasi lainnya.38
Unsur-unsur dalam organisasi tidak secara langsung menciptakan iklim
komunikasi organisasi, tetapi pengaruhnya terhadap iklim komunikasi organisasi
tergantung pada persepsi anggota organisasi mengenai nilai dan hukum dan
peraturan tersebut dan apakah hukum dan peraturan harus diabaikan. Jadi dengan
kata lain, unsur-unsur yang terdapat di dalam organisasi tidak secara otomatis
menciptakan iklim komunikasi organisasi tetapi tergantung kepada persepsi
anggota-anggota organisasi mengenai unsur-unsur organisasi tersebut.
Dalam Arni Muhammad, Gibb menegaskan bahwa tingkah laku
komunikasi tertentu dari anggota organisasi mengarahkan kepada iklim
supportiveness. Diantara tingkah laku tersebut adalah sebagai berikut:
1. Deskripsi, anggota organisasi memfokuskan pesan mereka kepada
kejadian yang diamati daripada evaluasi secara subjektif atau
emosional.
2. Orientasi masalah, anggota organisasi memfokuskan komunikasi
mereka kepada pemecahan kesulitan mereka secara bersama.
3. Spontanitas, angggota organisasi berkomunikasi dengan sopan dalam
beresponse terhadap situasi yang terjadi.
37
38
R. Wayn Pace & Don F. Faules. Op. Cit Hal. 159-160
R. Wayn Pace & Don F. Faules. Op. Cit. Hal. 149
26
4. “Empati: anggota organisasi memperhatikan perhatian dan pengertian
terhadap anggota lainnya.
5. Kesamaan, anggota organisasi memperlakukan anggota yang lain
sebagai teman dan tidak menekankan kepada kedudukan dan
kekuasaan.
6. “provisionalism” anggota organisasi bersifat flexible dan menyesuaikan
dari situasi komunikasi yang berbeda.39
Iklim komuikasi organisasi terdiri dari persepsi-persepsi atas unsur-unsur
organisasi dan pengaruh unsur-unsur tersebut terhadap komunikasi. Pengaruh ini
didefinisikan,
disepakati,
dikembangkan
dan
dikokohkan
secara
berkesinambungan dengan anggota organisasi lainya. Pengaruh ini mengahsilkan
pedoman bagi keputusan-keputusan dan tindakan-tindakan individu, dan
mempengaruhi pesan-pesan mengenai organisasi.
Kepercayaan yang kuat serta penerimaan atas tujuan serta nilai-nilai
organisasi, dan keinginan yang besar untuk mempertahankan keanggotaan dalam
organisasi adalah faktor komitmen organisasi. Iklim komunikasi dalam organisasi
mempunyai konsekuensi penting bagi pergantian dan masa kerja pegawai dalam
organisasi. Iklim komunikasi yang positif cenderung meningkatkan dan
mendukung komitmen pada organisasi. Proses-proses interaksi yang terlibat
dalam perkembangan iklim komunikasi organisasi juga memberi andil pada
beberapa pengaruh penting dalam restrukturisasi, reorganisasi, dan dalam
menghidupkan kembali unsur-unsur dasar organisasi.
Adapun tujuan komunikasi dalam organisasi adalah untuk membentuk
saling pengertian (mutual understanding) sehingga terjadi kesetaraan kerangka
referensi (frame of reference) dan kesamaan pengalaman (field of experience)
39
Muhammad Arni Op. Cit., hal 86
27
diantara anggota organisasi. Pengalaman-pengalaman komunikasi organisasi yang
terjadi, perlahan-lahan akan membentuk suatu iklim komunikasi organisasi. Iklim
komunikasi organisasi merupakan persepsi-persepsi mengenai pesan dan peristiwa
yang berhubungan dengan pesan yang terjadi dalam organisasi.40
2.5 Motivasi Kerja
2.5.1 Definisi Motivasi
Setiap manusia tentu mempunyai dasar alasan mengapa seseorang bersedia
melakukan jenis kegiatan atau pekerjaan tertentu, mengapa orang yang satu
bekerja dengan lebih giat, sedangkan orang yang satunya lagi atau yang lainnya
bekerja biasa saja. Tentulah semuanya ini ada alasan yang mendorong yang
menyebabkan seseorang bersedia bekerja seperti itu atau dengan kata lain pasti
ada motivasinya.
