BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1 Tinjauan Umum Perbankan Indonesia Perbankan secara umum merupakan lembaga keuangan yang melakukan kegiatan berupa pengumpulan dana menyalurkan kembali pada masyarakat dan menyalurkan kepada masyarakat dalam berbagai bentuk. Di Indonesia bank merupakan prime source (sumber utama) perbankan. Pengertian perbankan menurut Undang-Undang No. 7 tahun 1992 tentang perbankan pada Bab I pasal 1 adalah sebagai berikut : “Perbankan adalah sesuatu yang menyangkut tentang bank, mencakup kelembagaan, kegiatan usaha serta cara dan proses dalam melaksanakan kegiatan usaha ”. Definisi bank telah dikemukakan oleh berbagai kalangan dan ahli. Berikut ini akan dikemukakan beberapa pengertian tentang bank. Definisi bank menurut Undang-Undang No. 10 tahun 1998 menyatakan bahwa : “ Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bank kredit dan atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup orang banyak ”. Pada Undang-Undang No. 10 Tahun 1998, disebutkan jenis-jenis bank terdiri dari : 1 Bank Umum adalah Bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara kenvensional dan atau berdasarkan prinsip syariah umum kegiatannya 2 memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran. Bank Perkreditan adalah bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional dan berdasarkan prinsip syariah umum kegiatannya tidak memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran. 7 8 Bank Syariah Pengertian Bank Syariah 1 1 Bank syariah menurut Muhammad (2008 : 1) adalah : “ Lembaga keuangan yang usaha pokoknya memberikan pembiayaan dan jasa-jasa lainnya dalam lalu lintas pembayaran serta peredaran uang yang pengoperasiannya disesuaikan dengan prinsip syariah Islam “. Bank syariah merupakan lembaga keuangan yang kegiatan usaha pokoknya adalah menghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkan kepada masyarakat anggotanya dalam bentuk pembiayaan. Sementara jasa-jasa lainnya merupakan kegiatan usaha lain dalam rangka menambah pendapatannya. Produk dan jasa tersebut memegang peranan yang sangat strategis dalam kegiatan usaha bank syariah, sehingga pengetahuan akan produk dan jasa uang dijual merupakan hal yang mutlak yang harus dimiliki oleh setiap karyawan bank syariah. Sistem ekonomi Islam dengan konsep profit dan loss sharing mampu memberikan warna tersendiri bagi kehidupan sosial ekonomi masyarakat. Salah satu bentuk dari sistem ekonomi Islam adalah terbentuknya Bank Islam yaitu Bank Syariah. Dimana diatur dan diposisikan sebagai institusi keuangan yang tidak hanya bermain pada pentingnya peran dalam monilisasi sumber dana, sumberdaya alokasi dan kemanfaatan tetapi juga aktif melibatkan proses implementasi kebijakan moneter perintah. Sebagai fasilitas yang disewakan Bank Konvensional, Bank Syariah menawarkan fasilitas dengan konsep Islam. Kemudian dengan Undang-Undang No. 10 Tahun 1998 pasal 1, ayat 12 dan 13 sebagai berikut : Prinsip syariah adalah aturan perjanjian berdasarkan hukum Islam antara bank dengan pihak lain untuk penyimpanan dana atau pembiayaan kegiatan usaha atau kegiatan lainnya sesuai dengan Syariah. Dimana ketentuan yang dimuat oleh Bank Indonesia antara lain : 1 2 3 Kegiatan usaha dan produk-produk bank berdasarkan prinsip syariah. Pembentukan dan tugas Dewan Pengawas Syariah. Persyaratan bagi pembukaan kantor cabang yang melakukan kegiatan usaha berdasarkan prinsip syariah. (Muhammad, 2002 :16) Praktek yang ada di lingkungan lembaga keuangan Syariah di dunia dapat disimpulkan ada tiga bentuk : 9 1 Pelaksanaan janji yang mengikat dengan kesepakatan antara dua pihak sebelum lembaga keuangan menerima barang dan menjadi miliknya dengan menyebutkan nilai keuntungannya dimuka. Hal itu dengan datangnya nasabah kepada lembaga keuangan memohon darinya untuk membeli barang tertentu dengan sifat tertentu. Keduanya bersepakat dengan ketentuan berlembaga keuangan terikat untuk membelikan barang dan nasabah terikat untuk membelinya dari lembaga keuangan tersebut. Lembaga keuangan terikat harus menjualnya kepada nasabah dengan nilai harga yang telah disepakati keduanya baik nilai ukuran, tempo dan 2 keuntungannya. Pelaksanaan janji (al-Muwaa’adah) tidak mengikat kepada dua belah pihak. Hal ini dengan ketentuan nasabah yang ingin membeli barang tertentu, lalu pergi ke lembaga keuangan dan terjadi antara keduanya perjanjian dari nasabah untuk membeli dan dari lembaga keuangan untuk membelinya. Janji ini tidak dianggap kesepakatan sebagaimana juga janji tersebut tidak mengikat kepada kedua belah pihak. Bentuk gambaran ini bisa dibagi dalam dua keadaan : a Pelaksanaan janji tidak mengikat tanpa ada penentuan nilai b 3 keuntungan dimuka. Pelaksanaan janji tidak mengikat dengan adanya penentuan nilai keuntungan yang akan diberikan. Pelaksanaan janji mengikat lembaga keuangan tanpa nasabah. Inilah yang diamalkan di Bank Faishol al-Islam di sudan. Hal itu dengan ketentuan akad transaksi mengikat bank dan tidak mengikat nasabah sehingga nasabah memililki hak khiyar (memilih) apabila melihat barangnya untuk menyempurnakan transaksi atau menggagalkannya. 