Bab 2 - Widyatama Repository

advertisement
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1
Tinjauan Umum Perbankan Indonesia
Perbankan secara umum merupakan lembaga keuangan yang melakukan
kegiatan berupa pengumpulan dana menyalurkan kembali pada masyarakat dan
menyalurkan kepada masyarakat dalam berbagai bentuk. Di Indonesia bank
merupakan prime source (sumber utama) perbankan. Pengertian perbankan
menurut Undang-Undang No. 7 tahun 1992 tentang perbankan pada Bab I pasal 1
adalah sebagai berikut :
“Perbankan adalah sesuatu yang menyangkut tentang bank,
mencakup kelembagaan, kegiatan usaha serta cara dan proses dalam
melaksanakan kegiatan usaha ”.
Definisi bank telah dikemukakan oleh berbagai kalangan dan ahli. Berikut ini
akan dikemukakan beberapa pengertian tentang bank. Definisi bank menurut
Undang-Undang No. 10 tahun 1998 menyatakan bahwa :
“ Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat
dalam bank kredit dan atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka
meningkatkan taraf hidup orang banyak ”.
Pada Undang-Undang No. 10 Tahun 1998, disebutkan jenis-jenis bank
terdiri dari :
1
Bank Umum adalah Bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara
kenvensional dan atau berdasarkan prinsip syariah umum kegiatannya
2
memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran.
Bank Perkreditan adalah bank yang melaksanakan kegiatan usaha
secara
konvensional
dan
berdasarkan
prinsip
syariah
umum
kegiatannya tidak memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran.
7
8
Bank Syariah
Pengertian Bank Syariah
1
1
Bank syariah menurut Muhammad (2008 : 1) adalah :
“ Lembaga keuangan yang usaha pokoknya memberikan pembiayaan
dan jasa-jasa lainnya dalam lalu lintas pembayaran serta peredaran
uang yang pengoperasiannya disesuaikan dengan prinsip syariah
Islam “.
Bank syariah merupakan lembaga keuangan yang kegiatan usaha
pokoknya adalah menghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkan kepada
masyarakat anggotanya dalam bentuk pembiayaan. Sementara jasa-jasa lainnya
merupakan kegiatan usaha lain dalam rangka menambah pendapatannya. Produk
dan jasa tersebut memegang peranan yang sangat strategis dalam kegiatan usaha
bank syariah, sehingga pengetahuan akan produk dan jasa uang dijual merupakan
hal yang mutlak yang harus dimiliki oleh setiap karyawan bank syariah.
Sistem ekonomi Islam dengan konsep profit dan loss sharing mampu
memberikan warna tersendiri bagi kehidupan sosial ekonomi masyarakat. Salah
satu bentuk dari sistem ekonomi Islam adalah terbentuknya Bank Islam yaitu
Bank Syariah. Dimana diatur dan diposisikan sebagai institusi keuangan yang
tidak hanya bermain pada pentingnya peran dalam monilisasi sumber dana,
sumberdaya alokasi dan kemanfaatan tetapi juga aktif melibatkan proses
implementasi kebijakan moneter perintah. Sebagai fasilitas yang disewakan Bank
Konvensional, Bank Syariah menawarkan fasilitas dengan konsep Islam.
Kemudian dengan Undang-Undang No. 10 Tahun 1998 pasal 1, ayat 12
dan 13 sebagai berikut : Prinsip syariah adalah aturan perjanjian berdasarkan
hukum Islam antara bank dengan pihak lain untuk penyimpanan dana atau
pembiayaan kegiatan usaha atau kegiatan lainnya sesuai dengan Syariah. Dimana
ketentuan yang dimuat oleh Bank Indonesia antara lain :
1
2
3
Kegiatan usaha dan produk-produk bank berdasarkan prinsip syariah.
Pembentukan dan tugas Dewan Pengawas Syariah.
Persyaratan bagi pembukaan kantor cabang yang melakukan kegiatan
usaha berdasarkan prinsip syariah. (Muhammad, 2002 :16)
Praktek yang ada di lingkungan lembaga keuangan Syariah di dunia dapat
disimpulkan ada tiga bentuk :
9
1
Pelaksanaan janji yang mengikat dengan kesepakatan antara dua pihak
sebelum lembaga keuangan menerima barang dan menjadi miliknya
dengan menyebutkan nilai keuntungannya dimuka. Hal itu dengan
datangnya nasabah kepada lembaga keuangan memohon darinya untuk
membeli barang tertentu dengan sifat tertentu. Keduanya bersepakat
dengan ketentuan berlembaga keuangan terikat untuk membelikan barang
dan nasabah terikat untuk membelinya dari lembaga keuangan tersebut.
Lembaga keuangan terikat harus menjualnya kepada nasabah dengan nilai
harga yang telah disepakati keduanya baik nilai ukuran, tempo dan
2
keuntungannya.
Pelaksanaan janji (al-Muwaa’adah) tidak mengikat kepada dua belah
pihak. Hal ini dengan ketentuan nasabah yang ingin membeli barang
tertentu, lalu pergi ke lembaga keuangan dan terjadi antara keduanya
perjanjian dari nasabah untuk membeli dan dari lembaga keuangan untuk
membelinya. Janji ini tidak dianggap kesepakatan sebagaimana juga janji
tersebut tidak mengikat kepada kedua belah pihak. Bentuk gambaran ini
bisa dibagi dalam dua keadaan :
a Pelaksanaan janji tidak mengikat tanpa ada penentuan nilai
b
3
keuntungan dimuka.
Pelaksanaan janji tidak mengikat dengan adanya penentuan nilai
keuntungan yang akan diberikan.
Pelaksanaan janji mengikat lembaga keuangan tanpa nasabah. Inilah yang
diamalkan di Bank Faishol al-Islam di sudan. Hal itu dengan ketentuan
akad transaksi mengikat bank dan tidak mengikat nasabah sehingga
nasabah memililki hak khiyar (memilih) apabila melihat barangnya untuk
menyempurnakan transaksi atau menggagalkannya.
2
Fungsi dan Peran Bank Syariah
Menurut Heri (2003 : 39), fungsi dan peran bank syariah yang diantaranya
tercantum dalam pembukuan standar akuntansi yang dikeluarkan oleh
10
(Accountingand Auditing Organization Financial for Islamic Institution) AAOIFI,
sebagai berikut :
a
b
c
d
Manajer investasi, bank syariah yang mengelola investasi dana nasabah
Investor, bank syariah dapat menginvestasikannya dana yang dimilkinya
maupun dana nasabah yang dipercayakan kepadanya
Penyedian jasa keuangan dan lalu lintas pembayaran, bank syariah dapat
melakukan kegiatan-kegiatan jasa layanan perbankan sebagaimana
lazimnya
Pelaksanaan kegiatan sosial, sebagai ciri yang melekat pada entitas
keuangan syariah, bank Islam juga memiliki kewajiban untuk
mengeluarkan dan mengelola (menghimpun, mengadministrasikan,
mendistribusikan) zakat serta dana-dana sosial lainnya.
