bab ii tinjauan pustaka - Universitas Sumatera Utara

advertisement
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. IKLIM ORGANISASI
Setiap
organisasi
atau
perusahaan
memiliki
cara
tersendiri
dalam
menjalankan usahanya. Oleh karena itu suatu organisasi mempunyai iklim berbeda
dengan organisasi lainnya. Iklim dapat bersifat menekan, netral atau dapat pula
bersifat mendukung, tergantung pengaturannya, karena itu setiap organisasi selalu
mempunyai
iklim
kerja
yang
unik.
Organisasi
cenderung
menarik
dan
mempertahankan orang- orang sesuai dengan iklimnya, sehingga dalam tingkatan
tertentu polanya dapat bertahan dan serasi.
Menurut
Davis
dan
Newstrom
(2000
:
80)
menyatakan
bahwa
“Organizational climate is the human enviroment within an organization’s
employees do their work”. (Iklim organisasi adalah yang menyangkut semua
lingkungan yang ada atau yang dihadapi oleh manusia di dalam suati organisasi
tempat mereka melaksanakan pekerjaannya).
Iklim mengitari dan mempengaruhi segala hal kerja dalam organisasi
sehingga iklim dikatakan sebagai suatu konsep yang dinamis. Menurut defenisi
diatas kita dapat melihat bahwa iklim adalah suatu konsep dinamis yang
Universitas Sumatera Utara
mempengaruhi keseluruhan organisasi itu beraktivitas dalam rangka pencapaian
tujuan.
Robert Stringer (2002: 101) menyatakan bahwa iklim organisasi berfokus
pada persepsi-persepsi yang masuk akal atau dapat dinilai, terutama yang
memunculkan motivasi, sehingga mempunyai pengaruh langsung terhadap kinerja
anggota organisasi.
Gibson, Ivancevich dan Donelly (2000: 702) menyatakan bahwa Iklim
organisasi adalah serangkaian keadaan lingkungan yang dirasakan secara langsung
atau tidak langsung oleh karyawan. Defenisi ini menggambarkan iklim organisasi
sebagai beberapa keadaan atau kondisi dalam satu rangkaian yang secara langsung
atau tidak langsung, sadar atau tidak sadar memengaruhi karyawan.
Simamora (2001: 31) menyatakan bahwa iklim organisasi terdiri dari
hubungan antar karyawan dan kombinasi antara nilai dan tujuan yang ditetapkan oleh
perusahaan. Dari defenisi ini, Simamora melihat iklim organisasi sebagai sinergisitas
antara hubungan antara karyawan dengan nilai dan tujuan yang ditetapkan oleh
perusahaan. Iklim organisasi mempengaruhi praktik dan kebijakan SDM yang
diterima oleh anggota organisasi. Perlu diketahui bahwa setiap organisasi akan
memiliki iklim organisasi yang berbeda. Keanekaragaman pekerjaan yang dirancang
di dalam organisasi, atau sifat individu yang ada akan menggambarkan perbedaan
tersebut. Semua organisasi tentu memiliki strategi dalam memanajemen SDM. Iklim
Universitas Sumatera Utara
organisasi yang terbuka memacu karyawan untuk mengutarakan kepentingan dan
ketidakpuasan tanpa adanya rasa takut akan tindakan balasan dan perhatian.
Wirawan (2007: 122), mendefenisikan iklim organisasi sebagai persepsi
anggota organisasi baik secara individual maupun kelompok dan mereka yang secara
tetap berhubungan dengan organisasi misalnya pemasok, konsumen, konsultan dan
kontraktor, mengenai apa yang ada atau terjadi di lingkungan internal organisasi
secara rutin, yang mempengaruhi sikap dan perilaku organisasi dan kinerja anggota
organisasi yang kemudian menentukan kinerja organisasi. Jadi iklim organisasi
merupakan harapan-harapan serta cara pandang individu terhadap organisasi.
Walaupun pada dasarnya sama, namun masing-masing peneliti mempunyai cara
pandang yang berbeda dalam mendefenisikannya.
2.1.1. Sifat Iklim Organisasi
Gibson (2003: 127) menyatakan bahwa, ada 4 sifat iklim organisasi,
antara lain:
1. Iklim baik secara organisasi
Individu maupun kelompok, secara keseluruhan bersifat psikologis
dan persepsi. Individu yaitu persepsi yang diperoleh oleh seluruh anggota dari
satuan unit sosial.
Universitas Sumatera Utara
2. Semua iklim adalah abstrak.
Orang-orang biasanya memanfaatkan informasi tentang barang lain
dan berbagai kegiatan yang terjadi dalam organisasi tersebut untuk
membentuk suatu rangkuman persepsi mengenai iklim. Setelah itu
digabungkan hasil dari pengamatan mereka dan pengalaman pribadi orang
lain untuk dibuat peta kognitif dari orang tersebut.
3. Iklim bersifat abstrak dan perseptual.
Maka orang-orang memiliki prinsip-prinsip yang sama dengan
persepsi seperti konsep psikologis yang lainnya. Ketika prinsip ini digunakan
dalam pengamatan lingkungan kerja maka sebuah deskripsi yang bersifat
multidimensi akan dihasilkan.
4. Iklim itu sendiri.
Didasari lebih dekriptif daripada evaluatif, jadi peneliti lebih banyak
menanyakan apa yang mereka lihat dalam lingkungan kerja mereka pada
seseorang dibandingkan menanyakan kepada mereka untuk menyatakan
apakah itu baik atau buruk.