Motivasi adalah pemberian daya penggerak yang menciptakan kegairahan
kerja seseorang, agar mereka mau bekerjasama, bekerja efektif dan terintegrasi
dengan segala daya upaya untuk mencapai kepuasan.41 Motivasi merupakan
masalah yang sangat penting dalam setiap usaha sekelompok orang yang bekerja
sama dalam rangka mencapai tujuan tertentu. H. Nadari Nawawi memberikan
pendapat tentang pentingnya motivasi sebagai berikut:
Motivasi dapat dilihat sebagai bagian yang fundamental dari kegiatan
manajemen, sehingga sesuatu dapat ditujukan pada pengarahan, potensi dan
daya manusia dengan jalan menimbulkan, menghidupkan dan
menumbuhkan tingkat keinginan yang tinggi, kebersamaan dalam
menjalankan tugas perorangan maupun kelompok dalam organisasi. 42
40
R. Wayn Pace & Don F. Faules. 2006.Komunikasi Organisasi. Bandung:PT. Remaja Rosdakarya. Hal. 147
Hasibuan, Malayu S.P. Op. Cit., Hal. 96
42
Nawawi, Hadari, 2000, Manajemen Sumber Daya Manusia, Cetakan Ketiga, Yogyakarta: Gadjah Mada
University Press. Hal. 49
41
28
Jadi motivasi merupakan bagian integral dari kegiatan organisasi atau
perusahaan didalam proses pembinaan, pengembangan dan pengarahan tenaga
kerja manusia dalam suatu organisasi atau perusahaan. Keadaan dalam pribadi
seseorang yang mendorong keinginan individu
untuk melakukan kegiatan-
kegiatan tertentu guna mencapai suatu tujuan. 43
Definisi motivasi lain diungkapkan oleh Sadili Samsudin yang mengatakan
bahwa motivasi adalah proses mempengaruhi atau mendorong dari luar terhadap
seseorang atau kelompok kerja agar mereka mau melaksanakan sesuatu yang telah
ditetapkan.44
Berdasarkan pengertian-pengertian tersebut di atas, maka bagi seorang
pimpinan, perusahaan di dalam memberikan motivasi kepada bawahannya
pertama-tama harus mengetahui pengaruh-pengaruh mana yang dapat mendorong
orang-orang yang dipimpinnya agar mau bertindak untuk mencapai tujuan yang
telah ditetapkan sebelumnya, atau dengan kata lain seorang pimpinan/manajemen
perusahan harus mengetahui seluk beluk motif. Karena hal ini bersangkutan erat
dengan tingkah laku para bawahannya yang harus dibina kearah tercapainya
tujuan organisasi perusahaan.
Disisi lain motivasi menurut Wayen F. casio adalah sebagai berikut:
Motivation is a force that results from an individual’s desire to sastify there
needs (e.g. hunger, thirst, social approval)”. Motivasi adalah suatu kekuatan yang
dihasilkan dari keinginan seseorang untuk memuaskan kebutuhannya (misalnya:
43
44
Handoko, T. Hani, 2000, Manajemen Personalia dan Sumber Daya Manusia, Yogyakarta: BPFE. Hal. 26
Sadili Samsudin. 2006. Manajemen sumber Daya Manusia.CV. Pusaka setia.Bandung. hal 45
29
rasa lapar, haus, dan bermasyarakat). 45 Berdasarkan pengertian ini motivasi dapat
muncul karena adanya kebutuhan-kebutuhan tertentu yang ingin dipenuhi. Melihat
beberapa uraian definisi mengenai motivasi di atas dapat diambil suatu
kesimpulan bahwa motivasi kerja adalah suatu perasaan rela/ikhlas hati yang
muncul dari dalam diri individu (karyawan) karena adanya dorongan keinginan
untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan tertentu, sehingga jika apa yang
diharapkannya dapat terpenuhi maka individu (karyawan) akan berusaha
seoptimal mungkin untuk mencapai tujuan organisasi.
Seseorang yang termotivasi selain memiliki rasa mau dan rela hati
mengerahkan kemampuannya, juga memiliki rasa mau dan rela menyediakan
waktunya untuk mendukung pencapaian tujuan organisasi, yang mereka hadir dan
terlibat dalam aktivitas perusahaan. Bagaiamana karyawan ini kemudaian disebut
dengan absensi. Absensi merupakan salah satu indikator naik/turunnya semangat
dan kegairahan kerja. Sehingga dapat dikatakan apabila karywan malas untuk
setiap hari datang kerja, atau selalu terlambat datang ke kantor, tidak bersemangat
menyelesaikan tugas tepat pad awaktunya, maka hal ini mengindikasikan bahwa
semangat dan kegairahan kerja mereka menurun, atau dengan kata lain motivasi
kerja karyawan rendah.
Apabila
karyawan malas dan menunda-nunda pekerjaannya
maka
produktivitas kerja karyawan akan menurun dan hal tersebut dapat menghambat
tercapainya tujuan perusahaan secara keseluruhan. Motivasi merupakan hal yang
sederhana karena pada dasarnya termotivasi atau terdorong untuk berperilaku
45
Hasibuan, Malayu S.P. Op. Cit., Hal. 96
30
dalam cara tertentu yang dirasakan mengarah kepada perolehan ganjaran dengan
demikian memotivasi seseorang, tentunya mudah, usahakan saja untuk
mengetahui apa yang dibutuhkannya dan digunakan hal itu sebagai kemungkinan
ganjaran (insentif).
Tetapi disinilah timbulnya kerumitan dalam permotivasian. Untuk suatu hal
saja, apa yang dipandang seseorang sebagai ganjaran yang penting mungkin tidak
dipandang demikian oleh orang lain. 46
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa motivasi dapat
memberikan suatu rangsangan yang menjadi salah satu tugas pimpinan agar
karyawan yang dipimpinnya mau dan mampu bekerja sesuai dengan ketentuan
dan pengarahan yang diberikan. Motivasi dapat dipandang sebagai integral
daripada manajemen personalia dalam rangka proses pembinaan.