Tujuan Bank Syariah
3
Menurut Zainul (2003), dalam perbankan konvensional terdapat kegiatankegiatan yang dilarang oleh syariah Islam seperti menerima dan membayar bunga
(ribhu), membiayai kegiatan produksi dan perdagangan barang-barang dilarang
menurut syariat Islam seperti keras.
Bank syariah didirikan dengan tujuan untuk mempromosikan dan
mengembangkan penerepan prinsip-prinsip syariah dan tradisinya ke dalam
transaksi keuangan dan perbankan serta bisnis lain yang terikat dengan prinsip
utama berupa :
a
b
Larangan ribhu dalam berbagai bentuk transaksi
Melakukan kegiatan usaha dan perdagangan berdasarkan perolehan
c
keuntungan uang sah
Memberikan zakat
Sedangkan menurut Warkum (2004 : 27), bank syariah mempunyai
beberapa tujuan diantaranya sebagai berikut :
a
Mengarahkan kegiatan ekonomi umat untuk bermuamalat secara Islam,
khususnya muamalat yang berhubungan dengan perbankan, agar terhindar
dari praktek-praktek ribhu atau jenis-jenis usaha dan perdagangan lain
yang mengandung unsur tipuan, di mana jenis-jenis usaha tersebut
dilarang dalam Islam, juga telah menimbulkan dampak negatif terhadap
kehidupan ekonomi umat.
11
b
Untuk menciptakan suatu keadilan dibidang ekonomi, dengan jalan
meratakan pendapatan melalui kegiatan investasi, agar tidak terjadi
kesenjangan yang amat besar antara pemilik modal dengan pihak yang
c
membutuhkan dana.
Untuk meningkatkan kualitas hidup umat, dengan jalam membuka peluang
berusaha yang lebih besar terutama kepada kagiatan usaha yang produktif,
d
menuju terciptanya kemandirian berusaha.
Untuk menjaga stabilitas ekonomi moneter. Dengan aktifitas bank Islam
yang diharapkan mampu menghidarkan inflaasi akibat penerapan sistem
bunga, menghindarkan persaingan yang tidak sehat antra lembaga
keuangan, khususnya bank dan menanggulangi kemandirian lembaga
keuangan, khususnya bank dari pengaruh gejolak moneter baik dari dalam
e
maupun luar negeri.
Untuk membantu menanggulangani masalah kemiskinan yang pada
f
umumnya program utama dari negara-negara yang sedang berkembang.
Untuk menyelamatkan ketergantungan umat Islam terhadap bank non
syariah yang menyebabkan umat Islam berada dalam kekuasaan bank,
sehingga umat Islam tidak bisa melaksanakan ajaran agamanya secara
penuh, terutama di bidang kegiatan bisnis dan perekonomiannya.
4
Perbedaan Bank Syariah dengan Bank Konvensional
Bank syariah dan bank konvensional dalam beberapa hal memiliki
kesamaan terutama dalam sisi teknis penerimaan uang, mekanisme transfer,
teknologi komputer yang digunakan, persyaratan umum pembiayaan, dan syaratsyarat umum untuk mendapatkan pembiayaan seperti KTP, NPWP, proposal,
laporan keuangan, dan sebagainya. Dalam persamaan hal ini, semua hal yang
terjadi pada bank syariah itu sama persis dengan yang terjadi pada bank
konvensional, nyaris tidak ada perbedaan.
Akan tetapi perbedaan pokok antara sistem bank konvensional dengan bank
syariah secara ringkas dapat dilihat dari empat aspek, yaitu :
1
Falsafah yaitu pada bank syariah tidak berdasarkan atas bunga,
spekullasi, dan ketidakjelasan, sedangkan pada bank konvensional
berdasarkan atas bunga.
12
2
Operasional yaitu pada bank syariah dana masyarakat berupa titipan
dan investasi baru akan mendapatkan hasil jika diusahakan terlebih
dahulu, sedangkan pada bank konvensional dana masyarakat berupa
3
simpanan yang harus dibayarkan bunganya pada saat jatuh tempo.
Sosial yaitu pada bank syariah aspek sosial dinyatakan secara eksplisit
dan tegas yang tertuang dalam visi dan misi perusahaan, sedangkan
4
pada bank konvensional tidak tersrat secara tegas.
Organisasi yaitu bank syariah harus memiliki Dewan Pengawasan
Syariah, sedangkan bank konvensional tidak memerlukannya.
Selain itu perbedaan lainnya dapat dilihat dari empat aspek lainnya, yaitu :
1
Aspek dan Aspek Legalitas
Akad yang dilakukan didalam bank syariah memiliki konvensional
duniawi dan ukhrawi karena akad yang dilakukan berdasarkan hukum
Islam. Nasabah sering kali berani melanggar kesepakatan perjanjian
yang telah dilakukan bila hukum itu hanya berdasarkan hukum positif
saja, tetapi
tidak demikian jika perjanjian tersebut memiliki
pertanggungjawaban hingga yaumil qiyamah nanti, setiap akad dalam
perbankan syariah, baik dalam hal barang, pelaku transaksi, maupun
ketentuan lainnya harus memenuhi ketentuan akad.
2
Lembaga Penyelesaian Sengketa
Penyelesaian perbedaan atau perselisihan antara bank dan nasabah
pada perbankan syariah berbeda dengan perbankan konvensional,
kedua belah pihak pada perbankan syariah tidak menyelesaikannya di
peradilan negeri, tetapi menyelesaikannya sesuai dengan tata cara dan
hukum materi syariah. Lembaga yang mengatur hukum materi
berdasarkan prinsip syariah di Indonesia dikenal dengan nama Badan
Arbitrase Muamalah Indonesia atau BAMUI yang didirikan secara
bersama oleh Kejaksaan Agung Republik Indonesia dan Majelis Ulama
3
Indonesia.
Stuktur Organisasi
Bank syariah dapat memilki stuktur organisasi yang sama dengan bank
konvensional, misalnya dalam hal komisaris dan direksi. Tapi unsur
yang sangat membedakan adalah keharusan adanya Dewan Pengawas
13
Syariah yang bertugas mengawasi operasional bank dan produk4
produknya agar sesuai dengan prinsip syariah.
Bisnis dan Usaha yang Dibayai
Dalam perbankan syariah suatu pembiayaan tidak akan disetujui
sebelum dipastikan tidak mengandung hal-hal yang diharamkan.
Terdapat sejumlah batasan dalam hal pembiayaan. Tidak semua proyek
atau objek pembiayaan dapat didanai melalui bank syariah, namun
5
harus sesuai dengan kaidah-kaidah syariah.
