Ringkasan Khotbah

advertisement
Ringkasan Khotbah - 24 Februari 2013
Eksposisi Surat 1 Petrus: Penerima Surat
1Pet.1:1–2
Ev. Calvin Renata
Tidak seperti surat rasul Paulus yang ditujukan kepada satu jemaat, Petrus langsung
menuliskan suratnya untuk ke-5 jemaatnya. Suratnya ini bersifat spesifik kepada
masing-masing jemaat karena mereka mempunyai masalah yang berbeda. 5 kota itu yaitu
Pontus, Galatia, Kapadokia, Asia Kecil, dan Bitinia sudah tidak kita kenal lagi karena sudah
tidak ada lagi. Menurut para ahli Alkitab, kelima kota ini berada di Asia kecil, atau di zaman
sekarang di daerah Turki. Dulunya ini daerah Kristen tetapi kemudian Islam masuk dan
menaklukkan daerah tersebut.
Alkitab tidak menjelaskan siapakah penerima surat Petrus di ke-5 kota ini dan bagaimana
mereka bisa percaya meskipun mereka di luar Israel. Seorang sejarawan gereja, Eusebius, di
abad mula-mula, mengatakan bahwa Petruslah yang menginjili jemaat di ke-5 kota tersebut,
tetapi hal ini tidak pernah dinyatakan dalam Alkitab. Kemungkinan lain adalah saat hari
Pentakosta, orang dari berbagai daerah datang untuk mendengarkan para rasul, termasuk
jemaat dari ke-5 kota tersebut. Kemudian setelah mereka menjadi orang percaya, mereka
kembali ke kota masing-masing dan mendirikan jemaat.
Penerima surat Petrus ini adalah orang gentile Christians, yaitu orang non Yahudi yang
bertobat menjadi orang Kristen. Gentile berarti suatu etnik di luar bangsa Yahudi. Mengapa kita
yakin bahwa Petrus menuliskan suratnya untuk orang gentile Christians? Karena dalam seluruh
suratnya Petrus tidak pernah menyebutkan hukum Taurat. Orang non-Yahudi tidak memahami
hukum Taurat dan mereka tidak perlu dikoreksi mengenai hukum Taurat. Hal ini berbeda
dengan surat Paulus yang selalu mengkoreksi dan mengingatkan bangsa Yahudi mengenai
hukum Taurat.
Satu hal yang unik dalam surat ini adalah rasul Petrus belum tentu mengenal secara pribadi
jemaat di ke-5 kota ini. Mereka tidak dibangun secara pribadi oleh Petrus tetapi karena
peristiwa Pentakosta. Kenapa Petrus yang tidak mengenal jemaat di ke-5 kota secara pribadi
bisa menulis surat kepada mereka?
Pada zaman itu apa yang dilakukan Petrus bukanlah hal yang aneh, nabi Yeremia juga menulis
surat kepada orang Israel yang sedang dalam pembuangan di Babel padahal ia tidak mengenal
orang yang sedang dalam pembuangan, tetapi sebagai nabi Tuhan ia wajib menguatkan dan
menghibur mereka yang sedang dalam pembuangan. Begitu pula Petrus meskipun tidak
1/5
Ringkasan Khotbah - 24 Februari 2013
mengenal para jemaat secara pribadi memberikan penghiburan dan kekuatan karena mereka
sedang mengalami banyak penganiayaan.
Dalam Perjanjian Baru, ada 2 kitab selain surat 1 Petrus yang ditujukan kepada jemaat yang
dalam pembuangan adalah Yakobus. Kitab ini ditujukan kepada 12 suku yang berada dalam
pembuangan. Surat yang ditulis Petrus dan Yakobus ini diedarkan berkeliling ke masing-masing
kota supaya menjadi penghiburan.
Rasul Petrus memberikan 3 sebutan bagi penerima suratnya. Pertama, umat pilihan Allah.
Pada ayat 1, di dalam Alkitab terjemahan LAI, kata umat pilihan Allah ini hilang. Petrus
mengatakan dengan berani di dalam suratnya bahwa mereka adalah umat pilihan Allah,
meskipun mereka adalah orang-orang non-Yahudi. Petrus memiliki peran penting dalam gereja
mula-mula, karena ia adalah orang pertama yang dipanggil Tuhan untuk menyaksikan sendiri
Injil diberitakan kepada orang non Yahudi. Sehingga saat Yerusalem memperdebatkan apakah
Injil boleh diberitakan kepada orang non-Yahudi, Petrus menjawab perlu. Petrus dengan tidak
ragu-ragu menyebut orang non-Yahudi yang bertobat ini sebagai umat pilihan Tuhan.