Ranupandojo dan Husnan memberikan pendapat bahwa pada garis besarnya
motivasi yang diberikan ada 2 yaitu:
1. Motivasi Positif
Proses untuk mencoba mempengaruhi orang lain agar menjalankan
sesuatu yang kita inginkan dengan cara memberikan kemungkinan untuk
mendapatkan hadiah yang berwujud tambahan uang, tambahan
penghargaan dan lain sebagainya.
2. Motivasi Negatif
Proses untuk mempengaruhi seseorang mau melakukan sesuatu yang kita
inginkan, tetapi teknik dasar yang kita gunakan adalah lewat kekuatankekuatan. Apabila seseorang tidak melakukan yang kita inginkan kita
akan memberitahukan bahwa mereka mungkin akan kehilangan sesuatu.
Orang dibedakan tidak hanya dalam kemampuan untuk berbuat tetapi
juga dalam kemauannya untuk berbuat atau memotivasinya. Motivasi
orang tergantung pada kekuatan “motives” yang ada pada dirinya. Motiv
sering didefinisikan sebagai kebutuhan, keinginan, dorongan, atau
46
Reksohadiprodjo, Sukanto. 2000. Dasar-dasar Manajemen. Yogyakarta: BPFE; Hal 28
31
rangsangan dalam diri pribadi untuk mencapai sesuatu tujuan secara
sadar (conscious) ataupun setengah sadar (sub conscious). 47
Manajemen sebuah organisasi harus memberikan motivasi kepada
karyawannya agar kegiatan diperusahaan tersebut dapat berlangsung dengan baik.
Berikut ini diungkapkan Hasibuan S.P. Malayu mengenai tujuan pemberian
motivasi kepada karywan:
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
Mendorong gairah dan semangat kerja karyawan;
Meningkatkan moral dan kepuasan kerja karywan;
Meningkatkan produktifitas kerja karywan;
Mempertahankan loyalitas dan kestabilan karyawan perusahaan;
Meningkatkan kedisiplinan dan menurunkan tingkat absensi karyawan;
Mengefektifkan pengadaan karywan;
Menciptakan suasana dan hubungan kerja yang baik;
Meningkatkan kreativitas dan partisipasi karyawan;
Meningkatkan tingkat kesejahteraan karywan
Mempertinggi rasa tanggung jawab karyawan terhadap tugas-tugasnya;
Meningkatkan efisiensi penggunaan alat-alat dan bahan baku;
Dan lain sebagainya.48
2.5.2 Teori Motivasi
Secara umum ada beberapa teori yang menjelaskan mengenai hal-hal yang
perlu perhatian dalam upaya memotivasi seorang untuk dapat bekerja dengan
lebih baik dan maksimal. Beberapa teori ersebut memiliki penekanan yang
berbeda-beda berdasarkan sudut pandang masing-masing pencetusnya yaitu:
1.
Frederick Herzberg : Herzberg’s Two Factor Theory
Teori motivasi Herzberg ini terkenal dengan Herzberg’s two factor
theory atau teori motivasi dua Faktor atau teori motivasi kesehatan atau
Faktor Higien.
47
Ranupandoyo, Heidjrachman dan Suad Husnan, 2002. Manajemen Personalia, Edisi 4. Yogyakarta: BPFE;
Hal. 33
48
Hasibuan, Malayu S.P. Op. Cit., Hal. 100
32
Menurut teori ini motivasi yang ideal yang dapat merangsang usaha
adalah “peluang untuk melaksanakan tugas yang lebih membutuhkan
keahlian dan peluang untuk mengembangkan kemampuan.49 Teori dua
faktor merupakan teori yang meghubungkan faktor-faktor intrinsik dengan
kepuasan kerja, sementra mengaitkan faktor-faktor ekstrinsik dengan
ketidak puasan kerja.
50
Menurut hasil penelitian Herzberg ada tiga hal
penting yang harus diperhatikan dalam motivasi karyawan, antara lain
sebagai berikut:
1. Hal-hal yang mendorong karyawan adalah “pekerjaan yang
menantang yang mencakup perasaan untuk berprestasi, bertanggung
jawab, kemajuan, dapat menikmati pekerjaan itu sendiri, dan adanya
pengakuan atas semuanya itu”.
2. Hal-hal yang mengecewakan karyawan adalah terutama faktor yang
bersifat embel-embel saja pada pekerjaan, peraturan pekerjaan,
penerangan, istirahat, jabatan, hak gaji, tunjangan dan lain-lainnya.
3. Karyawan akan kecewa apabila peluang untuk berprestasi terbatas.
Mereka akan menjadi sensitif pada lingkungannya serta muali
mencari-cari kesalahan.51
Herzberg menyatakan bahwa orang dalam melaksanakan pekerjaanya
dipengaruhi oleh dua faktor yang merupakan kebutuhan, yaitu:
1. Maintanance Factoors
Adalah faktor pemelihara yang berhubungan dengan hakikat
manusia
yang
ingin
memperoleh
ketentraman
badaniah.