2.1.2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Iklim Organisasi
Iklim organisasi dapat berada di salah satu tempat pada kontinum
yang bergerak dari yang menyenangkan ke yang netral sampai dengan tidak
Universitas Sumatera Utara
menyenangkan. Pimpinan dan karyawan menginginkan iklim yang lebih
menyenangkan karena dapat menciptakan kinerja yang lebih baik dan
kepuasan kerja serta keterlibatan kerja. Unsur-unsur yang mengkontribusi
terciptanya
iklim
organisasi
yang
menyenangkan
adalah
kualitas
kepemimpinan, kadar kepercayaan, komunikasi ke atas dan ke bawah,
perasaan melakukan pekerjaan yang bermanfaat, tanggung jawab, imbalan
yang adil, tekanan pekerjaan yang nalar, kesempatan, pengendalian,
keterlibatan karyawan (Handoko, 2003) .
Gibson
(2003:
129),
menyatakan
bahwa
faktor-faktor
yang
mempengaruhi iklim organisasi antara lain, esprit (semangat), consideration
(pertimbangan), production (produksi), dan aloofness (menjauhkan diri).
2.2. KELOMPOK KERJA
2.2.1. Pengertian Kelompok Kerja
Sebuah kelompok kerja (A Work Group) menurut David (dalam
Winardi, 2007 : 267) adalah kelompok yang diciptakan oleh otoritas formal
sebuah organisasi, guna mentransformasi input- input tertentu, seperti
misalnya ide-ide, bahan- bahan, objek- objek, menjadi output produk seperti
misalnya sebuah laporan, sebuah keputusan, sebuah jasa atau barang tertentu.
Kelompok kerja menurut Riyanto & Martinus (2008 : 106) adalah “
unit sosial yang terdiri dari dua orang atau lebih, yang saling berinteraksi dan
Universitas Sumatera Utara
bekerja sama untuk mencapai tujuan bersama”. Semua kelompok kerja adalah
kelompok orang yang saling berinteraksi, tetapi tidak semua orang yang
berinteraksi adalah kelompok kerja.
Sedangkan pengertian kelompok kerja menurut Robbins (2008 : 356)
adalah :
“ two or more individuals, interacting and interdependent, who come
together to achieve particular objectives.” Kelompok terdiri dari dua
atau lebih individu, yang berinteraksi dan saling bergantung,
bergabung untuk mencapai tujuan- tujuan tertentu. Kelompok kerja
bukan merupakan sekumpulan orang yang tidak terorganisasi.
Kelompok kerja membentuk perilaku anggota serta membuatnya
mungkin untuk menjelaskan dan meramalkan sebagian besar perilaku
individu dalam kelompok dan kinerja kelompok itu sendiri.
Kelompok kerja menurut Kondalkar (2006 : 145) ialah : “ A work
group is collection of two or more individuals, working for a common goal
and are interdependent. They interact significantly to achieve a group
objective. ” Kelompok Kerja adalah suatu kelompok yang berinteraksi untuk
membagi informasi dan mengambil keputusan untuk membantu tiap anggota
dalam bidang tanggung jawabnya.
Kelompok kerja biasanya sengaja dibentuk dan biasanya juga
memiliki struktur organisasi yang jelas. Sebaliknya, kelompok yang bukan
kelompok kerja pada umumnya hanya kebetulan terbentuk dan kurang
terorganisasi. Sebab, didalam kelompok kerja terdapat interaksi antara
Universitas Sumatera Utara
anggotanya untuk saling berbagi informasi untuk membuat keputusan guna
membantu satu sama lain dalam wilayah kewenangannya masing- masing.
2.2.2. Bentuk- bentuk Kelompok
Klasifikasi bentuk- bentuk kelompok ini didasarkan pada suatu sudut
pandang masing- masing ahli, seperti berikut ini :
1.
Kelompok primer ( primary group)
Charles H. Cooley (dalam Huraerah, 2006 : 9) , mengatakan
kelompok primer adalah kelompok-kelompok yang ditandai ciri-ciri
kenal mengenal antara anggota-anggotanya serta kerja sama erat yang
bersifat pribadi.
2.
Kelompok Sekunder ( secondary group)
Menurut Soekanto (dalam Huraerah, 2006 : 11), kelompok
sekunder adalah kelompok besar yang terdiri banyak orang antara
siapa hubungannya tak perlu berdasarkan kenal- mengenal secara
pribadi, dan sifatnya tidak langgeng. Hubungan sekunder adalah
kontrak atau jual beli.
Universitas Sumatera Utara
3.
Kelompok formal
Kelompok formal adalah kelompok yang sengaja dibentuk
dengan keputusan manajer melalui suatu bagan organisasi untuk
menyelesaikan tugas secara efektif dan efisien.
a. Kelompok komando, yaitu kelompok yang ditentukan oleh
bagan
organisasi
dan
melaksanakan
tugas-tugas
rutin
organisasi. Kelompok ini terdiri dari bawahan yang melapor
dan bertanggung jawab secara langsung kepada pimpinan
tertentu.
b. Kelompok tugas, yaitu suatu kelompok yang bekerja sama
untuk menyelesaikan suatu tugas atau proyek tertentu.
4.
