BAB I PENDAHULUAN Sepsis adalah respon tubuh terhadap

advertisement
BAB I
PENDAHULUAN
Sepsis adalah respon tubuh terhadap infeksi yang menyebar melalui darah dan
jaringan lain. Tubuh mengadakan respon inflamasi secara luas terhadap infeksi yang dapat
terjadi secara berlebihan diluar kendali dan meningkatkan risiko bahaya. Sepsis merupakan
suatu keadaan yang sangat serius. Bahkan walaupun sepsis telah diketahui dan dirawat dini,
sepsis dapat menyebabkan syok, kerusakan organ, cacat permanen atau kematian 1,6,9.
Pemahaman mengenai terminologi merupakan hal yang penting untuk dapat mengerti
terjadinya sepsis. Selama ini definisi umum mengenai sepsis telah ada untuk pasien dewasa,
namun belum pada pasien anak. Perlu modifikasi banyak variabel dari pemeriksaan fisik dan
laboratorium untuk menjelaskan systemic inflammatory response syndrome (SIRS) dan
disfungsi organ dalam perjalanan dan tingkatan sepsis pada anak 2,9.
Variabel klinis yang digunakan untuk menjelaskan SIRS atau disfungsi organ sangat
dipengaruhi oleh perubahan fisik normal yang terjadi sesuai umur anak. Oleh karena itu,
definisi sepsis pada anak didasarkan pada nilai normal tanda vital dan nilai laboratorium yang
spesifik menurut umur. Pembagian menurut umur dapat dilihat di tabel 1 2 :
Tabel 1. Pembagian umur anak untuk definisi severe sepsis2
Bayi baru lahir
0 hari sampai 1
Neonatus
minggu
Bayi
1 minggu sampai
Balita dan Prasekolah
1 bulan
Anak usia sekolah
1 bulan sampai 1
Remaja dan dewasa muda
tahun
2 – 5 tahun
6 – 12 tahun
13 sampai <18
tahun
BAB II
ILUSTRASI KASUS
STATUS PASIEN
Nama Mahasiswa
: Bhastiyan D.W.
Pembimbing
: dr.Hj. Siti Rahma R, Sp.A
NIM
: 030.08.059
Tanda Tangan :
IDENTITAS PASIEN
Data
Nama
Umur
Jenis Kelamin
Alamat
Agama
Suku bangsa
Pendidikan
Pekerjaan
Penghasilan
Keterangan
Pasien
Ayah
Ibu
An. C
Tn. P
Ny. M
4 bulan
38 tahun
34 tahun
Perempuan
Laki-laki
Perempuan
Jl Dukuh Zamrud RT 001/020 Mustika Jaya Bekasi
Kristen
Islam
Islam
Jawa
Jawa
Jawa
SMA
SMA
Wiraswasta
Wiraswasta
Hubungan
dengan
orang tua : Anak
kandung
ANAMNESIS
Dilakukan sacara Alloanamnesis kepada ibu pasien pada hari Senin tanggal 9
November 2015
Keluhan Utama :
Kejang berulang sejak 1 hari SMRS
Keluhan Tambahan :
Demam, batuk
Riwayat Penyakit Sekarang :
OS datang dengan keluhan kejang sejak 1 hari SMRS. Orangtua pasien mengatakan
kejang sebanyak 3x,seluruh tubuh dengan lama kurang dari 15 menit dan setelah kejang
pasien sadar. 1 hari SMRS menurut penjelasan orangtua, pasien mengalami mencret sebanyak
3x konsistensi cair,lendir (+) Ampas (+) berwarna hijau. 3 hari SMRS pasien menderita
batuk, yang disertai demam tinggi. Demam dirasakan oleh orang tua pasien tinggi sepanjang
hari. Orang tua pasien sudah membawa pasien ke dokter tapi tidak ada perubahan. 1 hari
SMRS orang tua pasien mengatakan bahwa pasien sudah tidak mau makan dan minum. Dan
pasien lebih diam dan cenderung tidur. Alergi dan asma disangkal orang tua OS.
2
Riwayat Penyakit Dahulu :
Penyakit
Alergi
Cacingan
DBD
Thypoid
Otitis
Parotis
Umur
-
Penyakit
Difteria
Diare
Kejang
Maag
Varicela
Operasi
Umur
-
Penyakit
Jantung
Ginjal
Darah
Radang paru
Tuberkulosis
Morbili
Umur
-
Riwayat Penyakit Keluarga :
Tidak ada anggota keluarga yang mengalami penyakit yang sama seperti pasien, tidak ada
kejang, batuk – batuk lama.
Riwayat Kehamilan dan Kelahiran :
KEHAMILAN
KELAHIRAN
Morbiditas kehamilan
Perawatan antenatal
Tempat kelahiran
Penolong persalinan
Cara persalinan
Masa gestasi
Tidak ditemukan kelainan
Setiap bulan periksa ke bidan
Rumah bersalin
dr SpOG
SC
9 bulan
Berat lahir 3400 g
Panjang badan 47 cm
Keadaan bayi
Lingkar kepala tidak ingat
Langsung menangis
Nilai apgar tidak tahu
Tidak ada kelainan bawaan
Kesan : Riwayat kehamilan dan persalinan pasien baik
3
4
Z-Score
>3 SD
>2 SD
>1 SD
1 < SD > -2
<-2 SD
<-3 SD
Riwayat Pertumbuhan dan Perkembangan :
Pertumbuhan gigi I
Keterangan
Obese (sangat gemuk)
Overweight (gemuk)
Possible risk of overweight
Berat badan sesuai
Wasted (kurus)
Severely wasted (sangat kurus)
: - (normal: 5-9 bulan)
Psikomotor
Tengkurap
: 4 bulan (normal: 3-4 bulan)
Duduk
: - (normal: 6 bulan)
Berdiri
: - (normal: 9-12 bulan)
Berjalan
: - (normal: 13 bulan)
Bicara
: - (normal: 9-12 bulan)
Kesan :
Riwayat pertumbuhan dan perkembangan pasien sesuai usia.
Riwayat Makanan
Umur (bulan)
ASI/PASI
Buah/biskuit
Bubur susu
0-2
+
2-4
+
4-6
6-8
8-10
Kesan : kebutuhan gizi pasien terpenuhi cukup baik
Nasi tim
Riwayat Imunisasi :
vaksin
Dasar (umur)
BCG
1 bln
DPT
POLIO
CAMPAK
HEPATITIS B
Kesan : Imunisasi dasar tidak lengkap
Ulangan (umur)
Riwayat Keluarga :
Ayah
Ibu
Anak pertama
Nama
Tn. B
Ny.S
An. C
Perkawinan ke
Pertama
Pertama
Umur
31 tahun
31 tahun
1 tahun
Keadaan kesehatan
Baik
Baik
Kesan : Keadaan kesehatan kedua orang tua dalam keadaan baik.
Riwayat Perumahan dan Sanitasi :
5
Tinggal dirumah sendiri. Terdapat dua kamar. Ventilasi baik, cahaya matahari cukup,
air minum dan air mandi berasal dari air tanah.
Kesan : Kesehatan lingkungan tempat tinggal pasien cukup baik.
PEMERIKSAAN FISIK