Lingkungan dan Budaya Kerja
Bank syariah sudah selayaknya memiliki lingkungan kerja yang
sejalan dengan ajaran Islam. Dalam hal etika, misalnya sifat amanah
dan shiddiq harus melandasi setiap karyawan sehingga tercermin suatu
sikap muslim yang baik. Selain itu secara berpakaian, tingkah laku dari
karyawannya sendiri merupakan cermin bahwa mereka bekerja dalam
lembaga keuangan yang membawa nama besar Islam.
(Dr.Amir Muhammad, H.Rukmana,2009 :1)
Kegiatan Operasional Bank Syariah
5
Seperti halnya pada bank umumnya, bank syariah menawarkan produk
bagi para nasabahnya, antara lain :
1
Penyaluran Dana (financing)
Dalam menyalurkan dana pada nasabah, secara garis besar produk
pembiayaan syariah terbagi kedalam 4 kategori yang dibedakan
berdasarkan tujuan penggunaanya, yaitu :
a
Prinsip Jual Beli (Ba’i)
Permasalahan jual beli murabahah KPP ini sebenarnya bukanlah
perkara kontemporer dan baru (Nawaazii) namun telah dijelaskan pada
ulama terdahulu. Berikut ini sebagian pernytaan mereka :
Imam As-Syafi’i menyatakan :
“apabila seorang menunjukkan kepada orang lain satu barnag secara
berkata Belilah itu dan saya akan berikan keuntungan padamu sekian.
Lalu ia membelinya maka jaul belinya boleh dan menyatakan, saya
akan memberikan keuntungan kepadamu memiliki hak pilih (khiyaar),
apabila ia ingin maka ia akan melakukan jual-beli dan bila tidak maka
ia akan tinggalkan. Demikian juga tidak ia berkata : ‘belilah untukku
barang tersebut’. Lalu ia mensifatkan jenis barangnya atau ‘barang’
14
jenis apa saja yang kamu sukai dan saya akan mememberikan
kuntungan memberikan keuntungan kepadamu’, semua ini sama”.
Diperbolehkan pada yang pertama dalam semua yang diberikan ada
hak pilih (khiyaar). Sama juga dalam hal ini yang disifatkan apabila menyatakan :
Belilah dan aku akan membelinya darimu dengan kontan atau tempo. Jual beli
pertama diperbolehkan dan harus ada hak memilih pada jual beli yang kedua.
Apabila keudanya memperbaharui (akadnya) maka boleh dan bila berjual beli
dengan itu dengan ketentuan adanya keduanya mengikat diri (dalam jual beli
tersebut) maka ia termasuk dalam dua hal :
a
b
Berjual beli sebelum penjual memilikinya
Berada dalam spekulasi (Mukhathorah)
Imam ad-Dardier dalam kitab Asy-Syarhu Ash-Shaghir (3 : 129)
menyatakan :
“ Al-Inah adalah jual beli orang yang diminta darinya satu barang
untuk dibeli dan (barang tersebut) tidak ada paddanya untuk (dijual)
kepada orang yang memintanya setelah ia membelinya adalah boleh
kecuali yang minta menyatakan : Belilah dengan sepuluh secara
kontan dan saya akan ambil dari kamu dengan dua belas secara
tempo. Maka ia dilarang padanya karena tuduhan (hutang yang
menghasilkan manfaat), karena seakan-akan ia meminjam darinya
senilai barang tersebut untuk mengambil darinya setelah jtuh tempo
dua belas “.
Jelaslah dari sebagian pernyataan ulama fikih terdahulu ini bahwa mereka
menyatakan bahwa pemesan tidak boleh diikat untuk memenuhi kewajiban
membeli barang yang telah dipesan. Demikian juga The Islamic Fiqih Academy
(Majma’ al-Fiqih al-Islami) menegaskan bahwa jual beli murabahah dengan
syarat Al-Khiyaar untuk kedua transaktor seluruhnya atau salah satunya. Apa bila
tidak ada hak Al-Khiyaar di sana maka tidak boleh, karena al-Munwaa’adah yang
mengikat (al-Mulzamah) dalam jual beli al-Murabahah menyerupai jual beli itu
sendiri, dimana disyaratkan pada waktu itu penjual telah memiliki barang tersebut
hingga tidak ada pelanggaran terhadap larangan nabi shallallahu ‘alaihi wa
sallam tentang seorang menjual yang tidak dimilkinya.
Menurut Zainul (2003 :21) pengertian jual beli meliputi
15
“Akad pertukaran (exchange contract) antra suatu barang dan jasa
dalam jumlah tertentu dengan barang dan jasa lainnya. Penyerahan
jumlah atau harga barang dan jasa tersebut dapat dilakukan dengan
cara segera (cash and carry) ataupun secara tangguh (deffered) “.
Prinsip jual-beli dilaksanakan sehubungan dengan adanya perpindahan
kepemilikan barang atau benda (transfer of property). Tingkat keuntungan bank
ditentukan di depan dan menjadi bagian harga atas barang yang dijual. Transaksi
jual-beli dapat dibedakan berdasarkan bentuk pembayaran dan waktu penyerahan
barangnya, yakni sebagai berikut :
1
Pembiayaan Murabahah
Murabahah berasal dari kata ribhu (keuntungan), adalah transaksi jualbeli dimana bank menyebutkan jumlah keuntungannya. Bank bertindak
sebagai penjual, sementara nasabah sebagai pembeli. Harga jual adalah
harga beli bank dari pemasok ditambah keuntungan (margin)
2
Pembiayaan Salam
Salam adalah transaksi jual-beli dimana barang yang diperjual belikan
belum ada. Oleh karena itu barang diserahkan secara tangguh
sedangkan pembayaran dilakukan tunai. Bank bertindak sebagai
pembeli, sementara nasabah sebagai penjual, sekilas transaksi ini mirpi
dengan jual beli ijon, namun dalam transaksi ini kuantitas, kualitas,
harga, dan waktu penyerahan barang harus ditemukan secara pasti.