Kelompok Informal
adalah suatu kelompok yang tidak
dibentuk secara formal melalui struktur organisasi, akan tetapi muncul
karena adanya kebutuhan akan kontak sosial. Kelompok informal
dibedakan menjadi:
a. Kelompok persahabatan, yang dibentuk karena adanya
persamaan-persamaan tentang sesuatu hal seperti hobi, status
perkawinan, jenis kelamin, latar belakang, politik, dan lainlain.
Universitas Sumatera Utara
b. Kelompok kepentingan, merupakan kelompok yang berafiliasi
untuk mencapai sasaran yang sama. Sasaran jenis ini tidak
berkaitan dengan tujuan organisasi tetapi semata-mata untuk
mencapai kepentingan kelompok itu sendiri.
5.
Membership Group dan Reference Group
Membership group menurut Soekanto (dalam Huraerah, 2006)
adalah kelompok tempat seseorang menjadi anggota. Batas- batas
apakah yang dipakai untuk menentukan keanggotaan seseorang pada
suatu kelompok secara fisik, tidak dilakukan secara mutlak.
Reference group menurut Soekanto (dalam Huraerah, 2006)
adalah
kelompok
tempat
seseorang
mengidentifikasikan
diri,
menyetujui norma- normanya, tujuan, dan sikap individu didalamnya.
Reference group adalah kelompok sosial yang menajdi ukuran bagi
seseorang untuk membentuk pribadi dan perilakunya.
6.
In-Group dan Out-Group
In-group adalah kelompok sosial dengan mana individu
mengidentifikasikan dirinya. Sedangkan, out-group adalah individu
sebagai kelompok yang menjadi lawan “in-groupnya”, yang sering
dihubungkan dengan istilah “kami” atau “kita” dan “mereka”
(Soekanto dalam Huraerah, 2006).
Universitas Sumatera Utara
2.2.3. Fase Pembentukan Kelompok Kerja
Beberapa fase pembentukan kelompok kerja menurut Robbins (2008 :
359) yaitu :
1. Forming Stage (Tahap pembentukan)
Pada tahap ini, kelompok baru saja dibentuk dan diberikan
tugas. Anggota kelompok cenderung untuk bekerja sendiri dan
walaupun memiliki itikad baik namun mereka belum saling mengenal
dan belum bisa saling percaya. Waktu banyak dihabiskan untuk
merencanakan, mengumpulkan infomasi dan mendekatkan diri satu
sama lain. Proses perkembangan kelompok dikarakteristikkan oleh
banyaknya ketidakpastian.
2. Storming Stage (Tahap timbulnya konflik/ pancaroba)
Pada tahap ini kelompok mulai mengembangkan ide-ide
berhubungan dengan tugas yang mereka hadapi. Akan tetapi masih
sering muncul konflik dan saling curiga sesama anggota. Terdapat
penolakan- penolakan terhadap batasan- batasan yang diterapkan
kelompok tersebut terhadap setiap individu. Pada beberapa kasus,
tahap storming cepat selesai. Namun ada pula beberapa kelompok
yang mandek pada tahap ini. Namun, ketika tahap ini selesai, terdapat
Universitas Sumatera Utara
sebuah hierarki yang relatif jelas atas kepemimpinan dalam kelompok
tersebut.
3. Norming Stage (Tahap pembentukan/pengaturan norma)
Pada fase ini terjadi pembentukan nilai-nilai dan aturan untuk
kebersamaan ditandai dengan mulai mau menerima perbedaan.
Perkembangan
hubungan
kelompok
menunjukan
kepaduan
(kekohesifan) dan terdapat sebuah rasa yang kuat akan identitas
kelompok dan persahabatan. Tahap ini selesai ketika struktur
kelompok tersebut menjadi solid dan kelompok telah mengasimilasi
serangkaian ekspektasi umum defenisi yang benar atas perilaku
anggota.
4. Performing Stage (Tahap berkinerja/ berprestasi/ melaksanakan)
Kelompok
pada
tahap
ini
dapat
berfungsi
dalam
menyelesaikan pekerjaan dengan lancar dan efektif tanpa ada konflik
yang tidak perlu, anggota kelompok saling tergantung satu sama
lainnya dan mereka saling respek dalam berkomunikasi. Energi
kelompok telah berpindah dari saling mengenal dan memahami
menjadi mengerjakan tugas yang ada.
Universitas Sumatera Utara
5. Adjourning Stage (Tahap pembubaran/ pengakhiran)
Dalam tahap ini, kelompok tersebut mempersiapkan diri untuk
pembubarannya. Kinerja tugas yang tinggi tidak lagi menjadi prioritas
tertinggi kelompok. Sebagai gantinya, perhatian diarahkan untuk
menyelesaikan aktivitas- aktivitas. Respons dari anggota kelompok
dalam tahap ini bervariasi. Beberapa merasa gembira, bersenangsenang dalam pencapaian kelompok tersebut. Lainnya mungkin
merasa tertekan atas kehilangan persahabatan dan pertemanan yang
didapatkan selama kehidupan kelompok kerja tersebut.