Kebutuhan ini akan berlangsung terus menerus dan kembali ke
titik nol setelah dipenuhi. Faktor-faktor pemeliharaan ini meliputi:
49
Hasibuan, Malayu S.P. Ibid. Hal 108
Stephen P. Robbins & Thimotthy A. Judge. 2008.Perilaku Organisasi.Edisi 12: Buku 1. Jakarta: Salemba
empat; Hal 227
51
Hasibuan, Malayu S.P. Lo. Cit. Hal 108
50
33
gaji, kondisi kerja fisik, kepastian pekerjaan, supervisi yang
menyenangkan, mobil dinas, rumah dinas dan tunjangan lainnya.
Menurut Herzberg maintanance factors bukan merupakan
motivasi bagi karyawan, tetapi merupakan keharusan yang harus
diberikan pimpinan kepada mereka, demin kepuasan dan
kesehatan bawahan.
2. Motivation Factors
Motivation factors adalah faktor motivator yang menyangkut
kebutuhan sikologis seseorang yaitu perasaan sempurna dalam
melakukan pekerjaan. Hal ini berhubungan dengan: penghargaan
terhadap pribadi berkaitan dengan pekerjaan seperti, kursi yang
empuk, ruangan yang nyaman, penempatan yang tepat dan lainlain.52
Berdasarkan teori motivasi yang disampaikan oleh Herzberg konsep
higine juga disebut teori dua faktor, yaitu:
1. Isi (Conten = Satisfiers) Pekerjaan
a. Prestasi (Achievement)
b. Pengakuan (Recognition)
c. Pekerjaan itu sendiri (The work it self)
d. Tanggung Jawab (Responsibility)
e. Pengembangan Potensi Individu (Advancement)
Rangkaian ini melukiskan hubungan seseorang dengan apa yang
dikerjakan (join-content) yakni kandungan pekerjaan pada tugasnya.
2. Faktor Higienis
a. Gaji atau upah (wages or salaries)
b. Kondisi kerja (Working condition)
c. Kebijakan dan administrasi perusahaan (Company Policy and
Administration)
d. Hubungan antar pribadi (Interpersonal Relations)
52
Hasibuan Malayu S.P. Op. Cit. Hal. 109
34
e. Kualitas Supervisi (Quality Supervisior)53
Berdasarkan teori Herzberg dapat dilihat bahwa terdapat dua
perangkat kegiatan yang dapat memuaskan kebutuhan manusia yaitu
Kebutuahn yang berkaitan dengan kepuasan kerja disebut motivator
(pekerjaan itu sendiri) terdiri dari: Prestasi, penghargaan, Tanggung jawab,
kemajuan atau promosi, pekerjaan itu sendiri, dan potensi bagi pertumbuhan
pribadi.
Selanjutnya adalah kebutuhan yang berkaitan dengan ketidak puasan
kerja disebut faktor-faktor pemeliharaan (maintanance) atau kesehatan
(hygyene), hal ini meliputi: gaji, pengawasan, keamanan kerja, kondisi kerja,
administrasi, kebijakan organisasi dan hubungan antar pribadi dengan rekan
kerja, atasan, dan bawahan di tempat kerja. Bila faktor-faktor ini ditanggapi
secara positif, pegawai tidak mengalami kepuasan atau tampak termotivasi;
namum bila faktor-faktor tersebut tidak ada, pegawai akan merasa tidak
puas.54
Menurut Herzberg cara terbaik untuk memotivasi karyawan adalah
dengan memasukan unsur tantangan dan kesempatan guna mencapai
keberhasilan dalam pekerjaan karyawan. Penerapannya dengan pengayaan
pekerjaan (job enrichment) yaitu suatu teknik untuk memotivasi karyawan
yang
melibatkan
upaya
pembentukan
kelompok-kelompok
kerja,
pengkombinasian tugas-tugas, pembinaan hubungan dengan klien. Teknik.
Teknikn ini bertujuan untuk memenuhi kebutuhan tingkat tinggi karyawan.
53
54
Hasibuan, Malayu S. P. Op. Cit. Hal 110
R. Wayne Pace & Don F. Faules. Lo. Cit. Hal 123.
35
Pengayaan pekerjaan ini merupakan upaya menciptakan motivator seperti
kesempatan untuk berhasil dalam pekerjaan dengan membuat pekerjaan
lebih menarik dan lebih menantang.
Hal ini sering dapat dilakukan dengan memberikan otonomi yang
lebih besar kepada karyawan dan memberikan kesempatan lebih banyak
bagi karyawan untuk terlibat dalm perencanaan dan pengawasan yang
biasanya dikalukan oleh supervisor.
Melalui teori diatas meuncul suatu pemahaman bahwa dalam
perencanaan pekerjaan harus diusahakan sedemikian rupa agar faktor
pemeliharaan dan faktor motivasi dapat dipenuhi. Banyak kenyataan yang
dapat dilihat dalam suatu perusahaan, kebutuhan kesehatan mendapat
perhatian yang lebih banyak dari pada pemenuhan kebutuhan individu
secara keseluruhan.