Keadaan umum
Tanda Vital
- Kesadaran
- Frekuensi nadi
- Frekuensi pernapasan
- Suhu tubuh
Data antropometri
- Berat badan
- Tinggi badan
Kepala
- Bentuk
- Rambut
- Mata
- Telinga
- Hidung
- Mulut
Leher
Thorax
Paru
- Inspeksi
- Palpasi
- Perkusi
- Auskultasi
Jantung
- Inspeksi
- Palpasi
- Perkusi
- Auskultasi
Abdomen
- Inspeksi
- Auskultasi
- Palpasi
- Perkusi
Kulit
Ekstremitas
: tampak sakit berat, pasien apatis
: Apatis
: 160x/menit,pulsasi lemah
: 60x/menit
: 40,2 oC
: 5 kg
: 50 cm
: normocephali, ubun-ubun cekung +/+
: rambut hitam, tidak mudah dicabut, distribusi merata
: conjungtiva anemis -/-, sklera ikterik -/-, pupil isokor,
RCL +/+, RCTL +/+, mata cekung +/+
: normotia, membran timpani intak, serumen -/: bentuk normal, sekret -, nafas cuping hidung -/: dbn
: KGB tidak membesar
: pergerakan dinding dada simetris,
retraksi suprasternal +, retraksi sub costae +
: vocal fremitus simetris
: sonor di kedua lapang paru
: suara napas vesikuler, ronki +/+, wheezing -/: ictus cordis tidak nampak
: ictus cordis teraba pada ICS V garis midclavicula kiri
: batas atas
: ICS II garis parasternal kiri
batas kanan : ICS IV garis parasternal kanan
batas kiri
: ICS IV garis midclavicula kiri
: BJ I-II reguler, murmur -, gallop : perut datar
: bising usus 6x/menit
: supel, nyeri tekan -, hepar teraba membesar
: shifting dullness -, nyeri ketok : ikterik -, petechie : akral dingin, sianosis -, edema 6
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Laboratorium darah tanggal 25 Oktober 2015
Jenis Pemeriksaan
HEMATOLOGI
Darah Rutin
Leukosit
Hemoglobin
Hematoktrit
Trombosit
GDS
Hasil
Satuan
Nilai Normal
28,8
10,4
32,0
139
127
Ribu/ul
g/dl
%
Ribu/ul
Mg/dl
5-10
12-14
37-47
150-400
60-100
Rontgen Thorax AP:
Kesang: Bronkopneumonia Duplex
7
BAB III
RESUME
Anamnesis
Os datang dengan keluhan kejang sejak 1 hari SMRS. Orangtua pasien mengatakan
kejang sebanyak 3x,seluruh tubuh dengan lama kurang dari 15 menit dan setelah kejang
pasien sadar. 1 hari SMRS menurut penjelasan orangtua, pasien mengalami mencret sebanyak
3x konsistensi cair,lendir (+) Ampas (+) berwarna hijau. 3 hari SMRS pasien menderita
batuk, yang disertai demam tinggi. Demam dirasakan oleh orang tua pasien tinggi sepanjang
hari.. 1 hari SMRS orang tua pasien mengatakan bahwa pasien sudah tidak mau makan dan
minum. Dan pasien lebih diam dan cenderung tidur.
Pemeriksaan fisik



Keadaan umum
: tampak sakit berat, pasien apatis
Tanda Vital
- Kesadaran
: Somnolen
- Frekuensi nadi
: 160x/menit,pulsasi lemah
- Frekuensi pernapasan
: 60 x/menit
- Suhu tubuh
: 40,2oC
Thorax : Retraksi suprasternal +, retraksi sub costae +, Ronki +/+, ubun-ubun cekung,
mata sekung +/+
Pemeriksaan penunjang
Laboratorium darah
Jenis Pemeriksaan
HEMATOLOGI
Darah Rutin
Leukosit
Hemoglobin
Hematoktrit
Hasil
Satuan
Nilai Normal
28,8
10,4
32,0
Ribu/ul
g/dl
%
5-10
12-14
37-47
8
Trombosit
GDS
139
127
Ribu/ul
Mg/dl
150-400
60-100
Rontgen thorax PA
Kesan : Bronkopneumonia Duplex
RENCANA PEMERIKSAAN TAMBAHAN
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Pemeriksaan darah lengkap
Analisa gas darah
Elektrolit darah
CRP
Fungsi Hepat
Ureum Creatinin
DIAGNOSIS KERJA
1. Syok Septic
2. Bronchopneumonia berat
3. MODS
DIAGNOSIS BANDING
1. Bronkiolitis
PENATALAKSANAAN
Non medikamentosa
1. Bed rest
2. Edukasi kepada orangtua tentang penyakit yang diderita
3. Pro picu
Medikamentosa
1.
2.
3.
4.
5.
O2 2 L/m
IVFD loading RL 50 cc  maintanance 20tpm
Ceftriaxon 1x 500mg / IV
Sanmol drip 4 x 50 mg
Sibital 100 mg dalam 50cc habis dalam 30 menit  maintanance 2x15 mg 12 jam
kemudian
6. Ranitidin 2 x 10mg iv
7. Dexamethasone 3 x 1mg / IV
PROGNOSIS