2.3. DINAMIKA KELOMPOK KERJA
2.3.1. Pengertian Dinamika Kelompok Kerja
Kata “ dinamika” menunjuk pada keadaan yang berubah-ubah yang
menggambarkan fluktuasi atau pasang surut, sekaligus melukiskan aktivitas
dan system sosial yang tidak statis yang bergerak menuju perubahan
(Hollander, 1978 :151). Sedangkan kelompok adalah kumpulan orang-orang
yang merupakan kesatuan sosial yang mengadakan interaksi yang intensif dan
mempunyai tujuan bersama. Maka dapat diambil kesimpulan bahwa dinamika
kelompok adalah suatu kelompok yang terdiri dari dua atau lebih individu
yang memiliki hubungan psikologi secara jelas antara anggota satu dengan
yang lain yang dapat berlangsung dalam situasi yang dialami secara bersama
Universitas Sumatera Utara
dan juga merupakan suatu konsep yang menggambarkan proses kelompok
yang selalu bergerak, berkembang dan dapat menyesuaikan diri dengan
keadaan menyesuaikan diri dengan keadaan yang selalu berubah-ubah.
Dinamika kelompok berarti hubungan yang selalu berubah dan
menyesuaikan diri antara para angota suatu kelompok dan antar kelompok
dengan kelompok (Kast&Rozenzweig, 1995) .
Dinamika adalah sesuatu yang mengandung arti tenaga kekuatan,
selalu bergerak, berkembang dan dapat menyesuaikan diri secara memadai
terhadap
keadaan.
Dinamika
juga
berarti
adanya
interaksi
dan
interdependensi antara anggota kelompok dengan kelompok secara
keseluruhan. Keadaan ini dapat terjadi karena selama ada kelompok,
semangat kelompok (group spirit) terus-menerus ada dalam kelompok itu,
oleh karena itu kelompok tersebut bersifat dinamis, artinya setiap saat
kelompok yang bersangkutan dapat berubah.
Likert (dalam Kast&Rosenzweig,1995 :484) menyimpulkan mengenai
pengaruh dinamika kelompok kerja terhadap prestasi kerja karyawan sebagai
berikut :
Dengan disadarinya pentingnya pengaruh kelompok dan diperolehnya
pengukuran yang lebih persis, maka semakin banyak bukti yang
menunjukkan kepada kekuatan pengaruh kelompok terhadap fungsi
organisasi. Dalam situasi demikian, dimana manajemen telah
menyadari kekuatan motivasi kelompok dan telah memakai jenis
kepemimpinan yang dibutuhkan untuk mengembangkan dan
Universitas Sumatera Utara
memusatkan kekuatan motivasi bagi tercapainya tujuan organisasi,
maka prestasi organisasi itu cenderung meningkat jauh diatas ratarata prestasi yang dicapai dengan metode- metode kepemimpinan dan
manajemen yang lain. Keanggotaan kelompok yang mempunyai
sasaran bersama yang mengikat mereka dengan kuat, loyalitas
anggota- kelompok yang tinggi, sikap yang baik antara atasan dengan
bawahan, dan tingkat keterampilan yang tinggi dalam pergaulan, jelas
dapat mencapai prestasi yang jauh lebih besar daripada jika orang
yang sama hanya bertindak sebagai assemblage (orang yang
berkumpul) saja.
Dinamika kelompok juga dapat didefinisikan sebagai konsep yang
menggambarkan proses kelompok yang selalu bergerak, berkembang dan
dapat menyesuaikan diri dengan keadaan yang selalu berubah-ubah.
Dinamika kelompok mempunyai dampak yang positif terhadap terciptanya
iklim kelompok kerja yang kondusif antara lain:
a. Membangkitkan kepekaan diri seorang anggota kelompok
terhadap anggota kelompok lain, sehingga dapat menimbulkan
rasa saling menghargai
b. Menimbulkan rasa solidaritas anggota sehingga dapat saling
menghormati dan saling menghargai pendapat orang lain
c. Menciptakan komunikasi yang terbuka terhadap sesama
anggota kelompok
Universitas Sumatera Utara
2.3.2. Aspek- aspek Dinamika Kelompok Kerja
1. Kepemimpinan dalam Kelompok
Kepemimpinan (Huraerah, 2006:67) adalah hubungan antar
dua orang atau lebih, dimana salah seorangnya mempengaruhi yang
lainnya untuk mencapai tujuan bersama.
Kepemimpinan dapat dipandang sebagai kelompok status
(posisi elite), tokoh, fungsi, dan proses. Fungsi kepemimpinan
memudahkan tercapainya sasaran kelompok. Masalah kepemimpinan
sangat strategis sifatnya, karena dapat menentukkan efektif tidaknya
proses kelompok. Dalam praktek, masalah kepemimpinan sangat
pelik. Mulai mencari orang yang cocok, dapat diterima, dan mampu
adalah isu yang penting. Tidak jarang, suatu kelompok porak- poranda
dikarenakan kesalahan memilih pemimpin.
2. Komunikasi Kelompok
Faktor komunikasi di dalam kelompok sangatlah berperan
pada dinamika yang terjadi dalam kelompok. Hal ini karena di dalam
komunikasi, akan terjadi perpindahan ide atau gagasan yang diubah
menjadi simbol oleh seorang komunikator kepada komunikan melalui
media. Untuk menyampaikan suatu ide atau gagasan, tampaknya
sederhana, karena tiap hari dilakukan oleh kita di dalam
Universitas Sumatera Utara
berkomunikasi. Namun demikian, pada suatu organisasi sering terjadi
hambatan,
seperti cara penyampaian simbol- simbol dan cara
pengolahan simbol serta penggunaan media yang kurang tepat.
Melalui komunikasi, saling pengertian diciptakan yang pada akhirnya
akan memperkuat kohesi dan tercapainya tujuan- tujuan kelompok.