Kedua, Petrus menyebut mereka sebagai strangers (orang asing). Di LAI diterjemahkan
sebagai pendatang, terjemahan ini kurang tepat karena mereka disebut sebagai orang asing
meskipun mereka tinggal di tempat kelahirannya (jadi bukan pendatang).
Ketiga, Petrus menyebut mereka sebagai orang yang dibuang. Di dalam bahasa Yunani Petrus
menyebut mereka diaspora. Kata diaspora ini memiliki arti orang yang di dalam pembuangan.
Terjemahan LAI “orang yang tersebar” kurang tepat.
Di dalam 3 sebutan yang Petrus berikan ada paradoks yang muncul.
(a) orang yang sudah dipilih oleh Tuhan biasanya tidak mungkin menjadi orang asing, begitu
pula sebaliknya, orang asing tidak mungkin dipilih Tuhan. Petrus seolah-olah menggabungkan
2 sifat yang tidak mungkin digabung yaitu ekkletoi (dipilih) dan parabidemoi (orang asing). Ada
dua realita yang bertentangan dalam jemaat yang menerima surat ini. Jemaat di ke-5 kota ini
dipilih (ekkletoi) oleh Tuhan, tetapi pada saat yang sama mereka dibenci oleh dunia ini. Kita
menjadi orang asing di dalam dunia justru ketika kita dipilih oleh Tuhan. Hal ini dinyatakan
dalam Yoh.15:18. Dunia yang membenci kita telah terlebih dahulu membenci Kristus. Dunia
membenci kita, orang percaya, karena kita tidak berasal dari dunia. Manusia tidak bisa berdiri di
posisi netral antara dunia dan Tuhan. Jika kita mengasihi dunia dan segala isinya maka hati kita
tidak akan mengasihi Tuhan. Manusia harus memilih siapa yang ia kasihi.
2/5
Ringkasan Khotbah - 24 Februari 2013
(b) Petrus juga menyebut mereka sebagai orang yang terbuang. Dalam sejarah Israel, mereka
mengalami pembuangan sebanyak 3 kali, yaitu pembuangan ke Babel, pembuangan ke Asyur,
dan pada tahun 70 Masehi, bangsa Israel dibuang (disebar) ke seluruh dunia.
Kata diaspora di dalam Alkitab, umumnya berarti negatif, yaitu Tuhan sudah membuang kita
dan tidak peduli lagi. Tetapi kata diaspora yang dipakai oleh Petrus dalam suratnya ini berarti
dibuang oleh dunia. Orang percaya dibenci dan dibuang oleh dunia. Petrus menuliskan surat ini
di kota Roma, di mana saat itu Petrus sedang mengalami pembuangan (ditahan). Surat ini
merupakan surat dari seorang buangan kepada orang-orang buangan lainnya.
Ketiga sifat ini harus ada di dalam diri setiap orang percaya kepada Tuhan. Kita merupakan
umat pilihan Allah, orang asing di dunia ini dan sedang mengalami pembuangan di dunia ini.
Jika kita tidak mempunyai ketiga sifat ini, kita harus mulai mempertanyakan iman kita. Orang
Kristen yang senang hidup di dunia tidak pernah merindukan surga dan warisannya yang paling
indah yang disediakan Tuhan.
Petrus memberikan penghiburan kepada jemaat di ke-5 kota ini, bukan dengan penghiburan
yang kosong, tetapi dengan kalimat yang mengingatkan mereka bahwa mereka adalah umat
pilihan Allah yang dibuang oleh dunia.
Petrus memberikan doktrin yang sangat penting di ayat 2, yaitu doktrin predestinasi.
Terjemahan LAI : “yaitu orang-orang yang dipilih, sesuai dengan rencana Allah (NIV:
foreknowledge), …,” kurang tepat. Kata foreknowledge dalam bahasa aslinya adalah
proginosko. Pro berarti sebelum, ginosko berarti pengetahuan, sehingga jika ayat ini
diterjemahkan secara harafiah berarti “Yang dipilih berdasarkan pra-pengetahuan Allah …”
Di sinilah muncul problem dalam memahami doktrin predestinasi. Selama ini kita belajar bahwa
kita dipilih bukan berdasarkan Allah tahu terlebih dahulu siapa yang akan percaya kepada-Nya
melainkan berdasarkan ketetapan dan kedaulatan Allah. Jika demikian mengapa Petrus
mengatakan demikian? Kata proginosko hanya muncul 2 kali dalam Alkitab. Kata ini juga
muncul di Roma 8:29 yang ditulis oleh Paulus. Jadi manakah yang benar? Kita dipilih
berdasarkan ketetapan atau pra-pengetahuan Allah?