Ad vitam
: Dubia ad malam
As fungsionam
: Dubia ad malam
Ad sanationam
: Dubia ad malam
FOLLOW-UP
PICU 25/10/2015
PICU 26/10/2015
PICU 27/10/2015
9
S
-
KU : TSB
Kesadaran : somnolen
Nadi 134x/menit
Napas
terpasang
ventilator
Peep : 5 Pmax : 20 FiO2
O
-
P
L
KU : TSB
Kesadaran
-
somnolen
Nadi 134x/menit
Napas
Terpasang -
Somnolen
Nadi 100x/menit
Napas
Terpasang
Ventilator
Suhu 36oC
Thorax
o Retraksi
Ventilator
Suhu 36oC
Thorax
o Ronki +/+
o Retraksi
90% RR 30 Ti : Te 1:2
o
Suhu 37,6 C
Thorax
o Retraksi suprasternal
+
o Retraksi sub costae +
o Ronki +/+
A
-
: -
-
suprasternal +
o Retraksi
sub
KU : TSB
Kesadaran
suprasternal +
o Retraksi
Syok Septic
costae +
o Ronki +/+
Syok Septic
subcostae +
Syok Septic
MODS
MODS
MODS
Bronkopneumonia
- IVFD N5 20cc/jam
- Bc 75cc/hr
- Ivelip 20% 1cc/jam
- Dopamin 5mcg
- Meropenem 2x200
- Omeperazole 2x5mg
- Sibiltal 2x15mg
- Dexa 3x1 mg
- Urdafalk 3x50mg
- L-zink 1x1cth
- PRC 50cc
Bronkopneumonia
Bronkopneumonia
- IVFD Tridex plain - IVFD N5 20cc/jam
- Bc 75cc/hr
30cc/jam
- Ivelip 20% 1cc/jam
- D10 2ml/KgBB
- Dopamin 5mcg
- Bc 75cc/hr
- Meropenem 2x200
- Ivelip 20% 1cc/jam
- Omeperazole 2x5mg
- Dopamin 5mcg
- Sibiltal 2x15mg
- Meropenem 2x200
- Dexa 3x1 mg
- Omeperazole 2x5mg
- Urdafalk 3x50mg
- Dexa 3x1mg
- L-zink 1x1cth
- Urdafalk 2x50mg
- Albapure 25% /
-
Leukosit 20
Hemoglobin 8,5
Hematokrit 35
Trombosit 129
Na 129
K 4,5
Cl 93
GDS 127
LED 12
PH 7,4
PCO2 12,7
PO2 191,7
HCO3 8,8
BE -12,5
-
25cc/12jam
NGT  puasa
GDS 22
Na 131
K 4,0
Cl 92
PH 7,4
PO2 125,3
PCO2 24,2
HCO3 18,0
BE -3,8
Albumin 2,07
SGOT 811
SGPT 736
Ureum 31
Kreatinin 0,82
:
-
Leukosut 18,7
Hb 11,5
Hematokrit 35
Trombosit 93
10
S
O
PICU 28/10/2015
- KU : TSB
- Kesadaran : somnolen
- Nadi 109x/menit
- Napas
terpasang
-
ventilator
o
Suhu 36 C
Thorax
o Retraksi suprasternal
+
o Retraksi sub costae +
o Ronki +/+
A
P
L
Ruangan 9/11/2015
- KU : TSS
- Kesadaran
PICU 10/10/2015
- KU : TSS
: - Kesadaran
Composmentis
Nadi 120x/menit
RR 32
Suhu 36oC
Thorax
o Retraksi
-
suprasternal o Retraksi
sub
:
Composmentis
Nadi 120x/menit
RR 28
Suhu 36,6oC
Thorax
o Ronki +/+
o Retraksi
suprasternal o Retraksi
Syok Septic
costae o Ronki +/+
Syok Septic
subcostae Syok Septic
MODS
MODS
MODS
Bronkopneumonia
- IVFD N5 20cc/jam
- Bc 75cc/hr
- Ivelip 20% 1cc/jam
- Dopamin 5mcg
- Meropenem 2x200
- Omeperazole 2x5mg
- Sibiltal 2x15mg
- Dexa 2x1 mg
- Urdafalk 3x50mg
- L-zink 1x1cth
- Protein total 4,5
- Albumin 3,4
- Globulin 1,1
- GDS 202
- Na 130
- K 3,5
- CL 84
Bronkopneumonia
- N5 15cc/jam
- Cepefime 2x250
- Urdafalk 3x50mg
- Luminal 2x15mg
- Kandistatin 3x1cc
- Nebu:
Ven:Nacl
Bronkopneumonia
- N5 15cc/jam
- Cepefime 2x250
- Urdafalk 3x50mg
- Luminal 2x15mg
- Kandistatin 3x1cc
- Nebu:
Ven:Nacl
-
1:3/6jam
Mucos drop 3x0,3cc
-
Leukosit 7,7
Eritrosit 4,64
Hb 12,1
Hematokrit 37,6
Trombosit 224
Albumin 3,32
GDS 79
Na 140
K 4,7
CL 99
PH 7,5
PCO2 27,3
PO2 233
HCO3 22,7
BE 1,3
-
1:3/6jam
Mucos drop 3x0,3cc
11
DAFTAR MASALAH
No
1
Daftar Masalah
Kejang
Definisi
Analisa Masalah
Perubahan fungsi otak Pada kasus kejang yang timbul
mendadak
dan mungkin dikarenakan demam yang
sementara akibat dari terlalu tinggi,gangguan elektrolit
aktivitas neuronal yang atau adanya gangguan metabolisme
abnormal dan sebagai
pelepasan
listrik
serebral
2
Demam
yang
berlebihan
Keadaan peningkatan Pada kasus demam diakibatkan
suhu
inti,
yang upaya pertahanan tubuh terhadap
merupakan bagian dari invasi bakteri. Fokus infeksi pada
respon
pertahanan kasus terjadi pada paru-paru
organisme multiseluler
(host) terhadap invasi
3
mikroorganisme
yang
patogenik
atau
yang
dianggap
asing
oleh
host
Bronkopneumonia peradangan pada paru Pada
Berat
dimana
proses didiagnosis
peradangannya
menyebar
bronkopneumonia
berdasarkan
gejala
ini klinis yang ada pada pasien. Antara
membentuk lain
bercak-bercak
yang
kasus
demam
tinggi,batuk
dan
infiltrat pernafasan yang cepat
berlokasi
di
alveoli paru dan dapat
pula
4
5
GE
Syok
melibatkan
bronkiolus terminal
Inflamasi usus yang Pada kasus terjadinya GE mungkin
disebabkan
oleh disebabkan oleh penyebaran kuman
virus,bakteri
dan yang menyerang paru-paru melalui
patogen parasit
darah kemudian menyerang usus.
Sindroma klinis dimana Pada kasus syok tergolong syok
12
terdapat
dalam
kegagalan septic.
hal
Ditegakkan
mengatur adanya
berdasarkan
tanda-tanda
peredaran darah dengan sepsis,gangguan sirkulasi berupa
akibat
terjadinya akral dingin, nadi cepat dan lemah,
kegagalan
memenuhi
6
Anemia
untuk ditandai adanya kerusakan pada
kebutuhan salah satu organ.
metabolisme tubuh
Kekurangan sel darah Pada kasus anemia yang terjadi
merah yang disebabkan akbiat hemolisis mikroangiopati.
oleh hilangnya darah Keadaan seperti ini terjadi pada
terlalu cepat atau terlalu DIC ( Disseminated Intravascular
lambatnya produksi sel Coagulation)
7
DIC
darah merah.
Keadaan dimana sistem Pada kasus DIC terjadi disebabkan
koagulasi
fibrinolitik
secara
dan
atau oleh keadaan septikemia, akibat
teraktivasi endotoksin yang dihasilkan oleh
sistemik, bakteri.
menyebabkan koagulasi
intravaskular luas dan
melebihi
8
Hipoalbumin
antikoagulan alamiah
Keadaan dimana kadar Pada kasus hipoalbumin terjadi
albumin
normal
9
Hiponatremi
mekanisme