3. Konflik di dalam Kelompok
Konflik adalah suatu proses sosial dimana individu- individu
atau
kelompok
berusaha
memenuhi
tujuannya
dengan
jalan
menentang pihak lawan dengan ancaman atau kekerasan (Huraerah,
2006:39)
Konflik dalam kelompok, bisa terjadi akibat ketentuan norma
yang berlaku tidak sesuai dengan norma pribadi individu selaku
anggota kelompok, bisa pula terjadi penempatan posisi yang tidak
diinginkan dalam suatu kelompok, karena kemampuan yang kurang
dibanding dengan anggota kelompok lain (dalam hal ini kemampuan
dasar seseorang), dan bisa pula karena kohesi suatu kelompok sangat
rendah, sehingga tidak memiliki kemampuan untuk menarik individu
anggota kelompok dan melakukan konformitas sikap dan persepsi
dalam kelompok tersebut.
Universitas Sumatera Utara
4. Kekuatan di dalam Kelompok
Di dalam interaksi ada kekuatan dan pengaruh. Anggota
kelompok menyesuaikan satu dengan yang lainnya dengan berbagai
cara. Mereka mempercepat dan memperlambat aktivitasnya untuk
dapat berkoordinasi di antara mereka. Anggota kelompok yang
berinteraksi secara tetap mempengaruhi dan dipengaruhi oleh
penggunaan kekuatan untuk mencapai tujuan dan memelihara
kelompok. Keputusan tidak mungkin ditetapkan tanpa kekuatan
anggota-anggota kelompok. Minat- minat yang bertentangan dan
konflik tidak mungkin dapat diatur tanpa menggunakan kekuatan.
Tidak ada komunikasi tanpa pengaruh, yang berarti tidak ada
komunikasi tanpa kekuatan. Dengan demikian, kekuatan merupakan
hal yang esensi bagi semua aspek keberfungsian kelompok.
5. Kohesi Kelompok
Aspek penting dari kelompok yang efektif adalah kohesi yang
merupakan faktor utama dari keberadaan kelompok. Ketertarikan
pada
keanggotaan
kelompok
dari
setiap
anggota
kelompok
menggambarkan kohesi kelompok. Jadi, kohesi dapat didefenisikan
sebagai sejumlah faktor yang mempengaruhi anggota kelompok untuk
tetap menjadi anggota kelompok tersebut. Ketertarikan pada
Universitas Sumatera Utara
kelompok ditentukan oleh kejelasan tujuan kelompok, kejelasan
keberhasilan
pencapaian
tujuan,
karakteristik
kelompok
yang
mempunyai hubungan dengan kebutuhan dan nilai- nilai pribadi, kerja
sama antar anggota kelompok dan memandang kelompok tersebut
lebih menguntungkan dibandingkan dengan kelompok- kelompok
lain. Kohesi kelompok tidak konstan karena setiap anggota
mempunyai
ketertarikan
yang
berbeda
pada
kelompok
dan
ketertarikan yang sama akan berubah setiap waktu (Nitimihardjo
dalam Huraerah, 2006:44).
6. Pengambilan Keputusan dan Pemecahan Masalah
Kelompok yang efektif dapat menghasilkan keputusan dengan
kualitas baik. Keputusan yang dihasilkan merupakan produk
kesepakatan anggota- anggota kelompok untuk melakukan sesuatu
dan biasanya merupakan sesuatu hasil pemilihan dari beberapa
kemungkinan yang berbeda. Tidak semua keputusan berasal dari
masalah yang berat, beberapa masalah kecil pun menuntut penentuan
keputusan. Kadang kala kelompok tidak mengetahui keputusan apa
yang harus diambil dan kadang kala proses pengambilan keputusan
memerlukan waktu yang cukup lama. Apabila masalahnya cukup
kompleks, keputusan yang diambil melalui kelompok cenderung lebih
Universitas Sumatera Utara
efektif dibandingkan melalui keputusan perorangan (Nitimihardjo
dalam Huraerah, 2006:47-48).
2.3.3. Unsur- Unsur Dinamika Kelompok
1. Tujuan Kelompok
Setiap kelompok, apapun bentuknya tetap memiliki tujuan
yang hendak dicapai dari aktivitas kelompok tersebut. Tujuan
kelompok biasanya dirumuskan sebagai perpaduan dari tujuan- tujuan
individual dan tujuan- tujuan semua anggota kelompok.
2. Kekompakan Kelompok
Menurut Cartwright dan Zander (dalam Huraerah, 2006:58)
pengertian kekompakan kelompok sebagai hasil dari semua tindakan
yang memperkuat anggota kelompok untuk tetap tinggal (berada)
dalam kelompok.
Sedangkan,
menurut
Golembiewski
(dalam
Huraerah,
2006:58) kekompakan kelompok addalah tongkat kebersamaan yang
menggambarkan ketertarikan anggota kelompok pada kelompoknya
dan hal ini meliputi tiga klasifikasi pengertian, yaitu :
a. Sebagai daya tarik kelompok terhadap anggota- anggotanya,
b. Sebagai koordinasi dari usaha- usaha anggota kelompok,
Universitas Sumatera Utara
c. Sebagai tindakan motivasi kelompok untuk mengerjakan
berbagai tugas kelompok dengan penuh semangat dan efisien.