3
Pembiayaan Istishna
Produk Istishna hampir serupa dengan salam,dalam salam Istishna
pembayrannya dapat dilakukan oleh bank dalam beberapa kali (termin)
pembayaran. Skip Istishna dalam bank syariah umumnya diaplikasikan
pada pembiayaan manufaktur dan konstruksi. Ketentuan umum
pembiayaan Istishna adalah sebagai berikut : spesifikasi barang
pesanan harus jelas seperti jenis, macam ukuran, mutu dan jumlah.
b
Prinsip Sewa (ijarah)
Transaksi ijarah dilandasi adanya perpindahaan manfaat. Jadi pada dasarnya
prinsip ijarah sama saja dengan prinsip jual beli objek transaksinya adalah
barang, maka pada ijarah objek transaksinya jasa. Pada akhir masa sewa bank
16
dapat saja menjual barang yang disewakan kepada nasabah. Karena itu dalam
perbankan syariah dikenal dengan ijarah muntahiyah bittamlik (sewa yang
diikuti dengan berpindahnya kepemilikan). Harga sewa dan harga jual
disepakati pada awal perjanjian.
c Prinsip Bagi Hasil (Syirkah)
Produk pembiayaan yang didasarkan atas prinsip bagi hasil adalah
sebagai berikut :
1
Pembiayaan Musyarakah
Transaksi yang dilindasi adanya keinginan para pihak yang bekerjasama
untuk meningkatkan nilai aset yang mereka miliki secara bersama-sama
2
Pembiayaan Mudharabah
Mudharabah adalah bentuk kerjasama antara dua atau lebih pihak dimana
pemilik modal (shahib al-maal) mempercayakan sejumlah modal kepada
pengelola (mudharib) dengan suatu perjanjian pembagian keuntungan.
Bentuk ini menegaskan kerjasama dalam paduan kontribusi 100% modal
kas dari shabib al-maal dan keahlian dari mudharib.
2
Produk Penghimpun Dana
Penghimpun dana di Bank Syariah dapat berbentuk giro, tabungan dan
deposito.
Prinsip
operasional
syariah
yang
diterapkan
dalam
penghimpunan dana masyarakat adalah prinsip wadi’ah dan mudharabah.
a
Prinsip Wadi’ah
Prinsip ini yang diterapkan adalah wadi’ah yad dhamanah yang
diterapkan pada produk rekening giro dan tabungan. Dalam wadi’ah
amanah, pada prinsipnya harta titipan tidak boleh dimanfaatkan oleh
yang dititipkan, sedangkan dalam hal wadi’ah dhamanah. Pihak yang
dititipkan (bank) bertanggung jawab atas keutuhan harta titipan
sehingga ia boleh memanfaatkan harta titipan sehingga ia boleh
memanfaatkan harta titipan tersebut.
b
Prinsip Mudharabah
17
Dalam mengaplikasikan prinsip mudharabah, penyimpan atau deposan
bertindak sebagai shahibul maal (pemilik modal) dan bank sebagai
mudharib (pengelola).
3 Jasa Perbankan
Selain menjalankan fungsinya sebagai intermediarles (penghubung) antara
pihak yang membutuhkan dana (deficit unit) dengan pihak yang
berkelebihan dana (surplus unit), bank syariah dapat pula melakukan
berbagai pelayanan jasa perbankan kepada nasabah dengan mendapatkan
imbalan berupa sewa atau keuntungan. Jasa perbankan tersebut antara lain
berupa :
a
b
c
d
e
Sharf (jual beli valuta asing)
Ijarah (sewa)
Kiriman uang
Inkaso
Bank penerima setoran biaya penyelenggaraan Ibadah Haji
f
(BPS BPIH)
Dana talangan BPIH
2 Beban Operasional
1 Pengertian Beban
Beban Menurut FSAB
“Expense are outflows or other using up of assets or incurrences of
liabilities (or a combination of both) from delivering or producing
goods, rendering, services, or carrying out other activities that constitute
the entity’s on going major or central operation “.
Beban Menurut SAK (1994)
“Beban adalah penurunan manfaat ekonomi selama suatu periode
akuntansi dalam bentuk arus keluar atau berkurangnya aktiva atau
terjadinya kewajiban yang mengakibatkan penurunan ekuitas yang
tidak menyangkut pembagian kepada penanaman modal “.
18
Pengertian mengenai apa yang dimaksud dengan beban (expense) telah
dicoba dijelaskan dalam beberapa literatur, diantaranya adalah :
Hendriksen dan Van Breda (1999 : 363) menyatakan bahwa :
“ Expense are the using or consuming of goods and services in the
process of obtaining revenues. Expenses are the expiration of factor
services related either direcly or inderectly to the producting and selling
of the product of the enterprise “.
2 Klasifikasi Beban
Penting bagi perusahaan untuk mengklasifikasikan biaya, terutama untuk
perusahaan jasa yang memiliki output tidak berwujud. Penelusuran biaya sangat
penting untuk pengambilan keputusan dalam semua usaha jasa, seperti untuk
menetapkan harga suatu jasa, tawar menawar pekerjaan, dan menerima atau
menolak suatu pekerjaan tertentu.
Umumnya perusahaan jasa tidak memiliki bahan produksi, maka sebagian
pengurang pendapatannya adalah beban operasional yang dapat dinamakan juga
sebagai biaya periode. Biaya ini harus dibebankan kepada pendapatan yang
direalisasikan dalam periode yang bersangkutan. Menurut Mulyadi, biaya dapat
diklasifikasikan menurut :
1
Objek Pengeluaran
Dalam cara penggolongan ini, nama objek pengeluaran merupakan dasar
penggolongan
biaya.
Misalnya
nama
objek
pengeluaran
adalah
transportasi, maka semua pengeluaran yang berhubungan dengan
2
transportasi adalah biaya transportasi.
Fungsi Pokok dalam Perusahaan
Dalam perusahaan manufaktur, biaya dapat dikelompokkan menjadi tiga
bagian, yaitu:
a Biaya produksi, merupakan biaya-biaya yang terjadi untuk
b
mengolah bahan baku menjadi produk jadi yang siap untuk dijual.
Biaya Pemasaran, merupakan biaya-biaya yang terjadi untuk
melaksanakan kegiatan produksi di pemasaran produk.
19
c
3
Biaya Administrasi dan Umum, merupakan biaya-biaya untuk
mengordinasikan kegiatan produksi dan pemasaran produk
Hubungan Biaya dengan Sesuatu yang Dibiayai
Dalam hubungannya dengan sesuatu yang dibiayai, biaya dapat
dikelompokkan menjadi dua golongan :
a Biaya Langsung (direct cost)
Biaya langsung adalah biaya yang terjadi yang penyebab satu-satunya
adalah karena adanya sesuatu yang dibiayai. Biaya produksi langsung
terdiri dari biaya bahan baku dan biaya tenaga kerja langsung. Biaya
langsung departemen (direct departemen cost) adalah semua biaya
yang terjadi didalam departemen tertentu. Contohnya adalah biaya
tenaga kerja yang bekerja dalam departemen pemeliharaan dan biaya
pemeliharaan dan biaya depresiasi mesin yang dipakai dalam
b
departemen tersebut.
Biaya Tidak Langsung (indirect cost)
Biaya tidak langsung adalah biaya yang terjadi tidak hanya disebabkan
oleh sesuatu yang dibiayai. Biaya tidak langsung dalam hubungannya
dengan produk disebut dengan istilah biaya produksi tidak langsung
atau biaya overhead pabrik (factory overhead cost). Contohnya biaya
yang terjadi di pembangkit tenaga listrik biasanya biaya ini dinikmati
oleh departemen lain dalam perusahaan, baik untuk penerangan
maupun untuk menggerakkan mesin dan equipemen yang pemakai
listrik.