dibawah akbiat kerusakan pada organ hepar
yang bersifat akut dan reversible
akbiat dari sepsis.
Keadaan dimana kadar Pada kasus disebabkan
oleh
natrium dibawah nilai peningkatan suhu tubuh akibat
normal
septikemia  laju metabolisme
meningkat  terjadi peningkatan
evaporasi. Akibat dari intake yang
10
Hipokalemi
berkurang
Keadaan dimana kadar Pada kasus
disebabkan
oleh
kalium dibawah nilai peningkatan suhu tubuh akibat
normal
septikemia  laju metabolisme
meningkat  terjadi peningkatan
13
evaporasi. Akibat dari intake yang
11
Trombositopenia
berkurang
Keadaan dimana kadar Pada kasus trombositopenia terjadi
trombosit dibawah nilai akbiat destruksi dari trombosit.
normal
12
Leukositosis
Salah penyebab destruksi adalah
keadaan DIC.
Keadaan dimana kadar Pada kasus leukositosis terjadi
leukosit
diatas
nilai akibat
normal
13
Hipoglikemia
adanya
infeksi.
Fokus
infeksi pada kasus ini ada pada
paru-paru
Keadaan dimana kadar Pada kasus disebabkan karena
glukosa dalam darah adanya gangguan metabolisme
14
Alkalosis
dibawah nilai normal
Kondisi medis dimana Pada
Respiratorik
peningkatan
respirasi kompensiasi
(hiperventilasi)
PICU
kasus
disebabkan
tubuh
oleh
untuk
mengurangi hipoksia pada tubuh.
R. Melati (M2)
BAB IV
SEPSIS
2.1 Definisi Sepsis
Sepsis adalah respon tubuh terhadap infeksi yang menyebar melalui darah dan
jaringan lain. Tubuh mengadakan respon inflamasi secara luas terhadap infeksi yang dapat
14
terjadi secara berlebihan diluar kendali dan meningkatkan risiko bahaya. Sepsis merupakan
suatu keadaan yang sangat serius. Bahkan walaupun sepsis telah diketahui dan dirawat dini,
sepsis dapat menyebabkan syok, kerusakan organ, cacat permanen atau kematian 1,6,9.
Pemahaman mengenai terminologi merupakan hal yang penting untuk dapat mengerti
terjadinya sepsis. Selama ini definisi umum mengenai sepsis telah ada untuk pasien dewasa,
namun belum pada pasien anak. Perlu modifikasi banyak variabel dari pemeriksaan fisik dan
laboratorium untuk menjelaskan systemic inflammatory response syndrome (SIRS) dan
disfungsi organ dalam perjalanan dan tingkatan sepsis pada anak 2,9.
Variabel klinis yang digunakan untuk menjelaskan SIRS atau disfungsi organ sangat
dipengaruhi oleh perubahan fisik normal yang terjadi sesuai umur anak. Oleh karena itu,
definisi sepsis pada anak didasarkan pada nilai normal tanda vital dan nilai laboratorium yang
spesifik menurut umur. Pembagian menurut umur dapat dilihat di tabel 1 2 :
Tabel 1. Pembagian umur anak untuk definisi severe sepsis2
Bayi baru lahir
0 hari sampai 1
Neonatus
minggu
Bayi
1 minggu sampai
Balita dan Prasekolah
1 bulan
Anak usia sekolah
1 bulan sampai 1
Remaja dan dewasa muda
tahun
2 – 5 tahun
6 – 12 tahun
13 sampai <18
tahun
Bayi baru lahir, neonatus, balita dan usia prasekolah, usia sekolah, remaja dan dewasa
muda. Pada tabel tersebut bayi baru lahir berumur 0 – 7 hari. Ini tidak termasuk bayi
prematur karena biasanya perawatannya dilakukan di neonatal intensive care units (NICU).
Pembagian menurut umur ini didapat dari kombinasi risiko yang spesifik terhadap umur
untuk terjadinya infeksi invasif, rekomendasi pengobatan dengan antibiotik yang spesifik
terhadap umur, dan perubahan fisiologis kardiorespiratory. Kata “anak” meliputi semua
kelompok umur ini2.
Menurut American College of Chest Physicians and Society of Critical Care, SIRS
merupakan istilah yang dipakai untuk menjelaskan proses inflamasi nonspesifik yang terjadi
15
pada pasien dewasa setelah trauma, infeksi, luka bakar, pankreatitis, atau penyakit lain.
Sepsis diartikan sebagai SIRS yang behubungan dengan infeksi. Kriteria SIRS dibuat untuk
dewasa, dan memuat sejumlah gejala klinik dan laboratorium yang nilainya spesifik untuk
dewasa. Beberapa modifikasi dari kriteria untuk anak-anak bisa didapatkan di literatur2.
Konsensus definisi SIRS pada anak dapat dilihat pada tabel 2, perbedaan dengan
SIRS pada dewasa adalah yang dicetak tebal. Perbedaan utama definisi SIRS pada dewasa
dan anak adalah pada diagnosis SIRS pada anak harus didapatkan abnormalitas suhu dan
leukosit. Jumlah normal untuk tiap kriteria harus disesuaikan dengan umur anak. Bradikardia
dapat merupakan tanda sepsis pada bayi baru lahir, namun hal ini tidak berlaku untuk anak
yang lebih besar2.
Anak dengan suhu tubuh > 38oC dapat dikatakan demam. Perlu dilakukan pengukuran
suhu dari rektum, kandung kemih, atau kateter sentral, karena pengukuran dari telinga, tumit,
atau aksila kurang akurat. Demam pada bayi kecil dapat disebabkan pakaian yang terlalu
tebal, oleh karena itu pakaian harus dibuka dan pengukuran suhu diulang 15 sampai 30 menit
kemudian. Hipotermi (<36oC) juga dapat menandakan infeksi serius, terutama pada bayi2.
Definisi severe sepsis adalah sepsis ditambah salah satu gejala berikut : disfungsi
organ kardiovaskular, sindrom distress pernafasan akut (ARDS), atau 2 atau lebih disfungsi
organ (pernafasan, ginjal, neurologis, hematologik, atau hepatik). Definisi disfungsi organ
untuk anak telah disesuaikan, dan dapat dilihat pada tabel 32.
Tabel 2 Definisi SIRS, infeksi, sepsis, severe sepsis dan syok septik2
SIRS
Adanya 2 dari 4 kriteria berikut, salah satunya harus suhu abnormal atau jumlah leukosit
abnormal :