2. Hierarki Kebutuhan Menurut Maslow: Maslow’s Need Hierarchy
Theory)
Maslow’s Need Hierarchy Theory, dikemukanan oleh A. H. mashlow
tahun 1943. Hierarki kebutuhan menurut Maslow menyatakan bahwa semua
individu mempunyai kebutuhan-kebutuhan yang dapat digolongkan ke
dalam urutan prioritas, berturut-turut dari yang paling mendasar kebutuhan
fisiologi (lapar, dahaga, sex) dan kebutuhan keamanan (perlindungan),
kebutuhan mencintai dan dicintai, kebutuhan penghargaan (pada diri sendiri
maupun pada orang lain), dan kebutuhan aktualisasi diri (perwujudan
36
keinginan/cita-cita). Seseorang tidak akan terdorong untuk mencapai
kebutuhan pada urutan prioritas yang lebih tinggi.
Sebelum dapat memenuhi kebutuhan pada urutan yang lebih
rendah.55Dasar pemikiran dari Maslow’s Need Hirarchy Theory adalah:
a. Manusia adalah mahluk sosial yang berkeinginan; ia selalu
menginginkan lebih banyak. Keinginan itu terus-menerus, baru
berhenti jika akhirhayatnya tiba.
b. Suatu kebutuhan yang telah dipuaskan tidak menjadi alat motivasi
bagi pelakunya; hanya kebutuhan yang belum terpenuhi yang menjadi
alat motivasi.
c. Kebutuhan manusia itu bertingkat-tingkat (hierarchy) sebagai berikut:
1). Physiological Needs
Physiological Needs (kebutuhan fisik sama dengan kebutuhan
biologis)
yaitu
kebutuhan
yang
diperlukan
untuk
mempertahankan kelangsungan hidup seseorang, seperti makan,
minum, perumahan dan lain-lainya. Keinginan untuk memenuhi
kebutuhan fisik ini merangsang seseorang berperilaku dan bekerja
giat. Kebutuhan fisik ini termasuk kebutuhan utama, tetapi
merupakan tingkat kebutuhan yang bobotnya paling rendah.
2). Safety and security Needs
Safety and security Needs (keamanan dan keselamatan) adalah
kebutuhan akan keamanan dari ancaman, yakni merasa aman dari
ancaman kecelakaan dan keselamatan dalam melakukan
pekerjaan. Kebutuhan ini mengarah kepada dua bentuk, yaitu:
a). Kebutuhan akan keamanan dan keselamatan jiwa di tempat
pekerjaan pada saat mengerjakan pekerjaan di waktu jam jam
kerja.
b). Kebutuhan akan keamanan harta di tempat pekerjaan pada
waktu jam-jam kerja, misalnya motor yang disimpan jangan
sampai hilang.
3). Affiliation of Acceptance Needs
Affiliation of Acceptance Needs adalah kebutuhan sosial, teman,
dicintai dan mencintai serta diterima dalam pergaulan kelompok
karyawan dan lingkungannya. Kebutuhan-kebutuhan tersebut yaitu;
a). Kebutuhan akan perasaaan diterima oleh orang lain di
lingkungan ia hidup dan bekerja (sense of belonging).
55
Patricia Buhler. 2004. Alpha Teach Yourself Management Skills. Edisi Pertama. Diterjemahkan oleh
Sugeng Haryanto, Sukono Mukidi, dan M. Rudi Atmoko. Jakarta: Prenada; Hal. 74
37
b). Kebutuhan akan perasaan dihotmati, karena setiap manuasia
merasa dirinya penting (sense of important). Serendahrendahnya pendidikan dan kedudukan seseorang ia tetap
merasa dirinya penting. Karena itu dalam motivasi bawahan
pimpinan harus dapat melakukan tindakan yang menimbulkan
kesan bahwa tenaga mereka diperlukan dalam proses
pencapaian tujuan perusahaan.
c). Kebutuhan akan perasaan kemajuan dan tidak seorangpun yang
menyenangi kegagalan. Kemajuan disegala bidang merupakan
keinginan dan kebutuhan yang menjadi idaman setiap orang.
d). Kebutuhan akan perasaan ikut serta (sense of participations).
Setiap karyawan akan merasa senang, jika ia diikutsertakan
dalam berbagai kegiatan perusahaan dalam arti diberi
kesempatan untuk mengemukakan saran-saran, pendapatpendapatnya kepada pimpinan mereka.
4). Affiliation of Acceptance Needs
Affiliation of Acceptance Needs adalah kebutuhan akan harga diri,
pengakuan serta penghargaan prestise dari karyawan dan
masyarakat lingkungannya. Idelanya prestise timbul karena adanya
prestasi, tetapi tidak selamanya demikian. Prestise dan status dapat
diwakili oleh banyak hal yang digunakan sebagai symbol status.
Misalnya, meja dan kursi yang istimewa, memakai dasi untuk
membedakan seorang pimpinan dengan anak buah dan lainnya.
5). Self Actualization
Self Actualization adalah kebutuhan akan aktualisasi diri dengan
menggunakan kecakapan, kemampuan, keterampilan dan potensi
optimal untuk mencapai prestasi kerja yang sangat memuaskan atau
luar biasa yang sulit dicapai orang lain. Kebutuhan ini merupakan
realisasi lengkap potensi seseorang untuk mencapai kebutuhan
sepenuhnya dapat berbeda satu dengan lainnya. Pemenuhan
kebutuhan ini dapat dilakukan oleh para pemimpin perusahaan
dengan menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan.56
3.