3. Struktur Kelompok
Menurut Shaw (dalam Huraerah, 2006:59) struktur kelompok
adalah pola- pola hubungan di antara berbagai posisi dalam suatu
susunan kelompok. Dalam menganalisis struktur kelompok maka tiga
unsur penting yang terkait dalam struktur kelompok, yaitu posisi,
status, dan peranan perlu ditelaah. Jika suatu struktur kelompok telah
menjadi kuat, biasanya sulit untuk mengadakan perubahan terhadap
struktur kelompok tersebut.
4. Fungsi Tugas Kelompok
Shaw (dalam Huraerah, 2006:60) telah mengelompokkan
tugas-tugas kelompok ke dalam tiga jenis, yaitu : tugas-tugas
produksi, tugas-tugas diskusi, tugas-tugas pemecahan masalah.
Karena fungsi tugas kelompok berkaitan dengan hal-hal yang perlu
diperhatikan dan harus dilakukan kelompok dalam usaha mencapai
tujuan kelompok, maka perlu dijelaskan hal- hal yang perlu dilakukan
oleh kelompok.
Universitas Sumatera Utara
5. Pengembangan dan Pemeliharaan Kelompok
Pengembangan dan pemeliharaan kelompok adalah berkaitan
dengan “apa yang harus ada” dalam kelompok. Segala “apa yang
harus ada” dalam kelompok, antara lain pembagian tugas yang jelas,
kegiatan yang terus- menerus dan teratur, ketersediaan fasilitas yang
mendukung dan memadai, peningkatan partisipasi kelompok, adanya
jalinan komunikasi antar kelompok, adanya pengawasan dan
pengendalian kegiatan kelompok, timbulnya norma- norma kelompok,
adanya proses sosialisasi kelompok, kegiatan untuk menambah
anggota baru dan mempertahankan anggota yang lama.
6. Suasana Kelompok
Suasana kelompok adalah suasana yang terdapat dalam suatu
kelompok, sebagai hasil dari berlangsungnya hubungan-hubungan
interpersonal atau hubungan antar anggota kelompok. Dengan
demikian, suasana atau iklim kelompok mengacu kepada ciri- ciri
khas interaksi anggota dalam kelompok. Iklim kelompok tersebut bisa
resmi/formal atau tidak resmi/kolegial, ketat atau longgar/permisif,,
santai atau tegang, akrab atau renggang,, kesetiakawanan atau
bermusuhan, gembira atau sedih, dan sebagainya.
Universitas Sumatera Utara
7. Efektivitas Kelompok
Kelompok yang efektif mempunyai tiga aktivitas dasar, yaitu :
1. Aktivitas pencapaian tujuan,
2. Aktivitas memelihara kelompok secara internal,
3. Aktivitas mengubah dan mengembangkan cara meningkatkan
keefektifan kelompok (Huraerah, 2006:62).
8. Tekanan Kelompok
Tekanan kelompok (group pressure) yaitu tekanan/ desakan
yang berasal dari kelompok itu sendiri.
9. Maksud Terselubung
Maksud- maksud terselubung (hidden agendas) adalah suatu
tujuan anggota kelompok yang terselubung atau ditutup-tutupi atau
sengaja tidak diberitahukan kepada anggota- anggota kelompok
lainnya, dalam melakukan suatu aktivitas tertentu dalam kelompok,
karena tujuan sebenarnya dari anggota kelompok tersebut berlawanan
dan bertentangan dengan tujuan kelompok yang telah disepakati
bersama.
Universitas Sumatera Utara
2.3.4. Proses Dinamika Kelompok
Proses dinamika kelompok mulai dari individu sebagai pribadi
yang masuk ke dalam kelompok dengan latar belakang yang berbedabeda, belum mengenal antar individu yang ada dalam kelompok.
Mereka membeku seperti es. Individu yang bersangkutan akan
berusaha untuk mengenal individu yang lain. Es yang membeku lamakelamaan mulai mencair, proses ini disebut ice breaking. Setelah
saling mengenal, dimulailah berbagai diskusi kelompok, yang kadang
diskusi bisa sampai memanas, proses ini disebut storming. Storming
akan membawa perubahan pada sikap dan perilaku individu, pada
proses ini individu mengalami forming.
Dalam setiap kelompok harus ada aturan main yang disepakati
bersama oleh semua anggota kelompok dan pengatur perilaku semua
anggota kelompok, proses ini disebut norming. Berdasarkan aturan
inilah individu dan kelompok melakukan berbagai kegiatan, proses ini
disebut performing.
2.4. Tingkat Penjualan / Volume Penjualan
Penjualan adalah suatu usaha yang terpadu untuk mengembangkan rencanarencana strategis yang diarahkan pada usaha pemuasan kebutuhan dan keinginan
pembeli, guna mendapatkan penjualan yang menghasilkan laba.
Universitas Sumatera Utara
Penjualan merupakan sumber hidup suatu perusahaan, karena dari penjualan
dapat diperoleh laba serta suatu usaha memikat konsumen yang diusahakan untuk
mengetahui daya tarik mereka sehingga dapat mengetahui hasil produk yang
dihasilkan.
Tingkat penjualan memiliki arti penting yaitu besarnya kegiatan-kegiatan
yang dilakukan secara efektif oleh penjualan untuk mendorong agar konsumen
melakukan pembelian. Dan tujuan dari tingkat penjualan ini adalah untuk
memperkirakan besarnya keuntungan yang diterima dengan menjual produk kepada
konsumen serta biaya yang sudah dikeluarkan.
Menurut Ismaya (2007 : 253), sales volume adalah penjualan yang berhasil
dicapai atau ingin dicapai oleh suatu perusahaan dalam suatu jangka waktu tertentu.