2 Fungsi dan Peran Bank Syariah Menurut Heri (2003 : 39), fungsi dan peran bank syariah yang diantaranya tercantum dalam pembukuan standar akuntansi yang dikeluarkan oleh 10 (Accountingand Auditing Organization Financial for Islamic Institution) AAOIFI, sebagai berikut : a b c d Manajer investasi, bank syariah yang mengelola investasi dana nasabah Investor, bank syariah dapat menginvestasikannya dana yang dimilkinya maupun dana nasabah yang dipercayakan kepadanya Penyedian jasa keuangan dan lalu lintas pembayaran, bank syariah dapat melakukan kegiatan-kegiatan jasa layanan perbankan sebagaimana lazimnya Pelaksanaan kegiatan sosial, sebagai ciri yang melekat pada entitas keuangan syariah, bank Islam juga memiliki kewajiban untuk mengeluarkan dan mengelola (menghimpun, mengadministrasikan, mendistribusikan) zakat serta dana-dana sosial lainnya. Tujuan Bank Syariah 3 Menurut Zainul (2003), dalam perbankan konvensional terdapat kegiatankegiatan yang dilarang oleh syariah Islam seperti menerima dan membayar bunga (ribhu), membiayai kegiatan produksi dan perdagangan barang-barang dilarang menurut syariat Islam seperti keras. Bank syariah didirikan dengan tujuan untuk mempromosikan dan mengembangkan penerepan prinsip-prinsip syariah dan tradisinya ke dalam transaksi keuangan dan perbankan serta bisnis lain yang terikat dengan prinsip utama berupa : a b Larangan ribhu dalam berbagai bentuk transaksi Melakukan kegiatan usaha dan perdagangan berdasarkan perolehan c keuntungan uang sah Memberikan zakat Sedangkan menurut Warkum (2004 : 27), bank syariah mempunyai beberapa tujuan diantaranya sebagai berikut : a Mengarahkan kegiatan ekonomi umat untuk bermuamalat secara Islam, khususnya muamalat yang berhubungan dengan perbankan, agar terhindar dari praktek-praktek ribhu atau jenis-jenis usaha dan perdagangan lain yang mengandung unsur tipuan, di mana jenis-jenis usaha tersebut dilarang dalam Islam, juga telah menimbulkan dampak negatif terhadap kehidupan ekonomi umat. 11 b Untuk menciptakan suatu keadilan dibidang ekonomi, dengan jalan meratakan pendapatan melalui kegiatan investasi, agar tidak terjadi kesenjangan yang amat besar antara pemilik modal dengan pihak yang c membutuhkan dana. Untuk meningkatkan kualitas hidup umat, dengan jalam membuka peluang berusaha yang lebih besar terutama kepada kagiatan usaha yang produktif, d menuju terciptanya kemandirian berusaha. Untuk menjaga stabilitas ekonomi moneter. Dengan aktifitas bank Islam yang diharapkan mampu menghidarkan inflaasi akibat penerapan sistem bunga, menghindarkan persaingan yang tidak sehat antra lembaga keuangan, khususnya bank dan menanggulangi kemandirian lembaga keuangan, khususnya bank dari pengaruh gejolak moneter baik dari dalam e maupun luar negeri. Untuk membantu menanggulangani masalah kemiskinan yang pada f umumnya program utama dari negara-negara yang sedang berkembang. Untuk menyelamatkan ketergantungan umat Islam terhadap bank non syariah yang menyebabkan umat Islam berada dalam kekuasaan bank, sehingga umat Islam tidak bisa melaksanakan ajaran agamanya secara penuh, terutama di bidang kegiatan bisnis dan perekonomiannya. 4 Perbedaan Bank Syariah dengan Bank Konvensional Bank syariah dan bank konvensional dalam beberapa hal memiliki kesamaan terutama dalam sisi teknis penerimaan uang, mekanisme transfer, teknologi komputer yang digunakan, persyaratan umum pembiayaan, dan syaratsyarat umum untuk mendapatkan pembiayaan seperti KTP, NPWP, proposal, laporan keuangan, dan sebagainya. Dalam persamaan hal ini, semua hal yang terjadi pada bank syariah itu sama persis dengan yang terjadi pada bank konvensional, nyaris tidak ada perbedaan. Akan tetapi perbedaan pokok antara sistem bank konvensional dengan bank syariah secara ringkas dapat dilihat dari empat aspek, yaitu : 1 Falsafah yaitu pada bank syariah tidak berdasarkan atas bunga, spekullasi, dan ketidakjelasan, sedangkan pada bank konvensional berdasarkan atas bunga. 12 2 Operasional yaitu pada bank syariah dana masyarakat berupa titipan dan investasi baru akan mendapatkan hasil jika diusahakan terlebih dahulu, sedangkan pada bank konvensional dana masyarakat berupa 3 simpanan yang harus dibayarkan bunganya pada saat jatuh tempo. Sosial yaitu pada bank syariah aspek sosial dinyatakan secara eksplisit dan tegas yang tertuang dalam visi dan misi perusahaan, sedangkan 4 pada bank konvensional tidak tersrat secara tegas. Organisasi yaitu bank syariah harus memiliki Dewan Pengawasan Syariah, sedangkan bank konvensional tidak memerlukannya. Selain itu perbedaan lainnya dapat dilihat dari empat aspek lainnya, yaitu : 1 Aspek dan Aspek Legalitas Akad yang dilakukan didalam bank syariah memiliki konvensional duniawi dan ukhrawi karena akad yang dilakukan berdasarkan hukum Islam. Nasabah sering kali berani melanggar kesepakatan perjanjian yang telah dilakukan bila hukum itu hanya berdasarkan hukum positif saja, tetapi tidak demikian jika perjanjian tersebut memiliki pertanggungjawaban hingga yaumil qiyamah nanti, setiap akad dalam perbankan syariah, baik dalam hal barang, pelaku transaksi, maupun ketentuan lainnya harus memenuhi ketentuan akad. 2 Lembaga Penyelesaian Sengketa Penyelesaian perbedaan atau perselisihan antara bank dan nasabah pada perbankan syariah berbeda dengan perbankan konvensional, kedua belah pihak pada perbankan syariah tidak menyelesaikannya di peradilan negeri, tetapi menyelesaikannya sesuai dengan tata cara dan hukum materi syariah. Lembaga yang mengatur hukum materi berdasarkan prinsip syariah di Indonesia dikenal dengan nama Badan Arbitrase Muamalah Indonesia atau BAMUI yang didirikan secara bersama oleh Kejaksaan Agung Republik Indonesia dan Majelis Ulama 3 Indonesia. Stuktur Organisasi Bank syariah dapat memilki stuktur organisasi yang sama dengan bank konvensional, misalnya dalam hal komisaris dan direksi. Tapi unsur yang sangat membedakan adalah keharusan adanya Dewan Pengawas 13 Syariah yang bertugas mengawasi operasional bank dan produk4 produknya agar sesuai dengan prinsip syariah. Bisnis dan Usaha yang Dibayai Dalam perbankan syariah suatu pembiayaan tidak akan disetujui sebelum dipastikan tidak mengandung hal-hal yang diharamkan. Terdapat sejumlah batasan dalam