Teori Motivasi Human Relations
Teori ini mengutamakan hubungan seseorang dengan lingkungannya.
Menurut teori ini seorang akan berprestasi baik, jika diterima dan diakui
dalam pekerjaan serta lingkungannya. Teori ini menekankan peranan aktif
56
Hasibuan, Malayu S.P. Op.cit., hal. 115
38
pimpinan organisasi dalam memelihara hubungan dan kontak-kontak
pribadi dengan bawahannya yang dapat membangkitkan gairah kerja. “Teori
ini menganjurkan bila dalam motivasi bawahan memerlukan kata-kata,
hendaknya
kata-kata
itu
mengandung
kebijakan,
sehingga
dapat
menimbulkan rasa dihargai dan sikap optimis.”57
Luthans dalam Suranta menyatakan secara garis besar motivasi yang
ada dalam individu berasal dari dua faktor, yaitu :
a. Faktor intern (personal factors).
Faktor intern muncul karena adanya kebutuhan dan keinginan yang
ada dalam diri individu, kemudian mempengaruhi pikiran dan
mengarahkan perilakunya.
b. Faktor ekstern (situasional or environmental factors).
Faktor ekstern merupakan faktor yang mempengaruhi pikiran
seseorang yang akan mengarahkan perilakunya yang berasal dari
luar diri seseorang.58
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa motivasi kerja
adalah sesuatu yang mendorong atau menggerakkan seseorang mau
melakukan pekerjaan, baik dorongan dari dalam diri sendiri maupun dari
luar. Jadi karyawan dapat melakukan pekerjaannya dengan baik apabila
memiliki motivasi kerja yang baik, baik dari dalam dirinya maupun dari
luar. Motivasi dari dalam misalnya keinginan untuk maju, kebutuhan
bersosialisasi dan sebagainya, sedangkan motivasi dari luar misalnya
dengan memberikan kompensasi yang mampu memuaskan kebutuhan
karyawan.
57
58
Hasibuan, Malayu S. P. Lop. Cit., hal.115
Suranta, Sri, 2002, “Analisis Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Kinerja”, Jakarta: Jurnal Riset Akuntansi
Indonesia, Vol. 2, No. 1 Januari; Hal 32
39
Keaneka ragaman cara yang dapat dipergunakan oleh suatu organisasi
dalam rangka memotivasi karyawan seperti yang telah diuraikan di atas,
menunjukkan bahwa pada dasarnya kebutuhan karyawan itu berbeda-beda
sehingga cara mereka termotivasipun tentu akan berbeda-beda pula.
Berdasarkan uraian teori di atas, dapat disimpulkan bahwa karyawan dapat
termotivasi dengan:
1.
Faktor materi saja (Teori motivasi klasik)
Factor non-komunikasi: jika gaji/upah karyawan besar, maka semangat
kerja mereka meningkat. Gaji/upah adalah faktor penentu.
2.
Faktor materi dan non-materi (Maslow’s need hirarchy theory)
Factor non-komunikasi yaitu biologis dan factor komunikasi: kebutuhan
manusia itu pada dasarnya jamak yaitu biologis dan psikologis, materi
dan non materi, apabila semua kebutuhan tersebut terpenuhi maka
seseorang
akan
termotivasi.
Khususnya
untuk
kebutuhan
psikologis/non-materi dapat dipenuhi dengan serangkaian upaya
komunikasi.
Kebutuhan yang sifatnya materi/biologis adalah:
1). Physological needs: makan, minum, perumahan, dll.
2). Safetty and security needs: asuransi, loker, dan lain-lain.
Kebutuhan yang sifatnya non-materi/psikologis adalah:
1). Affiliation or acceptance needs:
a). Perasaan diterima oleh orang lain di lingkungan kerja
b). Perasaan menjadi bagian yang penting di perusahaan
40
c). Perasaan untuk maju
d). Perasaan untuk ikut serta dalam berbagai kegiatan perusahaan.
2). Esteem or Status Needs:
Kebutuhan akan penghargaan diri dan pengakuan dari karyawan dan
masyarakat di lingkungannya.
3). Self Actualization needs:
Kebutuhan
untuk
mengaktualisasi
diri
dengan
menggunakan
kemapuan, kecakapan, keterampilan dan potensi optimal untuk
mencapai prestasi kerja yang sangat baik/memuaskan. Contoh:
pendidikan dan latihan/training.
3.
Faktor non-materi saja
Faktor komunikasi: jika karyawan diterima dan diakui dalam pekerjaan
dan lingkungannya, maka ia akan memiliki prestasi kerja yang baik.
Situasi/kondisi lingkungan kerja menjadi faktor penentu.59
2.6 Mengenali Motivasi Kerja Karyawan
Dalam buku The Human side of Organizations Stan Kossen mengatakan
motivasi yang tinggi dalam diri seorang karyawan dapat diketahui melalui:
1.
2.