Sales volume adalah jumlah produk atau merk suatu perusahaan yang terjual dalam
suatu periode. Dapat disimpulkan bahwa volume penjualan adalah penjualan yang
berhasil dicapai atau ingin dicapai oleh suatu perusahaan melalui jumlah produk atau
merk suatu perusahaan yang terjual dalam suatu jangka waktu tertentu.
Ada defenisi lain tentang penjualan yang dikemukakan oleh William G.
Nickels dalam Swastha (2000 :10), yang menyebutkan dalam istilah penjualan tatap
muka (personal selling). Penjualan tatap muka adalah interaksi antar individu, saling
bertemu muka yang ditujukan untuk menciptakan, memperbaiki, menguasai atau
mempertahankan hubungan pertukaran yang saling menguntungkan dengan pihak
lain.
Universitas Sumatera Utara
Penjualan tatap muka merupakan komunikasi orang secara individu yang
dapat dilakukan untuk mencapai tujuan seluruh usaha pemasaran pada umumnya,
yaitu meningkatkan penjualan yang dapat menghasilkan laba dengan menawarkan
kebutuhan yang memuaskan kepada pasar dalam jangka panjang. Dalam hal ini,
perusahaan
memerlukan
tenaga-
tenaga
penjualan
atau
wiraniaga
untuk
melakukannya. Tugas- tugas yang mereka lakukan cukup luwes karena secara
langsung dapat mengetahui keinginan, motivasi dan perilaku konsumen, dan
sekaligus dapat melihat reaksi konsumen sehingga mereka langsung dapat
mengadakan penyesuain seperlunya.
2.4.1. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Tingkat Penjualan
Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat penjualan antara
lain:
1. Kualitas barang.
Turunnya
mutu
barang
dapat
mempengaruhi
volume
penjualan, jika barang yang diperdagangkan mutunya menurun dapat
menyebabkan pembelinya yang sudah menjadi pelanggan dapat
merasakan kecewa sehingga mereka bisa berpaling kepada barang lain
yang mutunya lebih baik.
2. Selera konsumen.
Universitas Sumatera Utara
Selera konsumen tidaklah tetap dan dia dapat berubah setiap
saat, bilamana selera konsumen terhadap barang-barang yang kita
perjualbelikan berubah maka volume penjualan akan menurun.
3. Servis terhadap Konsumen
Servis terhadap pelanggan merupakan faktor penting dalam
usaha memperlancar penjualan terhadap usaha dimana tingkat
persaingan semakin tajam. Dengan adanya servis yang baik terhadap
para pelanggan sehingga dapat meningkatkan volume penjualan.
4. Persaingan menurunkan harga jual.
Potongan harga dapat diberikan dengan tujuan agar penjualan
dan keuntungan perasahaan dapat ditingkatkan dari sebelumnya.
Potongan harga tersebut dapat diberikan kepada pihak tertentu dengan
syarat-syarat tertentu pula.
Menurut Nitisemito (2000 : 116) turunnya volume penjualan dapat
dibedakan menjadi sebab- sebab utama sebagai berikut :
a. Sebab internal, yaitu sebab yang terjadi karena perusahaan itu sendiri,
diantaranya :
1. Kualitas produk turun
2. Service yang diberikan bertambah jelek
3. Sering kosongnya persediaan produk di pasar
Universitas Sumatera Utara
4. Penurunan komisi penjualan yang diberikan
5. Pengetatan terhadap piutang yang diberikan
6. Turunnya kegiatan salesman
7. Penurunan kegiatan sales promotion
8. Penetapan harga terlalu tinggi
b. Sebab eksternal, yaitu sebab yang terjadi karena diluar kekuasaan
perusahaan itu sendiri, diantaranya :
1. Perubahan selera konsumen
2. Munculnya saingan baru
3. Munculnya barang pengganti
4. Pengaruh faktor psikologis
5. Perubahan / tindakan baru dalam kebijaksanaan pemerintah
6. Kemungkinan adanya tindakan dari pesaing
Semakin besar jumlah atau tingkat penjualan yang dihasilkan perusahaan,
semakin besar kemungkinan laba yang akan dihasilkan perusahaan. Oleh karena itu,
volume penjualan merupakan salah satu hal penting yang harus dievaluasi untuk
kemungkinan perusahaan agar tidak mengalami kerugian.
Universitas Sumatera Utara
2.5. Penelitian terdahulu
Penggalian dari wacana penelitian terdahulu dilakukan sebagai upaya
memperjelas tentang variabel- variabel dalam penelitian ini.
Eko Yuliana (2007) melakukan penelitian yang berjudul “ Hubungan antara
Iklim Organisasi dan Kualitas Pelayanan pada Karyawan McDonald’s Java
Semarang “. Tujuan dari penelitian tersebut adalah untuk mengetahui ada tidaknya
hubungan dan besar hubungan antara iklim organisasi dengan kualitas pelayanan
pada karyawan McDonald’s Java Semarang serta sumbangan efektif iklim organisasi
pada kualitas pelayanan yang diberikan oleh karyawan McDonald’s Java Semarang.