hal pembiayaan. Tidak semua proyek atau objek pembiayaan dapat didanai melalui bank syariah, namun 5 harus sesuai dengan kaidah-kaidah syariah. Lingkungan dan Budaya Kerja Bank syariah sudah selayaknya memiliki lingkungan kerja yang sejalan dengan ajaran Islam. Dalam hal etika, misalnya sifat amanah dan shiddiq harus melandasi setiap karyawan sehingga tercermin suatu sikap muslim yang baik. Selain itu secara berpakaian, tingkah laku dari karyawannya sendiri merupakan cermin bahwa mereka bekerja dalam lembaga keuangan yang membawa nama besar Islam. (Dr.Amir Muhammad, H.Rukmana,2009 :1) Kegiatan Operasional Bank Syariah 5 Seperti halnya pada bank umumnya, bank syariah menawarkan produk bagi para nasabahnya, antara lain : 1 Penyaluran Dana (financing) Dalam menyalurkan dana pada nasabah, secara garis besar produk pembiayaan syariah terbagi kedalam 4 kategori yang dibedakan berdasarkan tujuan penggunaanya, yaitu : a Prinsip Jual Beli (Ba’i) Permasalahan jual beli murabahah KPP ini sebenarnya bukanlah perkara kontemporer dan baru (Nawaazii) namun telah dijelaskan pada ulama terdahulu. Berikut ini sebagian pernytaan mereka : Imam As-Syafi’i menyatakan : “apabila seorang menunjukkan kepada orang lain satu barnag secara berkata Belilah itu dan saya akan berikan keuntungan padamu sekian. Lalu ia membelinya maka jaul belinya boleh dan menyatakan, saya akan memberikan keuntungan kepadamu memiliki hak pilih (khiyaar), apabila ia ingin maka ia akan melakukan jual-beli dan bila tidak maka ia akan tinggalkan. Demikian juga tidak ia berkata : ‘belilah untukku barang tersebut’. Lalu ia mensifatkan jenis barangnya atau ‘barang’ 14 jenis apa saja yang kamu sukai dan saya akan mememberikan kuntungan memberikan keuntungan kepadamu’, semua ini sama”. Diperbolehkan pada yang pertama dalam semua yang diberikan ada hak pilih (khiyaar). Sama juga dalam hal ini yang disifatkan apabila menyatakan : Belilah dan aku akan membelinya darimu dengan kontan atau tempo. Jual beli pertama diperbolehkan dan harus ada hak memilih pada jual beli yang kedua. Apabila keudanya memperbaharui (akadnya) maka boleh dan bila berjual beli dengan itu dengan ketentuan adanya keduanya mengikat diri (dalam jual beli tersebut) maka ia termasuk dalam dua hal : a b Berjual beli sebelum penjual memilikinya Berada dalam spekulasi (Mukhathorah) Imam ad-Dardier dalam kitab Asy-Syarhu Ash-Shaghir (3 : 129) menyatakan : “ Al-Inah adalah jual beli orang yang diminta darinya satu barang untuk dibeli dan (barang tersebut) tidak ada paddanya untuk (dijual) kepada orang yang memintanya setelah ia membelinya adalah boleh kecuali yang minta menyatakan : Belilah dengan sepuluh secara kontan dan saya akan ambil dari kamu dengan dua belas secara tempo. Maka ia dilarang padanya karena tuduhan (hutang yang menghasilkan manfaat), karena seakan-akan ia meminjam darinya senilai barang tersebut untuk mengambil darinya setelah jtuh tempo dua belas “. Jelaslah dari sebagian pernyataan ulama fikih terdahulu ini bahwa mereka menyatakan bahwa pemesan tidak boleh diikat untuk memenuhi kewajiban membeli barang yang telah dipesan. Demikian juga The Islamic Fiqih Academy (Majma’ al-Fiqih al-Islami) menegaskan bahwa jual beli murabahah dengan syarat Al-Khiyaar untuk kedua transaktor seluruhnya atau salah satunya. Apa bila tidak ada hak Al-Khiyaar di sana maka tidak boleh, karena al-Munwaa’adah yang mengikat (al-Mulzamah) dalam jual beli al-Murabahah menyerupai jual beli itu sendiri, dimana disyaratkan pada waktu itu penjual telah memiliki barang tersebut hingga tidak ada pelanggaran terhadap larangan nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam tentang seorang menjual yang tidak dimilkinya. Menurut Zainul (2003 :21) pengertian jual beli meliputi 15 “Akad pertukaran (exchange contract) antra suatu barang dan jasa dalam jumlah tertentu dengan barang dan jasa lainnya. Penyerahan jumlah atau harga barang dan jasa tersebut dapat dilakukan dengan cara segera (cash and carry) ataupun secara tangguh (deffered) “. Prinsip jual-beli dilaksanakan sehubungan dengan adanya perpindahan kepemilikan barang atau benda (transfer of property). Tingkat keuntungan bank ditentukan di depan dan menjadi bagian harga atas barang yang dijual. Transaksi jual-beli dapat dibedakan berdasarkan bentuk pembayaran dan waktu penyerahan barangnya, yakni sebagai berikut : 1 Pembiayaan Murabahah Murabahah berasal dari kata ribhu (keuntungan), adalah transaksi jualbeli dimana bank menyebutkan jumlah keuntungannya. Bank bertindak sebagai penjual, sementara nasabah sebagai pembeli. Harga jual adalah harga beli bank dari pemasok ditambah keuntungan (margin) 2 Pembiayaan Salam Salam adalah transaksi jual-beli dimana barang yang diperjual belikan belum ada. Oleh karena itu barang diserahkan secara tangguh sedangkan pembayaran dilakukan tunai. Bank bertindak sebagai pembeli, sementara nasabah sebagai penjual, sekilas transaksi ini mirpi dengan jual beli ijon, namun dalam transaksi ini kuantitas, kualitas, harga, dan waktu penyerahan barang harus ditemukan secara pasti. 