3 Beban Operasional
Beban operasional itu sendiri adalah beban yang berkaitan langsung
dengan kegiatan operasi perusahaan. Pengertian dari beban operasional itu sendiri
adalah semua beban yang menunjang penyelenggaraan pelayanan jasa atau semua
beban yang dapat didefinisikan mempunyai hubungan langsung dengan
penyelenggaraan pelayanan jasa.
Menurut Keiso dan Weygandt mendefinisikan beban operasional sebagai
berikut :
20
“Operating expenses are expenses incurred in the process earning sales
revenue. Examples of operating expenses of salaries expenses
advertising expenses, and insurance expenses. The operating expenses
of a merchamdising company include many of expenses found in service
enterprise “.
Henri Simamora (2005 :25) mendefinisikan beban operasional sebagai
“beban operasi (operating system) adalah beban-beban berkala dan lazim
yang dikeluarkan perusahaan dalam upayanya memperoleh pendapatan “.
Berdasarkan kutipan Henri Simamora, dapat dinyatakan bahwa beban
operasional merupakan beban-beban yang terjadi dalam kaitannya dengan proses
penciptakan pendapatan dari penjualan barang atau jasa. Beban operasional
tersebut bila dihubungkan dengan penciptaan barang dan jasa dibedakan menjadi
beban operasional langsung dan beban operasional tidak langsung.
4 Tujuan Beban Operasional
Tujuan akuntansi biaya dalam Burhan dan Teddy (1991 : 40) sebagai
berikut :
1
2
Menurut Schmalenbach yaitu :
a Pengawasan jalannya perusahaan
b Observasi perubahan stuktur
c Kalkulasi harga
d Pengendalian perusahaan
e Tujuan lain-lain
Menurut Marcell and Hans yaitu :
a Gambaran proses perusahaan dalam angka-angka biaya dan output
b Perencanaan dan pengendalian proses perusahaan atau dasar
c
infomasi-informasi mengenai biaya dan output
Pengawasan proses perusahaan biaya dan output
21
Beban operasional adalah semua biaya yang berhubungan langsung
dengan kegiatan usaha bank. Kegiatan bank yang terperinci adalah sebagai
berikut:
1
Beban bunga atau hak pihak ketiga atau bagi hasil
Beban bunga adalah biaya yang dikeluarkan oleh bank untuk diberikan
kepada nasabah penabung dan nasabah deposan yang besarnya ditentukan
oleh bank dan diberikan kepada nasabah dalam satuan waktu tertentu,
biaya ini adalah biaya paling besar bank secara keseluruhan.
2
3
4
Beban penghapusan biaya produktif
Beban estimasi kerugian komitmen dan kontijensi
Beban operasional lainnya, antara lain :
a Beban Administrasi dan Umum
b Beban Personalia
c Beban Penurunan Nilai Surat Berharga
d Beban Transaksi Valas
e Beban Lainnya
5 Pengakuan Beban Operasional
Beban diakui bersamaan dengan penggunaan barang dan jasa, dapat juga
setelah penggunaan barang dan jasa, dan dalam hal-hal tertentu yang jarang sekali
terjadi sebelum penggunaan barang dan jasa.
3 Margin
1 Tingkat Margin
Menurut Karim (2004), bank syariah menerapkan margin keuntungan
terhadap produk-produk yang berbasis natural certainty contracts, yakni akad
bisnis yang memberikan kepastian pembayaran, baik dari segi jumlah maupun
waktu, seperti pembiayaan murabahah, ijarah, salam dan istishna. Yang
dimaksud dengan referensi margin keuntungan adalah amrgin keuntungan
pembiayaan berdasarkan rekomendasi, usul, dan saran dari tim ACLO bank
syariah, dengan mempertimbangkan beberapa hal diantranya :
a
Direct Competitor’s Market Rate (DCMR)
Yang dimaksud dengan DCMR adalah tingkat margin keuntungan rata-rata
perbankan syariah atau tingkat margin keuntungan rata-rata beberapa bank
22
syariah yang ditetapkan dalam rapat (Assets and Loss Commitee) ALCO
sebagai suatu kelompok competitor langsung atau tingkat margin
keuntungan bank syariah tertentu tang ditetapkan dalam rapat ALCO
b
sebagai copmetitor langsung terdekat.
Indirect competitor’s market rate (ICMR)
Yang dimaksud dengan ICMR adalah tingkat suku bunga rata-rata
perbankan konvensional atau tingkat rata-rata suku bunga beberapa bank
konvensional yang dalam (assets and loss commitee) ALCO ditetapkan
c
sebagai kelompok competitor tidak langsung terdekat.
Acquiring Cost (AC)
Yang dimaksud dengan AC adalah biaya yang dikeluarkan oleh bank yang
langsung terkait dengan upaya untuk memperoleh dana pihak ketiga.
d
Overhead Cost (OC)
Yang dimaksud dengan OC adalah biaya yang dikeluarkan oleh bank yang
langsung terkait dengan upaya untuk memperoleh dana pihak ketiga.
Penjualan dengan tingkat margin adalah perjanjian jual beli suatu barang
antara pemilik barang dengan pembeli (nasabah). Dalam proses penentuan harga
barang pemilik barang (bank) menetapkan jumlah keuntungannya. Dalam
menetapkan keuntungan, bank sendiri harus mempunyai kesepakatan yang jelas
dengan calon nasabah. Biasanya dalam menentukan jenis barang modal yang
dibutuhkan nasabah terlebih dahulu mengenali dan menentukan jenis barang
modal yang dikehendaki serta sifat-sifat barang atau produk tersebut. Kemudian
bank yang membeli barang tersebut. Bank kemudian menjual barang tersebut
yang meliputi harga asalnya ditambah dengan keuntungan menurut persetujuan
antara kedua belah pihak. Perjanjian ini sah jika kedua belah pihak mengetahui
harga asal barang tersebut dan jumlah keuntungan pemilik modal.
2 Unsur-Unsur Margin Murabahah
Bank syariah dalam menetapkan margin atau keuntungan terhadap barang
yang diperjual belikan secara umum memiliki beberapa unsur yaitu :
23
a
Ekspektasi bagi hasil yaitu rata-rata bagi hasil yang diberikan oleh bank
syariah kepada pemilik dana ditambah dengan kenaikan yang akan
b
diharapkan.
Overhead Cout yaitu rata-rata beban overhead riil, yang meliputi antara
c
lain beban promosi, beban administrasi, beban personalia.