Suhu badan > 38,5oC atau <36oC
16

Takikardi, yaitu denyut jantung rata-rata diatas 2 SD normal sesuai umur, tanpa
stimulus eksternal, pengobatan lama, atau stimulus nyeri atau kenaikan persisten
yang tidak diketahui sebabnya selama periode 30 menit sampai 4 jam ATAU untuk
anak < 1 tahun : bradikardi, yaitu denyut jantung rata-rata dibawah persentil
10 sesuai umur tanpa stimulus vagal, obat β-bloker, atau penyakit jantung
kongenital, atau penurunan persisten yang tidak diketahui sebabnya selama
lebih dari 30 menit.

Frekuensi nafas rata-rata diatas 2SD normal sesuai umur atau ventilasi mekanik yang
tidak berhubungan dengan penyakit neuromuskular sebelumnya atau sedang
menerima anestesi umum

Penurunan atau peningkatan jumlah leukosit sesuai umur (bukan akibat sekunder
karena leukopenia yang diinduksi kemoterapi) atau > 10% neutrofil immatur
Infeksi
Dicurigai atau terbukti (dengan hasil kultur positif, sisa jaringan, atau tes PCR) infeksi
disebabkan oleh kuman patogen ATAU sindrom klinik yang berhubungan dengan
kemungkinan infeksi yang sangat tinggi. Bukti infeksi termasuk didapatnya tanda positif
pada pemeriksaan klinis, pencitraan atau tes laboratorium (contoh : sel leukosit dalam
cairan tubuh yang seharusnya steril, perforasi visera, foto thorax dengan gambaran
pneumonia, rash petekie atau purpura, atau purpura fulminan)
Sepsis
SIRS karena adanya atau akibat infeksi, baik yang dicurigai maupun yang sudah terbukti.
Severe Sepsis
Sepsis ditambah salah satu berikut : disfungsi organ kardiovaskuler atau sindrom
distress pernafasan akut atau disfungsi dua atau lebih organ. Disfungsi organ
dijelaskan pada tabel 4.
Syok septik
Sepsis dan disfungsi kardiovaskular seperti yang dijelaskan pada tabel 4.
Tabel 3. Kriteria disfungsi organ2
17
Disfungsi kardiovaskuler
Meskipun diberikan cairan intravena isotnis bolus > 40 ml/kgBB dalam 1 jan

Penurunan tekanan darah < 5 persentil sesuai umur atau tekanan darah sistolik <2 SD
dibawah normal sesuai usiaa
ATAU

Memerlukan obat vasoaktif untuk mempertahankan tekanan darah dalam batas
normal (dopamin >5/kg/mnt atau dobutamin, epinefrin atau epinefrin dalam dosis
lain)

2 dari kriteria berikut :
Asidosis metabolik tanpa sebab jelas, defisit basa >5,0 mEq/L
Peningkatan laktat arterial >2 kali batas atas normal
Oliguria : urin output < 0,5 ml/kgBB/hari
Pengisian kapiler memanjang >2 detik
Selisih suhu tubuh rektal dan perifer (aksiler) > 3oC
Pernafasanb

PaO2 / FI O2 <300 tanpa penyakit jantung sianotik atau penyakit paru sebelumnya
ATAU

PaCO2 > 65 Torr atau 20 mmHg diatas garis dasar PaCO2 ATAU

Diperlukan buktic atau >50% FIO2 untuk mempertahankan saturasi O2 >92%
ATAU

Memerlukan ventilasi mekanik invasif atau noninvasif yang nonelektifd
Neurologis

GCS < 11

Perubahan akut status mental dengan penurunan GCS > 3 dari batas dasar abnormal
Hematologi

Jumlah trombosit < 80000/mm3 atau penurunan trombosit 50% dari nilai tertinggi
yang dihitung setelah 3 hari (untuk pasien hematologi / onkologi yang kronik) ATAU

Rasio international normalized >2
Ginjal

Serum kreatinin >2 kali diatas batas normal sesuai umur, atau kenaikan dua kali dari
batas dasar kreatinin
18
Hepar

Bilirubin total >4 mg/dL (tidak dapat dipakai untuk newborn) ATAU

ALT naik 2 kali diatas batas normal
Definisi
syok septik masih diperdebatkan. Karena biasanya anak-anak dapat
mempertahankan tekanan darahnya sampai penyakitnya parah, tidak perlu adanya hipotensi
untuk mendiagnosis syok septik seperti halnya pada dewasa. Pada anak-anak, syok dapat
terjadi lama sebelum terjadi hipotensi. Carcillo dkk mendefinisikan syok septik pada anak
adalah takikardia (yang dapat tidak ada pada pasien hipotermi) dengan tanda penurunan
perfusi, termasuk melemahnya nadi perifer, perubahan kesadaran, capillary refill < 2 detik,
mottled skin atau dingin pada ekstremitas, atau penurunan ekskresi urin. Hipotensi adalah
gejala lanjut dari syok atau syok yang terkompensasi pada anak, meskipun tidak diperlukan
pada definisi, namun hal ini membantu meyakinkan adanya syok pada anak yang diduga
mengalami infeksi2.
2.2 Etiologi dan Predisposisi
Berbagai macam kuman seperti bakteri, virus, parasit, atau jamur dapat menyebabkan
infeksi berat yang mengarah ke terjadinya sepsis. Sepsis pada bayi hampir selalu disebabkan
oleh bakteri 2,4,8,9.
Bakteri seperti Escherichia coli, Listeria monocytogenes, Neisseria meningitidis,
Sterptococcus pneumoniae, Haemophilus influenzae tipe b, Salmonella, dan Streptococcus
grup B merupakan penyebab paling sering terjadinya sepsis pada bayi berusia sampai dengan
3 bulan. Streptococcus grup B merupakan penyebab sepsis paling sering pada neonatus 4,8,9.
Selain itu juga dapat disebabkan oleh Klebsiella, Enterobacter, Proteus, Pseudomonas
aeruginosa, Staphylococcus aureus, Pseudomonas aeruginosa, Candida albicans4,8,9.
Kuman patogen tersebut dapat masuk dari berbagai tempat, dan tempat tersebut
behubungan dengan jenis kuman yang menyebabkan sepsis. Berikut tabel tempat yang dapat
menjadi sumber sepsis4,8.
Tabel 4. Sumber Sepsis4
Suspected Source of Sepsis
Lung
Abdomen
Skin/Soft
Urinary Tract CNS
19
Tissue
Streptococcus
pyogenes
Streptococcus
pneumoniae
Major
Community
Acquired
Pathogens
Haemophilus
influenzae
Legionella sp.
Chlamydia
Staphylococcus
Streptococcus
aureus
pneumoniae
Clostridium sp. Escherichia coli Neiserria
Escherichia coli Polymicrobial
infections
Klebsiella sp. Listeria
Bacteroides
Aerobic
fragilis
negative bacilli
gram Enterobacter sp. monocytogenes
Pseudomonas
pneumoniae
meningitidis
Escherichia
Proteus sp.
coli
aeruginosa
Haemophilus
Anaerobes
influenzae
Staphylococcus
sp.
Pseudomonas
Aerobic
Major
Nosocomial
pathogens
Aerobic
gram Staphylococcus Aerobic
gram negative bacilli aureus
negative bacilli Anaerobes
Candida sp.
Aerobic
gram
negative bacilli
gram Enterococcus
negative bacilli sp.
aeruginosa
Escherichia
coli
Klebsiella sp.
Staphylococcus
sp
Pada berbagai kasus sepsis neonatorum, organisme memasuki tubuh bayi melalui ibu
selama kehamilan atau proses kelahiran. Beberapa komplikasi kehamilan yang dapat
meningkatkan resiko terjadinya sepsis pada neonatus, antara lain3,8,9,10:

Perdarahan

Demam yang terjadi pada ibu

Infeksi pada uterus atau plasenta

Ketuban pecah dini (sebelum 37 minggu kehamilan)