3 Pembiayaan Istishna Produk Istishna hampir serupa dengan salam,dalam salam Istishna pembayrannya dapat dilakukan oleh bank dalam beberapa kali (termin) pembayaran. Skip Istishna dalam bank syariah umumnya diaplikasikan pada pembiayaan manufaktur dan konstruksi. Ketentuan umum pembiayaan Istishna adalah sebagai berikut : spesifikasi barang pesanan harus jelas seperti jenis, macam ukuran, mutu dan jumlah. b Prinsip Sewa (ijarah) Transaksi ijarah dilandasi adanya perpindahaan manfaat. Jadi pada dasarnya prinsip ijarah sama saja dengan prinsip jual beli objek transaksinya adalah barang, maka pada ijarah objek transaksinya jasa. Pada akhir masa sewa bank 16 dapat saja menjual barang yang disewakan kepada nasabah. Karena itu dalam perbankan syariah dikenal dengan ijarah muntahiyah bittamlik (sewa yang diikuti dengan berpindahnya kepemilikan). Harga sewa dan harga jual disepakati pada awal perjanjian. c Prinsip Bagi Hasil (Syirkah) Produk pembiayaan yang didasarkan atas prinsip bagi hasil adalah sebagai berikut : 1 Pembiayaan Musyarakah Transaksi yang dilindasi adanya keinginan para pihak yang bekerjasama untuk meningkatkan nilai aset yang mereka miliki secara bersama-sama 2 Pembiayaan Mudharabah Mudharabah adalah bentuk kerjasama antara dua atau lebih pihak dimana pemilik modal (shahib al-maal) mempercayakan sejumlah modal kepada pengelola (mudharib) dengan suatu perjanjian pembagian keuntungan. Bentuk ini menegaskan kerjasama dalam paduan kontribusi 100% modal kas dari shabib al-maal dan keahlian dari mudharib. 2 Produk Penghimpun Dana Penghimpun dana di Bank Syariah dapat berbentuk giro, tabungan dan deposito. Prinsip operasional syariah yang diterapkan dalam penghimpunan dana masyarakat adalah prinsip wadi’ah dan mudharabah. a Prinsip Wadi’ah Prinsip ini yang diterapkan adalah wadi’ah yad dhamanah yang diterapkan pada produk rekening giro dan tabungan. Dalam wadi’ah amanah, pada prinsipnya harta titipan tidak boleh dimanfaatkan oleh yang dititipkan, sedangkan dalam hal wadi’ah dhamanah. Pihak yang dititipkan (bank) bertanggung jawab atas keutuhan harta titipan sehingga ia boleh memanfaatkan harta titipan sehingga ia boleh memanfaatkan harta titipan tersebut. b Prinsip Mudharabah 17 Dalam mengaplikasikan prinsip mudharabah, penyimpan atau deposan bertindak sebagai shahibul maal (pemilik modal) dan bank sebagai mudharib (pengelola). 3 Jasa Perbankan Selain menjalankan fungsinya sebagai intermediarles (penghubung) antara pihak yang membutuhkan dana (deficit unit) dengan pihak yang berkelebihan dana (surplus unit), bank syariah dapat pula melakukan berbagai pelayanan jasa perbankan kepada nasabah dengan mendapatkan imbalan berupa sewa atau keuntungan. Jasa perbankan tersebut antara lain berupa : a b c d e Sharf (jual beli valuta asing) Ijarah (sewa) Kiriman uang Inkaso Bank penerima setoran biaya penyelenggaraan Ibadah Haji f (BPS BPIH) Dana talangan BPIH 2 Beban Operasional 1 Pengertian Beban Beban Menurut FSAB “Expense are outflows or other using up of assets or incurrences of liabilities (or a combination of both) from delivering or producing goods, rendering, services, or carrying out other activities that constitute the entity’s on going major or central operation “. Beban Menurut SAK (1994) “Beban adalah penurunan manfaat ekonomi selama suatu periode akuntansi dalam bentuk arus keluar atau berkurangnya aktiva atau terjadinya kewajiban yang mengakibatkan penurunan ekuitas yang tidak menyangkut pembagian kepada penanaman modal “. 18 Pengertian mengenai apa yang dimaksud dengan beban (expense) telah dicoba dijelaskan dalam beberapa literatur, diantaranya adalah : Hendriksen dan Van Breda (1999 : 363) menyatakan bahwa : “ Expense are the using or consuming of goods and services in the process of obtaining revenues. Expenses are the expiration of factor services related either direcly or inderectly to the producting and selling of the product of the enterprise “. 2 Klasifikasi Beban Penting bagi perusahaan untuk mengklasifikasikan biaya, terutama untuk perusahaan jasa yang memiliki output tidak berwujud. Penelusuran biaya sangat penting untuk pengambilan keputusan dalam semua usaha jasa, seperti untuk menetapkan harga suatu jasa, tawar menawar pekerjaan, dan menerima atau menolak suatu pekerjaan tertentu. Umumnya perusahaan jasa tidak memiliki bahan produksi, maka sebagian pengurang pendapatannya adalah beban operasional yang dapat dinamakan juga sebagai biaya periode. Biaya ini harus dibebankan kepada pendapatan yang direalisasikan dalam periode yang bersangkutan. Menurut Mulyadi, biaya dapat diklasifikasikan menurut : 1 Objek Pengeluaran Dalam cara penggolongan ini, nama objek pengeluaran merupakan dasar penggolongan biaya. Misalnya nama objek pengeluaran adalah transportasi, maka semua pengeluaran yang berhubungan dengan 2 transportasi adalah biaya transportasi. Fungsi Pokok dalam Perusahaan Dalam perusahaan manufaktur, biaya dapat dikelompokkan menjadi tiga bagian, yaitu: a Biaya produksi, merupakan biaya-biaya yang terjadi untuk b mengolah bahan baku menjadi produk jadi yang siap untuk dijual. Biaya Pemasaran, merupakan biaya-biaya yang terjadi untuk melaksanakan kegiatan produksi di pemasaran produk. 19 c 3 Biaya Administrasi dan Umum, merupakan biaya-biaya untuk mengordinasikan kegiatan produksi dan pemasaran produk Hubungan Biaya dengan Sesuatu yang Dibiayai Dalam hubungannya dengan sesuatu yang dibiayai, biaya dapat dikelompokkan menjadi dua golongan : a Biaya Langsung (direct cost) Biaya langsung adalah biaya yang terjadi yang penyebab satu-satunya adalah karena adanya sesuatu yang dibiayai. Biaya produksi langsung terdiri dari biaya bahan baku dan biaya tenaga kerja langsung. Biaya langsung departemen (direct departemen cost) adalah semua biaya yang terjadi didalam departemen tertentu. Contohnya adalah biaya tenaga kerja yang bekerja dalam departemen pemeliharaan dan biaya pemeliharaan dan biaya depresiasi mesin yang dipakai dalam b departemen tersebut. Biaya Tidak Langsung (indirect cost) Biaya tidak langsung adalah biaya yang terjadi tidak hanya disebabkan oleh sesuatu yang dibiayai. Biaya tidak langsung dalam hubungannya dengan produk disebut dengan istilah biaya produksi tidak langsung atau biaya overhead pabrik (factory overhead cost). Contohnya biaya yang terjadi di pembangkit tenaga listrik biasanya biaya ini dinikmati oleh departemen lain dalam perusahaan, baik untuk penerangan maupun untuk menggerakkan mesin dan equipemen yang pemakai listrik. 