Metode analisis penelitian yang digunakan adalah analisis deskriptif dan analisis
kuantitatif. Hasil dari analisis penelitian ini menyatakan bahwa ada hubungan positif
yang sangat signifikan antara iklim organisasi dan kualitas pelayanan pada karyawan
McDonald’s Java Semarang. Hasil penelitian tersebut adalah koefisien korelasi ๐‘Ÿ๐‘ฅ๐‘ฆ
=0,789 dengan p = 0,000 (p < 0,05) yang menunjukkan bahwa semakin positif iklim
organisasi, maka semakin tinggi kualitas pelayanan, dan sebaliknya makin negatif
iklim organisasi maka semakin rendah kualitas pelayanan. Iklim organisasi
memberikan sumbangan sebesar 62,3 % pada kualitas pelayanan dan sisanya
dipengaruhi oleh faktor- faktor lain yang tidak diungkap dalam penelitian ini.
Sry Meida R.BR.Sebayang (2011) melakukan penelitian yang berjudul “
Analisis Pengaruh Kebijakan Produk dan Promosi terhadap Volume Penjualan pada
PT. FADIRA PRIMA SEMESTA, MEDAN. ” Tujuan dari penelitian tersebut adalah
Universitas Sumatera Utara
untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh variabel kebijakan produk dan promosi
terhadap volume penjualan. Metode analisis peneltian yang digunakan adalah
analisis deskriptif dan analisis statistik. Hasil dari analisis penelitian menyatakan
bahwa kebijakan produk dan promosi berpengaruh signifikan secara positif terhadap
volume penjualan. Hasil penelitian tersebut adalah nilai koefisien b = 1.386 yang
menunjukkan bahwa apabila volume penjualan meningkat sebesar 1 satuan dengan
mengganggap kebijakan produk dan kebijakan promosi tetap / konstan , maka akan
dapat meningkatkan volume penjualan sebesar 1.386. Hasil pengujian hipotesis
diperoleh nilai ๐‘กโ„Ž๐‘–๐‘ก๐‘ข๐‘›๐‘” > ๐‘ก๐‘ก๐‘Ž๐‘๐‘’๐‘™ (2,495 > 1,664) berarti Ho ditolak, artinya variabel
kebijakan produk dan promosi berpengaruh secara positif da signifikan terhadap
volume penjualan.
2.5. Kerangka Konseptual
Kerangka konseptual bertujuan untuk mengemukakan secara umum
mengenai objek penelitian. Kerangka penelitian ini menjelaskan variabel yang akan
diteliti yaitu Iklim Kelompok Kerja sebagai variabel bebas dan Tingkat Penjualan
sebagai variabel terikat.
Penjualan adalah suatu usaha yang terpadu untuk mengembangkan rencana
rencana strategis yang diarahkan pada usaha pemuasan kebutuhan dan keinginan
pembeli, guna mendapatkan penjualan yang menghasilkan laba atau penjualan
merupakan sumber hidup suatu perusahaan, karena dari penjualan dapat diperoleh
laba serta suatu usaha memikat konsumen yang diusahakan untuk mengetahui daya
Universitas Sumatera Utara
tarik mereka sehingga dapat mengetahui hasil produk yang dihasilkan (Simamora,
2001:8). Tingkat penjualan dapat dijabarkan sebagai umpan balik dari kegiatan
pemasaran yang dilaksanakan oleh perusahaan. Penjualan dalam lingkup kegiatan,
sering disalah artikan dengan pengertian pemasaran. Penjualan dalam lingkup ini
lebih berarti tindakan menjual barang atau jasa. Kegiatan pemasaran adalah proses
pemberian kepuasan kepada konsumen untuk mendapatkan laba (Kotler dan
Amstrong, 2003:5).
Iklim kelompok kerja adalah hubungan psikologis antar anggota kelompok
yang menciptakan interkasi yang saling terkait dan bekerja bersama- sama untuk
mencapai tujuan bersama. Ketertarikan dan keterkaitan ini mengandung arti
solidaritas, kekompakan, dan keakraban yang pada akhirnya berdampak pada
produktivitas kelompok tersebut.
Untuk mampu menghasilkan laba dari proses penjualan, maka perusahaan
harus mampu mnenciptakan iklim kelompok yang kondusif, termotivasi dan kohesif
sehingga karyawan sebagai anggota kelompok kerja pada divisi pemasaran
mempunyai motivasi tinggi, daya kreativitas dan inovasi serta kinerja yang optimal
dalam usaha pencapaian target penjualan yang telah ditetapkan oleh perusahaan.
Sebab kenyamanan dan kedekatan hubungan antar karyawan menjadi kunci utama
segala tugas dan beban kerja mampu diselesaikan secara maksimal dengan gagasangagasan baru dan terobosan baru sebagai kekuatan dalam proses peningkatan
penjualan perusahaan.
Universitas Sumatera Utara
Iklim Kelompok Kerja
Tingkat Penjualan
(X)
(Y)
Sumber : Huraerah dan Purwanto (2006) , data diolah
Gambar 2.1.
Kerangka Konseptual
2.6. Hipotesis
Berdasarkan perumusan masalah yang telah dikemukakan maka hipotesis
penelitian ini adalah “ Iklim kelompok kerja mempunyai pengaruh yang positif dan
signifikan terhadap tingkat penjualan pada Divisi Pemasaran PT X.” Semakin positif
iklim kelompok kerja maka semakin tinggi tingkat penjualan yang dicapai karyawan
pada Divisi Pemasaran. Semakin negatif iklim kelompok kerja maka semakin rendah
tingkat penjualan yang dicapai karyawan pada Divisi Pemasaran.
Universitas Sumatera Utara
Download