59
Organisasi itu sendiri: reputasi umum organisasi yang baik, dapat
mempengaruhi sikap para karyawan secara baik pula sehingga mereka
berusaha mempertahankan reputasi yang baik tersebut dimata
publiknya.
Kegiatan karyawan setelah bekerja: Hubungan karyawan dan keluarga
ternyata cukup menentukan karyawan dalam memotivasi pekerjaannya.
Oleh karena itu kebanyakan organisasi merasa bahwa karyawan
seharusnya mempunyai hak bagi kehidupan mereka pribadi pada saat
mereka mempunyai masalah, sebaiknya perusahaan juga dapat
Hasibuan, Malayu S.P. Op. Cit., Hal.115
41
3.
4.
memberikan penyuluhan ataupun solusi bagi permasalahan yang
dihadapi.
Rekan Kerja: rekan kerja yang kooperatif ternyata memberikan
motivasi yang lebih dalam diri karyawan, hal ini disebabkan karena
sesama rekan kerja mereka dapat memberikan sumbangsih bagi
kemajuan perusahaan. Sebaliknya jika rekan kerja yang memberikan
pengaruh tidak baik, dapat membuat rekan kerja yang lain tertekan serta
tidak merasa nyaman.
Pimpinan: Pimpinan juga cukup menentukan suasana dan
tangggungjawab utama untuk menetapkan iklim organisasi dan memicu
motivasi yang sehat. Hal inilah yang harus menjadi pemikiran
pimpinan, untuk mempunyai cara-cara tersendiri dalam memotivasi
karyawannya. 60
Seperti telah dijelaskan mengenai motivasi yang tinggi, kebaliknnya dari itu
adalah motivasi yang rendah. Motivasi rendah dapat dilihat memalui tanda-tanda
sebagai berikut:
1.
2.
3.
Kemangkiran: Bila karyawan mempunyai pekerjaan mereka tentu saja
akan melakukan usaha yang diperlukan untuk berbuat apa yang
diharapkan dari mereka. tetapi sifat kerja, karyawan telah berubah
akibatnya akan menimbulkan dampak yang negatif salah satunya
ditunjukan oleh tingginya angka kemangkiran.
Keterlambatan: keterlambatan yang berlebihan merupakan salah satu
tanda-tanda bahaya semangat yang rendah. Karyawan yang takut akan
pekerjaan mereka tidak ingin cepat tiba atau datang pada waktunya.
Tetapi, mereka yang memperoleh banyak kepuasan dari pekerjaan
mereka merasa bahwa mereka akan memperoleh keuntungan dari
berusaha akan sering cepat tiba di tempat pekerjaan.
Pergantian yang tinggi: dalam setiap perusahaan apabila angka
penggantain, yaitu jumlah gerakan dalam dan di luar perusahaan mulai
naik secara tidak normal, ini merupakan tanda bahaya motivais
menurun.61
Alex S. Nitisemito mengungkapkan bagaimana melihat tinggi atau
rendahnya motivasi seorang karyawan. Ia menyebutkan bahwa:
Motivasi kerja sebagai semangat dan kegairahan kerja yang dapat
meningkatkan produktivitas kerja karyawan. Ia menambahkan bahwa
semangat dan kegairahan kerja seseorang dapat ditandai oleh tingkat
60
61
Stan Kossen. 1986. The Human Side Of Organizations. Jakarta: Erlangga. Hal 228
Stan Kossen. Ibid. Hal 228
42
absensi, produktivitas dalam menyelesaikan tugas dan kesetiaan individu
terhadap organisasi, dimana:
1. Loyalitas
Merupakan suatu bentuk dari nilai-nilai yang terinternalisasi, dan
diartikan sebagai kesetiaan atau pengabdian yang diberikan karyawan
kepada atasan dan atau perusahaan termasuk mendukung segala aktivitas
yang dilakukan perusahaan serta menjaga nama baik dan kerahasiaan.
Beberapa individu termotivasi untuk melakukan sebuah pekerjaan karena
mereka percaya bahwa aktivitas mereka akan memfasilitasi pencapaian
tujuan organisasi.
2. Absensi
Merupakan tingkat kehadiran karyawan dalam perusahaan dan
keterlibatan dalam aktivitas perusahaan, dan merupakan salah satu
indikasi turun atau naiknya semangat dan kegairahan kerja. Pada
umumnya, bila semangat dan kegairahan kerja turun maka karyawan
akan malas untuk setiap hari datang kerja. Selain mengakibatkan
seseorang mau dan rela mengerahkan kemampuannya, motivasi kerja
juga mengakibatkan seseorang mau dan rela menyediakan waktunya
dalam mendukung pencapaian tujuan organisasi.
3. Penyelesaian Tugas
Merupakan bagian dari karanketistik pekerjaan yang dapat
mempengaruhi motivasi kerja seseorang. Menurunnya produktivitas
karyawan dalam sebuah organisasi terjadi akibat kemalasan atau
penundaan karyawan terhadap penyelesaian pekerjaannya, diamana hal
tersebut merupakan kewajiban karyawan untuk menyelesaikan semua
tugas yang menjadi tanggung jawabnya dengan baik dan tepat watu.