3 Beban Operasional Beban operasional itu sendiri adalah beban yang berkaitan langsung dengan kegiatan operasi perusahaan. Pengertian dari beban operasional itu sendiri adalah semua beban yang menunjang penyelenggaraan pelayanan jasa atau semua beban yang dapat didefinisikan mempunyai hubungan langsung dengan penyelenggaraan pelayanan jasa. Menurut Keiso dan Weygandt mendefinisikan beban operasional sebagai berikut : 20 “Operating expenses are expenses incurred in the process earning sales revenue. Examples of operating expenses of salaries expenses advertising expenses, and insurance expenses. The operating expenses of a merchamdising company include many of expenses found in service enterprise “. Henri Simamora (2005 :25) mendefinisikan beban operasional sebagai “beban operasi (operating system) adalah beban-beban berkala dan lazim yang dikeluarkan perusahaan dalam upayanya memperoleh pendapatan “. Berdasarkan kutipan Henri Simamora, dapat dinyatakan bahwa beban operasional merupakan beban-beban yang terjadi dalam kaitannya dengan proses penciptakan pendapatan dari penjualan barang atau jasa. Beban operasional tersebut bila dihubungkan dengan penciptaan barang dan jasa dibedakan menjadi beban operasional langsung dan beban operasional tidak langsung. 4 Tujuan Beban Operasional Tujuan akuntansi biaya dalam Burhan dan Teddy (1991 : 40) sebagai berikut : 1 2 Menurut Schmalenbach yaitu : a Pengawasan jalannya perusahaan b Observasi perubahan stuktur c Kalkulasi harga d Pengendalian perusahaan e Tujuan lain-lain Menurut Marcell and Hans yaitu : a Gambaran proses perusahaan dalam angka-angka biaya dan output b Perencanaan dan pengendalian proses perusahaan atau dasar c infomasi-informasi mengenai biaya dan output Pengawasan proses perusahaan biaya dan output 21 Beban operasional adalah semua biaya yang berhubungan langsung dengan kegiatan usaha bank. Kegiatan bank yang terperinci adalah sebagai berikut: 1 Beban bunga atau hak pihak ketiga atau bagi hasil Beban bunga adalah biaya yang dikeluarkan oleh bank untuk diberikan kepada nasabah penabung dan nasabah deposan yang besarnya ditentukan oleh bank dan diberikan kepada nasabah dalam satuan waktu tertentu, biaya ini adalah biaya paling besar bank secara keseluruhan. 2 3 4 Beban penghapusan biaya produktif Beban estimasi kerugian komitmen dan kontijensi Beban operasional lainnya, antara lain : a Beban Administrasi dan Umum b Beban Personalia c Beban Penurunan Nilai Surat Berharga d Beban Transaksi Valas e Beban Lainnya 5 Pengakuan Beban Operasional Beban diakui bersamaan dengan penggunaan barang dan jasa, dapat juga setelah penggunaan barang dan jasa, dan dalam hal-hal tertentu yang jarang sekali terjadi sebelum penggunaan barang dan jasa. 3 Margin 1 Tingkat Margin Menurut Karim (2004), bank syariah menerapkan margin keuntungan terhadap produk-produk yang berbasis natural certainty contracts, yakni akad bisnis yang memberikan kepastian pembayaran, baik dari segi jumlah maupun waktu, seperti pembiayaan murabahah, ijarah, salam dan istishna. Yang dimaksud dengan referensi margin keuntungan adalah amrgin keuntungan pembiayaan berdasarkan rekomendasi, usul, dan saran dari tim ACLO bank syariah, dengan mempertimbangkan beberapa hal diantranya : a Direct Competitor’s Market Rate (DCMR) Yang dimaksud dengan DCMR adalah tingkat margin keuntungan rata-rata perbankan syariah atau tingkat margin keuntungan rata-rata beberapa bank 22 syariah yang ditetapkan dalam rapat (Assets and Loss Commitee) ALCO sebagai suatu kelompok competitor langsung atau tingkat margin keuntungan bank syariah tertentu tang ditetapkan dalam rapat ALCO b sebagai copmetitor langsung terdekat. Indirect competitor’s market rate (ICMR) Yang dimaksud dengan ICMR adalah tingkat suku bunga rata-rata perbankan konvensional atau tingkat rata-rata suku bunga beberapa bank konvensional yang dalam (assets and loss commitee) ALCO ditetapkan c sebagai kelompok competitor tidak langsung terdekat. Acquiring Cost (AC) Yang dimaksud dengan AC adalah biaya yang dikeluarkan oleh bank yang langsung terkait dengan upaya untuk memperoleh dana pihak ketiga. d Overhead Cost (OC) Yang dimaksud dengan OC adalah biaya yang dikeluarkan oleh bank yang langsung terkait dengan upaya untuk memperoleh dana pihak ketiga. Penjualan dengan tingkat margin adalah perjanjian jual beli suatu barang antara pemilik barang dengan pembeli (nasabah). Dalam proses penentuan harga barang pemilik barang (bank) menetapkan jumlah keuntungannya. Dalam menetapkan keuntungan, bank sendiri harus mempunyai kesepakatan yang jelas dengan calon nasabah. Biasanya dalam menentukan jenis barang modal yang dibutuhkan nasabah terlebih dahulu mengenali dan menentukan jenis barang modal yang dikehendaki serta sifat-sifat barang atau produk tersebut. Kemudian bank yang membeli barang tersebut. Bank kemudian menjual barang tersebut yang meliputi harga asalnya ditambah dengan keuntungan menurut persetujuan antara kedua belah pihak. Perjanjian ini sah jika kedua belah pihak mengetahui harga asal barang tersebut dan jumlah keuntungan pemilik modal. 