Keuntungan yaitu keuntungan normal dan layak yang diharapkan oleh
bank syariah, keuntungan ini bukan spread seperti yang dilakukan oleh
d
bank konvensional.
Premi resiko yaitu risk kost yang digunakan untuk menutup kegagalan
nasabah yang tidak membayar.
Dalam praktiknya yang dijalankan oleh bank syariah saat ini dalam hal
penentuan keuntungan murabahah pada umumnya didasarkan pada perhitungan
base lending rate yang digunakan oleh bank konvensional walaupun telah
diperoleh perhitungan terhadap angka yang akan digunakan sebagai dasar
menentukan
besarnya
keuntungan,
namun
dalam
penerapannya
tetap
memperhatikan bunga pasar.
4 Pembiayaan Murabahah
1 Pengertian Murabahah
Al-Qur’an,
bagaimanapun
juga,
tidak
pernah
secara
langsung
membicarakan tentang murabahah, meski di sana ada sejumlah acuan tentang jual
beli, laba, rugi, dan perdagangan. Demikian pula dalam hadis, tampaknya tidak
ada hadis yang memiliki rujukan langsung kepada murabahah, murabahah
merupakan salah satu bentuk jual-beli yang bersifat amanah.
Ada beberapa konsep jual-beli yang diperbolehkan dalam Islam,
diantaranya adalah murabahah. Murabahah adalah jual-beli barang pada harga
asal dengan tambahan keuntungan atau margin yang disepakti. Karakteristiknya
adalah penjual harus memberitahukan harga pokok yang ia beli dan menentukan
suatu tingkat keuntungan sebagai tambahannya.
Tujuan nasabah melakukan jual-beli dengan bank adalah karena suatu
alasan bahwa nasabah tidak memiliki uang tunai (modal) untuk bertransaksi
langsung dengan supplier.
24
Ikatan Akuntansi Indonesia (2002 : 59) mendefiniskan murabahah sebagai
berikut :
“Murabahah
adalah
akad
jual
beli
barang
dagang
dengan
menyatakan dengan perolehan dan keuntungan (margin) yang
disepakati oleh penjual dan pembeli“.
Definisi murabahah menurut Muhammad Syafi’i Antonio dalam bukunya
“Bank Syariah dari Teori ke Praktik”(2001 : 101) mendefinisikan sebagai berikut:
“Murabahah adalah jual beli barng pada harga asal dengan
tambahan keuntungan yang disepakti”.
Murabahah menurut Tim Pengembangan Perbankan Syariah Institusi
Bankir Indonesia (2002 : 76) adalah sebagai berikut :
“Murabahah adalah akad jual beli suatu barang dimana penjual dan
pembeli menyebutkan harga jual yang terdiri dari harga pokok
barang dan tingkat keuntungan tertentu atas barang, dimana harga
barang tersebut disetujui oleh pembeli”.
Murabahah sebagaimana didefinisikan oleh ulama fiqih adalah jual beli
barang pada harga asal dengan tambahan keuntungan yang disepakati. Dalam
bai’al-murabahah, penjual menyebutkan dengan jelas harga pembelian barang
kepada pembeli kemudian ia mensyaratkan atas keuntungan (laba) dalam jumlah
tertentu. Misalnya, ada tiga pihak yaitu A, B, dan C dalam suatu kontrak
murabahah. A meminta B untuk membeli beberapa barang untuk A. B tidak
memiliki barang-barang dimaksud tetapi ia berjanji untuk membelikannya dari
pihak ketiga yaitu C. B adalah perantara dan kontrak murabahah adalah antara A
dan B.
Murabahah sendiri selalu melalui akad. Akad disini merupakan salah satu
bentuk natural certainty contracts, karena dalam murabahah ditentukan beberapa
required rate of profitnya atau keuntungan yang ingin diperoleh. Misalnya,
seseorang memiliki barang kemudian menjualnya kembali dengan keuntungan
25
tertentu. Berapa besar keuntungan tersebut dapat dinyatakan dalam nominal
rupiah tertentu atau dalam bentuk persentase dari harga pembeliannya misalnya
10% atau 20%.
Murabahah yang dilakukan untuk pembelian secara pemesanan disebut
murabahah kepada pemesan pembeli, (KPP) yang dapat dibayarkan secara
angsuran. Murabahah KPP umumnya dapat ditetapkan pada produk pembiayaan
pembelian barang investasi baik domistic maupun luar negeri. Skim murabahah
dibedakan menjadi dua yaitu, murabahah financing dan bai’bitsman ajil
financing. Bai’bitsman ajil financing dalam fiqihnya adalah penjualan dengan
jatuh tempo atau pembayaran dapat saja dilakukan sekaligus pada waktu yang
disepakati, dapat juga dicicil beberapa kali sesuai dengan kesepakatan antara
kedua belah pihak. Adapun murabahah, secara fiqih pembayarannya dapat
dilakukan lewat naqdan (tunai) atau bitsman ajil (tangguh tempo).
Secara aplikasi perbankan dari murabahah dapat digambarkan dalam
skema sebagai berikut :
1.NEGOSIASI
2. AKAD JUAL BELI
BANK
NASABAH
5. BAYAR
3. BELI BARANG
4. KIRIM
SUPLIER/PENJUAL
Gambar 2.1
Skema Murabahah
26
Berdasarkan gambar diatas proses transaksi jual beli murabahah dilakukan
bank syariah dengan nasabah dengan tahapan-tahapan sebagai berikut :
1
Nasabah melakukan negosiasi atau tawar menawar keuntungan dan
menentukan syarat pembayaran dan barang sudah ada ditangan bank
syariah. Dalam negosiasi ini bank syariah sebagai penjual harus
memberitahukan dengan jujur perolehan barang yang diperjual belikan
2
beserta keadaan barangnya.
Selanjutnya apabila kedua belah pihak telah sepakat maka dilakukan akad
3
untuk transaksi jual beli murabahah.
Tahap selanjutnya adalah bank menyerahkan barang yang diperjual
4
belikan.
Setelah penyerahan barang, pembeli atau nasabah melakukan pembayaran
harga jual, umumnya dilakukan secara cicilan.
2 Dasar Pengakuan Murabahah
Menurut PAPSI, 2003 ; 34 dasar pengakuan murabahah dapat dilihat dari :
a
b
Pengakuan uang muka
1 Uang muka pembelian diakui sebesar jumlah yang diterima
2 Jika transaksi murabahah dilaksanakan, maka uang muka diakui
sebagai bagian dari pelunasan piutang.
Pengakuan piutang yaitu pada saat akad transaksi murabahah, piutang
murabahah diakui sebesar nilai perolehan tambahan keuntungan yang
c
disepakati.
