Kaji Sengketa Tanah, Rizky Juliani Jadi Wisudawan

advertisement
Kaji Sengketa Tanah, Rizky
Juliani
Jadi
Wisudawan
Terbaik S1 FH
UNAIR NEWS – Aktif berorganisasi dan berkegiatan di luar
kampus menjadi sesuatu yang menyenangkan bagi Rizky Juliani
Wulansari. Hal itu dilakukan selama menempuh studinya di
Fakultas Hukum Universitas Airlangga (UNAIR). Dengan aktif di
berbagai kegiatan seperti BEM FH UNAIR periode 2015, lalu
aktif dalam Kementerian Advokasi Mahasiswa dan Kebijakan
Publik, membawa Rizky meraih pengalaman berharga. Ia juga
bergabung dengan Unit Konsultasi Bantuan Hukum (UKBH) FH UNAIR
untuk membantu masyarakat, khususnya yang kurang mampu yang
punya persoalan hukum seperti kasus tanah, perceraian,
warisan, dsb.
“Padatnya kegiatan itu justru memotivasi saya untuk belajar
agar meraih prestasi,” kata Rizky yang berhasil menjadi
wisudawan terbaik S1 FH UNAIR dengan IPK 3, 86.
Dalam tugas akhirnya ia mengambil judul “Perolehan Hak Atas
Tanah yang Berasal Dari Tanah Negara Bekas Konversi Hak
Barat”. Alasan mengapa memilih judul itu, karena dalam
prakteknya, khususnya di lingkup lembaga peradilan maupun
institusi pertanahan sendiri, yaitu BPN (Badan Pertanahan
Nasional) kurang memahami ketentuan tentang perolehan hak atas
tanah terhadap tanah negara bekas konversi hak barat tersebut.
“Tidak jarang beragam kasus itu sering menimbulkan sengketa
pertanahan yang berlarut-larut. Akibatnya banyak merugikan
kepentingan berbagai pihak,” jelasnya.
Menurut dia, mengkaji hukum yang berkaitan dengan tanah itu
sangat penting. Sebab pasca berlakunya Undang-undang Pokok
Agaria (UUPA) tahun 1960, semua tanah, baik hak atas tanah
yang berasal dari hukum adat atau hak atas tanah yang berasal
dari hukum barat dikonversi menjadi hak-hak tanah menurut
UUPA. Jika jangka waktunya telah selesai, maka demi hukum
tanah tersebut menjadi tanah yang dikuasai langsung oleh
negara atau biasa disebut tanah negara.
“Dalam posisi demikian, hubungan hukum antara pemilik dengan
tanahnya terputus. Namun bekas pemegang hak masih mempunyai
hubungan keperdataan dengan benda-benda lain diatasnya,
misalnya tanaman, bangunan yang berdiri diatas tanah
tersebut,” kata Rizky. (*)
Penulis: Moch Ahalla Tsauro
Editor: Bambang ES
Download