2 Unsur-Unsur Margin Murabahah Bank syariah dalam menetapkan margin atau keuntungan terhadap barang yang diperjual belikan secara umum memiliki beberapa unsur yaitu : 23 a Ekspektasi bagi hasil yaitu rata-rata bagi hasil yang diberikan oleh bank syariah kepada pemilik dana ditambah dengan kenaikan yang akan b diharapkan. Overhead Cout yaitu rata-rata beban overhead riil, yang meliputi antara c lain beban promosi, beban administrasi, beban personalia. Keuntungan yaitu keuntungan normal dan layak yang diharapkan oleh bank syariah, keuntungan ini bukan spread seperti yang dilakukan oleh d bank konvensional. Premi resiko yaitu risk kost yang digunakan untuk menutup kegagalan nasabah yang tidak membayar. Dalam praktiknya yang dijalankan oleh bank syariah saat ini dalam hal penentuan keuntungan murabahah pada umumnya didasarkan pada perhitungan base lending rate yang digunakan oleh bank konvensional walaupun telah diperoleh perhitungan terhadap angka yang akan digunakan sebagai dasar menentukan besarnya keuntungan, namun dalam penerapannya tetap memperhatikan bunga pasar. 4 Pembiayaan Murabahah 1 Pengertian Murabahah Al-Qur’an, bagaimanapun juga, tidak pernah secara langsung membicarakan tentang murabahah, meski di sana ada sejumlah acuan tentang jual beli, laba, rugi, dan perdagangan. Demikian pula dalam hadis, tampaknya tidak ada hadis yang memiliki rujukan langsung kepada murabahah, murabahah merupakan salah satu bentuk jual-beli yang bersifat amanah. Ada beberapa konsep jual-beli yang diperbolehkan dalam Islam, diantaranya adalah murabahah. Murabahah adalah jual-beli barang pada harga asal dengan tambahan keuntungan atau margin yang disepakti. Karakteristiknya adalah penjual harus memberitahukan harga pokok yang ia beli dan menentukan suatu tingkat keuntungan sebagai tambahannya. Tujuan nasabah melakukan jual-beli dengan bank adalah karena suatu alasan bahwa nasabah tidak memiliki uang tunai (modal) untuk bertransaksi langsung dengan supplier. 24 Ikatan Akuntansi Indonesia (2002 : 59) mendefiniskan murabahah sebagai berikut : “Murabahah adalah akad jual beli barang dagang dengan menyatakan dengan perolehan dan keuntungan (margin) yang disepakati oleh penjual dan pembeli“. Definisi murabahah menurut Muhammad Syafi’i Antonio dalam bukunya “Bank Syariah dari Teori ke Praktik”(2001 : 101) mendefinisikan sebagai berikut: “Murabahah adalah jual beli barng pada harga asal dengan tambahan keuntungan yang disepakti”. Murabahah menurut Tim Pengembangan Perbankan Syariah Institusi Bankir Indonesia (2002 : 76) adalah sebagai berikut : “Murabahah adalah akad jual beli suatu barang dimana penjual dan pembeli menyebutkan harga jual yang terdiri dari harga pokok barang dan tingkat keuntungan tertentu atas barang, dimana harga barang tersebut disetujui oleh pembeli”. Murabahah sebagaimana didefinisikan oleh ulama fiqih adalah jual beli barang pada harga asal dengan tambahan keuntungan yang disepakati. Dalam bai’al-murabahah, penjual menyebutkan dengan jelas harga pembelian barang kepada pembeli kemudian ia mensyaratkan atas keuntungan (laba) dalam jumlah tertentu. Misalnya, ada tiga pihak yaitu A, B, dan C dalam suatu kontrak murabahah. A meminta B untuk membeli beberapa barang untuk A. B tidak memiliki barang-barang dimaksud tetapi ia berjanji untuk membelikannya dari pihak ketiga yaitu C. B adalah perantara dan kontrak murabahah adalah antara A dan B. Murabahah sendiri selalu melalui akad. Akad disini merupakan salah satu bentuk natural certainty contracts, karena dalam murabahah ditentukan beberapa required rate of profitnya atau keuntungan yang ingin diperoleh. Misalnya, seseorang memiliki barang kemudian menjualnya kembali dengan keuntungan 25 tertentu. Berapa besar keuntungan tersebut dapat dinyatakan dalam nominal rupiah tertentu atau dalam bentuk persentase dari harga pembeliannya misalnya 10% atau 20%. Murabahah yang dilakukan untuk pembelian secara pemesanan disebut murabahah kepada pemesan pembeli, (KPP) yang dapat dibayarkan secara angsuran. Murabahah KPP umumnya dapat ditetapkan pada produk pembiayaan pembelian barang investasi baik domistic maupun luar negeri. Skim murabahah dibedakan menjadi dua yaitu, murabahah financing dan bai’bitsman ajil financing. Bai’bitsman ajil financing dalam fiqihnya adalah penjualan dengan jatuh tempo atau pembayaran dapat saja dilakukan sekaligus pada waktu yang disepakati, dapat juga dicicil beberapa kali sesuai dengan kesepakatan antara kedua belah pihak. Adapun murabahah, secara fiqih pembayarannya dapat dilakukan lewat naqdan (tunai) atau bitsman ajil (tangguh tempo). Secara aplikasi perbankan dari murabahah dapat digambarkan dalam skema sebagai berikut : 1.NEGOSIASI 2. AKAD JUAL BELI BANK NASABAH 5. BAYAR 3. BELI BARANG 4. KIRIM SUPLIER/PENJUAL Gambar 2.1 Skema Murabahah 26 Berdasarkan gambar diatas proses transaksi jual beli murabahah dilakukan bank syariah dengan nasabah dengan tahapan-tahapan sebagai berikut : 1 Nasabah melakukan negosiasi atau tawar menawar keuntungan dan menentukan syarat pembayaran dan barang sudah ada ditangan bank syariah. Dalam negosiasi ini bank syariah sebagai penjual harus memberitahukan dengan jujur perolehan barang yang diperjual belikan 2 beserta keadaan barangnya. Selanjutnya apabila kedua belah pihak telah sepakat maka dilakukan akad 3 untuk transaksi jual beli murabahah. Tahap selanjutnya adalah bank menyerahkan barang yang diperjual 4 belikan. Setelah penyerahan barang, pembeli atau nasabah melakukan pembayaran harga jual, umumnya dilakukan secara cicilan. 