Ketuban pecah terlalu cepat saat melahirkan (18 jam atau lebih sebelum
melahirkan)

Proses kelahiran yang lama dan sulit.
20
Streptococcus grup B dapat masuk ke dalam tubuh bayi selama proses kelahiran.
Menurut Centers for Diseases Control and Prevention (CDC) Amerika, paling tidak terdapat
bakteria pada vagina atau rektum pada satu dari setiap lima wanita hamil, yang dapat
mengkontaminasi bayi selama melahirkan. Bayi prematur yang menjalani perawatan intensif
rentan terhadap sepsis karena sistem imun mereka yang belum berkembang dan mereka
biasanya menjalani prosedur-prosedur invasif seperti infus jangka panjang, pemasangan
sejumlah kateter, dan bernafas melalui selang yang dihubungkan dengan ventilator.
Organisme yang normalnya hidup di permukaan kulit dapat masuk ke dalam tubuh kemudian
ke dalam aliran darah melalui alat-alat seperti yang telah disebut di atas 8.
Bayi berusia 3 bulan sampai 3 tahun beresiko mengalami bakteriemia tersamar, yang
bila tidak segera dirawat, kadang-kadang dapat mengarah ke sepsis. Bakteriemia tersamar
artinya bahwa bakteri telah memasuki aliran darah, tapi tidak ada sumber infeksi yang jelas.
Tanda paling umum terjadinya bakteriemia tersamar adalah demam. Hampir satu per tiga dari
semua bayi pada rentang usia ini mengalami demam tanpa adanya alasan yang jelas - dan
penelitian menunjukkan bahwa 4% dari mereka akhirnya akan mengalami infeksi bakterial di
dalam darah. Streptococcus pneumoniae (pneumococcus) menyebabkan sekitar 85% dari
semua kasus bakteriemia tersamar pada bayi berusia 3 bulan sampai 3 tahun 8.
2.3 Patogenesis Sepsis
Sepsis merupakan hasil interaksi antara mikroorganisme beserta produknya dengan
respon yang dilepaskan faktor pejamu (sitokin dan mediator lain). Respon pejamu ini
merupakan mekanisme dasar yang dibangun untuk melindungi tubuh dari bahaya, namun
pada sepsis responnya berlebih, dengan efek negatif, mengarah ke disfungsi organ dan sering
mengakibatkan
kematian.
Kuatnya
pertahanan
pejamu
tergantung
pada
jumlah
mikroorganisme yang menginvasi, tapi hal ini sangat dipengaruhi variabilitas tiap individu
yang membangun tingkat respon terhadap inflamasi 2,6.
Respon sistemik awal
Stimulus yang menyebabkan respon pejamu dapat dari mikroorganisme itu sendiri
atau produknya : endotoksin (dari Gram negatif), peptidoglikan, asam lipotekoat (dari Gram
positif), atau toksin bakteri spesifik lainnya.
Produk mikrobial ini mengawali efek dan reaksi yang luas, yang melibatkan sistem yang
berbeda dari tubuh. Dua perubahan yang penting adalah pelepasan sitokin dari sistem
21
inflamasi dan abnormalitas dalam koagulasi (aktivasi koagulasi, inhibisi fibrinolisis dan
aktivasi platelet) 6.
Reaksi yang luas dari sistem kompleks terangsang kemudian, termasuk aktivasi sitem
komplemen, PAF (Platelet Activating Factors), metabolik asam arakidonat, jenis oksigen
reaktif, nitrit oksida. Terjadi pula siklus inflamasi dan koagulasi yang hebat, dengan iskemia,
kerusakan sel, dan akhirnya disfungsi organ dan kematian6.
Mekanisme dimana produk mikrobial menyebabkan lepasnya mediator telah
diketahui. Produk mikrobial tersebut dikenali oleh reseptor sel sepert CD14 atau Toll-like
receptors(TLRs). Contohnya, endotoksin (lipopolisakarida LPS) berikatan dengan LPSbinding protein (LPB) yang spesifik di plasma, dan komplek LPS-LPB berikatan dengan
reseptor membran makrofag, CD14, yang akan menampakkan LPS ke sinyal reseptor
transduser di membran, TLR 4. Ikatan ini akan mengaktivasi faktor inti K-B (NF-KB) dengan
pengaktifan makrofag sekunder dan pelepasan sitokin. Untuk kuman Gram positif, rangkaian
ini munglin sama, meskipun belum jelas 4,6.
Rangkaian inflamasi
Rangkaian inflamasi diperantarai oleh sitokin, yang merupakan turunan makrofag,
peptida immunoregulator yang menargetkan reseptor organ agar berespon terhadap jejas
maupun infeksi. Sitokin dapat dikategorikan menjadi proinflamasi atau antiinflamasi4,6.
Sitokin proinflamasi diwakili oleh tumor necrosis factor (TNF), Interleukin (IL-1, IL6 dan IL8). Sitokin ini menyebabkan adhesi dinding endotelial leukosit, merangsang
pelepasan protease dan metabolit asam arakidonat, dan mengaktivasi jalur koagulasi4,6.
Sitokin antiinflamasi termasuk IL-10, reseptor TNF, antagonis reseptor IL-1 (IL-1
RA). Mereka menyebabkan mekanisme feedback negatif untuk reaksi inflamasi dan reaksi
koagulasi, mengahsilkan compensatory anti-inflammatory response syndrome (CARS)
dengan menghambat TNF, IL-6, limfosit T dan fungsi makrofag, yang memperbesar aksi dari
reaktan fase akut dan imunoglobulin. Jika terjadi ketidakseimbangan antara SIRS dan CARS,
22
homeostasis akan terganggu. Jika SIRS lebih dominan, maka hasilnya mungkin sepsis /
severe sepsis / syok septik. Jika CARS yang lebih mendominasi, sistem imun dapat tertekan,
sehingga pasien diragukan hidup – dengan ancaman infeksi. Akhirnya, dapat terjadi
hipoperfusi dari organ mayor, hasil akhirnya berupa multiple organ dysfunction syndrome
(MODS) 4,6.
Bagan : Rangkaian inflamasi yang diperantarai sitokin6.
23
Rangkaian terjadinya sepsis menggambarkan keseimbangan antara pasukan
proinflamasi (SIRS) dan antiinflamasi (CARS). TNF = Tumor Necrosis Factor ; IL =
interferon ; PAI = Plasminogen activator inhibitor.
Jalur Koagulasi
Penelitian mengenai jalur koagulasi pada sepsis dilakukan baru-baru ini, sehingga
sekarang kata kunci patogenesis sepsis mempertimbangkan inflamasi dan abnormalitas dalam
koagulasi termasuk aktivasi koagulasi dan penghambatan tissue factor (TF), terpapar pada
permukaan sel endotel setelah adanya rangsangan dari endotoksin atau mediator proinflamasi
lain (termasuk TNF, IL-1, IL-6, PAF, dll) mengaktivasi jalur koagulasi ekstrinsik,
menghasilkan pelepasan trombin dan perubahan fibrinogen menjadi fibrin. Seperti kita
ketahui, ada beberapa mekanisme antikoagulasi yang memastikan pembatasan koagulasi.
Mekanisme ini termasuk6 :
a. Mekanisme antikoagulan :
-
Tissue factor pathway inhibitor (TFPI)
-
Antitrombin : memblok aktivasi trombin dan faktor X
-
Activated Protein C memblok pembentukan trombin
b. Mekanisme fibrinolitik:
-
Tissue plasminogen activator (t-PA) : mengaktifkan plasminogen menjadi
palsmin, yang mengakibatkan lisis pada bekuan yang stabil menjadi fragmen
fibrin yang larut.
-
Activated Protein C : menghambat Plasminogen activator inhibitor (PAI) dan
penghambay fibrinolisis lainnya, Thrombin activatable fibrinolysis inhibitor
(TAFI) 6.
24
Interaksi antara sistem koagulasi dan respon inflamasi.
Sistem koagulasi dan rangkaian antiinflamasi berlangsung bersama-sama, dengan
salah satu memperkuat efek yang lainnya6.
2.4 Tanda dan gejala
Tidak seperti pada anak yang lebih tua atau pada dewasa, sepsis yang terjadi pada
neonatus dan bayi muda memiliki beberapa gejala jelas. Biasanya, bayi-bayi ini tiba-tiba
merasa tidak enak atau “tampak tidak sehat” oleh pengasuhnya. Gejala-gejala dini sepsis atau
infeksi dapat bervariasi dari satu anak ke anak lain. Sebagian bayi menunjukkan gejala yang
sangat sedikit atau bahkan tidak sama sekali sebelum akhirnya mereka benar-benar sakit.
Beberapa tanda atau gejala umum sepsis pada neonatus atau bayi muda, antara lain3,5,8,9,10:

Apatis atau kesulitan makan,rewel

Demam atau kadang-kadang temperatur tubuh yang rendah dan tidak stabil

Saluran cerna : muntah, diare, distensi abdomen

Pernafasan : merintih, pernafasan cuping hidung, retraksi, dispnea, takipnea, apnea

Kardiovaskuler : takikardia, bradikardia, hipotensi

SSP : Letargi, tremor, jettery, kejang, iritable, hipotonia

Gangguan hematologi : pucat, ikterus, perdarahan, pembesaran limpa.
2.5 Diagnosis sepsis
Karena gejala sepsis dapat tidak jelas pada bayi dan anak, selain gejala menurut
kriteria yang telah dijelaskan sebelumnya, tes laboratorium mempunyai peranan penting
untuk membantu diagnosis keadaan ini. Pemeriksaan yang diperlukan meliputi pemeriksaan
darah rutin, gambaran apus darah tepi, kultur darah,LED, CRP, haptoglobin, tes deteksi
antigen, urin, pungsi lumbal untuk pewarnaan Gram dan kultur, foto thorak10.
Berikut merupakan nilai tanda vital dan laboratorium menurut umur anak :
Tabel 4. Nilai tanda vital dan laboratorium menurut umur anak2
Freq denyut jantung, /mnt
Freq pernafasan /mnt Hitung
Leukosit
Tekanan darah sistolik
25
Kelompok Umur
Takikardi
Bradikardi
x 103/mm3
(mmHg)
0 hari – 1 mgg >180 <100
>50
>34
<65
1 hari – 1 bln >180 <100
>40
>19,5 atau <5
<75
1 bln – 1 thn >180 <90
>34
>17,5 atau <5
<100
2 - 5 thn
>140 NA
>22
>15,5 atau <6
<94
6 – 12 thn
>130 NA
>18
>13,5 atau <4,5
<105
>14
>11 atau <4,5
<117
13 - <18 thn
>110 NA
Banyak sekali diagnosis banding untuk sepsis, diantaranya 1:
Infeksi
Bakteriemi atau meningitis (Streptococcus pneumoniae, H.influenza, dll)
Penyakit karena virus (influenza, enterovirus, HSV, RSV, dll)
Ensefalitis (arbovirus, enterovirus, HSV)
Rickettsia
Sifilis
Reaksi vaksinasi
Reaksi yang diperantarai toksin ( Toxic shock, Staphylococcal scalded
skin
syndrome)
Kardiopulmoner
Pneumonia (bakteri, virus, mikobakterium, fungi, reaksi alergi
Emboli paru
Penyakit jantung kongestif
Aritmia
Perikarditis
Miokarditis
Metabolik dan Endokrin
Insufisiensi adrenal
Gangguan elektrolit
Diabetes mellitus
Diabetes insipidus
Inborn errors of metabolism (asidosis organik, defisiensi karnitin)
26
Hipoglikemia
Sindrom Reye
Saluran Pencernaan
Gastreoenteritis dengan dehidrasi
Intususepsi
Appendicitis
Peritonitis
Hepatitis
Perdarahan
Hematologi
Anemia (Sel sabit, kehilangan darah, malnutrisi)
Methemoglobinemia
Krisis sekuestrasi limpa
Leukemia atau limfoma
Neurologis
Intoksikasi : obat, overdosis
Perdarahan intrakranial
Infant botulism
Trauma
Sindrom Guillain Barre
Myasthenia gravis
Lain-lain
Anafilaksis
Sindrom hemolitik – uremik
Penyakit Kawasaki
Eritema multiforme
Syok hemoragik – sindrom ensefalopati
2.6 Komplikasi
Komplikasi yang dapat terjadi diantaranya 10 :
27
 DIC (Disseminated Intravascular Coagulation)
 Gagal ginjal akut
 Perdarahan saluran cerna
 Gagal hati
 Disfungsi susunan syaraf pusat
 Gagal jantung
 Kematian
2.7 Terapi
Secara umum, pasien harus dirawat di ruang isolasi / inkubator, pemeriksa harus cuci
tangan sebelum dan sesudah memeriksa pasien, pasien terutama bayi diletakkan dalam
ruangan yang suhunya dapat diatur10.
Secara khusus4,6,7,10 :
 Suportif : menjaga stabilitas henodinamik dan oksigenasi organ vital
 O2 : Bila sianosis, distres pernafasan, apnea atau kejang
 Pemberian cairan dan elektrolit
Resusitasi cairan terutama diperlukan untuk pasien dengan severe sepsis atau syok
septik.
 Nutrisi parenteral sesuai kebutuhan dan bila keadaan umum jelek
 Atasi kejang
 Atasi hiperbilirubin (terutama pada bayi)
 Atasi anemia dan syok
 Pemberian antibiotik
Pemberian antibiotik merupakan dasar dari pengobatan sepsis. Dua hal penting yang
harus diperhatikan adalah mengenai waktu yang tepat untuk memberikan antibiotik dan
keefektifan antibiotik itu sendiri. Sedapatnya antibiotik segera diberikan dalm 4 jam
pertama terjadinya sepsis, karena setiap jam keterlambatan akan memberikan hasil yang
buruk. Demikian oula mengenai pilihan antibiotik, harus tepat mengenai bakteri
penyebab, untuk menghindari terjadinya resistensi.
28
Contoh, obat yang biasanya digunakan untuk terapi pneumonia adalah kombinasi
golongan sefalosporin generasi 3 dengan aminoglikosida. Untuk infeksi di saluran cerna
dapat digunakan imipenem dan aminoglikosida, ifeksi di saluran kemih digunakan
ciproflaxacin dan aminoglikosida, dan sebagainya, dimana pemberian obat bergantung
pada tempat sumber infeksi.
 Recombinant Human Activated Protein C, diperlukan untuk mencegah terjandinya
disfungsi multiorgan, dengan cara mensupresi inflamasi, mencegah koagulasi
mikrovaskular, dan membalik proses fibrinolisis yang terganggu. Pada penelitian
terbukti menurunkan angka kematian sampai 20%.
 Kontrol gula darah
 Kortikosteroid untuk mengatasi pasien dengan insufisiensi kelenjar adrenal.
 Immunoterapi
-
imunoglobulin