3/5
Ringkasan Khotbah - 24 Februari 2013
Kubu Armenian menggunakan kedua bagian ayat ini untuk mengajarkan bahwa kita dipilih oleh
pra-pengetahuan Allah. Perbedaannya adalah dalam teologi Reformed kita percaya kita dipilih
berdasarkan kedaulatan dan ketetapan Allah sebelum segala sesuatu ada. Artinya inisiatif ada
di tangan Tuhan. Sebelum manusia mampu merespon, Tuhan sudah memilih untuk
menyelamatkan kita. Tetapi dalam ajaran Armenian, Tuhan memilih kita karena
pra-pengetahuan-Nya. Tuhan tahu kita akan bertobat maka Tuhan memilih kita. Menurut ajaran
Armenian, Tuhan baru memilih kita saat kita berespon. Allah pasif dan inisiatif keselamatan ada
di tangan manusia. Seharusnya Allah berinisiatif menyelamatkan manusia bahkan sebelum
manusia itu ada (baca Ef.1:4; 2:8). Rencana Tuhan mendahului respon manusia.
Lalu apakah arti ayat 2 ini? Apakah Alkitab mengajarkan hal yang bertentangan? Di dalam
Alkitab, kata foreknowledge tidak hanya menunjuk kepada pengetahuan semata-mata. Di
dalam pemakaiannya ada unsur pengenalan dan kehendak Allah. Kata ‘know’ di dalam bahasa
Inggris bisa berarti kenal dan tahu dan mengandung unsur relationship. Misalnya dalam Amos
3:2 Tuhan berfirman kepada bangsa Israel melalui dia “Hanya kamulah yang Kukenal dari
segala kaum di muka bumi,…” Hal ini bukan berarti Allah tidak mengenal bangsa yang lain,
tetapi dari semua bangsa yang ada di muka bumi ini, Allah hanya mencintai bangsa Israel. Jadi
kata foreknowledge yang dipakai di ayat ini bersifat relationship knowledge bukan sekedar
intellectual knowledge. Pengetahuan Allah bersifat relasional antara Allah dan ciptaan-Nya.
Tuhan tahu kita umat pilihan-Nya karena Tuhan terlebih dahulu menetapkan kita menjadi
umat-Nya.
Doktrin predestinasi tidak gampang diterima oleh semua orang Kristen. Bahkan sampai saat ini.
Orang yang menerima doktrin predestinasi pun belum tentu mengerti ajaran ini dengan benar.
Petrus justru menghibur jemaat dengan mengajarkan doktrin predestinasi. Banyak gereja saat
ini mengabaikan doktrin dan lebih mengutamakan perasaan. Gereja saat ini lebih banyak
mengkhotbahkan psychological preaching, khotbah yang menenangkan dan menyenangkan
hati kita, mengajarkan Kristus yang berbeda dengan Alkitab. Kristus dimanipulasi untuk
mengikuti keinginan kita.
Di ayat ke 2 ini Petrus juga berbicara mengenai doktrin Trinitas. Dalam ayat ini Petrus membalik
urutan Trinitas. Dalam Mat.28:19 Yesus mengatakan “Baptislah mereka di dalam nama Bapa,
Anak, dan Roh Kudus.” Kenapa Petrus membalik urutan menjadi Bapa, Roh Kudus, dan Anak?
Bolehkah kita menukar urutan dalam Allah Tritunggal? Rasul Petrus seringkali melakukan hal
ini dalam suratnya yang lain.
Saat Petrus membalik urutan Allah Tritunggal, ia sedang berbicara dalam aspek praktika dari
Allah Tritunggal. Allah Tritunggal dalam teologi Reformed berbeda dengan yang diajarkan
4/5
Ringkasan Khotbah - 24 Februari 2013
dalam Saksi Yehova. Dalam ajaran Saksi Yehova, urutan penyebutan berarti mewakili hierarki
pribadi tersebut. Karena Allah Bapa disebut lebih dulu maka Ia adalah yang tertinggi. Tetapi di
dalam Alkitab penyebutan pribadi Tritunggal tidak ada sangkut pautnya dengan ordo / hierarki
masing-masing pribadi.
Petrus bukan mau menukar hierarki dari Allah Tritunggal, tetapi Yesus sedang berbicara dalam
aspek praktika. Orang yang berdosa bisa percaya kepada Yesus Kristus jika ia terlebih dahulu
dilahirbarukan oleh Roh Kudus. Inilah maksud dari Petrus. Petrus tidak sedang berbicara
mengenai Trinitas dalam kekekalan, tetapi Trinitas dalam aspek praktika, yaitu Allah Bapa yang
merencanakan tetapi Allah Roh Kuduslah yang menguduskan kita sehingga akhirnya dapat
percaya dan taat kepada Yesus Kristus.
(Transkrip belum diperiksa pengkhotbah, MD).
5/5
Download