2 Dasar Pengakuan Murabahah Menurut PAPSI, 2003 ; 34 dasar pengakuan murabahah dapat dilihat dari : a b Pengakuan uang muka 1 Uang muka pembelian diakui sebesar jumlah yang diterima 2 Jika transaksi murabahah dilaksanakan, maka uang muka diakui sebagai bagian dari pelunasan piutang. Pengakuan piutang yaitu pada saat akad transaksi murabahah, piutang murabahah diakui sebesar nilai perolehan tambahan keuntungan yang c disepakati. Pengakuan murabahah diakui pada : 1 Pada periode terjadinya, apabila akadd berakhir pada periode 2 d laporan keuangan yang sama Selama periode akad secara proporsional, apabila akad melampaui satu periode laporan keuangan Pengakuan potongan pelunasan dini diakui dengan menggunakan salah satu periode : 1 Pada saat penyelesaian, bank mengurangi piutang murabahah 2 Hak dan keuntungannya 3 Setelah penyelesaian, bank terlebih dahulu menerima pelunasan piutang murabahah dari nasabah, kemudian bank membayar potongan 27 pelunasan dini kepada nasabah dengan mengurangi keuntungan e murabahah Pengakuan denda yaitu diakui sebagai dana kebijakan pada saat diterima 3 Manfaat dan Risiko Murabahah Menurut Muhammad Syafi’i Antonio (2001 : 106) ada manfaar dan risiko yang didapatkan pada murabahah : 1 Manfaat murabahah Murabahah memberi banyak manfaat kepada bank syariah. Salah satunya adalah adanya keuntungan yang muncul dari selisih harga beli dengan 2 harga jual kepada nasabah Risiko murabahah Diantara kemungkinan risiko yang harus diantisipasi antara lain : a Default atau kelalaian yang biasanya nasabah tidak membayar b angsuran Fluktuasi harga komperatif, hal ini terjadi biasanya bila harga suatu barang di pasar naik setelah bank membelikannya untuk nasabah. c Bank tidak bisa mengubah harga jual beli tersebut. Penolkan nasabah biasanya barang yang dikirim bisa saja ditolak oleh nasabah karena berbagai sebab, bisa terjadi karena rusak dalam perjalanan atau karena nasabah merasa spesifikasi tersebut akan menjadi milik bank. Dengan demikian bank memiliki risiko d untuk menjualnya kepada pihak lain. Dijual karena murabahah bersifat jual beli dengan hutang, maka ketika kontrak ditanda tangani, barang ini menjadi milik nasabah. Nasabah bebas melakukan apapun terhadap asset miliknya tersebut, termasuk untuk menjualnya. Jika demikian maka resiko untuk default akan besar 4 Syarat dan Rukun Murabahah 28 Menurut Muhammad Syafi’i Antonio (2001 : 102) syarat umum murabahah adalah sebagai berikut : 1 2 3 4 Penjual memberikan biaya modal kepada nasabah Kontrak pertama harus sah sesuai dengan rukun yang ditetapkan Kontrak harus bebas dari ribhu Penjual harrus menjelaskan kepada pembeli bila terjadi cacat atas 5 barang sesudah pembelian Penjual harus menyampaikan semua hal yang berkaitan dengan pembelian, misalnya jika pembelian, misalnya hanya dilakukan dengan hutang Secara prinsip jika syarat dalam (1), (4), atau (5) tidak dipenuhi, maka pembeli memiliki pilihan : 1 2 3 a b c d e Penjual memberitahu biaya modal kepada nasabah Kembali kepada penjual dan menyatakan ketidaksetujuan atas barang yang dijual Membatalkan kontrak Rukun dalam murabahah : Ba’i = penjual (pihak yang memiliki barang) Musytari = pembeli (pihak yang akan memberi barang) Mabi’ = barang yang akan diperjual belikan Tsuman = harga Ijab Qabul = pernyataan timbag terima 5 Ketentuan Pembiayaan Murabahah Dewan Syariah Nasional menetapkan aturan tentang murabahah sebagaimana tercantum dalam Fatwa Dewan Syariah Nasional nomor 04/DSNMUI/IV/2000 tertanggal 1 April 2000 (Himpunan Fatwa, Edisi Kedua, hal 25-29) sebagai berikut : a Ketentuan umum murabahah dalam bank syariah sebagai berikut : 1 Bank dan nasabah harus melakukan akad murabahah yang bebas 2 ribhu Barang yang diperjual belikan tidak diharamkan oleh bank syariah 3 Islam Bank membiayai sebagian dan seluruh harga pembelian barang yang telah ditetapkan kualifikasinya 29 b 4 Bank membeli barang yang diperlukan nasabah atas nama bank 5 sendiri dan pembelian ini harus bebas ribhu Bank harus menyampaikan semua hal yang berkaitan dengan 6 pembelian, misalnya pembelian dilakukan secara terhutang Bank kemudian menjual barang tersebut kepada nasabah dengan menjual harga beli ditambah dengan keuntungan Ketentuan murabahah kepada nasabah 1 Nasabah mengajukan permohonan dan perjanjian pembelian suatu 2 barng atau asset kepada bank Jika bank menerima permohonan tersebut, bank harrus terlebih dahulu 3 membeli asset yang dipesan secara sah dengan perdagangan Bank kemudian menawarkan asset tersebut kepada nasabah dan nasabah harus menerima dan membelinya sesuai dengan perjanjian yang telah disepakati, karena secara hukum perjanjian tersebut mengikat kemudian kedua belah pihak kemudian membuat kontrak 4 c jual beli Dalam jual beli ini bank boleh meminta kepada nasabah uang muka pada saat menandatangani kesepakatan awal pemesan Hutang dalam murabahah Dalam transaksi murabahah, yang terhutang oleh nasabah adalah sebesar harga jual barang yang disepakati, yaitu harga perolehan ditambah keuntungan yang disepakati, ketentuan hutang mrabahah itu sendiri adalah sebagai berikut : 1 Secara prinsip penyelesaian hutang nasabah dalam transaksi murabahah tidak ada kaitan dalam transaksi lain yang dilakukan nasabah dengan pihak ketiga atas barang tersebut, maka masalah berkewajiban untuk 2 menyelesaikan hutangnya kepada bank Jika nasabah menjual barang tersebut sebelum masa angsuran berakhir, 3 nasabah wajib segera melunasi sebelumnya Jika penjualan tersebut mengakibtkan kerugian, nasabah tetap harus menyelesaikan utangnya sesuai dengan kesepakatan awal 6 Metode Perhitungan dalam Murabahah Ada dua dasar yang digunakan dalam metode perhitungan bagi hasil : a Profit and loss sharing 30 Profit distribution jenis ini adalah besarnya pendapatan yang akam dibagikan dikurangi biaya-biaya yang terkait dalam pengelolaan dan b terlebih dahulu Revenue Sharing Profit distribution jenis ini tidak ada pengurangan biaya, artinya seluruh pendapatan yang diperoleh atas pengelolaan dana dibagikan kepada pemilik dana 7 Penentuan Harga Jual Murabahah yang Efisien Bank syariah pada umumnya menggunakan murabahah sebagai model pembiayaan yang utama. Praktik pada bank syariah di