-
infus granulosit
-
transfusi ganti
2.8 Pencegahan
Meskipun belum ada cara untuk mencegah semua tipe sepsis, tapi beberapa kasus
dapat dcegah, terutama yang disebabkan oleh GBS (Grup Beta Streptococcus) yang
ditularkan oleh ibu kepada bayinya saat lahir. Ibu hamil dapat melakukan swab test yang
sederhana untuk mengetahui apakah mereka carrier GBS. Tes ini biasanya dilakukan pada
umur 35 – 37 minggu kehamilan dan sekali lagi saat akan melahirkan8.
Jika ibu dengan hasil GBS positif, maka ia diberi antibiotik intravena selama
melahirkan. Atau untuk wanita hamil yang belumm pernah di sek GBS namun dicurigai
mempunyai risiko tinggi untuk itu (misalnya karena ia mengalami demam saat melahirkan,
ketuban pecah dini, atau sebelumnya ia mempunya anak dengan penyakit GBS, termasuk
sepsis, pneumonia dan meningitis) ia juga sebaiknya diberi antibiotik intravena untuk
meminimalkan risiko penularan terhadap bayinya 8.
Selain itu, untuk bayi dan anak-anak yang lebih besar, dianjurkan untuk imunisasi Hib
dan terhadap pneumococcus lainnya yang dapat menyebabkan bakteriemi atau sepsis.
Terbukti setelah adanya vaksin Hib, sepsis yang diakibatkan komplikasi infeksi H. influenza
tipe b berkurang 99% sejak tahun 19888.
29
Selain itu dapat juga dengan :
 Menghindari trauma di permukaan mukosa yang biasanya merupakan koloni bakteri
Gram negatif
 Untuk anak leukemia, digunakan trimethoprim-sulfamethoxazole profilaksis
 Pada pasien luka bakar, menggunakan silver nitrate, silver sulfadiazine, arau
sulfamylon topikal uyntuk profilaksis
 Pemberian spray polimiksin ke faring posterior untuk mencegah pneumonia
nosokomial oleh bakteri Gram negatif
 Sterilisasi flora normal usus dengan polimiksin atau gentamisin dengan vankomisin
dan nistatin, yang efektif untuk mengurangi sepsis oleh bakteri Gram negatif pada
pasien dengan neutropenia
 Melindungi pasien dari lingkungan untuk pasien yang berisiko biasanya tidak berhasil
karena kebanyakan infeksi yang terjadi adalah endogen4.
BAB V
KESIMPULAN
Dari pembicaraan mengenai sepsis diatas, maka dapat diambil kesimpulan:
1. Sepsis pada anak merupakan masalah kesehatan yang penting karena tingginya angka
kematian yang disebabkannya.
2. Kriteria definisi sepsis untuk anak sedikit berbeda dengan orang dewasa, oleh karena
itu penting untuk mengetahui dan mengenali tanda dan gejala anak yang mengalami
sepsis, diagnosis dapat dibuat dengan memanfaatkan anamnesis, pemeriksaan fisik
dan pemeriksaan laboratorium. Nilai pemeriksaan fisik dan laboratorium bervariasi
sesuai dengan umur anak.
3. Penatalaksanaan, baik umum maupun khusus harus diberikan secepat dan seefisien
mungkin untuk mendapatkan prognosis yang lebih baik. Pemberian antibiotika harus
tepat dalam hal waktu dan ketepatan pemilihan jenis obat agar efektif untuk
mengeradikasi bakteri penyebab dari peredaran darah sistemik.
4. Pencegahan dapat dilakukan dengan memberikan antibiotik intravena saat persalinan
pada ibu yang GBS positif atau dicurigai mempunya risiko tinggi menularkan kepada
bayinya, sedangkan untuk bayi dan anak yang lebih besar, dapat diberikan imunisasi
terhadap bakteri H. influenzae dan pneumocoocus, yang sering menyebabkan
30
bakteriemi dan sepsis pada anak, selain itu dapat juga diberikan antibiotik profilaksis
sesuai kelainan yang diderita.
DAFTAR PUSTAKA
1. Stave Kohl, Larry P, 2000. Nelson Textbook of Pediatrics Jilid 2 16th Edition :
USA : Saunders Company. Hal. 846-857
2. Brahm Goldstein,MD.et al.2005. International Pediatric Sepsis Consensus
conference : Definitions for sepsis and organ dysfunction in pediatrics. Pediatrics
Critical Care Med 2005 Vol.6 No.1
3. Augusto Sola, MD, et al.2002. Rudolph Fundamentals of Pediatrics 3rd Edition:
The Perinatal Period Chapter 4. USA : Mc Graw-Hill Company. Hal 149-151
4. Neal L Chamberlain,Ph.D. 2004. From Systemic Inflamatory Response Sydrome
to Bacteral Sepsis With Shock.
www.
kcom.edu/faculty/chamberlain/Website/lectures/lecture/sepsis.htm
5. Linda L Bellig, RN.Sepsis. www.emedicine.com/ped/topic2630.htm
6. Dorel Sandesc MD, PhD.2004. Sepsis : A Review I. Timisoara Medical Journal.
www.tmj.ro/cme_articles3.html
7. Jennifer W.A,MD,2002. Activated Protein C : The New Standard of Care for
Sepsis. www.intmedweb.wfubmc.edu/grand_rounds/2002/actprotdoc
31
8. Sepsis
http://kidshealth.org/parent/pregnancy_newborn/medical_problems/sepsis_p5.htm
l
9. Sri Rezeki H.H.,. 1997. Sepsis dan Meningitis pada Neonatus. Naskah Lengkap
Pendidikan Kedokteran Berkelanjutan XXXVIII. Jakarta : Balai Penerbit FKUI.
Hal 131-148
10. Abdurachman Sukadi, dr dkk.2000. Perinatologi :Sepsis Pada Neonatus. Bandung
: FK UNPAD. Hal 104 – 109
11. Majalah Simposia Maret 2005. Sepsis: Menyelamatkan Nyawa si Kecil di PICU.
32
Download