Salah satu bentuk motivasi kerja adalah kemampuan, yaitu motivasi
untuk melakukan pekerjaan dengan baik dan berkualitas tinggi.62
Berdasarkan definisi diatas, dapat digambarkan bahwa loyalitas muncul
dikarenakan karyawan merasa terlibat dalam tujuan organisasi dan mereka
percaya bahwa apa yang mereka lakukan akan memfasilitasi pencapaian tujuan
organisasi. Berdasarkan hal tersebut, dapat terlihat jelas bahwa loyalitas karyawan
memiliki keterkaitan yang erat dengan tujuan organisasi. Oleh sebab itu upaya
mengkomunikasikan/menyampaikan tujuan organisasi kepada karyawan adalah
hal yang penting dan tidak boleh diabaikan, karena selain untuk pencapaian tujuan
62
Alex S. Nitisemo. 1996. Manajemen Personalia. Yogyakarta: BPFE; Hal. 97
43
prestasi yang tinggi juga membuat karyawan mempunyai rasa ikut memiliki/sense
of belonging pada
perusahaan, sehingga
dengan begitu mereka
akan
termotivasi/merasa ikhlas dan rela hati untuk berusaha mencapai/mewujudkan
tujuan apapun yang ingin dicapai oleh perusahaan.
Pengembangan dan pengarahan tenaga kerja dari suatu organisasi, perlu
dilakukan karena manusia merupakan unsur terpenting serta paling menentukan
bagi kelancaran proses manajemen, hal-hal yang berhubungan dengan yang
berkepentingan terhadap keberhasilan suatu organisasi dalam usaha mewujudkan
kerjasama manusia. Pada hakekatnya motivasi antar karyawan berbeda karena
adanya perbedaan kepentingan maka perlu diciptakan motivasi yang searah untuk
mencapai tujuan bersama dalam rangka kelangsungan usaha dan ketenangan
kerja, sehingga apa yang menjadi kehendak dan cita-cita kedua belah pihak dapat
diwujudkan.
2.7 Hipotesis Penelitian
Dalam peneilitian ini ingin mengetahui pengaruh iklim komunikasi
organisasi terhadap motivasi kerja karyawan PT. Yokogawa Indonesia dimana
iklim komunikasi organisasi sebagai variable independen dan motivasi kerja
karyawan sebagai variable dependen, dengan konsep analisis sebagai berikut:
Gambar 2.1
Konsep Analisis
X
Y
Variabel Independen
Variabel Dependen
Iklim Komunikasi Organisasi
Motivasi Kerja Karyawan
44
Berdasarkan dukungan landasan teoritik yang peneliti peroleh dari
eksplorasi teori yang dijadikan rujukan konseptual variabel penelitian, dapat
disusun Kerangka Pemikiran sebagai berikut:
Gambar 2.2
Kerangka Pemikiran
Input Analysis
Proses Analysis
Rujukan Teori:
Teori Iklim
Komunkasi Organisasi
Teori Motivasi Kerja
Karyawan
Metode
Analisis Kuantitatif:
Digunakan untuk mengukur pengaruh iklim komunikasi
organisasi terhadap motivasi kerja karyawan di PT.
Yokogawa Indonesia. Dengan Pandangan ini dilakukan
pengukuran pengaruh dan pengujian Hipotesis.
HIPOTESIS
Judul Penelitian
Asumsi
Iklim
Komunikasi
Organisasi
Output Analysis
Motivasi
Kerja
Karyawan
KESIMPULAN
DAN SARAN
Didapat dari
pembahasan hasil
penelitian
Fenomena/Latar
Belakang:
Iklim komunikasi
organisasi yang kurang
kondusif dan menurunnya
motivasi kerja karyawan di
PT. Yokogawa Indonesia.
Kerangka Pemikiran yang tergambar di atas dapat dijelaskan sebagai
berikut:
1. Komponen-komponen Input Analisys mencakup fenomena/latar belakang
iklim komunikasi organisasi yang tidak kondusif dan menurunya motivasi
kerja karyawan di PT. Yokogawa Indonesia, asumsi terhadap fenomena
45
tersebut, judul penelitian yang dibuat berdasarkan asumsi dan teori-teori
yang menjadi rujukan penyusunan konsep operasional variabel penelitian,
yaitu teori Iklim Komunikasi Organisasi dan teori Motivasi Kerja
Karyawan.
2. Berdasarkan input analisis yang demikian itu dilakukan Proses Analisis
dengan menggunakan Metode Analisis Kuantitatif. Metode analisis
kuantitatif digunakan untuk mengukur pengaruh variabel iklim komunikasi
organisasi (penyebab) terhadap variabel motivasi kerja karyawan di PT.
Yokogawa Indonesia (dipandag sebagai variabel konsekuensi dalam
rangka pengujian hipotesis).
3. Output Analysis, metode analisis data tersebut adalah pokok-pokok
Kesimpulan dan Saran.
4. Dengan kerangka pemikiran tersebut, maka diasumsikan bahwa terdapat
pengaruh positif (searah) iklim komunikasi organisasi terhadap motivasi
kerja karyawan di PT. Yokogawa Indonesia.
Download