Pengakuan murabahah diakui pada :
1 Pada periode terjadinya, apabila akadd berakhir pada periode
2
d
laporan keuangan yang sama
Selama periode akad secara proporsional, apabila akad melampaui
satu periode laporan keuangan
Pengakuan potongan pelunasan dini diakui dengan menggunakan salah
satu periode :
1 Pada saat penyelesaian, bank mengurangi piutang murabahah
2 Hak dan keuntungannya
3 Setelah penyelesaian, bank terlebih dahulu menerima pelunasan
piutang murabahah dari nasabah, kemudian bank membayar potongan
27
pelunasan dini kepada nasabah dengan mengurangi keuntungan
e
murabahah
Pengakuan denda yaitu diakui sebagai dana kebijakan pada saat diterima
3 Manfaat dan Risiko Murabahah
Menurut Muhammad Syafi’i Antonio (2001 : 106) ada manfaar dan risiko
yang didapatkan pada murabahah :
1
Manfaat murabahah
Murabahah memberi banyak manfaat kepada bank syariah. Salah satunya
adalah adanya keuntungan yang muncul dari selisih harga beli dengan
2
harga jual kepada nasabah
Risiko murabahah
Diantara kemungkinan risiko yang harus diantisipasi antara lain :
a Default atau kelalaian yang biasanya nasabah tidak membayar
b
angsuran
Fluktuasi harga komperatif, hal ini terjadi biasanya bila harga suatu
barang di pasar naik setelah bank membelikannya untuk nasabah.
c
Bank tidak bisa mengubah harga jual beli tersebut.
Penolkan nasabah biasanya barang yang dikirim bisa saja ditolak
oleh nasabah karena berbagai sebab, bisa terjadi karena rusak
dalam perjalanan atau karena nasabah merasa spesifikasi tersebut
akan menjadi milik bank. Dengan demikian bank memiliki risiko
d
untuk menjualnya kepada pihak lain.
Dijual karena murabahah bersifat jual beli dengan hutang, maka
ketika kontrak ditanda tangani, barang ini menjadi milik nasabah.
Nasabah bebas melakukan apapun terhadap asset miliknya
tersebut, termasuk untuk menjualnya. Jika demikian maka resiko
untuk default akan besar
4 Syarat dan Rukun Murabahah
28
Menurut Muhammad Syafi’i Antonio (2001 : 102) syarat umum
murabahah adalah sebagai berikut :
1
2
3
4
Penjual memberikan biaya modal kepada nasabah
Kontrak pertama harus sah sesuai dengan rukun yang ditetapkan
Kontrak harus bebas dari ribhu
Penjual harrus menjelaskan kepada pembeli bila terjadi cacat atas
5
barang sesudah pembelian
Penjual harus menyampaikan semua hal yang berkaitan dengan
pembelian, misalnya jika pembelian, misalnya hanya dilakukan dengan
hutang
Secara prinsip jika syarat dalam (1), (4), atau (5) tidak dipenuhi, maka
pembeli memiliki pilihan :
1
2
3
a
b
c
d
e
Penjual memberitahu biaya modal kepada nasabah
Kembali kepada penjual dan menyatakan ketidaksetujuan atas barang
yang dijual
Membatalkan kontrak
Rukun dalam murabahah :
Ba’i
= penjual (pihak yang memiliki barang)
Musytari = pembeli (pihak yang akan memberi barang)
Mabi’
= barang yang akan diperjual belikan
Tsuman = harga
Ijab Qabul = pernyataan timbag terima
5 Ketentuan Pembiayaan Murabahah
Dewan Syariah Nasional menetapkan aturan tentang murabahah
sebagaimana tercantum dalam Fatwa Dewan Syariah Nasional nomor 04/DSNMUI/IV/2000 tertanggal 1 April 2000 (Himpunan Fatwa, Edisi Kedua, hal 25-29)
sebagai berikut :
a
Ketentuan umum murabahah dalam bank syariah sebagai berikut :
1 Bank dan nasabah harus melakukan akad murabahah yang bebas
2
ribhu
Barang yang diperjual belikan tidak diharamkan oleh bank syariah
3
Islam
Bank membiayai sebagian dan seluruh harga pembelian barang
yang telah ditetapkan kualifikasinya
29
b
4
Bank membeli barang yang diperlukan nasabah atas nama bank
5
sendiri dan pembelian ini harus bebas ribhu
Bank harus menyampaikan semua hal yang berkaitan dengan
6
pembelian, misalnya pembelian dilakukan secara terhutang
Bank kemudian menjual barang tersebut kepada nasabah dengan
menjual harga beli ditambah dengan keuntungan
Ketentuan murabahah kepada nasabah
1 Nasabah mengajukan permohonan dan perjanjian pembelian suatu
2
barng atau asset kepada bank
Jika bank menerima permohonan tersebut, bank harrus terlebih dahulu
3
membeli asset yang dipesan secara sah dengan perdagangan
Bank kemudian menawarkan asset tersebut kepada nasabah dan
nasabah harus menerima dan membelinya sesuai dengan perjanjian
yang telah disepakati, karena secara hukum perjanjian tersebut
mengikat kemudian kedua belah pihak kemudian membuat kontrak
4
c
jual beli
Dalam jual beli ini bank boleh meminta kepada nasabah uang muka
pada saat menandatangani kesepakatan awal pemesan
Hutang dalam murabahah
Dalam transaksi murabahah, yang terhutang oleh nasabah adalah sebesar
harga jual barang yang disepakati, yaitu harga perolehan ditambah keuntungan
yang disepakati, ketentuan hutang mrabahah itu sendiri adalah sebagai berikut :
1
Secara prinsip penyelesaian hutang nasabah dalam transaksi murabahah
tidak ada kaitan dalam transaksi lain yang dilakukan nasabah dengan pihak
ketiga atas barang tersebut, maka masalah berkewajiban untuk
2
menyelesaikan hutangnya kepada bank
Jika nasabah menjual barang tersebut sebelum masa angsuran berakhir,
3
nasabah wajib segera melunasi sebelumnya
Jika penjualan tersebut mengakibtkan kerugian, nasabah tetap harus
menyelesaikan utangnya sesuai dengan kesepakatan awal
6 Metode Perhitungan dalam Murabahah
Ada dua dasar yang digunakan dalam metode perhitungan bagi hasil :
a
Profit and loss sharing
30
Profit distribution jenis ini adalah
besarnya pendapatan yang akam
dibagikan dikurangi biaya-biaya yang terkait dalam pengelolaan dan
b
terlebih dahulu
Revenue Sharing
Profit distribution jenis ini tidak ada pengurangan biaya, artinya seluruh
pendapatan yang diperoleh atas pengelolaan dana dibagikan kepada
pemilik dana
7 Penentuan Harga Jual Murabahah yang Efisien
Bank syariah pada umumnya menggunakan murabahah sebagai model
pembiayaan yang utama. Praktik pada bank syariah di Indonesia, portofolio
pembiayaan murabahah mencapai 70%-80%. Kondisi demikian ini tidak hanya di
Indonesia, namun juga terjadi pada bank-bank syariah lainnya, seperti di Malaysia
dan Pakistan. Syafi’i Antonio (2001 : 105)
Sejumlah alasan diajukan untuk menjelaskan popularitas murabahah
dalam operasi investasi perbankan syariah :
1
Murabahah addalah sesuatu mekanisme investasi jangka pendek, dan
dibandingkan dengan sistem bagi hasil ( musyawarah dan mudharabah),
2
cukup memudahkan
Mark-Up dalam murabahah dapat ditetapkan sedemikian rupa sehingga
memastikan bank dapat memperoleh keuntungan yang sebanding dengan
keuntungan bank-bank yang berabsis bunga yang menjadi saingan bank-
3
bank syariah
Murabahah menjauhkan ketidakpastian yang ada pada pendapatan dari
4
bisnis-bisnis dengan sistem bagi hasil
Murabahah tidak memungkinkan bank-bank syariah untuk mencampuri
manajemen bisnis, karena bank bukanlah mitra nasabah, sebab hubungan
2
mereka dalam murabahah adalah hubungan antara keditur dan debitur.