Indonesia, portofolio pembiayaan murabahah mencapai 70%-80%. Kondisi demikian ini tidak hanya di Indonesia, namun juga terjadi pada bank-bank syariah lainnya, seperti di Malaysia dan Pakistan. Syafi’i Antonio (2001 : 105) Sejumlah alasan diajukan untuk menjelaskan popularitas murabahah dalam operasi investasi perbankan syariah : 1 Murabahah addalah sesuatu mekanisme investasi jangka pendek, dan dibandingkan dengan sistem bagi hasil ( musyawarah dan mudharabah), 2 cukup memudahkan Mark-Up dalam murabahah dapat ditetapkan sedemikian rupa sehingga memastikan bank dapat memperoleh keuntungan yang sebanding dengan keuntungan bank-bank yang berabsis bunga yang menjadi saingan bank- 3 bank syariah Murabahah menjauhkan ketidakpastian yang ada pada pendapatan dari 4 bisnis-bisnis dengan sistem bagi hasil Murabahah tidak memungkinkan bank-bank syariah untuk mencampuri manajemen bisnis, karena bank bukanlah mitra nasabah, sebab hubungan 2 mereka dalam murabahah adalah hubungan antara keditur dan debitur. Kerangka Pemikiran Murabahah berasal dari kata ribhu (keuntungan), adalah transaksi jual-beli dimana bank menyebutkan jumlah keuntungannya. Bank bertindak sebagai penjual, sementara nasabah sebagai pembeli. Harga jual adalah harga beli bank dari pemasok ditambah keuntungan (margin). 31 Bank syariah dikembangkan berdasarkan prinsip yang tidak boleh membedakan antara hal temporal (ke dunia) dan keagamaan. Dalam melakukan kegiatan operasional yang berkaitan dengan penyaluran dana khususnya pembiayaan murabahah harus berdasarkan prinsip syariah, pembiayaan murabahah itu sendiri merupakan transaksi jual beli barang ditambah keuntungan yang disepakati oleh kedua belah pihak. Karena dalam definisinya disebutkan adanya keuntungan yang disepakati, karakteristik murabahah adalah penjual harus memberi tahu pembeli tentang harga pembelian barang dan yang merupakan esensi dari murabahah itu sendiri adalah adanya kata sepakat antara penjual dan pembeli dalam hal menetapkan keuntungan atau margin tanpa adanya unsur merugikan salah satu pihak atau dalam artian kata tidak adanya ribhu. Menurut Ibnu Abdhulah Al-arabi Al-maliki yang dikutip dari buku Konsep Produk dan Implementasi Operasional Bank Syariah mendefiniskan ribhu sebagai berikut : “pengertian ribhu menurut bahasa adalah tambahan, namun yang dimaksud dengan ribhu dalam ayat Al-Qur’an yaitu penambahan yang diambil tanpa adanya suatu ‘iwad (penyeimbangan atau pengganti) yang dibenarkan syariah.” (Tim Pengembangan Perbankan Syariah Institut Bankir Indonesia;39) Bila terdapat kerugian maka bank akan menanggung kerugian berupa tidak diterimanya revenuei (imbalan) sebagai bagi hasil yang semestinya diterima. Pokok pembiayaan yang diberikan oleh bank kepada nasabah menjadi tanggung jawab nasabah sepenuhnya untuk tetap dikembalikan kepada bank. Bank syariah dari teori praktik meberikan pengertian keuntungan atau margin adalah kenaikkan bersih dari asset bersih sebagai akibat dari memegang asset yang mengalami peningkatan nilai selama periode yang dipilih oleh pernyataan pendapatan, keuntungan bisa juga diperoleh dari pemindahan saling bergantung secara incidental yang sah dan tidak saling bergantung. Menurut Imam Rusyamsi Assets Liability Management adalah suatu aktivitas yang terus menerus untuk mengkombinasikan sumber dana yang berasal dari masyarakat dan keuntungan atau pendapatan untuk salah satu aktiva yang dianggap paling produktif secara efektif dan efisien untuk mencapai tujuan yang 32 diinginkan. Alasan perlunya aktiva dan pasiva dikelola secara terpadu antara lain perubahan sumber dana, perkembangan sistem informasi dan perubahan posisi aktiva. Umumnya bank syariah mengunakan dana-dana yang diperoleh dari masyarakat berdasarkan prinsip bagi hasil maupun keuntungan atau pendapatan dari penyaluran dana tersebut. Pendapatan bagi hasil yang diperoleh dari deposan dan margin atau keuntungan atas pembiayaan tersebut kemudian di alokasikan ke dalam aktiva produktif (earning assets). Salah satu aktiva produktif yang dikeluarkan oleh bank syariah yaitu pembiayaan murabahah, yang dimaksud dengan aktiva produktif menurt Bank Indonesia adalah semua aktiva dalam rupiah maupun valuta asing yang dimiliki oleh bank dengan maksud memperoleh margin atau keuntungan dengan fungsinya. Dalam produk bank syariah terdapat murabahah dengan prinsip pembiayaan mudharabah dan musyarakah. Di mana dana yang diperoleh bank dari hasil penyaluran dana tersebut dapat dialokasikan untuk menghasilkan pendapatan, dari pendapatan tersebut kemudian didistribusikan kepada para nasabah penyimpan. Seperti yang dijelaskan dalam buku Operasional Bank Syariah : “bahwa hasil penyaluran dana tersebut dapat memberikan pendapatan, atau disebut sebagai sumber-sumber pendapatan syariah, antara lain bagi hasil, atas kontrak pembiaya, keuntungan (margin), atas kontrak jual beli, atas jasa-jasa.” (Muhammad, 2005:276) Dengan adanya penentuan tingkat margin maka harga jual akan dibebani dengan harga beli dan biaya operasional. Biaya operasional itu sendiri adalah biaya yang dikeluarkan oleh pihak bank guna produk pembiayaan murabahah tersebut. Agar memperjelas kerangka pemikiran tersebut penulis menggabarkannya seperti ini : Bank syariah Sumber Dana (funding) Pembiayaan (Lending) Jasa 33 - Laporan L/R Murabahah Tabungan Deposito Giro Biaya Margin Biaya Margin Lapkeu Gambar 2.2 Kerangka Pemikiran 3 Hipotesis Hipotesis yang akan diuji dalam penelitian ini berkaitan dengan ada tidaknya pengaruh positif antara varabel-variabel yang dijabarkan sebelumnya adalah sebagai berikut : Ha : beban operasional memiliki pengaruh yang positif terhadap tingkat margin pada pembiayaan murabahah.