Kerangka Pemikiran
Murabahah berasal dari kata ribhu (keuntungan), adalah transaksi jual-beli
dimana bank menyebutkan jumlah keuntungannya. Bank bertindak sebagai
penjual, sementara nasabah sebagai pembeli. Harga jual adalah harga beli bank
dari pemasok ditambah keuntungan (margin).
31
Bank syariah dikembangkan berdasarkan prinsip yang tidak boleh
membedakan antara hal temporal (ke dunia) dan keagamaan. Dalam melakukan
kegiatan operasional yang berkaitan dengan penyaluran dana khususnya
pembiayaan murabahah harus berdasarkan prinsip syariah, pembiayaan
murabahah itu sendiri merupakan transaksi jual beli barang ditambah keuntungan
yang disepakati oleh kedua belah pihak. Karena dalam definisinya disebutkan
adanya keuntungan yang disepakati, karakteristik murabahah adalah penjual
harus memberi tahu pembeli tentang harga pembelian barang dan yang merupakan
esensi dari murabahah itu sendiri adalah adanya kata sepakat antara penjual dan
pembeli dalam hal menetapkan keuntungan atau margin tanpa adanya unsur
merugikan salah satu pihak atau dalam artian kata tidak adanya ribhu.
Menurut Ibnu Abdhulah Al-arabi Al-maliki yang dikutip dari buku Konsep
Produk dan Implementasi Operasional Bank Syariah mendefiniskan ribhu sebagai
berikut :
“pengertian ribhu menurut bahasa adalah tambahan, namun yang
dimaksud dengan ribhu dalam ayat Al-Qur’an yaitu penambahan
yang diambil tanpa adanya suatu ‘iwad (penyeimbangan atau
pengganti) yang dibenarkan syariah.” (Tim Pengembangan
Perbankan Syariah Institut Bankir Indonesia;39)
Bila terdapat kerugian maka bank akan menanggung kerugian berupa tidak
diterimanya revenuei (imbalan) sebagai bagi hasil yang semestinya diterima.
Pokok pembiayaan yang diberikan oleh bank kepada nasabah menjadi tanggung
jawab nasabah sepenuhnya untuk tetap dikembalikan kepada bank.
Bank syariah dari teori praktik meberikan pengertian keuntungan atau
margin adalah kenaikkan bersih dari asset bersih sebagai akibat dari memegang
asset yang mengalami peningkatan nilai selama periode yang dipilih oleh
pernyataan pendapatan, keuntungan bisa juga diperoleh dari pemindahan saling
bergantung secara incidental yang sah dan tidak saling bergantung.
Menurut Imam Rusyamsi Assets Liability Management adalah suatu
aktivitas yang terus menerus untuk mengkombinasikan sumber dana yang berasal
dari masyarakat dan keuntungan atau pendapatan untuk salah satu aktiva yang
dianggap paling produktif secara efektif dan efisien untuk mencapai tujuan yang
32
diinginkan. Alasan perlunya aktiva dan pasiva dikelola secara terpadu antara lain
perubahan sumber dana, perkembangan sistem informasi dan perubahan posisi
aktiva.
Umumnya bank syariah mengunakan dana-dana yang diperoleh dari
masyarakat berdasarkan prinsip bagi hasil maupun keuntungan atau pendapatan
dari penyaluran dana tersebut. Pendapatan bagi hasil yang diperoleh dari deposan
dan margin atau keuntungan atas pembiayaan tersebut kemudian di alokasikan ke
dalam aktiva produktif (earning assets). Salah satu aktiva produktif yang
dikeluarkan oleh bank syariah yaitu pembiayaan murabahah, yang dimaksud
dengan aktiva produktif menurt Bank Indonesia adalah semua aktiva dalam rupiah
maupun valuta asing yang dimiliki oleh bank dengan maksud memperoleh margin
atau keuntungan dengan fungsinya. Dalam produk bank syariah terdapat
murabahah dengan prinsip pembiayaan mudharabah dan musyarakah. Di mana
dana yang diperoleh bank dari hasil penyaluran dana tersebut dapat dialokasikan
untuk
menghasilkan
pendapatan,
dari
pendapatan
tersebut
kemudian
didistribusikan kepada para nasabah penyimpan. Seperti yang dijelaskan dalam
buku Operasional Bank Syariah :
“bahwa hasil penyaluran dana tersebut dapat memberikan pendapatan, atau
disebut sebagai sumber-sumber pendapatan syariah, antara lain bagi hasil,
atas kontrak pembiaya, keuntungan (margin), atas kontrak jual beli, atas
jasa-jasa.” (Muhammad, 2005:276)
Dengan adanya penentuan tingkat margin maka harga jual akan dibebani dengan
harga beli dan biaya operasional. Biaya operasional itu sendiri adalah biaya yang
dikeluarkan oleh pihak bank guna produk pembiayaan murabahah tersebut.
Agar memperjelas kerangka pemikiran tersebut penulis menggabarkannya seperti
ini :
Bank syariah
Sumber Dana (funding)
Pembiayaan (Lending)
Jasa
33
-
Laporan L/R
Murabahah
Tabungan
Deposito
Giro
Biaya
Margin
Biaya
Margin
Lapkeu
Gambar 2.2
Kerangka Pemikiran
3
Hipotesis
Hipotesis yang akan diuji dalam penelitian ini berkaitan dengan ada
tidaknya pengaruh positif antara varabel-variabel yang dijabarkan sebelumnya
adalah sebagai berikut :
Ha : beban operasional memiliki pengaruh yang positif terhadap tingkat margin
pada pembiayaan murabahah.
Download